• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Bank Dengan Jaminan Personal Guarantee ( Study Pada Bank BRI KCP Willem Iskandar )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tinjauan Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Bank Dengan Jaminan Personal Guarantee ( Study Pada Bank BRI KCP Willem Iskandar )"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PEMBERIAN KREDIT

BANK DENGAN JAMINAN PERSONAL GUARANTEE

(Study PadaBank BRI Cabang KCP Willem Iskandar).

SKRIPSI

DiajukanKepadaFakultasHukumUniversitas Sumatra Utara Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai

Gelar Sarjana Hukum

DisusunOleh : KENNIE DHILLON

NIM : 080200254

DepartemenHukumKeperdataan Program KekhususanHukumDagang

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PEMBERIAN KREDIT

BANK DENGAN JAMINAN PERSONAL GUARANTEE

(Study Pada Bank BRI Cabang KCP Willem Iskandar).

SKRIPSI

DiajukanKepadaFakultasHukumUniversitas Sumatra Utara Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai

Gelar Sarjana Hukum

DisusunOleh : KENNIE DHILLON

NIM : 080200254

DepartemenHukumKeperdataan Program KekhususanHukumDagang

DISETUJUI OLEH :

KETUA DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

Dr. H. Hasim Purba, SH , M.Hum NIP :196603031985081001

Pembimbing I Pembimbing II

SintaUli, SH. M.Hum Puspa Melati Hasibuan, SH. M.Hum NIP :195506261986012001 NIP : 1968012281994032001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih dan penyertaan-Nya sehingga penulis diberi kekuatan dan kemampuan untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi yang penulis selesaikan ini berjudul “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PEMBERIAN KREDIT BANK DENGAN JAMINAN PERSONAL GUARANTEE (STUDY PADA BANK BRI KCP WILLEM ISKANDAR)”. Pada umumnya mengajukan proses kredit biasanya pihak bank akan mengajukan jaminan. Jaminan dapat berupa jaminan kebendaan maupun jaminan perorangan. Akan dibahas lebih jauh mengenai jaminan perorangan atau jaminan personal guarantee. Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, karena keterbatasan kemampuan, baik pengetahuan dan keterampilan tentang pemberian kredit dengan jaminan personal guarantee. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya saran dan kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

(4)

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH.,M.Hum sebagai Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH.,M.Hum sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Bapak Syafruddin Hasibuan, SH.,MH.,DFM sebagai Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Bapak Muhammad Husni, SH.,M.Hum sebagai Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. H. Hasim Purba, SH.,M.Hum sebagai Ketua Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Rabiatul Syahriah, SH.,M.Hum sebagai Sekretaris Ketua Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Sinta Uli, SH.,M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I Penulis.

5. Ibu Puspa Melati Hasibuan, SH.,M.Hum sebagai Dosen Pembimbing II Penulis. 6. Ibu Dr. Ida Apriliana Sembiring SH.,M.Hum sebagai Dosen Penasehat Akademik

Penulis selama perkuliahan.

7. Bapak Azwar Mahyuzar, SH yang telah memberikan bantuan dan masukan bagi penulisan skripsi ini.

8. Seluruh Dosen dan Pegawai Tata Usaha Fakultas Hukum Universita Sumatera Utara. 9. Penulis mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat: Amalia Yulia Nastiti,

SH, N.Irene Putri Adly, SH, Rozhi Ananda Sitepu, Noni, Rindi, EmilianaSH, Sylvia, SH, Rishelly, SH, Henni, SH, Samuel, Thomas B.J.P terima kasih buat persahabatan kita dan support kalian selama pembuatan skripsi ini serta seluruh teman-teman Stambuk 2008 yang tidak dapat di ucapkan satu per satu.

(5)

Penulis memahami berbagai kelemahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini, penulis mengharapkan kelak skripsi ini dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Medan, Oktober 2012 Penulis,

(6)

DAFTAR ISI

halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

ABSTRAKSI ... vi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Permasalahan... 7

C. Tujuan Penulisan ... 8

D. Manfaat Penulisan ... 8

E. Metode Penulisan ... 9

F. Keaslian Penulisan ... 10

G. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II. TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT BANK ... 13

A. Pengertian Kredit ... 13

B. Jenis-Jenis Kredit ... 20

C. Tujuan dan Fungsi Kredit ... 26

D. Para Pihak DalamKredit ... 30

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN ... 34

A. Pengertian Jaminan dan Penjamin ... 35

B. Jenis-Jenis Jaminan ... 38

C. Para Pihak dalam Jaminan ... 50

D. Personal Guarantee ... 52

(7)

A. PT. Bank Rakyat Indonesia... 60

B. Prosedur Pemberian Kredit kepada Debitur dengan Jaminan Personal Guarantee ... 63

C. Persyaratan Untuk Menjadi Personal Guarantee ... 67

D. Hak dan Kewajiban Penjamin ... 75

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 79

A. Kesimpulan ... 79

(8)

ABSTRAK SintaUli *

Puspa Melati Hasibuan ** KennieDhillon***

Bank memainkan peranan yang sangat penting dalam melayani masyarakat. Bank menyediakan berbagai jasa diantaranya pemberian kredit bagi pengusaha yang membutuhkan bantuan dana bagi kegiatan perdagangannya. Dalam pemberian kredit pihak perbankan akan terlebih dahulu melakukan penelitian dan memperhatikan unsur-unsur dalam proses pemberiankredit.

Apabila sidebitur telah memenuhi unsure dari pada perjanjian kredit maka perjanjian tersebut dapat dilaksanakan. Pada penulisan skripsi ini akan lebih ditekankan pada Personal guarantee,borgtocht (Pasal 1820-1850 KUH Perdata). Permasalahan yang akan diteliti dalam penulisan skripsi adalah Bagaimana Prosedur pemberian kredit dengan jaminan personal guarantee? Apa saja persyaratan yang harus dipenuhi untuk dapat menjadi Personal Guarantee? Bagaimana hak dan kewajiban penjamin pada BRI Cabang KCP Willem Iskandar?

Penelitian ini bersifat deskriptif analistis. Metode yang digunakan dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini adalah dengan metode yuridis-empiris guna menjawab permasalahan yang diajukan. Jenis data yang digunakan dalam skripsi ini merupakan data yang diperoleh dari penelitian di perpustakaan (library research) yang berupa buku-buku, peraturan perundang-undangan, pendapat sarjana, bahan kuliah lainya dan internet yang bersangkutan, selain itu juga melakukan penelitian di lapangan (field research) untuk penelitian data primer dan mewawancarai langsung kepada pimpinan Cabang Bank BRI Cabang KCP Willem Iskandar.

Hasil penelitian yang dilakukan penulis pada Bank BRI Willem Iskandar. Proses pemberian kredit pada Bank BRI Cabang KCP Willem Iskandar antara lain :Seluruh permohon harus diajukan secara tertulis oleh nasabah /calon debitur yang berkasnya ditandatangani oleh penjabat yang berwewenang. Surat permohonan melalui”Costumer Service” disampaikan kepada“Bussines Unit” sesuai kelompok nasabahnya. “Bussines Unit“

meneliti surat permohonan nasabah apakah layak untuk disetujui atau tidak. “Bussines Unit”

menilai pemohon mempunyai reputasi dan prospek bisnis yang baik, maka “Bussines Unit”

menyampaikan rekomendasi kepada “Credit Risk” Management Area dalam bentuk Nota. Dan melakukan evaluasi atas fasilitas kredit yang diajukan dan menyajikannya dalam bentuk

“Credit Report”. Apabila permohonan kredit tersebut dapat disetujui maka selanjutnya“Credit RiskManagement Area menandatangi “Credit Approval” bersama-sama dengan“Bussines Unit”pada “level authority” yang sama.“Bussines Unit” membuat dan menyampaikan surat pemberitahuan atas persetujuan yang diberikan kepada nasabah dengan tembusan disampaikan kepadaCredit Risk Management untuk dipersiapkan perjanjian kreditnya.

Dengan adanya penjamin maka tidak terdapat hambatan sebagimana hambatan pada umumnya. Penjamin adalah pihak ketiga yang bukan merupakan debitur, bias saja orang perorangan atau korporasi yang berbadan hukum maupun tidak berbadan hokum dengan mengadakan perjanjian dengan pihak kreditur. Hak dari seorang penjamin untuk tidak mengikatkan diri bersama-sama dengan debitur secara tanggung menanggung. Hak sipenjamin untuk mengajukan tangkisan.

Kata Kunci : Personal Guarantee, Penjamin, Borghtocht.

(9)

ABSTRAK SintaUli *

Puspa Melati Hasibuan ** KennieDhillon***

Bank memainkan peranan yang sangat penting dalam melayani masyarakat. Bank menyediakan berbagai jasa diantaranya pemberian kredit bagi pengusaha yang membutuhkan bantuan dana bagi kegiatan perdagangannya. Dalam pemberian kredit pihak perbankan akan terlebih dahulu melakukan penelitian dan memperhatikan unsur-unsur dalam proses pemberiankredit.

Apabila sidebitur telah memenuhi unsure dari pada perjanjian kredit maka perjanjian tersebut dapat dilaksanakan. Pada penulisan skripsi ini akan lebih ditekankan pada Personal guarantee,borgtocht (Pasal 1820-1850 KUH Perdata). Permasalahan yang akan diteliti dalam penulisan skripsi adalah Bagaimana Prosedur pemberian kredit dengan jaminan personal guarantee? Apa saja persyaratan yang harus dipenuhi untuk dapat menjadi Personal Guarantee? Bagaimana hak dan kewajiban penjamin pada BRI Cabang KCP Willem Iskandar?

Penelitian ini bersifat deskriptif analistis. Metode yang digunakan dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini adalah dengan metode yuridis-empiris guna menjawab permasalahan yang diajukan. Jenis data yang digunakan dalam skripsi ini merupakan data yang diperoleh dari penelitian di perpustakaan (library research) yang berupa buku-buku, peraturan perundang-undangan, pendapat sarjana, bahan kuliah lainya dan internet yang bersangkutan, selain itu juga melakukan penelitian di lapangan (field research) untuk penelitian data primer dan mewawancarai langsung kepada pimpinan Cabang Bank BRI Cabang KCP Willem Iskandar.

Hasil penelitian yang dilakukan penulis pada Bank BRI Willem Iskandar. Proses pemberian kredit pada Bank BRI Cabang KCP Willem Iskandar antara lain :Seluruh permohon harus diajukan secara tertulis oleh nasabah /calon debitur yang berkasnya ditandatangani oleh penjabat yang berwewenang. Surat permohonan melalui”Costumer Service” disampaikan kepada“Bussines Unit” sesuai kelompok nasabahnya. “Bussines Unit“

meneliti surat permohonan nasabah apakah layak untuk disetujui atau tidak. “Bussines Unit”

menilai pemohon mempunyai reputasi dan prospek bisnis yang baik, maka “Bussines Unit”

menyampaikan rekomendasi kepada “Credit Risk” Management Area dalam bentuk Nota. Dan melakukan evaluasi atas fasilitas kredit yang diajukan dan menyajikannya dalam bentuk

“Credit Report”. Apabila permohonan kredit tersebut dapat disetujui maka selanjutnya“Credit RiskManagement Area menandatangi “Credit Approval” bersama-sama dengan“Bussines Unit”pada “level authority” yang sama.“Bussines Unit” membuat dan menyampaikan surat pemberitahuan atas persetujuan yang diberikan kepada nasabah dengan tembusan disampaikan kepadaCredit Risk Management untuk dipersiapkan perjanjian kreditnya.

Dengan adanya penjamin maka tidak terdapat hambatan sebagimana hambatan pada umumnya. Penjamin adalah pihak ketiga yang bukan merupakan debitur, bias saja orang perorangan atau korporasi yang berbadan hukum maupun tidak berbadan hokum dengan mengadakan perjanjian dengan pihak kreditur. Hak dari seorang penjamin untuk tidak mengikatkan diri bersama-sama dengan debitur secara tanggung menanggung. Hak sipenjamin untuk mengajukan tangkisan.

Kata Kunci : Personal Guarantee, Penjamin, Borghtocht.

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia bisnis merupakan hal yang paling banyak dibicarakan dan dibahas di berbagai forum, baik nasional maupun internasional.Ramainya pembicaraan mengenai dunia bisnis ini disebabkan, bisnis merupakan suatu tolak ukur dari kemajuan suatu negara.Terdapat beragam perusahaan yang bergerak didunia bisnis diantaranya mulai dari usaha perdagangan, industri, pertanian, manufaktur, peternakan, perumahan dan masih banyak bidang usaha lainnya.

Berbagai kegiatan dunia bisnis ini merupakan bagian dari pembangunan nasional yang saat ini diharapkan dapat melaksanakan dan menjadikan masyarakat Indonesia menuju ke arah masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.Dengan terjadinya krisis moneter yang berkembang menjadi krisis ekonomi, sosial, dan politik telah mendukung para penguasa.Masalah pokok dan paling sering dihadapi oleh pengusaha adalah kebutuhan dana baik yang digunakan untuk keperluan dana investasi dan dana bagi modal kerja. Hanya pengusaha yang memiliki semangat tinggi yang dapat bertahan sementara perkembangan perdagangan dan perindustrian akan diikuti oleh perkembangan kebutuhan kredit.

Untuk memperlancar kegiatan perkembangan usahanya maka seorang pengusaha yang kekurangan modal akan menghubungi pihak bank atapun pihak non-bank untuk memohon fasilitas kredit.

(11)

Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Oleh karena itu terdapat dua fungsi bank di Indonesia, yaitu menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan (funding) dan menyalurkan kembali pada masyarakat dalam bentuk kredit (lending.)1

Pemberian fasilitas kredit oleh bank idealnya mendasarkan pada faktor financial,

yang tercakup pada tiga pilar, yaitu prospek usaha, kinerja, dan kemempuan calon debitur. Namun demikian, dengan memerhatikan adanya prudential banking principles, maka factor

financial saja belum cukup untuk memberikan keyakinan fasilitas kredit tersebut akan kembali dengan aman dan menguntungkan. Sekalipun pada dasarnya agunan merupakan

second wayout, tetapi arah perkembangan kredit perbankan akhir-akhir ini diluar kredit komsutif telah mengarah pada faktor agunan sebagai variable dominan yang dapat memberikan keyakinan yang baik.

Kredit dari sisi bank merupakan sumber pendapatan yang memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pendapatan bank itu sendiri.2

Tahapan – tahapan tersebut merupakan suatu proses baku yang berlaku bagi setiap debitur yang membutuhkan kredit bank.Proses pemberian kredit oleh satu bank dengan bank lain tak jauh berbeda.Jika ada perbedaan hanya terletak pada persyaratan dan ukuran penilaian yang ditetapkan oleh bank dengan pertimbangan masing-masing dengan tetap memperhitungkan unsur persaingan atau kompetisi.

Untuk memperoleh kredit bank seorang debitur harus melalui beberapa tahapan yaitu tahapan pengajuan aplikasi kredit sampai dengan tahap penerimaan kredit.Sebagai pemberi kredit, bank wajib menetapkan suatu kebijakan agar dapat memelihara keseimbangan untuk memperoleh keuntungan dan menjamin semua kreditnya dapat diselesaikan dengan itikad baik dari debitur.

1

Try Widiyono, 2009, Agunan Kredit dalam Financial Engineering, Bogor : Ghalia Indonesia, hal 1.

2

(12)

Pemberian kredit didasarkan pada penilaian yang jujur, objektif dan terlepas dari pengaruh pihak – pihak yang berkepentingan dengan debitur.Pihak bank harus meneliti analisis kredit dengan seksama, aktual dan akurat agar tidak terjadi kekeliruan pada saat pengambilan keputusan.

Nasabah atau debitur yang memperoleh kredit dari bank tidak seluruhnya dapat mengembalikan dengan baik, tepat pada waktu yang diperjanjikan.Pada kenyataanya selalu ada sebagian nasabah atau debitur yang karena suatu sebab tidak dapat mengembalikan kredit kepada bank yang telah meminjamkannya.Akibat nasabah atau debitur yang tidak dapat membayar lunas utangnya, maka menjadikan perjalanan kredit terhenti atau macet.Keadaan yang demikian dalam hukum perdata disebut wanprestasi atau ingkar janji.

Untuk memenuhi syarat agar mendapatkan kredit dari pihak bank, maka para pelaku bisnis masih dihadapkan pada kendala angunan atau jaminan kredit.Hal ini menakutkan karena pada umumnya mereka yang mengajukan pinjaman kepada pihak bank hanya memiliki semangat dan harapan.Jaminan dalam perkreditan mempunyai makna yang sangat penting, karena jaminan merupakan benteng terakhir bila debitur wanprestasi atau mengalami kegagalan dalam menyelesaikan kewajibannya kepada pihak bank.Secara teknis, kesulitan perbankan untuk dapat menyalurkan kredit adalah karena tidak tersedianya riwayat kredit kreditur dan tidak memiliki cukup angunan sehingga mereka dianggap belum layak memperoleh kredit (bankable).

(13)

Secara garis besar, dikenal ada dua macam bentuk jaminan yaitu jaminan secara umum dan jaminan secara khusus. Pasal 1131 KUHPerdata menyatakan “ segala kebendaan seorang, baik yang bergerak maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akanada dikemudian hari menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan“. Jaminan secara umum belaku bagi semua kreditur, sehingga kalau ada banyak kreditur ada kemugkinan beberapa orang dari mereka tidak ladi mendapat bagian. Sedangkan jaminan yang bersifat khusus jaminan yang diberikan oleh debitur kepada kreditur, yang hak-hak tagihannya mempunyai hak mendahului sehingga kedudukam kreditur privilege (hak preverent).3Jaminan kebendaan dapat berupa Hipotik, Fiducia, Gadai, Cessie.Jaminan perorangan merupakan jaminan yang menimbulkan hubungan langsung pada perorangan tertentu, yang hanya dapat dipertahankan oleh debitur tertentu.4

Apabila pihak bank telah mengenal kredibilitas debitur yang bersangkutan maka pihak bank dapat menerima jaminan yang berupa jaminan Personal Guaranteedan jaminan

Corporate Guarantee.Jaminan ini dapat mengurangi atau memperkecil resiko atas hutang debitur. Ketika seorang menjadi penjamin maka ia wajib mengetahui apabila debitur tidak dapat membayar, keterlambatan membayar kewajibannya, meninggal dunia ataupun debitur dalam keadaan pailit maka ia berkewajiban untuk mengantikan posisi debitur.

Kadang kala jaminan perorangan ini hanya berupa jaminan tambahan.

Hadirnya pihak ketiga sebagai penjamin merupakan salah satu dampak perkrmbangan dunia perbankan saat ini, yang dapat membawa keuntungan bagi debitur dan kreditur. Penjamin dapat membantu kreditur yang memiliki kesanggupan serta kemampuan untuk mengembalikan kredit yang didasarkan pada penilaian yang dilakukan oleh bank terhadap usahanya, akan tetapi belum cukup untuk memenuhi jaminan tambahan kebendaan yang dipersyaratan oleh bank. Tidak jarang proses permohonan kredit yang diajukan mengalami

3

H.R Daeng Naja, 2005, Hukum Kredit dan Bank Garansi, Bandung : P.T Citra Aditya Bakti, hal 207

4

(14)

kegagalan akibat ketidakmampuan debitur dalam menyediakan jaminan tambahan yang merupakan syarat dari pihak kreditur atau bank.Ketentuan yang mengatur masalah penjaminan utang diatur dalam KUHPerdata Buku III Bab Ketujuh Belas mulai dari Pasal 1820 s/d Pasal KUHPerdata.

Jaminan Personal Guarantee adalah jaminan seseorang pihak ketiga yang bertindak untuk menjamin di penuhinya kewajiban-kewajiban dari debitur. Dalam pengertian lain dikatakan bahwa jaminan perseorangan adalah suatu perjanjian antara seseorang berpiutang (kreditor) dengan seseorang pihak ketiga, yang menjamin di penuhinya kewajiban-kewajiban si berutang (debitur). Ia bahkan dapat diadakan diluar (tanpa) pengetahuan si berhutang tersebut.

Perjanjian jamian perorangan atau Personal Guarantee adalah suatu perjanjian ikutan (accesoir) dari perjanjian pokoknya, yaitu perjanjian utang piutang (kredit). Hal ini dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 1821 KUHPErdata yang menyatakan “ tiada penanggungan jika tidak ada suatu perikatan pokok yang sah.” Oleh karena itu, pemberian Personal Guaranteeharus menyebut perjanjian pokok (perjanjian kredit) yang mana yang ditanggung oleh pemberi jaminan (peng- Guarantee) tersebut.5

Ada banyak calon debitur memilki referensi sebanyak-banyaknya mengenai perjanjian anatar bank yang satu dengan yang lain, sehingga segala resiko yang memberatkan dapat diminimalkan sejak semula. Tidak selamanya debitur berada pada posisi yang lemah sehingga tidak berdaya menghadapi segala kemungkinan buruk dikemudian hari.Perlu dikaji pula secara cermat apakahperjanjian hanya menguntungkan satu pihak saja, resiko yang hanya dibebankan kepada satu pihak saja, serta pembatasan hak dalam mengunakan upaya hukum.6

5

Try Widiyono, Op.Cit, hal 268.

6

(15)

Secara yuridis dengan adanya hak-hak istimewa terhadap penjamin atau penanggung utang atau dapat juga di sebut Personal Guarantee, Undang-Undang mengharapakan adanya keseimbangan prestasi antara penjamin atau penanggung kreditur. Namun dalam prakteknya kedudukan penjamin tidak sama dengan kedudukan debitur atau dapat dikatakan tidak seimbang, sehingga kewajiban penjamin juga harusnya dapat dimintakan setelah debitur dilaksanakan terlebih dahulu. Tidak adil jika kedudukan si debitur dianggap sama dengan penjamin atau penanggung pada saat pemenuhan saatnya.

Dari ketentuan yang ada dan perkembangan yang terjadi dalam praktek, serta adanya beberapa masalah yang muncul di dunia perbankan, diantarnya prosedur pemberian kredit dengan jaminan personal guarantee,persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi personal guarantee, dan hak dan kewajiban penjamin pada Bank BRI Cabang KCP Willem Iskandar.Hal ini menimbulkan rasa keingintahuan penulis dan menyusunnya di dalam skripsi yang berjudul “Tinjauan Yuridis Pemberian Kredit Bank Dengan Jaminan Personal Gurantee Pada Bank BRI KCPWillem Iskandar.”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka hal-hal yang dibahas dalam penlitian ini, antara lain :

1. Bagaimana Prosedur pemberian kredit dengan jaminan personal guarantee 2. Apa saja persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi personal guarantee

3. Bagaimana hak dan kewajiban penjamin pada Bank BRI Cabang KCP Willem Iskandar

C. Tujuan Penulisan

(16)

a. Untuk mengetahui prosedur pemberian kredit kepada debitur dengan jaminan personal guarantee

b. Untuk mengetahui persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi personal guarantee. c. Untuk mengetahui hak dan kewajiban penjamin pada Bank BRI Cabang KCP Willem

Iskandar.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dalam melakukan penelitian dapat memberikan sejumlah manfaat yang berguna adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis,

Secara teoritis, pembahasan terhadap masalah ini dapat memberikan pemahaman dan pandangan – pandangan baru mengenai pemberian kredit dengan jaminan personal guarantee dan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi para pembaca mengenai pengembangan dan pengkajian berupa seluk beluk pemberian kredit dengan Jaminan Personal Guarantee.

2. Manfaat Praktis,

Secara praktis, pembahasan permasalahan ini diharapkanhasilnya dapat bermanfaat bagi penulis dan masyarakat.Dan dapat memberikan sumbangan yuridis yang berkaitan dengan Personal guarantee dalam praktek perkreditan perbankan.

E. Metode Penulisan

(17)

Research) dan riset kepustakaan (Library Research).penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut :

1. Jenis dan SifatPenelitian

Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam skripsi ini adalah metode Yuridis–Empiris, yaitu metode penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan data primer dan menemukan kebenaran dengan menggunakan metode berpikir induktif dan kriterium kebenaran koresponden serta fakta yang digunakan untuk proses induksi dan pengujian kebenaran secara koresponden adalah fakta yang mukhtahir.

Penelitian ini bersifat deskriptif analistis, dengan cara mendapat dan mencari peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan teori-teori hukum yang menjadi objek penelitian yang berkenanan objek penelitian.7

2. Metode Pengumpulan Data

Oleh karena itu penulis memilih menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut : a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Yakni melakukan penelitian dengan berbagai sumber bacaan seperti: buku,peraturan perundang-undangan, pendapat sarjana,bahan-bahan kuliah lainnya dan internet.

b. Penelitian Lapangan (Field Research)

Yakni dengan melakukan penelitian langsung ke lapangan dengan melakukan wawancara terhadap narasumber.Untuk memperoleh data primer yang dapat mendukung penulisan skripsi dengan dilakukan wawancara secara mendalam (in dept interviewing)8

7

Zainuddin Ali,2009, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, Hal 105-106.

dengan mewawancara narasumber yaitu Bapak Syafil Chalid selaku Pincapem BRI KCP Willem Iskandar di BRI KCP Willem Iskandar.

8

(18)

c. Analisa data.

Data primer dan data sekunder yang diperoleh kemudian dianalisis secara kualitatif, yaitu penelitian yang mengacu pada norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan serta norma – norma yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Kemudian dikemukakan dalam bentuk uraian secara sistematis dengan menjelaskan hubungan antara berbagai jenis data selanjutnya semua data diselesaikan dan diolah kemudian dinyatakan secara deskriftif sehingga selain menggambarkan dan mengungkapkan dasar hukumnya, juga dapat memberikan solusi terhadap permasalahan yang dimaksud.

F. Keaslian Penulisan

Menurut informasi (sumber) yang diperoleh dari Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Judul skripsi ini belum pernah ditemukan dan permasalahan yang diajukan juga belum pernah diteliti.Penulis juga menelusuri judul karya ilmiah melalui media internet, dan sepanjang penelusuran yang dilakukan penulis, belum ada penulis lain yang pernah mengangkat topiktersebut. Permasalahan dan pembahasan yang diangkat dalam penulisan merupakan hasil pemikiran penulis sendiri.Oleh karena itu, penulis yakin bahwa materi penelitian ini masih aktual mengingat perkembangan personal guarantee dalam praktek perkreditan perbankan masih eksis. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa skripsi ini asli.Dengan demikian keaslian penulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

G. Sistematika Penulisan

(19)

terbagi dalam bab-bab yang menguraikan sebelumnya secara tersendiri, didalam suatu konteks yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Penulis membuat Sistematika dengan membagi pembahasan keseluruhan ke dalam lima bab yang terperinci.

Adapun sistematika penulisan yang penulis maksud adalah:

Bab I : Pendahuluan

Dalam bab ini yang merupakan bab pendahuluan, penulis menguraikan tentang hal yang bersifat umum serta alasan pemilihan judul, permasalahan,tujuan dan manfaat penulisan. Tinjauan kepustakaan dan metode penulisan. Sebagai penutup bab ini ditutup dengan memberikan sistematika penulisan skripsi ini.

Bab II :Tinjauan Umum Tentang Kredit

Dalam bab ini penulis akan membahas tentang kredit. Diuraikan mengenai pengertian kredit, jenis-jenis kredit, tujuan dan fungsi kredit, para pihak dalam kredit.

Bab III : Tinjauan Umum Tentang Jaminan

Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai jaminan. Maka akan diuraikan pengertian jaminan dan penjamin, jenis-jenis jaminan, pihak-pihak yang terkait dalam jaminan, dan personal gurantee.

Bab IV : Pemberian Kredit Dengan Jaminan Personal Gurantee.

Dalam bab ini akan dibahas mengenai prosedur pemberian kredit kepada debitur dengan jaminan personal guarantee, hambatan-hambatan didalam proses pemberian kredit, hak dan kewajiban penjamin.

(20)
(21)

BAB II

TINJAUAN UMUM MENGENAI KREDIT BANK

A. Pengertian Kredit

Secara etimologis istilah kredit berasal dari bahasa latin, credere, yang berarti kepercayaan. Misalkan, seorang nasabah debitur yang memperoleh kredit dari bank adalah tentu seseorang yang mendapat kepercayaan dari bank.Hal ini menujukan bahwa yang menjadi dasar pemberian kredit oleh bank kepada nasabah debitur adalah kepercayaan.Hal ini menunjukan bahwa yang menjadi dasar pemberian kredit oleh bank kepada nasabah debitur adalah kepercayaan.9

Kredit merupakan suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang atau badan usaha untuk menjamin uang untuk membeli berbagai kebutuhan dan produk dan akan membayarnya kembali pada jangka waktu yang telah di perjanjikan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, salah satu pengertian kredit adalah pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur atau pinjaman sampai batas jumlah tertentuyang diizinkan oleh bank atau badan lain.

Dalam Pasal 1 butir 11 Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang – Undang No.7 Tahun 1992 tentang perbankan menyatakan bahwa :

“Kredit adalah penyedian uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga

Berdasarkan pengertian diatas menunjukan bahwa prestasi yang wajib dilakukan oleh debitur atas kredit yang diberikan kepadanya adalah tidak semata -mata melunasi utangnya tetapi juga disertai dengan bunga sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.

9

(22)

Sebagaimana diketahui bahwa unsur esensial dari kredit bank adalah adanya kepercayaan dari bank sebagai kreditor terhadap nasabah peminjam sebagai debitur.Kepercayaan tersebut timbul karena dipenuhinya segala ketentuan dan persyaratan untuk memperoleh kredit bank oleh debitur.

Dapat dikatakan dalam hubungan bahwa kreditor (yang memberi kredit, lazimnya bank) dalam hubungan perkreditan dengan debitor (nasabah, penerima kredit) mempunyai kepercayaan, bahwa debitor dalam waktu dan dengan syarat-syarat yang telah disetujui bersama, dapat mengembalikan (membayar kembali) kredit bersangkutan.Dalam masyarakat umum istilah kredit sudah tidak asing lagi dan bahkan dikatakan popular (dan merakyat), sehingga dalam bahasa sehari- hari sudah di campurbaurkan begitu saja dengan istilah utang.Bahkan dalam dunia pendidikan dengan sistem kredit semester yang baru, istilah kredit sudah memiliki konotasi khusus tersendiri dibanding asal.10

Undang – Undang Perbankan yang diubah menggunakan dua istilah yang berbeda, namun mengandung makna yang sama untuk pengertian kredit. Kedua istilah pembiayaan berdasarkan pada prinsip syariah.Penggunaan istilah tersebut tergantung kepada kegiatan usaha yang dijalankan oleh bank, apakah bank dalam menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah.Bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional menggunakan istilah kredit, sedangkan bank yang menjalankan usahanya berdasarkan syariah menggunakan istilah pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.

Berdasarkan pengertian kredit seperti yang tersebut diatas maka Thomas Suryapto dalam buku M.Djumhana menyatakan “ada unsur- unsur dari kredit “, yaitu :

10

(23)

a. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa, akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.

b. Tenggang waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang.

c. Degree of risk, yaitu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi yang akan diterima kemudian hari. Semakin lama kredit diberikan semakin tinggi pula tingkat resikonya. Dengan adanya resiko inilah maka timbullah jaminan dalam pemberian kredit.

d. Prestasi, yaitu yang diberikan adalah suatu prestasi yang dapat berupa barang, jasa atau uang11.

Semua ketentuan diatas seperti terdapat di dalam penjelasan Undang- Undang No. 10 Tahun 1998 ayat (1), bahwa untuk memperoleh keyakinan terhadap seorang debitur, sebelum memberikan kredit, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha dari debitur.

Untuk mencegah terjadinya kredit bermasalah dikemudian hari, penilaian suatu bank untuk memberikan persetujuan terhadap suatu permohonan kredit dilakukan dengan berpedoman kepada Formula 4P dan 5C12

Formula 4P dapat diuraikan sebagai berikut .

13

1. Personality

:

Dalam hal ini pihak bank mencari data secara lengkap mengenai kepribadian si pemohon kredit, antara lain mengenai riwayat hidupnya, pengalamannya dalam berusaha, pergaulan

11

M. Djumhana, Hukum Perbankan Di Indonesia, Cet III (Bandung : PT.Citra Aditya Bakti, 2000), hlm 370-371

12

Hermansyah, S.H, Op.Cit , hal 63

13

(24)

dalam masyarakat, dan lain-lain. Hal ini diperlukan untuk menentukan persetujuan kredit yang diajukan oleh pemohon kredit.

2. Purpose

Selain mengenai kepribadian (Personality) dari pemohon kredit, bank juga mencari data tentang tujuan atau penggunaan kredit tersebut sesuai line of bussines kredit bank yang bersangkutan.

3. Prospect

Dalam hal ini bank harus melakukan analisis secara cermat dan mendalam tentang bentuk usaha yang akan dilakukan oleh si pemohon kredit.Misalnya, apakah usaha yang dijalankan oleh pemohon kredit mempunyai prospek di kemudian hari ditinjau dari aspek ekonomi dan kebutuhan masyarakat.

4. Payment

Bahwa dalam penyaluran kredit, bank harus mengetahui dengan jelas mengenai kemampuan dari pemohon kredit untuk melunasi kredit dalam jumlah dan jangka waktu yang ditentukan.

Mengenai formula 5C dapat diuraikan sebagai berikut 14

1. Character

:

Bahwa calon nasabah debitor memiliki watak, moral, dan sifat-sifat pribadi yang baik.Penilaian terhadap karakter ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kejujuran integritas, dan kemauan dari calon nasabah debitor untuk memenuhi kewajiban dan menjalankan usahanya.Informasi ini dapat diperoleh oleh bank melalui riwayat usaha, dan informasi usaha-usaha yang sejenis.

2. Capacity

14

(25)

Yang dimaksud dengan capacity dalam hal ini adalah kemampuan calon nasabah debitor untuk mengelola kegiatan usahanya dan mampu melihat prospektif masa depan, sehingga usahanya akan dapat berjalan dengan baik dan memberikan keuntungan, yang menjamin bahwa ia mampu melunasi utang kreditnya dalam jumlah dan jangka waktu yang telah ditentukan. Pengukuran kemampuan ini dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan, misalnya pendekatan materil, yaitu melakukan penilaian terhadap keadaan neraca, laporan rugi laba, dan arus kas (cash flow) usaha dari beberapa tahun terakhir.Melalui pendekatan ini, tentu dapat diketahui pula mengenai tingkat solvabilitas, likuiditas, dan rentabilitas usaha serta tingkat resikonya.Pada umumnya untuk menilai capacity seseorang didasarkan pada pengalamannya dalam dunia bisnis yang dihubungkan dengan pendidikan dari calon nasabah debitor, serta kemampuan dan keunggulan perusahaan dalam melakukan persaingan usaha dengan pesaing lainnya.

3. Capital

Dalam hal ini bank harus terlebih dahulu melakukan penelitian tehadap modal yang dimiliki oleh pemohon kredit. Penyelidikan ini tidaklah semata-mata didasarkan pada besar kecilnya modal, akan tetapi lebih difokuskan kepada bagaimana distribusi modal ditempatkan oleh pengusaha tersebut, sehingga segala sumber yang telah ada dapat berjalan secara efektif.

4. Collateral

Collateral adalah jaminan untuk persetujuan pemberian kredit yang merupakan sarana pengaman (back up) atas resiko yang mungkin terjadi atas wanprestasinya nasabah debitor di kemudian hari, misalnya kredit macet.Jaminan ini diharapkan mampu melunasi sisa utang kredit baik utang pokok maupun bunganya.

(26)

Bahwa dalam pemberian kredit oleh bank, kondisi ekonomi secara umum dan kondisi sektor usaha pemohon kredit perlu memperoleh perhatian dari bank untuk memperkecil resiko yang mungkin terjadi yang diakibatkan oleh kondisi ekonomi tersebut.

Dalam masyarakat yang modern, perjanjian dapat dibuat secara lisan maupun secara tulisan.Perjanjian merupakan salah satu kerangka hukumperdata dikalangan pakar yang menimbulkan berbagai pandangan.Terdapat banyak sekali isitlah dan pengertian mengenai hukum perjanjian.

Secara yuridis, Pasal 1313 KUHPerdata menyebutkan “suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadao satu orang atau lebih”.Dari ketentuan pasal ini jelaslah bagi kita bahwa persetujuan yang bersifat sepihak, yaitu persetujuan yang hanya menimbulkan kewajiban pada satu pihak saja.

Suatu Perjanjian adalah semata – mata suatu persetujuan yang diakui oleh hukum. Persetujuan ini merupakan kepentingan yang pokok dalam dunia usaha, dan menjadi dasar dari kebanyakan transaksi dagang, seperti jual-beli barang, tanah, pemberian kredit, asuransi,pengangkutan barang, pembentukan organisasi usaha, dan sebegitu jauh menyangkut tenaga kerja.15

Syarat sah suatu perjanjian agar dapat dikatakan suatu perjanjian yang sah sesuai dengan pasal 1320 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata menyatakan :

1. Sepakat mereka yang mengikat dirinya;

Yang dimaksud kata sepakat adalah bahwa kedua subjek yang membuat perjanjian itu harus sepakat atau setuju mengenai hal-hal pokok dari suatu perjanjian yang mereka sepakati.

2. Cakap untuk membuat suatu perjanjian;

15

(27)

Sesorang itu harus benar-benar mempunyai kewenangan dalam membuat suatu perjanjian dengan pihak lainnya.Dan harus bertanggung jawab atas akibat dari perjanjian yang dibuat.

3. Mengenai suatu hal tertentu;

Pasal 1333 KUHPerdata menyatakan bahwa paling sedikit yang menjadi obyek perjanjian harus dapat ditentukan oleh jenisnya, baik benda berwujud atau benda tidak berwujud.

4. Suatu sebab yang halal;

Sebab disini diartikan sebagai isi atau tujuan dari pada suatu perjanjian.Melalui syarat ini, maka hakim dapat mengawasi perjanjian tersebut.

Perjanjian kredit merupakan perjanjian pendahuluan (pactum de contrahendo).Dengan demikian perjanjian ini mendahuli perjanjian hutang-piutang (perjanjian pinjam-mengganti).Sedang perjanjian hutang-piutang merupakan pelaksanaan dari perjanjian pendahuluan atau perjanjian kredit.16

B. Jenis-Jenis Kredit

Kredit terdiri dari beberapa jenis yang bila dilihat dari berbagai pandangan.Dalam hal ini jenis kredit tidak dapat dipisahkan dari tujuan pembangunan.Awalnya kredit diberikan dengan landasan kepercayaan murni terhadap nasabah. Dengan perkembangan zaman maka ada pula perkembangan mengenai kredit sehingga kredit memliki unsur-unsur yang membuatnya memliki landasan dan berkembanglah pembagian mengenai kredit ini.

Kredit banyak jenisnya dan dapat di golongkan berdasarkan kretaria yang digunakan 1. Penggolongan Berdasarkan Jangka Waktu

16

(28)

Apabila jangka waktu digunakan sebagai kriteria, maka suatu kredit dapat dibagi ke dalam :

a. Kredit Jangka Pendek; yakni kredit yang jangka waktunya tidak melebihi 1 tahun. b. Kredit Jangka Menengah; yaitu kredit yang mempunyai jangka waktu antara 1 sampai 3

tahun.

c. Kredit Jangka Panjang; dalam hak ini merupakan kredit yang mempunyai jangka waktu diatas 3 tahun.

2. Penggolongan Berdasarkan Dokumentasi Yaitu :

a. Kredit dengan perjanjian kredit tertulis

b. Kredit tanpa surat perjanjian kredit. Untuk itu dapat dibagi kedalam : i. Kredit lisan

Tetapi ini sangat jarang dilakukan.

ii. Kredit dengan instrument surat berharga. Misalnya kredit yang hanya lewat dokumen promes (promissory note), Obligasi (bonds), karu kredit dan sebagainya iii.Kredit cerukan (overdraft)

Kredit ini seperti ini timbul karena :

1. Penarikan/ pembebanan giro yang melampaui saldonya 2. Penarikan/ pembebanan R/C yang melampaui platfonnya 3. Penggolongan Berdasarkan Bidang Ekonomi

Dalam hal ini suatu kredit dapat dibagi dalam :

a. Kredit untuk sektor pertanian, perburuhan dan sarana pertanian. b. Kredit untuk sektor pertambangan.

(29)

e. Kredit untuk sektor konstruksi.

f. Kredit untuk sektor perdagangan, restoran, dan hotel. g. Kredit pengangkutan, perdagangan, dan komunikasi. h. Kredit untuk sektor jasa.

i. Kredit untuk sektor lain-lain.

4. Penggolongan Kredit Berdasarkan Tujuan Penggunaannya Untuk itu kredit dibagi dalam :

a. Kredit konsumtif. Ini merupakan kredit yang diberikan kepada debitor untuk keperluan konsumsi seperti kredit profesi, kredit perumahan, kredit kendaraan bermotor, pembelian alat-alat rumah tangga dan lain sebagainya

b. Kredit produktif, yang terdiri dari :

i. Kredit investasi; yang dipergunakan untuk membeli barang modal atau barang-barang tahan lama, seperti tanah, mesin, dan sebagainya. Namun demikian, sering juga kredit ini digolongkan kedalam kredit investasi adalah apa yang disebut sebagai

Kredit Bantuan Proyek.

ii. Kredit Modal Kerja (Working Capital Credit/ Kredit Eksploitasi); untuk membiayai modal lancar yang habis dalam pemakaian, seperti untuk barang dagangan, bahan baku, overhead produksi, dan sebagainya.

iii.Kredit Likuiditas; diberikan dengan tujuan untuk membantu perusahaan yang sedang kesulitan likuiditas. Misalnya kredit likuiditas dari Bank Indonesia yang diberikan untuk bank-bank yang memiliki likuiditas dibawah bentuk uang.

5. Penggolongan Kredit Berdasarkan Objek Yang Ditransfer Dapat dibagi dalam:

(30)

b. Kredit Bukan Uang (Non Money Credit, Mercentile Credit, Merchant Credit), dimana diberikan dalam benruk barang dan jasa dan pengembaliannya dilakukan dalam bentuk uang.

6. Penggolongan Kredit Berdasarkan Waktu Pencairannya. Dalam hal ini suatu kredit dapat dibagi lagi dalam:

a. Kredit Tunai (Cash Credit), dimana pencairan kredit dilakukan dengan tunai atau pemnindahbukuan kedalam rekening debitor.

b. Kredit Tidak Tunai (Non Cach Credit), dimana kredit tidak dibayar pada saat pinjamnan dibuat. Termasuk dalma penggolongan ini misalnya :

i. Garansi bank atau By L/C. Dalam hal ini bank akan membayar apabila terjadi perbuatan tertentu, misalnya jika pada suatu saat pihak pemohon garansi tidak melaksanakan kewajibannya kepada pihak lain, maka dalam hal seperti ini banklah yang akan membayarnya

ii. Letter of Credit, yang merupakan jaminan kepada penjual / pengirim barang dimana bank akan membayar sejumlah uang jika dokumen - dokumen tertentu dipenuhi oleh penjual / pengirimm barang.

7. Penggolongan Kredit Menurut Cara Penarikannya.

Apabila dilihat dari segi penarikannya, maka suatu kredit dapat dibagi dalam :

a. Kredit Sekali Jadi (alfopend). Yakni kredit yang pencairan dananya dilakukan sekaligus, misalnya secara tunai ataupun secara pemindahbukuan.

(31)

c. Kredit Berulang-ulang (Revolving Loan). Kredit semacam ini biasanya diberikan terhadap debitor yang tidak memrlukan kredit sekaligus, melainkan secara berulang-ulang sesuai kebutuhan, asalkan masih dalam batas maksimum dan masih dalam jangka waktu yang di perjanjikan. Berbeda dengan kredit rekening Koran, maka kredit berulang-ulang ini lebih dibatasi (tidak dalam arti seluas-luasnya), terutama dalam hal penarikan dan penyetorannya.

d. Kredit Bertahap. Kredit bertahap ini merupakan kredit yang pencairan dananya dilakukan secara bertahap dalam beberapa termin, misalnya tranche I,II,III, dan IV. e. Kredit Tiap Transaksi (self-liquidating atau eenmalige transactie crediet). Merupakan

kredit yang diberikan untuk satu transaksi tertentu, dimana pengembalian kredit diambil dari hasil transaksi yang bersangkutan. Berbeda dengan revolving credit, maka kredit

eenmalige ini tidak ditarik dananya secara berulang-ulang, melainkan sekaligus saja, yakni untuk tiap transaksi saja.

8. Penggolongan Kredit dilihat dari Pihak Kreditornya

Apabila dilihat dari segi pihak pemberi kredit, maka suatu kredit dapat digolong-golongkan ke dalam:

a. Kredit Terorganisasi (Organized Credit), yakni kredit yang diberikan oleh badan-badan yang terorganisir secara legal dan memang berwenang memberikan kredit. Misalnya bank, koperasi, dan sebagainya.

b. Kredit Tidak Terorganisasi (Unorganized Credit). Merupakan kredit yang diberikan oleh seseorang atau sekelompok orang, ataupun badan yang tidak resmi untuk memberikan kredit.

Kredit tidak terorganisasi ini dapat dipilah-pilah kedalam kategori sebagai berikut :

(32)

ii. Kredit Penjual, merupakan kredit yang diberikan oleh penjual kepada pembeli dalam suatu jual - beli, dimana barang segera diserahkan sementara harga barang dibayar kemudian secara kredit.

iii.Kredit Pembeli, yang dimaksud adalah kredit yang juga terbit dari jual - beli, dimana uang pembelian segera diserahkan sementara barangnya diserahkan di kemudian hari. Misalnya seperti yang sering dipraktekkan dalam pembelian bahan bangunan, dan lain-lain.

9. Penggolongan Kredit Berdasarkan Negara Asal Kreditor.

Apabila ditinjau dari segi asal Negara dari mana kreditor berada, maka suatu kredit dapat digolong - golongkan sebagai berikut:

a. Kredit Domestik (Domestic / Onshore Credit)

Ini merupakan kredit yang debitornya / kreditornya utamanya berasal dari dalam negeri b. Kredit Luar Negeri (Foreign/ Offshore Credit)

Merupakan kredit dengan kreditor atau kreditor utamanya berasal dari luar negeri. 10. Penggolongan Kreditor Berdasarkan Jumlah Kreditor.

Berdasarkan berapa banyaknya jumlah kreditor, maka suatu kredit dapat dibagi dalam : a. Kredit dengan Kreditor Tunggal

Yakni kredit yang kreditornya hanya satu orang / satu badan hukum saja. Ini sering disebut dengan Single Loan.

b. Kredit Sindikasi(Syndicated Credit)

Ini merupakan kredit dimana pihak kreditornya terdiri dari beberapa badan hukum, dimana biasanya salah satu diantara kreditor tersebut bertindak sebagai Lead Creditor / Lead Bank.17

17

(33)

C. Tujuan dan Fungsi Kredit

Dari berbagai hal dan jenis-jenis kredit perbankan, maka yang penting untuk digarisbawahi adalah ditinjau dari segi tujuan penggunaannya18

1. Larangan;

.Pertimbangan pentingnya kebenaran tujuan penggunaan suatu fasilitas kredit dapat dilihat pada penjelasan dibawah ini:

2. Izin-izin usaha; 3. Side streaming.

Tujuan kredit diberikan tidak terlepas dari misi dari bank tersebut.Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit adalah sebagai berikut:

1. Mencari keuntungan

Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut.Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.

Keuntungan ini penting untuk untuk kelangsungan hidup bank. Jika bank yang terus-menerus menderita kerugian, maka besar kemungkinan bank tersebut akan dilikudiasi (dibubarkan).

2. Membantu usaha nasabah

Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluaskan usahanya.

3. Membantu pemerintah

Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor.19

18

(34)

Di Indonesia lembaga keuangan bank memiliki misi dan fungsi khusus yaitu bank diarahkan untuk berperan sebagai agen pembangunan (agent of development), yaitu sebagai lembaga yang bertujuan mendukung pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Fungsi tersebut merupakan jabaran dari Pasal 4 Undang-Undang Perbankan, yaitu perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional kerarah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak20

Kemudian disamping tujuan diatas suatu fasilitas kredit memiliki fungsi sebagai berikut .

21

1. Untuk memingkatkan daya guna uang. :

Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang maksudnya jika uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit.

2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.

Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya sehingga suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya. 3. Untuk meningkatkan daya guna barang.

19

Kasmir S.E, MM, Bank dan Lembaga Keunagan lainnya, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2010, Hal 100

20

Johanes Ibrahim, 2004 , Bank sebagai Lembaga Intermediasi dalam Hukum Positif, CV.Utomo, Bandung, hal 36.

21

(35)

Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh si debitur untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna dan bermanfaat.

4. Meningkatkan peredaran barang.

Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari satu wilayah ke wilayah lainnya sehingga jumlah barang yang beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan devisa Negara.

5. Sebagai alat stabilitas ekonomi.

Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi karena adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat. Kemudian dapat pula kredit membantu dalam mengekspor barang dari dalam negeri ke luar negeri sehingga meningkatkan devisa Negara.

6. Untuk meningkatkan kegairahan manusia.

Bagi si penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha, apalagi bagi si nasabah yang memang modalnya pas - pasan.

7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan.

Semakin banyak kredit yang disalurkan, akan semakin baik terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit bank diberikan untuk membangun pabrik, maka pabrik tersebut tentu membutuhkan tenaga kerja sehingga dapat pula mengurang pengangguran. Disamping itu, bagi masyarakat sekitar pabrik juga akan dapat meningkatkan pendapatanya seperti membuka warung atau menyewa rumah kontrakan atau jasa lainnya.

8. Untuk meningkatkan hubungan internasional.

(36)

Suatu kredit mencapai fungsinya, baik bagi debitur, kreditur maupun masyarakat, apabila secara sosial ekonomis membawa pengaruh yang lebih baik.Bagi pihak debitur dan kreditur, mereka sama-sama memperoleh keuntungan dan juga mengakibatkan tambahan penerimaan negara dari pajak, serta membawa dampak kemajuan ekonomi yang bersifat mikro maupun makro22

Menurut pendapat H.Budi Untung dalam bukunya “Hukum Jaminan Keperdataan”, disebutkan bahwa kredit dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan mempunyai sebagai berikut:

.

a. Meningkatkan daya guna uang;

b. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang; c. Meningkatkan daya guna dan peredaran uang; d. Sebagai salah satu stabilitas ekonomi;

e. Meningkatkan kegairahan usaha;

f. Meningkatkan pemerataan pendapat; dan g. Meningkatkan hubungan internasional23.

D. Para Pihak dalam Kredit

Para pihak dalam kredit pada dasarnya hanya ada dua, yaitu pihak kreditur (bank) dan pihak debitur. Namun masalahnya akan menjadi lain apabila barang jaminan diberikan oleh pihak ketiga yang turut serta mentandatangani perjanjian kredit (hutang-piutang) atau

personal guaranteediberikan oleh pihak ketiga. Jadi disini pihak ketiga bertindak sebagai penjamin24

Para pihak yang ada dalam suatu perjanjian kredit antara lain : .

1. Pihak Kreditur atau Bank.

Menurut kamus istilah hukum Fockema Andrea, Yang dimaksud dengan Bank ialah suatu lembaga atau orang pribadi yang menjalankan perusahaan dalam menerima dan memberikan uang dari dan kepada perusahaan dalam menerima dan memberikan uang dari

22

Mohhammad Djumhana,Op.Cit, Hal 232

23

H.budi Untung, SH,MM, Loc,cit, Hal 4.

24

(37)

dan kepada pihak ketiga.Berhubung dengan adanya cek yang hanya dapat diberikan kepada banker sebagai tertarik, maka bank dalam arti luas adalah orang atau lembaga yang dalam pekerjaanya secara teratur menyediakan uang untuk pihak ketiga25

Dalam Pasal 1 butir 2 Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan menyatakan bahwa :

.Biasanya Pihak Kreditur adalah Bank.

“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat bank”.

Sesuai Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang perbankan, bank terbagi dalam dua jenis yaitu : a. Bank Umum. yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau

berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank Umum dapat mengkhususkan diri untuk melaksanakan atau memberikan perhatian yang lebih besar pada kegiatan tertentu.

b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR), yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatan tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

2. Pihak Debitur atau Nasabah

Debitur atau sipihak berhutang atau nasabah adalah pihak yang mengadakan pinjaman ke bank dengan menggunakan jaminan. Debitur adalah pihak yang berhutang ke pihak lain, biasanya dengan menerima sesuatu dari kreditur yang dijanjikan debitur untuk dibayar kembali pada masa yang akan datang26

(38)

Didalam Undang-Undang Perbankan dimuat tentang jenis dan pengertian nasabah.Dalam Pasal 1 angka 17 disebutkan bahwa pengertian nasabah yaitu pihak yang menggunakan jasa bank. Jenis-jenis nasabah bank ada 2, yakni27

a) Nasbah Penyimpan, yakni nasabah yang menempatkan dananya di bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan.

:

b) Nasabah Debitor, nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip Syariah atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan.

3. Pihak Penjamin atau Personal Guarantee

Penjamin atau personal guarantee adalah jaminan seorang pihak ketiga yang bertindak untuk menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban si debitor. Yang dimaksud dengan penjamin adalah pihak ketiga yang bukan merupakan debitur, bisa saja orang perorangan atau korporasi yang berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum dengan mengadakan perjanjian dengan pihak kreditur agar ia menjadi penjamin dalam pelunasan hutang debitur kepada kreditur apabila debitur tersebut melakukanwanprestasi.Tujuan adanya penjamin adalah untuk menjamin agar hutang yang telah diberikan kreditur kepada debitur dapat terjamin pengembaliannya.

27

(39)

BAB III

TINJAUAN UMUM MENGENAI JAMINAN

Istilah hukum jaminan merupakan terjemahan dari istilah security of law, zekerheidsstelling, atau zekerheidsrechten.

Sehubungan dengan pengertian hukum jaminan, tidak banyak literature yang merumuskan pengertian hukum jaminan.Menurut J.Satrio hukum jaminan itu diartikan pengaturan hukum yang mengatur tentang jaminan-jaminan piutangseorang kreditor terhadap seorang debitor.Ringkasannya hukum jaminan adalah hukum yang mengatur tentang jaminan utang sesorang28.Sementara itu, Salim HS menberikan perumusan hukum jaminan adalah keseluruhan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan antara pemberi dan penerima jaminan dalam kaitannya dengan pembebanan jaminan untuk mendapatkan fasilitas kredit2930

Didalam hukum jaminan tidak memuat pengaturan mengenai perlindungan hukum terhadap kreditor, melainkan mengatur mengenai perlindungan hukum bagi debitur.Maksudnya hukum jaminan tidak mengatur tentang hak-hak kreditur melainkan secara bersamaan mengatur mengenai hak-hak kreditor dan hak-hak debitur.

.

Beberapa prinsip hukum jaminan sebagaimana yang diatur oleh ketentuan-ketentuan KUHPerdata adalah sebagai berikut :

a. Kedudukan harta pihak peminjam31 b. Kedudukan pihak pemberi pinjaman32

28

J.Satrio, Op.Cit, hal 3.

29

Salim HS,Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, Sinar Grafika Offset, Jakarta, 2005, hal 6.

30

Rachmadi Usman, SH, M.H, Hukum Jaminan Keperdataan, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hal 1.

31

M. Bahsan, S.H,S.E, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, PT.Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2007, hal 9.

32

Ibid, hal 10.

(40)

c. Larangan memperjanjikan pemilikan objek jaminan utang oleh pihak pemberi pinjamnan33.

A. Pengertian Jaminan dan Penjamin

Istilah “jaminan“ berasal dari istilah “zekerheid” atau “ cautie “merupakan terjemahan bahasa Belanda,yaitu kemampuan debitur untuk memenuhi atau melunasi perutanganya kepada kreditur, yang dilakukan dengan cara menahan benda tertentu yang bernilai ekonomis sebagai tanggungan atas pinjaman atau utang yang diterima debitur terhadap kreditur. Istilah “zekerheid” atau “cautie “ mencakup secara umum cara-cara kreditur menjamin kalau tagihan itu dapat terpenuhi, disamping itu juga memuat pertanggung jawaban debitur.

Adapun istilah “agunan”, ketentuan dalam Pasal 1 angka 23 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang perbankan menyatakan bahwa34

“Agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah”

:

Jaminan secara umum diatur dalam Pasal 1131 KUHPerdata yang menetapkan bahwa”segala hak kebendaan debitur baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang aka nada dikemudianhari menjadi tanggungan untuk segala perikatannya”

Agunan dalam konstruksinya merupakan jaminan tambahan demi mendapatkan fasilitas kredit dari bank. Agunan memiliki beberapa unsur di antaranya :

1. Jaminan tambahan;

2. Diserahkan oleh debitur kepada Bank;

33

Ibid , hal 11.

34

(41)

3. Untuk mendapatkan fasilitas kredit atau pembayaran.

Dalam perspektif hukum perbankan, agunan dibedakan atas 2 (dua) macam yaitu agunan pokok dan agunan pokok dan agunan tambahan. Hal ini dalam penjelasan atas Pasal 8 ayat (1) UndangNomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Agunan pokok adalah barang, surat berharga, atau garansi yang berkaitan langsung dengan objek yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan, seperti barang yang dibeli dengan kredit yang dijaminkan, proyek yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan, maupun debitur ; sedangkan agunan tambahan adalah barang, surat berharga, atau garansi yang tidak berkaitan langsung dengan objek yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan, yang ditambahkan sebagai agunan35

Senada dengan itu, Mariam Darus merumuskan Jaminan sebagai suatu tanggungan yang diberikan oleh seorang debitur dan/atau pihak ketiga kepada kreditur untuk menjamin kewajibannya dalam suatu perikatan

.

36

. Hal yang sama dikemukankan oleh Hartono Hadisaputro, yang menyatakan jaminan adalah sesuatu yang diberikan debitur kepada kreditur untuk menimbulkan keyakinan bahwa debitur akan memnuhi kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan37

Sesuai dengan perumusan mengenai pengertian jaminan diatas maka dapat disimpulkan, jaminan itu merupakan suatu pertanggungan atas pinjaman fasilitas kredit yang diberikan debitur kepada kreditur hingga pinjaman tersebut lunas dibayar.Jaminan itu dapat berupa kebendaan dan perorangan dan apabila debitur tersebut wanprestasi maka jaminan yang berupa kebendaan tersebut dapat dinilai dengan uang sedangkan jaminan perorangan wajib mempertanggungjawabkan pinjaman tersebut. Dengan kata lain, dapat dikatakan jaminan berfungsi sebagai sarana pemenuhan utang.

.

35

Rachmadi Usman,SH,M.H, Op.Cit Hal 68

36

Mariam Darus Badrulzaman, Permasalahan Hukum Hak Jaminan, Hukum Bisnis volume 11, 2000, hal 12.

37

(42)

Penjamin adalah pihak ketiga yang bukan merupakan debitur, bisa saja orang perorangan atau korporasi yang berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum dengan mengadakan perjanjian dengan pihak kreditur agar ia menjadi penjamin dalam pelunasan hutang debitur kepada kreditur apabila debitur tersebut melakukan wanprestasi.Tujuan adanya penjamin adalah untuk menjamin agar hutang yang telah diberikan kreditur kepada debitur dapat terjamin pengembaliannya.Penjamin itu biasanya disebut juga dengan personal guarantee atau jaminan perorangan.

Mengenai pengertian penanggung ditegaskan dalam Pasal 1820 KUHPerdata, yang menyatakan bahwa:

“Penanggung adalah suatu persetujuan dengan mana seorang pihak ketiga, guna kepentingan si berutang, mengikatkan diri untuk memenuhi perikatannya si berutang manakala orang ini sendiri tidak memenuhinya.”

Subekti mengartikan Jaminan Perorangan adalah:“Suatu perjanjian antara seorang berpiutang (kreditur) dengan seseorang ketiga, yang menjamin dipenuhinya kewajiban si berhutang (debitur). Ia bahkan dapat diadakan diluar (tanpa) siberhutang tersebut.”38

B. Jenis – Jenis Jaminan

Pada umumnya jenis-jenis jaminan menurut Kitab Undang – Undang Hukum Perdata merupakan sumber hukum dalam bidang keperdataan yang mengatur jenis-jenis jaminan dan ada juga beberapa peraturan perundang-undangan yang merupakan pembaruan dari Kitab Undang – Undang Hukum Perdata.

Terdapat bermacam-macam benda yang dapat dijadikan sebagai objek jaminan kredit.Dalam salah satu penggolongan benda dijelaskan mengenai benda bergerak dan benda tidak bergerak.Sesuai ketentuan Undang-Undang ada bentuk jaminan yang berbeda sehingga analisis kredit harus mengetahui jenis benda yang dapat dijadikan jaminan dan bentuk

38

(43)

pengikatan atas benda itu.Untuk itu pada bagian ini akan dijelaskan bentuk pengikatan jaminan diantaranya :

1. Hak Tanggungan.

Hak tanggungan adalah jaminan yang adanya karena perjanjian lebih dahulu antara kreditur dengan debitur. Jaminan yang ada/lahirnya karena perjanjian ini akan menimbulkan jaminan khusus yang berupa jaminan kebendaan yaitu hak tanggungan/ hipotik39

Budi Harsono dalam buku Salim HS memberikan pendapat mengenai pengertian hak tanggungan, yaitu hak atas tanah, berisi kewenangan kreditur untuk berbuat sesuatu mengenai tanah yang dijadikan agunan, tetapi bukan untuk dikuasai secara fisik dan digunakan, melainkan untuk menjualnya jika debitur cedera janji dan mengambil dari hasilnya seluruhnya atau sebagian pembayaran lunas hutang debitur kepadanya

.

40

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 pasal 1 ayat 1 disebutkan pengertian hak tanggungan

.

“Hak tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimanayang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu untuk pelunasan hutang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lainnya .“41.

Dalam Pasal 8 sampai dengan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan menjelaskan bahwa yang dapat dijadikan subyek hukum dalam hak tanggungan adalah pemberi hak tangggungan dan pemegang hak tanggungan, pemberi hak tanggungan dapat berupa perorangan dan badan hukum.mereka mempunyai hak untuk melakukan perbuatan hukum terhadap objek hak tanggungan atau biasa kita sebut sebagai

39

Sutarno, SH, MM,Aspek-Aspek Hukum Perkreditan pada Bank, Alfabeta, Bandung ,2005,Hal 151.

40

H.Salim S.H,M.S,Op.Cit, Hal 104

41

(44)

Debitur. Pemegang hak tanggungan dapat berupa perorangan dan badan hukum juga.mereka berkedudukan sebagai pihak berutang atau Kreditur.

Ada lima jenis hak tanah yang dapat dijadikan objek hak tanggungan antara lain: 1. Hak Milik

2. Hak Guna Usaha 3. Hak Guna Bangunan

4. Hak Pakai, baik Hak milik maupun hak atas Negara

5. Hak atas tanah berikut bangunan, tanaman dan hasil karya yang telah ada atau akanada merupakan satu kesatuan dengan tanah tersebut dan merupakan hak milik pemegang hak atas tanah yang pembebannya dengan tegas dan dinyatakan didalam akta pemberian hak atas tanah yang bersangkutan.42

2. Fidusia.

Jaminan Fidusia tidak dapat dilepaskan dengan masalah perkreditan.Sebagai jaminan kebendaan, dalam praktik perbankan, fidusia sangat digemari dan popular karena dapat memenuhi kebutuhan masyarakat43

Istilah fidusia berasal dari bahasa Belanda, yaitu Fiducie, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut dengan fiduciary transfer of ownership, yang artinya kepercayaan.Didalam berbagai literature, fidusia lazim disebut dengan istilah eigrndom overdact (FEO), yaitu penyerahan hak milik berdasarkan kepercayaan

.

44

Didalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia pada Pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa

.

“Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda.”45

Prof.H.Tan Kamelo,S.H,M.S, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, PT.Alumni,Bandung,2004, hal 13.

44

H.Salim S.H,M.S, op.cit. hal 55

45

(45)

Subyek dalam jaminan fidusia adalah pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan akta perjanjian jamian fidusia yaitu pemberi fidusia dan penerima fidusia.Pemberi fidusia yaitu orang atau korporasi pemilik benda yang menjadi obyek jaminan fidusia atau biasa disebut debitur.Penerima jaminan fidusia adalah orang perorangan atau korporasi yang mempunyai piutang yang pembayaranya dijamin dengan jaminan fidusia atau biasa disebut dengan kreditur (pemberi pinjaman).

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia, maka objek jaminan fidusia menjadi lebih luas. Benda-benda yang dapat dijadikan obyek jaminan fidusia antara lain :

1. Benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud. 2. Benda tidak bergerak.

3. Gadai.

Ketentuan mengenai gadai sebagai lembaga jaminan diatur dalam pasal 1150 sampai dengan Pasal 1160 KUHperdata.

Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seseorang berhutang atau oleh seseorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada yang si berpiutan itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada orang-orang berpiutang lainnya; dengan kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana yang harus didahulukan (Pasal 1150 KUHPerdata)46

Subyek Gadai adalah pihak-pihak yang terlibat dalam pengikatan gadai yaitu pemberi gadai dan penerima gadai.Pemberi gadai adalah orang atau badan hukum yang mempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum terhadap obyek gadai atau disebut

.

46

(46)

debitur.Penerima gadai adalah orang-perorang atau badan hukum sebagai pihak yang berpiutang atau biasa disebut kreditur.

Jika dilihat dari defenisi pada Pasal 1150 KUHPerdata, yang dapat dijadikan objek gadai adalah benda bergerak ada juga benda yang dapat diterima antara lain benda bergerak tidak bersetubuh, sebagaiman terdapat pada Pasal 1152, Pasal 1152bis, dan Pasal 1153 KUHPerdata.Obyek gadai juga dapat berupa benda bergerak berwujud dan benda bergerak tidak berwujud.

4. Borgtocht.

Borgcht berasal dari bahasa Belanda yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan penanggung atau penjamin. Dalam bahasa Inggris disebut guaranty

Borgtocht atau Penjaminan adalah perjanjian dengan nama seseorang pihak ketiga, guna kepentingan si berpiutang (kreditur) mengikatkan diri untuk (debitur) tidak memenuhinya (wanprestasi). Demikian pengertian atau definisi yang diberikan Pasal 1820 KUHPerdata47

Subyek jaminan perseorangan adalah pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan perjanjian penjaminan yaitu Kreditur dan Penjamin.Ikatan yang terjadi adalah antara kreditur dengan penjaminan sebagai pihak ketiga.

.

Tidak ada obyek dalam jaminan perorangan ini. 5. Cessie.

Menurut Pasal 613 ayat (2) KUHPerdata menyatakan Cessieadalah pemindahan atau pengalihan piutang-piutang atas nama dan kebendaan tidak bertubuh lainnya dari seseorang berpiutang (kreditur) kepada orang lain, yang dilakukan dengan akta otentik atau akta

47

(47)

dibawah tangan yang selanjutnya diberitahukan adanya pengahlian piutang tersebut kepada si berutang (debitur)48

Jaminan kredit bank dapat digolongkan dalam beberapa klasifikasi berdasarkan sudut pandang tertentu, misalnya cara terjadinya, sifatnya, kebendaan yang dijadikan objek jaminan, dan lain sebagainya

.

49

1. Jaminan karena undang-undang yangkarena perjanjian .

Jaminan karena undang-undang adalah jaminan yang dilahirkan atau diadakan oleh, seperti jaminan umum, hak prevelege dan hak retensi(pasal 1132, pasal 1134 ayat(1)). Sedangkan jaminan karena perjanjian adalah jaminan yang dilahirkan atau diadakan oleh perjanjian yang diadakan para pihak sebelumnya, seperti gadai, hipotik, hak tanggungan dan fidusia.

2. Jaminan umum dan jaminan khusus

Pada prinsipnya,menurut hukum segala harta kekayaaan debitor akan menjadi jaminan bagi perutangannya dengan semua kreditor. Kitab Undang - Undang Hukum Perdata pada Pasal 1131 menyatakan bahwa segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun tak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru aka nada di kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatannya perorangan. Dari pasal ini berarti seluruh harta kekayaan milik debitor akan menjadi jaminan pelunasan atas utang debitor kepada semua kreditor. Kekayaan kreditor dimaksud meliputi kebendaan bergerak maupun benda tetap, baik yang sudah ada pada saat perjanjian utang piutang diadakan maupun yang baru yang akanada dikemudian hari yang akan menjadi milik debitor setelah perjanjian utang piutang diadakan. Dengan demikian, tanpa kecuali seluruh harta kekayaan debitor akan menjadi jaminan umum atas pelunasan perutangannya, baik yang telah diperjanjikan maupun tidak diperjanjikan

48

Pasal 613 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

49

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang diperoleh adalah penerapan konsep Tri Hita Karana dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu : (1) Parhyangan, yang ditunjukan dengan adanya Pura Subak serta tatanan

Pertumbuhan sel isolat bakteri masing-masing perlakuan dihitung dengan cara SPC dengan menggunakan colony counter dengan pengenceran 10 -5 pada hari ke-1, ke-3, ke-5 dan

PENGURUS BUKU JURNAL MEDIA KOMUNIKASI OLAHRAGA (MEDIKORA) PRODI IKOR JUR.USAN PKR FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN

Bali Sukses Mandiri adalah iklim atau cuaca yang berubah – ubah yang menyebabkan ikan banyak mengalami stress dan kematian, Naiknya tarif dasar listrik

Berdasrkan tabel di atas dapat diketahui terjadi peningkatan hasil siswa dalam menulis karangan narasi dengan menggunakan model pembelajaran CIRC dengan persentase peningkatan

But, as a fact, zero waste management by enclose the waste management processes near the waste source still need incineration plant to handle more huge amount of waste

Resting your land periodically Application d’engrais organiques Compostage de débris organiques issus de l’exploitation agricole Analyse du sol Laissez périodiquement se

Penelitian ini menunjukkan variabel motivasi berprestasi dan pola asuh orang tua secara bersama- sama mempunyai hubungan dengan prestasi belajar IPS sebesar