HUBUNGAN KONDISI LINGKUNGAN DI DALAM RUMAH
PENDUDUK DENGAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK PRA
SEKOLAH DI KELURAHAN MABAR KECAMATAN
MEDAN DELI TAHUN 2010
SKRIPSI
OLEH:
ELVIA SUSANTI SINAGA 071000265
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HUBUNGAN KONDISI LINGKUNGAN DI DALAM RUMAH
PENDUDUK DENGAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK PRA
SEKOLAH DI KELURAHAN MABAR KECAMATAN
MEDAN DELI TAHUN 2010
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH:
ELVIA SUSANTI SINAGA 071000265
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi Dengan Judul
HUBUNGAN KONDISI LINGKUNGAN DI DALAM RUMAH
PENDUDUK DENGAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK PRA
SEKOLAH DI KELURAHAN MABAR KECAMATAN
MEDAN DELI TAHUN 2010
Yang Dipersiapkan dan dipertahankan oleh :
ELVIA SUSANTI SINAGA NIM. 071000265
Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui Untuk disidangkan dihadapan peserta seminar
Bagian Pendidikan Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh :
Dosen Pembimbing I : Dosen Pembimbing II :
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan Judul :
HUBUNGAN KONDISI LINGKUNGAN DI DALAM RUMAH
PENDUDUK DENGAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK PRA
SEKOLAH DI KELURAHAN MABAR KECAMATAN
MEDAN DELI TAHUN 2010
Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan oleh :
ELVIA SUSANTI SINAGA NIM. 071000265
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 21 Juli 2010
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
TIM PENGUJI
Ketua Penguji Penguji I
(Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS) (dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes) NIP. 19650109 199403 2 002 NIP. 19700219 1998 02 2 002
Penguji II Penguji III
(Ir.Evi Naria, M.Kes) (Ir.Indra Chahaya, M.Si) NIP. 19680320 199303 2 001 NIP. 19681101 199303 2 005
Medan, Juli 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Dekan
PROPOSAL PENELITIAN
HUBUNGAN KONDISI LINGKUNGAN DI DALAM RUMAH
PENDUDUK DENGAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK PRA
SEKOLAH DI KELURAHAN MABAR KECAMATAN
MEDAN DELI TAHUN 2010
Oleh:
ELVIA SUSANTI SINAGA 071000265
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Di Indonesia ISPA masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat karena tingginya angka kematian terutama pada bayi dan anak pra sekolah. Hal ini disebabkan karena rumah dan kondisi lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat mengakibatkan terjadinya ISPA.
Berdasarkan data dari puskesmas yang diperoleh penulis di Kelurahan Mabar tentang kejadian ISPA di wilayah tersebut, dapat kita lihat bahwa dari jumlah anak pra sekolah 1237 anak pra sekolah yang ada, yang terkena ISPA sejumlah 342 anak pra sekolah. Sedangkan untuk kondisi lingkungan dalam rumah masih terdapat rumah yang semi permanen dan papan sejumlah 864 rumah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kondisi lingkungan di dalam rumah penduduk dengan kejadian ISPA pada anak pra sekolah di kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli.
Jenis penelitian ini merupakan survai yang bersifat analitik dengan rancangan
Cross Sectional. Teknik pengambilan sampel yaitu dengan cara sistematik random sampling yang mana jumlah sampel 88 anak pra sekolah.
Hasil penelitian ini menunjukkan 62 rumah (70,5%) ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan, 59 rumah (67,1%) kelembaban yang tidak memenuhi syarat kesehatan, 54 rumah (61,4%) konstruksi dinding yang tidak memenuhi syarat kesehatan, 65 rumah (73,9%) keadaan kamar tidur yang padat penghuninya, 60 rumah (68,1%) yang menggunakan kayu sebagai bahan bakar untuk memasak, 61 rumah (69,3%) adanya yang merokok di dalam rumah, 58 rumah (65,9%) yang menggunakan obat nyamuk bakar, semprot, lation dan spray sebagai bahan pengendali serangga. Semua kondisi lingkungan rumah ini telah diamati dan diukur mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian ISPA.
Kesimpulan yang diperoleh adalah kondisi lingkungan di dalam rumah penduduk di kelurahan Mabar kecamatan Medan Deli belum memenuhi syarat kesehatan. Kepada petugas atau tenaga kesehatan perlu memberikan penyuluhan yang intensif tentang perumahan sehat terhadap masyarakat di Kelurahan Mabar.
ABSTRACT
In Indonesia Acute respiratory infections (ARI) is one of society health issue for the higher of mortality rate in particular to the baby and pre-school age. This caused by the poor sanitation of house and environmental conditions that cause the acute respiratory infection (ARI).
Based on data collected by writer from the Puskesmas (Society Health Center) of Urban Village of Mabar on the acute respiratory infection (ARI) case in the area, it is indicates that the number of child in pre-school age is 1237 and the child with acute respiratory infections (ARI) is 342 child in pre-school age. While based on the environment condition of the house, there are 864 units of semi permanent and frame houses.
This research aims to study a correlation between the environment condition in the house and the incidence of acute respiratory infection (ARI) to the child in pre-school age in Urban village of Mabar, sub-district of Medan Deli.
This research is an analytic survey by Cross Sectional design. The sampling is by random sampling systematic with the number of sample are 88 child in pre-school age.
The results of study indicated that there are 62 units of houses (70.5%) with poor ventilation, 59 unit of houses (67.1%) with lower humidity, 54 unit of houses (61.4%) with construction that did not fulfill the health requirement, 65 units of houses (73.9%) with higher occupation rate, 60 units of houses (68.1%) that use firewood for cooking, 61 units of houses (69.3%) with there are people who smoking in home, 58 units of houses ( 65.9%) who use the burnt mosquito repellent, spray, lation as insect repellant. The condition of these hauses had observed and served and indicate a significant correlation to acute respiratory infection (ARI) incidence.
The conclusion is the environmental conditions of the houses in urban village of Mabar, sub-district of Medan Deli has not yet fulfill the health requirement. The clinical must provide the society with the intensive extension about the health houses in urban village of Mabar.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Elvia Susanti Sinaga
Tempat/Tanggal Lahir : Tambahan, 23 Oktober 1982
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Jumlah Anak : 1 (satu) orang
Alamat Rumah : Jl. Mangaan Lingk. XV Mabar
Riwayat Pendidikan :
1. SD Negeri 1 No. 091315 Pematang Raya Tahun 1989 – 1995
2. SLTPN 2 Pematang Raya Tahun 1995 – 1998
3. SMU Methodist Pematang Siantar Tahun 1998 – 2001
4. Akademi Keperawatan Imelda Medan Tahun 2002 – 2005
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “HUBUNGAN KONDISI
LINGKUNGAN DI DALAM RUMAH PENDUDUK DENGAN KEJADIAN
ISPA PADA ANAK PRA SEKOLAH DI KELURAHAN MABAR
KECAMATAN MEDAN DELI TAHUN 2010”. Skripsi ini merupakan salah satu
syarat dalam menyelesaikan pendidikan guna memperoleh gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, baik secara moril maupun material. Untuk itu penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr.Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
2. Ir.Indra Chahaya S. MSi, selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Dr.Dra.Irnawati Marsaulina, MS, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak
memberikan pikiran, masukan dan waktu dalam memberikan bimbingan,
4. dr.Devi N.Santi, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II dan juga sebagai Dosen
Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan masukan dan waktu
dalam memberikan bimbingan, petunjuk dan saran kepada penulis sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan.
5. Lurah Kelurahan Mabar beserta seluruh pegawai yang telah membantu
memberikan data kepada penulis sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan
dengan baik.
6. Kepala Puskesmas Medan Deli beserta seluruh pegawai yang telah membantu
memberikan data kepada penulis sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan
dengan baik.
7. Secara khusus terima kasih buat Mama (H.Simamarmata) dan Bapak (A.Sinaga)
yang kucintai beserta adikku (Tetti), Abangku (Ronal) serta seluruh famili atas
semua doa, dukungan, semangat dan kasih sayang yang diberikan serta bantuan
baik moril, material.
8. Buat suami tercinta Imam Syafei dan ananda tersayang Indah Syafitri terima kasih
atas segala doa, kebersamaan, perjuangan, semangat, kasih sayang dan cinta yang
telah banyak membantu penulis demi kelancaran skripsi ini serta kedua mertuaku
yang telah banyak memberikan dukungan kepada penulis.
9. Buat semua rekan-rekan seperjuangan di Peminatan Kesehatan Lingkungan.
10.Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan
bagi perkembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang. Atas perhatiannya
penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Medan, Juli 2010
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.3.1 Tujuan Umum ... 5
1.3.2 Tujuan Khusus ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1 Pengertian Rumah ... 7
2.2 Sanitasi Rumah ... 8
2.3 Rumah Sehat ... 9
2.3.1 Arti dan Fungsi Rumah ... 9
2.3.2 Persyaratan Rumah Sehat ... 10
2.4 Pencemaran Udara Pada Lingkungan Dalam Rumah ... 12
2.5 ISPA ... 16
2.5.1 Penyebab Infeksi Pernafasan Akut (ISPA) ... 17
2.5.2 Tanda dan Gejala Klinis ISPA Secara Umum ... 17
2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Resiko Kejadian ISPA 19
2.7 Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi ISPA ... 21
2.8 Kerangka Konsep ... 24
2.9. Hipotesa... 24
BAB III METODE PENELITIAN ... 25
3.1 Jenis Penelitian ... 25
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 25
3.2.2 Waktu Penelitian ... 25
3.3 Populasi dan Sampel ... 26
3.3.1 Populasi ... 26
3.4. Teknik Pengambilan Sampel ... 27
3.5. Metode Pengumpulan Data ... 27
3.5.1 Data Primer ... 27
3.5.2 Data Sekunder ... 27
3.6 Defenisi Operasional ... 27
3.7 Aspek Pengukuran ... 28
3.8 Analisa Data ... 31
3.8.1 Analisa Univariat ... 31
3.8.2 Analisa Bivariat ... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 32
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 32
4.2 Gambaran Kependudukan ... 33
4.3 Sepuluh Penyakit Terbesar di Kelurahan Mabar ... 34
4.4 Karakteristik Responden ... 34
4.5 Karakteristik Anak Pra Sekolah ... 36
4.6 Kondisi Lingkungan Rumah ... 38
4.7 Kejadian ISPA ... 41
4.8 Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah Dengan Kejadian ISPA ... 41
4.8.1 Hubungan Ventilasi Dengan Kejadian ISPA ... 42
4.8.2 Hubungan Kelembaban Dengan Kejadian ISPA ... 42
4.8.3 Hubungan Konstruksi Dinding Dengan Kejadian ISPA ... 43
4.8.4 Hubungan Kepadatan Hunian Kamar Tidur Dengan Kejadian ISPA... 44
4.8.5 Hubungan Bahan Bakar Untuk Memasak Dengan Kejadian ISPA ... 44
4.8.6 Hubungan Kebiasaan Merokok Dalam Rumah Dengan Kejadian ISPA... 45
4.8.7. Hubungan Bahan Pengendali Serangga Dengan Kejadian ISPA ... 46
BAB V PEMBAHASAN... 48
5.1. Karakteristik Responden ... 48
5.2 . Kondisi Lingkungan Dalam Rumah Responden ... 49
5.3. Kejadian ISPA ... 52
5.4. Hubungan Kondisi Lingkungan di Dalam Rumah Dengan Kejadian ISPA ... 53
5.4.1. Hubungan Ventilasi Dengan Kejadian ISPA ... 53
5.4.2. Hubungan Kelembaban Dengan Kejadian ISPA ... 54
5.4.4. Hubungan Kepadatan Hunian Kamar Tidur Dengan
Kejadian ISPA ... 56 5.4.5. Hubungan Sumber Polutan (Bahan Bakar Untuk
Memasak, Keberadaan Merokok di Dalam Rumah,
Bahan Pengendali Serangga) dengan Kejadian ISPA 56
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 59 6.1. Kesimpulan ... 59 6.2. Saran ... 60
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN :
LAMPIRAN 1 Kuesioner Penelitian LAMPIRAN 2 Data SPSS
LAMPIRAN 3 Hasil Pengolahan Statistik
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Di Kelurahan Mabar Kec. Medan Deli Tahun 2010. ... 33
Tabel 4.2. Sepuluh Penyakit Terbesar Di Kelurahan Mabar ... 34
Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Kelompok Umur Di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2010 ... 35
Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Kelompok Pendidikan Di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun
2010 ... 35
Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Pendapatan Keluarga Di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun
2010 ... 36
Tabel 4.6. Distribusi Anak Pra Sekolah Berdasarkan Karakteristik Jenis Kelamin Di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun
2010 ... 36
Tabel 4.7. Distribusi Anak Pra Sekolah Berdasarkan Karakteristik Umur
Di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2010 ... 37
Tabel 4.8. Distribusi Anak Pra Sekolah Berdasarkan Karakteristik Imunisasi Di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun
2010 ... 37
Tabel 4.9. Distribusi Bangunan Rumah dengan Ventilasi Di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2010 ... 38
Tabel 4.10. Distribusi Kelembaban Rumah Penduduk Di Kelurahan Mabar
Kecamatan Medan Deli Tahun 2010 ... 38
Tabel 4.11. Distribusi Konstruksi Dinding Rumah Penduduk Di Kelurahan
Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2010 ... 39
Tabel 4.12. Distribusi kepadatan Hunian Kamar Tidur Di Kelurahan Mabar
Tabel 4.13. Distribusi Bahan Bakar Untuk Memasak Di Kelurahan Mabar
Kecamatan Medan Deli Tahun 2010 ... 39
Tabel 4.14. Distribusi Kebiasaan Merokok Dalam Rumah Di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2010 ... 40
Tabel 4.15. Distribusi Penggunaan Obat Nyamuk Di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2010 ... 40
Tabel 4.16. Distribusi Kejadian ISPA Pada Anak Pra Sekolah Di Kelurahan
Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2010 ... 41
Tabel 4.17. Hubungan Ventilasi Dengan Kejadian ISPA Di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2010 ... 42
Tabel 4.18. Hubungan Kelembaban Dengan Kejadian ISPA Di Kelurahan
Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2010 ... 43
Tabel 4.19. Hubungan Konstruksi Dinding Dengan Kejadian ISPA Di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2010 ... 43
Tabel 4.20. Hubungan Kepadatan Hunian Dengan Kejadian ISPA Di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2010 ... 44
Tabel 4.21. Hubungan Bahan Bakar Untuk Memasak Dengan Kejadian ISPA Di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2010 45
Tabel 4.22. Hubungan Kebiasaan Merokok Dalam Rumah Dengan Kejadian ISPA Di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli
Tahun 2010 ... 45
Tabel 4.23. Hubungan Bahan Pengendali Serangga Dengan Kejadian ISPA
ABSTRAK
Di Indonesia ISPA masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat karena tingginya angka kematian terutama pada bayi dan anak pra sekolah. Hal ini disebabkan karena rumah dan kondisi lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat mengakibatkan terjadinya ISPA.
Berdasarkan data dari puskesmas yang diperoleh penulis di Kelurahan Mabar tentang kejadian ISPA di wilayah tersebut, dapat kita lihat bahwa dari jumlah anak pra sekolah 1237 anak pra sekolah yang ada, yang terkena ISPA sejumlah 342 anak pra sekolah. Sedangkan untuk kondisi lingkungan dalam rumah masih terdapat rumah yang semi permanen dan papan sejumlah 864 rumah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kondisi lingkungan di dalam rumah penduduk dengan kejadian ISPA pada anak pra sekolah di kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli.
Jenis penelitian ini merupakan survai yang bersifat analitik dengan rancangan
Cross Sectional. Teknik pengambilan sampel yaitu dengan cara sistematik random sampling yang mana jumlah sampel 88 anak pra sekolah.
Hasil penelitian ini menunjukkan 62 rumah (70,5%) ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan, 59 rumah (67,1%) kelembaban yang tidak memenuhi syarat kesehatan, 54 rumah (61,4%) konstruksi dinding yang tidak memenuhi syarat kesehatan, 65 rumah (73,9%) keadaan kamar tidur yang padat penghuninya, 60 rumah (68,1%) yang menggunakan kayu sebagai bahan bakar untuk memasak, 61 rumah (69,3%) adanya yang merokok di dalam rumah, 58 rumah (65,9%) yang menggunakan obat nyamuk bakar, semprot, lation dan spray sebagai bahan pengendali serangga. Semua kondisi lingkungan rumah ini telah diamati dan diukur mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian ISPA.
Kesimpulan yang diperoleh adalah kondisi lingkungan di dalam rumah penduduk di kelurahan Mabar kecamatan Medan Deli belum memenuhi syarat kesehatan. Kepada petugas atau tenaga kesehatan perlu memberikan penyuluhan yang intensif tentang perumahan sehat terhadap masyarakat di Kelurahan Mabar.
ABSTRACT
In Indonesia Acute respiratory infections (ARI) is one of society health issue for the higher of mortality rate in particular to the baby and pre-school age. This caused by the poor sanitation of house and environmental conditions that cause the acute respiratory infection (ARI).
Based on data collected by writer from the Puskesmas (Society Health Center) of Urban Village of Mabar on the acute respiratory infection (ARI) case in the area, it is indicates that the number of child in pre-school age is 1237 and the child with acute respiratory infections (ARI) is 342 child in pre-school age. While based on the environment condition of the house, there are 864 units of semi permanent and frame houses.
This research aims to study a correlation between the environment condition in the house and the incidence of acute respiratory infection (ARI) to the child in pre-school age in Urban village of Mabar, sub-district of Medan Deli.
This research is an analytic survey by Cross Sectional design. The sampling is by random sampling systematic with the number of sample are 88 child in pre-school age.
The results of study indicated that there are 62 units of houses (70.5%) with poor ventilation, 59 unit of houses (67.1%) with lower humidity, 54 unit of houses (61.4%) with construction that did not fulfill the health requirement, 65 units of houses (73.9%) with higher occupation rate, 60 units of houses (68.1%) that use firewood for cooking, 61 units of houses (69.3%) with there are people who smoking in home, 58 units of houses ( 65.9%) who use the burnt mosquito repellent, spray, lation as insect repellant. The condition of these hauses had observed and served and indicate a significant correlation to acute respiratory infection (ARI) incidence.
The conclusion is the environmental conditions of the houses in urban village of Mabar, sub-district of Medan Deli has not yet fulfill the health requirement. The clinical must provide the society with the intensive extension about the health houses in urban village of Mabar.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari
pembangunan nasional. Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Dalam Indonesia sehat
2010, lingkungan yang diharapkan adalah yang kondusif bagi terwujudnya keadaan
sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi
lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman sehat, perencanaan kawasan
yang berwawasan kesehatan serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling
tolong menolong dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa (Depkes RI, 2000).
Adapun usaha peningkatan derajat kesehatan diupayakan melalui upaya
peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif),
serta upaya pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Kesehatan lingkungan
diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, dilaksanakan
terhadap tempat-tempat umum, lingkungan pemukiman, lingkungan kerja, angkutan
umum dan meliputi penyehatan air, tanah, udara, pengamanan limbah padat, cair, gas,
radiasi, kebisingan, pengendalian vektor penyakit dan penyehatan atau pengamanan
Sejalan dengan perubahan dan perkembangan sosial ekonomi,
penyakit-penyakit yang termasuk kelompok kardiovaskuler dan sistem pernafasan yang non
infeksi yang semakin berkembang. Berbagai faktor resiko telah diidentifikasi seperti
faktor kegemukan, kebiasaan merokok, konsumsi pangan tertentu. Beberapa faktor
lingkungan seperti halnya pencemaran udara juga berperan seperti NOx,
karbonmonoksida, sulfurdioksida dan lain-lain (Achmadi, 2008).
Upaya peningkatan kualitas perlu pula ditingkatkan dengan memberikan
prioritas pada faktor-faktor resiko yang mempunyai daya juang tinggi terhadap
penurunan penyakit infeksi, seperti lokasi rumah di daerah rawan banjir dan bencana,
kondisi fisik rumah dan polusi udara. Selanjutnya sasaran perlu diprioritaskan pada
kelompok masyarakat yang rentan seperti anak-anak serta perlu diupayakan
mengurangi kesenjangan cakupan kualitas lingkungan di perkotaan dan di
kelurahanan, dengan demikian dapat tercapai pemerataan derajat kesehatan dan
kondisi Indonesia Sehat 2010 yang dicita-citakan dapat tercapai.
Saat ini penyakit berbasis lingkungan masih merupakan masalah kesehatan
terbesar di masyarakat Indonesia. Hal ini tercermin dari masih tingginya angka
kejadian dan kunjungan penderita beberapa penyakit berbasis lingkungan ke sarana
pelayanan kesehatan seperti penyakit diare, demam berdarah dengue (DBD), malaria,
infeksi saluran pernafasan atas (ISPA), penyakit kulit, TB paru, kecacingan serta
gangguan kesehatan/keracunan karena bahan kimia dan pestisida (Depkes, 2002).
Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, disamping
digunakan untuk berlindung dari gangguan iklim dan mahluk hidup lainnya. Selain
itu rumah juga merupakan pengembangan kehidupan dan tempat berkumpulnya
anggota keluarga untuk menghabiskan sebagian besar waktunya. Rumah sehat dan
nyaman merupakan sumber inspirasi penghuninya untuk berkarya, sehingga dapat
meningkatkan produktivitasnya (Depkes RI, 2002).
Penyehatan rumah dan lingkungan yang dilaksanakan sektor kesehatan pada
dasarnya merupakan upaya peningkatan kualitas kesehatan lingkungan. Perumahan
dan lingkungan yang buruk akan menimbulkan masalah kesehatan misalnya
penularan penyakit baik antara keluarga maupun kepada orang lain. Salah satu jenis
penyakit yang diakibatkan perumahan dan lingkungan yang buruk adalah penyakit
ISPA (Suyono, 1985).
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) merupakan penyumbang angka
kesakitan total dan angka kematian karena sakit. Pada konferensi internasional ISPA
tahun 1997 bertema “ARI The Forgetten Endemic” menyatakan bahwa pandemi ISPA
masih cukup dominan baik di negara maju maupun di negara berkembang. Menurut
WHO di dunia pada tahun 1997, diperkirakan lebih dari 50 juta kematian (52.200.000
orang) yang disebabkan oleh karena infeksi (ISPA, Tuberkulosis, Diare, HIV/AIDS
dan Malaria). Dan sampai saat ini penyakit ISPA masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang utama baik di negara maju maupun di negara berkembang
ISPA merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh anak. Salah satu
penyebab ISPA adalah pencemaran kualitas udara di dalam ruangan maupun di luar
ruangan. Sumber pencemaran udara diluar ruangan antara lain pembakaran untuk
pemanasan, transportasi dan pabrik-pabrik. Sedangkan pencemaran udara di dalam
ruangan antara lain pembakaran bahan bakar dalam rumah yang digunakan untuk
memasak dan asap rokok serta penggunaan bahan pengendali serangga
(Kusnoputranto, 2000).
Di Indonesia penyakit ISPA masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat karena tingginya angka kematian terutama pada bayi dan anak pra
sekolah. Dari seluruh kematian anak proporsi kematian yang disebabkan oleh ISPA
mencakup 20-30% setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 kali episode ISPA setiap
tahunnya dan 40-60% dari kunjungan puskesmas adalah ISPA (Depkes RI, 2002).
Berdasarkan survei awal penulis pada bulan Januari tahun 2010 di Kelurahan
Mabar Kecamatan Medan Deli tentang kejadian ISPA di wilayah tersebut bahwa dari
jumlah anak pra sekolah 1237 anak pra sekolah yang ada yang terkena ISPA sejumlah
342 anak pra sekolah, sedangkan untuk kondisi lingkungan dalam rumah masih
terdapat rumah yang semi permanen dan papan sejumlah 864 rumah.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Hubungan Kondisi Lingkungan Dalam Rumah Dengan
Kejadian ISPA pada Anak Pra Sekolah di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan tingginya kasus ISPA di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan
Deli dan kondisi lingkungan dalam rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan
dapat memicu kejadian ISPA maka penulis tertarik untuk mengetahui hubungan
kondisi lingkungan dalam rumah dengan kejadian penyakit ISPA pada anak pra
sekolah.
1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan kondisi lingkungan dalam rumah dengan
kejadian ISPA pada anak pra sekolah di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli
tahun 2010.
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui jumlah kejadian ISPA pada anak pra sekolah.
2. Untuk mengetahui hubungan ventilasi dengan kejadian ISPA pada anak pra
sekolah.
3. Untuk mengetahui hubungan kelembaban dengan kejadian ISPA pada anak pra
sekolah.
4. Untuk mengetahui hubungan konstruksi dinding dengan kejadian ISPA pada anak
5. Untuk mengetahui hubungan kepadatan hunian kamar tidur dengan kejadian
ISPA pada anak pra sekolah.
6. Untuk mengetahui hubungan jenis bahan bakar untuk memasak dengan kejadian
ISPA pada anak pra sekolah.
7. Untuk mengetahui hubungan keberadaan perokok dalam rumah dengan kejadian
ISPA pada anak pra sekolah.
8. Untuk mengetahui hubungan bahan pengendali serangga dengan kejadian ISPA
pada anak pra sekolah.
1.4.Manfaat Penelitian
1. Untuk menambah pemahaman, wawasan bagi penulis tentang kejadian ISPA
pada anak pra sekolah di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun
2010.
2. Sebagai sumbangan pikiran dan pertimbangan bagi Dinas Kesehatan Kota
Medan untuk menentukan kebijakan serta perencanaan kesehatan pada
masyarakat untuk penanggulangan kejadian ISPA dengan prioritas program
kesehatan lingkungan.
3. Menambah bahan informasi untuk dapat dijadikan referensi untuk
pengembangan ilmu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Rumah
Rumah adalah tempat untuk berlindung dari pengaruh alam sekitarnya
(misalnya : hujan, matahari dan lain-lain), serta merupakan tempat untuk beristirahat
setelah bertugas memenuhi kebutuhan sehari-hari (Suharmadi, 1985). Rumah yang
dihuni banyak orang akan menimbulkan akibat-akibat yang buruk pada kesehatan dan
akan merupakan sumber yang potensial terhadap penyakit-penyakit infeksi.
Disamping itu juga akan menuntut fasilitas sanitasi dan penyediaan udara yang lebih
banyak. Sebaliknya rumah yang kecil bisa dianggap rumah yang baik dan memenuhi
persyaratan –persyaratan kesehatan (Lubis, 1985).
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau hunian plus prasarana dan sarana lingkungan, sedangkan
pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik
berupa kawasan perkotaan maupun kawasan peKelurahanan, berfungsi sebagai
tempat tinggal/hunian dan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan
penghidupan.
Pemukiman adalah perumahan dengan segala isi dan kegiatan yang ada di
dalamnya. Perumahan merupakan wadah, sedangkan pemukiman merupakan paduan
paduan unsur, yaitu alam (tanah, air, dan udara), lindungan (bangunan rumah,
pelayanan sosial, industri dan transportasi), jaringan (sistem air bersih, listrik,
komunikasi, saluran air, tata letak fisik) sedang isinya adalah manusia dan masyarakat
(Kusnoputranto, 2000).
Upaya pengendalian resiko yang mempengaruhi timbulnya ancaman dan
melindungi keluarga dari dampak kualitas lingkungan perumahan dan rumah tinggal
yang tidak sehat, telah diatur dalam Kepmenkes RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999
tentang persyaratan kesehatan perumahan (Depkes RI, 1999).
2.2. Sanitasi Rumah
Pengertian sanitasi rumah adalah sebagai usaha pengendalian dari semua
faktor-faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan atau dapat
menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan dan daya
tahan hidup manusia. Sanitasi rumah adalah usaha pengawasan terhadap suatu tempat
yang dipakai untuk berlindung yang dapat memberikan rasa nyaman dan bebas
kemungkinan-kemungkinan penyebaran penyakit terutama infeksi saluran pernafasan
serta merangsang penghuni agar terbiasa dengan pola hidup sehat (Kusnoputranto,
2.3. Rumah Sehat
2.3.1. Arti dan Fungsi Rumah
Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan rumah sebagai tempat
untuk tumbuh dan berkembang, baik secara jasmani, rohani dan sosial. Artinya dalam
rumah diperlukan segala fasilitas untuk tumbuh dan berkembang. Fasilitas tersebut
harus ada di dekat rumah seperti sekolah, toko, pasar, tempat kerja, fasilitas air
bersih, sanitasi dan lain-lain (Wahyuningsih, 1999).
Rumah sehat adalah tempat untuk berlindung atau bernaung dan tempat untuk
beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani
maupun mental.
APHA (American Public Health Asociation) telah merumuskan 4 (empat)
fugnsi pokok dari rumah sebagai tempat tinggal yang sehat bagi setiap manusia dan
keluarganya selama hidupnya, meliputi (Wahyuningsih, 1999) :
1. Tempat untuk memenuhi kebutuhan jasmani (fisik) manusia yang pokok
2. Tempat untuk memenuhi kebutuhan rohani (psikis) manusia yang pokok
3. Tempat berlindung terhadap penularan penyakit menular
4. Tempat berlindung terhadap gangguan kecelakaan
Menurut Azwar (1990), rumah sebagai tempat untuk berlindung mempunyai
arti sebagai berikut :
1. Sebagai tempat untuk melepaskan lelah, beristirahat setelah penat melaksanakan
2. Sebagai tempat untuk bergaul dengan keluarga atau membina rasa kekeluargaan
bagi segenap anggota keluarga yang ada.
3. Sebagai tempat melindungi diri dari bahaya yang mengancam
4. Sebagai lambang status sosial yang dimiliki yang masih dirasakan sampai saat ini.
5. Sebagai tempat untuk meletakkan atau menyimpan barang yang dimiliki terutama
masih ditemui pada masyarakat kelurahanan.
2.3.2. Persyaratan Lingkungan Dalam Rumah Sehat
Persyaratan kesehatan suatu rumah tinggal sesuai dengan Permenkes
No.829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut :
1. Bahan bangunan
a. Tidak terbuat dari bahan-bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang dapat
membahayakan kesehatan, antara lain :
1) Debu total tidak lebih dari 150 µg/m3
2) Asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/jam
3) Timah hitam (Pb) tidak melebihi 300 mg/kg.
b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya
mikroorganisme patogen.
2. Komponen dan penataan ruang rumah
Komponen rumah harus mempunyai persyaratan fisik dan biologis sebagai
berikut :
b. Dinding :
1) Di ruang tidur dan ruang keluarga dilengkapi dengan sarana ventilasi
untuk pengaturan sirkulasi udara.
2) Di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah dibersihkan.
c. Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan
d. Bumbungan rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau lebih harus dilengkapi
dengan penangkal petir
e. Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu, ruang
keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, kamar mandi dan ruang
bermain anak.
f. Ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan asap.
3. Pencahayaan
Pencahayaan alam dan atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat
menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan
mata.
4. Kualitas Udara
Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai berikut :
a. Suhu udara berkisar antara 18-300C
b. Kelembaban udara berkisar antara 40-70%
c. Konsentrasi gas SO2, tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam
d. Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8 jam
5. Ventilasi
Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari luas
lantai.
6. Binatang penular penyakit
Tidak ada tikus, nyamuk ataupun lalat yang bersarang di dalam rumah
7. Penyediaan air
a. Tersedia sarana air bersih dengan kapasitas 60 liter/hari/orang
b. Kualitas air minum harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan atau
air minum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
8. Tersedia sarana penyimpanan makanan yang aman.
9. Limbah
a. Limbah cair yang berasal dari rumah tidak mencemari sumber air, tidak
menimbulkan bau dan tidak mencemari permukaan tanah.
b. Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, pencemaran
terhadap permukaan tanah serta air tanah.
10.Kepadatan hunian ruang tidur
Luas ruang tidur minimal 8 m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang
dalam satu ruang tidur, kecuali anak di bawah usia 5 tahun (Depkes RI, 1999).
2.4. Pencemaran Udara Pada Lingkungan Dalam Rumah
Udara yang bersih merupakan komponen utama dalam rumah dan sangat
dengan masalah ventilasi rumah yang tidak mempunyai jendela dan lubang angin
menyebabkan udara yang tercemar tidak dapat keluar. Pencemaran udara yang diduga
banyak timbul adalah CO, selain itu juga terdapat bahan pencemar lainnya seperti
NH3 dan H2S. Semua gas-gas ini di dalam ambang tertentu dapat menimbulkan
gangguan seketika, sedangkan dalam jumlah besar dapat menyebabkan iritasi pada
saluran nafas (Achmadi, 1989).
Gangguan pada saluran pernafasan disebabkan oleh infeksi kuman yang
ditunjang oleh :
1. Tata Ruang dan Kepadatan Hunian
a. Tata Ruang
Setiap rumah harus mempunyai bagian ruangan yang sesuai dengan
fungsinya. Penataan ruang dalam rumah harus disesuaikan dengan persyaratan
kesehatan rumah, misalnya pemisahan kamar tidur dan dapur dari ruang
lainnya, jumlah kamar tidur yang cukup untuk seluruh anggota keluarga,
jendela yang dibuka pada siang hari agar cahaya matahari dapat masuk dan
udara dapat bertukar dan lain sebagainya akan memperkecil resiko terjadinya
penularan penyakit infeksi. Rancangan ruang termasuk peletakan dan
pemilihan bahan bangunan untuk jendela, pintu dan ventilasi di tiap ruang,
ikut menentukan adanya kualitas udara yang baik dalam rumah.
b. Kepadatan hunian
Kepadatan hunian sangat berpengaruh terhadap jumlah koloni kuman
Selain itu kepadatan hunian dapat mempengaruhi kualitas udara di dalam
rumah. Dimana semakin banyak jumlah penghuni maka akan semakin cepat
udara dalam rumah mengalami pencemaran karena kadar CO2 dalam rumah
akan cepat meningkat dan akan menurunkan O2 yang ada di udara.
Kepadatan hunian dapat dilihat dari :
1) Kepadatan hunian rumah.
Standar minimal yang dibutuhkan dalam menentukan luas lantai
bangunan, yaitu 14 m2 untuk orang pertama dan 9 m2 untuk setiap
penambahan 1 orang (Depkes RI, 1994).
2) Kepadatan hunian kamar tidur
a) Ukuran kamar tidur yang ideal minimal 9 m2 untuk orang dewasa dan
anak-anak di atas 5 tahun, sedangkan untuk anak anak pra sekolah
ukuran minimal 4,5 m2 dan tidak dianjurkan digunakan untuk lebih
dari 2 orang dalam satu ruang tidur.
b) Luas ruang tidur minimal 8 m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih
dari 2 orang dalam satu ruang tidur, kecuali anak di bawah usia 5
tahun (Permenkes No. 829/1999).
2. Sumber Polutan udara
Manusia setiap detik, selama hidupnya akan membutuhkan udara. Secara
rata-rata manusia tidak dapat mempertahankan hidupnya tanpa udara lebih dari tiga
menit, karena udara berbentuk gas, ia terdapat dimana-mana, sebagai akibatnya
manusia tidak pernah memikirkannya ataupun memperhatikannya. Udara bebas
Kualitas lingkungan akan berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat. Untuk
itu perlu dilakukan pengendalian untuk mengurangi polusi udara. Sebelum
melakukan pengendalian kita harus mengetahui dahulu sumber-sumber
pencemaran, jenis pencmar dan lain sebagainya.
Sumber pencemaran dapat dibagi 2, yaitu (Kusnoputranto, 2000)
a. Alamiah
Zat pencemar yang terbentuk secara alamiah dapat berasal dari dalam tanah,
hutan/pegunungan (radon, methane, uap air/kelembaban)
b. Aktivitas manusia
1) Pencemaran akibat lalu lintas : CO,debu, karbon, Pb, Nitrogen oksida.
2) Pencemaran industri : NOx, SO2, Ozon, Pb, VOC
3) Rumah tangga : pembakaran
Sumber bahan pencemar yang berasal dari luar ruang
a. Karena aktivitas manusia, yaitu pembangunan industri, pabrik dan lalu lintas.
Zat pencemar utama yang dihasilkan adalah karbon monoksida, debu karbon,
timah hitam, nitrogen oksida, sulfur oksida, ozone, senyawa-senyawa organik
yang mudah menguap, asap dan partikulat.
b. Karena proses alam , yaitu letusan gunung berapi, serbuk tepung sari, spora
yang terbawa angin, kebakaran hutan, debu akibat erosi dan lain-lain
Sumber pencemar yang berasal dari dalam ruang
a. Pencemar yang dilepas dari bangunan dan isinya, seperti asbestos,
b. Pencemar akibat aktivitas manusia, seperti yang berasal dari asap tembakau,
kegiatan memasak di dapur, insektisida/pestisida, pembersih ruang.
2.5. ISPA
Penyakit infeksi saluran pernafasan di Indonesia masih tergolong dalam
penyakit-penyakit utama penyebab kematian. Penyakit ini sering terdapat di
lingkungan pemukiman kumuh dengan penduduk yang padat dan miskin. Dimana
dalam pemukiman kumuh biasanya sejumlah anggota keluarga menempati satu
rumah kecil dengan ventilasi dan pencahayaan yang tidak memadai serta tidak adanya
kamar tidur dan dapur yang terpisah dari ruangan lainnya, sehingga ruangan menjadi
lembab. Kondisi seperti ini menyebabkan tingkat kepadatan kuman menjadi tinggi
dan kross infeksi meningkat (Depkes RI, 1999).
ISPA merupakan padanan dari Acute Respiratory Infection. Istilah ISPA
mengandung 3 (tiga) unsur yaitu infeksi, saluran pernafasan dan akut. Yang
dimaksud dengan infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam
tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Saluran
pernafasan adalah organ mulai hidung sampai sampai dengan paru serta organ-organ
seperti sinus, ruang tengah telinga dan pleura. Sedangkan yang dimaksud dengan
infeksi akut adalah yang berlangsung dari 14 hari. Batas waktu 14 hari diambil untuk
menunjukkan berlangsungnya proses akut. Walaupun pada beberapa kasus dapat
2.5.1. Penyebab Infeksi Pernafasan Akut (ISPA)
Infeksi saluran pernafasan Akut disebabkan oleh virus, bakteri dan riketsia.
Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari Genus streptokokus, stafilokokus,
pneumokokus, hemofillus, bordetella dan korinebekterium. Virus penyebab ISPA
antara lain golongan mikrovirus (termasuk didalamnya virus para influenza dan virus
campak), adenoveirus, koronavirus, pikornavirus, herpesvirus dan lain-lain. Di
negara-negara berkembang umumnya kuman penyebab pneumonia adalah
streptococcus pneumoniae dan haemophilus influenza. Dari pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa ISPA adalah merupakan masuknya kuman atau mikroorganisme
ke dalam tubuh dalam hal ini saluran pernafasan dan berkembang biak sampai
menimbulkan gejala penyakit dalam waktu yang berlangsung sampai 14 hari (Depkes
RI, 2002).
2.5.2. Tanda dan Gejala Klinis ISPA Secara Umum
Derajat serangan ISPA tergantung pada spesifikasi pejamu meliputi jenis
kelamin, usia dan kekebalan seseorang. Dalam hal ini ISPA lebih mudah terjadi pada
anak pra sekolah dan anak-anak dengan gejala batuk, pilek dan panas.
Program pemberantasan ISPA mengklasifikasikan ISPA dalam 3 tingkatan
yaitu :
1. ISPA ringan : ditandai secara klinis oleh batuk, pilek, bisa disertai demam, sakit
kepala, sakit tenggorokan dan mungkin kesulitan nafas.
2. ISPA sedang : ditandai secara klinis oleh batuk, adanya nafas cepat, dahak kental
3. ISPA berat : ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada ke dalam,
demam tinggi, cuping hidung bergerak jika bernafas dan muka kebiruan
Depkes membedakan ISPA dengan pneumonia. ISPA dikelompokkan
terhadap anak pra sekolah dan anak pra sekolah penderita batuk yang tidak
menunjukkan gejala frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya penarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam (Depkes RI, 1995).
Perlu diingat bahwa pelaksanaan program pemberantasan penyakit ISPA
dititik beratkan pada penanggulangan pneumonia. Adapun klasifikasi pneumonia
adalah :
1. Pneumonia berat
Ditandai dengan adanya tarikan dinding dada ke dalam. Penderita pneumonia
berat juga mungkin disertai dengan nafas cuping hidung kembang kempis waktu
bernafas, suara rintihan, kulit kebiruan karena kekurangan oksigen.
2. Pneumonia
Tidak ada tarikan dinding dada ke dalam tapi disertai adanya nafas cepat.
3. Bukan pneumonia
Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam dan tidak ada nafas cepat.
Agen dari penyakit ISPA adalah virus dan bakteri yang mempunyai jenis
lebih dari 300 macam, dimana penularannya dapat melalui kontak langsung dengan
penderita atau melalui udara kepada orang rentan. Pada infeksi saluran pernafasan
Di negara berkembang faktor lingkungan dan individu seperti berat badan
lahir rendah, keadaan gizi yang buruk, pencemaran udara dalam rumah dan kepadatan
penghuni rumah dapat meningkatkan resiko penyakit ISPA.
2.6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Resiko Kejadian ISPA
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi resiko kejadian ISPA adalah :
1. Umur
Anak dengan umur <2 tahun merupakan resiko terjadinya pneumonia hal ini
disebabkan karena anak di bawah umur 2 tahun imunitasnya belum sempurna dan
saluran pernafasan relatif sempit. Prevalensi ISPA bagian bawah (pneumonia)
lebih tinggi pada kelompok umur yang lebih muda. Hasil SDKI tahun 1991
menunjukkan prevalensi pneumonia paling tinggi pada kelompok umur 12-23
bulan. Sedangkan SDKI 1994 dan 1997 prevalensi paling tinggi pada kelompok
kecil resiko meninggal dibanding dengan usia muda (Yuliastuti, dkk, 1992).
2. Gizi
Anak yang gizinya kurang atau buruk akan lebih mudah terjangkit penyakit
menular atau penyakit infeksi. Jika gizi anak kurang, bahan-bahan yang
diperlukan untuk pertahanan tubuh tidak akan mencukupi. Bayi yang biasanya
mendapat Asi biasanya kebal tahan terhadap ISPA diperkirakan di dalam. ASI
3. Kekebalan
Bayi baru lahir biasanya mempunyai kekebalan terhadap penyakit dipteri dan
campak sampai umur 4-9 bulan. Kekebalan ini didapat dari ibunya waktu dalam
kandungan. Setelah umur tersebut kekebalan menghilang atau berkurang oleh
karena itu diusahakan agar timbul lagi dengan cara membuat zat anti. Zat anti
terbentuk jika ada rangsangan dari luar yang mendorong terjadinya zat anti ini.
Pada anak yang lebih besar (5-7 tahun), kekebalan terhadap berabgai penyakit
dapat timbul jika sudah tertular oleh penyakit tertentu. Biasanya kekebalan ini
timbul setelah anak menderita penyakit ringan. Pada bayi kekebalan dapat timbul
dengan memberikan imunisasi terhadap penyakit tertentu.
4. Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Anak
diimunisasi berarti diberi kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Tingkat
kekebalan terhadap penyakit tertentu belum tentu kebal terhadap penyakit lain
(Notoatmodjo, 1997).
Penyakit campak dan pertusis merupakan dua penyakit saluran nafas yang
mempunyai angka kematian yang relatif tinggi. Infeksi virus campak pada saluran
pernafasan dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada mukosa. Pada
umumnya komplikasi penyakit campak dapat menyebabkan terjadinya diare
kronis dan pnemonia. Untuk penyakit pneumonia adanya infeksi sekunder bakteri
dan virus akibat komplikasi dengan penyakit campak. Pemberian imunisasi
dan lebih dari 90% kematian karena pneumonia komplikasi dengan pertusis
(Kartasasmita, 1994).
5. Status Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi keluarga meliputi unsur pendidikan, pengetahuan,
pekerjaan orang tua serta penghasilan kelaurga. Tingkat pendidikan masyarakat
yang rendah menyebabkan hasil yang diperoleh juga rendah. Tingkat penghasilan
keluarga yang rendah menyebabkan orang tua sulit menyediakan fasilitas
perumahan yang baik, perawatan kesehatan dan gizi anak yang memadai.
Keadaan ini menyebabkan daya tahan tubuh berkurang dan mudah terkena
penyakit infeksi (Sarimawar, 1999).
2.7. Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi ISPA
Penyakit gangguan saluran pernafasan dipengaruhi oleh beberapa faktor
lingkungan :
1. Ventilasi
Ventilasi adalah sarana untuk memelihara kondisi atmosfer yang
menyenangkan dan menyehatkan bagi manusia. Udara yang dikeluarkan waktu
ekspirasi, dengan cepat akan berdifusi dengan udara luar, sehingga perubahan
komposisi dengan cepat berdifusi dengan udara luar, sehingga perubahan
komposisi dengan cepat berdifusi dengan udara luar (Lubis, 1985). Ventilasi ada
2 (dua), yaitu ventilasi alamiah dan ventilasi buatan. Secara alamiah berarti
pemasangan jendela, pintu atau lubang penghawaan sebagai ventilasi sedangkan
secara mekanis berarti pertukaran udara dengan adanya alat-alat bantu.
Tujuan dari pengadaan lubang ventilasi diantaranya yaitu :
a. Menyediakan udara segar
b. Membersihkan udara kotor
c. Menghilangkan bau-bauan yang kurang sedap.
d. Membuang debu dan gas
Luas ventilasi untuk semua ruangan dalam rumah harus cukup luas sehingga
dapat terjadi pertukaran udara dengan baik dan tidak menimbulkan udara
berhenti. Menurut Kepmenkes No. 829 tahun 1999 tentang persyaratan kesehatan
perumahan, luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10%
dari luas lantai.
2. Kelembaban
Kelembaban sangat penting untuk pertumbuhan kuman penyakit. Kelembaban
yang tinggi dapat menjadi tempat yang disukai oleh kuman untuk pertumbuhan
dan perkembangan. Keadaan yang lembab dapat mendukung terjadinya penularan
penyakit. Kelembaban di dalam rumah disebabkan oleh 3 (tiga) faktor (Lubis,
1985).
a. Kelembaban yang naik dari tanah
b. Merembes melalui dinding
Usaha–usaha untuk mencegah terjadinya hal ini adalah drainage yang baik, di
sekitar rumah, lantai kedap air dan membuat lapisan yang menahan lembab (damp
proof courses). Kelembaban di dalam rumah harus lebih rendah atau sama dengan
kelembaban di luar rumah. Kelembaban relatif yang lokal untuk dalam rumah
adalah 40 – 50%.
Kelembaban yang terlalu tinggi dapat menyebabkan selalu basah. Air tanah
ini bisa merembes ke lantai atau dinding melalui daya tarik kapiler dari pori-pori
yang ada di lantai dan di dinding. Oleh karena itu lantai dan dinding bagian
bawah perlu dibnuat dari bahan yang kedap air (Lubis, 1985).
3. Kepadatan Hunian (Over Crowding)
Over crowding menimbulkan efek-efek negatif terhadap kesehatan fisik dan
mental maupun moral. Penyebaran penyakit-penyakit menular di rumah yang
padat penghuninya cepat terjadi.
Rumah tinggal dinyatakan over crowding bila jumlah yang tidur di rumah
tersebut menunjukkan hal-hal sebagai berikut :
a. Dua individu dari jenis kelamin yang berbeda dan bermur di atas 10 tahun
dan bukan berstatus sebagai suami isteri, tidur di dalam satu kamar.
b. Jumlah orang di dalam rumah dibanding dengan luas lantai telah melebihi
ketentuan yang telah ditetapkan, misalnya luas lantai kurang dari 8 m2
2.8. Kerangka Konsep
2.9. Hipotesa
1. Ada hubungan ventilasi dengan kejadian ISPA pada anak pra sekolah.
2. Adanya hubungan kelembaban dengan kejadian ISPA pada anak pra sekolah.
3. Ada hubungan konstruksi dinding rumah dengan kejadian ISPA pada anak pra
sekolah
4. Ada hubungan kepadatan hunian kamar tidur dengan kejadian ISPA pada
anak pra sekolah.
5. Ada hubungan bahan bakar untuk memasak dengan kejadian ISPA pada anak
pra sekolah.
6. Ada hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA pada anak pra
sekolah.
7. Ada hubungan penggunaan pengendali serangga dengan kejadian ISPA pada
anak pra sekolah.
Kondisi lingkungan dalam rumah
1. Ventilasi 2. Kelembaban 3. Konstruksi dinding 4. Kepadatan hunian kamar
tidur
5. Sumber polusi udara
• Bahan bakar untuk memasak
• Kebiasaan merokok
• Penggunaan bahan pengendali serangga
Kejadian ISPA pada Anak pra sekolah Karakteristik anak pra
sekolah: 1. Jenis kelamin 2. Umur
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif analitik dengan
menggunakan rancangan cross sectional, yaitu suatu pendekatan yang sifatnya sesaat
pada suatu waktu dan tidak diikuti dalam suatu kurun waktu tertentu.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli.
Adapun alasan pemilihan lokasi dalam penelitian adalah :
1. Masih tingginya kasus gangguan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) di
Kelurahan Mabar Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli.
2. Masih banyak kondisi fisik rumah penduduk yang tidak memenuhi syarat
kesehatan.
3. Belum pernah diadakan penelitian mengenai kejadian ISPA pada anak pra
sekolah di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli.
Waktu Penelitian
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi
Dalam penelitian ini sebagai populasi adalah ibu yang mempunyai anak pra
sekolah di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli.
Sampel
Perhitungan besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumas Tarro
Yamane yang dikutip dari Notoatmodjo (2003), sebagai berikut :
n =
) ( 1 N d2
N +
Keterangan:
N = Besar Populasi
n = Besar sampel
d = Tingkat kepercayaan/ketetapan yang diinginkan (10%)
Perhitungan :
720 n =
1+ 720 (0,12)
720 n =
1 + 7,20
720 n =
8,20
n = 87,80
Dari rumus di atas, maka sampel yang dibutuhkan yaitu 88 responden.
Apabila dalam satu rumah terdapat lebih dari satu orang anak pra sekolah maka
informasi yang diminta adalah tentang anak pra sekolah terkecil.
3.4. Teknik Pengambilan Sampel
Adapun mengambilan sampel dilakukan dengan sistematik random sampling
yaitu populasi anak pra sekolah sebanyak 88 orang.
3.5. Metode Pengumpulan Data
3.5.1. Data Primer
Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada responden
dengan menggunakan kuesioner dan melakukan observasi.
3.5.2. Data Sekunder
Data yang diambil dari kantor kelurahan, puskesmas medan deli Kecamatan
Medan Deli.
3.6. Defenisi Operasional
1. Kejadian ISPA adalah masuknya kuman atau mikroorganisme tubuh yang
menyerang saluran pernafasan dan sampai menimbulkan gejala batuk, pilek,
dan/atau demam selama 2 (dua) minggu terakhir saat pengambilan data
2. Ventilasi adalah luas penghawaan yang permanen miminal 10% dari luas
3. Kelembaban adalah kualitas keadaan udara di dalam ruangan rumah yang
baik antara (40-70%)
4. Kepadatan hunian ruang tidur adalah luas ruang tidur minimal 8 m2 dan tidak
dianjurkan digunakan lebih dari 2 (dua) orang dewasa
5. Bahan bakar untuk memasak adalah bahan bakar yang digunakan untuk
memasak (gas/elpiji, kompor, kayu).
6. Kebiasaan merokok adalah adanya penghuni rumah yang mempunyai
kebiasaan merokok di dalam rumah.
7. Penggunaan bahan pengendali serangga adalah Pestisida yang digunakan
membasmi serangga baik dalam bentuk spray, semprot dan obat nyamuk
bakar.
3.7.Aspek Pengukuran
Variabel yang diukur adalah :
1. Penyakit ISPA
Cara pengukurannya berdasarkan keterangan dari ibu bukan berdasarkan
keterangan dari tenaga kesehatan (hanya berupa anamnese) dan melakukan
observasi terhadap anak pra sekolah. Skala pengukuran yang digunakan adalah
skala ordinal yang dibagi dalam 2 kategori, yaitu :
1 = sakit, ada keluhan (batuk, pilek, demam)
2. Ventilasi
Adapun pengukuran ventilasi dengan menggunakan meteran. Skala
pengukuran adalah skala ordinal, dibagi dalam 2 kategori, yaitu :
1 = tidak memenuhi syarat apabila <10% dari luas lantai.
2 = memenuhi syarat apabila >10% dari luas lantai (Kepmenkes RI No.829/
Menkes/SK/VII/1999)
3. Kelembaban
Cara pengukuran dengan menggunakan alat yaitu Higrometer. Skala
pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal, dibagi dalam 2 kategori yaitu :
1 = tidak memenuhi syarat (<40% dan >70%)
2 = memenuhi syarat (40% - 70%)
4. Konstruksi dinding rumah
Cara pengukuran dengan melakukan pengamatan keadaan dinding rumah.
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal, dibagi dalam 2 kategori
yaitu :
1 = tidak baik (kayu, bambu)
2 = baik (tembok)
5. Kepadatan hunian kamar tidur
Cara pengukuran dengan menggunakan meteran (observasi) dan berdasarkan
Kepmenkes No. 829/1999. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala
1 = padat (apabila <8 m2 tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang)
2 = tidak padat (apabila >8 m2 dapat digunakan lebih dari 2 orang) (Kepmenkes
RI No.829/ Menkes/SK/VII/1999).
6. Penggunaan bahan bakar masak
Cara pengukurannya menanyakan langsung kepada ibu yang mempunyai anak
pra sekolah. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal dibagi dalam
2 kategori, yaitu :
1 = tidak baik (kayu)
2 = baik (gas/elpiji, kompor)
7. Kebiasaan merokok
Cara pengukurannya melalui wawancara kepada pendamping. Skala
pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal dibagi dalam 2 kategori, yaitu :
1 = tidak baik (ada yang merokok di dalam rumah)
2 = baik (tidak ada yang merokok di dalam rumah)
8. Penggunaan bahan pengendali serangga
Cara pengukurannya melalui wawancara kepada pendamping. Skala
pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal dibagi dalam 2 kategori, yaitu :
1 = menggunakan bahan pembasmi serangga dalam bentuk spray, semprot dan
obat nyamuk bakar
2 = tidak menggunakan bahan pembasmi serangga dalam bentuk spray, semprot
9. Penghasilan keluarga
Adalah pendapatan keluarga dari hasil pekerjaan utama meskipun tambahan
(dalam rupiah) yang dikategorikan berdasarkan Upah Minimum Propinsi
Sumatera Utara (UMP) = Rp. 738.000, yang dikategorikan :
1 = rendah (<Rp. 738.000)
2 = sedang (Rp. 738.000 – Rp. 1.500.000)
3 = Tinggi (>Rp. 1.500.000)
3.8.Analisa Data
Data yang terkumpul akan diolah dengan sistem komputerisasi menggunakan
program SPSS untuk kemudian dilakukan analisa. Data yang telah masuk
diinterpretasikan lebih lanjut dengan menggunakan analisa univariat dan analisa
bivariat.
3.8.1. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran pada masing-masin
variabel yang terdiri dari data umum meliputi identitas responden, pendapatan
keluarga, kondisi lingkungan dalam rumah meliputi teknis bangunan. Kepadatan
hunian serta sumber polutan udara terhadap kejadian ISPA. Data-data tersebut
ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
3.8.2. Analisa Bivariat
Analisa Bivariat digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan
antara kondisi lingkungan dalam rumah penduduk dengan kejadian ISPA. Adapun uji
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kelurahan Mabar merupakan salah satu kelurahan yang ada di wilayah
Kecamatan Medan Deli, terdiri dari 19 lingkungan dengan luas area 465 ha, dan
beriklim tropis. Secara Geografi Kelurahan Mabar berbatasan dengan :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan kelurahan Kota Bangun
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Mulia Hilir
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Mabar Hilir dan Deli Serdang
d. Sebelah Barat berbatasan dengan desa Manunggal Kecamatan Labuhan Deli
Jumlah penduduk wilayah Kelurahan Mabar sebanyak 34.612 jiwa
(7.965KK). Penghasilan utama masyarakat Kelurahan Mabar sebagian besar
karyawan pabrik dan sebagian lainnya penduduk bekerja sebagai wiraswasta dan
pegawai negeri sipil, TNI, POLRI.
Mabar memiliki sarana pendidikan yaitu SD (Sekolah Dasar) 7 unit, SLTP 5
unit, SMU/SMK 6 unit sarana peribadatan yaitu mesjid 5 unit, gereja 2 unit, sarana
kesehatan seperti Puskesmas 1 unit, Poliklinik/Balai Pengobatan 8 unit, Apotik 2 unit,
4.2. Gambaran Kependudukan
[image:51.612.107.531.208.455.2]Gambaran penduduk kelurahan Mabar dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.1. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Di Kelurahan Mabar Kec. Medan Deli Tahun 2010.
No. Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 0-3 2775 8,0
2 4-6 3910 11,3
3 7-12 4993 14,4
4 13-15 4031 11,6
5 16-18 4137 12,0
6 19-21 2720 7,9
7 22-24 1628 4,7
8 25-27 1545 4,5
9 28-30 1973 5,7
10 31-33 1854 5,4
11 34-36 1989 5,7
12 37-39 1005 2,9
13 >40 2052 5,9
Total 34.612 100
Berdasarkan Tabel 4.1. dapat diketahui distribusi jumlah penduduk menurut
kelompok umur di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli paling tinggi berada
pada kelompok umur 7-9 tahun sebanyak 4993 jiwa (14,4%), sedangkan jumlah
penduduk yang terendah berada pada kelompok umur 37-39 tahun sebanyak 1005
4.3. Sepuluh Penyakit Terbesar Di Kelurahan Mabar
ISPA merupakan penyakit tertinggi di Kelurahan Mabar. Hal ini dapat dilihat
[image:52.612.110.529.219.463.2]pada Tabel 4.2. sebagai berikut :
Tabel 4.2. Sepuluh Penyakit Terbesar Di Kelurahan Mabar
No. Penyakit Jumlah
1 ISPA 23.410
2 Infeksi Kulit 7.837
3 Hypertensi 3.510
4 Tonsilitis 3.480
5 Bronchitis 3.268
6 Rematik 3.248
7 Tukak Lambung 2.965
8 Penyakit Telinga Mastoid 2.435
9 Diare 1.955
10 Gusi Predental 1.402
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Medan Deli Tahun 2009
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa penyakit ISPA menempati
urutan yang pertama di Kelurahan Mabar. Ini berarti penyakit ISPA merupakan
penyakit terbesar di wilayah tersebut.
4.4. Karakteristik Responden
Karakteristik responden meliputi umur, pendidikan, pendapatan keluarga.
Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Kelompok Umur Di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2010
No. Umur Jumlah Persentase (%)
1 21-30 tahun 40 45,4
2 31-40 tahun 35 39,8
3 41-50 tahun 13 24,8
Total 88 100
Berdasarkan Tabel 4.3. diketahui bahwa usia responden paling banyak berada
pada kelompok umur 21-30 tahun yaitu 40 orang (45,4%). Dan kelompok umur yang
paling sedikit adalah umur 41-50 tahun ada 13 orang (14,8%).
Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Kelompok Pendidikan Di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2010
No. Pendidikan Jumlah Persentase (%)
1 Tidak sekolah 18 11,3
2 SD 12 13,7
3 SMP 28 31,8
4 SMU/SMA 22 25
5 Perguruan Tinggi/Akademi 16 18,2
Total 88 100
Berdasarkan Tabel 4.4. diketahui bahwa mayoritas responden di Kelurahan
Mabar memiliki pendidikan SMU/SMA sebanyak 28 orang (31,8%). Sedangkan
untuk pendidikan yang paling sedikit adalah tidak sekolah sebanyak 10 orang
Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Pendapatan Keluarga Di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2010
No. Pendapatan per bulan Jumlah Persentase (%)
1 Rendah (<Rp. 738.000) 24 27,3
2 Sedang (Rp.738.000-Rp.1.500.000) 45 51,1
3 Tinggi (>Rp. 1.500.000) 19 21,6
Total 88 100
Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui bahwa sebagian besar tingkat pendapatan
keluarga responden adalah sedang dengan pendapatan rata-rata per bulan
Rp.738.000,- - Rp. 1.500.000 sebanyak 45 (51,1%).
4.5. Karakteristik Anak Pra Sekolah
Karakteristik anak pra sekolah meliputi jenis kelamin, umur, imunisasi.
[image:54.612.109.531.165.249.2]Gambaran karakteristik anak prasekolah dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.6. Distribusi Anak Pra Sekolah Berdasarkan Karakteristik Jenis Kelamin Di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2010
No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
1 Laki-laki 38 43,2
2 Perempuan 50 56,8
Total 88 100
Berdasarkan Tabel 4.6. dapat dilihat bahwa responden anak pra sekolah
perempuan lebih besar yaitu 50 orang (56,8%) dibandingkan anak pra sekolah
[image:54.612.107.534.523.587.2]Tabel 4.7. Distribusi Anak Pra Sekolah Berdasarkan Karakteristik Umur Di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2010
No. Umur (Tahun) Jumlah Persentase (%)
1 3 – 4 49 55,7
2 5 - 6 39 44,3
Total 88 100
Berdasarkan Tabel 4.7. diketahui bahwa umur anak para sekolah paling
banyak berada pada kelompok umur 5-6 tahun yaitu 49 orang (54,6%) dan kelompok
umur paling sedikit adalah umur 3-4 tahun yaitu 39 orang (44,4%)
Tabel 4.8. Distribusi Anak Pra Sekolah Berdasarkan Karakteristik Imunisasi Di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2010
No. Imunisasi Jumlah Persentase (%)
1 Tidak lengkap (salah satu imunisasi tersebut tidak dapat)
48 45,5
2 Lengkap (BCG, DPT III, Polio I-IV, Hepatitis I-III, campak)
40 54,5
Total 88 100
Berdasarkan Tabel 4.8 diketahui bahwa pada umumnya anak pra sekolah di
Kelurahan Mabar mendapat imunisasi lengkap (BCG, DPT I-III, Polio I-IV, hepatitis
I-III, campak) yaitu 48 orang (54,5%) dan yang tidak lengkap (salah satu imunisasi
4.6. Kondisi Lingkungan Rumah
Kondisi lingkungan rumah yang diamati pada penelitian ini adalah
kelembaban, ventilasi, dinding, kepadatan hunian kamar, bahan bakar untuk
memasak, kebiasaan merokok dalam rumah, dan bahan pengendali serangga dapat
[image:56.612.107.531.272.357.2]dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.9. Distribusi Bangunan Rumah dengan Ventilasi Di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2010
No. Ventilasi Jumlah Persentase (%)
1 Memenuhi syarat kesehatan 26 29,5
2 Tidak memenuhi syarat kesehatan 62 70,5
Total 88 100
Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa ventilasi rumah yang memenuhi
syarat kesehatan sebanyak 26 rumah (29,5%) dan ventilasi rumah yang tidak
memenuhi syarat kesehatan sebanyak 62 rumah (70,5%).
Tabel 4.10. Distribusi Kelembaban Rumah Penduduk Di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2010
No. Kelembaban Jumlah Persentase (%)
1 Memenuhi syarat kesehatan 29 33,0
2 Tidak memenuhi syarat kesehatan 59 67,0
Total 88 100
Berdasarkan Tabel 4.10 didapatkan nilai kelembaban yang memenuhi syarat
kesehatan sebanyak 29 rumah (33,0%) dan kelembaban yang tidak memenuhi syarat
Tabel 4.11. Distribusi Konstruksi Dinding Rumah Penduduk Di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2010
No. Konstruksi Dinding Jumlah Persentase (%)
1 Baik 34 38,6
2 Tidak baik 54 61,4
Total 88 100
Berdasarkan Tabel 4.11. dapat dilihat bahwa sebagian besar rumah penduduk
yang mempunyai dinding yang baik sebanyak 34 rumah (38,6%) sedangkan rumah
penduduk yang mempunyai dinding tidak bai sebanyak 54 rumah (61,4%).
Tabel 4.12. Distribusi kepadatan Hunian Kamar Tidur Di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2010
No. Kepadatan Hunian Kamar Tidur Jumlah Persentase (%)
1 Tidak padat 23 26,1
2 Padat 65 73,9
Total 88 100
Berdasarkan Tabel 4.12 sebagian besar rumah penduduk dengan kepadatan
hunian kamar tidur yang tidak padat sebanyak 23 rumah (26,1%) dan rumah yang
kepadatan hunian kamar tidur yang padat sebanyak 65 rumah (73,9%).
Tabel 4.13. Distribusi Bahan Bakar Untuk Memasak Di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2010
No. Bahan Bakar Untuk Memasak Jumlah Persentase (%)
1 Menggunakan gas elpiji/kompor 28 31,8
2 Menggunakan kayu 60 68,2
Berdasarkan Tabel 4.13 dapat dilihat bahwa mayoritas rumah tangga
menggunakan bahan bakar gas elpiji/kompor untuk memasak sebanyak 28 rumah
(31,8%) sedangkan rumah tangga yang menggunakan bahan bakar kayu untuk
memasak sebanyak 60 rumah (68,2%).
Tabel 4.14. Distribusi Kebiasaan Merokok Dalam Rumah Di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2010
No. Kebiasaan Merokok Dalam