ANALISA DISTRIBUSI AIR BERSIH PADA KOMPLEK PERUMAHAN KARYAWAN PT.CHEVRON PACIFIC INDONESIA DISTRIK DUMAI
DARI WTP-DUMAI MENGGUNAKAN SOFTWARE EPANET 2.0 (STUDI KASUS: Kota Dumai,Riau )
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat
Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Teknik Sipil
ANDI ADE PUTRA SIREGAR 06 0404 149
DISETUJUI OLEH: DOSEN PEMBIMBING
Ir. Boas Hutagalung, M.Sc NIP. 19470602 198003 1 001
BIDANG STUDI TEKNIK SUMBER DAYA AIR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil ‗Alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan segala rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang berjudul ―ANALISA
DISTRIBUSI AIR BERSIH PADA KOMPLEK PERUMAHAN KARYAWAN PT.CHEVRON PACIFIC INDONESIA DISTRIK DUMAI DARI WTP-DUMAI MENGGUNAKAN SOFTWARE EPANET 2.0‖
Sehubungan dengan selesainya Tugas Akhir ini, maka penulis menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua saya, H. Kasman Siregar dan Hj. Nurhana Nasution serta abang dan adik saya dan kepada Uwaisy Salsabil dimana mereka semua selalu memberikan semangat, cinta dan kasih sayang serta do‘anya
kepada saya di tengah-tengah kejenuhan yang terjadi.
Kemudian penulis juga mengucapkan rasa terima kasih kepada banyak pihak yang telah membantu penulis dari segi materi dan material antara lain :
1. Ketua Departemen Teknik Sipil USU Bapak Prof. Dr. Ing. Johanes Tarigan dan Sekretaris Departemen Teknik Sipil Bapak Ir. Syahrizal, MT
2. Dosen pembimbing penulis, Bapak Ir. Boas Hutagalung, M.Sc 3. Dosen penguji penulis, Bapak Ir. Sufrizal, M.Eng
4. Dosen penguji penulis, Bapak Ir. Terunajaya, M.Sc 5. Dosen penguji penulis, Bapak Ivan Indrawan, ST.MT
8. Seluruh teman-teman seperjuangan saya sipil 06 yang tidak bisa saya sebutkan nama dan jasanya satu persatu, yang telah ikut membantu saya selama berjuang mengarungi kerasnya kehidupan di sipil ini dan selama proses penulisan Tugas Akhir saya ini. Terima kasih atas doa dan dukungannya.
Penulis menyadari bahwa penulisan atau penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun sehingga dapat menyempurnakan penulisan selanjutnya. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Medan,
ABSTRAK
Suplai air bersih pada area perumahan karyawan PT.Chevron Pacific Indonesia dikelola seluruhnya oleh pihak perusahaan sendiri dan tidak bergantung kepada instansi penyedia air minum setempat. Water Treatment Plant milik PT.CPI berada dibawah Departement Supply Chain Management, Team Facility Management. WTP-Dumai ini telah beroperasi sejak tahun 1958. Jaringan perpipaan distribusinya sendiri masih mengandalkan jaringan perpipaan yang lama dan hanya dilakukan penggantian terhadap beberapa jaringan pipa yang telah rusak. Air bersih yang didistribusikan ke area perumahan juga diberikan secara gratis dan tidak dilakukannya pengukuran terhadap penggunaan air pada tiap rumah diseluruh area perumahan. Tujuan penelitian ini untuk menganalisa sistem pendistribusian pada area perumahan yang ada dengan cara pemodelan menggunakan software Epanet 2.0. Tahapan-tahapan dalam penyelesaian tugas akhir ini yaitu terlebih dahulu mengumpulkan data yang dibutuhkan baik primer dan sekunder. Kemudian menghitung banyaknya penduduk yang ada di area perumahan tersebut.. Tahapan berikutnya adalah menghitung kebutuhan air pada tiap titik layanan pada area perumahan baik untuk kebutuhan domestic maupun kebutuhan non domestik. Dari data yang ada dan dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, kemudian dilakukan pemodelan dan analisa dengan menggunakan software EPANET 2.0. Setelah itu hasil analisa Epanet tersebut di evaluasi dengan metode Hardy-Cross dengan mengambil sampel loop dalam jaringan perpipaan.
Berdasarkan hasil perhitungan didapat bahwa total kebutuhan air untuk seluruh area perumahan sebesar 184.56 liter/menit. Besarnya kebutuhan pada saat jam puncak terjadi pada pukul 06.00 sebesar 350.664 liter/menit berdasarkan pola penggunaan air selama 24 jam pada pemodelan menggunakan software Epanet 2.0. pipa yang dipakai adalah jenis pipa PVC dengan diameter pipa utama 8 inchi dan diameter pipa sekunder 6 inchi. Sedangkan kualitas air dari hasil pengujian di laboratorium milik PT.Chevron Pacific Indonesia meninjukkan kualitas air hasil produksi sudah cukup baik dimana kadar chlorine sebesar 1.86, nilai pH sebesar 8.30, kadar kekeruhan (turbidity) sebesar 0.37 NTU dan nilai warna air sebesar 1.00 Pt Co.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...ii
ABSTRAK...iv
DAFTAR ISI...v
DAFTAR GAMBAR...viii
DAFTAR TABEL...xi
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN...xiii
DAFTAR LAMPIRAN...xv
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Maksud dan Tujuan ... 2
1.3. Ruang Lingkup Pembahasan ... 3
1.4. Perumusan Masalah ... 3
1.5. Batasan Masalah ... 3
1.6. Sistematika Penulisan ... 4
1.7. Metodologi Penelitian ... 5
BAB II TINJAUANPUSTAKA... ... 10
II.1. Umum ... 10
II.2 Definisi dan Persyaratan Air Bersih ... 11
II.2.1 Definisi Air Bersih ... 11
II.2.2 Persyaratan Air Bersih ... 12
II.3 Sistem Distribusi dan Sistem Pengaliran Air Bersih ... 15
II.3.1. Sistem Distribusi Air Bersih ... 15
II.3.2. Sistem Pengaliran Air Bersih ... 17
II.4. Sistem dan Komposisi Sistem Penyediaan Air Minum ... 18
II.4.1. Sistem Penyediaan Air Minum ... 18
II.4.2. Komposisi Sistem Penyediaan Air Minum ... 18
II.5. Studi Kebutuhan Air Bersih ... 20
II.5.1. Kebutuhan Domestik ... 22
II.5.3. Kehilangan dan Pemborosan Air ... 26
II.5.4. Hubungan populasi dan tingkat kebutuhan air ... 26
II.5.5. Karakteristik Kota ... 27
II. 6. Konsep Dasar Aliran Fluida ... 28
II.7. Mekanisme Aliran Dalam Pipa ... 29
II.7.1 Pipa yang Dihubungkan Seri ... 29
II.7.2. Pipa yang Dihubungkan Paralel ... 31
II.8. Sistem Jaringan Pipa ... 32
II.9. Aplikasi Epanet 2.0 dalam Analisa Jaringan Distribusi Air Bersih ... 34
II.10. Permodelan dengan software EPANET 2.0 ... 36
II.10.1. Pemodelan Hidrolik ... 38
II.10.2. Langkah-Langkah Menggunakan EPANET 2.0 ... 37
II.10.3. Model Jaringan EPANET ... 38
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI... 59
III. 1. Sejarah Umum PT. Chevron Pacific Indonesia ... 59
III. 2. Lingkup Kerja Perusahaan ... 62
III. 2.1. Wilayah Kerja Perusahaan ... 62
III. 3. Visi, Misi dan Nilai Dasar ... 64
III. 3. 1. Visi ... 64
III. 3. 2. Misi ... 64
III. 3. 3. Nilai Dasar Perusahaan ... 64
III. 4. Water Treatment Plant – Dumai ... 65
III. 4. 1. Manajemen Water Trearment Plant – Dumai ... 65
III. 4. 2. Produksi WTP-Dumai... 67
III.4.3. Kualitas Air WTP-Dumai ... 82
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN... 83
IV.1. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 84
IV.2. Perumusan Masalah ... 84
IV.3. Pengumpulan Data ... 85
IV.4. Analisa Data ... 86
BAB V KOMPILASI DAN PENGOLAHAN DATA... 90
V.2. Penentuan flow aliran air yang di distribusikan oleh WTP. ... 91
V.3 Asumsi kebutuhan air bersih ... 93
V.3.1 Kebutuhan Domestik ... 93
V.3.2 Kebutuhan Non Domestik... 95
V.4 Rekapitulasi Total Penggunaan Air ... 100
V.5 Pola Pemakaian Air ... 101
V.6. Desain Pompa ... 104
V.6.1. Kerugian pada Sistem perpipaan Distribusi ... 104
V.6.2. Kapasitas Pompa ... 111
V.7. Diameter Pipa Distribusi ... 112
V.8. Evaluasi Head Pompa ... 113
V.9. Rekapitulasi Kondisi Eksisting dan Hasil Evaluasi ... 114
BAB VI HASIL PEMODELAN SOFTWARE EPANET 2.0 DAN EVALUASI DENGAN METODE HARDY CROSS ...116
VI.1. Hasil Pemodelan Software EPANET 2.0 ... 116
VI.1.1 Tekanan hidrolis pada titik-titik layanan ... 116
VI.1.2 View – Query... 117
VI.1.3 Head pada pipa ... 118
VI.1.4 Kecepatan Aliran ... 120
VI.1.5 Kehilangan energi pada pipa (Headloss) ... 120
VI.1.6 Laporan Full Report... 122
VI.2. Evaluasi Hasil Pemodelan EPANET 2.0 dengan Metode Hardy Cross... .. 123
VI.3. Evaluasi Hasil Pemodelan EPANET 2.0 dengan Metode Hardy Cross Setelah Adanya Evaluasi Terhadap Diameter Pipa... ... 130
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN... 139
VII.1. Kesimpulan ... 139
VII.2. Saran ... 141
DAFTAR PUSTAKA...143
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kaitan hubungan antara unsur-unsur fungsional dari suatu sistem
penyediaan air kota. ... 19
Gambar 2.2. Aliran Steady dan Seragam ... 29
Gambar 2.3 Pipa yang dihubungkan seri ... 30
Gambar 2.4 Pipa yang dihubungkan secara parallel ... 31
Gambar 2.5 Contoh suatu sistem jaringan pipa. ... 32
Gambar 2.6 Jaringan sistem distribusi yang akan dianalisa. ... 37
Gambar 2.7 Pengaturan Hydraulic Option pada Epanet 2.0 ... 38
Gambar 2.8 Hubungan Antar Komponen Fisik Dalam EPANET 2.0 ... 39
Gambar 2.9 Properties Editor untuk input data pada Junction... 40
Gambar 2.10 Properties editor untuk input data pada Reseervoir. ... 41
Gambar 2.11 Properties editor untuk input data pada tangki ... 43
Gambar 2.12 Properties editor untuk input data pada pipa ... 45
Gambar 2.13 Properties editor untuk input data pada pompa ... 49
Gambar 2.14 Berbagai Jenis Bentuk Kurva Pompa yang Ada Dalam EPANET 2.0 54 Gambar 2.15 Efficiency Curve pada Software EPANET 2.0 ... 55
Gambar 3.1 Peta Dumai dan Kompleks Dumai Camp. ... 63
Gambar 3.2 Diagram Alir Proses pengolahan Air Secara Konvensional. ... 69
Gambar 3.3 Diagram Alir Proses pengolahan Air Secara Reverse Osmosis. ... 73
Gambar 3.4 Peta Distribusi Air Minum di Area Dumai Camp. ... 80
Gambar 4 1 Diagram Metodologi Penelitian... 83
Gambar 4.2 Flow Chart Tahapan Pemodelan Menggunakan EPANET 2.0 ... 87
Gambar 5.1 Pattern editor properties untuk Pola konsumsi pada EPANET 2.0 ... 104
Gambar 6.1 Hasil Menu – Query untuk titik dengan ketinggian diatas 18 m ... 117
Gambar 6.2 Cara melihat hasil analisa epanet berupa profil head kontur ... 119
Gambar 6.3 Profil Head Kontur pada jam ke- 00:00 (awal simulasi) ... 119
Gambar 6.4 Headloss pada pipa dengan kondisi headloss diatas 8 m/km. ... 121
Gambar 6.5 Tabel selection untuk melihat hasil pada jam yang kita inginkan ... 122
Gambar 6.6 Loop pada area kompleks Mendut serta besarnya debit masuk ... 124
Gambar 6.7 Besar masing-masing debit asumsi pada jaringan perpipaan ... 125
Gambar 6.8 Debit akhir pada masing-masing jaringan pipa ... 129
Gambar 6.9 Garis energi pada jaringan pipa utama ... 130
Gambar 6.10 Loop pada area kompleks Mendut serta besarnya debit masuk ... 131
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. unsur-unsur fungsional dari sistem penyediaan air minum. ... 19
Tabel 2.2. Penggunaan air rata-rata untuk rumah tangga... 23
Tabel 2.3. Rata-rata Kebutuhan Air Per Orang Per Hari (Soufyan Moh. Noerbambang & Takeo Morimura, 2005)... .... 24
Tabel 2.4 Koefisien Kekasaran Untuk Berbagai Jenis Pipa. ... 47
Tabel 2.5 Nilai koefisien minor losses untuk beberapa tipe fitting EPANET 2.0 .... 48
Tabel 2.6 Penggunaan Pattern Demand pada EPANET 2.0 ... 52
Tabel 2.7 Demand Pattern Pada EPANET 2.0 ... 52
Tabel 3.1 Parameter Kualitas Air Bersih... 78
Tabel 3.2 Contoh Hasil Pengujian Lab ... 78
Tabel 5.1 Produksi Air Secara Relatif Terhadap Air Baku...92
Tabel 5.2 Kebutuhan air berdasarkan kategori Kota ... 94
Tabel 5.3 Kebutuhan Air Untuk Perkantoran. ... 95
Tabel 5.4 Penggunaan air bersih di Sekolah pada area Dumai Camp ... 96
Tabel 5.5 Kebutuhan air bersih untuk Wisma ... 97
Tabel 5.6 Kebutuhan air bersih untuk sarana ibadah. ... 98
Tabel 5.8 Kebutuhan air bersih untuk Rumah Sakit ... 99
Tabel 5.9 Kebutuhan air bersih untuk Kolam Renang ... 99
Tabel 5.10 Kebutuhan air bersih untuk Perpustakaan ... 100
Tabel 5.11 Kebutuhan air bersih untuk Gedung Olahraga ... 100
Tabel 5.12 Rekapitulasi estimasi penggunaan air pada area Dumai Camp ... 101
Tabel 5.13 Pola penggunaan air minum di Dumai Housing Camp ... 103
Tabel 5.14 Kapasitas total pemompaan ... 112
Tabel 6.1 Hasil analisa EPANET 2.0 berupa Tabel Jaringan pada jam ke 06:00..122
Tabel 6.2 Hasil evaluasi pemodelan software EPANET 2.0 dengan metode Hardy Cross. ...129
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN
Q = Debit/laju aliran dalam pipa (m3/dtk)
A = luas penampang aliran ( m2)
v = kecepatan aliran ( m/s )
hf = kerugian gesekan dalam pipa (m)
L = paanjang pipa (m)
C = koefisien kekasaran pipa Hazen – Williams
d = diameter dalam pipa (m)
g = percepatan gravitasi
k = koefisien kerugian (dari lampiran koefisien minor losses peralatan pipa)
n = Koefisien kekasaran Manning
f = Faktor Gesekan
A = Luas penampang
1
2 P
P
= perbedaan head tekanan
= Berat jenis air (9810 N/ m3)
Z2– Z1 = perbedaan head statis
Re = Bilangan Reynold
V1 = Kecepatan pada titik awal
V2 = Kecepatan pada titik akhir
GPD = Gallon per Day (gallon per hari)
LPD = Liter per Day (liter per hari)
GPM = Gallon per Minute (gallon/menit)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Lay out peta jaringan perpipaan distribusi kondisi eksisting
Lampiran II : Diagram alir proses pengolahan air pada Water Treating Plant
secara Konvensional
Lampiran III : Diagram alir proses pengolahan air pada Water Treating Plant
dengan cara Reverse Osmosis
ABSTRAK
Suplai air bersih pada area perumahan karyawan PT.Chevron Pacific Indonesia dikelola seluruhnya oleh pihak perusahaan sendiri dan tidak bergantung kepada instansi penyedia air minum setempat. Water Treatment Plant milik PT.CPI berada dibawah Departement Supply Chain Management, Team Facility Management. WTP-Dumai ini telah beroperasi sejak tahun 1958. Jaringan perpipaan distribusinya sendiri masih mengandalkan jaringan perpipaan yang lama dan hanya dilakukan penggantian terhadap beberapa jaringan pipa yang telah rusak. Air bersih yang didistribusikan ke area perumahan juga diberikan secara gratis dan tidak dilakukannya pengukuran terhadap penggunaan air pada tiap rumah diseluruh area perumahan. Tujuan penelitian ini untuk menganalisa sistem pendistribusian pada area perumahan yang ada dengan cara pemodelan menggunakan software Epanet 2.0. Tahapan-tahapan dalam penyelesaian tugas akhir ini yaitu terlebih dahulu mengumpulkan data yang dibutuhkan baik primer dan sekunder. Kemudian menghitung banyaknya penduduk yang ada di area perumahan tersebut.. Tahapan berikutnya adalah menghitung kebutuhan air pada tiap titik layanan pada area perumahan baik untuk kebutuhan domestic maupun kebutuhan non domestik. Dari data yang ada dan dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, kemudian dilakukan pemodelan dan analisa dengan menggunakan software EPANET 2.0. Setelah itu hasil analisa Epanet tersebut di evaluasi dengan metode Hardy-Cross dengan mengambil sampel loop dalam jaringan perpipaan.
Berdasarkan hasil perhitungan didapat bahwa total kebutuhan air untuk seluruh area perumahan sebesar 184.56 liter/menit. Besarnya kebutuhan pada saat jam puncak terjadi pada pukul 06.00 sebesar 350.664 liter/menit berdasarkan pola penggunaan air selama 24 jam pada pemodelan menggunakan software Epanet 2.0. pipa yang dipakai adalah jenis pipa PVC dengan diameter pipa utama 8 inchi dan diameter pipa sekunder 6 inchi. Sedangkan kualitas air dari hasil pengujian di laboratorium milik PT.Chevron Pacific Indonesia meninjukkan kualitas air hasil produksi sudah cukup baik dimana kadar chlorine sebesar 1.86, nilai pH sebesar 8.30, kadar kekeruhan (turbidity) sebesar 0.37 NTU dan nilai warna air sebesar 1.00 Pt Co.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
PT.Chevron Pacific Indonesia (PT. CPI) merupakan perusahaan minyak terbesar di Indonesia. PT. CPI memperhatikan kebutuhan masyarakatyang tinggal di lingkungan PT. CPI, salah satunya adalah penyediaan air minum. PT.CPI memilliki seperangkat unit pengolahan air bersihnya tersendiri dan tidak bergantung kepada instansi penyedia air minum setempat. Water Treatment Plant (WTP-Dumai) berada di bawah Departemen Supply Chain Management, Team Facility Management. WTP Dumai melayani kebutuhan air untuk wilayah kompleks perumahan dan daerah operasional distrik Dumai.
WTP-Dumai melayani penduduk penghuni kompleks perumahan PT. CPI Dumai, perkantoran, sekolah, rumah sakit, dan fasilitas umum lainnya di wilayah operasi Dumai.
WTP-Dumai telah beroperasi sejak tahun 1958 dan telah banyak mengalami proses perbaikan dan peningkatan unit-unit instalasi pengolahan dan unit distribusinya. Untuk jaringan perpipaannya sendiri, masih mengandalkan jaringan perpipaan yang lama dan hanya dilakukan penggantian terhadap beberapa jaringan pipa yang telah rusak. Oleh karena itu kadang kala dalam proses pendistribusiannya kerap kali mengalami gangguan pressure apabila terjadi kebocoran dan perbaikan terhadap bagian pipa yang rusak.
dengan cara menaikkan tekanan untuk distribusi ke area perumahan. Hal ini sangatlah riskan apabila tekanan yang dinaikkan tidak proporsional sehingga dapat menyebabkan kebocoran pada pipa lainnya karena tekanan pada pipa yang begitu besar.
Air yang telah diproses di WTP dan didistribusikan ke area perumahan diberikan secara cuma-cuma. Oleh karena tidak dilakukannya pengukuran terhadap penggunaan air pada tiap rumah di seluruh area perumahan tersebut maka akan sulit untuk menentukan kebutuhan air pada tiap-tiap titik layanan di area perumahan tersebut.
Untuk mengatasi masalah tersebut, dalam studi ini peneliti akan mencoba menganalisa permasalahan tersebut dengan cara memodelkan jaringan perpipaan yang ada menggunakan software EPANET 2.0 sehingga dapat diketahui parameter-parameter aliran dalam jaringan perpipaan yang ada.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud tugas akhir ini adalah untuk menganalisa sistem penyaluran dan pendistribusian air minum di kompleks perumahan Dumai Camp. Sehingga diharapkan dapat memberikan beberapa masukan dan solusi terhadap masalah yang dihadapi. Selain itu juga dapat mengambil pelajaran baru dari teknologi yang digunakan oleh WTP-Dumai yang didapat selama di lapangan. Pembahasan akan lebih ditekankan pada sistem distribusi, bukan pada tahap pengolahan air bersih.
bangku kuliah. Selain itu, juga diharapkan mahasiswa dapat memberikan masukan untuk perbaikan sistem distribusi air bersih untuk mencapai hasil yang lebih optimal.
1.3. Ruang Lingkup Pembahasan
pada tugas akhir ini peneliti akan menganalisa aliran distribusi air bersih pada area perumahan karyawan PT. Chevron Pacific Indonesia Distrik Dumai dengan cara melakukan simulasi pemodelan jaringan distribusi perpipaan di area kompleks perumahan dengan menggunakan software EPANET 2.0 dan membandingkan hasil analisa EPANET 2.0 dengan perhitungan menggunakan metode Hardy-Cross pada sampel loop area komplek mendut.
1.4. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, tujuan dan ruang lingkup dari penelitian tugas akhir ini, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Berapa besar penggunaan asumsi-asumsi pemakaian air yang dapat mewakili kondisi?
2. Apakah hasil pemodelan jaringan distribusi air bersih pada area perumahan dengan menggunakan software EPANET 2.0 dapat mewakili kondisi aliran distribusi yang ada?
1.5. Batasan Masalah
1. Besarnya head dan pressure pada tiap titik layanan dalam jaringan pipa. 2. Kehilangan energi (Headloss) pada pipa.
3. Kecepatan aliran dalam pipa.
4. Perhitungan kebutuhan air pada tiap-tiap titik layanan dalam jaringan pipa dengan menggunakan standar asumsi-asumsi yang ada.
1.6. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam laporan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Pendahuluan
Berisi latar belakang, maksud dan tujuan dari tugas akhir ini, ruang lingkup yang akan di bahas, sumber data yang di gunakan, dan sistematika pembahasannya.
2. Tinjauan Pustaka
Berisi teori perencanaan system penyaluran air minum,teori tentang software EPANET 2.0 yang memungkinkan untuk dipakai.
3. Gambaran Umum Wilayah Studi
Berisi gambaran umum daerah studi sejarah umum PT.CPI, lingkup kerja perusahaan, visi, misi dan nilai dasar perusahaan serta gambaran water treatment plant-Dumai.
4. Metodologi penelitian.
5. Kompilasi dan Pengolahan Data
Berisi data-data yang ditemukan atau berdasarkan perhitungan temuan di lapangan dan pengolahan data dengan software EPANET 2.0
6. Hasil Pemodelan Software EPANET 2.0 dan Evaluasi dengan Metode Hardy Cross
Berisi analisa hasil simulasi pemodelan jaringan dengan software EPANET 2.0 dan hasil evaluasi dengan menggunakan metode Hardy Cross. 7. Kesimpulan dan Saran
Berisi kesimpulan terhadap penelitian yang dilakukan, saran, dan masukan yang dapat digunakan untuk kemajuan WTP-Dumai.
1.7. Metodologi Penelitian
Untuk mencapai tujuan dan sasaran penelitian ini maka tahapan proses penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut :
1. Studi Literatur
Mengumpulkan bahan-bahan atau teori-teori dari beberapa buku yang berhubungan dengan pengerjaan tugas akhir.
2. Pengumpulan Data
Mengambil data-data yang diperlukan yang terdiri dari : a. Data Primer
langsung terhadap operator WTP-Dumai, sehingga diperoleh kondisi eksisting penyaluran dan pendistribusian air bersih.
b. Data Sekunder
Merupakan data yang diperoleh dari PT.Chevron Pacific Indonesia. Adapun data-data tersebut yaitu :
Jumlah rumah,fasilitas-fasilitas penunjang serta perkantoran yang
terdapat pada kompleks perumahan PT. Chevron Pacific Indonesia.
Produksi air baku yang diolah oleh WTP-Dumai yang akan
disuplai ke area perumahan kompleks PT. CPI.
Peta jaringan pipa distribusi pada kompleks perumahan.
Panjang pipa antar junction yang satu dan lainnya, diameter pipa
yang digunakan serta jenis pipa distribusinya.
Diameter valve yang digunakan serta tipenya.
Parameter kualitas air yang di izinkan serta hasil pengujian
Laboratorium terhadap kualitas air yang akan di distribusikan.
Spesifikasi pompa distribusi yang digunakan.
Total head (head hidrolik) yaitu elevasi permukaan air pada
reservoir
3. Pengolahan Data
Setelah semua data-data (data primer dan sekunder) yang diperlukan dalam penelitian ini terkumpul, maka dilakukan suatu pemodelan dan simulasi sistem distribusi air bersih di Dumai Camp dengan menggunakan software EPANET 2.0. Adapun langkah-langkah awal dalam pengolahan data sebelum dilakukan pemodelan menggunakan software EPANET 2.0 adalah sebagai berikut ini :
Langkah awal sebelum dilakukan pemodelan ini yaitu denga menentukan
jumlah penduduk di tiap daerah yang ada di area kompleks perumahan, kemudian dilanjutkan dengan perhitungan kebutuhan di tiap daerah tersebut. Rumus menghitung kebutuhan air domestik yaitu :
Kebutuhan air = jumlah rumah X asumsi penghuni tiap rumah X asumsi pemakaian air (L/orang/hari)
Besarnya asumsi kebutuhan air pada tiap titik berdasarkan kategorinya
(domestik dan non domestik) inilah yang nantinya dijadikan acuan oleh peneliti dalam penentuan demand (kebutuhan) pada tiap node/junction yang mewakili masing-masing kategori (domestik dan non domestik) sebagai input data dalam software EPANET 2.0.
diameter 6 inchi untuk pipa sekunder. Primary feeder merupakan kerangka dasar sistem jaringan distribusi untuk suatu daerah.
Air yang telah diolah akan didistribusikan dengan menggunakan 4 unit
pompa distribusi jenis Horizontal Split Case Single Stage Pump type A produksi PEERLESS PUMP COMPANY dengan spesifikasi sebagai berikut :
Kapasitas : mencapai 25.000 gallon per menit (5.682 m3/hari) Head Hidrolik : mencapai 660 feet (201 m)
Pressure : mencapai 400 Psi (28 kg/cm2 atau 2.758 kPa) Power : 1.500 HP
Dalam pengoperasiannya hanya digunakan 1 unit pompa distribusi, sedangkan 3 unit pompa lainnya digunakan secara bergantian jika terjadi kerusakan pada salah satu pompa distribusi.
Jaringan perpipaan yang ada pada kompleks perumahan karyawan PT.
CPI menggunakan pipa jenis PVC (PolyvinilChloride) dengan diamter 8 inchi untuk pipa induk, 6 inchi untuk pipa cabang dan 2 inchi untuk pipa servis. Melalui pipa-pipa inilah air akan di distribusikan ke konsumen.
4. Analisis Data
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Umum
Manusia pada dasarnya selalu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya dan juga selalu ingin berusaha untuk lebih mempermudah pekerjaan yang dilakukannya, maka pada akhirnya manusia berusaha untuk membuat mesin-mesin yang pada prinsipnya untuk mempermudah segala pekerjaan yang dilakukan oleh manusia.
Pipa pada umumnya digunakan sebagai sarana untuk menghantarkan fluida baik berupa gas maupun cairan dari suatu tempat ke tempat yang lain. Adapun sistem pengaliran fluida dilakukan dengan metode gravitasi maupun dengan sistem aliran bertekanan.
Umumnya bagian perpipaan dan detailnya merupakan standar dari unit, seperti ukuran diameter, jenis katup yang akan dipasang, baut dan gasket pipa, penyangga pipa, dan lain-lain. Sehingga dengan demikian akan terdapat keseragaman ukuran antara satu dengan lainnya. Sedangkan di pasaran telah terdapat berbagai jenis pipa dengan ukuran dan bahan-bahan tertentu sesuai dengan kebutuhan seperti dari bahan Cast Iron, PVC (Polyvinil Chloride), New Steel, Galvanized iron dan lain-lain.
Dalam merancang suatu jalur pipa yang tersusun dari beberapa buah pipa yang disusun secara seri maupun paralel maka persoalan yang dihadapi belumlah begitu rumit, namun banyak juga jalur pipa yang ada bukanlah suatu rangkaian yang sederhana melainkan suatu jaringan pipa yang sangat kompleks, sehingga memerlukan penyelesaian yang lebih teliti. Dalam perencanaan itu hal-hal yang perlu diperhitungkan diantaranya besarnya kapasitas dan kecepatan aliran dari fluida yang melalui jalur pipa dan hal-hal lain yang perlu diperhitungkan dalam hal perencanaan.
Untuk menganalisa suatu jaringan pipa yang kompleks kita harus melakukan tahapan-tahapan iterasi hingga beberapa kali dengan menggunakan metode yang telah umum dikenal dengan nama metode Hardy-Cross. Akan tetapi seiring dengan perkembangan teknologi, pada saat ini kita dapat menganalisa jaringan perpipaan yang kompleks sekalipun dengan mudah menggunakan software distribusi seperti software EPANET 2.0.
Epanet 2.0 didesain sebagai alat untuk mengetahui perkembangan dan pergerakan air serta degradasi unsur kimia yang terkandung dalam air di pipa distribusi air bersih, yang dapat digunakan untuk analisa berbagai macam sistem distribusi, detail desain, analisa sisa khlor dan beberapa
unsur lainnya.
II.2 Definisi dan Persyaratan Air Bersih
II.2.1 Definisi Air Bersih
persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping (Ketentuan Umum Permenkes No. 416/Menkes/PER/IX/1990 (Dalam Modul Gambaran Umum Penyediaan dan Pengolahan Air Minum Edisi Maret 2003 hal. 3 dari 41)
II.2.2 Persyaratan Air Bersih
II.2.2.1. Persyaratan Kualitas
Persyaratan kualitas menggambarkan mutu dari air baku air bersih.
Dalam Modul Gambaran Umum Penyediaan dan Pengolahan Air Minum Edisi Maret 2003 hal. 4-5 dinyatakan bahwa persyaratan kualitas air bersih adalah
sebagai berikut : 1. Persyaratan fisik
Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Selain itu juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang lebih 25oC, dan apabila terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan adalah 25oC ± 3oC.
2. Persyaratan kimiawi
3. Persyaratan bakteriologis
Air bersih tidak boleh mengandung kuman patogen dan parasitik yang mengganggu kesehatan. Persyaratan bakteriologis ini ditandai dengan tidak adanya bakteri E. coli atau fecal coli dalam air.
4. Persyaratan radioaktifitas
Persyaratan radioaktifitas mensyaratkan bahwa air bersih tidak boleh mengandung zat yang menghasilkan bahan-bahan yang mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan gamma.
II.2.2.2. Persyaratan Kuantitas (Debit)
Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari banyaknya air baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah dan jumlah penduduk yang akan dilayani. Persyaratan kuantitas juga dapat ditinjau dari standar debit air bersih yang dialirkan ke konsumen sesuai dengan jumlah kebutuhan air bersih. Kebutuhan air bersih masyarakat bervariasi, tergantung pada letak geografis, kebudayaan, tingkat ekonomi, dan skala perkotaan tempat tinggalnya.
II.2.2.3. Persyaratan Kontinuitas
pendekatan aktifitas konsumen terhadap prioritas pemakaian air. Prioritas pemakaian air yaitu minimal selama 12 jam per hari, yaitu pada jam-jam aktifitas kehidupan, yaitu pada pukul 06.00 – 18.00.
Kontinuitas aliran sangat penting ditinjau dari dua aspek. Pertama adalah kebutuhan konsumen. Sebagian besar konsumen memerlukan air untuk kehidupan dan pekerjaannya, dalam jumlah yang tidak ditentukan. Karena itu, diperlukan pada waktu yang tidak ditentukan. Karena itu, diperlukan reservoir pelayanan dan fasilitas energi yang siap setiap saat.
Sistem jaringan perpipaan didesain untuk membawa suatu kecepatan aliran tertentu. Kecepatan dalam pipa tidak boleh melebihi 0,6–1,2 m/dt. Ukuran pipa harus tidak melebihi dimensi yang diperlukan dan juga tekanan dalam sistem harus tercukupi. Dengan analisis jaringan pipa distribusi, dapat ditentukan dimensi atau ukuran pipa yang diperlukan sesuai dengan tekanan minimum yang diperbolehkan agar kuantitas aliran terpenuhi.
II.2.2.4. Persyaratan Tekanan Air
Konsumen memerlukan sambungan air dengan tekanan yang cukup, dalam arti dapat dilayani dengan jumlah air yang diinginkan setiap saat. Untuk menjaga tekanan akhir pipa di seluruh daerah layanan, pada titik awal distribusi diperlukan tekanan yang lebih tinggi untuk mengatasi kehilangan tekanan karena gesekan, yang tergantung kecepatan aliran, jenis pipa, diameter pipa, dan jarak jalur pipa tersebut.
air) atau 0,5 atm (satu atm = 10 m), dan paling tinggi adalah 22 mka (setara dengan gedung 6 lantai).
Menurut standar dari DPU, air yang dialirkan ke konsumen melalui pipa transmisi dan pipa distribusi, dirancang untuk dapat melayani konsumen hingga yang terjauh, dengan tekanan air minimum sebesar 10mka atau 1atm. Angka tekanan ini harus dijaga, idealnya merata pada setiap pipa distribusi. Jika tekanan terlalu tinggi akan menyebabkan pecahnya pipa, serta merusak alat-alat plambing (kloset, urinoir, faucet, lavatory, dll). Tekanan juga dijaga agar tidak terlalu rendah, karena jika tekanan terlalu rendah maka akan menyebabkan terjadinya kontaminasi air selama
II.3 Sistem Distribusi dan Sistem Pengaliran Air Bersih
II.3.1. Sistem Distribusi Air Bersih
Sistem distribusi adalah sistem yang langsung berhubungan dengan konsumen, yang mempunyai fungsi pokok mendistribusikan air yang telah memenuhi syarat ke seluruh daerah pelayanan. Sistem ini meliputi unsur sistem perpipaan dan perlengkapannya, hidran kebakaran, tekanan tersedia, sistem pemompaan (bila diperlukan), dan reservoir distribusi.
Dua hal penting yang harus diperhatikan pada sistem distribusi adalah tersedianya jumlah air yang cukup dan tekanan yang memenuhi (kontinuitas pelayanan), serta menjaga keamanan kualitas air yang berasal dari instalasi pengolahan. Tugas pokok sistem distribusi air bersih adalah menghantarkan air bersih kepada para pelanggan yang akan dilayani, dengan tetap memperhatikan faktor kualitas, kuantitas dan tekanan air sesuai dengan perencanaan awal. Faktor yang didambakan oleh para pelanggan adalah ketersedian air setiap waktu. Suplai air melalui pipa induk mempunyai dua macam sistem:
Continuous system
Dalam sistem ini air minum yang disuplai ke konsumen mengalir terus menerus selama 24 jam. Keuntungan sistem ini adalah konsumen setiap saat dapat memperoleh air bersih dari jaringan pipa distribusi di posisi pipa manapun. Sedang kerugiannya pemakaian air akan cenderung akan lebih boros dan bila terjadi sedikit kebocoran saja, maka jumlah air yang hilang akan sangat besar jumlahnya.
Intermitten system
II.3.2. Sistem Pengaliran Air Bersih
Air merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan makhluk hidup umumnya dan manusia khususnya. Air sebagai pemenuh kebutuhan untuk berbagai kebutuhan sehari-hari, diantaranya untuk keperluan aktifitas domestik, keperluan industri, sosial, perkantoran dan kebutuhan-kebutuhan lainnya.
Untuk menngalirkan air minum kepada konsumen dengan kuantitas, kualitas dan tekanan yang cukup memerlukan sistem perpipaan yang baik, reservoir, pompa dan dan peralatan yang lain. Di dalam sistem transmisi ada beberapa cara pengaliran yang dapat dilakukan, antara lain :
Sistem saluran terbuka, sistem ini hanya memperhatikan ketinggian tanah dan
konstruksi saluran untuk dapat mengalirkan air dengan kapasitas besar sehingga biaya pembuatan dan operasionalnya murah. Saluran yang terbuka amat sensitif terhadap faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kualitas air yang dialirkan.
Sistem saluran tertutup, sistem ini mampu membawa air dengan kapasitas
besar dan memungkinkan kehilangan air kecil bila dibandingkan dengan debitnya.
Sistem pipa, pada sistem ini aliran tidak tergantung pada profil tanah.
II.4. Sistem dan Komposisi Sistem Penyediaan Air Minum
II.4.1. Sistem Penyediaan Air Minum
Dilihat dari sudut bentuk dan tekniknya, sistem penyediaan air minum dapat dibedakan atas 2 macam sistem, yaitu :
a. Penyediaan air minum untuk individual
Adalah sistem untuk penggunaan individual dan untuk pelayanan terbatas.
b. Penyediaan air minum komunitas atau perkantoran
Sistem pada metode ini ditujukan untuk suatu komunitas besar atau kota. Sistem penyediaan yang digunakan pada tugas akhir ini adalah sistem penyediaan air minum perkotaan.
II.4.2. Komposisi Sistem Penyediaan Air Minum
Menurut Ray K. Linsey and Joseph B. Franzini (1985), unsur-unsur yang membentuk suatu sistem penyediaan air yang modern meliputi :
1. Sumber-sumber penyediaan 2. Sarana-sarana penampungan
3. Sarana-saran penyaluran (ke pengolahan) 4. Sarana-sarana pengolahan
Gambar 2.1 Kaitan hubungan antara unsur-unsur fungsional dari suatu sistem penyediaan air kota.
Tabel 2.1. unsur-unsur fungsional dari sistem penyediaan air minum.
Unsur fungsional
Sumber penyediaan Jumlah / mutu
Sumber-sumber air permukaan
bagi penyediaan, misalnya
sungai, danau dan waduk atau sumber air tanah
Penampungan Jumlah / mutu
Sarana-sarana yang dipergunakan untuk menampung air permukaan biasanya terletak pada atau dekat sumber penyediaan
Penyaluran Jumlah / mutu Sarana-sarana untuk menyalurkan
air dari tampungan ke sarana pengolah
Pengolahan Jumlah / mutu Sarana-sarana yang dipergunakan
Penyaluran & penampungan Jumlah / mutu
Sarana-sarana untuk menyalurkan air yang sudah diolahke sarana penampungan sementara serta ke satu atau beberapa titik distribusi
Distribusi Jumlah / mutu
Sarana-sarana yang dipergunakan untuk membagi air ke masing-masing pemakai yang terkait di dalam sistem
Sumber : Ray K. Linsey and Joseph B. Franzini, 1985. Teknik Sumber Daya Air Jilid I . Erlangga. Jakarta.
II.5. Studi Kebutuhan Air Bersih
Untuk sebuah sistem penyediaan air minum, perlu diketahui besarnya kebutuhan dan pemakaian air. Kebutuhan air dipengaruhi oleh besarnya populasi penduduk, tingkat ekonomi dan faktor-faktor lainnya. Oleh karena itu, data mengenai keadaan penduduk daerah yang akan dilayani dibutuhkan untuk memudahkan permodelan evaluasi sistem distribusi air minum.
Kebutuhan air bersih berbeda antara kota yang satu dengan kota yang lainnya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan air bersih menurut Ray K. Linsey and Joseph B. Franzini (1986) adalah :
1. Iklim
Kebutuhan air untuk mandi, menyiram taman, pengaturan udara dan sebagainya akan lebih besar pada iklim yang hangat dan kering daripada di iklim yang lembab. Pada iklim yang sangat dingin, air mungkin diboroskan di keran-keran untuk mencegah bekunya pipa-pipa.
2. ciri-ciri Penduduk
Di daerah-daerah tanpa pembuangan limbah, konsumsi dapat sangat rendah hingga hanya sebesar 10 gpcd (40 liter / kapita per hari).
3. Masalah Lingkungan Hidup
Meningkatnya perhatian masyarakat terhadap berlebihannya pemakaian sumber-sumber daya telah menyebabkan berkembangnya alat-alat yang dapat dipergunakan untuk mengurangi jumlah pemakaian air di daerah pemukiman. 4. Keberadaan Industri dan Perdagangan
Keberadaan industri dan perdagangan dapat mempengaruhi banyaknya kebutuhan air per kapita dari suatu kota.
5. Iuran Air dan Meteran
Bila harga air mahal, orang akan lebih menahan diri dalam pemakaian air dan industri mungkin mengembangkan persediaannya sendiri dengan biaya yang lebih murah. Para langganan yang jatah air diukur dengan meteran akan cenderung untuk memperbaiki kebocoran-kebocoran dan mempergunakan air dengan jarang. Pemasangan meteran pada beberapa kelompok masyarakat telah menurunkan pengguanaan air hingga sebanyak 40 persen.
6. Ukuran Kota
Untuk memproyeksi jumlah kebutuhan air bersih dapat dilakukan berdasarkan perkiraan kebutuhan air untuk berbagai macam tujuan ditambah perkiraan kehilangan air. Adapun kebutuhan air untuk berbagai macam tujuan pada umumnya dapat dibagi dalam :
a. Kebutuhan domestik - sambungan rumah - sambungan kran umum b. Kebutuhan non domestik
- Fasilitas sosial (Masjid, panti asuhan, rumah sakit dan sebagainya) - Fasilitas perdagangan/industri
- Fasilitas perkantoran dan lain-lainnya
Sedangkan kehilangan air dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu :
a. Kehilangan air akibat faktor teknis, misalnya kebocoran dari pipa distribusi
b. Kehilangan air akibat faktor non teknis, antara lain sambungan tidak terdaftar. kerusakan meteran air, untuk kebakaran dan lain-lainnya.
II.5.1. Kebutuhan Domestik
Sedangkan menurut Ray K. Linsey and Joseph B. Franzini (1986), penggunaan rumah tangga adalah air yang dipergunakan di tempat-tempat hunian pribadi, rumah-rumah apartemen dan sebagainya untuk minum, mandi, penyiraman taman, saniter dan tujuan-tujuan lainnya. Taman dan kebun-kebun yang luas mengakibatkan sangat meningkatnya konsumsi pada masa-masa kering.
Penggunaan air kota dan jumlah-jumlah yang dipakai di Amerika Serikat Sedangkan menurut Ray K. Linsey and Joseph B. Franzini (1986), untuk keperluan rumah tangga berkisar antara 40-80 GPCD (gallon per kapita per hari) atau 150-300 LPCD (liter per kapita per hari) dan umumnya berkisar antara 65 GPCD (gallon per kapita per hari) atau 250 LPCD (liter per kapita per hari). sedangkan menurut J. Kindler and C.S. Russel (1984), penggunaan air rata-rata untuk rumah tangga adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2. Penggunaan air rata-rata untuk rumah tangga
Jenis Kegiatan Kebutuhan Air (liter / orang / hari)
Dapur 45
Kamar mandi 60
Toilet 70
Mencuci pakaian 45
Lainnya (termasuk keperluan diluar rumah) 75
Total 295
Sumber : J. Kindler and C.S. Russel, 1984. Modeling Water Demands.Academic Press Inc. London, hal 153.
II.5.2 Kebutuhan Non Domestik
Sumber : Soufyan Moh. Noerbambang & Takeo Morimura, 2005
II.5.3. Kehilangan dan Pemborosan Air
Menurut Ray K. Linsey and Joseph B. Franzini (1986), kehilangan dan kebocoran air adalah air yang bocor dari sistem yang bersangkutan, kesalahan meteran, sambungan-sambungan yang tidak sah dan lain-lain hal yang tidak dihitung. Kategori kehilangan dan pemborosan ini sering dihitung kira-kira sebesar 20 gpcd (75/kapita per hari), tetapi jika konstruksinya tepat dan pemeliharaannya cermat, hal itu dapat diturunkan hingga kurang dari 5 gpcd (20 liter/kapita per hari).
II.5.4. Hubungan populasi dan tingkat kebutuhan air
Penggunaan air biasanya dianggap merupakan fungsi dari populasi. Estimasi penggunaan air biasanya berasal dari jumlah populasi. Akan tetapi, pada kenyataannya, tidak selamanya populasi memiliki hubungan yang erat dengan jumlah penggunaan air. Jumlah penggunaan air non domestik jauh lebih besar dibandingkan penggunaan untuk domestik pada sebuah populasi.
23 Perkumpulan
sosial 30 - - Setiap tamu
24 Kelab malam 120-350 - - Setiap tempat
duduk 25 Gedung
perkumpulan 150-200 - - Setiap tamu
II.5.5. Karakteristik Kota
Karakteristik kota juga menentukan pola penggunaan dan jumlah air yang akan digunakan. Kota industri biasanya menggunakan air yang lebih banyak dibandingkan kota biasa.
Untuk studi kali ini, daerah studi merupakan kompleks perumahan Dumai Housing Camp. Dumai Housing Camp merupakan komplek perumahan yang digunakkan untuk tempat tinggal karyawan PT. CPI, perkantoran, sekolah, rumah sakit, dan fasilitas umum serta fasilitas penunjang produksi PT. CPI lainnya. Dumai Housing Camp memiliki standard modern dalam pembangunannya. Jumlah penduduk Dumai Housing Camp cenderung tetap dari tahun ke tahun. Jumlah penghuni yang masuk hampir sama dengan jumlah penghuni yang keluar. Hal ini dikarenakan, jumlah rumah yang tersedia cenderung konstan. Kebutuhan air bersih, listrik dan telepon tersedia secara gratis untuk penghuni Dumai Housing Camp. Standard penggunaan listrik dan air Dumai Camp dianggap hampir sama dengan standard di Amerika Serikat. Bangunan di dalam Housing Camp yang dilayani oleh WTP-Dumai terdiri dari:
Rumah : 143 unit
Kantor : 6 unit
Gedung olahraga : 1 Rumah Sakit : 1 Rumah makan : 4
Sekolah : 3 unit
Air bersih tersedia setiap waktu dan dapat digunakan dengan bebas. Air bersih siap minum disediakan oleh WTP Dumai dan di distribusikan ke setiap rumah di dalam Housing Camp.
II. 6. Konsep Dasar Aliran Fluida
Untuk aliran fluida dalam pipa khususnya untuk air terdapat kondisi yang harus diperhatikan dan menjadi prinsip utama, kondisi fluida tersebut adalah fluida merupakan fluida inkompresibel, fluida dalam keadaan steady dan seragam. Menurutu Mays Larry W. Water Resources Engineering(1st ed). John Wiley & sons (Asia) Pte, Ltd. Singapore (2004), dijelaskan bahwa :
A V Q
dimana: Q = laju aliran (m3/s)
A = luas penampang aliran ( m2) V = kecepatan aliran ( m/s )
Menurut Mays Larry W (2004),untuk aliran steady dan seragam seperti yang tergambar pada gambar 2.2 dalam pipa dengan diameter pipa konstan pada waktu yang sama berlaku :
2 2 1
1 A V A
V
Dimana :
V1 = Kecepatan awal di dalam pipa
A1 = Luas penampang saluran pada awal pipa V2 = Kecepatan akhir di dalam pipa
Gambar 2.2. Aliran Steady dan Seragam II.7. Mekanisme Aliran Dalam Pipa
II.7.1 Pipa yang Dihubungkan Seri
Jika dua buah pipa atau lebih dihubungkan secara seri maka semua pipa akan dialiri oleh aliran yang sama. Total kerugian head pada seluruh sistem adalah jumlah kerugian pada setiap pipa dan perlengkapan pipa yang menurut Frank M. White.1986. Mekanika Fluida Jilid I. Penerbit Erlangga. Jakarta, dapat dirumuskan sebagai berikut :
Q0 = Q1 = Q2 = Q3 = tetap (2.1)
Q0 = A1V1 = A2V2 = A3V3 (2.2)
∑ hl = hl1 + hl2 + hl3 (2.3)
Dimana :
Q0 = Debit awal pada pipa
V1 = Kecepatan awal di dalam pipa
V2 = Kecepatan akhir di dalam pipa
A2 = Luas penampang saluran pada akhir pipa hl = Headloss pada pipa
Gambar 2.3 Pipa yang dihubungkan seri keterangan gambar :
H1 = Tinggi muka air pada kolam A
H2 = Tinggi muka air pada kolam B
H = Perbedaan tinggi muka air kolam A dan B
Hf = Headloss flow pada pipa
Persoalan yang menyangkut pipa seri sering dapat diselesaikan dengan menggunakan pipa ekuivalen, yaitu dengan menggantikan pipa seri dengan diameter yang berbeda-beda dengan satu pipa ekuivalen tunggal. Dalam hal ini, pipa tunggal tersebut memiliki kerugian head yang sama dengan system yang akan digantikannya untuk laju yang spesifik.
II.7.2. Pipa yang Dihubungkan Paralel
= arah aliran
Gambar 2.4 Pipa yang dihubungkan secara parallel
Jika dua buah pipa atau lebih dihubungkan secara paralel, total laju aliran sama dengan jumlah laju aliran yang melalui setiap cabang dan rugi head pada sebuah cabang sama dengan pada yang lain, dimana menurut Frank M. White (1986), dapat dirumuskan sebagai :
3
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa persentase aliran yang melalui setiap cabang adalah sama tanpa memperhitungkan kerugian head pada cabang tersebut.
...
Diperoleh hubungan kecepatan :
(2.8)
II.8. Sistem Jaringan Pipa
Sistem jaringan pipa merupakan komponen utama dari sistem distribusi air bersih/minum suatu perkotaan.
Gambar 2.5 Contoh suatu sistem jaringan pipa.
Keterangan gambar :
Dewasa ini, sistem jaringan pipa air minum yang ada di kota-kota besar kebanyakan dibangun sejak zaman Belanda. Hal demikian menimbulkan beberapa kemungkinan terjadinya permasalahan-permasalahan seperti:
- kebocoran
- lebih sering terjadi kerusakan pipa atau komponen lainnya
- besarnya tinggi energi yang hilang
- penurunan tingkat layanan penyediaan air bersih untuk konsumen
permasalahan-permasalahan diatas diperparah lagi dengan meningkatnya sambungan-sambungan baru untuk daerah-daerah permukiman tanpa memperhatikan kemampuan ketersediaan air dan kemampuan sistem jaringan air minum tersebut.
Jaringan pipa pengangkut air kompleks dapat dianalisis dengan cepat menggunakan persamaan Hazen-Williams atau rumus gesekan lainnya yang sesuai. Perhitungan distribusi aliran pada suatu jaringan biasanya rumit karena harus memecahkan serangkaian persamaan hambatan yang tidak linear melalui prosedur yang iteratif. Kesulitan lainnya adalah kenyataan bahwa kebanyakan jaringan, arah aliran pipa tidak diketahui sehingga losses antara dua titik menjadi sukar untuk ditentukan. Dalam perancangan sebuah jaringan, aliran dan tekanan diberbagai titik menjadi persyaratan utama untuk menentukan ukuran pipa, sehingga harus diselesaikan dengan cara berurutan dan iterasi.
pada gambar 2.5. Ada dua syarat yang harus diperhatikan agar aliran dalam jaringan tersebut setimbang, yaitu :
1. Aliran netto ke sebuah titik harus sama dengan nol. Ini berarti bahwa laju aliran ke sebuah titik pertemuan harus dengan laju aliran dari titik pertemuan yang sama.
2. Head losses netto diseputar sebuah loop harus sama dengan nol. Jika sebuah loop ditelusuri ke arah manapun, sambil mengamati perubahan akibat gesekan atau losses yang lain, kita harus mendapatkan aliran yang setimbang ketika kembali ke kondisi semula ( head dan tekanan ) pada kondisi awal.
Prosedur untuk menentukan distribusi distribusi aliran dalam suatu jaringan meliputi penentuan aliran pada setiap sehingga kontinuitas pada setiap pertemuan terpenuhi (syarat 1). Selanjutnya Head losses dari setiap loop dihitung dan jika tidak sama dengan nol maka aliran yang telah ditetapkan harus dikoreksi kembali dengan perkiraan dan metode iterasi yang disebut metdode Hardy Cross.
II.9. Aplikasi Epanet 2.0 dalam Analisa Jaringan Distribusi Air Bersih
Pada awalnya, software jaringan distribusi hanya digunakan untuk melakukan desain awal sistem distribusi. Dengan software yang un-user friendly membuat operator enggan untuk menggunakan software-software distribusi tersebut dalam menganalisis kondisi jaringannya. Namun seiring dengan perkembangan teknologi, software distribusi telah berkembang sehingga menjadi lebih mudah digunakan.
harus mengganggu kesinambungan pelayanan terhadap pelanggan. Jika pada awalnya operator harus turun ke lapangan dan mengumpulkan data sebanyak mungkin untuk mengetahui gambaran jaringannya maka kini operator hanya perlu turun ke lapangan untuk mengumpulkan data seminimal mungkin dalam memahami jaringan distribusinya.
Epanet adalah salah satu software distribusi yang user friendly dan banyak digunakan untuk menganalisa jaringan sistem distribusi. Epanet 2.0 adalah program komputer yang berbasis windows yang merupakan program simulasi dari perkembangan waktu dari profil hidrolis dan perlakuan kualitas air bersih dalam suatu jaringan pipa distribusi, yang didalamnya terdiri dari titik/node/junction pipa, pompa, valve (asesoris) dan reservoir baik ground reservoar maupun reservoir menara. Output yang dihasilkan dari program Epanet 2.0 ini antara lain debit yang mengalir dalam pipa, tekanan air dari masing masing titik/node/junction yang dapat dipakai sebagai analisa dalam menentukan operasi instalasi, pompa dan reservoir serta besarnya konsentrasi unsur kimia yang terkandung dalam air bersih yang didistribusikan dan dapat digunakan sebagai simulasi penentuan lokasi sumber sebagai arah pengembangan.
II.10. Permodelan dengan software EPANET 2.0
EPANET 2.0 adalah program komputer yang dapat menampilkan simulasi hidrolis dan kualitas air pada jaringan pipa bertekanan. Jaringan tersebut terdiri dari pipa, node atau junction pipa, pompa, valve, tengki penampungan atau reservoir.
Epanet dapat mengidentifikasi aliran air dalam setiap pipa, tekanan pada setiap node, ketinggian air pada tangki, dan konsentrasi senyawa kimia dalam jaringan selama periode simulasi.
Epanet didesain untuk membantu analisis sistem distribusi air minum, sehingga dapat digunakan untuk hal-hal berikut ini :
1. Pemilihan sumber pada sistem.
2. Pemilhan pompa beserta jadwal kerjanya.
3. Penentuan treatment tambahan, misalnya re-chlorinisasi.
4. Penentuan pipa yang perlu ditambahkan atau diganti.
Hasil analisis running EPANET dapat berupa peta jaringan dengan kode warna, tabel, grafik time-series, kontur plot dan lain-lain.
II.10.1. Permodelan Hidrolik
Kemampuan permodelan hidrolik EPANET adalah sebagai berikut :
1. Jaringan seluas mungkin, tanpa batasan-batasan tertentu.
3. Menghitung minor losses untuk bend, fitting, dll.
4. Menghitung biaya dan energi pompa.
5. Memodelkan berbagai jenis valve.
6. Memungkinkan tangki penampungan dengan segala bentuk.
7. Memperhitungkan berbagai kategori demand pada setiap node dengan pattern dan variasi waktu masing-masing.
8. Memodelkan berbagai emitter.
9. Dapat beroperasi pada sistem yang kompleks dengan berbagai batasan.
II.10.2. Langkah-Langkah Menggunakan EPANET 2.0
Langakah-langkah untuk mulai bekerja menggunakan EPANET 2.0 adalah sebagai berikut :
1. Gambarkan jaringan sistem distribusi yang akan dianalisa, atau import data dasar dari jaringan yang tersimpan dalam text file.
2. Edit properties dari objek yang membentuk sistem.
3. Gambarkan sistem operasi.
4. Pilih dan atur analisis option.
Gambar 2.7 Pengaturan Hydraulic Option pada Epanet 2.0
5. Run analisis hidrolik.
6. Lihat hasil analisis.
II.10.3. Model Jaringan EPANET
Komponen-komponen fisik
mengilustrsikan bagaimana node-node dan garis dapat dihubungkan satu dengan lainnya untuk membentuk jaringan, seperti terlihat pada gambar 2.8.
Gambar 2.8 Hubungan Antar Komponen Fisik Dalam EPANET 2.0
Komponen-komponen fisik dalam pemodelan sistem distribusi air dengan EPANET antara lain :
1. Sambungan (junction)
Sambungan (junction) adalah titik pada jaringan dimana link-link bertemu dan dimana air memasuki atau meninggalkan jaringan. Input dasar yang dibutuhkan bagi sambungan (junction) adalah:
Elevasi pada semua referensi (biasanya rata-rata muka air laut)
Kebutuhan air
Kualitas air saat ini
Hasil komputasi buat sambungan (junction) pada seluruh periode waktu simulasi adalah :
Head Hidrolis ( energi internal per satuan berat dari fluida)
Tekanan (pressure)
Kualitas Air
Sambungan (junction) juga dapat :
Memiliki kategori kebutuhan air secara ganda
Memiliki harga kebutuhan negatif yang mengindikasikan air memasuki
jaringan
Menjadi sumber kualitas air dimana terdapat kandungan yang memasuki
jaringan
Memiliki lubang pengeluaran (atau sprinkler) yang menjadikan laju aliran
bergantung kepada pressure.
Pada gambar 2.7 dapat dilihat tampilan dari input data pada software Epanet 2.0.
Gambar 2.9 Properties Editor untuk input data pada Junction 2. Reservoir
Reservoir adalah node yang menggambarkan sumber eksternal yang terus menerus mengalir ke jaringan. Digunakan untuk menggambarkan seperti danau, sungai, akuifer air tanah, dan koneksi dari sistem lain. Reservoar juga dijadikan titik sumber kualitas air.
dengan elevasi permukaan air jika bukan reservoar bertekanan) dan inisial kualitas air untuk analisa kualitas air. Karena sebuah reservoar adalah sebagai poin pembatas dalam jaringan, tekanan dan kualitas airnya tidak dapat dipengaruhi oleh apa yang terjadi di dalam jaringan. Namun tekanan dapat dibuat bervariasi terhadap waktu yang di tandai dengan pola.
Gambar 2.10 Properties editor untuk input data pada Reseervoir.
3. Tangki
Tangki membutuhkan node dengan data kapasitas, dimana volume air yang tersimpan dapat bervariasi berdasar waktu selama semulasi berlangsung. Input data yang dibutuhkan untuk node tank adalah :
Elevation, Ketinggian permukaan tanah pada titik node Tank berada.
Initial Level, Tinggi muka air pada tank pada saat awal simulasi
dilakukan.
Minimum Level, Tinggi muka air minimum yang diizinkan untuk
Maximum Level, Tinggi muka air maksimum yang diizinkan untuk
dapat digunakan pada simulasi.
Diameter, Diameter tangki untuk tangki yang berbentuk silindris.
Untuk tangki yang berbentuk non silindris penyesuaian bentuk tangki dapat dilakukan dengan mengatur Minimum Volume, Volume Curve (dengan menetukan kurva hubungan volume air pada tank dengan ketinggian muka air)
Data lain yang dapat ditambahkan antara lain adalah :
1. Mixing model, menunujukkan tipe atau model pencampuran yang terjadi didalam tank. Model pencampuran yang dapat digunakan antara lain : fully mixed (Mixed), two compartment mixing (2COMP), first-in-first-out plug flow (FIFO), last-in-first-out plug flow (LIFO). Untuk pemodelan Dumai Camp Housing PT. CPI digunakan metode pemodelan Mixed.
2. Reaction Cefficient, merupakan koefisien reaksi untuk reaksi kimia di dalam tank. Satuan yang digunakan adalah l/hari. Nilai positif untuk reaksi pertumnuhan dan nilai negatif untuk reaksi pengurangan atau kehilangan.
Gambar 2.11 Properties editor untuk input data pada tangki
4. Emitter
Emitter adalah junction untuk memodelkan aliran melalui nozzle atau orrifice yang ter-discharge ke atmosfer. Emitter biasa digunakan untuk memodelkan aliran melalui sistem sprinkler dan jaringan irigasi. Bisa juga digunakan untuk simulasi kebocoran pada pipa. Epanet membaca emitter sebagai property dari junction, bukan sebagai komponen jaringan tersendiri. 5. Pipes
Pipes atau pipa adalah link yang digunakan untuk mengalirkan air dari suatu node ke node yang lainnya pada suatu sistem jaringan perpipaan. Epanet akan mengasumsikan bahwa pipa akan selalu terisi penuh. Arah aliran adalah dari titik yang memiliki head hidrolik lebih besar menuju titik yang lebih kecil head hidroliknya. Input data utama yang perlu diisikan, adalah :
4) Diameter, merupakan diameter atau garis tengah pipa. Satuan yang digunakan adalah inchi atau milimeter.
5) Roughness, koefisien kekasaran pipa untuk menghitung head loss. Input data lain yang dapat ditambahkan sebagai pelengkap adalah : 1) Loss coefficient, koefisien untuk menghitung minor losses karena
perlengkapan pipa seperti valve, bends, elbow dan sebagainya.
2) Initial status, status alitan air dalam pipa. Misalnya : open (aliran dua arah), closed (tertutup), dan CV atau check valve (aliran satu arah). 3) Bulk and Wall Coefficient, koefisien reaksi yang terjadi dalam pipa.
Biasanya diterapkan untuk aliran yang memiliki parameter kualitas air, seperti konsentrasi Chlorine.
Data output dari junction pipa adalah : 1) Flow (debit aliran)
2) Velocity (kecepatan aliran)
3) Unit head loss (head loss aliran dalam pipa) 4) Friction facrot darcy-weisbach
5) Reaction rate
Gambar 2.12 Properties editor untuk input data pada pipa
Kehilangan tekanan (head loss) akibat gesekan air dengan dinding pipa dapat dihitung menggunakan persamaan Hazen Williams, Darcy-Weisbach atau Chezzy-Manning. Formula Hazen-Williams banyak digunakan di Amerika Serikat. Persamaan ini dapat diterapkan untuk air dengan aliran turbulen. Secara teoritis, persamaan Darcy-Weisbach adalah yang teerbaik. Persamaan ini dapat diterapkan untuk cairan lain, selain air. Persamaan Chezzy-Manning banyak digunakan untuk aliran pada saluran terbuka.
Koefisien resistensi dan nilai eksponensial flow untuk masing-masing persamaan dapat dinyatakan dengan persamaan berikut ini :
Persamaan Chezzy-Manning
533 2 2
66 , 4
D LQ n HL
Dimana :
L = panjang pipa dalam feet D = diameter pipa dalam feet n = koefisien kekasaran Manning.
Persamaan Darcy-Weisbach
Menurut Kodoatie, Robert J (2002), nilai Hf adalah:
g g = percepatan gravitasi
L = panjang pipa (satuan panjang) d = diameter pipa (satuan panjang)
v = kecepatan aliran (satuan panjang/satuan waktu) f = faktor gesekan (tanpa satuan)
Persamaan Hazen-Williams
Setiap persamaan memiliki koefisien kekasaran masing-masing. Koefisien kekasaran untuk berbagai jenis pipa berdasarkan umur materialnya dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 2.4 Koefisien Kekasaran Untuk Berbagai Jenis Pipa.
Material
Hazen-Williams C (unitless)
Darcy-Weisbach e (milifeet)
Manning‘s
n (unitless)
Cast iron 130-140 0.85 0.012-0.015
Concrete or concrete lined 120-140 1.0-10 0.012-0.017
Galvanized iron 120 0.5 0.015-0.017
Plastic 140-150 0.005 0.011-0.015
Steel 140-150 0.15 0.015-0.017
Vitrified clay 110 0.013-0.015
Sumber : Manual User Software EPANET 2.0
Minor Losses
Tabel 2.5 Nilai koefisien minor losses untuk beberapa tipe fitting EPANET 2.0
Fitting Loss Coefficient
Globe vale, fully open 10
Angle valve, fully open 5
Swing check valve, fully open 2.5
Gate valve, fully open 0.2
Short radius elbow 0.9
Medium radius elbow 0.8
Long radius elbow 0.6
45 degree elbow 0.4
Closed return elbow 2.2
Standard tee – flow through run 0.6 Standard tee – flow through branch 1.8
Square entrance 0.5
Exit 1
Sumber : Manual User Software EPANET 2.0 6. Pumps
Parameter output yang prinsip adalah aliran dan pencapaian head. Aliran melalui pompa adalah langsung dan EPANET tidak akan membolehkan pompa untuk beroperasi diluar range dari kurva pompa.
Gambar 2.13 Properties editor untuk input data pada pompa
Pompa dengan kecepatan variabel dapat juga mengikuti pengaturan kecepatan, dan dapat diubah pada kondisi yang sama. Didefinisikan kurva pompa asli pengaturan kecepatan relatif adalah 1. Jika kecepatan pompa ganda, pengaturannya haruslah 2; jika berjalan dengan kecepatan setengahnya, pengaturan relatif adalah 0,5 dan begitulah seterusnya. Mengubah kecepatan pompa dan posisi serta bentuk dari pompa kurva (lihat bagian dari Pump Curve dibawah) Seprti halnya pipa, pompa dapat diatur hidup dan mati dalam
Aliran melalui pompa adalah tidak langsung. Jika pengkondisian sistem membutuhkan lebih banyak head daripada yang dihasilkan pompa, EPANET mematikan pompa. Jika kebutuhannya melebihi meksimum aliran, EPANET mengekstarpolasi kurva pompa kepada aliran yang dibutuhkan, jika tidak akan menghasilkan head negatif. Dalam kedua kasus pesan peringatan akan muncul.
7. Valves
Valve adalah link yang membatasi pressure atau flow pada nilai tertentu dalam sebuah jaringan. Input yang penting dimasukka adalah :
1) Start dan End node, untuk menentukan orientasi arah aliran air dalam pipa.
2) Diameter valve 3) Tipe valve 4) Setting valve
Input lainnya adalah loss coefficient. Output link valve adalah flow rate, velocity, headloss, quality dan status link.
Berbagai tipe link valve dalam EPANET 2.0 adalah : 1) Pressure Reducing Valve (PRV)
PSV dan PRV digunakan untuk membatasi pressure hingga nilai tertentu dalam suatu jaringan pipa. EPANET mengatur PRV dan PSV pada tiga kondisi yang berbeda, yaitu : terbuka sebagian, terbuka seluruhnya dan tertutup. PBV menentukan pressure loss tertentu yang melalui valve. Aliran yang melalui valve bisa dua arah. PBV dapat digunakan untuk simulasi jaringan distribusi, dimana penurunan yang terjadi diketahui. FCV akan membatasi flow yang lewat pada link. EPANET 2.0 akan memberikan warning message apabila flow yang terjadi tidak dapat dipertahankan tanpa menambah head pada valve.
TCV mensimulasikan valve yang tertutup sebagian dengan menyesuaikan minor headloss pada valve. Hubungan antara derajat tutupan valve dengan koefisien headloss yang terjadi dapat diperoleh dari produsen pembuat valve. GPV mewakili link dimana pola hubungan flow dengan headloss yang terjadi tidak mengikuti formula standar. Biasa digunakan untuk memodelkan turbin atau sumur draw down.
Komponen-komponen non-fisik
EPANET 2.0 memiliki 3 objek informasi yang menggambarkan aspek operasional dari sistem distribusi, yaitu : Pattern, Curve dan Control.
1) Pattern
Pattern adalah gabungan dari beberapa pola faktor pengali yang dapat berubah terhadap waktu. Demand tiap node, head reservoir dan jadwal operasi pompa dapat memiliki time pattern yang diatur khusus untuk masing-masing komponen fisik. Interval waktu pada pattern merupakan variabel utama yang dapat diset pada time option dalam project. Misalnya, demand pada sebuah node rata-rata 10 GPM, asumsikan interval time pattern diset 4 jam, dan faktor pengali utnuk demand pada node sebagai berikut :
Tabel 2.6 Penggunaan Pattern Demand pada EPANET 2.0
Period 1 2 3 4 5 6
multiplier 0.5 0.8 1 1.2 0.9 0.7
Sumber : Manual User Software EPANET 2.0
Berarti actual demand selama simulasi adalah sebagai berikut : Tabel 2.7 Demand Pattern Pada EPANET 2.0
Hour 0-4 4-8 8-12 12-16 16-20 20-24 24-28
Demand 5 8 10 12 9 7 5
Sumber : Manual User Software EPANET 2.0 2) Curve
digabungkan dalam sebuah kurva. Model EPANET dapat menyediakan tipe kurva sebagai berikut:
1. Pump Curve 2. Efficiency Curve 3. Volume Curve 4. Headloss Curve
Pump Curve
Kurva Pompa mejelaskan hubungan antara head dan laju aliran yang dapat dialirkan oleh pompa pada pengaturan kecepatan nominal. Head adalah head yang diperoleh air dari pompa dan digambarkan pada sumbu vertikal (Y) dengan satuan feet (meter) Laju Aliran digambarkan pada sumbe Horizontal (X) dalam unit debit. Kurva pompa yang valid harus memiliki head yang berkurang dalam pertambahan aliran.
EPANET akan menggunakan bentuk yang berbeda dari kurva pompa, bergantung pada jumlah poin yang dilayani
Gambar 2.14 Berbagai Jenis Bentuk Kurva Pompa yang Ada Dalam EPANET 2.0
a. Three Point Curve, terbentuk dari tiga titik operasi, yaitu :
1. Low Flow, merupakan titik pasangan flow dan head pada kondisi flow terendah atau nol.
2. Design Flow, merupakan titik pasangan flow dan head pada kondisi pengoperasian yang diinginkan.
3. Maximum Flow, merupakan titik pasangan flow dan head pada kondisi flow maksimum.
EPANET 2.0 akan menghubungkan ketiga titik tersebut sehingga didapatkan sebuah fungsi kurva pompa.
b. Multi Point Curve, terbentuk dari titik-titik pasangan nilai head dan flow. EPANET 2.0 membentuk kurva yang lengkap dengan menghubungkan titik-titik tersebut menggunakan garis lurus.
yang unik dan khusus, seperti pada GPV, reduced flow prevention valves, turbin, dan sumur draw down.
d. Efficiency Curve, atau kurva efisiensi menggambarkan efisiensi pompa sebagai fungsi dari flow rate pompa. Kurva ini digunakan untuk menghitung energi yang dikeluarkan oleh pompa. Apabila kurva ini tidak disuplai, maka digunakan efisiensi global pompa.
Gambar 2.15 Efficiency Curve pada Software EPANET 2.0
e. Volume Curve, menggambarkan bagaimana hubungan volume tangki penyimpanan (sumbu Y dalam feet3 atau m3) yang berubah sebagai fungsi dari tinggi muka air (sumbu X dalam feet atau m). Kurva ini digunakan