• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor- faktor yang menyebabkan ibu tidak memberikan kolostrum kepada bayi baru lahir di desa Sifalaete Ulu kecamatan Gunungsitoli kabupaten Nias tahun 2007

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor- faktor yang menyebabkan ibu tidak memberikan kolostrum kepada bayi baru lahir di desa Sifalaete Ulu kecamatan Gunungsitoli kabupaten Nias tahun 2007"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

Judul : Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Ibu Tidak Memberikan Kolostrum Kepada Bayi Baru Lahir di Desa Sifalaete Ulu Kecamatan Gunungsitoli Kabupaten Nias Tahun 2007

Nama : Purnamasari Nazara

NIM : 075102078

Program Studi : D-IV Bidan Pendidik

Pembimbing Penguji

………. ………Penguji I

( Ir.Dwi Lindarto MT ) ( dr.Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes)

………..Penguji II

( Dina Indarsita M.Kes)

……….Penguji III

(Ir.Dwi Lindarto MT )

Program D-IV Bidan Pendidik telah menyetujui Karya Tulis Ilmiah Ini sebagai bagian dari prasyarat kelulusan untuk Sarjana Sains Terapan Untuk D-IV Bidan Pendidik.

……….. ……… ( Dewi Elizadiani Suza S.Kp, MNS) ( dr.Murniati Manik, MSC, SpKK)

NIP. 132 258 269 NIP. 130 810 201

Koordinator Ketua Pelaksana

(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN IBU TIDAK MEMBERIKAN KOLOSTRUM KEPADA BAYI BARU LAHIR DI DESA SIFALAETE ULU

KECAMATAN GUNUNGSITOLI KABUPATEN NIAS TAHUN 2007

Karya Tulis Ilmiah

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat karya tulis ilmiah orang lain yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat orang lain atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam Karya Tulis Ilmiah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 14 Juni 2008

Yang Menyatakan

(3)

LEMBAR PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH

Judul : Faktor-faktor Yang Menyebabkan Ibu Tidak Memberikan Kolostrum Kepada Bayi Baru Lahir Di Desa Sifalaete Ulu Kecamatan Gunungsitoli Kabupaten Nias Tahun 2007.

Nama : Purnamasari Nazara

NIM : 075102078

Program Studi : D-IV Bidan Pendidik FK USU

Pembimbing

(4)

kabupaten Nias tahun 2007 Peneliti : Purnamasari Nazara

NIM : 075102078

ABSTRAK

Meningkatnya Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan tantangan yang harus dihadapi untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI, 2002) dilaporkan bahwa terjadi penurunan dalam pemberian ASI segera setelah lahir dari 8% menjadi 3,7%. Lebih dari 90% masyarakat masih memberikan makanan padat dini dan membuang kolostrum, karena masyarakat masih beranggapan bahwa kolostrum merupakan susu kotor yang harus dibuang karena tidak baik untuk bayi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan ibu tidak memberikan kolostrum kepada bayi baru lahir di desa Sifalete Ulu Kecamatan Gunungsitoli Kabupaten Nias Tahun 2007. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan data primer, dimana populasinya adalah ibu-ibu yang sudah menyusui bayinya selama 0-9 bulan atau kurang, yang tidak memberikan kolostrum.

Dari hasil analisa data maka didapatkan bahwa faktor pengetahuan, pendidikan, dan sumber informasi dapat menyebabkan ibu tidak memberikan kolostrum kepada bayi baru lahir, namun banyak disertai dengan faktor persepsi, sikap, sosial budaya, dukungan sosial dan faktor ketidakmampuan tenaga kesehatan untuk memotivasi dalam memberi penambahan ilmu bagi ibu-ibu yang menyusui.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kelimpahan berkat dan karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN IBU TIDAK MEMBERIKAN KOLOSTRUM KEPADA BAYI BARU LAHIR DI DESA SIFALAETE ULU KECAMATAN GUNUNGSITOLI KABUPATEN NIAS TAHUN 2007.”

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan, arahan, dan bantuan dari semua pihak sehingga penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan. Maka dengan penuh keikhlasan penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. dr. Chairuddin Lubis DTM & Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara

2. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD-KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

3. Prof. dr. Guslihan Dasa Tjipta, Sp.A(K) selaku pembantu Dekan I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

4. dr. Murniati Manik, Msc, Sp.KK, selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang memberi izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

(6)

selaku penguji II yang telah memberikan masukan dan arahan untuk Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Ibu Dewi Elizadiani Suza, SKP, MNS, selaku koordinator Karya Tulis Ilmiah Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran USU

8. Seluruh dosen pengajar pada Program D-IV Bidan Pendidik FK-USU yang telah membekali penulis dengan ilmu.

9. Kedua orangtuaku, ayahanda dan Ibunda yang selalu mendukung dalam doa, dan moril serta material selama mengikuti pendidikan.

10.Bapak Haji Yafeti Nazara, SKP, M.Kes dan Ibu Hj. Dra. Lili Damita, M.Kes selaku pemimpin Yayasan Akademi Kebidanan Harapn Keluarga yang telah memberikan kesempatan untuk meniti ilmu serta dukungan doa dan dana

11.Sahabat-sahabat Program D-IV Bidan Pendidik FK USU, yang telah berbagi pengalaman, masukan dan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, serta kebersamaan yang bermakna dan tak akan terlupakan selama pendidikan.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu penulis selama menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, semoga bermanfaat bagi semua pihak dan kiranya Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan berkat dan karuniaNya yang berlimpah kepada kita semua.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI DAN PEMBIMBING... i

LEMBAR PERNYATAAN………... ii

LEMBAR PENGESAHAN... iii

ABSTRAK………... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL………... x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Tujuan Penelitian ... 3

1.3.Pertanyaan Penelitian ... 3

1.4.Manfaat Penelitian... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1.Kolostrum ... 5

2.1.1. Defenisi ... 5

2.1.2. Kandungan Kolostrum ... 5

2.1.3. Pembentukan Kolostrum ... 6

2.1.4. Refleks-refleks yang berperan sebagai Pembentukan dan Pengeluaran Air Susu ... 7

2.1.5. Manfaat Kolostrum ... 8

(8)

2.3. Perilaku Pemberian Kolostrum ... 14

2.4. Faktor-faktor Yang Menyebabkan Ibu Tidak Memberikan Kolostrum Kepada Bayi ... 16

2.4.1. Pengetahuan ... 16

2.4.2. Persepsi ... 16

2.4.3. Sikap ... 17

2.4.4. Dukungan sosial ... 18

2.4.5. Sosial budaya ... 18

2.4.6. Pendidikan... 19

2.4.7. Sumber informasi ... 20

BAB III. KERANGKA PENELITIAN ... 23

3.1. Kerangka Konseptual ... 23

3.2. Defenisi Operasional ... 23

BAB IV. METODE PENELITIAN ... 25

4.1. Desain Penelitian ... 25

4.2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 25

4.3. Lokasi Penelitian ... 26

4.4. Pertimbangan Etik ... 26

4.5. Instrumen Penelitian ... 27

4.6. Pengumpulan Data ... 27

4.7. Analisa Data ... 27

(9)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1Hasil Penelitian………... 30 5.2Pembahasan………... 34 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan………... 40

6.2Saran………... 42

(10)

Tabel 1 : Tabel 5.1.1 Distribusi ibu yang tidak memberikan kolostrum kepada bayi baru lahir di desa Sifalaete Ulu kecamatan Gunungsitoli kabupaten Nias tahun 2007 berdasarkan pendidikan Tabel 2 : Tabel 5.1.1 Distribusi ibu yang tidak memberikan kolostrum

kepada bayi baru lahir di desa Sifalaete Ulu kecamatan Gunungsitoli kabupaten Nias tahun 2007 berdasarkan sumber informasi

(11)

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN IBU TIDAK

MEMBERIKAN KOLOSTRUM KEPADA BAYI BARU LAHIR

DI DESA SIFALAETE ULU KECAMATAN

GUNUNGSITOLI KABUPATEN NIAS

TAHUN 2007

PURNAMASARI NAZARA 075102078

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008

(12)

kabupaten Nias tahun 2007 Peneliti : Purnamasari Nazara

NIM : 075102078

ABSTRAK

Meningkatnya Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan tantangan yang harus dihadapi untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI, 2002) dilaporkan bahwa terjadi penurunan dalam pemberian ASI segera setelah lahir dari 8% menjadi 3,7%. Lebih dari 90% masyarakat masih memberikan makanan padat dini dan membuang kolostrum, karena masyarakat masih beranggapan bahwa kolostrum merupakan susu kotor yang harus dibuang karena tidak baik untuk bayi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan ibu tidak memberikan kolostrum kepada bayi baru lahir di desa Sifalete Ulu Kecamatan Gunungsitoli Kabupaten Nias Tahun 2007. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan data primer, dimana populasinya adalah ibu-ibu yang sudah menyusui bayinya selama 0-9 bulan atau kurang, yang tidak memberikan kolostrum.

Dari hasil analisa data maka didapatkan bahwa faktor pengetahuan, pendidikan, dan sumber informasi dapat menyebabkan ibu tidak memberikan kolostrum kepada bayi baru lahir, namun banyak disertai dengan faktor persepsi, sikap, sosial budaya, dukungan sosial dan faktor ketidakmampuan tenaga kesehatan untuk memotivasi dalam memberi penambahan ilmu bagi ibu-ibu yang menyusui.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Menyusui adalah suatu proses yang alamiah dan merupakan suatu seni

yang harus dipelajari kembali, karena menyusui sebenarnya tidak saja

memberikan kesempatan kepada bayi untuk tumbuh menjadi manusia yang sehat

secara fisik saja tetapi juga lebih cerdas, mempunyai emosional yang stabil,

perkembangan spiritual yang positif serta perkembangan sosial yang lebih baik.

(Roesli, 2000).

Selama ini banyak ibu-ibu tidak menyusui bayinya karena merasa ASI nya

tidak cukup encer atau tidak keluar sama sekali. Padahal menurut penelitian WHO

hanya ada satu dari seribu orang yang tidak bisa menyusui (Roesli, 2000).

Air Susu Ibu adalah makanan yang paling penting terutama pada

bulan-bulan pertama kehidupan. Komposisi zat-zat gizi di dalam ASI secara optimal

mampu menjamin pertumbuhan bayi. Komposisi gizi ASI yang paling baik adalah

pada tiga hari pertama setelah lahir yang dinamakan kolostrum (Widjaja,2004).

Kolostrum adalah cairan pertama yang disekresi oleh kelenjar payudara

(Soetjiningsih, 1997). Kandungan tertinggi dalam kolostrum adalah antibody yang

siap melindungi bayi ketika kondisi bayi masih sangat lemah. Kandungan protein

dalam kolostrum lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan protein dalam susu

matur (Purwanti, 1997).

Dari Focus Group Disccusion ( FGD ) yang dilaksanakan oleh Non

(14)

Nias Kecamatan Gunungsitoli Desa Sifalaete ulu, didapatkan 10 orang dari 12

orang yang tidak memberikan kolostrum dengan alasan tidak mengetahui tentang

kolostrum tersebut dan tidak ada informasi bagi mereka yang menyatakan tentang

pentingnya kolostrum tersebut ( Jurnal Wacana MTI-NIAS, 2006).

Pemberian kolostrum secara awal pada bayi dan pemberian ASI secara

terus menerus merupakan perlindungan yang terbaik pada bayi karena bayi dapat

terhindar dari penyakit dan memiliki zat anti kekebalan 10-17 kali daripada susu

matang/matur (Soetjiningsih, 1997).

Dalan standard Internasional World Health Organitation (WHO)

merekomendasikan, semua bayi perlu mendapat kolostrum (Ibu menyusui satu

jam pertama) untuk melawan infeksi yang diperkirakan menyelamatkan satu juta

nyawa bayi.

Lebih dari 90% ibu-ibu membuang kolostrum dan memberikan makanan

padat dini. Pembuangan kolostrum tersebut menyebabkan kematian neonatus

sebesar 30,56% (lebih kurang 12% dari AKB) (Hananto, 2003). Menurut SDKI

(2002) bahwa pemberian ASI segera setelah lahir menurun dari 8% menjadi 3,7%.

Penelitian yang dilakukan di kabupaten Barru, Sulawesi Selatan tahun

1997, menunjukan 99% anak pernah memperoleh ASI. Pola pemberian ASI

adalah 41% memberi ASI sejak hari pertama, 18% memberikan hari kedua, 41%

sisanya setelah hari kedua, 17% yang membuang kolostrum (Dwi Hapsari, 2000).

Beberapa penelitian melaporkan faktor-faktor yang mempengaruhi

kejadian awal pemberian kolostrum yaitu pengetahuan ibu yang sangat minim,

dan faktor pemberi informasi yaitu petugas kesehatan yang tidak mau memberi

(15)

(http://www.ekologi.litbang.depkes.go.id/abstrak 2000.html, diperoleh tanggal 11

November 2007). Oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih

jauh tentang faktor-faktor yang menyebabkan ibu tidak memberikan kolostrum

kepada bayi baru lahir.

1.2. Tujuan Penelitian

1.2.1 Tujuan Umum

Pada penelitian ini penulis bertujuan agar dapat mengetahui faktor-faktor

yang menyebabkan ibu tidak memberikan kolostrum kepada bayi baru

lahir.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu yang tidak memberikan

kolostrum kepada bayi baru lahir.

2. Untuk mengetahui tingkat pendidikan ibu yang tidak memberikan

kolostrum kepada bayi baru lahir.

3. Untuk mengetahui darimana sumber informasi ibu yang tidak

memberikan kolostrum kepada bayi baru lahir.

1.3. Pertanyaan Penelitian

Faktor-faktor apa yang menyebabkan ibu tidak memberikan kolostrum

kepada bayi baru lahir di Desa Sifalaete Ulu Kecamatan Gunungsitoli Kabupaten

(16)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1.4.1 Bagi peneliti

a) Praktek pelayanan kebidanan

Hasil penelitian yang diperoleh nantinya dapat dijadikan sumber

pengetahuan dan strategi bagi tenaga pelayanan kesehatan yaitu bidan

untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu menyusui dengan

memperhatikan seluruh aspek tentang kendala yang lazim terjadi di

masyarakat dalam keberhasilan pemberian ASI khusunya kolostrum.

b) Penelitian kebidanan

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan

bagi peneliti di masa yang akan datang sehingga menjadi bahan acuan

dalam menerapkan pengalaman ilmiah.

c) Pendidikan kebidanan

Diharapkan dapat menjadi bahan acuan untuk menambah pengetahuan

bagi mahasiswa nantinya dalam menerapkan asuhan kebidanan

khususnya pada ibu menyusui.

1.4.2 Bagi Masyarakat

Hasil penelitian dapat menjadi masukan bagi petugas kesehatan agar dapat

memberikan informasi yang akurat, jelas dan membina masyarakat agar

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kolostrum

2.1.1 Defenisi

Kolostrum adalah, cairan pelindung yang kaya akan zat anti infeksi dan

berprotein tinggi yang keluar dari hari pertama sampai hari keempat atau ketujuh

setelah melahirkan. (Utami Roesli, 2004)

Kolostrum adalah cairan pertama yang disekresi oleh kelenjar payudara

(Soetjiningsih, 1997). Kolostrum adalah ASI stadium I dari hari pertama sampai

hari keempat. Setelah persalinan komposisi kolostrum mengalami perubahan.

Kolostrum berwarna kuning keemasan yang disebabkan oleh tingginya komposisi

lemak dan sel-sel hidup (Purwanti, 1997).

2.1.2 Kandungan Kolostrum

Kolostrum penuh dengan zat antibody (zat pertahanan tubuh untuk

melawan zat asing yang masuk ke dalam tubuh) dan immunoglobulin (zat

kekebalan tubuh untuk melawan infeksi penyakit). Kolostrum mengandung zat

kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari susu matang (mature). Zat kekebalan yang

terdapat pada ASI akan melindungi bayi dari penyakit diare.

Kandungan dari kolostrum antara lain:

 Protein : 8,5%

 Lemak : 2,5%

 Karbohidarat : 3,5%

(18)

 Air : 85,1%

 Vitamin A,B,C,D,E, dan vitamin K dalam jumlah yang sangat sedikit.

 Leukosit (sel darah putih)

 Sisa epitel yang mati.

Kekebalan bayi akan bertambah dengan adanya kandungan zat-zat dan

vitamin yang terdapat pada air susu ibu tersebut, serta volume kolostrum yang

meningkat dan ditambah dengan adanya isapan bayi baru lahir secara terus

menerus. Hal ini yang mengharuskan bayi segera setelah lahir ditempelkan ke

payudara ibu, agar bayi dapat sesering mungkin menyusui.

Kandungan kolostrum inilah yang tidak diketahui ibu sehingga banyak ibu

dimasa setelah persalinan tidak memberikan kolostrum kepada bayi baru lahir

karena pengetahuan tentang kandungan kolostrum itu tidak ada.

2.1.3 Pembentukan Kolostrum

Tubuh ibu mulai memproduksi kolostrum pada saat usia kehamilan tiga

sampai empat bulan. Tapi umumnya para ibu tidak memproduksinya kecuali saat

ASI ini bocor sedikit menjelang akhir kehamilan.

Pada tiga sampai empat bulan kehamilan, prolaktin dari adenohipofise

(hipofiseanterior) mulai merangsang kelenjar air susu untuk menghasilkan

kolostrum. Pada masa ini pengeluaran kolostrum masih dihambat oleh estrogen

dan progesterone, tetapi jumlah prolaktin meningkat hanya aktivitas dalam

pembuatan kolostrum yang ditekan.

Sedangkan pada trimester kedua kehamilan, laktogen plasenta mulai

merangsang pembuatan kolostrum. Keaktifan dari rangsangan hormon-hormon

(19)

seorang ibu yang melahirkan bayi berumur empat bulan dimana bayinya

meninggal tetap keluar kolostrum

Banyak wanita usia reproduktif ketika ia melahirkan seorang anak

tidak mengerti dan memahami bagaimana pembentukan kolostrum yang

sebenarnya sehingga dari ketidaktahuan ibu tentang pembentukan kolostrum ia

akhirnya terpengaruh untuk tidak segera memberikan kolostrum pada bayinya.

2.1.4 Refleks-refleks yang berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran

air susu

Pada seorang ibu yang menyusui dikenal dua refleks yang masing-masing

berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu,yaitu :

1. Refleks prolaktin

Seperti yang telah dijelaskan bahwa menjelang akhir kehamilan terutama

hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, namun jumlah

kolostrum terbatas karena aktifitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan

progesterone yang kadarnya memang tinggi. Setelah melahirkan berhubung

lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya korpus luteum, maka estrogen dan

progesterone sangat berkurang. Ditambah lagi dengan hisapan bayi yang

merangsang ujung-ujung syaraf sensorik yang berfungsi sebagai reseptor

mekanik..

Rangsangan ini berlanjut ke hypothalamus yang akan menekan

pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya,

merangsang adenohypofise(Hipofise Anterio ) sehingga keluar prolaktin.

Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi membuat air susu.

(20)

sampai penyapihan anak. Sedangkan pada ibu yang tidak menyusui kadar

prolaktin akan normal pada minggu kedua sampai ketiga.

2. Refleks Let Down

Bersaman dengan pembentukan prolaktin adenohypofise, rangsangan yang

berasal dari hisapan bayi ada yang dilanjutkan ke neurohypofise (Hypofise

posterior) yang kemudian mengeluarkan oksitosin yang menyebabkan kontraksi

sel-sel miopitel. Hisapan bayi memicu pelepasan dari alveolus mamma melalui

duktus ke sinus laktiferus dimana ia akan disimpan. Pada saat bayi menghisap,

ASI di dalam sinus akan tertekan keluar kemulut bayi. Pelepasan dapat terjadi bila

ibu mendengar bayi menangis atau sekedar memikirkan tentang bayinya

(Pusdiknakes, 2003).

Ibu-ibu setelah melahirkan belum mengetahui tentang reflek yang terjadi

yang berhubungan dengan pemberian kolostrum nantinya, sehingga ibu tidak

memberikan kolostrum tersebut secara nyata pada bayi baru lahir.

2.1.5. Manfaat Kolostrum

Kolostrum sangat penting bagi pertahanan tubuh bayi karena kolostrum

merupakan imunisasi pertama bagi bayi.

Manfaat kolostrum antara lain (Utami Roesli, 2004) :

1. Membantu mengeluarkan mekonium dari usus bayi karena kolostrum

merupakan pencahar (pembersih usus bayi) yang membersihkan mekonium

sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap menerima

ASI.

2. Melindungi bayi dari diare karena kolostrum mengandung zat kekebalan tubuh

(21)

3. Melawan zat asing yang masuk ke tubuh bayi

4. Melawan infeksi penyakit oleh zat-zat kekebalan tubuh

5. Menghalangi saluran pencernaan menghidrolisis (menguraikan) protein

6. Mengeluarkan kelebihan bilirubin sehingga bayi tidak mengalami jaundice

(kuning) dimana kolostrum mempunyai efek laktasif (Pencahar).

7. Berperan dalam gerak peristaltik usus (gerakan mendorong makanan)

8. Menjaga keseimbangan cairan sel

9. Merangsang produksi susu matang (mature)

10.Mencegah perkembangan kuman-kuman patogen

Keseluruhan manfaat daripada kolostrum di atas banyak tidak diketahui

oleh ibu-ibu setelah melahirkan. Padahal manfaat tersebut sudah seringkali

diberitakan melalui media, ataupun melalui penyuluhan yang diberikan oleh bidan

desa. Namun banyak ibu tetap tidak mau segera memberikan kolostrum kepada

bayi baru lahir dengan alasan mereka belum diberitahu tentang manfaat kolostrum

tersebut.

2.1.6. Aspek kekebalan Tubuh Pada Kolostrum

Aspek-aspek kekebalan tubuh pada kolostrum antara lain :

1. Immunoglobin

Fraksi protein dari kolostrum mengandung antibody yang serupa dengan

antibody yang terdapat di dalam darah ibu dan yang melindungi terhadap

penyakit karena bakteri dan virus yang pernah diderita ibu atau yang telah

memberikan immunitas pada ibu. Immunoglobulin ini bekerja setempat dalam

(22)

sirkulasi bayi. Yang termasuk dalam antibody ini adalah IgA, IgB, IgM, IgD,

dan IgE.

2. Laktoferin

Laktoferin merupakan protein yang mempunyai afinitas yang tinggi terhadap

zat besi. Bersamaan dengan salah satu immunoglobulin (IgA), laktoferin

mengambil zat besi yang diperlukan untuk perkembangan kuman E.coli,

stafilokokus dan ragi. Kadar yang paling tinggi dalam kolostrum adalah 7 hari

hari pertama postpartum. Efek immunologis laktoferin akan hilang apabila

makanan bayi ditambah zat besi.

3. Lisosom

Bersama dengan IgA mempunyai fungsi anti bakteri dan juga menghambat

pertumbuhan berbagai macam-macam virus. Kadar lisosom dalam kolostrum

dan ASI lebih besar dibandingkan dalam air susu sapi.

4. Faktor antitripsin.

Enzim tripsin berada di saluran usus dan fungsinya adalah untuk memecah

protein, maka antitripsin di dalam kolostrum akan menghambat kerja tripsin.

5. Faktor bifidus

Lactobacilli ada di dalam usus bayi yang membutuhkan gula yang

mengandung nitrogen, yaitu faktor bifidus. Faktor bifidus berfungsi mencegah

pertumbuhan organisme yang tidak diinginkan, seperti E.coli, dan ini hanya

terdapat di dalam kolostrum dan ASI.

6. Lipase

(23)

7. Anti stafilokokus

Berfungsi melindungi bayi terhadap bakteri stafilokokus

8. Laktoferoksidase

Berfungsi membunuh streptokokus

9. Komponen komplemen

Mengandung komplemen C3 dan C4 yang berfungsi sebagai faktor pertahanan.

10.Sel-sel fagositosis

Dapat melakukan fagositosis terutama terhadap stafilokokus, E.coli dan

candida albican.

Pada waktu lahir sampai beberapa bulan sesudahnya bayi belum dapat

membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. Faktor – faktor pelindung ini

semua ada di dalam ASI yang mature maupun di dalam kolostrum. Pemberian

kolostrum secara awal pada bayi dan pemberian ASI terus menerus merupakan

perlindungan terbaik yang dapat diberikan kepada bayi terhadap penyakit

(Pusdiknakes, 2003).

Kolostrum mengandung anti kekebalan tidak menjadi suatu hal yang

utama pada ibu-ibu setelah melahirkan. Kebanyakan mereka tidak segera

memberikan kolostrum karena menganggap kolostrum bukanlah pengaruh yang

terpenting buat masa depan bayi mereka. Serta akibat dari pengetahuan yang serba

terbatas sehingga mereka tidak mampu mencerna makanan dari pemberian

(24)

2.2. Empat Belas Hal Terpenting Dari Kolostrum

Kolostrum adalah anugerah yang tak ternilai harganya dari Tuhan yang

khusus diberikan untuk si kecil tercinta. Beberapa fakta menunjukkan mengapa

kolostrum harus diberikan kepada bayi baru lahir, diantaranya ada dalam 14 hal

terpenting dari kolostrum:

1. Kolostrum (sering disebut ASI jolong) adalah ASI pertama yang diproduksi

payudara ibu selama hamil.

2. Kolostrum adalah air susu yang keluar sejak ibu melahirkan sampai usia bayi

4-7 hari. Bisa berupa cairan bening atau kuning keemasan kental. Jumlah

kolostrum memang sedikit (150-300 cc per hari) namun hebat dalam

kemampuan, sehingga diibaratkan “bensin beroktan tinggi”. Susu special ini

rendah lemak namun tinggi karbohidrat dan protein .

3. Komposisi kolostrum berbeda dengan ASI yang keluar pada hari ke 4-7

sampai hari ke-10 – 14 kelahiran (ASI transisi) dan juga berbeda dengan ASI

yang keluar setelah hari ke-14 (ASI matang).

4. Kolostrum full antibody dan immunoglobulin. Kolostrum mengandung

sejumlah besar sel-sel hidup sehingga kolostrum bisa dianggap vaksin alami

pertama yang 100% aman.

5. Kolostrum mengandung zat kekebalan tubuh 10-17 kali lebih banyak

dibandingkan susu matang yang berfungsi melindungi bayi dari diare dan

infeksi.

6. Kolostrum juga mengandung leukosit atau sel darah putih dalam jumlah tinggi

(25)

7. Kolostrum mengandung mineral lebih tinggi, terutama potassium, sodium, dan

klorida yang berfungsi dalam gerak peristaltic usus dan menjaga

keseimbangan cairan sel.

8. Kolostrum mengandung vitamin yang larut dalam lemak serta mengandung

zat yang dapat menghalangi saluran pencernaan menghidrolisis protein,

sehingga zat anti infeksi yang umumnya terdiri dari protein tidak akan rusak.

9. Kolostrum sangat mudah dan merupakan makanan pertama yang sempurna

bagi bayi.

10.Kolostrum mempunyai efek laktasif (pencahar) sehingga membantu bayi

mengeluarkan mekonium dan bilirubin yang berlebihan agar bayi tidak

mengalami jaundice (kuning).

11.Kolostrum mempunyai peran special dalam saluran pencernaan bayi baru lahir

yang masih sangat permeable. Kolostrum menutup lubang-lubang penyerapan

itu dengan cara mengecat dinding saluran pencernaan sehingga sebagian besar

zat-zat asing dapat dicegah untuk membuat alergi atau penyakit.

12.Kolostrum dihasilkan saat pertahanan bayi paling rendah. Sehingga dikatakan

tidak ada pengganti untuk kolostrum.

13.Penghisapan kolostrum akan merangsang produksi ASI matang.

14.Jika kolostrum dapat diperdagangkan secara komersial dengan kandungan

immunoglobulin dan antibody didalamnya maka harga kolostrum mencapai 80

(26)

2.3. Perilaku Pemberian Kolostrum

Perilaku merupakan faktor yang mempengaruhi kesehatan baik pada

individu, kelompok maupun masyarakat (Blum, 1974 dalam Notoatmodjo, 2003).

Perilaku adalah apa yang dikerjakan atau aktivitas seseorang yang dapat diamati

(Sobur, 2003). Menurut pendapat Sarwono (1997), perilaku manusia merupakan

hasil dari pengalaman, interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud

dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan.

Perilaku seorang ibu juga mempengaruhi dalam pemberian ASI kolstrum

terhadap bayinya. Menurut Suraatmaja (1989), faktor-faktor yang mempengaruhi

ibu dalam pemberian ASI kolostrum adalah : faktor sosial budaya, faktor

psikologis, faktor fisik ibu, faktor keterpaparan terhadap iklan promosi susu

kaleng.

Menurut Sobur (2003) untuk mendorong seseorang berperilaku kesehatan

seperti memberikan ASI kolostrum, maka dibutuhkan upaya pemberian informasi

tentang ASI kolostrum dan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan,

seseorang memerlukan proses belajar.

Hal yang paling utama dalam menyampaikan informasi adalah : tekhnik

komunikasi. Komunikasi sangat penting diperhatikan pada saat penyampaian

pesan, karena dengan komunikasi yang efektif maka dapat mempengaruhi

perilaku seseorang. Agar terjadi komunikasi yang efektif, harus terjadi

keterlibatan antara yang menyampaikan dan yang menerima pesan termasuk

(27)

Ibu yang berhasil menyusui anak sebelumnya, dengan pengetahuan dan

pengalaman cara pemberian ASI terutama kolostrum secara baik dan benar akan

menunjang laktasi berikutnya. Sebaliknya kegagalan memberikan kolostrum

dimasa lalu serta mitos-mitos yang berlaku dimasyarakat akan mempengaruhi

perilaku seorang ibu terhadap penyusuan sekarang.

Dalam hal ini perlu ditumbuhkan motivasi dalam diri si ibu secara sukarela

dan penuh rasa percaya diri dan mampu menyusui bayinya begitu lahir.

Pengetahuan tentang kolostrum, nasehat, penyuluhan, bacaan, pandangan dan

nilai yang berlaku dimasyarakat akan membentuk perilaku ibu yang positif

terhadap masalah pemberian kolostrum dan menyusui. (Roesli, 2000).

Oleh karena ibu-ibu kurang pengetahuan dan kurang diberi nasehat tentang

pentingnya pemberian kolostrum, maka banyak ibu setelah bersalin tidak

langsung memberikan kolostrum namun kebanyakan menunggu sampai berwarna

(28)

2.4. Faktor-faktor yang Menyebabkan Ibu Tidak Memberikan Kolostrum

Kepada Bayi Baru Lahir

2.4.1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu setelah seseorang melakukan penginderaan

terhadap objek tertentu. Penginderaan ini melalui panca indera manusia yaitu

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoadmodjo, 2003).

Pengetahuan melandasi seseorang untuk berperilaku sehat atau tidak

seperti perilaku pemberian kolostrum sangat ditentukan oleh pengetahuan yang

dimiliki.

Hasil penelitian Ragil (1998), tentang hubungan karakteristik ibu dan

pengetahuan tentang ASI terhadap praktek pemberian kolostrum, menunjukkan

hasil bahwa dari 183 responden, 96,2% memberikan ASI tetapi hanya 63,9% yang

memberikan kolostrum. Sedangkan pengetahuan ibu tentang kolostrum

mempunyai hubungan yang bermakna terhadap perilaku pemberian kolostrum

(p<0,05).

Penilaian itu berdasarkan kriteria yang ditemukan sendiri, atau

menggunakan kriteria-kriteria yang ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan

dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di

ukur dari subjek penelitian atau responden.

2.4.2. Persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek peristiwa atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan

(29)

untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka agar

memberikan makna kepada lingkungan mereka.

Persepsi meliputi penerimaan stimulus, menterjemahkannya dan

mengorganisasikanya sehingga mempengaruhi perilaku dan membantu

pembentukan sikap (Gibson, 1996, Robins, 2001). Persepsi terhadap adanya

stimulus seperti ASI kolostrum mempengaruhi terhadap perilaku pemberiannya.

Hal ini dibuktikan oleh penelitian survey yang dilakukan oleh Cahyaning

(2000), tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI pertama

kali menunjukkan bahwa persepsi merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI segera setelah bayi dilahirkan selain

umur, paritas, pendidikan, pekerjaan, nasehat, berat badan bayi saat lahir, tempat

persalinan dan tidak adanya kunjungan petugas kesehatan.

2.4.3. Sikap

Sikap merupakan proses merespon seseorang terhadap objek tertentu dan

mengandung penilaian suka-tidak suka, setuju-tidak setuju, atau mengambil

keputusan positif atau negatif (Sobur, 2003). Terdapat tiga komponen dari sikap

yakni kognitif (keyakinan), afektif (emosi/perasaan), dan konatif (tindakan).

Penelitian survey yang dilakukan Yefrida (1997), tentang faktor-faktor

yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI exklusif

menunjukkan hasil bahwa faktor kognitif atau keyakinan adalah faktor yang

paling berpengaruh terhadap perilaku ibu dalam pemberian ASI exklusif yaitu

(30)

2.4.4. Dukungan Sosial

Faktor lain yang juga berhubungan dengan perilaku menurut Green (1980)

dalam Notoatmodjo (2003) adalah adanya dukungan sosial. Dukungan sosial ini

dapat berasal dari keluarga terdekat seperti suami, orangtua/mertua dan saudara.

Dukungan ini akan meningkatkan perilaku pemberian ASI.

Menurut Lubis (1993), jika seorang ibu tidak pernah mendapatkan nasehat

dan penyuluhan tentang ASI dari keluarganya maka dapat mempengaruhi

sikapnya pada saat ibu tersebut menyusui sendiri bayinya. Selain itu dukungan

dari petugas kesehatan seperti bidan juga mempengaruhi perilaku pemberian ASI

pada bayi.

Berdasarkan penelitian survey yang dilakukan Yefrida (1997), tentang

faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI

exklusif, menunjukkan hasil bahwa dukungan petugas kesehatan dan dorongan

dari keluarga sangat mempengaruhi perilaku ibu dalam memberikan ASI exklusif

termasuk dukungan terhadap pemberian ASI kolostrum.

2.4.5. Sosial budaya

Budaya merupakan pelaksanaan norma-norma kelompok tertentu yang

dipelajari dan ditanggung bersama. Yang termasuk di dalamnya adalah pemikiran,

penuntun, keputusan dan tindakan atau perilaku seseorang. Selain itu nilai budaya

adalah merupakan suatu keinginan individu atau cara bertindak yang dipilih atau

pengetahuan terhadap sesuatu yang dibenarkan sepanjang waktu sehingga

mempengaruhi tindakan dan keputusan (Leiningger, 1985).

Pengaruh sosial budaya juga terlibat dalam perilaku perawatan keluarga

(31)

dan penuh dengan kepercayaan dan praktek-praktek tradisional (Alfonso, 1979

dalam Bobac dan Jansen, 1997). Adat kebiasaan atau sosial budaya yang sering

dilakukan dalam masa menyusui seperti menunda menyusui 2-3 hari setelah

melahirkan, membuang kolostrum sebelum menyusui bayi dan memberi makanan

selain ASI sebelum ASI keluar.

Perilaku pemberian ASI kolostrum, akan menimbulkan respon yang

berbeda-beda bagi setiap keluarga, biasanya sangat dipengaruhi oleh budaya yang

mereka miliki. Menurut Green (1980) dalam Notoatmodo (2003), budaya adalah

merupak faktor predisposisi yang dapat menjadi faktor pendukung atau faktor

penghambat suatu perilaku kesehatan seperti perilaku pemberian ASI kolostrum.

2.4.6. Pendidikan

Tingkat pendidikan mempunyai hubungan yang erat dengan faktor-faktor

sosial perilaku demografi, seperti pendapatan, gaya hidup dan status kesehatan.

Pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi

seseorang untuk lebih mudah menerima ide-ide dan teknologi baru.

(SDKI, 1997)

Tingkat pendidikan ibu mempunyai pengaruh dalam pemberian kolostrum.

Makin tinggi tingkat pendidikan ibu makin rendah prevalensi menyusui segera

setelah lahir. Penelitian Sandjaya (1980), diperoleh kecenderungan ibu-ibu

berpendidikan sekolah lanjutan tingkat atas di Jakarta untuk tidak lagi

memberikan ASI kolostrum pada bayinya.

Pendidikan adalah aktifitas proses belajar mengajar yang memberikan

tambahan ilmu pengetahuan, keterampilan serta dapat mempengaruhi proses

(32)

Hasil penelitian Syarifah (1997) tentang perilaku pemberian ASI

menunjukkan bahwa responden yang mencapai tingkat SLTA dan perguruan

tinggi hanya 41,9% dan terbanyak responden berpendidikan SD sebanyak

59,15%.

Sedangkan pada penelitian Darti (2005) dalam studi etnografi tentang

pemberian ASI kolostrum menyatakan bahwa penyebab lain yang menimbulkan

pemahaman terhadap ASI kolostrum rendah adalah rata-rata tingkat pendidikan

informan adalah SD. Tingkat pendidikan berhubungan dengan kemampuan

seseorang terhadap memaknai pesan dan memahami sesuatu (Sobur, 2003).

Pendapat ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Ragil (1998),

tentang hubungan karakteristik ibu dan pengetahuan tentang ASI terhadap praktek

pemberian kolostrum di kabupaten Serang Jawa Barat yang menyatakan adanya

pengaruh karakteristik ibu terhadap praktek pemberian ASI kolostrum.

Karakteristik ibu yang dimaksudkan salah satunya adalah tingkat pendidikan

tertinggi yang dimiliki oleh ibu.

Menurut Siagian (1999), menyatakan semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang, maka akan semakin tinggi keinginannya untuk menggunakan

pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya. Penggunaan pengetahuan akan

meningkatkan pemahaman seseorang terhadap sesuatu objek yang tentu saja akan

mempengaruhi persepsinya terhadap objek tertentu.

2.4.7. Sumber informasi

Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam

(33)

Menurut Widjaja (2004) salah satu faktor keengganan menyusui apalagi

memberikan kolostrum adalah kurangnya informasi tentang manfaat dan

keunggulan ASI terutama pentingnya kolostrum.

Soeparmato & Rahayu (2005) mengungkapkan bahwa sampai saat ini

telah banyak sumber yang dapat digunakan untuk memperoleh informasi yang

penting tentang manfaat kolostrum, apakah dari petugas kesehatan, media massa

dan dari keluarga.

Sikap dan perilaku tenaga kesehatan merupakan salah satu sumber

informasi dan merupakan faktor pendorong terpenting dalam perilaku kesehatan.

Apabila seseorang ibu telah mendapat penjelasan tentang pemberian ASI yang

benar dan coba menerapkanyya, akan tetapi karena lingkungannya belum ada

yang menerapkan, maka ibu tersebut menjadi asing di masyarakat dan bukan

tidak mungkin ia akan kembali menjadi kembali dengan pemberian ASI yang

salah.

Hasil penelitian Darti (2005) tentang studi etnografi pemberian ASI di

desa Sayurmaincat menunjukkan bahwa informasi tentang menyusui atau

pendidikan kesehatan terutama pada ibu-ibu yang baru melahirkan tidak pernah

diberikan di desa oleh bidan desa, kalaupun ada, informasi tersebut tidak lengkap.

Penelitian Nuraeni (2002) tentang hubungan karakteristik ibu, dukungan

keluarga dan pendidikan kesehatan dengan perilaku pemberian ASI dan MP-ASI

pada bayi usia 0-12 bulan, menyebutkan bahwa adanya pendidikan kesehatan

sangat menentukan seorang ibu untuk berperilaku memberikan ASI secara tepat.

Dari beberapa faktor yang menyebabkan ibu tidak memberikan

(34)

adalah pengetahuan, pendidikan, dan sumber informasi yaitu untuk melihat

distribusi dan persentasi masing-masing faktor pada ibu yang tidak memberikan

(35)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Berdasarkan latar belakang masalah, tujuan pustaka maka kerangka

konsep penelitian tentang faktor-faktor yang menyebabkan ibu tidak memberikan

kolostrum kepada bayi baru lahir adalah sebagai berikut:

Bagan 3.1

Kerangka Konsep

3.2 Defenisi Operasional

3.2.1 Pengetahuan

Adalah hasil yang diketahui seseorang atau dalam hal ini tingkat

pengetahuan ibu hamil tentang kolostrum dinilai dari jawaban terhadap

pertanyaan yang diajukan dengan kategori (Arikunto,2000) :

 Baik, apabila responden dapat menjawab dengan benar 16-20 pertanyaan

( > 75 %) dari 20 pertanyaan yang diajukan.

 Cukup apabila respoden menjawab dengan benar 12-15 pertanyaan ( 60-

75 % ) dari 20 pertanyaan yang di ajukan

Ibu yang tidak memberikan kolostrum

kepada bayi baru lahir Pengetahuan

Pendidikan

(36)

 Kurang baik, apabila responden menjawab dengan benar 1-11 pertanyaan

( <60 % ) dari 20 pertanyaan yang diajukan.

 Skala ukur : Ordinal

 Alat ukur : Kuesioner berisi 20 pertanyaan tertutup yang akan diajukan

kepada responden.

3.2.2 Pendidikan

Proses pendidikan yang terakhir yang pernah ditempuh dan diselesaikan

secara formal pada lembaga pendidikan terakhir dengan kategori :

 Pendidikan rendah : SD dan SMP

 Pendidikan Menengah : SMA sederajat

 Pendidikan Tinggi : Akademi/Perguruan tinggi

 Skala Ukur : Ordinal

 Alat Ukur : Kuesioner

3.2.3 Sumber Informasi

Adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam menyampaikan

informasi, dengan kategori :

 Media massa : Majalah, poster, leaflet, televisi, radio dll

 Tenaga kesehatan : Dokter, bidan, perawat dll  Keluarga

 Skala Ukur : Nominal

(37)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif. Dimana peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan ibu

tidak memberikan kolostrum kepada bayi baru lahir dengan menggunakan

kuesioner yang akan dibagikan kepada masing-masing responden yaitu ibu-ibu

yang menyusui bayi di bawah umur dua tahun yang belum memberi kolostrum.

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian

4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti

(Notoadmodjo, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu-ibu yang

sudah menyusui bayinya selama 0-9 bulan atau kurang sebanyak 65 orang, yang

tidak memberikan kolostrum di Desa Sifalaete Ulu Kecamatan Gunungsitoli

Kabupaten Nias Tahun 2007.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian populasi yang ciri-cirinya diselidiki atau

diukur.Dalam penelitian ini yang menjadi sampel penelitian adalah ibu-ibu yang

sudah menyusui bayinya selama 0-9 bulan atau kurang sebanyak 40 orang.

Ibu-ibu yang lainnya yang berjumlah 15 orang tidak diikutsertakan sebagai sampel

penelitian karena mereka tidak bersedia oleh waktu penelitian yang cepat dan

mengganggu aktivitas keseharian mereka. Kriteria sampel dalam penelitian ini

(38)

 Ibu-ibu yang sudah melahirkan anak dan menyusuinya 9 bulan atau kurang

 Ibu-ibu yang sudah menyusui selama 9 bulan namun tidak memberikan

kolostrum pada anaknya tersebut dari hari pertama sampai hari ketujuh.

 Bersedia jadi sampel penelitian

4.3 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Sifalaete Ulu Kecamatan Gunungsitoli

Kabupaten Nias pada tanggal 20 Desember 2007 s/d 05 Januari 2008, dengan

mempertimbangkan desa yang akan dijadikan lokasi penelitian banyak terdapat

ibu-ibu yang tidak memberikan kolostrum sebanyak 65 orang dan peneliti

bertempat tinggal di wilayah tersebut sehingga mudah terjangkau dan ada

dukungan dana dari pihak instansi dimana peneliti bekerja.

4.4 Pertimbangan Etik

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mendapat izin dari ketua

pelaksana program D-IV Bidan Pendidik, FK USU dan mengajukan permohonan

izin kepada bapak lurah Desa Sifalaete Ulu. Setelah mendapat persetujuan

tersebut, peneliti mulai melakukan penelitian dengan pertimbangan etik yaitu

peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang mungkin

terjadi selama dan sesudah mengumpulkan data.

Jika responden bersedia berpartisipasi dalam penelitian maka responden

harus bersedia menandatangani lembar persetujuan. Jika responden menolak

untuk diteliti, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati

(39)

pengumpulan data (kuesioner) hanya nomor kode yang digunakan sehingga

kerahasiaan identitas semua informasi yang diberikan tetap terjaga.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang

dibuat oleh peneliti dengan mengacu pada tinjauan teoritis. Kuesioner terdiri atas

20 pertanyaan dan dibagi atas dua bagian yaitu pertama mengenai pendidikan dan

sumber informasi tentang kolostrum, yang kedua tentang pengetahuan ibu

mengenai kolostrum.

4.6 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer yang diperoleh dari

wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner yang dibuat oleh penulis

berdasarkan tinjauan teoritis untuk mendapatkan data tentang pengetahuan,

pendidikan dan sumber informasi pada ibu yang tidak memberikan kolostrum.

4.7 Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan analisis univariat dimana peneliti

menganalisa data dengan menganalisa tiap variabel hasil penelitian yang akan

menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel dengan menggunakan

program SPSS.

4.8Validitas dan Reliabilitas

Di dalam penelitian data dapat mempunyai kedudukan yang paling

tinggi, karena data merupakan penggambaran variabel yang diteliti, dan berfungsi

sebagai alat pembuktian. Oleh karena itu benar tidaknya data, sangat menentukan

bemutu tidaknya hasil penelitian. Sedangkan benar tidaknya data, tergantung dari

(40)

Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu

valid dan reliabel.

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar

benar mengukur apa yang akan diukur. Reliabilitas adalah indeks yang

menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat

diandalkan.

Untuk mengukur kemampuan instrument dengan menggunakan bantuan

program komputer SPSS, yaitu construct validity dan content validity, reliabilitas

alat ukur berdasarkan variabel yang akan diukur yaitu pengetahuan menggunakan

KR-20.

Hasil uji validitas kepada 20 orang responden dapat dilihat pada

lampiran. Dari hasil uji validitas tersebut, dengan menggunakan korelasi product

moment (r) yaitu dengan mengujikan 20 pertanyaan kepada 20 orang responden,

dan dengan nilai r tabel = 0,444, dan tingkat kepercayaan = 0,05 %, didapatkan

bahwa tiap-tiap pertanyaan nilainya (r hitung) lebih besar dibandingkan dengan

nilai r table (r hitung > nilai r tabel ). Artinya ke 20 pertanyaan diatas semuanya

valid.

Dari hasil uji reliabilitas, didapatkan bahwa nilai r alpha (0,927) > nilai r

tabel ( 0,444), maka ke 20 pertanyaan di atas dikatakan reliabel.

Setelah uji validitas dan reliabilitas terhadap instrument penelitian

dilakukan dan ternyata hasilnya valid dan reliabel, maka instrument tersebut dapat

(41)

“faktor-faktor yang menyebabkan ibu tidak memberikan kolostrum kepada bayi

baru lahir di Desa Sifalaete Ulu Kecamatan Gunungsitoli Nias tahun 2007“,

(42)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian mengenai “ Faktor-faktor yang menyebabkan ibu tidak

memberikan kolostrum kepada bayi baru lahir di desa Sifalaete Ulu Kecamatan

Gunungsitoli Kabupaten Nias Tahun 2007 “, diuraikan sebagai berikut.

5.1.1 Data Umum

1. Berdasarkan Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi tingkat pendidikan responden

yang paling banyak adalah responden berpendidikan SD yaitu 22 orang

(55,0%), sedangkan tingkat pendidikan responden yang paling sedikit

adalah dengan pendidikan S1 sebanyak 2 orang (5,0%). Hasil penelitian

(43)

Tabel 5.1.1

Distribusi Ibu Yang Tidak Memberikan Kolostrum Kepada Bayi Baru Lahir

di Desa Sifalaete Ulu Kecamatan Gunungsitoli Kabupaten Nias

Berdasarkan Pendidikan Tahun 2007

Pendidikan Ibu Jumlah Persentase (%)

SD 22 55,0

SMP 8 20,0

SMU 5 12,5

DIII 3 7,5

SI 2 5,0

(44)

2. Berdasarkan Sumber Informasi

Berdasarkan hasil analisis distribusi, responden paling banyak

mendapatkan informasi tentang kolostrum yaitu dari sumber informasi

keluarga sebanyak 16 orang (40,0%), sedangkan untuk sumber informasi

dari tenaga kesehatan sebanyak 11 orang (27,5%). Hasil penelitian

disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel 5.1.1

Distribusi Ibu Yang Tidak Memberikan Kolostrum Kepada Bayi Baru Lahir

di Desa Sifalaete Ulu Kecamatan Gunungsitoli Kabupaten Nias

Berdasarkan Sumber Informasi Tahun 2007

Sumber Informasi Jumlah Persentase (%)

Media Massa 13 32,5

Tenaga Kesehatan 11 27,5

Keluarga 16 40,0

(45)

5.1.2 Data Khusus

Berdasarkan Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian, dari 40 orang ibu yang tidak memberikan

kolostrum kepada bayi baru lahir paling banyak oleh ibu yang mempunyai

tingkat pengetahuan kurang yaitu sebanyak 25 orang (62,5%), dan paling

sedikit dilakukan oleh ibu yang tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak

7 orang (20,0%). Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel berikut ini :

Tabel 5.1.2

Distribusi Ibu Yang Tidak Memberikan Kolostrum Kepada Bayi Baru Lahir

di Desa Sifalaete Ulu Kecamatan Gunungsitoli Kabupaten Nias

Berdasarkan Pengetahuan Tahun 2007

Pengetahuan Jumlah Persentase (%)

Baik 7 17,5

Cukup 8 20,0

Kurang 25 62,5

(46)

5.2 PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti akan membahas untuk

menjawab pertanyaan penelitian tentang faktor-faktor apa yang menyebabkan ibu

tidak memberikan kolostrum kepada bayi baru lahir.

5.2.1 Data Umum

a.Berdasarkan tabel 5.1.1 diketahui bahwa distribusi ibu yang tidak

memberikan kolostrum kepada bayi baru lahir paling banyak dilakukan

oleh ibu dengan tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 22 orang (55,0%)

dan paling sedikit dilakukan oleh ibu pada tingkat pendidikan S1

sebanyak 2 orang (5,0%).

Pendapat Hurlock (1999) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang, hidup manusia akan semakin berkualitas. Menurut

Saifuddin Anwar, lembaga pendidikan mempengaruhi proses

pembentukan sikap. Ini berarti bahwa pendidikan responden yang

mayoritas tamat SD juga dapat mempengaruhi pengetahuan dalam

pembentukan sikap mereka, tentang pemberian kolostrum.

Dalam hal ini peneliti berpendapat sesuai yang ditemukan di lapangan

bahwa banyak ibu tidak bersekolah tinggi dan hanya sampai pada tingkat

sekolah dasar karena faktor ekonomi keluarga yang tidak mendukung

dan sebagian besar orangtua mereka dahulu berpendapat pendidikan buat

(47)

Bagaimanapun pasti akan menikah dan akan mengurus anak dan

suaminya.

Sementara ibu-ibu yang mengenyam pendidikan sampai D-III dan S-1

mengungkapkan, kalau mereka sampai ke tingkat pendidikan tersebut

karena ada dukungan biaya dan suport dari orangtua dan suami mereka.

Sehingga pada akhirnya informasi tentang kolostrum oleh ibu-ibu yang

tamat SD dan SMP belum diterima sepenuhnya, karena sampai pada

tingkat pendidikan tersebut, informasi tentang kolostrum belum

disampaikan oleh guru. Kalaupun ada yang berasal dari televisi yang

mereka lihat, dengan pendidikan rendah, mereka terpola untuk tidak

cepat tanggap terhadap informasi yang ada.

b.Berdasarkan tabel 5.1.1.2 diketahui bahwa distribusi ibu yang tidak

memberikan kolostrum kepada bayi baru lahir paling banyak dilakukan

oleh ibu dengan sumber informasi dari keluarga sebanyak 16 orang

(40,0%), dan paling sedikit dilakukan oleh ibu yang sumber

informasinya tenaga kesehatan sebanyak 11 orang (27,5%).

Pada kenyataannya terkait dengan dukungan sosial, keluarga kadang

memberi informasi yang salah tentang kolostrum, karena mereka

sendiripun belum memahami betul apa itu kolostrum. Mereka malah

menganjurkan ibu untuk membuang kolostrum. Mereka bahkan

semnulanya hanya bisa mengatakan bentuk dan warna. Sementara nama,

manfaat ataupun keunggulan kolostrum tersebut mereka tidak

(48)

Dalam keluarga ada mertua, ibu, kakak yang sudah lebih dahulu

memiliki anak. Merekalah yang memberi informasi kalau air susu yang

pertama kali keluar yang berwarna kekuningan tersebut bisa buat sakit

perut anak mereka nantinya.

Terkait juga dengan hal tersebut diatas dilapangan ditemukan bahwa

bidan yang seharusnya berpengaruh untuk menjadi media informasi bagi

para ibu-ibu di desa, malah hanya sedikit memberikan informasi tentang

kolostrum.

Bidan hanya sekedar ada sebagai pemberi imunisasi, namun tugas utama

sebagai media informasi kesehatan melalui penyuluhan tidak

ditampilkan sama sekali. Terkadang bidan hanya datang 3 kali seminggu

dan hanya bertahan beberapa jam saja. Padahal bidan diharapkan untuk

dapat membantu masyarakat dalam memahami berbaagai masalah

kesehatan.

Bahkan posyandu yang seharusnya dilakukan tiap bulan untuk meninjau

tumbuh kembang balita dan ibu hamil, hal tersebut tidak pernah

dilakukan. Bidan yang seharusnya tinggal di polindes, tidak mampu

bersedia tinggal di desa. Sehingga dampaknya sangat negatif terhadap

kehidupan masyarakat dan ibu-ibu di desa. Informasi yang diberikan

tidak berkesinambungan, dan sangat terbatas. Termasuk informasi

tentang kolostrum.

Menurut Notoadmodjo (2003) bahwa dengan memberikan informasi

(49)

sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang

pentingnya kesehatan. Hal ini berkaitan dengan sumber informasi itu

sendiri. Dimana bila tenaga kesehatan tidak memberikan informasi

tentang kolostrum yang baik dan benar, dan tidak menyarankan ibu

untuk memberi kolostrum maka tindakan pemberian kolostrum tidak

akan pernah terlaksana dengan baik dan tidak mencapai target kesehatan

yang seharusnya terhadap bayi baru lahir.

c.Peneliti juga melihat dilapangan bahwa faktor sosial budaya juga salah

satu pemicu ibu-ibu membuang kolostrum. Budaya merupakan suatu

rangkaian keinginan individu atau cara bertindak yang dipilih atau

pengetahuan terhadap sesuatu yang dibenarkan sepanjang waktu

sehingga mempengaruhi tindakan dan keputusan.

Ibu-ibu yang tidak memberikan kolostrum di desa tersebut, sebagian

besar mengatakan bahwa mereka tidak memberikan kolostrum, karena

menganggap ini sesuai dengan budaya mereka yang sudah mereka

pahami sejak lama dan turun temurun. Kondisi ini disebabkan oleh

penolong persalinan utama sebagai orang yang memberikan motivasi

yaitu dukun. Sehingga ibu akan mempunyai kemampuan sesuai dengan

kemampuan yang dimiliki dukun. Dukun adalah pemberi pelayanan

kesehatan yang dianggap sesuai dengan budaya mereka.

d.Selain sosial budaya, faktor pengalaman juga salah satu yang

menyebabkan ibu-ibu tidak memberikan kolostrum. Pengalaman akan

(50)

(2003). Pengalaman yang baik tentang manfaat ASI kolostrum juga tidak

ada sehingga persepsi terhadap ASI kolostrum kurang. Maka yang

dimiliki terhadap manfaat kolostrum tidak ada berdampak pada

kesadaran untuk memberikan ASI kolostrum.

Ibu-ibu mengungkapkan bahwa mereka tidak memberikan anaknya

kolostrum karena anaknya yang pertama tidak diberikan cairan ynag

kekuningan itu, dan anaknya baik-baik saja dan nampaknya sehat sampai

sekarang. Oleh karena itu anak yang seterusnya tidak diberikan lagi.

Hal ini sejalan dengan penelitian Ragil (1998), yang menyebutkan

bahwa pemberian ASI kolostrum sangat dipengaruhi oleh persepsi ibu

yang didapatkan dari pengalamannnya terhadap pemberian ASI

sebelumnya.

5.2.2 Data Khusus

Berdasarkan tabel 5.1.2 diketahui bahwa distribusi ibu yang tidak

memberikan kolostrum kepada bayi baru lahir paling banyak dilakukan

oleh ibu dengan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 25 orang (62,5%),

dan paling sedikit oleh ibu dengan tingkat pengetahuan yang baik

sebanyak 7 orang (17,5%).

Adanya pengetahuan akan menimbulkan kesadaran seseorang yang

akhirnya memicunya untuk berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang

(51)

seseorang tentang suatu objek maka akan semakin tinggi kesadarannya

untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan pengetahuannya tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan dari 20 pertanyaan tentang pengetahuan

kolostrum, pemahaman terhadap manfaat, keunggulan, dan kegunaan

kolostrum umumnya rendah dan tidak bisa dijawab oleh ibu-ibu tersebut.

Inforrmasi yang diberikan secara lengkap dan jelas serta efektif diharapkan

akan menimbulkan pemahaman ibu yang akhirnya berdampak pada

motivasi untuk melakukan pemberian kolostrum.

Hal ini sesuai dengan penelitian Andini (2001) yang menyatakan sebagian

masyarakat masih beranggapan bahwa kolostrum merupakan susu kotor

dan harus dibuang karena tidak baik untuk bayi. Menurut SDKI (2002)

pemberian ASI segera setelah lahir menurun dari 8% menjadi 3,7%.

Sesuai dengan teori bahwa pengetahuan merupakan dominan yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Saifuddin, 1998). Dengan

tingkat pengetahuan ibu yang dikategorikan kurang, maka akan

memberikan dampak yang tidak sempurna terhadap ibu untuk memiliki

(52)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

Dari hasil dan pembahasan penelitian tentang ”Faktor-faktor yang

menyebabkan ibu tidak memberikan kolostrum kepada bayi baru lahir di

Desa Sifalaete Ulu Kecamatan Gunungsitoli Kabupaten Nias Tahun 2007”

dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Dapat digambarkan bahwa pengetahuan ibu tentang pemberian

kolostrum segera setelah bayi lahir termasuk dalam kategori kurang

sebanyak 25 orang (62,5%) dari 40 orang responden. Ini artinya bahwa

banyak ibu- ibu di desa tersebut belum mengetahui dan memahami

tentang kolostrum baik dari fungsi dan manfaat maupun waktu

pemberian kolostrum itu sendiri.

2. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian, tingkat

pendidikan ibu yang paling banyak adalah SD sebanyak 22 orang

(55,0%). Hal ini memberi makna bahwa dengan pendidikan yang

rendah akan menimbulkan dampak negatif perkembangan ibu itu

sendiri dalam mengikuti kemajuan ilmu dan pengetahuan termasuk

pemahaman tentang kolostrum.

3. Berdasarkan hasil dan pembahasan, ibu yang tidak memberikan

kolostrum paling sedikit mendapatkan sumber informasi yaitu dari

(53)

peningkatan keaktifan tenaga kesehatan terutama dalam pemberian

penyuluhan di desa tersebut agar ibu-ibu lebih memahami tentang

kolostrum yang baik dan benar. Karena petugas kesehatan adalah

media yang sangat berpengaruh dalam memberikan informasi tentang

pentingnya kolostrum.

(54)

6.2 SARAN

1. Bagi Tenaga Kesehatan

 Diharapkan bidan yang bertugas di desa untuk meningkatkan

kinerja yang membahana dalam peningkatan keaktifan didesa untuk

dapat membantu masyarakat dalam memahami informasi kesehatan

terlebih bagi ibu-ibu yang hamil dan menyusui melalui :

 Niat yang murni untuk mengabdi di desa sepenuhnya.

 Memberikan pendidikan kesehatan secara menyeluruh untuk

masyarakat dan ibu-ibu melalui penyuluhan yang dilakukan

2 kali dalam satu bulan sehingga informasinya

berkesinambungan

 Menjalankan program pemerintah yaitu melaksanakan Pos

Pelayanan Terpadu (Posyandu) satu kali dalam sebulan

dengan sistem 5 meja (Mendaftar, Menimbang, Mencatat,

Pemberian obat-obatan, Penyuluhan).

 Mengadakan pelatihan kader dan mengaktifkan kader

posyandu kembali untuk dapat membantu bidan dalam

menjalankan posyandu sehingga tinjauan tumbuh kembang

anak dan pemeriksaan ANC dapat terlaksana dengan baik.

 Membentuk kelompok-kelompok ibu prenatal dengan

(55)

kesehatan yang berkesinambungan sehingga informasi

tentang kolostrum mulai dari pembentukan kolostrum itu

sendiri, manfaat, keunggulan, kegunaan kolostrum dan

termasuk informasi kesehatan ibu, bayi dan balita dapat

tersalurkan dengan baik, walaupun mereka dalam

pendidikan yang berbeda-beda namun dengan kelompok

yang dibentuk tersebut ilmu dan informasi yang mereka

dapat menjadi sama dan dapat menerapkannya dengan baik

dan benar. Serta mempraktekkan/ mendemonstrasikan secara

langsung jika ada hal memang harus dipraktikan. Misalnya

apabila bayi tidak mau menetek, ibu harus diajarkan

bagaimana cara memberikan ASI dengan memerasnya dan

diberikan melalui sendok kepada bayi.

Hingga pada akhirnya ibu-ibu yang akan melahirkan anak

dikemudian hari tidak akan mengulang lagi kesalahan yang

lalu oleh karena informasi tentang kolostrum yang salah.

 Memberi penyuluhan tetap kepada masyarakat dengan

memakai media yang menarik agar ibu-ibu dan keluarga,

masyarakat lebih memahami informasi yang disampaikan.

Misalnya lembar balik yang dilengkapi dengan kata-kata dan

gambar menarik, leaflet/brosur yang dibagi-bagikan berisi

(56)

 Bidan dihimbau untuk lebih responsif pada kemajuan IPTEK,

sehingga informasi yang diberikan selalu up to dat, jelas dan akurat.

 Bidan diharapkan sabar untuk mengajari dan tidak bosan untuk

mengingatkan ibu dengan melakukan kunjungan rumah dalam

melaksanakan penyuluhan yang berkesinambungan serta meninjau

tumbuh kembang si bayi.

 Bidan diharapkan memperhatikan waktu-waktu pelaksanaan

kegiatan dengan membicarakannnya dengan ibu-ibu sehingga tidak

mengganggu aktivitas warga di desa yang kebanyakan menderes

karet pada pagi hari dan ke ladang.

 Bidan harus mampu melakukan perubahan perilaku budaya

setempat terhadap budaya yang salah tentang kolostrum yaitu

dengan cara memberikan pengertian sebelumnya terhadap manfaat

dan keuntungan pemberian ASI kolostrum dengan pendekatan yang

tepat, sehingga akan terbentuk pemahaman terhadap ASI kolostrum

yang akhirnya berdampak pada perilaku pemberian ASI kolostrum.

 Bidan harus mampu memberi waktu yang banyak untuk bisa

berkomunikasi secara baik dan jelas dengan masyarakat terlebih

ibu-ibu yang haus akan informasi, dan menggunakan bahasa yang

(57)

2. Bagi Masyarakat dan keluarga

 Dihimbau untuk tidak mengikuti budaya yang salah dan aktif

dalam mencari dan mendapatkan informasi-informasi kesehatan

baik melalui televisi, radio, koran. Serta tidak malu bertanya

kepada tenaga kesehatan yang bertugas di desa.

 Disarankan untuk lebih meningkatkan kepercayaan diri dalam

menerima informasi-informasi terkini tentang kesehatan sehingga

dapat memberdayakan kesehatan yang baik pula sehingga dapat

diaplikasikan kepada anggota keluarga yang lainnya.

 Diharapkan untuk tetap ikut ambil bagian di setiap kegiatan di desa

terlebih yang berkaitan tentang peningkatan kesehatan ibu dan

anak serta yang lainnya yang diselenggarakan secara lokal ataupun

kelompok masyarakat besar.

3.Bagi Institusi Pendidikan

Disarankan agar lebih meningkatkan mutu pendidikan, ketrampilan dan

latihan khususnya bagi mahasiswa kebidanan agar dapat memberikan

komunikasi, informasi dan motivasi bagi ibu untuk dapat meningkatkan

pengetahuan tentang kesehatan terutama dalam hal pemberian kolostrum

(58)

4.Bagi Mahasiswa D-IV Bidan Pendidik

Disarankan jika ingin meneliti lebih jauh tentang penenlitian ini,

hendaknya dengan metode penelitian kualitatif sehingga keseluruhan

faktor-faktor yang terkait di dalamya menjadi jelas dan terpaparkan deng

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Andini. 2001. 14 Keajaiban Kolostrum. Jakarta

Arikunto. 2000. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

_______ 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Budiarto, Eko. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan : Sebuah Pengantar. Jakarta : Rineka Cipta.

Buharminin.2003.Penelaah Status Pendidikan Nasional.2003.Bandung : Kawan Pustaka

Cahyaning, R (2000), Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Pertama Kali di Puwarkarta, Jabar. Skripsi FKM-UI. Tidak dipublikasikan

Curtis. 2000. Telaah Air SusuIbu. Edisi II

Dwi Hapsari. 2000. Breastfeeding Colostrum, Surabaya, Pusat Pengembangan Kesehatan. NHRD.

Hurlock. 1999. Psikologi Perkembangan. Jakarta : EGC.

http://www.ekologi.litbang.depkes.go.id/abstrak 2000.html, diperoleh tanggal 11 november 2007.

Notoatmodjo. S. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi VI. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

PUSDIKNAKES. 2003. Buku 4 Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta : Pusdiknakes.

PUSDIKNAKES. 2003.Ekologi Kesehatan.Com, Edisi 46/Thn-II/2000

Ragil, M (1998), Hubungan Karakteristik Ibu dan Pengetahuan Tentang ASI Terhadap Praktek Pemberian Kolostrum di Kabupaten Serang Jabar. Skripsi FKM UI

Rini. 2006. Menyelamatkan Bayi Lewat ASI, Jakarta: Rineka Cipta

Roesli. 2000. Mengenal ASI Exklusif. Jakarta : Pustaka Pengembangan Swadaya Nusantara.

Sarwono. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sobur, A (2003). Psikologi Umum. Bandung : Pustaka Setia

(60)

Sujudi. 2003. Penyebab Kematian Anak, Jakart. Rineka Cipta

Utami, Roesli. 2004. ASI Eksklusif. Edisi II. Jakarta : Trubus Agrundaya

Widjaja, MC. 2004. Gizi Tepat Waktu Untuk Perkembangan Otak dan Kesehatan Balita. Jakarta : Kawan Pustaka.

Yahya. 2005. Cairan Ajaib Air Susu Ibu, Jakarta.Medika

(61)

FORMULIR PERSETUJUAN RESPONDEN

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN IBU TIDAK

MEMBERIKAN KOLOSTRUM KEPADA BAYI BARU LAHIR

Saya yang bernama Purnamasari Nazara / 075102078 adalah mahasiswa Program D-IV Bidan Pendidik Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan proses belajar mengajar di Program D-IV Bidan Pendidik.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan ibu tidak memberikan kolostrum kepada bayi baru lahir. Hasil penelitian mungkin tidak anda rasakan langsung namun akan dipergunakan sebagai sumber data dalam peningkatan kesehatan ibu dan bayi.

Saya mengharapkan kesediaan saudara menjadi responden dalam penelitian ini. Dengan bersikap sukarela, senang hati dan jujur menjawab seluruh pertanyaan. Informasi yang anda berikan dan semua data yang ada dalam kuesioner akan dijaga kerahasiaannya.

Jika saudara bersedia menjadi responden penelitian ini maka silahkan saudara menandatangani formulir persetujuan ini. Jika ada hal yang kurang saudara langsung dapat bertanya pada peneliti.

Gunungsitoli, 21 Desember 2007 Hormat saya,

(62)

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama :

Alamat :

Menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden dalam penelitian yang berjudul “Faktor-faktor Yang Menyebabkan Ibu Tidak Memberikan Kolostrum Kepada Bayi Baru Lahir” di Desa Sifalaete Ulu Kecamatan Gunung Sitoli Kabupaten Nias Tahun 2007.

Demikian surat persetujuan ini saya sampaikan den sadar tanpa paksaan siapapun.

Responden Peneliti

( ) ( Purnamasari Nazara, Am.Keb )

(63)

Kuesioner penelitian

Faktor-Faktor Yang Menyebabkan

Ibu Tidak Memberikan Kolostrum Kepada Bayi Baru Lahir Di Desa Sifalaete Ulu Kecamatan Gunungsitoli Kabupaten Nias

Tahun 2007 I. Petunjuk :

Ceklislah Salah satu atau lebih kotak dibawah ini sesuai dengan keadaan yang sebenarnya

1. Pendidikan Ibu yang terakhir :

฀ SD

฀ SMP

฀ SMU

฀ AKADEMI

฀ PERGURUAN TINGGI

2. Ibu Mendapatkan informasi tentang kolostrum dari : ฀ Majalah

฀ Televisi ฀ Radio

Gambar

Tabel 5.1.1
Tabel 5.1.1
Tabel 5.1.2
table Pengajuan dan

Referensi

Dokumen terkait

Nilai uji statistik kor 0,094 yang artinya korelasi sa atau dianggap tidak ada kor dibuktikan dengan nilai ρ = besar dari nilai alpha (α) = demikian dapat dikatakan hubungan

Dengan kata lain data (informasi) yang akan diperoleh dari penelitian tersebut akan dimanfaatkan untuk apa, dalam rangka pengembangan program kesehatan.. Dari segi

Pendukung” Provinsi Kalimantan Selatan dapat mengisi bagian dari target 50.000 rumah khusus yang diarahkan untuk bencana dan MBR dalam arti luas 6 Rencana Strategis

Sesuai dengan hasil penelitian Adil, Syamsum, dan Najib (2016) mengenai pengaruh dari kualitas pelayanan yang diberikan dan biaya pengobatan terhadap tingkat

Kesimpulan: Karena subjek S-6 mampu menyebutkan konsep matematika dalam masalah namun kurang lengkap, tidak mampu menjelaskan keterkaitan antar konsep matematika

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan tentang praktik pendidikan demokrasi di SMAN 4 Bojonegoro dalam membentuk warga negara yang demokratis maka dapat

Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak penderita asma, sedangkan sampel penelitian ini adalah anak yang berusia 1 - 17 tahun yang menderita asma dan tercatat dalam

Pengaturan wewenang Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Undang- Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang hanya terbatas pada penyidikan tindak pidana