TAHUN 2008
OLEH BARUDIN H14094011
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
ii
RINGKASAN
BARUDIN. Analisis Perilaku Konsumen serta Ketimpangan Konsumsi Pangan dan Nonpangan Antardesa dan Kota di Indonesia Tahun 2008 (dibimbing oleh
Sri Mulatsih).
Bidang perilaku konsumen, mempelajari bagaimana para individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli dan menggunakan barang dan jasa yang dapat memberikan kepuasan dan keinginan mereka. Hal ini tidak cukup mudah untuk memahami perilaku konsumen, karena sering kali apa yang dikemukakan oleh konsumen tentang kebutuhan dan keinginan mereka berbeda dengan tindakan yang mereka ambil.
Untuk mengetahui tingkah laku dari konsumen terhadap jenis barang atau komoditi tertentu, diperlukan data mengenai pendapatan perkapita dan pengeluaran konsumsi perkapita untuk setiap jenis barang atau komoditi tertentu yang dikelompokan menurut golongan pendapatan pada waktu tertentu. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data cross section mengenai pengeluaran rata-rata konsumsi perkapita atas berbagai jenis komoditi yang berasal dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2008.
Metode yang digunakan untuk menganalisis perubahan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi suatu jenis komoditi tertentu jika tingkat pendapatan berubah adalah teori Elastisitas Engel yang dihitung dari fungsi Engel. Elastisitas ini diperoleh dengan menggunakan persamaan Kakwani and Podder yang diperoleh dari Kurva Lorenz dan Kurva Pemusatan yang telah ditransformasikan koordinatnya dari X dan Y menjadi dan θ.
Dari hasil pengolahan dengan metode tersebut diperoleh gambaran bahwa besarnya persentase pengeluaran untuk barang-barang kelompok pangan, yang diwakili oleh empat komoditi yang persentasenya terbesar dan merupakan barang-barang kebutuhan pokok bagi masyarakat yaitu : (1). Padi-padian dan umbi-umbian, (2). Ikan, daging, telur dan susu, (3). Sayur-sayuran dan buah-buahan serta (4). Makanan dan minuman jadi dan juga (5). Total komoditi makanan secara keseluruhan, menunjukan kecenderungan yang semakin menurun seiring dengan bertambahnya tingkat pendapatan yang diterima. Sedangkan untuk kelompok komoditi nonpangan yang diwakili oleh empat komoditi terbesar persentasenya dan termasuk barang-barang kebutuhan yang penting bagi masyarakat yaitu : (1). Perumahan dan fasilitas rumah tangga, (2). Aneka barang dan jasa, (3). Pakaian, alas kaki dan tutup kepala serta (4). Barang-barang tahan lama disertakan juga (5). Total komoditi bukan makanan, menunjukan kecenderungan yang rata-rata semakin meningkat bersamaan dengan meningkatnya pendapatan masyarakat. Keadaan ini hampir sama untuk daerah perdesaan maupun perkotaan.
pendapatan yang lebih besar dibanding dengan komoditi kelompok nonpangan yang elastisitas Engelnya lebih tinggi. Kelompok komoditi nonpangan rata-rata mempunyai elastisitas yang cenderung meningkat sampai pada tingkat tertentu dan akhirnya menurun kembali dengan semakin bertambahnya tingkat pendapatan yang diterima, meskipun ada beberapa komoditi yang akhirnya meningkat kembali seperti pakaian, alas kaki dan tutup kepala baik didaerah didaerah perdesaan maupun perkotaan. Pola elastisitas pengeluaran antara daerah perdesaan dan perkotaan hampir sama, namun untuk daerah perkotaan rata-rata cenderung lebih tinggi dibanding daerah perdesaan dan juga cukup berfluktuatif bahkan grafiknya sempat berpotongan pada beberapa tingkat pendapatan yang berbeda kecuali untuk komoditi perumahan dan fasilitas rumah tangga.
Kurva Lorenz dan kurva Pemusatan yang diperoleh berdasarkan fungsi K-P menunjukan tingkat ketimpangan yang rata-rata lebih besar untuk daerah perkotaan dibanding dengan daerah perdesaan. Hal ini ditunjukan dengan semakin melengkung kurva tersebut atau semakin jauh dari garis diagonal (egalitarian). Begitu juga untuk komoditi nonpangan yang rata-rata mempunyai kurva Pemusatan jauh dari garis diagonal, terutama untuk komoditi barang-barang tahan lama dibanding dengan komoditi pangan yang cenderung labih merata. Kurva Pemusatan yang cenderung menjauh dari garis diagonal berarti juga bahwa pengeluaran komoditi tersebut lebih mudah terpengaruh dengan adanya perubahan tingkat pendapatan atau dapat dikatakan lebih elastis.
Tingkat ketidakmerataan pendapatan dan pengeluaran konsumsi antara kota dan desa pada berbagai tingkat pendapatan memperlihatkan ketimpangan yang lebih besar untuk daerah perkotaan dibandingkan untuk daerah perdesaan, kecuali pada komoditi padi-padian dan umbi-umbian mempunyai ketimpangan lebih besar didaerah perdesaan. Ketimpangan yang cukup tinggi terjadi pada pengeluaran konsumsi nonpangan, terutama untuk barang-barang tahan lama. Sedangkan komoditi pangan baik daerah perdesaan maupun perkotaan, mempunyai ketimpangan yang lebih rendah, terutama komoditi padi-padian dan umbi-umbian sebagai sumber karbohidrat mempunyai ketimpangan yang rendah sekali yaitu dibawah 0,1. Hal ini berarti bahwa konsumsi masyarakat akan padi-padian dan umbi-umbian sebagai makanan pokok mempunyai distribusi yang cukup merata.
iv
ANALISIS PERILAKU KONSUMEN SERTA
KETIMPANGAN KONSUMSI PANGAN DAN NONPANGAN
ANTARDESA DAN KOTA DI INDONESIA
TAHUN 2008
OLEH
BARUDIN H14094011
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
Judul Skripsi : Analisis Perilaku Konsumen serta
Ketimpangan Konsumsi Pangan dan
Nonpangan Antardesa dan Kota di Indonesia
Tahun 2008
Nama Mahasiswa : Barudin
Nomor Registrasi Pokok : H14094011
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor
Menyetujui,
Dosen Pembimbing,
Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc. Agr. NIP. 19640529 198903 2 001
Menyetujui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Dedi Budiman Hakim, Ph.D. NIP. 19641022 198903 1 003
vi
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN
Bogor, Oktober 2009
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Barudin lahir pada tanggal 01 Oktober 1970 di Pemalang,
sebuah kabupaten yang berada di pantai utara Provinsi Jawa Tengah. Penulis
adalah anak terakhir dari empat bersaudara, dari pasangan Tasiban dan Andriyah.
Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh adalah Sekolah Dasar Negeri 01
Pesantren hingga tamat, kemudian melanjutkan ke SMP Islam Comal dan tamat
pada tahun 1988. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMA negeri 01
Pemalang dan tamat pada tahun 1991. Pada tahun 2000 penulis menamatkan
pendidikan Diploma III di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) Jakarta dan
setahun kemudian di tempat yang sama, penulis menamatkan pendidikan Diploma
IV dengan gelar Sarjana Sains Terapan (SST).
Setelah tamat STIS, penulis bekerja di Badan Pusat Statistik (BPS) yang
berkedudukan di jalan Dr. Soetomo No. 6-8 Jakarta pada Subdirektorat Statistik
Pariwisata hingga sekarang. Pada tahun 2009 penulis diterima di Institut Pertanian
Bogor untuk melanjutkan ke program S2. Tapi sebelum mengikuti perkuliahan,
viii
KATA PENGANTAR
Ucapan puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi ini berjudul “Analisis Perilaku
Konsumen serta Ketimpangan Konsumsi Pangan dan Nonpangan Antardesa
dan Kota di Indonesia”. Perilaku konsumen dan ketimpangannya merupakan
suatu hal yang menarik karena dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan suatu
wilayah. Disamping itu, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk meraih
gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Ibu Dr. Sri Mulatsih sebagai pembimbing skripsi yang telah mencurahkan
waktu, pikiran dan tenaga secara sabar dan sepenuh hati dalam memberikan
bimbingan, saran dan nasehat kepada penulis.
2. Bapak Dr. Muhammad Findi A. sebagai dosen penguji yang telah berkenan
memberikan masukan dan saran yang sangat bermanfaat dalam
penyempurnaan skripsi ini.
3. Sekretariat Program Ilmu Ekonomi, terutama Penyelenggara Program
Pra-S2 Mayor Ilmu Ekonomi serta seluruh staf pengajar dan karyawan/wati
Departemen Ilmu Ekonomi, FEM IPB yang telah banyak membantu penulis.
4. Kepala pusdiklat BPS beserta jajarnnya yang senantiasa memberikan
bantuan baik moral maupun materiil.
5. Direktur Statistik Keuangan, Teknologi Informasi dan Pariwisata yang
selalu mendorong untuk senantiasa bekerja keras dan berdisiplin tinggi.
6. Orang tua penulis yang selalu memberikan semangat dan dorongan.
7. Yuliastuti, Nabilah dan Dzaky, istri dan kedua buah hati penulis, sebagai
inspirasi dalam penulisan ini yang telah memberikan curahan kasih sayang
8. Rekan-rekan mahasiswa/si dan semua pihak yang telah memberikan
sumbangan pikiran hingga terselesainya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa tidak ada satupun yang sempurna, begitu juga
skripsi ini masih banyak kekurangan baik materi maupun susunannya. Oleh
karena itu segala bentuk kritik, masukan dan saran yang membangun sangat
diperlukan untuk evaluasi dan perbaikan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap
bahwa apa yang telah penulis kerjakan ini dapat memberikan kontribusi yang
bermanfaat kepada berbagai pihak khususnya bagi penulis sendiri dan menjadi
landasan yang baik menuju tahap berikutnya.
Bogor, Oktober 2009
x
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ……....…….………... xii
DAFTAR GAMBAR ……….………...……… xiii
I. PENDAHULUAN ……….……… 1
1.1. Latar Belakang ……….……….………. 1
1.2. Perumusan Masalah ……….……….. 5
1.3. Tujuan ……….……... 7
1.4. Manfaat Penelitian ……….……… 8
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN …… 9
2.1. Tinjauan Teori-teori ………..………. 9
2.1.1. Konsumsi Masyarakat …..……… 9
2.1.2. Utilitas dan Pilihan ………...……… 9
2.1.3. Permintaan Individu …..………... 11
2.1.4. Ketimpangan Pendapatan dan Pengeluaran ….… 12
2.2. Penelitian-penelitian Terdahulu ………...………….. 14
2.3. Kerangka Pemikiran ………... 15
2.3.1. Model Penelitian …..……… 15
2.3.2. Definisi Peubah Operasional ……… 17
2.4. Hipotesis ……….……… 20
III. METODE PENELITIAN ………...… 21
3.1. Jenis dan Sumber Data ………..………. 21
3.2. Metode Analisis ………...………….. 21
3.2.1. Analisis Engel ……..……… 22
3.2.2. Analisis Indeks Williamson (CVw) ……..……… 29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………..……...… 31
4.1. Pola Konsumsi Rumah Tangga ………..…..………. 32
4.2. Analisis Engel ………...………...………….. 38
TAHUN 2008
OLEH BARUDIN H14094011
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
ii
RINGKASAN
BARUDIN. Analisis Perilaku Konsumen serta Ketimpangan Konsumsi Pangan dan Nonpangan Antardesa dan Kota di Indonesia Tahun 2008 (dibimbing oleh
Sri Mulatsih).
Bidang perilaku konsumen, mempelajari bagaimana para individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli dan menggunakan barang dan jasa yang dapat memberikan kepuasan dan keinginan mereka. Hal ini tidak cukup mudah untuk memahami perilaku konsumen, karena sering kali apa yang dikemukakan oleh konsumen tentang kebutuhan dan keinginan mereka berbeda dengan tindakan yang mereka ambil.
Untuk mengetahui tingkah laku dari konsumen terhadap jenis barang atau komoditi tertentu, diperlukan data mengenai pendapatan perkapita dan pengeluaran konsumsi perkapita untuk setiap jenis barang atau komoditi tertentu yang dikelompokan menurut golongan pendapatan pada waktu tertentu. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data cross section mengenai pengeluaran rata-rata konsumsi perkapita atas berbagai jenis komoditi yang berasal dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2008.
Metode yang digunakan untuk menganalisis perubahan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi suatu jenis komoditi tertentu jika tingkat pendapatan berubah adalah teori Elastisitas Engel yang dihitung dari fungsi Engel. Elastisitas ini diperoleh dengan menggunakan persamaan Kakwani and Podder yang diperoleh dari Kurva Lorenz dan Kurva Pemusatan yang telah ditransformasikan koordinatnya dari X dan Y menjadi dan θ.
Dari hasil pengolahan dengan metode tersebut diperoleh gambaran bahwa besarnya persentase pengeluaran untuk barang-barang kelompok pangan, yang diwakili oleh empat komoditi yang persentasenya terbesar dan merupakan barang-barang kebutuhan pokok bagi masyarakat yaitu : (1). Padi-padian dan umbi-umbian, (2). Ikan, daging, telur dan susu, (3). Sayur-sayuran dan buah-buahan serta (4). Makanan dan minuman jadi dan juga (5). Total komoditi makanan secara keseluruhan, menunjukan kecenderungan yang semakin menurun seiring dengan bertambahnya tingkat pendapatan yang diterima. Sedangkan untuk kelompok komoditi nonpangan yang diwakili oleh empat komoditi terbesar persentasenya dan termasuk barang-barang kebutuhan yang penting bagi masyarakat yaitu : (1). Perumahan dan fasilitas rumah tangga, (2). Aneka barang dan jasa, (3). Pakaian, alas kaki dan tutup kepala serta (4). Barang-barang tahan lama disertakan juga (5). Total komoditi bukan makanan, menunjukan kecenderungan yang rata-rata semakin meningkat bersamaan dengan meningkatnya pendapatan masyarakat. Keadaan ini hampir sama untuk daerah perdesaan maupun perkotaan.
pendapatan yang lebih besar dibanding dengan komoditi kelompok nonpangan yang elastisitas Engelnya lebih tinggi. Kelompok komoditi nonpangan rata-rata mempunyai elastisitas yang cenderung meningkat sampai pada tingkat tertentu dan akhirnya menurun kembali dengan semakin bertambahnya tingkat pendapatan yang diterima, meskipun ada beberapa komoditi yang akhirnya meningkat kembali seperti pakaian, alas kaki dan tutup kepala baik didaerah didaerah perdesaan maupun perkotaan. Pola elastisitas pengeluaran antara daerah perdesaan dan perkotaan hampir sama, namun untuk daerah perkotaan rata-rata cenderung lebih tinggi dibanding daerah perdesaan dan juga cukup berfluktuatif bahkan grafiknya sempat berpotongan pada beberapa tingkat pendapatan yang berbeda kecuali untuk komoditi perumahan dan fasilitas rumah tangga.
Kurva Lorenz dan kurva Pemusatan yang diperoleh berdasarkan fungsi K-P menunjukan tingkat ketimpangan yang rata-rata lebih besar untuk daerah perkotaan dibanding dengan daerah perdesaan. Hal ini ditunjukan dengan semakin melengkung kurva tersebut atau semakin jauh dari garis diagonal (egalitarian). Begitu juga untuk komoditi nonpangan yang rata-rata mempunyai kurva Pemusatan jauh dari garis diagonal, terutama untuk komoditi barang-barang tahan lama dibanding dengan komoditi pangan yang cenderung labih merata. Kurva Pemusatan yang cenderung menjauh dari garis diagonal berarti juga bahwa pengeluaran komoditi tersebut lebih mudah terpengaruh dengan adanya perubahan tingkat pendapatan atau dapat dikatakan lebih elastis.
Tingkat ketidakmerataan pendapatan dan pengeluaran konsumsi antara kota dan desa pada berbagai tingkat pendapatan memperlihatkan ketimpangan yang lebih besar untuk daerah perkotaan dibandingkan untuk daerah perdesaan, kecuali pada komoditi padi-padian dan umbi-umbian mempunyai ketimpangan lebih besar didaerah perdesaan. Ketimpangan yang cukup tinggi terjadi pada pengeluaran konsumsi nonpangan, terutama untuk barang-barang tahan lama. Sedangkan komoditi pangan baik daerah perdesaan maupun perkotaan, mempunyai ketimpangan yang lebih rendah, terutama komoditi padi-padian dan umbi-umbian sebagai sumber karbohidrat mempunyai ketimpangan yang rendah sekali yaitu dibawah 0,1. Hal ini berarti bahwa konsumsi masyarakat akan padi-padian dan umbi-umbian sebagai makanan pokok mempunyai distribusi yang cukup merata.
iv
ANALISIS PERILAKU KONSUMEN SERTA
KETIMPANGAN KONSUMSI PANGAN DAN NONPANGAN
ANTARDESA DAN KOTA DI INDONESIA
TAHUN 2008
OLEH
BARUDIN H14094011
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
Judul Skripsi : Analisis Perilaku Konsumen serta
Ketimpangan Konsumsi Pangan dan
Nonpangan Antardesa dan Kota di Indonesia
Tahun 2008
Nama Mahasiswa : Barudin
Nomor Registrasi Pokok : H14094011
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor
Menyetujui,
Dosen Pembimbing,
Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc. Agr. NIP. 19640529 198903 2 001
Menyetujui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Dedi Budiman Hakim, Ph.D. NIP. 19641022 198903 1 003
vi
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN
Bogor, Oktober 2009
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Barudin lahir pada tanggal 01 Oktober 1970 di Pemalang,
sebuah kabupaten yang berada di pantai utara Provinsi Jawa Tengah. Penulis
adalah anak terakhir dari empat bersaudara, dari pasangan Tasiban dan Andriyah.
Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh adalah Sekolah Dasar Negeri 01
Pesantren hingga tamat, kemudian melanjutkan ke SMP Islam Comal dan tamat
pada tahun 1988. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMA negeri 01
Pemalang dan tamat pada tahun 1991. Pada tahun 2000 penulis menamatkan
pendidikan Diploma III di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) Jakarta dan
setahun kemudian di tempat yang sama, penulis menamatkan pendidikan Diploma
IV dengan gelar Sarjana Sains Terapan (SST).
Setelah tamat STIS, penulis bekerja di Badan Pusat Statistik (BPS) yang
berkedudukan di jalan Dr. Soetomo No. 6-8 Jakarta pada Subdirektorat Statistik
Pariwisata hingga sekarang. Pada tahun 2009 penulis diterima di Institut Pertanian
Bogor untuk melanjutkan ke program S2. Tapi sebelum mengikuti perkuliahan,
viii
KATA PENGANTAR
Ucapan puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi ini berjudul “Analisis Perilaku
Konsumen serta Ketimpangan Konsumsi Pangan dan Nonpangan Antardesa
dan Kota di Indonesia”. Perilaku konsumen dan ketimpangannya merupakan
suatu hal yang menarik karena dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan suatu
wilayah. Disamping itu, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk meraih
gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Ibu Dr. Sri Mulatsih sebagai pembimbing skripsi yang telah mencurahkan
waktu, pikiran dan tenaga secara sabar dan sepenuh hati dalam memberikan
bimbingan, saran dan nasehat kepada penulis.
2. Bapak Dr. Muhammad Findi A. sebagai dosen penguji yang telah berkenan
memberikan masukan dan saran yang sangat bermanfaat dalam
penyempurnaan skripsi ini.
3. Sekretariat Program Ilmu Ekonomi, terutama Penyelenggara Program
Pra-S2 Mayor Ilmu Ekonomi serta seluruh staf pengajar dan karyawan/wati
Departemen Ilmu Ekonomi, FEM IPB yang telah banyak membantu penulis.
4. Kepala pusdiklat BPS beserta jajarnnya yang senantiasa memberikan
bantuan baik moral maupun materiil.
5. Direktur Statistik Keuangan, Teknologi Informasi dan Pariwisata yang
selalu mendorong untuk senantiasa bekerja keras dan berdisiplin tinggi.
6. Orang tua penulis yang selalu memberikan semangat dan dorongan.
7. Yuliastuti, Nabilah dan Dzaky, istri dan kedua buah hati penulis, sebagai
inspirasi dalam penulisan ini yang telah memberikan curahan kasih sayang
8. Rekan-rekan mahasiswa/si dan semua pihak yang telah memberikan
sumbangan pikiran hingga terselesainya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa tidak ada satupun yang sempurna, begitu juga
skripsi ini masih banyak kekurangan baik materi maupun susunannya. Oleh
karena itu segala bentuk kritik, masukan dan saran yang membangun sangat
diperlukan untuk evaluasi dan perbaikan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap
bahwa apa yang telah penulis kerjakan ini dapat memberikan kontribusi yang
bermanfaat kepada berbagai pihak khususnya bagi penulis sendiri dan menjadi
landasan yang baik menuju tahap berikutnya.
Bogor, Oktober 2009
x
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ……....…….………... xii
DAFTAR GAMBAR ……….………...……… xiii
I. PENDAHULUAN ……….……… 1
1.1. Latar Belakang ……….……….………. 1
1.2. Perumusan Masalah ……….……….. 5
1.3. Tujuan ……….……... 7
1.4. Manfaat Penelitian ……….……… 8
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN …… 9
2.1. Tinjauan Teori-teori ………..………. 9
2.1.1. Konsumsi Masyarakat …..……… 9
2.1.2. Utilitas dan Pilihan ………...……… 9
2.1.3. Permintaan Individu …..………... 11
2.1.4. Ketimpangan Pendapatan dan Pengeluaran ….… 12
2.2. Penelitian-penelitian Terdahulu ………...………….. 14
2.3. Kerangka Pemikiran ………... 15
2.3.1. Model Penelitian …..……… 15
2.3.2. Definisi Peubah Operasional ……… 17
2.4. Hipotesis ……….……… 20
III. METODE PENELITIAN ………...… 21
3.1. Jenis dan Sumber Data ………..………. 21
3.2. Metode Analisis ………...………….. 21
3.2.1. Analisis Engel ……..……… 22
3.2.2. Analisis Indeks Williamson (CVw) ……..……… 29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………..……...… 31
4.1. Pola Konsumsi Rumah Tangga ………..…..………. 32
4.2. Analisis Engel ………...………...………….. 38
4.2.2. Analisis Elastisitas Engel, Kurva Lorenz dan Kurva
Pemusatan ……….………....……… 40
4.2.3. Analisis Ketimpangan Williamson (CVw) …...… 46
V. KESIMPULAN DAN SARAN ……….………… 50
5.1. Kesimpulan ……….……….……….………. 50
5.2. Saran ……….……….. 53
DAFTAR PUSTAKA ……....…….…………...………... 55
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
4.1. Persentase Pengeluaran Rata-rata Perkapita Sebulan menurut Kelompok Barang dan Golongan Pendapatan Perkapita Sebulan
Tahun 2008 ………...……….……… 33
4.2. Estimasi Koefisien Fungsi K-P untuk Kurva Lorenz dan Kurva Pemusatan menurut Daerah Perdesaan dan Perkotaan serta Kelompok Komoditi Makanan dan Bukan Makanan, 2008 …..… 38 4.3. Elastisitas Engel (Elastisitas Pengeluaran) Komoditi Padi-padian
dan Umbi-umbian menurut Golongan Tingkat Pendapatan di Daerah Perdesaan dan Perkotaan, 2008 ………….…..………..… 41 4.4. Indeks Ketimpangan Williamson pada Beberapa Jenis Komoditi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
2.1. Maksimalisasi Utilitas ………..…..… 11 2.2. Kerangka Pemikiran mengenai Perilaku Konsumen …………..… 16
2.3. Kurva Lorenz ………...… 18
4.1. Grafik Elastisitas Engel Komoditi Padi-padian dan Umbi-umbian untuk Daerah Perdesaan dan Perkotaan, 2008 ………...…
42
4.2. Kurva Lorenz menurut Daerah Perdesaan dan Perkotaan, 2008 … 45 4.3. Grafik Indeks Williamson pada Beberapa Jenis Komoditi menurut
Daerah Perdesaan dan Perkotaan, 2008 ……...…...…………...…
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Pengeluaran Rata-rata Perkapita menurut Kelompok Barang dan Golongan Pendapatan Perkapita Sebulan di Daerah Perdesaan dan
Perkotaan, 2008 …...….….……….………
57
2. Penghitungan Fungsi K-P untuk Pendapatan (Total Pengeluaran) Perkapita Serbulan di Daerah Perkotaan, 2008 ………..…… 58 3. Contoh Penghitungan Fungsi K-P, Kurva Pemusatan dan Elastisitas
Engel Komoditi Padi-padian dan Umbi-umbian di Daerah
Perkotaan, 2008 ………...…………....…...… 59
4. Penghitungan Fungsi K-P untuk Pengeluaran Konsumsi Perkapita Perbulan Komoditi Padi-padian dan Umbi-umbian di Daerah
Perkotaan, 2008 …...………..………...…
62
5. Elastisitas Engel (Elastisitas Pengeluaran) menurut Komoditi Makanan dan Bukan Makanan di Daerah Perdesaan dan Perkotaan,
2008 ……….…...…
63
6. Kurva Pemusatan Komoditi Padi-padian dan Umbi-umbian
menurut Daerah Perdesaan dan Perkotaan, 2008 ………...… 65
7. Kurva Pemusatan Komoditi Ikan, Daging, Telur dan Susu menurut Daerah Perdesaan dan Perkotaan, 2008 ………...…...… 65 8. Kurva Pemusatan Komoditi Sayur-sayuran dan Buah-buahan
menurut Daerah Perdesaan dan Perkotaan, 2008 ………...… 66 9. Kurva Pemusatan Komoditi Makanan dan Minuman Jadi menurut
Daerah Perdesaan dan Perkotaan, 2008 ………....…...… 66 10. Kurva Pemusatan Komoditi Total Makanan menurut Daerah
Perdesaan dan Perkotaan, 2008 ………..……...… 67 11. Kurva Pemusatan Komoditi Perumahan dan Fasilitas Rumah
Tangga menurut Daerah Perdesaan dan Perkotaan, 2008 ……..… 67 12. Kurva Pemusatan Komoditi Aneka Barang dan Jasa menurut
Daerah Perdesaan dan Perkotaan, 2008 ………...…...… 68 13. Kurva Pemusatan Komoditi Pakaian, Alas Kaki dan Tutup Kepala
Nomor Halaman
14. Kurva Pemusatan Komoditi Barang-barang Tahan Lama menurut Daerah Perdesaan dan Perkotaan, 2008 ………..…...… 69 15. Kurva Pemusatan Komoditi Total Bukan Makanan menurut Daerah
Perdesaan dan Perkotaan, 2008 ………..……… 69 16. Grafik Elastisitas Engel Komoditi Ikan, Daging, Telur dan Susu di
Daerah Perdesaan dan Perkotaan, 2008 ………..…...…… 70 17. Grafik Elastisitas Engel Komoditi Sayur-sayuran dan Buah-buahan
di Daerah Perdesaan dan Perkotaan, 2008 ………...…...… 70
18. Grafik Elastisitas Engel Komoditi Makanan dan Minuman Jadi di Daerah Perdesaan dan Perkotaan, 2008 …...……..……...…...… 71 19. Grafik Elastisitas Engel Komoditi Total Makanan di Daerah
Perdesaan dan Perkotaan, 2008 ………...…………...… 71 20. Grafik Elastisitas Engel Komoditi Perumahan dan Fasilitas Rumah
Tangga di Daerah Perdesaan dan Perkotaan, 2008 ……… 72
21. Grafik Elastisitas Engel Komoditi Aneka Barang dan Jasa di Daerah Perdesaan dan Perkotaan, 2008 ………...……...… 72 22. Grafik Elastisitas Engel Komoditi Pakaian, Alas Kaki dan Tutup
Kepala di Daerah Perdesaan dan Perkotaan, 2008 ….………...… 73 23. Grafik Elastisitas Engel Komoditi Barang-barang Tahan Lama di
Daerah Perdesaan dan Perkotaan, 2008 ……..…………....…...… 73 24. Grafik Elastisitas Engel Komoditi Total Bukan Makanan di Daerah
Perdesaan dan Perkotaan, 2008 ………...…...… 74 25. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pendapatan di Daerah Perdesaan,
2008 ………...….……...… 74
26. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi
Padi-padian dan Umbi-umbian di Daerah Perdesaan, 2008 ….…...… 75 27. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi Ikan,
Daging, Telur dan Susu di Daerah Perdesaan, 2008 …….…….… 75 28. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi
xvi
Nomor Halaman
29. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi Makanan
dan Minuman Jadi di Daerah Perdesaan, 2008 …….………. 76
30. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi Total
Makanan di Daerah Perdesaan, 2008 ………...……….…. 77
31. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi Perumahan dan Fasilitas Rumah Tangga di Daerah Perdesaan, 2008 77
32. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi Aneka
Barang dan Jasa di Daerah Perdesaan, 2008 ………..……… 78
33. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi Pakaian,
Alas Kaki dan Tutup Kepala di Daerah Perdesaan, 2008 ……..… 78
34. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi
Barang-barang Tahan Lama di Daerah Perdesaan, 2008 ……… 79 35. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi Total
Bukan Makanan di Daerah Perdesaan, 2008 …...…………...…… 79 36. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pendapatan di Daerah Perkotaan,
2008 ……….………...… 80
37. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi
Padi-padian dan Umbi-umbian di Daerah Perkotaan, 2008 ….…...… 80 38. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi Ikan,
Daging, Telur dan Susu di Daerah Perkotaan, 2008 ….……….… 81 39. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi
Sayur-sayuran dan Buah-buahan di Daerah Perkotaan, 2008. …………. 81 40. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi Makanan
dan Minuman Jadi di Daerah Perkotaan, 2008 ….………. 82 41. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi Total
Makanan di Daerah Perkotaan, 2008 ………...……….…. 82
42. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi Perumahan dan Fasilitas Rumah Tangga di Daerah Perkotaan, 2008 83
43. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi Aneka
Nomor Halaman
44. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi Pakaian,
Alas Kaki dan Tutup Kepala di Daerah Perkotaan, 2008 ……..… 84
45. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi
Barang-barang Tahan Lama di Daerah Perkotaan, 2008 ……… 84
46. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi Total
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari banyak dari individu, perusahaan, dan
masyarakat akan selalu menghadapi persoalan-persoalan yang bersifat ekonomi,
yaitu persoalan yang menghendaki seseorang, suatu perusahaan atau suatu
masyarakat tertentu membuat keputusan tentang bagaimana caranya agar
penggunaan sumber-sumber daya atau pendapatan yang jumlahnya terbatas dapat
digunakan untuk memperoleh barang dan jasa yang dapat memberikan kepuasan
dan kemakmuran yang maksimum dari suatu kegiatan ekonomi. Kegiatan
ekonomi meliputi usaha seseorang, suatu perusahaan, atau suatu masyarakat untuk
memproduksi barang dan jasa serta mendistribusikannya maupun menggunakan
(mengkonsumsi) barang dan jasa tersebut oleh konsumen.
Setiap hari banyak dijumpai anggota masyarakat berusaha untuk
mendapatkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya. Perilaku mereka
merupakan salah satu variabel yang besar pengaruhnya dalam pasar dan bahkan
dalam perekonomian secara keseluruhan. Kegiatan ini tidak saja bermanfaat dan
menguntungkan bagi sektor rumah tangga tetapi juga bermanfaat bagi produsen,
lembaga keuangan, dan pemerintah.
Secara umum dapat dikatakan bahwa dalam setiap masyarakat mempunyai
jumlah kebutuhan yang tidak terbatas. Biasanya manusia tidak pernah merasa
puas dengan mendapatkan barang dan jasa yang mereka peroleh dan prestasi yang
keinginan-keinginan baru akan muncul. Di negara-negara yang sedang
berkembang keadaan seperti itu memang hal yang biasa. Konsumsi makanan yang
masih rendah dan kondisi perumahan yang kurang memadahi mendorong
masyarakat untuk berusaha mencapai taraf hidup yang lebih tinggi. Akan tetapi
negara-negara yang kaya seperti Amerika dan Jepang pun, masyarakatnya masih
mempunyai keinginan untuk mencapai kemakmuran yang lebih tinggi dari apa
yang bisa mereka capai sekarang ini.
Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang, dimana
dinamika perekonomian Indonesia pada tahun 2008 dibayangi oleh tekanan yang
cukup berat, terimbas oleh ketidakpastian pasar finansial global yang meningkat,
proses perlambatan ekonomi dunia yang signifikan, dan perubahan harga
komoditas global yang sangat drastis. Meskipun secara keseluruhan mampu
tumbuh hampir menyamai tahun sebelumnya, dimana pertumbuhan ekonomi
Indonesia secara keseluruhan tumbuh mencapai 6,1 persen pada 2008 atau sedikit
lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 6,3 persen. Kuatnya
tekanan yang berasal dari sumber eksternal tercermin pada kinerja neraca
pembayaran yang menurun, nilai tukar yang cenderung melemah dan inflasi yang
tinggi. Namun demikian, perkembangan ekonomi Indonesia tidaklah terlampau
buruk dibandingkan negara lain. Hal itu terutama terkait dengan masih kuatnya
permintaan domestik yang didukung oleh respons kebijakan fiskal dan moneter
yang relatif berhati-hati dan konsisten.Jika dilihat dari sumbernya, pertumbuhan
3
Dilihat dari distribusi PDB, pangsa konsumsi swasta masih dominan dan
merupakan kontributor terbesar terhadap total pertumbuhan ekonomi pada tahun
2008, meskipun cenderung menurun dibanding dengan tahun 2007. Di sisi
permintaan, imbas pelemahan permintaan global yang terjadi masih mampu
diimbangi oleh tingginya harga komoditas dunia sampai dengan paruh pertama
tahun 2008. Seiring dengan itu, ekspor dan investasi tumbuh meningkat.
Tingginya pertumbuhan ekspor dan investasi mendorong kenaikan daya beli
masyarakat sehingga konsumsi rumah tangga mampu tumbuh relatif tinggi di
paruh pertama 2008. Namun pada paruh kedua tahun 2008, merosotnya
pertumbuhan ekonomi global dan tingginya faktor ketidakpastian di pasar
finansial berimbas buruk pada ekspor Indonesia sehingga melambat secara
signifikan terutama pada triwulan IV-2008. Memburuknya prospek perekonomian
dunia tersebut pada gilirannya juga mendorong pengusaha untuk menunda
pengeluaran investasi dan meningkatkan efisiensi sehingga pertumbuhan investasi
melambat dan berimbas pada turunnya daya beli masyarakat, bahkan memicu
terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang menekan pertumbuhan
konsumsi masyarakat.
Sementara itu, melonjaknya harga minyak dan komoditas pangan dunia
berimbas pada tingginya inflasi IHK Indonesia yang mencapai 11,06 persen pada
tahun 2008. Berdasarkan disagregasi, kenaikan inflasi IHK terutama didorong
oleh meningkatnya harga-harga yang diatur Pemerintah (administered prices).
Sumbangan kelompok administered prices mencatat peningkatan hingga
tahun 2008. Kenaikan ini dipicu oleh tingginya lonjakan harga minyak dunia yang
memaksa Pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi sebesar 28,7
persen pada Mei 2008. Dampak kenaikan minyak juga diperparah oleh terjadinya
kelangkaan pasokan komoditas terkait seperti minyak tanah dan LPG di beberapa
daerah. Disamping dampak langsung (first round effect) sebesar 1,22 persen,
kenaikan harga BBM juga memengaruhi kenaikan tarif angkutan sebesar 0,82
persen (second round effect). Meskipun kondisi pasokan relatif terkendali,
kenaikan harga pangan dunia juga mendorong peningkatan sumbangan kelompok
volatile food dari 2,09 persen menjadi 2,59 persen. Beberapa faktor tersebut juga
mendorong kenaikan inflasi inti sebesar 1,73 persen dari 6,29 persen pada tahun
2007 menjadi 8,29 persen pada tahun 2008. Faktor lain yang mendorong kenaikan
inflasi inti adalah meningkatnya ekspektasi inflasi masyarakat terkait dengan
kenaikan harga komoditas pangan dunia dan gangguan distribusi pasokan (Bank
Indonesia, 2008).
Pada tahun 2008 konsumsi rumah tangga tumbuh meningkat dibandingkan
dengan tahun sebelumnya. Tingginya konsumsi rumah tangga ditopang oleh
stabilnya daya beli masyarakat dan membaiknya tingkat keyakinan konsumen.
Faktor yang menopang daya beli masyarakat antara lain adalah meningkatnya
pendapatan akibat lonjakan harga komoditas ekspor, kenaikan tingkat penghasilan
pekerja kelas menengah ke atas dan implementasi penyaluran BLT (bantuan
langsung tunai) oleh Pemerintah. Peningkatan daya beli juga terindikasi dari
pertumbuhan disposable income riil yang cenderung meningkat. Searah dengan
5
mengindikasikan kenaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara
itu, tingkat keyakinan konsumen yang sempat melemah akibat kenaikan harga
BBM pada pertengahan tahun kembali membaik sejalan dengan membaiknya
daya beli dan ekspektasi penghasilan ke depan.
Perubahan yang terjadi pada perilaku konsumen dalam mengkonsumsi
pangan dan nonpangan serta ketidakmerataan konsumsi komoditi tersebut
merupakan salah satu indikator yang dapat menunjukan tingkat kesejahteraan
masyarakat secara umum. Pengeluaran konsumsi pada berbagai jenis komoditi
pangan menggambarkan pemenuhan kebutuhan gizi, sedangkan pengeluaran
untuk konsumsi kelompok komoditi nonpangan menggambarkan tingkat
kesejahteraan masyarakat.
Penggunaan pendekatan tingkat pengeluaran konsumsi atas pangan dan
nonpangan diharapkan tingkat kesejahteraan masyarakat dapat digambarkan
secara lebih baik dan representatif. Beberapa peneliti telah melakukan analisis ini
diantaranya Engel dan Beckerman. Disamping itu juga perlu dilihat tingkat
pemerataan konsumsi masyarakat terhadap komoditi tersebut. Berdasarkan uraian
diatas, maka dianggap perlu untuk melakukan suatu analisis guna mengetahui
lebih dalam perubahan pola pengeluaran konsumsi masyarakat baik untuk
komoditi pangan maupun nonpangan sebagai akibat adanya perubahan tingkat
pendapatan yang diterima masyarakat beserta tingkat pemerataannya.
1.2. Perumusan Masalah
Beberapa aspek yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan
konsumsi beserta tingkat pemerataannya. Besarnya tingkat pendapatan seseorang
sangat menentukan besarnya tingkat dan pola konsumsi rumah tangga, sedangkan
tingkat pemerataan menggambarkan besarnya ketimpangan dan kesenjangan yang
terjadi pada masyarakat.
Salah satu indikator yang dapat menunjukan peningkatan kesejahteraan
masyarakat secara umum adalah pergeseran yang terjadi pada pola pengeluaran
masyarakat terhadap konsumsi pangan dan nonpangan. Pada kondisi ekonomi
yang terbatas, pemenuhan kebutuhan akan pangan menjadi prioritas utama rumah
tangga, akan tetapi jika kondisi ekonomi membaik, maka pilihan konsumsi akan
beralih pada komoditas nonpangan, seperti perumahan, pendidikan, kesehatan,
maupun rekreasi. Pengeluaran untuk pangan menggambarkan pemenuhan gizi
masyarakat, sedangkan pengeluaran untuk kelompok nonpangan menggambarkan
tingkat kesejahteraan masyarakat secara umum.
Konsumsi yang dimaksud dalam penulisan ini hanya terbatas pada
pengeluaran konsumsi rumah tangga (consumtion expenditure). Bukan pada
konsumsi pemerintah serta tidak juga berarti penjumlahan antara pengeluaran
konsumsi rumah tangga dan pengeluaran konsumsi pemerintah. Kemudian
pengeluaran konsumsi rumah tangga dibedakan kedalam kelompok makanan dan
bukan makanan.
Tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga dapat dilihat melalui besarnya
pendapatan yang diterima oleh rumah tangga yang bersangkutan. Mengingat data
pendapatan yang akurat sulit diperoleh, maka pendekatan yang sering digunakan
7
dilakukan oleh BPS, adalah melalui pendekatan pengeluaran rumah tangga.
Beberapa peneliti yang menggunakan pendekatan total pengeluaran rumah tangga
sebagai proxi pendapatan, diantaranya adalah Sundrum (1973), Hendra Esmara
(1974), Vounter Van Ginneken (1976), L.N. Pierra (1976), juga Dwight Y. King
and Peter D. Weldon (1977).
Berdasarkan uraian diatas, muncul pertanyaan bagaimanakah dampak
yang terjadi akibat perubahan tingkat pendapatan terhadap perubahan perilaku
masyarakat dalam mengkonsumsi berbagai komoditi baik pangan maupun
nonpangan serta kecenderungan apa yang terjadi pada masyarakat Indonesia pada
tahun 2008 dalam melakukan pengeluaran konsumsi. Disamping itu, seberapa
besar kesenjangan pengeluaran yang terjadi terhadap konsumsi pangan dan
nonpangan baik di daerah perdesaan maupun perkotaan.
1.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk :
1. Mengetahui besarnya pengaruh perubahan pendapatan terhadap perubahan
perilaku (pola) konsumsi masyarakat dalam mengkonsumsi komoditi pangan
dan nonpangan.
2. Mengetahui kecenderungan konsumen dalam mengkonsumsi komoditi
pangan dan nonpangan jika tingkat pendapatan masyarakat berubah.
3. Mengetahui tingkat ketimpangan konsumen dalam mengkonsumsi komoditi
pangan dan nonpangan pada berbagai tingkat pendapatan baik di daerah
1.4. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan dapat memerikan hasil yang bermanfaat,
diantaranya adalah :
1. Dapat memperkaya kajian mengenai perubahan perilaku konsumen dalam
mengkonsumsi komoditi pangan dan nonpangan di Indonesia jika tingkat
pendapatan berubah, serta besarnya tingkat kesenjangan yang terjadi.
2. Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah dalam rangka
meningkatkan kinerja perekonomian, khususnya mengenai tingkat konsumsi
masyarakat di masa mendatang.
3. Dapat digunakan sebagai rujukan dan masukan bagi rekan-rekan yang
berminat dan tertarik memperdalam penelitian mengenai perilaku
konsumen.
4. Dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai perilaku
konsumen dalam mengkonsumsi komoditi pangan dan nonpangan beserta
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Teori-teori
Konsumsi Masyarakat
Ketika kita menyantap makanan, mengenakan pakaian, atau pergi ke
tempat wisata, kita mengkonsumsi sebagian output perekonomian. Karena
konsumsi begitu besar, maka para ahli makroekonomi menghabiskan banyak
energi untuk mempelajari bagaimana rumah tangga memutuskan berapa banyak
konsumsinya. Rumah tangga membagi pendapatan yang bisa dibelanjakan
(disposible income) untuk konsumsi dan tabungan. Semakin tinggi pendapatan
yang bisa dibelajakan, semakin besar konsumsi. Hubungan antara konsumsi dan
pendapatan yang bisa dibelanjakan disebut fungsi konsumsi (consumption
function) (Mankiw, 2007).
Perilaku masyarakat dalam membelanjakan dari pendapatan yang
diperoleh untuk membeli barang dan jasa dalam teori ekonomi makro disebut
sebagai pengeluaran konsumsi (consumtion expenditure) atau konsumsi. Graham
Bannoch dan kawan-kawan dalam bukunya Economics memberi definisi
konsumsi sebagai pengeluaran total untuk membeli barang dan jasa pada suatu
perekonomian dalam jangka waktu tertentu (Universitas Terbuka, 1986).
Utilitas dan Pilihan
Setiap hari kita selalu membuat berbagai pilihan : kapan bangun tidur; apa
belajar, atau istirahat; atupun pilihan kita akan membeli sesuatu atau menyimpan
uang. Teori pilihan (theory of choice) menerangkan hubungan timbal balik antara
preferensi (pilihan) dengan berbagai kendala yang menyebabkan seseorang
menetukan pilihan-pilihannya. Model preferensi individu dirumuskan dengan
menggunakan konsep utilitas, yaitu kepuasan yang diterima seseorang akibat
aktivitas yang dilakukannya (Nicholson, 2002).
Tingkah laku konsumen didefinisikan oleh Loudon (1993), adalah
…. the decision process and physical activity individuals engage in when
evaluating, acquiring, using, or disposing of goods and services.
Teori tingkah laku konsumen menerangkan tentang bagaimana seorang
konsumen menentukan jumlah dan komposisi dari barang-barang yang akan dibeli
dari pendapatan yang diperolehnya. Pilihan konsumen atas berbagai alternatif
barang-barang yang dikonsumsi didasarkan pada asumsi :
1. Complete preferences, yaitu konsumen dapat melakukan ranking atas semua
kemungkinan pilihannya.
2. Transitivity of preferences, yaitu jika konsumen lebih suka kombinasi
pilihan barang A dari pada B dan B lebih disukai dari pada C, maka
konsumen juga lebih suka pilihan A dari pada C.
3. Non satiation, yaitu konsumen lebih suka jumlah yang lebih banyak dari
pada yang sedikit.
Pada dasarnya setiap orang menginginkan bahwa setiap kebutuhannya
dapat terpenuhi, namun hal ini dibatasi oleh beberapa kendala. Kendala ini dapat
11
berlaku. Keterbatasan ini secara umum disebut sebagai kendala anggaran (budget
line). Dimana seorang konsumen harus dapat membelanjakan dari pendapatan
yang diterimanya untuk memperoleh kombinasi barang-barang yang
diinginkannya. Sebagaimana seperti yang digambarkan oleh kurva dibawah ini.
Gambar 2.1. Maksimalisasi Utilitas
Permintaan Individu
Ekonom Prusia Ernst Engel (1821-1896) pernah meneliti tentang perilaku
rumah tangga dalam berkonsumsi, yaitu dengan meneliti hubungan antara
penghasilan dan konsumsi atas barang-barang tertentu. Dari data yang diperoleh,
Engel menarik kesimpulan bahwa proporsi penghasilan yang dibelanjakan untuk
makanan akan menurun ketika penghasilan meningkat. Hipotesis ini kemudian
dikenal dengan Hukum Engel (Engel’s Law) (Nicholson, 2002). Garis Anggaran (Budget Line)
Kurva Kepuasan Sama (Indifference Curve)
Kuantitas X Kuantitas Y
Y max
Untuk mengetahui besarnya perubahan permintaan konsumen atas barang
dan jasa sebagai akibat adanya perubahan pendapatan yang diterima masyarakat
dapat ditunjukan melalui koefisien elastisitas pengeluaran, yaitu :
tan pa umlahPenda PerubahanJ
Persentase
ngdanJasa luaranBara
umlahPenge PerubahanJ
Persentase Ei
Elastisitas pengeluaran dikatakan inelastis apabila mempunyai koefisien
elastisitasnya adalah kurang dari satu, yaitu apabila perubahan pendapatan
menimbulkan perubahan yang kecil saja terhadap perubahan jumlah barang dan
jasa yang dikonsumsi. Namun jika jumlah yang dikonsumsi berubah relatif lebih
banyak dibandingkan dengan perubahan jumlah pendapatan, maka hal ini
dikatakan elastis (Sukirno, 1996).
Ketimpangan Pendapatan dan Pengeluaran
Max Otto Lorenz (1905) seorang Statistisi Amerika menemukan kurva
yang menggambarkan distribusi komulatif pendapatan masyarakat, dan
menamakan kurva tersebut sesuai dengan namanya yaitu Kurva Lorenz. Dari
kurva ini diturunkan juga kurva lainnya yaitu Kurva Pemusatan, dimana kurva
pemusatan menggambarkan distribusi komulatif pengeluaran masyarakat
(Armein, 1999).
Kurva Lorenz dan Kurva Pemusatan diperoleh berdasarkan fungsi
distribusi pendapatan dan fungsi distribusi pengeluaran. Namun fungsi tersebut
sulit diperoleh dari data yang ada. Untuk mengatasi hal tersebut, Kakwani and
Podder (1976) mengajukan suatu cara yaitu dengan membuat suatu transformasi
13
Hal ini dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa Kurva Lorenz dan Kurva
Pemusatan berhubungan langsung dengan garis egalitarian, tanpa terlebih dahulu
harus mencari fungsi distribusi dari masing-masing kurva. Fungsi dari hasil
pendugaan langsung terhadap kurva tersebut dinamakan fungsi K-P.
Dari Kurva Lorenz juga dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar
tingkat ketimpangan atau ketidakmerataan distribusi pendapatan yang diterima
oleh berbagai kelompok masyarakat, misalnya dengan menghitung rasio Gini.
Rasio Gini adalah perbandingan antara luas daerah yang terletak antara kurva
Lorenz dan diagonal dengan luas daerah segitiga. Disamping itu, dari kurva
Lorenz juga dapat diperoleh Indeks Williamson dengan menghitung proporsi
pendapatan perkapita tiap kelompok masyarakat dengan menggunakan penimbang
proporsi penduduk sebagaimana yang akan dilakukan dalam penelitian ini.
Pada tahun 1965, Williamson memperkenalkan pengukuran ketimpangan
pendapatan dengan menggunakan metode Indeks Williamson atau yang dikenal
dengan nama indeks CVw. Indeks CVw. yang dihasilkan dari suatu perhitungan
akan sangat peka terhadap perbedaan data yang digunakan, sehingga angka yang
diperoleh cenderung lebih besar. Indeks ini biasanya digunakan dalam mengukur
ketimpangan pendapatan antardaerah, namun pada penelitian ini akan dicoba
untuk mengukur ketimpangan pengeluaran yang dilakukan oleh masyarakat
menurut jenis komoditi baik didaerah perdesaan maupun perkotaan.
Coefficient of variation atau CV merupakan ukuran ketimpangan lain yang
memenuhi keempat kriteria seperti pada koefisien Gini. Keempat kriteria tersebut
1. Prinsip anonimitas, yaitu ukuran ketimpangan seharusnya tidak tergantung
pada siapa yang memperoleh pendapatan lebih tinggi
2. Prinsip independensi skala, yaitu ukuran ketimpangan seharusnya tidak
tergantung pada ukuran perekonomian suatu negara.
3. Independensi populasi, yaitu ukuran ketimpangan seharusnya tidak
didasarkan pada jumlah penerima pendapatan.
4. Transfer (Pigou-Dalton), yaitu adanya asumsi bahwa semua pendapatan
yang lain dianggap konstan.
CV lebih sering digunakan dalam statistik dan juga dalam studi konvergensi
pendapatan internasional dan konvergensi indikator pembangunan yang lain
seperti tingkat harapan hidup dan tingkat melek huruf (Todaro dan Smith, 2006).
2.2. Penelitian-Penelitian Terdahulu
Rajif (1987) menganalisis berbagai perilaku konsumen dalam
mengkonsumsi barang-barang kebutuhan sehari-hari dengan menggunakan Engel
Law’s berdasarkan Kurva Lorenz dan Kurva Pemusatan. Disamping itu untuk
mempertajam analisanya, Rajif menambahkan Rasio Gini dalam melihat
ketimpangan pengeluaran dari berbagai tingkat pengeluaran. Elastisitas Engel
yang diperoleh menunjukan bahwa rata-rata komoditi kelompok pangan
mempunyai elastisitas yang cenderung menurun pada tingkat pendapatan yang
lebih tinggi, sedangkan kelompok komoditi nonpangan rata-rata mempunyai
elastisitas yang lebih stabil dan lebih elastis seiring bertambahnya tingkat
15
Sari (1999) meneliti mengenai perilaku konsumen yang sangat penting
artinya bagi seorang marketing. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa ketika
pasar relatif kecil maka perilaku konsumen dapat dideteksi secara langsung.
Tetapi kondisinya berbeda ketika pasar berkembang semakin besar. Krisis
moneter yang berkepanjangan mengakibatkan perubahan pada pola konsumsi
masyarakat. Konsumen menjadi sangat hati-hati dan rasional dalam
membelanjakan uangnya. Hal ini membutuhkan kejelian dan kepintaran bagi
seorang marketing dalam memandang konsumen, dimana tidak hanya menjadi
objek tetapi juga sebagai subjek yang harus dimintakan partisipasinya.
Prasojo (1999) menjelaskan perubahan perilaku masyarakat dalam
membeli (buying behaviour) dimasa krisis moneter 1997 dan strategi apa yang
seharusnya diterapkan oleh para marketing untuk mengantisipasi kondisi tersebut.
Dari hasil penelitiannya menunjukan bahwa dampak krisis ekonomi terhadap
konsumsi rumah tangga menunjukan kecenderungan memburuk. Sebagian besar
(63,74 persen) menjawab pola konsumsi mereka merosot tajam dan hanya 0,18
persen yang menjawab meningkat. Disamping itu juga bahwa sebagian besar
pendapatan mereka menurun dan hanya 3,82 persen yang menjawab membaik.
2.3. Kerangka Pemikiran
2.3.1. Model Penelitian
Penelitian ini tentang keterkaitan antara tingkat pendapatan yang diterima
masyarakat dengan besarnya konsumsi atas pangan dan nonpangan pada komoditi
juga melihat seberapa besar tingkat ketimpangan pendapatan dan pengeluaran
konsumsi atas komoditi-komoditi tersebut pada berbagai tingkat pendapatan di
daerah perdesaan maupun perkotaan.
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran mengenai Perilaku Konsumen
Sebagaimana terlihat pada gambar di atas bahwa rumah tangga menerima
pendapatan dari balas jasa faktor-faktor produksi dan menggunakan
pendapatannya tersebut untuk memperoleh (mengkonsumsi) barang dan jasa serta
sebagian lagi untuk di tabung. Penggunaan pendapatan untuk konsumsi
(pengeluaran) dapat dibedakan menjadi pengeluaran konsumsi pangan dan non
pangan. Dengan melihat perilaku yang terjadi di masyarakat, baik di daerah
perdesaan maupun perkotaan, dalam membelanjakan pendapatannya untuk
konsumsi pangan dan non pangan dapat digunakan untuk mengetahui pola
konsumsi masyarakat. Pada kondisi pendapatan terbatas, pemenuhan kebutuhan
masyarakat akan menjadi prioritas utama yang ditandai dengan pola pengeluaran
untuk pangan lebih besar dibanding dengan non pangan. Namun pada kondisi
masyarakat yang mempunyai tingkat pendapatan relatif cukup tinggi, maka Pendapatan Rumah
Tangga Desa - Kota
Pengeluaran Konsumsi
Non Pangan
Perilaku Konsumen dan Ketimpanagan Konsumsi
Desa - Kota
Pangan
17
pengeluaran untuk pangan mempunyai proporsi yang lebih kecil dibanding non
pangan. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat sudah pada tingkat yang
lebih sejahtera.
2.3.2. Definisi Peubah Operasional
1. Dampak yang terjadi akibat perubahan pendapatan terhadap perubahan
perilaku konsumen adalah akibat-akibat yang ditimbulkan dari berubahnya
pendapatan yang diterima masyarakat terhadap besarnya perubahan yang
dilakukan masyarakat dalam menggunakan (mengkonsumsi) komoditi
kelompok pangan dan komoditi kelompok nonpangan.
2. Elastisitas pengeluaran komoditi tertentu adalah rasio atau perbandingan
antara perubahan relatif dari pengeluaran konsumsi komoditi tertentu
dengan perubahan relatif dari pendapatan.
3. Kurva Engel merupakan suatu grafik yang menggambarkan hubungan
pengeluaran konsumsi untuk suatu jenis komoditi tertentu pada tingkat
pendapatan yang berbeda, dan dalam bentuk fungsi disebut fungsi Engel.
Sedangkan rasio antara proporsi perubahan pengeluaran konsumsi suatu
komoditi tertentu dengan proporsi perubahan tingkat pendapatan dari rumah
tangga disebut Elatisitas Pengeluaran atau Elastisitas Engel.
4. Kurva Lorenz merupakan suatu kurva yang menunjukan hubungan antara
proporsi komulatif dari jumlah pendapatan yang diterima dengan proporsi
komulatif jumlah penduduk setelah dilakukan pengurutan pendapatan dari
Gambar 2.3. Kurva Lorenz
5. Kurva Pemusatan merupakan suatu kurva yang menunjukan hubungan
antara proporsi komulatif dari jumlah pengeluaran dengan proporsi
komulatif jumlah penduduk setelah dilakukan pengurutan pendapatan dari
yang terendah sampai yang tertinggi.
6. Fungsi Kakwani and Podder atau disingkat fungsi K-P adalah suatu fungsi
untuk Kurva Lorenz atau Kurva Pemusatan yang menunjukan hubungan
antara garis Egalitarian dengan Kurva Lorenz atau Kurva Pemusatan dengan
menggunakan koordinat θ dan hasil dari transformasi.
7. Garis Egalitarian adalah suatu garis diagonal yang mempunyai sudut 45o
pada Kurva Lorenz dan Kurva Pemusatan yang menunjukan distribusi
pendapatan atau pengeluaran yang merata secara sempurna yang dilakukan
oleh masyarakat.
8. Indeks Williamson atau yang dikenal dengan nama indeks CVw.adalah suatu
angka indeks antara 0 dan 1 yang digunakan untuk mengukur tingkat Persentase Pendapatan
Persentase Penerima Pendapatan 100
0 100
19
ketimpangan atau ketidakmerataan distribusi pendapatan dan pengeluaran
antara berbagai kelompok masyarakat.
9. Pendapatan perkapita sebulan adalah perbandingan antara pendapatan yang
diterima oleh semua anggota masyarakat selama sebulan dengan banyaknya
anggota masyarakat.
10. Pengeluaran rata-rata perkapita sebulan adalah perbandingan antara biaya
yang dikeluarkan untuk konsumsi semua anggota rumah tangga selama
sebulan baik yang berasal dari pembelian, pemberian maupun produksi
sendiri dengan banyaknya anggota rumah tangga. Konsumsi rumah tangga
dibedakan atas konsumsi pangan maupun nonpangan tanpa memperhatikan
asal barang dan terbatas pada pengeluaran untuk kebutuhan rumah tangga
saja, tidak termasuk konsumsi atau pengeluaran untuk keperluan usaha atau
yang diberikan kepada pihak lain.
11. Pengeluaran perkapita sebulan adalah perbandingan antara biaya yang
dikeluarkan untuk konsumsi semua anggota masyarakat selama sebulan
dengan banyaknya anggota masyarakat.
12. Proporsi jumlah penduduk adalah rasio atau perbandingan antara jumlah
penduduk pada kelompok tertentu dengan jumlah penduduk seluruh
kelompok pada daerah tertentu.
13. Proporsi jumlah pendapatan adalah rasio atau perbandingan antara jumlah
pendapatan yang diterima oleh seluruh penduduk pada kelompok tertentu
dengan jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh penduduk pada
14. Proporsi jumlah pengeluaran adalah rasio atau perbandingan antara jumlah
pengeluaran yang dilakukan oleh seluruh penduduk pada kelompok tertentu
dengan jumlah pengeluaran yang dilakukan oleh seluruh penduduk pada
seluruh kelompok masyarakat.
15. Proporsi komulatif jumlah penduduk adalah komulatif dari proporsi jumlah
penduduk yang diurutkan sesuai dengan kelompok pendapatan, yaitu dari
yang terendah sampai yang tertinggi.
16. Proporsi komulatif jumlah pendapatan adalah komulatif dari proporsi jumlah
pendapatan yang diurutkan sesuai dengan kelompok pendapatan, yaitu dari
yang terendah sampai yang tertinggi.
17. Proporsi komulatif jumlah pengeluaran adalah komulatif dari proporsi
jumlah pengeluaran yang diurutkan sesuai dengan kelompok pendapatan,
yaitu dari yang terendah sampai yang tertinggi.
2.4. Hipotesis
Skripsi ini meneliti mengenai pola atau perilaku konsumen dalam
mengkonsumsi atas pangan dan nonpangan pada berbagai tingkat pendapatan
yang diterima. Sebagai dugaan sementara terhadap analisis ini maka diajukan
hipotesis bahwa proporsi pendapatan yang dibelanjakan untuk konsumsi pangan
di Indonesia pada tahun 2008 akan cenderung menurun pada tingkat pendapatan
III. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pendapatan dan
pengeluaran rata-rata perkapita menurut komoditi kelompok makanan (pangan)
dan bukan makanan (nonpangan) pada berbagai tingkat pendapatan. Sedangkan
jenis datanya adalah data cross section. Data ini dikelompokkan berdasarkan
daerah perdesaan dan perkotaan yang bersumber dari Survei Sosial Ekonomi
Nasional (Susenas) 2008 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), yang
telah dipublikasikan.
3.2. Metode Analisis
Didalam teori ekonomi mikro, preferensi atau pemilihan oleh konsumen
terhadap komoditi yang akan dikonsumsi, biasanya dimulai dengan suatu rencana
yang disebut rencana konsumsi. Rencana ini dibuat berdasarkan urutan-urutan
kebutuhan dari yang paling penting sampai yang relatif kurang penting. Hal ini
disebabkan karena terbatasnya alat-alat pemuas kebutuhan.
Johannes dan Budiono (1986) berpendapat bahwa ada tiga faktor yang
mempengaruhi rencana konsumsi yaitu pendapatan, tingkat harga, dan selera.
Pada penelitian ini hanya akan dibahas pengaruh dari perubahan tingkat
pendapatan terhadap pengeluaran konsumsi suatu komoditi atau sekelompok
komoditi, sedangkan faktor-faktor yang lain diluar pendapatan dianggap konstan.
pada tingkah laku dari pengeluaran (konsumsi) masyarakat sebagai akibat dari
perubahan pendapatan yang diterima masyarakat.
Pengeluaran konsumsi menurut Keynes, dipengaruhi oleh pendapatan.
Sebagaimana ditulis dalam bukunya yang berjudul The General Theory of
Employment, Interest, and Money. Keynes menduga bahwa kecenderungan
mengkonsumsi marjinal (marginal propensity to consume) adalah antara nol dan
satu dari jumlah yang dikonsumsi untuk setiap tambahan satu dolar. Ia menulis
bahwa hukum psikologis fundamental, yang harus kita yakini tanpa ragu, …..… adalah bahwa manusia sudah pasti, secara alamiah dan berdasarkan rata-rata,
untuk meningkatkan konsumsi ketika pendapatan mereka naik, tetapi tidak
sebanyak kenaikan pendapatan mereka.
Analisis pengaruh kekuatan pendapatan terhadap pengeluaran konsumsi
rumah tangga atas pangan dan nonpangan digunakan beberapa metode yaitu
analisis Engel dan analisis.Williamson. Analisis Engel untuk mengetahui
pengaruh kekuatan pendapatan terhadap pola konsumsi, sedangkan analisis
Williamson untuk mengetahui besarnya tingkat pemerataan.
3.2.1. Analisis Engel
Pola pengeluaran dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk menilai
tingkat kesejahteraan masyarakat, dimana semakin rendah persentase pengeluaran
untuk makanan terhadap total pengeluaran maka semakin baik tingkat
perekonomian masyarakat, sebagaimana hukum Engel. Analisis tentang pengaruh
23
sekelompok komoditi dikenal dengan teori elastisitas, yang dapat diselesaikan
berdasarkan suatu persamaan matematis.
Persamaan yang digunakan dalam analisis ini didasarkan pada kurva
Lorenz dan kurva Pemusatan yang satu sama lainnya diusahakan saling
berhubungan. Untuk melihat hubungan tersebut, maka dilakukan transformasi
koordinat untuk masing-masing kurva. Kurva Lorenz dan kurva Pemusatan yang
ditrasformasikan oleh Kakwani and Podder tersebut menghasilkan suatu fungsi
yang dinamakan fungsi Kakwani-Podder atau disingkat fungsi K-P.
Kurva Lorenz dan kurva Pemusatan dinyatakan dalam bentuk fungsi
peluang (probability distribution function) dari pendapatan dan pengeluaran.
Misalnya Y adalah pendapatan sedangkan f(y) adalah fungsi peluangnya dengan
rata-rata μ, maka :
F(Y) =
Y0 f(y) dy ………. (1).
menyatakan proporsi jumlah penduduk yang mempunyai pendapatan
kurang atau sama dengan Y,
sedangkan
F1(Y) =
1
Y0 y f(y) dy ………. (2).
menyatakan proporsi dari jumlah pendapatan yang diterima oleh
penduduk yang mempunyai pendapatan kurang atau sama dengan Y.
Kemudian untuk kurva Pemusatan, misalnya vi(Y) adalah suatu fungsi
pengeluaran atau disebut juga fungsi Engel untuk komoditi ke-i dengan rata-rata
F1[vi(Y)] =
menyatakan proporsi jumlah pengeluaran untuk komoditi ke-i
oleh penduduk yang mempunyai pendapatan kurang atau sama
dengan Y.
Hubungan antara F(Y) dengan F1[vi(Y)] dalam bentuk fungsi disebut kurva
Pemusatan.
Kakwani and Podder melakukan transformasi terhadap koordinat pada
kurva Lorenz dan kurva Pemusatan dengan maksud untuk memudahkan dalam
melakukan estimasi. Koordinat baru hasil transformasi yaitu θ dan yang
digunakan untuk melihat hubungan antara kurva Lorenz dan kurva Pemusatan.
Dengan menggunakan aturan vektor dari gambar diatas diperoleh :
25
dimana ; θ = panjang vektor dari A menuju C
panjang vektor dari B menuju D
maka persamaan kurva Lorenz adalah
= g(θ) ……….………… (6).
dimana θ bergerak dari 0 sampai√2.
Kemudian diperoleh turunan pertama dan turunan kedua dari persamaan
tersebut, yaitu :
diperoleh fungsi pendapatan, yaitu :
Berdasarkan kurva Pemusatan, dengan cara yang sama seperti pada kurva
Dari persamaan diatas maka dapat diperoleh turunan pertama dan turunan
kedua, yaitu :
Berdasarkan turunan pertama dari kurva Pemusatan, diperoleh fungsi
pengeluaran (fungsi Engel) untuk komoditi ke-i, yaitu :
vi(Y) =
Dalam menjelaskan hubungan-hubungan tersebut, Kakwani and Podder
memberikan fungsi K-P untuk kurva Lorenz dengan memodifikasi β menjadi :
= eaθα(√2-θ)β ……….……… (16).
dimana : e = 2,718281828459………….. sehingga
Ln = a + αLnθ + βLn(√2-θ) + e ………..……… (17).