PERAN CAMAT DALAM MENINGKATKAN KUALITAS
SUMBER DAYA MANUSIA
SUATU STUDI DI KANTOR KECAMATAN AMURANG, KABUPATEN MINAHASA SELATAN
Oleh : LIBERTY PIAY
Abstrak
Seiring dengan berjalannya era globalisasi, dan semakin ketatnya persaingan kerja seharusnya Camat Amurang Kabupaten Minahasa Selatan lebih memperhatikan keterampilan pegawai, dari tingkat pendidikan mereka yang disesuaikan dengan keahlian atau keterampilan berdasarkan kebutuhan organisasi pada masa sekarang, dan harus bertindak tegas terhadap pegawai yang tidak melaksanakan pekerjaannya dengan memberikan sanksi yang seharusnya. Tindakan tegas tersebut diambil agar hasil kerja pegawai sesuai dengan standar yang ada, namun tentunya agar hasil pekerjaan itu dapat sempurna haruslah didukung dengan menciptakan suasana linkungan kerja yang baik, agar pegawai tidak merasa tertekan didalam melaksanakan pekerjaannya, dengan demikian ada hubungan timbal balik antara pimpinan dan bawahan untuk saling mengisi sebagai tugas dan tanggung jawabnya.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyelenggaraan pemerintah kecamatan memerlukan adanya seorang pemimpin yang
selalu mampu untuk menggerakkan bawahannya agar dapat melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya untuk berpartisipasi dalam kegiatan pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan secara berdayaguna dan berhasilguna. Keberhasilan pembangunan akan
terlihat dari tingginya produktivitas, penduduk makmur dan sejahtera secara merata
(Budiman, 1995:4). Pendapat seperti itu di atas sejalan dengan Undang-undang Nomor 8
Tahun 1974. Tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang No. 43 Tahun 1999 yang dalam penjelasannya menyatakan bahwa kelancaran
kesempurnaan aparat Negara khususnya pegawai
negeri.
Kecamatan di lihat dari sistem pemerintahan Indonesia, merupakan ujung tombak dari
pemerintahan daerah yang langsung berhadapan dengan masyarakat luas. Cara birokrasi
pemerintahan secara keseluruhan akan banyak ditentukan oleh kinerja organisasi tersebut.
Masyarakat perkotaan yang peradabannya sudah cukup maju, mempunyai kompleksitas
permmasalahan lebih tinggi dibandingkan pada masyarakat tradisional sehingga diperlukan
aparatur pelayanan yang profesional.
Semangat de-birokratisasi menyongsong era industrialisasi sudah mulai dijiwai oleh
aparat pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun aparat pemerintah pusat yang ada di
daerah. Tetapi semangat tersebut saja tidak cukup untuk menguasai berbagia masalah
manajerial yang masilih melilit organisasi kecamatan dalam usaha mencapai tujuan
organisasi secara berhasil guna dan berdaya guna. Padahal capai organisasi di tingkat
kecamatan sebagai subsistem, berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap hasil
capai organisasi pemerintah secara keseluruhan. Hal ini sejalan yang di kemukakan oleh
Supriatna(2003:30) bahwa kualitas sumberdaya manusia dan kualitas pemimpin khususnya
merupakan faktor penentu sukses tidaknya organisasi atau usaha baik didunia bisnis maupun
didunia pendidikan, kesehatan, agama, sosial, politik, pemerintahan dan menentukan
keberhasilan lembaga dan organisasinya. Pemimpin harus mampu mengantisipasi perubahan
yang terjadi, dapat mengoreksi kelemahan, sanggup membawa organisasi kepada sasaran
dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.
Bertitik tolak dari permasalahan tersebut, peneliti merasa tertarik untuk mengkaji
permasalahan tersebut dan mencari alternatif pemecahan yang dituangkan dalam bentuk
laporan penelitian yang berjudul Peran Camat dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut
: Bagaimana Peran Camat dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia?
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif, yaitu jenis penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci, teknik pengumpulan data di lakukan secara triangulasi (gabungan), analisis
data bersifat induktif dan penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada
generalisasi. Disebut sebagai metode kualitatif karena data yang terkumpul analisisnya lebih
bersifat kualitatif (Sugiyono, 2008)
Pada prinsipnya peneliti melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun
alam. Oleh karenanya dalam meneliti harus ada alat ukur yang tepat untuk bisa memperoleh
hasil penelitian yang baik. Instrumen atau alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
daftar pertanyaan penelitian atau yang dirumuskan dalam beberapa pertanyaan untuk dijawab
oleh informasi sesuai dengan variabel yang akan diteliti.
PEMBAHASAN
Fungsi Pemberdayaan SDM Dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai Pada Kantor Kecamatan Amurang Kabupaten Minahasa Selatan.
Pelaksanan Pemberdayaan yang dilakukan pada Kantor Kecamatan Amurang
Kabupaten Minahasa Selatan apabila dihubungkan dengan proses-proses pokok
1. Faktor pendayagunaan dalam menciptakan suasana/iklim yang baik
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan pada kecamatan Amurang Kabupaten
Minahasa Selatan, tidak adanya pendayagunaan dalam menciptakan susana/iklim yang baik
antara atasan dan bawahan. Hal ini terlihat dari tidak adanya pengarahan dan petunjuk yang
diberikan camat kepada para pegawainya untuk penyelesaian tugas dan pekerjaan sering
dalam pemberian tugas dan pekerjaan tidak sesuai dengan bidang dan kemampuan para
pegawai sehingga para pegawai merasa tertekan.
Berdasarkan observasi, wawancara dan angket peneliti menganalisisa tidak adanya
pendayagunaan dalam menciptakan suasana/iklimyang baik pada Kecamatan Amurang
Kabupaten Minahasa Selatan, terbukti tidak adanya pengarahan dan petunjuk untuk
penyelesaian tugas-tugas yang diberikan kepada para pegawai, tugas yang diberikan tidak
sesuai dengan kemampuan dan bidang pegawai tersebut, sedangkan untuk mengelola
suatu organisasi atau intansi diperlukan adanya suasana kebersmaan dan keserasian dalam
penyelesaian tujuan, ini untuk meningkatkan kontribusi pegawai terhadap organisasi
dalam rangka meningkatkan kinerja pegawai, karena dengan terciptanya suasana/iklim
yang baik akan menjauhkan terjadinya ketegangan dan perasaan tertekan dalam penyelesaian
pekerjaan.
2 Faktor Potensi Pegawai dan Upaya-upaya Nyata
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan pada kantor Kecamatan Amurang
Kabupaten Minahasa Selatan, bahwa factor potensi yang dimiliki oleh masing-masing
pegawai sudah dapat dikatakan cukup dan sudah sesuai dengan bidang pekerjaan
pegawainya. Namun hal itu tidak menutup kemungkinan potensi yang dimiliki pegawai
Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan angket pada kantor Kecamatan
Amurang Kabupaten Minahasa Selatan, peneliti telah menganalisis bahwa factor potensi
merupakan hal yang utama bagi seorang pegawai didalam melaksanakan segala tugas
yang ada demi untuk memperbesar tanggung jawabnya, sehingga tujuan yang ada
dalam suatu badan usaha atau organisasi tersebut dapat tercapai dengan hasil yang maksimal,
karena mengingat banyaknya persaingan kerja yang begitu ketat sehingga keunggulan kerja
begitu diperhatikan oleh setiap organisasi baik swasta maupun pemerintah, maka pegawai
yang memiliki potensi bagus sangat diharapkan dan dibutuhkan dalam dunia kerja.
Dan lebih jelasnya peneliti akan mengemukakan tanggapan responden mengenai
langkah-langkah positif yang diambil pada kantor Kecamatan Amurang Kabupaten Minahasa
Selatan, dalam pelaksanaan Pemberdayaan SDM bahwa langkah-langkah positif itu berupa
pemberian peluang atau kesempatan bagi setiap pegawai untuk mengembangkan
kemampuannya agar pelaksanaan Pemberdayaan SDM tercapai dengan hasil yang lebih baik
lagi, dan melihat kenyataan itu bahwa langkah-langkah positif tersebut telah benar-benar
dijadikan penentu bagi keberhasilan tujuan yang akan dicapai.
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan pada kantor Kecamatan Amurang
Kabupaten Minahasa Selatan, bahwa factor peluang yang diberikan pada setiap pegawai telah
sesuai dengan standar yang ada terbukti dengan adanya pembukaan akses pada berbagai
peluang yang upaya utamanya adalah peningkatan taraf pendidikan, derajat kesehatan
dan akses-akses yang lain, sehingga kualitas kerja dan potensi pegawai dapat berkembang
sesuai dengan yang diharapkan,dengan demikian pelaksanaan pekerjaan akan selesai
dengan arahan dan aturan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan angket pada kantor Kecamatan
Amurang Kabupaten Minahasa Selatan, peneliti telah menganalisis bahwa pemberdayaan
pekerjaannya tersebut. Dengan adanya factor peluang yang diberikan kepada pegawai
tersebut maka pegawai akan terlepas dari ketidak bebasannya untuk lebih mengembangkan
potensi yang dimilikinya, tanpa adanya tekanan yang dapat menghambat perkembangan
sumber-sumber potensi pegawai tersebut.
2. Faktor Konsep Pemberdayaan atau Peraturan
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan pada kantor Kecamatan Amurang
Kabupaten Minahasa Selatan, factor konsep pemberdayaan yang disesuaikan dengan
peraturan dan perundangan yang berlaku sudah cukup diperhatikan. Hal ini terlihat ketika
adanya pegawai yang melanggar pelaksanaan pekerjaan, maka pegawai tersebut langsung
mendapat sanksi yang telah ditetapkan sesuai dengan perturan yang ada.
Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan angket peneliti menganalisis bahwa
factor konsep perturan tersebut memang sudah sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dan dengan adanya sanksi-sanksi yang tegas maka diharapkan para pegawai
bisa melaksanakan pekerjaan sesuai dengan peraturan yang ada, sehingga tercapai hasil kerja
yang maksimal. Dan konsep pemberdayaan merupakan gagasan yang ingin menempatkan
manusia itu sebagai subyek dari dunianya sendiri. Konsep pemberdayaan ini menekankan
pada proses menstimulasi, mendorong dan memotivasi individu dari pegawai agar
mempunyai kemampuan dan pemberdayaan yang dimiliki oleh setiap pegwai. Namun hal itu
tidak lepas dari ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan bersama.
3. Faktor Pengukuran Nilai/prestasi kerja
Berdasarkan hasil observasi, bahwa hasil kerja yang dicapai pegawai belum
dapat memenuhi standar kinerja pegawai yang sesungguhnya, dan kurang diperhatikan oleh
pegawai yang kurang mampu menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan selesai tepat pada
waktu yang ditentukan, ini membuktikan pegawai belum menyadari akan arti penting dari
ketepatan waktu seorang pegawai didalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya,
sehingga hasil kinerjanya pun kurang memuaskan dan tidak maksimal.
Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan angket, peneliti menganalisis bahwa
hasil kerja dari kinerja pegawai tidak tepat pada waktu yang ditentukan, merupakan inti
permasalahan dari Kantor Kecamatan Amurang Kabupaten Minahasa Selatan, hal ini terjadi
karena kurangnya kesadaran dari pegawai itu sendiri yang seharusnya menjadi tanggung
jawab pegawai, namun mereka tidak melaksanakannya dengan baik, walaupun kepala
Kecamatan Amurang Kabupaten Minahasa Selatan sering memberikan himbauan dan
peringatan keras, serta melakukan pengawasan yang intensif pada jam-jam kerja, namun hal
ituy kurang ditanggapi dengan baik oleh pegawainya. Adapun usaha-usaha lain
yang dilakukan adalah dengan memberikan semangat dan penghargaan kepada pegawai yang
mampu bekerja dengan baik, berdasarkan waktu yang telah ditentukan tapi tetap sja hal itu
terjadi berulangkali, sehingga kinerja yang ada tidak memuaskan.
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, bahwa faktor tanggung jawab
kurang diperhatikan oleh pegawainya, pegawai yang tidak menggunakan waktu dengan
efektif merupakan kesalahan yang cukup besar, karena tugas dan tanggung jawab itu tidak
hanya terbatas pada beberapa hal saja, tapi tentunya mencakup berbagai hal yang harus
diselesaikan tepat pada waktu yang ditentukan. Dengan demikian pegawai tersebut, tidak
bertanggung jawab terhadap pekerjaannya, sedangkan tanggung jawab seorang pegawai harus
dipenuhi karena merupakan kewajiban untuk kemudian mendapatkan hak sebagai seorang
pegawaipada kantor Kecamatan Amurang Kabupaten Minahasa Selatan, jika seluruh pihak
dalam suatu organisasi selalu melaksnakan tugas dan tanggung jawabnya masing- masing,
Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan angket, peneliti menganalisis bahwa
factor tanggung jawab pegawai belum diterapkan dengan baik sebagaimana
mestinya, akan tetapi kepala Kecamatan Amurang Kabupaten Minahasa Selatan kurang
memperhatikan factor tanggung jawab pegawai sebagai dasr untuk Pemberdayaan SDM, seg
tidak menggunakan dan memanfaatkan fasilitas komputerisasi yang merupakan alat yang
efektif dan mudah didalam penyelesaian pekerjaan, dibanding denga system manualisasi,
sedangkan pegawai yang mampu menyelesaikan pekerjaannya secara baik dan efektif sangat
dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja pegawai sesuai dengan apa yang diharapkan.
Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan angket, peneliti menganalisis bahwa
factor pengetahuan kerja masih kurang diperhatiakan. Ini terlihat dari masih adanya
paegawai yang belum bisa dan kurang terampil dalam pengoperasian fasilitas
komputerisasi. Ini terjadi karena kurangnya pendidikan dan pelatihan kerja, karena
pendidikan yang tinggi sekalipun tidak menjamin pegawai tersebut menjadi mahir dan
terampil dalam penggunaan fasilitas tersebut jika tidak adanya pelatihan kerja, karena dengan
kahlian dan pengetahuan tersebut akan dapat meningkatkan kinerja pegawai dan mampu
mempercepat penyelesaian tugas dan pekerjaan secara optimal dan memuaskan.
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan pada kantor Kecamatan Amurang
Kabupaten Minahasa Selatan, bahwa Camat memang kurang memeperhatikan tentang
gagasan-gagasan yang dimunculkan oleh setiap pegawai. Sudah seharusnya para pegawai
memiliki gagasan atau ide kreatif yang dimunculkan pada penyelesaian persoalan yang
menghambat pekerjaan dan tidak hanya bergantung kepada Pimpinan, begitu pula dengan
Kepala Kecamatan harus selalu siap menerima dan memberikan kebebasan kepada setiap
pegawai untuk memberikan gagasan-gagasan yang positif dalam memberikan solusi terhadap
penyelesaian pekerjaan. Dengan demikian semua unsur didalam suatu organisasi ikut andil
Berdasarkan hasil observasi, bahwa kehadiran kerja pegawai sangat diperhatikan dan
dilaksanakan dengan baik, terbukti ketika peneliti tiba sekitar pukul 07:00 WIB pagi di kantor
Kecamatan Amurang untuk penelitian, para pegawai telah berada di tempat, dan pada pukul
12:00-12:30 WIB waktu istirahat pegawai sampai akhirnya pada pukul 15:00 WIB pegawai
bersiap untuk pulang kerja. Dengan demikian absent kehadiran pegawai penuh sesuai dengan
peraturan yang diterapkan.
Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan angket peneliti menganalisis bahwa
factor kehadiran telah diperhatikan dan dilaksanakan dengan baik, Karena dengan adanya
disiplin korektif yang diterapkan merupakan disiplin pegawai. Dan bagi yang melanggar
disiplin tersebut akan diberikan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Berdasarkan hasil observasi, bahwa semangat kerja yang dimiliki masing- masing
pegawai sudah cukup diperhatikan, hal ini terlihat dari kehadiran pegawai yang selalu penuh
hal itu bias dikatakan bahwa para pegawai memiliki semangat kerja yang tinggi untuk
melaksanakan pekerjaan, yang sudah merupakan tugas dan tanggung jawab pegawai itu
sendiri.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Kecamatan Amurang Kabupaten
Minahasa Selatan, bahwa semangat kerja pegawai telah sesuai dengan apa yang diharapkan,
karena merupakan langkah awal bagi seorang pegawai untuk memulai melaksanakan
pekerjaan, karena tanpa adanya semangat kerja yang tinggi maka pelaksanaan kerja tidak
akan berjalan secara efektif sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan yang ada. Kepala
Kecamatan Amurang tidak hanya memberikan motivasi dan arahan saja namun juga
memberikan semangat kepada pegawai untuk selalu bekerja dengan cepat dan penuh
ketelitian. Dan tentinya hal itu didukung dengan suasana lingkungan organisasi yang
membuat para pegawai tidak merasa jenuh dan tertekan dalam bekerja, menciptakan
juga penghargaan (reward) bagi pegawai yang berprestasi merupakan salah satu factor yang
dapat menumbuhkan semangat kerja pegawai semakin tinggi.
C. Usaha-usaha Yang Dilakukan Dalam Menanggulangi Hambatan- hambatan Dalam
Pelaksanaan SDM Dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai Pada Kecamatan Amurang
Kabupaten Minahasa Selatan
Usaha-usaha yng dilakukan untuk mengatasi masalah yang menjadi hambatan dalam
pelaksanaan pemberdayaan SDM dalam meningkatkan kinerja pegawai adalah sebagai
berikut :
1. Dalam upaya pemberdayaan SDM, Kepala Kecmatan Amurang Kabupaten Minahasa
Selatan berusaha melakukan factor kuantitas/hasil kerja pegawai dengan tidak
memberikan sifat kepemimpinan yang monoton yang tidak menekan pegawai dalam
melaksnakan pekerjaannya, namun tetap tegas dan selalu memberlaukan sanksi-sanksi yang
ada, memberikan peringatan dan menjelaskan kepada pegawa bahwa begitu pentingnya
menggunakan dan memanfaatkan waktu yang tersedia agar hasil dari pekerjaan tersebut
berjalan secara optimal. Selain itu pimpinan sering memberikan motivasi, semangat dan
penghargaan (reward) bagi pegawai yang berprestasi.
2. Kepala Kecamatan Amurang Kabupaten Minahasa Selatan telah berusaha memperhatikan
pengetahuan/keterampilan memberikan teknik-teknik bekerja yang baik, memberikan
kebebasan pegawai untuk dapat mengembangkan potensi, keahlian/keterampilan yang ada,
mengenai dunia teknologi dan informasi agar mendapatkan SDM yang lebih berkualitas dan
berdaya guna.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada kantor Kecamatan Amurang
Kabupaten Minahasa Selatan, maka dapat disimpulkan :
- Fungsi Pemberdayaan SDM pada kantor Kecamatan Amurang Kabupaten Minahasa
Selatan terhadap kinerja pegawainya adalah merupakan suatu upaya nyata bagi
terciptanya SDM yang berkualitas, memiliki kemampuan memanfaatkan,
mengembangkan dan menguasai iptek, serta kemampuan manajemen. Untuk dapat
memenuhi tantangan peningkatan perkembangan yang semakin cepat, efisien dan
produktif.
- Faktor penghambat dari kantor Kecamatan Amurang Kabupaten Minahasa Selatan,
adalah kurangnya kepala Kecamatan Amurang Kabupaten Minahasa Selatan dalam
memperhatikan kuantitas/jumlah hasil kerja dan keterampilan pegawai, dikarenakan
kurangnya ketegasan dari kepala Kecamatan Amurang Kabupaten Minahasa Selatan
memberikan peringatan dan pengarahan bahwa tingkat pendidikan yang dimiliki para
pegawai harus diseimbangkan dan disesuaikan dengan keahlian dan pengetahuan kerja,
agar seseorang pegawai mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya secara efektif
dan berkualitas.
- Usaha yang dilakukan kepala Kecamatan Amurang Kabupaten Minahasa Selatan, dengan
tidak memberikan sifat kepemimpinan yang monoton yang tidak menekan pegawai dalam
melaksanakan tugas pekerjaannya, namun tetap tegas dan selalu memberlakukan
sanksi yang ada, memberi peringatan dan menjelaskan kepada pegawai bahwa
begitu pentingnya menggunakan dan memanfaatkan waktu yang tersedia agar hasil dari
pekerjaan tersebut berjalan secara optimal, selain itu pimpinan sering memberikan
memberikan teknik bekerja yang baik untuk dapat mengembangkan potensi, keahlian dan
keterampilan pegawai mengenai dunia teknologi dan informasi.
- 1) Komunikasi pimpinan camat sangat berperan dalam meningkatkat kinerja
pegawai pada kantor camat Amurang. Hal ini terlihat sebagaimana peranan camat sebagai
seorang pencipta, sebagai perencana, sebagai ahli, sebagai pemegang tanggung jawab
kelompok, sebagai pemberi informasi, mengendalikan konflik, membangun tim,
pengambilan keputusan. Secara keseluruhan peranan tersebut sudah berjalan dengan
baik, terlihat adanya hubungan komunikasi yang baik antara pimpinan dengan
bawahan dan sebaliknya serta komunikasi sesama pegawai, dimana instruksi yang
disampaikan pimpinan jelas dan dapat diterima serta dijalankan dengan baik oleh
pegawai. Terciptanya suasana kerja yang kondusif, penuh kekeluargaan dan kerja
sama. 2) Ada beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi pimpinan dalam
meningkatkan kinerja pegawai pada kantor camat Amurang kabupaten Minahasa Selatan.
Faktor tersebut adalah pertama faktor pendukung yaitu kemampuan komunikasi
pimpinan, adanya keterbukaan antara camat dan pegawai. Kedua faktor penghambat
yaitu tingkat pengalaman dan pendidikan pegawai, gangguan psikologi, rintangan budaya
atau kebiasaan, keahlian dan sumber daya manusia, serta sarana dan prasarana.
- Berdasarkan kesimpulan yang diambil dari temuan di lapangan, penulis memberikan
saran saran sebagai berikut : 1) Dalam menjalin komunikasi dengan pegawai
dalam rangka meningkatkan kinerja pegawai, camat diharapkan mampu melakukan
komunikasi kepemimpinan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. 2) Camat
diharapakan menerapkan sanksi yang tegas terhadap pegawai yang tidak disiplin, karena
ketidakdisplinan pegawai tersebut berdamapak buruk pada kinerja dan pencapaian tujuan
instansi yang dipimpin serta dapat merekrut pegawai sesuai dengan kualifikasi
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis, saran yang dapat dianjurkan adalah
sebagai berikut :
o Untuk dapat meningkatkan Pemberdayaan SDM pada kantor Kecamatan Amurang
Kabupaten Minahasa Selatan, diperlukan pegawai yang berwawasan mengenai iptek
maupun dibidangnya, memiliki skill untuk lebih ditingkatkan, berpengalaman, selalu
mengembangkan potensi dan kemampuannya, agar menjadikan seorang pegawai lebih
berkualitas, untuk dapat meningktakan perkembangan yang cepat, efisien dan produktif
didalam pekerjaannya sehingga mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan hasil
kerja yang maksimal.
o Seiring dengan berjalannya era globalisasi, dan semakin ketatnya persaingan kerja
seharusnya Camat Amurang Kabupaten Minahasa Selatan lebih memperhatikan
keterampilan pegawai, dari tingkat pendidikan mereka yang disesuaikan dengan
keahlian atau keterampilan berdasarkan kebutuhan organisasi pada masa sekarang, dan
harus bertindak tegas terhadap pegawai yang tidak melaksanakan pekerjaannya dengan
memberikan sanksi yang seharusnya. Tindakan tegas tersebut diambil agar hasil kerja
pegawai sesuai dengan standar yang ada, namun tentunya agar hasil pekerjaan itu dapat
sempurna haruslah didukung dengan menciptakan suasana linkungan kerja yang baik,
agar pegawai tidak merasa tertekan didalam melaksanakan pekerjaannya, dengan
demikian ada hubungan timbal balik antara pimpinan dan bawahan untuk saling mengisi
sebagai tugas dan tanggung jawabnya.
o Seharusnya pimpinan meniadakan batasan-batasan bahwa pimpinan adalah seorang yang
mempunyai wewenang penuh didalam pengambilan setiap keputusan dalam pekerjaan,
lingkungan organisasi yang baik, adalah dengan adanya saling dukungan dan jarak antara
pimpinan kepada bawahan, sehingga pegawai tidak menganggap bahwa seorang
pimpinan adalah orang yang harus ditakuti dan disegani, dan dapat membuat para
pegawai tidak berkembang dan akhirnya pegawai selalu bekerja dengan penuh tekanan,
yang dapat menghambat proses pekerjaan, namun tentunya semua itu dilandasi
semata-mata untuk kepentingan dan kebutuhan organisasi atau intansi tersebut, dan
pimpinan tidak menganggap bahwa bawahan adalah objek untuk pimpinan melakukan
hal yang sewenang-wenang ketika pegawai melakukan kesalahan dalam pekerjaan,
pimpinan langsung menegur didepan pegawai yang lainnya dengan penuh kemarahan,
dan tanpa ada kesopanan yang melandasi dirinya sebagai pimpinan, sedangkan didalam
suatu organisasi atau intansi tersebut antara pimpinan dan bawahan saling bergantung
satu sama lain agar tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dapat terwujud dengan hasil
DAFTAR PUSTAKA
Gomez, Faustinu Cardoso. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : Andi.
Hasibuan, Malayu S.P. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Bumi aksara.
Kartasasmita, Ginanjar.1996. Pemberdayaan Masyarakat. Mangkunegara, Anwar Prabu. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.
Prijono, Onny. S., dan A.M.W Pranaka.1996. Pemberdayaan Konsep Kebijakan dan Implementasi
Sedarmayanti.1999. Restrukturisasa Dan Pemberdayaan Organisasi Untuk Menghadapi Dinamika Perubahan Lingkungan.
2001. Manajemen Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Minahasa Selatan : CV. Mandar Maju.
N.Graafland, Inilah Kitab Deri Hal Tanah Minahasa Rotterdam, 1874. Adrianus Kojongian dkk., Ensiklopedia Tou Manado .
Arief, Budiman, 1995, Teori Pembangunan Dunia Ketiga, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Umum
Budiharto, Widodo, 2006, Belajar Sendiri Membuat Robot Cerdas, Jakarta : Ex Media Komputindo
Baban Soebandi dkk, Desentralisasi dan Tuntutan Penataan Kelembagaan Daerah, Bandung. Cushway, Barry, Derek Lodge, 1987, Organisasi Behaviour And Design Perilaku dan Desain
Organisasi. Jakarta. PT. Elexmedia Komputindo.
Goems, Faustino Cardoso, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Andi Offset.
Fattah, Nanang, 1999, Landasan Manajemen, Bandung : Rosda Karya
Hasibuan Malayu S. P. (2002) Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara.
Hasibuan, Sayuti (2000), Manajemen Sumber Daya Manusia : Pendekatan Non Sekunder : Surakarata. Penerbit Muhammadiyah University Press.
Horton Paul B dan Hunt Chester, 1999. Sosiologi Jilid I edisi ke Enam. Jakarta Erlangga. Nawawi, Hadari, 2003. Metode Penelitian Bidang Sosial. Jakarta. Gadjah Mada University. Prawirosentono, Suryadi. 1999. Kebijakan Kinerja Karyawan. Yogyakarta : BPFE.
Rivai, Veithzal, 2005. Performance Appraisal. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.
Soedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung : Mandar Maju.
Sadili Samsudi. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung Pustaka Setia.
Supriatna, Tjaya, 2000, Administrasi Birokrasi dan Pelayanan Publik, Nimas, Multima Jakarta.
Soerjono Sokanto, 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. PT. Rajawali. Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Keduabelas. 2008 Tjiptono. 1995. Strategi Pemasaran. Andi Offset, Jogyakarta.
Wasistiono, Sadu, 1991. Organisasi Kecamatan, Mekar Rahayu, Bandung. -N.Graafland, Inilah Kitab Deri Hal Tanah Minahasa Rotterdam, 1874. -Adrianus Kojongian dkk., Ensiklopedia Tou Manado .