• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGGANTIAN JARUM INFUS SETIAP TIGA HARI DENGAN KEJADIAN PLEBITIS DI RUMAH SAKIT WAVA HUSADA KEPANJEN MALANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN PENGGANTIAN JARUM INFUS SETIAP TIGA HARI DENGAN KEJADIAN PLEBITIS DI RUMAH SAKIT WAVA HUSADA KEPANJEN MALANG"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGGANTIAN JARUM INFUS SETIAP

TIGA HARI DENGAN KEJADIAN PLEBITIS

DI RUMAH SAKIT WAVA HUSADA KEPANJEN MALANG

SKRIPSI

Disusun oleh : Af-idatur Rosyidah

07060046

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)

i

HUBUNGAN PENGGANTIAN JARUM INFUS SETIAP

TIGA HARI DENGAN KEJADIAN PLEBITIS

DI RUMAH SAKIT WAVA HUSADA KEPANJEN MALANG

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Keperawatan (S.Kep) Pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang

Disusun oleh : Af-idaturRosyidah

0706004

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

HUBUNGAN PENGGANTIAN JARUM INFUS SETIAP TIGA

HARI DENGAN KEJADIAN PLEBITIS DI RUMAH SAKIT

WAVA HUSADA KEPANJEN MALANG

Disusun oleh:

AF-IDATUR ROSYIDAH

07060046

Skripsi ini di ujikan pada Tanggal 03 Febuari 2012

Penguji I, Penguji II,

Drs. Ainur Rofieq, M. Kes Rohmah Susanto, S.Kep.,Ners

NIP.19651001.19900311.004 NIP.UMM. 112.0309.0392

Penguji III, Penguji IV,

Prof. Dr Sujono, M.Kes Aini Alifatin, S.Kep.M.Kep

NIP.UMM.131.8770.94 NIP.UMM. 112.9311.0305

Mengetahu

Dekan fakultas ilmu kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang

(4)

iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Af-Idatur Rosyidah Nim : 07060046

Jurusan : Program Studi Ilmu Keperawatan FIKES UMM

Judul Skripsi : Hubungan penggantian jarum infus setiap tiga hari dengan kejadian plebitis di rumah sakit Wava Husada Kepanjen

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambialihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila kemudian hari dapat dibuktikan bahwa tugas akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi perbuatan tersebut.

Malang, Juli 2011

Yang Membuat Pernyataan,

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan bimbinganNya saya

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan Penggantian Jarum Infus Setiap Tiga Hari dengan Kejadian Plebitis di RS Wava Husada Kepanjen Malang“. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

Bersamaan ini perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dengan tulus kepada :

1. Tri Lestari Handayani, M.Kep., Sp.Mat selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Nurul Aini, MKep, Ns selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Drs. Ainur Rofieq, M.Kes selaku pembimbing I sekaligus penguji I yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingannya dalam penyusunan penelitian ini.

4. Rohma Susanto, S.kep.Ns selaku pembimbing II sekaligus penguji II yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingannya dalam penyusunan penelitian ini.

5. Prof. Dr Sujono, M.Kes selaku penguji III dalam skripsi ini. Terimakasih atas saran yang telah diberikan guna menambah pengatahuan saya dalam penyelesaian penelitian ini.

6. Aini Alifatin,Mkep,.Ners selaku penguji IV dalam skripsi ini. Terimakasih atas masukan-masukannya dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Kepala RS Wava Husada Kepanjen, Malang yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

8. Pak Kolis selaku kepala fungsional keperawatan di RS Wava Husada Kepanjen. Terimakasih atas bantuannya dalam pendataan responden dalam penelitian ini. 9. Perawat-perawat yang bekerja di RS Wava Husada Kepanjen Malang yang telah

membantu dalam pencarian responden dalam penelitian ini.

(6)

v

11. Ayah, Ibu tercinta yang telah memberikan dukungan serta nasehatnya selama menempuh pendidikan ini.

12. Semua dosen PSIK UMM yang telah memberikan ilmu, pendidikan serta bimbingan kepada saya selama menjadi mahasiswa di PSIK UMM.

13. Temen-temen yang telah memberikan motivasi kepada saya dalam penyelesaian penelitian ini.

Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Mohon maaf atas segala kesalahan dan ketidaksopanan yang mungkin telah saya perbuat. Semoga Allah SWT senantiasa memudahkan setiap langkah-langkah kita menuju kebaikan dan selalu menganugerahkan kasih sayang-Nya untuk kita semua. Amin.

Malang, 03 Februari 2012

(7)

INTISARI

Hubungan Penggantian Jarum Infus Setiap Tiga Hari dengan Kejadian Plebits di RS Wava Husadah Kepanjen Malang

Af-Idatur Rosyidah1, Ainur Rofieq2, Rohma Susanto3

Latar belakang : Penggunaan infus merupakan salah satu bagian dari pengobatan yang digunakan untuk memasukkan obat atau vitamin kedalam tubuh pasien. Infeksi dapat menjadi komplikasi utama dari terpi intravena (IV) terletak pada sistem infus atau tempat menusukkan vena. Plebitis merupakan inflamasi vena yang disebabkan baik dari iritasi kimia maupun mekanik yang sering disebabkan oleh komplikasi dari terapi intravena. Plebitis dikarakteristikan dengan adanya dua atau lebih tanda nyeri, kemerahan, bengkak, indurasi, dan teraba mengeras di bagian vena yang terpasang kateter intravena, plebitis dapat terjadi apabilah dilakukan penggantian jarum infus lebih dari tiga hari.

Metode : Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

penelitian observasi analitik dengan pendekatan case control. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 60 pasien rawat inapa yang terpasang infus di RS Wava Husada Kepanjen Malang. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan total sampling. Dengan variabel independen adalah penggantian jarum infus setiap tiga hari. Analisa data yang digunakan adalah dengan uji Chie Square dengan taraf signifikasi 0,01.

Hasil : Dari Chie Square didapatkan hasil P<0,01 maka Ho ditolak. Pemberian ASI

eksklusif dengan nilai p < 0,01, maka penggantian jarum infus setiap tiga hari berhubungan dengan kejadian plebitis.

Kesimpulan : Ada hubungan yang bermakna antara penggantian jarum infus setiap

tiga hari dengan kejadian plebitis di RS Wava Husada Kepanjen Malang.

Kata Kunci :Penggantian Jarum Infus, plebitis

1. Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang 2. Dosen Universitas Muhammadiyah Malang

(8)

vii

ABSTRACT

The Relation of the Infusion Needles Replacement Every Three Days with Phlebitis Occurrence in Wava Husada Hospital Kepanjen Malang

Af-idatur Rosyidah, Ainur Rofieq, Rohmah Susanto

Background: The use of infusion is one part of the treatment which is used to

incorporate drugs or vitamins into the body of the patient. Infection can be a major complication of intravenous (iv) which is located on the infusion system or the place chemical irritation or mechanical whichius often caused by complications of

intravenous therapy. Phlebitis is characterized by the presence of two or more signs of pain, redness, swelling, indurations, and hardened in the vein part, phlebitis can occur if there is needle infusion replacement is done more than three days.

Methods: The research design which is used in this research was observational

analytic with case-control approach. The sample in this research was 60 patients who got infusion hospitalized in Wava Husada Hospital Kepanjen Malang. Sampling technique in this research used total sampling. The independent variable is the replacement of needle infusion every three days. Data analysis which is used is by Chie Square test with significance level 0.01.

Results: From Chie Square was obtained the result P <0,01 so Ho is rejected. So the replacement of needle with P <0,01 value, so the replacement of needle infusion every three days is related to the phlebitis occurrence.

Conclusion: There is a significant relation between the infusion needle replacement

every three days with phlebitis occurrence in Wava Husada Hospital Kepanjen Malang.

Key words: Infusion Needles Replacement, Phlebitis.

1.Student of Study Program of Nursery Science, Health Science Faculty, UMM 2. Lecture of Malang Muhammadiyah University

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

INTISARI. ... vii

ABSTRACT. ... viiii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1 Tujuan umum ... 3

1.3.2 Tujuan khusus ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.4.1 Bagi Peneliti ... 4

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan ... 4

1.4.3 Bagi Rumah Sakit ... 4

1.5 Keaslian penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Konsep Infus ... 7

2.1.1 Definisi Infus Cairan Intravena ... 7

2.1.2 Indikasi Pemasangan Infus melalui Jalur Pembuluh Darah Vena (Peripheral Venous Cannulation) ... 7

2.1.3 Kontraindikasi dan Peringatan pada Pemasangan Infus Melalui Jalur Pembuluh Darah Vena ... 8

(10)

ix

2.1.5 Jenis Cairan Infus ... 8

2.1.6 Faktor-Faktor yang Diperhatikan dalam Pemberian Terapi Cairan Intravena ... 10

2.1.7 Lokasi pemberian cairan intravena ... 12

2.1.8 Pemilihan Vena ... 12

2.1.9 Keuntungan Kerugian ... 14

2.1.10 Ukuran Jarum Therapi Intrvena (Infus) ... 14

2.1.11 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memasang infus ( kewaspadaan)... 15

2.2 Konsep Plebitis ... 17

2.2.1 Definisi Plebitis ... 17

2.2.2 Faktor-faktor Penyebab Plebitis ... 17

2.2.3 Penilaian Plebitis Secara Visua ... 19

2.2.4 Pencegahan Plebitis ... 19

2.3 Hubungan Penggantian Infus Setiap Tiga Hari dengan Kejadian Plebitis ... 22

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS... 25

3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 25

3.2 Hipotesis Penelitian ... 26

BAB IV METODELOGI PENELITIAN ... 28

4.1 Desain Penelitian ... 28

4.2 Populasi, Sampel dan Sampling ... 29

4.2.1 Populasi ... 29

4.2.2 Sampel ... 29

4.2.3 Teknik Sampling ... 30

4.3 Variabel Penelitian ... 30

4.4 Definisi Operasional ... 30

4.5 Tempat Penelitian ... 32

4.6 Waktu penelitian ... 32

4.7 Instrumen Penelitian ... 32

4.8 Prosedur Pengumpulan Data ... 33

4.9 Analisis Data ... 34

(11)

BAB V HASIL PENELITIAN ... 38

5.1 Hasil Penelitian ... 39

5.1.1 Data Khusus ... 41

5.2 Hasil Analisis Data ... 43

BAB VI PEMBAHASAN ... 45

6.1 Gambaran Penggantian Jarum Infus di Rumah Sakit Wava Husada Kepanjen Malang ... 45

6.2 Kejadian Plebitis ... 46

6.3 Hubungan Penggantian Jarum Infus setiap Tiga Hari dengan Kejadian Plebitis ... 47

6.4 Hubungan Penggantian Jarum Infus dan Aangka Kejadian Odds Ratio dengan Kejadian Plebitis ... 48

6.5 Keterbatasan Penelitian... 49

6.6 Implikasi Keperawatan ... 49

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

7.1 Kesimpulan ... 51

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Definisi Operasional ... 32 5.1 Distribusi Frekuensi Umur Responden di Rumah Sakit Wava Husada

Kepanjen. ... 39 5.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin di Rumah Sakit Wava Husada

Kepanjen ... 40 5.3 Lama Masuk Rumah Sakit (MRS) di Rumah Sakit Wava Husada

Kepanjen ... 40 5.5 Cara Penggantian Jarum di Rumah Sakit Wava Husada Kepanjen ... 42 5.6 Jenis Penyakit yang Diderita Pasien di Rumah Sakit Wava Husada

Kepanjen ... 42 5.7 Kejadian Plebitis di Rumah Sakit Wava Husada Kepanjen ... 43 5.8 Tabulasi Silang antara Lama Penggantian Jarum Dengan Kejadian

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Permohonan ijin pendahuluan dan ijin penelitian ... 55

2. Surat Permohonan ijin pendahuluan dan ijin penelitian RS. WAFA HUSADA Kepanjen... 56

3. Lembar persetujuan menjadi responden ... 57

4. Lembar observasi ... 58

5. Data hasil observasi ... 59

6. Perhitungan SPSS ... 60

7. Lembar kuesioner ... 61

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Azis Alimun, 2002. Riset Keperawatan dan Teknis Penulisan Ilmiah. Jakarta, Salemba Medika.

Hidayat. A.A, 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep Dan Proses Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika.

La Rocca Joanne C, Otto Shirley E. 1998. Terapi Intravena. Jakarta : EGC.

Perry and Potter, 1999. Keterampilan dan Prosedur Dasar. Jakrta. EGC.

Potter, P.A. 2004 Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktek edisi 4, alih bahasa Renata Komalasari, Jakarta, EGC

Sastroasmoro, Ismael.(1995). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara

Sugiyono.(2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta

Weinstein, Sharon M. 2000. Terapi Intravena. Jakarta : EGC.

http://nesapramonoagung.wordpress.com/2010/10/19/flebitis/.Diakses pada tanggal 15 Juli 2011

http://rotinsulunurse.blogspot.com/2010/06/kenapa-infus-sering-macetbengkakflebiti.html Diakses pada tanggal 20 Agustus 2011

http://www.sehatgroup.web.id/?p=200. Diakses pada tanggal 11 Agustus 2011

http://puskesmas-oke.blogspot.com/2008/12/prosedur-terapi-intravena-iv.html. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2011

http://andimursyidah.wordpress.com/2011/02/02/terapi-intravena-pemasangan-infus/. Diakses pada tanggal 10, Juni 2011

http://bayu-rahmanto.blogspot.com/2010/06/plebitis-di-bengkulu.html Diakses pada tanggal 10 Oktober 2011

http://dijibril.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 11 Oktober 2011

http://nesapramonoagung.wordpress.com.Diakses tanggal 12 Juni 2011

http://skripsi-qt.blogspot.com/2011/01/faktor-yang-berhubungan-dengan.html. Diakses pada tanggal 16 Oktober 2011

http://ardyanpradana007.blogspot.com/2011/04/bab-i-pendahuluan.html. Diakses pada tanggal 17 Oktober 2011

(16)

xv

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan infus merupakan salah satu bagian dari pengobatan yang

digunakan untuk memasukkan obat atau vitamin kedalam tubuh pasien. Infeksi dapat

menjadi komplikasi utama dari terpi intravena (IV) terletak pada sistem infus atau

tempat menusukkan vena (Darmawan, 2008). Plebitis merupakan inflamasi vena yang

disebabkan baik dari iritasi kimia maupun mekanik yang sering disebabkan oleh

komplikasi dari terapi intravena. Plebitis dikarakteristikan dengan adanya dua atau

lebih tanda nyeri, kemerahan, bengkak, indurasi, dan teraba mengeras di bagian vena

yang terpasang kateter intravena, (La Rocca, 1998). Plebitis dapat menyebabkan

thrombus yang selanjutnya menjadi tromboplebitis, perjalanan penyakit ini biasanya jinak,

tapi walaupun demikian jika thrombus terlepas kemudian diangkut dalam aliran darah

dan masuk kejantung maka dapat menimbulkan gumpalan darah seperti katup bola

yang bisa menyumbat atrioventrikular secara mendadak dan menimbulkan kematian,

(Sylvia, 1995).

Secara sederhana plebitis berarti peradangan vena. Plebitis berat hampir selalu

diikuti bekuan darah, atau trombus pada vena yang sakit. Banyak faktor telah

dianggap terlibat dalam patogenesis plebitis, antara lain: faktor-faktor kimia seperti

obat atau cairan yang iritan, faktor-faktor mekanis seperti bahan, ukuran kateter,

lokasi dan lama kanulasi serta agen infeksius. Faktor pasien yang dapat

mempengaruhi angka plebitis mencakup, usia, jenis kelamin dan kondisi dasar (yakni.

diabetes melitus, infeksi, luka bakar). Suatu penyebab yang sering luput perhatian

adalah adanya mikropartikel dalam larutan infus dan ini bisa dieliminasi dengan

(18)

2

Pemberian obat melalui wadah cairan intravena merupakan cara memberikan

obat dengan menambahkan atau memasukan obat ke dalam wadah cairan intravena

yang bertujuan untuk meminimalkan efek samping dan mempertahankan kadar

terapeutik dalam darah, (Mulh, 2006). Dalam penyuntikan obat atau pemberian

infuse IV, dan pengambilan sampel darah) merupakan jalan masuk kuman yang

potensial kedalam tubuh, pH dan osmololaritas cairan infus yang ekstrim selalu

diikuti resiko plebitis tinggi, (Darmawan, 2008). Infeksi plebitis dapat terjadi melalui

cairan intravena dan jarum suntik yang digunakan atau di pakai berulang-ulang dan

banyaknya suntikan yang tidak penting misalnya penyuntikan antibiotika, (Simonsen,

1999). Menurut Binvko, 2003. Semakin jauh jarak pemassangan terapi intravena maka

risiko untuk terjadi plebitis akan semakin meningkat. Faktor lain yang akan

meningkatkan risiko terjadinya plebitis adalah cairan dengan osmolalitas tinggi dan

pemakaian balutan konvensional.

Jumlah kejadian plebitis menurut Distribusi Penyakit Sistem Sirkulasi Darah

Pasien Rawat Inap, Indonesia Tahun 2006 berjumlah 744 orang (17,11%), (Depkes,

RI, 2006). Kejadian plebitis di ruang rawat penyakit dalam di RSCM Jakarta.

Sebanyak 109 pasien yang mendapat cairan intravena. Ditemukan 11 kasus flebitis,

dengan rata-rata kejadian 2 hari setelah pemasangan, area pemasangan di vena

metacarpal, dan jenis cairan yang digunakan adalah kombinasi antara Ringer Laktat

dan Dekstrosa 5%, (Pujasari, 2002).

Teknik sterilisasi di Rumah sakit sangat berpengaruh dengan tingkat kejadian

plebitis misalnya kurang sterilnya pada saat melakukan tindakan keperawatan pada

pasien yang sedang dirawat, misalnya pada saat pemasangan infus. Apabila ada saat

melakukan pemasangan infus alat-alat yang akan digunakan tidak menggunakan

(19)

3

nyeri disepanjang vena. Hal ini sangat merugikan bagi pasien karena infus yang

seharusnya dilepas setelah 72 jam kini harus dilepas sebelum waktunya karena

disebabkan oleh alat-alat bantu yang digunakan untuk memasang infus tidak

menggunakan teknik sterilisasi, (Klikharry, 2006).

1.2 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan

masalah penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran penggantian jarum infus di RS. Wava Husada Kepanjen?

2. Bagaimana gambaran kejadian plebitis di RS. Wava Husada Kepanjen ?

3. Adakah hubungan penggantian infus setiap tiga hari dengan kejadian plebitis di

RS. Wava Husada Kepanjen?

4. Berapa odds rasio kejadian plebitis berdasarkan penggantian infus setiap tiga hari di

RS.Wava Husada Kepanjen ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui adakah hubungan penggantian jarum infus setiap tiga hari

dengan kejadian plebitis.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi penggantian jarum infus di RS Wava Husada Kepanjen.

2. Mengidentifikasi kejadian plebitis di RS Wava Husada Kepanjen.

3. Mengidentifikasi hubungan penggantian jarum infus setiap tiga hari dengan

kejadian plebitis di RS Wava Husada Kepanjen.

4. Mengidentifikasi odds rasio kejadian plebitis berdasarkan penggantian jarum infus

(20)

4

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Bagi peneliti penelitian ini berguna untuk menambah wawasan dan

pengetahuan serta peneliti dapat mencari sinergi antar teori dan kenyataan di

lapangan tentang hubungan penggantian jarum infus setiap tiga hari dengan kejadian

plebitis.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan tambahan informasi bagi

perkembangan ilmu keperawatan khususnya keperawatan medical bedah yang

berkaitan dengan hubungan penggantian jarum infus tiga hari dengan kejadian

plebitis.

1.4.3 Bagi Rumah Sakit

1. Sebagai salah satu alat evaluasi pencapaian tindakan pencegahan infeksi melalui

jarum infus (plebitis) dalam rangka peningkatan mutu pelayanan rumah sakit.

2. Sebagai masukan kepada rumah sakit untuk mengambil keputusan baru di dalam

meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.

Definisi Istilah

1. Penggantian infus

Infus adalah salah satu cara atau bagian dari pengobatan untuk memasukkan obat

atau vitamin kedalam tubuh pasien. Infeksi dapat menjadi komplikasi utama dari

terapi intravena (IV) terletak pada system infus atau tempat menusukkan vena

(Darmawan, 2008).

2. Plebitis

Plebitis merupakan inflamasi vena yang disebabkan baik oleh iritasi kimia maupun

(21)

5

dikarakteristiskan dengan adanya dua atau lebih tanda nyeri, kemerahan, bengkak,

indurasi dan teraba mengeras di bagian vena yang terpasang kateter intra vena (La

Rocca, 1998)

1.5 Keaslian penelitian

Menurut penelitian yang dilakukan

1. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Jarumiyati (2009) dengan judul

“Hubungan Lama pemasangan Kateter Intravena Dengan Kejadian Plebitis Pada

Pasien Dewasa Rawat Inap Di Bangsal Menur Dan Bakung Di RSUD

Wonosari.”didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara lama pemasangan kateter

intravena dengan kejadian plebitis.Variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu lama pemasangan kateter intravena sebagai variabel independen dan kejadian

plebitis sebagai variabel dependen. Pada penelitian tersebut, peneliti menggunakan

rancangan penelitian survey dengan pendekatan planatory research analisis data,

peneliti menggunakan uji somers’d. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah ada

hubungan antara lama pemasangan kateter intravena dengan kejadian plebitis.

2. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Jarumiyati (2009) adalah kejadian

plebitis sebagai variable dependen. Sedangkan perbedaan antara penelitian

Jarumiyati (2009) dengan penelitian ini adalah pada variabel yang digunakan,

tempat, dan waktu penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah penggantian

jarum infus setiap tiga hari sebagai variabel independen dan angka kejadian plebitis

sebagai variabel dependen. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan rancangan

penelitian observasi analitik dengan pendekatan case control dengan metode total

sampling. Tempat dan waktu penelitian ini adalah di RS. Wava Husada Kepanjen.

3. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Putra (2011) dengan judul

“Bagiamanakah Gambaran Penggunaan Jarum dan Prosedur Tindakan

(22)

6

Dr. M. Yunus Bengkulu?”didapatkan hasil bahwa terlihat sebagian besar pasien

yang mengalami phlebitis terpasang ukuran jarum kateter vena sebagian besar

(44,5%) dengan ukuran jarum 20-22, (33,3%) ukuran jarum 24 – 26, dan sebagian

kecil (11,1%) menggunakan ukuran jarum 16 – 18 serta jenis kupu-kupu/wings

dan pasien yang mengalami plebitis yang dilakukan tindakan pemasangan infus

lebih dari sebagian besar dengan kategori tidak sesuai dengan protab (66,7%) dan

sebagian kecil prosedur pemasangan infuse dengan kategori sesuai dengan protab

(33,3%). Variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu penggunaan

jarum dan prosedur tindakan pemasangan infus pada pasien yang mengalami

plebitis. Pada penelitian tersebut, peneliti menggunakan rancangan penelitian survey

dengan pendekatan menggunakan teknik non-statistik, melainkan dengan analisis

deskriptif. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah terlihat sebagian besar

pasien yang mengalami phlebitis terpasang ukuran jarum kateter vena sebagian

besar (44,5%) dengan ukuran jarum 20-22, (33,3%) ukuran jarum 24-26, dan

sebagian kecil (11,1%) menggunakan ukuran jarum 16-18 serta jenis

kupu-kupu/wings dan pasien yang mengalami plebitis yang dilakukan tindakan

pemasangan infus lebih dari sebagian besar dengan kategori tidak sesuai dengan

protab (66,7%) dan sebagian kecil prosedur pemasangan infuse dengan kategori

sesuai dengan protab (33,3%).

Referensi

Dokumen terkait