Lampiran 1. Hasil Uji Reliabilitas Puskesmas Aek Habil
RELIABILITY
/VARIABLES=VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VA R00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA
/SUMMARY=TOTAL.
Reliability
[DataSet0]
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
Lampiran 2.Hasil Uji Reliabilitas Puskesmas Aek Parombunan
RELIABILITY
/VARIABLES=VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VA R00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA
/SUMMARY=TOTAL.
Reliability
[DataSet0]
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
Lampiran 3. Daftar Tilik Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Aek Habil dan Aek Parombunan
DAFTAR TILIK STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS
A. SUMBER DAYA MANUSIA
1. Ketenagaan
Apoteker : Ada Tidak ada Tenaga Teknis Kefarmasian : Ada Tidak ada
2. Tenaga Kefarmasian di apotek pernah mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan pelayanan kefarmasian di puskesmas?
Ya Tidak
B. SARANA DAN PRASARANA
NO RUANGAN TERSEDIA TIDAK
TERSEDIA
1. Ruang penerimaan resep
2. Ruang pelayanan dan peracikan resep 3. Ruang penyerahan obat
4. Ruang konseling
5. Ruang penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai
Lampiran 3.(Lanjutan)
C. PENGELOLAAN OBAT DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI
NO KEGIATAN YA TIDAK
1. Perencanaan kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai
2. Permintaan obat dan bahan medis habis pakai
3. Penerimaan obat dan bahan medis habis pakai
4. Penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai
a. Bentuk dan jenis sediaan
b. Stabilitas (suhu,cahaya,kelembaban)
c. Mudah atau
tidaknyameledak/terbakar
d. Narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus
5. Pendistribusian obat dan bahan medis habis pakai
6. Pengendalian obat dan bahan medis habis pakai
a. Pengendalian persediaan
b. Pengendalian penggunaan
c. Penanganan obat hilang
d.Penanganan obat rusak e.Penanganan obat kadaluwarsa 7. Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan 8. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan
Lampiran 3.(Lanjutan)
D. PELAYANAN FARMASI KLINIK
NO KEGIATAN OLEH I PELAYANAN RESEP
1. Pemeriksaan administrasi
a. Nama, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien
b. Nama dan paraf dokter c. Tanggal resep
d. Ruangan/unit asal resep
2. Pertimbangan farmasetik yang dilakukan
a. Bentuk dan kekuatan sediaan b. Dosis dan jumlah obat c. Stabilitas dan ketersediaan d.Aturan dan cara penggunaan e. Ketidakcampuran obat
3. Pertimbangan klinis yang
dilakukan
a. Ketepatan indikasi b. Dosis obat
c. Waktu penggunaan obat d. Duplikasi pengobatan e. Reaksi alergi
f. Interaksi dan efek samping obat
g. Kontra indikasi h. Efek adiktif
4. Kegiatan penyerahan
(Dispensing)
a. Menyiapkan/meracik obat b. Memberikan label/etiket c. Menyerahkan sediaan farmasi d. Pemberian informasi obat
II PELAYANAN INFORMASI OBAT
a.Memberikan dan menyebarkan informasi kepada pasien secara pro aktif dan pasif
NO KEGIATAN OLEH
c.Membuat buletin, leaflet, label obat, poster dan lain-lain
d. Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat
jalan dan rawat inap, serta masyarakat
e. Melakukan pendidikan
dan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya terkait dengan obat dan bahan medis habis pakai
f. Mengoordinasikan penelitian terkait obat dan kegiatan pelayanan kefarmasian
III KONSELING
a. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien
b. Menanyakan hal-hal yang menyangkut obat yang dikatakan oleh dokter kepada pasien dengan metode pertanyaan terbuka misalnya apa yang dikatakan dokter mengenai obat, bagaimana cara pemakaian, dan lain-lain
c. Memperagakan dan
menjelaskan mengenai cara penggunaan obat
d. Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi dan menyeleseikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan obat untuk mengoptimalkan tujuan terapi
IV RONDE/VISITE PASIEN
a. Memberikan keterangan pada catatan pengobatan pasien b. Membuat catatan mengenai
permasalahan dan penyeleseian masalah dalam
NO KEGIATAN OLEH SAMPING OBAT (ESO)
a.Menganalisis laporan efek samping obat
b.Mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami efek samping obat
c. Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO) d. Melaporkan ke Pusat
Monitoring Efek Samping Obat Nasional
VI PEMANTAUAN TERAPI
OBAT (PTO)
a.Memilih pasien yang memenuhi kriteria
b.Membuat catatan awal
c.Memperkenalkan diri pada pasien
d.Memberikan penjelasan pada pasien
e.Mengambil data yang dibutuhkan
f.Melakukan evaluasi g.Memberikan rekomendasi
VII EVALUASI PENGGUNAAN OBAT
Mengevaluasi penggunaan obat secara terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat yang digunakan
E. PENGENDALIAN MUTU PELAYANAN KEFARMASIAN
NO KEGIATAN YA TIDAK
1. Tersedianya prosedur operasional
2. Melakukan monitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan rencana kerja
Lampiran 4. Kuesioner
KUESIONER
ANALISIS MUTU DANTINGKAT KEPUASAN PASIEN
TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS
AEK HABIL DAN AEK PAROMBUNAN KOTA SIBOLGA
Survey ini adalah survey untuk penulisan skripsi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara (USU), oleh karena itu semua data yang Bapak/Ibu/Saudara/Saudari berikan akan kami rahasiakan dan hanya digunakan dalam rangka penulisan skripsi ini. Saya sebagai peneliti akan sangat berterima kasih jika Bapak/Ibu/Saudara/Saudari bersedia mengisi dan menjawab setiap pertanyaan dengan sukarela.
Beri tanda centang (√) pada pilihan yang sesuai
I.Karakteristik Responden
1. Umur
remaja : usia 17-20 tahun dewasa : usia 21-50 tahun orangtua : 51 tahun keatas
2. Jenis kelamin
Laki - laki Perempuan
3. Pendidikan :
tidak tamat SD SMA
SD Perguruan Tinggi / Akademi
SMP
4. Pekerjaan
Mahasiswa/mahasiswi Ibu rumah tangga
Pegawai swasta Pegawai negeri sipil
Pedagang Lain-lain
5. Sudah berapa kali anda datang ke Puskesmas ini : Baru pertama kali
2 – 5 kali
Lampiran 4. (Lanjutan) II. Tingkat Kepuasan Pasien
No DAFTAR PERTANYAAN
TINGKAT KEPUASAN TIDAK
PUAS PUAS
SANGAT PUAS
A KEHANDALAN
1 Kecepatan pelayanan obat 2 Obat tersedia dengan lengkap
3 Petugas kamar obat melayani dengan ramah dantersenyum
4 Petugas kamar obat selalu siap membantu
B KETANGGAPAN
1 Petugas kamar obat cepat tanggap
terhadap keluhan pasien
2 Petugas kamar obat mampu memberikan
penyelesaian terhadap masalah yang dihadapi pasien
3 Terjadinya komunikasi yang baik antara
petugas kamar obat dan pasien
4 Pasien mendapatkan informasi yang jelas
dan mudah dimengerti tentang resep/obat yang ditebusnya
C KEYAKINAN
1 Petugas kamar obat mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang baik dalam memberikan informasi obat 2 Obat yang diterima terjamin kualitasnya 3 Obat yang diberikan sesuai dengan yang
diminta D EMPATI
1 Petugas kamar obat memberikan perhatian terhadap keluhan pasien 2 Petugas kamar obat memberikan
pelayanan kepada semua pasien tanpa memandang status sosial
3 Pasien merasa nyaman selamamenunggu obat. E FASILITAS BERWUJUD
1 Kamar obat terlihat bersih dan rapi
2 Tempat penyerahan obat yang memadai 3 Kelengkapan, kesiapan dan kebersihan
alat –alat yang dipakai
Lampiran 5. Data Total skor Kepuasan Pasien
Puskesmas Aek Habil
Responden Total Nilai
46 32
Responden Total Nilai
Lampiran 5. (Lanjutan)
Responden Total Nilai
136 54
Rata-rata nilai total tingkat kepuasan pasien = 6393
180 (������)= 35,51
Responden Total Nilai
Lampiran 5. (Lanjutan) Puskesmas Aek Parombunan
Responden Total Nilai
46 39
Responden Total Nilai
Lampiran 5. (Lanjutan) Puskesmas Aek Parombunan
Responden Total Nilai
136 30
Rata-rata nilai total tingkat kepuasan pasien= 6435
180 (������)= 35,75
Responden Total Nilai
Lampiran 6. Persentase Penilaian Pada Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan Pasien di Puskesmas Aek Habil
a. Persentase Kehandalan
1. Tidak puas = 78
b. Persentase Ketanggapan
1. Tidak puas = 127
c. Persentase Keyakinan
1. Tidak puas = 111
d. Persentase Empati
1. Tidak puas = 44
e. Persentase Fasilitas Berwujud
Lampiran 7. Persentase Penilaian Pada Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan Pasien di Puskesmas Aek Parombunan
a. Persentase Kehandalan
1. Tidak puas = 78
b. Persentase Ketanggapan
1. Tidak puas = 141
c. Persentase Keyakinan
1. Tidak puas = 162
d. Persentase Empati
1. Tidak puas = 34
e. Persentase Fasilitas Berwujud
Lampiran 8. Skor Kriteria Penilaian Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan Pasien Puskesmas Aek Habil
a. Kehandalan
i. Kecepatan pelayanan obat
= 337
180 = 1,87
ii. Kelengkapan obat
= 373
180 = 2,07
iii. Keramahan petugas apotek
= 342
180 = 1,9
iv. Kesiapan petugas apotek
= 367
180 = 2,03
Total = 1419
720 = 1,97
Jadi,skor kriteria tingkat kepuasan kehandalan adalah 1,97
b. Ketanggapan
i. Ketanggapan petugas apotek terhadap keluhan
= 361
180 = 2,0
ii. Pemberian solusi dari petugas terhadap masalah yang dihadapi pasien
= 355
180 = 1,97
iii. Komunikasi antara petugas dan pasien
= 364
180 = 2,02
iv. Informasi petugas apotek tentang resep obat yang ditebus
Total = 1383
720 = 1,92
Jadi, skor kriteria tingkat kepuasan ketanggapan adalah 1,92
c. Keyakinan
i. Kemampuan petugas apotek memberikan informasi obat
= 294
180 = 1,63
ii. Kualitas obat yang diperoleh
= 363
180 = 2,01
iii. Kesesuaian obat yang diterima dengan yang diminta
= 365
180 = 2,02
Total = 1022
540 = 1,89
Jadi, skor kriteria tingkat kepuasan keyakinan adalah 1,89
d. Empati
i. Perhatian petugas apotek terhadap keluhan pasien
=359
180 = 1,99
ii. Pelayanan tanpa memandang status sosial
= 374
180 = 2,07
iii. Kenyamanan pasien
= 354
180 = 1,96
Total = 1087
540 = 2,01
e. Fasilitas Berwujud
i. Kebersihan dan kerapian apotek
= 378
180 = 2,1
ii. Tempat penyerahan obat yang memadai
= 345
180 = 1,91
iii. Kelengkapan dan kebersihan alat – alat yang dipakai
= 376
180 = 2,08
iv. Kebersihan dan kerapian petugas apotek
= 380
180 = 2,11
Total = 1479
720 = 2,05
Lampiran 9. Skor Kriteria Penilaian Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan Pasien Puskesmas Aek Parombunan
a. Kehandalan
i Kecepatan pelayanan obat
= 353
180 = 1,96
ii Kelengkapan obat
= 379
180 = 2,10
iii Keramahan petugas apotek
= 348
180 = 1,93
iv Kesiapan petugas apotek
= 380
180 = 2,11
Total = 1460
720 = 2,02
Jadi,skor kriteria tingkat kepuasan kehandalan adalah 2,02
b. Ketanggapan
i. Ketanggapan petugas apotek terhadap keluhan
= 353
180 = 1,96
ii. Pemberian solusi dari petugas terhadap masalah yang dihadapi pasien
= 350
180 = 1,94
iii. Komunikasi antara petugas dan pasien
= 373
180 = 2,07
iv. Informasi petugas apotek tentang resep obat yang ditebus
= 298
Total = 1374
720 = 1,90
Jadi, skor kriteria tingkat kepuasan ketanggapan adalah 1,90
c. Keyakinan
i. Kemampuan petugas apotek memberikan informasi obat
= 284
180 = 1,57
ii. Kualitas obat yang diperoleh
= 339
180 = 1,88
iii. Kesesuaian obat yang diterima dengan yang diminta
= 355
180 = 1,97
Total = 978
540 = 1,81
Jadi, skor kriteria tingkat kepuasan keyakinan adalah 1,81
d. Empati
i. Perhatian petugas apotek terhadap keluhan pasien
=363
180 = 2,01
ii. Pelayanan tanpa memandang status sosial
= 381
180 = 2,11
iii. Kenyamanan pasien
= 370
180 = 2,05
Total = 1114
540 = 2,06
e. Fasilitas Berwujud
i. Kebersihan dan kerapian apotek
= 393
180 = 2,18
ii. Tempat penyerahan obat yang memadai
= 344
180 = 1,91
iii. Kelengkapan dan kebersihan alat – alat yang dipakai
= 381
180 = 2,11
iv. Kebersihan dan kerapian petugas apotek
= 390
180 = 2,16
Total = 1508
720 = 2,09
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, A. (1996). Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Halaman 1.
Bustami, M.S. (2011). Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan & Akseptabilitasnya. Jakarta: Erlangga. Halaman 5-6.
Departemen Kesehatan RI.(2006).Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.Jakarta:Ditjen Binfar komunitas dan klinik. Halaman 1
Departemen Kesehatan RI. (2008). Modul TOT Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.Jakarta:Direktorat Jederal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Halaman 3-4, 8, 16-18.
Fadli, M. (2015). Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Program Jamkesmas Terhadap Kualitas Pelayanan Kefamasian di Beberapa Rumah Sakit di Kota Medan. Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Hayaza, Y. T. (2013). Analisis Kepuasan Pasien Terhadap Kualitas Pelayanan Kamar Obat di Puskesmas Surabaya Utara. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. Volume 2 No.2. Halaman 10.
Menkes RI. (2010).Pencapaian Tujuan Pembangunan Kesehatan Di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Menkes RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 30 tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 35-38.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 124.
Raosoft. (2004). Raosoft “Sample Size Calculator”
Sari. N. (2008). Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan Terhadap Kualitas Pemberian Informasi Obat Instalasi Farmasi Rumah Sakit Orthopedi Prof. Dr. Soeharso Surakarta. http//v2.eprints.ums.ac.id/ archive/etd/15398/5/13. Diakses tanggal: 8Oktober 2015.
Singarimbun. (2008). Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. Halaman 139.
Subekti. (2009). Analisis Hubungan Persepsi Mutu Pelayanan dengan Tingkat Kepuasan Pasien Balai pengobatan Umum Puskesmas di Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009.Skripsi. Semarang: Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. Halaman 105.
Sudjana. (2002). Metode Statistika. Bandung : Tarsito. Halaman 47-48
Supranto. (2006). Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikkan Pangsa Pasar. Cetakan ketiga. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 234.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian dilakukan menggunakan rancangan penelitian deskriptif dengan
metode survey cross sectional. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode
penelitian yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya bertujuan
untuk melihat gambaran fenomena yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu.
Survey cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi
antara faktor – faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach) (Notoatmodjo,
2010).
3.2Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Februari - Maret 2016 di Puskesmas Aek
Habil dan Aek Parombunan kota Sibolga.
3.3Populasi dan Sampel Data Penelitian 3.3.1 Populasi
Pemilihan Puskesmas sebagai tempat penelitian, yaitu secara purposive
sampling yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh
peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui
sebelumnya (Notoatmodjo, 2012). Didapat tempat penelitian yaitu Puskesmas
Aek Habil (Puskesmas rawat inap) dan Puskesmas Aek Parombunan (Puskesmas
Puskesmas. Jumlah populasi Puskesmas Aek Habil dalam 1 (satu) bulan adalah
2460 dan Aek Parombunan sebesar 2100. Jumlah populasi dari kedua Puskesmas
tersebut adalah 4560 orang.
3.3.2 Sampel
Jumlah sampel dihitung menggunakan metode Raosoft Sample Test
Calculator (Raosoft, 2004) dengan margin kesalahan 5%, tingkat kepercayaan
95% dan respon distribusi 50%, maka didapat jumlah sampel sebesar 360 orang.
Dari hasil perhitungan tersebut, maka dapat diketahui bahwa jumlah responden
yang harus diambil masing-masing Puskesmas sebanyak 180 orang. Sampel yang
menjadi responden penelitian yaitu pasien yang mendapat pelayanan obat melalui
resep di Puskesmas dan pasien yang bersedia diwawancarai sukarela.
3.4Cara Pengumpulan Data
3.4.1 Data Standar Pelayanan Kefarmasian
Pengambilan data untuk standar pelayanan kefarmasian dilakukan secara
observasi dan wawancara kepada penanggung jawab Apotek dengan mengisi
daftar tilik pelayanan kefarmasian yang diisi oleh peneliti secara langsung di
Puskesmas tersebut.
3.4.2 Data Tingkat Kepuasan Pasien
Pengambilan data untuk menilai tingkat kepuasan pasien menggunakan
kuesioner yang diberikan kepada responden. Kemudian kuesioner yang telah
diserahkan kepada pasien dikumpulkan kembali setelah kuesioner di isi oleh
3.5Cara Pengukuran Variabel
3.5.1 Standar Pelayanan Kefarmasian
Standar pelayanan kefarmasian diukur dengan mengisi daftar tilik yang
dibuat berdasarkan Permenkes nomor 30 tahun 2014 tentang standar pelayanan
kefarmasian di Puskesmas, berisi 75 pertanyaan yang terdiri dari 4 butir data dasar
Puskesmas, dan 71 butir pertanyaan termasuk didalamnya sumber daya manusia,
sarana dan prasarana, pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai, pelayanan
farmasi klinik dan pengendalian mutu pelayanan kefarmasian. Daftar tilik lengkap
dapat dilihat pada Lampiran 3.
Nilai standar pelayanan kefarmasian diukur sesuai dengan Modul Training
of Trainer (TOT) pelayanan kefarmasian di Puskesmas. Dimana untuk setiap
pertanyaan pada masing-masing variabel diberi nilai sebagai berikut:
a. Sumber daya manusia
i. Jika terdapat apoteker diberi nilai 2
ii. Jika terdapat tenaga teknis kefarmasian diberi nilai 1
iii. Jika petugas pernah mengikuti pelatihan diberi nilai 2
iv. Jika petugas tidak pernah mengikuti pelatihan diberi nilai 0
b. Sarana dan prasarana
i. Jika tersedia diberi nilai 2
ii. Jika tidak tersedia diberi nilai 0
c. Pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai
i. Jawaban iya diberi nilai 2
d. Pelayanan farmasi klinik
i. Jika dilakukan oleh apoteker diberi nilai 2
ii. Jika dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian diberi nilai 1
iii. Jika tidak dilakukan diberi nilai 0
e. Pengendalian mutu pelayanan kefarmasian
i. Jawaban iya diberi nilai 2
ii. Jawaban tidak diberi nilai 0
(Depkes, RI., 2008).
Untuk mengkategorikan mutu pelayanan kefarmasian yang terdiri dari 71
pertanyaan digunakan rumus Sundjana (2002). Pada variabel mutu pelayanan
kefarmasian jumlah nilai tertinggi yang diperoleh yaitu 143 dan nilai terendah
adalah 0. Berdasarkan rumus statistik menurut Sundjana (2002) sebagai berikut:
P = Rentang kelas/ Banyak kelas
Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang sebesar 143 (selisih nilai
tertinggi dan nilai terendah) dan banyak kelas yaitu 3 ( kategori baik, sedang dan
kurang), maka didapatkan panjang kelas sebesar 47,66 dibulatkan menjadi 47.
P =
Dengan menggunakan P = 47 dan 0 sebagai batas interval pertama (nilai
terendah), maka mutu pelayanan kefarmasian di puskesmas dikategorikan atas
interval sebagai berikut:
a. Kategori baik, dengan total nilai 96-143
b. Kategori sedang, dengan total nilai 48-95
3.5.2 Tingkat Kepuasan Pasien
Penilaian tingkat kepuasan pasien dilakukan dengan mengisi kuesioner
berisi 23 pertanyaan yang terdiri dari 5 pertanyaan untuk karakteristik pasien, dan
18 pertanyaan mengenai kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian di
Puskesmas. Kuesioner lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4.
Penilaian tingkat kepuasan dilakukan terhadap variabel-variabel berikut:
a. Kehandalan, yaitu kemampuan memberikan pelayanan dengan segera, tepat
(akurat), dan memuaskan. Dalam hal ini adalah melayani secara benar.
b. Ketanggapan, yaitu keinginan para karyawan/staf membantu semua pelanggan
serta berkeinginan dan melaksanankan pemberian pelayanan dengan tanggap.
Dalam hal ini adalah sikap dari penyedia jasa yang penuh perhatian, cepat dan
tepat dalam menghadapi permintaan.
c. Keyakinan, yaitu karyawan/staf memiliki kompetensi, kesopanan dan dapat
dipercaya, bebas dari bahaya, serta bebas dari risiko dan keragu-raguan.
Dalam hal ini adalah pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan jasa.
d. Empati, yaitu karyawan/staf mampu menempatkan dirinya pada pelanggan,
dapat berupa kemudahan dalam menjalin hubungan dan komunikasi termasuk
perhatiannya terhadap para pelanggannya, serta dapat memahami kebutuhan
dari pelanggan. Dalam hal ini adalah perhatian yang diberikan kepada
pelanggan.
e. Fasilitas berwujud, dapat berupa ketersediaan sarana dan prasarana termasuk
alat yang siap pakai serta penampilan karyawan/staf yang menyenangkan
Cara penilaian untuk tiap pertanyaan dengan memberikan nilai pada
masing-masing pilihan jawaban berdasarkan Permenkes No.30 tahun 2014.
Kategori Nilai
Sangat puas 3
Puas 2
Tidak puas 1
Penilaian total skor dari setiap pasien yaitu dilakukan dengan
menjumlahkan nilai dari variable-variabel pertanyaan.
Total skor kepuasan pasien Kategori
1 – 18 Tidak puas
19 – 36 Puas
37 – 54 Sangat puas
3.6Uji Validitas
Ada dua syarat penting yang berlaku pada sebuah kuesioner yaitu
keharusan sebuah kuesioner untuk valid dan reliabel.
Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Uji validitas instrumen penelitian yang digunakan adalah validitas konstruk
dengan mengetahui nilai total setiap item pada analisis reliabilitas yang tercantum
pada nilai correlation corrected item (Rinza, 2009).
Menurut (Singarimbun, 2008) uji validitas digunakan untuk mengetahui
diukur. Suatu pertanyaan dikatakan valid atau bermakna sebagai alat pengumpul
data bila korelasi hasil hitung lebih besar dari angka kritis (r hitung >r table).
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini sudah dilakukan uji
validitasnya oleh Fadli (2015). Hasil uji validitas dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas
Kepuasan Pasien
Variabel Butir
pertanyaan r Hitung r Tabel Status
3.7Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas bertujuan untuk melihat bahwa suatu instrument cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrument tersebut sudah baik. Instrument disebut reliabel jika nilai alpha
crobanch> 0.60 (Rinza, 2009). Teknik yang dipakai untuk menguji kuesioner
penelitian adalah teknik Alpha Crobanch dengan SPSS versi 17. Hasil uji
reliabilitas Crobanch’s Alphaterhadap 20 responden dengan 18 pertanyaan
Tabel 3.2 Hasil Uji Reliabilitas
Puskesmas Crobanch’s Alpha Status
Aek Habil 0,971 Reliabel
Aek Parombunan 0,721 Reliabel
Berdasarkan Tabel 3.2 menunjukkan bahwa nilai uji Crobanch’s Alpha
Puskesmas Aek Habil sebesar 0,971 dan Puskesmas Aek Parombunan sebesar
0,721. Nilai tersebut lebih tinggi dari kriteria reliabel 0,60. Maka dapat
disimpulkan bahwa kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini sudah
reliabel.
3.8Definisi Operasional
a. Standar pelayanan kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan
sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan
pelayanan kefarmasian (Menkes, RI., 2014).
b. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung yang bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien (Menkes,RI., 2014).
c. Kepuasan pasien merupakan tingkat perasaan pasien setelah
membandingkan dengan harapannya (Umar, 1996).
3.9Analisis Data
Data yang terkumpul kemudian diolah dengan menggunakan
3.10 Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Menyiapkan lembar daftar tilikpelayanan kefarmasian untuk
mengetahui mutu pelayanan kefarmasian dan menyiapkan lembar
kuesioner untuk tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan
kefarmasian di puskesmas.
b. Meminta izin Dekan Fakultas Farmasi USU untuk melakukan
penelitian di puskesmas tersebut.
c. Meminta izinDinas Kesehatan kota Sibolga untuk melakukan
penelitian di puskesmas tersebut.
d. Mendatangi puskesmas tersebut dan memberikan surat izin dari Dinas
Kesehatan kota Sibolga untuk melakukan penelitian.
e. Mengisi daftar tilik pelayanan kefarmasian yang dilakukan oleh
peneliti di puskesmas tersebut, dan memberikan kuesioner kepada
pasien yang menebus obat di apotek.
f. Mengumpulkan data penelitian.
g. Meminta surat izin selesai penelitian dari kepala puskesmas tersebut.
h. Melakukan analisis data hasil daftar tilik dan kuesioner, selanjutnya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Standar Pelayanan Kefarmasian
Standar pelayanan kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan
sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan
kefarmasian. Mutu pelayanan kefarmasian di puskesmas dapat dilihat dari sumber
daya manusia, sarana dan prasarana, pengelolaan obat dan bahan medis habis
pakai, pelayanan farmasi klinik dan pengendalian mutu pelayanan kefarmasian
(Menkes, RI., 2014).
4.1.1 Sumber Daya Manusia 4.1.1.1 Ketenagaan
Penyelengaraan pelayanan kefarmasian di puskesmas minimal harus
dilaksanakan oleh 1 (satu) orang tenaga Apoteker sebagai penanggung jawab dan
dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian sesuai kebutuhan. Jumlah kebutuhan
Apoteker di Puskesmas dihitung berdasarkan rasio kunjungan pasien, baik rawat
inap maupun rawat jalan serta memperhatikan pengembangan Puskesmas. Rasio
untuk menentukan jumlah Apoteker di Puskesmas adalah satu Apoteker untuk 50
(lima puluh) pasien perhari (Menkes, RI., 2014).
4.1.1.2 Pendidikan Dan Pelatihan
Pendidikan dan pelatihan adalah salah suatu proses atau upaya
peningkatan pengetahuan dan keterampilan di bidang kefarmasian atau bidang
yang berkaitan dengan kefarmasian secara berkesinambungan untuk
dan perilaku dalam rangka menjaga dan meningkatkan kompetensinya sehingga
tercapai pelayanan kefarmasian yang bermutu (Menkes, RI., 2014).Data sumber
daya manusia yang diperoleh di Puskesmas Aek Habil dan Aek Parombunan
dapat dilihat di Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Data Sumber Daya Manusia
No Sumber Daya Manusia
Jumlah Skor
kefarmasian pernah mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan pelayanan kefarmasian di puskesmas
0 poin 0 poin
Total skor 3 poin 1 poin
Dari hasil data yang diperoleh di Puskesmas Aek Habil dan Aek
Parombunan, diketahui bahwa penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di
Puskesmas Aek Habil dilaksanakan oleh tenaga apoteker dan tenaga teknis
kefarmasian sehingga sudah memenuhi standar pelayanan kefarmasian sesuai
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 30 Tahun 2014. Pada puskesmas Aek
Parombunan belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian karena hanya ada
tenaga teknis kefarmasian saja. Untuk peningkatan kompetensi, kedua Puskesmas
tersebut belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian karena petugas apotek
4.1.2 Sarana Dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang diperlukan adalah ketersediaan ruangan yang
diperlukan untuk menunjang pelayanan kefarmasian di puskesmas. Istilah ‘ruang’
disini tidak harus diartikan sebagai wujud ‘ruangan’ secara fisik, namun lebih
kepada fungsi yang dilakukan. Bila memungkinkan, setiap fungsi tersebut
disediakan ruangan secara tersendiri. Jika tidak, maka dapat digabungkan lebih
dari 1 (satu) fungsi, namun harus terdapat pemisahan yang jelas antar fungsi
(Menkes, RI., 2014).
4.1.2.1 Ruang Penerimaan Resep
Ruang penerimaan resep meliputi tempat penerimaan resep, 1 (satu) set
meja dan kursi, serta 1 (satu) set komputer, jika memungkinan. Ruang penerimaan
resep ditempatkan pada bagian paling depan dan mudah terlihat oleh pasien
(Menkes, RI., 2014).
4.1.2.2 Ruang Pelayanan Resep Dan Peracikan Obat
Ruang pelayanan resep dan peracikan atau produksi sediaan secara
terbatas meliputi rak obat sesuai kebutuhan dan meja peracikan. Di ruang
peracikan disediakan peralatan peracikan, timbangan obat, air minum (air mineral)
untuk pengencer, sendok obat, bahan pengemas obat, lemari pendingin,
termometer ruangan, blanko salinan resep, etiket dan label obat, buku catatan
pelayanan resep, buku-buku referensi/standar sesuai kebutuhan, serta alat tulis
4.1.2.3 Ruang Penyerahan Obat
Ruang penyerahan obat meliputi konter penyerahan obat, buku pencatatan
penyerahan dan pengeluaran obat. Ruang penyerahan obat dapat digabungkan
dengan ruang penerimaan resep (Menkes, RI., 2014).
4.1.2.4 Ruang Konseling
Ruang konseling meliputi satu set meja dan kursi konseling, lemari buku,
buku-buku referensi sesuai kebutuhan, leaflet, poster, alat bantu konseling, buku catatan konseling, formulir jadwal konsumsi obat, formulir catatan pengobatan
pasien dan lemari arsip, serta 1 (satu) set komputer, jika memungkinkan (Menkes,
RI., 2014).
4.1.2.5 Ruang Penyimpanan Obat Dan Bahan Medis Habis Pakai
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur,
kelembapan, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan keamanan
petugas. Selain itu juga memungkinkan masuknya cahaya yang cukup. Ruang
penyimpanan yang baik perlu dilengkapi dengan rak/lemari obat, pallet, pendingin
ruangan (AC), lemari pendingin, lemari penyimpanan khusus narkotika dan
psikotropika, lemari penyimpanan obat khusus, pengukur suhu, dan kartu suhu
(Menkes, RI., 2014).
4.1.2.6 Ruang Arsip
Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan
dengan pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai dan pelayanan kefarmasian
dalam jangka waktu tertentu. Ruang arsip memerlukan ruangan khusus yang
untuk menjamin penyimpanan sesuai hukum, aturan, persyaratan, dan teknik
manajemen yang baik (Menkes, RI., 2014).
Data sarana dan prasarana yang diperoleh di Puskesmas Aek Habil dan Aek
Parombunan dapat dilihat di Tabel 4.2.
Tabel 4.2 DataSarana dan Prasarana
No Ruangan
5 Ruang Penyimpanan obat dan bahan
medis habis pakai 2 poin 2 poin
6 Ruang arsip 2 poin 2 poin
Total skor 10 poin 10 poin
Dari hasil data yang di peroleh di PuskesmasAek Habil dan Aek
Parombunan,menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang ada sudah baik
untuk menunjang pelayanan kefarmasian, namun belum tersedia ruang konseling
bagi pasien di setiap Puskesmas. Informasi yang di peroleh dari petugas apotek
dan kepala Puskesmas, ruang konseling di Puskesmas Aek Habil pernah tersedia
tetapi tidak dapat berjalan dengan baik karena kurangnya tenaga kefarmasian di
Puskesmas tersebut.
4.1.3 Pengelolaan Obat Dan Bahan Medis Habis Pakai
Pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai merupakan salah satu
kegiatan pelayanan kefarmasiandengan tujuan untuk menjamin kelangsungan
ketersediaan dan keterjangkauan obat dan bahan medis habis pakai yang efisien,
4.1.3.1 Perencanaan Kebutuhan Obat Dan Bahan Medis Habis Pakai
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi obat dan bahan medis
habis pakai untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka pemenuhan
kebutuhan puskesmas (Menkes, RI., 2014).
4.1.3.2 Permintaan Obat Dan Bahan Medis Habis Pakai
Tujuan permintaan obat dan bahan medis habis pakai adalah memenuhi
kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai di puskesmas, sesuai dengan
perencanaan kebutuhan yang telah dibuat. Permintaan diajukan kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan kebijakan pemerintah daerah setempat(Menkes, RI., 2014).
4.1.3.3 Penerimaan Obat Dan Bahan Medis Habis Pakai
Penerimaan obat dan bahan medis habis pakai adalah suatu kegiatan dalam
menerima obat dan bahan medis habis pakai dari instalasi farmasi
Kabupaten/Kota sesuai dengan permintaan yang telah diajukan (Menkes, RI.,
2014).
4.1.3.4 Penyimpanan Obat Dan Bahan Medis Habis Pakai
Penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai merupakan suatu kegiatan
pengaturan terhadap obat yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari
kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan. narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari
4.1.3.5 Pendistribusian Obat Dan Bahan Medis Habis Pakai
Pendistribusian obat dan bahan medis habis pakai merupakan kegiatan
pengeluaran dan penyerahan obat dan bahan medis habis pakai secara merata dan
teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit/satelit farmasi puskesmas dan
jaringannya(Menkes, RI., 2014).
4.1.3.6 Pengendalian Obat Dan Bahan Medis Habis Pakai
Pengendalian obat dan bahan medis habis pakai adalah suatu kegiatan
untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan
program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan/kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar(Menkes, RI.,
2014).
4.1.3.7 Pencatatan, Pelaporan Dan Pengarsipan
Pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan merupakan rangkaian kegiatan
dalam rangka penatalaksanaan obat dan bahan medis habis pakai secara tertib,
baik obat dan bahan medis habis pakai yang diterima, disimpan, didistribusikan
dan digunakan di puskesmas atau unit pelayanan lainnya(Menkes, RI., 2014).
4.1.3.8Pemantauan Dan Evaluasi Pengelolaan Obat Dan Bahan Medis Habis Pakai
Pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai
dilakukan secara periodik dengan tujuan untukmengendalikan dan menghindari
terjadinya kesalahan dalam pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai
sehingga dapat menjaga kualitas maupun pemerataan pelayanan(Menkes, RI.,
2014).Data pengelolaan obat danbahan medis habis pakai yang diperoleh di
Tabel 4.3 Data Pengelolaan Obat Dan Bahan Medis Habis Pakai
Stabilitas(suhu,cahaya,kelembaban) 0 poin 0 poin Mudah atau tidaknyameledak/terbakar 0 poin 0 poin Narkotika dan psikotropika disimpan
dalam lemari khusus 0 poin 0 poin
5. Pendistribusian 2 poin 2 poin
6. Pengendalian
a. Pengendalian persediaan 2 poin 2 poin
b. Pengendalian penggunaan 2 poin 2 poin
c. Penanganan obat hilang 0 poin 0 poin
d. Penanganan obat rusak 2 poin 2 poin
e. Penanganan obat kadaluwarsa 2 poin 2 poin
7. Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan 2 poin 2 poin 8. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan
obat dan bahan medis habis pakai 2 poin 2 poin
Total skor 22 poin 22 poin
Dari hasil data yang diperoleh di Puskesmas Aek Habil dan Aek
Parombunan menunjukkan bahwa pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai
sudah baik, hanya saja penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai belum
memenuhi standarpelayanan kefarmasian sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI
No 30 Tahun 2014, karena tidak mempertimbangkan stabilitas (suhu, cahaya dan
kelembaban) dan mudah atau tidaknya meledak/terbakar obat dan bahan medis
habis pakai serta penyimpanan obat narkotika dan psikotropika belum disimpan
Parombunan hanya berdasarkan bentuk dan jenis sediaan. Kemudian
pengendalian dalam penanganan obat hilang tidak dilakukan oleh petugas apotek.
4.1.4 Pelayanan Farmasi Klinik
Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari pelayanan kefarmasian
yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan obat dan
bahan medis habis pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien (Menkes, RI., 2014).
4.1.4.1 Pelayanan Resep
Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi,
persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis, kegiatan penyerahan dan pemberian
informasi obat(Menkes, RI., 2014).
4.1.4.2 Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk
memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter, apoteker,
perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien(Menkes, RI., 2014).
4.1.4.3 Konseling
Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah
pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat pasien rawat jalan dan rawat inap,
serta keluarga pasien(Menkes, RI., 2014).
4.1.4.4 Ronde/Visite Pasien
Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan
secara mandiri atau bersama tim profesi kesehatan lainnya terdiri dari dokter,
4.1.4.5 Pemantauan Dan Pelaporan Efek SampingObat (ESO)
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan
pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi
fungsi fisiologis(Menkes, RI., 2014).
4.1.4.6 Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan
terapi obat yang efektif, terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan
meminimalkan efek samping(Menkes, RI., 2014).
4.1.4.7 Evaluasi Penggunaan Obat
Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan obat secara
terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat yang digunakan sesuai
indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional) (Menkes, RI., 2014).
Data pelayanan farmasi klinik yang diperoleh di Puskesmas Aek Habil dan Aek
Parombunan dapat dilihat di Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Data Pelayanan Farmasi Klinik
No Kegiatan I Pelayanan Resep
1.Persyaratan administrasi 3 poin 2 poin
2.Persyaratan farmasetik 8 poin 4 poin
3.Persyaratan klinis 8 poin 4 poin
4.Kegiatan penyerahan
(dispensing) 6 poin 4 poin
II Pelayanan Informasi Obat 0 poin 0 poin
III Konseling 0 poin 0 poin
IV Ronde/Visite Pasien 0 poin 0 poin
V Pemantauan Dan Pelaporan Efek
Samping Obat (ESO) 0 poin 0 poin
VI Pemantauan Terapi Obat (PTO) 0 poin 0 poin
VII Evaluasi Penggunaan Obat 0 poin 0 poin
Dari hasil data yang diperoleh di Puskesmas Aek Habil dan Aek
Parombunan menunjukkan perbedaan total skor pelayanan farmasi klinik yang
jauh, hal ini terjadi karena adanya perbedaan jumlah ketenagaan yang ada.
Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di Puskesmas Aek Habil dilaksanakan
oleh tenaga apoteker sebagai penanggung jawab apotek dan dibantu oleh tenaga
teknis kefarmasian sehingga membuat pelayanan kefarmasian di Puskesmas
tersebut lebih optimal bila dibandingkan dengan Puskesmas Aek Parombunan
yang hanya dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian saja. Pada pelayanan resep
yang meliputi persyaratan farmasetik (stabilitas dan ketersediaan), persyaratan
klinis (reaksi alergi, interaksi dan efek samping obat, kontraindikasi serta efek
adiktif) tidak dilakukan oleh kedua Puskesmas tersebut. Untuk pelayanan resep
yangmeliputi persyaratan administrasi yaitu nama dan paraf dokter serta
ruangan/unit asal resep pada Puskesmas Parombunan tidak dilakukan sedangkan
pada Puskesmas Aek Habil hanya ruangan/unit asal resep yang tidak dilakukan
tetapi persyaratan nama dan paraf dokter dilakukan dengan baik .
Pelayanan informasi obat, konseling, ronde/visite pasien, pemantauan dan
pelaporan efek samping obat, pemantauan terapi obat dan evaluasi penggunaan
obat pasien secara umum belum dilakukan dengan baik di Puskesmas Aek Habil
dan Puskesmas Aek Parombunan, padahal ini merupakan proses yang memastikan
bahwa seorang pasien sudah mendapatkan informasi secara akurat, jelas dan
terkini tentang pemahaman yang benar mengenai obat, dan dapat memantau terapi
obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan
dan berkesinambungan sehingga menjamin obat yang digunakan sesuai indikasi,
efektif, aman dan rasional.
4.1.5 Pengendalian Mutu Pelayanan Kefarmasian
Pengendalian mutu pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan untuk
mencegah terjadinya masalah terkait obat atau mencegah terjadinya kesalahan
pengobatan/medikasi (medication error), yang bertujuan untuk keselamatan
pasien (patient safety) (Menkes, RI., 2014). Data pengendalian mutu pelayanan
kefarmasian yang diperoleh, dapat dilihat di Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Data Pengendalian Mutu Pelayanan Kefarmasian
No Kegiatan
1 Tersedianya prosedur operasional 2 poin 2 poin
2 Melakukan monitoring dan evaluasi
capaian pelaksanaan rencana kerja 0 poin 0 poin
3 Melakukan perbaikan dan
peningkatan pelayanan sesuai standar 0 poin 0 poin
Total skor 2 poin 2 poin
Dari hasil data yang diperoleh menunjukan bahwa puskesmas Aek Habil
dan Aek Parombunan belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian sesuai
Peraturan Menteri Kesehatan RI No 30 Tahun 2014 karena dalam pengendalian
mutu pelayanan kefarmasian hanya tersedia prosedur operasional tetapi tidak
melakukan monitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan rencana kerja serta tidak
4.1.6 Hasil Perhitungan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
Standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas dihitung berdasarkan standar
pelayanan kefarmasian sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI No 30 Tahun 2014
yang meliputi sumber daya manusia, sarana dan prasarana, pengelolaan obat dan
bahan medis habis pakai, pelayanan farmasi klinik dan pengendalian mutu
pelayanan kefarmasian. Kemudian dihitung total skor yang diperoleh. Hasil total
skor standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas Aek Habil dan Puskesmas Aek
Parombunan dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Standar Pelayanan Kefarmasian
No Puskesmas Total Skor Kategori Skor
1 Puskesmas Aek Habil 62 poin Sedang
2 Puskesmas Aek Parombunan 49 poin Sedang
Standar pelayanan kefarmasian pada kedua puskesmas berdasarkan
kategori skor termasuk dalam kategori sedang karena masih ada beberapa
kegiatan dari standar pelayanan kefarmasian berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan RI No 30 Tahun 2014 yang tidak dilakukan.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pelayanan
kefarmasian, namunkenyataannya dari monitoring yang pernah dilakukan
menunjukkan bahwa pelayanankefarmasian di Puskesmas belum diterapkan
secara optimal. Beberapa faktor yang menjadipenyebabnya antara lain karena
belum adanya standar, kemampuan tenaga farmasi sertapihak-pihak yang terkait
tentang pelayanan kefarmasian maupun kebijakan manajemendari Puskesmas itu
mutupelayanan kesehatan. Oleh sebab itu tenaga farmasi dituntut untuk
meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan perilaku agar dapat langsung berinteraksi dengan
pasien (Depkes, RI., 2006).
4.2 Kepuasan Pasien
Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul
setelah membandingkan antara kinerja (hasil) yang dipikirkan terhadap kinerja
(hasil) yang diharapkan. Kepuasan konsumen dapat mempengaruhi minat untuk
kembali ke Puskesmas yang sama. Konsumen yang puas akan menjadi pelanggan
yang loyal, berupa promosi dari mulut ke mulut bagi calon konsumen lainnya,
yang diharapkan sangat positif bagi Puskesmas. Kepuasan merupakan
pengalaman konsumen yang akan mengendap didalam ingatan konsumen, dan
mempengaruhi proses pengambilan keputusan pembelian ulang produk yang sama
(Supranto, 2006).
4.2.1 Karakteristik Responden Penelitian
Responden untuk penelitian ini diperoleh dari dua Puskesmas di kota
Sibolga yaitu Puskesmas Aek Habil dan Puskesmas Aek Parombunan sebanyak
360 orang responden. Masing-masing Puskesmas 180 responden. Perolehan data
Karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 4.7, yang paling banyak menjadi
responden berusia pada rentang 21-50 tahun sebesar 71,11% di Puskesmas Aek
Habil dan 69,44% di Puskesmas Aek Parombunan, dimana usia tersebut masih
termasuk dalam usia produktif.Usia merupakan salah satu faktor dalam
Berdasarkan jenis kelamin dari 360 responden yang menjadi responden
dalam penelitian ini yaitu, sebanyak 82,22% perempuan dan 17,78% laki-laki di
Puskesmas Aek Habil, sedangkan di Puskesmas Aek Parombunan sebanyak
74,44% perempuan dan 25,56% laki-laki.
Berdasarkan tingkat pendidikan, responden yang mempunyai tingkat
pendidikan paling banyak pada kedua Puskesmas adalah SMA, yaitu sebesar
50,56% di Puskesmas Aek Habil dan Puskesmas Aek Parombunan sebesar
54,44%. Responden pada kedua Puskesmas memiliki pengetahuan yang cukup
sehingga dapat membantu peneliti untuk menjawab pertanyaan yang diberikan
dengan memberikan penilaian yang obyektif.
Tabel 4.7 Data Karakteristik Responden
No Pertanyaan Puskesmas
Aek Habil
3. Pendidikan Terakhir
Pedagang 20 11,11 18 10
Lain-Lain 17 9,44 36 20
5. Berapa kali ke Puskesmas
Baru pertama kali 15 8,33 29 16,11
2-5 kali 38 21,11 47 26,11
Lebih dari 5 kali 127 70,56 104 57,78
Berdasarkan pekerjaan dari responden yang diamati, dapat dilihat bahwa
yang paling banyak menjadi responden di Puskesmas Aek Habil yaitu ibu rumah
tangga sebesar 62,78% dan di Puskesmas Aek Parombunan sebesar 52,78%. Dan
yang paling sedikit menjadi responden di Puskesmas Aek Habil yaitu
Mahasiswa/Mahasiswi sebesar 1,67% dan di Puskesmas Aek Parombunan
sebesar 3,33%.
Berdasarkan frekuensi kunjungan responden ke Puskesmas rata-rata sudah
pernah berkunjung lebih dari 5 kali sebesar 70,56% di puskesmas Aek Habil dan
57,78% di Puskesmas Aek Parombunan. Dan sangat sedikit pasien yang baru
pertama kali berkunjung pada kedua Puskesmastersebut. Hal ini terlihat dari
persentase frekuensi kunjungan responden di Puskesmas Aek Habil sebesar 8,33%
dan di Puskesmas Aek Parombunan sebesar 16,11%.
4.2.2 Distribusi Penilaian Variabel -Variabel yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan Pasien
Berdasarkan nilai rata-rata dari total nilai kepuasan pasien di Puskesmas
Aek Habil dan Aek Parombunan yang dapat dilihat pada Lampiran 5, diperoleh
nilai di Puskesmas Aek Habil sebesar 35,51 dan di Puskesmas Aek Parombunan
sebesar 35,75. Dari nilai tersebut dapat diketahui bahwa tingkat kepuasan pasien
puas. Perolehan data penilaian variabel-variabel yang mempengaruhi tingkat
kepuasan pasien dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8Data Penilaian pada Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan Pasien.
NO Variabel-Variabel
Jumlah
B KETANGGAPAN
1 Ketanggapan petugas apotek
terhadap keluhan 19 141 20 27 133 20
2 Pemberian solusi dari petugas terhadap masalah yang dihadapi pasien
19 147 14 28 134 18
3 Komunikasi antara petugas
apotek dan pasien 12 152 16 7 153 20
4 Informasi petugas apotek
tentang resep/obat yang ditebus 77 83 20 79 84 17
C KEYAKINAN
1 Kemampuan petugas apotek
memberikan informasi obat 81 84 15 92 72 16
2 Kualitas obat yang diperoleh 16 145 19 43 115 22
3 Kesesuaian obat yang diterima
dengan yang diminta 14 147 19 27 131 22
D EMPATI
1 Perhatian petugas apotek
terhadap keluhan pasien 18 145 17 18 141 21
2
Pelayanan tanpa memandang
Keterangan: 1 (tidak puas), 2 (puas), 3 (sangat puas)
4.2.2.1 Kehandalan
Berdasarkan semua variabel kehandalan yang diperoleh di Puskesmas Aek
Habil dan Aek Parombunan menunjukkan kebanyakan pasien merasa puas
terhadap kecepatan pelayanan obat, kelengkapan obat, keramahan dan kesiapan
petugas apotek untuk membantu pasien. Pada perbedaan persentase puas yang
diperoleh, Puskesmas Aek Habil lebih besar yaitu 81,25%, sedangkan Aek
Parombunan 75,56%. Kehandalan adalah kemampuan memberikan pelayanan
dengan segera, tepat (akurat), dan memuaskan (Bustami, 2011). Persentase
penilaian variabel yang mempengaruhi tingkat kepuasan pasien dapat dilihat pada
Tabel 4.9.
4.2.2.2 Ketanggapan
Berdasarkan variabel ketanggapan yang diperoleh di Puskesmas Aek Habil
dan Aek Parombunan, yang meliputi ketanggapan petugas terhadap keluhan
pasien, pemberian solusi terhadap masalah yang dihadapi pasien, komunikasi
antara petugas dengan pasien dan informasi petugas tentang resep atau obat yang
ditebus, kebanyakan pasien merasa puas.Pada perbedaan persentase puas yang
diperoleh yaitu Puskesmas Aek Habil lebih besar yaitu 72,64%, dari Puskesmas
Aek Parombunan 70%. Dan jika dilihat dari perbedaan persentase tidak puas
E FASILITAS BERWUJUD
1 Kebersihan dan kerapian apotek 4 154 22 - 147 33
2 Tempat penyerahan obat yang
memadai 28 139 13 37 122 21
3 Kelengkapan dan kebersihan
alat-alat yang dipakai petugas 4 156 20 3 153 24 4 Kebersihan dan kerapian
Puskesmas Aek Habil lebih kecil yaitu 17,64% dari Puskesmas Aek Parombunan
yaitu 19,58%. Ketanggapan yaitu sikap dari penyedia jasa yang penuh perhatian,
cepat dan tepat dalam menghadapi permintaan (Bustami, 2011).Persentase
penilaian variabel yang mempengaruhi tingkat kepuasan pasien dapat dilihat pada
Tabel 4.9.
4.2.2.3Keyakinan
Berdasarkan variabel keyakinan yang diperoleh di Puskesmas Aek Habil
dan Aek Parombunan, sebagian besar pasien merasa puas terhadap kemampuan
petugas apotek menjawab pertanyaan pasien, kualitas obat yang diperoleh dan
kesesuaian obat yang diterima dengan yang diminta. Berdasarkan perbedaan
persentasenya di Puskesmas Aek Habil lebih besar yaitu 69,63% dari Puskesmas
Aek Parombunan yaitu 58,89%. Dan jika dilihat dari persentase tidak puas
Puskesmas Aek Habil lebih kecil yaitu 20,56% dibandingkan Puskesmas Aek
Parombunan yaitu 30%. Keyakinan adalah pengetahuan dan keterampilan dalam
memberikan jasa (Bustami, 2011).Persentase penilaian variabel yang
mempengaruhi tingkat kepuasan pasien dapat dilihat pada Tabel 4.9.
4.2.2.4 Empati
Berdasarkan variabel empati di Puskesmas Aek Habil dan Puskesmas Aek
Parombunan juga terlihat bahwa sebagian besar pasien di kedua Puskesmas
tersebut merasa puas terhadap perhatian petugas apotek, pelayanan tanpa
memandang status sosial dan kenyamanan pasien selama menunggu obat dengan
persentase yang diperoleh hanya sedikit perbedaan yaitu di Puskesmas Aek Habil
sebesar 82,41% dan Aek Parombunan sebesar 81,11%. Hal ini terjadi karena
sehingga terjadi kemudahan dalam menjalin hubungan dan komunikasi termasuk
perhatiannya terhadap para pasien, serta dapat memahami kebutuhan dari pasien.
Empati yaitu karyawan/staf mampu menempatkan dirinya pada pelanggan, dapat
berupa kemudahan dalam menjalin hubungan dan komunikasi termasuk
perhatiannya terhadap para pelanggannya, serta dapat memahami kebutuhan dari
pelanggan(Bustami, 2011).Persentase penilaian variabel yang mempengaruhi
tingkat kepuasan pasien dapat dilihat pada Tabel 4.9.
4.2.2.5 Fasilitas Berwujud
Berdasarkan variabel fasilitas berwujud, yang meliputi kebersihan apotek,
tempat penyerahan obat yang memadai, kelengkapan dan kebersihan alat-alat
yang dipakai petugas, serta kebersihan dan kerapian petugas apotek menunjukkan
bahwa sebagian besar pasien yang menjadi responden di Puskesmas Aek Habil
dan Aek Parombunan merasa puas. Perbedaan persentase puas pada kedua
Puskesmas tidak jauh berbeda yaitu di Puskesmas Aek Habil sebesar 83,47% dan
di Puskesmas Aek Parombunan sebesar 79,44%. Hal ini menunjukkan bahwa
kedua Puskesmas tersebut memiliki tempat penyerahan obat yang memadai,
kebersihan ruangan dan kerapian petugas sangat terjaga. Berdasarkan kebersihan
dan kerapian apotek dan petugas apotek pada Puskesmas Aek Parombunan tidak
ada satupun pasien yang merasa tidak puas. Pada persentase tidak puas kedua
Puskesmas memperoleh nilai yang sama yaitu 5,56% hal ini terjadi karena adanya
kesamaan yang dirasakan pada penilaian variabel. Fasilitas berwujud dapat berupa
ketersediaan sarana dan prasarana termasuk alat yang siap pakai serta penampilan
karyawan/staf yang menyenangkan (Bustami, 2011).Persentase penilaian variabel
Tabel 4.9 Persentase Penilaian Variabel yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan
Keterangan: 1 (tidak puas), 2 (puas), 3 (sangat puas)
4.2.3 Tingkat Kepuasan Pasien
Penghitungan data untuk tingkat kepuasan pasien berdasarkan jumlah
responden dapat dilihat pada Tabel 4.10.
Tabel. 4.10 Data Kepuasan Pasien Kepuasan
Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwahtingkat kepuasan pasiendi
Puskesmas Aek Habil yaitu,merasa tidak puas sebanyak 2 pasien(1,11%), merasa
puas sebanyak 151 pasien(83,89%), dan merasa sangat puas sebanyak 27 pasien
merasa tidak puas, yang merasa puas sebanyak 144 pasien(80%) dan merasa
sangat puas sebanyak 36 pasien (20%).
4.2.4 Kriteria Tingkat Kepuasan Pasien
Dari hasil data penilaian pada variabel-variabel yang mempengaruhi
tingkat kepuasan pasien berdasarkan jumlah responden diperoleh rata-rata poin
dari tiap variabel yang dapat dilihat pada tabel 4.11
Tabel 4.11 Rata-rata Poin Penilaian pada Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan Pasien.
N
2 Kelengkapan
obat 3 322 48 373 2,07 3 310 66 379 2,10
3 Keramahan
petugas apotek 35 256 51 342 1,9 37 236 75 348 1,93
4 Kesiapan petugas
apotek 3 334 30 367 2,03 4 304 72 380 2,11
Total rata-rata
poin 78 1170 171 1419 1,97 78 1088 294 1460 2,02
B KETANGGAPAN
1
Ketanggapan petugas apotek terhadap keluhan
Keterangan: 1 (tidak puas), 2 (puas), 3 (sangat puas)
Dari hasil data penilaian pada variabel-variabel yang mempengaruhi
tingkat kepuasan pasien berdasarkan jumlah poin diperoleh rata-rata poin yang
menunjukkan kriteria dari tiap variabel pada kedua Puskesmas yang dapat dilihat
pada tabel 4.12 C KEYAKINAN dengan yang diminta
14 294 57 365 2,02 27 262 66 355 1,97
2 Tempat penyerahan
obat yang memadai 28 278 39 345 1,91 37 244 63 344 1,91
3
Kelengkapan dan kebersihan alat-alat yang dipakai petugas
Total rata-rata
Tabel 4.12 Kriteria Penilaian Variabel Yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan
Berdasarkan Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa semua variabel yang
mempengaruhi tingkat kepuasan pasien meliputi kehandalan, ketanggapan,
keyakinan, empati dan fasilitas berwujud pada Puskesmas Aek Habil dan
Puskesmas Aek Parombunan mempunyai kriteria yang sama yaitu kriteria
puas.Variabel fasilitas berwujud yang meliputi kebersihan dan kerapian apotik,
tempat penyerahan obat yang memadai, kelengkapan dan kebersihan alat-alat
yang dipakai petugas serta kebersihan dan kerapian petugas apotik pada kedua
Puskesmas mempunyai kriteria puas dengan skor yang paling tinggi yaitu
Puskesmas Aek Habil sebesar 2,05 dan Puskesmas Aek Parombunan sebesar 2,09.
Variabel Keyakinan yang meliputi kemampuan petugas apotik memberikan
informasi obat, kualitas obat yang diperoleh dan kesesuaian obat yang diterima
dengan yang diminta pada kedua Puskesmas memperoleh kriteria puas dengan
skor terendah yaitu Puskesmas Aek Habil sebesar 1,89 dan Puskesmas Aek
Rendahnya rata-rata poin variabel keyakinan yang meliputi kemampuan
petugas apotik memberikan informasi obat, kualitas obat yang diperoleh dan
kesesuaian obat yang diterima dengan yang diminta, mengindikasikan bahwa
pelayanan kefarmasian masih cenderung berorientasi produk, belum bergeser ke
pelayanan berorientasi pasien sebagaimana seharusnya sesuai dengan filosofi
pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical Care).
Informasi obat merupakan salah satu hal penting dalam pelayanan
kefarmasian, oleh karena itu petugas apotek harus mampu memberikan informasi
yang benar, jelas dan mudah dimengerti oleh pasien. Manfaat adanya pemberian
informasi obat yaitu, mengurangi resiko terjadinya kesalahan dan ketidakpatuhan
pasien terhadap aturan pemakaian obat, mengurangi resiko terjadinya efek
samping obat, menambah keyakinan akan efektivitas dan kemampuan obat yang
digunakan (Sari, 2008).
Selanjutnya diagram 4.1 dan diagram 4.2 berikut adalah profil dari Tabel
4.12 dalam bentuk diagram jaring laba-laba (spider web), dimana garis berwarna
merah merupakan poin hasil penilaian dan garis warna biru merupakan tingkat
pemenuhan kepuasan pasien pada kriteria ideal. Melalui diagram ini dapat dilihat
dengan mudah bahwa sepanjang garis warna merah belum berimpit dengan garis
warna biru, maka tingkat pemenuhan kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan
Gambar 4.1 Profil Tingkat Kepuasan Pasien di Puskesmas Aek Habil
Gambar 4.2 Profil Tingkat Kepuasan Pasien di Puskesmas Aek Parombunan
Menurut Azwar (1996) untuk memenuhi dan tuntutan para pemakai jasa
pelayanan, apabila berhasil dipenuhi akan dapat menimbulkan rasa puas terhadap
pelayanan kesehatan. Dengan pengertian tersebut diatas maka mutu pelayanan
dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap pelanggan. Semakin baik mutu
pelayanan semakin tinggi kepuasan pelanggan. Namun demikian kepuasan
tersebut ternyata bersifat subyektif, tergantung dari latar belakang yang dimiliki
setiap orang, dapat saja memiliki tingkat kepuasan berbeda untuk satu pelayanan
kesehatan yang sama. Disamping itu sering ditemukan pelayanan kesehatan yang
dinilai telah memuaskan pelanggan, namun jika ditinjau dari kode etik serta
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa:
a. Mutu pelayanan kefarmasian di Puskesmas Aek Habil dan Puskesmas Aek
Parombunan termasuk dalam kategori sedang.
b. Berdasarkan nilai rata-rata dari total kepuasan pasien, tingkat kepuasan pasien
terhadap pelayanan kefarmasian di Puskesmas Aek Habil dan Puskesmas Aek
Parombunan termasuk dalam kategori puas.
5.2Saran
Meskipun mayoritas pasien telah merasa puas, disarankan untuk terus
meningkatkan penerapan standar pelayanan kefarmasian sesuai Peraturan Menteri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Pengertian Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat puskesmas adalah
unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.Puskesmas
merupakan fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang menyelenggarakan upaya
kesehatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan (Menkes, RI., 2014).
2.2 Gambaran Umum Puskesmas KotaSibolga
Menurut Dinas Kesehatan Kota Sibolga, jumlah seluruh puskesmas di
Kota Sibolga pada tahun 2016 adalah 5 puskesmas induk (1 puskesmas rawat inap
dan 4 puskesmas rawat jalan) dan 14 puskesmas pembantu (Pustu) yang terletak
di 4 kecamatan di kota Sibolga.
2.3Mutu Pelayanan Kefarmasian
Mutu pelayanan kefarmasian merupakan ukuran sejauh mana tingkat
pelayanan kefarmasian yang dilakukan memenuhi standar yang telah ditetapkan
dan sesuai dengan ekspektasi pasien.Standar pelayanan kefarmasian adalah tolak
menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian adalah suatu
pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan
sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan
mutu kehidupan pasien (Menkes, RI., 2014).
2.3.1 Sumber Daya Manusia
a. Ketenagaan
Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukanPekerjaan
Kefarmasian, yang terdiri atas Apotekerdan Tenaga Teknis Kefarmasian(PP 51,
2009).Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga
yang membantu Apoteker dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah
Farmasi/Asisten Apoteker(Menkes, RI., 2014).
b. Pendidikan Dan Pelatihan
Semua tenaga kefarmasian di puskesmas harus selalu meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan perilaku dalam rangka menjaga dan meningkatkan
kompetensinya (Menkes, RI., 2014).
Tujuan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kefarmasian berdasarkan Permenkes
No.30 Tahun 2014 yaitu:
a. Tersedianya tenaga kefarmasian yang mampu melakukan pengelolaan Obat dan
Bahan Medis Habis Pakai.
b. Tersedianya tenaga kefarmasian yang mampu melakukan Pelayanan
c. Terfasilitasinya studi banding, praktik dan magang bagi calon tenaga
kefarmasian internal maupun eksternal.
d. Tersedianya data Pelayanan Informasi Obat (PIO) dan konseling tentang Obat
dan Bahan Medis Habis Pakai.
e. Tersedianya data penggunaan antibiotika dan injeksi.
f. Terwujudnya Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas yang optimal.
g. Terkembangnya kualitas dan jenis pelayanan ruang farmasi Puskesmas.
2.3.2 Sarana dan Prasarana
Dalam upaya mendukung operasional pelayanan kefarmasian diperlukan
sarana danprasarana yang memadai untuk meningkatkan kualitas pelayanan
terhadap pasien, mulai dari tempat, peralatan sampai dengan kelengkapan
administrasi yangberhubungan dengan pengobatan. Sarana dan prasarana tersebut
dirancang dan diatur untuk menjamin keselamatan dan efisiensi kerja serta
menghindari terjadinya kerusakan sediaan farmasi (Depkes, RI., 2008).
a. Ruang penerimaan resep
Ruang penerimaan resep meliputi tempat penerimaan resep, ditempatkan
pada bagian paling depan dan mudah terlihat oleh pasien.
b. Ruang pelayanan resep dan peracikan
Ruang pelayanan resep dan peracikan atau produksi sediaan secara
terbatas meliputi rak obat sesuai kebutuhan dan meja peracikan.Ruang ini diatur
agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang cukup. Jika memungkinkan
c. Ruang penyerahan obat
Ruang penyerahan obat meliputi konter penyerahan obat, buku pencatatan
penyerahan dan pengeluaran obat. Ruang penyerahan obat dapat digabungkan
dengan ruang penerimaan resep.
d. Ruang konseling
Ruang konseling meliputi satu set meja dan kursi konseling, lemari buku,
buku-buku referensi sesuai kebutuhan, leaflet, poster, alat bantu konseling, buku
catatan konseling, formulir jadwal konsumsi obat, formulir catatan pengobatan
pasien, dan lemari arsip (filling cabinet), serta 1 (satu) set komputer, jika
memungkinkan.
e. Ruang penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur,
kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan keamanan
petugas. Selain itu juga memungkinkan masuknya cahaya yang cukup. Ruang
penyimpanan yang baik perlu dilengkapi dengan rak/lemari obat, pallet, pendingin
ruangan (AC), lemari pendingin, lemari penyimpanan khusus narkotika dan
psikotropika, lemari penyimpanan obat khusus, pengukur suhu, dan kartu suhu.
f. Ruang arsip
Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan
dengan pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai dan pelayanan kefarmasian
dalam jangka waktu tertentu. Ruang arsip memerlukan ruangan khusus yang
memadai dan aman untuk memelihara dan menyimpan dokumen dalam rangka
untuk menjamin penyimpanan sesuai hukum, aturan, persyaratan, dan teknik