Lampiran 1
LEMBAR KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN KONDISI LINGKUNGAN RUMAH DAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA
BALITA DI DESA SUKA SIPILIHEN KECAMATAN TIGA PANAH TAHUN 2016
DATA UMUM
1. Hari/ Tanggal Wawancara :
2. Nomor Responden :
I. Identitas Responden
Nama ibu :
Alamat :
II. Identitas Anak 1. Nama Anak :
2. Jenis kelamin :
3. Umur :
4. Berat badan lahir :
5.Apakah anak mendapatkan ASI sejak lahir sampai usia 6 bulan tanpa diberi
makanan tambahan?
a. ASI <6 bulan ditambah makanan tambahan b. ASI saja
6. Status imunisasi
BCG : 1. Ya 2.Tidak
POLIO 1 : 1. Ya 2.Tidak
POLIO 2 : 1. Ya 2.Tidak
POLIO 3 : 1. Ya 2.Tidak
POLIO 4 : 1. Ya 2.Tidak
DPT 2 : 1. Ya 2.Tidak
DPT 3 : 1. Ya 2.Tidak
Campak : 1. Ya 2.Tidak
HEPATITIS B1 : 1. Ya 2.Tidak
HEPATITIS B2 : 1. Ya 2.Tidak
HEPATITIS B3 : 1. Ya 2.Tidak
III. ISPA
Apakah satu bulan terakhir anak Ibu mengalami gejala ISPA:
No Gejala Ya Tidak
1 Batuk
2 Pilek
3 Disertai Demam
IV. Kebiasaan Merokok
1. Apakah ada anggota keluarga ibu yang merokok?
a. Ya b. Tidak
2. Berapa jumlah anggota keluarga yang merokok di dalam rumah?
a. lebih dari satu orang b.0 - 1 orang
3. Apakah anggota keluarga tersebut merokok di dalam rumah?
a. Ya b. Tidak
4. Apakah anggota keluarga merokok di dekat anak?
a. Ya b. Tidak
Membuka Jendela1
a. Tidak b. Ya
2. Apakah ibu membuka jendela kamar tidur setiap hari?
a.Tidak b. Ya
3. Apakah ibu mempunyai jendela ruang keluarga ?
a. Tidak b. Ya
4. Apakah ibu membuka jendela ruang keluarga setiap hari?
a. Tidak b. Ya
5. Apakah ibu mempunyai jendela dapur?
a. Tidak b. Ya
6. Apakah ibu membuka jendela dapur setiap hari ?
a.Tidak b. Ya
LEMBAR PENGUKURAN
Kepadatan Hunian
No Nama Kamar Tidur Hasil Ket
Luas lantai Jumlah Penghuni Kamar
m2 orang
Keterangan :
0 = Tidak Memenuhi Syarat, luas lantai kamar tidur < 8 m² tidak dianjurkan
dihuni lebih dari 2 orang dalam satu kamar tidur
Lux Lux Lux
Keterangan :
0 = Tidak memenuhi syarat jika intensitas cahaya < 60 Lux.
Lampiran 2
Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah Dan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Di Desa Suka Sipilihen
Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016
31 Elena 1 1 1 1
32 Pipian 1 1 1 1
33 Izi 0 1 0 1
34 Reva 0 1 0 0
35 Magareta 1 1 1 1
36 Keke 1 1 0 1
37 Daniel 0 1 0 1
38 Ibrado 1 1 0 1
39 Rian 1 1 0 1
40 Ranses 1 1 1 1
Keterangan :
1. Umur : 0 = umur 0-12 bulan, 1= umur 13-60 bulan
2. 0 = < 2,500 Gram, 1 = > 2,500 Gram
3. Status Imunisasi: 0 = Imunisasi Belum Lengkap, 1= Imunisasi Lengkap
Master Data Kondisi Lingkungan Rumah
36 Keke 0 0 0 0 1
0 = Tidak beresiko apabila jawaban responden benar > 75% atau memiliki > 3 dari
seluruh pertanyaan
1 = Beresiko apabila jawaban responden benar < 75% atau memiliki < 3 dari seluruh
20 Joris 1 0 1
21 Olivia 1 1 0
22 Andika 0 0 1
23 Gabriela 1 0 1
24 Bangkit 0 0 1
25 Rindu 0 0 1
26 Dijen 0 0 1
27 Ela 0 0 1
28 Hagita 0 0 1
29 Gianta 0 0 1
30 Nagita 1 1 0
31 Elena 0 0 1
32 Pipian 1 0 1
33 Izi 1 0 1
34 Reva 1 0 1
35 Magareta 1 1 0
36 Keke 0 0 1
37 Daniel 0 0 1
38 Ibrado 1 0 0
39 Rian 0 0 1
40 Ranses 0 0 1
Keterangan :
0 = Baik apabila jawaban responden benar > 75% atau memiliki > 5 dari seluruh
pertanyaan
1 = Kurang baik apabila jawaban responden benar < 75% atau memiliki < 5 dari
LAMPIRAN 3
ANALISIS UNIVARIAT
Kejadian ISPA
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
ISPA 30 75.0 75.0 75.0
Tidak ISPA 10 25.0 25.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
Luas Ventilasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Tidak Memenuhi Syarat 30 75.0 75.0 75.0
Memenuhi Syarat 10 25.0 25.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
Kepadatan Hunian Kamar
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Tidak Memenuhi Syarat 33 82.5 82.5 82.5
Memenuhi Syarat 7 17.5 17.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
Kelembaban Udara
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Tidak Memenuhi Syarat 32 80.0 80.0 80.0
Memenuhi Syarat 8 20.0 20.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
Pencahayaan Alami
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Memenuhi Syarat 8 20.0 20.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Laki-laki 18 45.0 45.0 45.0
Perempuan 22 55.0 55.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
0-12 bulan 15 37.5 37.5 37.5
13-60 bulan 25 62.5 62.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
Berat Badan Lahir
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
< 2500 2 5.0 5.0 5.0
≥ 2500 38 95.0 95.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
Status ASI
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Tidak ASI Eksklusif 29 72.5 72.5 72.5
ASI Eksklusif 11 27.5 27.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
Status Imunisasi
Valid
Belum Lengkap 9 22.5 22.5 22.5
Lengkap 31 77.5 77.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
anggota keluarga merokok
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Ada 32 80.0 80.0 80.0
Tidak ada 8 20.0 20.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
jumlah anggota keluarga merokok
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
lebih dari satu 16 40.0 40.0 40.0
0 - 1 orang 24 60.0 60.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
Keluarga yang Merokok dalam Rumah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Ya 29 72.5 72.5 72.5
Tidak 11 27.5 27.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
Merokok Dekat Anak
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Ya 27 67.5 67.5 67.5
Tidak 13 32.5 32.5 100.0
kategori merokok
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Tidak beresiko 8 20.0 20.0 20.0
Beresiko 32 80.0 80.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
mempunyai jendela kamar
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Tidak 17 42.5 42.5 42.5
Ya 23 57.5 57.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
membuka jendela kamar
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Tidak 33 82.5 82.5 82.5
Ya 7 17.5 17.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
mempunyai jendela ruang keluarga
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Tidak 2 5.0 5.0 5.0
Ya 38 95.0 95.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
membuka jendela ruang keluarga
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Tidak 26 65.0 65.0 65.0
Total 40 100.0 100.0
mempunyai jendela dapur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Tidak 20 50.0 50.0 50.0
Ya 20 50.0 50.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
membuka jendela dapur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Tidak 33 82.5 82.5 82.5
Ya 7 17.5 17.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
kategori membuka jendela
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Baik 9 22.5 22.5 22.5
Kurang Baik 31 77.5 77.5 100.0
ANALISIS BIVARIAT
Luas Ventilasi * Kejadian ISPA Crosstabulation
Kejadian ISPA Total
Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 8.711a 1 .003
Continuity Correctionb 6.400 1 .011
Likelihood Ratio 7.966 1 .005
Fisher's Exact Test .007 .007
Linear-by-Linear Association 8.493 1 .004
N of Valid Cases 40
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.50.
Kepadatan Hunian Kamar * Kejadian ISPA Crosstabulation
Kejadian ISPA Total
ISPA Tidak ISPA
Kepadatan Hunian Kamar Tidak Memenuhi Syarat Count 28 5 33
Expected Count 24.8 8.3 33.0
Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 9.755a 1 .002
Continuity Correctionb 6.984 1 .008
Likelihood Ratio 8.539 1 .003
Fisher's Exact Test .006 .006
Linear-by-Linear Association 9.511 1 .002
N of Valid Cases 40
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.75.
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 7.500a 1 .006
Continuity Correctionb 5.208 1 .022
Likelihood Ratio 6.664 1 .010
Fisher's Exact Test .015 .015
Linear-by-Linear Association 7.313 1 .007
N of Valid Cases 40
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Kelembaban Udara * Kejadian ISPA Crosstabulation
Pencahayaan Alami * Kejadian ISPA Crosstabulation
Kejadian ISPA Total
ISPA Tidak ISPA
Pencahayaan Alami Tidak Memenuhi Syarat Count 27 5 32
Expected Count 24.0 8.0 32.0
Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 7.500a 1 .006
Continuity Correctionb 5.208 1 .022
Likelihood Ratio 6.664 1 .010
Fisher's Exact Test .015 .015
Linear-by-Linear Association 7.313 1 .007
N of Valid Cases 40
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.00.
Umur * Kejadian ISPA Crosstabulation
Kejadian ISPA Total
ISPA Tidak ISPA
Umur 0-12 bulan Count 13 2 15
Expected Count 11.3 3.8 15.0
% within Umur Balita 86.7% 13.3% 100.0%
% of Total 32.5% 5.0% 37.5%
13-60 bulan Count 17 8 25
Expected Count 18.8 6.3 25.0
% within Umur Balita 68.0% 32.0% 100.0%
% of Total 42.5% 20.0% 62.5%
Total
Count 30 10 40
Expected Count 30.0 10.0 40.0
% within Umur Balita 75.0% 25.0% 100.0%
% of Total 75.0% 25.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 1.742a 1 .187
Continuity Correctionb .889 1 .346
Likelihood Ratio 1.863 1 .172
Fisher's Exact Test .269 .174
Linear-by-Linear Association 1.699 1 .192
N of Valid Cases 40
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.75.
Berat Badan Lahir * Kejadian ISPA Crosstabulation
Kejadian ISPA Total
ISPA Tidak ISPA
Berat Badan Lahir Balita < 2500 Count 2 0 2
Expected Count 1.5 .5 2.0
% within Berat Badan Lahir 100.0% 0.0% 100.0%
% of Total 5.0% 0.0% 5.0%
≥2500 Count 28 10 38
Expected Count 28.5 9.5 38.0
% within Berat Badan Lahir 73.7% 26.3% 100.0%
% of Total 70.0% 25.0% 95.0%
Total
Count 30 10 40
Expected Count 30.0 10.0 40.0
% within Berat Badan Lahir 75.0% 25.0% 100.0%
% of Total 75.0% 25.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square .702a 1 .402
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio 1.185 1 .276
Fisher's Exact Test 1.000 .558
Linear-by-Linear Association .684 1 .408
N of Valid Cases 40
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .50.
Status ASI * Kejadian ISPA Crosstabulation
Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 12.079a 1 .001
Continuity Correctionb 9.404 1 .002
Likelihood Ratio 11.276 1 .001
Fisher's Exact Test .002 .002
Linear-by-Linear Association 11.777 1 .001
N of Valid Cases 40
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.75.
Status Imunisasi * Kejadian ISPA Crosstabulation
Kejadian ISPA Total
ISPA Tidak ISPA
Status Imunisasi Belum Lengkap Count 7 2 9
Expected Count 6.8 2.3 9.0
% within Status Imunisasi 77.8% 22.2% 100.0%
% of Total 17.5% 5.0% 22.5%
Lengkap Count 23 8 31
Expected Count 23.3 7.8 31.0
% within Status Imunisasi 74.2% 25.8% 100.0%
% of Total 57.5% 20.0% 77.5%
Total Count 30 10 40
Expected Count 30.0 10.0 40.0
% within Status Imunisasi 75.0% 25.0% 100.0%
% of Total 75.0% 25.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .048a 1 .827
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .049 1 .825
Fisher's Exact Test 1.000 .601
Linear-by-Linear Association .047 1 .829
N of Valid Cases 40
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.25.
kategori merokok * Kejadian ISPA Crosstabulation
Kejadian ISPA Total
ISPA Tidak ISPA
kategori merokok Tidak beresiko Count 3 5 8
Expected Count 6.0 2.0 8.0
% within kategori merokok 37.5% 62.5% 100.0%
% of Total 7.5% 12.5% 20.0%
Beresiko Count 27 5 32
Expected Count 24.0 8.0 32.0
% within kategori merokok 84.4% 15.6% 100.0%
% of Total 67.5% 12.5% 80.0%
Total Count 30 10 40
Expected Count 30.0 10.0 40.0
% within kategori merokok 75.0% 25.0% 100.0%
% of Total 75.0% 25.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 7.500a 1 .006
Continuity Correctionb 5.208 1 .022
Likelihood Ratio 6.664 1 .010
Fisher's Exact Test .015 .015
Linear-by-Linear Association 7.313 1 .007
N of Valid Cases 40
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.00.
kategori membuka jendela * Kejadian ISPA Crosstabulation
% within kategori membuka jendela 44.4% 55.6% 100.0%
% of Total 10.0% 12.5% 22.5%
Kurang Baik Count 26 5 31
Expected Count 23.3 7.8 31.0
% within kategori membuka jendela 83.9% 16.1% 100.0%
% of Total 65.0% 12.5% 77.5%
Total
Count 30 10 40
Expected Count 30.0 10.0 40.0
% within kategori membuka jendela 75.0% 25.0% 100.0%
% of Total 75.0% 25.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 5.783a 1 .016
Continuity Correctionb 3.871 1 .049
Likelihood Ratio 5.230 1 .022
Fisher's Exact Test .029 .029
Linear-by-Linear Association 5.638 1 .018
N of Valid Cases 40
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.25.
Lampiran 7
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 2. Tampak rumah salah satu responden dari dalam
Gambar 4. Jendela ruang keluarga yang terbuka
Gambar 6. Anggota keluarga yang merokok di dalam rumah dan di dekat anak
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Umar Fahmi, 2008. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Universitas Indonesia Press. Jakarta
Alsagaff, H. & Mukty, A. (ed.). 2005. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Cet. III Airlangga University Press. Surabaya.
Anderson, J. 2006. Smoking. Edisi II. Smart Apple Media. United States
ASH Research Report. 2015. Secondhand Smoke in the Home. Action on Smoking and Health. Maret. Hal 1-2. www.ash.org, 18 April 2016 (15.00 wib)
Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC. Jakarta
Cissy B. Kartasasmita, 2010, Pneumonia Pembunuh Balita, Buletin Jendela Epidemiologi Volume 3, April 2016 (15.30 wib)
Depkes RI. 2007. Pedoman Tatalaksana Pneumonia Balita. Dirjen PP & PL. Jakarta. Depkes RI, Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), Dirjen PPM & PLP, Jakarta 1992.
Depkes RI, Pedoman Tatalaksana Pneumonia Balita, Dirjen PP & PL, Jakarta, 2007.
Dinas Kesehatan Sumatera Utara, Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, Medan, 2016
Fillacano, Rahmayatul. 2013. Hubungan Lingkungan Dalam Rumah Terhadap ISPA Pada Balita Dikelurahan Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2013. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Hartono, R & Rahmawati, D, ISPA, 2012, Gangguan Pernapasan pada Anak, Nuha Medika, Yogyakarta.
Hidayat N. 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di Kelurahan Pasie Nan Tigo Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. www.springerlink.com (April 2016).
Irianto, K. 2015. Memahami Berbagai macam penyakit. CV Alfabeta
Kementerian kesehatan Republik Indonesia direktorat Jenderal Pengendalin penyakit dan Penyehatan lingkungan, 2011. Pedoman Pengendalian Infeksi saluran Pernapasan Akut. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta Krieger, J. dan Higgins, D. L., 2002. Housing and Health: Time Again for Public
Health Action.
Lameshow, dkk,. 1997. Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Lingga, R., 2014. Hubungan Karakteristik Rumah Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Dalam Keluarga Perokok Di Kelurahan Gundaling I Kecamatan Berastagi Kabupaten karo Tahun 2014. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan.
Machfoedz, I,. 2009. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan, Kebidanan, Kedokteran. Fitramaya. Yogyakarta
Marlina, L. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Anak Balita Di Puskesmas Penyabungan Jae Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2014. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan
Marni. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit Dengan Gangguan Pernapasan. Gosyen Publishing. Yogyakarta
Maryani R., 2012. Hubungan Antara Kondisi Lingkungan Rumah Dan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Maryunani, A. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta. Trans Info Media.
Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak, Orang Dewasa, Usia Lanjut, Pneumonia Atipik & Pneumonia Atypik Mycobacterium. Pustaka Obor Populer. Jakarta.
Moeller, D., W. 2005. Environmental Health. Edisi III. Persident and Fellows Of Harvard College. United States og America.
Najmah. 2016. Epidemiologi Penyakit Menular. CV Trans Info media. Jakarta
, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta
Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1077 Tahun 2011. Pedoman Penyehatan Udara Dalam Rumah. Jakarta.
Prasetya, B., 2005. Mendesain Rumah Tropis. PT. Trubus Agriwidya. Semarang.
Puskesmas Tiga Panah Kabupaten Karo, Laporan Bulanan ISPA, 2015.
Putra, Bimma Adi, 2013. Hubungan Antara Intensitas Perilaku Merokok Dengan Tingkat Insomnia. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang
Rad, Marssy,.2007. Bahaya Asap Rokok Terhadap Bayi dan Anak. http://radmarssy.wordpress. 20 Oktober 2016 (16.00)
Sastroasmoro, Sudigdo, 2008. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Sagung Seto. Jakarta
Sitepoe, Mangku. 2000. Kekhususan Rokok di Indonesia. Jakarta:Gramedia
Suryani, dkk,. 2013. Hubungan Lingkungan Fisik dan Tindakan Penduduk dengan Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya. Jurnal Kesehatan Andalas. 18 April 2016 (16.00 wib) Suryanto, 2003. Hubungan Sanitasi Rumah dan Faktor Intern Anak Balita
dengan Kejadian ISPA pada Anak Balita. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
Syafrudin, dkk,. 2011. Himpunan Penyuluhan Kesehatan. CV Trans Info media. Jakarta
Taylor, E. Shelly. 1995. Health Psychology. New York : Mc. Grow Hill Inc.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. 3 Oktober 2009. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140. Jakarta.
WHO. 2011. Making Cities Smoke-Free. WHO Document Production Services. Switzerland.
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei analitik dengan rancangan
cross sectional yaitu mengambil data hanya dalam satu saat (one point one time),
dimana data variabel dependen dan independen dikumpulkan dalam waktu
bersamaan (Sastroasmoro, 2008)
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Desa Suka Sipilihen, Kecamatan Tiga
Panah, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatra Utara. Alasan peneliti memilih Desa
Suka Sipilihen menjadi lokasi penelitian karena belum pernah dilakukan
penelitian di daerah tersebut dan dari laporan bulanan Puskesmas pada tahun 2015
terdapat kasus ISPA yang cenderung meningkat setiap bulannya. Dari hasil
peninjauan lokasi yang dilakukan, terdapat beberapa masalah di daerah tersebut
yakni kondisi lingkungan rumah yang masih belum memenuhi syarat kesehatan
dan pengonsumsian rokok yang telah menjadi budaya masyarakat setempat.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Oktober 2016
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Dalam penelitian ini sebagai populasi adalah semua anak usia (0-5 tahun)
3.3.2 Sampel
Perhitungan besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus
Lemeshow (1997), yaitu :
Keterangan :
N = Jumlah sampel
= Nilai distribusi normal baku (table Z) pada tertentu (1,960)
= Nilai distribusi normal baku (table Z) pada tertentu (0,842)
= Proporsi balita ISPA di populasi (10%)
Pa = Perkiraan proporsi balita ISPA pada populasi yang diteliti (25%)
n = 40,329 = 40
3.4 Teknik Pengambilan sampel
Adapun mengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling
yaitu dengan memilih 40 sampel dari 150 populasi secara random atau acak.
Sampel dipilih dengan memakai cara undian, dimana setiap responden diberi
nomor. Setelah itu nomor ditulis dimasing-masing kertas dan dimasukkan ke
3.5 Metode Pengumpulan Data 3.5.1 Data Primer
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung yaitu berupa data
balita, kondisi lingkungan rumah , kebiasaan merokok, kebiasaan membuka
jendela, dan pengetahuan ibu yang diperoleh melalui lembar observasi, kuesioner
maupun pengukuran secara langsung dengan menggunakan alat seperti lux meter,
hygrometer, dan meteran.
3.5.2 Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan adalah data rekam medis Puskesmas Tiga
Panah mengenai data penyakit ISPA pada golongan anak usia (0-5) tahun dari
periode Januari sampai Desember 2015 dan Puskesmas Pembantu Desa Suka
Sipilihen mengenai jumlah balita.
3.6 Pelaksanaan Penelitian
Peneliti melakukan wawancara langsung kepada keluarga responden
seperti ibu maupun ayah responden mengenai kebiasaan merokok di dalam rumah
dan kebiasaan membuka jendela. Untuk pengukuran ventilasi, pencahayaan,
kelembaban dan kepadatan hunian, dilakukan menggunakan alat pengukur
3.7 Defenisi Operasional a. Variabel Dependen
ISPA adalah penyakit infeksi saluran pernapasan yang bersifat akut
dengan adanya batuk, pilek, disertai/tanpa disertai demam yang berlangsung
b. Variabel Independen 1. Luas ventilasi
Ventilasi adalah lubang angin yang berfungsi sebagai tempat pertukaran
udara pada kamar tidur, ruang keluarga, dan dapur yang bersifat tetap
maupun sementara (lubang udara kecuali pintu). Luas ventilasi memenuhi
syarat yaitu ≥ 10 % dari luas lantai.
2. Pencahayaan alami
Pencahayaan adalah tinggi intensitas dari cahaya matahari yang masuk
kedalam kamar tidur, ruang keluarga, dan dapur minimal intensitasnya 60
Lux serta tidak menyilaukan mata (≥120 Lux).
3. Kelembaban udara
Kelembaban udara adalah kualitas udara banyaknya uap air yg dikandung
oleh udara di dalam kamar tidur, ruang keluarga, dan dapur. yang berkisar
antara 40- 70%.
4. Kepadatan hunian kamar
Kepadatan hunian kamar adalah rasio luas ruangan dengan jumlah
penghuni. Luas ruang tidur minimal 8 m² dan tidak dianjurkan lebih dari 2
orang dalam satu kamar tidur,kecuali anak dibawah umur 5 tahun.
5. Umur
Umur adalah lama waktu hidup atau yang dihitung sejak dilahirkan sampai
6. Berat Badan Lahir
Berat badan lahir adalah riwayat berat badan lahir saat lahir yang
ditanyakan melalui wawancara .Status berat badan lahir dibagi menjadi
dua kategori BBLR dan BBLN.
7. Status ASI Eksklusif
Status ASI eksklusif adalah memberikan ASI saja sampai bayi berumur 6
bulan tanpa tambahan makanan dan minuman lainnya.
8. Status imunisasi
Status imunisasi adalah suatu cara meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap penyakit. Jenis imunisasi didapatkan sesuai dengan batas waktu
/usia dan frekuensi mendapatkannya yaitu, BCG : 0 - 11 bulan, DPT 3x : 2 -
11 bulan, Polio 4x : 0 - 11 bulan, Campak 1x : 9 - 11 bulan, Hepatits B 3x: 0 -
11 bulan
9. Kebiasaan merokok
Apabila ada seorang anggota keluarga atau lebih yang menghisap rokok
dalam rumah
10. Membuka jendela
Apabila anggota keluarga membuka jalur masuknya cahaya dan udara
dalam rumah.
3.8 Aspek Pengukuran a. Variabel Dependen: Kejadian ISPA
Cara ukur : wawancara
Hasil ukur :
a. (0) ISPA (Batuk, pilek, disertai demam atau tidak)
b. (1)Tidak ISPA (Apabila tidak terdapat salah satu dari tanda-tanda diatas)
b. Variabel Independen :
1. Luas ventilasi (KEPMENKES No. 829/Menkes/SK/VII/1999)
Alat ukur: meteran
Cara ukur:
1. Mengukur luas ventilasi kamar tidur, ruang keluarga, dan dapur
2. Mengukur luas lantai kamar tidur, ruang keluarga, dan dapur .
3. Luas ventilasi dibandingkan dengan luas lantai
Hasil ukur:
a. (0) Tidak memenuhi syarat jika luas ventilasi kurang dari 10% dari luas
lantai
b. (1) Memenuhi syarat jika luas ventilasi lebih 10% dari luas lantai.
2. Pencahayaan (KEPMENKES No. 829/Menkes/SK/VII/1999)
Alat ukur: Lux meter
Cara ukur :
1. Titik pengukuran dilakukan pada kamar tidur, ruang keluarga, dan dapur.
2. Alat diletakkan ditengah ruangan (kamar tidur, ruang kelurga dan dapur),
3. Geser tombol “Off/On” kearah On.
4. Pilih kisaran Range yang akan diukur ( 2.000 lux, 20.000 lux atau 50.000
5. Arahkan sensor cahaya dengan menggunakan tangan pada permukaan
daerah yang akan diukur kuat penerangannya.
6. Lihat hasil pengukuran pada layar panel.
Hasil ukur:
a. (0) Tidak memenuhi syarat jika intensitas cahaya < 60 Lux.
b. (1) Memenuhi syarat jika intensitas cahaya ≥ 60 Lux sampai 120 Lux.
3. Kelembaban udara (KEPMENKES No. 829/Menkes/SK/VII/1999)
Alat ukur: higrometer
Cara ukur :
1. Titik pengukuran dilakukan pada kamar tidur, ruang keluarga, dan dapur.
2. Alat diletakkan ditengah ruangan (kamar tidur, ruang keluarga dan dapur)
Hygrometer diletakkan di tempat yang telah ditentukan .
3. Selama pengukuran alat didiamkan tiga menit.
4. Hasil pengukuran dibaca setelah jarum hygrometer stabil atau konstan.
Hasil ukur:
a. (0) Tidak memenuhi syarat jika <40% dan >70%.
b. (1) Memenuhi syarat jika 40-70%.
4. Kepadatan penghunian (KEPMENKES No. 829/Menkes/SK/VII/1999)
Alat ukur: meteran
Cara ukur :
Kepadatan hunian diukur dengan membagi antara luas ruangan dengan jumlah
anggota keluarga yang menghuni kamar.
Hasil Ukur:
a. (0) Tidak memenuhi syarat jika < 8 m2 untuk 2 orang.
b. (1) Memenuhi syarat jika > 8 m2 untuk 2 orang.
5. Umur
Alat ukur: kuesioner
Cara ukur : wawancara
Hasil ukur:
a. (0) 12 - 24 bulan
b. (1) 25 - 36 bulan
6. Berat Badan Lahir (BBL)
Alat ukur: kuesioner
Cara ukur : wawancara dan melihat KMS
Hasil ukur:
a. (0) Berat badan lahir < 2500 gram.
b. (1) Berat badan lahir ≥ 2500 gram.
7. Status ASI Eksklusif
Alat ukur: kuesioner
Cara ukur : wawancara
Hasil ukur:
a. (0) Tidak ASI Ekslusif
b. (1) ASI Ekslusif, jika anak mempunyai riwayat mendapatkan ASI saja
8. Status Imunisasi
Alat ukur : kuesioner
Cara ukur : wawancara dan melihat KMS
Hasil ukur:
a. (0) Tidak lengkap : bila balita tidak mendapatkan imunisasi yang
seharusnya diperolehnya sesuai umur.
b. (1) Lengkap : bila balita sudah mendapatkan imunisasi yang harus
diperolehnya sesuai dengan batas usianya, (BCG : 0-11 bulan, DPT 3x :
2-11 bulan, Polio 4x : 2-11 bulan, Campak 1x : 9-2-11 bulan, Hepatits B 3x:
0-11 bulan)
9. Kebiasaan Merokok
Perilaku Kebiasaan merokok diukur dengan skor terhadap kuesioner yang
telah diberi bobot. Skala yang digunakan adalah Skala Guttman. Jumlah
pertanyaan 4 dan skor 4, dengan Kriteria sebagai berikut:
Jawaban a : 0
Jawaban b : 1
Alat Ukur : - Kuesioner
Cara Ukur : - Wawancara
Hasil Ukur:
berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 2 (dua) kategori yaitu :
1.Tidak beresiko apabila jawaban responden benar ≥ 75 % atau memiliki ≥ 3 dari
2.Beresiko apabila jawaban responden benar < 75 % atau memiliki < 3 dari
seluruh pertanyaan yang ada.
10. Membuka Jendela
Perilaku membuka jendela rumah diukur dengan skor terhadap kuesioner
yang telah diberi bobot.Skala yang digunakan adalah Skala Guttman.
Jumlah pertanyaan 6 dan skor 6, dengan Kriteria sebagai berikut:
Jawaban a : 0
Jawaban b : 1
Hasil Ukur:
berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 2 (dua) kategori yaitu :
1.Baik apabila jawaban responden benar ≥ 75 % atau memiliki ≥ 5 dari seluruh
pertanyaan yang ada.
2.Kurang baik apabila jawaban responden benar < 75 % atau memiliki < 5 dari
seluruh pertanyaan yang ada.
3.9 Analisis Data 3.9.1 Analisis Univariat
Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian,
yang menghasilkan distribusi dan presentasi dari tiap variabel
3.9.2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel
independen (bebas) dengan variabel dependen (terikat). Analisis ini dilakukan
Syarat uji Chi Square adalah tidak ada sel yang nilai observed bernilai nol
dan sel yang nilai expected (E) kurang dari 5 maksimal 20% dari jumlah sel.
Jika syarat uji Chi Square tidak terpenuhi, maka dipakai uji alternatifnya yaitu:
1. Alternatif uji Chi Square untuk tabel 2x2 adalah uji Fisher.
2. Alternatif uji Chi Square untuk tabel 2xk adalah uji Kolmogorov-Smirnov.
3. Penggabungan sel adalah langkah alternatif uji Chi Square untuk tabel selain
2x2 dan 2xk sehingga terbentuk suatu tabel B dan K yang baru. Setelah dilakukan
penggabungan sel, uji hipotesis dipilih sesuai dengan tabel B kali K yang baru
BAB IV
HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1 Letak Geografis
Daerah penelitian adalah Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga panah Kabupaten
Karo, Desa Suka Sipilihen memiliki luas wilayah adalah 25,37 Ha, dimana Desa
Suka Sipilihen merupakan daerah pertanian dengan batas-atas wilayah sebagai
berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan : Tiga panah/ Bunuraya Baru
- Sebelah Selatan berbatasan dengan : Suka Mbayak
- Sebelah Barat berbatasan dengan : Kuta Kepar/ Bunuraya
- Sebelah Timur berbatasan dengan : Suka Mbayak/ Tiga panah
4.1.2 Demografi
Jumlah penduduk di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah pada tahun 2015
sebanyak 1686 jiwa dan terdiri dari 818 jiwa laki-laki dan 868 jiwa perempuan.
Mayoritas penduduk di Desa Suka Sipilihen beragama Kristen yaitu sebanyak
875 jiwa dan sebagian besar masyarakat bekerja sebagai petani . Penduduk di
Desa Suka Sipilihen memiliki 6 suku yaitu suku Aceh, Batak, Nias, Sunda, Jawa,
dan Flores. Penduduk yang paling banyak adalah suku Batak yaitu sebanyak 1556
jiwa, sedangkan yang paling sedikit adalah suku Aceh sebanyak 2 jiwa.
4.2 Hasil Analisis Univariat
4.2.1 Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun
Hasil analisis univariat untuk melihat distribusi ISPA pada anak usia (0-5) tahun
disajikan pada tabel 4.1 dibawah ini.
Tabel 4.1 Distribusi ISPA pada Anak Usia (0-5) Tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016
ISPA pada anak n %
sedangkan jumlah yang tidak memiliki keluhan ISPA sebanyak 10 orang (25%).
4.2.2 Kondisi Lingkungan Rumah
Distribusi kondisi lingkungan rumah berdasarkan luas ventilasi, pencahayaan
alami, kelembaban, dan kepadatan hunian disajikan pada tabel 4.2 dibawah ini.
Tabel 4.2 Distribusi Kondisi Lingkungan Rumah di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016
No Kondisi Lingkungan Rumah n %
1 Luas Ventilasi
c. Memenuhi syarat d. Tidak memenuhi syarat
10 b. Tidak Memenuhi syarat
8 b. Tidak Memenuhi syarat
b. Tidak Memenuhi syarat 33 82,5
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa luas ventilasi yang memenuhi syarat
sebanyak 10 rumah (25%), sedangkan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 30
rumah (75%). Pencahayaan alami yang memenuhi syarat sebanyak 8 rumah
(17,5%) rumah, sedangkan pencahayaan alami yang tidak memenuhi syarat
sebanyak 32 rumah (80%). Kelembaban udara yang memenuhi syarat sebanyak 8
rumah (20%), sedangkan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 32 rumah (80%).
Kepadatan hunian kamar yang memenuhi syarat sebanyak 7 rumah (17,5),
sedangkan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 33 rumah (82,5%).
4.2.3 Karakteristik Anak
Distribusi karakteristik anak pada penelitian ini berdasarkan Berat Badan Lahir
(BBL), status imunisasi, dan status ASI Ekslusif dapat dilihat pada tabel 4.3
dibawah ini.
Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Anak di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016
3 Status ASI Eksklusif
a. Mendapatkan ASI Eksklusif b. Tidak mendapatkan ASI Eksklusif
b. Imunisasi belum lengkap 9 22,5
sedangkan jumlah anak yang memiliki berat badan lahir rendah sebanyak 2 ballita
(5%). Jumlah anak yang mendapatkan ASI Eksklusif sebanyak 11 anak,
sedangkan jumlah anak yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif sebanyak 29 anak
(72,5%). Jumlah anak yang mendapatkan imunisasi lengkap sebanyak 31 anak
(77,5%), sedangkan jumlah anak yang belum mendapatkan imunisasi lengkap
sebanyak 9 anak (22,5%).
4.2.4 Kebiasaan Merokok
Distribusi jawaban responden tentang kebiasaan merokok anggota keluarga
disajikan pada tabel 4.4 dibawah ini.
Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Responden tentang Kebiasaan Merokok di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016
No Kebiasaan Merokok n %
1 Apakah ada anggota keluarga ibu yang merokok? a. Ya
2 Berapa jumlah anggota keluarga yang merokok di dalam rumah? a. lebih dari satu orang
3 Apakah anggota keluarga tersebut merokok di dalam rumah? a. Ya
Jumlah 40 100 Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya anggota keluarga yang
merokok terdapat pada 32 rumah (80%), sedangkan anggota keluarga yang tidak
merokok terdapat pada 8 rumah (20%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
anggota keluarga yang merokok lebih satu orang terdapat pada 16 rumah (40%),
sedangkan anggota yang merokok 0-1 orang berada pada 24 rumah (60%). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa anggota keluarga yang merokok di dalam rumah
terdapat pada 29 rumah (72,5%), sedangkan anggota keluarga yang tidak merokok
di dalam rumah terdapat pada 11 rumah (27,5%). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa anggota keluarga yang merokok dekat anak terdapat pada 27 rumah
(67,5%), sedangkan anggota keluarga yang tidak merokok di dalam rumah berada
pada 13 rumah (32,5%).
Tabel 4.5 Distribusi Kategori Kebiasaan Merokok di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016
Kebiasaan Merokok n %
Tidak Beresiko 8 20,0
Beresiko 32 80,0
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa kebiasaan merokok anggota
keluarga dalam kategori tidak beresiko terdapat pada 8 rumah (20%), sedangkan
kebiasaan merokok dalam kategori yang beresiko terdapat pada 32 rumah (80%).
4.2.5 Membuka Jendela
Distribusi jawaban responden tentang membuka jendela disajikan pada tabel 4.6
dibawah ini.
Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Responden tentang Membuka Jendela di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016
No Perilaku Membuka Jendela n %
a. Tidak
3 Apakah ibu mempunyai jendela ruang keluarga ? a. Tidak
5 Apakah ibu mempunyai jendela dapur? a. Tidak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi yang memiliki jendela
kamar tidur setiap hari sebanyak 23 rumah (57,5%) dan membuka jendela kamar
tidur sebanyak 7 rumah (17,5%), sedangkan frekuensi yang tidak memiliki jendela
kamar tidur sebanyak 17 ruumah (42,5%). Frekuensi memiliki jendela ruang
keluarga sebanyak 38 rumah (95%) dan membuka jendela ruang keluarga setiap
hari sebanyak 14 rumah (35%), sedangkan frekuensi yang tidak memiliki jendela
ruang keluarga sebanyak 2 rumah (5%) dan frekuensi yang tidak membuka
jendela ruang keluarga setiap hari sebanyak 26 rumah (65%). Frekuensi yang
memiliki jendela dapur sebanyak 20 rumah (50%) dan yang membuka jendela
jendela dapur sebanyak 20 rumah (50%) dan yang tidak membuka jendela dapur
setiap hari sebanyak 33 rumah (82,5%).
Tabel 4.7 Distribusi Kategori Perilaku Membuka Jendela di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016
Membuka Jendela n %
Baik 9 22,5
Kurang Baik 31 77,5
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa frekuensi membuka jendela
dalam kategori baik sebanyak 9 rumah (22,5), sedangkan membuka jendela dalam
kategori kurang baik sebanyak 31 rumah (77,5).
4.3 Analisis Bivariat
4.3.1 Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun
Hasil analisis bivariat hubungan kondisi lingkungan rumah dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun dapat dilihat pada tabel 4.8 dibawah ini.
3 Kelembaban
Dari hasil analisis hubungan luas ventilasi dengan kejadian ISPA pada anak usia
(0-5) tahun menggunakan Uji Fisher’s di dapat p value (0,007) kurang dari 0,05
maka Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa ada hubungan signifikan antara luas
ventilasi dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun di Desa Suka Sipilihen
Kecamatan Tiga Panah.
Dari hasil analisis hubungan pencahayaan alami dengan kejadian ISPA
pada anak usia (0-5) tahun menggunakan Uji Fisher’s di dapat p value (0,015)
kurang dari 0,05 maka Ho ditolak . Hal ini berarti ada hubungan signifikan antara
pencahayaan alami dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun di Desa
Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah.
Dari hasil analisis hubungan kelembaban udara dengan kejadian ISPA
pada anak usia (0-5) tahun menggunakan Uji Fisher’s di dapat p value (0,015)
kurang dari 0,05 maka Ho ditolak. Hal ini berarti ada hubungan signifikan antara
kelembaban udara dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun di Desa Suka
Sipilihen Kecamatan Tiga Panah.
Dari hasil analisis hubungan kepadatan hunian kamar dengan kejadian
ISPA pada anak usia (0-5) tahun menggunakan Uji Fisher’s di dapat p value
antara kepadatan hunian kamar dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun
di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah.
4.3.2 Hubungan Karakteristik Anak Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun
Hasil analisis bivariat hubungan karakteristik anak dengan kejadian ISPA pada
anak usia (0-5) tahun dapat dilihat pada tabel 4.9 dibawah ini.
Tabel 4.9 Hubungan Karaktristik Anak dengan Kejadian ISPA pada Anak Usia (0-5) Tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016
No Kondisi Lingkungan
3 Status ASI Eksklusif a.Mendapatkan ASI
0,05 maka Ho diterima. Hal ini berarti tidak ada hubungan signifikan antara umur
dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun di Desa Suka Sipilihen
Dari hasil analisis hubungan berat badan lahir dengan kejadian ISPA pada
anak usia (0-5) tahun menggunakan Uji Fisher’s di dapat p value (1,000) lebih
besar dari 0,05 maka Ho diterima. Hal ini berarti tidak ada hubungan signifikan
antara berat badan lahir dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun di Desa
Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah.
Dari hasil analisis hubungan status ASI Eksklusif dengan kejadian ISPA
pada anak usia (0-5) tahun menggunakan Uji Fisher’s di dapat p value (0,002)
kurang dari 0,05 maka Ho ditolak. Hal ini berarti ada hubungan signifikan antara
status ASI Eksklusif dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun di Desa
Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah.
Dari hasil analisis hubungan status Imunisasi dengan kejadian ISPA pada
anak usia (0-5) tahun menggunakan Uji Fisher’s di dapat p value (1,000) lebih
besar dari 0,05 maka Ho diterima. Hal ini berarti tidak ada hubungan signifikan
antara status Imunisasi dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun di Desa
Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah.
4.3.3 Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun
Hasil analisis bivariat hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA pada
anak usia (0-5) tahun dapat dilihat pada tabel 4.10 dibawah ini.
Dari hasil analisis hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA
pada anak usia (0-5) tahun menggunakan Uji Fisher’s di dapat p value (0,015)
kurang dari 0,05 maka Ho ditolak. Hal ini berarti ada hubungan signifikan antara
kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun di Desa
Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah.
4.3.4 Hubungan Membuka Jendela Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun Di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016 Hasil analisis bivariat hubungan membuka jendela dengan kejadian ISPA pada
anak usia (0-5) tahun dapat dilihat pada tabel 4.11 dibawah ini.
Tabel 4.11Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian ISPA pada Anak Usia (0-5) Tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016 No Membuka Jendela
Dari hasil analisis hubungan membuka jendela dengan kejadian ISPA pada
anak usia (0-5) tahun menggunakan Uji Fisher’s di dapat p value (0,029) kurang
dari 0,05 maka Ho ditolak. Hal ini berarti ada hubungan signifikan antara
membuka jendela dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun di Desa Suka
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun Di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 40 anak di Desa suka
Sipilhen, anak yang terkena ISPA sebanyak 30 anak (75%) dan yang tidak ISPA
sebanyak 10 anak (25%). Dalam pengertian bahwa ISPA dapat dikenali dengan
adanya gejala seperti batuk, pilek, disertai demam ataupun tidak yang berlangsung
sampai beberapa jam sampai beberapa hari (WHO, 2007)
Menurut data Profil Kesehatan Sumatera Utara tahun 2013 menunjukkan
bahwa persentasi kasus ISPA yang ditemukan dan ditangani sebesar terdapat
15,36%. Jika dibandingkan dengan kejadian ISPA di daerah Suka Sipilihen
dengan jumlah anak yang terkena ISPA sebulan terakhir, yaitu 30 anak dengan
persentasi 75%, maka angka ini cukup tinggi. Tingginya kejadian ISPA
kemungkinan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan rumah yang kurang baik,
kebiasaan merokok anggota keluarga, dan jarangnya warga membuka jendela
rumah .
ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang
disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri,virus, maupun riketsia, tanpa atau
disertai radang parenkim paru. Disamping penyebab, perlu juga diperhatikan
faktor resiko, yaitu faktor yang mempengaruhi atau mempermudah terjadinya
penyakit. Secara umum ada 3 faktor risiko ISPA, yaitu faktor lingkungan, faktor
pencemaran udara dalam rumah (asap hasil pembakaran bahan bakar untuk
memasak dengan konsentrasi yang tinggi), ventilasi rumah dan kepadatan hunian.
Faktor individu anak meliputi: umur anak, berat badan lahir, status gizi, vitamin A
dan status imunisasi. Faktor perilaku meliputi perilaku pencegahan dan
penanggulangan ISPA pada bayi atau peran aktif keluarga/masyarakat dalam
menangani penyakit ISPA (Maryunani, 2010)
5.2 Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun
5.2.1 Hubungan Luas Ventilasi Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun
Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa sebesar 75% luas ventilasi
rumah yang tidak memenuhi syarat dan dari hasil Uji Fisher’s di dapat p value
(0,007) kurang dari 0,05 maka Ho ditolak . Hasil tersebut menunjukkan bahwa
ada hubungan signifikan antara luas ventilasi dengan kejadian ISPA pada anak
usia (0-5) tahun. Nilai Rasio Prevalensi luas ventilasi adalah 2,15 lebih besar dari
1, maka dari itu luas ventilasi merupakan faktor resiko penyebab penyakit ISPA .
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fillacano (2013)
dan Suryani (2013), yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara luas ventilasi
dengan kejadian ISPA pada balita
Berdasarkan penelitian yang dilakukan luas ventilasi tidak memenuhi
syarat disebabkan karena ukuran ventilasi rumah kecil atau kurang dari 10% .
Hasil dari wawancara yang dilakukan juga menunjukkan bahwa hampir semua
jendela dan jendela yang ada juga jarang dibuka sehingga ventilasi tidak dapat
berfungsi dengan baik
Fungsi utama ventilasi adalah menjaga agar aliran udara di dalam rumah
tetap segar. Kurangnya ventilasi dapat menyebabkan kurangnya 02 dan
meningkatkan kadar CO2 yang bersifat racun. Ventilasi juga berhubungan dengan
kelembaban udara dalam rumah yang merupakan media yang baik untuk
bakteri-bakteri penyebab penyakit. (Notoatmodjo, 1997).
5.2.2 Hubungan Pencahayaan Alami Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 80% pencahayaan alami di
dalam rumah tidak memenuhi syarat dan dari hasil Uji Fisher’s di dapat p value
(0,015) kurang dari 0,05 maka Ho ditolak . Hal ini berarti ada hubungan antara
pencahayaan alami dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun. Nilai Rasio
Prevalensi luas ventilasi adalah 2,8 lebih besar dari 1, maka dari itu pencahayaan
alami merupakan faktor resiko penyebab penyakit ISPA
Hal ini dikarenakan ventilasi rumah yang kecil dan dan kebiasaan
penghuni rumah yang tidak membuka jendela. Tidak hanya itu rumah yang ada di
desa Suka Sipilihen memiliki jarak yang cukup dekat satu sama lain sehingga
menghalang cahaya matahari dan mengakibatkan ruangan menjadi lembab.
Ruangan yang lembab tersebut dapat menjadi media yang baik bagi pertumbuhan
bakteri yang dapat menyebabkan penyakit.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, ditemukan adanya hubungan
tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh suryani (2013), yang
menunjukkan bahwa ada hubungan pencahayaan alami dengan kejadian ISPA
dimana nilai p sebesar 0,001.
Cahaya matahari selain berguna menerangi ruangan juga mempunyai daya
untuk membunuh bakteri. Rumah yang memenuhi syarat kesehatan memerlukan
cahaya yang cukup khususnya cahaya alami berupa cahaya matahari (UV).
Pencahayaan alami dalam ruangan di rumah adalah penerangan yang bersumber
langsung dari cahaya matahari yaitu semua jalan yang memungkinkan untuk
masuknya cahaya matahari. Pencahayaan alami yang memenuhi syarat kesehatan
berdasarkan Kepmenkes RI No 829/Menkes/SK/VII/1999 yaitu pencahayaan
alami minimal 60 Lux dan tidak menyilaukan.
5.2.3 Hubungan Kelembaban Udara Dengan Kejadian ISPA pada Anak Usia (0-5) Tahun
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 80% kelembaban udara di
dalam rumah tidak memenuhi syarat dan dari hasil Uji Fisher’s di dapat p value
(0,015) kurang dari 0,05 maka Ho ditolak. Maka disimpulkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara kelembaban udara dengan kejadian ISPA pada
anak usia (0-5) tahun. Nilai Rasio Prevalensi luas ventilasi adalah 2,8 lebih besar
dari 1, maka dari itu kelembaban udara merupakan faktor resiko penyebab
penyakit ISPA Penelitian ini sejalan dengan penelitian Maryani (2012) yang
menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara kelembaban udara dengan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa sebagian besar
rumah responden yang berada di Desa Suka Sipilhen memiliki kelembaban yang
cukup tinggi . Hal tersebut dikarenakan jendela yang ada di rumah jarang dibuka
sehingga menghambat sirkulasi udara dan kualitas udara di dalam rumah
menurun.
Menurut Kepmenkes RI No.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan
perumahan, kelembaban ruangan yang baik untuk kesehatan adalah 40-70%.
Kelembaban yang terlalu tinggi maupun rendah dapat menyebabkan suburnya
pertumbuhan mikroorganisme. Kelembaban dipengaruhi oleh konstruksi rumah
yang tidak memenuhi syarat misalnya lantai, dinding yang tidak kedap air, serta
kurangnya pencahayaan baik buatan maupun alami.
5.2.4 Hubungan Kepadatan Hunian Kamar Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun
Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapat bahwa sebesar 82,5%
kepadatan hunian kamar tidak memenuhi syarat dan dari hasil Uji Fisher’s di
dapat p value (0,006) kurang dari 0,05 maka Ho ditolak. Hal tersebut
menunjukkan bahwa ada hubungan antara kepadatan hunian kamar dengan
kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun. Nilai Rasio Prevalensi luas ventilasi
adalah 3 lebih besar dari 1, maka dari itu kepadatan hunian kamar merupakan
faktor resiko penyebab penyakit ISPA. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Fillacano (2013) yang menyatakan bahwa ada hubungan
Menurut Kepmenkes RI No.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan
kesehatan rumah,kepadatan hunian dalam kamar tidur minimal 8 m² dan tidak
dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang dalam satu kamar tidur kecuali untuk
anak di bawah 5 tahun.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, sebagian besar responden tinggal
di rumah dengan kepadatan hunian yang tidak memenuhi syarat, penyebabnya
adalah sebagian besar rumah responden yang diteliti memiliki jumlah penghuni
kamar 3 orang termasuk anak dibawah 5 tahun. Jika dilihat dari segi jumlah masih
memenuhi syarat karena dalam kamar terdiri dari 2 orang dewasa dan 1 anak
dibawah 5 tahun, namun yang menjadi masalah adalah luas kamar tidak
memenuhi syarat untuk ditempati oleh 2 orang. Hal tersebut disebabkan luas
rumah tidak mencukupi untuk membuat kamar yang memenuhi syarat kesehatan.
Penularan penyakit terkhusus yang menular melalui udara berbanding
lurus dengan tingkat kepadatan hunian suatu rumah. Semakin tinggi kepadatan
rumah, maka penularan penyakit khususnya melalui udara akan semakin cepat.
Rumah yang padat penghuni akan menyebabkan sirkulasi udara tidak baik,
pertukaran oksigen kurang sempurna dan diperburuk apabila ventilasi rumah tidak
memenuhi syarat. Hal ini sangat berbahaya apabila ada anggota keluarga yang
menderita gangguan pernafasan yang disebabkan oleh virus, akan cepat
menyerang anggota keluarga lain akibat menghirup udara yang sama dan sudah
tercemar. Semakin padat penghuni dalam rumah maka akan semakin mudah
penularan penyakit pada balita terutama penyakit yang diakibatkan oleh
5.3 Hubungan Karakteristik Anak Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun
5.3.1 Hubungan Umur Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang memiliki umur 0-12 bulan
sebesar 37,5% dan anak yang berumur 13-60 bulan sebesar 62,5% dan dari hasil
Uji Fisher’s di dapat p value (0,269) lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima. Hal
tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara umur dengan
kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun.
Penelitian ini sesuai dengan penelitan yang dilakukan oleh Nur (2004)
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur anak dengan kejadian
ISPA dan juga sama dengan penelitian yang dilakukan Marlina (2014),
menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur anak dengan
kejadian ISPA.
World Health Organization melaporkan bahwa di Negara berkembang,
Infeksi saluran pernafasan akut termasuk infeksi respiratori bawah (pneumonia,
bronkiolitis, dan lain-lain) adalah penyebab utama dari empat penyebab terbanyak
kematian anak, dengan kasus terbanyak terjadi pada anak berusia di bawah 1
tahun .
5.3.2 Hubungan Berat Badan Lahir Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapat bahwa anak yang
memiliki berat badan lahir rendah sebesar 5 % dan anak dengan berat badan lahir
besar dari 0,05 maka Ho diterima. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan signifikan antara berat badan lahir dengan kejadian ISPA pada anak
usia (0-5) tahun.
Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ranantha,dkk di Desa Gandon tahun 2012 yang menyatakan bahwa ada hubungan
berat badan lahir terhadap kejadian ISPA dimana nilai p sebesar 0,002.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan didapatkan bahwa para ibu
telah memiliki kesadaran yang cukup tinggi untuk memeriksakan kandungan
selama kehamilannya, sehingga masalah kesehatan kandungan ibu dapat diatasi
dengan cepat . Hal tersebut juga di dukung oleh jarak antara pelayanan kesehatan
seperti puskesmas pembantu dan POSKESDES dengan pemukiman warga cukup
dekat.
Berat badan lahir bayi dapat dipengaruhi oleh gangguan kesehatan pada
saat ibu hamil yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan janin. Berat badan
lahir menentukan pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental pada masa
balita. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki risiko kematian
yang lebih besar dibandingkan dengan bayi yang memiliki barat badan lahir
normal, terutama pada bulan– bulan pertama kelahiran. Kondisi ini disebabkan
karena pembentukan zat anti kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah
5.3.3 Hubungan Status ASI Eksklusif Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapat bahwa jumlah anak
yang tidak ASI Eksklusif lebih banyak daripada anak dengan ASI Eksklusif dan
dari hasil Uji Fisher’s di dapat p value (0,002) lebih besar dari 0,05 maka Ho
ditolak. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara status
ASI Eksklusif dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun. Nilai Rasio
Prevalensi luas ventilasi adalah 2,38 lebih besar dari 1, maka dari itu status ASI
Eksklusif merupakan faktor resiko penyebab penyakit ISPA. Penelitian ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan Ranantha,dkk (2012) yang menyatakan bahwa
balita yang diberikan ASI tidak Eksklusif mempunyai resiko mengalami ISPA
disbanding balita yang diberikan ASI Eksklusif.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan responden bahwa banyak
yang tidak memberikan ASI Eksklusif dikarenakan ibu tidak bisa mengeluarkan
ASI dan adanya kepercayaan apabila anak tersebut sering menangis berarti dia
lapar dan ibu merasa bahwa tidak cukup hanya dengan memberikan ASI, maka
dari itu ibu memberikan susu formula ataupun makanan tambahan seperti buah
ataupun bubur pada saat umur 0-6 bulan
ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi karena merupakan makanan
alamiah yang sempurna, mudah dicerna, mengandung zat gizi yang sesuai
kebutuhan untuk pertumbuhan, kekebalan dan mencegah dari berbagai penyakit
untuk melindungi bayi dari penyakit infeksi termasuk ISPA pada balita (UNICEF,
2002)
5.3.4 Hubungan Status Imunisasi Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun
Status Imunisasi dinilai dengan cara lengkap atau tidaknya anak
mendapatkan imunisasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapat bahwa
anak yang mendapatkan imunisasi yang lengkap sebesar 77,5% dan dari hasil Uji
Fisher’s di dapat p value (1,000) lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima. Hal
tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara status
imunisasi dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun. Hasil penelitian ini
tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Marlina (2014), yang menunjukkan
bahwa ada hubungan antara status imunisasi dengan kejadian ISPA pada balita.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa cakupan imunisasi cukup tinggi dan
responden telah mengetahui bahwa imunisai sangatlah penting bagi kesehatan
terutama dalam pencegahan penyakit infeksi sehingga responden membawa
bayinya untuk imunisasi sesuai dengan jadwal.
Imunisasi memberikan kekebalan tubuh untuk melindungi anak dari
serangan penyakit menular, orang yang diberi vaksin akan memiliki kekebalan
terhadap penyakit yang bersangkutan. Imunisasi yang paling efektif untuk
mencegah penyakit ISPA adalah imunisasi campak dan DPT. Sebagian besar
kematian karena ISPA berasal dari jenis ISPA yang berkembang dari penyakit
karena itu cakupan imunisasi harus ditingkatkan dalam upaya pemberantasan
ISPA. (achmadi, 2008)
5.4 Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun
Berdasarkan hasil penelitian hubungan kebiasaaan merokok dengan
kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun menggunakan Uji Fisher’s di dapat p
value (0,015) kurang dari 0,05 maka Ho ditolak. Hal ini berarti ada hubungan
kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun. Nilai Rasio
Prevalensi luas ventilasi adalah 2,27 lebih besar dari 1, maka dari itu kebiasaan
merokok merupakan faktor resiko penyebab penyakit ISPA.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh lingga (2014),
yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan
merokok dengan kejadian ISPA dan juga penelitian yang dilakukan oleh Suryani
(2013), yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kebiasaan merokok anggota
keluarga dengan kejadian ISPA
Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebagian besar anggota keluarga
memiliki kebiasaan merokok di dalam rumah dan dekat dengan anak. Dari segi
jumlah anggota keluarga yang merokok didapat bahwa anggota keluarga yang
merokok lebih dari 1 orang sebesar 40%. Dari data yang didapat, kepala keluarga
yang paling banyak merokok dalam setiap rumah, namun ada beberapa rumah
yang didapat ibu rumah tangga, anak ataupun anggota keluarga lain merokok.
Merokok telah menjadi budaya di daerah tersebut, bahkan sudah lumrah jika
Hal tersebut disebabkan oleh lingkungan yang mendukung dimana sebagian anak
beramsumsi bahwa dia merokok karena ibunya dan ayahnya merokok.
Asap rokok adalah campuran asap yang dikeluarkan dari pembakaran
tembakau yang mengandung polyclinic Aromatic Hydrocarbon (PAHs) dan
berbahaya bagi kesehatan. Merokok di ruang tertutup akan meningkatkan
konsentrasi partikel asap rokok sebagian di antaranya adalah toksik (beracun).
Kehadiran perokok menyebabkan respirable particulates menjadi 3 hingga 12
kali lebih tinggi di dalam ruangan daripada di luar ruangan. Hasil studi penelitian
epidemologi menunjukkan bukti yang kuat bahwa paparan asap rokok lingkungan
terhadap anak berkaitan peningkatan jumlah penyakit saluran nafas bawah,
eksaserbasi asma, dan SIDS. Paparan semasa kanak-kanak juga dapat
menyebabkan pertumbuhan kanker semasa dewasa. Paparan asap rokok
lingkungan (salah satu keluarga adalah perokok) setelah bayi lahir menyebabkan
peningkatan resiko penyakit pernafasan akut pada anak. (Rad Marssy,2007).
Terdapat seorang perokok atau lebih dalam rumah akan memperbesar
resiko anggota keluarga menderita sakit, seperti gangguan pernapasan,
memperburuk asma dan memperberat penyakit angina pectoris serta dapat
meningkatkan resiko untuk mendapat serangan ISPA khususnya pada balita.
Anak-anak yang orang tuanya perokok lebih mudah terkena penyakit saluran
pernapasan seperti flu, asma pneumonia dan penyakit saluran pernapasan lainnya