• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah dan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga dengan Kejadian ISPA pada Anak Usia (0-5) Tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah dan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga dengan Kejadian ISPA pada Anak Usia (0-5) Tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN KONDISI LINGKUNGAN RUMAH DAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA

BALITA DI DESA SUKA SIPILIHEN KECAMATAN TIGA PANAH TAHUN 2016

DATA UMUM

1. Hari/ Tanggal Wawancara :

2. Nomor Responden :

I. Identitas Responden

Nama ibu :

Alamat :

II. Identitas Anak 1. Nama Anak :

2. Jenis kelamin :

3. Umur :

4. Berat badan lahir :

5.Apakah anak mendapatkan ASI sejak lahir sampai usia 6 bulan tanpa diberi

makanan tambahan?

a. ASI <6 bulan ditambah makanan tambahan b. ASI saja

6. Status imunisasi

BCG : 1. Ya 2.Tidak

POLIO 1 : 1. Ya 2.Tidak

POLIO 2 : 1. Ya 2.Tidak

POLIO 3 : 1. Ya 2.Tidak

POLIO 4 : 1. Ya 2.Tidak

(2)

DPT 2 : 1. Ya 2.Tidak

DPT 3 : 1. Ya 2.Tidak

Campak : 1. Ya 2.Tidak

HEPATITIS B1 : 1. Ya 2.Tidak

HEPATITIS B2 : 1. Ya 2.Tidak

HEPATITIS B3 : 1. Ya 2.Tidak

III. ISPA

Apakah satu bulan terakhir anak Ibu mengalami gejala ISPA:

No Gejala Ya Tidak

1 Batuk

2 Pilek

3 Disertai Demam

IV. Kebiasaan Merokok

1. Apakah ada anggota keluarga ibu yang merokok?

a. Ya b. Tidak

2. Berapa jumlah anggota keluarga yang merokok di dalam rumah?

a. lebih dari satu orang b.0 - 1 orang

3. Apakah anggota keluarga tersebut merokok di dalam rumah?

a. Ya b. Tidak

4. Apakah anggota keluarga merokok di dekat anak?

a. Ya b. Tidak

Membuka Jendela1

(3)

a. Tidak b. Ya

2. Apakah ibu membuka jendela kamar tidur setiap hari?

a.Tidak b. Ya

3. Apakah ibu mempunyai jendela ruang keluarga ?

a. Tidak b. Ya

4. Apakah ibu membuka jendela ruang keluarga setiap hari?

a. Tidak b. Ya

5. Apakah ibu mempunyai jendela dapur?

a. Tidak b. Ya

6. Apakah ibu membuka jendela dapur setiap hari ?

a.Tidak b. Ya

LEMBAR PENGUKURAN

Kepadatan Hunian

No Nama Kamar Tidur Hasil Ket

Luas lantai Jumlah Penghuni Kamar

m2 orang

Keterangan :

0 = Tidak Memenuhi Syarat, luas lantai kamar tidur < 8 m² tidak dianjurkan

dihuni lebih dari 2 orang dalam satu kamar tidur

(4)
(5)

Lux Lux Lux

Keterangan :

0 = Tidak memenuhi syarat jika intensitas cahaya < 60 Lux.

(6)

Lampiran 2

Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah Dan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Di Desa Suka Sipilihen

Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016

(7)

31 Elena 1 1 1 1

32 Pipian 1 1 1 1

33 Izi 0 1 0 1

34 Reva 0 1 0 0

35 Magareta 1 1 1 1

36 Keke 1 1 0 1

37 Daniel 0 1 0 1

38 Ibrado 1 1 0 1

39 Rian 1 1 0 1

40 Ranses 1 1 1 1

Keterangan :

1. Umur : 0 = umur 0-12 bulan, 1= umur 13-60 bulan

2. 0 = < 2,500 Gram, 1 = > 2,500 Gram

3. Status Imunisasi: 0 = Imunisasi Belum Lengkap, 1= Imunisasi Lengkap

(8)

Master Data Kondisi Lingkungan Rumah

(9)
(10)

36 Keke 0 0 0 0 1

0 = Tidak beresiko apabila jawaban responden benar > 75% atau memiliki > 3 dari

seluruh pertanyaan

1 = Beresiko apabila jawaban responden benar < 75% atau memiliki < 3 dari seluruh

(11)
(12)

20 Joris 1 0 1

21 Olivia 1 1 0

22 Andika 0 0 1

23 Gabriela 1 0 1

24 Bangkit 0 0 1

25 Rindu 0 0 1

26 Dijen 0 0 1

27 Ela 0 0 1

28 Hagita 0 0 1

29 Gianta 0 0 1

30 Nagita 1 1 0

31 Elena 0 0 1

32 Pipian 1 0 1

33 Izi 1 0 1

34 Reva 1 0 1

35 Magareta 1 1 0

36 Keke 0 0 1

37 Daniel 0 0 1

38 Ibrado 1 0 0

39 Rian 0 0 1

40 Ranses 0 0 1

Keterangan :

0 = Baik apabila jawaban responden benar > 75% atau memiliki > 5 dari seluruh

pertanyaan

1 = Kurang baik apabila jawaban responden benar < 75% atau memiliki < 5 dari

(13)

LAMPIRAN 3

ANALISIS UNIVARIAT

Kejadian ISPA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

ISPA 30 75.0 75.0 75.0

Tidak ISPA 10 25.0 25.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Luas Ventilasi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak Memenuhi Syarat 30 75.0 75.0 75.0

Memenuhi Syarat 10 25.0 25.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Kepadatan Hunian Kamar

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak Memenuhi Syarat 33 82.5 82.5 82.5

Memenuhi Syarat 7 17.5 17.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Kelembaban Udara

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak Memenuhi Syarat 32 80.0 80.0 80.0

Memenuhi Syarat 8 20.0 20.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Pencahayaan Alami

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

(14)

Memenuhi Syarat 8 20.0 20.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Laki-laki 18 45.0 45.0 45.0

Perempuan 22 55.0 55.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

0-12 bulan 15 37.5 37.5 37.5

13-60 bulan 25 62.5 62.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Berat Badan Lahir

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

< 2500 2 5.0 5.0 5.0

≥ 2500 38 95.0 95.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Status ASI

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak ASI Eksklusif 29 72.5 72.5 72.5

ASI Eksklusif 11 27.5 27.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Status Imunisasi

(15)

Valid

Belum Lengkap 9 22.5 22.5 22.5

Lengkap 31 77.5 77.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

anggota keluarga merokok

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Ada 32 80.0 80.0 80.0

Tidak ada 8 20.0 20.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

jumlah anggota keluarga merokok

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

lebih dari satu 16 40.0 40.0 40.0

0 - 1 orang 24 60.0 60.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Keluarga yang Merokok dalam Rumah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Ya 29 72.5 72.5 72.5

Tidak 11 27.5 27.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Merokok Dekat Anak

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Ya 27 67.5 67.5 67.5

Tidak 13 32.5 32.5 100.0

(16)

kategori merokok

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak beresiko 8 20.0 20.0 20.0

Beresiko 32 80.0 80.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

mempunyai jendela kamar

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak 17 42.5 42.5 42.5

Ya 23 57.5 57.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

membuka jendela kamar

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak 33 82.5 82.5 82.5

Ya 7 17.5 17.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

mempunyai jendela ruang keluarga

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak 2 5.0 5.0 5.0

Ya 38 95.0 95.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

membuka jendela ruang keluarga

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak 26 65.0 65.0 65.0

(17)

Total 40 100.0 100.0

mempunyai jendela dapur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak 20 50.0 50.0 50.0

Ya 20 50.0 50.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

membuka jendela dapur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak 33 82.5 82.5 82.5

Ya 7 17.5 17.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

kategori membuka jendela

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Baik 9 22.5 22.5 22.5

Kurang Baik 31 77.5 77.5 100.0

(18)

ANALISIS BIVARIAT

Luas Ventilasi * Kejadian ISPA Crosstabulation

Kejadian ISPA Total

Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 8.711a 1 .003

Continuity Correctionb 6.400 1 .011

Likelihood Ratio 7.966 1 .005

Fisher's Exact Test .007 .007

Linear-by-Linear Association 8.493 1 .004

N of Valid Cases 40

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.50.

(19)

Kepadatan Hunian Kamar * Kejadian ISPA Crosstabulation

Kejadian ISPA Total

ISPA Tidak ISPA

Kepadatan Hunian Kamar Tidak Memenuhi Syarat Count 28 5 33

Expected Count 24.8 8.3 33.0

Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 9.755a 1 .002

Continuity Correctionb 6.984 1 .008

Likelihood Ratio 8.539 1 .003

Fisher's Exact Test .006 .006

Linear-by-Linear Association 9.511 1 .002

N of Valid Cases 40

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.75.

(20)

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 7.500a 1 .006

Continuity Correctionb 5.208 1 .022

Likelihood Ratio 6.664 1 .010

Fisher's Exact Test .015 .015

Linear-by-Linear Association 7.313 1 .007

N of Valid Cases 40

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.00.

b. Computed only for a 2x2 table

Kelembaban Udara * Kejadian ISPA Crosstabulation

(21)

Pencahayaan Alami * Kejadian ISPA Crosstabulation

Kejadian ISPA Total

ISPA Tidak ISPA

Pencahayaan Alami Tidak Memenuhi Syarat Count 27 5 32

Expected Count 24.0 8.0 32.0

Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 7.500a 1 .006

Continuity Correctionb 5.208 1 .022

Likelihood Ratio 6.664 1 .010

Fisher's Exact Test .015 .015

Linear-by-Linear Association 7.313 1 .007

N of Valid Cases 40

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.00.

(22)

Umur * Kejadian ISPA Crosstabulation

Kejadian ISPA Total

ISPA Tidak ISPA

Umur 0-12 bulan Count 13 2 15

Expected Count 11.3 3.8 15.0

% within Umur Balita 86.7% 13.3% 100.0%

% of Total 32.5% 5.0% 37.5%

13-60 bulan Count 17 8 25

Expected Count 18.8 6.3 25.0

% within Umur Balita 68.0% 32.0% 100.0%

% of Total 42.5% 20.0% 62.5%

Total

Count 30 10 40

Expected Count 30.0 10.0 40.0

% within Umur Balita 75.0% 25.0% 100.0%

% of Total 75.0% 25.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 1.742a 1 .187

Continuity Correctionb .889 1 .346

Likelihood Ratio 1.863 1 .172

Fisher's Exact Test .269 .174

Linear-by-Linear Association 1.699 1 .192

N of Valid Cases 40

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.75.

(23)

Berat Badan Lahir * Kejadian ISPA Crosstabulation

Kejadian ISPA Total

ISPA Tidak ISPA

Berat Badan Lahir Balita < 2500 Count 2 0 2

Expected Count 1.5 .5 2.0

% within Berat Badan Lahir 100.0% 0.0% 100.0%

% of Total 5.0% 0.0% 5.0%

≥2500 Count 28 10 38

Expected Count 28.5 9.5 38.0

% within Berat Badan Lahir 73.7% 26.3% 100.0%

% of Total 70.0% 25.0% 95.0%

Total

Count 30 10 40

Expected Count 30.0 10.0 40.0

% within Berat Badan Lahir 75.0% 25.0% 100.0%

% of Total 75.0% 25.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square .702a 1 .402

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio 1.185 1 .276

Fisher's Exact Test 1.000 .558

Linear-by-Linear Association .684 1 .408

N of Valid Cases 40

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .50.

(24)

Status ASI * Kejadian ISPA Crosstabulation

Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 12.079a 1 .001

Continuity Correctionb 9.404 1 .002

Likelihood Ratio 11.276 1 .001

Fisher's Exact Test .002 .002

Linear-by-Linear Association 11.777 1 .001

N of Valid Cases 40

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.75.

(25)

Status Imunisasi * Kejadian ISPA Crosstabulation

Kejadian ISPA Total

ISPA Tidak ISPA

Status Imunisasi Belum Lengkap Count 7 2 9

Expected Count 6.8 2.3 9.0

% within Status Imunisasi 77.8% 22.2% 100.0%

% of Total 17.5% 5.0% 22.5%

Lengkap Count 23 8 31

Expected Count 23.3 7.8 31.0

% within Status Imunisasi 74.2% 25.8% 100.0%

% of Total 57.5% 20.0% 77.5%

Total Count 30 10 40

Expected Count 30.0 10.0 40.0

% within Status Imunisasi 75.0% 25.0% 100.0%

% of Total 75.0% 25.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .048a 1 .827

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .049 1 .825

Fisher's Exact Test 1.000 .601

Linear-by-Linear Association .047 1 .829

N of Valid Cases 40

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.25.

(26)

kategori merokok * Kejadian ISPA Crosstabulation

Kejadian ISPA Total

ISPA Tidak ISPA

kategori merokok Tidak beresiko Count 3 5 8

Expected Count 6.0 2.0 8.0

% within kategori merokok 37.5% 62.5% 100.0%

% of Total 7.5% 12.5% 20.0%

Beresiko Count 27 5 32

Expected Count 24.0 8.0 32.0

% within kategori merokok 84.4% 15.6% 100.0%

% of Total 67.5% 12.5% 80.0%

Total Count 30 10 40

Expected Count 30.0 10.0 40.0

% within kategori merokok 75.0% 25.0% 100.0%

% of Total 75.0% 25.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 7.500a 1 .006

Continuity Correctionb 5.208 1 .022

Likelihood Ratio 6.664 1 .010

Fisher's Exact Test .015 .015

Linear-by-Linear Association 7.313 1 .007

N of Valid Cases 40

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.00.

(27)

kategori membuka jendela * Kejadian ISPA Crosstabulation

% within kategori membuka jendela 44.4% 55.6% 100.0%

% of Total 10.0% 12.5% 22.5%

Kurang Baik Count 26 5 31

Expected Count 23.3 7.8 31.0

% within kategori membuka jendela 83.9% 16.1% 100.0%

% of Total 65.0% 12.5% 77.5%

Total

Count 30 10 40

Expected Count 30.0 10.0 40.0

% within kategori membuka jendela 75.0% 25.0% 100.0%

% of Total 75.0% 25.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 5.783a 1 .016

Continuity Correctionb 3.871 1 .049

Likelihood Ratio 5.230 1 .022

Fisher's Exact Test .029 .029

Linear-by-Linear Association 5.638 1 .018

N of Valid Cases 40

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.25.

(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)

Lampiran 7

DOKUMENTASI PENELITIAN

(37)

Gambar 2. Tampak rumah salah satu responden dari dalam

(38)

Gambar 4. Jendela ruang keluarga yang terbuka

(39)

Gambar 6. Anggota keluarga yang merokok di dalam rumah dan di dekat anak

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Umar Fahmi, 2008. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Universitas Indonesia Press. Jakarta

Alsagaff, H. & Mukty, A. (ed.). 2005. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Cet. III Airlangga University Press. Surabaya.

Anderson, J. 2006. Smoking. Edisi II. Smart Apple Media. United States

ASH Research Report. 2015. Secondhand Smoke in the Home. Action on Smoking and Health. Maret. Hal 1-2. www.ash.org, 18 April 2016 (15.00 wib)

Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC. Jakarta

Cissy B. Kartasasmita, 2010, Pneumonia Pembunuh Balita, Buletin Jendela Epidemiologi Volume 3, April 2016 (15.30 wib)

Depkes RI. 2007. Pedoman Tatalaksana Pneumonia Balita. Dirjen PP & PL. Jakarta. Depkes RI, Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), Dirjen PPM & PLP, Jakarta 1992.

Depkes RI, Pedoman Tatalaksana Pneumonia Balita, Dirjen PP & PL, Jakarta, 2007.

Dinas Kesehatan Sumatera Utara, Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, Medan, 2016

Fillacano, Rahmayatul. 2013. Hubungan Lingkungan Dalam Rumah Terhadap ISPA Pada Balita Dikelurahan Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2013. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Hartono, R & Rahmawati, D, ISPA, 2012, Gangguan Pernapasan pada Anak, Nuha Medika, Yogyakarta.

Hidayat N. 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di Kelurahan Pasie Nan Tigo Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. www.springerlink.com (April 2016).

Irianto, K. 2015. Memahami Berbagai macam penyakit. CV Alfabeta

(41)

Kementerian kesehatan Republik Indonesia direktorat Jenderal Pengendalin penyakit dan Penyehatan lingkungan, 2011. Pedoman Pengendalian Infeksi saluran Pernapasan Akut. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta Krieger, J. dan Higgins, D. L., 2002. Housing and Health: Time Again for Public

Health Action.

Lameshow, dkk,. 1997. Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Lingga, R., 2014. Hubungan Karakteristik Rumah Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Dalam Keluarga Perokok Di Kelurahan Gundaling I Kecamatan Berastagi Kabupaten karo Tahun 2014. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan.

Machfoedz, I,. 2009. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan, Kebidanan, Kedokteran. Fitramaya. Yogyakarta

Marlina, L. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Anak Balita Di Puskesmas Penyabungan Jae Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2014. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan

Marni. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit Dengan Gangguan Pernapasan. Gosyen Publishing. Yogyakarta

Maryani R., 2012. Hubungan Antara Kondisi Lingkungan Rumah Dan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Maryunani, A. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta. Trans Info Media.

Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak, Orang Dewasa, Usia Lanjut, Pneumonia Atipik & Pneumonia Atypik Mycobacterium. Pustaka Obor Populer. Jakarta.

Moeller, D., W. 2005. Environmental Health. Edisi III. Persident and Fellows Of Harvard College. United States og America.

Najmah. 2016. Epidemiologi Penyakit Menular. CV Trans Info media. Jakarta

(42)

, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta

Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1077 Tahun 2011. Pedoman Penyehatan Udara Dalam Rumah. Jakarta.

Prasetya, B., 2005. Mendesain Rumah Tropis. PT. Trubus Agriwidya. Semarang.

Puskesmas Tiga Panah Kabupaten Karo, Laporan Bulanan ISPA, 2015.

Putra, Bimma Adi, 2013. Hubungan Antara Intensitas Perilaku Merokok Dengan Tingkat Insomnia. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang

Rad, Marssy,.2007. Bahaya Asap Rokok Terhadap Bayi dan Anak. http://radmarssy.wordpress. 20 Oktober 2016 (16.00)

Sastroasmoro, Sudigdo, 2008. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Sagung Seto. Jakarta

Sitepoe, Mangku. 2000. Kekhususan Rokok di Indonesia. Jakarta:Gramedia

Suryani, dkk,. 2013. Hubungan Lingkungan Fisik dan Tindakan Penduduk dengan Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya. Jurnal Kesehatan Andalas. 18 April 2016 (16.00 wib) Suryanto, 2003. Hubungan Sanitasi Rumah dan Faktor Intern Anak Balita

dengan Kejadian ISPA pada Anak Balita. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.

Syafrudin, dkk,. 2011. Himpunan Penyuluhan Kesehatan. CV Trans Info media. Jakarta

Taylor, E. Shelly. 1995. Health Psychology. New York : Mc. Grow Hill Inc.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. 3 Oktober 2009. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140. Jakarta.

(43)

WHO. 2011. Making Cities Smoke-Free. WHO Document Production Services. Switzerland.

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei analitik dengan rancangan

cross sectional yaitu mengambil data hanya dalam satu saat (one point one time),

dimana data variabel dependen dan independen dikumpulkan dalam waktu

bersamaan (Sastroasmoro, 2008)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Desa Suka Sipilihen, Kecamatan Tiga

Panah, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatra Utara. Alasan peneliti memilih Desa

Suka Sipilihen menjadi lokasi penelitian karena belum pernah dilakukan

penelitian di daerah tersebut dan dari laporan bulanan Puskesmas pada tahun 2015

terdapat kasus ISPA yang cenderung meningkat setiap bulannya. Dari hasil

peninjauan lokasi yang dilakukan, terdapat beberapa masalah di daerah tersebut

yakni kondisi lingkungan rumah yang masih belum memenuhi syarat kesehatan

dan pengonsumsian rokok yang telah menjadi budaya masyarakat setempat.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Oktober 2016

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Dalam penelitian ini sebagai populasi adalah semua anak usia (0-5 tahun)

(45)

3.3.2 Sampel

Perhitungan besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus

Lemeshow (1997), yaitu :

Keterangan :

N = Jumlah sampel

= Nilai distribusi normal baku (table Z) pada tertentu (1,960)

= Nilai distribusi normal baku (table Z) pada tertentu (0,842)

= Proporsi balita ISPA di populasi (10%)

Pa = Perkiraan proporsi balita ISPA pada populasi yang diteliti (25%)

n = 40,329 = 40

3.4 Teknik Pengambilan sampel

Adapun mengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling

yaitu dengan memilih 40 sampel dari 150 populasi secara random atau acak.

Sampel dipilih dengan memakai cara undian, dimana setiap responden diberi

nomor. Setelah itu nomor ditulis dimasing-masing kertas dan dimasukkan ke

(46)

3.5 Metode Pengumpulan Data 3.5.1 Data Primer

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung yaitu berupa data

balita, kondisi lingkungan rumah , kebiasaan merokok, kebiasaan membuka

jendela, dan pengetahuan ibu yang diperoleh melalui lembar observasi, kuesioner

maupun pengukuran secara langsung dengan menggunakan alat seperti lux meter,

hygrometer, dan meteran.

3.5.2 Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan adalah data rekam medis Puskesmas Tiga

Panah mengenai data penyakit ISPA pada golongan anak usia (0-5) tahun dari

periode Januari sampai Desember 2015 dan Puskesmas Pembantu Desa Suka

Sipilihen mengenai jumlah balita.

3.6 Pelaksanaan Penelitian

Peneliti melakukan wawancara langsung kepada keluarga responden

seperti ibu maupun ayah responden mengenai kebiasaan merokok di dalam rumah

dan kebiasaan membuka jendela. Untuk pengukuran ventilasi, pencahayaan,

kelembaban dan kepadatan hunian, dilakukan menggunakan alat pengukur

3.7 Defenisi Operasional a. Variabel Dependen

ISPA adalah penyakit infeksi saluran pernapasan yang bersifat akut

dengan adanya batuk, pilek, disertai/tanpa disertai demam yang berlangsung

(47)

b. Variabel Independen 1. Luas ventilasi

Ventilasi adalah lubang angin yang berfungsi sebagai tempat pertukaran

udara pada kamar tidur, ruang keluarga, dan dapur yang bersifat tetap

maupun sementara (lubang udara kecuali pintu). Luas ventilasi memenuhi

syarat yaitu ≥ 10 % dari luas lantai.

2. Pencahayaan alami

Pencahayaan adalah tinggi intensitas dari cahaya matahari yang masuk

kedalam kamar tidur, ruang keluarga, dan dapur minimal intensitasnya 60

Lux serta tidak menyilaukan mata (≥120 Lux).

3. Kelembaban udara

Kelembaban udara adalah kualitas udara banyaknya uap air yg dikandung

oleh udara di dalam kamar tidur, ruang keluarga, dan dapur. yang berkisar

antara 40- 70%.

4. Kepadatan hunian kamar

Kepadatan hunian kamar adalah rasio luas ruangan dengan jumlah

penghuni. Luas ruang tidur minimal 8 m² dan tidak dianjurkan lebih dari 2

orang dalam satu kamar tidur,kecuali anak dibawah umur 5 tahun.

5. Umur

Umur adalah lama waktu hidup atau yang dihitung sejak dilahirkan sampai

(48)

6. Berat Badan Lahir

Berat badan lahir adalah riwayat berat badan lahir saat lahir yang

ditanyakan melalui wawancara .Status berat badan lahir dibagi menjadi

dua kategori BBLR dan BBLN.

7. Status ASI Eksklusif

Status ASI eksklusif adalah memberikan ASI saja sampai bayi berumur 6

bulan tanpa tambahan makanan dan minuman lainnya.

8. Status imunisasi

Status imunisasi adalah suatu cara meningkatkan kekebalan seseorang secara

aktif terhadap penyakit. Jenis imunisasi didapatkan sesuai dengan batas waktu

/usia dan frekuensi mendapatkannya yaitu, BCG : 0 - 11 bulan, DPT 3x : 2 -

11 bulan, Polio 4x : 0 - 11 bulan, Campak 1x : 9 - 11 bulan, Hepatits B 3x: 0 -

11 bulan

9. Kebiasaan merokok

Apabila ada seorang anggota keluarga atau lebih yang menghisap rokok

dalam rumah

10. Membuka jendela

Apabila anggota keluarga membuka jalur masuknya cahaya dan udara

dalam rumah.

3.8 Aspek Pengukuran a. Variabel Dependen: Kejadian ISPA

(49)

Cara ukur : wawancara

Hasil ukur :

a. (0) ISPA (Batuk, pilek, disertai demam atau tidak)

b. (1)Tidak ISPA (Apabila tidak terdapat salah satu dari tanda-tanda diatas)

b. Variabel Independen :

1. Luas ventilasi (KEPMENKES No. 829/Menkes/SK/VII/1999)

Alat ukur: meteran

Cara ukur:

1. Mengukur luas ventilasi kamar tidur, ruang keluarga, dan dapur

2. Mengukur luas lantai kamar tidur, ruang keluarga, dan dapur .

3. Luas ventilasi dibandingkan dengan luas lantai

Hasil ukur:

a. (0) Tidak memenuhi syarat jika luas ventilasi kurang dari 10% dari luas

lantai

b. (1) Memenuhi syarat jika luas ventilasi lebih 10% dari luas lantai.

2. Pencahayaan (KEPMENKES No. 829/Menkes/SK/VII/1999)

Alat ukur: Lux meter

Cara ukur :

1. Titik pengukuran dilakukan pada kamar tidur, ruang keluarga, dan dapur.

2. Alat diletakkan ditengah ruangan (kamar tidur, ruang kelurga dan dapur),

3. Geser tombol “Off/On” kearah On.

4. Pilih kisaran Range yang akan diukur ( 2.000 lux, 20.000 lux atau 50.000

(50)

5. Arahkan sensor cahaya dengan menggunakan tangan pada permukaan

daerah yang akan diukur kuat penerangannya.

6. Lihat hasil pengukuran pada layar panel.

Hasil ukur:

a. (0) Tidak memenuhi syarat jika intensitas cahaya < 60 Lux.

b. (1) Memenuhi syarat jika intensitas cahaya ≥ 60 Lux sampai 120 Lux.

3. Kelembaban udara (KEPMENKES No. 829/Menkes/SK/VII/1999)

Alat ukur: higrometer

Cara ukur :

1. Titik pengukuran dilakukan pada kamar tidur, ruang keluarga, dan dapur.

2. Alat diletakkan ditengah ruangan (kamar tidur, ruang keluarga dan dapur)

Hygrometer diletakkan di tempat yang telah ditentukan .

3. Selama pengukuran alat didiamkan tiga menit.

4. Hasil pengukuran dibaca setelah jarum hygrometer stabil atau konstan.

Hasil ukur:

a. (0) Tidak memenuhi syarat jika <40% dan >70%.

b. (1) Memenuhi syarat jika 40-70%.

4. Kepadatan penghunian (KEPMENKES No. 829/Menkes/SK/VII/1999)

Alat ukur: meteran

Cara ukur :

Kepadatan hunian diukur dengan membagi antara luas ruangan dengan jumlah

anggota keluarga yang menghuni kamar.

(51)

Hasil Ukur:

a. (0) Tidak memenuhi syarat jika < 8 m2 untuk 2 orang.

b. (1) Memenuhi syarat jika > 8 m2 untuk 2 orang.

5. Umur

Alat ukur: kuesioner

Cara ukur : wawancara

Hasil ukur:

a. (0) 12 - 24 bulan

b. (1) 25 - 36 bulan

6. Berat Badan Lahir (BBL)

Alat ukur: kuesioner

Cara ukur : wawancara dan melihat KMS

Hasil ukur:

a. (0) Berat badan lahir < 2500 gram.

b. (1) Berat badan lahir ≥ 2500 gram.

7. Status ASI Eksklusif

Alat ukur: kuesioner

Cara ukur : wawancara

Hasil ukur:

a. (0) Tidak ASI Ekslusif

b. (1) ASI Ekslusif, jika anak mempunyai riwayat mendapatkan ASI saja

(52)

8. Status Imunisasi

Alat ukur : kuesioner

Cara ukur : wawancara dan melihat KMS

Hasil ukur:

a. (0) Tidak lengkap : bila balita tidak mendapatkan imunisasi yang

seharusnya diperolehnya sesuai umur.

b. (1) Lengkap : bila balita sudah mendapatkan imunisasi yang harus

diperolehnya sesuai dengan batas usianya, (BCG : 0-11 bulan, DPT 3x :

2-11 bulan, Polio 4x : 2-11 bulan, Campak 1x : 9-2-11 bulan, Hepatits B 3x:

0-11 bulan)

9. Kebiasaan Merokok

Perilaku Kebiasaan merokok diukur dengan skor terhadap kuesioner yang

telah diberi bobot. Skala yang digunakan adalah Skala Guttman. Jumlah

pertanyaan 4 dan skor 4, dengan Kriteria sebagai berikut:

Jawaban a : 0

Jawaban b : 1

Alat Ukur : - Kuesioner

Cara Ukur : - Wawancara

Hasil Ukur:

berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 2 (dua) kategori yaitu :

1.Tidak beresiko apabila jawaban responden benar ≥ 75 % atau memiliki ≥ 3 dari

(53)

2.Beresiko apabila jawaban responden benar < 75 % atau memiliki < 3 dari

seluruh pertanyaan yang ada.

10. Membuka Jendela

Perilaku membuka jendela rumah diukur dengan skor terhadap kuesioner

yang telah diberi bobot.Skala yang digunakan adalah Skala Guttman.

Jumlah pertanyaan 6 dan skor 6, dengan Kriteria sebagai berikut:

Jawaban a : 0

Jawaban b : 1

Hasil Ukur:

berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 2 (dua) kategori yaitu :

1.Baik apabila jawaban responden benar ≥ 75 % atau memiliki ≥ 5 dari seluruh

pertanyaan yang ada.

2.Kurang baik apabila jawaban responden benar < 75 % atau memiliki < 5 dari

seluruh pertanyaan yang ada.

3.9 Analisis Data 3.9.1 Analisis Univariat

Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian,

yang menghasilkan distribusi dan presentasi dari tiap variabel

3.9.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel

independen (bebas) dengan variabel dependen (terikat). Analisis ini dilakukan

(54)

Syarat uji Chi Square adalah tidak ada sel yang nilai observed bernilai nol

dan sel yang nilai expected (E) kurang dari 5 maksimal 20% dari jumlah sel.

Jika syarat uji Chi Square tidak terpenuhi, maka dipakai uji alternatifnya yaitu:

1. Alternatif uji Chi Square untuk tabel 2x2 adalah uji Fisher.

2. Alternatif uji Chi Square untuk tabel 2xk adalah uji Kolmogorov-Smirnov.

3. Penggabungan sel adalah langkah alternatif uji Chi Square untuk tabel selain

2x2 dan 2xk sehingga terbentuk suatu tabel B dan K yang baru. Setelah dilakukan

penggabungan sel, uji hipotesis dipilih sesuai dengan tabel B kali K yang baru

(55)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Letak Geografis

Daerah penelitian adalah Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga panah Kabupaten

Karo, Desa Suka Sipilihen memiliki luas wilayah adalah 25,37 Ha, dimana Desa

Suka Sipilihen merupakan daerah pertanian dengan batas-atas wilayah sebagai

berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan : Tiga panah/ Bunuraya Baru

- Sebelah Selatan berbatasan dengan : Suka Mbayak

- Sebelah Barat berbatasan dengan : Kuta Kepar/ Bunuraya

- Sebelah Timur berbatasan dengan : Suka Mbayak/ Tiga panah

4.1.2 Demografi

Jumlah penduduk di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah pada tahun 2015

sebanyak 1686 jiwa dan terdiri dari 818 jiwa laki-laki dan 868 jiwa perempuan.

Mayoritas penduduk di Desa Suka Sipilihen beragama Kristen yaitu sebanyak

875 jiwa dan sebagian besar masyarakat bekerja sebagai petani . Penduduk di

Desa Suka Sipilihen memiliki 6 suku yaitu suku Aceh, Batak, Nias, Sunda, Jawa,

dan Flores. Penduduk yang paling banyak adalah suku Batak yaitu sebanyak 1556

jiwa, sedangkan yang paling sedikit adalah suku Aceh sebanyak 2 jiwa.

(56)

4.2 Hasil Analisis Univariat

4.2.1 Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun

Hasil analisis univariat untuk melihat distribusi ISPA pada anak usia (0-5) tahun

disajikan pada tabel 4.1 dibawah ini.

Tabel 4.1 Distribusi ISPA pada Anak Usia (0-5) Tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016

ISPA pada anak n %

sedangkan jumlah yang tidak memiliki keluhan ISPA sebanyak 10 orang (25%).

4.2.2 Kondisi Lingkungan Rumah

Distribusi kondisi lingkungan rumah berdasarkan luas ventilasi, pencahayaan

alami, kelembaban, dan kepadatan hunian disajikan pada tabel 4.2 dibawah ini.

Tabel 4.2 Distribusi Kondisi Lingkungan Rumah di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016

No Kondisi Lingkungan Rumah n %

1 Luas Ventilasi

c. Memenuhi syarat d. Tidak memenuhi syarat

10 b. Tidak Memenuhi syarat

8 b. Tidak Memenuhi syarat

(57)

b. Tidak Memenuhi syarat 33 82,5

Jumlah 40 100

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa luas ventilasi yang memenuhi syarat

sebanyak 10 rumah (25%), sedangkan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 30

rumah (75%). Pencahayaan alami yang memenuhi syarat sebanyak 8 rumah

(17,5%) rumah, sedangkan pencahayaan alami yang tidak memenuhi syarat

sebanyak 32 rumah (80%). Kelembaban udara yang memenuhi syarat sebanyak 8

rumah (20%), sedangkan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 32 rumah (80%).

Kepadatan hunian kamar yang memenuhi syarat sebanyak 7 rumah (17,5),

sedangkan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 33 rumah (82,5%).

4.2.3 Karakteristik Anak

Distribusi karakteristik anak pada penelitian ini berdasarkan Berat Badan Lahir

(BBL), status imunisasi, dan status ASI Ekslusif dapat dilihat pada tabel 4.3

dibawah ini.

Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Anak di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016

3 Status ASI Eksklusif

a. Mendapatkan ASI Eksklusif b. Tidak mendapatkan ASI Eksklusif

(58)

b. Imunisasi belum lengkap 9 22,5

sedangkan jumlah anak yang memiliki berat badan lahir rendah sebanyak 2 ballita

(5%). Jumlah anak yang mendapatkan ASI Eksklusif sebanyak 11 anak,

sedangkan jumlah anak yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif sebanyak 29 anak

(72,5%). Jumlah anak yang mendapatkan imunisasi lengkap sebanyak 31 anak

(77,5%), sedangkan jumlah anak yang belum mendapatkan imunisasi lengkap

sebanyak 9 anak (22,5%).

4.2.4 Kebiasaan Merokok

Distribusi jawaban responden tentang kebiasaan merokok anggota keluarga

disajikan pada tabel 4.4 dibawah ini.

Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Responden tentang Kebiasaan Merokok di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016

No Kebiasaan Merokok n %

1 Apakah ada anggota keluarga ibu yang merokok? a. Ya

2 Berapa jumlah anggota keluarga yang merokok di dalam rumah? a. lebih dari satu orang

3 Apakah anggota keluarga tersebut merokok di dalam rumah? a. Ya

(59)

Jumlah 40 100 Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya anggota keluarga yang

merokok terdapat pada 32 rumah (80%), sedangkan anggota keluarga yang tidak

merokok terdapat pada 8 rumah (20%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

anggota keluarga yang merokok lebih satu orang terdapat pada 16 rumah (40%),

sedangkan anggota yang merokok 0-1 orang berada pada 24 rumah (60%). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa anggota keluarga yang merokok di dalam rumah

terdapat pada 29 rumah (72,5%), sedangkan anggota keluarga yang tidak merokok

di dalam rumah terdapat pada 11 rumah (27,5%). Hasil penelitian menunjukkan

bahwa anggota keluarga yang merokok dekat anak terdapat pada 27 rumah

(67,5%), sedangkan anggota keluarga yang tidak merokok di dalam rumah berada

pada 13 rumah (32,5%).

Tabel 4.5 Distribusi Kategori Kebiasaan Merokok di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016

Kebiasaan Merokok n %

Tidak Beresiko 8 20,0

Beresiko 32 80,0

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa kebiasaan merokok anggota

keluarga dalam kategori tidak beresiko terdapat pada 8 rumah (20%), sedangkan

kebiasaan merokok dalam kategori yang beresiko terdapat pada 32 rumah (80%).

4.2.5 Membuka Jendela

Distribusi jawaban responden tentang membuka jendela disajikan pada tabel 4.6

dibawah ini.

Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Responden tentang Membuka Jendela di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016

No Perilaku Membuka Jendela n %

(60)

a. Tidak

3 Apakah ibu mempunyai jendela ruang keluarga ? a. Tidak

5 Apakah ibu mempunyai jendela dapur? a. Tidak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi yang memiliki jendela

kamar tidur setiap hari sebanyak 23 rumah (57,5%) dan membuka jendela kamar

tidur sebanyak 7 rumah (17,5%), sedangkan frekuensi yang tidak memiliki jendela

kamar tidur sebanyak 17 ruumah (42,5%). Frekuensi memiliki jendela ruang

keluarga sebanyak 38 rumah (95%) dan membuka jendela ruang keluarga setiap

hari sebanyak 14 rumah (35%), sedangkan frekuensi yang tidak memiliki jendela

ruang keluarga sebanyak 2 rumah (5%) dan frekuensi yang tidak membuka

jendela ruang keluarga setiap hari sebanyak 26 rumah (65%). Frekuensi yang

memiliki jendela dapur sebanyak 20 rumah (50%) dan yang membuka jendela

(61)

jendela dapur sebanyak 20 rumah (50%) dan yang tidak membuka jendela dapur

setiap hari sebanyak 33 rumah (82,5%).

Tabel 4.7 Distribusi Kategori Perilaku Membuka Jendela di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016

Membuka Jendela n %

Baik 9 22,5

Kurang Baik 31 77,5

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa frekuensi membuka jendela

dalam kategori baik sebanyak 9 rumah (22,5), sedangkan membuka jendela dalam

kategori kurang baik sebanyak 31 rumah (77,5).

4.3 Analisis Bivariat

4.3.1 Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun

Hasil analisis bivariat hubungan kondisi lingkungan rumah dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun dapat dilihat pada tabel 4.8 dibawah ini.

(62)

3 Kelembaban

Dari hasil analisis hubungan luas ventilasi dengan kejadian ISPA pada anak usia

(0-5) tahun menggunakan Uji Fisher’s di dapat p value (0,007) kurang dari 0,05

maka Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa ada hubungan signifikan antara luas

ventilasi dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun di Desa Suka Sipilihen

Kecamatan Tiga Panah.

Dari hasil analisis hubungan pencahayaan alami dengan kejadian ISPA

pada anak usia (0-5) tahun menggunakan Uji Fisher’s di dapat p value (0,015)

kurang dari 0,05 maka Ho ditolak . Hal ini berarti ada hubungan signifikan antara

pencahayaan alami dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun di Desa

Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah.

Dari hasil analisis hubungan kelembaban udara dengan kejadian ISPA

pada anak usia (0-5) tahun menggunakan Uji Fisher’s di dapat p value (0,015)

kurang dari 0,05 maka Ho ditolak. Hal ini berarti ada hubungan signifikan antara

kelembaban udara dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun di Desa Suka

Sipilihen Kecamatan Tiga Panah.

Dari hasil analisis hubungan kepadatan hunian kamar dengan kejadian

ISPA pada anak usia (0-5) tahun menggunakan Uji Fisher’s di dapat p value

(63)

antara kepadatan hunian kamar dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun

di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah.

4.3.2 Hubungan Karakteristik Anak Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun

Hasil analisis bivariat hubungan karakteristik anak dengan kejadian ISPA pada

anak usia (0-5) tahun dapat dilihat pada tabel 4.9 dibawah ini.

Tabel 4.9 Hubungan Karaktristik Anak dengan Kejadian ISPA pada Anak Usia (0-5) Tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016

No Kondisi Lingkungan

3 Status ASI Eksklusif a.Mendapatkan ASI

0,05 maka Ho diterima. Hal ini berarti tidak ada hubungan signifikan antara umur

dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun di Desa Suka Sipilihen

(64)

Dari hasil analisis hubungan berat badan lahir dengan kejadian ISPA pada

anak usia (0-5) tahun menggunakan Uji Fisher’s di dapat p value (1,000) lebih

besar dari 0,05 maka Ho diterima. Hal ini berarti tidak ada hubungan signifikan

antara berat badan lahir dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun di Desa

Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah.

Dari hasil analisis hubungan status ASI Eksklusif dengan kejadian ISPA

pada anak usia (0-5) tahun menggunakan Uji Fisher’s di dapat p value (0,002)

kurang dari 0,05 maka Ho ditolak. Hal ini berarti ada hubungan signifikan antara

status ASI Eksklusif dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun di Desa

Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah.

Dari hasil analisis hubungan status Imunisasi dengan kejadian ISPA pada

anak usia (0-5) tahun menggunakan Uji Fisher’s di dapat p value (1,000) lebih

besar dari 0,05 maka Ho diterima. Hal ini berarti tidak ada hubungan signifikan

antara status Imunisasi dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun di Desa

Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah.

4.3.3 Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun

Hasil analisis bivariat hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA pada

anak usia (0-5) tahun dapat dilihat pada tabel 4.10 dibawah ini.

(65)

Dari hasil analisis hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA

pada anak usia (0-5) tahun menggunakan Uji Fisher’s di dapat p value (0,015)

kurang dari 0,05 maka Ho ditolak. Hal ini berarti ada hubungan signifikan antara

kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun di Desa

Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah.

4.3.4 Hubungan Membuka Jendela Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun Di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016 Hasil analisis bivariat hubungan membuka jendela dengan kejadian ISPA pada

anak usia (0-5) tahun dapat dilihat pada tabel 4.11 dibawah ini.

Tabel 4.11Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian ISPA pada Anak Usia (0-5) Tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016 No Membuka Jendela

Dari hasil analisis hubungan membuka jendela dengan kejadian ISPA pada

anak usia (0-5) tahun menggunakan Uji Fisher’s di dapat p value (0,029) kurang

dari 0,05 maka Ho ditolak. Hal ini berarti ada hubungan signifikan antara

membuka jendela dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun di Desa Suka

(66)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun Di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 40 anak di Desa suka

Sipilhen, anak yang terkena ISPA sebanyak 30 anak (75%) dan yang tidak ISPA

sebanyak 10 anak (25%). Dalam pengertian bahwa ISPA dapat dikenali dengan

adanya gejala seperti batuk, pilek, disertai demam ataupun tidak yang berlangsung

sampai beberapa jam sampai beberapa hari (WHO, 2007)

Menurut data Profil Kesehatan Sumatera Utara tahun 2013 menunjukkan

bahwa persentasi kasus ISPA yang ditemukan dan ditangani sebesar terdapat

15,36%. Jika dibandingkan dengan kejadian ISPA di daerah Suka Sipilihen

dengan jumlah anak yang terkena ISPA sebulan terakhir, yaitu 30 anak dengan

persentasi 75%, maka angka ini cukup tinggi. Tingginya kejadian ISPA

kemungkinan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan rumah yang kurang baik,

kebiasaan merokok anggota keluarga, dan jarangnya warga membuka jendela

rumah .

ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang

disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri,virus, maupun riketsia, tanpa atau

disertai radang parenkim paru. Disamping penyebab, perlu juga diperhatikan

faktor resiko, yaitu faktor yang mempengaruhi atau mempermudah terjadinya

penyakit. Secara umum ada 3 faktor risiko ISPA, yaitu faktor lingkungan, faktor

(67)

pencemaran udara dalam rumah (asap hasil pembakaran bahan bakar untuk

memasak dengan konsentrasi yang tinggi), ventilasi rumah dan kepadatan hunian.

Faktor individu anak meliputi: umur anak, berat badan lahir, status gizi, vitamin A

dan status imunisasi. Faktor perilaku meliputi perilaku pencegahan dan

penanggulangan ISPA pada bayi atau peran aktif keluarga/masyarakat dalam

menangani penyakit ISPA (Maryunani, 2010)

5.2 Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun

5.2.1 Hubungan Luas Ventilasi Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun

Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa sebesar 75% luas ventilasi

rumah yang tidak memenuhi syarat dan dari hasil Uji Fisher’s di dapat p value

(0,007) kurang dari 0,05 maka Ho ditolak . Hasil tersebut menunjukkan bahwa

ada hubungan signifikan antara luas ventilasi dengan kejadian ISPA pada anak

usia (0-5) tahun. Nilai Rasio Prevalensi luas ventilasi adalah 2,15 lebih besar dari

1, maka dari itu luas ventilasi merupakan faktor resiko penyebab penyakit ISPA .

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fillacano (2013)

dan Suryani (2013), yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara luas ventilasi

dengan kejadian ISPA pada balita

Berdasarkan penelitian yang dilakukan luas ventilasi tidak memenuhi

syarat disebabkan karena ukuran ventilasi rumah kecil atau kurang dari 10% .

Hasil dari wawancara yang dilakukan juga menunjukkan bahwa hampir semua

(68)

jendela dan jendela yang ada juga jarang dibuka sehingga ventilasi tidak dapat

berfungsi dengan baik

Fungsi utama ventilasi adalah menjaga agar aliran udara di dalam rumah

tetap segar. Kurangnya ventilasi dapat menyebabkan kurangnya 02 dan

meningkatkan kadar CO2 yang bersifat racun. Ventilasi juga berhubungan dengan

kelembaban udara dalam rumah yang merupakan media yang baik untuk

bakteri-bakteri penyebab penyakit. (Notoatmodjo, 1997).

5.2.2 Hubungan Pencahayaan Alami Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 80% pencahayaan alami di

dalam rumah tidak memenuhi syarat dan dari hasil Uji Fisher’s di dapat p value

(0,015) kurang dari 0,05 maka Ho ditolak . Hal ini berarti ada hubungan antara

pencahayaan alami dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun. Nilai Rasio

Prevalensi luas ventilasi adalah 2,8 lebih besar dari 1, maka dari itu pencahayaan

alami merupakan faktor resiko penyebab penyakit ISPA

Hal ini dikarenakan ventilasi rumah yang kecil dan dan kebiasaan

penghuni rumah yang tidak membuka jendela. Tidak hanya itu rumah yang ada di

desa Suka Sipilihen memiliki jarak yang cukup dekat satu sama lain sehingga

menghalang cahaya matahari dan mengakibatkan ruangan menjadi lembab.

Ruangan yang lembab tersebut dapat menjadi media yang baik bagi pertumbuhan

bakteri yang dapat menyebabkan penyakit.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, ditemukan adanya hubungan

(69)

tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh suryani (2013), yang

menunjukkan bahwa ada hubungan pencahayaan alami dengan kejadian ISPA

dimana nilai p sebesar 0,001.

Cahaya matahari selain berguna menerangi ruangan juga mempunyai daya

untuk membunuh bakteri. Rumah yang memenuhi syarat kesehatan memerlukan

cahaya yang cukup khususnya cahaya alami berupa cahaya matahari (UV).

Pencahayaan alami dalam ruangan di rumah adalah penerangan yang bersumber

langsung dari cahaya matahari yaitu semua jalan yang memungkinkan untuk

masuknya cahaya matahari. Pencahayaan alami yang memenuhi syarat kesehatan

berdasarkan Kepmenkes RI No 829/Menkes/SK/VII/1999 yaitu pencahayaan

alami minimal 60 Lux dan tidak menyilaukan.

5.2.3 Hubungan Kelembaban Udara Dengan Kejadian ISPA pada Anak Usia (0-5) Tahun

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 80% kelembaban udara di

dalam rumah tidak memenuhi syarat dan dari hasil Uji Fisher’s di dapat p value

(0,015) kurang dari 0,05 maka Ho ditolak. Maka disimpulkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara kelembaban udara dengan kejadian ISPA pada

anak usia (0-5) tahun. Nilai Rasio Prevalensi luas ventilasi adalah 2,8 lebih besar

dari 1, maka dari itu kelembaban udara merupakan faktor resiko penyebab

penyakit ISPA Penelitian ini sejalan dengan penelitian Maryani (2012) yang

menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara kelembaban udara dengan

(70)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa sebagian besar

rumah responden yang berada di Desa Suka Sipilhen memiliki kelembaban yang

cukup tinggi . Hal tersebut dikarenakan jendela yang ada di rumah jarang dibuka

sehingga menghambat sirkulasi udara dan kualitas udara di dalam rumah

menurun.

Menurut Kepmenkes RI No.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan

perumahan, kelembaban ruangan yang baik untuk kesehatan adalah 40-70%.

Kelembaban yang terlalu tinggi maupun rendah dapat menyebabkan suburnya

pertumbuhan mikroorganisme. Kelembaban dipengaruhi oleh konstruksi rumah

yang tidak memenuhi syarat misalnya lantai, dinding yang tidak kedap air, serta

kurangnya pencahayaan baik buatan maupun alami.

5.2.4 Hubungan Kepadatan Hunian Kamar Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun

Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapat bahwa sebesar 82,5%

kepadatan hunian kamar tidak memenuhi syarat dan dari hasil Uji Fisher’s di

dapat p value (0,006) kurang dari 0,05 maka Ho ditolak. Hal tersebut

menunjukkan bahwa ada hubungan antara kepadatan hunian kamar dengan

kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun. Nilai Rasio Prevalensi luas ventilasi

adalah 3 lebih besar dari 1, maka dari itu kepadatan hunian kamar merupakan

faktor resiko penyebab penyakit ISPA. Penelitian ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Fillacano (2013) yang menyatakan bahwa ada hubungan

(71)

Menurut Kepmenkes RI No.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan

kesehatan rumah,kepadatan hunian dalam kamar tidur minimal 8 m² dan tidak

dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang dalam satu kamar tidur kecuali untuk

anak di bawah 5 tahun.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, sebagian besar responden tinggal

di rumah dengan kepadatan hunian yang tidak memenuhi syarat, penyebabnya

adalah sebagian besar rumah responden yang diteliti memiliki jumlah penghuni

kamar 3 orang termasuk anak dibawah 5 tahun. Jika dilihat dari segi jumlah masih

memenuhi syarat karena dalam kamar terdiri dari 2 orang dewasa dan 1 anak

dibawah 5 tahun, namun yang menjadi masalah adalah luas kamar tidak

memenuhi syarat untuk ditempati oleh 2 orang. Hal tersebut disebabkan luas

rumah tidak mencukupi untuk membuat kamar yang memenuhi syarat kesehatan.

Penularan penyakit terkhusus yang menular melalui udara berbanding

lurus dengan tingkat kepadatan hunian suatu rumah. Semakin tinggi kepadatan

rumah, maka penularan penyakit khususnya melalui udara akan semakin cepat.

Rumah yang padat penghuni akan menyebabkan sirkulasi udara tidak baik,

pertukaran oksigen kurang sempurna dan diperburuk apabila ventilasi rumah tidak

memenuhi syarat. Hal ini sangat berbahaya apabila ada anggota keluarga yang

menderita gangguan pernafasan yang disebabkan oleh virus, akan cepat

menyerang anggota keluarga lain akibat menghirup udara yang sama dan sudah

tercemar. Semakin padat penghuni dalam rumah maka akan semakin mudah

penularan penyakit pada balita terutama penyakit yang diakibatkan oleh

(72)

5.3 Hubungan Karakteristik Anak Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun

5.3.1 Hubungan Umur Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang memiliki umur 0-12 bulan

sebesar 37,5% dan anak yang berumur 13-60 bulan sebesar 62,5% dan dari hasil

Uji Fisher’s di dapat p value (0,269) lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima. Hal

tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara umur dengan

kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun.

Penelitian ini sesuai dengan penelitan yang dilakukan oleh Nur (2004)

bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur anak dengan kejadian

ISPA dan juga sama dengan penelitian yang dilakukan Marlina (2014),

menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur anak dengan

kejadian ISPA.

World Health Organization melaporkan bahwa di Negara berkembang,

Infeksi saluran pernafasan akut termasuk infeksi respiratori bawah (pneumonia,

bronkiolitis, dan lain-lain) adalah penyebab utama dari empat penyebab terbanyak

kematian anak, dengan kasus terbanyak terjadi pada anak berusia di bawah 1

tahun .

5.3.2 Hubungan Berat Badan Lahir Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapat bahwa anak yang

memiliki berat badan lahir rendah sebesar 5 % dan anak dengan berat badan lahir

(73)

besar dari 0,05 maka Ho diterima. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan signifikan antara berat badan lahir dengan kejadian ISPA pada anak

usia (0-5) tahun.

Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ranantha,dkk di Desa Gandon tahun 2012 yang menyatakan bahwa ada hubungan

berat badan lahir terhadap kejadian ISPA dimana nilai p sebesar 0,002.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan didapatkan bahwa para ibu

telah memiliki kesadaran yang cukup tinggi untuk memeriksakan kandungan

selama kehamilannya, sehingga masalah kesehatan kandungan ibu dapat diatasi

dengan cepat . Hal tersebut juga di dukung oleh jarak antara pelayanan kesehatan

seperti puskesmas pembantu dan POSKESDES dengan pemukiman warga cukup

dekat.

Berat badan lahir bayi dapat dipengaruhi oleh gangguan kesehatan pada

saat ibu hamil yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan janin. Berat badan

lahir menentukan pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental pada masa

balita. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki risiko kematian

yang lebih besar dibandingkan dengan bayi yang memiliki barat badan lahir

normal, terutama pada bulan– bulan pertama kelahiran. Kondisi ini disebabkan

karena pembentukan zat anti kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah

(74)

5.3.3 Hubungan Status ASI Eksklusif Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapat bahwa jumlah anak

yang tidak ASI Eksklusif lebih banyak daripada anak dengan ASI Eksklusif dan

dari hasil Uji Fisher’s di dapat p value (0,002) lebih besar dari 0,05 maka Ho

ditolak. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara status

ASI Eksklusif dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun. Nilai Rasio

Prevalensi luas ventilasi adalah 2,38 lebih besar dari 1, maka dari itu status ASI

Eksklusif merupakan faktor resiko penyebab penyakit ISPA. Penelitian ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan Ranantha,dkk (2012) yang menyatakan bahwa

balita yang diberikan ASI tidak Eksklusif mempunyai resiko mengalami ISPA

disbanding balita yang diberikan ASI Eksklusif.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan responden bahwa banyak

yang tidak memberikan ASI Eksklusif dikarenakan ibu tidak bisa mengeluarkan

ASI dan adanya kepercayaan apabila anak tersebut sering menangis berarti dia

lapar dan ibu merasa bahwa tidak cukup hanya dengan memberikan ASI, maka

dari itu ibu memberikan susu formula ataupun makanan tambahan seperti buah

ataupun bubur pada saat umur 0-6 bulan

ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi karena merupakan makanan

alamiah yang sempurna, mudah dicerna, mengandung zat gizi yang sesuai

kebutuhan untuk pertumbuhan, kekebalan dan mencegah dari berbagai penyakit

(75)

untuk melindungi bayi dari penyakit infeksi termasuk ISPA pada balita (UNICEF,

2002)

5.3.4 Hubungan Status Imunisasi Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun

Status Imunisasi dinilai dengan cara lengkap atau tidaknya anak

mendapatkan imunisasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapat bahwa

anak yang mendapatkan imunisasi yang lengkap sebesar 77,5% dan dari hasil Uji

Fisher’s di dapat p value (1,000) lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima. Hal

tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara status

imunisasi dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun. Hasil penelitian ini

tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Marlina (2014), yang menunjukkan

bahwa ada hubungan antara status imunisasi dengan kejadian ISPA pada balita.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa cakupan imunisasi cukup tinggi dan

responden telah mengetahui bahwa imunisai sangatlah penting bagi kesehatan

terutama dalam pencegahan penyakit infeksi sehingga responden membawa

bayinya untuk imunisasi sesuai dengan jadwal.

Imunisasi memberikan kekebalan tubuh untuk melindungi anak dari

serangan penyakit menular, orang yang diberi vaksin akan memiliki kekebalan

terhadap penyakit yang bersangkutan. Imunisasi yang paling efektif untuk

mencegah penyakit ISPA adalah imunisasi campak dan DPT. Sebagian besar

kematian karena ISPA berasal dari jenis ISPA yang berkembang dari penyakit

(76)

karena itu cakupan imunisasi harus ditingkatkan dalam upaya pemberantasan

ISPA. (achmadi, 2008)

5.4 Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun

Berdasarkan hasil penelitian hubungan kebiasaaan merokok dengan

kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun menggunakan Uji Fisher’s di dapat p

value (0,015) kurang dari 0,05 maka Ho ditolak. Hal ini berarti ada hubungan

kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun. Nilai Rasio

Prevalensi luas ventilasi adalah 2,27 lebih besar dari 1, maka dari itu kebiasaan

merokok merupakan faktor resiko penyebab penyakit ISPA.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh lingga (2014),

yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan

merokok dengan kejadian ISPA dan juga penelitian yang dilakukan oleh Suryani

(2013), yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kebiasaan merokok anggota

keluarga dengan kejadian ISPA

Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebagian besar anggota keluarga

memiliki kebiasaan merokok di dalam rumah dan dekat dengan anak. Dari segi

jumlah anggota keluarga yang merokok didapat bahwa anggota keluarga yang

merokok lebih dari 1 orang sebesar 40%. Dari data yang didapat, kepala keluarga

yang paling banyak merokok dalam setiap rumah, namun ada beberapa rumah

yang didapat ibu rumah tangga, anak ataupun anggota keluarga lain merokok.

Merokok telah menjadi budaya di daerah tersebut, bahkan sudah lumrah jika

(77)

Hal tersebut disebabkan oleh lingkungan yang mendukung dimana sebagian anak

beramsumsi bahwa dia merokok karena ibunya dan ayahnya merokok.

Asap rokok adalah campuran asap yang dikeluarkan dari pembakaran

tembakau yang mengandung polyclinic Aromatic Hydrocarbon (PAHs) dan

berbahaya bagi kesehatan. Merokok di ruang tertutup akan meningkatkan

konsentrasi partikel asap rokok sebagian di antaranya adalah toksik (beracun).

Kehadiran perokok menyebabkan respirable particulates menjadi 3 hingga 12

kali lebih tinggi di dalam ruangan daripada di luar ruangan. Hasil studi penelitian

epidemologi menunjukkan bukti yang kuat bahwa paparan asap rokok lingkungan

terhadap anak berkaitan peningkatan jumlah penyakit saluran nafas bawah,

eksaserbasi asma, dan SIDS. Paparan semasa kanak-kanak juga dapat

menyebabkan pertumbuhan kanker semasa dewasa. Paparan asap rokok

lingkungan (salah satu keluarga adalah perokok) setelah bayi lahir menyebabkan

peningkatan resiko penyakit pernafasan akut pada anak. (Rad Marssy,2007).

Terdapat seorang perokok atau lebih dalam rumah akan memperbesar

resiko anggota keluarga menderita sakit, seperti gangguan pernapasan,

memperburuk asma dan memperberat penyakit angina pectoris serta dapat

meningkatkan resiko untuk mendapat serangan ISPA khususnya pada balita.

Anak-anak yang orang tuanya perokok lebih mudah terkena penyakit saluran

pernapasan seperti flu, asma pneumonia dan penyakit saluran pernapasan lainnya

Gambar

Gambar 1. Tampak Rumah salah satu responden dari luar
Gambar 2. Tampak rumah salah satu responden dari dalam
Gambar 4. Jendela ruang keluarga yang terbuka
Gambar 6. Anggota keluarga yang merokok di dalam rumah dan di dekat anak
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan kata lain, Syeikh Taqiyuddin An Nabhani tidak pernah mengikuti dan tidak pernah mengisytiharkan bahwa ia mengikuti suatu mazhab tertentu diantara

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama IslamNegeri Tulungagung untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan

Angka menurut WHO ( World Healt Organization) , pada setiap tahunya, diperkirakan 3% atau setara dengan (3,6 juta) dari 120 juta bayi baru lahir yang mengalami asfiksia,

Penulis tertarik untuk mengangkat jam sebagai sumber inspirasi penciptaan karya grafis silkscreen karena berdasarkan pengalaman dari kehidupan penulis yang tidak pernah

Berdasarkan penjelasan di atas, maka yang dimaksud dengan judul Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional (Studi Kasus

Metode ceramah adalah “ cara penyajian materi yang dilakukan dengan penjelasan lisan secara langsung ( bersifat satu arah) terhadap peserta ( audience ) ”. 23

Menurut Shoimin (2014: 170) model pembelajaran simulasi adalah model pembelajaran yang membuat suatu peniruan terhadap suatu yang nyata, terhadap keadaan sekelilingnya ( state

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin