• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerjasama Indonesia-Norwegia melalui skema reducing emissions form defroestation and forestdegradation (REDD+) dalam upaya penyelamatan hutan Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kerjasama Indonesia-Norwegia melalui skema reducing emissions form defroestation and forestdegradation (REDD+) dalam upaya penyelamatan hutan Indonesia"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

143

DATA PRIBADI

Nama : Nadhea Lady

Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 22 Desember 1988

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

No. Telpon : 087871050717

Berat Badan : 46 Kg

Tinggi Badan : 162 Cm

Status Marital : Belum Menikah

Nama Ayah : Guntur Teddy Sandjaya

Pekerjaan : Wiraswasta

Nama Ibu : Dewi Yana

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat Orang Tua : Jl. ZZ No 10 RT. 006 RW. 004 Kel. Cengkareng

Barat Kec. Cengkareng Jakarta Barat 11730

(5)

144

PENDIDIKAN FORMAL

No Tahun Uraian Keterangan

1. 2006-2013 Program Studi Ilmu Hubungan Internasional.

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Komputer Indonesia, Bandung.

Berijazah

2. 2003-2006 SMA Yuppenter 4, Tangerang Berijazah

3. 2000-2003 SMP Negeri 45, Cengkareng-Jakarta Berijazah

4. 1994-2000 SD Kertapawitan, Cengkareng-Jakarta Berijazah

PENGALAMAN BERORGANISASI

1. 2008 Peserta, “Comparative Study of International

Relation Science Department of UNIKOM”

Bersertifikat

2. 2009 Peserta, Seminar Muslimah “Atas Nama

Cinta” UMMI UNIKOM Bersertifikat

3. 2009 Peserta, Latihan Dasar Kepemimpinan

Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional UNIKOM

Bersertifikat

4. 2009 Peserta, Guest LectureThe Future of United

States of America – Indonesia Relationship

Bersertifikat

5. 2009 Peserta, Seminar Sekertariat Ditjen

Multilateral Departemen Luar Negeri RI – HI

UNPAD Goes to International Organizations

“Pemantapan Materi Politik Luar Negeri Indonesia” dan “Pameran dan Seminar Peluang Bekerja di Organisasi Internasional”

Bersertifikat

6. 2010 Peserta, Seminar Nasional Teknologi

Informasi “Smart & Fun With Microsoft

Bersertifikat

7. 2012 Peserta, Seminar Kewarganegaraan “Proud

To Be Indonesian: Generasi Kebanggan Bangsa”

(6)

1. Operasionalisasi Microsoft Office 2. Bahasa Inggris Aktif & Pasif 3. Internet

Bandung, Agustus 2013

(7)

KERJASAMA INDONESIA – NORWEGIA MELALUI SKEMA REDUCING EMISSIONS FROM DEFORESTATION AND FOREST DEGRADATION (REDD+)

DALAM UPAYA PENYELAMATAN HUTAN INDONESIA

Partnership Between Indonesia Norway Through Reducing Emissions from Deforestation

and Forest Degradation (REDD+) Scheme in the Saving Indonesian Forestry

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Sidang Sarjana Strata-1 (S1) Pada

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia

Oleh

Nadhea Lady

44306005

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(8)

v

Puji dan syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Kerjasama Indonesia – Norwegia Melalui Skema

Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD+)

Dalam Upaya Penyelamatan Hutan Indonesia”. Adapun maksud dan tujuan

penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai

gelar Sarjana Ilmu Hubungan Internasional dari Program Studi Ilmu Hubungan

Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer

Indonesia.

Peneliti menyadari banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini,

dikarenakan keterbatasan kemampuan maupun pengalaman peneliti. Terwujudnya

penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan semangat berbagai

pihak yang sangat besar artinya. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan

hati, perkenankan peneliti menyampaikan ucapan terima kasih yang setulusnya

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., MA., selaku Dekan Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

2. Ibu Hj. Prof. Aelina Surya, Dra., selaku Pembantu Rektor III Universitas

(9)

vi

3. Bapak Andrias Darmayadi, S.IP., M.Si., selaku Ketua Program Studi Ilmu

Hubungan Internasional. Terima kasih atas segala bimbingan, masukan

serta ilmu yang telah diberikan kepada saya, baik selama proses

perkuliahan maupun pada saat bimbingan revisi.

4. Bapak H. Budi Mulyana, S.IP., M.Si., selaku Dosen Wali dan Pembimbing

Utama. Saya ucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada Pak Budi yang

telah berkenan membimbing saya dengan penuh kesabaran. Memberikan

masukan, saran, arahan serta motivasi kepada saya selama proses

perkuliahan dan terutama pada saat penulisan skripsi ini, sehingga

membuat skripsi ini menjadi lebih baik. Juga untuk semua ilmu yang saya

dapat dari Bapak semasa perkuliahan hingga sekarang.

5. Ibu Sylvia Octa Putri, S.IP., selaku Dosen Prodi Ilmu Hubungan

Internasional. Terima kasih untuk sesi curhat colongan ke Ibu tentang

kendala dalam skripsi ini dan memberi masukan serta pengetahuan kepada

saya. Juga untuk segala kesempatan dan motivasi selama perkuliahan.

6. Ibu Dewi Triwahyuni, S.IP., M.Si., selaku Dosen Prodi Ilmu Hubungan

Internasional. Terima kasih untuk segala ilmu dan pengetahuan yang telah

Ibu ajarkan kepada saya semasa perkuliahan, juga untuk segala masukan

serta kritik yang sangat membangun untuk penulisan skripsi ini.

7. Ibu Yesi Marince, S.IP., M.Si. Banyak rasa terima kasih yang ingin saya

sampaikan kepada Ibu atas segala dorongan, motivasi dan saran yang telah

diberikan selama ini. Terima kasih juga karena Ibu telah memberikan

(10)

vii

9. Seluruh Dosen Luar Biasa Program Studi Ilmu Hubungan Internasional

UNIKOM beserta seluruh staf dan karyawan Universitas Komputer

Indonesia, terima kasih atas ilmu dan bantuannya baik yang langsung

maupun tidak langsung.

10.Seluruh staf dan karyawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Jakarta, atas respon dan bantuannya yang sangat membantu saya ketika

melakukan penelitian disana.

11.Papi Guntur Teddy Sandjaya dan Mami Dewi Yana, selaku Orangtua. Dea

haturkan terima kasih yang teramat sangat atas doa yang tidak pernah

putus dipanjatkan, kasih sayang yang tak terhingga, didikan, nasehat,

perhatian, kepercayaan, motivasi dan dukungan sampai dengan saat ini.

Atas segala kesabaran yang selalu Papi dan Mami berikan untuk Dea.

Terima kasih telah menjadi Orangtua yang sangat luar biasa. Maaf kalo

Dea belum bisa membahagiakan kalian. I love you, Papi dan Mami. Serta

untuk adik-adikku tersayang, Adhiguna Aldy, Eskirany Audy, Edithya

Widy, Tiara Hedy dan Balny Maldino untuk semua semangatnya.

12.Terima kasih untuk keluarga besar di Cengkareng dan Tangerang,

terutama untuk Oma, Bunda Emalia, Ibu Tati, Om Ais, Tante Woro dan

Tante Enah yang juga tidak putus memberikan doa dan dukungan. Untuk

(11)

viii

Ridhofi, Carmelia Zelina dan Indra Kurniawan, untuk semangat yang

selalu diberikan. Untuk Opa, Papato, Mamato, aa Rico, Om Ican, Yuyu,

Njit, terima kasih. Tidak lupa untuk Tante Santi dan keluarga dimanapun

berada atas support nya.

13.Intan Sarah Augusta, terima kasih atas segala bantuan yang telah

diberikan. Terima kasih telah menjadi sahabat terbaik. Terima kasih untuk

segala support nya, terima kasih untuk selalu ada untuk saya, juga terima

kasih atas doa nya yang menjadikan semua ini terwujud. Derliana, terima

kasih buat bantuan dan semangatnya, dari dulu sampai sekarang. Terima

kasih segala nasehat ala ibu-ibu nya, perhatiannya dan kebawelannya.

Amir Mubarak dan Edoardo Mote, yang selalu bisa jadi tempat bertanya.

Makasih guys buat hari-hari kebersamaan yang selalu menyenangkan.

14.Teman-teman (tidak) senasib tapi seperjuangan lainnya di HI 2006.

Ciptani Sita Permana, makasih cicip sang dosen pembimbing part time

untuk segala masukan dan bantuannya di waktu senang dan sedih. Hario,

sahabat semasa Olympus hingga lulus kuliah. Anggie Chintamy, Triya W

Sakti, Adi Rusdinsyah, Imannuel Keintjem, Tri Farida, Riesta Gema,

Aditya N Saputra, Susi Pesta, Taufik Rizaka, Luiza Moniz, Helder Olivio,

Nopi Jusarohwati, Maman Supriyadi, Yerichielli Mendrofa, Putri Cahaya,

Ira Merdeka, M Irawan, Miranti Purnama, dan Bayu Saputra.

15.Rekan seperjuangan skripsi. Adhi Wardana, Hegar Julius, Adam Budi

Santoso, Imannuel Hutahaean, Reza Fauzan Annas, Beatrice Dian Maya,

(12)

ix

Fahmi Sinaga, Kiki, Ira Karmina, Wenaldy Andarisma, Chrisnanta

Amijaya, Andrew, Gurmiwa, Dadit, Erwin Saputra, Rona Mega, Mentari

Salima, Fitri Budi, Ardhi, dan Isfitriyani.

17.Sahabat-sahabat tercinta di Tangerang, Cengkareng dan Bandung. Indra

Prasetyo, Fauzan Putera, Lia Rianti, Putri Juliana, Ari Puji Ati, Yunita

Amalia, Eki Permana, dan Rizki Firmana. Makasih semangat dan

motivasinya selalu.

18.Duty, thank you for everything you do. Atas kesabaran yang luar biasa.

19.Terima kasih kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu

atas bantuannya untuk menyelesaikan skripsi ini. Kalian semua selalu ada

dalam doa terima kasih terdalamku.

Penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu

peneliti terbuka untuk menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun demi

perbaikan di masa mendatang.

Bandung, Agustus 2013

(13)

x

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 16

2.2 Kerangka Pemikiran ... 19

2.2.1 Hubungan Internasional ... 19

2.2.2 Politik Luar Negeri ... 25

(14)

xi

2.2.4.1 Tatap-tahap Membuat Perjanjian Internasional ... 37

2.2.4.2 Mulai Berlakunya Perjanjian Internasional ... 39

2.2.4.3 Berakhirnya Suatu Perjanjian Internasional ... 39

2.2.5 Lingkungan Hidup ... 40

2.2.5.1 Pengertian Lingkungan Hidup ... 40

2.2.5.2 Perkembangan Isu Lingkungan Hidup Dalam Hubungan Internasional ... 42

2.2.5.3 Pengertian Deforestasi dan Degradasi Hutan ... 47

2.2.5.4 Pengertian Emisi ... 51

2.2.6 Bantuan Luar Negeri ... 53

BAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 56

3.1.1 Hutan ... 56

3.1.1.1 Fungsi Hutan ... 59

3.1.1.2 Manfaat Hutan ... 60

3.1.1.3 Dampak Kerusakan Hutan ... 61

3.1.2 Gambaran Umum Hutan Indonesia ... 62

3.1.2.1 Faktor Penyebab Kerusakan Hutan Indonesia ... 64

3.1.3 Kebijakan Lingkungan Hidup Indonesia ... 65

3.1.4 Kebijakan Lingkungan Hidup Norwegia ... 66

3.1.5 Hubungan Indonesia – Norwegia ... 69

3.1.6 Gambaran Umum Skema Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD) ... 73

3.1.6.1 Pengertian Skema ... 73

(15)

xii

3.1.6.3 Reducing Emissions from Deforestation and Forest

Degradation (REDD) ... 76

3.1.6.4 Visi, Misi dan Tujuan Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD) di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Latar Belakang Pemerintah Norwegia Menerima Proposal Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD+) dari pemerintah Indonesia ... 87

4.2 Program Yang Dilakukan Pemerintah Indonesia dan Norwegia Melalui Kerangka Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD+) Dalam Upaya Penyelamatan Hutan Indonesia ... 91

4.2.1 Fase 1: Tahap Persiapan ... 93

4.2.1.1 Strategi Nasional REDD+ di Indonesia ... 93

4.2.1.2 Pembentukan Satuan Tugas (Satgas) REDD+ ... 95

4.2.1.3 Instrumen Pengelolaan Dana Hibah ... 97

4.2.1.4 Provinsi Percontohan ... 98

4.2.2 Fase 2: Tahap Transformasi ... 100

(16)

xiii

4.3 Kendala Yang Dialami Program Reducing Emissions from Deforestation

and Forest Degradation (REDD+) Dalam Upaya Penyelamatan Hutan

Indonesia ... 105

4.3.1 Kendala Teknis ... 105

4.3.2 Kendala Kultural Masyarakat Adat Indonesia ... 106

4.3.3 Kendala Kebijakan Perlindungan Hutan Indonesia ... 109

4.4 Tingkat Keberhasilan dan Prospek Kerjasama Indonesia – Norwegia Melalui Kerangka Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD+) Dalam Upaya Penyelamatan Hutan Indonesia .. 111

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 114

5.2 Saran ... 115

5.2.1 Saran Untuk Kelembagaan REDD dan Pemerintah Indonesia .... 115

5.2.2 Saran Untuk Penelitian Selanjutnya ... 116

DAFTAR PUSTAKA ... 116

LAMPIRAN... 122

(17)

117

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Agusman, Damos Dumoli. 2010. Hukum Perjanjian Internasional: Kajian Teori

Dan Praktik Indonesia. Bandung. PT. Refika Aditama

Baylis, John dan Steve Smith. 2011. The Globalization Of World Politics: An

Introduction To International Relations fifth edition. UK: Oxford

University Press

Colman, Andrew. 2001. A Dictionary Of Psychology. UK: Oxford University

Press

Djelantik, Sukawarsini. 2008. Diplomasi: Antara Teori Dan Praktik. Yogyakarta:

Graha Ilmu

Holsti, K.J. 1987. Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisis (terjemahan).

Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya

Hurrell, Andrew dan Benedict Kingsbury. 1992. The International Politics Of The

Environment: Actors, Interests, And Institutions. USA: Oxford

University Press

Ikbar, Yanuar. 2007. Ekonomi Politik Internasional 2: Implementasi Konsep dan

Teori. Bandung : PT. Rafika Aditama

Kusumaadmaja, Mochtar. 2003. Pengantar Hubungan Internasional. Bandung:

PT. Alumni

Mas’oed, Mohtar. 1994. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin Dan Metodologi. Jakarta: LP3ES

Mauna, Boer. 2001. Hukum Internasional Pengertian Peranan Dan Fungsi

Dalam Era Dinamika Global. Bandung: PT. ALUMNI

McClelland, Charles. 1986. Ilmu Hubungan Internasional: Teori Dan Sistem.

Jakarta: C.V. Rajawali

Murdiyaso, Daniel. 2007. Protokol Kyoto: Implikasinya Bagi Negara

(18)

Neuman, Lawrence W. 2000. Social Research Methods, Qualitative and

Quantitative Approaches. Boston-London: Allyn and Bacon

Perwita, A.A. Banyu dan Yanyan Mochamad Yani. 2005. Pengantar Ilmu

Hubungan Internasional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Oldeman, L.R. 1992. The Global Extent Of Soil Degradation

Rana, Kishan S. 2002. Bilateral Diplomacy. New Delhi: Manas Publications

Rudy, T. May. 1993. Pengantar Ilmu Politik: Wawasan Pemikiran Dan

Kegunaannya. Bandung: PT. Refika Aditama

________. 2002. Hukum Internasional 1. Bandung: PT. Refika Aditama.

________. 2003. Hubungan Internasional Kontemporer Dan Masalah – Masalah

Global. Bandung: PT. Refika Aditama

________ 2009. Pengantar Ilmu Politik. Bandung: PT. Refika Aditama

Parthiana, I Wayan. 2003. Pengantar Hukum Internasional. Bandung: Mandar

Maju

Penyusun, Tim. 2011. Pedoman Penulisan Skripsi Dan Pelaksanaan Sidang

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Komputer

Indonesia. Bandung: Universitas Komputer Indonesia

Siahaan, N.H.T. 2004. Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan. Jakarta:

Erlangga

Smith, Michael dan Brian Hocking. 1990. World Politics: An Introducing To

International Relations. Harvester Wheatsirf

Soemarwoto, Oto. 2001. Paradigma Baru Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Yogyakarta: Gajamada University Press

Soeprapto. 1997. Hubungan Internasional: Sistem, Interaksi Dan Perilaku.

Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sugiono, Muhadi. 2006. Global Governance Sebagai Agenda Penelitian Dalam

Studi Hubungan Internasional. Jakarta

Wartahimahi, Suwardi. 1967. Pengantar Hubungan Internasional. Surabaya:

(19)

119

PUBLIKASI

Angelsen, Arild. 2012. Menganalisis REDD+: Tantangan Dan Pilihan.

Kaimowitz, D. dan Angelsen, A. 1998. Economic models of tropical deforestation

- A review. CIFOR, Bogor, Indonesia. 139.

KARYA ILMIAH/SKRIPSI/TESIS

Winarto, Sigit. 2007. Latar Belakang Diterimanya Proposal Reducing Emission

From Deforestation And Forest Degradation (REDD) Indonesia Oleh

Norwegia.

HARIAN UMUM/KORAN

HU Kompas, 2007. Kegelisahan Akan Dunia Yang Menghangat, 20 Juli 2007,

hal. 6.

RUJUKAN ELEKTRONIK

REDD, Apakah Itu?. Melalui http://www.redd-indonesia.org/index.php?option=

com_content&view=article&id=180&Itemid=6 [13/03/2012].

Pemanasan Global. Melalui http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_Global

[13/03/2012].

Perubahan Iklim. Melalui http://www.redd-indonesia.org/index.php?option=com_

content&view=article&id=223&Itemid=83 [13/04/2012].

Indonesia Forest Information and Data. Melalui http://rainforests.mongabay.com/

deforestation/2000/Indonesia.htm [13/04/2012].

UN-REDD. UN-REDD di Indonesia. Melalui http://storage.jakstik.ac.id/Produk

Hukum/kehutanan/6.UNREDD_Factsheet_0. pdf [13/04/2012].

http://www.psil.undip.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=12

2&Itemid=27 [14/04/2012].

Departemen Lingkungan Hidup. Kerjasama Internasional. Melalui http://www.nor

wegia.or.id/?About_Norway/=Politik-Luar-Negeri/iklim-dan-lingkung

(20)

http://www.theglobejournal.com/kategori_/lingkungan/skema-redd-dan-masadepa

nekonomi-hutan.php [19/04/2012].

Mulyadi. Pemanasan Global. Melalui http://www.iwf.or.id/assets/document/212

95.pdf [19/04/2012].

Makatita, Troy. 2011. KTT Bumi Rio De Janeiro. Melalui http://ipsalundana2011.

blogspot.com/2011/11/ktt-bumi-rio-de-jeneiro.html [19/04/2012].

Proyek Percontohan. Melalui http://www.redd-indonesia.org/index.php?option=

com_content&view=article&id =205&Itemid=57 [01/05/2012].

UNFCCC. 2010. Gambaran Umum Issue Perubahan Lingkungan. Melalui http://w

ww.deptan.go.id/kln/pdf/unfccc.pdf [01/05/2012].

BPK RI. Melalui http://www.environmental-auditing.org/Portals/0/AuditFiles/Au

(21)

121

Degradasi Hutan 10 Tahun Terakhir Mencapai Dua Juta Hektar. Melalui http://

www.antaranews.com/print/31978/degradasi-hutan-10-tahun-terakhir-mencapai-dua-juta-hektar [21/06/2013].

Manfaat Hutan. Melalui http://pengertian-definisi.blogspot.com/2010/10/manfaat-

hutan.html [19/07/2013].

http://www.d-forin.com [26/07/2013]

Apa Kabar LoI Norway?. Melalui

http://rampenbosnia.blogspot.com/2013/01/apa-kabar-loi-norway.html [28/07/2013].

Sirajuddin, Azmi. Masa Depan Proyek REDD+ Di Sulawesi Tengah. Melalui

http://www.ymp.or.id/content/view/287/1/ [28/07/2013].

http://politik.pelitaonline.com/news/2012/12/11/negara-nodai-komitmen-protokol

kyoto#.UgyvtkwdYY [28/07/2013].

Artharini, Isyana. Lima Masalah Perlindungan Hutan. Melalui http://id.

berita.yahoo.com/lima-masalah-utama-perlindungan-hutan-indonesia.

html [28/07/2013].

http://www.satgasreddplus.org/download/180612.Strategi.Nasional.REDD+.pdf

[28/07/2013].

Struktur Kerja Satuan Tugas REDD+. Melalui http://www.satgasreddplus.org/

satgas-redd/struktur-kelompok-kerja-satgas-redd [28/07/2013].

Fajar, Nur R. 2013. Memperpanjang Moratorium Hutan, Memperpanjang

Kehidupan. Melalui http://www.antaranews.com/berita/374828/memp

erpanjang-moratorium-hutan-memperpanjang-kehidupan

[28/07/2013].

http://www.greenpeace.org/seasia/id/PageFiles/474224/INA-NO%20LoI%20Ring

(22)

1

1.1Latar Belakang Masalah

Setelah berakhirnya Perang Dingin sekitar awal 1990-an, kajian Ilmu

Hubungan Internasional mengalami perkembangan isu yang mempengaruhi

kehidupan sistem internasional. Isu high politics mengenai ideologi, politik dan

keamanan yang sebelumnya mendominasi mulai tergeser dengan adanya

permasalahan baru seputar Hak Asasi Manusia (HAM), demokrasi, kesetaraan

gender, ekonomi, dan juga isu mengenai lingkungan hidup. Isu-isu seperti ini

disebut juga isu low politics.

Isu lingkungan hidup telah menjadi pembicaraan penting dalam beberapa

dekade terakhir. Permasalahan mengenai lingkungan hidup menarik perhatian

berbagai pihak baik di tingkat lokal, nasional bahkan global. Isu ini pertama kali

diangkat sebagai agenda dalam hubungan internasional pada tahun 1970-an, dan

kini kepedulian terhadap lingkungan hidup menjadi isu global karena proses yang

menyebabkan terjadinya eksploitasi yang berlebihan dan degradasi lingkungan

berhubungan dengan proses-proses politik dan sosial-ekonomi yang lebih luas,

dimana proses-proses tersebut merupakan bagian dari ekonomi politik global

(Baylis dan Smith, 2011: 315).

Fenomena dampak kerusakan lingkungan hidup ini mendorong komunitas

(23)

2

akibatnya (adaptasi). Isu ini menjadi permasalahan global dikarenakan jika

terdapat kerusakan lingkungan di suatu wilayah, bukan hanya wilayah yang

bersangkutan yang merasakan dampak negatif namun juga dapat dirasakan secara

global.

Melihat kenyataan akan pentingnya pemeliharaan lingkungan hidup, maka

dunia internasional memulai langkah-langkah untuk menghadapi perubahan iklim

tersebut. Baik negara maju hingga negara berkembang membentuk suatu

kerjasama lintas negara (trans boundaries) untuk menyelesaikan permasalahan

lingkungan hidup tersebut karena permasalahan ini tidak dapat diselesaikan secara

individu oleh satu negara saja. Berbagai upaya pencegahan efek dari pemanasan

global (global warming) dituang kedalam berbagai wadah perjanjian. Deforestasi

menjadi topik utama di dalam berbagai forum diskusi yang membahas isu

perubahan iklim terutama yang berkaitan dengan sektor kehutanan.

Konferensi lingkungan hidup yang pertama kali diselenggarakan adalah

Konferensi Internasional Perserikatan Bangsa Bangsa tentang Lingkungan Hidup

Manusia (United Nations Conference on the Human Environment) di Stockholm,

Swedia pada tahun 16 Juni 1972 yang dihadiri oleh perwakilan dari 114 negara.

Konferensi yang di prakarsai oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) ini

merupakan titik awal upaya penyelamatan lingkungan hidup global. Melalui

Konferensi Stockholm ini disepakati pentingnya kesadaran pemeliharaan

lingkungan hidup melalui moto “The Only One Earth” (hanya ada satu bumi)

serta menetapkan tanggal 5 Juni sebagai Hari Lingkungan Hidup sedunia.

(24)

hidup, dan rekomendasi tentang kelembagaan pendukung rencana aksi tersebut.

Hal ini diwujudkan dengan membentuk suatu lembaga yang bernama United

Nations Envvironment Programme (UNEP) yang berkedudukan di Nairobi,

Kenya.

Dua puluh tahun setelah Konferensi Stockholm, diselenggarakan oleh PBB

United Nations Conference on Environment and Development (UNCED) atau

yang lebih dikenal sebagai The Earth Summit (KTT Bumi) tahun 1992 di Rio de

Janeiro, Brazil yang merupakan bentuk penegasan dari Deklarasi Stockholm,

terutama menyangkut isi deklarasi bahwa permasalahan lingkungan merupakan

isu utama yang berpengaruh pada kesejahteraan manusia dan pembangunan

ekonomi di seluruh dunia.

Dalam konferensi ini kemudian ditandatanganilah United Nations

Convention on Climate Change (UNFCCC). Otoritas tertinggi UNFCCC

dipegang oleh pertemuan anggota yang dilakukan setiap tahunnya yang dikenal

dengan nama Conference of Parties (COP) semenjak tahun 1995. Pada pertemuan

COP ke-3 yang diadakan di Kyoto, Jepang, suatu persetujuan internasional yang

di sebut Protokol Kyoto diadopsi sebagai pendekatan untuk mengurangi emisi gas

rumah kaca. Protokol Kyoto mengatur pengurangan emisi gas rumah kaca dari

semua negara-negara yang meratifikasinya (http://aadrean.wordpress.com/2010/

06/10united-nationframework-convention-on-climate-change-unfccc/diakses pada

tanggal 01-05-2012).

Mengingat bahwa Protokol Kyoto akan berakhir masa perjanjian pada tahun

(25)

4

pengganti yang diharapkan dapat memberikan solusi yang lebih baik dengan

mengikutsertakan skema untuk mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi

hutan. Dalam konvensi perubahan iklim di Cancun, Meksiko tahun 2010, dunia

bersepakat untuk memasukkan REDD dalam mekanisme upaya penurunan emisi

gas karbon yang akan berlaku setelah Protokol Kyoto.

Reducing Emission from Deforestation and Forest Degradation (REDD)

disepakati pada COP tentang perubahan iklim di Montreal, Kanada di tahun 2005.

REDD merupakan sebuah mekanisme global yang memberikan insentif kepada

negara berkembang pemilik hutan seperti Indonesia untuk melindungi hutannya.

Skema ini mulai hangat diperbincangkan dalam putaran perundingan perubahan

iklim.

REDD dirancang oleh Papua Nugini dan Kosta Rika, dua negara pemilik

hutan tropis yang merasa tidak mendapat keuntungan dari skema di bawah rezim

Protokol Kyoto. Dua skema Protokol Kyoto, Emission Trading (ET) dan Joint

Implementation (JI) hanya berlaku untuk dan di antara negara maju atau negara

Annex I. Skema lain dari Protokol Kyoto, Clean Development Mechanism (CDM),

memang turut melibatkan negara berkembang tetapi dibatasi tidak lebih dari 1%

total emisi tahunan negara maju yang menginvestasikan proyek CDM-nya di

negara berkembang. Jumlah yang sangat kecil ini tidak lepas dari prinsip

pengurangan emisi domestik sebagai tujuan utama Protokol Kyoto. Artinya,

mekanisme ET, JI, maupun CDM hanya pelengkap (additional) atas tujuan utama

Protokol Kyoto yakni mendesak negara Annex I agar mengurangi emisi

(26)

REDD berkembang dengan menambahkan tanda “plus” di belakangnya

dengan menambahkan areal peningkatan cadangan karbon hutan ke dalam

cakupan awal strategi REDD berupa peranan konservasi dan pengelolaan hutan

secara lestari, pemulihan hutan dan penghutanan kembali, serta peningkatan

cadangan karbon hutan (http://redd-indonesia.org/index.php?option=com_content

&view=article&id=180&Itemid=6 diakses pada tanggal 13-04-2012). Sebagai

tuan rumah dalam pertemuan COP ke-13, Indonesia berupaya memperjuangkan

REDD+ sehingga bisa diterima negara-negara lain terutama oleh negara Annex I.

Indonesia memang sangat berkepentingan terhadap skema REDD+, karena

Indonesia merupakan negara dengan luas hutan tropika terbesar ketiga didunia,

dimana Indonesia memiliki kawasan hutan seluas 133.433.366,98 Ha (hektare).

Sekitar 47.236.000 Ha diklasifikasikan sebagai hutan primer, dan hutan karbon,

dan sekitar 3.549.000 Ha sebagai hutan tanaman (http://rainforests.mongabay.com

/deforestation/2000/Indonesia.htm diakses pada tanggal 13-04-2012).

Akan tetapi, luas hutan tersebut diperkirakan mengalami deforestasi dan

degradasi rata-rata sebesar 1,17 juta Ha per tahun dengan 14% dari luas hutan

Indonesia dinyatakan dalam keadaan kritis yang disebabkan oleh maraknya

penebangan hutan liar (illegal logging) pada periode 2003 sampai 2006

berdasarkan pantauan citra satelit yang dikeluaran oleh Pemerintah (http://stor

age.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/6.UN-REDD_Factsheet_0.pdf diakses

pada tanggal 13-04-2012).

Degradasi dan deforestasi dapat meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca,

(27)

6

warming. CO2 merupakan gas yang dibutuhkan oleh tanaman untuk melakukan

proses fotosintesis dan seperti gas rumah kaca lainnya, gas ini berguna untuk

mempertahankan suhu bumi di malam hari dengan menahan sebagian pancaran

balik cahaya matahari. Namun, konsentrasi CO2 dan gas rumah kaca lainnya

meningkat drastis setelah adanya industrialisasi dan sejak manusia mulai

menggunakan bahan bakar fosil, yang melepaskan banyak karbon ke atmosfer.

Semakin banyak pancaran balik cahaya matahari yang terperangkap telah

menyebabkan temperatur bumi naik dengan rata-rata sekitar 0,4 derajat Celcius

sejak 1970-an. (http://www.redd-indonesia.org/index.php?option=com_content&v

iew=article&id=223&Itemid=83 diakses pada tanggal 13-04-2012).

Hutan merupakan paru-paru bumi yang mempunyai fungsi mengabsorbsi

gas CO2. Berkurangnya hutan dan meningkatnya pemakaian energi fosil (minyak,

batu bara, dll) akan menyebabkan kenaikan gas CO2 di atmosfer yang

menyelubungi bumi. Selain global warming, kerusakan hutan juga dapat

menyebabkan terjadinya kerusakan pada lapisan ozon (O3). Perubahan suhu bumi

yang terjadi saat ini, diketahui mengalami peningkatan sekitar 2 derajat Celcius

sampai 4,5 derajat Celcius. Kenaikan suhu udara tidak merata di bumi, serta

kondisi cuaca dan iklim ekstrim dalam bentuk angin badai, hujan lebat dan

kekeringan semakin kerap terjadi sebagai akibat dari global warming

(Wartahimahi, 2007: 6).

Deforestasi dan degradasi hutan ini juga telah menyebabkan hilangnya

keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia yang berkontribusi secara nyata

(28)

berasal dari kegiatan penebangan hutan. Kerusakan hutan Indonesia merupakan

suatu permasalahan yang besar, bahkan sudah mencapai ambang

mengkhawatirkan. Dalam laporan Greenpeace disebutkan bahwa kerusakan hutan

di Indonesia merupakan kerusakan hutan tertinggi di dunia.

REDD+ menjadi faktor penting dalam berbagai negoisasi internasional.

Modelnya menuruti prinsip “common but differentiated responsibility” (kewajiban

sama dengan tanggung jawab berbeda), dimana semua negara bertanggung jawab

atas permasalahan lingkungan hidup ini namun bentuk pertanggungjawaban nya

berbeda-beda sesuai dengan kapasitas masing-masing negara. Sebagai contoh,

negara maju yang menghasilkan emisi dalam proses industrialisasi dan untuk

menopang gaya hidup, menyediakan dana dan teknologi untuk negara

berkembang sebagai bentuk komitmen dampak emisi karbon mereka. Sementara

negara berkembang akan diberikan insentif untuk menjaga dan melestarikan

hutannya.

Disadari atau tidak, lingkungan hidup menjadi salah satu instrumen politik

suatu negara dalam menjalin hubungan dengan negara lain dan merupakan

tantangan terbesar bagi kebijakan politik luar negeri beberapa negara di dunia,

karena secara tidak langsung kerusakan pada lingkungan hidup akan berdampak

pada perubahan iklim yang secara akan pula dirasakan oleh semua masyarakat

dunia tanpa terkecuali. Pasca UNFCCC Bali 2007, peta hubungan internasional

sedikit banyak mulai berubah. Negara-negara berkembang pemilik hutan kini

semakin memiliki nilai tawar politik-ekonomi yang lebih kuat. Dengan

(29)

8

yang terjadi disejumlah negara berkembang, berbalik pada industrialisasi di

negara maju yang harus melakukan kompensasi utang karbon atas emisi yang

mereka hasilkan (Sigit Winarto, 2007).

Politik luar negeri suatu negara merupakan upaya pemenuhan kebutuhan

dalam negerinya dari luar yang dipengaruhi oleh perkembangan situasi di dalam

negeri maupun internasional yang mempengaruhi sikap, cara pandang serta posisi

di dalam pergaulan antar bangsa. Salah satu bentuk pelaksanaan politik luar negeri

Indonesia terkait dengan isu lingkungan adalah kebijakan Pemerintah Indonesia

dalam mengadakan kerjasama dengan negara lain baik dalam lingkup kerjasama

regional maupun kerjasama bilateral, seperti kerjasama Pemerintah Indonesia

dengan Pemerintah Norwegia dalam upaya penyelamatan hutan Indonesia dalam

kerangka REDD+.

Norwegia merupakan negara industri yang juga salah satu negara terkaya di

dunia. Kekayaan materi disebabkan karena kekayaan sumber daya alam dan

sebagian lain dikarenakan keikutsertaan Norwegia dalam industri Eropa Barat.

Sejak tahun 1970, industri minyak lepas pantai telah memainkan peranan dominan

dalam perekonomian Norwegia. Dengan laju industri yang pesat, Norwegia

memiliki kebijakan lingkungan hidup untuk memastikan industrinya tidak

bertentangan dengan lingkungan. Dalam hal ini, upaya untuk menerapkan

penangkapan dan penyimpanan gas karbon (Capture and Storage of CO2 atau

CCS) menjadi langkah yang penting.

Keberhasilan Norwegia dalam mencapai target lingkungan nasional

(30)

internasional penting dalam membangun kemampuan untuk merencanakan solusi

yang baik dalam menghadapi tantangan lingkungan global yang di hadapi

negara-negara di dunia dalam bentuk perubahan iklim, hilangnya keragaman biologi dan

penyebaran zat kimia berbahaya ke lingkungan. Norwegia berperan penting dalam

upaya menerapkan kerjasama internasional yang mengikat secara hukum dalam

hal permasalahan lingkungan (Sigit Winarto, 2007).

Kebijakan manajemen lingkungan dan sumber daya merupakan komponen

penting dari kebijakan kerjasama luar negeri pembangunan Norwegia. Kondisi

lingkungan yang memuaskan membantu memajukan stabilitas dan keamanan.

Lingkungan yang sehat dan beragam penting untuk mengentaskan kemiskinan dan

mencapai pembangunan yang berkesinambungan yang bermanfaat bagi semua

orang di seluruh dunia. Norwegia mendukung penuh upaya negara-negara dengan

kawasan hutan hujan tropis besar, seperti Indonesia, Brasil, dan Republik Kongo,

untuk menurunkan laju emisinya. Karena Norwegia berpendapat hutan memiliki

peran yang sangat signifikan mencegah laju perubahan iklim. Di antara komitmen

negara maju, komitmen Norwegia lah yang paling jelas dengan rencana

penurunan emisi 30% dari level tahun 1990 sampai tahun 2020. Komitmen

Norwegia pada isu lingkungan hidup ini dituangkan dengan meratifikasi Protokol

Kyoto. Norwegia kemudian juga turut serta dalam skema REDD.

Dalam beberapa tahun terakhir hubungan bilateral Indonesia – Norwegia

mengalami peningkatan yang signifikan, kedua negara mengembangkan

kemitraan dalam isu-isu internasional penting. Indonesia – Norwegia telah

(31)

10

tercermin dari komitmen Norwegia di bidang kehutanan dengan menjanjikan akan

memberi dana sebesar 1 miliar USD (Dollar Amerika Serikat) bagi upaya untuk

mengurangi emisi gas dan penggundulan hutan untuk penyelamatan hutan

Indonesia di dalam pertemuan United Nations Framework Convention On

Climate Change (UNFCCC) di Bali bulan Desember 2007.

Indonesia dan Norwegia menyadari bahwa perubahan iklim merupakan

salah satu tantangan terbesar yang dihadapi dunia saat ini. Di bulan Oktober 2009,

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan komitmen untuk mengurangi

emisi CO2 Indonesia sebesar 26% hingga 41% di tahun 2020 jika mendapat

dukungan internasional. Ini merupakan komitmen terbesar yang pernah diutarakan

oleh sebuah negara berkembang. Indonesia telah menetapkan target absolut dan

Norwegia ingin membantu upaya pemerintah Indonesia mencapai komitmen

tersebut.

Alasan mengapa Norwegia mengutarakan komitmennya untuk memberi

hibah 1 miliar USD adalah sebagai negara industri yang termasuk dalam Annex 1

pada Protokol Kyoto, Norwegia memiliki kewajiban mengikat untuk menurunkan

emisi karbon dalam negerinya, terutama karena tingkat penggunaan energi fosil,

industrialisasi, dan transportasi yang sangat tinggi. Negara Annex 1 merupakan

negara maju yang sektor industrinya berkembang sejak revolusi industri dan

dianggap bertanggung jawab atas peningkatan emisi gas global.

Terkait dengan ketidakmampuan Norwegia untuk menurunkan emisi

karbon, maka negara ini bersedia memberikan hibah kepada negara berkembang,

(32)

Indonesia dengan Norwegia yang tertulis dalam LoI (Letter of Intent) yang

ditandatangani di Oslo, Norwegia.

Sebagai salah satu anggota komunitas internsional, Indonesia turut pula

memiliki tanggung jawab untuk berpartisipasi dalam upaya mengatasi perubahan

iklim, salah satunya melalui skema REDD+ untuk meminimalkan kerusakan

hutan, ini juga merupakan kepentingan nasional, yang menjadi komponen bangsa.

REDD+ dapat mendukung upaya reformasi baik yang telah atau sedang dilakukan

di sektor kehutanan Indonesia, baik melalui aliran dana, peningkatan kapasitas

maupun transfer teknologi.

Yang membedakan REDD+ dengan skema lingkungan hidup lain seperti

Protokol Kyoto ialah Protokol Kyoto merupakan sebuah instrumen hukum (legal

instrument) yang dirancang agar negara-negara industri maju mengurangi emisi

gas rumah kaca mereka secara kolektif sebesar 5,2% dibandingkan dengan tahun

1990. Tujuannya adalah untuk mengurangi rata-rata emisi dari enam gas rumah

kaca, yakni karbon dioksida, metan, nitrous oxide, sulfur heksafluorida, HFC, dan

PFC (http://id.wikipedia.org/wiki/Protokol_Kyoto diakses pada tanggal

13-05-2012).

Jika pada Protokol Kyoto, negara-negara industri maju terasa sulit dalam

mengikuti kebijakan yang telah disepakati di dalamnya dikarenakan

negara-negara industri maju tersebut tidak ingin mengurangi industrinya, sementara

karbon yang dihasilkan tetap tidak berkurang dan mengakibatkan upaya perbaikan

iklim berjalan lambat. Di REDD+, negara-negara industri maju tersebut tetap bisa

(33)

12

negara berkembang pemilik hutan seperti Indonesia dalam upaya pelestarian dan

penyelamatan hutan sebagai bentuk “pembayaran hutang karbon (carbon debt)”

mereka dikarenakan instrumen-instrumen dalam REDD akan lebih mampu

mengakomodir kebutuhan maupun kesulitan yang ditemukan selama berlakunya

Protokol Kyoto baik bagi negara maju maupun bagi negara berkembang

Maka berdasarkan penjelasan dan pemaparan diatas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul:

“Kerjasama Indonesia – Norwegia Melalui Skema Reducing Emissions

From Deforestation And Forest Degradation (REDD+) Dalam Upaya

Penyelamatan Hutan Indonesia"

Berdasarkan pemaparan diatas, ketertarikan peneliti terhadap penelitian ini

didukung oleh sejumlah teori yang diambil dari beberapa mata kuliah yang

dijadikan kurikulum dalam Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia, antara lain:

1. Pengantar Hubungan Internasional, mata kuliah ini membantu dalam

memberikan gambaran mengenai dinamika hubungan internasional

serta berbagai bentuk kerjasama internasional;

2. Politik Luar Negeri, mempelajari berbagai tindakan yang dilakukan

oleh negara dalam interaksinya terhadap negara lain serta kebijakan

politik luar negeri suatu negara untuk menghadapi perubahan yang

terjadi diluar wilayahnya demi pencapaian kepentingan nasional;

3. Isu-isu Global, mempelajari fenomena dunia internasional yang faktual

(34)

1.2Rumusan Masalah

1.2.1 Rumusan Masalah Mayor

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, untuk memudahkan penulis

dalam melakukan pembahasan, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

“Bagaimana Kerjasama Indonesia – Norwegia Melalui Skema Reducing

Emission From Deforestation and Forest Degradation (REDD+) Dalam

Upaya Penyelamatan Hutan Indonesia”

1.2.2 Rumusan Masalah Minor

1. Faktor apa yang menjadi latar belakang kerjasama yang dilakukan oleh

Pemerintah Indonesia dan Norwegia melalui kerangka REDD+ dalam

upaya penyelamatan hutan Indonesia?

2. Program apa saja yang dilakukan Pemerintah Indonesia – Norwegia

melalui kerangka REDD+ dalam upaya penyelamatan hutan Indonesia?

3. Kendala apa saja yang dialami program REDD+ dalam upaya

penyelamatan hutan Indonesia?

4. Sejauh mana tingkat keberhasilan program REDD+ dan prospek

kerjasama Indonesia – Norwegia melalui kerangka REDD+ dalam

(35)

14

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dilakukannya penelitian ini adalah untuk menganalisis kerjasama

yang dilakukan oleh Indonesia dan Norwegia melalui skema REDD+ dalam upaya

penyelamatan hutan Indonesia.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Suatu kegiatan penelitian yang dilakukan hendaknya memiliki suatu tujuan

yang hendak dicapai. Adapun tujuan dari penelitian dan penulisan skripsi ini

adalah :

1. Penelitian dalam penulisan skripsi ini diharapkan dapat memperkaya

pemanahaman tentang REDD+ yang menjadi salah satu instrument

penyelesaian permasalahan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca

dan faktor yang melatarbelakangi terbentuknya kerjasama antara

pemerintah Indonesia dan pemerintah Norwegia dalam kerangka

REDD+ dalam rangka penyelamatan hutan Indonesia;

2. Mengetahui, memahami, dan meneliti program apa saja yang telah

dilakukan pemerintah Indonesia dan pemerintah Norwegia melalui

kerangka REDD dalam rangka penyelamatan hutan Indonesia;

3. Mengetahui, memahami, dan meneliti kendala-kendala dalam skema

REDD+ dalam upaya penyelamatan hutan Indonesia;

4. Mengetahui, memahami, dan meneliti sejauh mana tingkat keberhasilan

(36)

oleh pemerintah Indonesia dan pemerintah Norwegia dalam upaya

menyelamatkan hutan Indonesia dari kerusakan meskipun terdapat

kendala didalam pelaksanaan kerjasama tersebut.

1.4Kegunaan Penelitian

Berdasarkan pada tujuan penelitian, maka kegunaan dari penelitian ini

dibagi menjadi dua :

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memperkaya pengetahuan

mengenai kerjasama bilateral dalam mengatasi suatu permasalahan. Khususnya

kerjasama antara Indonesia – Norwegia di dalam kerangka Reducing Emission

From Deforestation and Forest Degradation (REDD+) dalam upaya

meminimalisir kerusakan hutan Indonesia.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan tambahan

informasi dan studi empiris bagi para penstudi Ilmu Hubungan Internasional yang

menaruh minat terhadap kerjasama untuk menanggulangi kerusakan hutan

khususnya hutan Indonesia. Serta diharapkan dapat sebagai masukkan bagi

pemerintah dan pemangku kepentingan untuk meneliti lebih lanjut agar program

kehutanan yang dicanangkan pemerintah dapat lebih terarah, tepat sasaran dan

(37)

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Penelitian sebelumnya yang penulis jadikan acuan dalam tinjauan pustaka

adalah skripsi Sigit Winarto tahun 2007, yang berjudul Latar Belakang

Diterimanya Proposal Reducing Emission From Deforestation And Forest

Degradation (REDD) Indonesia Oleh Norwegia. Karya ini penulis rujuk karena

merupakan satu dari sedikit kajian yang membahas kerjasama yang dilakukan

oleh Indonesia dan Norwegia dalam kerangka REDD. Winarto membahas

bagaimana REDD diharapkan dapat menjadi salah satu instrumen penyelesaian

permasalahan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca.

Winarto memang hanya memfokuskan penelitiannya pada diterimanya

proposal REDD dari Indonesia oleh Norwegia tanpa membahas dampaknya

terhadap upaya penyelamatan hutan Indonesia, sebagaimana yang akan dilakukan

penulis. Winarto menjelaskan secara detail, terperinci, sekaligus sistematis

sebab-musabab diterimanya proposal REDD oleh pemerintah Norwegia. Winarto juga

menyelipkan mengenai kerjasama serupa dengan Brasil yang dilakukan oleh

Norwegia dalam payung REDD. Dan menjabarkan perbedaan-perbedaan diantara

kedua bentuk kerjasama dengan kedua negara tersebut.

Winarto menggunakan teori Rational Choice yang disampaikan oleh James

(38)

mengambil suatu keputusan yang didasarkan pada pilihan-pilihan rasional dan

terdapatna mekanisme serta pertimbangan untung rugi menjadikan teori ini

dominan dalam aplikasinya dan sangat cocok untuk menjadi salah satu pilihan

dalam pengambilan keputusan. Norwegia memiiki kewajiban mengikat untuk

menurunkan emisi karbon di dalam negerinya. Namun dengan adanya

ketidakmampuan Norwegia untuk menurunkan emisi karbon dari dalam

negaranya, maka negara ini bersedia memberikan hibah kepada negara

berkembang yang memiliki sumber daya hutan untuk mengurangi laju deforestasi

dan kerusakan hutan, salah satunya Indonesia.

Pendekatan atau metode yang dipakai metode penelitian kualitatif, strategi

penelitian yang digunakan adalah studi pustaka dan menekankan analisisnya pada

proses deduktif yang menjelaskan hal-hal yang sifatnya umum dari teori baru

mengarah kepada penjelasan yang sifatnya khusus. Teknik pengumpulan data

yang dilakukan oleh Winarto mengambil data dari berbagai sumber sekunder,

seperti buku teks, terbitan berkala, jurnal, majalah, surat kabar, dokumen,

makalah, dan bahan-bahan lainnya yang berbentuk elektronik (yang bisa didapat

melalui instrumen internet), sebagaimana yang juga dilakukan oleh penulis namun

berbeda dengan Winarto yang hanya meneliti sampai kepada alasan diterimanya

proposal REDD, penulis turut pula menggunakan sumber-sumber data tersebut

untuk menganalisis mengenai kerusakan hutan Indonesia dan upaya dalam

penyelamatan hutan melalui skema REDD yang ditawarkan Indonesia kepada

(39)

18

Winarto menggunakan hipotesa bahwa hal yang menjadi alasan Norwegia

menerima proposal REDD Indonesia disebabkan karena Indonesia sebagai salah

satu pemilik hutan terbesar didunia dengan skema dan mekanisme pembiayaannya

dianggap sesuai dan memenuhi syarat untuk didanai oleh Norwegia. Sedangkan

penulis tidak mengemukakan hipotesa dalam penelitian ini.

Sementara itu, Arild Angelsen yang merupakan peneliti Center For

International Forestry Research (CIFOR) dalam publikasi yang berjudul

Menganalisis REDD+: Tantangan dan Pilihan ditahun 2012, mengkaji

bagaimana skema yang didukung oleh Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) ini

menawarkan berbagai gagasan mengenai bagaimana meningkatkannya sebagai

salah satu instrumen dalam pengurangan emisi karbon.

Ketika REDD+ telah bergerak dari sebuah gagasan kedunia nyata,

tantangannya telah meningkat. Berbagai tantangan tersebut bersifat praktis atau

politis, dari bagaimana cara mengukur dan memantau emisi karbon yang

dihindarkan dengan membiarkan sebuah hutan tetap tegak, sampai memutuskan

siapa yang mendapatkan uang yang dihasilkan oleh REDD+, sampai mencapai

koordinasi diantara tingkatan tata kelola lokal, regional, nasional dan

internasional.

Menganalisis REDD+ memperdebatkan bahwa untuk mewujudkan potensi

sepenuhnya sebagai sarana untuk memitigasi terhadap perubahan iklim, REDD+

memerlukan sebuah perubahan transformasional dalam cara kita menganggap

(40)

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Hubungan Internasional

Ilmu Hubungan Internasional merupakan pendatang baru dalam deretan

ilmu-ilmu sosial lainnya. Ilmu Hubungan Internasional merupakan ilmu yang

berdiri sendiri, kira-kira baru pada tahun 1930-an, dimulai dengan

kegiatan-kegiatan sebelumnya berupa penelitian dan pengkajian akademis. Istilah

Hubungan Internasional diciptakan pertama kali oleh Jeremy Bantham. Jeremy

Bantham adalah salah seorang yang mempunyai minat yang besar terhadap

hubungan antar negara yang tumbuh semakin popular pada saat itu. Sebagai suatu

ilmu, Hubungan Internasional merupakan satu-kesatuan disiplin, dan memiliki

ruang lingkup serta konsep-konsep dasar (Soeprapto, 1997:11-12).

Pengertian Hubungan Internasional menurut Charles Mc Clelland, yang

dikutip oleh Perwita dan Yani adalah sebagai berikut:

“Hubungan Internasional merupakan studi tentang interaksi antara jenis -jenis kesatuan tertentu, termasuk studi tentang keadaan-keadaan yang relevan yang mengelilingi interaksi” (Perwita dan Yani, 2005:4).

Ilmu Hubungan Internasional merupakan ilmu dengan kajian interdisipliner

dengan pengertian ilmu ini dapat menggunakan berbagai teori, konsep, dan

pendekatan dari bidang-bidang ilmu lain dalam mengembangkan

kajian-kajiannya. Dewasa ini, kajian dan ruang lingkup Hubungan Internasional

mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hubungan Internasional yang pada

awalnya hanya mempelajari tentang hubungan antar negara-negara yang berdaulat

saja, telah mengalami pergeseran, dimana, muncul aktor-aktor lain dalam ilmu

(41)

20

dikemukakan oleh Trygive Mathisen terjemahan Suwardi Wiraatmadja dalam

bukunya yang berjudul “Methodology in the Study of International Relations”,

bahwa: Hubungan international mempunyai arti “Semua aspek Internasional dari

kehidupan sosial manusia dalam arti semua negara dan mempengaruhi tingkah

laku yang terjadi atau berasal disuatu negara dan dapat mempengaruhi tingkah

laku manusia di negara lain”. Hubungan Internasional yang kini makin banyak

diterapkan negara-negara di dunia demi mencapai nation interest adalah melalui

kerjasama regional. Sedangkan aktor dari hubungan internasional itu sendiri bisa

saja merupakan stateactor atau juga aktor non state actor.

Pada dasarnya Hubungan Internasional merupakan interaksi antara aktor

suatu negara dengan negara lainnya. Pada kenyataannya Hubungan Internasional

tidak terbatas hanya hubungan antar negara saja, tetapi juga hubungan antar

individu dengan kelompok kepentingan sehingga negara tidak selalu menjadi

aktor utama tetapi merupakan aktor yang rasional yang dapat melakukan

hubungan melewati batas negara.

DR. Anak Agung Banyu Perwita dan DR. Yayan Mochamad Yani dalam

buku “Pengantar Ilmun Hubungan Internasional” menyatakan:

“Hubungan Internasional merupakan bentuk interaksi antara aktor dan anggota masyarakat lain. Terjadinya Hubungan Internasional merupakan suatu keharusan sebagai akibat adanya saling ketergantungan dan bertambah kompleksnya kehidupan manusia dalam masyarakat internasional sehingga interdependensi tidak memungkinkan adanya suatu negara yang menutup diri terhadap dunia luar” (Perwita & Yani, 2005:3-4).

Secara terminologi, Hubungan Internasional digunakan untuk

mengidentifikasi antar aktor yang sifat hubungannya melintasi batas negara.

(42)

internasional, yaitu perilaku aktor, negara maupun non-negara, di dalam arena

transaksi internasional, dimana perilaku tersebut bisa berwujud perang, kerjasama,

pembentukan aliansi, interaksi dalam organisasi internasional dan sebagainya.

Dalam mempelajari ilmu Hubungan Internasional terdapat tujuan dasar

mempelajari ilmu ini, seperti yang disampaikan oleh DR. Anak Agung Banyu

Perwita dan DR. Yanyan Mochamad Yani dalam bukunya “Pengantar Ilmu

Hubungan Internasional” yaitu:

“Tujuan dasar studi Hubungan Internasional adalah mempelajari perilaku internasional, yaitu perilaku antara aktor negara maupun non-negara, di dalam arena transaksi internasional. Perilaku ini bisa berwujud kerjasama, pembentukan aliansi, perang, konflik serta interaksi didalam organisasi internasional” (Perwita & Yani, 2005:4-5).

Terdapat dua isu tradisional utama dalam Hubungan Internasioanl yakni isu

keamanan nasional dan ekonomi global, isu lingkungan hidup kemudian muncul

sebagai isu ketiga yang memiliki tingkat urgensi yang sama dengan kedua isu

yang disebutkan sebelumnya (Porter, 2000: 1). Hal ini lebih dikarenakan isu-isu

low politics (ekonomi, lingkungan hidup, sosial, dan lain-lain) tidak mendapatkan

perhatian yang relevan dari masyarakat dunia era Perang Dingin (Cold War),

karena perhatian dunia dewasa ini hampir seluruhnya terfokus kepada isu-isu

seputar politik, keamanan nasional, dan persaingan ideologi (isu-isu high politics)

(Scheurs, 2003:5-6).

Robert Jackson dan Georg Sorensen juga mengatakan, bahwa Hubungan

Internasional kontemporer selain mengkaji hubungan politik, juga mencakup

sekelompok kajian lainnya seperti tentang interdependensi perekonomian,

(43)

22

asasi manusia, organisasi-organisasi dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat

(LSM) internasional, lingkungan hidup, gender, dan lain sebagainya (Jackson &

Sorensen, 2005:34).

DR. Anak Agung Banyu Perwita dan DR. Yanyan Mochamad Yani dalam

buku “Pengantar Ilmu Hubungan Internasional” menyatakan bahwa:

“Studi tentang Hubungan Internasional banyak diartikan sebagai suatu studi tentang interaksi antar aktor yang melewati batas-batas negara. Terjadinya Hubungan Internasional merupakan suatu keharusan sebagai akibat adanya saling ketergantungan dan bertambah kompleksnya kehidupan manusia

dalam masyarakat internasional sehingga interdependensi tidak

memungkinkan adanya suatu negara yang menutup diri terhadap dunia luar” (Perwita & Yani, 2005:3-4).

Beberapa konsep umum yang terdapat di dalam Hubungan Internasional,

yaitu:

1. Peranan

Peranan merupakan aspek dinamis. Peranan dapat juga dikatakan

sebagai seperangkat perilaku yang diharapkan dari seseorang atau

struktur tertentu yang menduduki suatu posisi di dalam suatu sistem.

Teori peranan menegaskan bahwa perilaku politik adalah perilaku

dalam menjalankan peranan politik.

2. Konsep Pengaruh

Konsep pengaruh didefinisikan sebagai kemampuan pelaku politik

untuk mempengaruhi tingkah laku orang lain dalam cara yang

(44)

3. Kerjasama

Dalam Hubungan Internasional dikenal apa yang dinamakan kerjasama

internasional. Dalam suatu kerjasama internasional bertemu berbagai

macam kepentingan nasional dari berbagai negara dan bangsa yang

tidak dapat dipenuhi didalam negerinya sendiri.

4. Analisis Sistem

Analisis sistem dalam Hubungan Internasional berpandangan bahwa

fenomena internasional yang beragam secara sederhana tidak dapat

dibagi-bagi, sehingga suatu sistem harus dianggap ada dalam

lingkungan dan bentuk interaksi melalui bagian-bagian yang

berhubungan satu sama lain (Perwita Dan Yani, 2005:29-34).

DR. Anak Agung Banyu Perwita dan DR. Yanyan Mochamad Yani dalam

buku “Pengantar Ilmu Hubungan Internasional”, menyatakan bahwa:

“Dengan berakhirnya Perang Dingin, dunia berada dalam masa transisi. Hal itu berdampak pada studi Hubungan Internasional yang mengalami perkembangan yang pesat. Hubungan Internasional kontemporer tidak hanya memperhatikan politik antar negara saja, tetapi juga subjek lain meliputi terorisme, ekonomi, lingkungan hidup, dan lain sebagainya. Selain itu, Hubungan Internasional juga semakin kompleks. Interaksi tidak hanya dilakukan negara saja, melainkan juga aktor-aktor lain, yaitu, aktor non-negara juga memiliki peranan yang penting dalam Hubungan Internasional” (Perwita & Yani, 2005:7-8).

Fenomena Hubungan Internasional dapat dipandang dengan dua cara

berbeda. Pertama, dipandang sebagai fenomena sosial dan yang kedua dipandang

sebagai salah satu disiplin ilmu. Sebagai fenomena sosial, aspek cakupan

Hubungan Internasional ini sangat luas, yakni segala aktivitas kehidupan manusia

(45)

24

Hubungan Internasional sebagai bidang studi atau disiplin ilmu, cakupannya

menjadi sedikit terbatas, yakni meliputi beberapa hubungan dalam hal-hal berikut:

Politik internasional;

Politik luar negeri;

Ekonomi dan politik internasional;

Organisasi internasional;

Komunikasi internasional;

Hukum internasional;

Dan sebagainya.

Teori Hubungan Internasional dalam hal ini menjelaskan bagaimana pasca

Perang Dingin telah mengakhiri semangat sistem internasional bipolar dan

berubah menjadi multipolar atau secara khusus telah mengalihkan persaingan

yang bernuansa militer kearah persaingan atau konflik kepentingan ekonomi di

negara-negara di dunia ini. Isu-isu yang berkembang sebelum masa Perang Dingin

terfokus pada isu-isu high politics (isu politik dan keamanan), pasca Perang

Dingin isu tersebut meluas menjadi isu-isu low politics (isu HAM, ekonomi, dan

lingkungan hidup). Teori ini mengkaji tentang interaksi antara kesatuan-kesatuan

sosial, termasuk studi tentang keadaan-keadaan berkaitan yang mengelilingi

interaksi. Penulis menggunakan teori ini untuk menjelaskan interaksi antara

aktor-aktor yang terlibat didalamnya, dalam hal ini Indonesia dan Norwegia dalam

upaya penyelamatan hutan Indonesia. Interaksi yang dilakukan oleh Indonesia dan

Norwegia menghasilkan suatu bentuk kerjasama, maka dari itu penulis juga

(46)

2.2.2 Politik Luar Negeri

Politik luar negeri merupakan suatu perangkat formula nilai, sikap, arah

serta sasaran untuk mempertahankan, mengamankan, dan memajukan

kepentingan nasional di dalam percaturan dunia internasional (Perwita & Yani,

2005:7). Sedangkan politik luar negeri menurut Suffri Yusuf, S.H dalam buku

Hubungan Internasional dan Politik Luar Negeri merupakan iringan kebijakan

disertai rentetan tindakan yang rumit tetapi dinamis, yang ditempuh oleh negara

itu dalam hubungannya dengan negara-negara lain atau sebagai kegiatannya

dalam organisasi-organisasi regional dan internasional.

Politik luar negeri terdiri dari dua elemen, yaitu tujuan nasional yang akan

dicapai dan alat-alat untuk mencapainya. Interaksi antara dua tujuan nasional

dengan sumber-sumber untuk mencapainya merupakan subjek kenegaraan yang

abadi (Couloumbis & Wolfe, 1999:126). Adapun keputusan-keputusan dalam

politik luar negeri terdiri dari tiga kategori utama, yaitu:

1. Keputusan yang bersifat pragmatis (terencana) adalah keputusan besar

yang mempunyai konsekuensi jangka panjang; membuat studi lanjutan,

prtimbangan dan evaluasi yang mendalam mengenai seluruh opsi

alternatif.

2. Keputusan yang bersifat krisis adalah keputusan yang dibuat selama

masa-masa terancam berat; waktu untuk menanggapinya terbatas; dan

terdapat elemen yang mengejutkan yang membutuhkan respon yang

(47)

26

3. Keputusan yang bersifat taktis adalah keputusan yang biasanya bersifat

pragmatis; memerlukan re-evaluasi, revisi dan pembalikan (Coulumbis

& Wolfe, 1999:129).

Keputusan-keputusan dalam politik luar negeri dipengaruhi oleh berbagai

faktor, yaitu penilaian masalah, perhitungan biaya atau risiko, aspek domestik:

konsensus, informasi kurang lengkap, tekanan waktu, gaya nasional, komitmen

dan hal yang mendahului.

1. Penilaian masalah

Suatu unsur yang amat penting dalam analisis masalah adalah

pemilihan awal sasaran yang ingin dicapai. Ini merupakan inti dari

strategi yang berupa suatu rencana penggunaan sumber-sumber untuk

mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Dalam tingkat

politik luar negeri, rencana semacam itu disebut strategi nasional.

2. Perhitungan biaya atau resiko

Perhitungan biaya atau resiko merupakan faktor yang mempengaruhi

suatu keputusan politik luar negeri, karena tidak ada negara yang dapat

melakukan politik luar negeri bisa terbebas dari hal ini yaitu

pembatasan jumah sasaran, dan terbatasnya jumlah pilihan alternatif

yang tersedia.

3. Aspek domestik: konsensus

Semua negara tanpa memandang bentuk pemerintahan dan falsafah

politiknya terikat oleh konsensus rakyat dan dibatasi oleh sikap

(48)

4. Informasi kurang lengkap

Dalam politik luar negeri, informasi yang kurang lengkap antara lain

disebabkan oleh kelambanan pembuat keputusan dalam mengejar

peristiwa yang cepat berubah sebelum fakta-fakta yang ada lengkap

terkumpul. Karena itu informasi seadanya akan dijadikan dasar untuk

mengurangi resiko seminimal mungkin. Informasi tidak lengkap

mempunyai dua arti yaitu kekurangan data atau terlalu banyak data.

Kurangnya data disebabkan lambatnya informasi dan bila tidak dapat

menunggu, maka pembuat keputusan akan mengisinya dengan

perkiraan. Bilamana terlalu banyak data, maka informasi yang

diperlukan terkubur dalam tumpukan data dan memerlukan waktu

untuk menemukannya sedangkan waktu mendesak untuk mengambil

keputusan.

5. Tekanan waktu

Berbagai peristiwa terjadi dengan cepat dan hasil-hasilnya jauh lebih

cepat diketahui, sehingga banyak para pembuat keputusan politikluar

negeri menghadapi masalah waktu yang diperlukan untuk dapat

berpikir tepat dan akan kehilangan mutu pemahaman dan keluwesan

yang diperlukan dalam mengambil keputusan.

6. Gaya nasional

Gaya nasional merupakan tradisi dan citra masyarakat yang mengharap

para pejabatnya melaksanakan dan mengambil keputusan secara khusus

(49)

28

dalam proses pembentukan pola analisis dari pembuat keputusan itu

sendiri.

7. Komitmen dan hal yang mendahului

Faktor terakhir yang mempengaruhi keputusan adalah struktur dari

komitmen dan peristiwa yang mendahului sebelum keputusan dibuat.

Dengan cara yang berbeda, semua negara atau aparatur pembuat

keputusan dan individu-individu pembuat keputusan pasti terikat oleh

masa lampaunya yang lama ataupun yang baru berlalu (Nasution,

1991:21-24).

2.2.3 Kerjasama Internasional

Sudah menjadi kodrat alam bahwa manusia sejak dahulu kala selalu hidup

bersama-sama dalam satu kelompok. Dalam kelompok manusia itulah mereka

berjuang bersama-sama mempertahankan hidupnya. Pada awalnya kelompok

manusia hidup dari hasil perburuan kelompoknya, setelah sumber buruan habis

maka mereka pindah ke lokasi lain dengan cara hidup nomaden. Sejalan dengan

perkembangan peradaban, mereka mulai hidup secara menetap pada satu tempat

dan mulai mengenal bagaimana beternak dan bercocok tanam untuk memenuhi

kebutuhan. Kemudian terjadi pertentangan-pertentangan antarkelompok untuk

memperebutkan satu wilayah tertentu, dan untuk mempertahankan hak hidup

mereka pada lokasi yang mereka anggap baik bagi sumber penghidupan

kelompoknya, mereka memilih seseorang atau sekelompok kecil orangnya yang

(50)

meluasnya kepentingan kelompok yang ada dan untuk dapat mengatasi kesulitan

yang mereka hadapi, baik yang datangnya dari dalam maupun dari luar, mereka

merasakan perlu adanya suatu organisasi seperti dikenal sekarang yang mengatur

tugas dan tanggung jawab masing-masing dalam kelompok yang bergabung

menjadi kelompok yang lebih besar (Rudy, 2009:65-66).

Dapat ditarik kesimpulan, bahwa kelompok kecil yang kemudian bergabung

menjadi kelompok yang lebih besar juga merupakan suatu bentuk organisasi pada

zaman dahulu. Kemudian dari sinilah mulai berkembang menjadi kerajaan atau

negara sebagai perwujudan dari kelompok manusia yang lebih tertib dan teratur

sebagaimana persyaratan sebagai suatu organisasi. Kemudian kerajaan atau negara

dengan kerajaan atau negara lain saling berhubungan yang pada mulanya adalah

hubungan perdagangan yang lama kelamaan berkembang serta meluas ke

bidang-bidang lain seperti kebudayaan, politik, militer, dan lain sebagainya. Dalam

hubungan ini, terdapat keadaan yang memudahkan pencapaian tujuan

masing-masing dan dalam konteks hubungan inilah sering terjadi benturan kepentingan

diantara negara yang berhubungan, bahkan dapat berkembang menjadi konflik

bersenjata, yang dalam sejarah dunia telah terbukti beberapa kali bahkan beratus

kali terjadi peperangan antar bangsa (Rudy, 2009:66-67).

Pola interaksi Hubungan Internasional tidak dapat dipisahkan dengan segala

bentuk interaksi yang berlangsung dalam pergaulan masyarakat internasional,

baik oleh pelaku negara (state actor) maupun oleh pelaku bukan negara (non-state

actor). Pola hubungan atau interaksi ini dapat berupa kerjasama (cooperation),

(51)

30

merupakan serangkaian hubungan yang tidak didasari kekerasan atau paksaan dan

disahkan secara hukum.

Kerjasama bermula karena adanya keanekaragaman masalah nasional,

regional maupun global yang muncul sehingga diperlukan adanya perhatian lebih

dari satu negara, kemudian masing-masing pemerintah saling melakukan

pendekatan dengan membawa usul penanggulangan masalah, melakukan

tawar-menawar, atau mendiskusikan masalah, menyimpulkan bukti-bukti teknis untuk

membenarkan satu usul yang lainnya, dan mengakhiri perundingan dengan suatu

perjanjian atau saling pengertian yang dapat memuaskan semua pihak (Holsti,

1987:651).

Selanjutnya Holsti memberi definisi kerjasama sebagai berikut:

1. Pandangan bahwa terdapat dua atau lebih kepentingan, nilai, atau tujuan

yang saling bertemu dan dapat menghasilkan sesuatu, dipromosikan

atau dipenuhi oleh semua pihak;

2. Persetujuan atas masalah tertentu antara dua negara atau lebih dalam

rangka memanfaatkan persamaan atau benturan kepentingan.

3. Pandangan atau harapan suatu negara bahwa kebijakan yang diputuskan

oleh negara lainnya membantu negara itu untuk mencapai kepentingan

dan nilai-nilainya;

4. Aturan resmi atau tidak resmi mengenai transaksi di masa depan yang

dilakukan untuk melaksanakan persetujuan;

5. Transaksi antar negara untuk memenuhi persetujuan mereka (Holsti,

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.1
Tabel 3.1 Luas Hutan Indonesia
Tabel 3.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

(2) Tunjangan yang dimaksud dalam pasal 1 peraturan ini diberikan kepada Veteran Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia yang menjadi tidak cakap bekerja karena cacat fisik atau

 Siswa bersama dengan guru melakukan tanya jawab tentang alat yang digunakan untuk melihat benda di ruang angkasa agar terlihat jelas..  Elaborasi ( 35

Pokja Konstruksi pada Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Aceh Barat Daya akan melakukan klarifikasi dan/atau verifikasi kepada penerbit dokumen, apabila diperlukan.

Sehubungan dengan Pelelangan Paket Pekerjaan Pembangunan Jalan Lingkungan/Drainase Desa Cot Lampise, maka kami mengundang saudara untuk klarifikasi dan Pembuktian Kualifikasi

Kesimpulan dari penelitian ini adalah Group Investigation dengan strategi NHT dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa kelas VIII F SMP Muhammadiyah

Setelah melakukan analisis dengan membandingkan perhitungan komisi agent asuransi yang dilakukan pada PT.GENERALI Life Insurance cabang Medan dan menurut penulis

penelitian ini, soal open ended yang diberikan adalah soal yang memiliki lebih. dari satu jawaban atau cara penyelesaian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas ( Classroom Action Research ) yang dilaksanakan di SMP Negeri 5 Baraka dengan rumusan masalah apakah hasil belajar