DOMPET PEDULI UMMA T- DAARUT TAUIIID
(Cabang Jakarta - Selatan)Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Islam
Universitas ls!arn Negeri
H L.LAH jセャゥ|rZta@
... ·--.,. ... セBM dari . '
...
.,... .
J-r gt .
'.cld.J.
-
l 'L -ci'c"""""""-.,, .. lntluh ;
qHゥ^ェGセtセᄋᄋZZZTセᄋᄋ
P
ウZZᄋ@
Oleh: kf:1.<;ifi3casi .
. ... .
· ... "" ·· ···· Nur Laeli NafsahNIM: 204046102962
KONSENTRASI PERBANKAN SYARI' AH
PROGRAM STUDl MUAMALAT
FAKULTAS SYARI'AHDANHUJ[(UM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Diajukan untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi I s l a r - - -
セᄋQ@
PER:PUSTAKAAN UT AMA
Oleh: !JIN SYAHID JAKARTA
MMᄋMMセ@
-Nur Laeli Nafsah
NIM : 204046102962
Di Bawah Bimbingan
Fembimbing II
---"--- .
>
;'"V'bl!v
_./
---PD .... rfセ@ Z[Zh[ZZNZZ[a[Z[ィZZZュ]。ZZZ、[]mョ]オtGォBBイゥfGatB、セェセゥLM[ZmMZ[Na@ SUJPRIONO, SE, ' MM. NIP : 150220554
KONSENTRASI PERBANKAN SYARI'AH
PROGRAM STUDI MUAMALAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SY ARIF HIDAVATULLAH
JAKARTA
kripsi be1judul STRATEGI EFEKTIFITAS PENYALURAN DANA PADA IOMPET PEDULI UMMAT DARUT TAUHID (CAJBANG JAKARTA ELATAN), telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum lniversitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 25 Juni 2009. kripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana konomi Islam (SEI) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta. 25 Juni 2009
Mengesahkan
Prof. D
Syariah dan Hukum
ammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 150 210 422
4N/TIA UJIAN
,I·
etua : Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM- ... )
;kretaris
NIP. 150 210 422
: Drs. H. Alunad Y ani, M.Ag NIP. 150 289 678
:mbimbing I : DR. H. Ahmad Mukri Adji, M.A
NIP. 150 220 554
:mbimbing II: Suprion, SE, MM.
mguji I
mguji II
: Drs. H. Ahmad Y ani, M.Ag NIP. 150
2.89
678:Drs. Djawahir Hejazziey. SH. MA NIP. 130 789 745
1. Slaipsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk rnemenuhi salah salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
I-Iidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Uinversitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
l. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) SyarifI-Iidayatullah Jakarta.
Jakarta, 25 Juni 2009
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahirobbil 'aalamiin, karena atas Ridho dan Rahmat serta
Hidayah- Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dalam rangka memenuhi
persyaratan mencapai gelar saijana Ekonomi Islam pada Fakultas Syari;ah clan
Hukum Universitas Islam Syai"ifHidayatillah, Jakarta.
Sholawat se1ia salam semoga selalu terlimpahkan kepada junjungan
kita, Nabi Muhammad S.A.W suri tauladan yang telah meletakkan
dasar-dasar Ekonomi Islam dalam kehidupan demi kemaslahatan seluruh ummat
manusia.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang
sebanyak-bai1yaknya atas segala bantuan, dorongan dan bimbingan yang
ditujnkan kepada penu!is sehingga selesai skripsi ini.
Untuk itu, patut kiranya ucapan terimakasih yang sebesar- besarnya
penulis sampaikan kepada :
1. Prof. Dr. H. Amin Suma, SH, MA, MM, selaku Dekan Fakultas Syari'ah dan
Hukum Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidatullah Jakarta, yang telah
mencurahkan buktinya kepada kami, selaku Mahasiswa Fakultas Syari'ah
3. DR. H. Alunad Mukri Aji, MA dan Supriono, SE, MM selaku Dosen
Pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama
penyusunan skripsi.
4. Pimpinan DPU- Daarut Tauhid cabang Jakaiia- Pusat, atas kesempatan yang
telah diberikan kepada penulis untuk mengadakan wawancara demi
melengkapi data yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.
5. Pimpinan perpustakaan yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan
studi perpustakaan.
6. Ayahanda Ajat Sudrajat S, ag clan Ibunda Alma Widyasari selaku orang tua
yang selalu memberikan dukungan kepada penulis.
7. Rekan- rekan mahasiswa Jurusan Mu'amalat Program Non Reguler kusus Ria,
maja, Ozai-, Amel, Ema dan rekan- rekai1 Perbankan Syari'ah D yang
memberikan dukungan dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Serta pihak- pihak lain yang memberikan bantuan yang tidak mungkin
disebutkan satu- persatu.
Penulis sangat menyadari bahwa karya ini masih terlampau dari
sempnrna. Oleh karena itn kritik dan saran yang membangun akan penulis
menfaat yang besar bagi para pihak dan ilustrasi yang dibutuhkaimya. Seiring
dengan itu semoga amal kebaikan yang telah membantu, memperoleh Ridho
dan balasan dari Allah S.W.T, Amiin.
Ciputat,16 April 2009 M
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 8
c.
Tujuan dan Manfa'at Penulisan ... 9D. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan ... 10
E. Kajian Pustaka ... 11
F. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep ... 12
G. Sistematika Penulisan ... 16
BAB II TIANJAUAN TEORITIS KONSEP EFEKTIFITAS ... 18
A. PENGRTIAN DAN MANAJEMEN STRATEGIS 1. Pengertian Efektifitas ... 18
2. Manajemen Strategis ... 20
B. KON SEP EFEKTIFIT AS 1. Pengertian Efektifitas ... 26
2. Tolak Ukur Efektifitas ... 28
3. Mekanisme Efektifitas ... 31
C. LEMBAGA PENGELOLAAN ZAKAT ... 33
A. Susunan Organisasi Badan Amil Zakat ... 39
B. Fungsi dan Tu gas Pokok Pen gurus Badan Amil Zakat ... .40
BAB III PROFILE DOMPET PEDULI UMMAT-DAARUT TAUHID A. Sejarah Pendirian ...•... .42
B.
Tujuan dan fungsi ...•... , ... .44c.
Moto, Visi dan Misi ... .45D.
Struktur Organisasi ... .45E.
Akte Pfmdirian (berbadan hukum) ... .46BAB IV STRATEGI EFEKTIF'ITAS PENYALURAN ZAKAT PADA DPU-DT A. PENGHIMPUNAN DANA Ziswa PADA DPU-DT ... .49
Penghimpnnan Dana ...•... ,, ... , ... , ... .49
a. Layanan Langsung di Kantor ... .49
b. Layanan Tim Silaturrahmi (TIMSIJL) ... .49
c. Layanan SMS dan Internet ... .49
d. Kotak Amal Peduli Immat (KALIMAT) ... .49
e. Layanan Kencleng Amal Tab11ngan Akhirat (KATA) ... 50
f. Layanan Voeller Infak Produktif (VIP) dan ATM ... 50
1. Efektifitas Pemberdayaan Zakat Produktif dan Solutif terhadap
mustahik ... 51
a. Pemberdayaan Ekonomi. ... 51
b. Produktif dan Solutif ... 53
2. Pusat Kemandirian Ummat ... 54
a. Microfinace Bei·basis Masyarakat (MISYkat) ... 54
b. Desa Ternak Mandiri ... 56
3. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ummat ... 60
a. Adzkia Islamic School ... 60
b. Biaya Prestatif ... 61
c. Bea Maha Karya ... 62
d. Peningkatan Kompetensi Guru; Super Genius Memory ... 64
e. PEKA(PelatihanKemandil'ian) ... 65
4. P1·ogram Sosial Kemanusian ... 67
A. Program Ramadhan ... 71
B. Progran Reguler ... セ@... H•••••••••••••••••••u•••·--··· ... 80
a. Ramadhon Peduli Negeri (RPN) ... 80
C. ANALISIS ST ATEGI EFEKTIFITAS ....•... 82
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...•... 85
B. Saran ...•...•... 86
DAFT AR PUST AKA ... 88
Ekonomi Islam adalah cara bagaimana mengatur kehidupan
perekonomian secara Islami dan mempunyai prinsip saling menguntungkan,
Sebagaimana para ahli mendefinisikan " Ekonorni Islam merupakan
sekumpulan dasar- dasar umum ekonomi yang disimpulkan dari al- qur'an
dan as- sunnah dan merupakan bangunan perekonomian yang didirikan diatas
landasan dasar- dasar keimanan dan moral sesuai dengan kondisi lingkungan
dan massa" .1
Ummat Islam adalah ummat yang mulia, ummat yang dipilih Allah
untuk mengemban risalah, agar mereka menjadi saksi atas segala ummat.
Tugas ummat Islam adalah mewujuclkan kehidupan yang adil, makmur,
tentram clan sejahtera climanapun mereka berada. Karena itu ummat Islam
seharusnya menjadi rahmat bagi sekalian alan1.
Bahwa kenyataan ummat Islam kini jauh clari kondisi ideal, adalah
akibat belum mampu mengubah apa yang ada pada diri. mereka sendiri (QS.
Ar-Ra'du : 11). Potensi-potensi dasar yang dianugerahkan Allah kepada
ummat Islam belum clikembangkan secara optimal. Padahal ummat Islam
memiliki banyak intelektual dan ulama, disamping potensi sumber daya
1
manusia dan ekonomi yang melimpah. Jika seluruh potensi itu dikembangkan
secara seksama, dirangkai dengan potensi aqidah Islamiyah (tauhid), tentn
akan diperoleh hasil yang optimal. Pada saat yang sama, jika kemandirian,
kesadaran beragama dan ukhuwah Islamiyah kaum muslimin juga makin
meningkat maka pintu-pintu kemungkaran akibat kesulitan ekonomi akan
makin dapat dipersempit.2 Al-Qur'an memberikan petunjuk dengan jelas
dalam ha! zakat, ia mendorong untuk berlomba- lomba mengerjakan amal
shole serta menunaikan zakat, berdasarkan surat al- Baqoroh ayat 277 :
iJb)TiJ51;j
sJ1
セョ[lᄃ|ェセtゥIN[セェ@
iJ.:1;
セ[jイPQ@
(YVV :Y/o.fa.ll)
P[セセ@
'1)
セェェ[⦅@
'1j
H^M[ヲャ⦅Iセ@
セLゥLヲゥNNヲ@
__.+I
" Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan arnal saleh,
mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi
Tuhannya. Tidak ada keldmwatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati".
Denga.> landasan ayat diatas menunjukkan bahwa ajaran agama Islam
sangat menganjurkan untuk berbagi dengan mereka yang kurang beruntung
dalam hidupnya. Untuk ruhani, Islam menekankan umatnya agar belajar dan
mencintai ilmu. Sedangkan aspek materi, umat Islam yang memiliki
kecukupan harta diwajibkan zakat, infak, atau shodaqah, untuk mereka yang
tergolong miskin atau dhuafa.
Aspek sosial Islam ini hingga 15 abad dalan1 pengelolaannya sudah
mengalami pernbahan. Asalnya hanya sekedar bagi-bagi habis, kini melalui
program pemberdayaan mampu memandirikan sekaligus menjadikan mereka
tidak tergantung dengan pemberian. Ini memang tujuan dari zakat, yaitu
membersihkan ruhani dan memberdayakan umat Islam.3
Fungsi social harta itu tidalc semata-mata dalam peranannya sebagai
barang konsumtif yang dibagi- bagikan dan dihubungkan oleh masyarakat
tetapi lebih berperan dalan1 fungsi ekonomi edukatif yaitu: A.
Sirkulatif-distributif dalam system ekonomi masyarakat untuk terkonsentasinya modal
atau harta ditangan para aghniya jangan sampai harta itu hanya beredar
diantara orang-orang kaya dikalangan tertentu saja (Qs.Al-Hasr:7), hmia harus
disalurkan pada bidang- bidang produktif, bekerja sama dengan golongan
ekonomi lemah yang membutuhkan peke1jaan sebagai sumber penghidupan.
B. Bahwa sifat harta adalah berkembang, dm1 nilaipun berkembang. Nilai
edukatif harta bertujuan untuk mendidik manusia menjauhi sifat tan1ak dan
bakhil yang be1ientangan dengan tujuan Tuhan memberikan harta kepada
seseorang. C. Efektifyaitu harta sebagai modal harus berperan dalam berbagai
lapangan usaha secara distributif yang dapat menampung dan menjalankan
produktifitas dan efektivitas ekonomi dan rnenghindari te1jadinya penimbunan
harta yang sangat merugikm orang banyak dan pemilik harta itu sendiri.4
Konsep berbagi dengan sesama ini dalam syariat Islam disebut zakat,
infak, dan shodaqah. Selain membahagiakan mereka yang menjadi penerima
dari ibadah sosial ini, zakat bisa memberdayakan mereka yang dhuafa. Namun
sesungguhnya meliuk di pusaran kemiskinan luar biasa Indonesia.
Outlook ekonominya tak bisa dipercaya. Karena tak bisa dipegang,
otomatis kemiskinan mantap melangkah. Angkanya terns bertambah-tambah.
Yang mengkhawatirkan sebagian pegiat zakat amat yakin bahwa zakat bisa
atasi kemiskinan. Ini namanya tahu peta tapi tak paham medan.
Seperti Nelson Mandela dan Mahmud Yunus (Grameen Bank) katakan,
kemiskinan itu tak berdiri sendiri. Rasulullah saw malah telah ingatkan itu 14
abad silam, bahwa kemiskinan mustahil terjadi jika bukan karena kebakhilan
yang Jain. Maka untuk atasi kemiskinan akibat berbagai sebab itu, zakat tak
bisa sendirian. Kebijakan tak mempan dilawan pendekatan karitas dan
kultural. Kemiskinan harus dikikis dengan kebijak<m pula, pengerahan
instrnmen pembangunan lainnya.5
Memang pemberdayaan ekonomi Umat Islam melalui pelaksanaan ibadah
zakat masih banyak menemui hambatan yang bersumber terutan1<1 dari
lrnlangan Umat Islam, yaiu belum adanya kesadaran dalam berzakat.
4 DR.KH.Sjechul Hadi Pemomo,SH,MA. Sumber- sumber Pengga/ian Zakat,
(Jakarta: Pustaka firdaus), cet. I
5
Kurangnya pemahaman tentang jenis haiia yai1g wajib zakat dan mekanisme
pembayai·an, menyebabkan pelaksanaan ibadah zakat me1tjadi tergantung
pada masing-masing individu. Hal ini pada gilirannya mempengaruhi
perkembang:m institusi zakat, yang seharusnya memegang peranan penting
dalam pembudayaan ibadah zakat secara kolektif agar dalam pelaksanaannya
ini me1tjadi lebih efektif 、セュ@ efisien.
Secara demografik dan kultural, bangsa Indonesia khususnya masyarakat
nmslim Indor.esia, sebenarnya memiliki memiliki potensi strategis yang layak
dikembangkan manjadi salah satu instrument pemerataan pendapatan, yaitu
zakat, infaq, shodaqoh. Karena secara demografik, mayoritas penduduk
Indonesia adalah beragama Islan1, dan secara kultural, kewajaban zakat,
dorongai1 berinfak,dan sedekah dijalan Allah telah mengakar kuat dalain
tradisi kehidupan masyai·alrnt muslim.
Dengan demikian mayoritas penduduk Indonesia secara ideal bisa terlibat
dalam mekanisme pengelolaan zakat. Apabila ini biasa terlaksana dalam
aktifitas sehari- hari umat Islam, malrn secara hipotik, zakat berpotensi
mempengaruhi aktifitas ekonomi nasional, termasuk didalamnya adalali
penguatai1 pemberdayaan ekonomi nasional. 6
Warga yang beragaina Islam dan telah memenuhi kewajibai1 berzakat
hams segera menyadari tanggungjawabnya dalain menyisihkan sebagian
6
hartanya untuk faqir miskin. DPR dalam Draft Rancangan Undang-Undang
Pengelolaan Zakat rencananya akan memberlakukan sanksi bagi muzakki
(wajib zakat) yang tidak mau membayar zakat.
Dalam naskah akademik yang disusun Tim Ke1ja Bagian
Perundang-undangan Bidang Kesra Sehetariat DPR dijelaskan bahwa ketentuan sanksi
bagi para muzakki akan dimasukkan dalam Draft RUU Pengelolaan Zakat
usu! inisiatif DPR. Klausul tersebut dianggap penting setelah mengakomodir
masukan dari beberapa daerah yang menganggap perlunya unsur pemaksaan
untuk mengoptimalkan penerimaan zakat.Usul ini tak urung mengundang
kontraversi, sebagian berpendapat bahwa zakat tidak bisa dipaksakan kepada
masyarakat sehingga pemberlakuan sanksi tidal< tepat. Namun sebagian lagi
berpendapat sanksi tetap diperlukan mengingat zakat adalah kewajiban bagi
muslim.
Program Gerakan Ayo Berzakat misalnya bisa dilalrnkan Pemerintah
untuk memicu semangat dan kesadaran masyarakat. Progran1 itu tentunya
disertai dengan penyuluhan ke masyarakat dan komunikasi yang efektif lewat
media massa. Dengan gencamya iklan di media massa tentang pentingnya arti
zakat untuk membantu sesama pastinya akan menggugah para muzal<ki.
Selain itu fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang kewajiban berzalrnt melalui
Lembaga-Lembaga Zakat dinilai juga cukup efektif untuk bisa menyadarkan
Di sisi lain, sinergisitas antara zakat dan pajak harus benar-benar dapat
diimplementasikan. Artinya ada konsistensi pada Peraturan
Perundang-undangan yang mengatur zakat maupun pajak bahwa zakat (apa pun jenisnya)
dapat mengurangi pajak. Selama ini zakat yang dapat mengurangi perhitungan
pajak pengasilan berdasarkan UU No. 17 tahun 2000 tentang Perubahan
Ketiga atas UU No. 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan adalah hanya
zakat profesi. Padahal UU No.38/1999 tentang Zakat menyatakan bahwa
zakat (apa pun) dapat dikurangkan atas penghasilan kena pajak.
Zakat dan pajak nilai zakat yang dapat dihimpun akan jauh lebih besar.
Sebab masyarakat tentunya tidak akan terbebani dengan kewajiban ganda
antara zakat dan pajak. Potensi zakat sendiri bisa mencapai Rp 6, 132 - 8,99
triliun per tahun.Angka yang sangat besar tersebut jika disertai dengan
pengelolaan yang professional, transparan dan akuntabel dapat mengatasi
program pengentasan kemiskinan, peningkatan pendidikan serta
penanggulangan bencana. Hadirnya RUU Pengelolaan Zakat yang akan
menggantikan UU No. 38/1999. RUU ini nantinya diharapkan dapat jauh
lebih sempurna dari undang-undang sebelumnya. Sehingga ke depan zakat
bisa menjadi instrumen finansial yang dapat mengantarkan bangsa ini pada
kemakmuran.
Setidaknya ada tiga ha! yang menjadi pokok dari RUU Pengelolaan
Zakat ini. Selain pengaturan hubungan antara zakat dan pajak serta
zakat. Bila sebelumnya Badan Amil Zakat berperan ganda sebagai regulator
dan operator, maka dalam RUU diubah fungsinya diengan hanya menjadi
koordinator dan pengawas lembaga zakat. Sedangkan pemungutan,
pendistribusian dan pendayagunaan zakat akan dilakukan oleh Lembaga Amil
Zakat. 7
Maka LAZ adalah sebuah lembaga solusi dalam penanggulangan
kemiskinan dengan cara mengoptimalkan pengumpulan dan pendayagunaan
zakat, infaq dan shadaqah dalam arti seluas-luasnya. Sebagaimana telah
dicontohkan oleh Rasulullah SAW serta penerusnya di zaman keemasan
Islam.
Terdorong dari pemikiran inilah, penulis mencoba untuk menyusun
sebuah tulisan dalam bentuk skripsi dengan judul Strategi Eefektiftas
Penyaluran Zakat pada Dompet Peduli Ummat- :Oaarut Tauhid (cabang
j akarta-selatan ).
B. Pembatasan dan Perumusan masalah
Mengingat sangat luasn:ra pembahasan maka penulis mengarah
persoalan hanya pada lembaga amil zakat Dompet Peduli Ummat Daarut
fauhid dalam menstrategikan keefektifan zakat produktif dan solutif. Dari
pembahasan diatas, penulis mengangkat rumusan masalah sebagai berikut :
I. Bagaimana Konsep Pemberdayaan Zakat Produktif?
7
Diakses pada 10 Februari 2008 dari
2. Bagaimana Strategi Penyaluran Zakat pada DPU- DT ?
3. Apakah terjadinya Efektiftas Penyaluran Zakat pada DPU-DT?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah :
I. Mengetahui Konsep tentang Pemberdayaan Zakat Produktif.
2. Mengetahui Strategi Efektifitas Penyaluran Zakat Produktif dan Solutif
terhadap mustahik.
3. Dengan mengetahui Aplikasi Pndapatan dan Penyaluran Zakat,
diharapkan dapat di Pahami dan di realisasikan Melalui Lembaga Amil
Zakat agar teralokasi dengan efisien dan efektif.
Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini adalah :
1. Manfaat teoritis : hasil ini diharapkan berguna bagi kalangan pelajar,
mahasiswa dan akademisi lainnya.
2. Manfaat praktis : hasil penulisan ini daharapkan berguna bagi
pelaku-pelaku ekonomi Islam serta pengelola zakat agar sセウオ。ゥ@ dengan visi dan
mis in ya.
3. Manfaat Kebijakan hasil penulisan ini diharapkan dapat
memberikan manfaat kepada Pemerintah, Khususnya BAZNAS dalam
menentukan kebijakannya dan juga untuk pemberdayaan masyarakat
D. Metode Penelitian dan Telmik Penulisan
Metode Penelitian yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah
Penelitian. Keperpustakaan (library research) dan Penelitian Lapangan (field
research). Metode ini disebut juga dengan Triangulation Method, yaitu upaya
untuk mengadakan pengecekan kebenaran data melalui cara lain atau
melakukan pengumpulan data yang sama dengan menggunakan instrument
lain. 8
Penelitian keperpustakaan dilakukan untuk mencapai pemahaman
yang konprehensif tentang konsep yang akan dikaji. Bahan yang digmiakan
nntuk kajian pustaka adalah buku- buku, majalah, surat kabar, google dan
aitikel- aitikel yang berkaitan dai1 relevan dengan penelitian ini.
Penelitian lapangan menjadi pelengkap dalam penguat data. Teknik
pengumpulan data yang penulis lakukan menggunakan wawai1cara sebagai
alat untuk mencari data. Penulis mendatangi pihak yayasan secara langsung
dan melakukan wawancara tatap muka.
Data yang dihasilkan merupakan data kualitatif yang akan
dikembangkan oleh penulis dengan metode Deskripsi. Maksud Deskripsi
yaitu untuk mengambarkan secara jelas peranan efektifitas zakat produktif
dan solutif di yayasan Daarut Tauhid.
8
Sedangkan acuan untuk teknik penulisan digunakan buku " Pedoman
Penulisan Skripsi, Tesis dan Desetiasi " UIN Syarif Hidayahtullah Jakarta,
2005.
E. Kajian Pustaka
Berdasarkan telaah yang telah dilakukan terhadap beberapa sumber
keperpustakaan, penelitian melihat bahwa masalah pokok dalam penelitian ini
tampaknya kurang mendapatkan perhatian dari pada peneliti, untuk tidak
mengatakan belum pernah diteliti sama sekali.
Fadhilah pada tahun 20079, sifat penelitian kualitatif tentang efektifitas
zakat dalam meningkatkan pendapatan mustahik dan disimpulkan bahwa
penyaluran zakat yang dimaksud adalah pola penyaluran zakat dalam bentuk
pemberdayaan (produktif) yang disertai target terjadinya kemandirian
ekonomi bagi mustahik dan mengupayakan adanya periingkatan pendapatan
bagi mustahik.
Demikian juga penelitian dilakukan oleh Abdul Rohman 200510, sifat
penelitiannya adalah kualitatif tentang efektifitas penyaluran zakat dalam
meningkatkan pendapatan mustahik dan disimpulkan bahwa penyaluran zakat
yang dimaksud adalah pola penyaluran zakat dalam bentuk pemberdayaan
9
Faradilla, Efektifitas Penyaluran Zakat dalam Meningkatkan Pendapatan Mustahik pada LAZNAS Bangun Sejahtera Mitra BSM Ummat. Skripsi Jurusan Mu'arnalah Fak Syari'ah & Hukum, UIN Ciputat, 2006
'°
Abdul Rahman, Dampak Pelaksanaan Program Pemberdayaan Petani(produktif) yang disertai target terjadinya kemandirian ekonomi bagi mustahik
dan mengupayaka adanya peningkatan pendapatan bagi mustahik.
F. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep.
Secara teori zakat itu punya hidden politik. Dalan1 istilah lain bisa
disebut hidden agenda. Untuk yang wajib, seperti shalat hanya lima waktu.
Puasa yang wajib pun hanya di Ramadhan. Yang sunah, tak terhingga
bilangannya. Islam memang luar biasa. Yang wajib, selalu sedikitjumlalmya.
Zakat hanya 2.5%. Selebihnya yang 97 .5%, suatu angka yang konteksnya
boleh tak terhingga. Kekuatan bilangan tanpa batas ini tampalc malmanya bila
disingkap dari istilah zakat.
Istilah lain dari kata zakat adalah sedekah. Sedekal1 terbagi dua. Ada
materi se1ta ada yang tak berwujud. Yang awam melihat, materi punya peran
lebih. Bagi mereka, dengan tunaikan zalrnt 2.5% selesailah tugas Rukun Islam
ke-3. Padal1al jika dikaitkan dengan kandungan kalifal1 fil'ard, temyata 2.5%
itu talc cukup.Tiap orang akan ditanya tentang apa yang dipimpi1mya.
Pemimpin bukan hanya para pejabat atau direktur saja. Pemimpin adalah
minimal dia memimpin dirinya sendiri. Membawa diri sebagai pemimpin,
artinya dia harus bisa memberi kebaikan dan kenyamanan bagi
lingkungannya.
Dilihat dari data FOZ (Forun1 Zalcat) Indonesia menyebutkan tal1un
2005, total zalrnt yang dihimpun LAZ dan BAZ (Badan Amil Zakat) seluruh
Himpunan total itu, tak mencapai I 0% potensi terendah. Memang potensi
zakat di Indonesia menggiurkan. BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional)
mencatat Rp 13 triliun. PIP.AC sebuah LSM yang dikomandoi Zaim Saidi,
mendata Rp 16 triliunan. UIN Syarif Hidayatullah mensurvei potensinya
mencapai Rp 19 triliun. Jika di kalkulasinya Penduduk Indonesia yang 220
juta, katanya 80% muslim. Dibulatkan ada 180 juta. Kaya dan miskin dibagi
dua, masing-masing 90 juta orang. Mencacah yang miskin mesti jiwa.
Sementara menghitung yang kaya, harus kepala keluarga. Dengan tiga anak,
jumlah anggota keluarga kaya jadi lima. Maka 90 juta : 5 ada 18 juta KK. Dari
18 juta muslim kaya, berapa yang mau jadi muzaki (pembayar zakat)? Inilah
yangjadi soal. Sebab kamarnpuan orang berbeda·beda.
Maka konsep dalarn konteks ini zakat dipilah atas tiga potensi. Yar1g
Pyertama adalah potensi terendah, bayar zakat Rp 50 ribu/bulan. Jika
muzakki cuma I 0/%, terhimpun Rp 90 miliar/bulan = han1pir Rp 1, I
triliun/talmn. Total 18 juta mau muzaki semua, zakatnya Rp 900 miliar/bulan
setara dengan Rp 10,8 triliun. Kedua, potensi progresif dengan bayar Rp 100
ribu/bular1. Dengan 10% dari total 18 juta KK, terhimpun zalcat Rp 180
miliar/bulan. Dengan muzaki 18 juta, maka terkumpul Rp 1,8 triliun/bulan.
Pertahun diperolah angka Rp 21,6 triliun. Dan ketiga, potensi ideal dengan
bayar Rp 150 ribu/bulan. Himpunan terkecil yang I 0%, zakatnya di kisaran
Rp 270 miliar/bulan. Jika 18 juta mau bayar zakat semua, diperoleh angka Rp
Jika zakat hanya dilihat yang 2.5%, pasti tak bisa atasi kemiskinan.
Yang 2.5% itu kecil. Kemiskinan itu akibat kebijakan. Jangan !upa menggusur
satu rumah itu tercela. Tapi menggusur 1.000 rumah, hasilnya real estate.
Atasi satu keluarga miskin itu tindakan filantrophi. Namun atasi 1.000
keluarga miskin itu kebijakan. Maka untuk atasi satu keluarga miskin bisa
dengan 2.5%. Tetapi mengatasi 1.000 keluarga miskin, sulit dengan 2.5%
zakat.
Mewujudkan kesejahteraan bangsa, tidak identik dengan atasi
kemiskinan. Artinya negara harus menata seluruh sektor. Untuk itu negara
mesti pandai mengemas sumber daya sebagai instrumen pembangunan. Jika
tak piawai, negara hanya terpaku pada pajak saja. Maka zakat clan amil zakat
sangat berperan penting dalan1 membangw1 perekonomian di Indonesia
khususnya. Untuk membangun negeri, ada beberapa pilar instrumen yang bisa
dimainkan. Semakin cerdas SDM pemerintah, semakin sejahtera sebuah
bangsa. Semakin sejahtera sebuah bangsa, otomatis tingkat kemiskinan pun
terkikis dengan sendirinya.
Ada beberapa pilar instrnmen yang bisa dilihat agar pembangunan
negen be1jalan baik. Pertama dari sektor pajak. Dana ini bisa sebagai
instrumen fiskal. Dihimpun setiap tahun serta dianggarkan untuk tahun
berikut dan digunakannya untuk operasional pemerintah, menggaji pegawai
Kedua, sektor perbankan. Sektor ini memainkan peran penting dalam
mendongkrak usaha dan perkembangan bisnis masyarakat. Maju mundurnya
sebuah negara, bisa dilihat dari sehat tidaknya lembaga keuangan khususnya
perbankan.
Ketiga, sektor asuransi. Kehadirannya amat dibutuhkan terutama
untuk men jamin agar seseorang atau kel uarga mendapa:t jaminan hid up la yak.
Keempat, sektor dana pensiun. Dana pensiun ternyata juga jadi sumber yang
besar. Dana ini pun bisa dikelola dalam usaha yang menguntungkan. Kelima,
sektor dana haji. Tabung Haji Malaysia telah buktikan. Dana yang dihimpun
diinvestasikan dalam usaha yang menguntungkan. Keuntungam1ya dipakai
membayar ongkos haji.
Keenam, sektor CSR (Corporate Social Responbilty). Indonesia masih
mengabaikan sektor ini. Jika dana ini bisa dihimpun seperti PKBL (Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan) BUMN, malca manfaatnya juga besar.
Sebab dengan penyisihan dari total laba sebesar 5%, potensinya yang
dihimpun aniat besar. Ket11iuh, sektor zakat. Untuk sektor ini pemerintah
Indonesia masih setengah hati. Jangankan zakat yang cuma 2.5% dan mesti
dihimpun rupiah demi rupiah. Meneg BUMN sendiri menolak membeli
BUMN yang sudah dijual. Jika pemerintah serius, dana zakat jadi sumber
yang bisa didulang tiap tahun. Penerima zakat sudah jelas yaitu delapan asnaf.
Kedelapan, sektor sedekah atau infak. Dana ini bisa dihimpun jika
didorong motivasi agama. Dan yang terakhir, kesembilan adalah sektor wakaf.
Lembaga Al-Azhar Kairo Mesir jadi contoh betapa dana wakaf bisa membuat
Al-Azhar Kairo hidup berabad-abad lamanya. Artinya, manfaat yang bisa
diberikan kepada penerima atau umat bermanfaat besar. Jutaan pelajar dan
mahasiswa yang mendapat beasiswa Al-Azhar. 11
G. Sistematika Penulisan
Untuk Memudahkan dalam penulisan skripsi m1 dibagi kedalam beberapa bab yaitu :
BABI PENDAHULUAN
Dalam bab m1 mencakup: Latar Belakang Masalah,
Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Metode Penelitian dan Tehnik Penulisan, Kajian
Pustaka, Kerangka Teori dan Kerangka. Konsep, Sistematika
Penulisan.
BAB II TIANJAUAN TEORITIS
Dalam bab ini mencakup: Strategi, Konsep Efektifitas,
lembaga pengelolaan zakat.
11 Ahmad Sahidin.
Mengatasi Kemiskinan Tak Lain Bicara Kebijakan Politik.
BAB III
BAB
IV
BAB V
PROFILE DOMPET PEDULI Ul\1MAT-DAARUT
TAUHID
Bab ini akan diuraikan tentang: Sejarah Pendirian, Tujuan dan
fungsi, Motto, Visi dan Misi, Struk1tur Organisasi, Akte
Pendirian (berbadan hukum)
STRATEGI EFEKTIFITAS PENYALURAN ZAKAT PADA
DPU-DT.
Dalam bab ini membahas tentang: Penghimpun Dana Ziswa
pada DPU- DT, Progran1- program DPU- DT, Analisis Strategi
Efektifitas.
PENUTUP
TIANJAUAN TEORITIS
STRATEGI
A. PENGERTIAN DAN MANAJEMEN STRATEGI
1. Pcngertian Strategi
Istilah strategi diawali atau bersumber dari clan popular di dunia
militer. Kata strategi berasal dari kata Yunani yaitu Strategos, yang berarti
jenderal, militer dan gabungan kata stratus (tentara) dan ago (pemimpin).1
Menurnt Webster's New dictionary, strategi adalah ilmu w1tuk
merencanakan dan mengarahkan operasi-operasi militer berskala besar,
menggerakan pasukan ke posisi yang paling menguntungkan sebelum
pe1tempuran sebenarnya dengan musuh. 2 Sehingga penggunaan istilah stategi
lebih dominan dalam situasi peperangan, sebagai tugas seorang komandan
dalam menghadapi musuh, yang be1taggung jawab mengatur cara atau atau
taktik untuk memenangkan peperangan.3
Seiring dengan berkembangnya zaman dan pola pikir manusia, stretegi
militer sering kali diadopsi dan diterapkan dalam lemba.ga profit a.taupun non
profit. Banyak terdapat kesamaan/kemiripan antara stategi bisnis/non bisnis
1
Fred R.David, Manajemen Strategi, Edisi Bahasa lndones:ia, (Jakarta: PT lndeks Kelompok Gramedia, 2004), edisi 9, h.34.
2 Ibid.,
3 Hadari Nawawi, Manajemen Stategi; Organisasi Non profit Bidang Bidang
dengan stategi militer. Di antaranya lembaga profit/non profit maupun militer
berusaha untuk menggunakan kekuatan-kekuatan mereka sendiri dalam
menggempur kelemahan lawan. Sepe1ii yang diungkapkan Carl Von
Clausewitz 1780-1831 bahwa "stategi terbaik selalu menjadi amat kuat,
mula-mula secara umum kemudian dengan tujuan te1ientu tidak ada hukum yang
lebihjelas dan lebih sederhana untuk strategi menyatukan kekuatan".4
Memang sangat jelas penge1iian tentang strategi di atas, namun perlu
dispesifikasikan dan dirumuskan tentang pengertian strategi yang mengarah
ke bidang bisnis/non bisnis, berikut di bawah ini berupa pengertian strategi
bisnis/non bisnis:
1. Strategi merupakan suatu upaya bagaimana tujuan-tujuan
perencanaan dapat dicapai dengan mempergunakan
sumber-smnber yang dimiliki oleh suatu lembaga/perusahaan disamping
diusahakan pula untuk mengatasi kesulitan-kesulitan serta
tantangan-tantangan yang ada. 5
2. Strategi merupakan seperangkat tujuan dan rencana tindakan yang
spesifik, yang apabila dicapai akan memberikan suatu keunggulan
kompetitif yang diharapkan. 6
4 Warren J. Keegan, Manjemen Pemasaran Global, Terjemahan Alexander Sindoro&
Tanty Syahlena Tarigan, MM., (Jakarta). PT. lndeks Kelompok Gremidea, 2003), Edisi 6, h 1 5 Veitzhal rivai, MBA, dkk., Credit Management Hand Book: Teori, Konsep,
Prosedur, dan Aplikasi Panduan Paraktisi Mahasiswa, Bankir&Nasabah, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2006) Edisi 1, h. 150
6
3. Stategi merupalcan alat untuk mencapai perubahan dalam kaitannya
dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta
prioritas alokasi sumber daya. 7
Strategi saja tidak cukup, dibutuhkan pengaturan/manajamen yang
memungkinkan perusahaan/lembaga mencapai tujuannya.Manajemen
strategilah yang lebih tepat supaya strategi-strategi perusaha/lembaga dapat
terlalcsana dengan baik.
2. Manajemen stategis
Menejemen strategi sendiri adalah perencanaan bersekla besar ( disebut
perencanaab stategis) yang berorientasi padajangkauan masa depan yangjauh
( disebut VISI), yang diterapkan sebagai keputuan menajemen puncak
(Keputusan yang bersifat mendasar dan prinsipil), agar memungkinkan
organi sasi berinteraksi secara efektif ( disebut MISI), dalam usaba
menghasilkan suatu (perencanaan operasional untulc menghasilkan barang
dan/atau jasa serta pelayanan) yang berkualitas, dengan diarahkru1 pada
optimalisasi pencapaian tujuru1 (disebut t1tjuan stategi dan berbagai sasaran
(tujuan operasional) orgMisasi.8 Pengertiru1 yang cukup luas ini menunjukkan
bahwa manajemen stategi merupalcan suatu system yang sebagai satu kesatuan
memilki berbagai komponen yang saling berhubungru1 dru1 saling
7 Freddy Rangkuti, Analisis SWOT Teknik Membadah Karns Bisnis, (Jakarta,
Gremedia Pustaka Utama, 2006), Cet 12, h 3
8
mempengaruhi, dan bergerak secara serentak (bersama-sama) kearah yang
sama pula. Sebagaimana dijelaskan dalam bagan di bawah ini:9
VISI & MISI
. セᄋ@
'
ORGANISASI
t
PILIHAN STRATEGIS
.
i
-ANALISIS
INTERNAL
STRATEGI UTAMA
(IND UK)
Tujuan Strategis/ Perencanaan Strategis
Jangka Panjang Program-Progran1 Strategis
i
Snsaran Operasional Renncana Oprasional/ Jangka sedan
Jangka Sedang I+- (Implementasi Strategi)
,,
Fungsi Manajeman:
Pengorganisasian, Pelaksanaan Dan Penganggaran
Program & Proyek Jaringan
-
Internal/ETahunan
Kontrol &
Evaluasi
9
Ibid.,
'
ANALISIS EKSTERNAL
Kerja ksternal
Kebijakan
Dari pengertian yang diuraikan dalam bagan di a.tas dapat disampulkan
beberapa karakteristiknya sebagai berikut:
I. Manajemen strategi diwujudkan dalam bentuk perencanaan
berskala besar dalam arti mencakup seluruh komponen di
lingkungan sebuah organisasi yang dituangkan dalam bentuk
Rencana Stategis (RENSTRA) yang dijabarkan menjadi
perencanaan operasional (RENOP), yang kemudian dijabarkan
pula dalam Program Ke1ja dan Proyek Tahunan.
2. Rencana stategis berorintasi pada jangkauan masa depa11, untuk
organisasi profit kurang lebih sampai 10 tahun mendatang, sedang
u11tuk orga11isasi 11011 profit khususnya di bidang pemerintahan
untuk satu ge11erasi, kurang lebih untuk 25-30 tahun.
3. VISI MISI, pemilihan strategi yang me11ghasilkan strategi Induk
(utama), dan Tujuan Sttategi Organisasi untuk Jangka Panja11g,
merupakan acuan dalam merumuskan Renca11a Strategi
(RENSTRA), namun dalam teknik penempatannya sebagai
keputusa11 Manajemen Puncak secara te1iulis semua acuan tersebut
terdapat di dalamnya.
4. RENTRA dijabarkan menjadi Rencana Operasional yang antara
dengan sasaran jangka sedang masing-masing, JUga sebagai
keputusan Manajemen Puncak.
5. Penentapan RENTRA & RENOP hams melibatkan Manajemen
Puncak kerena sifatnya sangat menclasar/prinsipil dalam
melaksanakan selurnh misi organisasi, untuk mewujudkan,
mempertahankan dan mengembangkan eksistensi jangka sedang
termasukjangka panjang.
6. Pengimplementasian strategi dalam program-program termasuk
proyek-proyek untuk mencapai sasarannya masing-masing
dilakukan melalui fungsi-fungsi manajemen yang mencakup
pengorganisasian, pelaksanaan (actuating),, penganggaran dan
control. 10
Fungsi Manajemen Strategi aclalah sebagai berikut:
1. Dapat mengurangi ketidakpastian dan kekomplekan dalam
menyusun perencanaan sebagai fungsi manajemen dan dalam
proses pekerjaan dengan menggunakan semua sumber daya yang
ada secara nyata dimiliki melalui proses yang terintegrasi dengan
fungsi manajemen Iainnya dan dapat dinilai hasilnya berdasarkan
tujuan organisasi.
2. Sebagai paradigma ba•.u di lingkungan organisasi non profit, dapat
mendorong perilaku proaktif semua pihak untuk ikut setia posisi
wewenang dan tanggungjawab rnasing-masing.
3. Sebagai sarana dalam mengkomunikasikan gagasn, kreativitas,
prakasa, inovasi dan infomrnsi barn se1ia cara merespon perubahan
dan perkembangan lingkungan operasional pada semua pihak
. d . b II
sesuat wewenang an tanggung3awa nya.
Di dalarn proses manajemen strategi terdapat tahap-tahap manajemen
strategi terdiri dari tiga tahap, yaitu:
a. Perumusa11 Strategi
Mencakup kegiatan mengembangkan visi dan misi organisasi,
mengindentifikasi peluang dan ancaman eksternal organisasi,
menentukan kekuatan dan kelernahan internal organisasi, menetapkan
tujuan jangka panjang organisasi, membuat stategi altematife untuk
organisasi dan memilih strategi te1ientu untuk digunakan. Strategi
menentukan keunggulan kompetitif jangka panjang. Baik buruknya
keputusan-keputusan strategi tersebut memilki mulitifungsi dan
dampak yang lama untuk organisasi.
11
b. Pe/aksanaan Strategi
Disebut tahapan tindakan dalam manajemen strategi.
Melaksanakan strategi bearti mendorong atau memobilisasi para
manajer dan karyawan untuk melaksanakan strategi-strategi yang
dirumuskan. Pelaksanaan strategi sering dianggap sebagai tahap yang
paling sulit, dalam manajemen strategi menuntut disiplin, komitrnen
dan pengorbanan pribadi. Keterampilan antar pribadi sangat penting
untuk keberhasilan pelaksanaan stategi mempengaruhi semua manajer
dan lembaga/organisasi. Tantangan dalam tahap pelakasanaan strategi
adalah mendorong para manajer dan karyawan di seluruh
Iembaga/organisasi untuk bekerja dengan rasa bangga dan antusias
guna tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
c. Evaluasi Strategi
Adalah tahap akhir dalarn rnanajernen strategis. Tiga kegiatan
pokok dalam evaluasi strategi adalah:
I. Mengkaji ulang factor-faktor eksternal dan internal yang
menjadi pernmusan strategi yang diterapkan sekarang ini.
2. Mengukur kinerja.
3. Melakukan tindakan-tindakan korektif.12
Evaluasi strategi perlu dilakukan karena keberhasilan saat
ini bukan merupakanjaminan untuk keberhasilan di hari esok.
12
Proses manajemen strategis ditunjukan untuk membuat
organisasi dapat menyesuaiakan diri secara efektif terhadap
perubahan dalam jangka panjang. Sebagaimana diterangkan oleh
Waterman:
"Di lingkungan bisnis/non bisnis saat ini, dibandingkan dengan era
sebelumnya, satu-satunya hal yang tetap adalah perubahan.
Organisasi-organisasi yang berhasil adalah Organisasi-organisasi yang secara sefektif mengelola
perubahan dan selalu menyesuaikan birokrasi, strategi, sisitem, produk dan
budaya mereka supaya dapat bertahan dan berkembang melalui guncangan
dan kekuatan-kekuatan yang menghancurkan persaingan."13
B. KONSEP EFEKTIFITAS
1. Pengertian Efektifitas
Secara bahasa efektifitas dari kata efektif yang berarti ada efeknya;
akibatnya, keadaan berpengarunya, kesannya dapat berhasil, berguna.14
Menurut ahli manajemen Peter Drucker efektivitas adalah melakukan
pekerjaan yang besar (doing the righ things/5
Efektifitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat
atau peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Bagi
para manajer, pe1ianyaan yang paling penting adalah bukan bagaimana
13
Ibid.,
14
Pusat Bahasa Depaitemen Pendidikan. Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Blai Pustaka), cet I. Edisi Ill,
h.286
15
melakukan pekerjaan dengan benar, tetapi bagaimana menemukan pekerjaan
yang benar untuk dilakukan, dan memusatkan sumber daya dan usaha pada
peketj aan terse but.
Ada beberapa kriteria dapat digunakan untuk menilai bahwa suatu
tujuan tersebut betjalan secara efektif sesuai rencana yaitu:16
a. Kegunaan: agar berguna bagi manajemen dalam melaksanakan
fungsi-fungsinya yang lain, suatu rencana harus fleksibel, stabil,
berkesinambungan, dan sederhana.
b. Ketepatan dan obyektifitas: rencana harus dievaluasi untuk mengetahui
apakah jelas, ringkas, nyata, dan akurat. Berbagai keputusan dan kegiatan
hanya efektifbila didasarkan atas informasi yang tepat.
c. Ruang lingkup: Perencanaan perlu memperhatikan prmstp- pnnstp
kelengkapan (comprehensiveness), keadaan (unity), dan konsisten.
d. Biaya: dalam ha! ini menyangkut biaya usaha dan aliran emosional serta
keuntungan.
e. Akuntabilitasi: terdiri dari dua aspek yai.tu tanggung awab atas
pelaksanaan dan tanggungjawab atas implementasinya.
f. Ketepatan waktu: berbagai perubahan yang terjadi sangat cepat akan dapat menyebabkan suatu rencana tidak tepat atau sesuai untuk berbagai
perbedaan waktu.
16
-
MMᄋMセ@
; PERPUSTAKAAN UTAMA
I
UIN SYAHID JAl<:ARTA·---Sedangkan Hasan sadili dalam Enslikopedi Bahasa Indonesia,
menjelaskan bahwa kata : " Efektivitas bermakna menuqjukkan tahap
tercapainya suatu tujuan. Suatu usaha dikatakan e:fektif jika usaha itu
mencapai tujuannya, secara ideal efektifitas dapat dinyatakan dengan
ukuran-ukuran yang agak pasti. Misalnya usaha X 60% efektif dalam pencapaian
tujuan Y."17
Menurut E. Mulyasa18 dalam bukunya Manajemen Berbasis sekolah,
menjelaskan: "Efektifitas adalah adanya kesesuaian antara orang yang
meleksanakan tugas dengan sasaran yang diuji ". Selarifutnya dijelaskan "
efektifitas adalah berkaitan erat perbandingan antara tingkat pencapaiaan
tujuan dengan rencana yang telah disusun sebelumnya, atau perbandingan
hasil nyata dengan hasil yang direncanakan ".
Jadi efektivitas secara sederhana dapat diartikan sebagai adanya suatu
usaha atau upaya yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan yang telah
ditetapkan agar tercapai hasil yang memuaskan.
2. Tolak Ukur Efektifitas
Dengan melihat pengertian efektifitas diatas, maka dalam mencapai
efektifitas kerja atau efesiensi haruslah dipenuhi syarat-syarat ataupun ukuran
sebagai berikut:
17
Hasan Sadili, Ensiklopedi Bahasa Indonesia, (Jakarta, khtiyar Baru- Van Hoeve), Jilid 2, h.833
18
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis sekolah, Konsep, strategi, dan lmplementasai,
a. Berhasil guna, yakni untuk menyatakan bahwa kegiatan telah
dilaksanakan dengan tepat dalam aiii target tercapai sesuai dengan waktu
yang tetap.
b. Ekonomis ialah untuk menyebutkan bahwa didalam usaha pencapaian
efektifitas itu maka biaya, tenaga kerja material, peralatan waktu, ruangan
dan lain- lain telah telah dipergunakan dengan setepat- tepatnya
sebagaimana yang telah ditetapkan clalam perencanaan clan adanya
pemborosan serta penyelewengai1.
b. Pelaksaan kerja yai1g bertanggung jawab, yakni untuk membuktikai1
bahwa dalam pelaksanaan kerja sumber-sumber telah dimanfaatkan
dengan setepat-tepatnya haruslah dilaksanakan dengan bertanggung
jawab sesuai dengan perencanaan yang telah clitetapkan.
c. Pembagian kerja yang nyata, yakni pelaksanaan kerja clibagi berclasarkan
beban ke1ja, ukuran kemampuan kerja clan waktu yang tersedia.
d. Rasiolitas wewenai1g dan tanggung jawab, aiiinya wewenang harus
seimbang dengan tagging jawab. Dan hams dihindari adanya clomonasi
oleh satu pihak lainnya.
e. Prosedur kerja yang praktis, yaitu untuk menegaskan bahwa kegiatan
ke1ja aclalah kegiatan yang praktis, maka target efektif clan ekonomis,
yang memuaskan tersebut haruslah kegiatan operasional yang dapat
dilaksanakan dengan Jancar.19
Sedangkan tolak ukur menumt manajemen aJaran Islam bagi
seseorang muslim dalam mengatur hidupnya agar efektif adalah sebagai
berikut:
a. Prinsip keseimbangan, maksudnya dalam menjalankan suatu kegiatan
seorang muslim haruslah berbuat, bertindak yang harmonis pantas dan
wajar, tiddc berebih- lebihan, tetapi tidak juga kikir dan pelit.
b. Prinsip mencapai kemanfaat, maksudnya seorang muslim dalam
menjalankan kegiatan usaha harus bermanfaat bagi dirinya, bagi orang
lain, bagi lingkungan dan bermanfaat bagi agamanya.
c. Prinsip tidak boros, yang dimalcsud tidak boros adalah setiap muslim
dalam menjalankan aktivitasnya dalam menggunakan harta, waktu dan
tenaga tidalc dipergunakan secara boros jika dilihat dari sudut ekonomi
sifat boros termasuk biaya sehingga dalam penggunaan biaya menjadi
beban dalam manajemen.
d. Prinsip berlalrn adil, yang dimalcsud dengan berlaku adil adalah seseorang
yang ingin mencapi tidakan yang efisien adaiah dia hams berlalrn adil. Ia
hams berlaku adil terhadap dirinya, terhadap orang lain, serta adil dalam
19
menimbang, adil dalam mengambil keputusan dan adil dalam semua
pebuatannya. 20
3. Mekanisme Efektifitas
Didalam mekanisme efektivitas terhadap beberapa komponen
pendukung suatu kerja, ada beberapa pendapat menurut para ahli, yaitu :
Menurut Georgopoulos mekanisme efektivitas terhadap dalam beberapa
komponen 21yaitu:
a. Produktifitas adalah sama artinya dengan efisien
b. Luwes artinya memetuhi norma- nonna dan memuaskan anggota dan
konsep daya sual. Maksudnya adalah kemampuan organisasi dalam
menyesuaikan diri pada perubahan didalam maupun perubahan diluar
organisasi.
c. Ketegangan adalah konflik dan pertentangan diantara anggota- anggota
organisasi, yang erat kaitannya dengan peningkatan (kalau terkendali) dan
penurunan (kalau dibiarkan berlarut·· larut).
Menurut Paul E. Mott22 mekanisme dalam pencapaian suatu kerja yang
Efektif adalah merumuskan dan mengernbangkan sarana mengukur efektifitas
organisasi yang mempengaruhi tingkat efektifitas itu berkaitan langsung
dengan:
20 Mochtar Effendy,
Manajemen Suara Pendekatan Berdasrkan Ajaran
/slam.(Jakarta: PT. Bharana Karya Aksara, 1986), h. 153- 158.
21
Basir S. Georgopoulos dan Arnold S. Tannembaun, A. Study of Organization E.ffectiveness,(America: Sociological Review, 1957), vol. 22, h. 534- 540.
22
a. Produktifitas dikaitan dengan kuantitas, kualitas dan efisiensi.
b. Daya sesuai adalah persiapan untuk mengatasi masalah yang akan
dihadapi dan persiapan untuk mengatasi masalah yang bersangkutan. Daya
sesuai ini dikaitkan dengan tempo ( cepat atau lambat) dan basaran ( derajat
penyesuaian, apakah seluruhnya, sebagai mendasar ataukah hanya ala
kadarnya saja). Dalam factor ini tercakup konsep kepanduan yaitu
keleraan, atau kegairahan kerja yang tinggi atau kepuasan ke1ja, lebih
mudah perubahan (metode atau prosedm ke1ja misalnya).
c. Keluesan menyangkut keman1puan anggota Organisasi menanggapi
keadaan darurat seperti beban lebih yang tidak terduga atau percepatan
jadwal kerja.
Kedua talaah yang dikemukakan diatas telah memaparkan
masalah-masalah pengenalan dan pengukuran kreteria yang tepat terhadap efektivitas
organisasi. Masing- masing telah menunjukkan rancangan system dan telaah
teoritis, tanpa harus bertentangan.23
Dalam usaha memahami efektifitas yang bersifat abstrak itu, beberapa
analisa organisasi berusaha mengidentifikasikan segi-segi yang menonjol
kaitannya dengan konsep ini. Walaupun ada sederetan panjang criteria kerja
yang dipakai, namun criteria yang paling banyak dipakai meliputi ha!- ha!
berikut:
a. Kemampuan menyesuai.kan diri, keluwesan
b. Produktivitas
c. Kepuasan ke1ja
d. Kemampuan beriaba
e. Pencarian sumber dana24
C.
LEMBAGAPENGELOLAANZAKAT
1. Urgensi Pengelolaan Zakat
Amil Zakat ialah orang atau individu yang be1iugas melakukan
pekerjaan yang berkaitan dengan penghimpunan, pengelolaan, pencatatan dan
pendayagunaan dana zakat. Mereka dipilih oleh Pemerintah apabila mereka
beke1ja pada Badan Amil Zakat (BAZ) dan dpilih oleh Pengurus Lembaga
Amil Zakat (LAZ) untuk di negara Indonesia. Amil Zakat berhak untuk
menghimpun dana zakat, dan mendayagunakan dana tersebut serta melakukan
tugas-tugas lain yang berkaitan dengan zakat sepe1ii mengajar masyarakat
tentang hukum zakat, menerangkan tentang sifat-sifat pemilik harta yang
wajib dikeluarkan zakat dan golongan-golongan yang berhak menerima zakat,
memindahkan, menyimpan, menjaga, mengembangkan se1ia memanfaatkan
harta zakat sesuai mengikut ketetapan dan syarat-syarat yang telah dibuat.
Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat yang ada pada masa kini
juga dianggap memiliki hak sebagaimana yang ditetapkan di dalam syariat
Islam. Oleh karena itu BAZ dan LAZ wajib mengikuti syarat-syarat yang
ditetapkan di dalam mengambil bagian Amil Zakat.
Di antara tugas-tugas yang diamanahkan kepada amil-amil zakat ada
yang berbentuk pemberian kuasa, karena ia berkaitan dengan tugas asas clan
kepemimpinan. Oleh yang demikian orang yang memegang amanah ini
disyaratkan supaya mengikuti syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh
ulama-ulama fekah di antaranya ialah: Islam, pria, jujur (beramanah) clan mengetahui
hukum-hukum zakat di dalam lapangan kerja.
Selain dari itu terdapat juga beberapa tugas lain sebagai bantuan yang
boleh diserahkan kepada orang-orang yang tidak dapat memenuhi sebahagian
dari syarat-syarat yang telah clitetapkan sebagaimana di atas seperti ke1ja-kerja
yang berkaitan dengan pengurusan komputer, keuangan clan lain sebagainya.
Amil-amil zakat berhak mendapatkan tan1bahan dari ke1ja mereka
yaitu dari bagian golongan amil zakat yang diberikan oleh pihak Pemerintah
atau Pengurus LAZ yang melantik mereka dengan kadar tidak lebih dari gaji
yang telah ditetapkan, walaupun mereka bukan dari kalangan orang-orang
fakir dengan mengambil jun1lah dana yang dibayar un1:uk semua amil zakat,
persiapan clan pembiayaan pengurusan operaional kantor dengan tidak lebih
dari satu perdelapan dari hasil pungutan zakat (12.5 %).
Perlu diperhatikan juga, amil zakat tidak boleh dipekerjakan lebih dari
keperluan dan sebaik-baiknya gaji kesemua amil zakat yang dipeke1jakan atau
Pendapatan Negara (APBN) dan Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah
(APBD) sehingga dana zakat boleh didayagunakan kepada
golongan-golongan lain yang berhak menerima zakat.Golongan amil zakat tidak boleh
menerima apa-apa bentuk hadiah atau hibah baik berupa dana atau uang tunai
maupun dalam bentuk barang.
Pemerintah dan Pengurus LAZ menyediakan sarana operasional
seperti perlengkapan kantor, telepon, faks, computer, yang mana semua
dipergunakan Amil Zakat untuk melakukan kegiatannya, baik menghimpun,
mengelola dan mendayagunakan dana zakat.
Pihak yang memilih dan sudah menetapkan se:seorang sebagai Amil
Zakat tetap hams mengawasi dan memperhatikan sebagaimana yang telah
dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Amil zakat hendaklah seseorang
yang jujur (arnanah) dan dia adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
kesemua harta zakat yang dikelolanya serta bertanggungjawab untuk
menggantikan segala kerusakan, kehilangan dana zakat yang disebabkan oleh
kecerobohan, dan kelalaiannya.
Amil-amil zakat sepatutnya menjaga dirinya dengan mengikuti
adab-adab Islam secara umum seperti sopan santun, lemah lembut terhadap
orang-orang yang mengeluarkan zakat, sentiasa berdoa kepada mereka dan juga
kepada golongan-golongan yang berhak menerima zakat, mengajar tentang
Islam untuk mencapai perpaduan masyarakat dan rnendayagunakan zakat
secepat mungkin kepada golongan-golongan yang berhak menerima zakat.
Di Indonesia profesi Amil Zakat masih belum rnenjadi sebuah profesi
yang dipilih oleh masyarakat Indonesia. Padahal semua. aturan untuk menjadi
seorang Amil Zakat sudah jelas dan tegas digambarkan. Sebagaimana. halnya
zakat harta dan profesi, yang belum tersosialisasikan dengan baik, peran dan
profesi Amil Zakat juga demikian.
Allah telah berfirman dalam surat At- Taubah: 60 yang berbunyi:
" Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
Orang orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para rnu'allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk
jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalan1 peJ'.ialanan, sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana (Qs. At-Taubah: 60).
Juga dalam firman Allah SWT dalam At-Taubah: 103 yang artinya
"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, itu kamu membersihkan dan
(menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.
Dalam surat At- Taubah: 60 tersebut dikemukakan bahwa salah satu
golongan yang berhak menerima zakat (mustahik zakat) adalah orang- orang
yang be1iugas mengurns zakat ('amili 'alaiha). Sedangkan dalam At-Taubah:
I 03 dijelaskan bahwa zakat itu diambil ( dijemput) dari orang- orang yang
berkewajiban untuk berzakat (muzakki) untuk kemuclian diberikan kepada
mereka yang berhak menerima (mustahik).Imam Quthi ketika menafsirkan
ayat tersebut (At-Taubah: 60) menyatakan bahwa 'amil itu adalah
orang-orang yang ditugaskan (diutus oleh imam/ pemerintah) untu mengambil,
menuliskan, menghitung dan mencatat zakat yang diambilnya dari para
muzakki untuk kemudian diberikan kepada yang berhak menerimanya.
Diambilnya zakat dari muzakki melalui amil zakat untuk kemudian
disalurkan kepada mustahik, menunjukkan kewajiban zakat itu bukanlah
semata- mata bersifat amal karitatif (kede1mawanan),. tetapi juga ia suatu
kewajiban yang juga bersifat otoritatif (ijbari)25• Pengelolaan zakat lembaga
pengelola zakat, apalagi yang memiliki kekuatan hokum formal, akan
memiliki beberapa keuntungan26 antara lain:
Pertama, untuk menjamin kepastian dan disiplin pembayaran zakat.
25 Abdul Qadir. Zakar dalam Dimensi Madhah dan social, Raja Grafindo Persada. Jakarta, 1998. h. 85
Kedua, untuk menjaga perasaan rendah diri para mustahik zakat
apabila berhadapan langsung untuk menerima zakat dari para muzaldd.
Ketiga, untuk mencapai efisien dan efiktivitas, se1ta sasaran yang
tepat dalam pengguanaan harta zakat rnenurut skala prioritas yang ada pada
suatu saat.Keempat, untuk memperlihatkan syi' ar Islam dalam semangat
penyelenggaraan pemerintahan yang Islami.
Dalam Bab II Pasal 5 Unclang- undang tahun 1999 tentang
Pengelolaan Zakat dikemukakan bahwa pengelolaan zakat be1tujuan untuk: a.
Untuk meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalarn menunaikan zakat
sesuai dengan tututan agama. b. Meningkatkan fungsi dan peranan pranata
keagamaan dalam upaya mewujuclkan kesejahteraan mesyarakat dan keadilan
social. c. Meningkatkan basil guna clan claya guna zakat.
1. Persyaratan Lembaga Pengelolaru1 Zakat
Yusuf al- Qardhowi dalam bukunya, fikih zakat,27 menyataJ,ru1 bahwa
seseorang yang ditunjuk sebagai amil zalcat atau pengelola zakat, harus
memiliki beberapa persyaratan sebagai berikut: Pertama, Beragama Islam.
Kedua, Mukallaf yaitu orang dewasa yang aka! sehat aka! pikirrumya yang
siap menerima tanggung jawab mengurus urusan wnmat. Ketiga, Memiliki
sifat amanah clan jujur. Keempat, Mengerti dan memehami hukum- hukum
zakat yru1g menyebabkan ia mampu melakukan sosialisasi segala sesuatu yang
berkaitan dengan zakat kepada masyaralcat. Kelima, Meliliki kemampuan
untuk melaksanakan tugas denagan sebaik- baiknya. Keenam, Hemat penulis
adalah kesungguhan amil zakat dalam melaksanakan tugasnya. Amil yang
baik adalah amil yang full- time dalan1 melaksanakan tugasnya, tidak
asal-asalan dan tidak pula san1bilan.
2. Organisasi Lembaga Pengelolaan Zakat
Sebagai organisasi nirlaba, organisasi pengelolaan zakat juga memiliki
karakteristik seperti organisasi nirlaba lainya,28 yaitu: a. Sumber daya (baik
dana maupun barang) berasal dari para donator yang mempercayakan kepada
lembaga. b. Menghasilkan berbagai pengelolaan jasa dalam bentu pelayanan
kepada masyarakat. c. Kepemilikan organisasi pengelo.la zakat tidak seperti
lazimnya pada organisasi bisnis.
Organisasi pengelola zakat mempumyai karakteristik yang
membedakannya dengan orgat1isasi nirlaba lainya29, yaitu: I. Terikat dengan
aturan dan prinip- prinsip syari'al1 Islam. 2. Sumber dana utama adalah zakat,
infaq, shadaqah, dan wakaf. 3. Meiliki Dewan Pengawas dalam struktur
organ1sasmya.
A. Susunan Organisasi Badan Amil Zakat
I. Badan Amil Zakat 2. Dewan Pertimbangan
3.Komisi Pengawas. 4. Badan Pelaksana. 5. Anggota pengurus Badan Amil
Zakat terdiri atas unsur masyarakat dan unsur pemerintall.
28 h. 9 29
B. Fungsi dan Tugas pokok Penguru:> Badan Amil Zakat
(BAZ)
1. Dewan Pertimbangan
a. Fungsi yaitu memberikan pertimbangan, fatwa, sara dan rekomendasi
kepada Badan Pelaksana dan komisi Pengawas dalam pengelolaan Badan
Amil Zakat, meliputi aspek syari'ah dan aspek manajerial.
b. Tugas Pokok adalah I. Memberikan garis- garis kebijakan umum
Badab Amil Zakat. 2. Mengesahkan rencana kerja dari Badan Pelaksanaan
dan Komisi Pengawas. 3. Mengeluarkan fatwa syari'ah baik diminta maupun
tidak berkaitan dengan hokum zakat yang waji diikuti oleh pengurus Badan
Amil Zakat. 4. Memberikan pertimbangan, saran clan rekomendasi kepada
Badan Pelaksana dan Komisi Pengawas bik diminta maupun tidak. 5.
Memberikan persetujuan atas laporan tahunan hasil ke1ja Badan Pelaksana
dan Komisi Pengawas. 6. Menunjuk Akuntan Publik.
2. Komisi Pengawas
a. Fungsi yaitu sebagai pengawas internal lembaga atas operasional
kegiatan dilaksanakan Badan Pelaksana.b. Tugas Pokok adalah Pertama,
Mengawasi pelaksanaan kerja yang telah disahkan.. Kedua, Mengawasi
pelaksanaan kebijakan- kebijakan yang telah ditetapkan Dewan Pertimbangan.
Ketiga, Mengawasi oprasionalkegiatan yang dilaksanakan Badan Pelaksana,
yang mencakup pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan. Keempat,
3. Badan Pelaksana
a. Fungsinya adalah sebagai pengelola zakat b. Tugas Pokok meliputi ;
I. Membuat rencana ke1ja. 2. Melaksanakan operasional pengelolaan zakat
sesui dengan rencana kerja yang tela11 ditetapkan. 3. Menyusun laporan
tahunan. 4. Menyampaikan laporan pertanggung jawab.an kepadapemerintall.
5. Bertindak dan bertanggung jawab untuk dan atas Badan Amil Zakat ke
PROFILE DOMPET PEDULI UMMAT- DAARUT TAUHID
Dompet Peduli Ummat adalah sebuah LEMBAGA AMIL ZAKAT
dau merupakan Lembaga Nirlaba yang bergerak di bidang penghimpunan
(FUND RAISING) dan PEND A YAGUNAAN dana zakat, Infaq, shadaqah
dan wakaf(ZISWa). Didirikan 16 Juni 1999 Oleh KH Abdullah Gymnastiar
sebagai bagian dari Yayasan Daarut Tauhiid dengan tekad menjadi LAZ yang
Amanah, Profesional dan Jujur berlandaskan pada Ukhuwah Islamiyah.
A. Sejarah Pendirian
Berawal dari Rapat Pengurus Yayasan Daarut Tauhiid pada tanggal 16
Juni!999, yang menyadari bahwa keadaan dana zakat, infaq dan shadaqoh
(ZIS) yang dikelola oleh Pesantren Daarut Tauhiid pada saat itu belum
optimal dan timbulnya pemikiran untuk mengoptimalkan potensijama'ah
Pesantren Daarut sehingga diputuskan bahwa perlu acla peningkatan kinerja
Badan Pengelola zakat, infaq dan shadaqah (ZIS) secara professional, amanah
danjujur, berlandaskan pada Ukhuwah Islamiyah. Untuk itu, diperlukanjuga
strategi-stratt\gi barn yang efektif dan efisien dalam mengelola dana yang
dihimpun dari ZIS, sehingga pada gilirannya dapat menjadi suatu kekuatan
ekonomi masyarakat. Berangkat dari pada ha! ini maka Y ayasan Daarut
LAZNAS sesuai dengan SK Menteri Agama no 410 talmn 2004 pada tanggal
I 3 Oktober 2004.1
B. Tujuan dan fungsi
Latar belakang berdirinya DPU-DT adalah bahwa Indonesia sebagai
negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia memiliki potensi
zakat yang amat besar. Sayangnya, sebagian besar masyarakat masih belum
memili adaran untuk berzakat sesuai dengan ketentuannya. Hal lain yang juga
menjadi perhatian adalah belum optimalnya penggunaan dana zakat ini.
Kadang, penyaluran dana zakat hanya sebatas pada pe:mberian bantuan saja
tanpa memikirkan kelanjutan dari kehidupan si penerima dana.
Tujuan DPU-DT berusaha untuk mengatasi hal-hal tersebut. Selain
berusaha membangkitkan kesadaran masyarakat terhadap zakat, DPU-DT juga
berusaha menyalurkan da11a yang sudah diterima kepada mereka yang
benar-benar berhak, dan berusaha mengubah nasib kaum mustahik meqjadi muzaki
atau mereka yang sebelumnya menerima zakat menjacli pemberi zakat.
Fungsi DPU- DT yaitu Membersihkan dan memberdayakan
Sesusai dengan slogan "Membersihkan clan Memberdayakan", DPU DT kini
dalam penyalurannya berorientasi pada pendayagunaan zakat yang produktif
dan menjadi solusi bagi sebanyak-banyak mustahik.
Upaya ini sudah berjalan sejak DPU DT berdiri dengan menfokuskan
1 H.Poerwanto Burhan, Dompe! Peduli Ummat, Kepala Cabang DPU-DT.
pada pelatihan keterampilan dan produk pemberdayaan ekonomi produktif.
Tentu dalam pelaksanaanya tidak bisa be1jalan sendiri, tapi
membutuhkan peran donatur yang mendukung program-program DPU DT.
Sehingga pendayagunaan zakat yang produktif dan solutif bisa terwujud di
masyarakat
C. Motto, Visi dan Misi
Motto" Membersihkan dan Memberdayakan".
Visi " Menjadi Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) yang Amanah,
Profesional, Akuntabel dan terker..rnka dengan daerah operasi yang merata.
Misi yaitu 1. Mengoptimalkan Potensi Ummat melalui Zakat, Infaq
Shodaqoh dan Wakaf (ZISWa). 2. Memberdayakan masyarakat dalam bidang
Ekonomi, Pendidikan, Dakwah dan Sosial mennju masyarakat Mandiri.
D. Struktur Organisasi
1. Dewan Pembina Yayasan Daarut Tauhiid
• KH. Abdullah Gymnastiar
• H. AbdmTalunan Yuri
• Letko! (Pum) H. Engkus Kuswara
2. Dewan Pengawas Yayasan Daarut Tauhiid
• H. Abudzar Feny Susanto
• H. Wahyu Prihantono
• Ir. Budi Faisal
• H. Dudung Abdul Ghani (Kehm Umum
• H. Qomarudin Cholil (Ketua 1)
• H. Gatot Kunto Knmoro (Ketua 2)
• H. Muhammad Iskandar (Bendahara)
• H. Deden Miqdad Musadad (Sekretaris)4.
1. Dewan Syariah DPU Daarut Tauhiid
• KH. DR Miftah Farid!
• KH. Hilman Rosyad. LC
E. Akte Pendirian (berbadan hukum)
Keberadaan lembaga Islam di masyara.\:at dituntut untuk berperan
banyak, terutama dalam kepeduliannya terhadap ko