• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberdayaan Usaha Mikro Melalui Program Migran Masyarakat Mandiri Di Desa Kutasirna Sukabumi-Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemberdayaan Usaha Mikro Melalui Program Migran Masyarakat Mandiri Di Desa Kutasirna Sukabumi-Jawa Barat"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO MELALUI PROGRAM MIGRAN MASYARAKAT MANDIRI DI DESA KUTASIRNA

SUKABUMI – JAWA BARAT

Oleh :

NURMAN SAFARI

NIM. 103054028799

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO MELALUI

PROGRAM MIGRAN MASYARAKAT MANDIRI DI DESA KUTASIRNA SUKABUMI – JAWA BARAT

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Sebagai Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I.)

Oleh : Nurman Safari NIM. 103054028799

Di bawah Bimbingan

Dr. Wahyu Prasetyawan, M.A. NIP.150 271 946

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO MELALUI PROGRAM MIGRAN MASYARAKAT MANDIRI DI DESA KUTASIRNA SUKABUMI - JAWA BARAT”, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, pada hari Kamis, tanggal 28 Agustus 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam.

Jakarta, 15 September 2008

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. H. Mahmud Jalal, MA Rubiyanah, MA

NIP. 150202342 NIP. 150286373

Anggota,

Penguji I Penguji II

Wati Nilamsari, M. Si Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M. Pd NIP. 150293223 NIP. 150282125

Pembimbing

(4)

ABSTRAK

Pemberdayaan Usaha Mikro melalui Program Migran Masyarakat Mandiri di Desa Kutasirna

Sukabumi - Jawa Barat

Nurman Safari

Penelitian ini mengkaji tentang “Pemberdayaan Usaha Mikro melalui Program Migran Masyarakat Mandiri di Desa Kutasirna Sukabumi – Jawa Barat”, pelaksanaan Program ini memprioritaskan kegiatan masyarakat pada pemberdayaan usaha ekonomi produktif skala mikro, dalam proses pengembangan komunitas lokal, guna mencapai kehidupan yang lebih baik dalam kaca mata perekonomian.

Diantaranya dengan kegiatan pemberian bantuan modal untuk usaha pada komunitas migran dan dhuafa, dengan ketentuan Disiplin Pembiyaan yang sudah ditentukan, diantaranya dengan proses sosialisasi program yang sudah ada pada

“stekholders” dan “masyarakat” sekitar wilayah sasaran (eksplorasi berdasarkan sumberdaya produktif), serta pembentukan kelembagaan lokal, yang gunanya untuk menaungi dan mengawasi kelompok – kelompok yang sudah terbentuk.

Rangkaian keterangan diatas, penulis mendapatkan sebuah pertanyaan besar dalam diri penulis pada proses penelitian yang dijalankan dan membentuk sebuah keinginan untuk mencoba menelik lebih jauh pada pelaksanaan Program Migran, dalam rangka pemberdayaan masyarakat, dari hasil penelitian yang dijalankan, antara lain : (1). Mengetahui gambaran pemberdayaan Usaha Mikro di Desa Kuta Sirna. (2). Mengetahui gambaran Ekonomi Usaha Mikro yang sedang masyarakat jalankan. (3). Mengetahui gambaran Warga Binaan terhadap Program Migran yang diadakan oleh Lembaga Masyarakat Mandiri.

(5)

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Alhamdulillaahirrabil aalaamiin, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan kasih sayang-Nya kita dapat menikmati indahnya pengelanaan hidup kita didunia ini, dan semoga kasih saying-Nya menyertai kita sampai di kehidupan mendatang. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada baginda Rosulullah SAW, sebagai sauri teladan kita menuju jalan yang diridhoi-Nya.

Penulis sepenuhnya menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kategori sempu- rna, sekalipun penulis telah berusaha untuk melakukan yang terbaik, namun pasti masih ada kekurangan dan kelemahan baik dari segi isi atau tekhnik penyusunannya. Dengan demikian, penulis membuka diri untuk menerima masukan dan kritik yang konstruktif demi perbaikan skripsi dan diri penulis sendiri, sebagai bahan evaluasi dan instropeksi diri sekarang dan masa yang akan datang.

(6)

Berkat keridhoan Allah SWT sematalah, akhirnya penyusunan ini dapat diselesaikan. Serta tak lupa penulis menyampaikan ungkapan terima kasih kepad :

1. Dr. Murodi, MA. Selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA., M.Pd. selaku ketua jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Wati Nilamsari, M.Si. selaku sekretaris Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Wahyu Prasetyawan, MA. Selaku pembimbing skripsi, yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan masukan – masukan sehingga terselesaikan skripsi ini.

5. Prof. Dr. Syamsir Salam, M. Si. Sebagai Dosen Penasehat Akademik Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam angkatan 2003

6. Lembaga Masyarakat Mandiri, selaku penggerak masyarakat Desa Kuta Sirna, yang telah bersedia diwawancarai dan memberikan informasi data – data untuk proses penelitian.

7. Kedua orangtua (Bpk Rizal Nawawi Alif dan Ifah Sarifah) dengan segala kasih sayangnya, dan tanggung jawabnya rela berkorban jiwa raga demi kesuksesan generasinya.

(7)

9. Istri (Siti Suryani) yang aku cintai dengan segala kasih sayang dan selalu memberikan motivasi akan penyusunan skripsi ini.

10.Bpk Ejen, Ricki dan Ibu Rofiah yang telah bersedia mengantar mengelilingi daerah Desa Kuta Sirna Sukabumi.

11.Teman – temanku di PMI angkatan 2003, yang tak dapat penulis sebutkan satu – persatu, namun tidak mengurangi rasa terima kasihku atas segala bantuannya.

Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan namanya, penulis Mengucapkan terima kasih. Semoga kebaikan mereka diridhoi Allah SWT dan mendapatkan pahala dari-Nya.

Jakarta, 15 September 2008

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Geografis ………. ……. 41

Tabel 2 Ekonomi ………... .42

Tabel 3 Pendidikan ………... .43

Tabel 4 Kesehatan ……….…. 44

Tabel 5 Hasil Wawancara Penghasilan Pendapatan (income) …. ……... 51

Tabel 6 Penghasilan Pendapatan ………... 52

Tabel 7 Kesimpulan Penghasilan Pendapatan.. ………... 53

Tabel 8 Hasil Wawancara Peningkatan Kemampuan untuk Usaha ………... .. 58

Tabel 9 Peningkatan Kemampuan untuk Usaha ……….. ….… 59

Tabel 10 Kesimpulan Peningkatan Kemampuan untuk Usaha ...………….…. 60

Tabel 11 Umur ……….. ………... 61

Tabel 12 Kelamin atau Gender ……… . ………... 62

Tabel 13 Jenis Usaha .. ……….……... 63

Tabel 14 Jenis Usaha Sampingan... ………... 64

Tabel 15 Hasil Wawancara Kesejahteraan .………... 68

Tabel 16 Kesejahteraan ………. ………... 70

Tabel 17 Kesimpulan Kesejahteraan ……….. ……. 71

Tabel 18 Hasil Wawancara Pengelolaan Pendapatan ………. ……. 75

Tabel 19 Pengelolaan Pendapatan ……….. ……. 77

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……….………… i

KATA PENGANTAR ………... …………ii

DAFTAR ISI ……….. …………v

DAFTAR TABEL ………. ………… vii

BAB I PENDAHULUAN ……….. ……….. 1

A. Latar Belakang Masalah ……… ……….. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……… ……….. 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……….. ……….. 8

D. Metodologi Penelitian ……… ……….. 9

E. Kajian Pustaka ……….. ……….. 16

F. Sistematika Penulisan ………... ……….. 17

BAB II TINJAUAN TEORETIS ……….. ……….. 20

A. Pemberdayaan ………... ……….. 20

1. Pemberdayaan Umum ………... ……….. 20

2. Pemberdayaan Ekonomi ………... ……... 21

B. Indikator Keberdayaan ………. …….…. 22

C. Tahapan – tahapan Pemberdayaan ………... 23

BAB III GAMBARAN UMUM ……….... 27

A. Lembaga Masyarakat Mandiri ………... .…….... 27

1. Latar Belakang ………... …….… 27

2. Tujuan ……….... …….… 28

3. Visi, Misi ………... …….… 28

4. Struktur Organisasi Lembaga ………….... …….… 29.

5. Program Kegiatan ……….. …….… 30

B. Masyarakat Mandiri dan Desa Kuta Sirna …….... …….… 31

C. Program Migran ………. …….… 32

1. Pengertian Migran ………. …….… 32

2. Metode Penerapan Program Migran …….. …….… 32

3. Implementasi Program Migran ………….. …….… 36

D. Usaha Mikro Sebagai Proses Pemberdayaan …... …….… 37

E. Gambaran Umum Desa Kuta Sirna ……….... 40

BAB IV ANALISIS PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO MELALUI PROGRAM MIGRAN MASYARAKAT MANDIRI DI DESA KUTASIRNA SUKABUMI – JABAR ……...…… 45

A. Pemberdayaan Usaha Mikro ……….. ….. ….. 46

1. Penghasilan Pendapatan ……….. …… 46

2. Peningkatan Kemampuan untuk Usaha ... 54

(10)

C. Ekonomi Usaha Mikro ……….. 64

1. Kesejahteraan ………...……….. ... 65

2. Pengelolaan Pendapatan ………..….. ... 71

BAB V PENUTUP ……….……….... 80

A. Kesimpulan ………... …. 80

B. Saran ……….………... 81

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Dalam interaksi sosial, kita senantiasa tidak pernah lepas dari lingkungan yang ditinggali atau dihuni, hal tersebut merupakan konsekuensi logis dari keberadaan kita sebagai makluk sosial (zoon politicon), yang dalam pergaulan tersebut senantiasa melibatkan manusia yang lainnya, agar proses sosial tersebut menjadi lancar dan dinamis.1

Begitu pula halnya dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, kehidupan masyarakat senantiasa berinteraksi antara yang satu dengan yang lainnya, yang dalam hubungan tersebut tidak hanya terjalin antara sesama masyarakat melainkan juga terhadap pemerintah, sehingga keinginan dan cita–cita untuk memakmurkan dan mensejahterakan diri, dapat terus ditingkatkan.

Akan tetapi dalam perkembangan sekarang, disaat Negara sedang melakukan perubahan, berbagai ketimpangan dan ketidak adilan masih terus terjadi. Disana sini masih kita dapati banyaknya pengangguran, orang–orang miskin yang terus tersiksa dengan kemiskinannya, karena sistem interaksi sosial yang ada membuat kehidupan tidak berpihak kepada dirinya, serta pencemaran lingkungan masih menjadi problem sosial masyarakat yang sampai hari ini masih sulit dicarikan jalan keluar, secara komprehensif dan masih banyak lagi problem–

1

(12)

problem sosial lainnya yang tidak mungkin dapat ditanggani hanya mengandalkan pemerintah yang dengan segala keterbatasan dan kekurangannya.

Kemiskinan merupakan salah satu masalah pokok dalam pembangunan dan pengembangan di Indonesia, dan merupakan salah satu akar permasalahan kemiskinan di kawasan perdesaan adalah terdapatnya ketidak seimbangan hubungan dengan kawasan perkotaan yang cenderung merugikan perdesaan. Oleh karena itu diperlukan upaya penguatan perdesaan melalui pendekatan pemberdayaan dan Pengembangan masyarakat, melalui pemberdayaan Usaha Ekonomi Produktif skala mikro dan kecil, dalam rangka mewujudkan Sinergi dan pembangunan menuju kemandirian.2

Pemberdayaan merupakan suatu aktifitas, dimana orang–orang yang tidak berdaya menjadi berdaya atau mempunyai kehidupan yang layak, sama dengan manusia lainnya. Artinya cukup tersedianya sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, keadilan dan rasa aman. Mensejahterakan kehidupan bangsa dalam hidup, berarti memberdayakan setiap warga Negara agar mampu berbuat dan bertindak seimbang, baik dalam pikiran, perkataan, perbuatan serta mampu menyelaraskan antara yang Hak dan Kewajiban, oleh karena itu pemberdayaan dan kesejahteraan dalam hidup merupakan kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi.3

Agar proses perubahan dan pengembangan berjalan lancar menuju era Sejahtera dan demokrasi, maka perlu dicarikan langkah alternatif ditingkat

2

Diakses tanggal 12 Agustus 2007 dari http://www.google.com 3

(13)

masyarakat agar Permasalahan sosial yang ada dimasyarakat tersebut dapat teratasi dengan seksama, salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan pembentukan suatu wadah yang mandiri dan fleksibel, guna mengantisipasi semua problem sosial yang ada dimasyarakat tersebut.

Profesor Gambiro Prawirosudirjo dalam pidato pengukuhan guru besar tahun 1979 mengatakan, antara lain bahwa masalah–masalah ekonomi, sosial dan budaya yang merupakan faktor–faktor penghambat peran serta masyarakat dalam pembangunan kesejahteraan, kesemuanya berasal dari satu hulu, yaitu kemiskinan, kemiskinan merupakan biang keladi dari masalah tersebut.4

Pemberdayaan sebagai perubahan kearah yang lebih baik, pemberdayaan terkait dengan upaya peningkatan taraf hidup ke tingkat yang lebih baik. Pemberdayaan adalah meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki dalam menentukan tindakan kearah yang lebih baik.5

Pemberdayaan masyarakat diartikan sebagai memperluas horizon pilihan bagi masyarakat banyak. Hal ini berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih suatu yang bermanfaat bagi dirinya, dengan memakai logika ini dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya adalah masyarakat yang memilih dan mempunyai kesempatan untuk mengadakan pilihan–pilihan, antara pengembangan masyarakat ada kaitannya dengan kesejahteraan sosial dalam arti luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai taraf hidup yang lebih

4

Mahar Marjono, “Pandangan Moral dan Etika dalam Perkembangan ilmu Teknologi, (Jakarta, Rajawali Pers, 1986) cet. Ke 1, h. 27

5

(14)

baik. Taraf kehidupan yang lebih baik ini tidak hanya diukur secara ekonomi dan fisik belaka, tetapi juga ikut memperhatikan aspek sosial, mental dan segi kehidupan spiritual.

Menurut Friedlander. Kesejahteraan sosial merupakan sistem yang terorganisir dari berbagai institusi dan usaha–usaha kesejahteraan sosial lainnya, yang dirancang guna membantu individu ataupun kelompok agar dapat mencapai standar hidup yang lebih memuaskan.6

Sejak terjadinya krisis ekonomi berkepanjangan yang dialami Indonesia, jumlah tenaga kerja yang pergi keluar negeri semakin meningkat. Berdasarkan data Depnakertrans RI tahun 2006, pekerja Indonesia yang bekerja diLuar negeri, setiap tahunnya mengalami peningkatan 40%. Tercatat sampai dengan tahun 2006 jumlah tenaga kerja Indonesia (TKI) telah mencapai 3.5 juta yang tersebar diberbagai Negara antara lain: Malaysia, Hongkong, Taiwan, Negara–Negara Timur Tengah dan Negara lainnya.7

Begitu pentingnya masyarakat untuk pandai–pandai berusaha dalam hidupnya, karena disadari bahwa dampak serius dari ketidakmampuan sangat terkait dengan masalah kemiskinan, keterbelakangan baik dalam bidang ekonomi maupun pembangunan pada umumnya, kini semua masyarakat menjadi tidak berdaya dalam berbagai bidang.

Memperhatikan hal tersebut, sudah semestinya berbagai upaya harus dilakukan agar masyarakat terbebas dari kemiskinan, sehingga masyarakat terutama masyarakat komunitas keluarga Migran menjadi berdaya. Salah satunya

6

Fazlur Rahman, Etika Pengobatan Islam (Penjelajahan Seorang Neo Modernisme). Bandung: Mizan, 1999, cet ke-1, h. 75

7

(15)

dengan Peningkatan kesejahteraan keluarga pekerja Migran dan Pengembangan produktivitas usaha dan berkembangnya usaha keluarga pekerja Migran dengan pembentukan Kegiatan Pemberdayaan yang dilaksanakan oleh ‘Masyarakat Mandiri. Dari kegiatan ini diharapkan masyarakat mampu meningkatkan pendapatan atau menambah in come generating (meningkatkan penghasilan) dan merealisasikan keterampilan yang sudah diberikan dalam kehidupan sehari–hari, masyarakat keluarga Migran juga dihadarapkan bisa menyelesaikan permasalahan hidup mereka yaitu dengan mengaplikasikan ilmu yang sudah didapatkan untuk meningkatkan dan memenuhi kebutuhan sehari–harinya, dengan merujuk kepada kegiatan–kegiatan yang sudah dilakukan oleh ‘Masyarakat Mandiri dalam hal pembinaan dan pemberdayaan.

(16)

Pemberdayaan Masyarakat. Ketiga, ‘Masyarakat Mandiri adalah lembaga yang fokus aktivitasnya pada pendampingan masyarakat

Alasan penulis dalam memilih program Migran sebagai Pemberdayaan masyarakat dalam Usaha Mikro pada komunitas keluarga Migran adalah pertama,

bahwa pemberdayaan usaha mikro tersebut, suatu pengembangan yang strategis untuk memberdayakan masyarakat pada tingkat ekonomi, khususnya pada masyarakat bawah (grass root) pada komunitas kelurga Migran, kedua, program Migran memiliki kegiatan pemberdayaan melalui pendampingan yang lebih mengarah pada perubahan psikokultur keluarga, diantaranya menurunkan budaya dari ketergantungan dan meningkatkan kemandirian pada ekonomi. Adapun alasan penulis memilih Desa Kutasirna sebagai Daerah penelitian, yaitu penulis melihat ada hal yang menarik, karena letak wilayah masyarakat kampung Cijambu Desa Sukasari bergerak dalam Ekonomi Produktif serba Usaha tingkat mikro, dan termasuk Daerah Kabupaten Sukabumi yang mayoritas Pekerja Migran dan Eks

(mantan) Migran. Sedangkan alasan selanjutnya yaitu bahwa didalam ajaran Islam sudah sangat jelas disebutkan dalam Al–Qur’an, bahwa saling membantu dalam kebaikan adalah suatu kewajiban, antara lain dalam Pemberdayaan Masyarakat, khususnya masyarakat tingkat bawah.

(17)

“PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO MELALUI PROGRAM MIGRAN MASYARAKAT MANDIRI DI DESA KUTASIRNA SUKABUMI – JAWA BARAT”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini akan difokuskan atau dibatasi pembahasannya pada seputar “Pemberdayaan Usaha Ekonomi Produktif Skala Mikro pada Komunitas Masyarakat Keluarga Migran dan Eks

(mantan) Migran melalui Program Migran Masyarakat Mandiri di Desa Kutasirna Sukabumi.

2. Perumusan Masalah

Untuk menggali secara rinci tentang hal–hal tersebut di atas, penulis akan membahas permasalahan–permasalahan dengan pertanyaan–pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana Pemberdayaan Usaha Mikro, melalui program Migran di Desa Kutasirna Sukabumi?

2. Bagaimana gambaran warga binaan, terhadap program Migran yang diadakan oleh Lembaga Masyarakat Mandiri?

(18)

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan :

Penelitian dengan judul “Pemberdayaan Usaha Mikro melalui Program Migran Masyarakat Mandiri di Desa Kuta Sirna Sukabumi – Jawa Barat”, bertujuan untuk

1. Mengetahui Pemberdayaan Usaha Mikro, melalui program Migran di Desa Kutasirna Sukabumi?

2. Mengetahui Gambaran warga binaan terhadap program Migran yang diadakan oleh Lembaga Masyarakat Mandiri?

3. Mengetahui Gambaran Ekonomi Usaha Mikro, terhadap Warga Bianaan di Desa Kutasirna ?

2. Manfaat :

1. Sebagai bahan kajian dan pertimbangan civitas akademik UIN Syahid Jakarta, khususnya Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) 2. Menambah khazanah keilmuan bagi pembaca; baik dikalangan

mahasiswa, maupun tokoh masyarakat dan masyarakat dalam Pengembangan Masyarakat Islam Khususnya.

3. Mengenal lebih jauh ‘Masyarakat Mandiri sebagai salah satu Lembaga yang mengedepankan Pemberdayaan Masyarakat dalam setiap aktivitas yang dilakukannya.

(19)

D. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif, pendekatan kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan, yaitu bersifat luwes, rinci, tidak lazim mendefinisikan suatu konsep, memberi kemungkinan bagi perubahan–perubahan manakala ditemukan fakta yang lebih mendasar, menarik, unik dan bermakna dilapangan.8

Dilihat dari jenis penelitian ini, adalah Format Deskriptif. Pada jenis penelitian Deskriptif, data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka, dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan data - data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan atau memo dan dokumen resmi lainnya.9 2. Tempat Penelitian

Adapun tempat penelitian, yaitu di Desa Kutasirna. Kecamatan Cisaat. Kabupaten Sukabumi – Jawa Barat

3. Teknik Pemilihan Subjek Penelitian

Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, dalam memilih responden ini dipilih secara sengaja, setelah sebelumnya membuat tipologi (ideal) individu dalam masyarakat, yang penting disini bukan jumlah responden kasusnya, melainkan potensi tiap kasusnya untuk memberi pemahaman teoritis yang lebih baik mengenai aspek yang dipelajari.

8

Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), cet. Ke -2, h. 39

(20)

Pilihan informan tergantung pada jenis informasi yang hendak dikumpulkan, cara termudah mendapatkan informan adalah teknik “bola salju”.

Dalam teknik ini penelitian harus mengenal beberapa informan kunci dan meminta memperkenalkan nya pada informan lain.10

Berdasarkan pada konteks tersebut, maka penulis memilih responden sebagai berikut :

1. Data Primer

Sebagai data primer, penulis mewawancarai 20 orang peserta yang menjadi warga binaan pada waktu Program Migran dilaksanakan. Adapun informasi yang akan diperoleh adalah mengenai proses Program Migran serta Tolak ukur program pemberdayaan, gambaran Warga Binaan terhadap program Migran disekitar Desa Kutasirna, dan mewawancarai 1 orang yang menjadi pengelola program. Adapun informasi yang diperoleh adalah mengenai data warga Desa Kutasirna yang menjadi mitra binaan, yang dilaksanakan ‘Masyarakat Mandiri di Desa Kutasirna, dan sebagainya.

2. Data Skunder

Dan untuk data skunder, penulis akan mencari catatan – catatan , atau dokumentasi–dokumentasi yang menjadi sumber data guna menunjang dari hasil penelitian yang dijalankan.

10

(21)

4. Metode Penelitian

Untuk mendapatkan data yang objektif maka dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data yang bersifat kualitatif, berupa:

1. Observasi

Observasi adalah usaha untuk memperoleh dan mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan langsung dilapangan terhadap suatu kegiatan secara akurat, serta mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut.11 Dalam observasi peneliti melakukan pencatatan dari penelitian yang dijalankan, mencatat, mendengar oleh telinga, diraba oleh tangan, kemudian peneliti tuangkan dalam penulisan skripsi sesuai dengan data yang dibutuhkan, diantaranya mengetahui dan mencatat proses serta hasil program yang dijalankan, observasi dilakukan ketika berkunjung kedaeranh yang dituju.

2. Wawancara

Yaitu proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan, dimana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan dan menyimak secara langsung informasi atau keterangan–keterangan yang di butuhkan, baik itu wawancara di ladang, rumah, warung, dan ditempat kumpul lainnya.

11

(22)

3. Dokumentasi

Yaitu berasal dari kata dokumen, yang berarti barang–barang tertulis, dalam penelitian melalui dokumentasi, peneliti berusaha menyelidiki benda-benda yang tertulis seperti buku–buku, data–data jurnal, notulen, anggaran keuangan dan lain–lain, dengan menggunakan dokumentasi, Peneliti dapat mengumpulkan data yang tertulis mengenai masalah yang di telitinya.

5. Teknik Pencatatan Data

Alat penelitian penting yang biasa digunakan adalah catatan lapangan

(data lapangan). Catatan lapangan (data) tidak lain dari catatan yang dibuat oleh peneliti sewaktu mengadakan pengamatan, wawancara atau menyaksikan kejadian tertentu. Catatan lapangan (data) itu dibuat dalam bentuk kata-kata kunci, singkatan, pokok utama saja, kemudian dilengkapi dan disempurnakan apabila sudah pulang ketempat tinggal.

Pencatat data dilapangan yang mencatat apa yang hendaknya direkam, apa yang perlu dan tidak perlu dicatat, uraian tentang latar dan orang-orang yang diamati atau diwawancarai, bagaimana menghadapi perubahan latar penelitian, dan bagaimana cara memberikan pendapat dan tanggapan sendiri mengenai informasi yang dikumpulkan.12

Berdasarkan pada konteks tersebut, maka peneliti menggunakan Teknik Pencatatan data, dengan mencatat data yang didapat dari hasil penelitian

12

(23)

dilapangan, dan menyaksikan kejadian tertentu, kemudian dilengkapi dan disempurnakan apabila sudah ketempat tinggal.atau ke wilayah yang dituju.

6. Teknik Analisis Data

Data yang telah dianalisis dengan cara direduksi. Dalam hal ini seluruh data yang diperoleh dari lapangan dikumpulkan kemudian diringkas dan dikelompokan menurut kategori yang diinginkan untuk mengidentifikasi aspek penting dari tema yang diteliti.

Reduksi membantu peneliti untuk memutuskan data yang dikumpulkan. Selanjutnya, bagaimana dan siapa sample selanjutnya apa metode analisa yang akan digunakan dan akhirnya dibuat sebuah kesimpulan. Tujuan terpenting dari reduksi data adalah untuk mengidentifikasi tema utama yang diteliti dengan memberikan kategori pada informasi yang telah dikumpulkan seperti yang dijelaskan Patton (lexy, 2002), dalam menganalisa data adalah dengan proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kealam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.13

Reduksi data membantu peneliti memutuskan data yang dikumpulkan selanjutnya, bagaimana dan siapa sample selanjutnya, dalam hal ini seperangkat hasil reduksi data juga perlu diorganisasikan kedalam suatu bentuk tertentu (disply data) sehingga terlihat sosoknya secara lebih utuh. Ia bias berbentuk sketsa, sinopsis atau bentuk-bentuk lain. Hal tersebut sangat diperlukan untuk mempermudah upaya pemaparan dan penegasan kesimpulan.14

13

Ibid. , h. 103 14

(24)

Dari rumusan tersebut diatas dapat kita menarik garis bahwa dalam menganalisa data memerlukan proses seperti, mengorganisasikan, mengatur, mengurutkan, mengelompokkan dan mengkategorikan data. Setelah data dianalisis, kemudian dirumuskan. Data yang didapat dari catatan lapangan (hasil wawancara terhadap Warga Binaan Desa Kutasirna), Penyelenggara (Lembaga Masyarakat Mandiri) dan Tutor (Pendamping) dan menyaksikan kejadian

tertentu), dan sebagainya. Dalam hal ini peneliti mengatur, mengurutkan serta mengelompokkan dan mengkategorikannya, setelah data dianalisis, kemudian dirumuskan dan disajikan.

7. Keabsahan Data

Teknik keabsahan data dalam peneliti ini memiliki kriteria : 1. Kredibilitas (derajat kepercayaan).

Kriteria ini menggunakan teknik trigulasi, yaitu teknik pemerikisaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, hal itu dapat dicapai dengan jalan:

a). Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara

b). Membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain.

(25)

2. Ketekunan atau Keajegan Pengamatan

Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari, kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci, maksudnya penulis hanya memusatkan dan mencari jawaban sesuai dengan rumusan masalah saja.

3. Kepastian

Kriteria kepastian ini dengan menggunakan teknik pemeriksaan audit kepastian. Auditor dalam hal adalah objektif atau tidak bergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapat dan penemuan seseorang. Dapatlah dikatakan bahwa pengalaman seseorang itu subjektif, sedangkan bila disepakati oleh beberapa orang barulah dapat dikatakan objektif.

8. Sumber Data

Dalam Penelitian ini penulis menggunakan sumber data yaitu: 1. Data Primer, terbagi menjadi dua sumber data yaitu:

a). Utama, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari partisipan penelitian, yaitu ‘Masyarakat Mandiri selaku agen of change.

b). Umum, yaitu data yang diperoleh dari Masyarakat atau Warga binaan yang bertemu langsung, misalnya ketika bertemu di

(26)

2. Data Skunder, yaitu data yang diperoleh dari catatan-catatan atau dokumen yang berkaitan dengan penelitian dari sumber yang terkait, catatan dan dokumen tersebut berupa kliping, harian umum, buletin dan lain sebagainya

9. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai Desember 2007 sampai Juli 2008 E. Kajian Pustaka

Pemberdayaan ekonomi sangat penting dalam proses pengembangan sumberdaya produktif, banyak kalangan teoritis yang membahas tentang pemberdayaan ekonomi ini, tentunya memiliki persamaan – persamaan dengan penulis lain, seperti :

Ahmad dengnjudul skripsi “Motivasi kerja pedagang dalam Pemanfaatan dana Program Pemberdayaan masyarakat kelurahan (PPMK) untuk peningkatan kesejahteraan ekonomi keluarga di Rw 01 Bintaro Jakarta Selatan” Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam. Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

Skripsi yang dibahas oleh Ahmad ini, membahas tentang motifasi kerja pedagang dalam meminjam dana PPMK, untuk peningkatan ekonomi keluarga dan pengaruh program pemberdayaan masyarakat kelurahan bagi pedagang dalam peningkatan kesejahteraan ekonomi keluarga.

(27)

yaitu dengan program Migran, maka dengan perbedaan program tersebut, akan memberikan perbedaan hasil penelitian.

F. Sistematika Penulisan

(28)

dari kesimpulan dan Saran). Untuk lebih mudah penerapannya, penulis menyusun sistematika penulisan skripsi sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari: Latar belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat penulisan, Metodologi Penelitian, Kajian Pustaka dan juga sistematika penulisan

Bab II : Landasan Teori terdiri dari, Pemberdayaan (Pemberdayaan Umum, Pemberdayaan Ekonomi, Indikator Keberdayaan, Tahapan-tahapan Pemberdayaan).

Bab III: Gambaran Umum terdiri dari Gambaran Umum ‘Masyarakat Mandiri (Latar belakang ‘Masyarakat Mandiri, Visi dan Misi, Tujuan, Struktur organisasi Lembaga Masyarakat Mandiri, Program kegiatan ‘Masyarakat Mandiri,Masyarakat Mandiri dan Desa Kuta Sirna), Program Migran (Pengertian Migran, Metode Penerapan Program Migran dan Implementasi Program Migran), Usaha Mikro sebagai proses Pemberdayaan, Gambaran Umum Desa Kutasirna.

(29)

Bab V : Penutup (terdiri dari kesimpulan dan Saran). DAFTAR PUSTAKA

(30)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pemberdayaan

Di dalam tinjauan teoretis ini, penulis telah mengkategorikan atau mengkelompokan teori–teori yang diungkapkan oleh para ahli tentang Pemberdayaan, ke dalam 2 kelompok, yaitu:

1. Pemberdayaan Umum

Istilah pemberdayaan adalah terjemah dari istilah asing yaitu

empowerment. Secara leksikal, pemberdayaan berarti penguatan sedangkan secara teknisi istilah pemberdayaan dapat disamakan atau setidaknya diserupakan dengan istilah pengembangan dan istilah ini dalam batasan–batasan tertentu dapat dipertukarkan.15

Menurut T. Hani Handoko, pemberdayaan adalah suatu usaha jangka panjang untuk memperbaiki proses pemecahan masalah dan melakukan pembaharuan.16

Pemberdayaan dapat juga diartikan sebagai perubahan ke arah yang lebih baik dari tidak berdaya menjadi berdaya. Pemberdayaan terkait dengan upaya meningkatkan taraf hidup ke tingkat yang lebih baik.17

15

Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Syafe’I, Pengembangan Masyarakat: Dari Ideologi Strategi sampai Tradisi. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001) h.41

16

T. Hani Handoko, Manajemen, edisi II, (Yogyakarta, 1997) cet. Ke-XI, h. 337 17

(31)

Pemberdayaan bisa di artikan juga sebagai suatu proses yang relatif terus berjalan untuk meningkatkan kepada perubahan. Pemberdayaan bisa di sebut juga sebagai pengembangan.18

2. Pemberdayaan Ekonomi

Menurut Shardlow seperti yang dikutip oleh Isbandi Rukminto Adi bahwa berbagai pengertian yang ada, mengenai pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka.19 Meskipun demikian target dan tujuan pemberdayaan itu sendiri berbeda sesuai dengan bidang pembangunan yang digarap. Tujuan bidang pemberdayaan ekonomi belum tentu sama dengan tujuan pemberdayaan di bidang pendidikan ataupun dibidang sosial. Misalnya saja, tujuan pemberdayaan bidang ekonomi adalah agar kelompok sasaran dapat mengelola usahanya, kemudian memasarkan dan membentuk siklus pemasaran yang relatif stabil, sedangkan pada bidang pendidikan adalah agar kelompok sasaran menggali berbagai potensi yang ada dalam dirinya dan memanfaatkan potensi yang dimiliki dan untuk mengatasi masalah yang ia hadapi.20

Kesejahteraan dalam bidang Ekonomi adalah sistem aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa. Kata "ekonomi" sendiri berasal dari kata Yunani (oikos) yang berarti

18

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2001) , cet ke-1, h.32-33

19

Rukmint Adi , "Psikologi Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial: Dasar – Dasar Pemikiran", h.115

20

(32)

"keluarga, rumah tangga" dan (nomos), atau "peraturan, aturan, hukum," dan secara garis besar diartikan sebagai "aturan rumah tangga" atau "manajemen rumah tangga.".21

Setelah melihat berbagai pendapat dari para ahli mengenai pemberdayaan, baik pemberdayaan Secara Umum ataupun pemberdayaan Secara Ekonomi Penulis dalam skripsi yang disusun ini mengambil satu kesimpulan pendapat, yang mengungkapkan bahwa pengertian Pemberdayaan dalam bidang Ekonomi, adalah agar kelompok sasaran dapat mengelola usahanya lalu kemudian memasarkan dan membentuk siklus pemasaran yang relatif stabil.22

Penulis mengambil satu kesimpulan ini, karena teori ysng diungkapkan sesuai dengan tema skripsi yang sedang penulis garap, dan merupakan suatu motivasi kepada masyarakat, dengan tujuan masyarakat dapat membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah yang lebih baik secara Perekonomian yang berkesinambungan .

B. Indikator Keberdayaan

Menurut Parsons (dalam Edi Suharto, 2005) mengajukan tiga dimensi Pemberdayaan yang merujuk pada:

a. Sebuah Proses Pembangunan yang bermula dari pertumbuhan individual yang kemudian berkembang menjadi sebuah perubahan social yang lebih besar.

b. Sebuah keadaan psikologi yang ditandai oleh rasa percaya diri, berguna

21 http://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi 22

Isbandi Rukminto Adi, "Psikologi Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial: Dasar – dasar Pemikiran",, h.116

(33)

dan mampu mengendalikan diri dan orang lain.

c. Pembebasan yang dihasilkan dari sebuah gerakan sosial, yang dimulai dari pendidikan dan politisasi orang – orang lemah dan kemudian melibatkan upaya – upaya kolektif dari orang – orang lemah tersebut untuk memperoleh kekuasaan dan mengubah struktur – struktur yang masih menekan.23

Untuk mengetahui fokus dan tujuan pemberdayaan secara oprasional, maka perlu diketahui berbagai indikator keberdayaan yang dapat menunjukan seseorang berdaya atau tidak.24

C. Tahapan – tahapan Pemberdayaan

Adapun upaya untuk pemberdayaan masyarakat terdiri dari tiga tahapan yaitu:

a. Menciptakan suasana iklim yang memungkinkan potensi masyarakat itu berkembang. Titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia dan masyarakat memiliki potensi (daya) yang dapat di kembangkan.

b. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat, dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif dan nyata, serta pembukaan akses kepada berbagai peluang yang akan membuat masyarakat menjadi semakin berdaya dalam memanfaatkan peluang.

23

Edi Suharto, Membengun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung; Refika Aditama, 2005), h. 63

24

(34)

c. Memberdayakan juga mengandung arti menanggulangi. .25

Sedangkan tujuan pemberdayaan masyarakat itu adalah mendirikan masyarakat atau membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah yang lebih baik secara berkesinambungan. Oleh karenanya, pemberdayaan masyarakat atau pengembangan masyarakat adalah upaya memperluas horizon pilihan bagi masyarakat. Ini berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya.26 Untuk itu setiap upaya pemberdayaan masyarakat harus diarahkan untuk peningkatan martabat manusia sehingga menjadi masyarakat maju dalam berbagai aspek. Proses pemberdayaan masyarakat pada akhirnya akan berjuang pada penyediaan sebuah ruang bagi masyarakat untuk mengadakan pilihan-pilihan.

Sedangkan menurut Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Syafe’I yang dikutip oleh Syamsudin RS, ada tiga tahapan dalam pemberdayaan, yaitu:

1. Pemberdayaan pada mata ruhaniyah, dalam hal ini terjadi degradasi moral atau pergeseran nilai masyarakat Islam yang sangat mengguncang kesadaran Islam. Oleh karena itu, pemberdayaan jiwa dan akhlak harus lebih ditingkatkan.

2. Pemberdayaan intelektual, yang pada saat ini dapat disaksikan betapa umat Islam Indonesia sudah jauh tertinggal dalam kemajuanan penguasaan teknologi, untuk itu diperlukan berbagai upaya pemberdayaan intelektual sebagai perjuangan besar (jihad).

25

Gunawan Sumodiningrat, Pengembangan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat, (Jakarta, PT. Bina Rena Pariwara), cet. 2, h. 165

26

(35)

3. Pemberdayaan ekonomi, masalah kemiskinan menjadi demikian identik dengan masyarakat Islam Indonesia. Pemecahannya adalah tanggung jawab masyarakat Islam sendiri. Seorang putra Islam dalam generasi Qur’ani awal terbaik, Sayyidina Ali menyatakan ”sekiranya

kefakiran itu berwujud manusia, sungguh aku akan membunuhnya. Untuk dapat keluar dari himpitan situasi ekonomi seperti sekarang ini, di samping penguasaan terhadap life skill atau keahlian hidup, keterampilan berwirausaha pun dibutuhkan juga dalam pengembangan dan pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang selama ini tidak pernah dilirik, bahkan keberadaannnya sering dipandang merepotkan pembangunan.27

Sedangkan tujuan pemberdayaan masyarakat itu adalah mendirikan masyarakat atau membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah yang lebih baik secara berkesinambungan. Oleh karenanya pemberdayaan masyarakat atau pengembangan masyarakat adalah upaya memperluas horizon pilihan bagi masyarakat. Ini berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya.28 Untuk itu setiap upaya pemberdayaan masyarakat harus diarahkan untuk peningkatan martabat manusia sehingga menjadi masyarakat maju dalam berbagai aspek. Proses pemberdayaan

27

Syamsudin RS, Dasar-dasar Pengembangan Masyarakat Islam Dalam Da’wah Islam, (Bandung: KP. HADID,1999), h. 28.

28

(36)

masyarakat pada akhirnya akan berjuang pada penyediaan sebuah ruang bagi masyarakat untuk mengadakan pilihan-pilihan.29

29

(37)

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa Republika 1. Sejarah Berdirinya

Masyarakat Mandiri (MM) adalah sebuah lembaga nirlaba yang bergerak dalam pemberdayaan masyarakat miskin di pedesaan dan perkotaan. Kelahirannya dibidani oleh Dompet Dhuafa Republika pada tahun 2000. Sejak bulan Juli 2005, MM resmi menjadi lembaga otonom dengan memperkuat visi dan misi sebagai wahana pemberdayaan berbagai komunitas dhuafa atau yang terpinggirkan, sehingga mereka mencapai kemandirian.

Kondisi kemiskinan menyebabkan kaum dhuafa atau miskin tak dapat memenuhi kebutuhan dasar secara layak, seperti makanan, kesehatan, perumahan dan pekerjaan. Dalam banyak hal, orang miskin dipaksa untuk hidup dalam situasi tidak manusiawi. Harkat dan martabat sebagai manusia terabaikan, acapkali mendapat perlakuan yang tidak adil dari pihak lain. Keterbatasan informasi membuat orang miskin tidak tahu hak-haknya. Jikapun tahu hak-haknya, mereka tak memiliki posisi tawar untuk menuntut hak-haknya yang telah dilanggar. Kemiskinan juga berpotensi menjebak kaum dhuafa pada berbagai problema sosial.

(38)

masyarakat. Proses pemberdayaan masyarakat bertitik tolak untuk memandirikan masyarakat agar meningkatkan taraf hidupnya, mengoptimalkan dengan sebaik mungkin sumberdaya alam dan manusia setempat. Maka, di sinilah upaya pendampingan intensif menjadi salah satu pilihan bijak untuk menjalankan proses transformasi kesadaran komunitas untuk berubah dengan sumber daya yang mereka miliki.

2. Tujuan (objectives)

a. Tercapainya kemandirian material komunitas sasaran. Yaitu tercapainya kemampuan produktif guna memenuhi kebutuhan hidup dasar (basic needs), serta cadangan dan mekanisme untuk bertahan dalam kondisi krisis.

b.Tercapainya kemandirian intelektual komunitas sasaran. Yaitu

terbentuknya kemandirian berpikir, bersikap serta berkesadaran kritis. c.Tercapainya kemandirian manajemen komunitas sasaran. Yaitu

kemampuan komunitas dalam mengelola aksi kolektif untuk 3. Visi dan Misi

a. Visi

Tumbuhnya komunitas-komunitas yang berdaya dan berkemampuan untuk meningkatkan kualitas kehidupannya, secara mandiri dan berkesinambungan.

b. Misi

. -. Memfasilitasi penyadaran komunitas dalam membangun diri dan lingkungan ke arah kehidupan yang lebih berkualitas.

(39)

-. Memfasilitasi terjadinya sinergi peran lintas pelaku (multistakeholder)

untuk keberlanjutan sistem mata penghidupan (livelihood system)

komunitas.

4. Struktur Organisasi Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa Republika Direktur : Nana Mintarti

Volunter : Untung Y. Suropati (comdev) A.R. Kurniadi (comdev) Selvy Arifin (alih bahasa) Achsan Abidin (fotografer)

General Support : Wasi\'ah R. Mahary Team : Sutisna Ahmad Anwar Syam

Program Manager : Tektano Grandyanto Dwi Satrio Team : Ponco Nugroho

Munipah Saharti

Peggy Ma’lufatul Badriyah Rano Karno

(40)

Sadar

Stivani Dwi Gunanti

Ahsin Aligori Rofi’ah Marketing Manager &

Communication Team : A. Robi

Hery D. Kurniawan (penulis)

5. Program Kegiatan Masyarakat Mandiri a. Urban

Program ini dilakukan pada masyarakat di Perkotaan, yang bergerak dalam macam – macam Usaha.

b. Rulal

Program ini dikerjakan pada Masyarakat Pedesaan, yang bertujuan untuk meningkatkan taraf ekonomi Desa tertinggal.

c. Migran

Program Migran ialah, suatu Program Pemberdayaan yang diberikan kepada para Pekerja atau Mantan (eks) Migran dalam mengelola hasil pendapatan.

d. Claster

Program ini terpaku dan terfokus pada satu ekonomi lokal, dengan menyesuaikan SDM dan SDA yang ada.30

30

(41)

B. Masyarakat Mandiri dan Desa Kutasirna

Di dalam skripsi ini penulis akan mengupas. Alasan Lembaga Masyarakat Mandiri berada di Desa Kutasirna, dan berapa lama Masyarakat Mandiri berada di Desa Kutasirna, dengan mewawancarai Pendamping yang khusus bertugas di Desa kutasirna sebagai dampingan kepada Masyarakat anggota Mitra.

Program Migran di creat untuk memberdayakan golongan masyarakat migran dan masyarakat ex (mantan) migran (keluarganya), penempatan wilayah kampung migrant ini, berdasarkan rekomendasi dari dinas terkait, beserta hasil survey, maka dinyatakan bahwa di desa Kutasirna ini adalah salah satu wilayah kantong migrant, yang berada di sukabumi.

Program Migran ini dimulai pada Februari 2006, dan mulai berjalan dilapangan itu sekitar bulan Mei 2006, dan.mulai pembiyayan itu sekitar bulan juni 2006.31

Dari keterangan di atas, bahwa kedatangan MM ke Desa Kuta Sirna karena berdasarkan Rekomendasi dari dinas yang terkait, yang berdasarkan survei, dinyatakan Desa Kutasirna Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi termasuk dalam wilayah kantong Migran.

Program Migran telah berjalan kurang lebiih sekitar 2 tahun berjalan, inimerupakan perjuangan yang tidak mudah, dalam melangsungkan Proses Pemberdayaan, agar terciptanya masyarakat yang sejahtera dan memiliki peningkatan usaha pruktif yang dilakukan.

31

(42)

C. Program Migran 1. Pengertian Migran

Migran ialah, orang atau hewan yang melakukan migrasi dari satu tempat ketempat lainnya yang dilakukan pada musim–musim tertentu.32atau suatu Program Pemberdayaan yang diberikan kepada para Pekerja atau Mantan Pekerja Migran dalam mengelola hasil pendapatan.33

2. Metode Penerapan Program Migran A. Sosialisasi

Salah satu bagian aktivitas terpenting Masyarakat Mandiri (MM) adalah melakukan mobilisasi pendamping mandiri (PM) ke lokasi yang akan didampingi Pendamping, mulai tinggal bersama masyarakat sebagai awal menjalin kedekatan bersama komponen masyarakat, kemudian PM mulai menggali lebih dalam data potensi Desa yang meliputi Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia calon sasaran, hingga kelompok mandiri terbentuk.

1. Bentuk Sosialisasi

a). Sarasehan Kelompok

b). Lokakarya Orientasi (workshop) 2. Pembentukan Kelompok Mandiri (KM)

Setelah proses sosialisasi dilewati oleh pendamping dengan baik, maka tahap berikutnya pendamping akan membentuk yang dinamakan kelompok mandiri.

32

. Y. Istiono Wahyu, kamus Popular Bahasa Indonesia, PT. Karisma 33

(43)

a). Batasan kelompok mandiri

• Secara umum golongan termiskin, Lembaga Masyarakat Mandiri saat ini menggunakan nilai Rp. 2 dollar per-hari, karena perbedaan lokasi secara umum standar penghasilan orang miskin rata – rata dibawah Rp. 25.000/hari sedang diwilayah pedesaan orang miskin mempunyai penghasilan dibawah Rp. 20.000,-

Adapun proses rekrutmen, untuk menjadi anggota kelompok, dapat di simak sebagai berikut:

b). Tahapan Proses I

• Tujuan SKM untuk mengetahui apakah calon pemetik manfaat layak atau tidak menjadi anggota kelompok.

c). Tahapan Proses II

• Adalah proses pencarian pemahaman dan motivasi tentang program kepada calon mitra yang telah bergabung dalam kelompok

d). Tahapan Proses 111

• Sebelum ujian yang dilakukan oleh petugas yang ditunjuk oleh coordinator program, maka petugas harus memastikan pengecekan kelengkapan data SKM & laporan lisan dan tulisan LWK.

e). Tahapan Proses IV

(44)

3. Disiplin Pembiayaan (DP)

Disiplin Pembiayaan merupakan disiplin /peraturan yang dirancang

khusus agar perputaran dan pemamfaatan dana pembiayaan dapat berlangsung baik dan bermanfaat, dan bertujuan, agar mitra dapat mengembalikan pinjaman dengan sempurna.

a). Perinsip Layanan Pembiayaan

• Layanan Langsung ke Masyarakat b). Tahapan Pembiayaan

• Yang berhak mengajukan pembiayaan adalah mitra/ KM A. Proses Pengajuan

a). Tahapan Proses I

• Pengajuan SKIM penyaluran dengan akad jual beli dari mitra, melalui kelompok mandiri

b). Tahapan Proses II

• SPP SKIM mitra dibahas melalui rapat induk/ rembug oleh komite 1 yang terdiri dari ketua KM, Bendahara KM

c). Tahapan Proses III

• SPP SKIM yang disetujui ditingkat komite 1, direkap oleh PM untuk diserahkan kepada coordinator program

d). Tahapan proses IV

(45)

B. Proses Angsuran a). Tahapan proses I

• Mitra menyetor angsuran kepada KM perminggu dengan mengisi slip setoran rangkap 4

b). Tahapan Proses II

• Bendahara KM menyetor AMW para mitra ke PM pada pertemuan rembug mitra (RM) 2 mingguan

c). Tahapan Proses III

• PM menyetor AMW dari setiap KM ke Rek. Program perwilayah dilembaga keuangan syariah terdekat.

4. Jenis Dana Mitra

A. Angsuran Mitra Wajib (AMW)

Adalah angsuran yang dibayarkan oleh mitra sebagai angsuran pembiayaan.

a). Infaq Induk Mingguan (IIM)

• Adalah tabungan yang dilakukan oleh mitra dalam satu Rembug/ INDUK yang besarnya iuran ditentukan berdasarkan kesepakatan mitra pada rapat Rembug/ INDUK.

b). Tabungan Mitra (TAMI) • Adalah tabungan Mitra

(46)

3. Implementasi Program Migran

Dari Implementasi program Migran, ada 7 yang menjadi hasil Implementasi Program Migran, diantaranya:

1. Pendekatan pembentukan kelompok, yaitu kelompok yang terbentuk atau ini siatif masyarakat mandiri yang beranggotakan masyarakat eks (mantan) dan keluarga TKI yang tujuannya agar memecahkan masalah yang dihadapi, diharapkan dengan kebersamaan terjadi penyatuan potensi dan saling memperkuat dalam proses ini, berbagai keterbukaan disinergikan untuk mencapai hasil yang lebih baik, dalam hal ini kelompok yang dibentuk didasarkan pada kebutuhan masyarakat.

2. Pembiayaan usaha mikro berbagai kelompok, dengan aturan disiplin pinjaman dan disiplin kelompok, di antara penjelasannya, di bawah ini :

a). Disiplin kelompok adalah, rangkaian mekanisme untuk mengatur jalannya aktifitas kelompok dalam mencapai tujuan yang diharapkan, tujuannnya untuk memberikan acuan dalam membentuk prilaku mitra kea rah yang lebih positif (disiplin, amanah, bertanggung jawab, ulet) serta untuk memudahkan pendampingn dan pengawasan kelompok sasaran.

(47)

3. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia (meliput berbagai keterampilan, dan pelatihan mengelola kelompok, keterampilan produksi, keterampilan pengelolaan usaha, dll)

4. Pengembangan kelembagaan komunitas (meliputi mekanisme organisasi, kepengurusan dan administrasi dll), yaitu upaya mengembangkan suatu kelembagaan yang berbasis sosial dan moral, serta aktif menampung kebutuhan serta aspirasi warga komunitas lapisan bawah, kelembagaan ini tumbuh dan kelompok yang telah didampingi dan merupakan bentuk pengembanmgan lebih lanjut, yaitu pengorganisasian kelompok.

5. Pemupukan modal swadaya, dengan membangun sistem tabungan, mekanisme dana bergulir, serta menghubungkan lembaga komunitas dengan lembaga keuangan setempat, untuk mendapatkan manfaat bagi pemupukan modal lebih lanjut.

6. Pembangunan jaringan/ sinergi menjalin kerjasama lintas pelaku (multi stekholders) dengan pemerintah daerah, dunia usaha, lembaga keuangan dan organisasi, masyarakat sipil lainnya (LSM )

7. Pengembangan informasi dan teknologi tepat guna, yang sesuai dengan kebutuhan kelompok

D. Usaha Mikro sebagai Proses Pemberdayaan

(48)

usaha informal yang tidak berbadan hukum, dimiliki dan dikelola oleh perorangan. Kurang lebih 66%, berada di Pulau Jawa dan Bali.34

Sebagai dari perekonomian, Usaha Mikro ikut berperan dalam pengembangan demokrasi, masyarakat bisnis berkepentingan dengan globalisasi yang bersumber dari perluasan mekanisme pasar dan kemajuan teknologi yang memperluas arus demokrasi, dalam konteks Demokrasi ekonomi, kita akan melihat bahwa kalangan bisnis pun tidak bisa mengelak dari tuntutan demokrasi, berdasarkan demokrasi ekonomi, para pekerja dan konsumen mendapat kesempatan untuk mengontrol produksi dan investasi yang dilakukan otoritas bisnis.35

Salah satu upaya strategis dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memperkuat dasar kehidupan perekonomian dari sebagian terbesar rakyat Indonesia adalah melalui pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Ini mengingat besarnya potensi UMKM yang ditunjukkan oleh keberadaannya sebesar 44,7 juta unit usaha pada tahun 2005 (angka sangat sementara) dengan kegiatan usaha yang mencakup hampir semua lapangan usaha, serta tersebar di seluruh tanah air. Pemberdayaan UMKM akan mendukung peningkatan produktivitas, penyediaan lapangan kerja yang lebih luas, dan peningkatan pendapatan bagi masyarakat miskin.36

Usaha Mikro berbasis Kemitraan, merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan daya saing Nasional serta dalam rangka membangun pondasi

34

. Danamon Simpan Pinjam-Self Employed Mass Market, diakses pada tanggal 20 November 2007

35

Ronald Nangol, “pemberdayaan Di era ekonomi pengetahuan”,Grasindo. Jakarta. 36

(49)

bersama dalam bidang ekonomi. Hal ini sejalan dengan arahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dalam pidato sambutan pada saat pencanangan Tahun keuangan Mikro Indonesia tahun 2005, bahwa pertumbuhan UKM yang sehat dan tangguh dipengaruhi lima faktor, yaitu: 1) Sumber Daya Manusia, 2) permodalan, 3) manajemen, 4) pemasaran, dan 5) kemitraan.37 Dapat dikatakan bahwa sudah sejak pemerintahan Orde Baru hinggga sekarang, perkembangan usaha kecil (UK) di Indonesia mendapat perhatian yang besar, baik dari Pemerintah maupun kalangan masyarakat luas. Hal ini dapat di pahami karena kenyataan selama ini menunjukkan bahwa UK memberikan kontribusi yang sangat penting bagi Perekonomian Indonesia, terutama dalam hal kesempatan kerja atau Sumber Pendapatan dan juga memiliki potensi yang besar sebagai salah satu motor penggerak pertumbuhan ekspor Non-migas, khususnya manufaktur, dan perkembangan industri - industri pendukung.

Besarnya perhatian dari Pemerintah Indonesia selama ini terhadap keberadaan UK di dalam Negeri dapat di lihat dari sudah banyaknya Program Pemerintah, baik yang dibiayai oleh APBN maupun dengan bantuan dari Negara -Negara atau lembaga - lembaga donor, seperti Asian Development Bank (ADB) dan Bank Dunia, yang bertujuan untuk membantu perkembangan UK. Sedangkan dari sisi Masyarakat, besarnya perhatian terhadap UK tercermin dari banyaknya kegiatan pembinaan, pelatihan, dan pendampingan dari LSM, dan penelitian yang dilakukan oleh banyak perguruan tinggi dan lembaga penelitian swasta.38

37

Ikhwan Asrin, SE, Msi.”Pemberdayaan KUKM Berbasis Kemitraan”. Jurnal KUKM Edisi September 2007. hal 16

38

(50)

E. Gambaran Umum Wilayah Desa Kutasirna Sukabumi 1. Geografi

Kondisi Wilayah Desa Kutasirna berada pada luas Tanah 150.035 ha. Kecamatan Cisaat. Kabupaten Sukabumi. Propinsi Jawa Barat, berada di Ibu Kota Kecamatan, jarak ke Ibu Kota kecamatan terdekat 6 km, dengan lama tempuh ke Ibu Kota kecamatan terdekat ¼ jam, jarak ke Ibu Kota Kabupaten terdekat 2 jam. Suhu rata–rata harian 27–30 C, dengan tinggi tempat 500–700 mdl, dengan benteng wilayah Datar.

Terdiri dari tanah sawah ½ teknis 44.680 ha, sawah tandah hujan 66.495 ha, lain–lain 111.175 ha, luas kering Tegal /Ladang 20.560 ha, dengan pemukiman 5.550 ha. Luas Tanah fasilitas umum Kas Desa 1.175 ha, dengan Perkantoran Pemerintah 0.040 ha, dan lainnya 11.535 ha.

Kelembagaan Desa/Kelurahan, yaitu lingkungan Dusun 3 buah. Rukun Warga (RW) terdiri dari 6 buah. Rukun Tangga (RT) terdiri dari 18 buah. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) terdoro dari 1 buah, kantor Desa / Kelurahan terdiri dari 1 buah, dan jumlah tempat tinggal penduduk sebanyak 954 buah, sarana jalan desa 5 km.39

39

(51)

Tabel 1.

Luas Tanah Desa / Kelurahan

Jarak ke Ibu Kota kecamatan terdekat Lama tempuh ke ibu kota kecamatan terdekat

Jarak ke Ibu Kota terdekat

Lama tempuh ke Ibu Kota kab terdekat Suhu rata – rata harian

Tinggi tempat

Luas tanah sawah ½ teknis Sawah lading hujan

Luas tanah kering Luas tanah pemukiman Luas tanah fasilitas Kas Desa Luas perkantoran Pemerintah Lembaga Dusun

Rukun Warga (RW) Rukun Tangga (RT)

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Kantor Desa / Kelurahan

Jumlah Tempat Tinggal Penduduk Jarak Desa

(52)

Tabel 2.

Usaha warung makan / Rumah makan Industri Kerajinan

Warung Kelentong Angkutan Transportasi

Pedagang Pengumpul / Tengkulak

1 buah

Data Monografi Desa Kutasirna 2006 – 2007 (diolah)

3. Pendidikan

Sarana Pendidikan di Desa Kutasirna, terdiri dari Taman Kanak – kanak (TK) 1 unit, jumlah murid (TK) 42 Orang, jumlah Tenaga Pengajar (TK) 3 orang dan Prasarana Fisik 1 unit. Sekolah Dasar Negeri (SDN) / sederajatnya berjumlah 2 unit, jumlah murid (SDN) sebanyak 449 orang, jumlah pengajar (SDN) 18 orang, dan Prasarana fisik 2 unit. Sekolah SLTP / paket B berjumlah 1 unit, jumlah murid 68 orang , jumlah Pengajar SLTP 8orang dan Prasarana fisik 1 unit, jumlah Lembaga – lembaga pendidikan keagamaan 7 unit, jumlah Peserta didik 276 orang, jumlah Pengajar 15 orang dan Prasarana fisik 5 unit.

(53)

Tabel 3.

b. Jumlah Pengajar c. Jumlah Prasarana Fisik Sekolah Dasar Negeri (SDN) a. Jumlah Murid

b. Jumlah Pengajar

c. Jumlah Prasarana Fisik Sekolah SLTP / Sederajatnya a. Jumlah Murid

b. Jumlah Pengajar c. Jumlah Prasarana Fisik

Jumlah Lembaga Pendidikan Keagamaan a. Jumlah Murid

b. Jumlah Pengajar c. Jumlah Prasarana Fisik

Jumlah Penduduk menurut tingkat Pendidikan

a. Warga yang tidak tamat sekolah b. Warga yang berpendidikan SD c. Warga yang berpendidikan SLTP d. Warga yang berpendidikan SLTA e. Jumlah warga tamat tingkat D-1 f. Jumlah warga tamat tingkat D-2 g. Jumlah warga tamat tingkat D-3 h. Jumlah warga tamat tingkat S-1 Data Monografi Desa Kutasirna 2006 – 2007 (diolah)

4. Kesehatan

(54)

Tabel 4.

No Nama Sub Jumlah

1. 2. 3.

Puskesmas Pembantu Posyandu

Tenaga Kesehatan a. Dukun Bayi b. Bidan

1 unit 7 unit a. 3 orang b. 1 orang

(55)

BAB IV ANALISIS

PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO MELALUI PROGRAM MIGRAN MASYARAKAT MANDIRI DI DESA KUTASIRNA

SUKABUMI – JAWA BARAT

Sebagaimana menurut teori dalam bukunya, Isbandi Adi Rukminto

Psikologi Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial, tentang proses Pemberdayaan Masyarakat yang salah satunya adalah Pemberdayaan dalam bidang ekonomi, agar kelompok sasaran dapat mengelola usahanya, kemudian memasarkan dan membentuk siklus pemasaran yang relatif stabil.

Dalam hal ini penulis telah membuat pengkategorian beserta indikator/ ukuran kedalam 3 kategori, dalam hal keberhasilan program yang dicapai, sesuai kebutuhan diatas, diantaranya :

A. Pemberdayaan Usaha Mikro

1. Penghasilan Pendapatan (income)

2. Peningkatan Kemampuan untuk Usaha B. Gambaran Umum Responden

1. Umur

2. Kelamin atau Gender

3. Jenis Usaha

a). Jenis Usaha Mitra

(56)

C. Ekonomi Usaha Mikro

1. Kesejahteraan

2. Pengelolaan Pendapatan

Itulah kategori yang penulis pemaparkan, dan dibawah ini adalah penjelasan yang dideskripsikan menurut tabel dan keterangan, yang sesuai dengan kategori diatas.

A. Pemberdayaan Usaha Mikro

Upaya Pemberdayaan Sosial Masyarkat, pada dasarnya merupakan suatu upaya Pemberdayaan kepada masyarakat, bagi seorang pelaku perubahan, hal yang dilakukan terhadap klien mereka (baik pada tingkat individual, kelauarga, kelomok ataupun komunitas) adalah upaya memberdayakan (mengembangkan klien /mitra dari keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi berdaya) guna mencapai kehidupan yang lebih baik.

Dalam hal ini penulis membuat indikator/ ukuran keberhasilan sesuai kebutuhan diatas.

1. Penghasilan Pendapatan (income)

Penghasilan Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima dari usaha dan aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk atau jasa kepada pelanggan. Bagi investor, pendapatan kurang penting dibanding keuntungan, yang merupakan jumlah uang yang diterima setelah dikurangi pengeluaran.40

40

(57)

Berikut ini kutipan wawancara Penulis dengan Beberapa anggota Mitra, diantaranya dengan Bpk Aop, yang bekerja sebagai Tani Sayuran Sawi dan Budidaya Ikan Koi, dan berpenghasilan Per-2 minggu dari Ternak Ikan sebesar Rp.150.000 dan dari usaha Tani Sayuran Rp.300.000 per-bulan.

“Alhamdulillah kalau…..peningkatan mah ada aja…..peningkatan kalau dari turun itunya dari harganya doang….. kalau itumah turunnya…begitu….”

Berikut ini hasil pemaparan dari Bpk Iboh, yang bekerja sebagai Budidaya Ikan Koi dan Petani Sayuran Sawi, yang memiliki penghasilan Per-2 minggu dari Ternak Ikan Rp. 700.000 dan dari Tani Sayuran Rp. 180.000 per-bulan.

“kalau dari…..Sayurmah…..alhamdulillah dari sayurmah gitu…..dari ikan mah….dari ikan mah….tibang pas-pasan dari sekarang aja…ayalah …..1000, 2000 mah gitu….”

Berikut ini hasil pemaparan dari Bpk Abas, yang bekerja sebagai Budidaya Ikan Koi dan Petani Sayuran Sawi, yang memiliki penghasilan Per-2 minggu dari Ternak Ikan Rp. 1.000.000 dan dari Tani Sayuran Rp. 300.000 per-bulan.

“Ya….dari soal penjaga …….kumaha ……..dari soal ikan kalau aja…..lagi…….bagus….gitu…….eng….nya….ada

meren….kalau…..lagi…..nggak…..ada…..mah gitu….diem we kitu…..he…..he….he….”

Berikut ini hasil pemaparan dari Bpk Ece Saepuddin, yang bekerja sebagai Budidaya Ikan Nila dan Petani Sayuran Sawi, yang memiliki penghasilan Per-2 minggu dari Ternak Ikan Rp. 120.000 dan dari Tani Sayuran Rp. 1.000.000 per-4 bulan.

(58)

Berikut ini hasil pemaparan dari Bpk Ejen, yang bekerja sebagai Budidaya Ikan Koi dan Petani Sayuran Sawi, yang memiliki penghasilan Per-2 minggu dari Ternak Ikan Rp. 150.000

“Yah….kalau …20 % mah….ada gitu….”

Berikut ini hasil pemaparan dari Ibu Aan Yansah, yang bekerja sebagai pemilik Warung Sembako dan Penjahit Pakaian, yang memiliki penghasilan Per-bulan dari Warung Sembako.Rp. 300.000 dari setiap keuntungan, dan sebagai Penjahit Pakaian Rp.10.000 per-order

“Apa atuh…..kalau sekarangmah…..kalau ada order menjahit……”

Berikut ini hasil pemaparan dari Ibu Daria, yang bekerja sebagai Budidaya Ikan Koi, yang memiliki penghasilan Per-2 minggu dari Ternak Ikan Rp. 150.000

“Jadi nggak ada peningkatan…..udah 2 tahun merena kitu……diganti gitu lagi……ganti gitu lagi……..kemaren juga gitu…….”

Berikut ini hasil pemaparan dari Bpk Enjang, yang bekerja sebagai Budidaya Ikan Koi dan Pandai Besi, yang memiliki penghasilan Per-2 minggu dari Ternak Ikan Rp. 400.000 dan dari Pandai Besi Rp. 120.000 per-Garpu.

“Ada peningkatan mah……….ada aja…….”

Berikut ini hasil pemaparan dari Ibu Lia, yang bekerja sebagai Budidaya Ikan Koi yang memiliki penghasilan Per-2 minggu dari Ternak Ikan Rp. 150.000

“Gimana ikannya…….gitu……..upami ada untungnya bagus………kalau banyak bagus……..”

(59)

“Nya …..gitu….itu….saingan dari ojegmah……dari bangunan kalau ada……kalau nggak ada mah gini aja……”

Berikut ini hasil pemaparan dari Ibu Yani, yang bekerja sebagai Budidaya Ikan Nila dan Pembuat layang - layang, yang memiliki penghasilan Per-2 minggu dari Ternak Ikan Rp. 200.000 dan dari Pembuatan layang – layang Rp. 200.000

“Iya …..kalau dari ….ini mah…..Nya kalau Jaman sekarang mah…….jadi seimbang anatara Pendapatan dan Pengeluaran dan dari Pengaturannya aja besar….”

Berikut ini hasil pemaparan dari Ibu Imas, yang bekerja sebagai Pemilik Warung Sembako, yang memiliki penghasilan Per-hari dari Warung Sembako Rp. 200.000

“Alhamdulillah…….penghasilanmah…..ada aja……Cuma….sebanding sekarangmah…….jeng pengeluarannya…….”

Berikut ini hasil pemaparan dari Ibu Nining, yang bekerja sebagai Budidaya Ikan Koi, yang memiliki penghasilan Per-2 minggu dari Ternak Ikan Rp. 200.000.

“ Kalau bagus……..ada……….Iya ada aja……..”

Berikut ini hasil pemaparan dari Ibu Adah, yang bekerja sebagai Budidaya Ikan Koi dan Pandai Besi, yang memiliki penghasilan Per-2 minggu dari Ternak Ikan Rp. 100.000 dan dari Pandai Besi Rp. 120.000 per-garpu (order)

“Ada…..iya……dari garpu……..kalau ikanmah………gimana kalau dari musim panasnya………kalau hujanmah Alhamdulillah”

(60)

“Ya….ada….sih ada……sesuai dengan pengeluaran…..kalau sayamah….keluarganya……belum banyak…penghasilan…..seimbanglah antara ………penghasilan …jeung ……pengeluaran…”

Berikut ini hasil pemaparan dari Bpk Surya, yang bekerja sebagai Budidaya Ikan Koi dan Petani Sayuran, yang memiliki penghasilan Per-2 minggu dari Ternak Ikan Rp. 160.000 dan dari Tani Sayuran Rp. 50.000 per-bulan.

“Kalau tani mah……gimana dari ininya……….harga perkiraanmah…….harga lagi murah modal gede jadi rugi we……..nya kalau lagi mahalmah……….alahamdulillah untung……..”

Berikut ini hasil pemaparan dari Bpk Nu’man, yang bekerja sebagai Buruh Penjahit dan warung sembako, yang memiliki penghasilan Per-bulan dari Buruh Penjahit Rp. 300.000 dan dari Warung sembako Rp. 20.000 per-hari (dari keuntungan)

“Ah…..tibang cukup………dari penghasilanmah…….”.

Berikut ini hasil pemaparan dari Ibu Enni, yang bekerja sebagai Petani Padi, yang memiliki penghasilan Per-4 bulan dari Tani Rp. 300.000 (dari keuntungan)

“Pendapatanmah……kadang ada….kadang nggak ada…”

Berikut ini hasil pemaparan dari Ibu Erni Eriyawati, yang bekerja sebagai pembudi daya Ikan, yang memiliki penghasilan Per-2 minggu dari pekerjaanya Rp. 50.000.

“Penghasilanmah ada saja..”

Berikut ini hasil pemaparan dari Ibu Imun, yang bekerja sebagai pembudi daya Ikan, yang memiliki penghasilan Per-2 minggu dari pekerjaanya Rp. 55.000.

(61)

Dari hasil wawancara diatas, penulis menyediakan tabel hasil wawancara guna memudahkan untuk melihat dan mengamati pembaca.

Tabel 5. Hasil wawancara Penghasilan Pendapatan (income)

Nama Sub Tanggapan

1. Penghasilan Pendapatan (income)

Peningkatan dari oerder menjahit Ibu Daria

Tidak ada peningkatan, selalu gagal Bpk Enjang

Ada saja Peningkatan Ibu Lia

Tergantung banyaknya ikan Bpk Yana Suryana

Saingan usaha, menunggu orderan Ibu Yani

Ada penghasilan, seimbang dengan Pengeluaran.

Ibu Imas

Penghasilan, pengeluaran Ibu Nining

(62)

tergantung harga pasar Bpk Nu’man

Cukup penghasilan Ibu Enni

Pendapatan tidak pasti Ibu Imun

Penghasilan besar kadang kecil Ibu Erni Eriyawati

Penghasilanmah ada saja

Berikut ini, penulis menyediakan tabel, guna memudahkan pembaca untuk membaca dan menelik dari hasil yang penulis jabarkan.

Tabel 6.

Penghasilan Pendapatan No Responden

Naik Turun Stabil

1 X

2 X

3 X

4 X

5 X

6 X

7 X

8 X

9

X

10 X

11 X

12 X

(63)

14 X

15 X

16 X

17 X

18 X

19 X

20 X

Tabel 7. Kesimpulan Penghasilan Pendapatan(income)

Keterangan Jumlah Persen

Naik 8 40 %

Turun 4 20 %

Stabil 8 40 %

(64)

usaha .yang sedang dijalankan dan tidak ada peningkatan sama sekali dari usaha yang sedang dijalankan.

2. Peningkatan Kemampuan untuk Usaha

Peningkatan kemampuan yang penulis deskripsikan adalah peningkatan kemampuan ber-wirausaha, yaitu untuk selalu mampu melihat dan memiliki peluang – peluang dalam menjalankan Usahanya.

Dari ukuran ini Penulis memberikan pertannyaan sekitar. Bagaimana Proses Penjualan? Dan apakah setelah ada Masyarakat Mandiri lebih mudah untuk melakukan Penjualan?.

Berikut ini kutipan dari Bpk Aop, sebagai berikut:

“Ah……langsungkesini…kadiyeutah……ka…..ka…….tangkulak kitu……iya…….katangkulak per-liter sawimah….langsung ieu

katangkulak keneh…..di……ginikan…..diborong ….kalau katangkulak sagede kiyeumah…….”

“Kalau masalah penjualanmah……gampil ….da tos aya tampungannana… Jeng ……sama-sama aja….”

Berikut ini kutipan dari Bpk Iboh, sebagai berikut:

“Sawi…..aha ada tangkulakna……..diborongkeun……we……..ari

Sawi mah…..setiap Musimna diborongkeun ari ikan mah……paling ka tangkulak….tangkulak….”

“kalau menjualmah…….sama-sama aja…nggak ada yang rubah” Berikut ini kutipan dari Bpk Abbas, sebagai berikut:

“Penjualan……ah…….soal penjualan ternak ikan….ku tangkulakna……etamah katangkulak…….deih….eh….ha…ha….”

“Penjualanmah….soal….jualnya…….mudah……..gitu…..dari

Gambar

Gambaran Umum terdiri dari Gambaran Umum ‘Masyarakat
Tabel 1.
Tabel  2.  No
Tabel  3. No
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi cendawan dari tanah perakaran bambu yang dapat sebagai endofit dan menekan penyakit akar gada pada tanaman brokoli.. Ada dua

dalam bentuk kalimat. Bisa juga klien bersikap mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang yang tidak berbicara atau pada benda mati. Halusinasi dapat mempengaruhi

Setiap tanggal 15 setelah bulan pelaporan. Dalam hal tanggal 15 jatuh pada hari libur maka terbit pada hari kerja sebelumnya. Contoh data bulan Januari yang dilaporkan pada bulan

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keadilan persepsi secara signifikan tidak berpengaruh positif terhadap kinerja Pemerintah Daerah dalam penyusunan anggaran

Kawasan padat penduduk Kelurahan Naikoten I, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang setiap terjadi hujan dengan intensitas yang cukup tinggi selalu terjadi banjir/genangan air. Hal

Cara yang efisien untuk memindahkan sampel dari jaring ke dalam botol yaitu pertama, melipat jaring yang berisi serangga secara langsung dan memasukkannya ke dalam “killing

Pada Siklus II pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan Media Pita Asi dan Model Pembelajaran Snowball Throwing dilakukan pengembangan dengan mengurangi jumlah

Meskipun sistem kesehatan di Inggris kini lebih dikenal dengan istilah National Health Service (NHS) suatu sistem kesehatan yang didanai dan dikelola oleh pemerintah secara