• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Beratnya Lesi Arteri Koroner Pada Pasien Pasca Acute Coronary Syndrome (ACS) Dengan Faktor Risiko Hipertensi Dan Non Hipertensi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbandingan Beratnya Lesi Arteri Koroner Pada Pasien Pasca Acute Coronary Syndrome (ACS) Dengan Faktor Risiko Hipertensi Dan Non Hipertensi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

Perbandingan Beratnya Lesi Arteri Koroner Pada Pasien Pasca Acute Coronary Syndrome (ACS) Dengan Faktor Risiko Hipertensi Dan Non Hipertensi di

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan.

Oleh:

PAVITHRA PALANI 100100293

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

 

 

PERBANDINGAN BERATNYA LESI ARTERI KORONER PADA PASIEN PASCA ACUTE CORONARY SYNDROME (ACS) DENGAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DAN NON HIPERTENSI DI RSUP H.ADAM MALIK, MEDAN

Abstrak

Pendahuluan: Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah diukur dengan spygnomanometer yang telah dikalibrasi dengan tepat (80% dari ukuran manset menutupi lengan) setelah pasien beristirahat nyaman, posisi duduk punggung tegak atau telentang paling sedikit selama lima menit sampai tiga puluh menit setelah merokok atau minum kopi

Tujuan: Mengetahui perbandingan gambaran lesi arteri koroner pada pasien pasca Acute Coronary Syndrome (ACS) dengan faktor risiko hipertensi dan non hipertensi di RSUP H Adam Malik, Medan.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian studi potong lintang (cross sectional study) yang bersifat analitik deskriptif untuk membandingkan lesi arteri koroner pasien pasca Acute Coronary Syndrome (ACS) dengan faktor risiko hipertensi dan non hipertensi. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpul data yaitu gambaran angiogram pasien pasca Acute Coronary Syndrome (ACS) di RSUP Haji Adam Malik, Medan dan diklasifikasikan berdasarkan Vessel Score.

Hasil: 59.6%, yaitu 34 pasien pasca Acute Coronary Syndrome (ACS) dengan faktor risiko hipertensi mempunyai lesi pada arteri koroner yang lebih berat dibandingkan pasien pasca Acute Coronary Syndrome (ACS) tanpa hipertensi yang merupakan 40.4%, yaitu 23 pasien.

(3)

COMPARISON OF THE SEVERITY IN THE STENOSIS OF CORONARY ARTERY OF PATIENTS AFTER ACUTE CORONARY SYNDROME (ACS) WITH RISK FACTOR OF HYPERTENSION AND NON HYPERTENSION IN RSUP H.ADAM MALIK, MEDAN

Abstract

Foreword: Hypertension happens when the systolic reading is more than 140 mmHg and diastolic reading more than 90 mmHg. Blood pressure is measured using sphygmomanometer which is correctly calibrated (80% from the manset covers the arm) after patient takes rest, sitted straight or lying down roughly around five to thirty minutes after smoking or drinking coffee.

Objectives: To know the difference of the severity of coronary artery stenosis in the coronary angiography readings of patients after Acute Coronary Syndrome (ACS) with the risk factor of hypertension and non hypertension in RSUP H Adam Malik, Medan.

Method : This study is a cross sectional study which is analytic descriptive to compare the difference of the severity of coronary artery stenosis in the coronary angiography readings of patients after Acute Coronary Syndrome (ACS) with the risk factor of hypertension and non hypertension .This study is done by collecting data which is the angiography results of patients after Acute Coronary Syndrome (ACS) in RSUP Haji Adam Malik, Medan and is classified based on Vessel Score.

Results: 59.6%, which are 34 patients after ACS have the risk factor of hypertension and their stenosis is more severe than patients after ACS without hypertension which are 40.4%, who are 23 patients.

Keywords:Acute Coronary Syndrome(ACS), hypertension

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga

penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh kelulusan sebagai sarjana kedokteran program studi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Karya tulis ilmiah ini berjudul Perbandingan Beratnya Lesi Arteri Koroner

Pada Pasien Pasca Acute Coronary Syndrome (ACS) Dengan Faktor Resiko Hipertensi Dan Non Hipertensi Di Rumah Sakit Pusat Haji Adam Malik, Medan.

Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis telah banyak menerima

bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa

terima kasih kepada :

1. Bapak Prof.dr. Gontar Alamsyah Siregar,Sp.PD-KGEH,selaku dekan FK USU.

2. Dr. Zainal Safri Sp.PD,Sp.JP selaku dosen pembimbing, yang telah banyak memberikan masukan dan arahan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah

ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada peneliti selama masa penelitian.

4. Kedua orang tua penulis,yang tiada bosan-bosannya mendoakan serta memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan.

5. Teman sejawat saya atas masukan dan bantuannya dalam pengambilan data untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

(5)

Kepada semua pihak tersebut, penulis ucapkan terima kasih. Semoga Tuhan Yang

Maha Esa selalu membalas semua kebaikan yang selama ini diberikan kepada penulis

dan melimpahkan rahmat-Nya.

Penulis menyadari bahawa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna, untuk

itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi

kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna

bagi kita semua.

Medan, 20 Disember 2013

Penulis,

(Pavithra A/P Palani)  

 

 

 

 

 

 

 

 

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN i

ABSTRAK ii

ABSTRACT iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Rumusan Masalah 4

1.3. Tujuan Penelitian 4

1.3.1. Tujuan Umum 4

(7)

1.4. Manfaat Penelitian 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hipertensi 6

2.2. Faktor-faktor Penyebab Hipertensi 8

2.3. Patofisiologi hubungan hipertensi dengan ACS 8

2.4. Angiografi Koroner 9

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konseptional 10

3.2. Definisi Operasional 10

3.2.1. Cara Ukur 11

3.2.2. Alat Ukur 11

3.2.3. Skala Ukuran 11

3.2.4. Hipotesis 12

BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian 13

4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian 13

4.2.1. Lokasi Penelitian 13

4.2.2. Waktu Penelitian 13

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 13

4.3.1. Populasi Penelitian 13

(8)

4.4. Metode Penelitian 14

4.5. Metode Analisa Data 15

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 16

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian 16

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden 17

5.1.3. Frekuensi Pasien Pasca Acute Coronary Syndrome (ACS) 17

Berdasarkan Riwayat Hipertensi

5.1.4. Frekuensi Pasien Pasca Acute Coronary Syndrome (ACS) 18

Berdasarkan Jenis Kelamin

5.1.5. Frekuensi Pasien Pasca Acute Coronary Syndrome (ACS) 19

Berdasarkan Umur

5.1.6. Frekuensi Pasien Pasca Acute Coronary Syndrome (ACS) 20

Berdasarkan Kebiasaan Merokok

5.1.7. Perbandingan antara Vessel Score dengan Riwayat Hipertensi 21

Dan Non Hipertensi pada Pasien Pasca Acute Coronary

Syndrome (ACS)

(9)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan 25

6.1. Saran 26

DAFTAR PUSTAKA 27

LAMPIRAN

 

 

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

5.1. Frekuensi Pasien Pasca Acute Coronary Syndrome (ACS) 17

Berdasarkan Riwayat Hipertensi

5.2. Frekuensi Pasien Pasca Acute Coronary Syndrome (ACS) 18

Berdasarkan Jenis Kelamin

5.3. Frekuensi Pasien Pasca Acute Coronary Syndrome (ACS) 19

Berdasarkan Umur

5.4. Frekuensi Pasien Pasca Acute Coronary Syndrome (ACS) 20

Berdasarkan Kebiasaan Merokok

5.5. Krosstabulasi pasien pasca Acute Coronary Syndrome(ACS) 21

dengan Riwayat Hipertensi dan Non Hipertensi Berdasarkan

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

5.1. Krosstabulasi pasien Acute Coronary Syndrome (ACS) 22

dengan Riwayat Hipertensi dan Non Hipertensi Berdasarkan

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Ethical Clearance

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian di RSUP H.Adam Malik Lampiran 4 Data Induk

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(13)

 

 

PERBANDINGAN BERATNYA LESI ARTERI KORONER PADA PASIEN PASCA ACUTE CORONARY SYNDROME (ACS) DENGAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DAN NON HIPERTENSI DI RSUP H.ADAM MALIK, MEDAN

Abstrak

Pendahuluan: Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah diukur dengan spygnomanometer yang telah dikalibrasi dengan tepat (80% dari ukuran manset menutupi lengan) setelah pasien beristirahat nyaman, posisi duduk punggung tegak atau telentang paling sedikit selama lima menit sampai tiga puluh menit setelah merokok atau minum kopi

Tujuan: Mengetahui perbandingan gambaran lesi arteri koroner pada pasien pasca Acute Coronary Syndrome (ACS) dengan faktor risiko hipertensi dan non hipertensi di RSUP H Adam Malik, Medan.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian studi potong lintang (cross sectional study) yang bersifat analitik deskriptif untuk membandingkan lesi arteri koroner pasien pasca Acute Coronary Syndrome (ACS) dengan faktor risiko hipertensi dan non hipertensi. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpul data yaitu gambaran angiogram pasien pasca Acute Coronary Syndrome (ACS) di RSUP Haji Adam Malik, Medan dan diklasifikasikan berdasarkan Vessel Score.

Hasil: 59.6%, yaitu 34 pasien pasca Acute Coronary Syndrome (ACS) dengan faktor risiko hipertensi mempunyai lesi pada arteri koroner yang lebih berat dibandingkan pasien pasca Acute Coronary Syndrome (ACS) tanpa hipertensi yang merupakan 40.4%, yaitu 23 pasien.

(14)

COMPARISON OF THE SEVERITY IN THE STENOSIS OF CORONARY ARTERY OF PATIENTS AFTER ACUTE CORONARY SYNDROME (ACS) WITH RISK FACTOR OF HYPERTENSION AND NON HYPERTENSION IN RSUP H.ADAM MALIK, MEDAN

Abstract

Foreword: Hypertension happens when the systolic reading is more than 140 mmHg and diastolic reading more than 90 mmHg. Blood pressure is measured using sphygmomanometer which is correctly calibrated (80% from the manset covers the arm) after patient takes rest, sitted straight or lying down roughly around five to thirty minutes after smoking or drinking coffee.

Objectives: To know the difference of the severity of coronary artery stenosis in the coronary angiography readings of patients after Acute Coronary Syndrome (ACS) with the risk factor of hypertension and non hypertension in RSUP H Adam Malik, Medan.

Method : This study is a cross sectional study which is analytic descriptive to compare the difference of the severity of coronary artery stenosis in the coronary angiography readings of patients after Acute Coronary Syndrome (ACS) with the risk factor of hypertension and non hypertension .This study is done by collecting data which is the angiography results of patients after Acute Coronary Syndrome (ACS) in RSUP Haji Adam Malik, Medan and is classified based on Vessel Score.

Results: 59.6%, which are 34 patients after ACS have the risk factor of hypertension and their stenosis is more severe than patients after ACS without hypertension which are 40.4%, who are 23 patients.

Keywords:Acute Coronary Syndrome(ACS), hypertension

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit kardiovaskuler adalah penyebab kematian nomor satu di dunia.

Acute Coronary Syndrome (ACS) adalah suatu istilah atau terminologi yang digunakan untuk menggambarkan spektrum keadaan atau kumpulan proses penyakit

yang meliputi angina pektoris tidak stabil (unstable angina/UA), infark miokard tanpa elevasi segmen ST (non-ST elevation myocardial infarction/NSTEMI), dan infark miokard dengan elevasi segmen ST (ST elevation myocardial infarction/STEMI) (Douglas,2010).

Setiap tahun, lebih dari satu juta penduduk Amerika menderita Acute Coronary Syndrome(ACS). Faktor risiko Acute Coronary Syndrome (ACS) meliputi jenis kelamin (pria sedikit lebih tinggi risikonya), usia (pria > 45 tahun dan wanita >

55 tahun), riwayat keluarga dengan penyakit kardiovaskuler, dan faktor risiko yang

dimodifikasi. Faktor risiko yang dimodifikasi meliputi hipertensi, hiperlipidemia,

diabetes melitus, gaya hidup sedentari, dan merokok (Jeff C,2010).

Definisi hipertensi tidak berubah sesuai dengan umur: tekanan darah sistolik

(TDS) > 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik (TDD) > 90 mmHg. The joint National Committee on Prevention, Detection,Evaluation, and treatment of High Bloodpressure (JNC VI) dan WHO/lnternational Society of Hypertension guidelines subcommittees setuju bahwa TDS & TDD keduanya digunakan untuk klasifikasi hipertensi.

Makin meningkatnya harapan hidup, makin kompleks penyakit yang diderita

oleh orang lanjut usia, termasuk lebih sering terserang hipertensi. Hipertensi pada

(16)

umumnya merupakan hipertensi primer. Adanya hipertensi, baik HST maupun

kombinasi sistolik dan diastolik merupakan faktor risiko morbiditas dan mortalitas

untuk orang lanjut usia. Hipertensi masih merupakan faktor risiko utama untuk

stroke, gagal jantung dan penyakit koroner, dimana peranannya diperkirakan lebih

besar dibandingkan pada orang yang lebih muda (Kaplan, 1999).

Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan

tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di

Indonesia. Hipertensi merupakan gangguan system peredaran darah yang

menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal, yaitu 140/90 mmHg. Hasil

Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menunjukkan prevalensi

hipertensi secara nasional mencapai 31,7% (Depkes, 2010).

Menurut Depkes(Departemen Kesehatan), hipertensi merupakan penyakit

yang sangat berbahaya, karena tidak ada gejala atau tanda khas sebagai peringatan

dini. Kebanyakan orang merasa sehat dan energik walaupun hipertensi. Menurut hasil

Riskesdas(Riset Kesehatan Dasar) tahun 2007, sebagian besar kasus hipertensi di

masyarakat belum terdeteksi. Keadaan ini tentunya sangat berbahaya, yang dapat

menyebabkan kematian mendadak pada masyarakat (Depkes, 2010).

Kejadian hipertensi semakin tinggi dengan semakin meningkatnya umur.

Pembentukan plak di pembuluh darah(aterosklerosis) dan penurunan elastisitas

pembuluh darah akan semakin meningkat dengan meningkatnya umur. Laki-laki juga

diduga berpeluang kebih besar terkena hipertensi daripada perempuan. Hal ini terkait

dengan hormone estrogen yang bersifat protektif terhadap gangguan pembuluh darah

(Aisyiyah,2009).

Hipertensi merupakan faktor risiko yang sangat utama untuk perkembangan

Acute Coronary Syndrome (ACS). Kerusakan pembuluh darah akibat hipertensi terjadi di seluruh pembuluh darah perifer. Hipertensi juga menyebabkan

(17)

hipertensi. Perubahan struktur dalam arteri-arteri kecil dan arteriole menyebabkan

penyumbatan pembuluh darah progresif. Bila pembuluh darah menyempit maka

aliran arteri terganggu dan dapat menyebabkan mikroinfark jaringan

(Anandani,2009).

Penelitian Framingham selama 18 tahun terhadap penderita berusia 45-75

tahun mendapatkan hipertensi merupakan faktor pencetus terjadinya angina pektoris

dan miokard infark. Juga pada penelitian tersebut didapatkan penderita hipertensi

yang mengalami miokard infark mortalitasnya 3 kali lebih besar daripada penderita

yang normotensi dengan miokard infark. Hasil penelitian Framingham juga

mendapatkan hubungan antara penyakit jantung koroner (PJK) dan tekanan darah

diastolik. Penelitian Stewart 1979 & 1982 juga memperkuat hubungan antara

kenaikan tekanan darah diastolik dengan risiko mendapat miokard infark

(Anwar,2004).

Pada survei rumah tangga mengenai kesehatan yang telah dilakukan oleh

Badan Litbang Depkes RI, penyakit kardiovaskuler angka prevalensinya bergeser dari

urutan ke-9 pada tahun 1972, menjadi urutan ke-6 pada tahun 1980 dengan 5,9 kasus

per 1000 penduduk. Secara spesifik prevalensi penyakit kardiovaskuler khususnya

infark miokard pada kelompok umur kurang dari 40 tahun sebesar 3,1% dan pada

kelompok umur 40 s.d 49 tahun sebesar 19,9%. Sedangkan insiden serupa yang

terjadi di Jawa Tengah, kejadian infark miokard secara umum sebesar 1,03% dan

gejala angina pektoris(nyeri ulu hati) sebesar 0,50%(berdasarkan laporan kasus

penyakit tidak menular Dinkes Propinsi Jawa Tengah tahun 2007) (Supriyono,2008).

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti amat berminat melakukan

penelitian gambaran lesi arteri koroner pasien pasca Acute Coronary Syndrome (ACS) dengan faktor risiko hipertensi dan non hipertensi di Rumah Sakit Umum Haji

(18)

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimanakah perbandingan lesi arteri koroner pada pasien pasca Acute Coronary Syndrome (ACS) dengan faktor risiko hipertensi dan non hipertensi di RSUP H Adam Malik, Medan.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui perbandingan lesi arteri koroner pada pasien pasca Acute Coronary Syndrome (ACS) dengan faktor risiko hipertensi dan non hipertensi di RSUP H Adam Malik, Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

a) Mengetahui gambaran angiogram pada lesi arteri koroner pasien pasca Acute Coronary Syndrome (ACS) dengan faktor risiko hipertensi.

b) Mengetahui gambaran angiogram pada lesi arteri koroner pasien pasca Acute Coronary Syndrome (ACS) tanpa hipertensi.

(19)

1.4. Manfaat penelitian

a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan mengenai

gambaran keparahan lesi arteri koroner pasien pasca Acute Coronary Syndrome (ACS) dengan faktor risiko hipertensi dan non hipertensi.

b) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan pada penelitian lain

yang ingin mengembangkan ilmu yang berkenaan.

c) Diharapkan hasil daripada penelitian ini dapat membantu dalam diagnosis pasien

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hipertensi

Menurut the Seventh Report of the Joint National Committee of Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) maka

hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah untuk pre hipertensi

>140-159 mmHg, diastolik > 90-99 mmHg, hipertensi tingkat 2 (sistolik>160 mmHg,

diastolik >100-109 mmHg) dengan pengukuran tekanan darah yang dilakukan

minimal 2 kali atau lebih (Anandani, 2009).

Republik Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki prevalensi

hipertensi tertinggi. Kurangnya pemahaman masyarakat akan jenis penyakit

hipertensi membuat banyak penderita tidak terdeteksi dan tertangani dengan

baik(Dirnyati,2012).

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dibedakan menjadi 2 golongan,

hipertensi essensial atau primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi essensial(primer),

merupakan tipe paling umum, yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya (

idiopatik). Kurang lebih 90% penderita hipertensi tergolong hipertensi essensial

sedangkan 10% tergolong hipertensi sekunder ( Kartikawati,2008).

Hipertensi sekunder memiliki atribut patologis. 10% penderita hipertensi

adalah hipertensi sekunder. Penyebab umum hipertensi sekunder adalah kelainan

ginjal(penyempitan arteri ginjal/penyakit parenkim ginjal), kalenjar endokrin,

berbagai obat, disfungsi organ, tumor dan kehamilan hipertensi, gangguan kalenjar

tiroid(hipertiroid), penyakit kalenjar adrenal (hiperaldosteronisme)

(21)

Penyakit jantung cenderung meningkat sebagai penyebab kematian di

Indonesia. Data Survei Kesehatan Rumah Tangga(SKRT) tahun 1996 menunjukkan

bahawa proporsi penyakit ini meningkat dari tahun ke tahun sebagai penyebab

kematian. Pada tahun 1975, kematian akibat penyakit jantung hanya 5,9%, tahun

1981 meningkat sampai dengan 9,1%, tahun 1986 melonjak menjadi 16% dan tahun

1995 meningkat menjadi 19%. Sensus nasional tahun 2001 menunjukkan bahwa

kematian karena penyakit kardiovaskuler termasuk penyakit jantung koroner adalah

sebesar 26,4% (Supriyono, 2008).

Penelitian epidemiologis akhirnya mendapatkan hubungan yang jelas antara

kematian dengan pengaruh keadaan sosial, kebiasaan merokok, pola diet, exercise,

dan sebagainya yang dapat dibuktikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

terjadinya Acute Coronary Syndrome (ACS) antara lain: umur, kelamin ras, geografis, keadaan sosial, perubahan masa, kolesterol, hipertensi, merokok, diabetes, obesitas,

exercise, diet, perilaku dan kebiasaan lainnya, stress serta keturunan (Anwar,2004).

Pada saat ini merokok telah dimasukkan sebagai salah satu faktor resiko

utama Acute Coronary Syndrome (ACS) disamping hipertensi dan hiperkolesterolemi. Orang yang merokok > 20 batang perhari dapat mempengaruhi

atau memperkuat efek dua faktor utama resiko lainnya. Penelitian Framingham

mendapatkan kematian mendadak akibat Acute Coronary Syndrome (ACS) pada laki-laki perokok 10X lebih besar dari pada bukan perokok dan pada perempuan

perokok 4.5X lebih dari pada bukan perokok. Efek rokok adalah menyebabkan beban

miokard bertambah karena rangsangan oleh katekolamin dan menurunnya komsumsi

oksigen akibat inhalasi karbon monoksida atau dengan perkataan lain dapat

menyebabkan takikardi, vasokonstriksi pembuluh darah dan merubah permeabilitas

dinding pembuluh darah. Makin banyak jumlah rokok yang dihidap, kadar HDL

kolesterol makin menurun. Merokok juga dapat meningkatkan tipe IV abnormal pada

(22)

lebih mudah terjadi proses aterosklerosis dari pada yang bukan perokok

(Anwar,2004).

2.2. Faktor-faktor Penyebab Hipertensi Acute Coronary Syndrome (ACS) Penyebab dari hipertensi belum diketahui, namun faktor-faktor lingkungan

yang dapat mempengaruhi perjalanan hipertensi telah berhasil diidentifikasi.

Faktor-faktor tersebut antara lain asupan garam, obesitas, pekerjaan, konsumsi alkohol,

ukuran keluarga, aktivitas fisik, dan stress emosional(Dwiputra,2009).

2.3. Patofisiologi hubungan hipertensi dengan

Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer. Faktor

genetik, aktivasi syaraf simpatis, faktor hemodinamik, metabolisme natrium, faktor

renin, angiotensin, dan aldesteron merupakan faktor-faktor yang telah dibuktikan

mempunyai kaitan dengan peningkatan tekanan darah pada hipertensi dan

menyebabkan kerusakan endotel pembuluh darah koroner ( Kartikawati,2008).

Kerusakan ini menyebabkan sel endotel menghasilkan cell adhesion molecule seperti sitokin (interleukin-1;tumor nekrosis faktor alpha, kemokin dan growth factor). Sel inflamasi seperti monosit dan T-limfosit masuk ke permukaan endotel dan bermigrasi dari endothelium ke sub endotel. Monosit kemudian berdiferensiasi

menjadi makrofag dan mengambil LDL teroksidasi yang bersifat lebih atherogenik

dibanding LDL. Makrofag ini kemudian membentuk sel busa ( Majid,2007).

LDL teroksidasi menyebabkan kematian sel endotel dan menghasilkan

respons inflamasi. Sebagai tambahan, terjadi respons dari angiotensin II, yang

menyebabkan gangguan vasodilatasi, dan mencetuskan efek prothrombik dengan

melibatkan platelet dan faktor koagulasi. Akibat kerusakan endotel terjadi respons

(23)

oleh inflamasi. Plak yang terjadi dapat menjadi tidak stabil dan dapat pecah

(Majid,2007).

Saat plak tersebut pecah, peristiwa inflamasi dan jalur pletelet memicu

terbentuknya trombus, suatu clot darah pada permukaan plak yang mengakibatkan

sumbatan arteri koroner sehingga menyebabkan Acute Coronary Syndrome (ACS) (Douglas,2005).

2.4. Angiografi Koroner

Angiografi koroner/ arteriografi koroner, adalah penyuntikan bahan kontras ke

dalam arteria koronaria dan merupakan tindakan paling sering digunakan untuk

menilai kelayakan dan waktu yang tepat untuk melakukan operasi pencangkokan

pintas arteri koronaria pada pasien tertentu. Indikasi lain untuk melakukan angiografi

arteria koronaria adalah untuk evaluasi angina atipik serta hasil revaskularisasi arteria

koronaria, diikuti dengan ventrikulogram kiri, atau penyuntikan media kontras ke

dalam ventrikel kiri untuk evaluasi fungsi ventrikel kiri dan juga untuk melihat

(24)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Atherosklerosis

Acute Coronary Syndrome (ACS)

3.2. Definisi Operasional

1) Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan

tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah diukur dengan

spygnomanometer yang telah dikalibrasi dengan tepat(80% dari ukuran manset

menutupi lengan) setelah pasien beristirahat nyaman, posisi duduk punggung tegak

atau telentang paling sedikit selama lima menit sampai tiga puluh menit setelah

merokok atau minum kopi. Hipertensi terbagi dua yaitu hipertensi primer dan juga

hipertensi sekunder.

Non Hipertensi Hipertensi

(25)

2) Acute Coronary Syndrome(ACS) merupakan spectrum manifestasi akut dan berat yang merupakan keadaan kegawatdaruratan dari koroner akibat

ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen miokardium dan aliran darah. Yang

termasuk dalam Acute Coronary Syndrome (ACS) adalah angina tidak stabil, miokard infark akut dengan elevasi segmen ST (STEMI), dan miokard infark akut tanpa

elevasi segmen ST(NSTEMI).

3.2.1. Cara Ukur

Informasi didapati daripada rekam medis dengan mengambil gambaran angiografi

koroner pasien pasca Acute Coronary Syndrome (ACS) di RSUP Haji Adam Malik, Medan.

3.2.2. Alat Ukur

Status stenosis pasien Acute Coronary Syndrome (ACS) yang diambil dari hasil pemeriksaan angiografi koroner pada rekam medis.

3.2.3. Skala Ukuran

Angiografi koroner adalah suatu prosedur invasif untuk memeriksa pembuluh darah

arteri koroner dan dapat melihat apakah pembuluh darah koroner mengalami

penyempitan atau penyumbatan. Angiografi dilakukan dengan tehnik Judkins oleh

dua orang Kardiologis yang berpengalaman dalam melakukan angiografi. Agar tidak

terjadi bias, penilaian hasil angiografi dilakukan oleh Kardiologis yang sama dengan

tidak mengetahui beratnya lesi arteri koroner pada pasien sebelumnya. Keparahan lesi

arteri koroner dinilai dari hasil angiografi pasien, dievaluasi dan diklasifikasikan

berdasarkan scoring yaitu Vessel Score yang terdiri dari 0-3 poin berdasarkan banyaknya jumlah pembuluh darah koroner utama yang mengalami stenosis >50%

(26)

- 0 poin untuk tidak adanya stenosis > 50%

- 1 poin untuk stenosis >50% pada 1 pembuluh darah koroner utama

- 2 poin untuk stenosis >50% pada 2 pembuluh darah koroner utama

- 3 poin untuk stenosis >50% pada 3 pembuluh darah koroner utama

Tingkat keparahan stenosis diukur berdasarkan ukuran ringan , sedang dan berat

dimana 1 poin adalah ringan, 2 poin adalah sedang dan 3 poin adalah berat.

3.2.3. Hipotesis

(27)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian studi potong lintang (cross sectional study) yang bersifat analitik deskriptif untuk membandingkan lesi arteri koroner pasien pasca

Acute Coronary Syndrome (ACS) dengan faktor risiko hipertensi dan non hipertensi. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpul data yaitu gambaran Angiografi Koroner

pada pasien pasca Acute Coronary Syndrome (ACS).

4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan berdasarkan data yang didapati dari Rumah Sakit Umum

Pusat Haji Adam Malik, Medan.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan bermula dari Januari 2013 sampai Desember 2013.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian

(28)

4.3.2. Sampel Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada penderita Acute Coronary Syndrome (ACS) yang datang untuk mendapatkan rawat inap di RSUP Haji Adam Malik, Medan yaitu total sampling dengan total data 198 orang pasien. Data yang memenuhi kriteria inklusi dan eklusi adalah sebanyak 57 orang pasien.

Kriteria inklusi adalah semua penderita Acute Coronary Syndrome (ACS) yang telah melakukan Angiografi Koroner.

Kriteria eksklusi adalah semua penderita Acute Coronary Syndrome (ACS) yang telah melakukan Angiografi Koroner dengan riwayat penyakit Diabetes Mellitus, semua

pesakit Acute Coronary Syndrome (ACS) yang telah melakukan Angiografi Koroner dengan riwayat penyakit Diabetes Mellitus serta hipertensi dan juga data rekam medis

yang tidak jelas.

4.4. Metode Penelitian

Data pada penelitian ini dilakukan dengan mendapatkan rekam medis dari Rumah

Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan. Data pada penelitian ini adalah data

primer, yaitu kumpulan fakta yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti. Di sini, datanya

(29)

4.5. Metode Analisa Data

Data yang didapatkan daripada rekam medis, yaitu gambaran stenosis pada hasil

angiografi pasien Acute Coronary Syndrome (ACS) akan dibandingkan dengan faktor risiko hipertensi dan non hipertensi. Derajat keparahan lesi/stenosis arteri koroner

dinilai dari hasil angiografi pasien Acute Coronary Syndrome (ACS), dievaluasi dan diklasifikasikan berdasarkan Vessel Score yang terdiri dari 0-3 poin berdasarkan banyaknya jumlah arteri koroner yang mengalami stenosis. Datanya dimasukkan

(30)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan adalah sebuah rumah

sakit pemerintah yang dikelola pemerintah pemerintah pusat dengan Pemerintah

Daerah Provinsi Sumatera Utara. Rumah sakit ini terletak di lahan yang luas di

pinggiran kota Medan. RSUP . H. Adam Malik mulai berfungsi dengan pelayanan

rawat jalan sejak tanggal 17 Juni 1991. Mulai tanggal 2 Mei 1992, rumah sakit ini

turut menyediakan pelayanan rawat inap.

Lokasi penelitian saya adalah di Departemen Kardiologi di Rumah Sakit

Umum Haji Adam Malik, Medan. RSUP. H. Adam Malik Medan berdiri sebagai

rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990.

Sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes

No.502/Menkes/SK/IX/1991, RSUP. H. Adam Malik Medan juga sebagai Pusat

Rujukan wilayah Pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Naggroe

Aceh Darussalam, Sumatera Barat dan Riau. Pada tahun 1993, Pusat Pendidikan

(31)

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Informasi berikut ini menunjukkan distribusi proporsi gambaran angiografi

koroner pasien Acute Coronary Syndrome (ACS) di Bagian Kardiologi RSUP. H. Adam Malik, Medan mulai bulan Januari 2012 sehingga Disember 2012. Jumlah data

yang didapati adalah 198 pasien. Daripada 198 pasien, hanya 57 pasien Acute Coronary Syndrome (ACS) yang berobat di Bagian Kardiologi RSUP. H. Adam Malik, Medan yang memenuhi kriteria inklusi dan eklusi.

5.1.3. Frekuensi Pasien Acute Coronary Syndrome (ACS) Berdasarkan Riwayat Hipertensi

Pada penelitian ini, frekuensi pasien Acute Coronary Syndrome (ACS)

[image:31.595.79.490.518.653.2]

berdasarkan riwayat hipertensi tertera di Tabel 5.1..

Tabel 5.1. Frekuensi Pasien Acute Coronary Syndrome (ACS) Berdasarkan

Riwayat Hipertensi

Hipertensi n (%)

Positif 34 59,6

Negatif 23 40,4

(32)

Berdasarkan tabel 5.1., proporsi tertinggi penderita Acute Coronary Syndrome (ACS) mempunyai riwayat penyakit hipertensi sebanyak 34 orang kasus (59,6%) diikuti dengan pasien tanpa hipertensi sebanyak 23 orang kasus(40,4%).

5.1.4. Frekuensi Pasien Acute Coronary Syndrome (ACS) Berdasarkan Jenis Kelamin

[image:32.595.82.452.418.559.2]

Pada penelitian ini, frekuensi pasien Acute Coronary Syndrome (ACS) berdasarkan jenis kelamin tertera di Tabel 5.2..

Tabel 5.2. Frekuensi Pasien Acute Coronary Syndrome (ACS) Berdasarkan

Jenis Kelamin.

Jenis Kelamin n (%)

Laki-laki 46 80,7

Perempuan 11 19,3

Total 57 100

Berdasarkan tabel 5.2., proporsi tertinggi penderita Acute Coronary Syndrome (ACS) dijumpai pada kelompok laki-laki sebanyak 46 orang kasus (80,7%) diikuti

(33)
[image:33.595.83.454.298.561.2]

5.1.5. Frekuensi Pasien Acute Coronary Syndrome (ACS) Berdasarkan Umur Pada penelitian ini, frekuensi pasien Acute Coronary Syndrome (ACS) berdasarkan umur tertera di Tabel 5.3..

Tabel 5.3. Frekuensi Pasien Acute Coronary Syndrome(ACS) Berdasarkan

Umur

Kelompok Umur n (%)

31 – 35 tahun 1 1,8

36 – 40 tahun 2 3,5

41 – 45 tahun 6 10,5

46 – 50 tahun 11 19,3

51 – 55 tahun 13 22,8

56 – 60 tahun 14 24,6

61 – 65 tahun 9 15,8

66 – 70 tahun 1 1,8

Total 57 100

Berdasarkan tabel 5.3., kelompok usia tertinggi penderita Acute Coronary Syndrome (ACS) adalah kelompok usia 56-60 tahun sebanyak 14 orang (24,6%) diikuti dengan kelompok umur 51-55 tahun sebanyak 13 orang (22,8%), 46-50 tahun

(34)

sebanyak 6 orang (10,5%), 36-40 tahun sebanyak 2 orang (3,5%) dan sebanyak 1

orang (1,8%) untuk kelompok umur 31-35 tahun dan 66-70 tahun.

5.1.6. Frekuensi Pasien Acute Coronary Syndrome(ACS) Berdasarkan Kebiasaan Merokok

[image:34.595.82.452.388.481.2]

Pada penelitian ini, frekuensi pasien Acute Coronary Syndrome (ACS) berdasarkan kebiasaan merokok tertera di Tabel 5.4..

Tabel 5.4. Frekuensi Pasien Acute Coronary Syndrome(ACS) Berdasarkan

Kebiasaan Merokok

Kebiasaan Merokok N (%)

Positif 46 80,7

Negatif 11 19,3

Total 57 100

Berdasarkan tabel 5.4., penderita Acute Coronary Syndrome (ACS) paling banyak dijumpai dengan kebiasaan merokok sebanyak 46 orang (80,7%)

(35)

5.1.7. Perbandingan antara Vessel Score dengan Riwayat Hipertensi dan Non Hipertensi pada pasien Acute Coronary Syndrome(ACS)

[image:35.595.85.487.310.530.2]

Pada penelitian ini, frekuensi pasien Acute Coronary Syndrome (ACS) berdasarkan Vessel Score dan hipertensitertera di Tabel 5.5..

Tabel 5.5. Krosstabulasi pasien Acute Coronary Syndrome(ACS) dengan Riwayat Hipertensi dan Non Hipertensi Berdasarkan Vessel Score

Vessel Score Hipertensi

Positif % Negatif %

0 4 11,8 1 4,4

1 8 23,5 16 69,6

2 10 29,4 3 13

3 12 35,3 3 13

(36)
[image:36.595.84.492.187.370.2]

Gambar 5.1. Krosstabulasi pasien Acute Coronary Syndrome (ACS) dengan Riwayat Hipertensi dan Non Hipertensi Berdasarkan Vessel Score.

Untuk mengetahui perbandingan antara Vessel Score dengan riwayat hipertensi dan non hipertensi pada penderita Acute Coronary Syndrome (ACS) dilakukan krosstabulasi. Berdasarkan table 5.5., diperoleh hasil pada Vessel Score 0 VD didapatkan 4 orang(11,8%) hipertensi positif, 1 orang(4,4%) pasien hipertensi

negatif, diikuti 1 VD sebanyak 8 orang(23,5%) hipertensi positif, 16 orang (69,6%)

hipertensi negatif, 2 VD sebanyak 10 orang(29,4%) hipertensi positif dan 3 orang

(13%) hipertensi negatif, 3 VD sebanyak 12 orang (35,3%) hipertensi positif dan 3

orang (13%) hipertensi negatif.

Gambar 5.1. menunjukkan Vessel Score makin meningkat pada penderita Acute Coronary Syndrome (ACS) dengan riwayat hipertensi dan menurun pada penderita Acute Coronary Syndrome (ACS) tanpa riwayat hipertensi. Hasil analisis dengan uji Chi Square adalah didapati nilai p=0,08 sehingga dapat diambil

kesimpulan bahawa ada hubungan yang signifikan antara Vessel Score dan hipertensi. Apabila nilai p lebih kecil dari 0,05 (p <0,05) di uji Chi Square, dikatakan ada

hubungan antara kedua variabel. 0

2 4 6 8 10 12 14 16 18

0 VD 1 VD 2 VD 3 VD

Hipertensi positif

(37)

5.2. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan pada 57 pasien pasca Acute Coronary Syndrome(ACS) yang datang berobat ke RSUP.H Adam Malik pada periode Januari 2012 hingga Disember 2012. Pasien Acute Coronary Syndrome (ACS) dengan riwayat hipertensi adalah terbanyak yaitu 34 orang(59,6%) diikuti dengan pasien

Acute Coronary Syndrome (ACS) tanpa riwayat hipertensi yaitu sebanyak 23 orang(40,4%). Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Kristina Dunder,2004 bahawasanya insiden terjadinya Acute Coronary Syndrome (ACS) meningkat dalam kalangan pasien dengan hipertensi dibandingkan dengan

pasien yang normotensi. Hipertensi mempercepat proses terjadinya aterosklerosis

dengan mengakibatkan disfungsi fungsi endotel.

Laki-laki lebih banyak dijumpai pada pasien Acute Coronary Syndrome (ACS) dibandingkan perempuan yaitu 46 orang(80,7%) dan perempuan sebanyak 11

orang (19,3%). Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh J.E

Roeters van Lannep dan teman-temannya di Netherlands pada tahun 2012 mengenai

faktor risiko penyakit jantung yang menyatakan bahwa perempuan mempunyai risiko

yang lebih rendah terhadap kejadian Acute Coronary Syndrome(ACS) dibandingkan laki-laki karena produksi hormone estrogen. Estrogen mempunyai efek protektif

terhadap perkembangan Acute Coronary Syndrome(ACS) . Estrogen juga dapat mengurangkan kadar LDL (low density lipoprotein) dan total kolestrol dalam darah.

Kelompok umur yang tertinggi menderita Acute Coronary Syndrome (ACS) adalah 50-59 tahun sebanyak 24 orang(42,1%) .Penelitian Framingham selama 18

tahun mendapatkan penderita berusia 45-75 tahun lebih banyak menderita Acute Coronary Syndrome (ACS). Usia tua merupakan faktor risiko untuk penyakit jantung. Bahkan, sekitar 4 dari setiap 5 kematian akibat penyakit jantung terjadi pada orang

(38)

Dijumpai lebih banyak pasien Acute Coronary Syndrome (ACS) dengan kebiasaan merokok yaitu sebanyak 46 orang(80,7%) dibandingkan pasien Acute Coronary Syndrome (ACS) tanpa kebiasaan merokok yaitu 11 orang(19,3%). Hasil ini sama dengan penelitian sebelumnya tentang kebiasaan merokok dengan penyakit

jantung yang dikemukakan oleh Kennel, 1981 menunjukkan bahwa insiden infark

miokard dan kematian karena penyakit jantung meningkat progresif sesuai jumlah

rokok yang diisap. Perokok mempunyai insiden kematian mendadak karena penyakit

jantung yang lebih tinggi daripada bukan perokok (Kennel,1981). Merokok tembakau

atau perokok pasif dalam jangka waktu yang lama akan meningkatkan risiko Acute Coronary Syndrome (ACS) dan serangan jantung. Merokok memicu pembentukan plak pada arteri. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa merokok dapat

meningkatkan risiko Acute Coronary Syndrome (ACS) dengan cara menurunkan level kolesterol HDL. Semakin banyak merokok semakin besar risiko terkena

serangan jantung. Studi menunjukkan jika berhenti merokok maka akan menurunkan

setengah dari risiko serangan jantung selama setahun(National Heart Lung and Blood Institute,2011)

Derajat keparahan lesi penderita hipertensi adalah semakin meningkat dari

ringan (0 VD) ke berat (3 VD). Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Anandani, 2009 didapati bahawa lesi pada arteri koroner pasien pasca Acute Coronary Syndrome(ACS) dengan faktor risiko hipertensi akan semakin berat. Hipertensi menyebabkan pembentukan aterosklerosis yang lebih cepat daripada orang

(39)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian pada pasien pasca Acute Coronary Syndrome(ACS) pada tahun 2012 didapatkan 57 orang penderita, dapat diambil kesimpulan seperti berikut:

6.1.1. Lesi pada pasien Acute Coronary Syndrome(ACS) dengan faktor risiko hipertensi adalah lebih berat dan semakin meningkat

dibandingkan pasien Acute Coronary Syndrome(ACS) tanpa hipertensi yaitu 4 orang (7%) untuk 0 Vessel Score, 8 orang(14%) untuk 1 Vessel Score, 10 orang(17,5%) untuk 2 Vessel Score dan 12 orang(21,1%) untuk 3 Vessel Score.

6.1.2. Pasien Acute Coronary Syndrome(ACS) dengan faktor risiko hipertensi adalah lebih banyak yaitu 34 orang(59,6%) dibandingkan

pasien Acute Coronary Syndrome(ACS) tanpa hipertensi yaitu 23 orang(40,4%).

6.1.3. Frekuensi pasien Acute Coronary Syndrome(ACS) menurut kelompok umur yang tertinggi terdapat pada kelompok umur 50-59 tahun

sebanyak 24 orang(42,1%) manakala terendah pada kelompok < 40

tahun sebanyak 2 orang(3,5%) . Pasien Acute Coronary Syndrome(ACS) paling banyak dijumpai pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 46 orang(80,7%).

(40)

Acute Coronary Syndrome(ACS) tanpa kebiasaan merokok adalah 11 orang(19,3%).

6.1.5. Pasien Acute Coronary Syndrome(ACS) dengan 0 Vessel Score adalah 5 orang(8,8%), 1 Vessel Score adalah 24 orang( 42,1%), 2

Vessel Score 13 orang(22,8%), dan 3 Vessel Score sebanyak 15 orang

(26,3%).

6.2. Saran

6.2.1. Data rekam medis perlu dilengkapkan dan dirapikan sehingga

informasi yang ingin digali dapat dibaca dengan lebih mudah,

lebih sistematik dan sempurna, misalnya yang berhubungan

dengan gambaran angiografi dan biodata penderita. Banyak

pada rekam medis pasien dimana tulisan dokter tidak dapat

dibaca sehingga untuk mendapat informasi daripada rekam

medis adalah sulit atau banyak rekam medis pasien tidak dapat

digunakan karena tidak dapat digali informasinya.

6.2.2. Penelitian lanjutan yang berkaitan dengan epidemiologi di

Indonesia penyakit Acute Coronary Syndrome(ACS) harus dilakukan supaya penanganan terhadap penyakit ini lebih

bagus sehingga pasien mempunyai prognosa yang baik.

 

 

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Aisyiyah, F.,2009, Faktor Risiko Hipertensi Pada Empat Kabupaten/Kota Dengan Prevalensi Hipertensi Tertinggi Di Jawa Dan Sumatera. Available from: http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/109fna.pdf?sequence=2 

[Accessed: 18 April 2013] 

Anandani, E.T.,2009. Perbandingan Hasil Test Clock Drawing Test (CDT) Pada

Penderita Diabetes Mellitus Dan Penderita Hipertensi Pada Lansia. Available from: http://eprints.undip.ac.id/19237/1/Esti_Tantri_Anandani.pdf

[Accessed: 17th April 2013]

Anwar, T.B., 2004.Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner. Available from:

http://library.usu.ac.id/download/fk/gizi-bahri4.pdf [ Accessed: 18th April 2013]

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2010. Available from:

http://www/depkes.go.id/index.php/berita/press-release/810-hipertensi-penyebab-kematian-nomor-tiga.html%20%5B [ Accessed: 17 April 2013 ]

Dirnyati, V.,2012. Prevalensi Hipertensi di Indonesia Masih Tinggi

http://www.jurnas.com/news/70803/Prevalensi_Hipertensi_di_Indonesia_Masih_Tin

(42)

Douglas, M.,2005. The Pathophysiology of Acute Coronary Syndromes. Washington

University School of Medicine: 1-6.

Dwiputra, B.,2009. Hubungan Prilaku dengan Prevalensi Hipertensi pada Masyarakat

Kota Ternate Tahun 2008. Available from:

http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/122948-S09068fk-Hubungan%20perilaku-Literatur.pdf [ Accessed: 28th April 2013]

JE. Roeters van Lannep et al,2012. Risk factor of coronary heart disease: implication

of gender. In Cardiovascular Reasearch:543-544

Jeff C, Christopher M, James L. The Relationship Between Depression, Anxiety and

Cardiovascular Outcomes in Patients with Acute Coronary Syndromes.

Neuropsychiatric Disease and Treatment. 2010;64:15–28.

Kaplan NM.,1999. Hypertension in the elderly. London: Martin Dunitz.

Kartikawati, A.,2008. Prevalensi dan Determinan Hipertensi pada Pasien

Puskesmasdi Jakarta Utara Tahun 2007. Available from:

http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/122551-S-5407-Prevalensi%20dan-Literatur.pdf

(43)

Kennel W, McGee D, Castelli W, 1984. Latest perspectives on cigarette smoking and

cardiovascular disease,The Framingham Study. JCard Rehabil: 59:750-755.

Kristina.D, 2004. Clinical Manifestations of Coronary Heart Disease and the Metabolic Syndrome. Uppsala Faculty of Medicine:p16

Majid, A.,2007.Penyakit Jantung Koroner: Patofisiologi, Pencegahan dan Pengobatan

Terkini.

Available from: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/705/1/08E00124.pdf

[Accessed: 3rd May 2013]

National Heart Lung and Blood Institute, 2011. Coronary Heart Disease Risk Factors.

Available from: http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/hd/atrisk.html

[Accessed: 20 October 2013]

National Institutes of Health, 2003. The Seventh Report of The Joint National

Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood

Pressure, NIH Publication.

Prevalence of coronary heart disease, United States, 2006-2010. Centers for

Disease Control and Prevention.

Available from: http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/mm6040a1.htm

(44)

Price SA.,1994. Prosedur diagnostik penyakit kardiovaskular. Dalam: Wijaya C.

1994. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : 515-523

Supriyono, M., 2008. Faktor-faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian

Penyakit Jantung Koroner Pada Kelompok Usia ≤ 45 Tahun.

Available from: http://eprints.undip.ac.id/18090/1/MAMAT_SUPRIYONO.pdf

[Accessed: 18 April 2013]

Texas Heart Institute, 2011. Heart Disease Risk Factors.

Available from: http://texasheart.org/HIC/Topics/HSmart/riskfact.cfm

[Accessed: 15 October 2013]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(45)

LAMPIRAN 1

RIWAYAT HIDUP PENELITI

Nama : Pavithra A/P Palani

Tempat/ tanggal lahir : Ipoh / 22 April 1992

Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Hindu

Alamat : Jalan Keladi, No.37, Pringgan, Medan

Sumatera Utara, Indonesia.

Nomor Telepon : 087868964353

Orang Tua : - Ayah : Palani A/L Nadeson

- Ibu : Marimuthu A/P Subramaniam

Riwayat Pendidikan : St John Kindergarten Ipoh (1996 – 1998)

SK Jalan Panglima Bukit Gantang Ipoh (1999-2004)

SMK Tarcisian Convent Ipoh (2005-2009)

President College Kuala Lumpur (2010)

Universitas Sumatera Utara (2010 – sekarang)

(46)
[image:46.595.83.518.229.699.2]

LAMPIRAN 4

GAMBARAN LESI ARTERI KORONER PASIEN PASCA ACS DENGAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DAN NON HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN

No.Rekam Medis

Jenis Kelamin

Usia

(Tahun) Hipertensi Merokok Vessel Score

428985 Perempuan 49 Negatif Negatif 1 VD

436825 Laki-laki 52 Negatif Positif 1 VD

451495 Laki-laki 56 Positif Positif 0 VD

468570 Laki-laki 51 Positif Positif 2 VD

486008 Perempuan 43 Positif Negatif 2 VD

488561 Laki-laki 50 Negatif Positif 2 VD

491922 Laki-laki 49 Positif Positif 1 VD

493180 Laki-laki 62 Negatif Positif 1 VD

494061 Perempuan 60 Positif Negatif 2 VD

499156 Laki-laki 46 Negatif Positif 1 VD

499358 Laki-laki 59 Positif Positif 1 VD

501636 Perempuan 48 Negatif Negatif 3 VD

501655 Laki-laki 59 Positif Positif 2 VD

503103 Laki-laki 56 Negatif Positif 3 VD

503205 Laki-laki 58 Positif Positif 3 VD

503573 Laki-laki 54 Positif Positif 2 VD

503817 Perempuan 55 Positif Negatif 0 VD

503986 Laki-laki 54 Negatif Positif 1 VD

504071 Laki-laki 42 Positif Positif 2 VD

504439 Laki-laki 61 Positif Positif 3 VD

505236 Laki-laki 62 Positif Positif 3 VD

505748 Laki-laki 67 Negatif Positif 1 VD

506210 Laki-laki 60 Negatif Positif 1 VD

506675 Laki-laki 47 Negatif Positif 2 VD

507507 Laki-laki 48 Positif Positif 2 VD

508925 Laki-laki 51 Negatif Positif 3 VD

508939 Laki-laki 36 Positif Positif 3 VD

(47)

511700 Perempuan 62 Positif Negatif 1 VD

512985 Laki-laki 46 Positif Positif 0 VD

513428 Laki-laki 51 Positif Positif 1 VD

513432 Perempuan 47 Positif Negatif 3 VD

516731 Laki-laki 46 Positif Positif 3 VD

517031 Laki-laki 53 Negatif Positif 2 VD

520690 Perempuan 40 Negatif Negatif 1 VD

520831 Laki-laki 61 Positif Positif 3 VD

520882 Laki-laki 58 Positif Positif 3 VD

521906 Laki-laki 43 Negatif Positif 0 VD

523521 Laki-laki 61 Negatif Positif 1 VD

523732 Laki-laki 50 Negatif Positif 1 VD

528905 Laki-laki 63 Positif Positif 3 VD

531281 Laki-laki 56 Positif Positif 2 VD

532348 Laki-laki 58 Positif Positif 2 VD

533177 Laki-laki 63 Positif Positif 3 VD

533378 Laki-laki 52 Positif Positif 3 VD

533580 Laki-laki 51 Negatif Positif 1 VD

534654 Perempuan 53 Negatif Negatif 1 VD

534812 Laki-laki 51 Negatif Positif 1 VD

534819 Laki-laki 56 Positif Positif 1 VD

534884 Laki-laki 42 Negatif Positif 1 VD

536729 Laki-laki 43 Negatif Positif 1 VD

537027 Perempuan 60 Positif Positif 1 VD

539097 Laki-laki 60 Positif Positif 3 VD

539103 Laki-laki 51 Positif Positif 2 VD

540487 Laki-laki 60 Negatif Positif 1 VD

540525 Laki-laki 44 Positif Negatif 1 VD

(48)

Frequencies

Statistics

Jenis Kelamin Umur Hipertensi Merokok Vessel Score

N Valid 57 57 57 57 57

Missing 0 0 0 0 0

Frequency Table

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 46 80.7 80.7 80.7

Perempuan 11 19.3 19.3 100.0

Total 57 100.0 100.0

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 31-35 1 1.8 1.8 1.8

36-40 2 3.5 3.5 5.3

41-45 6 10.5 10.5 15.8

46-50 11 19.3 19.3 35.1

51-55 13 22.8 22.8 57.9

56-60 14 24.6 24.6 82.5

61-65 9 15.8 15.8 98.2

66-70 1 1.8 1.8 100.0

Total 57 100.0 100.0

Hipertensi

Frequency Percent Valid Percent

(49)

Valid Positif 34 59.6 59.6 59.6

Negatif 23 40.4 40.4 100.0

Total 57 100.0 100.0

Merokok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Positif 46 80.7 80.7 80.7

Negatif 11 19.3 19.3 100.0

Total 57 100.0 100.0

Crosstabs 

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Vessel Score * Hipertensi 57 100.0% 0 .0% 57 100.0%

Vessel Score * Hipertensi Crosstabulation

Hipertensi

Total

Positif Negatif

Vessel Score Normal Count 4 1 5

% of Total 7.0% 1.8% 8.8%

IVD Count 8 16 24

% of Total 14.0% 28.1% 42.1%

2VD Count 10 3 13

% of Total 17.5% 5.3% 22.8%

3VD Count 12 3 15

% of Total 21.1% 5.3% 26.3%

Total Count 34 23 57

(50)

 

 

 

 

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Pearson Chi-Square 11.958a 3 .008

Likelihood Ratio 12.269 3 .007

Linear-by-Linear Association 4.168 1 .041

N of Valid Cases 57

a. 2 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum

Gambar

Tabel 5.1. Frekuensi Pasien Acute Coronary Syndrome (ACS) Berdasarkan
Tabel 5.2. Frekuensi Pasien Acute Coronary Syndrome (ACS) Berdasarkan
Tabel 5.3. Frekuensi Pasien Acute Coronary Syndrome(ACS) Berdasarkan
Tabel 5.4. Frekuensi Pasien Acute Coronary Syndrome(ACS) Berdasarkan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Bagi penyedia yang keberatan dengan penetapan ini, dipersilahkan untuk

In this paper, the investigation of the influence of TQM on manufacturing plant performance is a function of four areas management practices within the TQM system

Demikian disampikan, atas perhatiannya diucapkan

Universitas Negeri

Pada hari ini Senin Tanggal Sembilan Belas Bulan September Tahun Dua Ribu Enam Belas bertempat di IAIN Palangka Raya melalui website : lpse.kemenag.go.id Kelompok

iii Alhamdullilah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis telah dapat menyelesaikan

Nama Lengkap dan

Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi proses interaksi sosial antara masyarakat pendatang perumahan transmigrasi terhadap masyarakat lokal yaitu faktor pendorong