ABSTRACT
THE CORELATION BETWEEN MACRO ROLE PLAY ACTIVITIES AND THE 5 TO 6 YEAR OLD KID’S SPEAKING SKILLS
Oleh
DIYAH YUSNITA
The problem in this research was children speaking skills aged 5-6 years old that has not optimally developed at TK Al-Azhar 1 Bandar Lampung academic year 2014/2015. The research objective was to determine the corelation between macro role play activities with children speaking skills aged 5-6 years old. This research was non experimental quantitative research, with the corelation data analysis. Data were collected by observation and documentation. The data were analyzed by using cross table technique and Spearman Rank Corelation. The result showed that was strong corelation between macro role play activities with children speaking skills by 0,86 %. Therefor, it is recommended to involve more macro role play activities to develop children speaking skills aged 5-6 years old.
ABSTRAK
HUBUNGAN KEGIATAN BERMAIN PERAN MAKRO DENGAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AL-AZHAR 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2014/2015
Oleh
DIYAH YUSNITA
Masalah yang diangkat pada penelitian ini adalah keterampilan berbicara yang belum berkembang secara optimal pada anak usia 5-6 Tahun di TK Al-Azhar 1 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014/2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kegiatan bermain peran makro dengan keterampilan berbicara pada anak usia dini. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yang bersifat non eksperimental dengan analisis data korelasi. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tabel silang dan analisis Korelasi Spearman Rank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang erat antara kegiatan bermain peran makro dengan keterampilan berbicara sebesar 0,86 persen. Oleh sebab itu, perlu lebih ditingkatkan kegiatan bermain peran makro untuk mengembangkan keterampilan berbicara pada anak usia dini.
HUBUNGAN KEGIATAN BERMAIN PERAN MAKRO DENGAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AL-AZHAR 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2014/2015
Oleh Diyah Yusnita
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi S1 PG PAUD Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
PENDIDIKAN GURU-PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
HUBUNGAN KEGIATAN BERMAIN PERAN MAKRO DENGAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AL-AZHAR 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2014/2015
(Skripsi)
Oleh DIYAH YUSNITA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
XVI
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1Kerangka Pikir ... 28
1.1Rumus Interval ... 37
1.2Rumus Korelasi Spearman Rank ... 38
DAFTAR ISI
B.Identifikasi Masalah ... 4
C.Pembatasan Masalah ... 5
D.Rumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penulisan ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 6
II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Pustaka ... 8
1. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini ... 8
2. Keterampilan Berbicara ... 10
a.Perkembangan berbicara anak usia dini ... 12
b.Tujuan Pengembangan Berbicara ... 13
c.Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Berbicara ... 14
d. Karakteristik Kemampuan Bahasa Anak Usia 5-6 Tahun ... 15
3. Bermain Pada Anak Usia Dini ... 17
a.Pengertian Bermain ... 17
b.Fungsi Bermain Bagi Anak Usia Dini ... 19
c.Jenis Bermain ... 20
4. Bermain Peran ... 22
a.Jenis Bermain Peran ... 23
b.Langkah Bermain Peran ... 25
B. Kerangka Pikir ... 26
C. Hipotesis Penelitian ... 29
III.METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 30
B. Prosedur Penelitian ... 30
C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31
D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 31
E. Teknik Pengumpulan Data ... 32
F. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional ... 33
G. Kisi – Kisi Instrumen Penelitian ... 35
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 40
1. Identitas Taman Kanak – Kanak ... 40
2. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah... 41
3. Sarana Dan Prasarana ... 41
B. Data Penelitian ... 42
1. Data Variabel Kegiatan Bermain Peran Makro ... 42
2. Data Variabel Keterampilan Berbicara ... 44
C. Analisis Uji Hipotesis ... 46
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 48
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 49
B. Saran ... 49 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Lembar Observasi Variabel X ... 52
2. Lembar Observasi Variabel Y ... 53
3. Kriteria Penilaian Keterampilan berbicara... 54
4. Kriteria Penilaian Bermain Peran Makro ... 56
5. Rencana Kegiatan Harian 1 ... 57
6. Rencana Kegiatan Harian 2 ... 60
7. Rencana Kegiatan Harian 3 ... 63
8. Rekapitulasi Hasil Perolehan Nilai Kegiatan Bermain Peran Makro 66 9. Rekapitulasi Hasil Perolehan Nilai Keterampilan Berbicara ... 68
10. Tabel Penolong Untuk Menghitung Korelasi Spearman Rank ... 70
XV
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1Kisi-Kisi Instrumen Bermain Peran Makro ... 35
1.2Kisi-Kisi Instrumen Keterampilan Berbicara ... 35
1.3Tolak Ukur Kriteria Tingkat Kemampuan ... 37
1.4Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ... 39
4.1 Data Fasilitas di Tk Al-Azhar 1 Bandar Lampung ... 41
4.2 Distribusi Frekuensi Data Kegiatan Bermain Peran Makro ... 43
4.3 Distribusi Frekuensi Data Keterampilan Berbicara ... 44
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada allah SWT. Berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” HUBUNGAN KEGIATAN BERMAIN PERAN MAKRO DENGAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AL-AZHAR 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2014/2015” penulis selesaikan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, bimbingan dan saran dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., Rektor Universitas Lampung
2. Bapak Hi. Dr. Bujang Rahman, M.Si., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
3. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
5. Ibu Dra. Sasmiati, M.Hum., Selaku Dosen Pembimbing Akademik sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan memberikan saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., Selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia memberikan bimbingan, motivasi, nasihat-nasihat, kritik dan saran selama proses penyusunan skripsi ini.
7. Bapak Dr. Riswandi, M.Pd., Selaku Dosen Penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun dalam penyusunan skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu Dosen beserta staf Program Studi PG PAUD
9. Ibu Hj. Indrayani, S.Pd, Kepala Sekolah TK Al-Azhar 1 Bandar Lampung 10.Kedua orang tuaku tercinta bapak Ibu Adila, S.Pd.i dan Rusli Sm
11.Suamiku tercinta Hendy Karta Wijaya, SE
12.Kakak-kakakku tersayang Fitratul Hasanah, SP., M.P dan Septian Hadinata, A.md serta adikku tersayang Fahmi Arbain
13.Sahabatku Manja Amilita, A.md, Windy Gabara, S.Pd, Anendya Giantika, S.sos, Meriza Aryani, A.md. Keb dan dr. Arum Eka Lestari
14.Teman-teman seperjuanganku Mahasiswa PG PAUD khususnya kelas A angkatan 2011, senang rasanya bisa bersama-sama satu kelas dengan mereka selama kurang lebih empat tahun. Semoga kita tetap bisa menjalin silaturahmi dengan baik.
16.Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala disisi Allah SWT dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Amin
Bandar Lampung, September 2015 Penulis,
MOTO
“karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila
kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain”
(Q.S Al Insyirah : 5-7)
Pendidikan adalah alat yang paling ampuh untuk mengubah
dunia, maka perbaikilah pendidikan dimulai dari mendidik diri
sendiri untuk terus belajar menjadi lebih baik lagi
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini sebagai rasa syukur yang tiada henti kupanjatkan
kepada Allah SWT serta Nabi Muhammad SAW dan
Kupersembahkan karya ini sebagai ucapan terimakasih yang tak terhingga
kepada:
Yang tercinta Ibuku Adila dan Ayahku Rusli, yang telah mendidik, membimbing
dan membesarkanku. Terimakasih atas segala doa yang kalian panjatkan untuk
kebaikkanku. Terimakasih yang tak terhingga atas kesabaran dan limpahan kasih
sayang yang kalian berikan hingga sekarang.
Suamiku tercinta Hendy Karta Wijaya. Terimakasih telah memberikan motivasi,
dukungan, dan semangat dalam hidupku.
Kakak-kakakku Fitratul Hasanah dan Septian Hadinata, serta Adikku Fahmi
Arbain yang selalu menyayangiku. Terimakasih telah memberi motivasi dan
semangat dalam hidupku.
Sahabat dan teman-temanku yang selalu memberikan semangat dan senyuman.
Terimakasih telah mengiringi usahaku.
Para pendidik, Dosen dan Guru. Terimakasih telah memberikan motivasi dan
ilmu yang banyak untukku.
RIWAYAT HIDUP
Diyah Yusnita dilahirkan di Kotabumi pada tanggal 4 Agustus 1992. Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Rusli Somad dan Ibu Adila. Pendidikan Penulis dimulai dari TK Islam Nurul Iman Kotabumi pada tahun 1997 dan lulus pada tahun 1998. Penulis melanjutkan ke SDN 3 Gapura Kotabumi pada tahun 1998 dan lulus pada tahun 2004. Penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di SMPN 10 Kotabumi dan lulus pada tahun 2007. Kemudian Penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas di SMAN 3 Kotabumi dan lulus pada tahun 2010.
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagaaman, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 angka 14 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah mengamanatkan dilaksanakannya pendidikan kepada seluruh rakyat Indonesia sejak usia dini, yakni sejak anak dilahirkan. Yang dimaksud pendidikan anak usia dini seperti yang tertuang dalam Undang-Undang tersebut adalah :
”suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan serta perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.
2
apabila anak mendapatkan stimulus yang baik, maka aspek perkembangan anak akan berkembang secara optimal. Upaya pendidikan anak usia dini bukan hanya dari sisi pendidikan saja, tetapi termasuk juga upaya pemberian stimulus, gizi, dan kesehatan anak sehingga dalam pelaksanaannya dilakukan terpadu dan komperhensif ( Depdiknas, panduan mengajar TK / RA, 2002 ). Untuk implementasi dari The Nation for the Education of Young Children ( NAEYC ) dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 di aplikasikan dalam pendidikan anak usia dini pada jalur formal yaitu, TK / RA dan jalur non formal yaitu kelompok bermain TPA / PAUD / SPS. Dalam pembelajaran anak usia dini memiliki tahap-tahap perkembangan sesuai kelompok umur 4-5 tahun dan 4-5-6 tahun.
3
Kemampuan berbahasa merupakan hal penting karena dengan berbahasa anak akan mampu mengutarakan keinginannya dan dapat berkomunikasi dengan orang lain yang ada disekitarnya. Bahasa merupakan bentuk utama dalam mengekspresikan pikiran dan pengetahuan bila anak melakukan interaksi dengan orang lain. Anak-anak yang sedang tumbuh dan berkembang mengkomunikasikan kebutuhan fikiran dan perasaannya melalui bahasa, dengan kata-kata yang mempunyai makna agar orang-orang yang ada disekitarnya bisa mengetahui apa yang diinginkan.
Perkembangan bahasa harus distimulasi sejak dini dengan menggunakan prinsip yang berpedoman pada perkembangan anak usia dini, dan dengan kesesuaian karakteristik anak usia dini. Pembelajaran dapat mendorong anak untuk mampu berinteraksi dengan lingkungannya, serta memperoleh pengetahuan dari kegiatan yang dilakukan melalui bermain karena pada prinsipnya pembelajaran pada anak usia dini yaitu belajar melalui bermain. Dengan bermain anak akan merasakan kesenangan dan tanpa disadari oleh anak proses belajar sedang berlangsung.
4
lancar dan jelas. bahkan seringkali anak menangis dan menundukkan kepalanya jika guru menanyakan tentang suatu hal yang sedang atau yang telah dilakukan anak, mereka tidak dapat menjawab pertanyaan yang harus diberikan pada guru secara jelas, bahkan kadangkala jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan pertanyaan.
Belum berkembangnya keterampilan berbicara anak disebabkan karena dalam pembelajaran, guru jarang memberikan stimulasi kepada anak untuk mengembangkan kemampuan dalam berbicara, mengingat guru lebih banyak berbicara, sedangkan kesempatan anak berbicara sangat sedikit termasuk dalam hal kesempatan bertanya. Kegiatan pembelajaran lebih banyak didominasi dengan tugas-tugas yang harus dikerjakan anak, seperti membaca, menulis dan berhitung. Dalam pembelajaran guru jarang menggunakan media, jika ada media yang digunakan itu hanya dipegang oleh guru akibatnya ketika anak diminta menjelaskan tentang media yang digunakan, anak tidak bisa menjawab.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka ada beberapa masalah yang teridentifikasi yaitu sebagai berikut :
1. Kemampuan berbicara anak belum berkembang. 2. Anak kesulitan menjawab pertanyaan dari guru.
5
4. Kegiatan pembelajaran lebih banyak didominasi dengan tugas-tugas seperti membaca, menulis dan berhitung
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang timbul, maka perlu adanya pembatasan masalah. Hal ini disesuaikan dengan judul penelitian yang akan diteliti, agar apa yang hendak dicapai dalam penelitian ini dapat terarah dengan baik. Maka dalam penelitian ini terbatas pada masalah sebagai berikut:
1. Pembatasan masalah pada penelitian ini yaitu keterampilan berbicara anak usia dini.
2. Subjek yang akan diteliti adalah anak usia 5-6 tahun di TK Al-azhar 1 Bandar Lampung
3. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini yaitu :
6
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah dan permasalahan yang telah dibuat maka tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara kegiatan bermain peran makro dengan keterampilan bebicara anak usia 5-6 tahun di TK Al-Azhar 1 Bandar Lampung
F. Manfaat Penelitian
Terdapat banyak manfaat dari penelitian ini, baik secara teoritis dan praktis. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dibidang pendidikan anak usia dini usia 5 – 6 tahun, khususnya keterampilan berbicara anak usia dini.
2. Secara Praktis
a) Bagi anak diharapkan anak dapat memberikan masukan tentang hal-hal yang dia inginkan dan apa yang sedang dia rasakan dan anak dapat meningkatkan keterampilan berbicaranya, sehingga anak mudah bagi anak untuk berinteraksi dengan orang-orang di lingkungan nya sekarang atau nanti saat dia dewasa.
7
c) Bagi sekolah penelitian ini memberikan manfaat untuk sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolah melalui program-program kegiatan pembelajaran yang tepat dan baik bagi peserta didiknya.
8
II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini
Salah satu bidang pengembangan dalam pertumbuhan keterampilan dasar ditaman kanak-kanak adalah perkembangan bahasa. Bahasa dapat berkembang sesuai dengan tingkatan usia yang dimiliki seseorang, semakin bertambah umur seseorang semakin baik bahasa yang dimiliki. ”Bahasa memungkinkan anak untuk menerjemahkan pengalaman kedalam simbol-simbol yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dan berpikir” (Susanto, 2012:73). Bahasa yang dimiliki oleh anak adalah bahasa yang telah dimiliki dari hasil pengolahan kata yang sering anak dengar kemudian anak menirukan pengucapan kata tersebut.
9
dirumah maupun dengan tetangga di sekitar tempat tinggalnya. Dalam perkembangan bahasa, bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk mengembangkan keterampilan berbahasa, keterampilan mendengar, keterampilan berbicara, dan keterampilan membaca.
10
2. Keterampilan Berbicara
Keterampilan berbicara merupakan dari bagian fungsi bahasa sebagai alat komunikasi, menurut Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah tahun 2007 tentang Pembinaan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar. Ada empat fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yaitu : keterampilan berbahasa, keterampilan mendengar, keterampilan berbicara dan keterampilan membaca.
Keterampilan menurut Yudha dan Rudhyanto (2005 : 7) adalah kemampuan anak dalam melakukan berbagai aktivitas seperti motorik, berbahasa, sosial-emosiaonal, kognitif, dan afektif (nilai-nilai moral). Keterampilan harus dilakukan dengan praktek sebagai pengembangan aktivitas. Setiap anak memiliki keterampilan yang harus dikembangkan sejak usia dini, dengan demikian semua keterampilan yang anak miliki bisa dilatih melalui berbagai kegiatan bermain yang menarik minat anak dan jenis kegiatan yang dirancang untuk mengembangkan keterampilannya.
11
Seperti yang dikemukakan (Suhartono, 2005 : 21) mengemukakan berbicara merupakan bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik dan linguistik.
Hal berbeda dikemukakan Linguis dalam Tarigan (2008 : 3-4) bahwa berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan masa tersebut kemampuan berbicara atau berujar dipelajari.
Sedangkan Hurlock (1978 : 176) mengatakan bahwa “berbicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud”.
12
yaitu belajar melalui bermain. Agar keterampilan berbicara anak berkembang dengan optimal, maka perlu dipahami perkembangan berbicara anak usia dini, tujuan pengembangan berbicara, faktor yang mempengaruhi perkembangan berbicara, dan karakteristik kemampuan bahasa anak usia 5 – 6 tahun.
Dalam berbicara anak bisa menyampaikan maksud (ide, pikiran, gagasan atau isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain. Dengan demikian, berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang berkembang didalam kehidupan anak. Dalam aktivitas berbicara anak melibatkan faktor fisik atau otot tubuh dan lingkungan untuk bisa menyampaikan kata-kata yang memiliki maksud dan tujuan. Pada masa usia dini, berbicara merupakan hal yang sangat mendasar untuk distimulus dengan baik agar perkembangan lainnya tidak terhambat karena perkembangan antara satu dan lainnya saling berkaitan.
a. Perkembangan Berbicara Anak Usia Dini
13
1. Egosentric Speech, terjadi ketika anak berusia 2-3 tahun, dimana anak berbicara kepada dirinya sendiri (monolog). Perkembangan berbicara anak dalam hal ini sangat berperan dalam mengembangkan kemampuan berpikirnya.
2. Socialized speech, terjadi ketika anak berusia 4-6 tahun, dimana anak berinteraksi dengan temannya ataupun lingkungannya. Hal ini berfungsi untuk mengembangkan kemampuan adaptasi sosial anak. Berkenaan dengan hal tersebut terdapat 5 bentuk socialized speech yaitu (1) saling tukar informasi untuk tujuan bersama, (2) penilaian terhadap ucapan atau tingkah laku orang lain, (3) perintah, permintaan, ancaman, (4) pertanyaan, dan (5) jawaban.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tipe perkembangan berbicara anak usia 5-6 tahun yaitu anak mulai berinteraksi dengan temannya ataupun lingkungannya. Dari interaksi tersebut anak dapat saling menyampaikan informasi, pendapat, bertanya ataupun menjawab pertanyaan.
b.Tujuan Pengembangan Berbicara
Secara umum tujuan pengembangan berbicara anak usia dini yaitu agar anak mampu mengungkapkan isi hatinya (pendapat, sikap) secara lisan dengan lafal yang tepat untuk dapat berkomunikasi. Selain itu anak dapat melafalkan bunyi bahasa yang digunakan secara tepat, anak mempunyai perbendaharaan kata yang memadai untuk keperluan berkomunikasi dan agar anak mampu menggunakan kalimat secara baik untuk berkomunikasi secara lisan. Menurut Hartono dalam (Suhartono, 2005: 123) tujuan umum dalam pengembangan berbicara anak, yaitu:
1. Memiliki perbendaharaan kata yang cukup yang diperlukan untuk berkomunikasi sehari-hari.
2. Mau mendengarkan dan memahami kata-kata serta kalimat.
14
4. Berminat menggunakan bahasa yang baik.
5. Berminat untuk menghubungkan antara bahasa lisan dan tulisan.
Sedangkan menurut (Tarigan, 2008 : 16) “tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, seyogianyalah sang pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan”.
Dari pendapat diatas maka tujuan pengembangan berbicara anak usia dini yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah anak dapat mengungkapkan isi hatinya (pendapat atau sikap) secara lisan, anak mampu mengungkapkan pendapat dan sikap dengan lafal yang tepat dan anak berminat menggunakan bahasa yang baik.
c. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Berbicara
Belajar berbicara dapat dilakukan anak dengan bantuan dari orang dewasa melalui percakapan. Dengan bercakap-cakap, anak akan menemukan pengalaman dan meningkatkan pengetahuannya dan mengembangkan bahasanya. Menurut (Hurlock, 1978 : 186-187) mengemukakan :
“kondisi yang dapat mempengaruhi perkembangan dalam berbicara yaitu kesehatan, kecerdasan, keadaan sosial ekonomi, jenis kelamin, keinginan berkomunikasi, dorongan, ukuran keluarga, urutan kelahiran, metode pelatihan anak, kelahiran kembar, hubungan dengan teman sebaya, kepribadian”.
15
bermain anak dapat membentuk dan melatih keterampilan berbicaranya dengan berinteraksi langsung dengan teman-teman sebayanya atau orang dewasa yang ada dilingkungannya. Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik cenderung kemampuan bicaranya lebih baik, ketimbang anak yang penyesuaian dirinya kurang baik. Kenyataannya, berbicara seringkali dipandang sebagai salah satu petunjuk anak yang sehat mental. Sebagai seorang pendidik harus mampu mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan berbicara anak, agar anak dapat berkembang dengan optimal. Kondisi yang dapat menimbulkan perbedaan dalam berbicara dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut sangat mempengaruhi perkembangan berbicara anak. Faktor internal berkaitan dengan kondisi dalam dirinya. Sedangkan faktor eksternal berkaitan dengan kondisi lingkunganya. Kondisi lingkungan adalah keadaan yang ada disekitar anak.
Oleh karena itu dalam penelitian ini membantu perkembangan berbicara anak pada faktor eksternal yaitu dengan memberikan stimulus agar anak terampil dalam berbicara, berkomunikasi dan menjalin hubungan dengan orang-orang yang ada dilingkungan nya.
d.Karakteristik Berbicara Anak Usia 5-6 tahun
16
Menurut Jamaris dalam (Susanto, 2011: 78) karakteristik kemampuan berbicara anak usia 5-6 tahun adalah:
“sudah dapat mengucapkan lebih dari 2.500 kosakata, lingkup kosakata yang dapat diucapkan anak menyangkut warna, ukuran, bentuk, rasa, bau, keindahan, kecepatan, suhu, perbedaan, perbandingan, jarak, dan permukaan (kasar-halus), anak usia 5-6 tahun sudah dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan. Anak sudah dapat mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapi pembicaraan tersebut. Percakapan yang dilakukan oleh anak 5-6 tahun telah menyangkut berbagai komentarnya terhadap apa yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan orang lain, serta apa yang dilihatnya”.
Pada umumnya anak suka berbicara dan berbicara kepada seseorang, tertarik menggunakan kata-kata baru dan luas, banyak bertanya, tata bahasa akurat dan beralasan, menggunakan bahasa yang sesuai, dapat mendefinisikan dengan bahasa yang sederhana, menggunakan bahasa yang bisa dipahami orang lain, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan sangat aktif berbicara.
Selanjutnya menurut (Dhieni, 2008: 3-9) menyebutkan anak usia 4-6 tahun mempunyai karakeristik berbicara yaitu:
1. Kemampuan anak untuk dapat berbicara dengan baik
2. Melaksanakan 2-3 perintah lisan secara berurutan dengan benar.
3.Mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan urutan yang mudah dipahami
4. Menyebutkan nama, jenis kelamin dan umurnya
5. Menggunakan kata sambung seperti: dan, karena, tetapi
6. Menggunakan kata tanya seperti bagaimana, apa, mengapa, kapan 7. Membandingkan dua hal
8. Memahami konsep timbal balik 9. Menyusun kalimat
10. Mengucapkan lebih dari tiga kalimat 11. Mengenal tulisan sederhana
17
pengalaman dalam menjalin komunikasi dengan orang-orang yang ada dilingkungan anak didalam aktivitas berbicara tersebut anak menyampaikan kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud.
3. Bermain Pada Anak Usia Dini
Bermain merupakan kegiatan yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Bermain harus dilakukan atas inisiatif anak dan atas keputusan anak itu sendiri, agar anak berminat untuk melakukan kegiatan guru harus mempersiapkan permainan apa yang akan dimainkan, dan alat permainan edukatif untuk anak. Bermain peran bisa dijadikan salah satu cara untuk menciptakan kegiatan yang bisa menarik perhatian anak agar mau melakukan kegiatan didalam atau diluar kelas. Untuk mengaplikasikan kegiatan bermain peran anak maka perlu dipahami tentang pengertian bermain, jenis bermain, bermain peran, jenis bermain peran dan fungsi bermain bagi anak usia dini.
a. Pengertian Bermain
18
tumbuh dan mengembangkan seluruh aspek perkembangan yang ada pada dirinya.
Teori Singer oleh Jerome Singer dalam (Mutiah, 2012 : 107) mengatakan bahwa “bermain memberikan suatu cara bagi anak untuk masuknya
perangsangan (stimulasi), baik dari luar maupun dari dalam yaitu aktivitas otak yang konstan memainkan kembali dan merekam pengalaman”. Menurut (Mutiah, 2012 : 92) “Bermain bagi anak adalah eksplorasi, eksperimen, peniruan (imitation), dan penyesuaian (adaptasi)”. Anak-anak belajar melalui permainan mereka, pengalaman bermain yang menyenangkan dengan bahan, benda, teman sebaya dan dukungan orang dewasa membantu anak-anak berkembang secara optimal. Sedangkan menurut Frobel dalam (Mutiah, 2012 : 93) bermain digunakan sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak.
19
b.Fungsi Bermain Bagi Anak Usia Dini
Permainan mempunyai arti sebagai sarana mensosialisasikan diri anak, dengan bermain keterampilan berbicara anak dapat dikembangkan. Pada masa usia dini, anak mulai berfikir simbolis dan menggunakan kata-kata untuk untuk mengganti gambar dan gerakan tubuh. Anak mulai menggunakan kata-kata untuk menyampaikan keinginannya, membagi rasa dan berinteraksi sosial. ”permainan digunakan sebagai sarana membawa anak kealam masyarakat, permainan sebagai sarana untuk mengukur kemampuan dan potensi diri anak” (Mutiah, 2012 : 113).
Dalam situasi bermain anak akan dapat menunjukkan bakat, fantasi, dan minatnya. Saat bermain anak akan menghayati berbagai emosi yang mungkin muncul seperti rasa senang, gembira, tegang, kepuasan dan rasa kecewa. Dengan bermain anak bisa memngembangkan keterampilan berbicara dengan menyimak aturan-aturan yang berlaku pada saat kegiatan bermain dilakukan, mengenal kata-kata dan menambah banyak kosa kata yang anak miliki. Dan tentunya, dengan bermain anak belajar banyak hal dan dengan bermain seluruh aspek perkembangan anak dapat terstimulus. Sedangkan menurut Stone dalam (Yuliani dan Bambang, 2013 : 36) mengatakan bahwa ”kegiatan bermain dapat mengembangkan berbagai
20
Dari beberapa pendapat diatas, maka fungsi bermain bagi anak usia dini tidak hanya mengutamakan stimulus terhadap gerakan-gerakan saja seperti yang kita lihat secara jelas yang dilakukan anak. Tetapi juga berfungsi sebagai sarana untuk melatih anak dalam mempersiapkan kehidupan bermasyarakat, dengan bermain anak terlibat langsung dengan orang-orang yang ada disekitarnya dan dengan bermain seluruh aspek perkembangan anak yaitu bahasa, kognitif, fisik motorik, sosial emosional dan moral agama dapat terstimulus.
c. Jenis Bermain
Dunia anak adalah dunia bermain, dalam kehidupan anak-anak, sebagian besar waktunya dihabiskan dengan aktivitas bermain. Anak melakukan kegiatan main untuk membangun skema mental melalui interaksi dengan objek, manusia, dan berbahasa. Anak-anak dengan senang melakukan berbagai gerakan saat bereksplorasi menggunakan mata, pendengaran dan panca indera lainnya saat bermain dilingkungannya. Bermain dapat digunakan sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak.
Jenis-jenis bermain diungkapkan oleh Smilansky dalam Fauziah (2010:111) terdapat tiga jenis bermain, yaitu 1) bermain simbolik, 2) bermain konstruktif, dan 3) bermain drama.
1) Bermain simbolik
21
berbagai bentuk hingga mereka dewasa. Bermain simbolik terkait dengan permainan konstruktivif dan bermain drama.
2) Bermain konstruktif
Bermain konstruktif menggunakan materi atau objek terkait fungsi atau lebih canggih lagi dapat terkait dengan simbol. Anak menciptakan sendiri atau membangun sendiri materi secara konkrit dan menghadirkannya sebagai objek. Intinya dalam main pembangunan bukan hanya karya yang diperhatikan tetapi yang lebih penting adalah membangun gagasan dan cara berpikir anak itu sendiri. Contohnya adalah bermain menyusun balok dan benda cair.
3) Bermain drama
22
4. Bermain Peran
Dalam kegiatan di sekolah-sekolah untuk masa prasekolah, biasanya jenis kegiatan bermain peran dipisahkan dengan kelas yang biasa anak gunakan sehari-hari atau dipisahkan kelas tertentu dengan nama sentra bermain peran. Tujuan di bentuknya sentra bermain peran, agar anak dengan mudah memerankan keadaan dilingkungan dimana anak tinggal seperti keadaan dipasar, kantor pos, rumah sakit dll.
Bermain peran termasuk dalam jenis bermain drama. Pengertian bermain peran adalah salah satu bentuk pembelajaran, dimana peserta didik ikut terlibat aktif memainkan peran-peran tertentu. Bermain peran (role playing) merupakan sebuah permainan dimana para pemain memainkan peran tokoh-tokoh khayalan dan berkolaborasi untuk merajut sebuah cerita bersama. Para pemain memilih aksi tokoh-tokoh mereka berdasarkan karakteristik tokoh tersebut, dan keberhasilan aksi mereka tergantung dari sistem peraturan permainan yang telah ditetapkan, asalkan tetap mengikuti peraturan yang ditetapkan, para pemain bisa berimprovisasi membentuk arah dan hasil akhir permainan.
23
sangat penting untuk perkembangan kognisi, sosial, dan emosi anak pada usia tiga sampai enam tahun.
Sedangkan menurut Gowen dalam (Mutiah, 2012 : 208) “main peran sebagai sebuah kekuatan yang menjadi dasar perkembangan daya cipta, tahapan, ingatan kerja sama kelompok, penyerapan kosa kata, konsep hubungan kekeluargaan, pengendalian diri, keterampilan mengambil sudut pandang spasial, afeksi dan kognisi”
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa bermain peran merupakan permainan dimana anak menirukan atau berpura-pura menjadi seseorang dengan menggunakan benda-benda yang ada disekitar. Bermain peran dapat menjadi sebuah kekuatan yang menjadi dasar perkembangan daya cipta, penyerapan kosa kata, konsep hubungan dilingkungan, pengendalian diri, keterampilan mengambil sudut pandang spasial, afeksi dan kognisi.
Dengan bermain peran anak membangun kemampuan untuk mengahadapi pengalaman-pengalaman dengan membuat suatu keadaan yang semestinya, dan dengan bermain menjadikan sarana untuk anak mengembangkan kecakapan dan kemampuan yang dikembangkan guna mempersiapkan keadaan dimasa depan.
a. Jenis Bermain Peran
24
khususnya untuk anak usia taman kanak-kanak, sedangkan bermain peran mikro adalah awal bermain kerja sama dilakukan bisa 2 orang saja bahkan sendiri.
Perbedaan konsep antara bermain peran makro dan mikro akan memberikan perbedaan tingkat perkembangan keterampilan berbicara pada anak usia dini. Bermain peran makro dapat melatih anak untuk lebih banyak berbicara atau berkomunikasi dengan teman didalam permainannya. Sedangkan bermain peran mikro merupakan awal anak untuk belajar mengucapkan kata-kata bisa seorang diri dan cenderung hanya menggerak-gerakkan benda saja. Hal ini disebabkan lawan main anak pada bermain peran mikro lebih sedikit dari pada bermain peran makro. Menurut Erikson dalam Nuraini (2007):
1). Bermain peran mikro
Anak-anak belajar menjadi sutradara atau dalang, memainkan boneka, dan mainan berukuran kecil seperti rumah-rumahan, kursi sofa mini, tempat tidur mini (seperti bermain boneka barbie). Biasanya mereka akan menciptakan percakapan sendiri.
2). Bermain Peran Makro
25
b. Langkah – Langkah Bermain Peran
Secara natural anak sudah memiliki minat untuk bermain peran, namun agar kegiatan bermain peran berjalan sesuai dan tingkat pencapaian perkembangan yang ingin dicapai bisa berkembang secara optimal, maka perlu pendampingan dari guru atau orang tua. Agar seluruh perkembangan terstimulus dengan baik, perlu dibuat gagasan untuk bermain peran makro dan media yang digunakan dibuat semenarik mungkin agar anak mau memainkannya.
Sebelum melakukan kegiatan bermain peran, maka perlu untuk mengetahui langkah-langkah dalam bermain peran agar pembelajaran dalam bermain peran dapat berjalan secara efektif dan efisien. Menurut Nuraini (2010:82) langkah-langkah kegiatan bermain peran adalah sebagai berikut :
1. Guru mengumpulkan anak untuk diberikan pengarahan dan aturan-aturan serta tata tertib dalam bermain
2. Guru membicarakan alat-alat yang akan digunakan oleh anak-anak untuk bermain
3. Guru memberikan pengarahan sebelum bermain dan mengabsen anak-anak serta menghitung jumlah anak-anak bersama-sama
4. Guru memberikan tugas kepada anak sebelum bermain menurut kelompoknya agar anak tidak saling berebut dalam bermain. Anak diberikan penjelasan mengenai alat-alat bermain yang sudah disediakan
5. Guru sudah menyiapkan alat-alat permainan yang akan digunakan sebelum anak-anak mulai bermain
6. Anak bermain sesuai dengan perannya
7. Guru hanya mengawasi, mendampingi anak dalam bermain apabila dibutuhkan anak, guru tidak banyak bicara dan tidak banyak membantu anak
26
Selanjutnya, seperti yang dikemukakan oleh Djamarah (2005:238) ”terdapat lima langkah dalam bermain peran yaitu: (1) penentuan topik, (2) penentuan anggota pemeran, (3) mempersiapkan peranan, (4) latihan singkat dialog, (5) pelaksanaan permainan peran.
Berdasarkan pendapat diatas, maka langkah-langkah bermain peran sangat penting dipahami oleh para pendidik agar pelaksanaan pembelajaran pada saat bermain peran dapat berlangsung terarah dan efektif untuk anak, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.
B. Kerangka Pikir
Salah satu bidang pengembangan dalam pertumbuhan keterampilan dasar ditaman kanak-kanak adalah perkembangan bahasa. Bahasa dapat berkembang sesuai dengan tingkatan usia yang dimiliki seseorang, semakin bertambah umur seseorang semakin baik bahasa yang dimiliki. Bahasa memungkinkan anak untuk menerjemahkan pengalaman kedalam simbol-simbol yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dan berpikir. Perkembangan bahasa anak sangat penting untuk distimulus sejak dini, pembelajaran bahasa untuk anak usia dini diarahkan pada kemampuan berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan.
27
keterampilan mendengar, keterampilan berbicara dan keterampilan membaca. Pada tahapan usia 5-6 tahun, keterampilan berbicara anak termasuk dalam lingkup perkembangan mengungkapkan bahasa, yaitu anak sudah dapat menjawab pertanyaan yang lebih kompleks, menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi yang sama, berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata, serta mengenal simbol-simbol untuk persiapan membaca, menulis dan berhitung, menyusun kalimat sederhana dalan struktur lengkap, memiliki lebih banyak kata-kata untuk mengekspresikan ide pada orang lain dan melanjutkan sebagian cerita/dongeng yang telah diperdengarkan.
Keterampilan adalah kemampuan anak dalam melakukan berbagai aktivitas seperti motorik, berbahasa, sosial-emosiaonal, kognitif, dan afektif (nilai-nilai moral). Setiap anak memiliki keterampilan yang harus dikembangkan sejak usia dini, dengan demikian semua keterampilan yang anak miliki bisa dilatih melalui berbagai kegiatan bermain yang menarik minat anak dan jenis kegiatan yang dirancang untuk mengembangkan keterampilannya.
28
pengendalian diri, keterampilan mengambil sudut pandang spasial, afeksi dan kognisi. Dalam hal ini penggunaan jenis bermain peran makro diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada anak, karena dalam bermain peran makro anak secara langsung bermain menjadi tokoh untuk memainkan peran-peran tertentu sesuai dengan tema. Menggunakan alat-alat bermain dengan ukuran sesungguhnya. Misalnya peran sebagai dokter, perawat, pasien, dalam sebuah rumah sakit. Jenis permainan ini dapat digunakan guru dalam menstimulus keterampilan berbicara anak. Anak dapat dengan mudah bermain memeran kan sesuatu atau seseorang yang ada dilingkungan sekitar nya, sebuah permainan dan media yang menarik menjadi suatu hal yang penting dalam sebuah pembelajaran terutama pada pembelajaran anak usia dini, sehingga anak akan lebih tertarik dalam melakukan kegiatan pembelajaran baik didalam kelas ataupun diluar kelas. Ketika anak sudah tertarik dengan cara atau metode serta media yang digunakan dalam proses pembelajaran maka kemampuan anak akan berkembang secara optimal.
29
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis “merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan” menurut (Sugiyono, 2010 : 96).
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir diatas, maka hipotesis yang dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Ha : terdapat hubungan yang erat antara kegiatan bermain peran makro dengan keterampilan berbicara anak 5-6 tahun di TK Al-Azhar 1 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014/2015.
30
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yang bersifat non eksperimental dengan analisis data korelasi. Analisis hubungan (korelasi) adalah suatu bentuk analisis data dalam penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kekuatan atau bentuk arah hubungan dua variabel dan besarnya pengaruh yang disebabkan oleh variabel lainnya yaitu variabel terikat (Siregar, 2014:335). Hubungan tersebut dinyatakan dengan besarnya koefisien korelasi dan keberartian (signifikansi) secara statistik.
B. Prosedur Penelitian
Penelitian terdiri dari dua tahapan, yaitu prapenelitian dan tahap pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari setiap penelitian tersebut adalah: 1. Penelitian pendahuluan, terdiri dari langkah-langkah berikut :
a. Membuat surat izin penelitian kesekolah tempat dilakukannya penelitian.
b. Observasi kesekolah tempat dilakukan penelitian untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti. c. Menetapkan sampel penelitian
31
2. Tahap Perencanaan
a. Menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana Kegitatan Harian (RKH)
b. Membuat instrumen evaluasi yaitu berupa lembar observasi 3. Tahap Pelaksanaan
a. Melaksanakan penelitian sesuai dengan Rencana Kagiatan Harian (RKH) yang telah disusun
b. Mengevaluasi dengan lembar observasi
c. Mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data d. Membuat laporan hasil penelitian
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di taman kanak-kanak Al-Azhar 1 Bandar Lampung yang beralamatkan di Jalan Tupai, gang Swadaya, Kelurahan Segala Mider, Kecamatan Tanjung Karang Barat, Bandar Lampung. Penelitian dilaksanakan pada semester genap Tahun ajaran 2014-2015.
D. Populasi dan Teknik Sampling
32
Sedangkan sampel adalah bagian atau sejumlah cuplikan tertentu yang diambil dari suatu populasi dan diteliti secara rinci (Santoso dan Tjiptono, 2002:79). Sampel merupakan suatu prosedur pengambilan data, dimana hanya sebagian populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari suatu populasi. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling yang merupakan metode penetapan responden untuk dijadikan sampel berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu
Mengingat keterbatasan penelitian, maka peneliti memutuskan untuk menggunakan anak-anak di kelompok B2 TK Al-Azhar 1 Bandar Lampung Tahun ajaran 2014/2015 yang berusia 5-6 tahun dan berjumlah 23 anak sebagai sampel pada penelitian ini.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam suatu penelitian selalu terjadi proses pengumpulan data untuk memperoleh data yang sejelas-jelasnya. Peneliti akan menggunakan beberapa metode atau cara untuk memperoleh data-data yang diperlukan.
Berdasarkan uraian tersebut maka dalam penelitian ini penulis menggunakan cara-cara sebagai berikut dalam pengumpulan data :
1. Observasi
33
langsung dan teknik observasi partisipatif. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi sudah ada. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data kegiatan bermain peran makro sebagai variabel X dan Keterampilan berbicara sebagai variabel Y.
Observasi dilakukan terhadap suatu objek secara langsung tanpa melalui perantara dan langsung dilakukan pada saat kegiatan berlangsung didalam kelas. Dari hasil observasi akan diperoleh informasi tentang bagaimana proses kegiatan berlangsung.
2. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu (Sugiono,2011:326). Dokumentasi bisa berbentuk tulisan seperti catatan harian, biografi, peraturan dan kebijakan, bisa berbentuk gambar seperti foto. Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian untuk memperoleh data yang bersifat dokumenter seperti profil sekolah, peraturan di sekolah dan catatan harian. Dokumentasi digunakan untuk melengkapi data premier tentang subjek yang diteliti.
F. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional 1. Definisi Konseptual
34
tokoh untuk memainkan peran-peran tertentu sesuai dengan tema menggunakan alat-alat bermain dengan ukuran sesungguhnya.
Keterampilan berbicara (variabel Y) merupakan bentuk keterampilan yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud.
2. Definisi Operasional
Kegiatan bermain peran makro merupakan kegiatan bermain peran dimana anak memerankan sesuatu atau seseorang yang ada di lingkungan sekitarnya dengan memanfaatkan alat-alat permainan. Adapun indikator dari kegiatan bermain peran makro adalah sebagai berikut:
a) Keterlibatan anak dalam bermain peran
b) Keterlibatan anak dalam melakukan percakapan sesuai dengan tokoh yang diperankan
Sedangkan keterampilan berbicara merupakan bentuk keterampilan yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud. Adapun indikatornya meliputi :
35
G. Kisi – kisi Instrumen Penelitian
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Instrument Penelitian Bermain Peran Makro (X) Variabel Indikator Aspek yang dinilai Kegiatan bermain
peran makro
Keterlibatan anak dalam bermain peran
Keterlibatan anak dalam melakukan percakapan
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Keterampilan Berbicara (Y) No. Variabel Indikator Aspek yang dinilai
1. Keterampilan sebaya, guru dan orang lain
36
Analisis data merupakan proses mencari atau menyusun secara sistematis yang diperoleh dari hasil observasi. Hasil dari obeservasi tersebut merupakan data mentah yang berupa angka yaitu skor. Penelitian ini dilakukan terhadap hasil akhir untuk menguji hipotesis yang sudah dirumuskan oleh peneliti. Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti menggunaka teknik analisis data Korelasi Spearman Rank. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji analisis tabel.
1. Analisis tabel
37
Gambar 3.1 Rumus Interval Keterangan :
i = Interval NT = Nilai tertinggi NR = Nilai Terendah K = Kategori
Sedangkan untuk menyajikan data pada variabel Y atau data keterampilan berbicara juga digolongkan menjadi 4 kategori yaitu Berkembang Sangat Baik (BSB), Berkembang Sesuai Harapan (BSH), Mulai Berkembang (MB), dan Belum Berkembang (BB). Maka hasil perhitungan data ditafsirkan menggunakan kriteria tingkat kemampuan sebagai berikut :
Tabel 3.3
Tolak Ukur Kriteria Tingkat Kemampuan Interval Persentasi
Tingkat Kemampuan
Keterangan
76,00 – 100,00 Berkembang Sangat Baik 51,00 – 75,00 Berkembang Sesuai Harapan
26,00 – 50,00 Mulai Berkembang
0,00 – 25,00 Belum Berkembang
Sumber: Dimyati (2013 : 103)
38
a. Analisis Uji Hipotesis
hipotesis asosiatif yang dirumuskan peneliti merupakan hipotesis yang dibuat untuk memberikan jawaban pada permasalahan yang bersifat hubungan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis Korelasi Spearman Rank untuk menguji hipotesis yang sudah dirumuskan sebelumnya. Teknik tersebut digunakan untuk menguji hubungan antara kedua variabel yaitu variabel X kegiatan bermain peran makro dengan variabel Y Keterampilan Berbicara, dengan rumus sebagai berikut:
Sumber : Sugiyono (2012 : 245)
Gambar 3.2 Rumus Korelasi Spearman Rank Keterangan :
= Koefisien Spearman Rank 6 & 1 = Bilangan Konstan
b Selisih peringkat setiap data n = Jumlah data
Berdasarkan hasil perhitungan dengan kolerasi Spearman Rank, maka dapat diketahui apakah hipotesis yang diajukan dapat diterima atau tidak. Ha : = 0
Ho : ≠ 0
Selanjutnya dari hasil perhitungan tersebut kemudian dilihat keeratannya menggunakan pedoman interpretasi koefisien sebagai berikut :
39
Tabel 3.4
Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
Kategori Tingkat Keeratan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat
Sumber : Sugiyono ( 2010 : 257)
Selajutnya untuk mengetahui korelasi dua variabel menghasilkan variansi bersama dapat diketahui melalui besarnya koefisien determinasi, sebagai berikut :
Gambar 3.3 Rumus Koefisien Determinasi
Keterangan : r = hasil korelasi
49
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dipaparkan, maka diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara kegiatan bermain peran makro dengan keterampilan berbicara pada anak usia 5-6 tahun di Taman Kanak-Kanak Al-Azhar 1 Bandar Lampung Tahun ajaran 2014/2015. Hal tersebut dibuktikan dari hasil analisis data dengan menggunakan Korelasi Spearman Rank sebesar 0.86 yang berarti bahwa kegiatan bermain peran makro dengan keterampilan berbicara pada anak usia dini memiliki hubungan yang erat dan bernilai positif.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati John. 2013. Metodelogi Penelitian Pendidikan dan Aplikasinya pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Kencana, Jakarta
Depdiknas. 2009. Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Proyek Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58
Dhieni, Nurbaina. 2013. Metode Pengembangan Bahasa. Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka
Djamarah, Saiful Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik dalam interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta
Fauziah, DU. 2010. Keindahan Belajar Dalam Perspektif Pedagogi. Jakarta: PT Unggul Permana Selaras
Hadi, Sutrisno. 2006. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga
Latif, Mukhtar., dkk. 2011. Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini Teori dan Aplikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Mayke S, Tedjasaputra. 2003. Bermain, Mainan dan Permainan. Jakarta: Gramedia
Mutiah, Diana. 2012. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Nuraini, Yuliani. 2007. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 58 Tahun 2008 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 137 Tahun 2014 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas
51
Santoso, Singgih dan Tjiptono, Fandy. 2002. Riset Pemasaran dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta: Elex Media Komputerindo
Siregar, Sofian. 2014. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT Bumi Aksara
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta . 2012. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Suhartono. 2005. Pengembangan Keterampilan Berbicara Anaka Usia Dini. Jakarta: Depdikbud
Sujiono, Yuliani Nurani & Sujiono, Bambang. 2013. Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: PT Indeks
Suprapto. 2013. Metode Penelitian Ilmu Pendidikan dan Ilmu-ilmu Pengetahuan Sosial. Yogyakarta: CAPS (Center Academic Publishing Service)
Susanto, Ahmad. 2012. Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar dalam Berbagai Aspeknya. Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Bandung