• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN INSTRUMEN KEUANGAN LINDUNG NILAI PADA PERBANKAN DAN NON-PERBANKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN INSTRUMEN KEUANGAN LINDUNG NILAI PADA PERBANKAN DAN NON-PERBANKAN"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN INSTRUMEN KEUANGAN LINDUNG NILAI

PADA PERBANKAN DAN NON-PERBANKAN (Skripsi)

Oleh

NUR WAHYU NINGSIH

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRACT

COMPARATIVE ANALYSIS OF FINANCIAL PERFORMANCE BEFORE AND AFTER IMPLEMENTATION OF HEDGING FINANCIAL

INSTRUMENTS IN THE BANKING AND NON-BANKING By:

NUR WAHYU NINGSIH

This study aims to provide empirical evidence that there is a significant difference and improvement of financial performance both before and after implementation of hedging financial instruments in the banking and non-banking.

Operational variables in this study are the ratio of liquidity proxied by current ratio, profitability ratio proxied by net profit margin, and financial leverage proxied by the ratio of total debt to total assets.

This study used secondary data obtained from the Indonesian Capital Market Directory (ICMD), Capital Markets Center (PIPM) Lampung, and website of Indonesia Stock Exchange (IDX). There are 37 samples in this study during the period of 2008-2011. Then, hypothesis testing was done by using a dependent t-test with paired samples, prior to the dependent t-t-test analysis of paired samples, normality test was done.

The result shows that there is a difference and better improvement on financial performance before and after implementation of hedging financial instruments in the banking and non-banking.

(3)

ABSTRAK

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN INSTRUMEN KEUANGAN LINDUNG NILAI

PADA PERBANKAN DAN NON-PERBANKAN oleh

NUR WAHYU NINGSIH

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris bahwa terdapat

perbedaan signifikan dan peningkatan kinerja keuangan yang lebih baik sebelum dan sesudah penerapan instrumen keuangan lindung nilai pada perbankan dan non-perbankan.

Operasional variabel dalam penelitian ini adalah rasio likuiditas yang diproksikan dengan rasio lancar, rasio profitabilitas yang diproksikan dengan net profit

margin, dan financial leverage ratio diproksikan dengan total hutang terhadap total aset.

Data dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD), Pusat Pasar Modal (PIPM) Lampung, dan website Bursa Efek Indonesia (BEI). Terdapat 37 sampel dalam penelitian ini dengan periode 2008-2011. Kemudian, pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t dependen sampel berpasangan, sebelum dilakukan analisis uji-t dependen sampel berpasangan terlebih dahulu dilakukan uji normalitas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dan peningkatan semakin baik kinerja keuangan sebelum dan sesudah penerapan instrumen keuangan lindung nilai pada perbankan dan non-perbankan.

(4)

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN INSTRUMEN KEUANGAN LINDUNG NILAI

PADA PERBANKAN DAN NON-PERBANKAN

Oleh

NUR WAHYU NINGSIH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)
(6)

Judul Skripsi : ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN INSTRUMEN KEUANGAN LINDUNG NILAI PADA PERBANKAN DAN NON-PERBANKAN

Nama Mahasiswa : Nur Wahyu Ningsih No. Pokok Mahasiswa : 0911031107

Jurusan : Akuntansi

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Kiagus Andi, S.E., M.Si., Akt. Retno Yuni N.S., S.E., M.Sc.,Akt. NIP 19580919 199501 1 001 NIP 19780603 200604 2 001

2. Ketua Jurusan Akuntansi

(7)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Kiagus Andi, S.E., M.Si., Akt. .……….

Sekretaris : Retno Yuni N.S., S.E., M.Sc.,Akt. ……….

Penguji Utama : Dr. Ratna Septiyanti, S.E., M.Si., Akt. ……….

2. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. NIP. 196109041987031001

(8)
(9)

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya menyatakan bahwa yang saya tulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Bandar Lampung, Mei 2013

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bobotsari, pada tanggal 13 Juni 1991, sebagai anak tunggal dari pasangan Bapak H. Sutopo Tardjo, S.H. dan Ibu Dra. Hj. Endang Martin Herawati, M.Pd.

Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis adalah Taman Kanak-Kanak (TK) di TK Raudhatul Athfal Assalam Sukarame Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 1997, Sekolah Dasar (SD) di SD Al-Kautsar Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2003. Tahun 2006 penulis berhasil

menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Al-Kautsar Bandar Lampung, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan pada tahun 2009 di SMA Negeri 2 Bandar Lampung.

(11)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahiim Alhamdulillahirrobbil’alamin

Teriring doa dan rasa syukur kepada Allah SWT yang selalu menjadi pelindungku dalam menjalani hidup ini.

Kupersembahkan karya penuh perjuanganku ini kepada :

ALLAH SWT dengan segala kekuasaan-Nya membuat semua ini menjadi nyata dan berjalan lancar.

Kedua orangtuaku, mama dan bapak tercinta sebagai motivatorku untuk

menyelesaikan kuliah. Terima kasih atas semua didikan, cinta dan kasih sayang selama ini, dan ini adalah salah satu tanda baktiku.

Sahabat-sahabat terbaik yang selalu ada.

(12)

SANWACANA

Assalammualaikum Wr.Wb.

Dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan hidayah serta ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Skripsi dengan judul “ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN INSTRUMEN KEUANGAN LINDUNG NILAI PADA PERBANKAN DAN NON-PERBANKAN dapat terselesaikan dengan optimal.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung penelitian ini:

1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., Akt. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

3. Bapak Sudrajat, S.E., M.Acc., Akt. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

4. Bapak Kiagus Andi, S.E., M.Si., Akt. selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan bantuan, saran, arahan dan waktunya selama penyusunan skripsi ini dan selama masa perkuliahan;

5. Ibu Retno Yuni Nur Susilowati, S.E., M.Sc.,Akt. selaku Dosen

Pembimbing Kedua yang telah memberikan bantuan, saran, arahan dan waktunya selama penyusunan skripsi ini dan selama masa perkuliahan; 6. Ibu Dr. Ratna Septiyanti, S.E., M.Si., Akt. selaku Dosen Penguji Utama

yang telah memberikan bantuan, saran, arahan dan waktunya dalam penyelesaian skripsi ini.

(13)

9. Bapak Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., Akt (Pemeriksaan Akuntansi

10. Bapak Sudrajat, S.E.,M.Acc., Akt. selaku Dosen Pembimbing Akademik; 11. Ibu Dr. Lindrianasari, S.E., M.Si., Akt selaku motivator. Terima kasih atas

motivasi, saran, dan nasehat yang telah diberikan.

12. Segenap bapak dan ibu dosen yang telah membantu penulis dalam menimba ilmu dan memperluas wawasan selama penulis menyelesaikan pendidikan di Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

13. Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

14. Kedua orangtuaku, Bapak H. Sutopo Tardjo, S,H. dan Ibu Dra. Hj. Endang Martin Herawati, M.Pd. yang telah memberikan dukungan moril dan materil serta senantiasa berkorban dan mengusahakan yang terbaik bagi penulis tanpa mengenal lelah.

15. Sahabat-sahabat dialmamaterku tercinta: Niken Monica, Intan Puspita Sari, dan Cesaria Saputri terima kasih atas segala dukungan yang

membangun semangat dan terima kasih selama ini menjadi teman curhat dan teman dalam suka maupun duka, semoga apa yang kita harapkan dapat terwujud, amin.

16. Segenap teman-teman Akuntansi 2009.

17. Sahabat-sahabat sejak SMP dan SMA: Desi Riana Saputri, Fisida Sari Sitorus, Netty Karolin Hutabarat, Layla Febry Hidayati, Ardi Yoansah, A.Md., Rio Sanjaya, Arton Johan Lubis, dan Resti Pratiwi terima kasih telah menjadi sahabat yang baik hati dan ketulusan dalam bersahabat sampai kini.

(14)

Terima kasih untuk orang yang sudah terlibat atau melibatkan dirinya dalam kehidupan saya, dan orang-orang yang terlewat disebutkan tetapi memiliki arti yang sama pentingnya bagi kehidupan saya, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga karya ini bermanfaat dan membantu pihak-pihak yang berkepentingan. Terima kasih.

Wassalammualaikum Wr.Wb.

Bandar Lampung, Meii 2013 Penulis

(15)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ……….. iii

DAFTAR GAMBAR ……….. iv

DAFTAR LAMPIRAN ……….. v

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ……….. 1

1.2 Rumusan Masalah ………. 6

1.3 Batasan Masalah ……… 6

1.4 Tujuan Penelitian ……… 7

1.5 Manfaat Penelitian ………. 7

BAB II. LANDASAN TEORI 2.1 Perbankan ……….. 8

2.1.1 Lembaga Keuangan Non-Bank ……… 10

2.1.2 Instrumen Keuangan pada Perbankan ………. 12

2.2 Instrumen Keuangan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 50 dan 55 (Revisi 2006) ………….. 14

2.3 Kinerja Keuangan ………. 26

2.4 Rasio Keuangan untuk Penilaian Kinerja ………. 27

2.5 Dampak Krisis Keuangan terhadap Perbankan di Asia …… 28

2.6 Rerangka Penelitian ……….. 31

2.7 Pengembangan Hipotesis ……….. 32

(16)

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Penentuan Sampel ………. 38

3.2 Jenis dan Sumber Data ……… 39

3.3 Definisi Operasionalisasi Variabel ……….. 39

3.3.1 Rasio Likuiditas ………. 40

3.3.2 Rasio Profitabilitas ………. 40

3.3.3 Financial Leverage Ratio……….... 41

3.4 Prosedur Pengolahan Data ……….. 41

3.5 Alat Analisis ……… 42

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskriptif Penelitian ……… 44

4.2 Analisis Deskriptif Operasional Penelitian ………. 44

4.2.1 Analisis Deskriptif Rasio Likuiditas ……….. 45

4.2.2 Analisis Deskriptif Rasio Profitabilitas ……….. 46

4.2.3 Analisis Deskriptif Financial Leverage Ratio ……… 47

4.3 Analisis Data ……… 48

4.4 Uji Normalitas ………. 48

4.4.1 Uji Normalitas Rasio Likuiditas ………. 49

4.4.2 Uji Normalitas Rasio Profitabilitas ………. 50

4.4.3 Uji Normalitas Financial Leverage Ratio ……… 50

4.5 Pengujian Hipotesis ………. 51

4.5.1 Pengujian Terhadap Rasio Likuiditas ………. 51

4.5.2 Pengujian Terhadap Rasio Profitabilitas ………. 53

4.5.3 Pengujian Terhadap Financial Leverage Ratio ……… 55

4.6 Hasil Pengujian dan Pembahasan Hipotesis ……….. 57

4.7 Pengujian Tambahan ……….. 60

4.7.1 Analisis ANOVA ………. 60

(17)

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ………. 71 5.2 Keterbatasan Penelitian ……….. 73 5.3 Saran ……….. 73

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1: Daftar Sampel Perusahaan Perbankan dan Non Perbankan 2. Lampiran 2: Hasil Uji Normalitas Rasio Likuiditas (Rasio Lancar)

3. Lampiran 3: Hasil Uji Normalitas Rasio Profitabilitas (Net Profit Margin) 4. Lampiran 4: Hasil Uji Normalitas Financial Leverage Ratio (Total Hutang

Terhadap Total Aset)

5. Lampiran 5: Hasil Uji Hipotesis (Rasio Lancar) 6. Lampiran 6: Hasil Uji Hipotesis (Net Profit Margin)

7. Lampiran 7: Hasil Uji Hipotesis (Total Hutang Terhadap Total Aset) 8. Lampiran 8: Hasil Uji ANOVA Rasio Likuiditas (Rasio Lancar)

9. Lampiran 9: Hasil Uji ANOVA Rasio Profitabilitas (Net Profit Margin) 10.Lampiran 10: Hasil Uji ANOVA Financial Leverage Ratio (Total Hutang

(19)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Tabel 1: Perbandingan Pengukuran Menurut PSAK 50 (1998)

dengan PSAK No. 50 (revisi 2006) ………. 20

2. Tabel 2: Restorasi Penurunan Nilai yang Diturunkan ……….. 22 3. Tabel 3: Descriptive Statistics Rasio Lancar ………. 45 4. Tabel 4: Descriptive Statistics Net Profit Margin ……….. 46 5. Tabel 5: Descriptive Statistics Total Hutang Terhadap Total Aset ……….. 47 6. Tabel 6: Uji Kolmogorov Smirnov Rasio Lancar ………. 49 7. Tabel 7: Uji Kolmogorov Smirnov Net Profit Margin ... 50 8. Tabel 8: Uji Kolmogorov Smirnov Total Hutang Terhadap Total Aset …… 51 9. Tabel 9: Hasil Perhitungan Rasio Lancar Menggunakan Uji Statistik

Paired Sample t-test ……… 52

10.Tabel 10: Hasil Perhitungan Net Profit Margin Menggunakan Uji Statistik Paired Sample t-test ……… 54

11.Tabel 11: Hasil Perhitungan Total Hutang Terhadap Total Aset

(20)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Analisis Trend Rasio Lancar Perbankan

dan Non-perbankan ………. 63 Gambar 2. Analisis Trend Net Profit Margin Perbankan

dan Non-perbankan ……… 65 Gambar 3. Analisis Trend Total Hutang Terhadap Total Aset

(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin pesatnya dunia perekonomian dan perbankan internasional, Indonesia dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan standar akuntansi internasional, sehingga dapat meningkatkan kewajaran, keandalan dan transparansi laporan keuangan. Untuk memenuhi hal itu, maka Ikatan Akuntan Indonesia dan Dewan Standar Akuntansi Keuangan menerbitkan PSAK 50 & 55 revisi tahun 2006 yang harus diterapkan oleh industri perbankan sejak 1 Januari 2008 dan menjadi aturan akuntansi formal bagi perusahaan, perbankan, BUMN dan organisasi lain untuk mematuhinya.

Banyak bank dan lembaga keuangan lainnya ternyata belum mampu untuk menerapkan PSAK ini, maka penerapannya pada 1 Januari 2010. PSAK No. 50 revisi 2006 mengenai Instrumen Keuangan “Penyajian dan Pengungkapan” dan

PSAK No. 55 revisi 2006 mengenai Instrumen Keuangan “Pengakuan dan Pengukuran” telah mengacu pada IAS 32 dan 39. Dengan diterapkannya PSAK

(22)

PSAK 50 & 55 (revisi 2006) ini sudah mengadopsi sebagian besar aturan IFRS, berbeda dengan PSAK No. 50 (1998) dan PSAK No. 55 (1999) yang lebih cenderung ke US GAAP. Menurut standar lama, instrumen keuangan yang

dimiliki oleh perbankan hanya sebatas pada instrumen pasar uang (money market) serta instrumen pasar modal (capital market) meliputi surat berharga komersial, saham, surat pengakuan utang, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek (Annisa et al., 2010).

Apabila PSAK 50 & 55 (revisi 2006) digunakan, kecuali aset tetap, hampir seluruh item pada laporan keuangan perbankan merupakan instrumen keuangan. Hal ini cukup mengundang perdebatan karena definisi tersebut mencakup dua kelompok item paling besar baik pada sisi debit, maupun sisi kredit, yakni simpanan (deposit atau receivable) dan kredit (loan). Hal ini disebabkan karena pada PSAK No. 50 (1998) merupakan standar lama, belum sesuai dengan IFRS. Sedangkan PSAK No. 50 (revisi 2006) sudah tercakup jenis instrumen keuangan “Loan and Receivable”, sama seperti IAS 32 (Annisa et al., 2010).

(23)

(impairment). lndikator bukti objektif kerugian nilai pada investasi ekuitas dapat berupa menurunnya nilai wajar saham dalam periode panjang dan penurunan tersebut bukan karena fluktuasi pasar. Selain itu indikator lainnya adalah adanya informasi bahwa perusahaan mengalami kesulitan operasional misalnya

penutupan segmen operasi, kegagalan produk, pelanggaran kontrak pinjaman, serta likuidasi perusahaan. Memburuknya rasio keuangan dapat menjadi pengukur kemampuan penerbit dalam melakukan pembayaran hutang dan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan terhadap penerapan instrumen keuangan lindung nilai. Rasio keuangan terkait adalah: rasio likuiditas, rasio profitabilitas, serta financial leverage ratio (Annisa et al., 2010).

Dalam penelitian ini ukuran kinerja keuangan yang akan diteliti adalah rasio likuiditas, rasio profitabilitas, dan financial leverage ratio. Selain perbankan dan non-perbankan menggunakan ukuran kinerja keuangan ini dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan, alasan yang mendasari pengambilan variabel-variabel ini adalah bahwa analisis rasio keuangan tersebut dapat menjadi pengukur perlakuan penurunan nilai yang sesuai dengan PSAK 50 & 55 (revisi 2006) terhadap instrumen keuangan lindung nilai perusahaan (Annisa et al., 2010).

(24)

dapat menjadi pengukur kemampuan pihak peminjam dalam melakukan

pembayaran hutang yang dalam hal ini perusahaan menerima informasi mengenai masalah keuangan berupa penurunan nilai (impairment loss) aset yang dialami pihak peminjam sehingga tidak mampu melakukan pembayaran dan

mempengaruhi perusahaan dalam melindungi nilai dari instrumen keuangan yang dimiliki (Annisa et al., 2010). Sedangkan PSAK lama, tidak memberikan

panduan yang jelas tentang indikator-indikator penurunan nilai untuk instrumen keuangan lindung nilainya.

(25)

Financial Leverage Ratio adalah kemungkinan dan kemampuan jangka panjang

perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka panjang (Subramanyam dan Wild, 2010). Penerapan PSAK baru tersebut berpengaruh terhadap rasio financial leverage ratio karena kelompok aset keuangan diturunkan nilainya jika terdapat

bukti yang objektif mengenai terjadinya penurunan nilai tersebut sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa kerugian yang terjadi setelah pengakuan awal aset tersebut, dan peristiwa tersebut berdampak pada arus kas masa depan yang dapat diestimasi secara handal terhadap instrumen keuangan lindung nilainya (Annisa et al., 2010). Sedangkan PSAK lama, tidak memberikan panduan yang jelas tentang indikator penurunan nilai untuk instrumen keuangan lindung nilai.

Penelitian Firoz et al. (2011) berdasarkan studi mengenai dampak penerapan IAS 39 mengenai instrumen keuangan dan IFRS 9 mengenai klasifikasi dan

pengukuran instrumen keuangan pada perbankan di India menemukan bahwa penerapan kedua standar ini sangat mempengaruhi industri perbankan terutama dalam klasifikasi financial asset yang lebih ketat dan valuasi pencadangan penurunan nilai untuk pinjaman yang diberikan dan porfolio piutang, serta berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Penelitian mengenai penerapan penurunan nilai instrumen keuangan berdasarkan PSAK 50 & 55 (revisi 2006) dan perubahan yang harus dilakukan oleh

(26)

pengukur kemampuan penerbit atau pihak peminjam dalam melakukan pembayaran hutang dan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan untuk melindungi nilai dari penurunan nilai instrumen keuangan yang dimiliki. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Penerapan Instrumen Keuangan Lindung Nilai pada Perbankan dan Non-Perbankan.”

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini secara umum adalah „‟Bagaimana perbandingan kinerja keuangan sebelum dan sesudah penerapan instrumen keuangan lindung nilai pada perbankan dan non-perbankan tahun 2008- 2011?”

1.3 Batasan Masalah

Untuk memfokuskan penelitian ini, agar masalah yang diteliti memiliki ruang lingkup dan arah yang jelas, maka peneliti memberikan batasan masalah sebagai berikut:

1. Ukuran kinerja keuangan yang diteliti yaitu Rasio Lancar, Net Profit Margin, dan RasioTotal Hutang Terhadap Total Aset.

2. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data kuantitatif yang diperoleh dari laporan keuangan perbankan dan

(27)

3. Laporan keuangan yang diteliti dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan 2 (dua) tahun sebelum dan 2 (dua) tahun sesudah penerapan instrumen keuangan lindung nilai PSAK 50 & 55 (Revisi 2006).

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini secara umum bertujuan untuk

memberikan bukti empiris bahwa terdapat perbedaan signifikan dan peningkatan kinerja keuangan yang lebih baik sebelum dan sesudah penerapan instrumen keuangan lindung nilai pada perbankan dan non-perbankan tahun 2008 - 2011.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi akademisi, diharapkan penelitian ini digunakan sebagai sumber informasi dan bahan referensi untuk penelitian selanjutnya dan sebagai sarana dalam memahami, serta menambah pengetahuan untuk mengaplikasikan teoritis yang telah dipelajari.

2. Bagi perusahaan, sebagai informasi bahwa kinerja keuangan yang baik adalah sesuatu yang bisa meningkatkan reputasi perusahaan.

(28)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Perbankan

A. Definisi Perbankan

Menurut UU RI No. 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang

perbankan dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya.

Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok bank, sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung. Kegiatan menghimpun dana, berupa mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Kegiatan menyalurkan dana, berupa pemberian pinjaman kepada masyarakat. Sedangkan jasa-jasa perbankan lainnya diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan utama tersebut.

(29)

B. Fungsi Perbankan

Fungsi utama dari bank adalah menyediakan jasa yang menyangkut penyimpanan nilai dan perluasan kredit. Evolusi bank berawal dari awal tulisan, dan berlanjut sampai sekarang yang dalam hal ini bank berperan sebagai institusi keuangan yang menyediakan jasa keuangan. Lisensi bank diberikan oleh otoriter supervisi keuangan dan memberikan hak untuk melakukan jasa perbankan dasar, seperti menerima tabungan dan memberikan pinjaman.

C. Jenis-jenis Bank

Secara umum bank adalah suatu badan usaha yang memiliki wewenang dan fungsi untuk untuk menghimpun dana masyarakat umum untuk disalurkan kepada yang memerlukan dana tersebut. Berikut di bawah ini adalah macam-macam dan jenis-jenis bank yang ada di Indonesia beserta arti definisi atau pengertian masing-masing bank.

1. Bank Sentral

(30)

2. Bank Umum

Bank umum adalah lembaga keuangan yang menawarkan berbagai layanan produk dan jasa kepada masyarakat dengan fungsi seperti menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam berbagai bentuk, memberi kredit pinjaman kepada masyarakat yang membutuhkan, jual beli valuta asing atau valas, menjual jasa asuransi, jasa giro, jasa cek, menerima penitipan barang berharga, dan lain sebagainya.

3. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank perkreditan rakyat adalah bank penunjang yang memiliki keterbatasan wilayah operasional dan dana yang dimiliki dengan layanan yang terbatas pula seperti memberikan kridit pinjaman dengan jumlah yang terbatas, menerima simpanan masyarakat umum, menyediakan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, penempatan dana dalam sbi atau sertifikat bank indonesia, deposito berjangka, sertifikat atau surat berharga, tabungan, dan lain sebagainya. Sejak

diberlakukannya Undang-Undang nomor 10 tahun 1998, jenis bank dapat dibedakan menjadi Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat.

2.1.2 Lembaga Keuangan Non Bank A. Definisi Lembaga Keuangan Non Bank

(31)

B.Tujuan Pendirian Lembaga Keuangan Non Bank

Lembaga keuangan berkembang sejak tahun 1972, dengan tujuan untuk

mendorong perkembangan pasar modal serta membantu permodalan perusahaan-perusahaan ekonomi lemah. Jenis-jenis lembaga keuangan meliputi:

1. Lembaga pembiyaan pembangunan contoh PT UPINDO

2. Lembaga perantara penerbit dan perdagangan surat-surat berharga contoh PT Danareksa.

3. Lembaga keuangan lain seperti :

a. Perusahaan Asuransi yaitu perusahaan pertanggungan sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab Undang-Undang Hukum Perniagaan ayat 246. b. PT Pegadaian (Persero) yaitu Perusahaan milik Pemerintah yang ditugasi

untuk membantu rakyat, meminjami uang secara perorangan dengan menjaminkan barang-barang bergerak maupun tak bergerak.

c. Koperasi Kredit yaitu sejenis koperasi yang kegiatan usahanya adalah mengumpulkan dana anggota melalui simpanan dan menyalurkan kepada anggota yang membutuhkan dana dengan cara pemberian kredit.

d. Sekuritas dan Bank Investasi, merupakan sebuah lembaga keuangan yang akan memberikan garansi atau penjaminan pada sekuritas atau surat berharga. Perusahaan ini juga terlibat dalam aktivitas yang terkait dengan masalah jual beli surat berharga, perantaraan surat berharga dan

(32)

e. Pembiayaan atau Leasing. Jenis lembaga keuangan bukan bank ini merupakan lembaga yang paling akrab dengan masyarakat. Hal ini terkait dengan peran lembaga ini yang berfungsi untuk memberikan bantuan pendanaan bagi masyarakat yang ingin membeli kendaraan bermotor secara kredit. Lembaga ini tidak memberikan pelayanan dalam bentuk simpanan, dan hanya memberikan bantuan pelayanan dalam wujud hutang atau kredit jangka pendek.

f. Reksa Dana adalah lembaga yang memberikan penawaran kepada nasabah tentang rencana simpanan kepada nasabah. Dalam program ini, nasabah akan mengakumulasikan dana mereka dalam bentuk tabungan dan akan diambil pada masa pensiun mereka. Dana-dana yang tersimpan tersebut, akan dikelola oleh lembaga tersebut untuk menghasilkan keuntungan yang bisa dinikmati oleh nasabah.

. 2.1.3 Instrumen Keuangan pada Perbankan

Menurut standar PSAK 50 & 55 (1998) , instrumen keuangan yang dimiliki oleh perbankan hanyalah sebatas pada instrumen pasar uang (money market) serta instrumen pasar modal (capital market) yang meliputi surat berharga komersial, saham, surat pengakuan utang, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek.

(33)

Hal ini cukup mengundang perdebatan karena definisi tersebut mencakup dua kelompok item paling besar baik pada sisi debit, maupun sisi kredit, yakni simpanan (deposit atau receivable) dan kredit (loan). Hal ini disebabkan karena pada PSAK No. 50 (1998) yang merupakan standar lama, belum sesuai dengan IFRS. Sedangakan PSAK No. 50 (revisi 2006) sudah tercakup jenis instrumen keuangan “Loan and Receivable”, sama seperti IAS 32.

JWGSS (1999), JWGBA (1999a), Gebhart (2003) menjelaskan mengenai pengelompokkan aktivitas bank menjadi trading book dan banking book. Menurut Peraturan Bank Indonesia PBI No: 5/12/PBI/2003

Seluruh posisi perdagangan bank pada instrumen keuangan dalam neraca dan rekening administratif serta transaksi derivatif yang (1) dimaksud untuk dimiliki dan dijual kembali dalam jangka pendek ;(2) dimiliki untuk tujuan memperoleh keuntungan jangka pendek dari perbedaan suku bunga; (3) timbul dari kegiatan perantaraan (brokering) dan kegiatan pembentukan pasar (market marking); atau (4) diambil untuk tujuan lindung nilai (hedging) komponen trading book lain. Sedangkan banking book menurut PBI No:5/12/PBI/2003 adalah semua elemen atau posisi lainnya yang tidak termasuk dalam trading book.

Berdasarkan pengelompokkan tadi, instrumen keuangan yang termasuk ke dalam trading book adalah kategori “Fair Value Through Profit or Loss”, derivatif, dan

instrumen lindung nilai (hedge) seperti fordward contract, opsi, interest rate, swap dan sebagainya. Sedangkan instrumen keuangan yang termasuk di dalam

(34)

2.2 Instrumen Keuangan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 50 dan 55 (Revisi 2006)

A. Definisi PSAK 50 & 55 (Revisi 2006)

Pada PSAK No. 50 (1998), istilah yang disebut-sebut sebagai instrumen keuangan diistilahkan dengan sebutan “efek”, yang memiliki definisi:

“ Surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek.’’

Sedangkan PSAK No. 50 (revisi 2006) mendefinisikan instrumen keuangan adalah:

“Setiap kontrak yang menambah nilai aset keuangan entitas dan kewajiban keuangan atau instrumen ekuitas entitas lain”

PSAK 50 dan 55 (Revisi 2006) efektif diberlakukan pada 1 Januari 2010, laporan keuangan perusahaan di Indonesia menerapkan PSAK revisi berikut ini.

1. PSAK 50 (Revisi 2006), Instrumen Keuangan mengenai Penyajian dan Pengungkapan.

2. PSAK 55 (Revisi 2006), Instrumen Keuangan mengenai Pengakuan dan Pengukuran.

(35)

PSAK 55 (Revisi 2006) memberikan penjelasan pengakuan dan pengukuran atas instrumen keuangan dan kontrak untuk membeli item non-keuangan. Antara lain, yaitu pada tanggal 1 Januari 2010, perusahaan harus melakukan klasifikasi atas asset dan kewajiban keuangan yang dimilikinya dan perhitungan metode suku bunga efektif ketika aset atau kewajiban diukur pada biaya perolehan diamortisasi yang diperoleh sebelumnya dan masih bersaldo pada saat penerapan awal dari PSAK ini ditentukan berdasarkan atas arus kas yang akan datang diperoleh sejak awal penerapan PSAK 50 dan 55 ini sampai dengan waktu jatuh tempo dari instrumen keuangan tersebut (Emanuela, 2012).

B. Tujuan PSAK 50 & 55 (Revisi 2006)

Tujuan PSAK 50 & 55 (Revisi 2006) adalah sebagai berikut:

1. Menetapkan prinsip penyajian instrumen keuangan sebagai kewajiban atau

ekuitas dan untuk saling hapus aset keuangan dengan kewajiban keuangan.

2. Prinsip-prinsip ini melengkapi prinsip pengakuran dan pengukuran dalam

PSAK 55 (2006).

3. Digunakan untuk mengundang investor baik di pasar modal maupun pasar

keuangan, serta sebagai prudential regulation yaitu mendorong proses

harmonisasi penyusunan dan analisis laporan keuangan guna mendorong

(36)

C. Manfaat dan Kelebihan Implementasi PSAK No. 50 dan 55 (Revisi 2006) Manfaat dan Kelebihan Implementasi PSAK No. 50 & 55 (Revisi 2006) terhadap kinerja keuangan perusahaan adalah sebagai berikut:

a. Dengan adanya standar akuntansi Indonesia yang mengacu pada standar

Internasional ini, akan dapat meningkatkan keandalan, keterbandingan dan representative faithfullnes terhadap kinerja keuangan perusahaan.

b. Transparansi terhadap pelaporan keuangan perbankan dan lembaga keuangan lain akan meningkat. Dengan meningkatkan transparansi laporan keuangan, maka kecurangan-kecurangan akan dapat diminimalisir. Selain itu, aturan – aturan baru pada PSAK revisi ini akan mempersempit kemungkinan adanya kecurangan. Seperti masalah reklasifikasi dari dan ke kategori “FVTPL”dari

kategori manapun tidak digunakan, untuk menaikkan laba. Selain itu, adanya aturan yang tegas mengenai penentuan CPKN akan mengurangi kesempatan manajemen perusahaan untuk melakukan kecurangan seperti window

dressing atau merekayasa laporan keuangan perusahaan untuk tujuan tertentu,

yaitu 'memainkan' pencadangan untuk mengatur laba (Anggraita, 2011).

(37)

Konsep PSAK 50 & 55 (Revisi 2006) menuntut perusahaan menentukan cadangan berdasarkan data historis kerugian kredit yang sudah terjadi atau incurred loss. Data yang harus berusia minimal tiga tahun, meski idealnya adalah antara tiga sampai lima tahun. Perusahaan juga tidak bisa memilah-milah data historis kredit untuk mengatur cadangan untuk memperoleh rasio probability of default tertentu.

Kewajiban penerapan PSAK 50 & 55 (Revisi 2006) untuk laporan keuangan perbankan ditujukan agar perusahaan lebih transparan dalam menyajikan laporan kinerjanya. Kebijakan ini efektif per 1 Januari 2010 lalu. Namun, Bank ndonesia memberi waktu transisi hingga akhir tahun 2011. Apalagi merujuk kebutuhan data historis minimal tiga tahun, PSAK baru benar-benar berjalan tahun 2012. Selain itu, penurunan beban cadangan piutang dapat memberikan dampak pada kenaikan presentase laba bersih perusahaan, tetapi penurunan beban cadangan piutang bukan merupakan satu-satunya penyebab kenaikan presentase laba bersih perusahaan. Masih banyak komponen yang mempengaruhi kenaikan laba bersih perusahaan, seperti efisiensi pengeluaran, promosi, ekpansi perusahaan, dan peningkatan penjualan. Dengan penerapan PSAK 50 & 55 (Revisi 2006) ini oleh perbankan diharapkan akan membuat sektor strategis ini semakin menarik, sehingga investor akan lebih mudah memahami kinerja perusahaan (Chariri dan Hendro, 2010).

D. Fungsi PSAK 50 & 55 (Revisi 2006)

Untuk meningkatkan penerapan PSAK No. 55 dan PSAK No.50 tentang

keuangan sesuai PSAK dimaksud. Hal ini dilaksanakan dalam rangka

(38)

hal-hal tersebut dapat dipahami sebelumdiberlakukannya ketentuan penerapan

PSAK 50 & 55 (Revisi 2006).

E. Klasifikasi (classification)

PSAK No. 50 (1998) mengklasifikasikan instrumen keuangan (istilah dalam PSAK ini adalah efek) ke dalam salah satu dari tiga kelompok berikut ini: i. Dimiliki hingga jatuh tempo (Held to maturity)

ii. Diperdagangkan (trading)

iii. Tersedia untuk dijual (available for sale)

Bila dilihat pada PSAK ini, maka klasifikasi tersebut sama dengan yang di atur dalam US GAAP.Sedangkan menurut pencatatannya pada neraca, PSAK 50 (revisi 2006) paragraf 7 mengklasifikasikan instrumen keuangan ke dalam empat kategori:

i. Aset keuangan atau kewajiban keuangan yang dinilai pada nilai wajar melalui laporan laba rugi (financial asset at fair value through profit or loss/FVTPL) ii. Investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo (Held to maturity/HTM.

iii. Pinjaman yang diberikan dan piutang (Loan and Receivable/ L&R), dengan kriteria yang sama dengan HTM hanya saja tidak memiliki kuotasi di pasar aktif (quoted market)

iv. Aset keuangan tersedia untuk dijual (Available for sale / AFS)

Kategori yang berbeda dengan PSAK 1998 adalah Loan and Receivable. Dengan adanya PSAK No. 50 (revisi 2006) inilah maka Pinjaman dan deposit di industri perbankan memenuhi kriteria sebagai Instrumen Keuangan dan harus

(39)

F. Pengakuan (Recognition)

Pengakuan atas instrumen keuangan disesuaikan dengan klasifikasi yang telah penulis jelaskan di atas, Jadi, apabila mengacu kepada PSAK No. 50 (1998), maka diakui ke dalam salah satu dari 3 kategori Held to Maturity, trading dan Available for Sale dimana mengklasifikasikan instrumen keuangan tersebut

lebih kepada menurut penyajiannya dalam neraca. PSAK No. 50 (revisi 2006) melakukan pengklasifikasian berdasarkan pengakuan dan pengukurannya yaitu berdasar jangka waktu suatu aset keuangan akan dimiliki ataupun jangka waktu tempo untuk kewajiban keuangan.

G. Pengukuran (Measurement)

PSAK No. 55 (revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran telah banyak mengadopsi IAS 39 dibandingkan PSAK No. 55

(1999). Ada perbedaan yang mendasar pada pengukuran awal (initial measurement) antara PSAK 55 (1998) dengan PSAK 55 (revisi 2006).

Sebelumnya, semua instrumen keuangan dikur pada pengukuran awal sebesar historical cost, namun menurut PSAK No. 55 (revisi 2006), pengukuran nilai

awal instrumen keuangan berdasarkan fair value-nya. Khusus untuk Held to Maturity, fair value tersebut ditambah dengan biaya-biaya yang berhubungan

langsung dengan akuisisi ataupun penerbitan instrumen keuangan tersebut.

(40)
[image:40.595.137.519.93.758.2]

Tabel 1 : Perbandingan Pengukuran Menurut PSAK No. 50 (1998) dengan PSAK No. 50 (revisi 2006)

Jenis PSAK 50 1998 PSAK 55 revisi 2006

FVTPL 1. Pengukuran awal

berdasarkan cost (biaya). 2. Pengukuran selanjutnya

berdasarkan fair value. 3. Gain atau loss yang belum

direalisasi atas efek kategori trading harus diakui sebagai income.

1. 1. Pengukuran awal berdasarkan fair value (par 43).

2. Pengukuran selanjutnya

berdasarkan fair value (par 46). 3. Gain atau loss diakui pada

income statement.

HTM 1. Pengukuran awal

berdasarkan cost (biaya). 2. Pengukuran selanjutnya

berdasarkan amortized cost.

1. Pengukuran awal berdasarkan fair value (par 43).

2. Pengukuran selanjutnya diukur pada biaya perolehan

diamortisasi dengan metode suku bunga efektif (par 46).

3. Gain atau loss diakui pada income statement. Terjadi ketika

financial asset atau financial

liabilities tersebut dihentikan

(41)

L&R Tidak diklasifikasikan 1. Pengukuran awal berdasarkan fair value.

2. Pengukuran selanjutnya diukur pada biaya perolehan

diamortisasi dengan metode suku bunga efektif (par 46).

3. Gain atau loss diakui pada income statement. Terjadi ketika

financial asset atau financial

liabilities tersebut dihentikan

pengakuannya atau mengalami penurunan nilai dan melalui proses amortisasi (par 50). AFS 1. Pengukuran awal

berdasarkan cost (biaya). 2. Pengukuran selanjutnya

berdasarkan fair value. 3. Gain atau loss yang

belum direalisasi atas AFS (termasuk efek yang diklasifikasikan sebagai current asset) harus dimasukkan sebagai komponen ekuitas yang disajikan terpisah, dan tidak boleh diakui sebagai income sampai gain atau loss tersebut dapat direalisasi.

1. Pengukuran awal berdasarkan fair value (par 43).

2. Pengukuran selanjutnya berdasar fair value (par 46).

3. Gain atau loss diakui pada laporan perubahan ekuitas.

(42)

H. Penurunan Nilai (Impairment)

PSAK No. 50 (1998) tidak memberikan panduan yang jelas tentang indikator-indikator penurunan nilai untuk instrumen keuangan. PSAK 50 (1998)

[image:42.595.135.515.522.753.2]

menyebutkan bahwa biaya perolehan yang diturunkan nilainya tidak dapat diubah lagi. Mengenai apakah nilai tersebut dapat direstorasi lagi tidak disebutkan dalam PSAK ini. Sedangkan jika dibandingkan dengan PSAK 50 (1998), PSAK 55 (revisi 2006) memberikan penekanan lebih pada ’bukti objektif (objective evidance)’ yang menjadi dasar dari penurunan nilai tersebut (paragraf 60) dan juga penekanan bahwa evaluasi akan adanya penurunan tersebut harus dilakukan pada setiap tanggal neraca (paragraf 59). Sebagai contohnya instrumen keuangan jenis FVTPL akan dinyatakan turun nilainya berdasarkan PSAK 55 (revisi 2006) apabila pasar aktif instrumen tersebut hilang karena kesulitan keuangan. Selain itu, untuk masalah restorasi nilai yang diturunkan, diatur lebih jelas dalam PSAK revisian ini seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel 2

Restorasi Penurunan Nilai yang Diturunkan

Aturan Pemulihan (restorasi) Nilai pada Penurunan Nilai (impairment)

Klasifikasi Perlakuan

FVTPL Pada FVTPL tidak berlaku penurunan nilai (impairment) karena sudah dinilai dengan nilai wajar.

HTM Kerugian karena penurunan nilai dapat dipulihkan. L&R Kerugian karena penurunan nilai dapat dipulihkan.

(43)

I. Pengungkapan

PSAK 50 (1998) dan 55 (1999) hanya mengatur pengungkapan sesuai dengan ruang lingkup dari setiap PSAK tersebut. Sementara PSAK 50 (revisi 2006) mengatur pengungkapan untuk seluruh instrumen derivatif dengan rinci. Yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan meliputi:

1. Format, Tempat dan Klasifikasi Instrumen Keuangan 2. Kebijakan Manajemen Risiko dan Aktivitas Lindung Nilai 3. Persyaratan, Kondisi dan Kebijakan Akuntansi

4. Risiko Tingkat Bunga 5. Risiko Kredit

6. Nilai wajar

7. Pengungkapan Lainnya

J. Lindung Nilai (Hedging)

Dalam mengelola instrumen keuangan, perusahaan dihadapkan pada berbagai risiko, seperti interest risk, market price risk, dan forency currency risk yang akan mempengaruhi volatilitas nilai wajar atau arus kas instrumen keuangan tersebut. Untuk melindungi laporan laba-rugi dari volatilitas, perusahaan dapat melakukan lindung nilai (hedging) terhadap instrumen keuangan tersebut.

Sama halnya dengan PSAK 55 (1998), PSAK 55 (2006) juga menjelaskan kriteria item-item yang dilindungi nilai (hedge item) dan instrumen lindung nilai (hedge instrument). Item yang dilindungi nilai dapat berupa aset, kewajiban, komitmen

(44)

berupa: (1) derivatif yang telah ditetapkan (designated); atau (2) aset keuangan non derivatif atau kewajiban keuangan (hanya untuk lindung nilai atas risiko perubahan nilai tukar mata uang asing), yang mempunyai nilai wajar atau arus kas yang diperkirakan dapat saling hapus dengan perubahan nilai wajar atas arus kas item yang dilindung nilai.

Pada PSAK 55 (Revisi 2006) juga diatur hanya instrumen yang berhubungan dengan pihak ekternal yang dapat dijadikan instrumen lindung nilai (paragraf 74), hal ini sesuai dengan prinsip laporan konsolidasi bahwa transaksi yang terjadi antara dua entitas dalam grup yang sama dalam laporan konsolidasi, harus segera dieliminasi.

Ada tiga jenis hubungan lindung nilai pada PSAK 55 (Revisi 2006), yang tidak jauh berbeda dengan PSAK 55 (1998), yakni (Paragraf 88):

1. Lindung nilai terhadap risiko perubahan nilai wajar aktiva atau kewajiban yang sudah diakui, atau terhadap risiko perubahan nilai wajar ikatan pasti yang belum diakui, yang berkaitan dengan risiko tertentu.

2. Lindung nilai arus kas, yaitu lindung nilai terhadap risiko fluktuasi arus kas dari aktiva atau kewajiban yang diakui, atau terhadap transaksi yang diperkirakan akan terjadi, yang berkaitan dengan risiko tertentu. 3. Lindung nilai terhadap risiko valuta asing atas:

a. Ikatan pasti (komitmen) yang belum diakui (lindung nilai atas nilai wajar valuta asing).

(45)

valuta asing).

c. Transaksi yang diperkirakan akan terjadi dijual (lindung nilai arus kas valuta asing).

d. Investasi bersih dalam kegiatan operasi di luar negeri.

Tujuan perusahaan melakukan lindung nilai adalah untuk saling hapus (offset) perubahan nilai atau risiko pada item yang dilindungi nilai. Oleh karena itu, penilaian apakah suatu lindung nilai efektif atau tidak menjadi kewajiban perusahaan. Dibandingkan PSAK 55 (1998), PSAK 55 (Revisi 2006) memberi penekanan lebih pada usaha untuk memastikan lindung nilai efektif. Lindung nilai akan efektif jika: (1) dapat saling hapus perubahan nilai wajar: (2) hasil aktual dari lindung nilai berada dalam kisaran 80-125% (Pedoman Aplikasi/PA 125).

Efektivitas lindung nilai dapat diukur secara prospektif, dengan tujuan untuk memastikan bahwa perusahaan memiliki bukti untuk mendukung ekspektasi high effectiveness di masa yang akan datang dan respektif, yakni evaluasi keefektifitan

yang aktual. Seluruh lindung nilai yang tidak efektif diakui dalam laporan laba-rugi.

(46)

2.3 Kinerja Keuangan

Analisis laporan keuangan yang berbeda tergantung dari kepentingan atau tujuan analisis yang selalu melibatkan penggunaan berbagai laporan keuangan terutama neraca dan laporan laba rugi (Hanafi dan Halim, 2007).

Kondisi suatu perusahaan dapat dilihat melalui laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Profit suatu perusahaan dapat dilihat melalui jumlah laba

perusahaan tersebut dan dikaitkan dengan aktiva yang digunakan dalam bisnis. Menurut Hanafi dan Halim (2007) laporan keuangan adalah menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.

Analisis rasio mampu memberikan indikator, dan gejala-gejala yang muncul di sekitar kondisi melingkupinya. Melalui analisis rasio laporan keuangan tersebut, dapat diketahui posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan yang bersangkutan, dan dari hasil analisis laporan keuangan tersebut dapat digunakan oleh pihak-pihak berkepentingan untuk mengambil suatu keputusan.

(47)

Arti penting kinerja keuangan seperti yang dikemukakan oleh Brigham dan Weston (2001) di bawah ini:

a. Alat skrining awal dalam pemilihan investasi.

b. Alat perkiraan terhadap hasil dan kondisi keuangan perusahaan.

c. Alat diagnosis terhadap masalah manajerial, operasional atau masalah-masalah

lainnya.

d. Alat untuk menilai manajemen perusahaan.

Kinerja keuangan dapat dirumuskan sebagai perbandingan antara nilai yang dihasilkan oleh suatu perusahaan, menggunakan aset produktif dan nilai yang diharapkan dari pemilik asset tersebut. Analisis kinerja keuangan didasarkan pada data keuangan dipublikasikan, yaitu tercermin dalam laporan keuangan dibuat sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi berlaku.

2.4 Rasio Keuangan untuk Penilaian Kinerja

(48)

a. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.

b. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu.

c. Financial Leverage Ratio

Financial Leverage Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

tingkat pengelolaan sumber dana perusahaan.

2.5 Dampak Krisis Keuangan terhadap Perbankan di Asia

Globalisasi keuangan yang semakin meningkat di Asia pada tahun 2008-2009 berpengaruh terhadap stabilitas keuangan melalui jalur kepemilikan bank asing. Dengan meningkatnya partisipasi bank asing terhadap perbankan akibat

globalisasi keuangan tersebut dapat berupa meningkatnya utang-utang asing akibar aliran modal asing yang masuk ke suatu negara.

Hubungan antara partisipasi asing dan stabilitas perbankan di Asia melalui jalur globalisasi keuangan akan mempengaruhi perilaku dan risiko perbankan

khususnya di Indonesia. Peran asing tersebut dapat diketahui melalui tingkat liabilitas terhadap pihak asing atau (foreign liabilities) di pasar perbankan.

(49)

inovasi teknologi yang lebih canggih di perbankan, sehingga bank-bank tersebut dapat mengakses pembiayaan dari pasar keuangan internasional dan mendapatkan kepercayaan asing untuk memberikan hutang. Aktivitas perbankan saat ini telah

berkembang pesat dan tidak hanya berupa aktivitas intermediasi (simpan-pinjam), melainkan juga aktivitas-aktivitas yang memiliki keterkaitan erat dengan investasi dan perdagangan di pasar keuangan. Oleh karena itu, krisis keuangan yang terjadi tahun 2008-2009 mempertimbangkan berbagai risiko berdasarkan data-data dari pasar finansial, sehingga tidak hanya berfokus pada indikator risiko berbasis neraca bank semata dan bagaimana perusahaan dapat menerapkan instrumen keuangan lindung nilai untuk mengurangi risiko keuangan akibat terjadinya krisis keuangan pada periode 2008-2009.

Dampak perkembangan institusional (institutional development) dalam mempengaruhi relasi antara globalisasi dan stabilitas perbankan di Indonesia menjadi suatu dimensi yang penting dalam menarik partisipasi asing, khususnya melalui penguatan perlindungan terhadap para pemegang saham dan kebebasan menjalankan aktivitas bisnis di suatu negara. Dalam konteks Asia, perkembangan institusional juga memainkan peran penting saat krisis Asia 1997, yang dalam hal ini Furman dkk dalam Soedarmono (1998) menunjukkan bahwa negara-negara dengan kualitas institusional yang lemah adalah negara yang paling terkena dampak paling dalam akibat krisis Asia 1997.

(50)

2010, memerlukan pemahaman lebih lanjut apakah tidak partisipasi asing dalam perbankan berdampak pada stabilitas finansial. Kemudian, peningkatan partisipasi asing sebenarnya juga menunjukkan bahwa negara-negara Asia telah berada dalam posisi yang lebih baik dalam hal perkembangan institusional. Dengan adanya krisis keuangan pada tahun 2008-2009 yang mengakibatkan kinerja keuangan perbankan di Indonesia mengalami penurunan yang dalam hal ini perbankan tidak dapat menerapkan instrumen keuangan lindung nilai secara baik, maka IFRS harus lebih berhati-hati terhadap dampak ketidakstabilan keuangan perbankan di Indonesia.

Financial leverage ratio yang dalam hal ini diproksikan total hutang terhadap

total aset (LOAN) berhubungan negatif dengan risiko spesifik bank. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas peminjaman bank bukanlah sumber instabilitas. Hasil ini berlawanan dengan sifat alami portofolio kredit. Bank-bank Asia cenderung mengalami masalah managerial entrenchment dimana manajer bank-bank cenderung mengarahkan bank-bank-bank-bank untuk menjadi lebih stabil, dengan menahan portofolio peminjaman berisiko yang lebih sedikit (Bris dan Cantale, 2004; Soedarmono dkk, 2011b).

(51)

sepanjang periode 1999-2005, Ariss dalam Soedarmono (2011) menemukan bahwa semakin tinggi kekuatan pasar bank, semakin rendah risiko dan semakin tinggi efisiensi laba dari bank-bank, meskipun kekuatan pasar yang tinggi mengurangi efisiensi biaya. Sebaliknya, Soedarmono dkk (2011a) berfokus pada industri perbankan Asia dan menemukan bahwa bank-bank pada pasar yang kurang kompetitif dalam penerapan instrumen keuangan lindung nilai, cenderung memiliki risiko insolvensi yang tinggi dikarenakan rasio kecukupan modal tidak mencukupi untuk menekan dampak moral hazard bank.

2.6 Rerangka Penelitian

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan pada pembahasan sebelumnya, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, dapat digambarkan rerangka penelitian yang tersaji di bawah ini.

Skema Penelitian

Lembaga Perbankan dan Non-Perbankan

Laporan Keuangan Tahun 2008 sampai 2011

Analisis Rasio Keuangan

Rasio Keuangan Sebelum Penerapan Instrumen Keuangan Lindung Nilai

Rasio Keuangan Sesudah Penerapan Instrumen Keuangan Lindung Nilai

Paired Sample T Test

(52)

2.7 Pengembangan Hipotesis

Berdasarkan teori-teori dan penelitian terdahulu di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Rasio Likuiditas Perbankan dan Non-Perbankan terhadap Penerapan Instrumen Keuangan Lindung Nilai.

Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuiditas dalam penelitian ini diproksikan dengan rasio lancar (current ratio). Rasio lancar adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka pendeknya

dengan menggunakan aset lancar. Semakin besar current assets semakin mudah

perusahaan untuk membayar hutang dan hal ini sangat mempengruhi kinerja keuangan perusahaan (Sapariyah dan Putri, 2012).

Rasio lancar tersebut dapat menjadi pengukur kemampuan pihak peminjam dalam melakukan pembayaran hutang yang dalam hal ini perbankan dan non-perbankan menerima informasi mengenai masalah keuangan berupa penurunan nilai

(impairment loss) aset yang dialami pihak peminjam sehingga tidak mampu melakukan pembayaran dan mengakibatkan buruknya rasio keuangan sehingga mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan (Annisa et al., 2010).

(53)

non-perbankan akan semakin baik, dengan melihat perbandingan rasio lancar antara sebelum dan sesudah penerapan instrumen keuangan lindung nilai PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006) tersebut. Maka hipotesis pertama adalah:

Ha1 = Terdapat perbedaan signifikan rasio likuiditas pada perbankan dan non-perbankan terhadap penerapan instrumen keuangan lindung nilai. Ha1a = Terdapat perbedaan rasio likuiditas sebelum dan sesudah penerapan

instrumen keuangan lindung nilai pada perbankan dan non-perbankan Ha1b = Rasio likuiditas menjadi lebih baik sesudah penerapan instrumen keuangan

lindung nilai pada perbankan dan non-perbankan

2. Rasio Profitabilitas Perbankan dan Non-Perbankan terhadap Penerapan Instrumen Keuangan Lindung Nilai.

Rasio profitabilitas merupakan merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. Rasio profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan dengan NPM (net profit margin). Menurut Hanafi dan Halim (2007: 83) net profit margin mengukur

kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Net profit margin yang tinggi menandakan adanya kemampuan perusahaan yang

tinggi untuk menghasilkan laba bersih pada penjualan tertentu dan sangat berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan (Slamet, 2003).

Net profit margin diukur pada saat pengakuan awal diakui dengan menggunakan

(54)

keuangan atau kewajiban keuangan menggunakan suku bunga efektif, sehingga tidak mempertimbangkan kerugian kredit di masa mendatang dan mengakibatkan kerugian penilaian nilai. Peristiwa ini dapat mempengaruhi net profit margin dan kinerja keuangan perusahaan yang diakibatkan buruknya rasio keuangan

perusahaan (Annisa et al., 2010).

Rasio ini dapat digunakan untuk melihat apakah penerapan instrumen keuangan lindung nilai PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006) yang dilakukan mencapai sasarannya yaitu perbaikan kinerja keuangan perbankan dan non-perbankan akan semakin baik, dengan melihat perbandingan tingkat profitabilitas antara sebelum dan sesudah penerapan instrumen keuangan lindung nilai PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006) tersebut. Maka hipotesis kedua adalah:

Ha2 = Terdapat perbedaan signifikan rasio profitabilitas pada perbankan dan non-perbankan terhadap penerapan instrumen keuangan lindung nilai.

Ha2a = Terdapat perbedaan rasio profitabilitas sebelum dan sesudah penerapan instrumen keuangan lindung nilai pada perbankan dan non-perbankan Ha2b = Rasio profitabilitas menjadi lebih baik sesudah penerapan instrumen

(55)

3. Financial Leverage Ratio Perbankan dan Non-Perbankan terhadap Penerapan Instrumen Keuangan Lindung Nilai PSAK 50 dan 55 (Revisi 2006).

Financial Leverage Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

tingkat pengelolaan sumber dana perusahaan. Financial leverage ratio dalam penelitian ini diproksikan dengan rasio total hutang terhadap total aset. Menurut Slamet (2003:35), rasio total hutang terhadap total aset adalah untuk menghitung seberapa besar dana yang disediakan oleh kreditor untuk perusahaan. Hal ini berpengaruh terhadap kemampuan perusahan dalam memprediksi laba di masa depan dengan melihat resiko dari keputusan yang diambil. Sehingga rasio total hutang terhadap total aset mempunyai pengaruh negatif terhadap perubahan laba. Setiap peningkatan debt ratio akan berdampak pada penurunan perubahan laba dan mempengaruhi kinerja keuangan atas perusahaan (Sapariyah dan Putri, 2012).

Untuk investasi instrumen keuangan lainnya seperti kepemilikan obligasi yang digolongkan sebagai Held to Maturity yang dalam hal ini perusahaan menerima informasi mengenai masalah keuangan yang dialami penerbit sehingga tidak mampu melakukan pembayaran. Informasi tersebut merupakan kejadian yang dapat digolongkan sebagai peristiwa-peristiwa yang merugikan, oleh sebab itu perlu dilakukan penyesuaian terhadap penurunan nilai obligasi tersebut. Memburuknya rasio keuangan dapat menjadi pengukur kemampuan penerbit dalam melakukan pembayaran hutang (Annisa et al., 2010).

(56)

mencapai sasarannya yaitu perbaikan kinerja keuangan perbankan dan non-perbankan akan semakin baik, dengan melihat perbandingan rasio total hutang terhadap total aset antara sebelum dan sesudah penerapan instrumen keuangan lindung nilai PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006) tersebut. Maka hipotesis ketiga adalah:

Ha3 = Terdapat perbedaan signifikan financial leverage ratio pada perbankan dan non-perbankan terhadap penerapan instrumen keuangan lindung nilai. Ha3a = Terdapat perbedaan financial leverage ratio sebelum dan sesudah

penerapan instrumen keuangan lindung nilai pada perbankan dan non-perbankan

Ha3b = Financial leverage ratio menjadi lebih baik sesudah penerapan instrumen keuangan lindung nilai pada perbankan dan non-perbankan

2.8 Penelitian Terdahulu

(57)

bahwa penerapan kedua standar ini sangat mempengaruhi industri perbankan di India terutama dalam klasifikasi financial asset yang lebih ketat dan valuasi pencadangan penurunan nilai untuk pinjaman yang diberikan dan porfolio piutang, serta berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Fakta ini konsisten dengan perbankan yang mencoba untuk terus meningkatkan kinerja keuangan perusahaan dengan cara penerapan instrumen keuangan lindung nilai terhadap aset dan kewajiban keuangan yang dimiliki terhadap risiko keuangan di masa mendatang. Penelitian lain dilakukan oleh Rahahleh et al. (2009)

menemukan bahwa pentingnya menerapkan IAS 32 mengenai instrumen

keuangan pengungkapan dan penyajian laporan keuangan perbankan di Jordania terhadap dampak yang terjadi terhadap kinerja keuangan perbankan di Jordania. Namun, penelitian ini tidak menghubungkan penerapan instrumen keuangan lindung nilai secara jelas terhadap kinerja keuangan perbankan.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Annisa et al. (2010), penelitian ini

menemukan bahwa penerapan penurunan nilai instrumen keuangan berdasarkan PSAK 50 & 55 (revisi 2006) dengan menggunakan rasio likuiditas, rasio

(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Penentuan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan dari pengamatan yang menjadi fokus penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan

perbankan dan non perbankan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya untuk diteliti dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi. Sampel penelitian dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan dan non perbankan yang tergolong efektif dalam

mempertahankan kinerja keuangannya melalui instrumen keuangan lindung nilai pada tahun 2008-2011 dengan kriteria-kriteria tertentu. Penentuan sampel

berdasarkan kriteria tertentu dalam penelitian disebut sebagai teknik penarikan sampel dengan metode purposive sampling.

Adapun kriteria sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan perbankan dan non perbankan, yang dalam hal ini non perbankan

adalah perusahan asuransi dan sekuritas yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia periode 2008-2011.

(59)

ini telah mempertimbangkan untuk menggunakan nilai rata-rata data perusahaan yang bersifat normal dan signifikan terhadap rasio-rasio terkait. 3. Selama periode pengamatan perusahaan memiliki data yang lengkap untuk

digunakan dalam penelitian ini.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini termasuk ke dalam jenis data sekunder. Data sekunder adalah jenis data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun untuk dipublikasi atau tidak dipublikasikan. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan perusahaan perbankan dan non perbankan berkualitas serta diindikasi memiliki kinerja keuangan dan instrumen keuangan lindung nilai yang baik. Data laporan keuangan tersebut dipublikasi per 31 Desember 2008 sampai dengan 31 Desember 2011 dan dapat diperoleh dari buku ICMD (Indonesian Capital Market Directory), Pusat Pasar Modal (PIPM) Lampung, dan website

Bursa Efek Indonesia (BEI).

3.3 Definisi Operasional Variabel

(60)

3.3.1 Rasio Likuiditas

Dalam penelitian ini likuiditas diproksikan dengan rasio lancar (current ratio).

Rasio lancar digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk

memenuhi hutang jangka pendeknya denganmenggunakan aset lancar (aset yang

akan berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun atau satu siklus bisnis).

Semakin besar perbandingan aset lancar dengan hutang lancar, semakin tinggi

kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Perhitungan dari

rasio ini adalah:

Rasio Lancar: Aset Lancar

Hutang Lancar

3.3.2 Rasio Profitabilitas

Dalam penelitian ini profitabilitas diproksikan dengan net profit margin. Rasio ini menunjukkan rasio antara laba bersih setelah pajak atau net income terhadap total pendapatan usaha. Net Profit Margin yang semakin tinggi menunjukkan semakin efektif operasional perusahaan dalam menghasilkan laba bersihnya, meningkatnya rasio ini menunjukkan semakin baik kinerja perusahaan, dan hubungan antara rasio Net Profit Margin dengan kinerja perusahaan adalah positif. Nilai Net Profit Margin yang semakin tinggi maka berarti semakin efisien biaya yang dikeluarkan,

yang berarti semakin besar tingkat kembalian keuntungan bersih. Perhitungan dari rasio ini adalah:

Net Profit Margin: Laba Bersih

(61)

3.3.3 Financial Leverage Ratio

Dalam penelitian ini financial leverage ratio diproksikan dengan rasio total

hutang terhadap total aset.Rasio ini menghitung seberapa jauh danadisediakan

oleh kreditur. Rasio yang tinggiberarti perusahaan menggunakan leverage

keuangan (Finacial Leverage) yang tinggi. Penggunaan Financial Leverage yang

tinggiakan meningkatkan rentabilitas modal saham(Return On Equity atau ROE)

dengan cepat,tetapi sebaliknya apabila penjualan menurun,rentabilitas modal

saham (ROE) akan menurun cepat. Risiko perusahaan dengan financial leverage

yang tinggi akan semakin tinggi total hutang terhadap total aset tersebut.

Perhitungan dari rasio ini adalah:

Total Hutang terhadap Total Aset : Total Hutang

Total Aset

3.4 Prosedur Pengolahan Data

Prosedur pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Mencari perusahaan perbankan dan non perbankan selama periode

penelitian sebagai sampel penelitian.

2. Mengumpulkan annual report untuk masing-masing perusahaan sampel. 3. Menentukan perbankan dan non perbankan yang diindikasi memiliki

rata-rata rasio terkait yang bersifat normal dan memiliki instrumen keuangan lindung nilai yang baik dalam mempertahankna kinerja keuangan perusahaan.

(62)

selanjutnya jika data berdistribusi normal maka digunakan alat uji paired sample t-test dan jika data berdistribusi tidak normal maka digunakan alat

uji wilcoxon signed rank test.

3.5 Alat Analisis

Tipe penelitian ini dari sudut pandang rerangka berpikir tergolong penelitian kuantitatif. Kerangka berpikir jenis ini menguji teori-teori dengan menggunakan angka dan metode statistik dalam melakukan analisis data (Yamin dan

Kurniawan, 2009).

Alat uji yang digunakan dalam pengujian penelitian ini adalah uji-t dependen sampel berpasangan (paired sample t-test). Pengujian paired sample t-test digunakan pada data yang berdistribusi normal untuk menguji apakah secara ststistik terdapat perbedaan kinerja keuangan perbankan dan non perbankan melalui rasio lancar, net profit margin, dan total hutang terhadap total aset periode sebelum dan sesudah penerapan instrumen keuangan lindung nilai. Apabila data berdistribusi tidak normal maka alat analisis yang digunakan adalah wilcoxon signed rank test. Tingkat keyakinan yang digunakan dalam pengujian ini adalah

0,95 atau α = 0,05 (2-tailed).

Alat analisis yang digunakan untuk menguji perbedaan kinerja keuangan

(63)

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, dilakukan pengujian distribusi normalitas data menggunakan uji kolmogorov smirnov. Pada pengujian ini, jika data

berdistribusi normal maka menggunakan alat analisis paired sample t-test yang terdapat pada menu compare means dalam SPSS, namun apabila data

berdistribusi tidak normal maka alat analisis yang digunakan adalah wilcoxon signed rank test yang terdapat pada menu non parametric test dalam SPSS dengan

(64)

71

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Penelitian ini menganalisis tentang perbandingan kinerja keuangan perbankan dan non-perbankan di Indonesia yang menerapkan instrumen keuangan lindung nilai PSAK 50 & 55 (Revisi 2006). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan dan peningkatan kinerja keuangan perbankan dan

non-perbankan yang semakin baik terhadap penerapan instrumen keuangan lindung nilai PSAK 50 & 55 (Revisi 2006). Untuk menilai kinerja keuangan perbankan dan non-perbankan, digunakan tiga rasio keuangan yaitu rasio likuiditas yang diproksikan dengan rasio lancar, rasio profitabilitas yang diproksikan dengan net profit margin (NPM), dan financial leverage ratio yang diproksikan dengan total

hutang terhadap total aset (THTA).

Berdasarkan hasil pengujian, maka disimpulkan bahwa:

1. Terdapat perbedaan signifikan pada rasio lancar antara sebelum dan sesudah penerapan instrumen keuangan lindung nilai PSAK 50 & 55 (revisi 2006) pada perbankan dan non-perbankan tahun 2008-2011 dan nilai rasio lancar

(65)

72

yang cukup tinggi, sehingga akan berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan.

2. Terdapat perbedaan signifikan pada nilai net profit margin antara sebelum dan sesudah penerapan instrumen keuangan lindung nilai PSAK 50 & 55 (revisi 2006) pada perbankan dan non-perbankan tahun 2008-2011 dan nilai net profit margin mengalami peningkatan yang semakin baik sesudah penerapan

instrumen keuangan lindung nilai PSAK 50 & 55 (revisi 2006). Hal tersebut terjadi dikarenakan pada penelitian ini perusahaan memiliki rata-rata nilai net profit margin yang cukup tinggi, sehingga akan berpengaruh positif terhadap

kinerja keuangan perusahaan.

(66)

73

5.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu sebagai berikut:

1. Faktor–faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan dalam penelitian ini hanya menggunakan tiga variabel, yaitu rasio lancar, net profit margin, dan total hutang terhadap total aset, sehingga untuk peneliti selanjutnya dapat menggunakan variabel lain yang berpengaruh terhadap penerapan instrumen keuangan lindung nilai PSAK 50 & 55 (revisi 2006) dan kinerja keuangan perusahaan.

2. Penelitian ini tidak menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan yang bersifat non-keuangan.

.

5.3 Saran

Saran yang dapat diberikan untuk penelitian sejenis selanjutnya yaitu : 1. Variabel rasio lancar berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

keuangan perusahaan perbankan dan non perbankan di BEI, peneliti

menyarankan manajemen bank memperhatikan rasio lancar, karena rasio lancar merupakan salah satu variabel yang konsisten dalam mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan yang dalam hal ini penerapan instrumen keuangan lindung nilai perusahaan yang lebih baik.

(67)

74

yang positif terhadap perubahan kinerja keuangan perusahaan yang lebih baik . Hal tersebut mengindikasikan bahwa aktivitas penjualan yang tinggi akan meningkatkan tingkat pendapatannya.

3. Variabel total hutang terhadap total aset berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan dan non perbankan di BEI, peneliti menyarankan manajemen bank perlu memperhatikan total hutang terhadap total aset karena total hutang terhadap total aset merupakan salah satu variabel yang konsisten dalam mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan yang dalam hal ini penerapan instrumen keuangan lindung nilai perusahaan yang lebih baik.

(68)

DAFTAR PUSTAKA

Aminullah. 2007. Pengaturan Akuntansi Instrumen Keuangan Menurut PSAK No. 50 (1998) dan PSAK No. 55 (1999) serta PSAK 50 & 55 (revisi 2006). Jurnal Akuntansi dan Keuangan FEUI.

Anggraita. 2011. Dampak Penerapan PSAK 50 dan 55 (revisi 2006) terhadap Manajemen Laba di Perbankan : Peranan Mekanisme Corporate Governance, Struktur Kepemilikan, dan Kualitas Audit. (Skripsi). Universitas Indonesia. Jakarta.

Annisa, Rizka. Febrina, Natasya dan Rusli, Christofer. 2010. Penerapan Penurunan Nilai Instrumen Keuangan berdasarkan PSAK 50 dan 55 (Revisi 2006) dan Perubahan yang Harus Dilakukan oleh Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.15 No.1, Hal 87-96. Universitas Parahiyangan.

Chariri, Anis dan S.K.S. Hendro. 2010. Menguji Kualitas Standar Akuntansi Hasil Adopsi IFRS: Studi Empiris pada PSAK No. 50 dan 55 (Revisi 2006). Simposium Nasional Akuntansi XIII.

Emanuela. 2012. Analisis Penerapan PSAK 50 dan 55 (revisi 2006) atas Impairment Piutang pada Perusahaan Multifinance. (Skripsi). Universitas Indonesia. Jakarta.

Firoz, C A Mohammad. Ansari, A Aziz. Akhtar, Kahkashan.2011. IFRS - Impact on Indian Banking Industry. International Journal of Business and Management, 277-283.

Hanafi, Mamduh M. dan Abdul Halim. 2007. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Ketiga. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan-PSAK 50 (Revisi 2006). Instrumen Keuangan : Penyajian dan Pengungkapan.

Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan-PSAK 55 (Revisi 2006). Instrumen Keuangan : Pengakuan dan Pengukuran.

(69)

Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Penerbit Raja Grafindo Persada

Konvergensi IFRS. 2012. Bandar Lampung: Balai Keratun.

Rahahleh, Muhammad Yassien. Siam, Walid Zakaria. 2009. The Importance of Applying the International Accounting Standard IAS 32 and its Effect on Financial Statement Presentation at Jordania

Gambar

Tabel 1 : Perbandingan Pengukuran Menurut PSAK No. 50 (1998)
Tabel 2 Restorasi Penurunan Nilai yang Diturunkan

Referensi

Dokumen terkait

Bhawa dan Dewi (2015:14) mengatakan bahwa semakin besar profitabilitas maka akan semakin kecil struktur modalnya karena perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya pada perpustakaan di lingkungan Universitas Sumatera Utara dan Sekolah Pasca Sarjana Magister Kenotariatan

Tabel 22.Biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) pada Industri Olahan Pisang menjadi Keripik Pisang dan Sale Pisang Pada Bulan Mei 2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peranan sektor pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja beserta komponen pertumbuhan tenaga kerja selama tahun

Kualitas produk yang diberikan suatu produk juga bisa menjadi alasan konsumen untuk loyal terhadap produk tersebut.Kualitas produk merupakan keseluruhan ciri dan

Skripsi berjudul Pengembangan dan Validasi Metode Klt-Densitometri untuk Penetapan Kadar Akrilamida pada Ubi Jalar Berumbi Putih Goreng telah diuji dan disahkan oleh

Jardine Shipping Service adalah dengan menyiapkan jumlah petikemas sesuai dengan order yang telah masuk, jika jumlah persediaan petikemas tidak mencukupi, maka,

Jenis data dalam penelitian ini diperoleh dari: (1) data kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dari hasil tes pengetahuan awal siswa; (2) data kualitatif, yaitu