• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD KRISTEN 1 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013-2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD KRISTEN 1 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013-2014"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS IV

SD KRISTEN 1 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN

2013-2014 Oleh

RIA KRISTIANINGSIH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS IV

SD KRISTEN 1 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN

2013-2014

Oleh

RIA KRISTIANINGSIH

Berdasarkan observasi pada mata pelajaran PKn kelas IV di SD Kristen 1 Metro Pusat, terdapat beberapa permasalahan, antara lain rendahnya aktivitas belajar siswa, rendahnya hasil belajar siswa yang mendapat nilai di bawah KKM yaitu sebesar 70, guru masih menggunakan metode pembelajaran yang konvensional, dan pembelajaran masih berpusat pada guru. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation.

Penelitian ini dilaksanakan di SD Kristen 1 Metro Pusat kelas IV semester ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa 26 orang. Prosedur penelitian yang akan dilaksanakan terdiri dari dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan tes hasil belajar, sedangkan analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif dan analisis kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Rata-rata nilai aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan, yaitu 63,3 pada siklus 1 yang meningkat menjadi 71,2 pada siklus II, Rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan yaitu 64,6 pada siklus 1 yang meningkat menjadi 74,6 pada siklus II.

(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Pengertian Belajar ... 8

B. Pengertian Aktivitas Belajar ... 9

C. Pengertian Hasil Belajar ... 10

D. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) ... 11

E. Cooperative Learning Tipe Group Investigation (GI)... 12

F. Kelebihan dan Kelemahan Cooperative Learning Tipe GI ... 13

G. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ... 14

(7)

B. Setting Penelitian ... 18

C. Alat Pengumpulan Data ... 19

D. Teknik Pengumpulan Data ... 19

E. Teknik Analisis Data ... 20

F. Indikator Keberhasilan ... 21

G. Langkah-Langkah Kegiatan ... 21

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 30

A. Hasil Penelitian ... 31

B. Deskripsi Per Siklus ... 31

1. Siklus I ... 31

2. Siklus II ... 36

C. Pembahasan ... 44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

A. Kesimpulan ... 45

B. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ... 32

2. Observasi Kinerja Guru Siklus I ... 34

3. Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 35

4. Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ... 38

5. Observasi Kinerja Guru Siklus II ... 39

6. Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 40

7. Perbandingan Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II ... 41

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 18

2. Grafik Peningkatan Mutu Aktivitas Belajar Siswa Tiap Siklus ... 42

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era globalisasi seperti saat ini pendidikan dasar memegang

peranan penting dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia

dan mencerdaskan kehidupan bangsa dimasa yang akan datang. Pendidikan

merupakan salah satu sarana untuk mengembangkan kepribadian siswa,

sehingga dengan adanya pendidikan diharapkan dapat menjadi manusia

seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan

keterampilan, sehat jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, mandiri

serta bertanggung jawab dalam masyarakat dan bangsa.

Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan menyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik dapat mengembangkan kemampuan secara spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun

2003 pasal 3 disebutkan bahwa “Pendidikan berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

(11)

dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggung jawab”.

Untuk mewujudkan tujuan Undang-Undang No.20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional tersebut di atas, diperlukan suatu

pembelajaran bagi siswa dan guru yang mengacu pada kurikulum. Adapun

kurikulum yang berlaku saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Pemberlakuan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan) menuntut siswa untuk memiliki kompetensi khusus dalam

semua mata pelajaran setelah proses pembelajaran. Kompetensi merupakan

kemampuan berpikir, bertindak dan bersikap secara konsisten sebagai

perwujudan dari pengetahuan, keterampilan dan nilai.

Salah satu komponen Pendidikan dasar adalah bidang-bidang

pengajaran diantaranya Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). PKn Sekolah

Dasar merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa,

fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan

kewarganegaraan. PKn bertujuan untuk: (a) mengajarkan konsep dasar

kewarganegaraan melalui pendekatan pedagogis dan psikologis; (b)

mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, inkuiri, problem

solving dan keterampilan sosial; (c) membangun komitmen dan kesadaran

terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; (d) meningkatkan kerjasama dan

kompetensi dalam masyarakat yang heterogen, baik secara nasional maupun

(12)

3

Permasalahan lain yang masih banyak ditemukan yang terjadi di

lapangan adalah rendahnya hasil belajar Siswa yang mungkin pula berakar

pada aktivitas belajar yang dialami mereka, terutama pada mata pelajaran

PKn. Aktivitas belajar dipengaruhi oleh iklim pembelajaran yang

dikembangkan oleh guru. Kualitas dan keberhasilan pembelajaran pun

sangat dipengaruhi oleh kompetensi dan ketepatan guru dalam memilih dan

menggunakan model pembelajaran.

Berdasarkan pengamatan dan diskusi dengan guru PKn yang

mengajar di kelas IV SD Kristen 1 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2012-2013,

bahwa kondisi pembelajaran PKn saat ini lebih diwarnai oleh pendekatan

yang menitikberatkan pada model pembelajaran yang masih monoton dan

kurang bervariasi sehingga anak merasa bosan, kurang menarik dan kurang

memberikan rangsangan bagi siswa untuk terlibat aktif dalam proses

pembelajaran. Selain itu, ditemukan fakta bahwa motivasi belajar peserta

didik sangat kurang sehingga hasil belajar yang diperoleh kurang

memuaskan. Selama ini rata-rata yang diperoleh siswa pada nilai ulangan

harian hanya 60, sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang

dikehendaki adalah 70. Sebenarnya guru sudah mengupayakan berbagai cara

termasuk mengadakan remidi untuk meningkatkan hasil belajar siswa, tetapi

hasilnya belum juga memuaskan.

Dari permasalahan guru di atas, dalam pembelajaran PKn metode

yang digunakan masih berpusat pada guru, dimana guru harus menjelaskan

materi pelajaran, memberi contoh soal, membahas soal-soal latihan dan

(13)

pembelajaran. Dengan metode seperti ini, hanya siswa yang mempunyai

minat belajar tinggi saja yang aktif dalam proses pembelajaran, sedangkan

siswa yang mempunyai minat belajar rendah cenderung tidak serius dalam

mengikuti pembelajaran. Oleh karena itu, untuk meningkatkan hasil belajar

siswa pada mata pelajaran PKn perlu ditemukan model pembelajaran yang

tepat.

Hal yang perlu diperbaiki dalam permasalahai ini adalah model

pembelajaran guru untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa

meningkat lebih baik. Diharapkan dengan pemilihan model pembelajaran

yang tepat, pembelajaran dapat berlangsung secara aktif, efektif, inovatif dan

menyenangkan.

Berdasarkan latar belakang di atas dan hasil pra survei, maka peneliti

merasa perlu melakukan perbaikan kualitas pembelajaran melalui penelitian

tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

(Cooperative learning) yaitu tipe Group Investigation (GI) untuk

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SD Kristen 1 Metro Pusat.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian-uraian dari latar belakang masalah di atas, dapat

diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya aktivitas siswa dalam pembelajaran.

2. Penggunaan metode yang konvensional, seperti ceramah masih

(14)

5

3. Pembelajaran yang masih berpusat pada guru.

4. Rendahnya hasil belajar siswa.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas dirumuskan

masalah penelitian sebagai berikut:

1. “Apakah pembelajaran PKn dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) tipe Group

Investigation (GI) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada

mata pelajaran PKn kelas IV SD Kristen 1 Metro Pusat Tahun

Pelajaran 2013-2014?”

2. “Apakah pembelajaran PKn dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) tipe Group

Investigation (GI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata

pelajaran PKn kelas IV SD Kristen 1 Metro Pusat Tahun Pelajaran

2013-2014?”

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan

penelitian yang ingin dicapai melalui penelitian ini, yaitu:

1. Meningkatkan aktivitas siswa pada pembelajaran PKn dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif (Cooperative learning)

tipe Group Investigation (GI) kelas IV SD Kristen 1 Metro Pusat

(15)

2. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn dengan

menerapkan model kooperatif (Cooperative learning) tipe Group

Investigation (GI) dalam pembelajaran PKn kelas IV SD Kristen 1

Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013-2014.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat,

antara lain:

1. Bagi Siswa

Memberikan suasana baru dalam pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan, sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar siswa.

2. Bagi guru

Memperoleh informasi mengenai pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan dengan menggunakan model kooperatif

(Cooperative learning) tipe Group Investigation (GI) sehingga dapat

digunakan untuk memperbaiki cara pembelajaran yang dikelola di

kelasnya.

3. Bagi Sekolah

Membantu meningkatkan mutu pembelajaran di SD Kristen 1 Metro

(16)

7

4. Bagi peneliti

a. Menambah ilmu pengetahuan yang telah dimiliki peneliti dan

merupakan wahana untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang

telah diperoleh di bangku kuliah.

b. Dapat dijadikan masukan bagi peneliti-peneliti lain yang

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar

Menurut Arif S (2006: 2) berpendapat bahwa belajar adalah suatu

proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung

seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti.

Belajar adalah suatu proses perubahan dalam diri seseorang yang

ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku

seperti peningkatan pengetahuan, kecakapan, daya pikir, sikap, kebiasaan dan

lain-lain (Fajar, 2009: 10).

Bruner (Trianto, 2010: 15) menyatakan bahwa belajar adalah suatu

proses aktif di mana siswa siswi membangun (mengkonstruk) pengetahuan

baru berdasarkan pada pengalaman/pengetahuan yang sudah dimiliki. Belajar

adalah proses perubahan perilaku, dimana perubahan perilaku tersebut

dilakukan secara sadar dan bersifat menetap, perubahan perilaku tersebut

meliputi perubahan dalam hal kognitif, afektif dan psikomotor (Hernawan,

dkk., 2007: 2).

Berdasarkan pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa

belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan terus menerus dan

menjadikan perubahan dalam tingkah laku seseorang secara sadar dan bersifat

(18)

9

B. Aktivitas Belajar

Menurut Winkle (1983: 48) menyatakan bahwa aktivitas belajar atau

kegiatan belajar adalah segala bentuk kegiatan belajar siswa yang

menghasilkan suatu perubahan yaitu hasil belajar yang dicapai. Sanjaya

(2007: 130) belajar adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai

dengan tujuan yang diharapkan. Aktivitas tidak terbatas pada aktivitas fisik,

tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental.

Kunandar (2010: 277) mengemukakan bahwa aktivitas belajar adalah

keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dan aktivitas dalam

kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar

dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka yang dimaksud

aktivitas belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan siswa untuk

memperoleh suatu perubahan dalam mencapai hasil belajar.

C. Hasil Belajar

Muhibbin Syah (2003: 141) menjelaskan bahwa “hasil belajar

merupakan taraf keberhasilan murid atau santri dalam mempelajari materi

pelajaran di sekolah atau pondok pesantren dinyatakan dalam bentuk skor

yang diperoleh dan tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu”.

Perubahan sebagai hasil yang bersifat menyeluruh. Larasati (2005: 11)

mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang dicari seseorang

setelah melakukan suatu proses belajar. Hasil belajar merupakan perubahan

(19)

Dengan sumber yang sama hasil belajar merupakan suatu hal yang penting

dalam kehidupan manusia. Manusia selalu berusaha mengejar hasil menurut

bidang dan kemampuan masing-masing. Suatu hasil belajar tidak hanya

sebagai indikator, keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tetapi juga

sebagai indikator kualitas institusi pendidikan.

Hasil belajar adalah bukti dari usaha yang dilakukan dalam kegiatan

belajar dan merupakan nilai yang diperoleh siswa dan proses belajar.

Ketercapaian suatu tujuan pembelajaran salah satunya dapat dilihat dari hasil

belajar yang diukur melalui tes.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

merupakan suatu kepandaian atau ketrampilan yang telah dicapai oleh

seseorang baik tingkah laku kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil dari

evaluasi dapat memperlihatkan tinggi atau rendahnya hasil belajar siswa.

D. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) memiliki beberapa

definisi yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan. Cohen (1994: 3) dalam

(Nur asma (2006: 11) mendefinisikan pembelajaran kooperatif adalah sebagai

berikut cooperative learning will be defined as student working together in a

group small enough that everyone participate on a collective task that has

been clearly assign. More over, student are expected to carry out their task

without dirrect and immediate supervision of the teacher.

Definisi ini menunjukkan ciri sosiologis yaitu penekanannya pada aspek

(20)

11

pendelegasian wewenang dari guru kepada siswa. Guru berperan sebagai

fasilitator dalam membimbing siswa dalam menyelesaikan materi dan tugas.

Davidson dan Kroll dalam (Nur Asma (2006: 11) mendefinisikan belajar

kooperatif adalah kegiatan yang berlangsung di lingkungan belajar siswa

dalam kelompok kecil yang saling berbagi ide-ide dan bekerja secara

kolaboratif untuk memecahkan masalah-masalah yang ada dalam tugas

mereka.

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan salah satu

model pembelajaran yang terstruktur dan sistematis, di mana

kelompok-kelompok kecil bekerjasama untuk mencapai tujuan-tujuan bersama Nur asma

(2006: 11). Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) menekankan

kerjasama antara siswa dalam kelompok. Hal ini dilandasi oleh pemikiran

bahwa siswa lebih mudah menemukan dan memahami suatu konsep jika

mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya Nur asma

(2006: 12). Kegiatan siswa dalam belajar kooperatif (cooperative learning)

antara lain mengikuti penjelasan guru secara aktif, menyelesaikan tugas-tugas

dalam kelompok, memberi penjelasan kepada teman sekelompoknya,

mendorong teman kelompoknya untuk berpartisipasi secara aktif dan

berdiskusi Nur asma (2006: 12).

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) memiliki berbagai

tipe, diantaranya Student Team Achievement Division (STAD), Team Assisted

Individualization (TAI), Cooperative Integrated Reading and Composition

(21)

E. Cooperative Learning tipe Group Investigation (GI)

Cooperative learning tipe Group Investigation (GI) merupakan salah

satu tipe pembelajaran kooperatif dengan cara mencari dan menemukan

informasi (gagasan, opini, data, solusi) dari berbagai macam sumber

(buku-buku, institusi-institusi, orang-orang) di dalam dan di luar kelas. Siswa

mengevaluasi dan mensintesiskan semua informasi yang disampaikan oleh

masing-masing anggota kelompok dan akhirnya dapat menghasilkan produk

berupa laporan kelompok Nur asma (2006: 62).

Dalam model ini guru berperan sebagai pengelola yang mengorganisir

dan pengatur tempat duduk siswa serta memotivasi tiap-tiap kelompok untuk

melakuan pekerjaan yang telah diberikan dan membantu setiap

masalah-masalah yang dihadapi tiap-tiap kelompok yang berkaitan dengan kegiatan

pembelajaran dan memberikan saran serta penilaian.

Menurut Nur Asma (2006: 63) pelaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan model cooperative learning tipe Group Investigation meliputi

beberapa tahapan, antara lain:

1. Tahap mempersiapkan bahan pembelajaran yaitu mengidentifikasi topik

dan mengorganisasikan ke dalam masing-masing kelompok kerja.

2. Tahap merencanakan investigasi dalam kelompok.

3. Tahap melaksanakan investigasi.

4. Tahap mempersiapkan laporan akhir.

5. Tahap menyajikan laporan akhir.

(22)

13

Langkah-langkah pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation

(GI) adalah sebagai berikut:

1. Guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang

siswa secara heterogen.

2. Guru memberikan pertanyaan terbuka yang berupa lembar kerja kelompok

yang bersifat analitis dan harus dikerjakan oleh tiap-tiap kelompok.

3. Guru mengajak siswa untuk berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan

kelompoknya secara bergiliran dalam kurun waktu yang disepakati.

Menurut Akhmadsudrajat dalam (www.akhmadsudrajat.wordpress.com) model pembelajaran tipe group investigation merupakan salah satu bentuk model pembelajaran yang menekankan pada partisipasi siswa dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, model group investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir sendiri.

F. Kelebihan dan Kelemahan Cooperatif Learning Tipe Group Investigation Menurut Marginalers (dalam www.ras-eko.blogspot.com) pembelajaran kooperatif tipe group investigation mempunyai kelebihan dan kelemahan sebagai berikut:

a. Kelebihan group investigation antara lain: (1) group investigation memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, (2) group investigation dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, (3) pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerja sama dan berinteraksi antar siswa dengan kelompok tanpa memandang latar belakang, (4) dapat melatih siswa untuk mwmiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi dan mengemukakan pendapatnya, (5) memotivasi siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.

(23)

G. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan pendidikan yang

menyangkut status formal warga negara yang pada awalnya diatur dalam

Undang-Undang No.2 th. 1949 menurut Winataputra (dalam Ruminiati

(2007:25). Pendidikan PKn adalah sebagai landasan kajiannya untuk

meningkatkan mutu pembelajaran siswa agar mencapai pembelajaran. PKn

merupakan suatu mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan

warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan

kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil

dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Menurut Mulyasa dalam (Ruminiati (2007: 26) tujuan pembelajaran

mata pelajaran PKn adalah untuk menjadikan siswa:

1. Mampu berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi

persoalan hidup maupun isu kewarganegaraan di negaranya.

2. Mau berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan, secara aktif dan

bertanggung jawab, sehingga bisa bertindak secara cerdas dalam semua

kegiatan, dan

3. Bisa berkembang secara positif dan demokratis, sehingga mampu hidup

bersama dengan bangsa lain di dunia dan mampu berinteraksi, serta

mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dengan baik.

Dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006 ruang lingkup Pkn secara

umum meliputi aspek-aspek, sebagai berikut:

1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan,

(24)

15

Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi

dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan

Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan.

2. Norma Hukum dan Peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga,

Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat,

Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara, Sistim hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan

internasional.

3. Hak Asasi Manusia (HAM), meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan

kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional

HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.

4. Kebutuhan warga Negara, meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri

sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan

mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri,

Persamaan kedudukan warga negara.

5. Konstitusi Negara, meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang

pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia,

Hubungan dasar negara dengan konstitusi.

6. Kekuasaan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan,

Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintahan pusat, Demokrasi dan

sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat

madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi.

7. Pancasila, meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan

(25)

Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila

sebagai ideologi terbuka.

8. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Hubungan

internasional dan organisasi internasional, dan Mengevaluasi globalisasi.

Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) merupakan usaha untuk membentuk atau membina

watak atau karakteristik warga negara yang baik yang mampu melaksanakan

hak dan kewajibannya berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.

H. Hipotesis

Berdasarkan kajian pustaka di atas dirumuskan hipotesis penelitian

tidakan kelas sebagai berikut: “Apabila dalam pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) mengunakan model Kooperatif tipe Group

Investigation (GI) dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka

akan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD

(26)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas

(PTK), yaitu penelitian yang difokuskan pada situasi kelas atau lazim

dikenal dengan istilah Classroom Action Research (Kemmis dalam

Wiriatmadja, 2007: 62). Prosedur penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini berbentuk siklus (cycle) yang mengacu pada model Kemmis

dan Taggart (1988).

Pada model penelitian tindakan kelas (PTK) ini, terdiri atas empat

tahap yang saling berkaitan dalam satu sistem yang berbentuk spiral, yaitu:

(1) tahap perencanaan (plan), (2) tahap tindakan (act), (3) tahap pengamatan

(observe), dan (4) tahap refleksi (reflect). Dalam PTK, siklus umumnya

tidak hanya berlangsung satu kali. Siklus dilaksanakan secara bertahap dan

berulang. Setelah siklus pertama selesai, guru mungkin menemukan

permasalahan-permasalahan yang dapat diperbaiki atau disempurnakan di

siklus kedua dengan langkah-langkah yang sama seperti pada siklus pertama

dan begitu seterusnya, sehingga pada akhirnya tujuan yang diharapkan

dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat tercapai. Adapun

siklus dari PTK adalah sebagai berikut:

(27)

Siklus 1

Siklus II

Siklus Penelitian oleh Kemmis dan Taggart

B. Setting Penelitian 1. Tempat penelitian

Penelitian dilaksanakan di SD Kristen 1 Metro Kecamatan Metro Pusat,

Kota Metro, Provinsi Lampung.

2. Waktu Penelitian

Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun

pelajaran 2013/2014 dan dalam jangka waktu 4 (empat) bulan.

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SD Kristen 1

Metro Kecamatan Metro Pusat Kota Metro yang berjumlah 26 siswa

dengan komposisi 13 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Pelaksanaan

Perencanaan

Observasi

Refleksi

Pelaksanaan

Perencanaan

Observasi

(28)

19

C. Alat Pengumpulan Data 1. Lembar panduan observasi

Instrumen ini dirancang peneliti berkolaborasi dengan guru kelas.

Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai

kinerja guru dan aktivitas belajar siswa selama penelitian tindakan

kelas dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan

Cooperative Learning tipe Group Investigation (GI).

2. Tes hasil belajar

Instrumen ini digunakan untuk menjaring data mengenai peningkatan

hasil belajar siswa khususnya mengenai penguasaan terhadap materi

yang dibelajarkan dengan menggunakan Cooperative Learning tipe

Group Investigation (GI).

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpuan data diperoleh menggunakan tes yang dilaksanakan 2

(dua) kali pada siklus I dan siklus II, peneliti mengumpulkan seluruh data

yang telah diperoleh berdasarkan instrumen penelitian, kemudian data

tersebut diberikan kode-kode tertentu berdasarkan jenis dan sumbernya.

Selanjutnya peneliti melakukan interpretasi terhadap keseluruhan data sesuai

(29)

E. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan analisis

kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis

data yang menunjukkan dinamika proses dengan memberikan pemaknaan

secara kontekstual dan mendalam sesuai dengan permasalahan penelitian,

yaitu data tentang kinerja guru, aktivitas siswa dan interaksi pembelajaran.

Sedangkan data kuantitatif digunakan untuk menganalisis data yang

menunjukkan dinamika hasil belajar siswa setelah mengikuti proses

pembelajaran. Data masing-masing siklus akan dihitung dengan menghitung

ketuntasan individual dan ketuntasan klasikal dengan rumus:

a. Ketuntasan individual

S = R X 100 N

Keterangan:

S : nilai yang diharapkan

R : jumlah skor / item yang dijawab benar N : skor maksimum dari tes

b. Ketuntasan klasikal

S = Jumlah siswa yang tuntas belajar X 100 Jumlah seluruh siswa

Kemudian perolehan hasil belajar siswa tersebut dianalisis mulai

dari siklus I dan siklus II untuk dibandingkan dengan teknik deskriptif

prosentase. Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan tabel kriteria

deskriptif prosentase yang akan dikelompokkan dalam lima kategori, yaitu:

(30)

21

Kriteria Nilai penafsiran (Depdiknas, 2002: 4)

Baik sekali 86-100 Hasil belajar baik sekali

Baik 71-85 Hasil belajar baik

Cukup 56-70 Hasil belajar cukup

Kurang 41-55 Hasil belajar kurang

Sangat kurang < 40 Hasil belajar sangat kurang

F. Indikator Keberhasilan

Pembelaaran Pkn menggunakan model Cooperative Learning tipe Group

Investigation dikatakan berhasil apabila:

a. Terjadi peningkatan aktivitas siswa di setiap siklus dalam pembelajaran

PKn menggunakan model Cooperative Learning tipe Group

Investigation mencapai nilai sekurang-kurangnya 60 dan secara klasikal

tingkat keberhasilan siswa minimal mencapai ≥ 75%. (Tim penyusun

2006).

b. Terjadi peningkatan hasil belajar siswa di setiap siklus dalam

pembelajaran PKn menggunakan model Cooperative Learning tipe

Group Investigation, mencapai nilai sekurang-kurangnya 60 dan secara

klasikal tingkat keberhasilan siswa minimal mencapai ≥ 75%. (Tim

penyusun 2006).

(31)

G. Langkah-langkah Kegiatan Siklus I

1. Perencanaan

Dalam tahap perencanaan ini, kegiatan yang dilakukan adalah:

a. Menetapkan dan mendiskusikan dengan guru mitra mengenai

rancangan yang akan diterapkan kepada peserta didik di kelas

sebagai tindakan.

b. Mengambil data hasil ulangan harian PKn kelas IV semester ganjil

yang akan digunakan sebagai pedoman pembagian kelompok dan

skor awal.

c. Menyiapkan pemetaan dan silabus PKn untuk menyusun Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

d. Menyusun RPP menggunakan model cooperative learning tipe

Group Investigation sesuai dengan materi yang telah ditetapkan.

e. Membuat/menyiapkan media pembelajaran untuk mendukung

proses pembelajaran.

f. Menyiapkan lembar instrumen observasi untuk melihat aktivitas

belajar peserta didik ketika proses pembelajaran berlangsung.

g. Menyiapkan perangkat tes (soal evaluasi) sebagai alat evaluasi

hasil belajar peserta didik.

(32)

23

2. Tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah mengelola proses

belajar dengan pembelajaran menggunakan model Cooperative learning

tipe Group Investigation, dengan kegiatan sebagai berikut:

a. Kegiatan Awal

Kegiatan awal yang dilakukan guru adalah sebagai berikut:

- Memberi penjelasan dan arahan singkat kepada peserta didik

tentang model pembelajaran ooperative learning tipe Group

Investigation.

- Guru menjelaskan mengenai tugas dan kewajiban setiap anggota

kelompok dan tanggung jawab kelompok terhadap keberhasilan

kelompoknya. Ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan setiap

peserta didik dalam kelompok sebagai berikut:

1) Anggota kelompok yang pandai dituntut untuk dapat memberi

tahu temannya yang tidak tahu atau sulit untuk menerima

materi, sedangkan anggota kelompok yang masih tidak

mengerti hendaknya bertanya kepada temannya yang

mengerti sebelum bertanya kepada guru.

2) Pada saat pembelajaran berlangsung, setiap anggota

kelompok duduk dalam kelompoknya masing-masing.

- Guru membagi peserta didik menjadi 5 kelompok.

- Guru membagikan Lembar Kerja Kelompok (LKK) dan

(33)

b. Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti , guru melakukan kegiatan mengikuti urutan kegiatan yang ada dalam RPP yang merujuk pada tahap-tahap

pelaksanaan cooperative learning tipe Group Investigation. Urutan

kegiatan pembelajaran secara garis besar adalah:

1) Peserta didik menyimak informasi tentang pandangan umum

materi yang disampaikan guru.

2) Peserta didik berkumpul dalam kelompok untuk berdiskusi dan

saling bertukar pendapat.

3) Guru memberikan bantuan seperlunya sebagai mediator dan

motivator. Peserta didik bersama kelompok asal mengerjakan dan

mendiskusikan Lembar Kerja Kelompok (LKK).

4) Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompok diwakili

oleh wakil kelompok.

5) Peserta didik mengerjakan soal test individual, sebagai

pengukuran ketercapaian.

c. Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir ini guru mengikuti urutan kegiatan yang ada dalam

RPP yang dibuat mengadopsi dan merujuk pada tahap-tahap

pelaksanaan cooperative learning tipe Group Investigation. Urutan

kegiatan pembelajaran secara garis besar adalah:

1) Guru bersama peserta didik membahas Lembar Kerja Kelompok

(34)

25

2) Guru menyampaikan klarifikasi tiap kelompok untuk menghindari

terjadinya kesalahan konsep dan sekaligus sebagai evaluasi lisan

3) Peserta didik dan guru menyimpulkan materi pelajaran yang telah

dipelajari.

4) Guru memberikan penghargaan kelompok.

5) Peserta didik diberi kesempatan bertanya tentang materi yang telah

dipelajari.

6) Guru memotivasi peserta didik dan menutup pelajaran.

3. Observasi dan Evaluasi

Dalam tahap ini peneliti dan guru mitra melakukan pengamatan terhadap seluruh kegiatan dalam proses pembelajaran yang telah

dilaksanakan dan menuangkannya dalam lembar observasi. Kemudian

melalui lembar observasi tersebut peneliti dapat mengevaluasi hasil

pelaksanaan pembelajaran.

4. Refleksi

Pada akhir siklus dilakukan refleksi oleh guru dan peneliti serta

pengkajian aktivitas dan hasil belajar siswa selama pembelajaran

berlangsung. Hal ini dilakukan sebagai acuan membuat rencana

perbaikan pembelajaran pada siklus-siklus berikutnya.

Refleksi diadakan agar pada pelaksanaan siklus yang baru,

(35)

Refleksi dibuat oleh guru dan peneliti guna mendapatkan hasil dan

tujuan yang ingin dicapai serta harapan dari penelitian ini.

Siklus II

1. Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka peneliti mengadakan

perencanaan ulang. Peneliti merancang kembali bentuk RPP yang pada

prinsipnya sama dengan rencana pada siklus I, namun dengan materi

yang disesuaikan pada siklus II dengan berbagai perbaikan yang

dibutuhkan.

2. Tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah mengelola proses

belajar dengan pembelajaran menggunakan model cooperative learning

tipe Group Investigation, dengan kegiatan sebagai berikut:

a. Kegiatan Awal

Kegiatan awal yang dilakukan guru adalah sebagai berikut:

- Memberi penjelasan dan arahan singkat kepada peserta didik

tentang model pembelajaran cooperative learning tipe Group

Investigation.

- Guru menjelaskan mengenai tugas dan kewajiban setiap anggota

kelompok dan tanggung jawab kelompok terhadap keberhasilan

kelompoknya. Ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan setiap

(36)

27

1) Anggota kelompok yang pandai dituntut untuk dapat memberi

tahu temannya yang tidak tahu atau sulit untuk menerima

materi, sedangkan anggota kelompok yang masih tidak

mengerti hendaknya bertanya kepada temannya yang

mengerti sebelum bertanya kepada guru.

2) Pada saat pembelajaran berlangsung, setiap anggota

kelompok duduk dalam kelompoknya masing-masing.

- Guru membagi peserta didik menjadi 5 kelompok.

- Guru membagikan Lembar Kerja Kelompok (LKK) dan

materi pada tiap-tiap kelompok.

b. Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti , guru melakukan kegiatan mengikuti urutan kegiatan yang ada dalam RPP yang merujuk pada tahap-tahap

pelaksanaan cooperative learning tipe Group Investigation. Urutan

kegiatan pembelajaran secara garis besar adalah:

1. Peserta didik menyimak informasi tentang pandangan umum

materi yang disampaikan guru.

2. Peserta didik berkumpul dalam kelompok untuk berdiskusi dan

saling bertukar pendapat.

3. Guru memberikan bantuan seperlunya sebagai mediator dan

motivator. Peserta didik bersama kelompok asal mengerjakan dan

mendiskusikan Lembar Kerja Kelompok (LKK).

4. Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompok diwakili

(37)

5. Peserta didik mengerjakan soal test individual, sebagai

pengukuran ketercapaian.

c. Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir ini guru mengikuti urutan kegiatan yang ada dalam

RPP yang dibuat mengadopsi dan merujuk pada tahap-tahap

pelaksanaan cooperative learning tipe Group Investigation. Urutan

kegiatan pembelajaran secara garis besar adalah:

1. Guru bersama peserta didik membahas Lembar Kerja Kelompok

(LKK).

2. Guru menyampaikan klarifikasi tiap kelompok untuk menghindari

terjadinya kesalahan konsep dan sekaligus sebagai evaluasi lisan

3. Peserta didik dan guru menyimpulkan materi pelajaran yang telah

dipelajari.

4. Peserta didik diberi kesempatan bertanya tentang materi yang telah

dipelajari.

5. Guru memberikan penghargaan kelompok.

6. Guru memotivasi peserta didik dan menutup pelajaran.

3. Observasi dan Evaluasi

Proses observasi kembali dilakukan terhadap pelaksanaan tindakan

berdasarkan pada lembar observasi aktivitas peserta didik, lembar

observasi kinerja guru, tes ketercapaian prestasi belajar peserta didik

(38)

29

Data yang didapat diolah dan digeneralisasikan agar diperoleh

kesimpulan yang akurat dari semua kekurangan dan kelebihan siklus

yang telah dilaksanakan, sehingga dapat direfleksikan guna perbaikan

pada teknik, cara penyampaian atau hal apapun yang mempengaruhi

jalannya proses pembelajaran.

4. Refleksi

Pada akhir siklus dilakukan refleksi oleh guru dan peneliti serta pengkajian aktivitas dan hasil belajar siswa selama pembelajaran

berlangsung. Hal ini dilakukan sebagai acuan membuat rencana

perbaikan pembelajaran pada siklus-siklus berikutnya.

Refleksi diadakan agar pada pelaksanaan siklus yang baru,

perencanaan yang matangpun dapat dilaksanakan dengan maksimal.

Refleksi dibuat oleh guru dan peneliti guna mendapatkan hasil dan

(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan perbaikan pembelajaran dalam

penelitian tindakan kelas ini adalah:

1. Penerapan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Group

Investigation dalam pembelajaran PKn dapat meningkatkan aktivitas

belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran. Pada siklus I nilai rata-rata

aktivitas belajar siswa adalah 63,3 dan pada siklus II nilai rata-rata

aktivitas belajar siswa meningkat menjadi 65,6.

2. Penerapan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Group

Investigation dalam pembelajaran PKn dapat meningkatkan hasil belajar

siswa yang ditunjukkan dari peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa

dalam mengikuti pembelajaran. Pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar

siswa adalah 64,6 dan pada siklus II nilai rata-rata hasil belajar siswa

(40)

46

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini, maka peneliti

mengemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi siswa

Disarankan bagi siswa agar dapat lebih serius lagi mengikuti pembelajaran

PKn yang diterapkan oleh guru melalui model Cooperative Learning tipe

Group Investigation, karena model pembelajaran ini dapat menjaga

kekompakan di dalam kelas dan kelompoknya, serta mampu menjalin

kerjasama dalam kegiatan pembelajaran.

2. Bagi guru

Bagi rekan-rekan sejawat (para guru) untuk dapat menerapkan model

pembelajan kooperatif tipe Group Investigation guna meningkatan

aktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran.

3. Bagi Kepala sekolah

Peneliti menyarankan kepada kepala sekolah untuk dapat memberikan

pengetahuan kepada guru mengenai model pembelajaran dan cara

mengajar yang lebih bervariasi agar guru mampu melaksanakan

pembelajaran dengan cara yang lebih menarik.

4. Bagi Peneliti

Peneliti dapat lebih memahami tugas seorang guru sekolah dasar dalam

upaya meningkatkan mutu pendidikan dasar dan dapat mengetahui

permasalahan-permasalahan yang muncul di sekolah, sehingga dapat

menjadi acuan bagi guru dalam penulisan karya ilmiahnya.

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Akhmadsudrajat.//http//.akhmadsudrajat.com/2009/pengertianmodel

pembelajaran kooperatif tipe group investigation/ Diakses 23 Mei 2013. Pukul 19.25 WIB.

Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Fajar, Erni. 2009. Portofolio dalam Pembelajaran IPS. Rosda. Bandung

Hermawan, Herry, Asep. 2007. Belajar Pembelajaran Sekoah Dasar. UPI PRESS. Bandung.

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Rajawali Pers. Jakarta.

Larasati, Riska. 2005. Analisis Metode Pembelajaran Kooperatif tipe STAD dan Pengaruhnya terhadap upaya peningkatan hasil belajar Akuntansi pada pokok bahasan pencatatan transaksi perusahaan dagang mata pelajaran akuntansi pada siswa kelas II SMU Negeri 7 Purworejo. Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Marginalers.//http//.akhmadsudrajat.com/2009/pengertian-model pembelajaran kooperatif tipe group investigation/ Diakses 23 Mei 2013 Pukul 19.25 WIB.

Permendiknas No. 22 tahun 2006.

Ruminiati. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan SD. Departemen Pendidikan Nasional.

S. Arif, Sadiman. Dkk. 2006. Media Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta. Kencana Prenada Media.

Sapriya, dkk. (2007). Pengembangan Pendidikan PKn di SD. UPI PRESS. Bandung.

(42)

Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Kencana. Jakarta

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS). Citra Umbara. Bandung.

Unila. 2006. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Wardani, IGAK, Dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.

Winkle, WS. 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta. Gramedia.

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi Buku Kenangan Elektronik ini dapat menjawab masalah tersebut.Dengan aplikasi ini data â data tentang teman â teman dan kenalan, khususnya data teman â teman 3 KC 39

[r]

[r]

Tulisan ini dikedepankan sebagai usaha untuk memberikan pemahaman dan pemaknaan yang tepat, mengenai Islam dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia sebagai sebuah

commit to user... commit

Mega Tirta Alami Berdasarkan analisis dan pengujian alat RouterBoard 433 dan Bullet M5 dengan jarak 10km , hasil yang didapat untuk Routerboard 433 diperoleh masing-masing

To answer that question, this study specifically looked at the 2012 Jakarta gubernatorial election settings as the marker of the extensive use of social media in

bahwa untuk lebih meningkatkan kegiatan penanaman modal baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri untuk percepatan pembangunan dengan tetap meningkatkan