• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PERENCANAAN SECANT PILE SEBAGAI DINDING PENAHAN TANAH PADA BASEMENT GEDUNG HOTEL MERCURE LAMPUNG JL.RADEN INTAN, BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EVALUASI PERENCANAAN SECANT PILE SEBAGAI DINDING PENAHAN TANAH PADA BASEMENT GEDUNG HOTEL MERCURE LAMPUNG JL.RADEN INTAN, BANDAR LAMPUNG"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

EVALUASI PERENCANAAN SECANT PILE SEBAGAI DINDING PENAHAN TANAH PADA BASEMENT GEDUNG HOTEL MERCURE

LAMPUNG JL.RADEN INTAN, BANDAR LAMPUNG

Oleh standard penetration test (SPT), checking against the sliding.

This planning evaluation with a survey to search data with observation metode on the project location and conduct library andies by searching literature for refrences. From the encode obtained secant pile diameters 880 mm, and main reinforcement D25mm, and shear reinforcement D13mm. The purpose of this study is to evaluate and calculate the power and reinforcement volume of soil retaining walls secant pile from SPT data wearing mayerhof method. Calculating siol retaining walls analysis and calculating ultimate bearing capacity for the circle foundation and against sliding.

The results obtained from the calculations are as follows, secant pile bering capacity diameters 880 mm are 20,0693 tons and D 25 mm as the main reinforcement are 0,0581 tons and for reinforcement of D 13 mm are 0,0154 ton. Based on calculation of bearing capacity at soil retaining walls, the force gained

are P1 = 0,8552kN, P2 = 4,7769 kN, P3 = 4,4846 kN, P4 = 6,2718 kN. From ∑Mo

(latitude force V = 0) obtained Mmaks = 52,5521 kN/m. Calculating stability against sliding obtained Fgs = 4,9682> 1.5(safe).From the results above it can concluded that secant pile bering capacity is strong enough and secure against sliding, therefore can be used for the storey building construction.

(2)

ABSTRAK

EVALUASI PERENCANAAN SECANT PILE SEBAGAI DINDING PENAHAN TANAH PADA BASEMENT GEDUNG HOTEL MERCURE

LAMPUNG JL.RADEN INTAN, BANDAR LAMPUNG

Oleh MADIAN SYAH

Evaluasi perencanaan dinding penahan tanah sangatlah penting untuk mendapatkan hasil akhir yang kuat aman dan ekonomis. Dalam hal ini evaluasi

perencanaan dinding penahan tanah berjenis secant pile pada pembangunan

basement gedung Hotel Mercure Lampung. Evaluasi ini bertujuan untuk menghitung daya dukung secant pile dari hasi Standar Penetrasi Tes (SPT) memeriksa keamanan terhadap kemungkinan terjadi geser.

Evaluasi perencanaan ini dimulai dengan melakukan survey mencari data-data dengan metode observasi yang didapat dari melakukan survey langsung pada lokasi proyek dan melakukan studi perpustakaan dengan mencari buku-buku literatur untuk dijadikan refrensi. Dari data didapat secant pile berdiameter 880 mm dan untuk tulangan utama D 25 mm serta tulangan geser D 13 mm. Tujuan dari studi ini untuk mengevaluasi dan menghitung kontrol gaya-gaya dan volume tulangan pada dinding penahan tanah yang berjenis secant pile dari data SPT memakai metode Mayerhoff. Menghitung analisa dinding penahan tanah dan menghitung kapasitas dukung ultimit untuk pondasi lingkaran serta terhadap geser.

Hasil yang didapat berdasarkan perhitungan yang dilakukan adalah sebagai

berikut, kapasitas daya dukung secant pile diameter 880 mm sebesar 20,0693 ton

dan untuk tulangan utama D 25 mm sebesar 0,581 ton, tulangan geser D 13 mm sebesar 0,0154 ton. Berdasarkan hasil perhitungan daya dukung dinding penahan

tanah gaya-gaya yang bekerja didapat P1=0,8552kN, P2=4,7769kN,

P3=4,4846kN, P4=6,2718kN. Dari ∑Mo ( titik pada gaya lintang V = 0) didapat

Mmaks=138,1917kN/m. qu=4235,2950 kN/m2. Menghitung stabilitas terhadap

geser didapat Fgs=4,9682>1,5aman. Dari hasil diatas disimpulkan bahwa daya dukung secant pile sangat kuat dan aman terhadap geser sehingga dapat digunakan untuk konstruksi gedung bertingkat.

(3)

EVALUASI PERENCANAAN SECANT PILE SEBAGAI

DINDING PENAHAN TANAH PADA BASEMENT

GEDUNG HOTEL MERCURE LAMPING

JL. RADEN INTAN, BANDAR LAMPUNG

Oleh

MADIAN SYAH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNIK

Pada

Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

Gambar 2.1 Klasifikasi Butiran menurut Sistem Unifed, ASTM, MIT,

International Nomenclature ... 10

Gambar 2.2 Distribusi Ukuran Butir Tanah ... 11

Gambar 2.3 Rembesan didalam tanah ... 13

Gambar 2.4 Contoh hasil uji traksial pada kondisi tak terdrainase dan uji tekan bebas ... 16

Gambar 2.5 Batas-batas Atterberg dan Hubungan volume terhadap kadar air 16 Gambar 2.6 Daya Dukung Batas Dari Tanah Pondasi ... 21

Gambar 2.7 Pondasi Telapak ... 23

Gambar 2.8 Pondasi Memanjang ... 23

Gambar 2.9 Pondasi Rakit ... 24

Gambar 2.10 Pondasi Sumuran ... 25

Gambar 2.11 Pondasi Tiang ... 25

Gambar 2.12 Pile primer dan Pile sekunder saling menempel satu sama lain untuk membentuk dinding ... 28

Gambar 2.13 Jenis-jenis Bored Pile (Braja M Das,1941) ... 30

(7)

v

Gambar 2.15 Turap secara keseluruhan pada tanah lempung ... 43

Gambar 3.1 Bagan alir penelitian ... 50

Gambar 4.1 Detail penulangan Secant Pile ... 55

(8)
(9)

ii

B Menghitunng Kapasitas Daya Dukung Secant Pile... 52

C Analisa Dinding Penahan Tanah/Retaining Wall ... 57

1 Menghitunng Berat Struktur Retaining Wall ... 57

2 Menghitunng Stabilitas Terhadap Penggeseran ... 62

3 Menghitunng Stabilitas Terhadap Keruntuhan Kapasitas Dukung Tanah ... 63

V. KESIMPULAN DAN SARAN A Kesimpulan ... 65

B Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN I : DATA HASIL UJI TANAH (SONDIR & SPT) DAN DENAH SECANT PILE BESERTA DETAIL

(10)

DAFTAR NOTASI

Qult : Kapasitas daya dukung bored pile

qb : Tahanan ujung sondir

Ap : Luas penampang tiang

qca (base) : Perlawanan konus rata-rata 1,5D diatas ujung tiang, 1,5D dibawah

ujung tiang

Fb : Faktor empirik yang tergantung pada tipe tanah

Qa : Kapasitas ijin tiang

qc : Tahanan ujung sondir

JHL : Jumlah hambatan lekat

KII : Keliling tiang

FK1,FK2 : Faktor keamanan, 3 dan 5

Qp : Daya dukung ujung tiang

qp : Tahanan ujung per satuan luas

cu : Kohesi tanah

Qs : Daya dukung selimut tiang

f : Tahanan satuan skin friction

Li : Panjang lapisan tanah

(11)

vii

Α : Faktor adhesi

Pa : Daya dukung ijin tiang

N : Nilai N SPT

Ast : Keliling penampang tiang

li : panjang segmen tiang yang ditinjau

fi : Gaya geser pada selimut tiang

Ka : Koefesien tekanan aktif

φ : Sudut geser tanah

Pa : Tekanan tanah aktif total

H : Tinggi dinding

(12)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

Tabel 2.1 Sensitifitas tanah Lempung ... 17

Tabel 2.2 Klasifikasi tanah Berdasarkan AASHTO... 19

Tabel 2.3 Klasifikasi tanah Berdasarkan Unified ... 20 Tabel 2.4 Koefisien gesek (f) antara dasar pondasi dan tanah dasar (AREA,

(13)

MOTO

Jangan penah berhenti mencoba jika ingin mencapai kesuksesan, karna

tiada kemenangan tanpa adanya perjuangan. (no gains without pains.)

Awa dan akhir adalah sebuah realita kehidupan, maka awali dan isi

kehidupan dengan suatu yang bermanfaat agar hidup lebih berasa berarti.

Jangan mencari kesalahan tapi carilah suatu penyelesaian agar tercapai

sebuah tujuan

Jika anda tidak dapat melawan dan tidak dapat melarikan diri, maka

mengalir saja mengikuti arus.(robert eliot)

Semangat, kerja keras dan do’a adalah kunci dari kesuksesan.

(14)
(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Simpang Sender Ranau, Kab. Ogan Komering Ulu Selatan pada

tanggal 24 April 1985, anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Azdi

Akiep dan Ibu Ermawati.

Penulis menempuh pendidikan di Sekolah Dasar (SD) 1 Gedung Baru Ranau Kab.

Oku selatan diselesaikan pada tahun 1997, pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama (SLTP) Negeri 2 Simpang Sender Ranau diselesaikan pada tahun 2000,

pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 9 Ogan Komering Ulu selatan

diselesaikan pada tahun 2003.

Pada tahun 2007, penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Teknik Jurusan

Teknik Sipil Universitas Lampung. Pada tahun 2012 penulis pernah melaksanakan

Kerja Praktik (KP) pada proyek Pembangunan Ruas Jalan Tegineneng – Sp. Tanjung

(16)

SANWACANA

Assallamualaikum Wr Wb.

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Sang Penguasa Alam

Semesta, karena atas izin dan karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Evaluasi Perencanaan Secant Pile Sebagai Dinding Penahan Tanah Pada Basement Gedung Hotel Mercure Lampung Jl. Raden Intan Bandar Lampung”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh untuk

menyelesaikan pendidikan pada jurusan Teknik Sipil di Universitas Lampung.

Skripsi ini tidak akan terwujud dan berjalan dengan lancar tanpa adanya dukungan

dari pihak-pihak yang telah membantu. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Suharno, M.Sc. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas

Lampung.

2. Bapak Ir. Idharmahadi Adha, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil

Universitas Lampung dan penguji utama, atas kesediaannya meluangkan

waktu untuk hadir diruang sidang menguji dan memberikan masukan serta

(17)

3. Bapak Ir. Setyanto, M.T., selaku pembimbing utama atas segala

bimbingan, saran dan perhatian yang luar biasa selama proses penyusunan

skripsi ini.

4. Bapak Iswan, S.T., M.T., selaku pembimbing kedua atas wawasan

pengetahuan, bimbingan dan sarannya dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Kedua orang tuaku, Azdi Akiep dan Ermawati yang paling kucintai, untuk

segala do’anya, nasehat, dukungan dan semangat yang diberikan.

6. Kakakku tercinta Eti Safitri dan Irzal Efendi beserta keponakanku Willy

Pratama, juga tak lupa untuk Adik-adik ku, Berliansyah dan Cici Saputra

yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis baik bantuan moril

maupun materil, nasehat, serta wawasan pengetahuan dan bimbingan

dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Tamong dan Kajong yang selama ini telah memberikan dukungan dan

do’a tulusnya demi keberhasilan penulis.

8. Rez Sumaryanti atas segala dukungan, bantuan dan selalu menemani

dikala suka dan duka serta semangat yang telah luar biasa diberikan.

9. Seluruh rekan seperjuangan Teknik Sipil angkatan 2007 Non Reguler :

Bayu, Hafiz, Anung, Oche, Lenon, Sarwin, Adnan, Syahrizal, Deni,

Rengga, Indira, Yupi, Putu atas segala dukungan, bantuan, dan

kebersamaannya dan yang namanya tidak bisa penulis sebutkan satu per

satu.

10.Almamater tercinta Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari

(18)

dan saran yang membangun dari para pembaca. Akhir kata semoga skripsi ini

dapat memberikan sumbangan yang berarti untuk kemajuan ilmu pengetahuan

khususnya di bidang Teknik Sipil.

Semoga Allah SWT memberikan barokhah kepada mereka semua. Akhir kata,

penulis berharap semoga dengan adanya skripsi ini dapat bermanfaat dan

menambah ilmu pengetahuan bagi kita.

Mohon maaf jika terdapat kesalahan yang penulis lakukan.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Bandar Lampung, 2015

Penulis,

(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini perkembangan teknologi telah memberikan dampak yang besar

dalam setiap bidang ilmu, salah satunya adalah bidang teknik sipil.

Perencanaan dan perancangan suatu bangunan harus dilakukan dengan matang

dan baik. Pada permukaan tanah yang tidak horizontal, komponen gravitasi

cendrung untuk menggerakkan tanah kebawah. Jika komponen gravitasi

semakin besar sehingga perlawanan terhadap geseran yang dapat

dikembangkan oleh tanah pada bidang longsornya terlampaui, maka akan

terjadi longsoran.

Analisis stabilitas permukaan tanah yang miring ini, biasanya disebut analisis

stabilitas lereng. Analisis ini sering dijumpai pada perancangan-perancangan

bangunan. Umumnya analisis ini digunakan untuk mengecek keamanan dari

lerengalam, lereng galian, dan lereng urugan tanah. Penyebab kelongsoran

lereng terdidi dari akibat pengaruh luar (external effect), yaitu pengaruh yang menyebabkan bertambah adanya perubahan kuat geser dari tanahnya, seperti

perbuatan manusia yang mempertajam kemiringan tebing, memperdalam

galian tanah, erosi sungai dan lain sebagainya. Selain itu juga ada pengaruh

(20)

2

perubahan kondisi luar atau gempa bumi. Contoh yang umum untuk kondisi

ini adalah pengaruh bertambahnya tekanan air pori didalam lerengnya.

Untuk mencegah terjadinya longsoran banyak metode yang dapat dilakukan,

salah satunya adalah dengan pembuatan Dinding Penahan Tanah (DPT).

Mengingat dinding penahan tanah merupakan salah satu pekerjaan konstruksi

yang penting dalam suatu pekerjaan proyek dan dapat mempengaruhi

pekerjaan selanjutnya dan hasil akhir dari proyek tersebut maka perencanaan

perhitungan dan perancangan harus dilakukan dengan tepat dan akurat.

Analisis yang baik juga diperlukan karena ada banyak faktor yang

mempengaruhi didalamnya, seperti properti tanah, muka air tanah, adanya

perbedaan model tanah, dan lain sebagainya.

Salah satu contoh dinding penahan tanah adalah diafragma wall (secant pile).

Secant pile adalah salah satu dinding penahan tanah yang sering digunakan dalam suatu pekerjaan konstruksi. Dalam lapangan secant pile digunakan untuk menghindari agar tanah dan material lainya tidak longsor atau runtuh,

juga untuk menjaga kesetabilan dan daya dukung tanah. Untuk memperkuat

kesetabilan tanah dan memperkokoh secant pile maka dapat dilakukan

pengangkuran. Adapun angkuar adalah suatu alat yang mengikat pondasi

secant pile dengan tanah, dipasang dengan sudut kemiringan tertentu kedalam tanah. Pembuatan dinding penahan tanah merupakan suatu pekerjaan

konstruksi yang paling dasar dan dapat mempengaruhi pekerjaan konstruksi

selanjutnya, karena itu diperlukan perhitungan dan analisis yang akurat.

(21)

3

menghasilkan daya dukung yang akurat maka diperlukan suatu penyelidikan

tanah yang akurat juga. Ada dua metode yang biasa digunakan dalam

penentuan kapasitas daya dukung bored pile yaitu dengan menggunakan

metode statis dan metode dinamis.

Penyelidikan tanah dengan menggunakan metode statis adalah penyelidikan

sondir dan standard penetrasi tes (SPT). Penyelidikan sondir bertujuan untuk

mengetahui perlawanan penetrasi konus dan hambatan lekat tanah yang

merupakan indikasi dari kekuatan daya dukung lapis tanah dengan

menggunakan rumus empiris.

Penyelidikan Standard Penetrasi Ttest (SPT) bertujuan mendapatkan

gambaran lapisan tanah beradasarkan jenis dan warna tanah melalui

pengamatan secara visual, sifat-sifat tanah, karakteristik tanah.

Perencanaan dinding penahan tanah mencakup rangkaian kegiatan yang

dilaksanakan dengan berbagai tahapan yang meliputi studi kelayakan dan

perencanaan teknis. Semua itu dilakukan supaya menjamin hasil akhir suatu

konstruksi yang kuat, aman serta ekonomis.

Dinding penahan tanah (retaining wall) dapat dikatakan aman apabila dinding

penahan tersebut telah diperhitungkan faktor keamanannya, baik terhadap

bahaya pergeseran, bahaya penggulingan, dan penurunan daya dukung tanah.

Pada dinding penahan, perhitungan stabilitas merupakan salah satu aspek yang

tidak boleh diabaikan maupun dikesampingkan, karena stabilitas dinding

(22)

4

B. Batasan Masalah

Untuk menghasilkan pemahaman dalam masalah ini maka

diperlukan adanya batasan-batasan masalah.

1. Hanya ditinjau untuk menghitung analisis secant pile pada

konstruksi Proyek Pembangunan Gedung HOTEL MERCURE

LAMPUNG.

2. Hanya ditinjau untuk menghitung stabilitas daya dukung tanah

terhadap secant pile yang diakibatkan gaya horizontal.

C. Tujuan Analisis

Adapun tujuan dari penulisan Skripsi ini adalah :

1. Menghitung daya dukung secant pile dari Standar Penetrasi Test (SPT), berdasarkan parameter kuat geser tanah.

2. Memeriksa keamanan dari secant pile terhadap kemungkinan terjadinya bahaya geser dan keruntuhan kapasitas dukung tanah akibat tekanan tanah

lateral antara berat struktur secant pile dengan daya dukung tanah.

D. Manfaat Analisis

Penulisan Skripsi ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. Sebagai bahan referensi bagi siapa saja yang membacanya khususnya bagi

mahasiswa yang menghadapi masalah yang sama mengenai dinding

(23)

5

2. Dalam kajian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penyusun

secara umum berkaitan dengan kontrol gaya-gaya pada dinding penahan

tanah.

3. Penyusun berharap dapat memberikan pemahaman mengenai kapasitas

daya dukung secant pile.

E. Metode Pengumpulan Data

Dalam penulisan Tugan Akhir ini dilakukan beberapa cara untuk dapat

mengumpulkan data yang mendukung Tugas Akhir ini dapat diselesaikan

dengan baik. Beberapa cara yang dilakukang antara lain:

1. Metode Observasi

Untuk memperoleh data yang berhubungan dengan data teknis pondasi

sumuran yang diperoleh dari hasil survey langsung kelokasi proyek

Pembangunan Gedung HOTEL MERCURE LAMPUNG.

2. Pengambilan Data

Pengambilan data yang diperlukan dlam perencanaan diperoleh dari PT.

Wijaya Kusuma contractor berupa data hasil SPT, hasil uji laboratorium

pemeriksaan tanah serta gambar struktur.

3. Melakukan Studi Perpustakaan

Membaca buku-buku yang berhubungan denagn masalah yang ditinjau

(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Umum

Pondasi tiang adalah suatu konstruksi pondasi yang mampu menahan gaya

orthogonal ke sumbu tiang dengan cara menyerap lenturan. Pondasi tiang

dibuat menjadi suatu kesatuan yang monolit yang menyatukan pangkal tiang

yang terdapat dibawah konstruksi, dengan tumpukan pondasi

(K.Nakazawa,1983).

Pondasi tiang digunakan untuk mendukung banguna bila lapisan tanah kuat

terletak sangan dalam. Pondasi jenis ini dapat juga digunakan untuk

mendukung bangunan yang menahan gaya angkat keatas, terutama pada

bangunan-bangunan tingkat yang dipengaruhi gaya-gaya penggulingan akibat

beban angin. Tiang-tiang juga digunakan untuk mendukung

bangunan-bangunan dermaga. Pada bangunan-bangunan ini, tiang-tiang dipengaruhi oleh

gaya-gaya benturan kapal dan gelombang air (H.C.Hardiyatmo,2002).

Pondasi tiang digunakan untuk beberapa maksud, antara lain:

1. Untuk meneruskan beban bangunan yang terledak diatas air atau tanah

lunak, ke tanah pendukung yang kuat.

2. Untuk meneruskan beban ketanah yang relatif lunak sampai kedalaman

(25)

7

untuk mendukung beban tersebut oleh gesekan dinding tiang dengan

tanah disekitarnya.

3. Untuk mengangker bangunan yang dipengaruhi oleh gaya angkat keatas

akibat tekanan hidrostatis atau momen pengguling.

4. Untuk menahan gaya-gaya horizontal dan gaya yang arahnya miring.

5. Untuk mendapatkan tanah pasi, sehingga kapasitas dukung tanah tanah

tersebut bertambah.

6. Untuk mendukung pondasi bangunan yang permukaan tanahnya mudah

tergerus air (H.C.Hardiyatmo,2002).

B. Tanah

Tanah, di alam terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau

tanpa kandungan bahan organik. Butiran-butiran dengan mudah

dipisah-pisahkan satu sama lain dengan kecocokan air. Tanah berasal dari pelapukan

batuan, yang prosesnya dapat secara fisik maupun kimia. Sifat-sifat teknis

tanah, kecuali dipengaruhi oleh sifat batuan induk yang merupakan material

asalnya, juga dipengaruhi oleh unsur-unsur luar yang menjadi penyebab

terjadinya pelapukan batuan tersebut.

Istilah-istilah seperti krikil, pasir, lanau dan lempung digunakan dalam teknik

sipil untuk membedakan jenis-jenis tanah. Pada kondisi alam tanah dapat

terdiri dari dua atau lebih campuran jenis-jenis tanah dan

kandungan-kandungan terdapat pula kandungan-kandungan bahan organik materialo campuranya,

kemudian dipakai sebagai nama tambahan belakang material unsur utamanya.

(26)

8

dengan material utama pasir, lempung berlanau adalah lempung yang

mengandung lanau, dengan material utamanya adalah lempung dan

seterusnya.

1. Identifikasi Tanah

Tanah berbutir kasar dapat diidentifikasikan berdasarkan ukurannya.

Bergantung klasifikasi yang digunakan, jika dipakai MIT nomenclature, bhutiran yang berdiameter lebih dari 2mm, diidentifikasikan sebagai

kerikil. Jika butiran dapat dilihat oleh mata, tetapi ukurannya kurang dari

2mm2, disebut pasir. Tanah pasir disebut pasir kasar jika diameter butiran

berdiameter antara 2-0,6mm, pasir sedang jika diameternya antara

0,6-0,2mm, dan pasir halus bila diameternya antara 0,2-0,06mm.

Dalam ASTM D2487, pembagian klasifikasi tanah adalah sebagai berikut:

a. Cobble adalah partikel-partikel batuan yang lolos saringan 12 in (300 mm) dan tinggal dalam saringan 3 in (75 mm) (untuk saringan dengan

lubang bujur sangkar standar Amerika).

b. Boulder adalah partikel batuan yang tidak lolos saringan 12 in. (300 mm) (untuk saringan dengan lubang bujur sangkar standar Amerika).

c. kerikil adalah partikel yang lolos saringan 3 in. (75mm) dan tertahan

dalam saringan no.4 (4,75mm).

d. Pasir adalah partikel yang lolos saringan no.4 (4,75mm) dan tinggal

(27)

9

- Pasir kasar lolos saringan no.4 (4,75mm) dan tahan dalam saringan

no.10 (2mm).

grafik plastisitas letaknya dibawah garis miring yang memisahkan

lanau dan lempung.

f. Lempung adalah tanah berbutir halus dengan lolos saringan no.200

(0,075mm). Lempung mempunyai sifat plastis dalam kisaran kadar air

tertentu, dan kekuatanya tinggi bila tanahnya kering udara.

Menurut peck et al. (1953), cara membedakan lanau dan lempung adalah

dengan mengambil tanah basah dicetak dan dikeringkan, kemudian

dipecah kedalam fragmen-fragmen kira-kira berukuran 1/8 in. (3,1mm)

ditekan antara jari telunjuk dan ibu jari. Fragmen lempung hanya pecah

jika dengan tekanan yang kuat, sedangkan fragmen lanau dapat dipecah

dengn mudah.

2. Analisis Ukuran Butiran

Didalam tanah terdiri dari berbagai macam ukuran butiran, dari yang

terbesar sampai yang terkecil. Dalam Gambar 2.1 ditunjukkan pembagian

(28)

10

System, ASTM, MIT nomenclature dan International Nomenclature. Pembagian nama jenis tanah, umumnya dapat dibagi menjadi sebagai

berikut:

a. Batuan adalah butiran yang berdiameter lebih besar dari 3”.

b. Kerikil adalah butiran yang tinggal dalam saringan berdiameter 2mm

(no.10).

c. Pasiar adalah butiran yang tinggal dalam saringan berdiameter 0,075

mm (no.200 mm).

d. Lanau dan lempung adalah butiran yang lolos saringan berdiameter

0,075 mm (no.200).

(29)

11

Gambar 2.2 Distribusi Ukuran Butir Tanah

Variasi ukuran butir stanah dan proporsi distribusinya merupakan indikator

yang sangat berguna untuk mengetahui perilaku tanah dalam mendukung

beben pondasi. Dalam analisis butiran, D10 yang disebut ukuran efektif

(effective size), didefinisikan sebagai berat butiran total yang mempunyai

diameter butiran lebih kecil dan ukuran tertentu. D10=0,5mm, artinya 10%

dari berat butiran total berdiameter kurang dari 0,5 mm. Dengan cara yang

sama, D30 dan D60 didefinisikan seperti cara tersebut.

Untuk pasir, tanah bergradasi baik, jika 1 < Cc< 3 dengan Cu > 4. Kerikil bergradasi baik, jika 1 < Cc < 3 dengan Cu > 6. Bila syaratnya Cc telah terpenuhi, dan nilai Cu > 15, Maka tanah termasuk bergradasi sangat baik. Distribusi ukuran butir tanah berbutir kasar ditentukan dari analisis

saringan. Ukuran saringan terkecil, umumnya, dipakai saringan nomor 200

standar Amerika atau ukuran diameter lubang 0,075 mm. Karena ukuran

ini sangat dekat dengan batas ukuran butiran lanau dengan pasir, maka

saringan nomor 200 sering dipakai untuk mrmisahkan antara material

(30)

12

Butiran-butiran yang lolos saringan no.200 diuji dengan cara sedimentasi

atau hidrometer.

3. Permebilitas

Menurut Darcy (1856), kecepatan aliran air dalam tanah dinyatakan

dengan persamaan:

v = ki ...(2.1) dengan,

v = kecepatan rembesan (cm/det)

k = koefisien permebilitas (cm/det)

i = Δh/L = gradienn hidrolik Δh = selisih tinggi energi total (m)

L = panjang lintasan aliran

Nilai koefrisien permebilitas (k) yang mempunyai satuan sama dengan kecepatan v, terutama bergantung pada macam bahan lolos air yang dilalui, berat volume dan kekuatan airnya. Bentuk ruang pori juga mempengaruhi

nilai permebilitas. Hazen mengusulkan hubungan nilai k sebagai berikut:

K=100(D10)2 ...(2.2a) Dengen D10 dalam satuan cm dan k dalam cm/det. Telah diamati bahwa

nilai k tanah granular mendekati sama denagn kuadrat nilai angka porinya

(e), atau:

(31)

13

Kecepatan air merembes sebenarnya dinyatakan oleh:

vs = v/n ...(2.3) dengan n adalah porositas tanah

Δh

L B

Contoh tanah

A

Gambar 2.3Rembesan didalam tanah

4. Sifat-sifat teknis Tanah

Berikut ini diberikan penjelasan secara umum dari sifat-sifat teknis berbagai

jenis tanah.

a. Tanah Granuler

Tanah granuler, seperti pasir, kerikil, batuan, dan campurannya,

mempunyai sifat-sifat teknis yang sangat baik. Sifat-sifat tersebut, antara

lain:

1) Merupakan material yang baik untuk mendukung bangunan dan

perkerasan jalan, karena mempunyai kapasitas dukung yang tinggi

(32)

14

2) Merupakan material yang baik untuk tanah urug pada dinding

penehan tanah dan lain-lain karena menghasilkan tekanan lateral

yang kecil.

3) Tanah yang baik untuk urugan, karena mudah didapatkan dan

mempunyai kuat geser yang tinggi. Bila tidak dicampur dengan

material kohesif, tidak dapat digunakan sebagai bahan tanggul,

bendungan, kolam, dan lain-lain, karena permebilitasnya besar.

 Kerapatan Relatif

Kuat geser dan kompresibilitas tanah granuler tergantung dari

kepadatan butiran yang biasanya dinyatakan dalam kerapatan

relatif (Dr). Jika tanah granuler dipakai sebagai bahan urugan, kepadatanya dinyatakan dalam peresen kepadatan atau kepadatan

relatif (Rc). Dalam praktek, kerapatan relatif dapat ditentukan dari uji penetrasi, contohnya alat uji penetrasi standar (SPT).

 Bentuk dan Ukuran Butiran

Semakin besar dan kasar permukaan butiran, semakin besar kuat

gesernya. Demikian pula mengenai gradasinya, jika gradasi

semakin baik, semakin besar kuat gesernya.

 Kapasitas Dukung

Kerikil adalah material granuler yang dalam endapan alluvial

biasanya bercampur dengan pasir, sering disebut juga sirtu

(pasir-batu). Tanah pasir yang juga merupakan material granuler,

mempunyai kapasitas dukung dan kompresibilitas yang sama

(33)

15

b. Tanah Kohesif

Tanah kohesif seperti lempung, lempung berlanau, lempung berpasir atau

berkerikil yang sebagian besar butiran tanahnya terdiri dari butiran halus.

Tanah kohesif mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

1) Kuat geser rendah, terutama bila kadar air tinggi atau jenuh.

2) Berkurang kuat gesernya, bila kadar air bertambah.

3) Berkurang kuat gesernya, bila struktur tanahnya terganggu.

4) Bila basah bersifat plastis dan mudah mampat.

5) Menyusut bila kering dan mengembang bila basah

6) Berubah volumenya dengan bertambahnya waktu akibat rangkak

(creep) pada beban yang konstan.

7) Merupakan material kedap air.

 Kuat Geser

Pada uji tekan-bebas, kuat geser lempung jenuh ditentukan pada

kondisi φ = 0, dengan kuat geser tanah dinyatakan dalam

persamaan:

cu = su = ½ qu ... (2.4) dengan qu adalah tekanan aksialmaksimum tanah pada saat

pengujian atau disebut kuat tekan-bebas (unconfined compression strength). Kuat geser lempung pada kondisi tak terdrainase

ditentukan dari uji triaksial UU (Unconsolidated Undrainase). Kuat geser tak terdrainase ditentukan dalam persamaan:

(34)

16

Gambar 2.4Contoh hasil uji traksial pada kondisi tak terdrainase dan uji tekan- bebas

 Plastisitas dan Konsentrasi

Atterberg (1911) memberikan cara dengan membagi kedudukan

fisik lempung pada kadar air tertentu, dengan kadar air pada

kedudukan padat, semipadat, plastis dan cair. Batas cair (LL)

adalah nilai kadar air pada batas antara keadaan cair dan plastis.

volume

Gambar 2.5Batas-batas Atterberg dan Hubungan volume terhadap kadar air

Jika nilai PL dan LL bertambah, diperkirakan butiran tanah semakin halus. Selisih antara LL dan PL disebut Indeks Plastisitas (Pl), atau

(35)

17

Sensitivitas

Klasifikasi sensitivitas tanah kohesif adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1Sensitivitas tanah lempung

c. Tanah Lanau dan Loess

Lanau adalah material yang lolos saringan no.200 Peck et al. (1953)

membagi tanah ini menjadi 2 katagori, yaitu lanau yang

dikarakteristikkan sebagai tepung batu yang tidak plastis dan lanau yang

bersifat plastis. Disebabkan oleh butiranya yang halus, lanau mempunyai

sifat yang tidak menguntungkan, seperti:

1) Kuat geser rendah, segera sesudah penerapan beban.

2) Kapilaritas tinggi.

3) Permebilitas rendah.

4) Kerapatan relatif rendah dan sulit dipadatkan.

Lanau alluvial, umumnya, banyak mengandung air dan berkonsentrasi

lunak. Tanah ini merepotkan bila digali karena akan selalu longsor.

Loess adalah material lanau yang diendapkan oleh angin dengan diameter butiran kira-kira 0,06mm. Partikelnya biasanya mempunyai rekatan dan

berat volume kira-kira 10 kN/m3.

(36)

18

5. Klasifikasi Tanah

Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis

tanah yang berbeda-beda tetapi mempunyai sifat yang serupa ke dalam

kelompok-kelompok berdasarkan pemakaiannya. Sistem klasifikasi

memberikan suatu bahasa yang mudah untuk menjelaskan secara singkat

sifat-sifat umum tanah yang sangat bervariasi tanpa penjelasan yang terinci

(Das, 1995).

Sistem klasifikasi AASTHO membagi tanah ke dalam 7 kelompok utama

yaitu A-1 sampai dengan A-7. Tanah berbutir yang 35 % atau kurang dari

jumlah butiran tanah tersebut lolos ayakan No.200 diklasifikasikan ke

dalam kelompok A-1, A-2, dan A-3. Tanah berbutir yang lebih dari 35 %

butiran tanah tersebut lolos ayakan No.200 diklasifikasikan ke dalam

kelompok A-4, A-5 A-6, dan A-7. Butiran dalam kelompok A-4 sampai

(37)

19

Tabel 2.2Klasifikasi Tanah Berdasarkan AASHTO

Klasifikasi umum Tanah berbutir

(35% atau kurang dari seluruh contoh tanah lolos ayakan No.200

Klasifikasi kelompok A-1 A-3 A-2

halus Kerikil dan pasir yang berlanau atau berlempung Penilaian sebagai bahan

tanah dasar Baik sekali sampai baik

Klasifikasi umum

Tanah berbutir

(Lebih dari 35% dari seluruh contoh tanah lolos ayakan No.200

Klasifikasi kelompok A-4 A-5 A-6 A-7 Indeks Plastisitas (PI)

Maks 40

paling dominan Tanah berlanau Tanah Berlempung

Penilaian sebagai bahan

tanah dasar Biasa sampai jelek

Kelompok tanah berbutir kasar dan tanah berbutir halus yang didasarkan

material yang lolos saringan no.200 (diameter 0,075). Huruf pertama

merupakan singkatan dari jenis-jenis tanah.

(38)

20

Tabel 2.3 . Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem Unified

Divisi Utama Simbol Nama Umum Kriteria Klasifikasi

Ta kerikil-pasir, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus

Tidak memenuhi kedua kriteria untuk GW

K

s GM Kerikil berlanau, campuran kerikil-pasir-lanau

Batas-batas

GC Kerikil berlempung, campuran kerikil-pasir-lempung berkerikil, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus berkerikil, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus

Tidak memenuhi kedua kriteria untuk SW

P

SM Pasir berlanau, campuran pasir-lanau

Batas-batas

SC Pasir berlempung, campuran pasir-lempung

Lanau anorganik, pasir halus sekali, serbuk batuan, pasir halus berlanau atau berlempung

Diagram Plastisitas:

Untuk mengklasifikasi kadar butiran halus yang terkandung dalam tanah berbutir halus dan kasar. Batas Atterberg yang termasuk dalam daerah yang di arsir berarti batasan klasifikasinya menggunakan dua simbol.

60

OL Lanau-organik dan lempung berlanau organik dengan plastisitas rendah

Lanau anorganik atau pasir halus diatomae, atau lanau diatomae, lanau yang elastis

CH

Lempung anorganik dengan

plastisitas tinggi, lempung “gemuk”

(fat clays)

OH Lempung organik dengan plastisitas sedang sampai dengan tinggi

Tanah-tanah dengan kandungan organik

sangat tinggi PT

Peat (gambut), muck, dan tanah-tanah lain dengan kandungan organik tinggi

(39)

21

6. Daya Dukung Tanah

Daya dukung tanah didefinisikan sebagai kekuatan maksimum tanah

menahan tekanan dengan baik tanpa menyebabkan terjadinya failure.

Sedangkan failure pada tanah adalah penurunan (sattlement) yang

berlebihan atau ketidak mampuan tanah melawan gaya geser dan untuk

meneruskan beban pada tanah. (Bowles J.E 1993)

Beban p

Besar Penurunan

Gambar 2.6Daya Dukung Batas Dari Tanah Pondasi

Gambar diatas menunjukkan bahwa apabila beban bekerja pada tanah

pondasi dinaikkan maka penurunan akan meningkat dengan cepat setelah

gaya telah mencapai gaya tertentu dan kemudian penurunan akan terus

berlanjut, meskipun beban tidak ditambah lagi.

Tujuan perbaikan daya dukung tanah yang paling utama adalah untuk

memadatkan tanah yang memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan

(40)

22

Menurut Bowless (1989), ada beberapa keuntungan pemadatan :

1. Berkurangnya penurunan permukaan tanah (subsidence) yaitu gaya

vertikal pada massa tanah akibat berkurangnya angka pori.

2. Bertambahnya kekuatan tanah.

3. Berkurangnya penyusutan, berkurangnya volume akibat berkurangnya

kadar air dari nilai patokan pada saat pengeringan.

Sedangkan Kerugian utamanya adalah bahwa pemuaian (bertambahnya

kadar air dari nilai patokannya) dan kemungkinan pembekuan tanah itu

akan membesar.

C. Pondasi

Pondasi adalah bagian terendah bangunan yang meneruskan beban bangunan

ketanah atau batuan yang berada dibawahnya. Klasifikasi pondasi dibagi 2

(dua) yaitu:

1. Pondasi Dangkal

Pondasi dangkal adalah pondasi yang mendukung beban secara langsung

seperti:

a. Pondasi telapak yaitu pondasi yang berdiri sendiri dalam mendukung

(41)

23

Gambar 2.7Pondasi Telapak

b. Pondasi memenjang yaitu pondasi yang digunakan untuk mendukung

sederetan kolom yang berjarak dekat sehingga bila dipakai pondasi

telapak sisinya akan terhimpit satu sama lain seperti pada gambar di

bawah ini.

(42)

24

c. Pondasi rakit (raft foundation) yaitu pondasi yang digunakan untuk mendukung bangunan yang terletak pada tanah lunak atau digunakan

bila susunan kolom-kolom jaraknya sedemikian dekat disemua

arahnya, sehingga bila dipakai pondasi telapak sisi-sisinya berhimpit

satu sama lain seperti pada gambar di bawah ini:

Gambar 2.9Pondasi Rakit

2. Pondasi Dalam

Pondasi dalam adalah pondasi yang meneruskan beban bangunan ketanah

keras atau batu yang terletak jauh dari permukaan, seperti:

a. Pondasi sumuran (pire foundation) yaitu pondasi yang merupakan peralihan antara pondasi dangkal dan pondasi tiang digunakan bila

tanah dasar yang kuat terletak pada kedalaman yang relatif dalam,

dimana pondasi sumuran nilai kedalaman (DF) dibagi lebarnya (B)

lebih besar 4, sedang pondasi dangkal DF/B≤1.

b. Pondasi tiang (pile foundation), digunakan bila tanah pondasi pada kedalaman yang normal tidak mampu mendukung bebannya dan

tanah kerasnya terletak pada kedalaman yang sdangat dalam. Pondasi

tiang umumnya berdiameter lebih kecil dan lebih panjang dibanding

(43)

25

Gambar 2.10Pondasi Sumuran Gambar 2.11Pondasi tiang

Pemilihan jenis pondasi yang tepat, perlu diperhatikan apakah pondasi

tersebut sesuai dengan keadaan tanah:

1. Bila tanah pendukung pondasi teletak pada permukaan tanah atau 2-3

meter dibawah permukaan tanah, dalam kondisi ini menggunakan

pondasi telapak.

2. Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 10

meter dibawah permukaan tanah, dalam kondisi ini menggunakan

pondasi tiang apung.

3. Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 20

meter dibawah permukaan tanah, maka pada kondisi ini apabila

penurunanya diizinkan dapat menggunakan tiang geser dan apabila

tidak boleh terjadi penurunannya, biasanya menggunakan tiang

pancang. Tetapi bila terdapat batu besar pada lapisan antara

(44)

26

4. Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 30

meter dibawah permukaan tanah dapat menggunakan kaison terbuka,

tiang baja atau tiang yang dicor ditempat. Tetapi apabila tekanan

atmosfir yang bekerja kurang dari 3 kg/cm2 maka digunakan kaison

tekanan.

Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 40 meter

dibawah permukaan tanah, dalam kondisi ini maka menggunakan tiang

baja dan tiang beton yang dicor ditempat (Bowles J.E, 1993)

D. Secant Pile

Secant pile dipasang ke dalam tanah dengan cara mengebor tanah terlebih dahulu, baru kemudian diisi dengan tulangan dan dicor beton. Tiang ini

biasanya, dipakai pada tanah yang stabil dan kukuh, sehingga memungkinkan

untuk membentuk lubang yang stabil dengan alat bor. Jika tanah mengandung

air, pipa besi dibutuhkan untuk menahan dinding lubang dan pipa ini ditarik

keatas pada waktu pengecoran beton. Pada tanah yang keras atau batuan

lunak, dasar tiang dapat dibesarkan untuk menambah tahanan dukung ujung

tiang.

Secant pile merupakan sebuah keharusan untuk pembangunan sebuah gedung bertingkat tinggi dengan jumlah basement lebih dari dua lapis. Munculnya

galian tanah basement akan membuat perubahan struktur tanah di sekitarnya.

Resiko yang paling awal adalah runtuhnya tanah di sekitar lokasi galian,

sehingga akan ada pergerakan gedung di sekitarnya. Bahayanya adalah,

(45)

27

terlihat dari adanya retakan tanah di sekitar gedung. Selanjutnya akan diikuti

dengan miringnya gedung tersebut.

Kejadian seperti ini tentulah tidak dikehendaki. Untuk mengantisipasi faktor

tersebut dan demi kelancaran pekerjaan pembangunan, maka dibuatlah

dinding penahan tanah atau Secant pile. Secant pile ini memakai pile yang disusun berdempetan sedemikian rupa untuk mendapatkan daya tahan

tehadap tekanan tanah lateral. Biasa juga disebut dengan istilah retaining wall.

Ada dua jenis pile yang mempunyai karakteristik yang berbeda yaitu:

1. Pile primer yang merupakan rangka struktur utama dinding penahan tanah terbuat dari beton bertulang dengan mutu K-225. Bila dimensi pile dirasa

kurang aman, diperlukan support kekuatan berupa pemasangan angkur

tanah (ground anchorage).

2. Pile sekunder terbuat dari campuran semen dan bentonite, tanpa tulangan. Mutu beton antara K-175 sampai K-225. Pile sekunder harus mudah

dipotong dengan mesin bor.

(46)

28

Dalam penggunaan dinding penahan tanah jenis secant pile ini ada

keuntungan dan kerugiannya, diantaranya.

Keuntungan penggunaan secant pile, antara lain:

1. Tidak ada resiko kenaikan muka tanah dan peningkatan kekuatan dinding

dibanding tidak memakai pondasi jenis ini.

2. Kedalaman tiang dapat divariasikan dan bisa langsung dipasang ditanah

yang sulit atau berbatu.

3. Tanah dapat diperiksa dan dicocokkan dengan data laboratorium serta

konstruksi kurang bising, serta dapat didirikan sebelum penyelesaian tahap

selanjutnya.

4. Pada pondasi tiang pancang, proses pemancangan pada tanah

lempungakan membuat tanah bergelombang dan menyebabkan tiang

pancang sebelumnya bergerak kesamping. Hal ini tidak terjadi pada

konstruksi pondasi secant pile

5. Tanah dapat dipasang sampai kedalaman yang dalam, dengan diameter

besar, dan dapat dilakukan pembesaran ujung bawahnya jika tanah dasar

berupa lempung atau batu lunak.

6. Penulangan tidak dipengaruhi oleh tegangan pada waktu pengangkutan

dan pemancangan.

Kerugian penggunaan secant pile, antara lain:

1. Pengeboran dapat mengakibatkan gangguan kepadatan , bila tanah berupa

pasir atau tanah yang berkerikil.

2. Pengecoran beton sulit bila dipengaruhi air tanah karena mutu beton tidak

(47)

29

3. Air yang mengalir kedalam lubang bor dapat mengakibatkan gangguan

tanah, sehingga dapat mengurangikapasitas dukung tanahterhadap tiang.

4. Pembesaran ujung bawah tiang tidak dapat dilakukan bila tanah berupa

pasir.

5. Akan terjadi tanah runtuh (ground loss) jika tindakan pencegahan tidak

dilakukan, maka dipasang casing untuki mencegah kelongsoran.

6. Kebisingan dan getaran yang dihasilkan, jika casing didorong sebagai

pengganti hidrolik mendorong dan diambil casing.

7. Toleransi vertikalitas mungkin sulit untuk mencapai pengeboran yang

mendalam

E. Bored Pile

Pondasi bored pile adalah batang yang relative panjang dan langsing yang digunakan untuk menyalurkan beban pondasi melewati lapisan tanah dengan

daya dukung rendah kelapisan tanah keras yang mempunyai kapasitas daya

dukung tinggi yang relative cukup dalam dibanding pondasi dangkal. Daya

dukung bore pile diperoleh dari daya dukung ujung (end bearing capacity) yang diperoleh dari tekanan ujung tiang dan daya dukung geser atau selimut

(friction bearing capacity) yang diperoleh dari daya dukung gesek atau gaya adhesi antara bore pile dan tanah disekelilingnya.

Bored pile berinteraksi dengan tanah untuk menghasilkan daya dukung yang mampu memikul dan memberikan keamanan pada struktur atas. Untuk

menghasilkan daya dukung yang akurat maka diperlukan suatu penyelidikan

(48)

30

Ada beberapa jenis pondasi bored pile yaitu : a. Bored pile lurus tanah keras.

b. Bored pile yang ujungnya diperbesar berbentuk bel. c. Bored pile yang ujungnya diperbesar berbentuk trapesium. d. Bored pile lurus untuk tanah berbatu.

Gambar2.13.Jenis-jenisBoredpile(BrajaM.Das,1941)

Ada beberapa alasan digunakannya pondasi bored pile dalam konstruksi :

Bored pile tunggal dapat digunakan pada tiang kelompok atau pile cap.

1. Kedalaman tiang dapat divariasikan.

2. Bored pile dapat didirikan sebelum penyelesaian tahapan selanjutnya. Ketika proses pemancangan dilakukan, getaran tanah akan mengakibatkan

kerusakan pada bangunan yang ada di dekatnya, tetapi dengan penggunaan

pondasi bored pile hal ini dapat dicegah.

3. Pada pondasi tiang pancang, proses pemancangan pada tanah lempung

(49)

31

sebelumnya bergerak ke samping. Hal ini tidak terjadi pada konstruksi

pondasi bored pile.

4. Selama pelaksanaan pondasi bored pile tidak ada suara yang ditimbulkan

oleh alat pancang seperti yang terjadi pada pelaksanaan pondasi tiang

pancang.

5. Karena dasar dari pondasi bored pile dapat diperbesar, hal ini memberikan ketahanan yang besar untuk gaya keatas.

6. Permukaan diatas dimana dasar bored pile didirikan dapat diperiksa secara langsung.

7. Pondasi bored pile mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap beban

lateral

Beberapa kelemahan dari pondasi bored pile :

1. Keadaan cuaca yang buruk dapat mempersulit pengeboran dan

pengecoran, dapat diatasi dengan cara menunda pengeboran dan

pengecoran sampai keadaaan cuaca memungkinkan atau memasang tenda

sebagai penutup.

2. Pengeboran dapat mengakibatkan gangguan kepadatan, bila tanah berupa

pasir atau tanah berkerikil maka menggunakan bentonite sebagai penahan

longsor.

3. Pengecoran beton sulit bila dipengaruhi air tanah karena mutu beton tidak

dapat dikontrol dengan baik maka diatasi dengan cara ujung pipa tremie

berjarak 25-50 cm dari dasar lubang pondasi.

4. Air yang mengalir ke dalam lubang bor dapat mengakibatkan gangguan

(50)

32

air yang mengalir langsung dihisap dan dibuang kembali kedalam kolam

air. Akan terjadi tanah runtuh (ground loss) jika tindakan pencegahan tidak

dilakukan, maka dipasang casing untuk mencegah kelongsoran.

5. Karena diameter tiang cukup besar dan memerlukan banyak beton dan

material, untuk pekerjaan kecil mengakibatkan biayanya sangat melonjak

maka ukuran tiang bored pile disesuaikan dengan beban yang dibutuhkan.

Walaupun penetrasi sampai ke tanah pendukung pondasi dianggap telah

terpenuhi, kadang-kadang terjadi bahwa tiang pendukung kurang

sempurna karena adanya lumpur yang tertimbun di dasar, maka dipasang

pipa paralon pada tulangan bored pile untuk pekerjaan base grouting

F. Dinding Penahan Tanah (Retaining Wall)

Dinding penahan tanah (retaining wall) adalah konstruksi yang digunakan untuk memberikan stabilitas tanah atau bahan lain yang kondisi-kondisi masa

bahayanya tidak memiliki kemiringan alami, dan juga digunakan untuk

menahan atau menopang timbunan tanah. Dinding konsol (cantilever) adalah

dinding beton bertulang yang menggunakan aksi konsol untuk menahan

massa yang berada dibelakang dinding dari kemiringan alami yang terjadi.

Berdasarkan cara mencapai stabilitas, dinding penahan (retaining wall) diklasifikasikan atas enam jenis utama yaitu:

1. Dinding penahan yang dibuat dari balok batuan, bata, atau beton polos.

2. Dinding pertebalan belakang, atau dinding pertebalan depan.

3. Dinding konsol.

(51)

33

5. Dinding semi gravitas.

6. Dinding tumpuan jembatan

1. Stabilitas Retaining Wall

Retaining wall harus memiliki stabilitas yang cukup terhadap geseran.

Tanah di depan dinding mempunyai tahanan tekanan tanah pasif karena

dinding cendrung terdorong kedalam. Jika tanah digali atau terkikis

karena erosi sesudah dinding dibangun, maka komponen tekanan pasif

tidak tersedia dan ketakstabilan geser dapat terjadi.

Tahanan sepanjang dasar pondasi dianggap sebagai fR, dimana R

mencakup semua gaya vertikal, termasuk komponen vertikal dari Pa, yang

bekerja pada dasar pondasi. Koefisien gesekan diantara dasar dan tanah

dapat diambil sebagai.

Faktok keamanan yang bisa untuk melawan guling terhadap tapak

adalah 1,5 dengan nilai sebesar 2,0 disarankan untuk tanah kohesif yang

(52)

34

Fguling = ...(2.8)

2. Kapasitas Dukung Yang Diizinkan

Beberapa persamaan kapasitas dukung tanah telah digunakan untuk

menghitung stabilitas dinding penahan tanah, seperti

persamaan-persamaan kapasitas dukung Terzaghi (1943), Meyerhof (1951, 1963),

Vesic (1975) dan Hansen (1970)

1. Persamaan Terzaghi

Kapasitas dukung ultimit (qu) untuk pondasi memanjang dinyatakan

oleh persamaan:

γ = berat volume tanah (kN/m3)

B = lebar fondasi dinding pemnahan tanah (m)

Nc, Nq dan Nγ = faktor-faktor kapasitas dukung Terzaqhi nilainya

didasarkan pada sudut gesek dalam (φ), dari

Tabel yang ada pada lampiran 1.

Persamaan Terzaghi hanya berlaku untuk pondasi yang dibebani

(53)

35

penahan tanah umumnya miringdan eksentris. Karena itu hitungan

kapasitas dukung tanah dibawah dinding penahan harus didasarkan

pada kapasitas dukung kondisi beban miring dan eksentris, misalnya

persamaan Meyerhof (1951, 1963), Vesic (1975) atau Hansen (1970).

2. Persamaan Hansen (1970) dan Vesic (1975)

Kapasiatas dukung ultimit dihitung dengan menggunakan persamaan

Hansen (1970) dan Vesic (1975) untuk beban miring dan eksentris:

qu = dc ic cNc + dq iq Df γNq +dγ iγ ½ BγNγ ...(2.10)

dengan,

dc dq dγ = faktor kedalaman

ic iq iγ = faktor kemiringan

B = lebar dasar pondasi sebenarnya (m)

e = eksentrisitas beban (m) γ = berat volume tanah (kN/m3)

Nc Nq Nγ = faktor-faktor kapasitas dukung

Faktor aman terhadap keruntuhan kapasitas dukung didefinisikkan

sebagai:

F =

3 ...(2.11) Dengan q= tekanan akibat beban struktur. Umumnya, faktor aman (F)

terhadap keruntuhan tanah dasar minimum diambil sama dengan 3.

Tekanan struktur tanah dasar pondasi dapat dihitung dari

(54)

36

 Bila diapakai cara lebar efektif fondasi (asumsi Mayerhof):

q

=

...(2.12)

dengan V = beban vertikal total dan B’ =B -2e.

 Bila distribusi tekanan kontak antara tanah dasar pondasi dianggap

linier (cara ini dulu dipakai bila dalam hitungan kapasitas dukung

digunakan persamaan Terzaghi):

q

= (1± )

bila e ≤ B/6 ...(2.13)

q

mak

=

bila e ≤ B/6 ...(2.14)

dalam perancangan, lebar pondasi dinding penahan (B) sebaiknya

dibuat sedemikian sehingga e < (B/6). Hal ini dimaksudkan agar efisiensi pondasi maksimum dan perbedaan tekanan pondasi pada

ujung-ujung kaki dinding tidak besar (untuk mengurangi resiko

keruntuhan dinding akibat penggulingan).

3. Kestabilan Terhadap Guling

Kestabilan struktur terhadap kemungkinan terguling dihitung dengan

persamaan berikut :

F

gl

=

... (2.15)

Keterangan :

∑Mw = WbI

(55)

37

∑Mw = momen yang melawan penggulingan (kN.m)

∑Mgl =momen yang mengakibatkan penggulingan (kN.m)

W = berat tanah diatas pelat pondasi + berat sendiri

dinding penahan (kN)

B = lebar kaki dinding penahan (m)

∑Pah = jumlah gaya-gaya horizontal (kN)

∑Pav = jumlah gaya-gaya vertiksl (kN)

Faktor aman terhadap penggulingan (Fgl) bergantung pada jenis tanah,

yaitu

Fgl≥ 1,5 untuk tanah dasar granular

Fgl≥ 2 untuk tanah dasar kohesif

Jika tanahan tanah pasif yang ditimbulkan oleh pengunci pada dasar

pondasi diperhitungkan, maka nilainya harus direduksi untuk

mengantisipasi pengaruh-pengaruh erosi, iklim dan retakan akibat

tegangan-tegangan tarik tanah dasar yang kohesif.

4. Ketahanan Terhadap Geser

Gaya-gaya yang menggeser dinding penahan tanah akan ditahan oleh:

1. Gesekan antara tanah dan dasar pondasi.

2. Tekanan tanah pasif bila di depan dinding penahan terhadap tanah

(56)

38

Faktor aman terhadap penggeseran (Fgs), didefinisikan sebagai:

Fgs = ≥ 1,5 ... (2.16)

- Untuk tanah granular (c = 0):

Rh = W f

= Wtg δb; dengan δb≥ φ

- Untuk tanah kohesif (φ = 0);

Rh =

c

aB

- Untuk tanah

c

φ

(

φ

> 0 dan

c

> 0):

Rh =

c

aB+ Wtg δb

Dengan,

Rh = tahanan dinding penahan tanah terhadap penggeseran

W = berat total dinding penahan dan tanah diatas pelat pondasi (kN)

δb = sudut gesek antara tanah dan dasar pondasi, biasanya diambil

1/3 –2/3 φ

c

a

= ad x c = adhesi antara tanah dan dasar dinding (kN/m2)

c

= kohesi tanah dasar (kN/m2)

a

d = faktor adhesi

B = lebar pondasi (m)

Ph = jumlah gaya-gaya horizontal (kN)

(57)

39

Faktor aman terhadap penggeseran dasar pondasi (Fgs) minimum,

diambil 1,5. Bowles (1997) menyarankan:

Fgs≥ 1,5 untuk tanah dasar granuler

Fgs ≥ 2 untuk tanah dasar kohesif

Dalam Tabel 2.4 ditunjukkan nilai-nilai f dari berbagai macam jenis tanah dasar. Jika dasar pondasi sangat kasar, seperti beton yang dicor

langsung ketanah, koefisien gesek f = tg δb = tg φ, dengan φ adalah sudut

gesek dalam tanah dasar.

Tabel 2.4Koefisien gesek (f) antara dasar pondasi dan tanah dasar (AREA, 1958)

jenis tanah dasar pondasi f = tg δb

Tanah granuler kasar tank mengandung lanau atau lempung

Tanah granuler kasar mengandung lanau

Tanah lanau tak berkohesi

Perhatian perlu diberikan jika dinding penahan tanah terletak pada tanah

lanau dan lempung. Segera sebelum pondasi dicor, dasar pondasi lebih

baik digali sedalam 10cm, setelah itu ditimbun dengan tanah pasir kasar

atau pasir campur kerikil yang dipadatkan setebal 10cm. Koefisien gesek

antara pasir dan tanah dibawahnya (f) dapat diambil o,35 (Terzaghi dan peck, 1948). Jika faktor aman terhadap penggeseran Fgs = 1,5 sulit

dicapai, maka lebih baik dipakai pengunci. Penambahan pengunci ini

(58)

40

G. Teori Turap

Dinding turap adalah dinding vertikal relatif tipis yang berfungsi untuk

menahan tanah juga berfungsi menahan masukan air kedalam lubang galian.

Turap banyak digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan seperti: penahan tebing

galian sementara, bangunan-bangunan dipelabuhan, dinding penahan tanah,

bendungan elak dan lain-lain.

1. Turap Kantilever Pada Tanah Granuler

Karena turap terletak pada tanah granuler, cukupo beralasan bila

diasumsikan muka air tanah mempunyai ketinggian yang sama dibagian

depan dan belakang turap. Sehingga, distribusi tekanan (termasuk

pengaruh beban terbagi rata dan lain-lainya) dapat ditentukan dari nilai Ka dan Kp. Jika faktor aman diperhitungkan, maka dapat dipilih salah satu dari dua kemungkinan:

a. Mereduksi Kp (sampai30%-50%) atau

b. Menambah kedalaman penetrasi antara 20% sampai 40%. Hal ini akan

(59)

41

Gambar 2.14Distribusi tekanan tanah pada turap yang terletak pada tanah granuler homogen

Dari distribusi tekanan tersebut, lokasi saat tekanan sama dengan nol akan

terdapat pada jarak a dari permukaan galian. Jarak ini dapat dihitung dengan memakai perbandingan pada diagram tekanan segitiga, yaitu:

a =

(60)

42

Pa +(Pp + Pp’)

= 0

Penyelesaian dari persamaan tersebut dapat diperole h,

z = ...(2.18)

dengan mengambil ∑Mdasar turap = 0,

Pa ( Y + y ) + ( Pp + Pp’) - Pp = 0 Atau,

Pa ( Y + y ) + ( Pp + Pp’) z2– Pp Y2 = 0 ...(2.19)

Dengan y = jarak diukur dari tekanan sama dengan nol sampai Pa

Substitusikan z, ke persamaan (1.18), diperoleh:

Pa ( Y + y ) +

(

Pp2 Y2 – 4Pp Ypa2) – Pp Y2 = 0

2. Turap Kantilever Pada Tanah Kohesif

Perancangan turap pada tanah kohesif sangat komplek, karena kuat geser

tanah tersebut berubah dengan berjalanya waktu. Dengan demikian

tekanan tanah pada turap berubah pula dari waktu ke waktu. Tinjauan

stabilitas jangka panjang juga harus diperhatikan akibat geser tanah

lempung yang berubah dengan waktunya. Analisis harus disasarkan pada

parameter tegangan efektif φ’ dan c’ yang diperoleh dari pengujian

(61)

43

Gambar 2.15Turap secara keseluruhan pada tanah lempung

Pada kondisi runtuh, tekanan tanah aktif dinyatakan oleh

Pa= γz tg2 (45o–φ/2) – 2c tg (45o–φ/2) ...(2.20a)

Dan tekanan tanah pasif:

Pa= γz tg2 (45o–φ/2) + 2c tg (45o–φ/2) ...(2.20b)

Karena pada tanah kohesif jenuh φ = 0

Ka = tg2 (45o–φ/2) =1 Kp = tg2 (45o+ φ/2) =1

Maka, untuk φ = 0, Ka = Kp =1

Dengan memperhatikan persamaan-persamaan (2.20a) dan (2.20b),

tekanan tanah pasif didepan turap, secara umum dapat dinyatakan oleh

persamaan:

Pp= γ(z – H) + 2c untuk z > H ...(2.21a) Tekanan tanah aktif dari belakan turap:

(62)

44

Dengan,

z = kedalaman tanah di bawah tanah asli (permukaan tanah urug)

c = cu = kohesi tanah pada kondisi undrained

γ = berat volume efektif (berat volume basah bila tanah di atas

maka air dan berat volume terapung bila terendam air)

H = tinggi tanah yang berada di atas dasar galian

Bila tanah tidak homogen, berlapis atau sebagian terendam air maka

tekanan efektif merupakan tekanan overburden efektif, yaitun q’= ∑γiHi gunakan berat volume apung (γ’) bila tanah terendam air).

Zone tanah lempung yang mengalami tarikan diabaikan. Cara hitungan

perancangan sama dengan turap kantilever pada tanah granuler. Titik K

dan kedalaman penembusan turap D dipilih sedemikian sehingga harus

memenuhi 2 kriteria:

a. Jumlah gaya-gaya horizontal sama dengan nol

b. Jumlah momen-momen pada sembarang titik sama dengan nol

Dari jumlah gaya-gaya horizontal sama dengan nol (FH) = 0:

Pa + (Pp’Pp) = 0

(Pp’Pp) = (z/2) (4c –q’+ 4c + q’) –D(4c –q’)

= 4cz - D(4c –q’) Pa + 4cz - D(4c –q’)

Sehingga:

(63)

45

Jumlah momen pada sembarang titik sama dengan nol,

Pa (y + D) – (D2/2) (4c –q’) + (z2/3) (4c) =0 ...(2.23)

Dengan y = jarak resultan gaya-gaya tekanan tanah aktifdiatas dasargalian

terhadap dasar galian (titik A). Substitusi persamaan-persamaan (2.22), (2.23) dan dengan melakukan penyederhanaan, diperoleh persamaan untuk

(64)

III. METODOLOGI PERENCANAAN

A. Metode Penyusunan

Metode penyusunan tugas akhir dengan judul “Evaluasi Perencanaan Secant

Pile Sebagai Dinding Penahan Tanah Pada Basement Gedung Hotel Mercure

Lampung JL. Raden Intan, Bandar Lampung” ini meliputi :

1. Pengumpulan data untuk keperluan analisa

- Peta Topografi

- Data penyelidikan tanah

- Gambar Teknis

- Analisa konstruksi bangunan gedung

2. Pengumpulan data perencanaan

B. Metode Pengumpulan Data

Dalam proses perencanaan, diperlukan analisis yang teliti, semakin rumit

permasalahan yang dihadapi maka semakin kompleks pula analisis yang akan

dilakukan. Untuk dapat melakukan analisis yang baik, diperlukan

(65)

47

kebutuhan data sangat mutlak diperlukan. Metode pengumpulan data

dilakukan dengan cara :

1. Metode Literatur

Yaitu dengan mengumpulkan, mengidentifikasi, mengolah data tertulis

dan metode kerja yang digunakan sebagai input proses perencanaan.

2. Metode Observasi

Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung ke lokasi untuk

mengetahui kondisi sebenarnya dilapangan.

Adapun jenis – jenis data yang digunakan adalah :

1. Data Primer

Merupakan data yang didapat dari survey lapangan melalui pengamatan

dan pengukuran secara langsung, yaitu foto-foto kondisi proyek, data bor

mesin dan data SPT.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi terkait atau

literatur yang berhubungan dengan penelitian ini. Peta lokasi

menggambarkan situasi di lapangan dan data tanah digunakan untuk

mengetahui daya dukung tanah, jenis tanah, sehingga dapat menentukan

jenis dan kedalaman pondasi yang akan dipakai.

C. Metode Perhitungan

1. Perhitungan Daya Dukung Secant Pile

Untuk memperoleh kapasitas ijin tiang, maka diperlukan untuk membagi

(66)

48

- Untuk dasar tiang yang dibesarkan dengan d < 2 m

Qa = u

- Untuk dasar tiang tanpa pembesaran dibagian bawah

Qa = u

2. Kapasitas daya dukung dari data SPT, (Resse & Wright, 1977)

Daya dukung ujung pondasi tiang pada tanah kohesif

Daya dukung ujung pondasi bored pile (end bearing) Qp = Ap . qp

3. Analisis dinding penahan (teori rankine)

a. Tekanan tanah untuk kestabilan eksternal

Perhitungan stabilitas untuk dinding dengan permukaan facing vertikal

diasumsikan bahwa massa dinding perkuatan tanah berperilaku sebagai

struktur kaku dengan tekanan tanah berkerja pada bagian belakang

(67)

49

dihitung untuk dinding vertikal (didefinisikan sebagai dinding jika

kemiringan facingnya kurang dari 8 derajat) adalah :

Ka = tan2 (45o– )

Dimana :

Ka = koefisien tekanan aktif

φ = sudut geser tanah

b. Tekanan tanah aktif total (Pa) untuk dinding penahan tanah setinggi H sama dengan luas diagram tekanannya, yaitu :

Pa= ½ H2γ Ka Dimana :

Pa = tekanan tanah aktif total H = tinggi dinding

γ = berat volume tanah

(68)

50

Gambar 3.1 Bagan alir perhitungsn SELESAI

MENGHITUNG KAPASITAS DAYA DUKUNG PONDASI

SECANT PILE

ANALISA HASIL PERHITUNGAN

KESIMPULAN

MENGHITUNG DINDING PENAHAN TANAH (RETAINING WALL)

ANALISA DATA PENGUMPULAN DATA

(69)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan pada proyek pembangunan dinding penahan

tanah pada gedung Hotel Mercure Lampung Jl. Raden Intan, Bandar

Lampung maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Jenis bangunan dinding penahan tanah pada gedung Hotel Mercure

Lampung ini yang dipakai adalah jenis Secant Pile, yang mana dinding

penahan tanah jenis ini cocok untuk dipakai pada pembangunan gedung

tinggi yang disekitarnya banyak rumah penduduk sehingga mengurangi

resiko tanah runtuh disekitar gedung.

2. Untuk bangunan Hotel Mercure Lampung yang terdiri dari 25 lantai dan 2

lapis basement, maka dengan mempertimbangkan nilai SPT yang tinggi

mulai dari kedalaman 3,0m hingga 20m (hal ini sesuai dengan data

sebelumnya, yaitu terdapat pasir padat dan batuan mulai dari kedalaman

6,0m hingga 35,0m), maka disarankan menggunakan pondasi rakit

sebagai sub struktur. Jenis pondasi ini diperlukan modulus subgrade untuk

menentukan tebal raft. Untuk memperoleh nilai modulus subgrade dapat

Gambar

Gambar 2.1 Klasifikasi Butiran menurut Sistem Unifed, ASTM, MIT,     International Nomenclature
Gambar 2.2 Distribusi Ukuran Butir Tanah
Gambar 2.3 Rembesan didalam tanah
Gambar 2.4 Contoh hasil uji traksial pada kondisi tak terdrainase dan uji tekan- bebas
+7

Referensi

Dokumen terkait