• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Bali

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Bali"

Copied!
204
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI

KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI BALI

Oleh :

Annisa Nurfatimah

NIM: 109084000053

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama Lengkap : Annisa Nurfatimah 2. Tempat, Tanggal Lahir : Semarang, 23 April 1991

3. Alamat :Jl.Kasturi II J/4 Pancoranmas,Depok

4. E-mail : annisaftmh23@gmail.com

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. TK Islam Aisyah 6 (1995-1997) 2. SDN Anyelir 1 Depok (1997-2003) 3. SLTPN 41 Jakarta (2003-2006) 4. SMAN 6 Jakarta (2006-2009)

5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2009-2013)

III. PENDIDIKAN NON FORMAL

a. LPP Latansa (2009-2010) IV. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : (Alm.) Agustin Indrianto

2. Ibu : Sunarti

3. Alamat : Jl.Kasturi II J/4 Pancoranmas Depok

(7)

ii ABSTRACT

This research aims to discover the potential of the economic sectors in the Districts/ Cities in Bali and identify the economic interactions of Denpasar with the eight other Districts during 2005-2011. This research takes GDRP data of Bali and the nine Districts /Cities in Bali according to the business field. This research uses data analysis method that takes Location Quotients (LQ), Shift Share, Typology and the Gravity Model as its analysis tools to find out economic interactions between Denpasar and the eight other Districts in Bali.

Based on the LQ analysis, this research shows that Denpasar has five base sectors. They are electricity, gas and water sector; financial, lease and company service sector; manufacturing sector; trade, hotel and restaurant sector; and transportation and communication sector. In Badung, they have four dominant sectors consists of transportation and communication sector; trade, hotel and restaurant sector; construction sector; and electricity, gas and water sector. So does Buleleng, it has four base sectors. They are services sector; agricultural sector; quarrying sector and manufacturing sector. Meanwhile, in Gianyar, Bangli, Klungkung, Jembrana and Karangasem, there are three dominant sectors and in Tabanan, there is only two of it.

In Bali, there are two potential industry sectors which can be developed as the base sector, like electricity, gas and water sector and transportation and communication sector. The average LQ of electricity, gas and water sector about 0,801 and transportation and communication sector is 0,764. That value is approaching LQ>1, so it‟s potentially developed as a base sector. Both of these sectors have good growth in the district as well as in the city. They take V and VI typology, which means these sectors are non-base sector that has a rapid growth in the city level, despite slow growth in the Province level, so it‟s potentially to be developed into a base sector.

Gravity analysis shows that the establishment of Denpasar as the Centre of growth and governance is right, because of its strong economic interaction with eight other districts in Bali. The districs that have strong linkages with Denpasar city such as Klungkung, Tabanan, Badung and Gianyar, could be developed as a cooperative partner in the development of the region. Based on Denpasar‟s leading sectors economic and the inter-regional economic linkages, the establishment of Denpasar as The Leading Strategic Region is considered to be appropriate.

(8)

iii ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi dari sektor-sektor ekonomi di Kabupaten/Kota Provinsi Bali dan mengidentifikasi interaksi ekonomi Kota Denpasar dengan kedelapan Kabupaten lainnya selama tahun 2005-2011. Penelitian ini menggunakan data PDRB Provinsi Bali dan sembilan (9) Kabupaten/Kota di Provinsi Bali menurut lapangan usaha. Penelitian ini menggunakan metode analisis data dengan alat analisis Location Quatient (LQ), Shift Share, Tipologi Sektoral, dan Model Gravitasi untuk mengetahui interaksi ekonomi antara Kota Denpasar dengan kabupaten-kabupaten di Bali.

Hasil penelitian ini menunjukkan berdasarkan analisis LQ Kota Denpasar memiliki lima sektor basis yaitu sektor listrik, gas dan air; sektor keuangan, penyewaan dan jasa perusahaan; sektor industri pengolahan; sektor perdagangan, hotel dan restoran; dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Kabupaten Badung memiliki empat sektor basis yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor bangunan dan sektor listrik, gas dan air. Kabupaten Buleleng juga memiliki empat sektor basis yaitu sektor jasa-jasa; sektor pertanian; sektor penggalian dan sektor industri pengolahan. Sedangkan untuk Kabupaten Gianyar, Bangli, Klungkung, Jembrana, dan Karangasem memiliki 3 sektor basis. Hanya Kabupaten Tabanan yang memiliki 2 sektor basis. Terdapat dua sektor potensial untuk dikembangkan menjadi sektor basis secara keseluruhan di Provinsi Bali yaitu sektor listrik, gas dan air; sektor pengangkutan dan komunikasi. Nilai LQ rata-rata dari sektor listrik, gas dan air sebesar 0,801 dan sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 0,764, nilai tersebut mendekati LQ>1 sehingga berpotensi menjadi sektor basis. Kedua sektor ini memiliki pertumbuhan yang baik di Kabupaten/Kota dan menempati Tipologi V dan VI, yang berarti sektor ini adalah sektor non basis, memiliki pertumbuhan yang cepat di tingkat Kabupaten/Kota walaupun pertumbuhan di Provinsi lambat, sehingga berpotensi untuk dikembangkan menjadi sektor basis.

Analisis gravitasi menunjukkan penetapan Kota Denpasar sebagai pusat pertumbuhan dan pemerintahan tepat karena kuatnya interaksi ekonomi Kota Denpasar dengan Kabupaten-kabupaten lainnya. Daerah yang memiliki keterkaitan kuat dengan Kota Denpasar adalah Kabupaten Klungkung, Tabanan, Badung, dan Gianyar yang dapat dikembangkan sebagai mitra kerjasama dalam pengembangan wilayah. Berdasarkan sektor unggulan yang dimiliki maupun adanya keterkaitan ekonomi antar daerah, penetapan Kota Denpasar dianggap tepat jika menjadi Kawasan Strategi Andalan.

(9)

iv

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillah puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi, yang telah memberikan limpahan nikmat, rahmat dan kasih sayang-Nya kepada penulis selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada nabi Muhammad saw, sang pembawa risalah islam, pembawa syafaat bagi ummatnya dihari akhir kelak.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun dari berbagai pihak guna penyempurnaan skripsi ini. Disamping itu, dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Apresiasi dan terima kasih yang setinggi-tingginya, disampaikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Semoga menjadi amal baik dan dibalas oleh Allah dengan balasan yang lebih baik. Secara khusus, apresiasi dan terima kasih tersebut disampaikan kepada: 1. Ayah Alm. Agustin Indrianto dan Ibu Sunarti, atas doa dan kasih sayang yang

tidak terbatas kepada peneliti hingga saat ini, semoga Allah selalu menyayangi keduanya sebagaimana keduanya menyayangi peneliti.

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS,. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus dosen pembimbing I yang telah membantu penulis hingga skripsi ini selesai.

3. Bapak Dr. Lukman dan Ibu Utami Baroroh M.Si selaku Ketua dan Sekretaris jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Zuhairan Yunmi Yunan SE. MSc., selaku dosen pembimbing II yang telah banyak membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

(10)

v

6. Aisyah Nurhasanah, untuk menjadi adik tersayang sekaligus sahabat bagi penulis.

7. Keluarga besar H. Sabur dan Amat Pi’i, terimakasih untuk support dan doanya yang tidak pernah henti kepada penulis.

8. Ratna dan Citra, terimakasih atas persahabatan dari awal kuliah hingga saat ini yang telah menjadi tempat berkeluh kesah dan selalu memberikan semangat. 9. Sahabat SMA Isty, Mei dan Ane terimakasih atas motivasi dan membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi.

10.Rekan-rekan The Komplek, Ichsan, Dimas Prabowo, Asep, Rhomdon terimakasih yang selalu menghibur di kala susah dan senang.

11.Dimas Aditya dan Aditya Nugraha terimakasih teman seperjuangan yang telah memberikan motivasi dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi. 12.Seluruh rekan-rekan IESP 2009, Lia, Wulan, Sani, Indah, Kana, Rini, Zona,

Dira, Ami, Rifqi, Andre, Kana serta teman-teman IESP Pembangunan dan Kelas B 2009 lainnya, yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

13. Kakak-kakak senior angkatan 2007 dan 2008 yang sangat banyak membantu penulis. Khususnya Kak Yucup, Kak Riri, Kak Newning dan Kak Sofi.

14.Rasa cinta dan hormat kepada semua pihak yang telah banyak membantu yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam menyelesaikan skripsi. Semoga Allah membalas semua kebaikan-kebaikan kalian.

Penulis berharap skripsi ini menjadi konstribusi serta menambah pustaka dan referensi bagi semua pihak yang membutuhkan. Saran dan masukan dari para pembaca untuk perbaikan ketidaksempurnaan skripsi ini sangat diharapkan.

Depok,3 Juni 2013

(11)

vi DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

LEMBAR UJIAN KOMPREHENSIF

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... i

ABSTRACT ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 12

(12)

vii

2. Konsep Pertumbuhan Ekonomi ... 14

3. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 15

4. Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Daerah ... 19

a. Teori Harrod-Domar dalam sistem regional ... 20

b. Teori Pertumbuhan Cepat Yang Disinergikan ... 22

c. Teori Basis Ekonomi ... 23

d. Teori Tempat Sentral ... 28

e. Teori Interaksi Spasial ... 28

5. Model atau Teori Gravitasi ... 29

B. Penelitian Terdahulu ... 30

C. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 44

B. Metode Penentuan Sampel ... 44

C. Metode Pengumpulan Data ... 45

D. Metode Analisis Data ... 45

1. LQ (Location Quotient) ... 46

2. Shift Share ... 49

3. Tipologi Sektoral ... 54

4. Model atau Teori Gravitasi ... 57

(13)

viii BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 64

1. Gambaran Umum Provinsi Bali ... 64

a. Keadaan Geografi dan Demografi Provinsi Bali ... 64

b. Keadaan Iklim ... 67

c. Pemerintahan ... 68

d. Kependudukan ... 68

e. Pendidikan ... 70

f. Kesehatan ... 71

B. Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi, Keterkaitan Wilayah dan Sektor Potensial ... 71

1. Analisis Perkembangan PDRB Provinsi Bali dan PDRB Kabupaten/Kota... 72

2. Analisis Potensi Ekonomi ... 77

a. Analisis Location Quotient (LQ) ... 77

b. Analisis Shift Share ... 84

c. Tipologi Sektoral ... 94

d. Analisis Gravitasi ... 99

C. Pembahasan ... 102

1.Pembahasan Per Sektor Daerah Analisis Sembilan Kabupaten/ Kota Provinsi Bali ... 102

(14)

ix

3.Pengembangan Sektor Potensial Kabupaten/Kota di Provinsi

Bali ... 124

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ... 126

B. Implikasi ... 128

DAFTAR PUSTAKA ... 132

(15)

x

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman 1.1 Distribusi Persentase PDRB Tahun 2005-2011 Menurut Sektor 4

Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun Provinsi Bali (dalam persen) 1.2 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten/Kota Provinsi Bali Atas Harga 5

Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2011 (dalam

persen)

2.1 Penelitian Terdahulu 37

3.1 Makna Tipologi Sektor Ekonomi 56

3.2 Tabel Operasional Variabel 63

4.1 Luas Wilayah (Km2) Kabupaten/Kota di Provinsi Bali 65 4.2 Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut

Lapangan Usaha Utama di Provinsi Bali Tahun 2011 70 4.3 Banyaknya Fasilitas Kesehatan di Provinsi Bali Tahun 2011 71

4.4 Distribusi Persentase PDRB Tahun 2005-2011 Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun Provinsi Bali (dalam persen) 73 4.5 Distribusi Persentase PDRB Tahun 2011 Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten/Kota Provinsi Bali (Persen) 75 4.6 Hasil Perhitungan Location Quetiont (LQ) Rata-rata Kabupaten/Kota

di Provinsi Bali Tahun 2005-2011 79

4.7 Komponen Shift Share Kabupaten/Kota di Provinsi Bali

Tahun 2005-2011 86

4.8 Komponen Pertumbuhan ProportionalShift (Pj) Rata-rata Kabupaten/ 89 Kota di Provinsi Bali Tahun 2005-2011

4.9 Komponen Pertumbuhan DifferentialShift (Dj) di Provinsi Bali

Tahun 2005-2011 90

4.10 Hasil Rata-rata Perhitungan Akhir Analisis Shift Share Kabupaten/ 93 Kota Provinsi Bali Tahun 2005-2011

(16)

xi

4.12 Pembagian Sektor Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Bali 98 Berdasarkan Tipologi Sektoral

4.13 Peringkat atau level Keterkaitan Gravitasi antara Kota Denpasar 100 Dengan Kabupaten-kabupaten lainnya Provinsi Bali Tahun 2005-2011

4.14 Analisis Sektor Pertanian 103

4.15 Analisis Sektor Pertambangan dan Penggalian 105

4.16 Analisis Sektor Industri Pengolahan 107

4.17 Analisis Sektor Listrik, Gas dan Air 111

4.18 Analisis Sektor Bangunan 112

4.19 Analisis Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 114 4.20 Analisis Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 116 4.21 Analisis Sektor Keuangan. Persewaan dan Jasa Perusahaan 120

(17)

xii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman 2.1 Kerangka Berpikir Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi Sektoral 42

Kabupaten/Kota di Provinsi Bali 2005-2011

3.1 Bagan Kerangka Potensi Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota 58

di Provinsi Bali

4.1 Perkembangan LQ Rata-rata Periode Tahun 2005-2011 Per 103 Kabupaten/Kota Sektor Pertanian

4.2 Perkembangan LQ Rata-rata Periode Tahun 2005-2011 Per 106 Kabupaten/Kota Sektor Pertambangan dan Penggalian

4.3 Perkembangan LQ Rata-rata Periode Tahun 2005-2011 Per 108 Kabupaten/Kota Sektor Industri Pengolahan

4.4 Perkembangan LQ Rata-rata Periode Tahun 2005-2011 Per 110 Kabupaten/Kota Sektor Listrik, Gas dan Air

4.5 Perkembangan LQ Rata-rata Periode Tahun 2005-2011 Per 112 Kabupaten/Kota Sektor Bangunan

4.6 Perkembangan LQ Rata-rata Periode Tahun 2005-2011 Per 114 Kabupaten/Kota Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

4.7 Perkembangan LQ Rata-rata Periode Tahun 2005-2011 Per 116 Kabupaten/Kota Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

4.8 Perkembangan LQ Rata-rata Periode Tahun 2005-2011 Per 119 Kabupaten/Kota Sektor Keuangan. Persewaan dan Jasa Perusahaan 4.9 Perkembangan LQ Rata-rata Periode Tahun 2005-2011 Per 121

(18)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman I Produk Regional Domestik Bruto Atas Dasar Harga

Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Provinsi

Bali Tahun 2005-2011 135

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kota

Denpasar Tahun 2005-2011 136

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten

Badung Tahun 2005-2011 136

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten

Gianyar Tahun 2005-2011 137

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten

Klungkung Tahun 2005-2011 137

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten

Tabanan Tahun 2005-2011 138

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten

Karangasem Tahun 2005-2011 138

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten

Bangli Tahun 2005-2011 139

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten

(19)

xiv

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten

Jembrana Tahun 2005-2011 140

II Jarak Kota Denpasar dengan Delapan Kabupaten

Provinsi Bali 140

III Hasil Perhitungan Rata-rata Location Quotient Kota

Denpasar Tahun 2005-2011 141 Hasil Perhitungan Rata-rata Location Quotient

Kabupaten Badung Tahun 2005-2011 141 Hasil Perhitungan Rata-rata Location Quotient

Kabupaten Gianyar Tahun 2005-2011 142 Hasil Perhitungan Rata-rata Location Quotient

Kabupaten Klungkung Tahun 2005-2011 142 Hasil Perhitungan Rata-rata Location Quotient

Kabupaten Tabanan Tahun 2005-2011 143 Hasil Perhitungan Rata-rata Location Quotient

Kabupaten Bangli Tahun 2005-2011 143 Hasil Perhitungan Rata-rata Location Quotient

Kabupaten Buleleng Tahun 2005-2011 144 Hasil Perhitungan Rata-rata Location Quotient

Kabupaten Karangasem Tahun 2005-2011 144 Hasil Perhitungan Rata-rata Location Quotient

Kabupaten Jembrana Tahun 2005-2011 145 IV Hasil Perhitungan Komponen Shift Share

Pertambahan PDRB (Gj) Tahunan Kota Denpasar 145 Hasil Perhitungan Komponen Pertambahan PDRB

(Gj) Tahunan Kabupaten Badung 146

Hasil Perhitungan Komponen Pertambahan PDRB

(Gj) Tahunan Kabupaten Gianyar 146

Hasil Perhitungan Komponen Pertambahan PDRB

(20)

xv

Hasil Perhitungan Komponen Pertambahan PDRB

(Gj) Tahunan Kabupaten Tabanan 147

Hasil Perhitungan Komponen Pertambahan PDRB

(Gj) Tahunan Kabupaten Bangli 147

Hasil Perhitungan Komponen Pertambahan PDRB

(Gj) Tahunan Kabupaten Buleleng 147

Hasil Perhitungan Komponen Pertambahan PDRB

(Gj) Tahunan Kabupaten Karangasem 148 Hasil Perhitungan Komponen Pertambahan PDRB

(Gj) Tahunan Kabupaten Jembrana 148

V Hasil Perhitungan Share Komponen Nasional Share

(Nj) Kota Denpasar 148

Hasil Perhitungan Share Komponen Nasional Share

(Nj) Kabupaten Badung 149

Hasil Perhitungan Share Komponen Nasional Share

(Nj) Kabupaten Gianyar 150

Hasil Perhitungan Share Komponen Nasional Share

(Nj) Kabupaten Klungkung 150

Hasil Perhitungan Share Komponen Nasional Share

(Nj) Kabupaten Tabanan 151

Hasil Perhitungan Share Komponen Nasional Share

(Nj) Kabupaten Bangli 152

Hasil Perhitungan Share Komponen Nasional Share

(Nj) Kabupaten Buleleng 152

Hasil Perhitungan Share Komponen Nasional Share

(Nj) Kabupaten Karangasem 153

Hasil Perhitungan Share Komponen Nasional Share

(Nj) Kabupaten Jembrana 154

VI Hasil Perhitungan Rata-rata Komponen Shift Share

(21)

xvi

Hasil Perhitungan Rata-rata Komponen Shift Share

(Gj), (Nj), (Dj), (Pj) Per Sektor Kabupaten Badung 157

Hasil Perhitungan Rata-rata Komponen Shift Share

(Gj), (Nj), (Dj), (Pj) Per Sektor Kabupaten Gianyar 159

Hasil Perhitungan Rata-rata Komponen Shift Share (Gj), (Nj), (Dj), (Pj) Per Sektor Kabupaten

Klungkung 161

Hasil Perhitungan Rata-rata Komponen Shift Share

(Gj), (Nj), (Dj), (Pj) Per Sektor Kabupaten Tabanan 163

Hasil Perhitungan Rata-rata Komponen Shift Share

(Gj), (Nj), (Dj), (Pj) Per Sektor Kabupaten Bangli 165

Hasil Perhitungan Rata-rata Komponen Shift Share

(Gj), (Nj), (Dj), (Pj) Per Sektor Kabupaten Buleleng 167

Hasil Perhitungan Rata-rata Komponen Shift Share (Gj), (Nj), (Dj), (Pj) Per Sektor Kabupaten

Karangasem 169

Hasil Perhitungan Rata-rata Komponen Shift Share

(Gj), (Nj), (Dj), (Pj) Per Sektor Kabupaten Jembrana 171

VII Checking Perhitungan Shift Share Kota Denpasar 173 Checking Perhitungan Shift Share Kabupaten

Badung 173

Checking Perhitungan Shift Share Kabupaten

Gianyar 174

Checking Perhitungan Shift Share Kabupaten

Klungkung 174

Checking Perhitungan Shift Share Kabupaten

Tabanan 175

Checking Perhitungan Shift Share Kabupaten Bangli 175 Checking Perhitungan Shift Share Kabupaten

(22)

xvii

Checking Perhitungan Shift Share Kabupaten

Karangasem 176

Checking Perhitungan Shift Share Kabupaten

Jembrana 177

VII Jumlah Penduduk Kota dan Kabupaten di Provinsi

Bali 177

Hasil Perhitungan Analisa Gravitasi Interaksi Kota

Denpasar dengan Kabupaten Badung 178

Hasil Perhitungan Analisa Gravitasi Interaksi Kota

Denpasar dengan Kabupaten Gianyar 178 Hasil Perhitungan Analisa Gravitasi Interaksi Kota

Denpasar dengan Kabupaten Klungkung 179 Hasil Perhitungan Analisa Gravitasi Interaksi Kota

Denpasar dengan Kabupaten Tabanan 179 Hasil Perhitungan Analisa Gravitasi Interaksi Kota

Denpasar dengan Kabupaten Bangli 180

Hasil Perhitungan Analisa Gravitasi Interaksi Kota

Denpasar dengan Kabupaten Buleleng 180 Hasil Perhitungan Analisa Gravitasi Interaksi Kota

Denpasar dengan Kabupaten Karangasem 181 Hasil Perhitungan Analisa Gravitasi Interaksi Kota

(23)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pembangunan negara Indonesia, perekonomian negara perlu

dikembangkan secara terencana dan terpadu. Pembangunan yang dilakukan sudah

pasti menuju pada suatu perubahan yang mengarah kepada kesejahteraan

masyarakat yang lebih baik. Salah satu indikator kinerja pembangunan ekonomi

tersebut adalah dengan menggunakan tingkat pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi suatu negara dilihat dari pertumbuhan sektor migas dan

sektor pariwisata (sektor nonmigas). Peran sektor pariwisata akan berfungsi

sebagai katalisator (agent of development) sekaligus akan mempercepat proses

pembangunan itu sendiri dan akan sangat berperan dalam mendorong

pertumbuhan pembangunan wilayah yang memiliki potensi alam yang terbatas.

Dalam GBHN tahun 1993 (Yoeti, 2008:14) dikatakan bahwa

pembangunan pariwisata diarahkan pada peningkatan pariwisata menjadi sektor

andalan yang mampu menggalakkan kegiatan ekonomi, termasuk sektor-sektor

lainnya yang terkait, sehingga lapangan kerja, pendapatan masyarakat,

pendapatan daerah, pendapatan negara serta penerimaan devisa meningkat

melalui pengembangan dan pendayagunaan potensi kepariwisataan nasional.

Sektor pariwisata atau nonmigas memiliki peranan yang penting dalam

pembangunan ekonomi di Indonesia dan memberikan kontribusi yang cukup

besar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sektor pariwisata atau nonmigas

(24)

2 meningkat dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi sektor migas yang

cenderung menurun. Periode tahun 2005-2011, pertumbuhan ekonomi sektor non

migas mengalami fluktuasi. Pada tahun 2009 terjadi penurunan dari tahun 2008

sebesar 6,46 persen menjadi 4,93 persen. Kemudian pada tahun 2010 dan 2011

pertumbuhan sektor non migas terus mengalami peningkatan menjadi 6,39 persen

dan 6,58 persen. Dibandingkan dengan pertumbuhan sektor migas pada tahun

2007 pertumbuhannya sebesar 6,35 persen, tahun 2008 dan 2009 menurun

menjadi 6,01 persen dan 4,55 persen. Pada tahun 2010 dan 2011 terjadi

peningkatan lagi menjadi 5,93 persen dan 6,12 persen. Pertumbuhan ekonomi

Indonesia sektor non migas (pariwisata) menunjukkan peningkatan lebih tinggi

dibandingkan dengan sektor migas (BPS, 2011).

Penurunan pertumbuhan tahun 2009 disebabkan karena adanya krisis

ekonomi global tahun 2008, yang menyebabkan macetnya sistem keuangan dunia

sehingga terjadi kemerosotan aktivitas ekonomi dan perdagangan dunia. Hal ini

juga mempengaruhi perekonomian di Indonesia. Bisa dilihat dari menurunnya

sumbangan-sumbangan sektor terhadap PDB Indonesia (BAPPENAS, 2009).

Provinsi Bali merupakan salah satu provinsi yang di dominasi

sektor-sektor pariwisata atau nonmigas tertinggi dalam pembentukan Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) nya. Selain itu, Provinsi Bali merupakan provinsi yang

menjadi primadona para wisatawan baik lokal maupun asing untuk berinvestasi

dan berlibur. Namun sektor pariwisata akan sangat rentan terhadap faktor internal

dan eksternal seperti isu-isu terorisme dan keuangan global. Pada tahun 2006

(25)

3 menjadi 5,28 persen akibat peristiwa bom yang mengguncang Bali tahun 2005.

Selanjutnya pada tahun 2008 terjadi krisis finansial global sehingga tahun 2009

perekonomian Bali turun menjadi 5,33 persen. Dinamika ekonomi makro di

tingkat nasional, berimplikasi terhadap perekonomian daerah (BPS Provinsi Bali,

2010 a).

Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan

utamauntuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat

daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan

masyarakatnya harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan

daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya

dandengan menggunakan sumberdaya yang ada harus mampu menaksir

potensisumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun

perekonomian daerah (Arsyad, 2010:374).

Berdasarkan tabel 1.1 menunjukkan distribusi presentase Provinsi Bali

atas dasar harga konstan tahun 2000 dari tahun 2008 hingga 2011 semua sektor

mengalami fluktuasi. Di Provinsi Bali kontribusi sektor nonmigas atau pariwisata

selama tahun 2005-2011 dari yang terbesar adalah sektor perdagangan, hotel dan

restoran; pertanian; jasa-jasa lainnya; pengangkutan dan komunikasi; industri

pengolahan; keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; bangunan; listrik, gas dan

air; pertambangan. Semua sektor tersebut merupakan sektor utama nonmigas atau

sektor pariwisata. Namun sektor pertambangan dan penggalian menunjukkan

kontribusi terhadap PDRB Bali yang paling rendah. Hal ini dikarenakan

(26)

sektor-4 sektor pariwisata. Di bawah ini merupakan paparan tabel 1.1 mengenai distribusi

PDRB Provinsi Bali sektor nonmigas (pariwisata) atas dasar harga konstan tahun

2005-2011.

Tabel 1.1

Distribusi Presentase PDRB Tahun 2005-2011 Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Provinsi Bali (dalam persen) No Sektor 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber : BPS Provinsi Bali 2012 (diolah kembali)

Berkembangnya pariwisata di Bali, membuat struktur perekonomian di

Bali mengalami pergeseran dari sektor primer ke sektor tersier. Hal ini tampak

jelas dari kontribusi masing-masing sektor dalam membentuk PDRB Bali. Sektor

perdagangan, hotel dan restoran yang merupakan sektor dengan keterkaitan paling

besar terhadap pariwisata dan memberikan share paling dominan bagi PDRB Bali

bahkan menunjukkan kecendrungan yang terus meningkat dari tahun ke tahun

(BPS Provinsi Bali, 2012 b).

Provinsi Bali memiliki sembilan (9) kabupaten/kota yang masing-masing

(27)

5 kabupaten/kota di Provinsi Bali, yaitu Kota Denpasar, Kabupaten Jembrana,

Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung, Bangli, Karangasem, dan Buleleng.

Dalam Badan Pusat Statistik Provinsi Bali (2010a:2), laju pertumbuhan

PDRB kabupaten/kota dan Provinsi Bali disumbang oleh 9 (sembilan) sektor

yaitu: pertanian; pertambangan dan penggalian; industripengolahan; listrik, gas

dan air bersih; konstruksi; perdagangan, hotel dan restoran; pengangkutan dan

komunikasi;keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; jasa-jasa. Kabupaten/kota

di Provinsi Bali yang laju pertumbuhannya tertinggi pada tahun 2011 adalah Kota

Denpasar sebesar 10,87 persen. Berikut ini tabel 1.2 laju pertumbuhan PDRB

kabupaten/kota Provinsi Bali atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan

usaha tahun 2011 (dalam persen).

Tabel 1.2

Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten/Kota Provinsi Bali Atas Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 (Dalam Persen) Lapangan

Usaha

Kabupaten/Kota

Denpasar Badung Jembrana Tabanan Gianyar Karangasem Klungkung Buleleng Bangli

Pertanian 8,32 3,46 0,44 2,50 3,06 2,35 1,02 2,50 2,55

Sumber: BPS Provinsi Bali 2012 (diolah kembali)

Faktor utama yang menyebabkan laju pertumbuhan Kota Denpasar

(28)

6 pergerakan sektor pariwisata yang serupa dengan pergerakan sektor pariwisata

Provinsi Bali. Peran Kota Denpasar yang merupakan ibukota Provinsi Bali dan

kota pemerintahan juga sangat diminati sebagai kota wisata. Kota Denpasar

merupakan pintu gerbang sekaligus daerah utama penyedia sarana akomodasi bagi

sektor pariwisata Provinsi Bali. (BPS Kota Denpasar, 2008:35)

Berdasarkan tabel di atas kabupaten di sekitar Kota Denpasar yang laju

pertumbuhan cukup baik adalah Kabupaten Badung dan Gianyar. Laju

pertumbuhan masing-masing kabupaten sebesar 6,69 persen dan 6,76 persen.

Sedangkan laju pertumbuhan terendah di antara kabupaten/kota Provinsi Bali

adalah Kabupaten Karangasem sebesar 5,16 persen. Ini disebabkan karena

struktur ekonomi Karangasem tidak banyak mengalami pergeseran, pertumbuhan

ekonomi masih didominasi oleh sektor penggalian.

Laju pertumbuhan ekonomi PDRB kabupaten/kota di Provinsi Bali oleh

sektor-sektor ekonomi secara tidak langsung menunjukkan tingkat perubahan

struktur potensi ekonomi yang berbeda-beda. Provinsi Bali memiliki banyak

sektor ekonomi yang berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut karena

ditunjang oleh pariwisatanya yang tersohor. Berkaitan dengan sektor pariwisata

merupakan sektor ekonomi yang terbukti mampu mengentaskan kemiskinan pada

suatu daerah karena mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak dari

sektor-sektor yang lain karena sektor-sektor ini tidak memerlukan pendidikan yang tinggi serta

sumberdaya alam yang tersediasangat memadai. Pembangunan industri pariwisata

yang mampu mengentaskan kemiskinan adalah pariwisata yang mempunyai

(29)

7 Provinsi Bali memiliki sembilan kabupaten/kota yang masing-masing

tersebar pertumbuhan ekonomi untuk sektor-sektor ekonomi yang menunjang

pariwisata. Sehingga terjadi perbedaan struktur ekonomi masing-masing daerah.

Struktur ekonomi wilayah tercermin dari besarnya kontribusi PDRB

masing-masing sektor ekonomi terhadap PDRB. Dengan mengetahui struktur ekonomi

wilayah, maka upaya pembangunan ekonomi dapat diarahkan sesuai dengan

potensi wilayah. Pembangunan sektor-sektor ekonomi dengan menganalisis

potensi wilayah Provinsi Bali dan kabupaten/kota nya diperlukan metode untuk

mengkaji pertumbuhan wilayah, yakni dengan mengetahui sektor basis untuk

meningkatkan perekonomian wilayah.

Selain itu, pembangunan ekonomi perlu diperhatikan sektor yang

potensial dikembangkan supaya memberikan efek multiplier bagi sektor-sektor

ekonomi yang lain. Sehingga masing-masing pemerintah daerah dapat melihat

sektor yang memiliki keunggulan/kelemahan di wilayahnya maka sektor yang

memiliki keunggulan akan mempunyai prospek untuk dikembangkan dan

diharapkan dapat mendorong sektor-sektor lain untuk berkembang.

Berdasarkan tabel laju pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota Provinsi

Bali menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi ke delapan kabupaten di Bali

masih kalah jika dibandingkan dengan Kota Denpasar. Menurut Peraturan daerah

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Kota Denpasar tahun

2011-2031, Kota Denpasar sebagai kota otonom sekaligus juga merupakan

ibukota Provinsi Bali, dan pusat pelayanan wilayah Bali bagian selatan dengan

(30)

8 pelayanan pendidikan tinggi, pusat permukiman yang memiliki pengaruh

langsung yang kuat kepada wilayah sekitarnya.

Kota Denpasar mempunyai pengaruh yang kuat sebagai pusat

pertumbuhan sektor pariwisata di Provinsi Bali. Untuk itu perlu mengetahui daya

tarik ekonomi antar wilayah kota dengan kabupatennya sebagai usaha

meningkatkan pertumbuhan ekonomi antar daerah dan pemerataan pembangunan

ekonomi. Dengan demikian akan dapat meningkatkan output regional dan

efisiensi lokasi di daerah yang bersangkutan.

Oleh sebab itu, perlu untuk mengetahui daya tarik ekonomi antar wilayah

kota dengan kabupaten yang akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di

Provinsi Bali. Berdasarkan data-data dan fakta yang didapat penelitian ini

mengkaji tentang analisis sektor ekonomi yang mempengaruhi Pendapatan

Domestik Regional Bruto di Provinsi Bali dan kabupaten/kota-nya dengan judul

analisis potensi pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Bali.

B. Perumusan Masalah

Sektor pariwisata atau non migas merupakan sektor yang pertumbuhan

ekonominya pada PDB Indonesia menunjukkan peningkatan lebih tinggi

disbanding sektor migas, karena peran sektor pariwisata atau non migas terus

menerus menggeser struktur ekonomi Indonesia. Provinsi Bali merupakan salah

satu Provinsi yang menyumbang PDB Indonesia di sektor pariwisata atau non

migas. Sektor pariwisata atau non migas menurut sektor-sektor ekonominya

terdiri dari sektor perdagangan, hotel dan restoran; industri pengolahan; pertanian;

(31)

9 pengangkutan dan komunikasi;keuangan, persewaan dan jasa perusahaan;

jasa-jasa.

Pertumbuhan ekonomi sektor pariwisata atau non migas Bali dari tahun

2005-2011 cenderung naik walaupun mengalami berbagai rintangan yang

dihadapi seperti bom kembali mengguncang Bali tahun 2005 sehingga ekonomi

Bali menurun tahun 2006. Selanjutnya memasuki tahun 2009 sejumlah

kekhawatiran akan memburuknya kinerja pariwisata dan ekonomi Bali disebabkan

terjadi krisis finansial global membuat melemahnya ekonomi negara-negara

utama wisatawan asing yang berkunjung ke Bali. Krisis ini pun membawa adanya

perubahan struktur ekonomi pariwisata yang mendukung sektor pariwisata atau

non migas pada PDRB Provinsi dan kabupaten/kota Bali.

Kegiatan pembangunan bidang ekonomi khususnya sektor pariwisata

atau non migas yang perlu diperhatikan oleh seorang perencana wilayah adalah

kemampuan untuk menganalisis potensi sektor ekonomi apa yang potensial di

wilayahnya dan dapat menjadi acuan pembangunan ekonomi daerah. Jika

masing-masing pemerintah daerah mampu melihat sektor yang memiliki

keunggulan/kelemahan di wilayahnya maka sektor yang memiliki keunggulan

akan mempunyai prospek untuk dikembangkan dan diharapkan dapat mendorong

sektor-sektor lain untuk berkembang. Serta mengetahui pengaruh dan keterkaitan

Kota Denpasar sebagai pusat pertumbuhan sektor pariwisata di Bali. Dengan

demikian akan dapat meningkatkan output regional dan efisiensi lokasi di daerah

(32)

10 Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian

sebagai berikut :

1. Sektor-sektor ekonomi mana yang merupakan sektor basis di kabupaten/kota

di Provinsi Bali?

2. Sektor-sektor ekonomi manakah yang paling memiliki potensi untuk lebih

dikembangkan di keseluruhan kabupaten/kota Provinsi Bali dan sebagai

acuan pemerintah daerah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi

daerahnya?

3. Seberapa besar keterkaitan/daya tarik potensi ekonomi antara Kota Denpasar

dengan kabupaten-kabupaten di Provinsi Bali?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dasar latar belakang dan permasalahan yang dikemukakan

diatas, maka penelitian ini bertujuan :

1. Menganalisis sektor-sektor nonmigas (pariwisata) yang menjadi sektor

basis di kabupaten/kota Provinsi Bali.

2. Menganalisis sektor-sektor nonmigas (pariwisata) yang potensial untuk

dikembangkan sebagai penggerak perekonomian untuk keseluruhan

kabupaten/kota di Provinsi Bali dan sebagai acuan pemerintah daerah

dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerahnya.

3. Menganalisis keterkaitan/daya tarik potensi ekonomi antara Kota

(33)

11 D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk :

1. Untuk pemerintah

a. Mengevaluasi arah kebijakan ekonomi pemerintah daerah, terutama

dalam rangka perencanaan ekonomi makro regional dalam

menghadapi era otonomi daerah di Provinsi Bali.

b. Sebagai bahan masukan dan evaluasi bagi para pemerintah daerah

untuk penetapan kebijakan yang akan datang yang akan berkaitan

dengan pembangunan regional.

2. Untuk akademisi sebagai bahan penelitian berikutnya yang terkait.

3. Untuk penulis sebagai pengembangan dan pelatihan diri dalam

(34)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Konsep Pembangunan Ekonomi

Penjelasan tentang definisi atau pengertian pembangunan ekonomi

banyak dikemukakan oleh beberapa ahli ekonomi. Menurut Adam Smith

dalam Suryana (2000:55), pembangunan ekonomi adalah proses perpaduan

antara pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi. Bertambahnya

penduduk suatu negara harus diimbangi dengan kemajuan teknologi dalam

produksi untuk memenuhi permintaan kebutuhan dalam negeri.

Menurut Schumpeter dalam Sukirno (2006:251) pembangunan

ekonomi bukan merupakan proses yang harmonis dan gradual, tetapi

merupakan proses yang spontan dan tidak terputus-putus. Pembangunan

ekonomi disebabkan oleh perubahan terutama dalam lapangan industri dan

perdagangan. Berdasarkan pengertian tersebut pembangunan ekonomi terjadi

secara berkelanjutan dari waktu ke waktu dan selalu mengarah positif untuk

perbaikan segala sesuatu menjadi lebih baik dari sebelumnya. Industri dan

perdagangan akan menunjukkan segala kreatifitas dalam pembangunan

ekonomi dengan penggunaan teknologi industri serta dengan adanya

perdagangan akan tercipta kompetisi ekonomi.

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang

terjadi terus-menerus yang bersifat dinamis. Apapun yang dilakukan, hakikat

(35)

13 baru, jadi bukan merupakan gambaran ekonomi suatu saat saja. Pembangunan

ekonomi berkaitan pula dengan pendapatan perkapita riil, di sini ada dua

aspek penting yang saling berkaitan yaitu pendapatan total atau yang lebih

banyak dikenal dengan pendapatan nasional dan jumlah penduduk.

Pendapatan perkapita berarti pendapatan total dibagi dengan jumlah

penduduk (Sukirno, 1996:13).

Dalam Sukirno (2006:10), pembangunan ekonomi adalah

pertumbuhan ekonomi ditambah dengan perubahan. Arti dari pernyataan

tersebut adalah pembangunan ekonomi dalam suatu negara pada suatu tahun

tertentu tidak hanya diukur dari kenaikan produksi barang dan jasa yang

berlaku dari tahun ke tahun tetapi juga perlu diukur dari perubahan lain yang

berlaku dalam kegiatan ekonomi seperti perkembangan pendidikan,

perkembangan teknologi, peningkatan dalam kesehatan, peningkatan

infrastruktur yang tersedia dan peningkatan dalam pendapatan dan

kemakmuran masyarakat.

Arsyad ( 2010:374 ), mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai

suatu proses. Proses yang dimaksud adalah proses yang mencakup

pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif,

perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan

jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan, dan

(36)

14 2. Konsep Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Schumpeter dan Hicks dalam Jhingan (2004:4), ada

perbedaan dalam istilah perkembangan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi.

Perkembangan ekonomi merupakan perubahan spontan dan terputus-putus

dalam keadaan stasioner yang senantiasa mengubah dan mengganti situasi

keseimbangan yang ada sebelumnya, sedangkan pertumbuhan ekonomi

adalah perubahan jangka panjang secara perlahan dan mantap yang terjadi

melalui kenaikan tabungan dan penduduk. Hicks mengemukakan masalah

negara terbelakang menyangkut pengembangan sumber-sumber yang tidak

atau belum dipergunakan, kendati penggunanya telah cukup dikenal.

Menurut Simon Kuznets dalam M.L Jhingan (2004:57) pertumbuhan

ekonomi adalah peningkatan kemampuan suatu negara (daerah) untuk

menyediakan barang-barang ekonomi bagi penduduknya, yang terwujud

dengan adanya kenaikan output nasional secara terus-menerus yang disertai

dengan kemajuan teknologi serta adanya penyesuaian kelembagaan, sikap dan

ideologi yang dibutuhkannya .

Pertumbuhan ekonomi dalam Sukirno (2006:9) sebagai suatu ukuran

kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam

suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Pertumbuhan ekonomi dapat diketahui dengan membandingkan PDRBpada

satu tahun tertentu (PDRBt) dengan PDRB tahun sebelumnya (PDRB t-1).

(37)

15 Menurut Arsyad (2010:270) Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh

beberapa faktor-faktor sebagai berikut :

a. Akumulasi modal, termasuk investasi baru yang berwujud tanah (lahan),

peralatan fiskal dan sumberdaya manusia (human resources), akan terjadi

jika ada bagian dari pendapatan sekarang yang akan ditabung dan

diinvestasikan untuk memperbesar output pada masa yang akan datang.

Akumulasi modal akan menambah sumberdaya-sumberdaya yang baru

dan meningkatkan sumberdaya-sumberdaya yang ada.

b. Pertumbuhan penduduk, dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan

jumlah angkatan kerja dianggap sebagai faktor yang positif dalam

merangsang pertumbuhan ekonomi, namun kemampuan merangsang

tergantung kepada kemampuan sistem ekonomi yang berlaku dalam

menyerap dan memperkerjakan tenaga kerja secara produktif.

c. Kemajuan teknologi menurut para ekonom, kemajuan teknologi

merupakan faktor yang paling penting bagi pertumbuhan ekonomi.

Dalam bentuknya yang paling sederhana, kemajuan teknologi disebabkan

oleh cara-cara baru dan cara-cara lama yang diperbaiki dalam melakukan

pekerjaan tradisional.

3. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)

Menurut Badan Pusat Statistik (2002:3) Produk Domestik Regional

(38)

16 (Regional Income) merupakan data statistik yang merangkum perolehan nilai

tambah dari kegiatan ekonomi disuatu wilayah.

Penghitungan PDRB dapat dilakukan dengan menggunakan dua

metode langsung dan tidak langsung (alokasi) (BPS, 2002:5-6):

1) Metode langsung

Metode langsung ini dapat dihitung dengan tiga pendekatan,

yaitu: pendekatan produksi, pendekatan pendapatan dan pendekatan

pengeluaran.

Seperti sudah disebutkan diatas, penghitungan PDRB secara

langsung bisa dihitung dengan cara:

a. Pendekatan produksi, yaitu pendekatan untuk mendapatkan nilai

tambah di suatu wilayah dengan melihat seluruh produksi netto

barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh sektor perekonomian

selama satu tahun.

b. Pendekatan pendapatan,adalah pendekatan yang dilakukan dengan

menjumlahkan seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor produksi,

meliputi:

1) Upah/gaji (balas jasa faktor produksi tenaga kerja)

2) Sewa tanah (balas jasa faktor produksi tanah)

3) Bunga modal (balas jasa faktor produksi modal)

(39)

17 c. Pendekatan pengeluaran, adalah model pendekatan dengan

caramenjumlahkan nilai permintaan akhir dari seluruh barang dan

jasa, yaitu:

1) Barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga, lembaga

swastayang tidak mencari untung (nirlaba) dan pemerintah.

2) Barang dan jasa yang digunakan untuk membentuk modal tetap

bruto.

3) Barang dan jasa yang digunakan sebagai stok dan ekspor netto.

Dengan menggunakan metode tidak langsung (Metode Alokasi),

model pendekatan ini digunakan karena kadang-kadangdengan data yang

tersedia tidak memungkinkan untuk mengadakanpenghitungan pendapatan

regional dengan menggunakan metodelangsung seperti tiga cara di atas,

sehingga dipakai metode alokasi ataumetode tidak langsung.

PDRB disajikan dalam dua cara, yaitu atas dasar harga berlaku dan

atas dasar harga konstan, PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan

nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap

tahunnya. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai

tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga pada

suatu tahun tertentu (tahun dasar), dalam penelitian ini, penghitungan yang

digunakan adalah tahun 2000 sebagai tahun dasar.

Dalam BPS Kabupaten Badung (2012:9) terdapat penghitungan nilai

(40)

18 1) Revaluasi. Yaitu dengan cara menilai produksi dan biaya antara

masing-masing tahun dengan harga pada tahun dasar 2000. Hasilnya merupakan

output dan biaya antara atas dasar harga konstan 2000. Selanjutnya nilai

tambah bruto atas dasar harga konstan, diperoleh dari selisih antara

output dan biaya antara perhitungan di atas.

2) Ekstrapolasi. Nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan

2000diperoleh dengan mengalikan nilai tambah pada tahun dasar 2000

dengan indeks produksi. Indeks produksi sebagai ekstrapolator dapat

merupakan indeks dari masing-masing produksi yang dihasilkan atau

indeks dari berbagai indikator produksi seperti tenaga kerja, jumlah

perusahaan dan lainnya, yang dianggap dengan jenis kegiatan yang

dihitung.

3) Deflasi. Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan

cara membagi nilai tambah atas dasar harga yang berlaku masing-masing

tahundengan indeks harga. Indeks harga yang digunakansebagai deflator

biasanya merupakan indeks harga konsumen, indeks harga perdagangan

besar dan sebagainya.

4) Deflasi berganda. Dalam deflasi berganda ini, yang di deflasi adalah

output dan biaya antaranya, sedamgkan nilai tambah diperoleh dari

selisih antara output dan biaya antara hasil deflasi tersebut. Indeks harga

yang digunakan sebagai deflator untuk perhitungan output atas dasar

(41)

19 5) harga untuk biaya antara adalah indeks harga dari komponen input

terbesar.

4. Teori Pertumbuhan dan Pembangunan daerah

Setiap pembangunan daerah memiliki tujuan utama untuk

meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah.

Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah dan masyarakatnya

harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh

karena itu, pemerintah daerah dengan partisipasi masyarakatnya dengan

memanfaatkan sumberdaya-sumberdaya yang ada harus mampu menaksir

potensi sumberdaya-sumberdaya yang diperlukan untuk merancang dan

membangun perekonomian daerah. (Syafrijal, 2008:8)

Pembangunan daerah dapat dilihat dari berbagai segi. Pertama, dari

segi pembangunan sektoral. Pencapaian sasaran pembangunan nasional

dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan sektoral yang dilakukan di

daerah. Pembangunan sektoral disesuaikan dengan kondisi dan potensi

daerah. Kedua, dari segi pembangunan wilayah yang meliputi perkotaan dan

pedesaan sebagai pusat dan lokasi kegiatan sosial ekonomi dari wilayah

tersebut. Ketiga, pembangunan daerah dilihat dari segi pemerintahan. Tujuan

pembangunan daerah hanya dapat dicapai apabila pemerintahan daerah dapat

berjalan dengan baik. Oleh karena itu pembangunan daerah merupakan suatu

(42)

20 makin mantapnya otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi dan

bertanggung jawab (Sjafrizal, 2008:10).

Pertumbuhan ekonomi daerah adalah pertambahan pendapatan

masyarakat yang terjadi di suatu daerah, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah

(added value) yang terjadi di daerah tersebut. (Tarigan, 2005:49).

Perhitungan pendapatan daerah pada awalnya dibuat pada harga

berlaku, namun agar dapat melihat dari kurun waktu ke waktu berikutnya

harus dinyatakan dengan nilai riil, artinya dinyatakan dalam nilai konstan.

Pendapatan daerah menggambarkan balas jasa bagi faktor-faktor produksi

yang beroperasi di daerah tersebut (tanah, modal, tenaga kerja dan teknologi),

yang berarti secara kasar dapat menggambarkan kemakmuran daerah tersebut.

Kemakmuran suatu daerah selain ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang

tercipta di daerah tersebut oleh seberapa besar terjadinya transfer payment ,

yaitu bagian pendapatan yang mengalir keluar daerah atau mendapat aliran

dari luar daerah. (Dini, 2007:20).

a. Teori Harrod-Domar dalam sistem Regional

Teori pertumbuhan yang dikembangkan oleh Evsey Domar dan

sir Roy F.Harrod. Pada hakikatnya teori Harrod-Domar merupakan

pengembangan dari teori makro Keynes. Keynes dianggap tidak lengkap

karena tidak mengungkapkan masalah-masalah ekonomi dalam jangka

panjang. Dengan kata lain teori ini berusaha menunjukkan syarat yang

dibutuhkan agar suatu perekonomian dapat tumbuh dan berkembang

(43)

21 pembentukan modal merupakan faktor penting yang menentukan

pertumbuhan ekonomi. Pembentukan modal tersebut dapat diperoleh

melalui proses akumulasi tabungan. (Arsyad, 2010:84)

Teori Harrod-Domar mempunyai beberapa asumsi yaitu:

1) Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment)

dan barang-barang modal dalam masyarakat digunakan secara

penuh.

2) Perekonomian terdiri dari dua sektor yaitu sektor rumah tangga daan

sektor perusahaan, berarti pemerintah dan perdagangan luar negeri

tidak ada.

3) Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya

pendapatan nasional, berarti fungsi tabungan di mulai dengan titik

nol.

4) Kecendrungan untuk menabung (Marginal Propensity to Save =

MPS) besarnya tetap, demikian jugarasio antara modal-output

(Capital Output Ratio=COR) dan rasio pertambahan modal-output

(Incremental Capital-Output Ratio=ICOR). (Arsyad, 2010:84)

Atas dasar asumsi-asumsi tersebut, Harrod-Domar membuat analisis

dan menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap

(seluruh kenaikan produksi dapat diserap oleh pasar) hanya bisa tercapai

apabila terpenuhi syarat-syarat keseimbangan sebagai berikut :

(44)

22 k = Capital (tingkat pertumbuhan modal)

n = tingkat pertumbuhan angkatan kerja

Agar terjadi keseimbangan antara tabungan (S) dan investasi (I) harus

terdapat kaitan yang saling menyeimbangkan, padahal peran k untuk

menghasilkan tambahan produksi ditentukan oleh v (rasio modal output).

Tarigan ( 2005:49).

b. Teori Pertumbuhan Jalur Cepat yang Disinergikan

Samuelson pada tahun 1955 dalam Tarigan (2007:55)

memperkenalkan teori pertumbuhan jalur cepat (turnpike). Teori ini

menekankan bahwa setiap daerah perlu mengetahui sektor ataupun

komoditi apa yang memiliki potensi besar dan dapat dikembangkan

dengan cepat, baik karena potensi alam maupun karena sektor itu

memiliki keunggulan kompetitif (competitive advantage) untuk

dikembangkan. Artinya dengan kebutuhan modal yang sama sektor

tersebut dapat memberikan nilai tambah yang lebih besar, dapat

berproduksi dalam waktu relatif singkat dan volume sumbangan untuk

perekonomian yang cukup besar.

Agar pasarnya terjamin, produk tersebut harus dapat menembus

dan mampu bersaing pada pasar yang lebih luas. Perkembangan sektor

tersebut akan mendorong sektor lain untuk turut berkembang sehingga

perekonomian secara keseluruhan akan tumbuh. Mensinergikan

sektor-sektor adalah membuat sektor-sektor-sektor-sektor saling terkait dan saling mendukung

(45)

23 yang lain, begitu juga sebaliknya. Menggabungkan kebijakan jalur cepat

dan mensinergikannya dengan sektor lain yang terkait akan mampu

membuat perekonomian tumbuh cepat. Dalam kaitan itu, salah satu

pendekatan yang dapat digunakan dalam melihat dan mengidentifikasi

lapangan usaha atau sektor ekonomi unggulan serta menganalisis

perkembangan sektor-sektor ekonomi daerah, khususnya di

kabupaten/kota Provinsi Bali terhadap sektor-sektor yang sama pada

tingkat Provinsi Bali.

c. Teori Basis Ekonomi

Teori basis ekspor murni dikembangkan pertama kali oleh

Tiebout. Teori ini membagi kegiatan produksi/jenis pekerjaan yang

terdapat di dalam satu wilayah atas sektor basis dan sektor non basis.

Kegiatan basis adalah kegiatan yang bersifat exogenous artinya tidak

terikat pada kondisi internal perekonomian wilayah dan sekaligus

berfungsi mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya. Sedangkan

kegiatan non basis adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat di daerah itu sendiri. Oleh karena itu, pertumbuhannya

tergantung kepada kondisi umum perekonomian wilayah tersebut.

Artinya, sektor ini bersifat endogenous (tidak bebas tumbuh),

pertumbuhannya tergantung kepada kondisi perekonomian wilayah

secara keseluruhan. (Tarigan, 2007:55).

(46)

24 basis dalam suatu wilayah akan menambah arus pendapatan ke dalam wilayah yang bersangkutan, yang selanjutnya menambah permintaan

terhadap barang atau jasa di dalam wilayah tersebut, sehingga pada akhirnya akan menimbulkan kenaikan volume kegiatan non basis. Sebaliknya berkurangnya aktivitas basis akan mengakibatkan

berkurangnya pendapatan yang mengalir ke dalam suatu wilayah, sehingga akan menyebabkan turunnya permintaan produk dari aktivitas non basis.

Teori basis ekonomi dalam Arsyad (2010:367) merupakan laju

pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya

peningkatan ekspor dari wilayah tersebut. Pertumbuhan industri-industri

yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan

baku untuk kemudian diekspor, sehingga akan menghasilkan kekayaan

daerah dan penciptaan peluang kerja.

Asumsi tersebut memberikan pengertian bahwa suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat

memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga dapat menghasilkan ekspor. Untuk menganalisis ekonomi suatu

wilayah, salah satu teknik yang lazim adalah (Location Quotient) disingkat LQ. Pada LQ dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor-sektor basis atau unggulan. Dalam

(47)

25 1) Model Pertumbuhan Interregional (perluasan dari teori basis)

Model ini merupakan perluasan dari teori basis ekspor, yaitu

dengan menambah faktor-faktor yang bersifat eksogen. Selain itu model basis ekspor hanya membahas daerah tersebut tanpa memperhatikan daerah tetangga. Model ini memasukan dampak dari

daerah tetangga, itulah sebabnya maka dinamakan model interregional. Dalam model ini diasumsikan bahwa selain ekspor pengeluaran pemerintah dan investasi juga bersifat eksogen dan

daerah itu terikat pada sistem yang terdiri dari beberapa daerah yang berhubungan erat. (Tarigan, 2007:58).

Teori basis merupakan bentuk model pendapatan yang paling

sederhana dan dapat bermanfaat sebagai sarana untuk memperjelas struktur daerah yang bersangkutan, selain itu teori ini juga memberikan landasan yang kuat bagi studi pendapatan regional dan

juga dapat digunakan untuk melihat faktor-faktor apa saja yang dapat mendorong pertumbuhan wilayah.

Terdapat beberapa alat analisis yang dapat digunakan untuk

menentukan potensi relatif perekonomian suatu wilayah, sebagai berikut:

a) Analisis Shift Share (SS)

Analisis Shift Share (SS) merupakan teknik yang sangat berguna dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah

(48)

26 perekonomian daerah dengan membandingkanya dengan daerah yang lebih besar (region/nasional).

Analisis SS, memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam 3 bidang yang berhubungan satu sama lain yitu:

1) Pertambahan ekonomi daerah diukur dengan cara menganalisis

perubahan agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan pada sektor yang sama di perekonomian yang dijadikan acuan.

2) Pergeseran proposional merupakan perbedaan antara pertumbuhan daerah dengan menggunakan pertumbuhan kabupaten/kota sektoral dan pertumbahan daerah dengan

menggunakan pertumbuhan provinsi. Kabupaten/kota dapat tumbuh lebih cepat/lebih lambat dari rata-rata provinsi jika mempunyai sektor atau industri yang tumbuh lebih cepat/lambat

dari kabupaten/kota. Dengan demikian, perbedaan laju pertumbuhan dengan nasional disebabkan oleh komposisi sektor yang berbeda.

3) Pergeseran diferensial, digunakan untuk menentukan seberapa jauh daya asing industri daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadikan acuan.

b) Location Quotient (LQ)

Dalam Tarigan (2007:60) Untuk menganalisis basis ekonomi

(49)

27 atau unggulan (leading sectors). Dalam analisis ini kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :

(1) Sektor Basis adalah kegiatan ekonomi yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun diluar daerah yang bersangkutan. (2) Sektor Non Basis adalah kegiatan ekonomi yang melayani pasar

di daerah itu sendiri.

Dasar pemikiran analisis ini adalah teori economic base yang intinya adalah karena industri basis menghasilkan barang barang

danjasa-jasa untuk pasar di daerah maupun diluar daerah yangbersangkutan, maka penjualan keluar daerah akan menghasilkanpendapatan bagi daerah tersebut.Terjadinya arus

pendapatan dari luar daerah ini menyebabkanterjadinya kenaikan konsumsi dan investasi di daerah tersebut, danpada gilirannya akan menaikkan pendapatan dan menciptakankesempatan kerja

baru.(Tarigan, 2005:60)

Peningkatan pendapatan tersebut tidak hanya menaikkan permintaan terhadap sektor basis, tetapi juga menaikan permintaan

akan sektor non basis. Kenaikan permintaan ini akan mendorong kenaikan investasi pada sektor yang bersangkutan sehingga investasi modal dalam sektor non basis merupakan investasi yang didorong

(50)

28 d. Teori Tempat Sentral

Teori Tempat Sentral (central place theory) menganggap

bahwa ada hirarki tempat dimana setiap tempat sentral didukung oleh

sejumlah tempat lebih kecil yang menyediakan sumberdaya (industri

dan bahan baku). Tempat sentral tersebut merupakan suatu

pemukiman yang menyediakan jasa-jasa bagi penduduk daerah yang

mendukungnya. Teori tempat sentral memperlihatkan bagaimana

pola-pola lahan dari industri yang berbeda-beda terpadu membentuk

suatu sistem regional kota-kota. (Prasetyo Soepono 2000:415).

Teori tempat sentral ini bisa diterapkan pada pembangunan

ekonomi daerah, baik di daerah perkotaan maupun daerah pedesaaan.

Misalnya, perlunya melakukan pembedaan fungsi antara

daerah-daerah yang bertetangga (berbatasan). Beberapa daerah-daerah bisa menjadi

wilayah penyedia jasa sedangkan daerah lainnya hanya sebagai

wilayah pemukiman. Seorang ahli pembangunan ekonomi daerah

dapat membantu masyarakat untuk mengembangkan peranan

fungsional mereka dalam sistem ekonomi daerah.

e. Teori Interaksi Spasial

Merupakan arus gerak yang terjadi antara pusat-pusat

pelayanan baik berupa barang, penduduk, uang maupun yang lainnya.

Untuk itu perlu adanya hubungan antar daerah satu dengan yang lain

(51)

29 saling melengkapi dan bekerja sama untuk meningkatkan laju

pertumbuhan ekonominya. (Saerofi, 2005:25)

Dalam teori ini didasarkan pada teori gravitasi, dimana

dijelaskan bahwa interaksi antar dua daerah merupakan perbandingan

terbalik antara besarnya massa wilayah yang bersangkutan dengan

jarak keduanya. Dimana massa wilayah diukur dengan jumlah

penduduk. Model interaksi spasial ini mempunyai kegunaan untuk:

1) Menganalisa gerakan antar aktivitas dan kekuatan pusat dalam

suatu daerah.

2) Memperkirakan pengaruh yang ada dan ditetapkannya lokasi

pusat pertumbuhan terhadap daerah sekitarnya.

Interaksi antar kelompok masyarakat satu dengan kelompok

masyarakat lain sebagai produsen dan konsumen serta barang-barang

yang diperlukan menunjukkan adanya gerakan. Produsen suatu barang

pada umumnya terletak pada tempat tertentu dalam ruang geografis,

sedangkan para langganannya tersebar dengan berbagai jarak di sekitar

produsen. (Saerofi, 2005:26)

5. Model atau Teori Gravitasi

Model gravitasi adalah model yang paling banyak digunakan untuk

melihat besarnya daya tarik suatu potensi yang berada pada suatu lokasi.

Model ini sering digunakan untuk melihat kaitan potensi suatu lokasi dan

(52)

30 Misalnya, ada dua kota (kota A dan B) yang berdekatan, ingin

diketahui berapa besar interaksi yang terjadi antara dua kota tersebut.

Interaksi itu ditentukan oleh beberapa faktor, faktor pertama adalah besarnya

kedua kota tersebut. Sebuah kota dapat diukur dari jumlah penduduk,

banyaknya lapangan kerja, total pendapatan (nilai tambah), jumlah atau luas

bangunan, banyaknya fasilitas kepentingan umum, dan lain-lain. Kemudahan

dalam mendapatkan data membuat ukuran jumlah penduduk lebih sering

digunakan sebagai alat ukur. Ukuran jumlah penduduk bukanlah arbiter

karena jumlah penduduk juga terkait langsung dengan berbagai ukuran lain

yang dikemukakan di atas. Faktor kedua yang mempengaruhi interaksi adalah

jarak antara kota A dan B. Jarak mempengaruhi orang untuk berpergian

karena menempuh jarak tersebut diperlukan waktu, tenaga, dan biaya.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya dari Janaranjana Herath, Tesfa G.

Gebremedhin dan Blessing M. Maumbe (2012) dengan judul A Dynamic Shift

Share Analysis of Economic Growth in West Virginia. Studi menggunakan

data Ketenagakerjaan selama 38 tahun dari 1970 hingga 2007 untuk analisis

empiris. Hasil mengindikasikan bahwa pertanian, pertambangan dan

manufaktur tidak lagi tulang punggung perekonomian West Virginia. Tiga

sektor menunjukkan pekerjaan menurun dalam periode 38 tahun. Layanan

dan keuangan asuransi dan real estat adalah sektor yang paling kuat

(53)

31 2007. Selain dua sektor, sektor perdagangan besar dan eceran dan konstruksi

menunjukkan positif pertumbuhan ekonomi. Identifikasi investasi prioritas

dalam sektor-sektor ini potensi dan pelaksanaan rencana kebijakan

pembangunan daerah komprehensif pasti akan mempercepat pertumbuhan

ekonomi West Virginia.

K. Dianta A. Sebayang (2011), jurnal yang berjudul dampak integrasi

ekonomi ASEAN terhadap perdagangan Indonesia pada sektor kendaraan

roda empat. Data yang digunakan adalah PDB sektor kendaraan roda empat

Indonesia, Negara ASEAN (Malaysia, Filipina, Singapore dan Thailand) dan

Negara non ASEAN (Amerika Serikat, Australia, Jepang dan Korea Selatan)

dengan kurun waktu sejak kesepakatan AFTA tahun 1991-2006 dengan

menggunakan alat analisis yaitu Gravity Model dan Ordinary Least Square

(OLS). Hasil penelitiannya adalah hasil estimasi model gravitasi mampu

menjelaskan dampak AFTA terhadap perdagangan internasional Indonesia

pada produk kendaraan roda empat. Variabel PDB Indonesia dengan PDB

mitra dagang dan jarak signifikan menjelaskan arus perdagangan Indonesia

dengan mitra dagang baik negara-negara ASEAN dan non-ASEAN, baik

pada produk kendaraan roda empat. Variabel dependen (perdagangan total

dalam sektor kendaraan roda empat dan sparepart dari negara ASEAN dan

negara non-ASEAN) AFTA dalam model ini signifikan mempengaruhi

variabel independen (GDP negara ASEAN dan GDP negara non-ASEAN,

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1
Tabel 3.1
Gambar 3.1 Bagan Kerangka Potensi Pertumbuhan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut menunjukkan bahwa bakteria asam laktat yang terbentuk pada nira terfermentasi 4 hari lebih mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme, yang mana tidak

Berdasarkan hasil uji DMRT dan Gambar 5.9 penambahan bubuk daun stevia memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai kesukaan panelis parameter rasa minuman teh

Bentuk permukaan tanah itu akan dapat dilukiskan oleh garis-garis yang menghungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama, sehingga diperoleh suatu peta

Tinggi tanaman, jumlah anakan, panjang akar, berat kering akar, dan berat kering tajuk pada Pulu Lotong dan Pulu Mandoti yang diberi perlakuan cendawan endofit

[r]

ü Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan pusat kegiatan belajar masyarakat dan unit usaha kecil di daerah Air Paku, Sungai Sapih, Kuranji Kota

• Heuristik tidak menjamin selalu dapat memecahkan masalah, tetapi seringkali memecahkan masalah dengan cukup baik untuk kebanyakan masalah, dan seringkali pula lebih cepat

Dengan kemajuan IPTEK yang begitu pesat, banyak terobosan - terobosan yang diciptakan untuk membantu kerja manusia dalam menyelesaikan masalahnya. Segala aktifitas