• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjaun Epidemiologi dan Pengendalian Rabies Di Propinsi Kalimantan Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjaun Epidemiologi dan Pengendalian Rabies Di Propinsi Kalimantan Selatan"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

kalian berikan padalm Kupersembahkan untuk :

Abah, ibu

(2)

TINJAUAN EPIDEMIOLOGI DAN PENGENDALIAN

RABIES DI PROPINSI KALIMANTAN SELATAN

SKRIPSI

Oleh

YULIAN NOOR

B. 17. 1044

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

YULIAN NOOR. Tinjauan Epidemiologi dan Fengendalian Rabies di Propinsi Kalimantan Selatan (Di bawah bimbingan drh ROSO SOEJOEDONO, HPH).

Rabies atau penyakit anjing gila adalah penyakit zoo-nosis yang terpenting di Indonesia, karena luasnya daerah rabies, tingginya kasus penggigi tan oleh hewan tersanglta rabies dan sifat penyakitnya yang selalu 「・イ。セィゥイ@ dengan kematian (Anonymous, 1982b). Hal yang lebih memberatkan adalah kemungkinan terjadinya encephalitis pasca vaksinal pada orang-orang yang mendapatkan vaksinasi anti rabies (Hardjosworo, 1977).

Penyebaran rabies sangat luas diseluruh dunia, hanya beberapa negara yang dinyatakan bebas seperti Inggris, Swedia dan lain-lain (Baer, 1975). Di Indonesia rabies sudah ditemukan

100 tahun yang lalu. Nenurut Hardjos-woro (1977), kejadian rabies pertama dilaporkan oleh Esser

(1889) pada seekor kerbau di Bekasi. Kemudian kejadian rabies ditemukan dan dilaporkan di daerah lainnya yang berarti meluasnya daerah rabies. Dewasa ini di Indonesia wilayah tersangka dan tertular rabies meliputi 20 propin-si dan yang bebas hanya tujuh propinpropin-si (Anonymous, 1982a).

(4)

Kalimantan Tengah (1978), maka Kalimantan Selatan menjadi daerah yang sangat rawan bagi penularan rabies. Kejadian rabies pertama ka.li dilaporkan pada tanggal 17 April 1,,83 di Kabupaten Tabalong dan kemudian meluas pada daerah la-innya. Sampai pertengahan tahun 1985 wilayah yang tertu-lar rabies meliputi enam kabupaten (Anonymous, 1965).

Di Kalimantan Selatan anjing merupakan hewan penye-bar utama rabies, sedangkan hewan sapi, babi dan rusa se-cara epidemiologis dianggap sebagai jalan buntu (dead-end). Selama tahun 1983 sid 1985 terjadi 349 kasus penggigitan pada manusia, namun tidak semuanya merupakan kasus rabies. Angka rationya pada tahun 1984 adalah 10.2, yang berarti dari 11 kasus penggigitan, satu diantaranya dilakukan

0-leh anjing penderita rabies.

Sumber penularan rabies pertama di Kalsel diduga e-ra t hubungannY8. dengan penulae-ran dari daee-rah tertular, yaitu dua propinsi yang disebutkan di atas (Anonymous, 1984) •

Beberapa usaha pengendalian rabies yang dilaksana-kan di Kalsel diantaranya adalah penyuluhan, pembunuhan hewan liar dan vaksinasi yang pelaksanaanya ditangani oleh satu tim koordinasi (Anonymous, 1983a)

(5)

RABIES DI PROPINSI KALIMANTAli SELATAN

S K R I P S I

Diajukan sebagai salah satu

syarat untuk mencapai gelar Dokter Bewan pada Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Eogor

oleh

YULIAN NOOR

B. 17.

1044

(6)

Judu1 Skripsi Tinjauan Epidemio1ogi dan Pengenda1ian Rabies di Propinsi Kalimantan Se1atan Nama Hahasiswa Yulian Noor

Nomor Pokok B. 171044

Skripsi ini te1ah diperiksa dan di-setujui oleh pembimbing

Bogor, 1985

drh. Roso Soejoedono, セpb@ Dosen Pembimbing

(7)

Penulis dilahirkan di Amuntai, Kalimantan Selatan pada tanggal 20 Juli 1961. Merupakan anak ke de1apan da-ri delapan bersaudara keluarga Azikin dan Nurdjannah.

'rahun 1968 penulis memasuki SDN Tri Dharma Banjar-masin dan lulus pada tahun 1973. Kemudian melanjutkan ke SHPN VI Banjarmasin dan lulus pada tahun 1976. Pada

tahun 1977 memasuki SHAN I Banjarmasin dan lu1us tahun 1980. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui Proyek Perin-tis II. Setahun kemudian penulis memi1ih Faku1tas Ke-dokteran Hewan IPB dan 1ulus sebagai sarjana keKe-dokteran hewan pada tangga1 1 Sepetember 1984.

Penu1is pernah menjadi Asisten Tidak Tetap pacta l,la-ta Ajaran Sosio1ogi Pedesaan pada Tingkat Persiapan Ber-sama IPB pada tahun 1983 sid 1981f. t1enjadi Asisten Ti-dak 'retap pada Hata Ajaran Histo1ogi pada Fakultas Kedok-teran Bewan IPB pada tahun 1982

sid 1984.

(8)

KA TA PENGA NTA R

?abies atau penyakit anjing gila adalah penyakit zoo-nosis terpenting di Indonesia. Seberapa data dan hasil ge-ngamatan di lapangan yang dilakukan penulis selama dua

ming-gu di Kali:::antan Selatan, setelah disusun dan dianalisa ke-mudian disajikan dalam tulisan ini sebagai gambaran ra.bies yang :nenjadi Vle,bah di Kalimantan Selatan.

!"ada ,Cese!llpatan ini penulis ingin menyampaikan terima-kasih kepada drh Roso Soejoedono, dosen pembimbing, atas sa-ran dan 「ゥャセ「ゥョァ。ョョケ。@ selama menyusun skripsi. Penulis juga menyampaike.n terima kasih kepada Dr. S. !{ardjos':loro, Kepala Dinas Peternakan dan Kakanwil Depkes Propinsi Kalimantan Selatan atas informasi yang diberikan.

?a.ntu2.n dari karyawan perpustakaan di lingkungan IPB

dan Perpustakaan Salitvet Cimanggu sangat penulis hargai. !Cepe.da Yayasan Supersemar penulis mengucapkan terima-kasih a tas bea siswa yang di berikan selama ini.

.::.khirnya penulis menyadari bahwa tulisan ini masih ja-uh dari se:lpurna. :.'alaupun demikian semoga apa yang di tuang-kan dalam skripsi ini bermanfaat bagi mereka yang memerlutuang-kan- memerlukan-nya.

(9)

Ha1aman

DAFTAR TABEL

...

xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

I. PENDiiHULUAN... 1

II. TINJAUAN PUSTA...KA ... 4

A. Penyebab.... .. .. .. .. .. .. .. .. .... ... .... .... 4

B. Hewan Rentan ...

5

C. Cara Penu1aran dan Penyebaran Rabies di Alam •••.•••...•••.•• 6

III. PERKEtolBANGAN DAN SITUASI RABIES DI-INDONESIA ... 8

IV. KEADAAN UMUM KALIMANTAN SELATAN •••••••••• 18 A. Geogra fi ... 18

B. Demogra I"'i ... 18

C. Keadaan Peternakan .•••...••.•.•. 19

D. Laboratorium Diagnostik ••••••••• 20

E.

Hubungan Anjing dan Manusia

.. ..

..

..

..

21

V. EPIDEHIOLOGI RABIES DI KALHi..'I.NTAN sセatan@ ... 24

A. Situ!)si cinn Perkembangan Rabies.. 24

B. Sumber Penularan Penyakit ••••••• 28 C. Cara Penyebaran Penyakit .. ..

..

..

.. ..

..

.. 30

VI. PENGENDALIAN RABIES DI KALHfANTAN SELATlti'l ••••••••••••••••••••••••••• · ••

0....

33

(10)

. . .

. .

.

.

. . .

.

. .

.

.

.

.

. .

.

.

. . .

.

. .

DAFTAR PUSTAKA

LAHPIRAi'I

.

.

. . .

. .

.

.

.

.

.

.

.

.

.

セ@

. .

.

. . .

.

.

.

. .

(11)

Nomor Halaman Teks

1.

Perluasan Daerah Rabies di Indonesia

Setelah Perang Dunia II •••••••••••••••• 9 2. Kasus Penggigitan Pada Manusia •••••••••••••• 13

3.

Ratio Antara Penggigitan Pada 11anusia dan

Hewan Penderi ta Rabies ... 1/+

4. Jumlah Kematian Pada Hanusia Yang Henderita Rabies Di Beberapa Propinsi di

Indonesia •••••••••••••••••••••••••••••• 15

5.

Kasus Encephalitis Pasca Vaksinal (Kasus/

Kematian) ... 16

6.

Banyaknya Penduduk, Kecamatan dan Desa

Se-tiap Kabupaten/Kotamadya Propinsi

Kalimantan Selatan. Keadaan Pertengahan

'Tahun 1983 ... 19 7. Populasi 'fernak di Kalsel l'ahun 19<33 •••••••• 20 8. Kasus Penggigitan Oleh Bewan Tersangka

Rabies di Kalsel ... 25

9. Ratio Antara Penggigi tan Fada Nanusia dan

Anjing Penderita Rabies di Kalsel •••••• 26 10. Jumlah Kasus Penggigi tan Eewan Oleh Anjing

dan Kasus Positif Rabies di Kalsel ••••• 28

11. Daftar Target dan j,ealisasi Vaksinasi Rabies

Pada Eewan di Kalsel (1982-1985) ••••••• .34

12. Daftar Pembunuhan Anjing Liar di Propinsi

(12)

DAFTAR GAr-lEAR

Nomor

1. Peta Situasi Penyakit Rabies Tahun 1978

2. Peta Situasi Penyakit Rabies Tahun 1980

3.

Peta Situasi Penyakit Rabies Tahun 1981

4. Distribusi Rabies Pada Hewan

di-.

...

..

.

..

..

..

..

...

HalR.man

10

10

11

Indone sia ... ,... 12

5. Peta Penyakit Rabies 'l'ahun 1984-1985

di-Kalimantan Selatan ... 32

L P.MPI RAN

Nomor

1. Daftar Jumlah Observasi Hewan Tersangka Penderita Rabies di Ka1se1

(1981-Ha1aman

1984) ,. ... ,... 47

2. Daftar Pengambilan dan Pengiriman Specioen Hewan Tersangka Rabies di Kalsel

(1983-1983) ... ,.... 48

3.

Hasil Rapat Kerja Rabies l'Iilayah Kaliman-tan di Banjarmasin, Tanggal 22 sid

24 Nopember 1984 ... 49

4. Program Pe1aksanaan Penanggulangan

Rabies di Kalsel ... ,... 50

5.

Jumlah Penderita Gigitan Hewan, Vaksinasi dan Specimen di Propinsi Kalsel
(13)

Banyak dian tara penyald t-penyaki t menular he wan yang menyebabl<:an kerugian ekonomi karena kematian, pengurangan produktifitas juga bisa menimbulkan ancaman bagi penular-an pada mpenular-anusia dpenular-an keresahpenular-an di kalpenular-angpenular-an mpenular-ansyarakat. Penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia atau se-baliknya disebut penyakit zoonosis. Kenyataannya hampir 90% dari jenis penyakit hewan yang ada termasuk dalam ke-lompok penyakit zoonosis (Anonymous, 1982a).

Rabies atau penyakit anjing gila adalah penyakit zoo-nosa yang terpenting di Indonesia, karena luasnya daerah rabies, tingginya kasus penggigitan oleh hewan tersangka rabies dan sifat penyakitnya yang selalu berakhir dengan kematian (Anonymous, 1982b). Hal yang lebih mefllbe:::-atkan lagi seperti yang dikemuknkan oleh HardjosVloro

(1977),

adalah kemungkinan terjadinya encephalitis pasca vaksinal pada orang yang mendapatkan vsksinasi anti rabies. (VAR) karena vaksin tersebut terbuat dari jaringan otak.

Keja-dian tersebut disebabkan a.danya reaksi alergi individu pasca vaksinal.

(14)

(Hardjosworo, 1977).

Penyebaran penyakit rabies sangat luas diseluruh du-nia, walaupun ada beberapa negara seperti Inggris, Swe-dia, Norwegia dan lain-lain yang dinyatakan bebas (Baer, 1975). Nenurut Hardjosworo (1977), kejadian rabies

per-tama kali di Indonesia dilaporkan oleh Esser (1889) pada seekor kerbau. Kejadian rabies pada Anjing dilaporkan oleh Penning (1890), sedangkan kejadian pad a manusia di-laporkan oleh

E. V.

de Haan (1894).

2

Dari tahun ke tahun daerah penyebaran rabies terus meluas dan menurut lampiran Surat Keputusan Menteri

Per-tanian nomor 363/Kpts/Um/5/1982, dewasa ini wilayah ter-sangka dan tertular rabies meliputi 20 propinsi dan daerah yang bebas hanya tujuh propinsi. Henurut Koeshatdjono dan Theos (1982), dUa propinsi merupakan daerah yang beru ter-tular rabies ialah Propinsi Kalimantan Timur (Ka1tim) pada tahun 1974 dan Kalimantan Tengah (Kalteng) pad a tahun 1978.

(15)

Adalah suatu hal yang menarik untuk meng3.mati 1;erkem-bangan rabies di Kalsel, karena selain merupakan daerah terakhir dimana kasus rabies menyebar, jusa ュ・イオーセ。ョ@ dae-rah yang sangat rawan seeara epidemiologis mengingat dua, propinsi yang berbatasan lengsung dengannya merupakan dae-rah tertular rabies. Hal tersebut menjadi dasar untuk menduga sumber penularan dan masuknya bibit penyakit ke-wilayah Kalsel (Anonymous, 1984a).

Penulis yang kebetulan berasal dari Kalsel meneoba mengamati, dan mengumpulkan serta menyusun data ten tang kejadian rabies di Kalsel. Dari hasil pengamatan dan data yang diperoleh dieoba untuk mengungkapkan kronologis

(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyebab

Penyebab rabies adalah virus dari kelompok virus

o

Rhabdo, berukuran 100-130 x 150-250 nanometer (nm = 10/m) , berbentuk peluru dan tersusun dari asam inti ribo, protein dan lemak (Hardjosworo, 1977).

Henurut Campbel (1968), virus rabies rnempunyai dua antigen yaitu antigen 1dengan protein pembungkus inti,

yang berfunsi mempercepat fiks3si komplemen dan aktivitas immuno-fluorescent serta antigen dengan glycoprotein, yang berfung§i menetralisasikan antibodi sehingga merang-sang pembentukan zat kebal bila disuntikkan pada hewan dan manusia.

Virus rabies yang ada di dalam jaringan tertular bi-la disimpan dabi-lam glyserin dapat tahan sebi-lama beberapa minggu dalam suhu kamar (thaib, 1977) dan berbulan-bulan pada suhu 4°C (Hardjosworo, 1977). Pada pemanasan 56°c virus akan mati dalam

30

menit, sedangkan pada pengeringan dalam keadaan beku yang diikuti dengan penyimpanan pada suhu 4°C, virus akan tahan bertahun-tahun Hpセイ、ェッウキッイッL@
(17)

i'Ienurut WHO (19'14) yang dikutip oleh Hardjos','lOro (197'1), virus rabies terdiri dari 4 tipe, yaitu tipe I, II, III dan IV. Tipe I dengan strain Cha11ene;e Virus Standard (CVS) sebagai prototipe. Tipe virus ini paling sering ditemui dan paling banyak diketahui sifat-sifatnya.

B. Hewan Rentan

Semua hewan berdarah panas peka terhadap infeksi ra-bies (tierkel, 1964). Tingkat kepekaan hewan berbeda-be-da meskipun tiberbeda-be-dak aberbeda-be-da perbeberbeda-be-daan umur. Tetapi menurut ha-sil penelitian Soenardi (1984) di Sumatera Barat (Sumbar), Jambi dan Riau disimpulkan bahwa hewan anjing di bawah enam bulan sangat peka terhadap rabies. Ditambahkannya bahwa ke1ompok anak berumur 5 -:- 9 tahun mempunyai resiko tiga ka1i lebih besar dibanding dengan orang dewasa (le-bih dari 20 tahun) untuk terkena rabies.

Nenurut Ressang (1984), di luar negeri srigala, ru-bah, coyote, jakal, skunk, mongoose, kelelawar pemakan serangga serta vampir memegang peranan penting sebagai penyebar rabies.

Di Indonesia, seh!in anjing, rabies telah pula di1a-porkan pada kerbau oleh Esser (1889), kucing oleh Lier

(1905), leopard oleh Ressang (1960), musRng oleh Siauw dan UsuP. (1958); Hardjosworo (l975), meong congkok oIeh Hardjosworo (19'16) dan sapi oleh Soenardi (1976) (Eardjos-woro, 19'17). Selain itu kelelawar pemakan serangga atau

(18)

6 rabies secara experimental (Ressang, 1984).

C. Cara Penularan dan Penyebaran Rabies di Alam

Rabies di alam pada prinsipnya adalah penyakit akut yang ditularkan carnivora lewat gigitan atau cakaran

(Tierkel, 1964). t1enuru t Hardjos\'loro (1977), pada hewan penderita penyakit ini biasanya ditemukan virus dengan konsentrasi tinggi pada air 1udahnya, oleh karena itu pe-nu1aran umumnya me1a1ui suatu gigitan. Karena penu1aran nya lewat gigitan maka bangs a carnivora ada1ah hewan yang paling memungkinkan sebagai penyebar rabies, baik antar hewan maupun ke manusia. Ternak dan manusia seCara epi-demio1ogis merupakan ja1an buntu (dead-end) bagi penu1a-ran rabies dan pemindahan virus dari ternak ke hewan lain atau manusia ke manusia biasanya tidak terjadi.

Secara epidemiologis dikena1 dua bentuk penularan rabies, yaitu bentuk Sylvatik yang me1ibatkan satwa liar dan bentuk Urban yang melib8tkan hewan peliharaan (Hadia-pura, 1984).

Henurut Finnes (1978), penyebaran rabies dari hewan ke manusia berasal dari reservoir (kelelawar atau carni-vora liar) melewati vektor (srigala, anjing atau kucing) terus ke manusia.

(19)

Di Indonesia sumber penularan utama rabies adalah an-jingo t·lenurut data statistH: psnyebar utama rabies a,lal&h anjing (90;'6), kucing (6;6) dan ャセ・イ。@ (3%). Henurut

Koeshar-jono dan Theos (1982), peranan hewan liar da1am penyebaran rabies di Indonesia be1um diketahui dengan je1as, namun 、・セゥM

(20)

III. PERKENBANGAN DAN SITUASI RABIES DI INDONESIA

Sejak kejadian rabies pertama !cali dilaporkan pada he-wan oleh Esser (1889) dan pada manusia oleh E. V. de Haan

(1894), maka kejadian rabies dilaporkan pula pada daerah dan species lain (Bardjosworo, 1977). Penyebaran rabies makin lama makin meluas. Jawa Barat tercatat pertama kali sesudah perang dunia II sebagai daerah rabies (1948) dan disusul olen daerah-daerah lainnya (Tabel 1). Kejadian paling akhir dilaporkan pada tahun 1983 di propinsi Kalsel

(Anol1lmous, 1983a).

Daerah tertular rabies cenderung bertambah luas dari tahun ke tahun (Gambar 1, 2 dan

3).

Hanya tujuh propinsi dewasa ini yang dinyatakan sebagai daerah be bas rabies (Anon, 1982a), walaupun Hardjoswo:r:o (1977) menyatakan ha-nya lima propinsi yang bebas rabies, yaitu Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara 'rimur (NTT) , Bali, セャ。ャオォオ@ dan Irian Jaya.

Kejadian rabies di masing-masing daerah tidak sarna, ada yang rendah dan ada pUla yang tinggi. Sumatera Utara

(Sumut), Sumatera Barat (Sumbar) dan Sulawesi Utara (Su-lut) merupakan pusat rabies dunia (Hardjosworo, 1977).

(21)

Tabel 1. Perluasan Daerah Rabies di Indonesia Setelah Perang Dunia II

'rahun mulai laporkan 1948 1953 1956 1958 1959 1969 1970 1971 1972 1974 1975 1978a 1983° , Sumber

di Daerah

Jawa Barat Sumatera Barat Jawa Tengah Jawa Timur Sumatera Utara Sulawesi Utara Sangihe-'ralaud Sulawesi Selatan Sumatera Selatan Lampung

D.1. Aceh

Jambi

Yogyakarta Bengkulu DKI. Jaya

Sulawesi Tengah Kalimantan セゥュオイ@

Riau

Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan

Basil Penelitian Latar Belakang Pele-: dakan Penyakit Anjing Gila di Bebera-pa Propinsi di Indonesia

aKoesharjono dan Theos (1982)

[image:21.605.51.483.32.700.2]
(22)

セ@ O'-'Do.. .... '1T"iXl"''''''\.u

ᄃセQoNNセGゥtセcL[Na@

[image:22.605.39.494.57.709.2]

o

;')."L, .. .Alif-UOU

Gambar 1. Peta Situasi Penyakit Rabies tahun 1978 Sumber: Direktorat Kesehatan ReV/an, Direktorat

Jendera1 Peternakan, Departeman Pertani-an (1982)

ififjf,"'"

. .- .. ,

GNセ@ セZセ@

, "

10

セセ\_セセG@

0 0

<><-'

セセセ@

,

. セ@ (ji

,

|NjQセ@

f " "

Gy」P」「セMNNZ[[Z^」Z^@

y?

_ Daerah tertu1ar ...,

V'

{セI@ 'I'

o

Daerah bebas

!f,-:E'Ej ,Dacrah tcr3cln.,gj<.a. _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

セ@

Gambar 2. Peta Situasi Penyakit Rabies Tahun 1980 Sumber: Direktorat Kesehatan ReV/an, Direktorat
(23)
[image:23.617.42.502.169.480.2]

MMMMMMMMMMMMMMMMMMMMセ@

Gambar

3.

Peta Situasi Pc;.nyaki t Rabies Tahun 1981 Sumber: Direktorat Kesehatan Hewan, Direktorat
(24)
[image:24.605.67.476.112.558.2]

12 periode 1977-1979 rabies pada anjing me1iDuti 99% dari ka-sus rabies pada hewan. ?ada anjing bec-arti ada kenaikan prosentase pada dua periode tersebut Hg。セ「。イ@

4).

Gambar 4. Distribusi Rabies Pada Hewan di Indonesia (;6)

A

1972-1975

(a)

,;eterangan: A. anjing 1972-1975 1977-1979

,

.1: ....

1977-1979

(b)

97 NQyセ@ 99.41%

B. hewan lain (kucing, sa pi , kambing,ke-ra, musang dan kuda)

1972-1975: 2.87% 1977-1979:

o.

UYセV@

Sumber: aRasil Penelitian Tentang Latar Belakang Pe-ledakan Penyaki t Anjing Gila di 3eberapa Propinsi Di Indonesia (1977)

bHardjOswOro (1981)

(25)

Kasus penggigi t2-.n pRda manusia oleh hewan meningkat terus dari tahun セL・@ tahun, pada peri ode 194)3-1972 terc1A-tat rata-rata 8.12 penggigitan setia}J hi:\ri dan pada peri-ode 1979-1982 tercatat sebanyak 58 penggigitan (Tabe1 2).

Tabel 2. Kasus ?enggigi tan Pada l'lanusia Hイセイ、ェッウキッイッL@ 1984)

Jum1ah ka-sus

Rata-rata pertahun Rata-rata perbulan Rata-rata perhari

191+8-1972 1973-1975 1976-1978 19/9-1982

73 118 _27 039 42 531 84 673 2 924.72 9 013 14 177 21 168 243.72 751.08 1 181.41 1 664

2.12 25.03 39.38 58

Karena tidak setiap penggigitan akan merupakan kasus rabies, atau dengan kata lain bahwa tidak setiap hewan yang menggigit adalah penderita rabies, maka akan didapat-l;:an jumlah yang berbeda antara kasus penggigi tan dan ka-sus rabies. Dengan membandingkan dua jum1ah tersebut a-kan didapata-kan suatu ratio yang dapat menggambara-kan besar kecilnya bahaya rabies me1alui gigitan. Makin kecil ratio

makin besar resiko untuk mendapatkan rabies.

(26)

7abel

3.

Hatio Antara Penggigitan Pada Nanusia dan Bewan Penderita rtabies

Propinsi Jabar Sumbar Sumsel Sulut Sumut

D.1. Aceh

DKI. Jaya Su1se1 Lampung

Penggigitan pada manusia pertahun (a)

268.5 1 598.3 642.6 588.3 4.276.5 412.75 150.06 777 183.3

Hewan pen-derita ra-bies per-tahun (b)

109 71 25 22.33 110 9.50 2 9.66

1. 75

Ratio (a/b) 2.46 22.51 25.70 26.34 38.87 43.44 75.03 80.43 104.74

Sumber: iiasil Pen eli tian 'i'entang La tar Belakang Peledakan Penyakit Anjing Gila di Bebe-rapa daerah di Indonesia (1977)

14

Data di atas menunjukkan bahwa propinsi Jabar menem-pati urutan pertama karena rationya paling rendah, wa1au-pun jum1ah penggigitan di Jabar jauh 1ebih rendah dari propinsi Sumut dan Sumbar.

(27)

tertinggi pada 9ro9insi Lampung sebanyak

32

orang, sedang-kan di seluruh Indonesia angka kematian tertinggi terjadi

9ada tahun

1978

sebanyak

81

orang.

Tabel

4.

Jumlah Kematian Pada Hanusia Yang Menderita Rabies di Beberapa Pro-pinsi di Indonesia

Jumlah kematian (orang) Propinsi

D. 1. Aceh Sumut Sumbar Sumsel Bengkulu Lam9ung Jabar Kaltim Sulut Sulteng Sultra Sulsel

"1978

4

13

6

5

5

11 6

15

1

7

7

19'19

1980

5

2

3

14

1

6

7

3

1

7

7

14

11 11

5

7

6

1

1

1

Sumber: Subdi t. Zoonosis, Dir. P ?B,:{, Dir jen. -,' P

3

H, Departeman Kesehatan

\1982)

Kasus encephalitis pasca vaksinal selama beberapa <.,

(28)

16 dibu8.t dari jaringan otak dan kegekaan individu itu sen-diri.

Tabel

5.

Kasus Encephalitis Pasca Vaksinal (kasus/kematian)

Propinsi Sulut Sumsel SUIDUt

D.1. Aceh

Lampung Jabar Kalteng Sulsel Kalsela 1972-1977 36/18

1978 1979 19/6 9/5

1/1

5/3 1/1 3/1

1980 1981 1982 1983 20/7 6/4

1/1 2/1 2/2 2/0 1/0 4/1 Sumber: Subdit Zoonosis, Dit P2 E2 , Ditjen

P

3M/FMFPLP, Departemen Kesehatan (1982) aKanw11 Departemen Kesehahatan

Propin-si Kalsel

Usaha pengendalian rabies di Indonesia sudah sejak lama dilaksanakan, walaupun sampai saat ini kecenderungan penyebaran rabies makin meningkat. Usaha pengendalian bertujuan セ・ュ「・イ。ョエ。ウ@ rabies pada hewan untuk kepentingan

[image:28.600.63.468.170.478.2]
(29)

17

usaha pengendalian rabies juga ditangani oleh Departemen Kesehatan, karena menyangkut penyakit zoonosis. Kerja-S;3ma an tara dua departemen ini telah melahirkan beberapa kesepakatan untuk memudahkan penanganan rabies secar-a ter-koordinasi. Eeberapa bentuk usaha pengendalian yang di-laksanakan an tara lain pengawasan lalu lin tas hev:an, pe-nutupan daerah bebas, penyuluhan, vaksinasi, pengurangan populasi hewan rentan dan pengobatan korban gigitan hewan tersangka rabies.

(30)

IV. KEADAAN UNUM KALH!:\NT;l.H SELATAN

A. Geo,o;ra. fi

Propinsi Kalim8ntan Selatan (Kalsel) merunakan salah satu dari 27 propinsi yang berada di wilayah Hegara Kesa-tuan RI dan s,lah sa tu bagian dari Pulau Kalimantan. 'rer-letak di bagilm selatan di an tara 114

°

、セョ@ 116oB'!.' dengan 10 dan Lf °LS. Propinsi ini di sebelah barat berbatasan dengan Propinsi Kalteng, sebeleh timur dengan Selat Maka-sar, sebelah Utara dengan Propinsi Kaltim dan sebelah se-latan dengan laut Jawa (Anonymous, 1983b).

Kalimantan Selatan luasnya 3.7 juta Ha,potensi a-lamnya terdiri dari rawa pasang surut: 200 000 ha; イセᆳ

Wa ュッョッセッョZ@ 500 000 Ea; dacrah banjir/danau: 100 000 Ha;

dataran rendah alluvial: 200

oeo

Ha; daerah pegunungan hutan: 2 100 000 Ha dan daerah alang-alang: 600 000 Ha

(,\nonymous, 1984a).

Propinsi Kalsel terdiri atas satu kotamadya, 1 kota administratif dan 9 kabupaten. Terbagi atas 100 buah ke-camatan, 28 perwakilan kecamatan dan 1.683 desa (Anonymous, 1983b) •

B. Demografi

(31)

'I'abel 6. Banyakny:3, Penduduk, Kecamatan dan Desa Setiap Kabupaten/Kotamadya Prop. Ka1-sel.

Keadaan Pertengahan Tahun 1983

Ja ten/Kodya Keca- Desa Penduduk

matan (jiwa)

1 Laut (Tala) 7 123 140 424

Baru (Kobar) 19 296 250 875

tr 13 301 355 269

;0 Kuala (Batola) 12 194 187 384

20 137 114 695

Sungai Selatan 10 232 179 528 (HSS)

Sungai Tengah 8 441 205 260

(HST)

Sungai Utara 12

(HSU) 402 245 912

.ong 7 188 127 977

trmasin 4 49 400 297

I 1 a h: 100 2 363 2 207 621

Sumber: Kantor Statistik Prop. Kalsel (1983) :eadaan Peternakan

(32)

20

Populasi ternak di Kalsel yang dilaporkan oleh Dinas Peternakan Propinsi Kalsel tidak memuat ten tang data popu-lasi anjing, kucing dan kera, hewc\U yang era t kai tannya dengan penyebaran rabies (Tabel 7).

'Tabel

7.

Populasi Ternak di Kalsel 'Tahun

1983

Jenis ternak Banyaknya (ekor)

Ternak besar: セs。ーゥ@

Kerbau Kudo. Ternak Kecil: Kambing

Domba Babi 'Ternak Unggas: Ayam ras

Ayam kampung I t i k

67 526

51 946

3 725

59 657

16 599

11

530

705 130

3 )ltl

810

1 968 020

Sumber: Dirras Peternakan Propinsi Kalsel

(1984)

D.

Laboratorium Diagnostik
(33)

Untuk pemeriksaan mendetail dan khususnya pemeriksa-an/diagnosa rabies sampai ウ・セ。イ。ョァ@ masih belum dapat di-laksanakan oleh laboratorium yan5 ada di Kalsel. Speci-men rabies yang akan diperiksa, sejak rabies ditemukan di Kalsel, dikirimkan ke BPPH LセGゥャ。ケ。ィ@ VII U jung Pandang, 1<:a-rena merupakan laboratorium Y2ng terdekat yang mempunya.i kondisi dan kemampuan mendiag!losa rabies (1\nol"\iimous, 198Lfa). E. iiubungan Anjing dan Nanusia

Berbeda hal denganya beberapa daerah yang menjadi pusat rabies seperti Sumut, maka di wilayah Kalsel, anjing tidaklah populer. Di Sumut anjing selain menjadi hewall kesayangan, juga dijcoikan bahan makanan dan karena itu populasi hewan di daerah tersebut cukup tinggi (Simbolon, 1984). Eal tersebut menurut Denulis ada kaitannya dengan kepercayaan penduduk yang sebagian besar beragama Islam dan cukup fanatik (90.83%).

(34)

22

berkeliaran di seki tar pemukiman' ー・ョ、オ、オャセ@ tersebut.

An-jing tersebut dianggap sebagai anAn-jing liar tanpa pemilik. Ada suatu pesta tradisi yanG diadak2.n setahun sekali yang melibatkan suku dayak yang menghuni wilayah-wilayah

(35)

A. Situasi dan Perkembangan Rabies

Kejadian rabies di Kalsel dimulai dari k3bupaten 1'a-balong, yaitu berdasarkan hasil pemeriksaan specimen otak anjing yang rnenggigit seorang penduduk desa Galugur Bin-turu kecamatan Kelua pada tanGgal 17 April 1983. 1'anggal 18 April 1983, otak anjing tersebut dikirim ke BPPH wila-yah VII Ujung Pandang dan pada 4 セャ・ゥ@ 1983 jawaban BPPH ':;i-layah VII Ujung Pandang menyatakan positif rabies

(Anony-mous, 1983a).

Se jak ke jadian pertama rabies i tu maka menyusul ke

ja-dian rabies y"'ng dil"porkan pada deSu-desa lain di kabupa-ten 1'a.balong, yai tu pada tanggal 13, 19 Hei 1983 dan 30 Juni.1983, masing-masing pada satu ekor sapi. Desa lain-nya yang dilaporkan kejadian rabies adalah Pengelak Upau

(1 ekor sapi), 1'ami ang (1 ekor anjing), Hambau Eanua Lawas

(1 ekor anjing), Agung (1 ekor anjing) dan beberapa desa di kabupaten Tabalong.(Anonymous, 1983a).

Kejadian rabies di kabupaten Rulu Sungai Selatan (HSS) di desa Loksado pada tanggal 26 Juli 1983. Pada bulan A-gustus dilaporkan pUla kejadian rabies di desa Awang Hilir kabupaten Hulu Sungai 'rengah (EST), sedangkan di kabupaten Rulu Sungai Utara pada bulan yang sama dilaporkan kejadian rabies di desa U jam, kecamatan Juai. Cl\nonymus, 1983a/1984a}.

(36)

24

berumur 5 bulan. Anjing tersebut pada '8 September 1983 mendapatkan vaksinasi (vaksin Rabisin), sepuluh heri ke-mudian anjing tersebut menampakkan gejala tidak mau rnakan/ minum, diarhe bercampur darah, ekor melengkung ke dalam, mata agak merah dan mengantuk. Anjing tersebut tidak di-laporkan menggigit, namun setelah diobservasi mati dalam masa observasi dan dinyatakan positif rabies oleh BPPH Wilayah VII Ujung Pandang (Anonymous, 1984a).

Dalam tahun 1984 dilaporkan kejadian rabies pada dua ekor sapi di kabupaten Tapin, empat ekor anjing di kabu-paten HSU dan satu ekor anjing di kabukabu-paten HSS (AnoIJJ;mous, 1984a). Kejadian paling akhir dilaporkan pada tahun 1985 pada dua ekor anjing di kabupaten HSS.

Terdapat perbedaan data yang didapatkan dari dinas peternakan dan kanwil departemen kesehatan. Perbedaan tersebut meliputi jumlah hewan penderita dan kasus Jeng-gigitan. Untuk memberikan gambaran ten tang perbedaan terse-but penulis mencantumkan beberapa data yang berasal dari dua sumber tadi.

(37)

Tabel 8. i:\:asus Penggigitan 01eh Bewan Tersang-ka Rabies di Kalsel

Kabupaten/ T a hun

Kodya 1981 1982

1983 1984 1985 (a/b) (a/b) (a/b) (a/b) (a/b)

Banjarmasin 7/ 1/ 14/- 9/-

4/-Banjar 13/ 4/ 35/36 24/36 Lf/2

Tapin 5/

HSS. 22/30 4/18 12/11

HST. 22/2L, 14/90 4/11

HSU. 60/85 8/26

6/-Tabalong 91/108 2/8 9/10

Kota Baru 1/

Batola 1/

J u m 1 a h: 20/ 5/ 246/283 61/178 42/34 Sumber: a Dinas Peternakan Propinsi Kalsel (1985)

bKanwil Departemen

Kalsel (1985) Kesehatan Propinsi

Kejadian Rabies Pada Aniing. Di Kalsel sampai tahun 1985 hanya anjing .diantara"hewan:-penyebar rabies 7 ... ng

[image:37.595.49.462.100.464.2]
(38)

26 jum1ah anjing penderita rabies lebih rendah dibandingken dengen tahun 1983.

T a

Tabel 9. Ratio .IDtara Penggigitan Pada Hanusia

dan aセェゥョァ@ Penderita Rabies di Kalsel

Penggigi ta n Anjing pende- Ratio

hun (A) rita (B) (A/B)

a/b a/b

1983 246/?83 lL,/12 17.6/23.6

1984 61/178 6/8 10.2/22.6

1985 42/34 2/2 21 /17

Sumber: BDinas Peternakan Propinsi Kalsel(1985) bKanwil De!)kes Pro!)insi Ka1se1 (1925)

Dari 14 anjing penderita rabies pada tahun 1983, sa-tu diantaranya dilaporkan tidak mensgigit manusia atau-pun hewan lain. Anjing yang menggigit sebasian besar ada-lah anjing liar tanpa pemilik.

Ke.jadian Rabies Pada Manusia. Via1aupun tidak semua kasus penggigitan meru!)akan kasus rabies, namun kejadian penggigitan oleh hewan tersangke rabies cukup mencemaskan masyarakat. Di kabupaten HSS dari 22 korban gigitan

[image:38.595.45.467.119.511.2]
(39)

27

Taba10ng sebanyak dua .orang. Kan',vi1 Departernen Kesehatan Propinsi Ka1se1 me1aporkan penderi t3. rabies p;;da ta hun 1984 (dua orang) dan tahun 1985 (satu orang).

Kasus encephalitis pascB vaksinal. terjadi di kabupa-ten Tabalong, empat orang dan satu diantaranya !:!cninggal dunia. Orang yang meninggal tersebut digigit 10 Juni 1983, meningga1 15 Juli 1983 setelah mendapatkan terapi steroid.

Ke.jadian Rabies Pada Bewan Lain. Selain anjing, maka kucing dan kera ョ・イオー。ャセ。ョ@ hewan penyebar rabies di Indone-sia, namun di K13.lsel dari hasil pengam13.t13.n selama periode 1983-1984 tidak dilaporkan adanya kasus positif pada kedua hevran tersebut. Penggigitan pada kera di1aporkan di kabu-paten HST, kera tersebut diSigit oleh anjing yang disang-ka rabies. Basil pemeriksaan BFPH Wila.yah VII Ujung

Pan-dang terhadap otak kera tersebut menyatakan negatif ra-bies (Anonymous, 1984a).

Kejadian rabies pada sapi terjadi di kabupaten Taba-long dan Tapin, masing-masing empat dan dua ekor sapi. Kejadian di kabupaten 'l'aba10ng, tiga ekor sapi yang

posi-tif rabies dilaporkan digigit oleh anjing liar, sedang sa-tu ekor menurut pemiliknya tidak ditemui bekas gigit13.n

dan juga tidak pernah digigi t hewan lain (AnollYmous, 1984a). Di kabupaten Tabalong empat el{or babi yang digigi t

(40)

28 diperiksD di laboratorium. ·;·.a18upun demikiim kasus babi tersebut dinyatakan sebagai sebagai kasus rabies berdasar-kan ge jala klinis yang dil" porken (.!monymous, 1984a).

Kambing d.n domba dilaporkan digigit oleh anjing

di tiga kabupaten, yaitu Tabalong, EST da.n Banjar. i{amun

dari kasus penggigitan tersebut tidak ada kambing dan domba yang dinya ta!l:an nosi ti f rabies ('I'abel 10).

Tahun

1981 1982 1983 198Lf

Tabel 10. Jumlah Kasus Penggigitan Hewan Oleh Anjing dan Kasus Positif Rabies di-Kalsel

Jumlah hewan yang digigit anjing/ jumlah positif rabies

Sapi/+ Kambing/+ Domba/+ Babi/+ Kera/+

3/4 *

7/-

2/-

5/4

.",*

1/-3/2

An-jing/

+

Ru-sal

+

1/1 1/1

J u m 1 a h

6/6

7/-

2/-

:;!

r/h

,

1/-

1/1 1/1

Sumber: Dinas Pertanakan Propinsi Kalsel (1983/1984)

* Satu ekor sapi tidak digigit anjing

**

Diagnosa berd8sarkan ge ja.la klinis

B.

Sumber Penularan Penyakit. [image:40.599.56.478.240.640.2]
(41)

menyatakan bahwa tirnbulnya kasus rabies di Kalsel erat hu-bungannya dengan penularan-penularan dari daerah tertular, rnengingat letak geografinya diauit oleh propinsi Kaltirn dan Kal teng.

Kakanwil Kesehatan Propinsi Kalsel, Hadisantoso (l985} menduga sumber penularan rabies berasal dari desa Bintaro, kecamatan Tamiang Layang, Kalteng. Pendapat la-in dikernukakan oleh Hardjosworo (1984), jang menya takan bahwa letak geografi Kalsel memberikan petunjuk bahwa penu-laran berasal dari Kaltim dan Kalteng. Ditarnbahkannya bahv18 terbukanya jalan darat, pembukaan daerah baru konse-si hutan dan pesta tradikonse-si tahunan anggota suku yang ber-

.

,

domisili di Kalteng, Kaltim dan 1\alsel dapat menjadi ja-lur masuknya rabies dari Kaltim dan Kalteng ke Kalsel. Pesta tradisi tersebut biasanya menjadi tempat perternuan bagi anggota suku dan juga menjadi pasar dan pusat perda-gangan hasil bumi serta ternak termasuk anjing. Anjing yang dibawa dari Kalteng dan Kaltim setelah pesta tradi-si selesai bisa masuk ke wilayah Kalsel.

(42)

30 Pertimb3ngan bahwa adanya kemungkinan masuknya bibit penyaki t lew,?, t pelabuhan udara a tau lau t, sangat kecil, mengingat sampai pertengahan tahun 1985 tidak 、ゥセNーッイォ。ョ@

adanya kejadian rabies di kota y:mg terdekat dengan ke-dua pelabuhan tersebut.

C. Cara Penyebaran Penyakit

Menurut hasil pengamatan penulis, di Kalsel masih ba-nyak semak-semak dan hutan yang membatasi pusat-pus"t pe-mukiman penduduk. Anjing-anjing liar yang mencari makanan dan nampak di pusat pemukiman, sering didapati di semak dan hutan sekitarnya. Pada saat berada di pusat pemuki-man terjadilah kontak dengan anjing peliharaan dan sebalik-nya ketika berada di semak dan hutan kemungkinan berkontak dengan satwa liar dapat saja terjadL Secara skematis

jalur penularan tersebut dapat digambarkan sebagai beri-kut :

,.l; Satwa セ@

_ セ@ -- liar セ@ セ@ _

,'" I.,!...

Zセaョェセョァ@

I

' llar

:

1',

"1

i

'.

Peliharaan Hewan (Anjing, kucing,

セLMMMMMLLMャMMML@

セA。ョオウゥ。O@

Bewan 'l'ernak

kera)

(43)

31

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa segala jalur penularan (arah panah) dapat terjadi dalam penyebaran ra-bies di Kalsel. Hanusia dan ternak merupakan titik akhir karena keduanya dianggap sebagai jalan buntu (dead-end)

dalam penularan rabies. Anjing liar dapat langsung menu-lari manusia lewat gigitan dan ini merupakan kasus terA banyak, selain itu dapat pula menulari hewan peliharaan seperti anjing yang kemudian menulari mo.nusia. Kejadian tersebut dapat pula terjadi sebaliknya. Penularan dari satwa liar ke anjing liar atau sebaliknya dapat terjadi

ュ・ョァゥョァセエ@ sebagian besar anjing liar berdiam di hutan,

yang tentu saja terdapat satwa liarnya.

Sejak kejadian rabies dilaporkan pertama kali di Ka-bupaten Tabalong maka セゥャ。ケ。ィ@ rabies mempunyai kecenae-rungan meluas Nセ。イゥ@ ar.ah utara menuju ke selatan (Gambar

(44)

32

Gambar 5. Peta Penyakit Rabies Tahun 1984-1985 di Kalimantan Selatan

K.ALTENG

.

"" セN@

セセ@

...

..

+

...

..

"

,

..

..

"

"

,. ranjung ....

..

... :f

t

KALTIM

,..

.,

....

'-.

. . . . "

セ@

,+ ... .

...

,l

Amuntai セェ@

...

,

I ...

.-."1\-,

/

• I \.... セLN@ "

4 I \ .... - ...

.. \ セイ。@ i I

LLセ@

... \ 'r.e

...

--t

.;; , I

•• I _","

. . . '

セ@

I

• '= エMセ。ョエ。オ@ ,..,."

t

I ' ' ' '

:Marabahan \ / '

" I

I

,.

(

'"I

,

I

I .,Har

GiiセG@

.t. __ - ....

• B.licin

Tg.Sela

,

\

,

...

-.Plaihari

Keterangan Ij)

..

..

--

....

'"agatan

\

LAUT JAWA

[image:44.597.56.476.49.705.2]
(45)

Setahun sebelum kejadian rabies pertama kali ditemu-kan di Kalsel, Gubernur KDH Tingkat I Y.:alsel telah menge-lu()rkan Surcn; Kepu tusa t (SK) Nomor 0323/1982 tanggal 22 Nopember 1982 ten tang ?embentukan tim koordinasi bagi pen-cegahan, pemberantasan dan penanggulangan penyakit rabies di propinsi Kalsel. Adapun tujuan dan sasaran yang ingin dicapai tim koordinasi tersebut adalah

a. Nempertahakan daerah-daerah yang belum tertular

b, Penurunan kasus rabies di daerah tertular

c, Dalam jangka lama memperluas daerah bebas rabies

HーセッョケュッオウL@ 1983a),

Dengan berpedoillan pada peraturan/perundang-und2ngan serta SK Gubernur di atas maka dinas peternakan membuat suatu program penanggulangan rabies terpadu, Program ter-sebut membagi dua daerah penanggulangan, yaitu daerah po-sitif dan negatif rabies (Lampiran

4).

Berbagai cara penyuluhan dilaksanakan di Kalsel, di-antaranya pemutaran film rabies, penyebaran brosur penyakit rabies dan melalui siaran pedesaan di

RRI.

Penyuluhan

langsung kepada masyarakat dilaksanakan bersamaan waktunya dengan saat vaksinasi rabies,

(46)

Tabe1 11. Daftar Target Dan Hea1isasi Vaksinasi Rabies Fada Hewan di di Kalimantan Se1atan (1982-1985)

Kabupaten/ Kotamadya Banjarmasin Banjar Tapin HSS liS 'I', "t, HSU Tabalong

Tanah Laut

Kota Baru

Barito Kuala

Target 1.300 800 100 150 150 2.500 Realisasi 1.300 800 100 150 150 2.500 Target 900 400 1.000 100 100 2.500 Jumlah

Sumber Dinas Peternakan Propinsi Kalimantan Selatan

466

o

112 589 100 1.000 3.000 1.000 1.000 2.000 1.000 4.500 500 500 500

1.167 15.000

(1981, /198 5)

Catatan • Realisasinya masih berlane;sung sawpai sekarang

Realisasi

Dalam tahun 1983/1984 dinas peternakan mendapatkan tambanhan dropine; vaksin sebanyak 6.000 dosis. Droping dilakukan seCara bertahap :

- 3.000 dosis diterima bulan Juli 1983

- 3.000 dosos diterima bulan September 1983.

(47)

Tabel QセN@ Daftar Pembunuhan Anjing Liar di Propinsi Kalimantan Selatan

(1983-1984)

Kabupaten/ Tahun 1983 'fahun 1984

Kotamadya

Pembunuhan de ngan Pembunuhan clengan

diracun ditembak dipukul diracun ditembak dipukul Banjarmasin

Banjar 34

Tapin 23 3 11

H3S 17 1

H3'f II

liS U 111 33 II

Tabalane; 300 16 146

Tanah Laut Kota Baru Barita Kuala

Jumlah 411 49 166 57 3 16

3uraber Dinas Peternakan Propillsi Kalimantan delatan. 0983/198

11),

(48)

merupakan pintu masuk lalu lintas hewan dari dan keluar wil6l.yah Kalsel. Pada tahun beriku tnya vaksinasi dilaksa-nakan dengan prioritas lok8si seluas 10 Km di kantong-kantong positif rabies, sedang yang bebas dibentuk d6lerah :penyanggah dengan pelaksan<lan vaksinasi (Anonymous, 1984a).

Walaupun pelaksanaan v8ksinasi hewan terus meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun, namun realisasinya masih belum memenuhi target vaksinasi. Sebagai contoh t<lrget vaksinasi rabies dari dana APBN tahun 1983/1984 sebanyak 2 500 dosis, hanya 1 167 dosis yang terealisasi atau se-ki tar 46. 7%.

Disamping kegiatan vaksinasi hewan maka dilakukan pu-la usaha pengurangan :popupu-lasi anjing liar dengan jal".n

nc-rC'cllTIal1, penembakkan_dan penombakkan terutama di daerah positif rabies (Tabel 12). Cara pembunuhan yang banyak di-pakai ialah peracunan dengan strichnin. Dalam laporan l<linnya dinas :peternakan mengatakan bahwa jumlah anjing yang dibunuh secara pasti belum dapat dipastikan, karena usaha pembunuhan tid<lk dapat dimonitor seluruhnya.

(49)

Di pihak lain Kanwil Depkes melalui aparatnya di ka-bupaten d8.n kecamat8.n berusaha meningkatkan pengobatan dan vaksinasi anti rabies (IJA.R). Tetapi sebagai mana halnya dengan vaksinasi rabies pada hewan, rnaka realisasi pem-berian VAR ini me,sih belum memenuhi t8rget (Anonymous, 1984b). Secar8 keseluruhan pada tahun 1984/1985 realisa-si pemberian VAR y8ng dapat dicapai hanya 43.5%.

Di tingkat regional usaha pengendalian rabies ini te-lah pula dilaksanakan dengan adanya. Rapat Ker ja Rabies \\'i-layah Kalimantan di Banjarmasin tanggal 22 Nopember 1984. Peserta rapat terdiri dari unsur-unsur pemerintahan pusat dan daerah. Rapat tersebut p8da akhirnya berhasil merumus-kan suatu kesepakatan dalam us aha pengendalian rabies di-wilayah Kalimantan, yang diharapkan secara operational mulai dilaksanakan pada tahun anggaran 1985/1986 (Lampiran

(50)

VII. PEHBMLil.SAN Di\.;-{ KESIHPUL..il.N

A.

Pembahasan

Selama tahun 1983 sid 1981j. ciistribusi penyebaran ke-jadian rabies terbanyak ada di kabupaten Tabalong, karena ditemui 84 kasus penggigitan dan lima dian tara anjing yang menggigit menderita rabies. Hal itu dapat dimengerti ka-rena letak kabupaten Tabalong sanGat terbuka untuk masuk-nya bibit pemasuk-nyakit, disamping itu di sana pertama kali ditemui adanya kejadian rabies sehingga pencatatan dan la-poran kejadian menjadi perhatian utama.

Perbedaan _.data rabies antara data Dinas Peternakan dan Kanwil Depkes Propinsi Kalsel Terupakan perbedaan ad-ministrasi. Hal tersebut terjadi karena kedua instansi tersebut mengumpulkan data dari dan dengan cara yang ber-beda. Dalam hal ini penulis mengkaitkannya dengan bidang

tugasnya masing-masing, yai tu kasus pada hewan di ta,ngani olen dinas peternakan dan kasus pada orang ditangani oleh pihak Kanwil Kesehatan. u'alaupun demikia,n untuk memudah-kan penanggulangan rabies di mas a mendatang perlu adanya keseragaman pelaporan antara kedua instansi tersebut.

(51)

yang setelah menggigit biasanya masuk ke dalam nutan. Hal lain yans juga mendukung aaalah laporan dari masyara-kat tentang kejadian penggigitan terlambat, eehinGsa spe-cimen tidak sempat diambil karena bewan terlanjur diounuh dan dikubur oleh masyarakat.

Ratio kasus penggigitan dengan jumlah hewan penderi-ta rabies dapat digunakan untuk menggambarkan besar keeil-nya bahaya rabies melalui gigitan. Semakin keeil angka ratio semakin besar pula bahaya untuk mendapatkan rabies.

Jawa Barat dengan ratio 2.46 merupakan ratio paling ren-dah dibanding dengan daerah lainnya di Indonesia, berarti setiap lima kasus penggigitan, dUa diantaranya dilakukan oleh hewan penderit<:1 rabies. Kalimantan .Selatan pada tahun 1984 mempunyai ratio yang agak tinggi 10.2. fial itu berarti setiap 11 Kasus penggigitan, satu diantaranya dilakukan oleh hewan penderita rabies. Angka ratio ini dapat juga dijadikan dasar untuk menentukan kebijakan pengobatan post exposure pada daerah yang bersangkutan.

(52)

1,0

tanpa ada ketersngan terperinci.

Kematian yang ada di Kalsel hampir sarna dengan apa yang dikatakan Bardjosworo dan Partoatmodjo (1977) yaitu

lebih menggambarkan terlambatnya pengobatan pada korban gigi tan. Beberapa orang yang meninggal korb8.n gigi tan di Kalsel tidak mendapatkan VAR. Kenyataan itu didukung pula dengan belum tercapainya secara penuh target pembe-rian VAR yang dilakukan dinas kesehatan. Selain itu loka-si kejadian penggigitan letaknya jauh dari kota kecamatan yang memiliki sarana pengobatan apalagi dari kota

kabupa-ten.

Kasus yans terjadi pada babi dan rusa di Kalsel di-nyatakan sebagai penderita rabies nerdassrkan gejala kli-nis yang patognomokli-nis. Penetapan diagnosa rabies yang

ti-dak ュ・セャuョァォゥョォ。ョ@ di laboratorium bisa juga dilakukan

de-ngan melihat gejala di lapade-ngan (Hardjosworo, 1984). Ke-jadian pada rusa yang dinyatakan penderita rabies merupa-kan kasus baru di Indonesia, karena belum pernah dilapor-kan sebelumnya.

Pengiriman specimen rabies dari Kalsel ke BPPH Wila-yah VII Ujung Pandang dapat dinilai sebagai suatu cara yang tidak effisien, karena jarak yang harus,ditempuh

0-leh specimen tersebut cUkup jauh. Tentu saja jawaban ha-sil pemeriksaan tersebut akan memakan waktu pula karena

(53)

41

Kasus rabies yang terjadi di Banjarbaru pada anjing yang beberapa hari sebelumnya mendapatkan vaksinasi rabies, dapat diterangkan bahwa kemungkinan rabies yang disebab-kan oleh vaksin sangat kecil. Keadaan tersebut lebih me-mungkinkan disebabkan karena pada saat pelaksanaan vaksi-nasi , virus sudah dalam masa inkubasi di tubuh anjing, namun belum sampai memperlihatkan gejala klinis.

Beberapa masalah pengendalian rabies yang dijumpai di Kalsel umumnya juga merupakan masalah di daerah-daerah lainnya. Nasalah tersebut an tara lain.tidak adanya data populasi hewan rentan rabies, kesadaran masyaxakat masih kurang akan penyald t rabies dan keterlambG.tan penyediaan dan pelaksanaan vaksinasi hewan yang cukU7 !llerr::.:engaruhi usaha pengendalian. Sebenarnya sejak awal :oengendalian rabies di Kalsel harus lebih ditekankan pada pengetatan lalu lintas hewan ke wilayah Kalsel. !lamun adalah suatu hal yang sulit untuk mengontrol pemasukkan hewan di dae-rah perbatasan yang batas perbatasaan itu sendiri tidak begitu jelas.

(54)

42

menunjuk.l{.an bahwa ekologi rabies tipe silvatik yang meli-batkan satwa liar dapat terjadi. Mengingat kondisi daerah Kalsel yang ban yak mempunyai hutan, maka penelitian yang lebih mendalam tentang peranan sa twa liar dalam penyebaran rabies di Kalsel masih diperlukan.

B. Kesimpulan

Berdasarkan gambaran situasi, perkembangan dan

pengendalian serta pembahasan, maka dapat disimpulkan bebe-rapa hal

1. Propinsi Kalteng dan Kaltim dianggap sebagai dae-rah sumber penularan pertama masuknya rabies ke-Kalsel, karena kedua propinsi tersebut merupakan daerah tertular.

2. Dari tahun 1983 sampai pertengahan 1985 terjadi penurunan kasus rabies, tetapi luas wilayah ter-tUlar semakin bertambah. 'rercatat enam kabupaten yang tertular, ialah Kabupaten Tabalong, HSU, EST,

HSS, Tapin dan Banjar.

3.

Anjing merupakan penyebar utama rabies di Kalsel, sedangkan hewan lain seperti sapi, babi dan rusa yang menderita rabies dianggap sebagai jalan bun-tu (dead-end) dalam penularan. Kejadian pada ru-sa adalah kejadian pertama yang dilaporkan di In-donesia.
(55)

43

5. Target vaksinasi dan pengobatan pada hewan dan manusia masih belum tercapai seluruhnya di Kalsel.

6. Terdapat beberapa hambatan dalarn usaha pengenda-lian rabies di Kalsel seperti tidak diketahuinya populasi hewan rentan rabies, kurangnya fasilitas penerangan serta kesadaran masyarakat tentang penyakit rabies dan peraturan!perundang-undangan yang berlaku.

(56)

DAFTAR PUS'EAKA

Anonymous. 1982a. Pencegahan dan Pemberantasan Rabies. Ditkeswan, Ditjennak, Deptnn. Jakarta.

----_.

1982b. Rabies. Dirjen P3fI, Depkes. Jakarta. _ _ -:;: __ • 1983a.Laporan Tahunan. Dinas Peternakan

Propinsi Kalimantan Selatan. Banjarbaru

____ セMN@ 1983b. Buku Data Propinsi Kalimantan Selatan. Humas Pemda Propinsi Kalimantan Selatan. Banjar-masin.

• 1984a. Laporan Tahunan. Dinas Peternakan ---nP-r-o-pinsi Kalimantan Selatan. Banjarbaru.

___ セセ⦅N@ 1984b. Laporan Pemberantasan Penyakit Anjing

Gila di Propinsi Kalimantan Selatan. Kanwil Depar-teman Kesehatan Propinsi Kalimantan Selatan. Banjar-masin.

______ セN@ 1985. l。セッイ。ョ@ Kejadian Penyakit Rabies. Di-nas Peternakan Propinsi Kalimantan Selatan. Banjar-baru.

Baer, G. H., ed. 1975. 'rhe Natural History of Rabies. Academis Press, New York. USA.

Campbell, J. B .• M. N. Kaplan., H. Koprowski., E. Kuwerst,

F. Sokol., T. J. Wiktor. 1968. Present and Future in Rabies Research. WHO Chronicle.

Fiennes, Richard

N. T.

w.

1978. Ecology of Human Disease. USA.

Zoonosis and The Origins Academic Press, New York. Hardjosworo, S. 1977. Penyakit Anjing Gila. Kursus

Zoonosis. Ditjennak, Deptan. Jakarta.

____ セセセセセ⦅NL@ Siregar, A. A., Partoatmodjo, S. 1977 Penelitian Tentang Latar Belakang Peledakan Penya-kit Anjing Gila di Beberapa Daerah Di Indonesia.

Depkes-Deptan-IPB.

___ --,,,.-,-,-_____ . , -;:--;:;-==-::;--.,.."." Sa s t ro semi to, A • 1981. Habies and Its Control In Indonesia. Bull. OlE, Vol. 93. Paris.

(57)

Koesharjono,

c.,

Theos, R. J.

1982.

Rabies. In Dirjen P31·1. ed. Rabies. Depkes. Jakarta.

Keep, J. M.

1982.

Rabies. Proceedings, Course on Advances in Vet. Virology. of Sydney, Australia.

no 60. Refresher The University Madiapura, A.

1984.

Rabies dan Pencega.hannya. Ceramah

pada Penataran Dokter-dokter Pertamina 23 Oktobcr

1984.

Bandung.

Hoerid, H. R.

1984.

Transformasi dan Pembinaan Kehidupan Orang Buki t di Kalimantan Sela ta.n. Hakala h pada

Kongras Persatuan Nahasiswa Kalimantan Selatan V di-Jakarta.

Ressang, A. A.

1984.

Patologi Khusus Veteriner. Second Edition. セカ@ Bali, Denpasar.

Roso.

1985.

Banjarmasin. Harian Kompas,

9

Sepwmber

1985.

Jakarta.

Soenardi.

1984.

Umur Sebagai Salah Satu Faktor Peng2.n-cam (a risk) pada Nanusia dalam Kejadian Penggigitan Oleh Anjing Gila dan Kaitannya dengan Umur pセェゥョァ@

Gila "{ang diam::.1;i ai Sumatera Barat, Jc,moi dan Riau. BPPH Wil. II. Bukittinggi.

Sikes, R. K.

1975.

Rabies in Hubbert, IV.

'r.

Disease Transmi tted from Animal to Nan. Charles, L. 'I'homas Publishers. Springfield, Illinois. USA.

Simbolon, E.

1974.

Rabies di Sumatera utara, Tinjauan dan Penanggulangannya. FKH-IPB. Bogor.

Thaib, S.

1982.

Rabies. In Dirjen P3M. ed Rabies. Depkes. Jakrata.
(58)
(59)

-:J'

Lampiran le Daftar JumlA.h ObRervasi Ife1mn Tersangka Penderi ta Rabies

Di K:'llimBntr;l.n Selatan (1'"'1 - 1,)84)

k。「オZャSNエHセョO@ T a h u n

1,;;()t'lrn.,dYH

]')81 198;> 1983 1981+

a ,b c a b c a b c d セ・@ a b c d 'e

'Oapjarmasin 7 1 14 1 8

Banjar 1f 3 3 2 1 1 24 4 3 l ' 21 2

lJSS 6

J[ST 1 1

T'lbalon8 3

Y..ota Baru 1

Bari to Kuala 1

Jumlah 11+ 3 3 3 1 1 47 4 1+ 4 1 29 2

Sumher DinA.s Petern,,J<an Propinsi Kalimantan Selatan

ヲセ・エ・イSョXG。ョ@ : a. ;<njine; d. Sapi

1J • Kucing e. l\R.mb:i ng

(60)

co

--r Lampiran 2. Daftar Pene;ambi1an Dan Pene;iriman Specimen Hewan

Tersane;ka Rabies di Ka1imBntan Se1atan (1983 -1,)84) •

Kabupaten/ Tahun 1983 Tahun 1984 kotamadya

Specimen diambi1 Specimen dikirim Specimen diambi1 a b c d a b c d a b c d

Banjllr 2 2

Tapin '2

IrS;:) 1 1 1

HS1' 3 3

JlSl1 3 1 3 1 4

Tabalong ? 1 i+ 7 1

I,

Jum11lh 16 "

4 16 ' ) !f

5 2

c- ,,.

:;umher' Dinlls Peternakan Fropinsi Ka1j mllntBn Selatan

Ke terangan : B. Anjine;

b. Kucing

c. Kera

d. Sapi

specimen dikiriin a b c d

2

セL@

If

(61)

.

,

Lampiran 3. ョap[セt@ iセeョj@ 1\ ll\?IES \!ILh.Y,\}i. ;::.Ll ... ⦅セ@ ':",' 49

Po.da tanCGo.l ](nlimnn tan S oldnn

22 G/.d , . . . ROセ@ lTone1:iber 198/+ . J 「cZBエGセlセョセ|エ@ 4 di D:lnJ'urmn:in, telah diselongC3.rn1cnl1 HD.l12.t iセPiᄋェPN@ n<J.bicc Uilayah i|qNャゥイNQgNョセZZ[Mィ@

Pesert.a'ro..po.t terdiri dc.ri unsur-W1sur Peuerintuh DaGruh, Dino.s p」エ・イョセ⦅ᆳ

kan,K2.lH/il dun Dinc.s KeG ch2.to..n Propinsi Do..ti I 39 uilQyo.h I\nlil!l<J.ntc.n, sc::rt2.

pesertn. Pusnt'dari Dircktoro.t Jonclcr2..1 pッエッZNGョqNAZZセセQ@ DCp3.rt8wcn perto.ninn do..1"1:

Di-relctomt Jenderal Pcr.ibcr2.:ltnSc.n Ponynld.t Henulc..r dan Pcnyehntun Lingkui"1gun

Pe-mulciIi1D.h •

Dengan berlandc..skw'1 per3.turc.l1 perundo.nco.r. yen[( c.de\. dan b8rpedomo.n p:tc..:::

pengnrahan Direktur Jenderci potcrnnknn, Direktur Jcndcrn1· PPll 12 PLP dan

Gubernur ](DH Propinsi Dati I Kciim::.ntnn Sclntnn , scrtn T:1cmpcrhntilcnn

nnkalnh-Ijlaknlah dari peserta , イLLLLNャセョ@ l101nlui tulca.r pcndc.pat dan pcrabc-mc.so.n , dapo.t

di-ho.silka.n beberapa lcesirllpulan do..n oaren yang r,18rt:.u21cun , - kescpak2.tnn rapat seba

-gni beril(lit. ,

1. Dengau se!imkin IJcluD.snyo. ?=,<loies diwilc.y2.h I{c.lil':lunta.n dv.n untuk

D8@per-te.hanknn dncrnh ynnG be1un tcrtui2.r",

セ」ャHッN@ peElbero.nt2.sc.n / pengcndnlion rabicG eli iJila.yah l\uliLln.ntun perl'..l

eli t2.ngani GeCL1.r<l lebih intcnDif dun lゥqォgゥイNセ」NャN@

2. Untuk pembcr;:mtc.sun / pcnuendc..liun rabies eli uilD-J'c.h Kc.lir.lc..ntun pcrlu

、ゥャョjNHXセ。jcRNc@ l.;;:oginto:n opcrc..tionul scca..!"o. tcrpndu. Untuk itu Tin

Pe-nge"ndalinn yong sudc.h _セ「」ョエャャォ@ p::!.da !:t2.sinC--J]:'..sing D:wrnh PropinGi,' yang @eliput SCi-1Wl unsur tcrk8.it n.ntc.rQ lo.in unsur rGlilOrintd.h dョ・イ。NセL@

. Dires pctern2.kull , Dinns Kesehatc.l1 , Kepoli:::i.::m, 1)011crn..ngan dan

lc..i:L1-j

lain, per1u lcbil1 ditinglmtlc:::rl l\oordin2.sinyn.

3. pelc.};:sc.uZlun ope:rQtiol1c.l ーo[Nャ「」イョjNQエHャNウエBNョOー[ョァセョ、」ャNゥ。ョ@ rabies yang

tcr-padu disel ur':!h . irl.lnyah k」ャゥャNQ」Nョエセョ@ , dihcxc.pk2.n r.mlni dilc.ksD.nckal1

tu-hun ""ggOXC\l1 1985/1936.

4. Untuk ke1ancarOll oper2.tionnl pNlber2nt<,s:.:n/pcllc;cndnlian rabies ter-sobut ag:::r エゥ、エGNャセ@ tUDpnng tindih , perlu :::c1,1nyn pctunjuk operational scperti terl2.upir.

(62)

Lampiran

4.

Prosram Feli'lksanaan Penansgulangan Rabies di Kalsel

Daerah Tindakan

Positif Rabies

Negatif Rabies

1. Penyu1uhan akan bahaya penu1aran,

pe-nyebaran, pengamanan anjing/kucing/ kera dan sebangsanya dengan

mengan-danskan hewan tersebut atau direntai

2. Pembunuhan anjing, kucing, kera dan sebangsanya yang berke1iaran

3.

Ring vaksinasi diseke1i1ing lokasi posi tif rabies

'l.

Peningkatan kerjasama tim koordina-si pencmggu1angan rabies

1 .. Penyu1uhan sesuai No. 1 daerah

posi-tif)

2. Vaksinasi rabies terhadap anJlng, ku-cing, kera dan sebangsanya

3. Observasi hewan tersangka rabies 4. Peningkatan kerjasama tim sesuai

No. 4 daerah positif

Sumber; Dinas Peternakan Propinsi Ka1se1 (1984)

(63)

U\

Lampiran 5. Jumlah Pe nderi ta Gigi tan Hewan, Vaksinasi dan Specimen di Propinsi Kalimantan Selatan Tahun 1981, dan Tahun

1985 (sid bulan maret)

Kabupatenl Tahun 1984 Tahun 1985

kotamadya

Gigitan Penderita/ VAR Specimen . Gie;i tan p" nderital VAR hewan meninggal J + hewan meninggal

Banjar 36 2

Tapin 2 2

IlSS 13 14 2 2 11 1 5

H .sIr 90 2 167 4 11 7

HSU 26 13 4 4

TabA10ng 8 3 10 8

Jumlah 178 2 97 12 8 34 1 20

{,umber Kanwi1 U"parteman Kesahat'tn PropinGi KAlimantan Salatan

Keterangan : VAR = Vaksin Anti Rabies

S = Specimen yang diperiksa

+ = Specimen yang positif

Specimen S +

3 2

1

(64)

Begitu banyak :/ang telah kalian berikan padalm Kupersembahkan untuk :

Abah, ibu

(65)

TINJAUAN EPIDEMIOLOGI DAN PENGENDALIAN

RABIES DI PROPINSI KALIMANTAN SELATAN

SKRIPSI

Oleh

YULIAN NOOR

B. 17. 1044

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(66)

RINGKA5AN

YULIAN NOOR. Tinjauan Epidemiologi dan Fengendalian Rabies di Propinsi Kalimantan Selatan (Di bawah bimbingan drh ROSO SOEJOEDONO, HPH).

Rabies atau penyakit anjing gila adalah penyakit zoo-nosis yang terpenting di Indonesia, karena luasnya daerah rabies, tingginya kasus penggigi tan oleh hewan tersanglta rabies dan sifat penyakitnya yang selalu 「・イ。セィゥイ@ dengan kematian (Anonymous, 1982b). Hal yang lebih memberatkan adalah kemungkinan terjadinya encephalitis pasca vaksinal pada orang-orang yang mendapatkan vaksinasi anti rabies (Hardjosworo, 1977).

Penyebaran rabies sangat luas diseluruh dunia, hanya beberapa negara yang dinyatakan bebas seperti Inggris, Swedia dan lain-lain (Baer, 1975). Di Indonesia rabies sudah ditemukan

100 tahun yang lalu. Nenurut Hardjos-woro (1977), kejadian rabies pertama dilaporkan oleh Esser

(1889) pada seekor kerbau di Bekasi. Kemudian kejadian rabies ditemukan dan dilaporkan di daerah lainnya yang berarti meluasnya daerah rabies. Dewasa ini di Indonesia wilayah tersangka dan tertular rabies meliputi 20 propin-si dan yang bebas hanya tujuh propinpropin-si (Anonymous, 1982a).

(67)

daerah yang sangat rawan bagi penularan rabies. Kejadian rabies pertama ka.li dilaporkan pada tanggal 17 April 1,,83 di Kabupaten Tabalong dan kemudian meluas pada daerah la-innya. Sampai pertengahan tahun 1985 wilayah yang tertu-lar rabies meliputi enam kabupaten (Anonymous, 1965).

Di Kalimantan Selatan anjing merupakan hewan penye-bar utama rabies, sedangkan hewan sapi, babi dan rusa se-cara epidemiologis dianggap sebagai jalan buntu (dead-end). Selama tahun 1983 sid 1985 terjadi 349 kasus penggigitan pada manusia, namun tidak semuanya merupakan kasus rabies. Angka rationya pada tahun 1984 adalah 10.2, yang berarti dari 11 kasus penggigitan, satu diantaranya dilakukan

0-leh anjing penderita rabies.

Sumber penularan rabies pertama di Kalsel diduga e-ra t hubungannY8. dengan penulae-ran dari daee-rah tertular, yaitu dua propinsi yang disebutkan di atas (Anonymous, 1984) •

Beberapa usaha pengendalian rabies yang dilaksana-kan di Kalsel diantaranya adalah penyuluhan, pembunuhan hewan liar dan vaksinasi yang pelaksanaanya ditangani oleh satu tim koordinasi (Anonymous, 1983a)

(68)

TINJAUAN EPIDEllIOLOGI DAN PENGENDALIAN RABIES DI PROPINSI KALIMANTAli SELATAN

S K R I P S I

Diajukan sebagai salah satu

syarat untuk mencapai gelar Dokter Bewan pada Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Eogor

oleh

YULIAN NOOR

B. 17.

1044

(69)

Rabies di Propinsi Kalimantan Se1atan Nama Hahasiswa Yulian Noor

Nomor Pokok B. 171044

Skripsi ini te1ah diperiksa dan di-setujui oleh pembimbing

Bogor, 1985

drh. Roso Soejoedono, セpb@ Dosen Pembimbing

(70)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Amuntai, Kalimantan Selatan pada tanggal 20 Juli 1961. Merupakan anak ke de1apan da-ri delapan bersaudara keluarga Azikin dan Nurdjannah.

'rahun 1968 penulis memasuki SDN Tri Dharma Banjar-masin dan lulus pada tahun 1973. Kemudian melanjutkan ke SHPN VI Banjarmasin dan lulus pada tahun 1976. Pada

tahun 1977 memasuki SHAN I Banjarmasin dan lu1us tahun 1980. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui Proyek Perin-tis II. Setahun kemudian penulis memi1ih Faku1tas Ke-dokteran Hewan IPB dan 1ulus sebagai sarjana keKe-dokteran hewan pada tangga1 1 Sepetember 1984.

Penu1is pernah menjadi Asisten Tidak Tetap pacta l,la-ta Ajaran Sosio1ogi Pedesaan pada Tingkat Persiapan Ber-sama IPB pada tahun 1983 sid 1981f. t1enjadi Asisten Ti-dak 'retap pada Hata Ajaran Histo1ogi pada Fakultas Kedok-teran Bewan IPB pada tahun 1982

sid 1984.

(71)

?abies atau penyakit anjing gila adalah penyakit zoo-nosis terpenting di Indonesia. Seberapa data dan hasil ge-ngamatan di lapangan yang dilakukan penulis selama dua

ming-gu di Kali:::antan Selatan, setelah disusun dan dianalisa ke-mudian disajikan dalam tulisan ini sebagai gambaran ra.bies yang

Gambar

Tabel 1. Perluasan Daerah Rabies di Indonesia Setelah Perang Dunia II
Gambar 1. Peta Situasi Penyakit Rabies tahun 1978
Gambar 3. Peta Situasi Pc;.nyaki t Rabies Tahun 1981
Gambar 4. Distribusi Rabies Pada Hewan di Indonesia
+6

Referensi

Dokumen terkait

Campuran cairan larut adalah pencampuran sederhana fisik terdiri penggabungan dua atau lebih material hingga partikel, bagian, atau tetes masing- masing komponen

daftar penerima bantuan sosial yang tercantum dalam keputusan kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kecuali bantuan sosial kepada individu dan/atau keluarga

Berdasarkan pengamtan nilai PP tidak memiliki pola yang sama dengan konsentrasi oksigen terlarut yaitu konsentrasi oksigen terlarut tertinggi terdapat pada pemukaan

Hasil dari pengumpulan data hasil rata-rata nilai tes ketelitian pada mahasiswa yang mengerjakan soal tes ketelitian diruang iklim pada pencahayaan rendah (±200lux)

Berdasarkan data arkeologis diperoleh bukti bahwa teknik tatap-pelandas yang dipadukan dengan roda putar terus digunakan pada masa berkembangnya pengaruh agama

Mengalami penurunan menjadi sebesar 199,84% pada tahun 2009, hal ini terjadi dikarenakan hutang lancar mengalami peningkatan di tahun 2009 namun penurunan rasio

Dalam agenda agama Islam, setiap umat muslim mempunyai kewajiban dalam mengajak dan menyeru manusia untuk melaksanakan syari’at Islam melalui dakwah, yaitu

PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban (P3B) Jawa Bali Region Jawa Barat memiliki fungsi yang sangat penting dalam mengelola sistem tenaga listrik Jawa Bali,