• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian Terhadap Kepuasan Pasien di Puskesmas Padang Bulan dan Polonia Kota Medan 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian Terhadap Kepuasan Pasien di Puskesmas Padang Bulan dan Polonia Kota Medan 2015"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1. Hasil Uji Realibilitas

PUSKESMAS PADANG BULAN

RELIABILITY

/VARIABLES=A1 A2 A3 A4 B1 B2 B3 B4 C1 C2 C3 D1 D2 D3 E1 E2 E3 E4 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL

/MODEL=ALPHA /SUMMARY=TOTAL.

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100.0

Excludeda 0 .0

Total 20 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

(2)

Lampiran 1. (Lanjutan)

PUSKESMAS POLONIA .

RELIABILITY

/VARIABLES=A1 A2 A3 A4 B1 B2 B3 B4 C1 C2 C3 D1 D2 D3 E1 E2 E3 E4 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL

/MODEL=ALPHA /SUMMARY=TOTAL.

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100.0

Excludeda 0 .0

Total 20 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

(3)

Lampiran 2. Hasil Uji Statistik Pengaruh Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian Terhadap Kepuasan Pasien di Puskesmas Padang Bulan dan Puskesmas Polonia Kota Medan

Mann-Whitney Test

Ranks

Mutu N Mean Rank Sum of Ranks

Skor Baik 170 232.34 39497.50

Kurang 170 108.66 18472.50

Total 340

Test Statisticsa

Skor

Mann-Whitney U 3.938E3

Wilcoxon W 1.847E4

Z -11.636

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

(4)

Lampiran 3. Daftar Tilik Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Padang Bulan dan Polonia

DAFTAR TILIK STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS

2. Tenaga Kefarmasian di apotek pernah mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan pelayanan kefarmasian di puskesmas?

Ya Tidak

B. SARANA DAN PRASARANA

NO RUANGAN TERSEDIA TIDAK

TERSEDIA 1. Ruang penerimaan resep

2. Ruang pelayanan dan peracikan resep 3. Ruang penyerahan obat

4. Ruang konseling

5. Ruang penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai

(5)

Lampiran 3. (Lanjutan)

C. PENGELOLAAN OBAT DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI

NO KEGIATAN YA TIDAK

1. Perencanaan kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai

2. Permintaan obat dan bahan medis habis pakai

3. Penerimaan obat dan bahan medis habis pakai

4. Penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai

e. Bentuk dan jenis sediaan

f. Stabilitas (suhu,cahaya,kelembaban) g. Mudah atau tidaknya

meledak/terbakar

h. Narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus

5. Pendistribusian obat dan bahan medis habis pakai

6. Pengendalian obat dan bahan medis habis pakai

d. Penanganan obat hilang e. Penanganan obat rusak f. Penanganan obat kadaluwarsa 7. Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan 8. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan

(6)

Lampiran 3. (Lanjutan)

1. Pemeriksaaan administrasi

a. Nama,umur,jenis kelamin dan berat badan pasien

b. Nama dan paraf dokter c. Tanggal resep

d. Ruangan/unit asal resep

2. Pertimbangan farmasetik yang dilakukan a. Bentuk dan kekuatan sediaan

b. Dosis dan jumlah obat c. Stabilitas dan ketersediaan d. Aturan dan cara penggunaan e. Ketidakcampuran obat

3. Pertimbangan klinis yang dilakukan a. Ketepatan indikasi

b. Dosis obat

c. Waktu penggunaan obat d. Reaksi alergi

e. Interaksi dan efek samping obat f. Kontra indikasi

4. Kegiatan penyerahan (Dispensing) a. Menyiapkan/meracik obat b. Memberikan label/etiket c. Menyerahkan sediaan farmasi d. Pemberian informasi obat

II PELAYANAN INFORMASI OBAT (PIO)

a. Konseling kepada pasien

b. Membuat buletin, leafleat, poster dan lain-lain

c. Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan inap

d. Visite pasien rawat inap

(7)

Lampiran 3. (Lanjutan)

E. PENGENDALIAN MUTU PELAYANAN KEFARMASIAN

NO KEGIATAN YA TIDAK

1. Tersedianya standar prosedur operasional 2. Melakukan monitoring dan evaluasi capaian

pelaksanaan rencana kerja

(8)

Lampiran 4. Kuesioner Penelitian

KUESIONER

PENGARUH PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS PADANG BULAN

DAN POLONIA KOTA MEDAN

Dalam kuesioner ini tidak ada jawaban atau penilaian yang benar atau salah, semua data yang Bapak/Ibu/Saudara/Saudari berikan akan kami rahasiakan dan hanya digunakan dalam rangka penulisan skripsi ini. Saya sebagai peneliti akan sangat berterima kasih jika Bapak/Ibu/Saudara/Saudari bersedia menjawab atau memberi penilaian dengan jawaban atau penilaian yang sebenarnya.

Beri tanda centang( ) pada pilihan yang sesuai 1. Karakteristik Responden

 Mahasiswa/Mahasiswi  Pegawai Negeri Sipil

 Ibu Rumah Tangga  Pedagang

 Pegawai Swasta  Lain-Lain, sebutkan...

5. Sudah berapa kali berkunjung ke puskesmas:  Baru pertama kali

 2-5 kali

(9)

Lampiran 4. (Lanjutan)

Berikan tanda centang ( √ ) pada kolom yang sesuai dengan jawaban Bapak / Ibu / Saudara / Saudari.

NO DAFTAR PERTANYAAN TINGKAT KEPUASAN

TIDAK

PUAS PUAS

SANGAT PUAS

A KEHANDALAN

1 e. Kecepatan pelayanan obat f. g. h.

2 i. Kelengkapan obat j. k. l.

3 m. Keramahan petugas apotek dalam melayani pasien

n. o. p.

4 q. Kesiapan petugas apotek membantu pasien r. s. t.

B KETANGGAPAN

1 e. Ketanggapan petugas apotek terhadap keluhan pasien

f. g. h.

2 i. Pemberian solusi dari petugas terhadap masalah yang dihadapi pasien

j. k. l.

3 m. Komunikasi antara petugas apotek dan pasien n. o. p. 4 q. Informasi petugas apotek tentang resep/obat

yang ditebus

r. s. t.

C KEYAKINAN

1 d. Kemampuan petugas apotek menjawab pertanyaan pasien

e. f. g.

2 h. Kualitas obat yang diperoleh i. j. k.

3 l. Kesesuaian obat yang diterima dengan yang diminta

m. n. o.

D EMPATI

1 d. Perhatian petugas apotek terhadap keluhan pasien

e. f. g.

2 h. Pelayanan kepada semua pasien tanpa memandang status sosial

i. j. k.

3 l. Kenyamanan pasien selama menunggu obat m. n. o.

E FASILITAS BERWUJUD

1 b. Kebersihan dan kerapian apotek c. d. e.

2 Penataan exterior dan interior ruangan apotek 3 Kelengkapan dan kebersihan alat-alat yang

dipakai petugas apotek

(10)
(11)

Lampiran 5. (Lanjutan)

Rata-rata nilai total tingkat kepuasan pasien =

(12)
(13)

Lampiran 5. (Lanjutan)

Rata-rata nilai total tingkat kepuasan pasien =

(14)

Lampiran 6. Persentase Penilaian Pada Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan Pasien di Puskesmas Padang Bulan

a. Kehandalan

1. Tidak puas = � % = , %

2. Puas = � % = , %

3. Sangat Puas = � % = , % b. Ketanggapan

1. Tidak puas = � % = , %

2. Puas = � % = , %

3. Sangat Puas = � % = , % c. Keyakinan

1. Tidak puas = � % = , %

2. Puas = � % = , %

3. Sangat Puas = � % = , % d. Empati

1. Tidak puas = � % = , %

2. Puas = � % = , %

3. Sangat Puas = � % = , % e. Fasilitas Berwujud

1. Tidak puas = � % = , %

2. Puas = � % = , %

(15)

Lampiran 7. Persentase Penilaian Pada Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan Pasien di Puskesmas Polonia

a. Kehandalan

1. Tidak puas = � % = , %

2. Puas = � % = , %

3. Sangat Puas = � % = , % b. Ketanggapan

1. Tidak puas = � % = , %

2. Puas = � % = , %

3. Sangat Puas = - c. Keyakinan

1. Tidak puas = � % = , %

2. Puas = � % = , %

3. Sangat Puas = � % = , % d. Empati

1. Tidak puas = � % = , %

2. Puas = � % = , %

3. Sangat Puas = � % = , % e. Fasilitas Berwujud

1. Tidak puas = � % = , %

2. Puas = � % = , %

(16)
(17)
(18)
(19)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar. (1996). Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binrupa Aksara. Halaman 35.

Bappenas. (2009). Peningkatan Akses Masyarakat Terhadap Kesehatan Yang

Berkualitas. http://old.bappenas.go.id/get-file-server/node/6144. Diakses tanggal: 11 September 2015.

Bustami, M. S. (2011). Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan &

Akseptabilitasnya. Jakarta: Erlangga. Halaman 5-6.

Ditjen Binfar dan Alkes. (2008). Modul TOT Pelayanan Kefarmasian di

Puskesmas. Jakarta: Direktorat Jederal Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan. Halaman 65-7

Fadli, Muhammad. (2015). Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Program Jamkesmas Terhadap Kualitas Pelayanan Kefamasian di Beberapa Rumah Sakit di Kota Medan. Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Halaman 25-26.

Hayaza Yaser T. (2013). Analisis Kepuasan Pasien Terhadap Kualitas Pelayanan Kamar Obat di Puskesmas Surabaya Utara. Jurnal Ilmiah Mahasiswas

Universitas Surabaya. Volume 2 No.2. Halaman 10.

Hidayat. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Halaman 44 .

Kothler. (2003). Manajemen Pemasaran Internasional. New Jersey: Prentice Hall. Halaman 45.

Menkes RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 30 tahun 2014 Tentang

Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta: Kementerian

Kesehatan RI. Halaman 2-25.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 124.

Raosoft. (2004). Raosoft “Sample Size Calculator”. http://www.raosoft.com/ sample size.html?tfrm=5. Diakses tanggal: 10 September 2015

(20)

Sabarguna. (2004). Quality Assurance Pelayanan RS. Jawa Tengah: Konsorsium. Halaman 12.

Sari. N. (2008). Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan Terhadap

Kualitas Pemberian Informasi Obat Instalasi Farmasi Rumah Sakit Orthopedi Prof. Dr. Soeharso Surakarta. http//v2.eprints.ums. ac.id/ archive/etd/15398/5/13. Diakses tanggal: 8 Oktober 2015.

Singarimbun. (2008). Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. Halaman 139. Subekti. (2009). Analisis Hubungan Persepsi Mutu Pelayanan dengan Tingkat

Kepuasan Pasien Balai pengobatan Umum Puskesmas di Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009. Skripsi. Semarang: Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. Halaman 105.

Supranto. (2006). Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikkan

Pangsa Pasar. Cetakan ketiga. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 234.

Surahman dan Husen. (2011). Konsep Dasar Pelayanan Kefarmasian Berbasis

Pharmaceutical Care. Bandung: Widya Padjajaran. Halaman 5.

Tanan, dkk. (2013). Analisis Tingkat Kepuasan Pasien di Puskesmas Bara Permai Kota Palopo. Jurnal AKK vol 2 No 3. Makassar: Halaman 15.

(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian survei deskriptif yang bersifat

cross-sectional, yaitu rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau

pengamatan dalam waktu yang bersamaan antara variabel bebas dan terikat (Hidayat, 2010).

3.2Populasi dan Sampel Data Penelitian 3.2.1 Populasi

Pemilihan puskesmas sebagai tempat penelitian, yaitu secara purposive

sampling yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh

peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2012). Didapat puskesmas padang bulan dan polonia sebagai tempat penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah responden yang datang ke puskesmas. Jumlah populasi dari kedua puskesmas tersebut adalah 2600 orang.

3.2.2 Sampel

Jumlah sampel dihitung menggunakan metode Raosoft Sample Test

Calculator (Raosoft, 2004) dengan margin kesalahan 5%, tingkat kepercayaan

(22)

menjadi responden penelitian yaitu pasien yang mendapat pelayanan obat melalui resep di puskesmas dan pasien yang bersedia diwawancarai sukarela.

3.3 Waktu dan Tempat Pengambilan Data Penelitian

Pengambilan data penelitian dilaksanakan di puskesmas Padang Bulan dan Polonia kota Medan pada bulan September 2015.

3.4Teknik Pengambilan Data

3.4.1 Data Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian

Pengambilan data untuk nilai penerapan standar pelayanan kefarmasian di puskesmas dilakukan secara observasi dan wawancara kepada petugas apotek di puskesmas dengan mengisi daftar tilik pelayanan kefarmasian yang diisi oleh peneliti secara langsung di puskesmas tersebut. Daftar tilik dibuat berdasarkan Permenkes nomor 30 tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di puskesmas, berisi 57 pertanyaan yang terdiri dari 4 butir data dasar puskesmas, dan 53 butir pertanyaan termasuk didalamnya sumber daya manusia, sarana, pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai, pelayanan dan pengendalian mutu pelayanan. Daftar tilik lengkap dapat dilihat pada Lampiran 3.

Nilai standar pelayanan kefarmasian di puskesmas diukur sesuai dengan Modul Training of Trainer (TOT) pelayanan kefarmasian di puskesmas. Dimana untuk setiap pertanyaan pada masing-masing variabel diberi nilai sebagai berikut:

a. Sumber daya manusia

i. Jika terdapat apoteker diberi nilai 2

ii. Jika terdapat tenaga teknis kefarmasian diberi nilai 1

(23)

iv. Jika petugas apotek pernah mengikuti pelatihan diberi nilai 2 v. Jika petugas apotek tidak pernah mengikuti pelatihan diberi nilai 0 b. Sarana dan prasarana

i. Jika tersedia diberi nilai 2 ii. Jika tidak tersedia diberi nilai 0

c. Pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai i. Jawaban iya diberi nilai 2

ii. Jawaban tidak diberi nilai 0 d. Pelayanan farmasi klinik

i. Jika dilakukan oleh apoteker diberi nilai 2

ii. Jika dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian diberi nilai 1 iii. Jika tidak dilakukan diberi nilai 0

e. Pengendalian mutu pelayanan kefarmasian i. Jawaban iya diberi nilai 2

ii. Jawaban tidak diberi nilai 0

Kemudian nilai tersebut dijumlahkan dan hasil yang diperoleh dibagi atas tiga kategori dengan range yang susuai.

a. Kategori I dengan total nilai > 86 dikatakan baik b. Kategori II dengan total nilai 65-85 dikatakan sedang c. Kategori III dengan total nilai < 65 dikatakan kurang

(Ditjen Binfar dan Alkes, 2008). 3.4.2 Data Kepuasan Pasien

(24)

resep di puskesmas dan pasien yang bersedia diwawancarai sukarela. Kuesioner berisi 23 pertanyaan yang terdiri dari 5 pertanyaan untuk karakteristik pasien, dan 18 pertanyaan mengenai kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian di puskesmas. Kuesioner lengkap dapat dilihat pada Lampiran 5.

Penilaian tingkat kepuasan dilakukan terhadap variabel-variabel berikut: a. Kehandalan, yaitu kemampuan memberikan pelayanan dengan segera,

tepat (akurat), dan memuaskan. Dalam hal ini adalah melayani secara benar.

b. Ketanggapan, yaitu keinginan para karyawan/staf membantu semua pelanggan serta berkeinginan dan melaksanankan pemberian pelayanan dengan tanggap. Dalam hal ini adalah sikap dari penyedia jasa yang penuh perhatian, cepat dan tepat dalam menghadapi permintaan.

c. Keyakinan, yaitu karyawan/staf memiliki kompetensi, kesopanan dan dapat dipercaya, bebas dari bahaya, serta bebas dari risiko dan keragu-raguan. Dalam hal ini adalah pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan jasa.

d. Empati, yaitu karyawan/staf mampu menempatkan dirinya pada pelanggan, dapat berupa kemudahan dalam menjalin hubungan dan komunikasi termasuk perhatiannya terhadap para pelanggannya, serta dapat memahami kebutuhan dari pelanggan. Dalam hal ini adalah perhatian yang diberikan kepada pelanggan.

(25)

Cara penilaian untuk tiap pertanyaan dengan memberikan nilai pada masing-masing pilihan jawaban berdasarkan Permenkes No.30 tahun 2014.

Kategori Nilai

Sangat puas 3

Puas 2

Tidak puas 1

Penilaian total skor dari setiap pasien yaitu dilakukan dengan menjumlahkan nilai dari variable-variabel pertanyaan.

Total skor kepuasan pasien Kategori 1 – 18 Tidak puas

19 – 36 Puas

37 - 54 Sangat puas

3.5 Uji Validitas

Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Sebelum kuesioner disebarkan kepada responden, kuesioner harus di uji validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu, agar instrument atau variabel yang digunakan terbukti baik dan handal.

Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah isi dari butir pertanyaan dalam suatu kuesioner sudah valid. Uji validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Suatu pertanyaan dikatakan valid atau bermakna sebagai alat pengumpul data bila korelasi hasil hitung lebih besar dari angka kritis (r hitung > r table) (Singarimbun, 2008).

(26)

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas

(27)

Tabel 3.2 Hasil Uji Reliabilitas

Puskesmas Crobanch’s Alpha Status

Padang Bulan 0,885 Reliabel

Polonia 0,897 Reliabel

Dari hasil uji reliabilitas yang telah dilakukan, diketahui bahwa kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini sudah reliable.

3.7 Definisi Operasional

a. Standar pelayanan kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian (Menkes, RI., 2014).

b. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung yang bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Menkes, RI., 2014).

c. Kepuasan pasien merupakan nilai subyektif terhadap kualitas pelayanan yang diberikan (Sabarguna, 2004)

d. Pasien adalah orang yang membutuhkan pelayanan obat melalui resep di apotek.

3.8 Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Menyiapkan lembar daftar tilik pelayanan kefarmasian untuk mengetahui

(28)

b. Meminta izin Dekan Fakultas Farmasi USU untuk melakukan penelitian di puskesmas tersebut.

c. Meminta izin Dinas Kesehatan kota Medan untuk melakukan penelitian di puskesmas tersebut.

d. Mendatangi puskesmas tersebut dan memberikan surat izin dari Dinas Kesehatan kota Medan untuk melakukan penelitian.

e. Mengisi daftar tilik pelayanan kefarmasian yang dilakukan oleh peneliti di puskesmas tersebut, dan mewawancarai setiap pasien yang menebus obat di ruang apotek.

f. Melakukan analisis data hasil daftar tilik dan kuesioner, selanjutnya membuat laporan penelitian.

3.9 Analisis Data

Data diolah menggunakan program Microsoft Excel, disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan dianalisis secara statistik menggunakan program

(29)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian

Standar pelayanan kefarmasian di puskesmas dapat dilihat dari sumber daya masnusia, sarana dan prasarana, pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai, pelayanan farmasi klinik dan pengendalian mutu pelayanan kefarmasian. 4.1.1 Sumber Daya Manusia

Penyelengaraan pelayanan kefarmasian di puskesmas minimal harus dilaksanakan oleh satu orang tenaga Apoteker sebagai penanggung jawab dan dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian sesuai kebutuhan (Menkes, RI., 2014).

Semua tenaga kefarmasian harus selalu meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku dalam rangka menjaga dan meningkatkan kompetensinya untuk memberikan pelayanan kefarmasian yang bermutu kepada pasien. Data sumber daya manusia yang diperoleh di puskesmas Padang Bulan dan Polonia dapat dilihat di Tabel 4.1.

Tabel. 4.1 Data Sumber Daya Manusia

No Sumber Daya Manusia Jumlah Skor

P.Padang Bulan P.Polonia

1 Ketenagaan 3 poin 1 poin

2

(30)

kefarmasian. Pada puskesmas Polonia hanya ada petugas asisten apoteker saja. Untuk petugas apotek yang pernah mengikuti pelatihan, dari kedua puskesmas tersebut petugas apotek pernah mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan pelayanan kefarmasian.

4.1.2 Sarana Dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang diperlukan adalah ketersediaan ruangan yang diperlukan untuk menunjang pelayanan kefarmasian di puskesmas. Istilah ‘ruang’

disini tidak harus diartikan sebagai wujud ‘ruangan’ secara fisik, namun lebih

kepada fungsi yang dilakukan. Bila memungkinkan, setiap fungsi tersebut disediakan ruangan secara tersendiri. Jika tidak, maka dapat digabungkan lebih dari satu fungsi, namun harus terdapat pemisahan yang jelas antar fungsi (Menkes, RI., 2014). Data sarana dan prasarana yang diperoleh di puskesmas padang bulan dan polonia dapat dilihat di Tabel 4.2.

Tabel. 4.2 Data Sarana dan Prasarana

No Ruangan Jumlah Skor

5 Ruang Penyimpanan obat dan bahan

medis habis pakai 2 poin 2 poin

6 Ruang arsip 2 poin 2 poin

Total skor 10 poin 10 poin

(31)

4.1.3 Pengelolaan Obat Dan Bahan Medis Habis Pakai

Pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai merupakan salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian yang dimulai dari perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi. Tujuannya adalah untuk menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan obat dan bahan medis habis pakai yang efisien, efektif dan rasional (Menkes, RI., 2014). Data pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai yang diperoleh di puskesmas padang bulan dan polonia dapat dilihat di Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Data Pengelolaan Obat Dan Bahan Medis Habis Pakai

No Kegiatan Jumlah Skor b. Stabilitas(suhu,cahaya,kelembaban) 0 poin 0 poin c. Mudah atau tidaknya

meledak/terbakar 0 poin 0 poin

d. Narkotika dan psikotropika

disimpan dalam lemari khusus 2 poin 2 poin

5. Pendistribusian 2 poin 2 poin

6. Pengendalian

a. Penanganan obat hilang 0 poin 0 poin

b. Penanganan obat rusak 2 poin 2 poin

c. Penanganan obat kadaluwarsa 2 poin 2 poin 7. Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan 2 poin 2 poin 8. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan

obat dan bahan medis habis pakai 2 poin 2 poin

Total skor 20 poin 20 poin

(32)

standar, karena tidak mempertimbangkan stabilitas (suhu, cahaya dan kelembaban) serta mudah atau tidaknya meledak obat dan bahan medis habis pakai. Penyimpanan obat di puskesmas Padang Bulan dan puskesmas Polonia hanya berdasarkan bentuk dan jenis sediaan. Kemudian pengendalian obat hilang yang tidak dilakukan oleh petugas.

4.1.4 Pelayanan Farmasi Klinik

Pelayanan kefarmasian di puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari pelayanan kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan obat dan bahan medis habis pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Menkes, RI., 2014). Data pelayanan farmasi klinik yang diperoleh di puskesmas padang bulan dan polonia dapat dilihat di Tabel 4.4. Tabel. 4.4 Data Pelayanan Farmasi Klinik

No Kegiatan Jumlah Skor

P.Padang Bulan P.Polonia I Pelayanan Resep

1.Pemeriksaan administrasi 9 poin 3 poin

2.Pertimbangan farmasetik 15 poin 5 poin

3.Pertimbangan klinis 18 poin 6 poin

4.Kegiatan penyerahan (dispensing) 12 poin 4 poin

II Pelayanan Informasi Obat 3 poin 1 poin

Total skor 57 poin 19 poin

(33)

teknis kefarmasian membuat pelayanan kefarmasian di puskesmas Padang Bulan lebih optimal bila dibandingkan dengan puskesmas Polonia yang hanya dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian saja. Pada pelayanan resep yang meliputi pemeriksaan administrasi, pertimbangan farmasetik, pertimbangan klinis dan kegiatan penyerahan (dispensing) secara umum sudah dilakukan secara baik di puskesmas Padang Bulan, karena dilakukan secara bergantian oleh apoteker dan tenaga teknis kefarmasian, bila dibandingkan dengan puskesmas Polonia yang juga melakukan pelayanan resep, namun hanya dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian.

Pelayanan informasi obat yang meliputi konseling kepada pasien, membuat buletin/leafleat/poster, penyuluhan pasien rawat jalan, visit pasien, pemantauan efek samping obat, pemantauan terapi obat dan evaluasi penggunaan obat pasien secara umum belum dilakukan secara baik di puskesmas padang bulan dan puskesmas polonia, padahal ini merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan terapi obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping.

Berdasarkan Permenkes No.30 tahun 2014 disebutkan bahwa tujuan dilakukannya konseling adalah memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama pengobatan, efek samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaaan obat.

4.1.5 Pengendalian Mutu Pelayanan Kefarmasian

(34)

pengobatan/medikasi (medication error), yang bertujuan untuk keselamatan pasien (patient care) (Menkes, RI., 2014). Data pengendalian mutu pelayanan kefarmasian yang diperoleh, dapat dilihat di Tabel 4.5.

Tabel. 4.5 Data Pengendalian Mutu Pelayanan Kefarmasian

No Kegiatan Jumlah Skor

P.Padang Bulan P.Polonia 1 Tersedianya prosedur operasional 2 poin 2 poin 2 Melakukan monitoring dan evaluasi

capaian pelaksanaan rencana kerja 2 poin 2 poin 3 Melakukan perbaikan dan peningkatan

pelayanan sesuai standar 2 poin 2 poin

Total skor 6 poin 6 poin

Dari hasil data yang diperoleh menunjukan bahwa puskesmas Padang Bulan dan Polonia sudah melakukan kegiatan pengendalian mutu pelayanan kefarmasian sesuai standar. Pengendalian mutu pelayanan kefarmasian di puskesmas penting untuk dilakukan sesuai dengan Permenkes No. 30 tahun 2014 pasal 5, untuk menjamin mutu pelayanan kefarmasian di puskesmas harus dilakukan monitoring dan evaluasi mutu pelayananan kefarmasian.

4.1.6 Hasil Perhitungan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas

Standar pelayanan kefarmasian dipuskesmas dihitung berdasarkan sumber daya manusia, sarana dan prasarana, pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai, pelayanan farmasi klinik dan pengendalian mutu pelayanan kefarmasian. Kemudian dihitung total skor yang diperoleh. Hasil total skor untuk puskesmas Padang Bulan dan puskesmas Polonia dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel. 4.6 Hasil Perhitungan Standar Pelayanan Kefarmasian

No Puskesmas Total Skor Kategori Skor

1 Puskesmas Padang Bulan 98 poin Baik

(35)

Standar pelayanan kefarmasian di puskesmas Padang Bulan berdasarkan kategori skor termasuk dalam kategori baik, di puskesmas Polonia termasuk kategori kurang.

4.2 Kepuasan Pasien

Menurut Sabarguna (2004), kepuasan pasien merupakan nilai subyektif terhadap kualitas pelayanan yang diberikan. Kepuasan konsumen dapat mempengaruhi minat untuk kembali ke puskesmas yang sama. Kepuasan merupakan pengalaman konsumen yang akan mengendap di dalam ingatan konsumen dan mempengaruhi proses pengambilan keputusan pengambilan ulang produk yang sama (Supranto, 2006).

4.2.1 Karakteristik Responden Penelitian

(36)

Tabel. 4.7 Data Karakteristik Responden

5. Berapa kali berkunjung ke puskesmas

Baru pertama kali 6 3,53 10 5,88

2 - 5 kali 153 90 131 77,06

Lebih dari 5 kali 11 6,47 29 17,06

(37)

sebesar 27,66% dan SMA sebesar 41,76%. Berdasarkan tingkat pendidikan, banyak konsumen yang datang ke apotek memiliki cukup pengetahuan sehingga dapat membantu peneliti untuk menjawab pertanyaan yang diberikan dengan memberikan penilaian yang obyektif.

Berdasarkan pekerjaan dari responden yang diamati, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang datang menebus resep ke apotek puskesmas Padang Bulan yaitu ibu rumah tangga dengan persentase 44,71% dan di puskesmas Polonia 60%. Berdasarkan frekuensi kunjungan responden ke puskesmas rata-rata sudah pernah berkunjung 2-5 kali sebesar 90% ke puskesmas Padang Bulan dan 77,06% ke puskesmas Polonia. Hal ini terjadi karena obat yang diberikan dokter hanya untuk penggunaan selama 3 hari.

4.2.2 Distribusi Penilaian Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan Pasien

(38)

Tabel 4.8 Data Penilaian pada Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan Pasien.

Keterangan: 1 (tidak puas), 2 (puas), 3 (sangat puas) NO Variabel-Variabel

1 a. Ketanggapan petugas apotek

terhadap keluhan pasien 18 118 34 11

5 55 -

2

b. Pemberian solusi dari petugas terhadap masalah yang dihadapi pasien

23 120 27 97 73 - 3 c. Komunikasi antara petugas

apotek dan pasien 16 124 30 89 81 -

4 d. Informasi petugas apotek

tentang resep/obat yang ditebus 4 118 48 10

9 61 -

C KEYAKINAN

1 a. Kemampuan petugas apotek

menjawab pertanyaan pasien 13 110 47 75 95 - 2 b. Kualitas obat yang diperoleh 17 127 26 10 145 15 3 c. Kesesuaian obat yang diterima

dengan yang diminta 14 156 - 9 151 10

D EMPATI

1 a. Perhatian petugas apotek

terhadap keluhan pasien 19 110 41 93 77 - 2 b. Pelayanan tanpa memandang

status sosial 6 164 - 5 165 -

3 c. Kenyamanan pasien 10 143 17 12 134 24 E FASILITAS BERWUJUD

1 a. Kebersihan dan kerapian apotek 15 126 29 15 120 35 2 Penataan exterior dan interior

ruangan apotek 22 140 8 3 147 20

3 Kelengkapan dan kebersihan

alat-alat yang dipakai petugas 16 154 - 9 161 - 4 Kebersihan dan kerapian petugas

(39)

4.2.2.1 Kehandalan

Kehandalan adalah kemampuan memberikan pelayanan dengan segera, tepat (akurat), dan memuaskan (Bustami, 2011). Berdasarkan semua variable kehandalan yang diperoleh di puskesmas padang bulan dan polonia mayoritas pasien merasa puas terhadap kecepatan pelayanan obat, kelengkapan obat, keramahan petugas apotek dan kesiapan untuk membantu pasien. Jika dilihat dari perbedaan persentase puas yang diperoleh yaitu puskesmas Padang Bulan lebih baik dengan persentase 74,56%, sedangkan Polonia 63,24%. Dipuskesmas Padang Bulan tidak ada satupun pasien yang merasa sangat puas terhadap kelengkapan obat, karena masih ada pasien yang menerima obat tidak lengkap. Berdasarkan kesiapan petugas apotek, tidak ada satupun pasien merasa sangat puas di puskesmas Polonia karena petugas sering tidak ada di ruangan. Persentase penilaian pada variabel-variabel yang mempengaruhi tingkat kepuasan pasien dapat dilihat pada Tabel 4.9.

4.2.2.2 Ketanggapan

(40)

dibantu tenaga teknis kefarmasian membuat pelayanan kefarmasian lebih optimal. Sedangkan di puskesmas polonia mayoritas pasien merasa tidak puas terhadap variable ketanggapan dengan persentase 60,29% dan tidak ada satupun pasien yang merasa sangat puas, karena nilai standar pelayanan kefarmasiannya berada di kategori kurang. Hal ini terjadi karena kegiatan pelayanan kefarmasian hanya dilakukan sendiri oleh tenaga teknis kefarmasian, sehingga pelayanan tidak optimal.

Informasi obat merupakan salah satu hal penting dalam pelayanan kefarmasian, oleh karena itu petugas apotek harus mampu memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti oleh pasien. Manfaat adanya pemberian informasi obat yaitu, mengurangi resiko terjadinya kesalahan dan ketidakpatuhan pasien terhadap aturan pemakaian obat, mengurangi resiko terjadinya efek samping obat, menambah keyakinan akan efektivitas dan kemampuan obat yang digunakan (Sari, 2008). Persentase penilaian pada variabel-variabel yang mempengaruhi tingkat kepuasan pasien dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Persentase Penilaian pada Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan Pasien.

No Variabel-Variabel

Puskesmas Padang

Bulan (%) Puskesmas Polonia (%)

(41)

3.2.2.3Keyakinan

Keyakinan adalah pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan jasa (Bustami,2011). Berdasarkan variabel keyakinan yang diperoleh di puskesmas Padang Bulan dan Polonia, sebagian besar pasien merasa puas terhadap kemampuan petugas apotek menjawab pertanyaan pasien, kualitas obat yang diperoleh dan kesesuaian obat yang diterima dengan yang diminta. Berdasarkan perbedaan persentasenya hanya terjadi sedikit perbedaan, yaitu di puskesmas Padang Bulan memperoleh persentase 77,09% sedangkan Polonia 76,67%. Hal ini terjadi karena petugas memiliki pengetahuan dan pengalaman yang baik selama bekerja. Berdasarkan kemampuan petugas dalam menjawab pertanyaan pasien, tidak ada satupun pasien yang merasa sangat puas di puskesmas Polonia, karena kurangannya komunikasi antara petugas dan pasien. Berdasarkan kesesuaian obat yang diterima dengan yang diminta, tidak ada satupun pasien yang merasa sangat puas di puskesmas Padang Bulan, karena ketersediaan obat yang kurang lengkap. Persentase penilaian pada variabel-variabel yang mempengaruhi tingkat kepuasan pasien dapat dilihat pada Tabel 4.9.

4.2.2.4 Empati

(42)

pelanggan, sehingga terjadi kemudahan dalam menjalin hubungan dan komunikasi termasuk perhatiannya terhadap para pelanggannya, serta dapat memahami kebutuhan dari pelanggan. Berdasarkan perhatian petugas apotek terhadap keluhan pasian, tidak ada satupun pasien yang merasa sangat puas di puskesmas Polonia dan masih banyak pasien yang merasa tidak puas. Hal ini terjadi karena kurangnya jumlah ketenagaan yang ada, sehingga petugas kurang perhatian terhadap pasien dan terlalu sibuk untuk mempersiapkan obat. Berdasarkan pelayanan tanpa memandang status sosial, tidak ada satupun pasien yang merasa sangat puas di puskesmas Padang Bulan dan Polonia, karena sebagian besar pasien hanya merasa puas. Persentase penilaian pada variabel-variabel yang mempengaruhi tingkat kepuasan pasien dapat dilihat pada Tabel 4.9.

4.2.2.5 Fasilitas Berwujud

(43)

ruangan dan kerapian petugas sangat terjaga. Berdasarkan kelengkapan dan kebersihan alat-alat yang dipakai petugas, sebagian besar pasien merasa puas dan tidak ada satupun pasien yang merasa sangat puas. Persentase penilaian variabel-variabel yang mempengaruhi kepuasan pasien dapat dilihat pada Tabel 4.9.

4.2.3 Tingkat Kepuasan Pasien

Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwah tingkat kepuasan pasien di puskesmas padang bulan yaitu, merasa puas sebanyak 57 pasien (33,53%) dan merasa sangat puas sebanyak 113 pasien (66,47%), sedangkan di puskesmas polonia merasa puas sebanyak 153 pasien (90%) dan merasa sangat puas sebanyak 17 pasien (10%) dan tidak ada satupun pasien yang merasa tidak puas di puskesmas Padang Bulan dan Polonia. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.10. Tabel. 4.10 Data Kepuasan Pasien

Kepuasan Pasien

Puskesmas Padang Bulan Puskesmas Polonia Jumlah Responden yang dapat dilihat pada Gambar 4.1.

(44)

Gambar 4.1 Grafik Kepuasan Pasien vs jumlah pasien

Pengukuran kepuasan pasien merupakan elemen penting dalam mengetahui standar pelayanan yang telah dilakukan. Apabila pasien merasa sangat puas terhadap suatu pelayanan jasa, maka dapat dipastikan pelayanan tersebut sudah memenuhi standar pelayanan.Menurut Sabarguna (2004), kepuasan pasien merupakan nilai subyektif terhadap kulaitas pelayanan yang diberikan. Kualitas berdampak langsung pada kinerja atau jasa. Kepuasan merupakan hal yang penting untuk menilai mutu pelayanan dari pelayanan suatu pemberi jasa dan menilai keberhasilan dari suatu organisasi (Kothler, 2003).

4.3 Pengaruh Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian Terhadap Kepuasan Pasien di Puskesmas Padang Bulan dan Polonia

Berdasarkan hasil uji statistik pengaruh penerapan standar pelayanan kefarmasian terhadap kepuasan pasien di puskesmas Padang Bulan dan puskesmas Polonia menggunakan uji Mann-Whiteney Test menunjukkan nilai signifikan < 0,05, maka terdapat perbedaan yang bermakna, dimana ada pengaruh yang signifikan hasil penilaian standar pelayanan kefarmasian di puskesmas padang bulan dan puskesmas polonia terhadap tingkat kepuasan pasien. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11 Hasil Uji Statistik Pengaruh Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian Terhadap Kepuasan Pasien di Puskesmas Padang Bulan dan Puskesmas Polonia Kota Medan

Variabel Uji Metode Hasil Uji

Penerapan standar pelayanan vs Kepuasan paien

(45)
(46)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

a. Penerapan standar pelayanan kefarmasian di puskesmas padang bulan termasuk dalam kategori baik, sedangkan di puskesmas polonia termasuk dalam kategori kurang.

b. Berdasarkan nilai rata-rata dari total kepuasan pasien, tingkat kepuasan pasien di puskesmas Padang Bulan termasuk kategori sangat puas, sedangkan di puskesmas Polonia termasuk kategori puas.

c. Penerapan standar pelayanan kefarmasian di puskesmas padang bulan dan puskesmas polonia terhadap kepuasan pasien dengan uji Mann-Whiteney Test memperoleh nilai sig. < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan standar pelayanan kefarmasian memiliki pengaruh signifikan terhadap kepuasan pasien, dengan nilai standar pelayanan kefarmasian yang tinggi mempengaruhi tingkat kepuasan pasien yang tinggi juga.

5.2 Saran

a. Disarankan untuk dinas kesehatan kota Medan agar menempatkan petugas apoteker di puskesmas polonia sebagai penanggung jawab ruangan apotek sehingga palayanan kefarmasian lebih optimal.

(47)
(48)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Menkes, RI., 2014). Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang menyelenggarakan upaya kesehatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan (Menkes, RI., 2014).

2.2 Gambaran Umum Puskesmas Kota Medan

Menurut Dinas Kesehatan Kota Medan, jumlah seluruh puskesmas di Kota Medan pada tahun 2015 adalah 39 puskesmas induk (13 puskesmas rawat inap dan 26 puskesmas rawat jalan) dan 41 puskesmas pembantu (Pustu) yang terletak di 21 kecamatan di kota Medan.

2.3 Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas

(49)

dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Menkes, RI., 2014)..

2.3.1 Sumber Daya Manusia

Penyelengaraan pelayanan kefarmasian di puskesmas minimal harus dilaksanakan oleh 1 (satu) orang tenaga apoteker sebagai penanggung jawab, yang dapat dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian sesuai kebutuhan. Jumlah kebutuhan apoteker di puskesmas dihitung berdasarkan rasio kunjungan pasien, baik rawat inap maupun rawat jalan. Rasio untuk menentukan jumlah apoteker di puskesmas adalah 1 (satu) Apoteker untuk 50 (lima puluh) pasien perhari. Semua tenaga kefarmasian harus memiliki surat tanda registrasi dan surat izin praktik untuk melaksanakan pelayanan kefarmasian di fasilitas pelayanan kesehatan termasuk puskesmas, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Menkes, RI., 2014).

(50)

2.3.2 Sarana dan Prasarana

Sarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan kefarmasian di puskesmas meliputi sarana yang memiliki fungsi:

a. Ruang penerimaan resep

Ruang penerimaan resep meliputi tempat penerimaan resep, jika memungkinkan ruang penerimaan resep ditempatkan pada bagian paling depan dan mudah terlihat oleh pasien.

b. Ruang pelayanan resep dan peracikan

Ruang pelayanan resep dan peracikan atau produksi sediaan secara terbatas meliputi rak obat sesuai kebutuhan dan meja peracikan. Di ruang peracikan disediakan peralatan peracikan, timbangan obat, air minum (air mineral) untuk pengencer, sendok obat, bahan pengemas obat, lemari pendingin, termometer ruangan, blanko salinan resep, etiket dan label obat, buku catatan pelayanan resep, buku-buku referensi/standar sesuai kebutuhan, serta alat tulis secukupnya. Ruang ini diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang cukup. Jika memungkinkan disediakan pendingin ruangan (air conditioner) sesuai kebutuhan.

c. Ruang penyerahan obat

Ruang penyerahan obat meliputi konter penyerahan obat, buku pencatatan penyerahan dan pengeluaran obat. Ruang penyerahan obat dapat digabungkan dengan ruang penerimaan resep.

d. Ruang konseling

(51)

catatan konseling, formulir jadwal konsumsi obat, formulir catatan pengobatan pasien, dan lemari arsip (filling cabinet), serta 1 (satu) set komputer, jika memungkinkan.

e. Ruang penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai

Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur, kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan keamanan petugas. Selain itu juga memungkinkan masuknya cahaya yang cukup. Ruang penyimpanan yang baik perlu dilengkapi dengan rak/lemari obat, pallet, pendingin ruangan (AC), lemari pendingin, lemari penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika, lemari penyimpanan obat khusus, pengukur suhu, dan kartu suhu. f. Ruang arsip

Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan dengan pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai dan pelayanan kefarmasian dalam jangka waktu tertentu. Ruang arsip memerlukan ruangan khusus yang memadai dan aman untuk memelihara dan menyimpan dokumen dalam rangka untuk menjamin penyimpanan sesuai hukum, aturan, persyaratan, dan teknik manajemen yang baik.

Istilah ‘ruang’ di sini tidak harus diartikan sebagai wujud ‘ruangan’ secara

(52)

2.3.3 Pengelolaan Obat Dan Bahan Medis Habis Pakai

Pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai merupakan salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi. Kegiatan pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai meliputi:

a. Perencanaan kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai

Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi obat dan bahan medis habis pakai untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan puskesmas.

b. Permintaan obat dan bahan medis habis pakai

Tujuan permintaan obat dan bahan medis habis pakai adalah memenuhi kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai di puskesmas, sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat. Permintaan diajukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan pemerintah daerah setempat.

c. Penerimaan obat dan bahan medis habis pakai

Penerimaan obat dan bahan medis habis pakai adalah suatu kegiatan dalam menerima obat dan bahan medis habis pakai dari instalasi farmasi Kabupaten/Kota sesuai dengan permintaan yang telah diajukan.

d. Penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai

(53)

persyaratan yang ditetapkan. Penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

i. Bentuk dan jenis sediaan

ii. Stabilitas (suhu, cahaya, kelembaban) iii. Mudah atau tidaknya meledak/terbakar

iv. Narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus. e. Pendistribusian obat dan bahan medis habis pakai

Pendistribusian obat dan bahan medis habis pakai merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat dan bahan medis habis pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit/satelit farmasi puskesmas dan jaringannya. Sub-sub unit di puskesmas dan jaringannya antara lain:

i. Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas; ii. Puskesmas Pembantu

iii. Puskesmas Keliling iv. Posyandu

v. Polindes

f. Pengendalian obat dan bahan medis habis pakai

Pengendalian obat dan bahan medis habis pakai adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar. Pengendalian obat terdiri dari:

(54)

iii. Penanganan obat hilang, rusak, dan kadaluwarsa. g. Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan

Pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat dan bahan medis habis pakai secara tertib, baik obat dan bahan medis habis pakai yang diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di puskesmas atau unit pelayanan lainnya.

h. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai

Pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk:

i. Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai sehingga dapat menjaga kualitas maupun pemerataan pelayanan

ii. Memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai

iii. Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan (Menkes, RI., 2014).

2.3.4 Pelayanan Farmasi Klinik

Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari pelayanan kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan obat dan bahan medis habis pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Menkes, RI., 2014)

Pelayanan farmasi klinik meliputi:

(55)

Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.

Persyaratan administrasi meliputi:

i. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien ii. Nama, dan paraf dokter

iii. Tanggal resep

iv. Ruangan/unit asal resep Persyaratan farmasetik meliputi:

i. Bentuk dan kekuatan sediaan ii. Dosis dan jumlah obat iii. Stabilitas dan ketersediaan iv. Aturan dan cara penggunaan

v. Inkompatibilitas (ketidakcampuran obat) Persyaratan klinis meliputi:

i. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat ii. Duplikasi pengobatan

iii. Alergi, interaksi dan efek samping obat iv. Kontra indikasi

v. Efek adiktif.

(56)

b. Pelayanan informasi obat (PIO)

Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.

Kegiatan:

i. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara pro aktif dan pasif.

ii. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon, surat atau tatap muka.

iii. Membuat buletin, leaflet, label obat, poster, majalah dinding dan lain-lain. iv. Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap,

serta masyarakat.

v. Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya terkait dengan obat dan bahan medis habis pakai. vi. Mengoordinasikan penelitian terkait obat dan kegiatan pelayanan

kefarmasian. c. Konseling

(57)

d. Ronde/Visite pasien

Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan secara mandiri atau bersama tim profesi kesehatan lainnya terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi, dan lain-lain.

Tujuan:

i. Memeriksa obat pasien

ii. Memberikan rekomendasi kepada dokter dalam pemilihan obat dengan mempertimbangkan diagnosis dan kondisi klinis pasien

iii. Memantau perkembangan klinis pasien yang terkait dengan penggunaan obat

iv. Berperan aktif dalam pengambilan keputusan tim profesi kesehatan dalam terapi pasien.

e. Pemantauan dan pelaporan efek samping obat (ESO)

Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis.

f. Pemantauan terapi obat (PTO)

Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan terapi obat yang efektif, terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping.

Kriteria pasien:

(58)

iii. Adanya multidiagnosis

iv. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati v. Menerima obat dengan indeks terapi sempit

vi. Menerima obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat yang merugikan

g. Evaluasi penggunaan obat

Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan obat secara terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional) (Menkes, RI., 2014).

2.3.5 Pengendalian Mutu Pelayanan Kefarmasian

Pengendalian mutu pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan untuk mencegah terjadinya masalah terkait obat atau mencegah terjadinya kesalahan pengobatan atau kesalahan pengobatan/medikasi (medication error), yang bertujuan untuk keselamatan pasien (patient safety).

Kegiatan pengendalian mutu pelayanan kefarmasian meliputi:

a. Perencanaan, yaitu menyusun rencana kerja dan cara monitoring dan evaluasi untuk peningkatan mutu sesuai standar.

b. Pelaksanaan, yaitu:

i. Monitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan rencana kerja (membandingkan antara capaian dengan rencana kerja)

ii. Memberikan umpan balik terhadap hasil capaian. c. Tindakan hasil monitoring dan evaluasi, yaitu:

(59)

ii. Meningkatkan kualitas pelayanan jika capaian sudah memuaskan (Menkes, RI., 2014).

2.4 Kepuasan Pasien

Menurut Azwar (1996), pelanggan adalah seorang atau sekelompok orang yang menggunakan atau menikmati produk berupa barang atau jasa. Seorang pelanggan jika merasa puas dengan nilai yang diberikan oleh jasa pelayanan sangat besar kemungkinannya untuk menjadi pelanggan dalam waktu yang lama (Umar, 1996).

Kepuasan pasien merupakan nilai subyektif terhadap kualitas pelayanan yang diberikan. Tapi walaupun subyektif tetap ada dasar obyektifnya, artinya walaupun penilaian itu dilandasi oleh pengalaman masa lalu, pendidikan, situasi psikis waktu itu dan pengaruh lingkungan waktu itu, tetapi tetap akan didasari oleh kebenaran dan kenyataan obyektif yang ada (Sabarguna, 2004). Oleh karena itu kepuasan pasien sangat dipengaruhi oleh kualitas pelayanan dari penyedia jasa, apabila kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien baik maka akan memberikan pengaruh terhadap kepuasan pasien, namun sebaliknya apabila kualitas pelayanan yang diberikan tidak baik maka akan menimbulakan ketidakpuasan atau keluhan pasien.

(60)

Menurut Bustami (2011), terdapat lima determinan atau penentuan mutu pelayanan yang akhirnya menjadi penentu tingkat kepuasan yang dapat dirincikan sebagai berikut:

a. Kehandalan, yaitu kemampuan memberikan pelayanan dengan segera, tepat (akurat), dan memuaskan. Dalam hal ini adalah melayani secara benar.

b. Ketanggapan, yaitu keinginan para karyawan/staf membantu semua pelanggan serta berkeinginan dan melaksanankan pemberian pelayanan dengan tanggap. Dalam hal ini adalah sikap dari penyedia jasa yang penuh perhatian, cepat dan tepat dalam menghadapi permintaan.

c. Keyakinan, yaitu karyawan/staf memiliki kompetensi, kesopanan dan dapat dipercaya, bebas dari bahaya, serta bebas dari risiko dan keragu-raguan. Dalam hal ini adalah pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan jasa.

d. Empati, yaitu karyawan/staf mampu menempatkan dirinya pada pelanggan, dapat berupa kemudahan dalam menjalin hubungan dan komunikasi termasuk perhatiannya terhadap para pelanggannya, serta dapat memahami kebutuhan dari pelanggan. Dalam hal ini adalah perhatian yang diberikan kepada pelanggan.

(61)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Upaya kesehatan bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, juga mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, yang dilakukan dengan pendekatan, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan, yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (Surahman dan Husen, 2011).

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebagai tempat upaya kesehatan tingkat pertama memiliki tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat yang secara administratif berdomisili diwilayah kerjanya (Tanan, 2013). Dengan adanya puskesmas diharapkan masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan bermutu dengan akses termudah dan biaya yang terjangkau (Bappenas, 2009).

Pelayanan kefarmasian di puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat (Menkes RI, 2014). Tuntutan pasien dan masyarakat akan peningkatan mutu pelayanan kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari paradigma lama yang berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi paradigma baru yang berorientasi pada pasien

(patient oriented) dengan filosofi pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care).

(62)

Kepuasan pasien merupakan nilai subyektif terhadap kualitas pelayanan yang diberikan (Sabarguna, 2004). Seorang pasien jika merasa puas dengan nilai yang diberikan oleh jasa pelayanan, sangat besar kemungkinannya untuk menjadi pelanggan dalam waktu yang lama (Umar, 1996).

Hayaza (2013) dalam penelitiannya menguji pelayanan kefarmasian di kamar obat puskesmas Surabaya Utara yang dilakukan dengan observasi oleh peneliti memperoleh persentase 86,23% yang dapat disimpulkan dalam tingkat yang baik, sedangkan kepuasan konsumen dalam pelayanan kefarmasian termasuk tingkat cukup puas. Persepsi pasien terhadap mutu pelayanan obat di puskesmas kabupaten Tasikmalaya termasuk dalam kategori kurang, sehingga sangat berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pasien (Subekti, 2009).

Permenkes RI No.30/MENKES/SK/2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di puskesmas adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian, menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dan melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient

safety) (Menkes, RI., 2014). Untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian

yang optimal, maka puskesmas harus mampu menerapakan standar pelayanan yang berkualitas sehingga mampu memberikan kepuasan kepada pasien.

(63)

sudah memiliki apoteker penanggung jawab dan di puskesmas Polonia yang belum memiliki apoteker penanggung jawab karena untuk membandingkan diantara kedua puskesmas tersebut.

1.2Kerangka Pikir Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh penerapan standar pelayanan kefarmasian terhadap kepuasan pasien di puskesmas, dapat dibagi atas variabel terikat dan variabel bebas. Kepuasan pasien di puskesmas adalah variabel terikat. Variabel bebasnya yaitu nilai standar pelayanan kefarmasian. Selengkapnya mengenai gambaran kerangka pikir penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 1.1

Variabel Bebas Varabel Terikat

Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian

1.3Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

a. Apakah penerapan standar pelayanan kefarmasian dipuskesmas Padang Bulan dan Polonia kota Medan tergolong baik?

Penerapan Standar Pelayanan Parameter:

- Sumber daya manusia - Sarana dan prasarana - Pengelolaan obat dan bahan

(64)

b. Apakah tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian di puskesmas Padang Bulan dan Polonia kota Medan sudah sangat memuaskan?

c. Apakah penerapan standar pelayanan kefarmasian berpengaruh terhadap kepuasan pasien di puskesmas Padang Bulan dan Polonia kota Medan?

1.4Hipotesis

a. Penerapan standar pelayanan kefarmasian di puskesmas Padang Bulan dan Polonia kota Medan belum sesuai.

b. Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian di puskesmas Padang Bulan dan Polonia kota Medan belum sangat memuaskan.

c. Penerapan standar pelayanan kefarmasian memiliki pengaruh terhadap kepuasan pasien di puskesmas Padang Bulan dan Polonia kota Medan.

1.5Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui sejauh mana penerapan standar pelayanan kefarmasian di puskesmas Padang Bulan dan Polonia kota Medan.

b. Untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian di puskesmas Padang Bulan dan Polonia kota Medan.

(65)

1.6Manfaat Penelitian

(66)

PENGARUH PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS PADANG BULAN

DAN POLONIA KOTA MEDAN 2015 ABSTRAK

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebagai tempat upaya kesehatan tingkat pertama memiliki tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat yang secara administratif berdomisili di wilayah kerjanya. Menteri Kesehatan Republik Indonesia menerbitkan peraturan Nomor 30 Tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di puskesmas yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan standar pelayanan kefarmasian di puskesmas, tingkat kepuasan pasien dan pengaruh penerapan standar pelayanan kefarmasian terhadap kepuasan pasien. Penelitian ini merupakan penelitian survei deskriptif yang bersifat cross-sectional. Pengambilan data dilakukaan dengan cara observasi oleh peneliti untuk mengetahui penerapan standar pelayanan kefarmasian dan melakukan wawancara kepada pasien untuk mengetahui tingkat kepuasan pelayanan kefarmasian. Data dikumpulkan dari 340 responden pada bulan September 2015 di puskesmas Padang Bulan dan Polonia. Penerapan standar pelayanan kefarmasian yang dikaji dalam penelitian ini adalah sumber daya manusia, sarana dan prasarana, pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai, pelayanan farmasi klinik dan pengendalian mutu pelayanan. Kriteria untuk pengukuran tingkat kepuasan mencakup lima variabel yaitu kehandalan, ketanggapan, keyakinan, empati dan fasilitas berwujud.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan standar pelayanan kefarmasian di puskesmas Padang Bulan memperoleh nilai 98 poin, termasuk kategori baik. Sedangkan di puskesmas Polonia memperoleh nilai 58 poin, termasuk kategori kurang. Tingkat kepuasan pasien di puskesmas Padang Bulan yaitu, merasa puas sebanyak 57 pasien (33,53%) dan merasa sangat puas sebanyak 113 pasien (66,47%). Sedangkan di puskesmas Polonia merasa puas sebanyak 153 pasien (90%) dan merasa sangat puas sebanyak 17 pasien (10%). Rata-rata nilai kepuasan pasien menunjukkan bahwa di puskesmas Padang Bulan lebih tinggi dibandingkan Polonia, di puskesmas Padang Bulan memperoleh nilai 37,24 sedangkan di Polonia memperoleh nilai 32,12. Hasil pengaruh penerapan standar pelayanan terhadap kepuasan pasien dengan menggunakan uji

Mann-Whitney Test menunjukkan pengaruh yang signifikan < 0,05.

Dapat disimpulkan bahwa penerapan standar pelayanan kefarmasian di puskesmas padang bulan termasuk kategori baik, sedangkan puskesmas Polonia termasuk kategori kurang. Tingkat kepuasan pasien di puskesmas Padang Bulan termasuk kategori sangat puas, sedangkan di Polonia termasuk kategori puas dan penerapan standar pelayanan kefarmasian memiliki pengaruh terhadap kepuasan pasien.

Kata kunci: Standar Pelayanan Kefarmasian, Kepuasan, Pusat Kesehatan

(67)

THE EFFECTS OF PHARMACEUTICAL STANDARD SERVICE IMPLEMENTATION ON THE PATIENTS’ SATISFACTION IN PADANG BULAN AND POLONIA COMMUNITY HEALTH CENTERS AT MEDAN

2015 ABSTRACT

Community Health Centers (CHC) as a first-level health effort has a responsibility in providing health services to all people administratively living in their work regions. Health Minister of Indonesia issued the regulation No. 30 in 2014 about the standard of pharmaceutical services in the health centers that aims to improve the quality of it.

The purpose of this study was to determine how the implementation of pharmaceutical standard service in the health centers, patients’ satisfaction and the

effects of pharmaceutical standard service implementation to the patients’

satisfaction. This study used a cross-sectional descriptive survey. Data collection was done through the observation by researcher to determine the implementation of pharmaceutical standard service and conduct some interviews to the patients in order to find out the satisfaction level of pharmaceutical services. Data were collected from 340 respondents on September 2015 in Padang Bulan and Polonia health center. The implementation standard of pharmaceutical services that were examined in this study were the human resources, facilities and infrastructure, the management of consumable drugs and medical materials, clinical pharmacy services and quality control services. The criteria for measuring the level of satisfaction included five variables, namely; reliability, responsiveness, assurance, empathy and tangible facilities.

The result showed that the implementation standard of pharmaceutical services in Padang Bulan health center got 98 points, which means good. While Polonia health center got 58 points, which means not good enough. For the level

of patients’ satisfaction, in Padang Bulan health center, 57 patients (33.53%) felt satisfied and 113 patients (66.47%) were very satisfied. While in Polonia health center, 153 patients (90%) felt satisfied and 17 patients (10%) were very satisfied. The average value of patient satisfaction showed that in the clinic Padang Bulan higher than Polonia, in health centers Padang Bulan scored 37.24 while in Polonia scored 32.12. Results of the effect of the implementation of service standards for patient satisfaction by using the Mann-Whitney Test review a significance influence < 0.05.

It can be concluded that the implementation of the pharmaceutical standard services in Padang Bulan health center was good, while in Polonia health center was not good enough. The level of patient satisfaction in puskesmas Padang Bulan categorized as very satisfied, while at the Polonia categorized satisfied and the implementation of pharmaceutical standard service has an

significance influence to the patients’ satisfaction.

Key words: Standards of Pharmaceutical Services, Satisfaction, Community

(68)

PENGARUH PENERAPAN STANDAR PELAYANAN

KEFARMASIAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN

DI PUSKESMAS PADANG BULAN DAN POLONIA

KOTA MEDAN 2015

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

VATRA MARLINGGA

NIM 131524080

PROGRAM STUDI EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(69)

PENGARUH PENERAPAN STANDAR PELAYANAN

KEFARMASIAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN

DI PUSKESMAS PADANG BULAN DAN POLONIA

KOTA MEDAN 2015

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

VATRA MARLINGGA

NIM 131524080

PROGRAM STUDI EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(70)

PENGESAHAN SKRIPSI

PENGARUH PENERAPAN STANDAR PELAYANAN

KEFARMASIAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN

DI PUSKESMAS PADANG BULAN DAN POLONIA

KOTA MEDAN 2015

OLEH:

VATRA MARLINGGA NIM 131524080

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada tanggal: 3 Februari 2016 Disetujui Oleh:

Pembimbing I Panitia Penguji,

Hari Ronaldo Tanjung, S.Si., M.Sc., Apt. Dr.Wiryanto, M.S., Apt. NIP 197803142005011002 NIP 195110251980021001

Hari Ronaldo Tanjung, S.Si., M.Sc., Apt.

Pembimbing II NIP 197803142005011002

Khairunnisa, S.Si., M.Pharm., Ph.D., Apt. Marianne, S.Si., M.Si., Apt.

NIP 197802152008122001 NIP 198005202005012006

Aminah Dalimunthe, S.Si., M.Si., Apt. NIP 197806032005012004

Gambar

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas
Tabel  3.2 Hasil Uji Reliabilitas Puskesmas Crobanch’s Alpha
Tabel. 4.1 Data Sumber Daya Manusia
Tabel. 4.2 Data Sarana dan Prasarana
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah mendapatkan shared key maka user B akan mengirimkan pesan kepada user A, setelah memasukkan nomer telepon beserta shared key maka user B kemudian meminta sistem

Melalui website inilah dapat memudahkan konsumen dalam memesan keramik tanpa harus bersusah payah mencari keramik ke toko-toko material yang dapat membuang-buang waktu dan

Populasi Ternak di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2014

Berdasarkan hasil pengolahan data factoring loading dapat diketahui bahwa dari empat faktor awal yang ada, pada akhirnya terbentuk satu faktor baru yang dinamakan

Partial Eta Squared menunjukkan bahwa perbedaan hasil belajar siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen sebesar 97,7% dipengaruhi oleh media audio dan

Alhamdulillah atas berkah dan rahmat Allah SWT lah skripsi yang berjudul “Keanekaragaman dan Pola Distribusi Jamur Makroskopis di Kawasan Hutan Produksi Dusun Air

Jika harga BBM tidak naik maka harga kebutuhan pokok akan naik.. Harga BBM naik dan harga kebutuhan pokok

Paparan Data Situs I ... Paparan Data Situs