• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendugaan Parameter Genetik dan Komponen Ragam Sifat Pertumbuhan pada Bangsa Babi Yorkshire

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pendugaan Parameter Genetik dan Komponen Ragam Sifat Pertumbuhan pada Bangsa Babi Yorkshire"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Recording anak Babi Yorkshire

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

No No Induk No Jantan T. Kawin T. Lahir No anak Sex BL BS JAS 54

0152/683 144 16/3/2014 11/7/2014

1361 J 1.2 11.5

8

55 1362 J 1.5 10

56 1363 J 1.3 11

57 1365 J 1.4 11

58 1366 B 1.2 11

59 1367 B 1.3 11

60 1368 B 1 10

61

123 144 22/5/2014 15/9/2014

1379 J 1.5 11

8

62 1380 J 1.4 11.5

63 1382 J 1.3 11.3

64 1383 J 1.5 11.2

65 279 B 1.2 11

(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)

No No Anak BL FKJK BLT No No Anak BL FKJK BLT No No Anak BS FKJK BST 263 1146 1.60 1.02 1.64 551 1076 1.50 1.02 1.54 263 96B 10.6 1.002 10.62 264 1147 1.40 1.02 1.43 552 1077 1.40 1.02 1.43 264 85 11.2 1.002 11.22 265 1148 1.50 1.02 1.54 553 1078 1.00 1.02 1.02 265 88 11.8 1.002 11.82 266 1149 1.80 1.02 1.84 554 1079 1.00 1.02 1.02 266 89 10.9 1.002 10.92 267 1150 1.50 1.02 1.54 555 1080 1.60 1.02 1.64 267 103B 12.3 1.002 12.32 268 1151 1.40 1.02 1.43 556 1081 1.3 1.00 1.30 268 102B 11.9 1.002 11.92 269 1152 1.40 1.02 1.43 557 1082 1.8 1.00 1.80 269 99B 12.2 1.002 12.22 270 1153 1.8 1.00 1.80 558 1083 2 1.00 2.00 270 100B 13.3 1.002 13.32 271 1154 1.9 1.00 1.90 559 1084 1.4 1.00 1.40 271 101B 14.2 1.002 14.23

272 1155 2 1.00 2.00 560 1085 1.2 1.00 1.20 273 1156 1.7 1.00 1.70 561 1086 1.2 1.00 1.20 274 1157 1.9 1.00 1.90 562 1087 1.2 1.00 1.20 275 1158 1.80 1.02 1.84 563 1088 1.4 1.00 1.40 276 1159 1.80 1.02 1.84 564 1089 1 1.00 1.00 277 1160 1.80 1.02 1.84 565 1090 1.00 1.02 1.02 278 1161 1.90 1.02 1.95 566 1130 1.6 1.00 1.60 279 1162 1.80 1.02 1.84 567 1338 1.8 1.00 1.80 280 1163 1.4 1.00 1.40 568 1339 1.3 1.00 1.30 281 1164 1.4 1.00 1.40 569 1392 1.10 1.02 1.13 282 1165 1.3 1.00 1.30 570 95B 1.00 1.02 1.02 283 1166 1.4 1.00 1.40 571 96B 1.00 1.02 1.02 284 1167 1.60 1.02 1.64 572 85 1.00 1.02 1.02 285 1168 1.60 1.02 1.64 573 88 1.20 1.02 1.23 286 1169 1.60 1.02 1.64 574 89 1.50 1.02 1.54 287 1170 1.40 1.02 1.43 575 1060 1.4 1.00 1.40 288 1171 1.4 1.00 1.40 576 1061 1.3 1.00 1.30

(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)

No JK No anak BL 299 J 1062 1.2 300 J 1423 2 301 J 1424 1.8

RATAAN BL 1.60

(23)

Lampiran 4. Analisis ragam bobot lahir

Sumber Keragaman DB JK KT Fhit

FK 1 715,0402

Antar pejantan (S) 3 2,234784 0.7449 10,072 Antar induk dalam pejantan (D) 33 10,86597 0,3292 4,452 Antar anak dalam induk (W) 212 15,68 0,0739

Heritabilitas : 0,21

Lampiran 5. Analisis ragam bobot sapih

Sumber Keragaman DB JK KT Fhit

FK 1 37367,43

Antar pejantan (S) 3 153,0774 51,0258 27,0517 Antar induk dalam pejantan (D) 33 1084,849 32,8742 17,4285 Antar anak dalam induk (W) 212 399,88 1,886

Heritabilitas : 0,13

Lampiran 6. Korelasi genetik antara bobot lahir-bobot sapih

Correlations

Sifat Uraian Bobot lahir Bobot sapih Bobot lahir Pearson

Correlation

1 0.264**

Sig. (2-tailed) 0,0000237

N 249 249

Bobot sapih Pearson Correlation

0,264** 1 Sig. (2-tailed) 0,0000237

N 249 249

(24)

Lampiran 7. Korelasi genetik antara jumlah anak sekelahiran-bobot lahir

Correlations

Sifat Uraian Jumlah anak sekelahiran

Bobot lahir Jumlah anak sekelahiran Pearson

Correlation 1 0,050 Sig.

(2-tailed) 0,432

N 249 249

Bobot lahir Pearson

Correlation 0,050 1 Sig.

(2-tailed) 0,432

N 249 249

Lampiran 8. Korelasi genetik antara jumlah anak sekelahiran-bobot sapih

Correlations

Sifat Uraian Jumlah anak sekelahiran

Bobot sapih Jumlah anak sekelahiran Pearson

Correlation 1 -0,110 Sig.

(2-tailed) 0,084

N 249 249

Bobot sapih Pearson

Correlation -0,110 1 Sig.

(2-tailed) 0,084

(25)
(26)
(27)

No No Anak NP BL No No Anak NP BS

84 161B -0.0332454 84 1092 -0.290161

85 169 -0.0332454 85 1095 -0.290161

86 1092 -0.0547533 86 1150 -0.290161

87 1097 -0.0547533 87 1297 -0.290161

88 1128 -0.0547533 88 2 -0.290161

89 1140 -0.0547533 89 53A -0.290161

90 1141 -0.0547533 90 56B -0.290161

91 1147 -0.0547533 91 161B -0.290161

92 1151 -0.0547533 92 170 -0.290161

93 1152 -0.0547533 93 1418 -0.290161

94 1244 -0.0547533 94 67A -0.290161

95 1225 -0.0547533 95 1368 -0.290161

96 1229 -0.0547533 96 1196 -0.3031848

97 1264 -0.0547533 97 1097 -0.3162086

98 164 -0.0547533 98 22A -0.3422561

99 27 -0.0762613 99 1098 -0.3943513

100 72A -0.0762613 100 1295 -0.3943513

101 1367 -0.0762613 101 91 -0.3943513

102 281 -0.0762613 102 81 -0.4203989

103 1095 -0.0977692 103 1376 -0.4203989

104 1096 -0.0977692 104 12 -0.4594702

105 1098 -0.0977692 105 160B -0.4594702

106 53A -0.0977692 106 70A -0.4594702

107 1366 -0.0977692 107 165 -0.5115654

108 279 -0.0977692 108 73A -0.5115654

109 56B -0.1192772 109 72A -0.5245892

110 28 -0.1192772 110 160A -0.5506367

111 1129 -0.1407851 111 162A -0.5506367

112 1205 -0.1407851 112 1296 -0.5506367

113 1103 -0.1407851 113 32 -0.5506367

114 1376 -0.1407851 114 164 -0.5506367

115 29 -0.1407851 115 1204 -0.7459936

(28)
(29)
(30)
(31)

No No Anak NP BL No No Anak NP BS

128 1262 -0.1458646 128 1199 -0.5525398

129 59B -0.1458646 129 1200 -0.5525398

130 55B -0.1458646 130 75 -0.5525398

131 1298 -0.1458646 131 1193 -0.6045398

132 25A -0.1458646 132 1201 -0.8125398

(32)
(33)

No No Kuping JAS (xi) (xi-µ) (xi-µ)²

Rata-rata 7.494 Ragam 2.842554

(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, LL., 2000. Pigs.In Hafez ESE, Hafez B, editor.Reproduction in farm Animals.7th Ed. USA.

Blakely, J and D.H Bade., 1998. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

Badan Standardisasi Nasional.BSN Bibit Babi Yorkshire. 2013. Jakarta.

Gordeyase, M. 1990. Pendugaan Parameter Fenotipik dan Genetik Sifat Produksi dan Reproduksi Ternak Babi.Thesis.

Gordon, I. 2008. Controlled Reproduction in Pigs. CAB International, Washington DC.

Gaspersz, V., 1991.Metode Perancangan Percobaan untuk Ilmu-ilmu Pertanian. CV. Armico. Bandung.

Hanafiah, H.A. 1991. Rancangan Percobaan: Teori dan Aplikasi. Cetakan Ke 5. PT. Raja Grafindo Persada.Jakarta Utara.

Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. Grasindo, Jakarta.

Hartono. 2009. Statistik Untuk Penelitian. Cetakan kedua. Pustaka Pelajar. Riau. Johansson I and J Rendel. 1968. Genetic and AnimalBreeding. First

Edition.Oliver and Byold.Advisioof Longman Group Ltd. Tweedale CourtEdinburgh.

Kurnianto, Edy. 2009. Pemuliaan Ternak. Cetakan Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta

Kurnianto, Edy. 2010. Ilmu Pemuliaan Ternak. Lembaga Pengembangan dan Penjaminan Mutu Pendidikan. Universitas Diponegoro. Semarang.

Mangisah, I. 2003. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Babi. Universitas Diponegoro. Semarang.

Marmono, E.A. 2005. Rancangan Percobaan. Universitas Jendral Soedirman. Purwokerto.

(42)

Millagres, J.C., L.M. Fedalto, M. De A.E. Silva and J.A.A. Pereira. 1983. Sources of variation in litter size and weight at birth and at 21 days of age in Duroc, Landrace, and Large White pigs. Animal Breed Abstr. 51 (7): 552. Munir, R. 2013. Variansi dan Kovariansi. Teknik Elektro dan Informatika .ITB.

Bandung. (diakses di

situs

National Research Council. 1998. Nutrition. Butterworth Heineman. Stoneham. USA.

Noor, R. R. 1996. Genetika Ternak. Cetakan Pertama Penebar Swadaya, Jakarta. Pane, Ismed. 1993. Pemuliabiakan Ternak Sapi. PT Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta.

Rusfidra, A. 2013.Manfaat Heritabilitas dalam Pemuliaan Ternak. (Diakses di http://bunghatta.ac.id/artikel-138-manfaat-heritabilitas-dalam-pemuliaan-ternak.html).

Sihombing DTH. 1997. Ilmu Ternak Babi. Cetakan pertama.Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

Sihombing DTH. 2006. Ilmu Ternak Babi. Cetakan ke 2. Gadjah Mada University Press,Yogyakarta

Sulastri. 2001. Estimasi Perameter Genetik Sifat-sifat Pertumbuhan dan Hubungan Antrara Sifat-Sifat Kualitatif dengan Kuantitatif pada Kambing PE di Unit Pelaksanaan Teknis Ternak Singosari, Malang, Jawa Timur. Tesis Magiste Pasca Sarjana.Universitas Gajah Mada.Yogyakarta.

Supramono dan Sugiarto. 1993. Statistika. Edisi Pertama. Andi Offset. Yogyakarta.

Warwick, E. J., J. M. Astuti and W. Hardjosubroto. 1995. Pemuliaan Ternak. Cetakan kelima. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Widodo, W. dan L. Hakim., 1981. Pemuliaan Ternak. Lembaga Penerbitan Universitas Brawijaya, Malang.

(43)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempatdan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Sinur, desa Siaro, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara, sekitar 255-260 km dari kota Medan dengan ketinggian lokasi sekitar 1250 m diatas permukaan laut, dengan suhu berkisar 20-250C. Penelitian dilakukan bulan Juni 2015.

Bahan dan Alat Penelitian Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data recording bangsa babi Yorkshire selama satu generasi.Data recordingmeliputi nomor kuping (ear

tag), nomor induk, nomor pejantan, tanggal kawin, tanggal kelahiran, nomor anak,

jenis kelamin, bobot lahir, bobot sapih dan jumlah anak seperkelahiran. Data

recording diperoleh dari catatan atau recording bangsa babi Yorkshiredi BPTU –

HPT Siborongborong.

Alat

Alat yang akandigunakan pada penelitian adalah kamera digital sebagai alat dokumentasi pada saat penelitian dilaksanakan, buku dan alat tulis untuk mencatat hasil perhitungan, kalkulator untuk menghitung data sementara dan satu unit komputer untuk mengolah data.

Metode Penelitian

(44)

terkait selama satu generasi. Data recording tersebut ialah data recording bobot lahir, bobot sapih dan jumlah anak seperkelahiran pada bangsa babi Yorkshire.

Parameter Penelitian 1. Komponen Ragam

Komponen ragam yang akan diteliti ialah ragam, koefisien keragaman dan peragam berdasarkan sifat kuantitatif sebagai berikut:

a. Bobot lahir

Adalah bobot anak babi yang baru lahir ditimbang tidak melebihi 24 jam. b. Bobot sapih

Adalah bobot pada saat anak dipisahkan dari induknya. c. Jumlah anak sekelahiran

Adalah jumlah anak babi yang dilahirkan induk sekelahiran. Rumus bobot badan terkoreksi adalah:

BLT = BL x FKJK

BS

BL T = BS x FKJKBS

Keterangan: BLT

BL = Bobot lahir

= Bobot lahir terkoreksi FKJKBL

BS

= Faktor koreksi jenis kelamin BL

T

BS

= Bobot sapih terkoreksi FKJK

= Bobot sapih

BS = Faktor koreksi jenis kelamin BS

1.1Ragam (σ2

Ragam akan dihitung dengan rumus perhitungan nilai ragam untuk populasi menurut Suparmono dan Sugiarto (1993) yaitu:

(45)

σ2

=

∑(��−�)2 �

Keterangan : σ2

N = Banyaknya data populasi = Ragam untuk populasi µ = Rata-rata populasi

1.2Koefisien Keragaman (KK)

Koefisien keragaman akan dihitung dengan rumus sebagai berikut: KK = �

� (100%)

Keterangan :

µ = Rata-rata populasi

σ = Standart deviasi untuk populasi KK = Koefisien keragaman

1.3Peragam

Peragam akan dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Sxy

Keterangan:

= ∑X Y n-1 =

∑X Y-{[( ∑X )(∑Y )]/n} n-1

Sxy

X = Sifat pertama = Peragam Y = Sifat Kedua n = Banyaknya data

2. Parameter Genetik

2.1Estimasi Nilai Heritabilitas (h2

Pendugaan heritabilitas dihitung menggunakan metode rancangan tersarang

(nested design) model un-balanced.

(46)

Tabel 1.Analisis ragam perhitungan nilai heritabilitas dengan metode rancangan

keturunan dari induk ke-j yang dikawini pejantan ke-i

= Data individual dari pengukuran pada individu ke-k, hasil Yij.

Y

= Jumlah nilai data dari induk ke-j yang dikawini pejantan ke-i

i

Y… = Jumlah total nilai dari data

.. = Jumlah nilai data dari pejantan ke-i σ2

Untuk model Unbalanced design, perhitungan koefisien-koefisien (k

3

1, k2,

dan k3

K

) yang menunjukkan anak per induk dan per pejantan pada kondisi tidak sama dilakukan dengan rumus-rumus sebagai berikut:

1 = (n.. - ∑ ∑ �

Nilai pendugaan heritabilitas sebagai berikut : h2S = 4σ2s

(47)

2.2Estimasi Korelasi Genetik

Estimasi korelasi genetik akan dilakukan dengan metode pola tersarang (Nested design) dengan analisa peragam (Covarians) sebagai berikut :

Tabel 2.Analisis ragam perhitungan korelasi genetik dengan metode pola tersarang.

Jumlah hasil kali (JHK) Hasil kali rata-rata

2.3Estimasi Nilai Pemuliaan (Estimated Breeding Value)

) = 4Covs �4σ2s (X).4σ2s (Y)

Nilai pemuliaan akan dihitung dengan menggunakan satu catatan produksi dari 1 individu (pengukuran tunggal dirinya sendiri) yaitu :

EBV = h

P = Produksi dari catatan tunggal ternak yang sedang dihitung NP nya = Nilai heritabilitas sebagai pembobot

(48)

Analisis Data

(49)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Komponen Ragam

Hasil bobot badan nyata dan bobot koreksi terhadap jenis kelamin dengan nilai komponen ragam babi Yorkshire disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3. Perbandingan bobot badan nyata dan terkoreksi

Variabel µ ± sb (kg) σ² KK (%) Bobot lahir 1.580 ± 0.346 0.12 21.88 Bobot lahir terkoreksi 1.599 ± 0.349 0.122 21.85 Bobot sapih 12.172 ± 2.498 6.242 20.53 Bobot sapih terkoreksi 12.183 ± 2.501 6.254 20.52

σ² = ragam

KK = koefisien keragaman

Koreksi terhadap jenis kelamin menunjukkan bahwa bobot badan terkoreksi lebih besar dibandingkan bobot badan nyata (Tabel 3).Hal ini menunjukkan keragaman data setelah dikoreksi lebih rendah dibandingkan tidak dikoreksi.Namun dapat dilihat bahwa nilai dari koefisien keragaman sifat bobot lahir dan bobot sapih merupakan nilai keragaman yang termasuk tinggi.Pane (1993) menyatakan makin besar variasinya makin besar pula kemungkinan dapat dilaksanakan perbaikan mutu secara keseluruhannya.

(50)

menonjol, sebaliknya jika terlalu besar akan menyebabkan tidak adanya perlakuan yang menonjol.

Berikut hasil peragam (Covarians) beberapa sifat pertumbuhan pada ternak babi Yorkshire.

Tabel 4. Nilai peragam sifat pertumbuhan babi Yorkshire Sifat pertumbuhan Peragam (S) Bobot lahir – Bobot sapih 0,2301808 Jumlah anak sekelahiran – Bobot lahir 0,027596 Jumlah Anak sekelahiran – Bobot sapih -0,46328

Peragam dihitung untuk mengetahui keeratan hubungan antara 2 sifat pertumbuhan..Kunianto (2009) menyatakan untuk mengetahui bentuk hubungan dan keeratan hubungan antara 2 parameter atau variabel, maka salah satu perhitungan yang harus dilakukan adalah peragam. Pada Tabel 4. diatas dapat lihat bahwa nilai peragam antara sifat bobot lahir dengan bobot sapih termasuk bernilai positif dengan nilai yang rendah. Sehingga sifat bobot lahir dengan bobot sapih memiliki hubungan yang rendah namun memiliki korelasi positif.Munir (2013) menyatakan peragam antara dua peubah acak menunjukkan sifat asosiasi (hubungan) antara keduanya. Jika kedua peubah tersebut bergerak kearah yang sama (X membesar dan Y membesar) maka hasil kali (X - μx) (Y - μy

Nilai peragam antara sifat jumlah anak sekelahiran dengan bobot lahir termasuk katagori sangat rendah dengan nilai 0,027. Sebaliknya nilai peragam pada sifat pertumbuhan antara jumlah anak sekelahiran dan bobot sapih yaitu -0,46. Dimana nilai tersebut memiliki nilai negatif dengan kategori sedang.Sehingga sifat jumlah anak sekelahiran dengan sifat bobot sapih memiliki hubungan saling berlawanan. Jika terjadi peningkatan pada sifat yang satu

(51)

akanmenurunkan sifat yang satunya. Munir (2013) menyatakan tanda kovariansi (+ atau -) menunjukkan apakah hubungan antara kedua peubah acak positif atau negatif.Jika bergerak kearah berlawanan (X membesar dan Y mengecil), maka hasil kali (X - μx) (Y - μy) cenderung akan bernilai negatif.

Bobot lahir

Tabel 5. Rataan bobot lahir Yorkshire berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Bobot Lahir

µ ± Sb (kg) Jantan 1.60 ± 0.35 Betina 1.56 ± 0.34

Hasil analisis bobot lahir (Tabel 5) yaitu pada anak jantan (1.60 ± 0.35 kg) dan betina (1.56 ± 0.34). Hal ini menunjukkan nilai bobot lahir yang lebih besar dibandingkan Sihombing (1997) yang menyatakan bahwa rataan bobot lahir bangsa babi Yorkshire memiliki berat lahir 1,34 kg dan menurut BSN (2013) standar minimal bobot lahir babi Yorkshire yaitu 1,4 kg. Berdasarkan jenis kelamin, bobot lahir anak jantan lebih besar dibandingkan betina.Hal ini sesuai dengan Widodo dan Hakim (1981) yang menyatakan berat lahir dari anak babi dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin, jenis kelamin jantan umumnya lebih berat dari pada betina.

Bobot sapih

Tabel 6. Rataan bobot sapih Yorkshire berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Bobot Sapih

µ ± Sb (kg) Jantan 12.18 ± 2.45 Betina 12.16 ± 2.55

Berdasarkan Tabel 6. diatas menunjukkan rataan bobot sapih anak babi

(52)

masing-masing bobot sapih anak jantan dan betina berturut-turut 12.18 ± 2.45 dan 12.16 ± 2.55..Bobot sapih per ekor ini masih lebih rendah dibandingkan dengan yang direkomendasikan oleh NRC (1998) yaitu sekitar 13 - 18 kg. Sihombing (2006) menambahkan bahwa bobot sapih sangat ditentukan, antara lain oleh jenis kelamin, bobot badan induk, umur induk, keadaan saat ternak lahir, dan kemampuan induk menyusui anaknya, kuantitas dan kualitas ransum, serta suhu lingkungan.

Jumlah anak sekelahiran

Berdasarkan analisis statistik rata-rata jumlah anak sekelahiran pada ternak babi Yorkshire adalah 7,49 ± 1,69 (ekor) dengan nilai ragam 2,84 dan KK sebesar 22%. Hal ini menunjukkan rata-rata jumlah anak sekelahiran pada ternak babi Yorkshire didalam populasi tersebut sebesar 7,49 (8 ekor) dengan jumlah anak sekelahiran terendah 4 ekor dan tertinggi 11 ekor. Jumlah anak sekelahiran pada babi Yorkshire memiliki keragaman yang besar yaitu 22%.

Tingginya keragaman pada sifat jumlah anak sekelahiran pada ternak babi

Yorkshire dikarenakan jumlah anak babi dalam setiap kelahiran memiliki variasi

yang tinggi.Hal ini didukung oleh

Tingginya keragaman dari sifat pertumbuhan babi Yorkshire menunjukkan bahwa dapat di lakukan perbaikan mutu genetiknya. Menurut Pane (1993) makin besar variasinya makin besar pula kemungkinan dapat dilaksanakan perbaikan

(53)

mutu secara keseluruhannya. Variasi dapat terjadi pada sifat yang terlihat (fenotip) dan yang tidak terlihat (genotip).

Nilai Heritabilitas

Tabel 7. Nilai heritabilitas anak Babi Yorkshire Sifat produksi Jumlah

pejantan (ekor)

Jumlah betina (ekor)

Jumlah anak (ekor)

Nilai

heritabilitas (h2) Bobot lahir 4 37 249 0.21

Bobot sapih 4 37 249 0.13

Hasil analisis statistik sebagaimana Tabel 7.nilai heritabilitas sifat bobot lahir dan bobot sapih berturut-turut berdasarkan metode rancangan tersarang adalah 0,21 dan 0,13. Dari hasil tersebut dapat diartikan bahwa nilai pewarisan sifat bobot lahir dan bobot sapih tergolong sedang. Sesuai dengan pernyataan Hardjosubroto (1994) yang menyatakan bahwa pada umumnya h2

Hasil analisis statistik menunjukkan nilai heritabilitas sifat bobot lahir lebih tinggi dibandingkan dengan sifat bobot sapih.Hal ini disebabkan oleh tingginya pengaruh dari variasi lingkungan terhadap sifat bobot sapih.Rusfidra (2013) menyatakan bahwa rendahnya nilai heritabilitas bukan hanya disebabkan olah rendahnya variasi genetik namun lebih banyak ditentukan oleh tingginya variasi lingkungan.

dikatakan rendah bila nilainya berkisar antara 0 sampai 0,1, sedang bila nilainya 0,1 sampai 0,3 dan tinggi bila melebihi 0,3.

(54)

perbedaan genotipe ternak dalam populasi dan hanya sedikit pengaruh keragaman lingkungan.Menurut Warwick et al. (1995) heritabilitas merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan bagian dari keragaman total dari sifat kuantitatif pada ternak (yang diukur dengan beragam dan variansi) dari suatu sifat yang diakibatkan oleh pengaruh genetik.

Korelasi Genetik

Tabel 8. Estimasi korelasi genetik sifat kuantitatif

Sifat pertumbuhan N Nilai korelasi genetik Bobot Lahir - Bobot Sapih 249 0.264

Jumlah anak sekelahiran - Bobot lahir 249 0.050 Jumlah anak sekelahiran - Bobot sapih 249 -0.110

Berdasarkan Tabel 8. nilai korelasi antara bobot lahir dengan bobot sapih sebesar 0.264. Nilai korelasi tersebut menunjukkan bahwa sifat bobot lahir berkorelasi genetik positif berderajat sedang dengan sifat bobot sapih. Jadi seleksi dengan sifat bobot lahir diharapkan dapat meningkatkan kenaikan bobot sapih sebagai tanggapan korelasi. Sesuai dengan Warwick et al (1995) yang menyatakan bahwa korelasi dapat positif apabila satu sifat meningkat sifat yang lain juga meningkat. Noor (1996) menyatakan bahwa korelasi genetik yang positif ada jika seleksi untuk suatu sifat tidak saja berakibat diperbaikinya sifat tersebut, tetapi juga sifat keduanya yang berkorelasi.Makin tinggi nilai korelasinya maka makin erat hubungan antara kedua sifat tersebut.

(55)

rendah terhadap sifat bobot lahir. Warwick et al (1995) menyatakan korelasi bernilai tinggi jika 0,5 sampai 1, sedang jika 0,25 sampai 0,50 dan rendah 0.05 sampai 0,25.

Nilai korelasi yang sangat rendah diakibatkan data yang digunakan sedikit sehingga nilai korelasi belum cukup tepat. Menurut Warwick et al, (1995) diperlukan data yang sangat besar untuk mendapatkan taksiran yang cukup tepat untuk dapat diandalkan. Meskipun dengan jumlah data yang besar sangatlah sukar untuk mengetahui apakah suatu taksiran tertentu benar-benar dapat mewakili populasi itu. Suatu taksiran korelasi genetik harus dianggap hanya dapat diterapkan pada populasi tertentu dan pada waktu tertentu.

Berdasarkan Tabel 8. nilai korelasi jumlah anak sekelahiran dengan bobot sapih sebesar -0.110. Nilai korelasi tersebut menunjukkan bahwa sifat jumlah anak sekelahiran berkorelasi genetik negatif berderajat rendah dengan sifat bobot sapih.Hal ini menunjukkan jumlah anak sekelahiran yang tinggi dapat menurunkan bobot sapih dari babi Yorkshire. Hal ini didukung oleh Noor (1996)jika dua sifat berkorelasi negatif maka kemajuan seleksi pada satu sifat akan mengakibatkan menurunnya kemajuan genetik untuk sifat keduanya.

Nilai Pemuliaan

(56)

pemuliaan bobot sapih ternak betina yang diatas rata-rata sebanyak 54 ekor dari populasi.

Anak betina yang memiliki nilai pemuliaan diatas rata-rata populasinya diharapkan dapat dijadikan induk untuk generasi selanjutnya.Pemilihan ternak berdasarkan nilai pemuliaan dapat dilihat dari besarnya nilai pembobotnya.Menurut Johansson and Rendel (1968) ternak yang memiliki nilai pemuliaan tinggi sebaiknya digunakan untuk induk pada generasi berikutnya. Ternak yang mempunyai nilai pemuliaan lebih besar dari yang lainnya akan lebih baik jika dijadikan tetua bila dibandingkan dengan ternak yang memiliki nilai pemuliaan rendah. Selanjutnya Kurnianto (2010) besarnya pembobot tergantung pada sumber informasi yang digunakan untuk menduga nilai pemuliaan.

Nilai pemuliaan bobot lahir dan bobot sapih anak jantan babi Yorkshire terlampir pada lampiran10.Berdasarkan lampiran 10.dapat dilihat nilai pemuliaan positif berada diatas rata-rata kelompok sedangkan nilai pemuliaan negatif berada dibawah rata-rata kelompok. Dapat dilihat bahwa nilai pemuliaan bobot lahir anak jantan yang diatas rata-rata sebanyak 80 ekor sedangkan untuk nilai pemuliaan bobot sapih anak jantan yang diatas rata-rata sebanyak 60 ekor dari total populasi.

(57)

mempunyai keunggulan genetik tinggi, maka nilai pemuliaan menjadi suatu keharusan untuk diketahui.

Hardjosubroto (1994) menyatakan apabila seekor ternak (biasanya seekor pejantan) telah diketahui besarnya nilai pemuliaannya, hal ini berarti bahwa bila pejantan tersebut dikawinkan dengan induk-induk secara acak pada populasi normal maka rerata performans keturunannya kelak akan menunjukkan keunggulan sebesar setengah dari nilai pemuliaan pejantan tersebut, terhadap performans populasinya.

Peringkat ternak berdasarkan nilai indeks terhadap nilai heritabilitas

Pemberian nilai indeks terhadap masing-masing sifat bertujuan untuk menentukan peringkat unggulan anak babi Yorkshire (jantan dan betina) yang terbaik dari populasi berdasarkan sifat bobot lahir dan bobot sapihnya.Indeks dilakukan untuk menyeleksi ternak berdasarkan banyak sifat, pada penelitian ini indeks dihitung berdasrarkan sifat bobot lahir dan bobot sapih sebagai pembobotnya.Kurnianto (2009) menambahkan Seleksi indeks adalah seleksi yang diberlakukan pada ternak dengan menerapkan indek terhadap sifat-sifat yang menjadi kriteria seleksi.Caranya adalah menghitung indeks melalui perkalian pengukuran tiap sifat dengan massing-masing faktor pembobotnya, kemudian dijumlahkan.

(58)

Tabel 9. Peringkat anak jantan berdasarkan indeks terhadap semua sifat bobot No Individu Total nilai indeks Peringkat yang terpilih

1180 8.117647059 1

Tabel 10. Peringkat anak betina berdasarkan indeks terhadap semua sifat bobot No Individu Total nilai indeks Peringkat yang terpilih

(59)

No Individu Total nilai indeks Peringkat yang terpilih

(60)

Rekapitulasi hasil penelitian

Tabel 11. Rekapitulasi hasil penelitian pendugaan parameter genetik dan komponen ragam sifat pertumbuhan babi Yorkshire

Sifat Pertumbuhan

(61)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Nilai koefisien keragaman dari sifat pertumbuhan pada babi Yorkshire tergolong tinggi.Nilai heritabilitas yang tergolong sedang belum efisien dijadikan kriteria seleksi.Nilai korelasi genetik yang rendah sampai sedang menunjukkan hubungan antar sifat belum cukup efektif terhadap percobaan seleksi.Individu dengan nilai pemuliaan diatas rata-rata kelompok dapat dijadikan ternak seleksi.Pemberian nilai indeks berdasarkan nilai heritabilitas dapat dilakukan pada babi Yorkshire untuk menyeleksi ternak unggul berdasarkan dua sifat pertumbuhan yaitu sifat bobot lahir dan bobot sapih untuk perbaikan mutu genetik pada generasi berikutnya.

Saran

(62)

TINJAUAN PUSTAKA

Babi Yorkshire

Klasifikasi zoologis ternak babi dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kelas: Mammalia, Order: Artiodactyla, Genus: Sus ,Spesies: Sus scrofa, Sus

vittatus, Sus cristatus, Sus leucomystax, Sus celebensis, Sus verrucosus, Sus

barbatus.Babi akan lebih cepat tumbuh dan cepat menjadi dewasa serta bersifat

prolific yang ditunjukkan dengan kemampuan mempunyai banyak anak setiap

kelahirannya yaitu berkisar antara 8-14 dan dalam setahun bisa dua kali melahirkan. Babi Yorkshire jantan dewasa memiliki bobot 320-455 kg dan induk berbobot sekitar 225-365 kg (Sihombing, 1997).

Babi Yorkshire berasal dari Inggris dan disana terkenal sebagai babi Large

White.Babi ini berwarna putih dengan muka oval (hampir bulat) dan telinganya

tegak.Babi Yorkshire merupakan pengubah makanan yang baik dan menghasilkan karkas dengan persentase yang tinggi (Blakely and Bade, 1998).

Babi Yorkshire betina termasuk babi yang memiliki sifat keibuan yang baik dengan litter size yang banyak. Sehingga babi Yorkshire merupakan salah satu bangsa babi yang memiliki kemampuan keindukan yang baik, bisa memelihara anaknya dengan baik dan produksi susu setiap laktasi cukup tinggi (Mangisah, 2003).

(63)

Babi merupakan ternak yang polyoestrus.Babi betina mempunyai periode birahi setiap 21 hari (19-24 hari) sepanjang tahun.Babi dara mempunyai periode birahi yang lebih pendek daripada babi induk.Lamanya bunting pada babi rata-rata 114 hari (112-120 hari) sehingga memungkinkan babi beranak 2 kali setahun. Pengaruh babi Yorkshire terhadap babi lain cukup besar, sedangkan terdapat variasi yang besar diantara individu. Induk babi ini memproduksi susu banyak

dengan sifat induk yang baik namun jenis babi ini agak lambat dewasa. Babi ini juga banyak dipakai dalam program persilangan (Williamson and Payne, 1993).

Bobot Lahir

Bobot lahir adalah bobot saat dilahirkan atau bobot hasil penimbangan dalam kurun waktu 24 jam setelah dilahirkan. Bobot lahir yang tinggi di atas rataan, umumnya akan memiliki kemampuan hidup lebih tinggi dalam melewati masa kritis, pertumbuhannya cepat dan akan memiliki bobot sapih yang lebih tinggi (Hardjosubroto, 1994). Menurut Kurnianto (2009) kedua sifat tersebut merupakan sifat-sifat pertumbuhan. Banyak gen yang mengekspresikan laju pertumbuhan sebelum kelahiran mengekspresikan juga laju pertumbuhan setelah kelahiran.

(64)

lahir 1,34 kg. Dan menurut BSN (2013) standar minimal bobot lahir babi

Yorkshire yaitu 1,4 kg.

Berat lahir dari anak babi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: 1) pengaruh pada saat didalam uterus, semua faktor yang memberikan dan menjaga pertumbuhan dari foetus didalam uterus dapat mempengaruhi berat lahir anak-anak babi, 2) pengaruh jenis kelamin, jenis kelamin jantan umumnya lebih berat

daripada betina, 3) breed induk dan pejantan, makanan dan umur induk (Widodo and Hakim, 1981). Menurut Anderson (2000) semakin banyak embrio

yang terdapat didalam uterus induk maka persaingan dalam menyerap zat-zat makanan akan semakin lebih besar, sehingga hal ini dapat mempengaruhi bobot anak yang dilahirkan.

Bobot Sapih

Bobot sapih adalah bobot pada saat anak dipisahkan dari induknya. Bobot sapih merupakan indikator dari kemampuan induk untuk menghasilkan susu dan kemampuan anak untuk mendapatkan susu dan tumbuh. (Hardjosubroto, 1994).Sihombing (2006) menambahkan bahwabobot sapih sangat ditentukan, antara lain oleh jenis kelamin, bobot badan induk, umur induk, keadaan saat ternak lahir, dan kemampuan induk menyusui anaknya, kuantitas dan kualitas ransum, serta suhu lingkungan.

(65)

disapih dan berat badan pada waktu disapih terutama ditentukan oleh tingkat makanan dan pengelolaan (Williamson and Payne, 1993).

Bobot sapih sangat berkaitan erat dengan kemampuan ternak untuk tumbuh dan berkembang setelah disapih. Lebih lanjut menjelaskan bahwa seekor induk yang melahirkan anak dengan bobot sapih yang tinggi, dapat diduga bahwa keturunan dari induk tersebut dimasa yang akan datang akan melahirkan anak dengan bobot sapih yang tinggi pula (Sulastri, 2001).Bobot sapih per ekor yang direkomendasikan oleh NRC (1998) yaitu sekitar 13 - 18 kg.

Jumlah anak sekelahiran

Jumlah anak sekelahiran pada ternak babi perlu diperhatikan, karena sifat ini mempengaruhi sifat bobot lahir.Makin banyak jumlah anak sekelahiran maka makin rendah bobot lahirnya. Jika anak babi yang digunakan sebagai materi percobaan berasal dari berbagai jumlah anak seperlahiran yang bervariasi, maka materi keragaman yang tinggi dalam merespons suatu perlakuan yang sama (Gordeyase, 1990).

(66)

Komponen ragam

Performans atau produktivitas dari seekor ternak ditentukan oleh 2 faktor internal (genetik) dan eksternal (lingkungan) dan juga interaksi kedua faktor tersebut. Faktor eksternal bersifat temporer (berubah-ubah) dari waktu ke waktu dan tidak dapat diwariskan kepada keturunannya, sedangkan faktor internal (genetik) bersifat baka, tidak akan berubah selama hidupnya sepanjang tidak terjadi mutasi dari gen penyusunnya dan dapat diwariskan kepada keturunannya (Hardjosubroto, 1994).

Keragaman fenotipik menunjukkan pebedaan-perbedaan yang terukur antara individu yang satu dengan yang lain dalam suatu populasi untuk sifat tertentu. Keragaman fenotipik sifat menjadi materi dasar yang harus diperhatikan oleh pemulia karena tanpa keragaman sifat maka sifat tersebut tidak dapat diseleksi. Faktor-faktor yang menyebabkan keragaman fenotipik adalah faktor genetik, faktor lingkungan dan interaksi antara keduanya(Kurnianto, 2009).

(67)

Ragam

Akibat dari tidak seragamnya susunan gen yang dimiliki oleh ternak maka dalam sekelompok ternak atau dalam suatu populasi akan selalu timbul suatu variasi dari susunan gen. Akibat adanya variasi ini maka akan timbul variansi atau ragam (variane) dari gen. Variansi ini disebut variansi genetik yang seringkali disingkat dengan σg2

Ragam σ

(Hardjosubroto, 1994).

2

, yang merupakan rata-rata kuadrat simpangan ukuran masing-masing individu paling berguna untuk mempelajari keragaman populasi. Karena simpangan dikuadratkan, ragam merupakan nilai positif dengan batas bawah nol. Untuk menghitung rata-rata kuadrat simpangan, jumlah kuadrat simpangan dibagi n-1 dan tidak dibagi n, karena contoh yang terbatas biasanya tidak mencakup seluruh kisaran populasi (Warwick et al, 1995).

Ukuran variasi absolut digunakan untuk membandingkan suatu ukuran variasi dengan ukuran variasi yang lain dalam suatu populasi yang sama. Diantara berbagai ukuran variasi, ukuran variasi absolut yang paling sering digunakan dalam statistika adalah variance (ragam) dan standard deviasi (simpangan baku).

Variance (ragam) adalah jumlah kuadrat dari selisih nilai data observasi dengan

mean dibagi banyaknya data observasi. Standard deviasi (simpangan baku)

adalah akar dari variance (ragam) (

Ahli-ahli genetik berpendapat bahwa variasi bahan baku yang baik untuk suatu tujuan perbaikan mutu. Makin besar variasinya makin besar pula kemungkinan dapat dilaksanakan perbaikan mutu secara keseluruhannya. Variasi dapat terjadi pada sifat yang terlihat (fenotip) dan yang tidak terlihat (genotip) (Pane, 1993).

(68)

Koefisien Keragaman

Koefisien keragaman (KK) dapat diartikan seberapa jauh keragaman yang terdapat didalam suatu populasi pada suatu percobaan. Jika koefisien keragaman terlalu kecil akan menyebabkan terlalu banyak perlakuan yang menonjol, sebaliknya jika terlalu besar akan menyebabkan tidak adanya perlakuan yang menonjol (Gaspersz, 1991). Menurut Kurnianto (2009) kategori keragaman ialah: <5% keragaman kecil, 6%-14% keragaman sedang, ≥15% keragaman besar.

Pada umumnya, benda besar sangat beragam dan benda kecil beragam kecil. Untuk membuat perbandingan, akan mudah bila simpangan baku dinyatakan sebagai persentase dari rata-rata. Simpangan baku yang dinyatakan sebagai persentase dari rata-rata disebut koefisien keragaman (Warwick et al, 1995).

Semakin kecil nilai koefisien variasi yang diperoleh maka nilai pengamatan semakin homogen sebaliknya semakin besar koefisien variasinya maka variasi pada nilai-nilai pengamatan semakin besar atau nilai-nilai pengamatan semakin heterogen (

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai koefisien keragaman (KK), yaitu: a. Heterogenitas bahan, alat, media, lingkungan percobaan. Artinya semakin heterogen, maka nilai KK semakin besar, begitu sebaliknya. b. Selang perlakuan; semakin lebar selang perlakuan anda, maka nilai KK percobaan anda semakin besar, begitu sebaliknya (Hanafiah, 1991).

(69)

Peragam

Pada suatu penelitian tertentu, seringkali dilakukan pengamatan terhadap dua atau lebih parameter kuantitatif.Untuk mengetahui bentuk hubungan dan keeratan hubungan antara 2 parameter atau variabel, maka salah satu perhitungan yang harus dilakukan adalah peragam (Kunianto, 2009).

Parameter Genetik

Parameter genetik dibagi menjadi 3, yaitu heritabilitas, korelasi genetik dan ripitabilitas. Parameter genetik sering digunakan dalam rumus pendugaan nilai pemuliaan dan proses seleksi. Heritabilitas mengukur keragaman total pada fenotipik yang disebabkan oleh keragaman genetik aditif. Korelasi genetik berkaitan dengan hubungan antara suatu sifat dengan sifat yang lain secara genetik. Ripitabilitas digunakan untuk mempelajari bagian ragam total suatu sifat pada suatu populasi yang disebabkan oleh keragaman antar individu yang bersifat permanen pada periode produksi yang berbeda (Kurnianto, 2010).

Heritabilitas (Angka Pewarisan)

(70)

Bila seekor ternak menunjukkan keunggulan pada sifat yang mempunyai pewarisan tinggi maka dapat diharapkan bahwa anaknya kelak akan mempunyai keunggulan dalam hal tersebut. Bila angka pewarisan dari sifat tersebut rendah, belum tentu anak keturunannya mempunyai keunggulan dalam sifat tersebut karena hanya sebagian kecil saja dari keunggulannya yang dapat diwariskan kepada anaknya.Dalam hal demikian, keunggulan dari ternak sebagian besar disebabkan oleh faktor lingkungan. Pada umumnya h2

Seorang produsen ternak hendaknya jangan membuang-buang waktu menyeleksi ternak untuk memperbaiki sifat-sifat yang rendah heritabilitasnya. Usaha seleksi yang dilakukan akan lebih bermanfaat untuk usaha perbaikan terhadap sifat-sifat yang tinggi atau sedang heritabilitasnya. Perbaikan yang paling tepat bagi sifat-sifat yang rendah heritabilitasnya bukanlah melalui seleksi, melainkan melalui kawin silang. Namun, apabila peternak ingin menyeleksi yang daya warisnya rendah, ia harus menggunakan catatan kerabat dekat sebagai petunjuk (Sihombing, 1997).

dikatakan rendah bila nilainya berkisar antara 0 sampai 0,1, sedang bila nilainya 0,1 sampai 0,3 dan tinggi bila melebihi 0,3 (Hardjosubroto, 1994).

(71)

Metode rancangan tersarang (nested design) adalah metode dimana setiap pejantan dikawinkan dengan beberapa ekor betina, masing-masing betina tersebut menghasilkan beberapa ekor anak. Pada metode ini sumber keragaman terdiri dari 3 unsur, yaitu 1) antar pejantan, 2) antar induk dalam betina, 3) antar anak dalam induk (Kurnianto, 2010).

Menurut Hardjosubroto (1994), dalam pola tersarang berikut ini model statistiknya,

Y

ijk

= μ + α

i

+

βij

+ ε

ik

Keterangan :

Yij = data dari anak ke k dari induk ke j dengan pejantan ke i

μ = rerata

αi = pengaruh dari pejantan ke i

βij = pengaruh induk ke-j dengan pejantan ke-i

εik = penyimpangan pengaruh lingkungan dan genetik yang tidak terkontrol. Pola tersarang ini terbentuk bila data diperoleh dengan pengambilan sampel secara acak pada dua tingkat atau lebih.Tingkat pertama disebut grup dan ditentukan secara acak, tingkat kedua disebut sub grup yang dipilih secara acak pula tetapi tersarang dalam grup, tingkat ketiga disebut sub-sub grup yang dipilih secara acak

(72)

disebabkan oleh perbedaan genetik diantara ternak-ternak yang diamati. Heritabilitas merupakan perbandingan antara ragam genetik terhadap ragam fenotipik (Rusfidra,2013).

Korelasi Genetik

Korelasi dalam ilmu statistik berarti hubungan antara dua variabel atau lebih.Hubungan antara dua variabel disebut korelasi bivariat.Memiliki 2 variabel, variabel I disebut independent variable atau variabel tidak terikat (bebas), yaitu variabel yang memberikan pengaruh.Variabel II disebut dependent variable atau variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi (Hartono, 2009).

Dalam pemuliaan ternak, hubungan korelatif dapat dibedakan atas a. korelasi fenotip (= rP), b. korelasi genetik (= rG), c. korelasi lingkungan (= rE

Besarnya koefisien korelasi bergerak antara 0,000 sampai + 1,000 atau antara 0,000 sampai -1,000.Tanda positif dan negatif menunjukkan arah korelasinya. Koefisien korelasi sebesar + 1,000 atau -1,000 mempunyai korelasi sempurna, sedangkan koefisien korelasi sebesar 0,000 menunjukkan tidak ada korelasi (Hartono, 2009).

) Metode statistik yang digunakan untuk menaksir besarnya korelasi genetik adalah berdasarkan analisis kovariansi (analysis of covariance) untuk menaksir besarnya komponen ragam maupun peragam dari dua sifat (Hardjosubroto, 1994).

(73)

Korelasi genetik yang positif ada jika seleksi untuk suatu sifat tidak saja berakibat diperbaikinya sifat tersebut, tetapi juga sifat keduanya yang berkorelasi.Makin tinggi nilai korelasinya maka makin erat hubungan antara kedua sifat tersebut. Jika dua sifat berkorelasi negatif maka kemajuan seleksi pada satu sifat akan mengakibatkan menurunnya kemajuan genetik untuk sifat keduanya (Noor, 1996).

Cara yang paling mudah untuk menghitung korelasi genetik antara dua sifat adalah melalui percobaan seleksi dalam suatu populasi untuk mengamati sifat-sifat tunggal dan mengamati perubahan yang terjadi sebagai tanggapan korelasi sifat yang lain. Diperlukan data yang sangat besar untuk mendapatkan taksiran yang cukup tepat untuk dapat diandalkan. Meskipun dengan jumlah data yang besar sangatlah sukar untuk mengetahui apakah suatu taksiran tertentu benar-benar dapat mewakili populasi itu. Suatu taksiran korelasi genetik harus

dianggap hanya dapat diterapkan pada populasi tertentu dan pada waktu tertentu (Warwick et al, 1995).

Nilai Pemuliaan (Breeding Value)

Nilai pemuliaan atau Breeding value adalah penilaian dari mutu genetik ternak untuk suatu sifat tertentu, yang diberikan secara relatif atas dasar kedudukannya dalam populasi. Pengaruh dari masing-masing gen jarang dapat diukur, tetapi nilai pemuliaan suatu individu dapat diukur (Hardjosubroto, 1994).

Ternak yang memiliki nilai pemuliaan tinggi sebaiknya digunakan untuk induk pada generasi berikutnya. Ternak yang mempunyai nilai pemuliaan lebih

(74)

dibandingkan dengan ternak yang memiliki nilai pemuliaan rendah (Johansson and Rendel,1968).

Pada program seleksi untuk memilih individu-individu ternak yang mempunyai keunggulan genetik tinggi, maka nilai pemuliaan menjadi suatu keharusan untuk diketahui.Keunggulan ternak bukan dilihat dari nilai mutlak hasil pengukuran, tetapi berdasarkan atas hasil pembandingan antara penampilannya dengan penampilan kelompok lainnya.Nilai pemuliaan ternak diduga dari hasil kali antara pembobot dengan selisih rata-rata penampilan dirinya terhadap penampilan pembandingnya.Besarnya pembobot tergantung pada sumber informasi yang digunakan untuk menduga nilai pemuliaan (Kurnianto, 2010).

Apabila seekor ternak (biasanya seekor pejantan) telah diketahui besarnya nilai pemuliaannya, hal ini berarti bahwa bila pejantan tersebut dikawinkan dengan induk-induk secara acak pada populasi normal maka rerata performans keturunannya kelak akan menunjukkan keunggulan sebesar setengah dari nilai pemuliaan pejantan tersebut, terhadap performans populasinya. Seekor pejantan hanya dapat mewariskan kepada anaknya setengah dari nilai pemuliaannya, karena setengah dari sifat anak berasal dari induknya (Hardjosubroto, 1994).

(75)
(76)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Ternak babi ialah salah satu ternak penghasil daging yang merupakan sumber protein hewani bagi masyarakat.Ternak babi memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Menurut Sihombing (1997) babi akan lebih cepat tumbuh dan cepat menjadi dewasa serta bersifat prolific yang ditunjukkan dengan kemampuan mempunyai banyak anak setiap kelahirannya.

Salah satu cara untuk meningkatkan populasi ternak babi ialah dengan mendatangkan bibit babi unggul dari luar negeri. Umumnya bangsa babi yang paling banyak masuk ke Indonesia adalah bangsa babi Duroc, Landrace,

Berkshire dan Yorkshire.Menurut Sihombing (1997) bangsa babi Yorkshire

memiliki sifat yang baik dalam hal kemampuan menjadi induk.Babi Yorkshire mempunyai jumlah littersize yang tinggi dan memiliki sifat keibuan yang baik.Dengan demikian babi Yorkshire mempunyai potensi yang baik untuk dikembangkan sebagai ternak yang menghasilkan anak babi dalam jumlah banyak.Untuk memilih bibit yang baik sebaiknya dilakukan seleksi terhadap performans ternak.

(77)

Pemeliharaan ternak yang mempunyai nilai genetik tinggi disertai dengan manajemen yang baik tentunya akan memberikan hasil yang optimal baik dari segi produksi dan efisiensi usaha. Pemuliaan merupakan suatu usaha untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu genetik ternak melalui pengembangbiakan ternak-temak yang memiliki potensi genetik yang baik sehingga diperoleh potensi produksi yang diharapkan.Menurut Kurnianto (2010) Parameter genetik sering digunakan dalam rumus pendugaan nilai pemuliaan dan proses seleksi.

Produksi dari ternak babi berupa daging dan anaknya.Produktivitas dari ternak babi dapat dinilai berdasarkan sifat pertumbuhannya. Menurut Hardjosubroto (1994), bobot lahir adalah bobot anak babi yang ditimbang segera setelah dilahirkan dan bobot sapih adalah bobot pada saat anak dipisahkan dari induknya. Sementara itu menurut Millagres et. al. (1983) jumlah anak sekelahiran adalah jumlah anak yang dilahirkan per induk per kelahiran.

Didalam sekelompok ternak akan selalu timbul suatu ragam dari susunan gen sehingga menimbulkan variansi genetik antara setiap ternak didalam kelompok. Ragam yang paling penting ialah ragam genetik karena ragam ini dapat diwariskan kepada anak keturunannya (Hardjosubroto, 1994).

(78)

sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu genetik ternak pada generasi selanjutnya.

Berdasarkan uraian diatas, penulis berkeinginan melakukan penelitian terhadap pendugaan parameter genetik dan komponen ragam dari sifat pertumbuhan pada bangsa babi Yorkshire.Sehingga diharapkan dapat menentukan sifat pertumbuhan yang akan baik untuk dilakukan perbaikan mutu genetik.

Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menduga parameter genetik (heritabilitas, korelasi genetik dan nilai pemuliaan) dan komponen ragam (ragam, koefisien keragaman dan peragam) dari sifat pertumbuhan (bobot lahir, bobot sapih dan jumlah anak sekelahiran) pada bangsa babi Yorkshire di BPTU – HPT Siborongborong.

Kegunaan penelitian

(79)

ABSTRAK

EKANI PUTRI GURUSINGA, 2015. “Pendugaan Parameter Genetik dan

Komponen Ragam Sifat Pertumbuhan Pada Bangsa Babi Yorkshire”. Dibimbing oleh HAMDAN dan SAYED UMAR.

Tujuan penelitian untuk mengestimasi nilai parameter genetik dan komponen ragam dari sifat pertumbuhan pada Babi Yorkshire.Lokasi penelitian di BPTU-HPT Siborongborong pada bulan Juni 2015. Materi penelitian terdiri dari catatan produksi babi Yorkshire selama satu generasi sebanyak 249 ekor yang berasal dari 4 ekor pejantan dan 37 ekor induk babi Yorkshire. Variabel yang diamati adalah bobot lahir, bobot sapih dan jumlah anak sekelahiran. Heritabilitas dan korelasi genetik diestimasi menggunakan metode pola tersarang (nested

design) model unbalanced dan nilai pemuliaan dihitung menggunakan

pengukuran tunggal dirinya sendiri.

Hasil penelitian menunjukan nilai koefisen keragaman sifat bobot lahir, bobot sapih dan jumlah anak sekelahiran berturut-turut adalah 21,8%, 20,5% dan 22%. Nilai heritabilitas sifat bobot lahir dan bobot sapih berturut-turut adalah 0,21 dan 0,13. Nilai korelasi genetik bobot lahir dengan bobot sapih, jumlah anak sekelahiran dengan bobot lahir dan jumlah anak sekelahiran dengan bobot sapih berturut-turut adalah 0,264, 0,050 dan -0,110. Kesimpulan penelitian ialah nilai koefisien keragaman yang tinggi, nilai heritabilitas termasuk kategori sedang, nilai korelasi genetik termasuk kategori rendah sampai sedang, ternak yang terpilih sebagai ternak seleksi sebanyak 13 ekor jantan dan 58 ekor betina dan parameter genetik dapat digunakan untuk menyeleksi ternak Babi Yorkshire sehingga dapat memperbaiki mutu genetik pada generasi berikutnya.

(80)

ABSTRACT

EKANI PUTRI GURUSINGA, 2015. “Estimation Of

GeneticParameterandVarianceComponents OfNatureGrowthInYorkshireSwine

This research was conducted to estimate

”. Guidedy by HAMDAN and SAYED UMAR.

genetic

parameters(heritability, genetic correlationandbreeding

value) andvariancecomponentson growth traits of Yorkshire swine.This research was conductedinBPTU-HPT SiborongboronginJune 2015.

The results showed that the coefficient of the diversity of nature birth weight, weaning weight and litter size were 21.8%, 20.5% and 22%, respectively. Heritability value of birth weight and weaning weight were 0.21 and 0.13, respectively. The genetic correlation values among birth weight and weaning weight, litter size and birth weight and litter size and weaning weight were 0.264, 0.050 and -0.110, respectively. The conclusion of

The research material consists of a Yorkshire production records for a generation as much as 249 head emanating from 4 head males and 37 head female of Yorkshire. The variables measured were birth weight, weaning weight and litter size. Heritability and genetic correlations were estimated using nested design unbalanced and breeding values are calculated using a single measurement itself.

the studywas highcoefficient valuesdiversity, includingthe category ofmoderateheritability, geneticcorrelation valuesincludinglow to moderatecategory,swine selected as the selection of swine were 13 males and 58 females and thegenetic parameterscan beused to selectYorkshireso as to improvethe genetic quality ofthenext generation.

(81)

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DANKOMPONEN

RAGAM SIFAT PERTUMBUHAN PADA

BANGSA BABI YORKSHIRE

SKRIPSI

Oleh:

EKANI PUTRI GURUSINGA 110306027

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(82)

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN KOMPONEN

RAGAM SIFAT PERTUMBUHAN PADA

BANGSA BABI YORKSHIRE

SKRIPSI

Oleh :

EKANI PUTRI GURUSINGA 110306027/PETERNAKAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana

di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(83)

Judul Skripsi : Pendugaan Parameter Genetik dan Komponen Ragam Sifat Pertumbuhan pada Bangsa BabiYorkshire Nama : Ekani Putri Gurusinga

NIM : 110306027 Program Studi : Peternakan

Disetujui oleh, Komisi Pembimbing

Hamdan, S.Pt., M.Si. Prof. Dr. Ir. Sayed Umar, M.S. Ketua Anggota

Mengetahui,

Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si Ketua Program Studi Peternakan

(84)

ABSTRAK

EKANI PUTRI GURUSINGA, 2015. “Pendugaan Parameter Genetik dan

Komponen Ragam Sifat Pertumbuhan Pada Bangsa Babi Yorkshire”. Dibimbing oleh HAMDAN dan SAYED UMAR.

Tujuan penelitian untuk mengestimasi nilai parameter genetik dan komponen ragam dari sifat pertumbuhan pada Babi Yorkshire.Lokasi penelitian di BPTU-HPT Siborongborong pada bulan Juni 2015. Materi penelitian terdiri dari catatan produksi babi Yorkshire selama satu generasi sebanyak 249 ekor yang berasal dari 4 ekor pejantan dan 37 ekor induk babi Yorkshire. Variabel yang diamati adalah bobot lahir, bobot sapih dan jumlah anak sekelahiran. Heritabilitas dan korelasi genetik diestimasi menggunakan metode pola tersarang (nested

design) model unbalanced dan nilai pemuliaan dihitung menggunakan

pengukuran tunggal dirinya sendiri.

Hasil penelitian menunjukan nilai koefisen keragaman sifat bobot lahir, bobot sapih dan jumlah anak sekelahiran berturut-turut adalah 21,8%, 20,5% dan 22%. Nilai heritabilitas sifat bobot lahir dan bobot sapih berturut-turut adalah 0,21 dan 0,13. Nilai korelasi genetik bobot lahir dengan bobot sapih, jumlah anak sekelahiran dengan bobot lahir dan jumlah anak sekelahiran dengan bobot sapih berturut-turut adalah 0,264, 0,050 dan -0,110. Kesimpulan penelitian ialah nilai koefisien keragaman yang tinggi, nilai heritabilitas termasuk kategori sedang, nilai korelasi genetik termasuk kategori rendah sampai sedang, ternak yang terpilih sebagai ternak seleksi sebanyak 13 ekor jantan dan 58 ekor betina dan parameter genetik dapat digunakan untuk menyeleksi ternak Babi Yorkshire sehingga dapat memperbaiki mutu genetik pada generasi berikutnya.

(85)

ABSTRACT

EKANI PUTRI GURUSINGA, 2015. “Estimation Of

GeneticParameterandVarianceComponents OfNatureGrowthInYorkshireSwine

This research was conducted to estimate

”. Guidedy by HAMDAN and SAYED UMAR.

genetic

parameters(heritability, genetic correlationandbreeding

value) andvariancecomponentson growth traits of Yorkshire swine.This research was conductedinBPTU-HPT SiborongboronginJune 2015.

The results showed that the coefficient of the diversity of nature birth weight, weaning weight and litter size were 21.8%, 20.5% and 22%, respectively. Heritability value of birth weight and weaning weight were 0.21 and 0.13, respectively. The genetic correlation values among birth weight and weaning weight, litter size and birth weight and litter size and weaning weight were 0.264, 0.050 and -0.110, respectively. The conclusion of

The research material consists of a Yorkshire production records for a generation as much as 249 head emanating from 4 head males and 37 head female of Yorkshire. The variables measured were birth weight, weaning weight and litter size. Heritability and genetic correlations were estimated using nested design unbalanced and breeding values are calculated using a single measurement itself.

the studywas highcoefficient valuesdiversity, includingthe category ofmoderateheritability, geneticcorrelation valuesincludinglow to moderatecategory,swine selected as the selection of swine were 13 males and 58 females and thegenetic parameterscan beused to selectYorkshireso as to improvethe genetic quality ofthenext generation.

(86)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu pada tanggal 07 Oktober 1993 dari Bapak Johanis Gurusinga dan Ibu Jenny Br. Sembiring.Penulis merupakan putri kedua dari dua bersaudara.

Pada Tahun 2011 penulis lulus dari SMA Negeri 1 di Pancur Batu dan pada tahun yang sama penulis masuk di Fakultas Pertanian USU melalui SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) jalur tertulis. Penulis memilih program studi Peternakan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Peternakan (IMAPET) dan sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Kristen Peternakan (IMAKRIP).Selain itu Penulis juga mengikuti UKM - KMK UP Fakultas Pertanian USU.

(87)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pendugaan Parameter Genetik dan Komponen Ragam Sifat Pertumbuhan Pada Bangsa Babi Yorkshire”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua atas doa, semangat dan pengorbanan moril maupun materil yang telah diberikan selama ini. Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Bapak Hamdan, S.Pt., M.Si. dan Bapak Prof. Dr. Ir. Sayed Umar, M.S., selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan masukan kepada penulis atas penulisan skripsi.

(88)

DAFTAR ISI

Heritabilitas (Angka Pewarisan) ... 11

(89)

Analisis Data . ... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN Komponen ragam ... 24

Bobot lahir . ... 25

Bobot sapih . ... 26

Jumlah anak sekelahiran . ... 26

Nilai heritabilitas . ... 27

Korelasi genetik . ... 29

Nilai pemuliaan . ... 30

Peringkat ternak berdasarkan nilai indeks terhadap nilai heritabilitas ... 32

Rekapitulasi hasil penelitian ... 35

KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

(90)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Analisis ragam perhitungan nilai heritabilitas dengan metode

rancangan tersarang ... 21

2. Analisis ragam perhitungan korelasi genetik dengan metode pola tersarang ... 22

3. Perbandingan bobot badan nyata dan terkoreksi ... 24

4. Nilai peragam sifat pertumbuhan pada ternak babi Yorkshire... 25

5. Rataan bobot lahir Yorkshire berdasarkan jenis kelamin ... 25

6. Rataan bobot sapih Yorkshire berdasarkan jenis kelamin ... 26

7. Nilai heritabilitas anak Babi Yorkshire ... 27

8. Estimasi korelasi genetik sifat kuantitatif ... 29

9. Peringkat anak jantan berdasarkan indeks terhadap semua sifat bobot ... 32

10. Peringkat anak betina berdasarkan indeks terhadap semua sifat bobot ... 33

(91)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Recording anak babi Yorkshire ... 38

2. Data bobot badan nyata dan terkoreksi anak babi Yorkshire ... 45

3. Koreksi bobot lahir dan bobot sapih anak babi Yorkshire berdasarkan jenis kelamin ... 57

4. Analisis ragam bobot lahir ... 64

5. Analisis ragam bobot sapih ... 64

6. Korelasi genetik antara bobot lahir dan bobot sapih ... 64

7. Korelasi genetik antara jumlah anak sekelahiran dan bobot lahir ... 65

8. Korelasi genetik antara jumlah anak sekelahiran dan bobot sapih ... 65

9. Nilai pemuliaan bobot lahir dan bobot sapih anak betina Yorkshire ... 66

10. Nilai pemuliaan bobot lahir dan bobot sapiph anak jantan Yorkshire ... 66

11. Komponen ragam jumlah anak sekelahiran ... 72

12. Rangking berdasarkan indeks terhadap nilai heritabilitas ... 74

Gambar

Tabel 1.Analisis ragam perhitungan nilai heritabilitas dengan metode rancangan tersarang
Tabel 2.Analisis ragam perhitungan korelasi genetik dengan metode pola tersarang.
Tabel 3. Perbandingan bobot badan nyata dan terkoreksi Variabel µ ± sb  (kg)
Tabel 4. Nilai peragam sifat pertumbuhan babi YorkshireSifat pertumbuhan  Peragam (S)
+6

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Software Macromedia Dreamweaver MX merupakan editor HTML (Hypertext Makeup Languange) yang merupakan dasar dari pembuatan homepage ini, didalam HTML terdapat berbagai macam tag-tag

[r]

Melalui penulisan ilmiah ini penulis akan membuat sebuah aplikasi homepage ensiklopedia komputer dengan tahapan pembuatan hompage meliputi : struktur navigasi, desain tampilan

[r]

[r]

Gambar 3. Diagram Rata-rata hasil belajar siswa siklus I.. 4) Dampak perlakuan siklus I Siklus I yang diawali dengan perencanaan, tindakaan dan pengamatan berpengaruh pada