ABSTRACT
Planning Analysis Program Bus Rapid Transit (BRT) Bandar Lampung in 2011
By
Rostaria Magdalena Sianturi
The concept of public management by visualizing the public needs the government's efforts to use the facilities and infrastructure available. Background in public sector management plan based on the tendency of the government's attention to the problems faced in order to meet public needs. Organizing shape public management by the government to give public service one is the provision of transport services.
This study aimed to (a) describe and analyze the background of the program planning BRT-Trans Bandar Lampung in 2011, (b) describe and analyze processes in planning BRT-Trans Bandar Lampung, and (c) analyzing the involvement of stakeholders in the planning of the BRT program- Trans Bandar Lampung. This research used descriptive type of research with qualitative approach. Data were collected using depth interview and documentation.
The results of this study indicate that the BRT-Trans Bandar Lampung motivated by two things: (a) the mandate of Law Number 22 of 2009 about Road Traffic and Transportation (LLAJ) is a major policy on which to base the development of this program. Bandar Lampung as major cities that have been planned by the central government as the city's duty to develop mass transportation BRT, (b) transportation of Bandar Lampung conditions that must be addressed. However, since the planning and implementation phase of BRT-Trans Bandar Lampung is not equipped with operational directives / guidelines. Processes and stakeholder involvement in the planning of this program can be seen that has not been going well, due to the lack of systematic and comprehensiveness of planning agenda. This research recommends some suggestions: (1) the City Government and Dinas Perhubungan of Bandar Lampung City transport management needs to establish that in the future no longer fill the city streets as it becomes the freight feeder link facilities; (2) The necessity of the City Government and the Dinas Perhubungan of Bandar Lampung City to finish the implementation of the law BRT-Trans Bandar Lampung, and (3) have formed a committee that allows for joint regulation with Dinas Perhubungan of Bandar Lampung City to evaluate the implementation of the BRT-Trans Bandar Lampung.
ABSTRAK
Analisis Perencanaan Program Bus Rapid Transit (BRT) Kota Bandar Lampung tahun 2011
Oleh
Rostaria Magdalena Sianturi
Konsep manajemen publik memvisualisasikan pemenuhan kebutuhan publik oleh upaya pemerintah dengan menggunakan sarana dan prasarana yang tersedia. Latar belakang perencanaan dalam manajemen sektor publik didasari oleh adanya kecenderungan perhatian pemerintah pada permasalahan yang dihadapi dalam rangka pemenuhan kebutuhan publik. Bentuk penyelengaraan manajemen publik oleh pemerintah salah satunya adalah dengan penyediaan layanan publik yaitu transportasi.
Penelitian ini bertujuan untuk (a) mendeskripsikan dan menganalisis latar belakang perencanaan program BRT-Trans Bandar Lampung tahun 2011; (b) mendeskripsikan dan menganalisis proses dalam perencanaan program BRT-Trans Bandar Lampung; serta (c) menganalisis keterlibatan stakeholder dalam perencanaan program BRT-Trans Bandar Lampung. Metode yang digunakan adalah tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan cara wawancara mendalam dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dilatarbelakangi oleh dua hal. (a) Amanat Undang-Undang nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) merupakan kebijakan utama yang menjadi dasar pengembangan program ini. Bandar Lampung sebagai kota besar yang telah direncanakan oleh pemerintah pusat sebagai kota yang wajib mengembangkan angkutan umum massal BRT, (b) kondisi transportasi Kota Bandar Lampung yang harus segera dibenahi. Akan tetapi, sejak proses perencanaan hingga pada tahap pelaksanaan program BRT-Trans Bandar Lampung ini belum dilengkapi dengan juklak/juknis. Proses dan keterlibatan stakeholder dalam perencanaan program ini dapat diketahui bahwa belum berjalan dengan baik, akibat kurang sistematis dan komprehensifnya agenda perencanaan.
panitia regulasi yang memungkinkan untuk bersama Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung melakukan evaluasi perencanaan BRT-Trans Bandar Lampung.
ANALISIS PERENCANAAN PROGRAM BUS RAPID TRANSIT
(BRT) KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2011
Oleh
ROSTARIA MAGDALENA SIANTURI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA ADMINISTRASI NEGARA
Pada
Program Studi Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Peta Administrasi Kota Bandar Lampung ... 52 2. Halte BRT-Trans Bandar Lampung yang dilengkapi atap dan belum
dilengkapi atap ... 81 3. Halte BRT sesuai Pedoman Teknis Angkutan Bus Kota dengan Sistem
Jalur Khusus (busway)
DAFTAR ISI
2.2.2. Konsep Perencanaan ... 21
2.2.3. Fungsi dan Tujuan Perencanaan ... 26
2.2.4. Proses Perencanaan ... 28
2.3. Perencanaan Transportasi ... 32
2.3.1. Transportasi ... 32
2.3.2. Bus Rappid Transit (BRT) ... 33
2.3.3. Perencanaan Transportasi ...33
2.4. Program ...35
III. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ...38
3.2. Fokus Penelitian ...40 4.1. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung ...50
4.2. Gambaran Umum Pengembangan Bus Rapid Transit (BRT) Trans Bandar Lampung ...58
1. Latar Belakang Perencanaan Program BRT-Trans Bandar
Lampung ...65
2. Proses Perencanaan Program BRT-Trans Bandar Lampung ...70
a) Prakiraan ...72
b) Pemrograman ...76
c) Penjadwalan ...86
d) Penganggaran ...89
e) Pengembangan prosedur ...93
3. Keterlibatan Stakeholder dalam Perencanaan Program BRT-Trans Bandar Lampung ...99
4.4. Pembahasan ...104
V. KESIMPULAN dan SARAN 5.1. Kesimpulan ...122
5.2. Saran ...125 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Rute Trayek Bus Rapid Transit (BRT) Trans Bandar Lampung
... 7
2. Daftar Informan
... 43
3. Daftar Dokumen yang berkaitan dengan penelitian
... 44
4. Nama kecamatan, ibukota, jumlah kelurahan, dan luas wilayah kota Bandar Lampung per-Kecamatan (km²)
... 51
5. Jumlah penduduk Kota Bandar Lampung menurut kecamatan dan jenis kelamin
... 53
6. Distribusi PDRB Kota Bandar Lampung atas dasar harga Konstan tahun 2008-2011
... 54
7. Panjang jalan dirinci menurut kelas jalan tahun 2007-2011
... 56
8. Banyaknya kendaraan menurut jenisnya di Kota Bandar Lampung tahun 2005-2009.
... 57
9. Pendapatan perkapita Kota Bandar Lampung tahun 2005-2009
... 58
10. Model pengembangan BRT
... 63
11. Rencana program pengembangan Bus Rapid Transit (BRT) sampai 2014
... 67
12. Perubahan besaran tarif BRT-Trans Bandar Lampung per 1 Oktober 2012
13. Kegiatan Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung dalam perencanaan BRT-Trans Bandar Lampung
... 87
14. Stakeholder yang terlibat dalam perencanaan program BRT-Trans Bandar Lampung tahun 2011
M O T T O
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia
sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya
yang tunggal, supaya setiap orang yang
percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan
beroleh hidup yang kekal.
(Yohanes 3:16)Ujilah aku ya Tuhan, dan cobalah aku;
selidikilah batinku dan hatiku.
(Mazmur 26:2)
“Because any moment might be our last.
We will never be here again..”
(Achilles, TROY)
“
For what it’s worth, It’s never too late
to be whoever you want to be..”
(Benjamin, The Curious Case of Benjamin Button)
“Sabar itu ngga ada batasnya, cuma perlu
berhenti sejenak dan tarik nafas untuk
P E R S E M B A H A N
Ku persembahkan karya kecil ini kepada :
My Almighty God and Redeemer, Jesus Christ
Kedua orangtua terbaik se-dunia yang berjalan jauh, penuh kerja keras, kesabaran, dan menjadi simbol kesetiaan dalam hidup
Papa Tersayang (Boni Facius Sianturi)
Madu Tersayang (Tinurmala Sinaga)
My Beloved Brothers and My Lovely Sista,
Marulitua Pandapotan Sianturi., S.E., S.Th.
Yohannes P.K. Situmorang., S.E., M.M./Farida Theresia Sianturi
Brigpol Josua Pardomuan Sianturi., S.H.
Keponakanku yang lucu dan manis,
Hanna Christabella Situmorang
Gladys Felicia Situmorang
Kawan-kawan terbaikku.
Yang mengiringi hingga Sarjana, terima kasih buat doa, cerita, kebersamaan, canda tawa, air mata, dan pengalamannya..
Serta untuk Almamaterku tercinta…
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Bandar Lampung pada tanggal 14 April 1989
dalam keadaan sehat walafiat. Penulis merupakan anak terakhir
dari 4 bersaudara pasangan Boni Facius Sianturi dan Tinurmala
Sinaga. Masa kecil hingga sekarang dihabiskan oleh penulis
bersama keluarga tercinta di Kota Bandar Lampung. Pendidikan ditempuh oleh
penulis dimulai sejak tahun 1994-1995 yaitu pada TK Sejahtera, kemudian di SD
Sejahtera IV Bandar Lampung sejak tahun 1995-2001. Setelah menamatkan
pendidikan sekolah dasar, penulis melanjutkan ke SMPN1 Bandar Lampung pada
tahun 2001-2004 dan tahun 2004, penulis melanjutkan pendidikan di SMA Gajah
Mada Bandar Lampung lulus pada tahun 2007. Tahun 2008 penulis tercatat
sebagai mahasiswa jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung, melalui jalur Seleksi Nasional Mahasiswa
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Kecintaan penulis terhadap dunia organisasi disalurkan melalui beberapa
organisasi yang diikuti semasa kuliah. Di tingkat Universitas, penulis bergabung
dalam sebuah UKM yang fokus pada kepenyiaran sebagai bentuk eksistensi di
dunia broadcasting, yaitu pada UKM Radio Kampus Unila (RAKANILA) 107,9
FM. Penulis magang sebagai penyiar pada tahun 2008, menjadi crew pada bulan
April 2009, dan diangkat menjadi HRD selama masa jabatan 2009-2010, lalu
dipercaya menjadi Manager SDM pada tahun kepengurusan 2010-2011. Penulis
sebagai anggota pada suara Alto. Untuk tingkat Fakultas, penulis tergabung dalam
HIMAGARA (Himpunan Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara).
Pada bulan Juli 2011 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa
Srirahayu Kec.Banyumas, Kabupaten Pringsewu selama 40 hari. Penulis adalah
sosok sederhana dengan prioritas utamanya adalah kesuksesan dan
membahagiakan keluarga. Tumbuh dan besar di lingkungan yang hangat dengan
kasih sayang, membuat penulis termotivasi untuk terus memberikan yang terbaik
SANWACANA
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat yang diberikan-Nya
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi dengan judul “ANALISIS
PERENCANAAN PROGRAM BUS RAPID TRANSIT (BRT) KOTA BANDAR
LAMPUNG TAHUN 2011” ini ditujukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
akademik guna memperoleh gelar Sarjana (S1) pada Jurusan Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari hambatan dan kesulitan dikarenakan
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki penulis. Namun berkat
adanya dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penyusunan skripsi
ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik.
2. Ibu Rahayu Sulistiowati, S.Sos., M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu
Administrasi Negara.
3. Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos., M.Si., selaku pembimbing yang telah
memberikan banyak waktu dalam bimbingan dan pengarahan kepada
penulis, sehingga penulis dapat memperbaiki kesalahan dan kekurangan
4. Bapak Nana Mulyana, S.I.P., M.Si., selaku Pembimbing Akademik
penulis yang telah membantu penulis dari awal kuliah sampai saat ini.
5. Bapak Dr. Bambang Utoyo S, Drs., M.Si. selaku penguji utama yang telah
memberikan banyak masukan, saran serta pengarahan kepada penulis
dalam penyempurnaan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah
mewariskan ilmunya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan serta
membimbing penulis selama studi.
7. Segenap informan penelitian: Iskandar Zulkarnain, ATD., S.H., M.T.
(Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung);
Hujatullah, S.H. (Kepala Bidang Angkutan Darat Dinas Perhubungan Kota
Bandar Lampung); Fitriyanti, S.T. (Ka.Sub.Bid Sarana Prasarana Bappeda
Kota Bandar Lampung); Alm.Yeni Tri Waluyo., S.E. (Dir. Operasional
PT. Trans Bandar Lampung dan Sekprov DPD Organda Provinsi
Lampung); Sudarto (Ka.Bag Operasional PT.Trans Bandar Lampung); IB.
Ilham Malik., S.T., M.T. (Ketua MTI (Masyarakat Transportasi Indonesia)
regional Lampung); Ediyal Tamimi (Kasi Operasi Perum DAMRI Bandar
Lampung); Bambang Haryanto S.Sos., dan Desy Katarina Sitepu (Dinas
Perhubungan Kota Bandar Lampung), masyarakat, serta seluruh pihak
yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu dan
memberikan kemudahan dalam penulisan skripsi ini, terima kasih yang
8. Kedua Orang Tua tercinta Boni Facius Sianturi (Papa) dan Tinurmala
Sinaga (Madu) tercinta, semoga ini semua menjadi awal kemandirian
penulis untuk menghadapi dunia agar dapat mewujudkan mimpi dan
membahagikan madu dan papa. Milyaran kata terimakasih-pun tak akan
pernah cukup untuk diucapkan atas kasih, kerja keras, waktu,
pengorbanan, dan doa yang telah kalian berikan kepada penulis selama ini.
Juga atas kesabaran untuk selalu menunggu hingga skripsi ini
terselesaikan. May the grace of Jesus Christ be with you to many more
years..
9. Abang-abang terhebat yang menjadi panutan dalam banyak hal, kakak
(soulmate) tercinta, keponakan-keponakan yang segera remaja, serta
seluruh keluarga besar yang telah banyak memberikan kasih, dukungan
dan semangat kepada penulis, semoga Tuhan Yesus Kristus memberkati
kalian semua.
10.Administrasi Negara 2006, 2007, dan 2009, serta teman-teman
seperjuangan Administrasi Negara 2008 yang telah memberikan semangat,
dan motivasi selama masa perkuliahan. Untuk Fruity yang sejak awal
menjadi cerita ceria penulis (Annisa, Cici Gamiar, Kartikul, Zabeth,
Melon, dan Similikiti); untuk yang paling baik dan banyak membantu
semasa kuliah sampai akhir penyusunan skripsi ini (cece Tiara Anggriani),
untuk Kartika Ressa Harfilia (yang semangat ya, kul..! Terkadang kita
perlu jalan sendiri untuk nunjukin kalau kita bisa..), Annisa Agustina
(kawan dalam suka dan duka, ayo Maret guss!), serta Elizabeth Ditalini
kawan-kawan seperjuangan di masa-masa akhir perkuliahan, Step, Reza, Budi,
Bayu, Rizky, Wiwik, Dian, Merli, Nursiah, Jume, abah Bachtiar, om Rio,
Debi, Lia (my neighbor) Beni, Rifa, Edo, Rege, (bebedakan or bebedasan
grup? hahaha.. keep bedass..!) dan kawan-kawan angkatan 2008 yang tidak
dapat disebutkan satu persatu terimakasih atas dukungannya.
11.Keluarga Besar Ilmu Administrasi Negara FISIP Unila.
12.Terimaksih kepada UKM RAKANILA tercinta yang memberi banyak
pengalaman, pengetahuan, dan menjadi miniatur perusahaan yang sempat
dikelola oleh penulis. Abang-abang, kakak-kakak, mbak-mbak tercinta
dari angkatan pendiri sampai angkatan 11. Terutama untuk my besties
angkatan 8 ter-segalanya, Agustinus (banyak kenangan dengan pendiri
ukm boneka ini); Bo Abo, Gres, Tenong, Lindi ( semangat untuk
skripsinya..! no more mellow say no to galau); Karung, Dendi, Iman,
Jeme, Japung, Dafi, Clara, Ciko, dan Vera, terimakasih semuanya. Semoga
kita semua sukses. Amin.
13.Teman-teman kelompok KKN di Pekon Srirahayu, kec. Banyumas, kab.
Pringsewu, Mama Ririn, adik Citra, kak Stile, Papa Gusti, Wahbi Genjer,
Reja, terimakasih 40 hari yang luar biasa. Juga untuk keluarga Bapak dan
Ibu Suryono, Ayu, Rudi, Tika, serta keluarga se-Srirahayu, terimakasih
atas doa dan dukungannya.
14.Terima kasih kepada yang kusebut dengan kawan, Eka Nirwana, A.Md,
Rati Agustina, A.Md, Cholisa, A.Md, dan Nopa Utari, S.Keb, terima kasih
tangis kita. Belum ada lagi selain terima kasih. Teman-teman semasa SMA
yang sampai kini masih terus memberikan dukungan, Ardi, Reki, Arie,
Ade, dan semuanya; serta teruntuk Martin Gian Aritra yang pernah banyak
memberi motivasi, terimakasih.
15.Dan seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyusunan
skripsi ini tanpa terkecuali, yang tidak dapat ditulis satu persatu.
Terimakasih atas dukungan, bantuan, dan doanya.
Akhir kata semoga segala kebaikan dan bantuan serta kasih yang diberikan kepada
penulis diberkati oleh Tuhan dan penulis mengharapkan semoga skripsi ini
bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, November 2012
Penulis,
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Fokus utama penyelenggaraan pemerintahan adalah berupaya untuk
menyediakan berbagai kegiatan pemerintahan yang bertujuan
mensejahterakan rakyat. Tugas utama pemerintahan yang paling menjadi
pantauan adalah penyediaan barang-barang publik (public goods) dan
pemberian pelayanan publik (public service). Konteks manajemen
pemerintahan mengutamakan unsur-unsur manajemen sebagai
langkah-langkah yang digunakan oleh pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan
publik.
Bentuk penyelenggaraan manajemen pemerintah, salah satunya adalah
penyediaan transportasi. Tangkilisan (2003:402) mengemukakan bahwa
transportasi adalah public goods sehingga peranan pemerintah dan
masyarakat sangat vital dalam pengembangan sistemnya. Saat ini,
penanganan transportasi telah cukup maju dengan dimilikinya
undang-undang tentang jalan, lalu lintas, angkutan jalan, perkeretaapian, pelayaran,
penerbangan, dan pelabuhan. Pemberian layanan transportasi yang baik oleh
pemerintah merupakan bentuk pelayanan publik. Nasution (1996:11)
berpendapat bahwa dibutuhkan sistem transportasi yang baik yang dapat
menjamin keamanan, keselamatan, kecepatan, yang dapat dijangkau oleh
daya beli masyarakat. Perkembangan masyarakat dalam aktivitas tentu tidak
dapat lepas dari bagaimana proses masyarakat dalam mencapai tujuanya.
Dukungan terhadap penduduk dalam melakukan aktivitas-aktivitas salah
untuk mendukung segala kegiatan harus diperhitungkan setepat dan
secermat mungkin dengan prosedur dan tahapan yang harus dilalui (Miro,
2005:2).
Kawasan perkotaan tidak dapat lepas dari pengadaan transportasi. Hal ini
didukung oleh pendapat Nasution (1996:16) bahwa bagi daerah perkotaan,
transportasi memegang peranan yang cukup menentukan. Kota yang baik
ditandai dengan melihat kondisi transportasinya. Transportasi yang aman,
lancar, selain mencerminkan keteraturan kota, juga mencerminkan
kelancaran kegiatan perekonomian kota. Pelayanan dan pembangunan
sektor transportasi perkotaan memiliki aspek yang luas, meliputi tersedianya
prasarana dan sarana transportasi yang cukup untuk melayani transportasi
perkotaan yang lancar (cepat), selamat (aman), dan nyaman. Hal ini
meliputi transportasi kendaraan bermotor dan tidak bermotor (non
motorized transportation), sarana angkutan umum dan sarana angkutan pribadi, maka dibutuhkan strategi, kebijakan, perencanaan, dan program
pembangunan transportasi perkotaan yang komprehensif dan
implementable, serta didukung oleh pengaturan, pengelolaan, kegiatan operasional, dan pengawasan yang efektif dan efisien (Adisasmita,
2011:11).
Sebagai sebuah kota, pengelolaan transportasi menandai adanya kondisi
yang teratur, lancar dalam kegiatan dan mobilisasi aktivitas penduduk.
Menurut Sadyohutomo (2009:65) ada beberapa kondisi transportasi kota
a. Kemacetan lalu lintas (traffic jams) dan lalu lintas merambat (traffic
congestion);
b. kesemrawutan lalu lintas;
c. polusi udara dari knalpot mobil-mobil tua;
d. kendaraan umum yang tidak aman, nyaman, dan tidak tepat waktu;
e. kebijaksanaan pemerintah yang memanjakan penggunaan kendaraan
pribadi dan mengabaikan pembinaan pada transportasi umum massal;
dan,
f. prasarana jalan yang cepat rusak walau diperbaiki setiap tahun.
Permasalahan kondisi transportasi kota ini juga dialami oleh kota Bandar
Lampung yang merupakan ibukota Provinsi Lampung dengan luas wilayah
196 km² dan penduduk kota yang saat ini berjumlah ±1 juta jiwa. Bandar
Lampung memiliki andil penting karena secara administrastif sebagai pusat
ibukota pemerintahan, Bandar Lampung juga sebagai jalur darat hubungan
antara pulau Jawa dan Sumatera. Sesuai dengan klasifikasi kota, maka Kota
Bandar Lampung masuk dalam katagori kota besar, dengan panjang jalan
kota 900,320 km, jalan negara 65,04 km, dan jalan propinsi sepanjang
43,980 km (slide Reformasi Sistem Transportasi Kota Bandar Lampung,
oleh Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung, dipaparkan dalam Forum
Diskusi Publik “Pelayanan Transportasi Umum perkotaan melalui
pengembangan BRT di Kota Bandar Lampung” pada 23 Februari 2012).
Sebagai kota yang menjadi pusat kegiatan baik pemerintahan maupun
aktivitas perdagangan di Provinsi Lampung, Kota Bandar Lampung juga
masalah. Pengaturan angkutan kota yang belum terintegrasi dengan baik
salah satunya dapat dilihat saat memasuki kawasan pusat perbelanjaan di
Tanjungkarang Pusat di mana angkutan kota menumpuk. Angkutan umum
terlibat perebutan penumpang, saling menyalip, serta berhenti di sembarang
tempat. Perilaku ini membuat tidak nyaman dan membahayakan pengendara
lain (Lampungpost, edisi Minggu 02 Oktober 2011). Keadaan transportasi
seperti ini menimbulkan dampak buruk dan ketidaknyamanan bagi
masyarakat dalam menjalankan aktivitas.
Tangkilisan (2003:392) mengemukakan bahwa jaringan transportasi di kota
dapat menimbulkan masalah apabila jumlah lalu lintas tidak seimbang
dengan panjang atau ruas jalan yang ada. Rasio jumlah kendaraan dan
panjang jalan turut menentukan terjadinya masalah-masalah lalu lintas,
seperti kemacetan. Masalah-masalah kesemrawutan lalu lintas di Bandar
Lampung yang menyebabkan kemacetan tentu bukan tanpa alasan.
Berdasarkan wawancara prariset penulis pada hari Senin, 28 November
2011 dengan Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Bandar
Lampung, Iskandar Zulkarnain S.H., M.T., beberapa tantangan transportasi
kota yang menjadi masalah kota Bandar Lampung kedepannya adalah
sebagai berikut:
a. Pertambahan jumlah kendaraan tidak diikuti oleh penambahan
panjang jalan;
b. penggunaan kendaraan pribadi yang sangat tinggi terutama sepeda
motor;
d. masih adanya beberapa bagian di wilayah kota yang belum terlayani
oleh jasa angkutan umum, dan
e. pelayanan angkutan yang belum optimal.
Masalah transportasi sudah menjadi isu kebijaksanaan publik karena
dampaknya secara material, waktu, dan kenyamanan cukup besar
(Sadyohutomo, 2009:157). Masalah dan tantangan transportasi kota untuk
jangka panjang ini merupakan hal yang harus diberi perhatian khusus dan
dibahas pencegahannya dalam bentuk kebijakan. Melihat kebutuhan akan
transportasi yang terus berkembang dengan pesat, maka perlu didukung
dengan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan penyelenggaraan
transportasi.
Seperti tertuang dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas Angkutan Jalan (LLAJ) pasal 158, disebutkan bahwa pemerintah
wajib menjamin ketersediaan angkutan massal berbasis jalan untuk
memenuhi kebutuhan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum di
kawasan perkotaan (Kawasan Megapolitan, Kawasan Metropolitan dan
Kawasan Perkotaan Besar). Angkutan massal harus didukung dengan bus
berkapasitas angkutan massal, lajur khusus, trayek angkutan umum lain
yang tidak berhimpitan, dan angkutan pengumpan (feeder).
Diperlukan adanya sebuah kebijakan di bidang transportasi yang mampu
menghadapi tantangan-tantangan yang dikhawatirkan akan muncul di Kota
Bandar Lampung beberapa tahun mendatang, oleh karena itu Pemerintah
melakukan perubahan paradigma dengan mengutamakan perwujudan Sistem
Angkutan Umum Massal (SAUM) dengan menerapkan pengoperasian
angkutan berupa Bus Rapid Transit (BRT) yang dikenal dengan sebutan busway dan diberi nama Trans-Bandar Lampung. BRT merupakan program reformasi angkutan sejalan dengan Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009
tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan (LLAJ) serta Keputusan Menteri
Perhubungan nomor KM. 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan
Angkutan Orang di jalan dengan Kendaraan Umum (Radar Lampung, edisi
Kamis 1 Maret 2012).
Keberadaan busway terlebih dulu menjadi sarana transportasi umum di
kota-kota besar lainnya seperti di Jakarta (Trans Jakarta), Yogyakarta (Trans
Jogja), Bandung (Trans Metro Bandung), Bogor (Trans Pakuan), Pekanbaru
(Trans Metro Pekanbaru), dan Palembang (Trans Musi). Pelaksanaan
program BRT di kota-kota tersebut tentu menuai sorotan baik dari segi
teknis hingga dampak dari program ini. Penelitian mengenai busway sebelumnya telah dilakukan oleh beberapa peneliti, oleh Arief Effendi
(2011) yang menyoroti karakteristik dan persepsi penumpang terhadap
pelayanan BRT Trans Semarang koridor I, mahasiswa Ilmu Pemerintahan
FISIP UNILA, Achmad Barjan (2006) yang melihat dampak kebijakan
busway terhadap pengurangan tingkat kemacetan di Provinsi DKI Jakarta, serta penelitian oleh Moniqa Dwi Permatasarie (2009) yang bertujuan
menganalisis bagaimana kualitas pelayanan yang dilaksanakan Trans
Jakarta terhadap kepuasan konsumen di koridor 6 (Ragunan-Dukuh Atas).
penelitian ini, peneliti mengangkat sisi perencanaan dari BRT di Kota
Bandar Lampung pada tahun 2011. Pemahaman dalam manajemen publik
penting bagi pemerintah terkait untuk merencanakan penetapan
langkah-langkah yang akan diambil agar peluang bagi pencapaian sasaran dapat
terbuka luas dan keberadaan dari program busway ini menjadi alat tepat untuk memecahkan masalah kemacetan di Kota Bandar Lampung. Berikut
adalah tabel rencana rute trayek BRT-Trans Bandar Lampung:
Tabel 1. Rute Tayek Bus Rapid Transit (BRT) Trans Bandar Lampung
Trayek Rute – Jl. Raden Intan – Jl. A.Yani – Jl. Wolter Monginsidi
– Jl. WR. Supratman – Jl. Patimura – Jl. Hasanudin –
Lempasing (via Jl. Yos Sudarso – Jl. Laks Malahayati – jl. Ikan tenggiri – Jl. RE Martadinata) Sumber : Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam Launching dan Diskusi PSKP LP Universitas Lampung tanggal 1 Desember 2011.
Pemerintah kota Bandar Lampung bersama Dinas Perhubungan Kota
menjadi stakeholder dalam persiapan pelaksanaan BRT, termasuk juga CV.
Devis Jaya Advertising yang menjadi mitra pemerintah dalam penyediaan
ini telah diwacanakan sejak tahun 2010 oleh pemerintah dan Dinas
Perhubungan Kota Bandar Lampung, ternyata dalam perencanaannya masih
banyak ketimpangan yang muncul. Persoalan pertama diungkap oleh
Komisi C DPRD Bandar Lampung bahwa kebijakan yang diambil Tim
Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) tidak mengalokasikan dana
penunjang BRT dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(RAPBD) 2012. Program penunjang BRT tidak disepakati anggarannya oleh
TAPD dengan alasan anggaran terbatas (Lampungpost, edisi Sabtu, 05
November 2011). Hal ini menunjukkan indikasi adanya kekurangjelasan
dalam perencanaan program BRT.
Dampak dari perencanaan pelaksanaan program BRT ini juga menuai
penolakan-penolakan dari para supir angkutan kota jurusan Rajabasa—
Tanjungkarang yang menggelar aksi demo sebagai bentuk penolakan
kehadiran BRT pada hari Senin, 21 November 2011 lalu. Mereka tidak
mengoperasikan kendaraannya, memprotes kehadiran bus Trans Bandar
Lampung yang sudah diujicobakan pada 4 hari sebelumnya. Menurut
pandangan supir dan pengusaha angkot, BRT merupakan ancaman serius
yang dapat mematikan usaha mereka (Lampungpost, edisi Rabu, 23
November 2011). Persoalan ini kemudian memperjelas adanya penolakan
dari pihak supir angkutan umum dalam realisasi perencanaan program BRT.
Perencanaan dan persiapan program BRT ini tidak lepas dari adanya
ketimpangan yang muncul. Seperti kita ketahui di kota-kota lainnya yang
telah menggulirkan kebijakan BRT, pada pelaksanaannya telah ditunjang
pelaksanaannya pada tahap pembangunan halte dan koridor mengambil
sebagian area pejalan kaki. Trotoar dijadikan area pembuatan halte yang
menimbulkan ketidaknyamanan dan mengganggu serta mengambil hak
pejalan kaki (Lampungpost, edisi Senin, 20 Februari 2012). Penggunaan
trotoar sebagai halte BRT ini tidak sesuai dengan Undang-Undang Nomor
22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan (LLAJ) pasal 131 yang
menekankan bahwa pejalan kaki berhak atas ketersediaan fasilitas
pendukung berupa trotoar, tempat penyebrangan dan fasilitas lainnya.
Persoalan ini kemudian mengindikasikan adanya perencanaan program BRT
yang tidak komprehensif, sedangkan penggunaan trotoar telah memiliki
aturan tersendiri.
Merujuk pada realita di atas, Pemerintah Kota dan Dinas Perhubungan Kota
Bandar Lampung harus mengimbangi secara maksimal penyediaan
anggaran, kemitraan dengan pihak ketiga (stakeholder) terkait sarana dan
prasarana, serta mengantisipasi pro dan kontra terhadap hadirnya BRT
tersebut. Program BRT ini tidak terlepas dari bagaimana pemerintah Kota
Bandar Lampung berupaya memberikan pelayanan transportasi massal yang
aman, nyaman, dan terjangkau.
Perencanaan program BRT-Trans Bandar Lampung yang berjalan hingga
saat ini, perlu dianalisis apa yang sebenarnya melatarbelakangi pencanangan
program Trans Bandar Lampung ini. Perihal proses dalam perencanaan
stakeholder dalam perencanaan program BRT, yakni sejauh mana kepentingan masing-masing stakeholder dalam perencanaan program baru di Provinsi Lampung ini. Upaya mempelajari dan menganalisis
pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi suatu hal yang penting karena transportasi
menjadi alat pergerakan suatu aktivitas masyarakat daerah/kota.
1.2. Rumusan Masalah
Melihat dari pemaparan latar belakang permasalahan di atas, maka yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apa yang melatarbelakangi perencanaan program BRT-Trans Bandar
Lampung tahun 2011?
2. Bagaimana proses dalam perencanaan program BRT-Trans Bandar
Lampung?
3. Bagaimana keterlibatan stakeholder dalam perencanaan program
BRT-Trans Bandar Lampung?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis apa yang melatarbelakangi
2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis proses dalam perencanaan
program BRT-Trans Bandar Lampung.
3. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis keterlibatan stakeholder dalam perencanaan program BRT-Trans Bandar Lampung.
1.4. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, maka kegunaan penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis atau akademis, hasil penelitian ini diharapkan mampu
memperkaya khasanah keilmuan Ilmu Administrasi Negara terutama
tentang perencanaan program dalam organisasi sektor publik.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan
atau bahan evaluasi bagi Pemerintah Kota Bandar Lampung, Dinas
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Manajemen Publik
Manajemen publik atau dapat juga disebut manajemen pemerintah secara
umum merupakan suatu upaya pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan
publik dengan menggunakan sarana dan prasarana yang tersedia. Unsur
manajemen saat ini menjadi suatu unsur penting dalam penyelenggaraan
organisasi, baik organisasi pada sektor swasta maupun dalam sektor publik
seperti organisasi pemerintahan. Manajemen pada sektor publik yang
diangkat dari manajemen sektor swasta tidak menjadikan orientasi tujuan
dan pelaksanaan pada organisasi sektor publik menjadi sama dengan sektor
swasta. Mahmudi (2010:38-40) mengungkapkan ada setidaknya tujuh
karakteristik manajemen sektor publik yang membedakannya dengan sektor
swasta:
1. Sektor publik tidak mendasarkan keputusan pada pilihan individual
dalam pasar, akan tetapi pilihan kolektif dalam pemerintahan dimana
tuntutan masyarakat yang sifatnya kolektif (massa) akan disampaikan
melalui perwakilannya yang dalam hal ini adalah partai politik atau DPR.
2. Penggerak sektor publik adalah karena adanya kebutuhan sumber daya,
seperti air bersih, listrik, kemanan, kesehatan, pendidikan, transportasi,
dan sebagainya yang menjadi alasan utama sektor publik untuk
menyediakannya.
3. Dalam organisasi sektor publik, informasi harus diberikan kepada publik
publik, yang artinya sektor publik sifatnya terbuka kepada masyarakat
dibandingkan dengan sektor swasta.
4. Organisasi sektor publik berkepentingan untuk menciptakan adanya
kesempatan yang sama bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
utama hidupnya, misalnya kebutuhan terhadap kesehatan, pendidikan,
transportasi dan sarana-sarana umum lainnya.
5. Sektor publik dihadapkan pada permasalahan keadilan distribusi
kesejahteraan sosial, sedangkan sektor swasta tidak dibebani tanggung
jawab untuk melakukan keadilan seperti itu.
6. Dalam organisasi sektor publik, kekuasaan tertinggi adalah masyarakat.
Dalam hal tertentu masyarakat adalah pelanggan, akan tetapi dalam
keadaan tertentu juga masyarakat bukan menjadi pelanggan.
7. Dalam sektor swasta persaingan (kompetisi) merupakan instrument
pasar, sedangkan dalam sektor publik tindakan kolektif menjadi
instrument pemerintahan. Sangat sulit bagi pemerintah untuk memenuhi
keinginan dan kepuasan tiap-tiap orang dan yang mungkin dilakukan
adalah pemenuhan keinginan kolektif.
Pada pendekatan manajerialisme, fungsi-fungsi strategik seperti perumusan
strategi, perencanaan strategik, dan pembuatan program merupakan hal yang
harus dilakukan oleh manajer publik. Manajerialisme sektor publik
berorientasi pada pemenuhan tujuan, pencapaian visi dan misi organisasi
yang sifat pemenuhannya jangka panjang (Mahmudi, 2010:37). Untuk
mewujudkan perubahan menuju sistem manajemen publik yang berorintasi
(2010:37) mengidentifikasikan ada setidaknya tiga fungsi manajemen yang
secara umum berlaku di sektor publik maupun swasta, yaitu:
1. Fungsi strategi, meliputi:
a) Penetapan tujuan dan prioritas organisasi;
b) membuat rencana operasional untuk mencapai tujuan.
2. Fungsi manajemen komponen internal, meliputi:
a) Pengorganisasian dan penyusunan staf;
b) pengarahan dan manajemen sumber daya manusia;
c) pengendalian kinerja.
3. Fungsi manajemen konstituen eksternal, meliputi:
a) Hubungan dengan unit eksternal organisasi;
b) Hubungan dengan organisasi lain;
c) Hubungan dengan pers dan publik.
Konsep manajemen publik dalam penelitian ini dipaparkan dalam 3
paradigma, yaitu sebagai berikut:
a. Old Public Administration
Wodrow Wilson dalam Thoha (2008:72-73) mengemukakan konsep
pemerintahan dalam konsep Old Public Administration (yang kemudian
dikenal dengan OPA) mempunyai tugas melaksanakan kebijakan dan
memberikan pelayanan yang pada pelaksanaannya dilaksanakan dengan
netral, professional, dan lurus mengarah pada tujuan yang telah ditetapkan.
Ada setidaknya dua tema kunci memahami OPA yang telah diletakkan oleh
administrasi. Perbedaan itu dikaitkan dengan akuntabilitas yang harus
dijalankan oleh pejabat terpilih dan kompetensi yang netral dimiliki oleh
administrator. Kedua, adanya perhatian untuk menciptakan struktur dan
strategi pengelolaan administrasi yang memberikan hak organisasi publik
dan manajernya yang memungkinkan untuk menjalankan tugas-tugas secara
efektif dan efisien.
Adapun konsep Old Public Administration adalah sebagai berikut (Thoha:
2008:73-74) :
1) Titik perhatian pemerintah adalah pada jasa pelayanan yang
diberikan langsung oleh dan melalui instansi-instansi pemerintah
yang berwenang;
2) public policy dan administration berkaitan dengan merancang dan
melaksanakan kebijakan-kebijakan untuk mencapai tujuan-tujuan
politik;
3) administrasi publik hanya memainkan peran yang lebih kecil dari
proses pembuatan kebijakan-kebijakan untuk mencapai
tujuan-tujuan politik;
4) upaya memberikan pelayanan harus dilakukan oleh para
administrator yang bertanggungjawab kepada pejabat politk dan
yang diberikan diskresi terbatas untuk melaksanakan tugasnya;
5) para administrator bertanggung jawab kepada pemimpin politik
6) program-program kegiatan diadministrasikan secara baik melaui
garis hierarki organisasi dan dikontrol oleh para pejabat dari
hirearki atas organisasi;
7) nilai-nilai utama (the primary values) dari administrasi publik
adalah efisiensi dan rasionalitas;
8) administrasi publik dijalankan sangat efisien dan sangat tertutup,
karena itu warga negara keterlibatannya amat terbatas;
9) peran dari administrasi publik dirumuskan secara luas.
b. New Public Management
Organisasi sektor publik sering divisualisasikan sebagai organisasi yang
kaku, tidak inovatif, minim kualitas, dan beberapa kritikan lainnya hingga
memunculkan sebuah gerakan reformasi di sektor publik yaitu dengan
adanya konsep New Public Management (NPM). Ditinjau dari perspektif
historis, istilah New Public Management pada awalnya dikenalkan di Eropa
tahun 1980-an dan 1990-an sebagai reaksi terhadap tidak memadainya
model administrasi publik tradisional (Mahmudi, 2010:33-34). Konsep OPA
perlahan tergantikan dengan konsep NPM yang mampu menjawab adanya
tuntutan masyarakat yang semakin besar agar sektor publik dapat
manghasilkan produk (barang/jasa) yang memiliki kualitas lebih baik atau
minimal sama dengan yang dihasilkan sektor swasta.
Diungkapkan oleh Islamy (2003:55-56) bahwa paradigma manajemen
publik mengkritisi nilai-nilai administrasi publik yang dianggap
1) Birokrasi bukanlah satu-satunya penyedia (provider) atas barang
dan jasa publik karena sesuai dengan prinsip generic management
yang fleksibel, sektor swasta telah lama menjadi pionir dalam
menyediakan juga barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat;
2) sistem manajemen swasata yang fleksibel itu bisa diterapkan atau
diadopsi oleh sektor publik;
3) peran ganda sektor publik di bidang politik dan administrasi yang
telah lama terjadi bisa lebih terwujud di dalam paradigma baru,
manajemen publik;
4) akuntabilitas publik dapat diwujudkan secara lebih nyata.
c. New Public Service
Periode ketiga dalam perkembangan manajemen publik yaitu periode New
Public Service atau NPS. Berbeda dengan konsep model klasik dan NPM,
konsep NPS adalah konsep yang menekankan berbagai elemen. Walaupun
demikian NPS mempunyai normatif model yang dapat dibedakan dengan
konsep-konsep lainnya. Thoha (2008:84) menyatakan bahwa ide dasar dari
NPS dibangun dari konsep-konsep; (1) teori democratic citizenship; (2)
model komunitas dan civil society; (3) organisasi humanism; (4) postmodern
ilmu administrasi publik. Pemahaman mengenai manajemen dalam sektor
publik merupakan adopsi dari unsur-unsur manajemen pada sektor swasta.
Oleh karena itu, senada diungkapkan oleh Mahmudi (2010:36) organisasi
Dari paradigma-paradigma di atas, telah dikemukakan perubahan konsep
manajemen publik di masing-masing periode. Pada hakikatnya menurut
Islamy (2003:56) manajemen publik memiliki karakter antara lain:
1. Manajemen publik merupakan bagian yang sangat penting dari
administrasi publik (yang merupakan bidang kajian yang lebih luas),
karena administrasi publik tidak membatasi dirinya hanya pada
pelaksanaan manajemen pemerintahan saja tetapi juga mencakup aspek
politik, sosial, kultural, dan hukum yang berpengaruh pada
lembaga-lembaga publik;
2. manajemen publik berkaitan dengan fungsi dan proses manajemen yang
berlaku baik pada sektor publik (pemerintahan), maupun sektor diluar
pemerintahan yang tidak bertujuan mencari untung (nonprofit sector);
3. manajemen publik memfokuskan atau mengarahkan administrasi publik
sebagai suatu profesi dan manajernya sebagai praktisi dari profesi
tersebut;
4. manajemen publik berkaitan dengan kegiatan internal (internal
operations) dari organisasi pemerintahan maupun sektor non
pemerintahan yang tidak bertujuan mencari untung;
5. manajemen publik secara spesifik menyuarakan tentang bagaimanakah
organisasi (organizational how to) publik melaksanakan kebijakan
6. manajemen publik memanfaatkan fungsi-fungsi: perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan sebagai sarana untuk
mencapai tujuan publik, maka berarti memfokuskan diri pada the
managerial tools, techniques, knowledges and skills yang dipakai untuk
mengubah kebijakan menjadi pelaksanaan program.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip
dalam sektor swasta yang diadopsi ke dalam manajemen sektor publik demi
pemenuhan kebutuhan publik dilakukan oleh pemerintah yang
menginginkan perubahan yang berorientasi pada kepentingan publik dan
lebih fleksibel. Sebagai bentuk nyata dari manajemen publik, pada
penelitian ini penyelenggaraan program BRT di Kota Bandar Lampung akan
dilihat sisi perencanaanya. Selain itu, pengadopsian aktivitas manajemen
yang menekankan pada sasaran akhir demi mewujudkan kepentingan
masyarakat kota Bandar Lampung merupakan aspek yang penting dalam
penelitian ini.
2.2. Manajemen Perencanaan
2.2.1 Manajemen
Ada beberapa pengertian manajemen yang dapat digunakan dalam
penelitian ini antara lain: menurut Manullang (1996:2) yang mengatakan
bahwa manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian,
penyusunan, pengarahan, dan pengawasan sumber daya untuk mencapai
merupakan serangkaian kegiatan yang disiapkan dalam rangka pencapaian
tujuan.
Selain itu, menurut Stoner dan Wankel dalam Siswanto (2007:2)
manajemen diartikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan penggunaan
seluruh sumber daya organisasi lainnya demi tercapainya tujuan organisasi.
Dalam hal ini yang dimaksud dengan proses adalah cara sistematis untuk
menjalankan suatu pekerjaan.
Menurut Sikula dalam Hasibuan (2006:2) manajemen pada umumnya
dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian,
pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi, dan
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan
untuk mengkordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh
perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara efisien.
Pada konteks manajemen publik barang dan jasa yang dihasilkan bukan
dalam bentuk profit atau keuntungan tapi dalam bentuk pelayanan publik.
Definisi mengenai manajemen juga dikemukanan oleh Terry (Hasibuan,
2006:2) yang mengemukakan pendapatnya mengenai manajemen sebagai
suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian yang dilakukan untuk
menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dalam penelitian ini dapat ditarik
kesimpulan bahwa manajemen mencakup penentuan tujuan, bagaimana
rencana untuk mencapai tujuan tersebut dengan menggunakan dan
memaksimalkan sumber daya yang ada, yang kesemuanya difokuskan
dalam rangka pencapaian tujuan di organisasi tersebut.
2.2.2. Konsep Perencanaan
Untuk memberikan pemahaman mengenai penelitian ini, maka berikut
beberapa definisi tentang perencanaan dari para ahli. Kata perencanaan
merupakan istilah yang memiliki cakupan yang luas dalam kegiatannya.
Perencanaan (planning) adalah fungsi dasar dari manajemen. Perencanaan
diproses oleh perencana (planner), hasilnya menjadi rencana (plan).
Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan rencana. Produk dari
perencanaan adalah rencana (Hasibuan, 2006:91). Para perencana
dikemukakan oleh Hamzens (2005:142) bahwa haruslah orang-orang yang
profesional di bidangnya yang mampu melihat pada kondisi empiris serta
melakukan anlisis sesuai bidangnya masing-masing.
Konsepsi dasar yang diungkapkan oleh Siswanto (2007:42) menggambarkan
perencanaan sebagai proses dasar yang digunakan untuk memilih tujuan dan
menentukan cakupan pencapaiannya. Tidak jauh berbeda, secara sederhana
berkaitan dengan tujuan perencanaan juga diungkapkan oleh Allen dalam
Manullang (1996:38) yang merumuskan perencanaan sebagai sebuah
penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
dalam Siswanto (2007:2) bahwa perencanaan adalah menetapkan tujuan dan
tindakan yang akan dilakukan. Robbins dan Coulter dalam Sule dan
Saefullah (2005:96) mendefinisikan perencanaan sebagai sebuah proses
yang dimulai dari penetapan tujuan organisasi, menentukan strategi untuk
pencapaian tujuan organisasi tersebut secara menyeluruh, serta merumuskan
sistem perencanaan yang menyeluruh untuk mengintegrasikan dan
mengkordinasikan seluruh pekerjaan hingga tercapainya tujuan organisasi.
Secara sederhana pula perencanaan diartikan oleh Tjokroamidjojo dalam
Widjaya (1995: xiii) sebagai suatu proses mempersiapkan secara sistematis
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Terry dan Rue (1996:43-44) menjelaskan bahwa di dalam
fungsi-fungsi manajemen, perencanaan merupakan sebuah proses memutuskan
tujuan-tujuan apa yang akan dikejar selama suatu jangka waktu yang akan
datang dan apa yang dilakukan agar tujuan-tujuan itu dapat tercapai.
Pelaksanaan perencanaan seperti diungkapkan oleh Hamzens (2005:8) juga
harus dipandang sebagai suatu kegiatan yang yang terus-menerus dan
berkelanjutan untuk menyelesaikan masalah publik.
Terry dan Rue juga mengemukakan bahwa perencanaan merupakan bagian
yang paling awal dari fungsi-fungsi manajemen yang lain dengan urutan
siklus sebagai berikut:
1. Planning – menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama suatu
masa yang akan datang dan apa yang harus diperbuat agar dapat
2. Organizing – mengelompokkan dan menentukan berbagai kegiatan
penting dan memberikan kekuasaan untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan tersebut.
3. Staffing – menentukan kebutuhan-kebutuhan sumber daya manusia,
pengarahan, penyaringan latihan dan pengembangan tenaga kerja.
4. Motivating - mengarahkan atau menyalurkan perilaku manusia-manusia
ke arah tujuan.
5. Controlling – mengukur pelaksanaan dengan tujuan-tujuan, menentukan
sebab-sebab penyimpangan-penyimpangan dan mengambil
tindakan-tindakan korektif bila diperlukan.
Definisi mengenai perencanaan juga diungkapkan oleh Sarwoto dalam
Syafii (1998:49) yang menganggap bahwa perencanaan adalah suatu gejala
yang umum dan mutlak diperlukan terutama bagi usaha-usaha yang
mempunyai lapangan yang luas, serta merupakan fungsi pertama yang harus
dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan. Jadi, perencanaan merupakan
persiapan teratur dari setiap usaha untuk mewujudkan tujuan.
Terry dalam Syafii (1998:49) kemudian juga mengemukakan bahwa
perencanaan adalah memilih dan menghubungkan fakta dan membuat serta
menggunakan asumsi mengenai masa yang akan datang dengan jalan
menggambarkan dan merumuskan kegiatan yang diperlukan untuk
mencapai hasil yang diinginkan. Oleh sebab itu, maka manajemen
perencanaan merupakan sebuah tindakan yang berupaya menghasilkan
suatu tujuan dan hasil dengan memperhatikan resiko, dan tindakan yang
diambil.
Sementara itu, Miro (2005:3) menjelaskan perencanaan sebagai proses,
tahapan, langkah-langkah yang harus dilalui dan dilakukan untuk mencapai
produk atau hasil, sasaran (object), tujuan (goals), cita-cita atau keinginan
(target) serta mewujudkan dan merealisasikan ide-ide atau gagasan yang
sudah dinyatakan sebelumnya. Ini menerangkan bahwa tahapan perencanaan
merupakan tahap yang menentukan dalam pencapaian sebuah tujuan dan
sasaran. Beberapa hal menurut Hasibuan (2006:91) yang membuat
perencanaan menjadi tahapan yang sangat penting, karena:
1. Tanpa perencanaan dan rencana berarti tidak ada tujuan yang akan
dicapai;
2. tanpa perencanaan dan rencana tidak ada pedoman pelaksanaan
sehingga banyak pemborosan;
3. rencana adalah dasar pengendalian, karena tanpa ada rencana
pengendalian tidak dapat dilakukan;
4. tanpa perencanaan dan rencana berarti tidak ada keputusan dan proses
manajemen yang dilakukan.
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa perencanaan merupakan kegiatan
terintegrasi yang dikoordinasikan dalam rangka pencapaian tujuan
organisasi. Dari perumusan-perumusan mengenai definisi perencanaan di
1. Penjelasan dari perincian kegiatan-kegiatan yang dibutuhkannya,
faktor-faktor produksi yang diperlukan untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan tersebut agar apa yang menjadi tujuan dapat dihasilkan;
2. penjelasan mengapa kegiatan-kegiatan itu harus dikerjakan dan
mengapa tujuan yang ditentukan itu harus dicapai;
3. penjelasan tentang lokasi fisik setiap kegiatan yang harus dikerjakan
sehingga tersedia segala fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan untuk
mengerjakan pekerjaan itu;
4. penjelasan mengenai waktu dimulainya pekerjaan dan diselesaikannya
pekerjaan baik untuk tiap-tiap bagian pekerjaan maupun untuk seluruh
pekerja;
5. penjelasan tentang para petugas yang akan mengerjakan pekerjaannya,
baik mengenai kuantitas maupun kualitas, yaitu kualifikasi-kualifikasi
pegawai, seperti keahlian, pengalaman, dan sebagainya; serta
6. penjelasan tentang tehnik mengerjakan pekerjaan.
Berdasarkan pendapat di atas, dalam penelitian ini konsep perencanaan
program BRT Kota Bandar Lampung oleh pemerintah kota dan stakeholder
dapat diidentifikasi melalui tujuan program BRT yang akan dicapai di masa
depan, pedoman perencanaan program BRT, perincian kegiatan-kegiatan
yang dibutuhkan, hingga aktivitas pemerintah kota Bandar Lampung dan
stakeholder yang terkait dalam perencanaan program BRT.
Beberapa ahli mendeskripsikan fungsi dari tahap perencanaan, beberapa
diantaranya adalah fungsi perencanaan menurut Robbins dan Coulter dalam
Sule dan Saefullah (2005:07) antara lain sebagai berikut:
1. Perencanaan sebagai pengarah.
Perencanaan akan menghasilkan upaya untuk meraih sesuatu dengan cara
yang lebih terkoordinasi. Perencanaan dalam hal ini memegang fungsi
pengarahan dari apa yang harus dicapai oleh organisasi.
2. Perencanaan sebagai minimalisasi ketidakpastian.
Dengan adanya perencanaan, diharapkan ketidakpastian yang mungkin
akan terjadi di masa yang akan datang dapat diantisipasi.
3. Perencanaan sebagai minimalisasi pemborosan sumber daya.
Jika perencanaan dilakukan dengan baik, maka jumlah sumber daya yang
diperlukan, dengan cara bagaimana penggunaanya dan untuk penggunaan
apa saja dengan lebih baik dipersiapkan sebelum kegiatan dijalankan.
4. Perencanaan sebagai penetapan standar dalam pengawasan kualitas.
Perencanaan berfungsi sebagai penetapan standar kualitas yang harus
dicapai oleh organisasi dan diawasi pelaksanaannya dalam fungsi
pengawasan manajemen.
Selain memiliki fungsi, berbicara mengenai perencanaan juga berbicara
mengenai tujuan dari perencanaan itu sendiri. Hasibuan (2006:95)
mengungkapkan ada setidaknya 9 tujuan dari perencanaan,antara lain:
1. Perencanaan bertujuan untuk menentukan tujuan, kebijakan-kebijakan,
prosedur, dan program serta memberikan pedoman cara-cara pelaksanaan
2. perencanaan bertujuan untuk menjadikan tindakan ekonomis, karena
semua potensi terarah dengan baik kepada tujuan;
3. perencanaan adalah satu usaha untuk memperkecil risiko yang dihadapi
pada masa yang akan datang;
4. perencanaan menyebabkan kegiatan-kegiatan dilakukan secara teratur
dan bertujuan;
5. perencanaan memberikan gambaran yang jelas dan lengkap tentang
seluruh pekerjaan;
6. perencanaan membantu penggunaan suatu alat pengukuran hasil kerja;
7. perencanaan menjadi suatu landasan untuk pengendalian;
8. perencanaan merupakan usaha untuk menghindari mismanagement dalam
penempatan karyawan;
9. perencanaan membantu peningkatan data guna dan hasil guna organisasi.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa perencanaan berfungsi sebagai pengarah,
meminimalisir ketidakpastian termasuk dalam pemborosan sumber daya
yang digunakan dalam pelasksanaan rencana kemudian, serta sebagai
standar dari target yang akan dicapai. Perencanaan juga memliliki tujuan,
dan yang paling utama dari tujuan perencanaan ialah penetapan tujuan yang
ingin dicapai, kebijakan-kebijakan, prosedur, dan program yang akan
dilakukan guna efisiensi pencapaian tujuan.
2.2.4. Proses Perencanaan
Perencanaan sebagai suatu proses dapat diibaratkan sebagai pengolahan dari
sebuah proses, perencanaan merupakan suatu cara yang sistematis untuk
menjalankan suatu pekerjaan. Perencanaan mengandung suatu aktivitas
tertentu yang saling berkaitan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Beberapa ahli mendeskripsikan tahapan dari proses perencanaan, beberapa
diantaranya adalah aktivitas perencanaan yang dimaksud oleh Allen dalam
Siswanto (2001:45-46):
1. Prakiraan (forecasting)
Merupakan suatu usaha yang sistematis untuk meramalkan atau
memperkirakan waktu yang akan datang dengan penarikan kesimpulan
atas fakta yang telah diketahui.
2. Penetapan tujuan (esthabilishing objective)
Penetapan tujuan merupakan suatu aktivitas untuk menetapkan sesuatu
yang ingin dicapai melalui pelaksanaan pekerjaan.
3. Pemrograman (programming)
Pemrograman adalah suatu aktivitas yang dilakukan dengan maksud
untuk menetapkan: (a) Langkah-langkah utama yang diperlukan untuk
mencapai suatu tujuan; unit dan anggota yang bertanggungjawab untuk
setiap langkah. (b) Urutan serta pengaturan waktu setiap langkah.
4. Penjadwalan (scheduling)
Penjadwalan adalah penetapan atau penunjukan waktu menurut kronologi
tertentu guna melaksanakan berbagai macam pekerjaan.
Penganggaran merupakan suatu aktivitas untuk membuat pernyataan
tentang sumber daya keuangan (financial resources) yang disediakan
untuk aktivitas dan waktu tertentu.
6. Pengembangan prosedur (developing procedure)
Pengembangan prosedur merupakan suatu aktivitas menormalisasikan
cara, teknik, dan metode pelaksanaan suatu pekerjaan.
7. Penetapan dan interpretasi kebijakan (esthablishing and interpreting
policies)
Penetapan dan interpretasi kebijakan adalah suatu aktivitas yang
dilakukan dalam menetapkan syarat berdasarkan kondisi yang akan
melaksanakan perencanaan tersebut.
Beberapa tindakan yang harus dilakukan untuk membuat suatu rencana juga
dipaparkan oleh Manullang (1996:42). Ada setidaknya 5 langkah pada
proses perencanaan, yaitu:
1. Menetapkan tugas dan tujuan.
Tugas menjadi penentu kegiatan apa saja yang akan dan harus dikerjakan
dalam pembuatan suatu rencana. Sedangkan tujuan merupakan landasan
dari pembuatan rencana kemudian. Seluruh perencanaan ditujukan
kepada pencapaian tujuan, karena perencanaan yang efektif haruslah
memiliki tujuan yang akan dicapai dari perencanaan tersebut.
2. Mengobservasi dan menganalisis
Langkah berikutnya adalah mencapai atau mengobservasi faktor yang
mempermudah untuk mencapai tujuan. Dalam langkah ini, pembelajaran
analisis untuk mengetahui apakah faktor tersebut masih efektif untuk
digunakan.
3. Mengadakan kemungkinan-kemungkinan
Tersedianya bahan-bahan yang diperoleh pada langkah terdahulu,
memberikan perencana untuk dapat membuat beberapa kemungkinan
untuk mencapai tujuan.
4. Membuat sintesis
Kemungkinan-kemungkinan yang ada untuk mencapai suatu tujuan
membuat perencana harus mengambil pilihan akan alternatif yang ada.
Pada fase ini, perencana harus memperhitungkan sisi negatif dari tiap
alternatif dan mengambil sisi positif sehingga proses diperoleh sintesis
dari beberapa alternatif kemungkinan tersebut.
5. Menyusun rencana.
Sementara itu, Prajudi dalam Syafii (1998:50) membuat beberapa
langkah-langkah tertentu, untuk menetapkan perencanaan yang baik,
yaitu: identifikasi masalah, analisis situasi, merumuskan yang hendak
dicapai, menyusun garis besar senacam proposal, membicarakan proposal
yang telah disusun, menetapkan komponen, penentuan tanggung jawab
masing-masing komponen, menentukan outline, mengadakan kontak
antar unit, pengumpulan data terkait, pengolahan data, penyimpulan data,
pendiskusian rencana sesuai data, penyusunan naskah final, evaluasi
naskah rencana, persetujuan naskah rencana, penjabaran untuk
Pada tahapan perencanaan juga dilakukan sebuah perumusan terhadap
semua rangkaian aktivitas, mengapa keputusan itu diambil, serta bagaimana
keputusan itu direalisasikan. Robbins dan Coulter dalam Sule dan Saefullah
(2005:97) menjelaskan bahwa paling tidak ada empat fungsi dari
perencanaan, yaitu sebagai arahan, meminimalkan dampak dari perubahan,
meminimalkan pemborosan dan kesia-siaan, serta menetapkan standar
dalam pengawasan kualitas. Jadi, dalam tahap perencanaan akan
menghasilkan upaya untuk mengkoordinasikan dampak dari keputusan yang
diambil terhadap perencanaan akan perubahan.
Merujuk pada berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tahapan
pada proses perencanaan yang paling utama adalah penetapan tujuan
sebagai latar belakang dari perencanaan, kemudian mengobservasi dan
menganalisis kemungkinan-kemungkinan yang muncul, mengambil pilihan
alternatif kemungkinan dan menetapkan pilihan pada aktivitas dalam bentuk
program yang terjadwal, serta memiliki anggaran yang jelas.
Pada penelitian mengenai analisis perencanaan program BRT (Trans Bandar
Lampung) ini, peneliti merumuskan hanya yang dianggap mewakili dari
beberapa tahapan yang telah disebutkan sebelumnya dan sesuai dengan
keadaan yang ingin diteliti. Adapun tahapan yang dipakai meliputi:
Prakiraan (forecasting), Pemrograman (programming), Penjadwalan
(scheduling), Penganggaran (budgeting), dan pengembangan prosedur yang
2.3. Perencanaan Transportasi
2.3.1. Transportasi
Menurut Miro (2005:4), transportasi dapat diartikan sebagai usaha
memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek
dari suatu tempat ke tempat lain, di mana di tempat lain ini objek tersebut
lebih bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan-tujuan tertentu. Lebih
jauh, transportasi juga merupakan sebuah proses, yakni proses pindah,
proses gerak, proses mengangkut dan mengalihkan di mana proses ini tidak
dapat dilepaskan dari keperluan akan alat pendukung untuk menjamin
kelancaran proses perpindahan sesuai dengan waktu yang diinginkan.
Sementara itu, menurut Sadyohutomo (2008:159), layanan transportasi
adalah memindahkan barang atau manusia dari satu tempat ke tempat lain
sehingga memperoleh manfaat. Manfaat pemindahan tersebut dapat dilihat
dari berbagai aspek sesuai dengan tujuannya, yaitu aspek ekonomi, sosial,
politis, bahkan hankam. Transportasi dapat dikatakan sangat diperlukan
sebagai fasilitas pendukung seluruh kegiatan kehidupan, tanpa harus melihat
lokasi, perkembangan transportasi wajib setara dengan perkembangan
kegiatan kehidupan, baik kualitas maupun kuantitasnya (Miro, 2005:2).
Dikemukakan lebih lanjut oleh Adisasmita (2011:6) bahwa transportasi
memiliki peranan dan fungsi yang amat penting, yaitu sebagai fasilitas
penunjang dan fasilitas pendorong. Sebagai fasilitas penunjang, transportasi
dimaksudkan akan meningkatkan pengembangan berbagai kegiatan di
sektor-sektor lain di luar sektor transportasi. Sedangkan sebagai fasilitas
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa transportasi
merupakan suatu upaya pengalihan suatu objek dari suatu tempat ke tempat
lain dengan proses pemindahan. Dalam penelitian ini, transportasi terfokus
pada pola perencanaan pengangkutan penumpang oleh sarana transportasi
angkutan massal dengan jenis angkutan busway.
2.3.2. Bus Rapid Transit (BRT)
Sarana angkutan umum perkotaaan yang banyak digunakan di kota-kota
besar adalah jenis bus. Salah satunya adalah busway. Busway adalah alat
transportasi massal perkotaan yang memiliki daya tampung penumpang
setara dengan 4-5 angkutan kota. Penyelenggaraan busway membutuhknan
terminal khusus dan jalur jalan khusus (Adisasmita, 2005:131). Bus Rapid
Transit (BRT) beroperasi dengan rute trayek tertentu di jalur yang telah
disediakan. Jalur BRT sebagian atau parsial, artinya BRT dengan lajur
khusus di beberapa ruas jalan, namun pada ruas jalan dan persimpangan
yang tidak memungkinkan dibangun lajur khusus maka BRT bercampur
dengan kendaraan lainnya.
2.3.3. Perencanaan Transportasi
Semakin berkembangnya aktivitas penduduk di suatu daerah, maka segala
fasilitas pendukung sebaiknya turut dikembangkan mengikuti pergerakan
yang ada. Tuntutan akan perkembangan aktivitas, gaya hidup, pertambahan
penduduk, kebutuhan hidup yang bertambah, membuat sistem transportasi
sebagai sarana perpindahannya harus mampu direncanakan dengan tepat dan
Perencanaan transportasi menurut Adisasmita (2011:45) dapat didefinisikan
sebagai suatu proses yang tujuannya mengembangkan sistem transportasi
yang memungkinkan manusia dan barang bergerak atau berpindah tempat
dengan aman, murah, cepat, dan nyaman. Lebih lanjut, dikatakan bahwa
perencanaan transportasi yang baik adalah perencanaan yang mampu
meramalkan lalu lintas masa depan, yang ditunjukkan dalam peningkatan
kebutuhan pergerakan dalam bentuk perjalanan manusia, barang dan
kendaraan yang ditunjang oleh tersedianya kapasitas prasarana transportasi;
yang selanjutnya diikuti oleh penjabaran ke dalam keterkaitan antar wilayah
yang digambarkan dalam distribusi lalu lintasnya; untuk selanjutnya
dilakukan pemilihan moda transportasi yang serasi dan penyusunan
rute/proyek yang mampu melayani kebutuhan pergerakan perjalanan lalu
lintas masa depan.
Masih diungkapkan oleh Adisasmita, proses perencanaan transportasi
meliputi beberapa tahapan analisis, sebagai berikut:
1. Inventarisasi kondisi saat ini, meliputi tata guna lahan, pemilikan
kendaraan, pergerakan orang dan kendaraan, fasilitas transportasi,
aktivitas ekonomi, sumber dana yang tersedia, dan perjalanan;
2. keputusan kebijakan umum masa mendatang meliputi pengontrolan
peraturan dan kebijakan umum terhadap pengembangan lahan pada
masa mendatang dan karakteristik dari jaringan trasportasi pada masa