• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU BERKARAKTER DENGAN SIKAP, MINAT, DAN KONSEP DIRI SISWA MENGGUNAKAN METODE INKUIRI TERBIMBING (GUIDING INQUIRY)BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PERILAKU BERKARAKTER DENGAN SIKAP, MINAT, DAN KONSEP DIRI SISWA MENGGUNAKAN METODE INKUIRI TERBIMBING (GUIDING INQUIRY)BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

RELATIONSHIPS BETWEEN BEHAVIOR OF CHARACTER WITH ATTITUDE, INTERESTS, AND STUDENT SELF CONCEPT

USING GUIDING INQUIRY METHOD BASED ON CHARACTER EDUCATION

By Dian Sulistia

Function and purpose implementation of education at every level of school not only emphasizes the cognitive abilities but also on the development of students character. Based on this, researchers are trying to do research to determine the relationship between the behavior of character with attitudes, interests, and students self concept using guiding inqury methods based on character education.

This research aims to: identify the relationship between the behavior of character with attitudes, interests, and students self concept after applied learning using guiding inqury methods based on character education. The research do in SMP Negeri 5 Bandar Lampung, using an experimental class (class VII A) with a sample size of 29 students. At the time of the learning process takes place teachers observe the behavior of students character, other than teachers the student were also given chance to assess the characteristic behavior of his friends (peer

Assessment). After three meetings face to face use guiding inqury methods based on character education students were given affective competencies questionnaires student which indludes attitudes questionnaire, interests, and self concept. So that obtain behavioral data, attitude data, interest data, and student self-concept data are then processed by correlation test.

The results showed that: (1) There is a positive relationship between the behavior of character with an students attitude through guiding inqury learning based on character education, and its relationship is low with values of r calculated for 0.301, (2) There is a positive relationship between the behavior of character with the student interest through guiding inqury learning based on character education and its relationship is vey low with value of r calculated for 0,191, (3) There is a positive relationship between the behavior of character with the student self concept through guiding inqury learning based on character education, and its relationship is low with value of r calculated for 0.342, (4) the behavior of character who dominan is responsible with value of peer assessment for 3,43 and value of teacher for 3,61.

(2)

Dian Sulistia

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU BERKARAKTER DENGAN SIKAP, MINAT, DAN KONSEP DIRI SISWA MENGGUNAKAN METODE

INKUIRI TERBIMBING (GUIDING INQUIRY) BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER

Oleh Dian Sulistia

Fungsi dan tujuan nasional pelaksanaan pendidikan di setiap jenjang sekolah tidak hanya menekankan pada kemampuan kognitif saja melainkan juga pada

perkembangan karakter siswa. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mencoba melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara perilaku berkarakter dengan sikap, minat, dan konsep diri siswa menggunakan metode inkuiri terbimbing(guiding inquiry)berbasis pendidikan karakter.

Penelitian ini bertujuan untuk: mengidentifikasi hubungan antara perilaku berkarakter dengan sikap, minat, dan konsep diri siswa setelah diterapkan

(3)

Dian Sulistia

(guiding inquiry)berbasis pendidikan karakter.Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 5 Bandar Lampung, menggunakan satu kelas eksperimen (kelas VII A) dengan jumlah sampel 29 siswa. Pada saat proses pembelajaran berlangsung guru mengamati perilaku berkarakter siswa, selain guru siswa juga diberikan

kesempatan untuk menilai perilaku berkarakter teman-temannya (peer Assessment).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Ada hubungan yang positif antara perilaku berkarakter dengan sikap siswa melalui pembelajaran inkuiri terbimbing (guiding inquiry)berbasis pendidikan karakter, dan hubungannya rendah dengan nilai r hitung sebesar 0,301, (2) Ada hubungan yang positif antara perilaku berkarakter dengan minat belajar siswa melalui pembelajaran inkuiri terbimbing (guiding inquiry )berbasis pendidikan karakter dan hubungannya sangat rendah dengan nilai r hitung sebesar 0,191, (3) Ada hubungan yang positif antara perilaku berkarakter dengan konsep diri siswa melalui pembelajaran inkuiri terbimbing (guiding inquiry)berbasis pendidikan karakter, dan hubungannya rendah dengan nilai r hitung sebesar 0,342, (4) Perilaku berkarakter yang dominan muncul selama proses pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing (guiding inquiry)berbasis pendidikan karakter adalah perilaku bertanggung jawab dengan skor rata-ratapeer assessment3,43 dan skor rata-rata pengamatan guru 3,61, (5) Terjadi peningkatan kategori perilaku berkarakter yang signifikan pada setiap pertemuan.

(4)
(5)

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU BERKARAKTER DENGAN SIKAP, MINAT, DAN KONSEP DIRI SISWA MENGGUNAKAN METODE

INKUIRI TERBIMBING(GUIDING INQUIRY)BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER

(Skripsi)

Oleh

DIAN SULISTIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(6)

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU BERKARAKTER DENGAN SIKAP, MINAT, DAN KONSEP DIRI SISWA MENGGUNAKAN METODE

INKUIRI TERBIMBING(GUIDING INQUIRY)BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER

Oleh

Dian Sulistia

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(7)

xii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. KAJIAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis ... 9

1. Pendidikan Karakter ... 9

2. Inkuiri Terbimbing(Guiding Inquiry)... 13

3. Kompetensi Afektif... 19

a. Sikap... 21

b. Minat ... 23

c. Konsep Diri ... 25

B. Kerangka Pemikiran ... 26

C. Hipotesis ... 29

III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 31

B. Desain Penelitian ... 31

C. Prosedur Penelitian ... 31

(8)

xiii

E. Teknik Pengumpulan Data ... 32

F. Instrumen Penelitian ………... 33

G. Validitas dan Reliabilitas... 33

1. Validitas ... 33

2. Reliabilitas ... 35

H. Teknik Analisis Data ... 36

a. Uji Normalitas ... 37

b. Uji Korelasi ... 38

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 42

1. Uji Instrumen ... 42

a. Angket Sikap ... 43

b. Angket Minat ... 44

c. Angket Konsep Diri ... 45

2. Data Kuantitatif ... 46

a. Data Aspek Perilaku Berkarakter ... 46

b. Data Aspek Kompetensi Afektif... 49

3. Hasil Uji Normalitas ... 50

4. Hasil Uji Korelasi ... 51

B. Pembahasan ... 51

V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan ... 74

B. Implikasi ... 75

C. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 80

2 Silabus ... 84

(9)

xiv

4 Angket Sikap Belajar Siswa ... 90

5 Angket Minat Siswa ... 94

6 Angket Konsep Diri Siswa ... 95

7 Format PenilaianPeer Assesmen... 97

8 Rubrikasi PenilaianPeer Assesmen... 98

9 Lembar Observasi Perilaku Berkarakter... 101

10 Data Hasil Angket Sikap ... 102

11 Data Hasil Angket Minat... 103

12 Data Hasil Angket Konsep Diri... 104

13 Data Hasil PengamatanPeer Assesmenpertemuan pertama... 105

14 Data Hasil PengamatanPeer Assesmenpertemuan kedua ... 106

15 Data Hasil PengamatanPeer Assesmenpertemuan ketiga ... 107

16 Data PengamatanPeer Assesmenrata-rata dari tigapertemuan…. 108 17 Data Hasil Pengamatan Perilaku Berkarakter oleh guru pertemuan pertama ... 109

18 Data Hasil Pengamatan Perilaku Berkarakter oleh guru pertemuan kedua... 110

19 Data Hasil Pengamatan Perilaku Berkarakter oleh guru pertemuan ketiga ... 111

20 Data Pengamatan Perilaku Berkarakter rata-rata oleh guru ... 112

21 Data Pengamatan Perilaku Berkarakter ... 113

22 Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Minat... 114

23 Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Sikap ... 119

24 Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Konsep Diri... 123

25 Hasil Uji Normalitas... 127

(10)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Skenario Pembelajaran Inkuiri Menurut Gulo……….. 17

2 Tingkat Hubungan Berdasarkan Interval Korelasi ... 39

3 Data Perilaku Berkarakter ... 46

4 Data Perilaku Berkarakter Rata-Rata Hasil PengamatanPeer Assesment……… 47

5 Data Perilaku Berkarakter Rata-Rata Hasil Pengamatan oleh Guru……….. 48

6 Data Perubahan Perilaku Berkarakter Rata-Rata Hasil PengamatanPeer Assesment……… 49

7 Data Angket Sikap, Minat, dan Konsep Diri... 49

8 Hasil Uji Normalitas... 50

(11)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Proses Inkuiri………. 14

2 Skema Kerangka Pemikiran Penelitian ... 28

3 Hubungan Antara Variabel Bebas dan Terikat... 29

4 Desain PenelitianOne-Shot Case Study... 31

5. Perubahan Perilaku Bertanggung Jawab Hasil PengamatanPeer Assessment……….. 57

6. Perubahan Perilaku Berfikir Logis Jawab Hasil PengamatanPeer Assessment……….. 58

7. Perubahan Perilaku Kerjasama Jawab Hasil PengamatanPeer Assessment……….. 59

8. Perubahan Perilaku Kritis Jawab Hasil PengamatanPeer Assessment……… 60

9. Perubahan Perilaku Kejujuran Jawab Hasil PengamatanPeer Assessment……….. 61

10. Perubahan Perilaku Disiplin diri Jawab Hasil PengamatanPeer Assessment……….. 62

11. Perubahan Perilaku Kreatif Hasil PengamatanPeer Assessment……….. 63

12. Perubahan Perilaku Ketekunan Hasil PengamatanPeer Assessment……….. 64

13. Perubahan Perilaku Bertanggung Jawab Hasil Pengamatan guru…….. 65

14. Perubahan Perilaku Berfikir Logis Jawab Hasil Pengamatanguru …… 66

15. Perubahan Perilaku Kerjasama Jawab Hasil Pengamatan guru ……….. 67

16. Perubahan Perilaku Kritis Jawab Hasil Pengamatanguru ………. 68

(12)

xvii

(13)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua :Dr. Undang Rosidin, M.Pd.

Sekretaris :Dr. Abdurrahman, M.Si.

Penguji

Bukan Pembimbing :Dr. Agus Suyatna, M.Si.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP. 19600315 198503 1 003

(14)

Judul Skripsi :HUBUNGAN ANTARA PERILAKU

BERKARAKTER DENGAN SIKAP, MINAT, DAN KONSEP DIRI SISWA MENGGUNAKAN METODE INKURI TERBIMBING BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER

Nama Mahasiswa : Dian Sulistia Nomor Pokok Mahasiswa : 0713022024 Program Studi : Pendidikan Fisika

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dr. Undang Rosidin, M.Pd. Dr. Abdurrahman, M.Si. NIP. 19681203 198303 1 002 NIP. 19681210 199303 1 002

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

(15)

PERSEMBAHAN

Dengan kerendahan hati, teriring doa dan syukur kehadirat Allah SWT, Penulis mempersembahkan karya sederhana ini sebagai tanda bakti dan cinta yang tulus dan mendalam kepada:

1. Ibu dan Ayah tercinta, dengan ketulusan doa, keringat dan air mata serta kasih sayang tanpa putus, senantiasa memberikan dorongan untuk keberhasilan dan kebahagiaan penulis.

2. Adik-adikku tersayang (M. Dimar Aristo dan M. Agung Perakoso) yang selalu memberikan semangat dan menantikan keberhasilan penulis.

3. Keluarga besar “Ibu dan Ayah”, terimakasih atas doa dan dukungannya

4. Para pendidik yang kuhormati

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 9 April 1988, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Arifin dan Ibu Nyimas Rodiah.

Jenjang pendidikan dimulai di SD Negeri 4 Pondok Besi Bengkulu, pada tahun 1994 dan diselesaikan pada tahun 2000. Selanjutnya penulis melanjutkan

pendidikan di SMP Negeri 5 Bandar Lampung dan diselesaikan pada tahun 2003. Pada tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 1 Bandar Lampung dan diselesaikan pada tahun 2006. Pada tahun 2007, penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa reguler program studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas

Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

(17)

i

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena kasih sayang dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “HubunganAntara Perilaku Berkarakter Dengan Sikap, Minat, dan Konsep Diri Siswa Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing(Guiding inquiry)Berbasis Pendidikan Karakter”sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA. 3. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Fisika sekaligus selaku Pembimbing Akademik dan pembimbing I atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan bimbingan, arahan dan motivasi yang diberikan selama penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si. selaku Pembimbing II atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan bimbingan, arahan dan motivasi yang diberikan selama penyusunan skripsi ini.

(18)

ii

6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Program Studi Pendidikan Fisika dan Jurusan Pendidikan MIPA.

7. Bapak Ahmad Syafei, S.Pd, selaku Kepala SMP Negeri 5 Bandar Lampung yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

8. Bapak Diman Supratman, S.Pd, selaku guru mitra yang telah banyak memberikan arahan dan masukan kepada penulis.

9. Bapak dan Ibu Guru serta Staf TU SMP Negeri 5 Bandar Lampung yang telah banyak membantu selama proses penelitian.

10. Seluruh siswa kelas VIIA Semester Ganjil SMP Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012 atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin. 11. Rekan-rekan Pendidikan Fisika 2007: Yeni, Desta, Yayuk, Erlida, Fera R,

Fera S, Siska, Anis, Ayu, Leli, Mega, Anggar, Laili, Ike, Maylisa, Eti, Widya, Widhi, Shinta, Sari, Betha, Leny, Andri, Levi, Asis, Adit, Hendri, Anang, Agung, Ardian, Budi, Yudha, Mas Sai, Rusli, Made, Yulius. Terimakasih atas persaudaraan dan kebersamaannya.

12. Rekan-rekan Pendidikan Fisika 2007 (NR) yang tak bisa disebutkan satu persatu.

13. Kakak tingkat serta adik tingkat Pendidikan Fisika yang tak bisa disebutkan satu persatu.

(19)

iii

15. Teman-teman seperjuangan PPL di SMA Negeri 8 Bandar Lampung Terimakasih atas persaudaraan dan kebersamaannya.

16. Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini

Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Bandar Lampung, Februari 2012

(20)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah:

Nama : Dian Sulistia

NPM : 0713022024

Fakultas/Jurusan : FKIP/P MIPA Program Studi : Pendidikan Fisika

Alamat : Jl.P. Tirtayasa gg.Satria no. 42 Sukabumi Bandar Lampung.

Menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Januari 2012 Yang Menyatakan,

(21)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, termasuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) harus

diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu

(22)

2 Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat, ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis(hard skill)saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain(soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20% olehhard skilldan sisanya 80% olehsoft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuansoft skilldaripadahard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam proses pendidikan di sekolah pengembangan kemampuansoft skilltidak boleh diabaikan. mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan.

Sejak digulirkannya Ujian Nasional dan UASBN, banyak sekolah mendisain sekolah berbasis Ujian Nasional. Semua pendekatan pembelajaran mengarah pada hasil ujian akhir. Ranah kognitif menjadi fokus utama, sedangkan untuk kemampuansoft skilldalam hal ini ranah afektif dan psikomotor terabaikan. Tragisnya, untuk mencapai angka kelulusan maksimal, tidak sedikit sekolah melegalkan praktik kecurangan untuk membangun kepercayaan ke masyarakat. Bila kondisi ini terus berlanjut, cepat atau lambat kehancuran pendidikan sudah menunggu di depan mata. Thomas Lickona dari Cortland University

(23)

3 tanda-tanda lain sejenis. Semua tanda-tanda yang disebutkan Thomas Lickona kini sudah tampak jelas di kalangan remaja di Indonesia.

Menurut survei Badan Nasional Narkotika (BNN) selama tahun 2005 sampai Mei 2006, data pengguna narkoba di Indonesia mencapai lebih dari 3,6 juta orang. Mereka terdiri dari pengguna kalangan rumah tangga mahasiswa dan pelajar. Dari survei di 16 Provinsi di Indonesia terhadap 20.302 orang dari 4.355 keluarga untuk kategori pengguna pelajar, diketahui angka

penyalahgunaan narkoba tertinggi berada di Medan dan Bandung (11,7%). Setelah itu disusul Jakarta (11,4%), Jogjakarta (8,5%), Semarang (7,4%), Pontianak (6%), Makasar (4,3%),Lampung (2,90%),dan Manado (0,9%).

Data dari WHO menunjukkan, kurang dari 111 juta kasus infeksi menular seksual (IMS) diderita oleh kelompok usia di bawah 25 tahun. Kaum muda dan remaja memang sangat beresiko tinggi terhadap IMS termasuk HIV/AIDS, Setiap lima menit remaja atau kaum muda di bawah usia 25 tahun terinfeksi HIV dan setiap menitnya 10 wanita usia 15-19 tahun melakukan aborsi tidak aman. Semua data-data di atas adalah benar adanya dan itu hanya sebagian, kemungkinan besar masih banyak permasalahan remaja yang salah satunya bermuara dalam sistem pendidikan.

Kita sebagai pendidik harus menyadari bahwa segala permasalan ini harus segera diselesaikan dimulai dari membenahi sistem pembelajaran disekolah agar kita dapat membentuk generasi penerus yang berkarakter. Karakter

(24)

4 Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan.

Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dan dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di

masyarakat.

Pendidikan karakter akan membawa peserta didik pada pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Permasalahan pendidikan karakter yang selama ini ada di SMP perlu segera dikaji, dan dicari altenatif-alternatif solusinya, serta perlu dikembangkannya secara lebih operasional sehingga mudah

diimplementasikan di sekolah.

Metode pembelajaran yang hanya meneruskan pengetahuan dan tidak

(25)

5 yang menekankan pada penanaman aspek-aspeksoft skills, yang antara lain kerja sama, rasa saling menghargai pendapat, rasa saling memiliki (sense of belonging), rasa tanggung jawab (sense of responsibility), kejujuran, rela

berkorban, dan seterusnya yang diwujudkan melalui pengalaman belajar yang bermakna mulai tenggelam dengan kesibukan sekolah untuk berpacu mencapai “target nilai”. Sekolah seolah-olah hanya mengajarkan pengetahuan kognitif demi mengejar nilai baik, agar mereka lulus ujian dan mengabaikan

keseimbangan perkembangan dimensi-dimensi afektif dan psikomotorik, serta fungsi sosialnya.

Pendidikan berbasis karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada

pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik SMP mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari, agar permasalahan-permasalahan yang sudah dipaparkan di atas dapat dicegah sedini mungkin.

(26)

6 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah perubahan perilaku berkarakter siswa dalam pembelajaran menggunakan metode inkuiri terbimbing?

2. Nilai-nilai karakter apa saja yang dominan tumbuh pada siswa yang mengalami pembelajaran inkuiri terbimbing?

3. Apakah ada hubungan positif antara nilai-nilai karakter yang dibentuk melalui pembelajaran berbasis pendidikan karakter dengan kompetensi afektif siswa?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Perubahan perilaku berkarakter siswa dalam pembelajaran menggunakan metode inkuiri terbimbing

2. Nilai-nilai karakter apa saja yang dominan tumbuh pada siswa yang mengalami pembelajaran inkuri terbimbing.

3. Hubungan positif antara nilai-nilai karakter yang dibentuk melalui

pembelajaran berbasis pendidikan karakter dengan kompetensi afektif siswa. D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah: a. Manfaat bagi siswa

(27)

7 b. Manfaat bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan selanjutnya untuk lebih menekankan pada pembelajaran berbasis pendidikan karakter dan meningkatkan kompetensi afektif siswa.

c. Manfaat bagi peneliti

Melatih kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran serta menambah wawasan dengan terjun langsung ke lapangan dan

memberikan pengalaman belajar. d. Manfaat bagi sekolah

Memberikan sumbangan pemikiran sehingga dapat meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah khususnya dan pendidikan umumnya.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk membatasi penelitian ini dan memberikan arah yang jelas maka ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII A SMPN 5 Bandar Lampung semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012.

2. Model pembelajaran yang digunakan, yaitu model inkuiri terbimbing (guiding inquiry)berbasis pendidikan karakter.

3. Nilai-nilai karakter yang dimaksud adalah berfikir logis dan kritis, tanggung jawab dan disiplin diri, ketekunan, kerjasama, kejujuran, dan kreatif.

4. Dalam penelitian ini kompetensi afektif yang dimaksud adalah sikap, minat dan konsep diri.

(28)

8

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Pendidikan Karakter

Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan yang dibuat. Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa diantara tujuan pendidikan nasional adalah

(29)

9 Menurut Kamus Modern Bahasa Indonesia, karakter adalah watak, tabiat, pembawaan, kebiasaan. Watak adalah sifat batin manusia yang

mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku; budi pekerti; tabiat (KBBI, 2001: 1270).

Pencetus pendidikan karakter yang menekankan dimensi etisspiritual dalam proses pembentukan pribadi ialah pedagog Jerman FW Foerster (1869-1966). Menurut Foerster dalam Elmubarok (2008: 105) ada empat ciri dasar dalam pendidikan karakter yaitu:

Pertama, keteraturan interior di mana setiap tindakan diukur berdasar hierarki nilai. Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan.

Kedua,koherensi yang memberi keberanian, membuat seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi baru atau takut risiko. Koherensi merupakan dasar yang membangun rasa percaya satu sama lain. Tidak adanya koherensi meruntuhkan kredibilitas seseorang.

Ketiga,otonomi. Di situ seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat lewat penilaian atas keputusan pribadi tanpa terpengaruh atau desakan serta tekanan dari pihak lain.

Keempat,keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna mengingini apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih.

(30)

10 tanpa dipengaruhi oleh orang lain, dan yang keempat seseorang harus

memiliki rasa keteguhan dan kesetiaan.

Megawangi dalam Elmubarok (2008: 111) sebagai pencetus pendidikan karakter di Indonesia telah menyusun karakter mulia yang selayaknya diajarkan kepada anak, yang kemudian disebut sebagai 9 pilar, yaitu:

1. Cinta Tuhan dan kebenaran (love Allah, trust, reverence, loyalty) 2. Tanggungjawab, kedisiplinan, dan kemandirian (responsibility,

excellence, self reliance, discipline, orderliness) 3. Amanah (trustworthiness, reliability, honesty) 4. Hormat dan santun (respect, courtessy, obedience)

5. Kasih sayang, kepedulian, dan kerjasama (love, compassion, caring, empathy, generousity, moderation, cooperation) 6. Percaya diri, kreatif, dan pantang menyerah (confidence,

assertiveness, creativity, resourcefulness, courage, determination and enthusiasm)

7. Keadilan dan kepemimpinan (justice, fairness, mercy, leadership) 8. Baik dan rendah hati (kindness, friendliness, humility, modesty) 9. Toleransi dan cinta damai (tolerance, flexibility, peacefulness,

unity)

Jamaludin dalam Majid (2007: 68) menjelaskan bahwa

Keterpaduan pendidikan mencakup: 1)Kognitif,yakni pembinaan kecerdasan dan ilmu pengetahuan yang luas dan mendalam. 2)Afektif, yakni pembinaan sikap mental(mental attitude)yang mantap dan matang. 3)Psikomotorik,yakni pembinaan tingkah laku(behavior) dan akhlak mulia.

Berdasarkan uraian di atas bahwa keterpaduan ketiga kompetensi itu yang dapat membawa kita mewujudkan tujuan nasional seutuhnya serta dapat menghasilkan generasi penerus yang memiliki kecerdasan dan ilmu pengetahuan yang luas dan mendalam, memiliki mental yang matang serta tingkah laku dan akhlak yang mulia.

(31)

11 masyarakat, dan bernegara dan membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain pendidikan karakter mengajarkan anak didik berpikir cerdas, mengaktivasi otak tengan secara alami.

Brooks and Goble (1997) dalam Koesoema (2010: 212) menyatakan bahwa Pendidikan karakter yang secara sistematis diterapkan dalam

pendidikan dasar dan menengah merupakan daya tawar berharga bagi seluruh komunitas. Para siswa mendapatkan keuntungan dengan memperoleh perilaku dan kebiasaan positif yang mampu

meningkatkan rasa percaya dalam diri mereka , membuat hidup mereka lebih bahagia dan lebih produktif.

Menurut Efendy (2010) metodelogi Pendidikan Karakter: 1. Mengajarkan

Pendidikan karakter mengandaikan pengetahuan teoritis tentang konsep nilai tertentu

2. Keteladanan

Anak lebih banyak belajar dari apa yang mereka lihat.Kata–kata itu memang dapat menggerakkan orang, namun keteladanan itulah yang menarik hati

3. Menentukan prioritas

Pendidikan karakter menghimpun banyak kumpulan nilai yang dianggap penting bagi pelaksanaan dan realisasi atas visi lembaga pendidikan

4. Praksis Prioritas

Bukti dari penentuan prioritas

Menurut Khan (2010: 2) ada empat jenis karakter yang selama ini dikenal dan dilaksanakan dalam proses pendidikan, yaitu sebagai berikut:

1. Pendidikan karakter berbasis nilai religious, yang merupakan kebenaran wahyu Tuhan (konservasi moral)

2. Pendidikan karakter berbasis nilai budaya, antara lain yang berupa budi pekerti, pancasila, apresiasi sastra, keteladanan tokoh-tokoh sejarah dan para pemimpin bangsa (konservasi lingkungan). 3. Pendidikan karakter berbasis lingkungan (konservasi lingkungan) 4. Pendidikan karakter berbasis potensi diri, yaitu sikap pribadi, hasil

(32)

12 2. Inkuiri Terbimbing (Guiding Inquiry)

Ahmadi dalam Ismawati (2007: 35) mengatakan bahwa Inkuiri berasal dari katainquireyang berarti menanyakan, meminta keterangan, atau

penyelidikan, dan inkuiri berarti penyelidikan. Siswa diprogramkan agar selalu aktif secara mental maupun fisik. Materi yang disajikan guru bukan begitu saja diberikan dan diterima oleh siswa, tetapi siswa diusahakan sedemikian rupa sehingga mereka memperoleh berbagai pengalaman dalam rangka “menemukan sendiri” konsep-konsep yang direncanakan oleh guru.

Model inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran yang

menitikberatkan kepada aktifitas siswa dalam proses belajar. Tujuan umum dari pembelajaran inkuiri adalah untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir intelektual dan keterampilan lainnya seperti mengajukan pertanyaan dan keterampilan menemukan jawaban yang berawal dari keingin tahuan mereka, sebagaimana yang diungkapkan oleh Joyce, B, et. al (2000): “The general goal of inquiry training is to help students develop the

intellectual discipline and skills necessary to raise questions and search out

answers stemming from their curiosity

Sasaran utama kegiatan belajar-mengajar pada model pembelajaran inkuiri seperti yang diungkapkan oleh Gulo (2002: 86), yaitu:

1. Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, kegiatan belajar di sini adalah kegiatan mental intelektual dan sosial emosional.

2. Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pengajaran.

(33)

13 Model pembelajaran inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan

intelektual tetapi seluruh potensi siswa yang ada, termasuk pengembangan emosional dan pengembangan keterampilannya.

Gulo (2002: 87) mengatakan bahwa

Pada hakikatnya metode pembelajaran inkuiri ini merupakan suatu proses. Proses ini bermula dari merumuskan masalah,

mengembangkan hipotesis, mengumpulkan bukti, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan sementara, menguji kesimpulan sementara supaya pada kesimpulan yang pada taraf tertentu diyakini oleh siswa yang bersangkutan.

Gambar 1. Proses Inkuiri

Carin dan Sund dalam Ismawati (2007: 36) berpendapat bahwa pembelajaran model inkuiri mencakup inkuiri induktif terbimbing dan tak terbimbing, inkuiri deduktif, dan pemecahan masalah. Diantara model-model inkuiri yang lebih cocok untuk siswa adalah inkuiri induktif terbimbing, dimana siswa terlibat aktif dalam pembelajaran tentang konsep atau suatu gejala melalui pengamatan, pengukuran, pengumpulan data untuk ditarik kesimpulan. Pada

Merumuskan Masalah

Menguji Hipotesis Menarik

Kesimpulan

Merumuskan Hipotesis

(34)

14 inkuiri induktif terbimbing, guru tidak lagi berperan sebagai pemberi

informasi dan siswa sebagai penerima informasi, tetapi guru membuat rencana pembelajaran atau langkah-langkah percobaan. Siswa melakukan percobaan atau penyelidikan untuk menemukan konsep-konsep yang telah ditetapkan guru.

Umar dan Maswan (2004) mendefinisikan inkuiri terbimbing adalah sebagai proses pembelajaran dimana guru menyediakan unsur-unsur asas dalam satu pelajaran dan kemudian meminta pelajar membuat generalisasi. Menurut Sanjaya (2006) pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa.

Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru , siswa tidak merumuskan problem atau masalah. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berifikir lambat atau siswa yang

mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan berpikir tinggi tidak memonopoli kegiatan oleh sebab itu guru harus memiiki kemampuan

(35)

15 Shofyan (2010) mengatakan bahwa

Dalam proses belajar mengajar dengan metode inkuiri terbimbing, siswa dituntut untuk menemukan konsep melalui petunjuk-petunjuk seperlunya dari seorang guru. Petunjuk-petunjuk itu pada umumnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang bersifat membimbing. Selain pertanyaan-pertanyaan, guru juga dapat memberikan penjelasan-penjelasan seperlunya pada saat siswa akan melakukan percobaan, misalnya penjelasan tentang cara-cara melakukan percobaan.

Metode inkuiri terbimbing biasanya digunakan bagi siswa-siswa yang belum berpengalaman belajar dengan menggunakan metode inkuiri. Pada tahap permulaan diberikan lebih banyak bimbingan, sedikit demi sedikit bimbingan itu dikurangi. Seperti yang dikemukakan oleh Shofyan (2010) bahwa dalam usaha menemukan suatu konsep siswa memerlukan bimbingan bahkan memerlukan pertolongan guru setapak demi setapak. Siswa memerlukan bantuan untuk mengembangkan kemampuannya memahami pengetahuan baru. Walaupun siswa harus berusaha mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi tetapi pertolongan guru tetap diperlukan.

Sikap ilmiah dibutuhkan oleh siswa ketika mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan inkuri terbimbing. Seperti dikutip dari Lestari (2010) sikap ilmiah adalah sikap yang dimiliki seseorang yang sesuai dengan prinsip-prinsip ilmiah seperti:

1. Jujur terhadap data,

2. Rasa ingin tahu yang tinggi,

3. Terbuka atau menerima pendapat orang lain serta mau mengubah pandangannya jika terbukti bahwa pandangannya tidak benar, 4. Ulet dan tidak cepat putus asa,

5. Kritis terhadap pernyataan ilmiah, yaitu tidak mudah percaya tanpa adanya dukungan hasil observasi empiris, dan

(36)

16 Menurut Memes (2000: 42), ada enam langkah yang diperhatikan dalam inkuiri terbimbing, yaitu :

1. Merumuskan masalah.

Enam langkah pada inkuiri terbimbing ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Para siswa akan berperan aktif melatih keberanian, berkomunikasi dan berusaha mendapatkan

pengetahuannya sendiri untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Tugas guru adalah mempersiapkan skenario pembelajaran sehingga pembelajarannya dapat berjalan dengan lancar. Skenario pembelajaran inkuiri menurut Gulo (2002: 88-89) dapat dilihat pada bagan di bawah ini :

Kegiatan Siswa Sintaks Aliran Kegiatan

(37)

17

3. Kompetensi Afektif

Sudrajat (2008: 2) mengatakan bahwa:

Kemampuan afektif berhubungan dengan minat dan sikap yang dapat berbentuk tanggung jawab, kerjasama, disiplin, komitmen, percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain, dan kemampuan

mengendalikan diri. Semua kemampuan ini harus menjadi bagian dari tujuan pembelajaran di sekolah, yang akan dicapai melalui kegiatan pembelajaran yang tepat.

4.1 Merumuskan, Mengklasifikasi

kan tujuan 4.2 Urutan tugas

Klasifikasi

(38)

18 Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan afektif adalah kemampuan yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Kemampuan afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata pelajaran, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran disekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran yang diterimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru dan sebagainya.

Krathwohl dalam Zaif (2009) mengemukakan bahwa ada lima tingkatan ranah afektif, yaitu:

1. Receiving atau attending ( menerima atau memperhatikan), adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain.

2. Responding(menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi.

3. Valuing(menilai atau menghargai). Menilai atau menghargai artinya memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan.

4. Organization(mengatur atau mengorganisasikan), artinya memper-temukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum.

5. Characterization(karakterisasi), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola

kepribadian dan tingkah lakunya.

(39)

19 berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral. Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan berperilaku pada seseorang. Skala sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah pernyataan itu didukung atau ditolaknya, melalui rentangan nilai tertentu. Oleh sebab itu, pernyataan yang diajukan dibagi ke dalam dua kategori, yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif.

Andersen dalam Zaif (2009) mengemukakan bahwa ada lima tipe karakteristik afektif yang penting, yaitu:

1. Sikap

Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.

2. Minat

Minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui

pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Minat atau keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi.

3. Konsep diri

Konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap

kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah sampai tinggi. 4. Nilai

Nilai merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan.

5. Moral

(40)

20 a. Sikap

Menurut Petty dalam Azwar (2000: 6)

Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, obyek atau isue.

Sikap menurut Notoatmojo (1997: 130)

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.

Hernowo (2003) menjelaskan bahwa

Bersikap adalah merupakan wujud keberanian untuk memilih secara sadar. Setelah itu ada kemungkinan ditindaklanjuti dengan

mempertahankan pilihan lewat argumentasi yang bertanggungjawab, kukuh dan bernalar.

Sikap menurut Purwanto (1998: 62)

Sikap adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai kecendrungan untuk bertindak sesuai objek tadi.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahawa sikap adalah suatu perasaan atau pandangan seseorang terhadap sesuatu objek, dimana pandangan tersebut dapat berupa pandangan positif dan negatif.

Menurut Notoatmojo (1996: 132) Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni:

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seorang mengajak ibu yang lain (tetangga,

(41)

21 4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu menerima, merespon, menghargai, dan bertanggung jawab.

Menurut Purwanto (1998: 63) ada beberapa ciri sikap yaitu:

1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan obyeknya. Sifat ini membedakannnya dengan sifat motif-motif biogenis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.

2. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.

3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.

4. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

5. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sikap tidak dibawa sejak lahir, melainkan sikap itu dibentuk dan dipelajari dari perkembangan selama hubungan dengan obyeknya.

b. Minat

Menurut Slameto (2010: 180)

(42)

22 Eysenck dkk (2002) mendefinisikan

Minat sebagai suatu kecenderungan untuk bertingkah laku yang berorientasi kepada objek, kegiatan, atau pengalaman tertentu, dan kecenderungan tersebut antara individu yang satu dengan yang lain tidak sama intensitasnya.

Menurut Hurlock dalam Purwanto (2002)

Minat sebagai sumber motivasi yang akan mengarahkan seseorang pada apa yang akan mereka lakukan bila diberi kebebasan untuk memilihnya. Bila mereka melihat sesuatu itu mempunyai arti bagi dirinya, maka mereka akan tertarik terhadap sesuatu itu yang pada akhirnya nanti akan menimbulkan kepuasan bagi dirinya.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan seseorang dalam bertingkahlaku untuk melakukan suatu aktivitas yang dianggap bermanfaat bagi dirinya yang didorong dengan perasaan senang sehingga menimbulkan kepuasan bagi dirinya.

Menurut Crow and Crow dalam Purwanto (2004) ada tiga faktor yang menyebabkan timbulnya minat, yaitu:

1. Faktor dorongan dari dalam

Yaitu rasa ingin tahu atau dorongan untuk menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda. Dorongan ini dapat membuat seseorang berminat untuk mempelajari ilmu mekanik, melakukan penelitian ilmiah, atau aktivitas lain yang menantang.

2. Faktor motif sosial

Yakni minat dalam upaya mengembangkan diri dari dan dalam ilmu pengetahuan, yang mungkin diilhami oleh hasrat unutk mendapatkan kemampuan dalam bekerja, atau adanya hasrat untuk memperolah penghargaan dari keluarga atau teman.

3. Faktor emosional

Yakni minat yang berkaitan dengan perasaan dan emosi. Misalnya, keberhasilan akan menimbulkan perasaan puas dan meningkatkan minat, sedangkan kegagalan dapat menghilangkan minat seseorang.

(43)

23 mengembangkan diri, dan faktor emosional yaitu faktor minat yang berkaitan dengan perasaan dan emosi.

Gie menyatakan minat berarti sibuk, tertarik, atau terlihat sepenuhnya dengan sesuatu kegiatan karena menyadari pentingnya kegiatan itu.

Menurut Gie, arti penting minat dalam kaitannya dengan pelaksanaan studi adalah :

1. Minat melahirkan perhatian yang serta merta. 2. Minat memudahnya terciptanya konsentrasi. 3. Minat mencegah gangguan dari luar

4. Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan. 5. Minat memperkecil kebosanan belajar dalam diri sendiri. Dari pendapat Gie dapat disimpulkan bahwa minat adalah tertarik dengan sesuatu kegiatan karena kegiatan itu dianggap penting. Selain itu minat juga penting dalam kaitannya dengan bidang studi yaitu minat melahirkan perhatian, minat menimbulkan konsentrasi, minat mencegah gangguan dari luar dan minat memperkecil kebosanan belajar dalam diri sendiri.

Menurut Shoffan (2011: 24)

(44)

24 Beberapa hal penting yang dapat dijadikan alasan untuk mendorong tumbuhnya minat belajar dalam diri seorang siswa yaitu :

1. Suatu hasrat untuk memperoleh nilai-nilai yang lebih baik dalam semua mata pelajaran.

2. Suatu dorongan batin untuk memuaskan rasa ingin tahu dalam satu atau lain bidang studi.

3. Hasrat siswa untuk meningkatkan siswa dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pribadi.

4. Hasrat siswa untuk menerima pujian dari orang tua, guru atau teman-teman.

5. Gambaran diri dimasa mendatang untuk meraih sukses dalam suatu bidang khusus tertentu.

Jadi minat memiliki pengaruh yang besar terhadap proses dan hasil belajar sesuai dengan karakter siswa.

c. Konsep Diri

Konsep diri(self consept)merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri

merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan.

Menurut William D Brooks dalam Rahmat (2003:99)

(45)

25 Konsep diri menurut Hurlock (dalam Suhadianto, 2008)

Menyangkut gambaran fisik dan psikologis. Aspek fisik berkaitan dengan tampang atau penampakan lahiriah (appearance) anak, yang menyangkut kemenarikan dan ketidakmenarikan diri dan cocok atau tidaknya jenis kelamin dan pentingnya bagian-bagian tubuh yang berbeda serta prestise yang ada pada dirinya, sedangkan konsep diri yang bersifat psikologis berdasarkan pikiran, perasaan dan emosional. Hal ini berhubungan dengan kualitas dan abilitas yang memainkan peranan penting dalam penyesuaian dalam kehidupan, seperti keberanian, kejujuran, kemandirian, kepercayaan diri, aspirasi dan kemampuan diri dari tipe-tipe yang berbeda.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah kesadaran akan pandangan, pendapat, penilaian dan sikap seseorang terhadap dirinya sendiri yang meliputi fisik, diri pribadi, diri keluarga, diri sosial dan juga etik.

d. Kerangka Pemikiran

Pembelajaran berbasis inkuiri adalah pembelajaran yang dirancang untuk mengajarkan kepada siswa bagaimana cara memecahkan permasalahan dan menemukan sendiri fakta-fakta melalui suatu kegiatan ilmiah dengan

membandingkan masalah dengan kondisi nyata pada areal ilmiah, membantu siswa mengidentifikasi konsep atau metode pemecahan masalah dan

mendesain cara mengatasi masalah. Proses inkuiri memberi kesempatan kepada siswa untuk memiliki pengalaman belajar yang nyata dan aktif, siswa dilatih bagaimana memecahkan masalah sekaligus membuat keputusan. Metode pembelajaran inkuiri terbimbing adalah sebagai proses pembelajaran dimana guru menyediakan unsur-unsur asas dalam satu pelajaran dan

(46)

pertanyaan-26 pertanyaan pengarah agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan

tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang diberikankan oleh guru. Langkah-langkah pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah : (1) Merumuskan masalah, (2) Membuat

hipotesis, (3) Merencanakan kegiatan, (4) Melaksanakan kegiatan, (5) Mengumpulkan data, (6 ) Mengambil kesimpulan. Pembelajaran inkuiri memerlukan suatu teknik dimana siswa dapat mengembangkan sikap, minat dan konsep dirinya serta menumbuhkan perilaku berkarakter.

Perilaku berkarakter yang muncul setelah pembelajaran adalah berfikir logis, kritis, tanggung jawab, disiplin, ketekunan, kerjasama, kejujuran, dan kreatif. Akan terlihat ada hubungan yang positif antara pembelajaran inkuiri

terbimbing berbasis pendidikan karakter dengan kompetensi afektif siswa dikarenakan dalam kegiatan pembelajaran ini siswa diberi kebebasan mengeksplorasi kemampuan fisik dan mentalnya secara maksimal.

(47)

27

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian Nilai-nilai Karakter data yang didapat dari

(48)

28 e. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pikir adalah :

1. Kelas ekperimen memiliki kemampuan awal dan pengalaman yang setara

2. Faktor-faktor diluar penelitian diabaikan.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran berbasis pendidikan karakter dengan menggunakan metode Inkuiri Terbimbing (X), sedangkan variabel terikatnya adalah kompetensi afektif siswa (Y). Hubungan antara variabel tersebut digambarkan dalam diagram di bawah ini:

Gambar 3. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Keterangan:

X = Perilaku berkarakter dalam pembelajaran metode Inkuiri Terbimbing

Y = Kompetensi afektif siswa

r = Koefisien korelasi hubungan perilaku berkarakter dalam pembelajaran metode Inkuiri Terbimbing terhadap kompetensi afektif siswa

(49)

29

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester ganjil SMPN 5 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 280 siswa. SMPN 5 Bandar Lampung memiliki jumlah kelas VII sebanyak delapan kelas, yaitu VII A sampai dengan VII H. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII A yang berjumlah 29 orang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknikpurposive sampling.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalahOne-Shot Case Study. Gambar dari desain yang digunakan adalah sebagai berikut:

Gambar 3.One-Shot Case Study

Keterangan: X = Treatment, pemberian pembelajaran pendidikan karakter dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing.

O = Observasi, kompetensi afektif siswa setelah pembelajaran pendidikan karakter dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing

(Sugiyono, 2010: 110) C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan memberikan perlakuan pada kelas eksperimen yaitu pembelajaran berbasis pendidikan karakter dengan menggunakan metode

(50)

30 inkuiri terbimbing. Data aspek perilaku berkarakter diperoleh dari pengamatan perilaku berkarakter siswa selama pembelajaran berlangsung. Sedangkan untuk data kompetensi afektif yang meliputi sikap, minat dan konsep diri diperoleh dari pengisian angket pada akhir proses pembelajaran. Data yang diperoleh kemudian dianalisis selanjutnya membuat kesimpulan.

D. Jenis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data kompetensi afektif dan data perilaku berkarakter siswa. Data kompetensi afektif siswa diperoleh dari hasil pengisian angket oleh siswa sedangkan data perilaku berkarakter siswa diperoleh dari pengamatan selama proses

pembelajaran setelah mengikuti pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing berbasis pendidikan berkarakter.

E. Teknik Pengumpulan Data

Hasil dari penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif yang dihasilkan berupa data nilai kompetensi afektif siswa dan perilaku

berkarakter. Sebelum melakukan pengambilan data maka dilakukan terlebih dahulu proses persiapan diantaranya adalah:

1) Membuat kisi-kisi

2) Membuat angket sesuai dengan kisi-kisi yang telah dibuat

3) Meminta pertimbangan guru mitra untuk menghindari ketidaksesuaian antara kisi-kisi dan angket yang telah dibuat

(51)

31 Hal ini dimaksudkan agar data yang didapat dalam penelitian memiliki nilai kevalidan yang tinggi. Pengumpulan data kuantitatif pada kompetensi afektif diperoleh dari hasil pengisian angket oleh siswa. Untuk menjamin validitas isi, angket disusun berdasarkan kisi-kisi angket sebelum diberikan kepada sampel penelitian, angket terlebih dahulu diuji cobakan terhadap siswa di luar sampel penelitian tetapi masih dalam populasi. Uji coba angket dimaksudkan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas angket.

Data perilaku berkarakter diperoleh dari hasil pengamatan selama proses pembelajaran. Pengamatan dilakukan oleh guru dan siswa (peer assessment) melalui lembar pengamatan perilaku berkarakter. Dalam pengisian lembar pengamatan perilaku berkarakter, guru dan siswa dibekali rubrikasi penilaian perilaku berkarakter yang memuat kriteria dan skor untuk setiap aspek perilaku berkarakter.

F. Instrumen Penelitian

(52)

32 G. Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk

mengevaluasinya harus valid. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (ketepatan). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium.

Teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah teknik korelasi product momentyang dikemukakan oleh Pearson, dengan rumus:

= ( )( )

{ ( ) }{ ( ) }

(Arikunto, 2010: 72) Dengan kriteria pengujian jika korelasi antara butir dengan skor total lebih dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Dan jika r hitung > r tabel dengan α = 0,05

maka koefisien korelasi tersebut signifikan.

Item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut

mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3.

(53)

33 Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan kriterium uji bilacorrelated itemtotal correlation lebih besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakanconstruckyang kuat (valid).

2. Reliabilitas

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat Arikunto (2010: 109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan rumusalpha, yaitu:

=

1 1

Dimana:

r11 = reliabilitas yang dicari

Σσi2= jumlah varians skor tiap-tiap item

σt2 = varians total

(Arikunto, 2010: 109) Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan SPSS 17.0 dengan metodeAlpha Cronbach’syang diukur berdasarkan skala alpha cronbach’s0 sampai 1.

(54)

34 1. Nilai Alpha Cronbach’s 0,00 sampai dengan 0,20 berarti kurang reliabel. 2. Nilai Alpha Cronbach’s 0,21 sampai dengan 0,40 berarti agak reliabel. 3. Nilai Alpha Cronbach’s 0,41 sampai dengan 0,60 berarti cukup reliabel. 4. Nilai Alpha Cronbach’s 0,61 sampai dengan 0,80 berarti reliabel. 5. Nilai Alpha Cronbach’s 0,81 sampai dengan 1,00 berarti sangat reliabel. Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian angket disebarkan pada sampel yang sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan menjumlahkan skor setiap nomor soal.

3. Teknik Analisis Data

Data kompetensi afektif siswa selama pembelajaran diperoleh dari hasil pengisian 3 jenis angket yang dibagikan kepada setiap siswa yaitu angket minat, angket sikap dan angket konsep diri. Angket minat dan angket sikap disusun dalam bentuk pilihan ganda yang terdiri dari 15 soal, masing-masing soal mempunyai alternatif jawaban dengan skor yang berbeda. Siswa di-harapkan menjawab petanyaan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Skor yang diberikan untuk setiap butir soal diklasifikasikan sebagai berikut.

(55)

35 Sedangkan pada angket konsep diri berupa pernyataan dan alternatif jawaban, lalu siswa diminta memilih alternatif jawaban yang sesuai dengan keadaan mereka.

Skor yang diberikan untuk setiap butir soal diklasifikasikan sebagai berikut. 1. Jika siswa memilih jawaban sangat setuju (SS) diberi skor 5 ( lima ) 2. Jika siswa memilih jawaban setuju (ST) diberi skor 4 (empat). 3. Jika siswa memilih jawaban ragu- ragu (RG) diberi skor 3 (tiga). 4. Jika siswa memilih jawaban tidak setuju (TS) diberi skor 2 (dua) 5. Jika siswa memilih jawaban sangat tidak setuju (STS) diberi skor 1

(satu)

Data perilaku berkarakter diperoleh dari hasil pengamatan selama proses pembelajaran. Pengamatan dilakukan oleh guru dan siswa (peer assessment). Adapun bentuk lembar penilaian perilaku berkarakter sebagai berikut

Kriteria dari setiap aspek perilaku berkarakter terdapat di rubrikasi penilaian perilaku berkarakter yang di dalamnya memuat skor yang dapat diberikan pada setiap aspek perilaku berkarakter. Skor 1 sampai 4 diberikan sesuai dengan perilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Data diambil untuk menguji hipotesis yang diajukan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan software SPSS 17 sebagai berikut

a. Uji Normalitas

Pada tahapan ini pengujian dilakukan untuk menguji normalitas sampel yang berdistribusi normal atau tidak.

(56)

36 H1 : Populasi berdistribusi tidak normal

Bila nilai signifikansi yang didapat pada hasil analisis menggunakan one sample kolmogorov smirnov > α maka H0diterima dan H1ditolak begitupun sebaliknya, bila nilai signifikansi≤ α maka H0ditolak dan H1diterima. Untuk menguji hipotesis nol maka diperlukan tahapan sebagai berikut: 1) Pengamatan Xi... dan seterusnya, dijadikan bilangan baku Zi... dan

seterusnya dengan rumus:

 (X dan S masing-masing merupakan rata-rata dari

simpangan baku sampel).

2) Untuk setiap bilangan baku ini dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, dihitung peluang F(Zi)= P(Z Zi).

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, ....Znyang lebih kecil atau sama dengan Zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi), maka:

S((ZI)

4) Menghitung selisih F(Zi)–S(Zi) untuk menentukan harga mutlaknya. 5) Mengambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak

tersebut. Harga terbesar ini disebut LO.

(57)

37 b. Uji Korelasi

Analisis korelasi bertujuan untuk mengetahui apakah di antara dua buah variable atau lebih terdapat hubungan, dan jika ada hubungan, bagaimana arah hubungan dan seberapa besar hubungan tersebut.

Pada penelitian ini, telah dicari hubungan antara perilaku berkarakter dengan kompetensi afektif siswa.

Dalam menguji hubungan antara variabel tersebut dilakukan dengan menggunakan ujiKorelasi Bivariate Pearsonkarena data berdistribusi normal. Uji ini dilakukan dengan bantuan program SPSS 17.0. Menurut Sugiyono (2010: 257) untuk dapat memberi interpretasi terhadap kuatnya hubungan itu, maka dapat digunakan pedoman seperti pada tabel di bawah ini.

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00–0,199

0,20–0,399

0,40–0,599

0,60–0,799

0,80–1,000

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Kuat

Sangat Kuat

Analisis korelasi dapat dilanjutkan dengan menghitung koefisien

determinasi, dengan cara mengkuadratkan koefisien yang ditemukan, untuk melihat pengaruh dalam bentuk persentase.

(58)

70

V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada hubungan yang positif antara perilaku berkarakter dengan sikap siswa melalui pembelajaranguiding inquiryberbasis pendidikan karakter, dan hubungannya rendah dengan nilai r hitung sebesar 0,301.

2. Ada hubungan yang positif antara perilaku berkarakter dengan minat belajar siswa melalui pembelajaranguiding inquiryberbasis pendidikan karakter dan hubungannya sangat rendah dengan nilai r hitung sebesar 0.191.

3. Ada hubungan yang positif antara perilaku berkarakter dengan konsep diri siswa melalui pembelajaranguiding inquiryberbasis pendidikan karakter, dan hubungannya rendah dengan nilai r hitung sebesar 0,342.

(59)

71 5. Terdapat peningkatan perilaku berkarakter melalui pembelajaranguiding

inquiryberbasis pendidikan karakter baik hasil pengamatanpeer assessmentmaupun hasil pengamatan guru.

B. Implikasi

Dalam melakukan proses pembelajaran melalui pembelajaran metodeguiding inquiryberbasis pendidikan karakter di SMP Negeri 5 Bandar Lampung, masih ada beberapa kendala yang harus diperbaiki. Oleh karena itu hal-hal yang harus dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala dalam proses

pembelajaran tersebut adalah guru harus lebih menanamkan perilaku-perilaku berkarakter seperti jujur, kerjasama,bertanggung jawab, berpikir logis, kritis, kreatif, ketekunan, dan disiplin diri dalam proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kompetensi afektif siswa.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian selama proses pembelajaran berlangsung, penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Dalam proses pembelajaran, sebaiknya guru menerapkan pembelajaran berbasis pendidikan karakter yang lebih menekankan pada

membangkitkan minat siswa terhadap suatu mata pelajaran sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan maksimal.

(60)

72 memiliki keterampilan khusus baik dalam menyampaikan maupun

menggunakan peralatan yang digunakan dalam proses pembelajaran agar lebih efektif.

3. Pada saat pelaksanaan proses pembelajaran guru harus dapat

(61)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara

Efendy. 2010.Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo.

Gulo, W. 2002.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Hernowo. 2003. Aplikasi Pendekatan Inkuiri Dalam Persekitaran Pembelajaran Berasaskan Web.Artikel Pendidikan. Pusat Pengkajian Ilmu Pendidikan Universitas Sains Malaysia. Diakses 23 Maret 2011 dari

http://www.sajadstudio.info/paperwork/meta_terengganu.pdf

Ismawati, Henik. 2007.“Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Sains-Fisika Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Sub Pokok Bahasan Pe-mantulan Cahaya Pada Siswa Kelas Viii Smp Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007”.Skripsi.Universitas Negeri Semarang. Diakses 9 April 2011 dari http://digilib.unnes.ac.id

Joyce, B, Weil, M. & C. 2000.Model of Teaching.6thEdition.New Jerseey: Prentice-Hall Inc

Khan, Yahya. 2010.Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri. Yogyakarta: Pelangi Publising

Koesoema, Doni. 2010.Pendidikan Karakter. Jakarta. Gramedia.

Lestari, Tri. 2010. Pembelajaran Kimia dengan Inkuiri Terbimbing Melalui Metode Eksperimen dan Demonstrasi Ditinjau dari Kemampuan Awal. Skripsi. Diakses 19 Mei 2011 dari http://trilestarisman1kbm. blogspot.-com/2010/02/ pembelajaran-kimia-dengan-inkuiri.html

Majid, Abdul. 2007.Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.

(62)

Sanjaya, Wina. 2006.Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sardiman, A. M. 2007.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Remaja

Shofyan, Muhammad. 2010.Metode Inkuiri Terbimbing. Diakses 19 Juni 2011 dari http://forum.upi.edu

Slameto. 2003.Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka cipta.

Sudrajat, Akhmad. 2008.Penilaian Ranah Afektif. [On line] tersedia:

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/. Diunduh pada tanggal 16 April 2011

Sugiyono. 2010.Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).Bandung: Penerbit Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007.Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Tasmara, Toto. 2001.Kecerdasan Ruhani.Jakarta: Gema Insani.

Trianto. 2010.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

Umar, Irfan Naufal dan Sajap Maswan. 2004. Aplikasi Pendekatan Inkuiri Dalam Persekitaran Pembelajaran Berasaskan Web.Artikel Pendidikan. Pusat Pengkajian Ilmu Pendidikan Universitas Sains Malaysia. Diakses 22 April 2011 dari http://www.sajadstudio.info/paperwork/meta_terengganu.pdf Zaif. 2009.Ranah Penilaian Kognitif, Afektif, dan Psikomotor. [On line] tersedia:

Gambar

TabelHalaman
Gambar 1. Proses Inkuiri
Tabel 1. Skenario pembelajaran inkuiri Menurut Gulo
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian
+3

Referensi

Dokumen terkait

Adanya perubahan- perubahan yang terjadi di dalam dirinya, seperti perubahan fisik,cara berfikir maupun bertindak menyebabkan mereka tidak dapat digolongkan sebagai anak-anak,

[r]

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka ditetapkan tujuan penelitian, yaitu a) memperoleh hasil penghitungan nilai RSL teoritis dengan gain pada antenna dan b)

“Asosiasi sekelompok warga negara yang memiliki pandangan dan kepentingan yang kurang lebih sama, bertujuan merebut kekuasaan dan mempengaruhi kebijakan, serta ikut serta dalam

Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa pada standar kompetensi membuat pupuk organik dengan menggunakan media audio visualb. Untuk mengetahui

(1) Ketcntuan mengenai tata cara pcnjatuhan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 sampai dengan Pasal 47 berlaku secara mutatis mutandis terhadap tata cara

Dari hasil penelitian ini, strategi pengelolaan sampah yang paling baik yang dapat diterapkan di Pulau Tidung adalah dengan cara mendaur ulang sampah plastik

[6] ASME B31.4, “Pipeline Transportasion System for Liquid Hydrocarbons and Other Liquids” ,The American Society of Mechanical Engineers, United States, 2001.