• Tidak ada hasil yang ditemukan

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SERTA UJI PENDAHULUAN AKTIVITAS ANTIKANKER BEBERAPA SENYAWA ORGANOTIMAH(IV) 4-NITROBENZOAT TERHADAP SEL LEUKEMIA L-1210 (SYNTHESIS, CHARACTERIZATION AND PRELIMINARY ANTICANCER ACTIVITY TEST OF SOME ORGANOTIN(IV) 4-NITROBENZOATES

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SINTESIS DAN KARAKTERISASI SERTA UJI PENDAHULUAN AKTIVITAS ANTIKANKER BEBERAPA SENYAWA ORGANOTIMAH(IV) 4-NITROBENZOAT TERHADAP SEL LEUKEMIA L-1210 (SYNTHESIS, CHARACTERIZATION AND PRELIMINARY ANTICANCER ACTIVITY TEST OF SOME ORGANOTIN(IV) 4-NITROBENZOATES"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ANTICANCER ACTIVITY TEST OF SOME ORGANOTIN(IV) 4-NITROBENZOATES

AGAINST LEUKEMIA CELLS L-1210

By

Sherly Nurimani

In this study, it was performed the synthesis of dibutyltin(IV) di-4-nitrobenzoate, diphenyltin(IV) di-4-nitrobenzoate and triphenyltin(IV) 4-nitrobenzoate compounds through two-step reactions. The first step was the formation of the organotin(IV) hydroxide or oxide by reacting the organotin(IV) chloride and NaOH, then reacting the organotin(IV) hydroxide or oxide with 4-nitrobenzoic acid to produce the final compound. The results of synthesis were in the form of white solid with percent yield for dibutyltin(IV) di-4-nitrobenzoate, diphenyltin(IV) di-4-nitrobenzoate and triphenyltin(IV) 4-nitrobenzoate of 87.27; 88.33, and 86.53%, respectively with optimum reflux time of 4 hours.

(3)

AKTIVITAS ANTIKANKER BEBERAPA SENYAWA ORGANOTIMAH(IV) 4-NITROBENZOAT

TERHADAP SEL LEUKEMIA L-1210

Oleh Sherly Nurimani

Pada penelitian ini, telah dilakukan sintesis senyawa dibutiltimah(IV) di-nitrobenzoat, difeniltimah(IV) di-nitrobenzoat dan trifeniltimah(IV) 4-nitrobenzoat melalui dua tahap. Tahap pertama yaitu pembentukan senyawa antara organotimah(IV) hidroksida atau oksida dari organotimah(IV) klorida dan NaOH, kemudian direaksikan dengan asam 4-nitrobenzoat untuk menghasilkan senyawa akhir. Dari hasil sintesis diperoleh produk berupa padatan berwarna putih dengan rendemen 87,27; 88,33, dan 86,53 % untuk masing-masing senyawa dibutiltimah(IV) di-4-nitrobenzoat, difeniltimah(IV) di-4-nitrobebzoat dan trifeniltimah(IV) 4-nitrobenzoat dengan waktu refluks optimum 4 jam.

(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI...i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR... iv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian... 4

C. Manfaat Penelitian... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Senyawa Organologam ... 6

B. Asam 4-nitrobenzoat ... 8

C. Timah (Sn) ... 9

D. Senyawa Organotimah ... 10

1. Senyawa organotimah halida ... 11

2. Senyawa organotimah hidroksida dan oksida ... 12

3. Senyawa organotimah karboksilat ... 13

4. Aplikasi senyawa organotimah ... 14

E. Analisis Senyawa Organotimah ... 15

1. Analisis spektroskopi IR senyawa organotimah ... 15

2. Analisis spektroskopi UV-Vissenyawa ... 17

3. Analisis unsur dengan menggunakanmicroelemental analyzer...19

F. Uji Pendahuluan Aktivitas Antikanker Senyawa Organotimah Terhadap Sel Leukemia L-1210... 19

1. Analisis Probit ... 20

G. Kanker ... 21

H. Darah ... 23

1. Sel darah putih (leukosit)... 24

(7)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian... 27

B. Alat dan Bahan... 27

C. Metode Penelitian ... 28

1. Sintesis senyawa dibutiltimah(IV) oksida... 28

2. Sintesis senyawa dibutiltimah(IV) di-4-nitrobenzoat ... 29

3. Sintesis senyawa difeniltimah(IV) dihidroksida...29

4. Sintesis senyawa difeniltimah(IV) d-4-nitrobenzoat ... 30

5. Sintesis senyawa trifeniltimah(IV) hidroksida... 31

6. Sintesis senyawa trifeniltimah(IV) 4-nitrobenzat ... 31

7. Pengujian aktivitas antikanker ... 32

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sintesis... 35

1. Sintesis senyawa dibutiltimah(IV) oksida... 35

2. Sintesis senyawa dibutiltimah(IV) di-4-nitrobenzoat ... 36

3. Sintesis senyawa difeniltimah(IV) dihidroksida... 37

4. Sintesis senyawa difeniltimah(IV) di-4-nitrobenzoat ... 38

5. Sintesis senyawa trifeniltimah(IV) hidroksida... 40

6. Sintesis senyawa trifeniltimah(IV) 4-nitrobenzat ... 40

B. Karakterisasi Menggunakan Spektrofotometer IR ... 42

1. Asam 4-nitrobenzoat ... 42

2. Senyawa dibutiltimah(IV) oksida dan dibutiltimah(IV) di-4-nitrobenzoat ... 42

3. Senyawa difeniltimah(IV) oksida dan difeniltimah(IV) di-4-nitrobenzoat ... 44

4. Senyawa trifeniltimah(IV) oksida dan trifeniltimah(IV) di-4-nitrobenzoat ... 46

C. Karakterisasi Menggunakan Spektrofotometer UV... 48

1. Asam 4-nitrobenzoat ... 48

2. Senyawa dibutiltimah(IV) oksida dan dibutiltimah(IV) di-4-nitrobenzoat ... 49

3. Senyawa difeniltimah(IV) oksida dan difeniltimah(IV) di-4-nitrobenzoat ... 50

4. Senyawa trifeniltimah(IV) oksida dan trifeniltimah(IV) di-4-nitrobenzoat ... 52

D. Analisis Unsur Menggunakan Microelemental Analyzer ... 54

E. Uji Aktivitas Antikanker Terhadap Sel Leukemia L-1210 ... 55

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan... 62

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA... 64

(8)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jumlah penderita penyakit kanker di Indonesia belum diketahui secara pasti, tetapi peningkatan dari tahun ke tahun dapat dibuktikan sebagai salah satu penyebab kematian, menurut GLOBOCAN dengan jumlah penduduk 240 juta, terdapat kasus penyakit kanker sebanyak 292.600 pada tahun 2008

(GLOBOCAN, 2010). GLOBOCAN juga memperkirakan bahwa sampai dengan tahun 2030, diperikirakan terdapat 21,4 juta pasien terjangkit kanker setiap tahunnya dan dari jumlah itu 13,2 juta diantaranya diprediksi

meninggal. GLOBOCAN merupakan agensi internasional yang mengadakan penelitian mengenai jumlah rata-rata penderita kanker di seluruh dunia pada tahun 2008.

Kanker adalah penyakit degeneratif yang ditandai dengan keadaan sel yang membagi secara terus-menerus (poliferasi) tanpa kontrol dan memiliki kemampuan untuk menyebar (metastatis) ke jaringan yang berlainan secara patologi (Hawariah, 1998a).

(9)

2002). Namun, terapi kanker secara pembedahan tidak dapat dilakukan khususnya pada sel kanker yang telah menyebar, sementara pengobatan kemoterapi dan radiasi dapat menimbulkan efek samping meskipun

pengobatan kemoterapi mampu mengeluarkan keseluruhan kanker (Hawariah, 1998b). Oleh karena itu, usaha pencarian agen kanker dengan efek samping minimum sangat diperlukan dalam pengobatan penyakit kanker, salah satunya dengan menggunakan senyawa organotimah yang dikenal lebih efektif dan efisien (Pellerito and Nagy, 2002).

Senyawa organotimah adalah senyawa yang mengandung sedikitnya satu ikatan kovalen C-Sn. Sebagian besar senyawa organotimah dapat dianggap sebagai turunan dari RnSnX4-n(n = 1-4) dan diklasifikasikan sebagai mono-, di-, tri-, dan tetra- organotimah(IV) tergantung pada gugus alkil (R) atau aril (Ar) yang terikat pada Sn (Pellerito and Nagy, 2002).

(10)

2008) dan antikanker (Hadi and Rilyanti, 2010). Oleh sebab itu pada penelitian ini dipilih senyawa organotimah(IV) karboksilat, dengan asam 4-nitrobenzoat sebagai asam karboksilatnya.

Pada penelitian sebelumnya oleh Aini (2010), menggunakan asam salisilat sebagai asam karboksilatnya diperoleh nilai IC50γ,86 g/mL, Sari (2011), menggunakan asam benzoat sebagai asam karboksilatnya diperoleh nilai IC50

5,γβ g/mL, danElianasari (2012), menggunakan asam 4-hidroksibenzoat

sebagai asam karboksilatnya diperoleh nilai IC50β,4β g/mL. Dari ketiga penelitian di atas, suatu senyawa dikatakan aktif sebagai antikanker apabila memiliki nilai IC50 ≤ 50 µg/mL (Mans et al., 2000). Asam 4-nitrobenzoat dapat membentuk ikatan dengan dipol atau ion lain baik yang memiliki kerapatan elektron tinggi maupun rendah dibandingkan dengan asam benzoat, asam salisilat, dan asam 4-hidroksibenzoat. Perubahan sifat kimia fisika tersebut berpengaruh terhadap aktivitas analgesik dari senyawa turunan nitro benzoat (Petra, 2012). Sehingga pada penelitian kali ini, diharapkan senyawa organotimah(IV) 4-nitrobenzoat mempunyai aktivitas sebagai antikanker dan memiliki nilai IC50lebih kecil dari penelitian sebelumnya.

Penelitian ini dilakukan untuk mensintesis dan mengkarakterisasi senyawa dibutiltimah(IV) di-4-nitrobenzoat, difeniltimah(IV) di-4-nitrobenzoat dan trifeniltimah(IV) 4-nitrobenzoat. Senyawa yang diperoleh dikarakterisasi menggunakan spektrofotometer IR, spektrofotometer UV-Vis, dan

(11)

dengan asam 4-nitrobenzoat sebagai asam karboksilatnya, menghasilkan dibutiltimah(IV) di-4-nitrobenzoat, difeniltimah(IV) di-4-nitrobenzoat, dan trifeniltimah(IV) 4-nitrobenzoat. Ketiga senyawa tersebut diuji dan

dibandingkan aktivitas antikankernya terhadap sel leukemia L-1210. Setelah diketahui aktivitas antikankernya kemudian dibandingkan dengan asam 4-hidroksibenzoat (Elianasari, 2012), asam benzoat (Sari, 2011) dan asam salisilat (Aini, 2010) dari penelitian sebelumnya.

Prosedur untuk sintesis masing-masing senyawa organotimah(IV) karboksilat pada penelitian ini diadopsi dari prosedur yang dilakukan oleh Bonire et al. (1998); Szorcsik et al. (2002); Hadi et al. (2008); Hadi et al.(2009); Hadi and Rilyanti (2010), sedangkan prosedur untuk pengujian aktivitas antikanker diadopsi dari prosedur yang dilakukan oleh Katrin dan Winarno (2008).

Bila telah diketahui dan diperoleh data aktivitas awalnya, maka untuk penelitian selanjutnya, akan lebih mudah pengembangannya sebagainew metal-based drugsyang akan sangat berguna dan memegang peranan penting di bidang farmasi dan kedokteran.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mensintesis senyawa dibutiltimah(IV) di-4-nitrobenzoat, difeniltimah(IV) di-4-nitrobenzoat dan trifeniltimah(IV) 4-nitrobenzoat.

2. Mengkarakterisasi senyawa awal dibutiltimah(IV) diklorida,

(12)

sintesis dibutiltimah(IV) nitrobenzoat, difeniltimah(IV) di-4-nitrobenzoat dan trifeniltimah(IV) 4-di-4-nitrobenzoat, dengan rendemen tertinggi dari variasi waktu refluks menggunakan spektofotometer IR, UV-Vis, dan microelemental analyzer(tidak termasuk asam 4-nitrobenzoat). 3. Menguji dan membandingkan aktivitas antikanker dari senyawa

dibutiltimah(IV) di-4-nitrobenzoat, difeniltimah(IV) di-4-nitrobenzoat dan trifeniltimah(IV) 4-nitrobenzoat terhadap sel leukemia L-1210.

C. Manfaat Penelitian

(13)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Senyawa Organologam

Senyawa organologam merupakan senyawa dimana minimal terdapat satu atom karbon dari gugus organik yang berikatan langsung dengan logam pusat. Istilah organologam biasanya didefinisikan agak longgar, dan senyawa yang mengandung ikatan karbon dengan fosfor, arsen, silikon ataupun boron termasuk dalam kategori ini. Tetapi untuk senyawa yang mengandung ikatan antara atom logam dengan oksigen, belerang, nitrogen ataupun dengan suatu halogen tidak termasuk sebagai senyawa organologam. Sebagai contoh suatu alkoksida seperti (C3H7O4)Ti tidaklah termasuk senyawa organologam, karena gugus organiknya terikat pada Ti melalui atom oksigen. Sedangkan senyawa (C6H5)Ti(OC3H7)3 adalah senyawa organologam karena terdapat satu ikatan langsung antara karbon C dari gugus fenil dengan logam Ti. Dari bentuk ikatan pada senyawa organologam, senyawa ini dapat dikatakan sebagai jembatan antara kimia organik dan anorganik (Cotton dan Wilkinson, 1989).

(14)

1. Senyawa ionik dari logam elektropositif

Senyawa ini terbentuk bila suatu radikal organik terikat pada logam dengan keelektropositifan yang sangat tinggi, misalnya logam alkali atau alkali tanah. Senyawa-senyawa ini tidak stabil di udara, mudah terhidrolisis dalam air dan tidak larut dalam pelarut hidrokarbon. Kestabilannya bergantung pada kestabilan radikal organiknya.

2. Senyawa organologam dengan ikatan σ (sigma)

Senyawa ini memiliki ikatan σ dua pusat dua elektron yang terbentuk

antara gugus organik dan atom logam dengan keelektropositifan rendah. Pada umumnya, senyawa organologam dengan ikatan ini memiliki ikatan utama kovalen dan sifat kimianya adalah dari kimiawi karbon yang disebabkan karena beberapa faktor, yaitu:

a. Kemungkinan penggunaan orbital d yang lebih tinggi, seperti pada SiR4yang tidak tampak dalam CR4.

b. Kemampuan donor alkil atau aril dengan pasangan elektron menyendiri.

c. Keasaman Lewis sehubungan dengan kulit valensi yang tidak penuh seperti pada BR2atau koordinasi tak jenuh seperti ZnR2.

d. Pengaruh perbedaan keelektronegatifan antara ikatan logam-karbon (M-C) atau karbon-karbon (C-C).

3. Senyawa organologam dengan ikatan nonklasik

(15)

ikatan ionik atau pasangan elektron. Senyawa ini terbagi menjadi dua golongan:

a. Senyawa organologam yang terbentuk antara logam-logam transisi dengan alkena, alkuna, benzene, dan senyawa organik tak jenuh lainnya.

b. Senyawa organologam yang memiliki gugus-gugus alkil berjembatan. (Cotton dan Wilkinson, 1989).

B. Asam 4-nitrobenzoat

Asam 4-nitrobenzoat adalah senyawa organik dengan rumus molekul

C6H4(COOH)NO2, berat molekul sebesar 167,2 gram/mol, yang memiliki titik leleh sebesar 237°C. Asam 4-nitrobenzoat berupa serbuk yang berwarna putih kekuningan yang dapat digunakan sebagai pewarna, kosmetik dan

[image:15.595.132.299.496.555.2]

obat-obatan. Senyawa ini larut dalam metanol dan dietil eter (Wikipedia, 2012).

Gambar 1. Struktur asam 4-nitrobenzoat (Wikipedia, 2012).

(16)

N-basa dan karbonil dalam larutan dapat membentuk siklik akibat adanya daya tarik-menarik dipol-dipol. Dalam bentuk siklik inilah obat-obat tersebut berinteraksi dengan reseptor analgesik, bila gugus C=O dihilangkan atau diganti dengan gugus lain misalnya CH2, aktivitas analgesiknya akan hilang. Hal ini disebabkan oleh hilangnya daya tarik-menarik dipol-dipol dan

kemampuan membentuk siklik, sehingga senyawa tidak dapat berinteraksi secara serasi dengan reseptor analgesik (Petra, 2012).

C. Timah (Sn)

Timah atau Stannum (Sn) memiliki nomor atom 50 merupakan logam lemah yang berwarna putih keperakan yang sukar dioksidasi oleh udara pada temperatur kamar. Dalam tabel periodik timah termasuk golongan IV A dan periode 5 bersama-sama dengan karbon, silikon, germanium dan timbal. Timah lebih bersifat elektronegatif dibandingkan timbal, tetapi lebih bersifat elektropositif dibandingkan karbon, silikon dan germanium (Dainith, 1990). Timah merupakan logam putih dan melebur pada suhu 232°C. Timah larut dalam asam dan basa, senyawa–senyawa oksidanya dengan asam atau basa akan membentuk garam. Timah tidak reaktif terhadap oksigen bila dilapisi oleh oksida film dan tidak reaktif terhadap air pada suhu biasa, tetapi akan mempengaruhi kilauannya (Svehla,1985).

Timah memiliki tiga bentuk alotrop, yaitu timah abu-abu (α), timah putih ( ) dan timah rombik ( ). Pada suhu ruang, timah lebih stabil sebagai logam

(17)

timah putih berubah menjadi timah abu-abu (-Sn) berbentuk intan kubik berupa nonlogam. Perubahan ini terjadi cepat karena timah membentuk oksida film. Peristiwa ini dikenal sebagai plak timah atau timah plague. Timah putih mempunyai densitas yang lebih tinggi daripada timah abu-abu (Petruci, 1999).

Timah dalam bentuk senyawaannya memiliki tingkat oksidasi +2 dan +4, tingkat oksidasi +4 lebih stabil dari pada +2. Pada tingkat oksidasi +4, timah menggunakan seluruh elektron valensinya, yaitu 5s25p2dalam ikatan,

sedangkan pada tingkat oksidasi +2, timah hanya menggunakan elektron valensi 5p2saja. Tetapi perbedaan energi antara kedua tingkat ini rendah (Cotton dan Wilkinson, 1989).

D. Senyawa Organotimah

Senyawa organotimah adalah senyawa-senyawa yang mengandung sedikitnya satu ikatan kovalen C-Sn. Sebagian besar senyawa organotimah dapat

dianggap sebagi turunan dari RnSnX4-n (n = 1-4) dan diklasifikasikan sebagai mono-, di-, tri-, dan tetra- organotimah(IV) tergantung pada jumlah gugus alkil (R) atau aril (Ar) yang terikat. Gugus (R) pada senyawaan organotimah biasanya metil, butil, oktil atau fenil, sedangkan gugus (X) biasanya adalah klorida, fluorida, oksida, hidroksida, suatu karboksilat atau suatu thiolat (Pellerito and Nagy, 2002).

(18)

(300ºC) > klorida (37ºC) > bromida (27ºC) > iodida (3,4ºC) (Tayer, 1988). Kecenderungan terhidrolisis dari senyawa organotimah lebih lemah

dibandingkan senyawa Si atau Ge yang terikat dan ikatan Sn-O dapat bereaksi dengan larutan asam. Senyawa organotimah tahan terhadap hidrolisis atau oksidasi pada kondisi normal walaupun dibakar menjadi SnO2, CO2, dan H2O. Kemudahan putusnya ikatan Sn-C oleh halogen atau reagen lainnya bervariasi berdasarkan gugus organiknya dan urutannya meningkat dengan urutan: Bu (paling stabil) < Pr < et < me < vinil < Ph < Bz < alil < CH2CN < CH2CO2R (paling tidak stabil).

Penggabungan SnR4melalui gugus alkil tidak teramati sama sekali. Senyawa-senyawa dengan rumus R3SnX atau R2SnX2tergabung secara luas melalui jembatan X sehingga meningkatkan bilangan koordinasi Sn menjadi lima, enam atau bahkan tujuh. Dalam hal ini, F lebih efektif dibandingkan unsur-unsur halogen lainnya. Sebagai contoh Me3SnF memiliki struktur trigonal bipiramida, Me2SnF2 memiliki struktur oktahedral sedangkan jembatan Cl yang lebih lemah memiliki struktur terdistorsi (Van der Weij, 1981).

1. Senyawa organotimah halida

Senyawa organotimah halida dengan rumus umum RnSnX4-n(n = 1-3; X = Cl-, Br-, I-) pada umumnya merupakan padatan kristalin dan sangat reaktif.

(19)

2 EtI + Sn Et2Sn + I2

Metode lain yang sering digunakan untuk pembuatan organotimah halida adalah reaksi disproporsionasi tetraalkiltimah dangan timah(IV) klorida. Caranya adalah dengan mengubah perbandingan material awal, seperti ditunjukkan pada persamaan reaksi berikut:

3 R4Sn + SnCl4 4 R3SnCl R4Sn + SnCl4 2 R2SnCl2

Senyawa organotimah klorida digunakan sebagai kloridanya dengan memakai logam halida lain yang sesuai seperti ditunjukkan pada persamaan reaksi berikut:

R4SnCl4-n + (4-n) MX R4SnX4-n + (4-n) MCl (X = F, Br atau I; M = K, Na, NH4) (Cotton dan Wilkinson, 1989).

2. Senyawa organotimah hidroksida dan oksida

(20)

OH

R3SnX R3Sn XR3SnOSnR3X XR3SnOSnR3OH R2SnO X atau

R3SnOH (Cotton dan Wilkinson, 1989).

3. Senyawa organotimah karboksilat

Senyawa organotimah karboksilat pada umumnya dapat disintesis melalui dua cara yaitu dari organotimah oksida atau organotimah hidroksidanya dengan asam karboksilat, dan dari organotimah halidanya dengan garam karboksilat. Metode yang biasa digunakan untuk sintesis organotimah

karboksilat adalah dengan menggunakan organotimah halida sebagai material awal. Organotimah halida direaksikan dengan garam karboksilat dalam pelarut yang sesuai, biasanya aseton atau karbon tetraklorida. Reaksinya adalah sebagai berikut:

RnSnCl4-n + (4-n) MOCOR RnSn(OCOR)4-n + (4-n) MCl

Reaksi esterifikasi dari asam karboksilat dengan organotimah oksida atau hidroksida dilakukan melalui dehidrasi azeotropik dari reaktan dalam toluena, seperti ditunjukkan pada reaksi berikut:

(21)

4. Aplikasi senyawa organotimah

Senyawa organotimah memiliki aplikasi yang luas dalam kehidupan sehari-hari. Aplikasi senyawa organotimah dalam industri antara lain sebagai senyawa stabilizerpolivinilklorida, pestisida nonsistematik, katalis

antioksidan, antifouling agentsdalam cat, stabilizerpada plastik dan karet sintetik, stabilizeruntuk parfum dan berbagai macam peralatan yang berhubungan dengan medis dan gigi. Untuk penggunaan tersebut, kurang lebih 25.000 ton timah dipergunakan per tahun (Pellerito and Nagy, 2002).

Mono dan diorganotimah digunakan secara luas sebagai stabilizer polivinilklorida untuk mengurangi degradasi polimer polivinilklorida

(22)

Dalam beberapa penelitian, diketahui senyawa organotimah(IV) karboksilat yang menunjukkan sifat sebagai antimikroorganisme sehingga dapat

berfungsi sebagai antifungi dan antimikroba (Bonire et al., 1998). Diketahui bahwa kompleks di- dan triorganotimah halida dengan berbagai ligan yang mengandung nitrogen, oksigen, dan sulfur memiliki aktivitas biologi dan farmakologi dan digunakan sebagai fungisida dalam pertanian, bakterisida, dan agen antitumor (Jain et al., 2003).

E. Analisis Senyawa Organotimah

Pada penelitian yang akan dilakukan kemurnian senyawa organotimah dari hasil sintesis dikarakterisasi menggunakan spektroskopi IR,UV-Vis, dan microelemental analyzer.

1. Analisis spektroskopi IRsenyawa organotimah

(23)

gelombang versus intensitas radiasi yang dinamakan spektra (Supriyanto, 1999).

Karena setiap tipe ikatan yang berbeda mempunyai sifat frekuensi vibrasi yang berbeda, dan karena tipe ikatan yang sama dalam dua senyawa berbeda terletak dalam lingkungan yang sedikit berbeda, maka tidak ada dua molekul yang berbeda strukturnya akan mempunyai bentuk spektrum IRyang tepat sama (Sastrohamidjojo, 1988).

Dari daerah IRyang luas, yang biasa dikenal dan dipakai untuk

(24)
[image:24.595.129.499.125.235.2]

Tabel 1. Serapan karakteristikIRuntuk asam-asam karboksilat

Tipe Getaran Posisi serapan

cm-1 m

Uluran O-H 2860 – 3300 3,0 – 3,5

Uluran C=O 1700 - 1725 5,8 – 5,88

Uluran C-O 1210 – 1330 7,5 – 8,26

Tekukan O-H 1300 – 1440 6,94 – 7,71

Tekukan O-H dimer ~925 ~10,8

(Fesenden dan Fessenden, 1986).

2. Analisis spektroskopi UV-Vissenyawa organotimah

Spektroskopi sinarUV-Visakan mengalami transisi elektronik sebagai akibat penyerapan radiasi sinar UVdan sinar tampak oleh senyawa yang dianalisis. Transisi tersebut pada umumnya antara orbital ikatan atau pasangan bebas dan orbital bukan ikatan atau orbital anti ikatan. Agar elektron dalam ikatan sigma tereksitasi maka diperlukan energi paling tinggi dan akan memberikan serapan pada 120-200 nm (1 nm =10-7cm =10Ǻ ). Daerah ini dikenal sebagai daerah ultraviolet hampa, karena pada pengukuran tidak boleh ada udara, sehingga sukar dilakukan dan relatif tidak banyak memberikan keterangan untuk penentuan struktur.

Di atas 200 nm merupakan daerah eksitasi elektron dari orbital p, orbital d dan

orbital π terutama sistem π terkonjugasi mudah pengukurannya dan

(25)

dipengaruhi oleh substituen dan terutama yang berhubungan dengan substituen yang menimbulkan pergeseran dalam diena terkonjugasi dan senyawa karbonil (Sudjadi,1985).

Pada spektroskopi UV-Vis, spektrum tampak (vis) terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah ) sedangkan spektrum ultraviolet (UV) terentang dari 200-400 nm. Informasi yang diperoleh dari spektroskopi ini adalah adanya ikatan rangkap atau ikatan terkonjugasi dan gugus kromofor yang terikat pada ausokrom. Semua molekul dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-Viskarena mereka mengandung elektron, baik sekutu maupun menyendiri, yang dapat dieksitasikan ke tingkat energi yang lebih tinggi. Panjang gelombang terjadinya adsorpsi tergantung pada kekuatan elektron terikat dengan kuat dan diperlukan radiasi berenergi tinggi atau panjang gelombang yang pendek atau eksitasinya. Hal ini berarti suatu elektron dalam orbital (bonding) dieksitasikan ke orbital antibonding.

(26)

3. Analisis unsur dengan menggunakan microelemental analyzer

Mikroanalisis adalah penentuan kandungan unsur penyusun suatu senyawa yang dilakukan dengan menggunakan microelemental analyzer. Unsur yang umum ditentukan adalah karbon (C), hidrogen (H), nitrogen (N) dan sulfur (S). Sehingga alat yang biasanya digunakan untuk tujuan mikroanalisis ini dikenal sebagai CHNS microelemental analyzer. Hasil yang diperoleh dari mikroanalisis ini dibandingkan dengan perhitungan secara teori. Walaupun seringnya hasil yang diperoleh berbeda, perbedaan biasanya antara 1–5 %, namun analisis ini tetap sangat bermanfaat untuk mengetahui kemurnian suatu sampel (Costech Analytical Technologies, 2011).

F. Uji Pendahuluan Aktifitas Antikanker Senyawa Organotimah terhadap Sel Leukemia-L-1210

(27)

maupun in vivo(Hoshino et al., 1966). Ekstrak kasar dari suatu bahan alam atau aktivitas isolat (kristal) dapat diuji secara langsung dalam biakan sel leukemia L-1210. Sebagai ukuran aktivitas sitotoksik ditentukan nilai IC50 dari ekstrak kasar tersebut. Aktivitas isolat (kristal) dikatakan aktif sebagai anti kanker bila nilai IC50≤ 50 µg/mL (Mans et al., 2000).

1. Analisis Probit

Analisis probit adalah model regresi khusus yang digunakan untuk menganalisis variabel respon binomial. Ide analisis probit pada mulanya dipublikasikan dalam majalah Science oleh Cester Ittner Bliss pada tahun 1934 yang digunakan untuk mengetahui efektivitas suatu pestisida dengan memplotkan kurva hubungan antara dosis dan respon pada berbagai konsenterasi, dan diperoleh kurva berbentuk sigmoid (Greenberg, 1980). Bliss mengembangkan ide untuk mengubah kurva sigmoid tersebut ke dalam persamaan garis lurus. Pada tahun 1952 seorang profesor statistik dari Edinburgh yang bernama David Finney menggunakan ide Bliss dan menulis buku yang berjudul Analisis Probit. Sampai saat ini analisis probit masih digunakan untuk mengetahui hubungan antara dosis dan respon (Cochran and David, 1979)

Analisis probit adalah jenis regresi yang digunakan untuk menganalisis

variabel respon binomial, dengan mengubah kurva dosis respon sigmoid untuk garis lurus yang kemudian dapat dianalisis dengan regresi baik melalui

(28)

pas garis untuk membandingkan hubungan antara variabel respon atau variabel dependen (y) terhadap variabel independen (x).

y= a + bx + e dimana: a= y-intercept

b= kemiringan garis e= kesalahan jangka

variavel respon binomial hanya mengacu pada variabel respon dengan dua hasil. Analisis probit dapat dilakukan dengan salah satu teknik berikut ini: 1. menggunakan tabel untuk memperkirakan probit

2. menghitung probit dan koefisien regresi 3 memiliki paket stastitical seperti SPS (Kim, 2011).

G. Kanker

(29)
[image:29.595.134.467.249.422.2]

mulai dari kaki sampai kepala. Bila kanker terjadi di bagian permukaan tubuh, akan mudah diketahui dan diobati. Namun bila terjadi di dalam tubuh, kanker itu akan sulit diketahui dan kadang-kadang tidak memiliki gejala. Kalaupun timbul gejala, biasanya sudah stadium lanjut sehingga sulit diobati (Simon, 2003).

Gambar 2.Perkembangan sel normal menjadi sel kanker (Anand and Kunnumakkara, 2008).

(30)

Tabel 2. Beberapa zat kimia bersifat karsinogenik.

Kelompok Senyawa

Hidrokarbon aromatik polisiklik Benzo [ ]piren, dimetilbenzantrasen Amin aromatik 2-Asetilaminoflouren,

N-metil-4-aminoazobenzen (MAB)

Berbagai obat Zat pengalkilasi (misal, siklofasmid), Dietilstilbestrol

Nitrosamin Dimetilnitrosamin, dietilnitrosamin Senyawa yang terdapat di alam Daktinomisin, aflatoksin B1

Senyawa anorganik Aren, asbes, berilium, cadmium ( Murray et al., 2003).

H. Darah

[image:30.595.140.482.503.711.2]

Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas atas dua bagian yaitu plasma darah dan sel darah. Komponen cair darah yang disebut plasma darah terdiri dari 91 sampai 92 % air yang berperan sebagai medium tranpor, dan 8 sampai 9 % zat padat. Darah berperan sebagai medium pertukaran pertukaran antara sel yang terfiksasi dalam tubuh dan lingkungan luar, serta memiliki sifat protektif terhadap organisme dan khususnya terhadap darah sendiri (Pearce, 2006).

(31)

Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu trombosit, leukosit, dan eritrosit. Eritrosit berfungsi sebagai transpor atau pertukaran oksigen dan karbondioksida, leukosit berfungsi untuk mengatasi infeksi, dan trombosit untuk hemostatis. Sel-sel ini memiliki umur yang terbatas, sehingga diperlukan pembentukan optimal yang konstan untuk mempertahankan jumlah yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan jaringan (Price dan Wilson, 2005).

1. Sel darah putih (leukosit)

Sel darah putih disebut juga merupakan unit sistem pertahanan tubuh yang bergerak aktif. Sel darah putih (leukosit) dibentuk di sumsum tulang

(granulosit, monosit, serta sedikit limfosit) dan sebagian lagi dijaringan limfe (limfosit dan sel-sel plasma). Setelah dibentuk sel-sel ini diangkut dalam darah menuju ke bagian tubuh yang membutuhkannya. Fungsi utama sel darah putih (leukosit) secara khusus dikirim menuju daerah yang mengalami infeksi dan mengalami peradangan, dengan demikian sel darah putih dapat menyediakan pertahanan yang cepat dan kuat terhadap agen-agen infeksius. Sel darah putih (leukosit) jumlahnya lebih sedikit dalam darah daripada eritrosit. Sel ini dapat bermigrasi dengan bebas dari pembuluh darah ke jaringan dan kembali lagi ke pembuluh darah dengan gerakan amuboid. Jumah rata-rata sel dara putih (leukosit) dalam sirkulasi berfluktuasi antara 5000 sampai 10000/mm3darah. Jenis-jenis sel darah putih yang sudah diidentifikasikan dalam perifer darah adalah:

(32)

b. Eosinofil 1-2 % c. Basofil 0,5-1 %

2. Mononuclear leukosit terdiri dari: a. Monosit 6 %

b. Limfosit 25-33 %

Leukosit bersifat amuboid atau tidak memiliki bentuk yang tetap. Orang yang kelebihan leukosit menderita penyakit leukemia, sedangkan orang yang kekurangan leukosit menderita penyakit leukopenia (Price dan Wilson, 2005).

2. Leukemia

Leukemia berasal dari bahasa Yunani disebut ‘leukos’ yang artinya putih dan ‘aima’ yang berarti darah dan lebih dikenal sebagai kanker darah dan termasuk dalam klasifikasi penyakit kanker pada sumsum tulang atau darah yang

ditandai dengan sel-sel pembentuk darah yang memiliki perbanyakan yang tidak normal atau transformasi maglina pada sumsum tulang atau jaringan limpoid, biasanya terjadi pada sel darah putih atau leukosit. Penyakit leukemia mempunyai beberapa jenis tipe yang berbeda-beda. Adanya tipe-tipe ini memudahkan melakukan pengobatan, penyakit leukimia memiliki tipe-tipe sendiri sesuai dengan gejalanya. Penggolongannya didasarkan pada kecepatan dan jenis sel darah putih yang terlibat.

(33)

a. Acute Lymphoblastic Leukemia(ALL) yaitu suatu bentuk leukemia parah dan cepat prosesnya biasanya banyak terjadi pada anak-anak yang

melibatkan jenis sel darah putih limposit.

b. Acute Myelongenous Leukemia(AML) yaitu bentuk leukemia parah dan cepat prosesnya yang melibatkan jenis sel darah putih myelosit.

c. Chronic Lymphoblastic Leukemia(CLL) yaitu suatu bentuk leukemia yang agak lambat prosesnya yang melibatkan jenis sel darah putih limposit, banyak diderita oleh orang dewasa yang memiliki umur lebih dari 55 tahun.

(34)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Juli 2013 di Laboratorium Kimia Anorganik FMIPA Universitas Lampung. Analisis senyawa

menggunakan spektrofotometer IRdilakukan di Laboratorium Instrumentasi FMIPA Universitas Islam Indonesia dan analisis dengan spektrofotometer UV-Vis dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik dan Fisik FMIPA Universitas Lampung. Analisis unsur dengan menggunakan microelemental analyzerdilakukan di School of Chemical and Food Technology, Universiti Kebangsaan Malaysia. Sedangkan uji aktivitas antikanker dilakukan di Laboratorium Kimia Bahan Alam, Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi (PATIR) BATAN, Jakarta Selatan.

B. Alat dan Bahan

Alat- alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: gelas kimia, gelas ukur, pipet tetes, batang pengaduk, corong pisah, erlenmeyer, satu set alat refluks, hot plate stirer, kertas saring Whatman No. 42, desikator,

(35)

mikroskop dengan Haemecytometer Fuch Rosental (0,200 nm x 0,0625 mm2) dan alat multiwell plate tissue culture(uji aktivitas kanker).

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dibutiltimah(IV) diklorida, difeniltimah(IV) diklorida, trifeniltimah(IV) klorida, NaOH,

metanol p.a, akuabides, asam 4-nitrobenzoat, toluena, dan isolat sel leukemia L-1210 BATAN, Jakarta Selatan.

C. Metode Penelitian

Prosedur untuk sintesis masing- masing senyawa organotimah(IV) karboksilat pada peneltian ini diadopsi dari prosedur yang dilakukan oleh Bonire et al. (1998); Szorscik et al.(2002); Hadi et al. (2008); Hadi et al. (2009), dan Hadi and Rilyanti (2010).

1. Sintesis senyawa dibutiltimah(IV) oksida [(C4H9)2SnO]

(36)

2. Sintesis senyawa dibutiltimah(IV) di-4-nitrobenzoat [(C4H9)2Sn(OCOC6H4(NO2)2]

Senyawa dibutiltimah(IV) oksida [(C4H9)2SnO] sebanyak 0,747 gram

direaksikan dengan asam 4- nitrobenzoat (C6H4NO2)2COOH) sebanyak 1,002 gram dengan perbandingan mol 1:2 dalam 30 mL pelarut metanol p.a.dan direfluks dengan variasi waktu 3, 4, dan 5 jam dengan pemanas pada suhu 60°C. Setelah reaksi sempurna, metanol p.a.diuapkan dan dikeringkan di dalam desikator sampai diperoleh kristal kering, kristal kering tersebut dilarutkan dalam toluena dengan dibantu pemanasan hingga larut seluruhnya, lalu didinginkan dengan es dalam keadaan masih panas, senyawa murni akan mengendap, kemudian dapat dipisahkan dari pelarutnya. Setelah itu,

dilakukan pengeringan kembali dengan desikator hingga diperoleh kristal dengan berat konstan. Kristal hasil senyawa dengan rendemen tertinggi dari variasi waktu refluks tersebut siap untuk dikarakterisasi dengan

spektrofotometer IRdan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 190-380 nm (Sudjadi, 1985). Dianalisis kandungan unsur C dan H dengan alat microelemental analyzerdan diuji sifat antikankernya terhadap sel leukimia L-1210. Sebagai perbandingan, asam 4-nitrobenzoat juga dikarakterisasi dengan spektofotometer IRdan UV-Vis.

3. Sintesis senyawa difeniltimah(IV) dihidroksida [(C6H5)2Sn(OH)2]

(37)

dengan akuabides dan metanol p.a. kemudian didiamkan di dalam desikator untuk menghasilkan (C6H5)2Sn(OH)2]. Kristal (C6H5)2SnCl2dan

(C6H5)2Sn(OH)2dikarakterisasi dengan spektrofotometer IRdan UV-Vispada panjang gelombang 190-380 nm (Sudjadi, 1985), dan dianalisis kandungan unsur C dan H dengan alat microelemental analyzer.

4. Sintesis senyawa difeniltimah(IV) di 4-nitrobenzoat [(C6H5)2Sn(OCOC6H4(NO2)2]

Senyawa difeniltimah(IV) dihidroksida (C6H5)2Sn(OH)2sebanyak 0,921 gram direaksikan dengan asam 4-nitrobenzoat (C6H4(N02)2COOH) sebanyak 1,002 gram dengan perbandingan mol 1:2 dalam 30 mL pelarut metanol p.a. dan direfluks dengan variasi waktu 3, 4, dan 5 jam dengan pemanas pada suhu 60°C. Setelah reaksi sempurna, metanol p.a.diuapkan dan dikeringkan di dalam desikator sampai diperoleh kristal kering, kristal kering tersebut dilarutkan dalam toluena dengan dibantu pemanasan hingga larut seluruhnya, lalu didinginkan dengan es dalam keadaan masih panas, senyawa murni akan mengendap, kemudian dapat dipisahkan dari pelarutnya. Setelah itu,

dilakukan pengeringan kembali dengan desikator hingga diperoleh kristal dengan berat konstan. Kristal hasil senyawa dengan rendemen tinggi dari variasi waktu refluks tersebut siap untuk di karakterisasi dengan

(38)

5. Sintesis senyawa trifeniltimah(IV) hidroksida [(C6H5)3SnOH]

Trifeniltimah(IV) klorida [(C6H5)3SnCl] sebanyak 0,045 mol (17,34 gram) direaksikan dengan 0,045 mol (1,8 gram ) NaOH untuk menggantikan ligan klor dengan hidroksida dalam 50 mL pelarut metanol p.a., selanjutnya endapan yang dihasilkan disaring dengan menggunakan kertas saring WhatmanNo. 42, lalu dicuci dengan akuabides dan metanol p.a.kemudian didiamkan di dalam desikator untuk menghasilkan (C6H5)3SnOH. Kristal (C6H5)3SnCl dan (C6H5)3SnOH dikarakterisasi dengan spektrofotometri IR dan spektrofotometer UV-Vispada panjang gelombang 190-380 nm (Sudjadi, 1985), dan dianalisis kandungan unsur C dan H dengan alat microelemental analyzer

6. Sintesis senyawa trifeniltimah(IV) 4-nitrobenzoat [(C6H5)3Sn(OCOC6H4(N02)2

Senyawa trifeniltimah(IV) hidroksida (C6H5)3SnOH sebanyak 1,101 gram direaksikan dengan asam 4-nitrobenzoat (C6H4(NO2)2COOH sebanyak 0,501 gram dengan perbandingan mol 1:1 dalam 30 mL pelarut metanol p.a.dan direfluks dengan variasi waktu 3, 4, dan 5 jam dengan pemanas pada suhu 60°C. Setelah reaksi sempurna, metanol p.a.diuapkan dan dikeringkan di dalam desikator sampai diperoleh kristal kering, kristal kering tersebut dilarutkan dalam toluena dengan dibantu pemanasan hingga larut seluruhnya, lalu didinginkan dengan es dalam keadaan masih panas, senyawa murni akan mengendap, kemudian dapat dipisahkan dari pelarutnya. Setelah itu,

(39)

variasi waktu refluks tersebut siap untuk dikarakterisasi dengan

spektrofotometer IR dan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 190-380 nm (Sudjadi, 1985). Dianalisis kandungan unsur C dan H dengan alat microelemental analyzerdan diuji sifat antikankernya terhadap sel leukimia L-1210.

7. Pengujian Aktivitas Antikanker terhadap Sel Leukemia L-1210

Prosedur untuk pengujian aktivitas antikanker pada penelitian ini diadopsi dari prosedur yang dilakukan oleh Katrin dan Winarno (2008). Pembuatan media RPMI-1640 seberat 10,4 gram yang mengandung L-glutamin dilarutkan dalam 1 liter air steril (A). Kemudian 1,3 gram NaHCO3dilarutkan dalam 50 mL air steril (larutan B). Sebanyak 25 mL larutan B ditambahkan ke dalam 475 mL larutan A, maka diperoleh 500 mL media (C). Untuk keperluan uji, 15 mL calf bovine serumditambahkan ke dalam 85 mL larutan C. Semua pekerjaan dilakukan di ruang steril. Sel leukemia L-1210 yang menjadi target uji aktivitas antikanker ini adalah sel leukemia yang diperoleh dari sel limfosit tikus putih betina jenis DBA (Dilute Brown Non-Agouti Mouse) yang berumur 8 bulan. Sel leukemia ini diperoleh dari The Institute of Physical and

Chemical Research, Japan. Sel leukimia disuspensikan ke dalam media yang telah mengandung calf bovine serumsehingga jumlah sel sekitar 2 x 106 sel/mL.

(40)

tissue’s culturesebanyak 1 mL dalam setiap sumuran. Sebagai kontrol digunakan 10 µL metanol yang telah ditambahkan 990 µL suspensi sel. Percobaan dilakukan triplo, selanjutnya suspensi sel yang telah diisi zat uji diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37°C dalam inkubator 5% CO2.

[image:40.595.132.416.550.665.2]

Perhitungan sel dilakukan menggunakan haemocytometer Neubauer improved. Untuk membedakan antara sel hidup dengan sel mati maka sebelum dilakukan penghitungan, 90 µL suspensi dimasukkan ke dalam sero cluster plate(96 sumuran) dan ditambah 10 µL larutan 1% larutan tryphan bluedan dihomogenkan. Campuran sampel uji yang telah diwarnai tryphan bluesebanyak 10 µL larutan dialirkan ke dalam haemocytometer Neubauer improved. Haemocytometer Neubauer improved merupakan sebuah alat yang digunakan untuk menghitung atau menentukan jumlah sel per satuan volume. Suspensi sel dimasukan dalam ruang tersebut, dan suspense harus cukup encer agar sel atau partikel lain tidak tumpang tindih di griddan harus merata (Caprette, 2007). Alat haemocytometer Neubauer improved dapat dilihat pada Gambar 4 berikut.

(41)

Setelah itu, jumlah sel yang masih hidup dihitung di bawah mikroskop. Sel hidup terlihat sebagai bulatan bening dengan bintik biru inti sel di tengah bulatan, sedangkan sel mati terlihat sebagai bercak biru pekat yang bentuknya tidak teratur.

Persentase penghambatan zat uji terhadap pertumbuhan sel leukemia L-1210 dihitung sebagai berikut:

% inhibisi = 1− × 100%

A : jumlah sel hidup dalam media yang mengandung zat uji

B : jumlah sel hidup dalam media yang tidak mengandung zat uji (kontrol)

Selanjutnya data persentase inhibisi diplotkan ke tabel probit untuk

memperoleh nilai probit. Kemudian dibuat grafik antara log konsentrasi (x) dan probit (y) sehingga diperoleh persamaan regresi linier y = a + bx. Dengan memasukkan nilai y = 5 (probit dari 50%), maka diperoleh nilai x (log

konsentrasi), nilai IC50dengan mengkonversikan nilai log konsentrasi ke bentuk anti log. IC50yaitu konsentrasi zat uji yang dapat menghambat

(42)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh simpulan sebagai berikut : 1. Hasil sintesis dibutiltimah(IV) nitrobenzoat, difeniltimah(IV) di-4-nitrobenzoat dan trifeniltimah(IV) 4-di-4-nitrobenzoat berupa padatan putih dengan rendemen 87,27; 87,77 dan 86,53% pada waktu refluks optimum 4 jam.

2. Sintesis dibutiltimah(IV) nitrobenzoat, difeniltimah(IV)

di-4-nitrobenzoat dan trifeniltimah(IV) 4-di-4-nitrobenzoat telah berhasil dilakukan yang ditunjukan dengan karakterisasi menggunakan spektrofotometer IR dan UV. Dari hasil karakterisasi tersebut terdapat pita serapan C=O pada daerah 1525,01; 1562,18 dan 1640,42 cm-1dan transisi elektronik (π-π* dan n-π*) pada max203 dan 262; 202 dan 264; 204 dan 264 nm yang berasal dari asam 4-nitrobenzoat

(43)

4. Berdasarkan data IC50yang diperoleh tripeniltimah(IV) 4-nitrobenzoat lebih berpotensi sebagai obat antikanker dibandingkan dengan

organotimah(IV) salisilat, organotimah(IV) benzoat, dan organotimah(IV) hidroksibenzoat.

B. Saran

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Aini, N.Q. 2010. Sintesis dan Karakterisasi serta Uji Pendahuluan Aktivitas Antikanker Beberapa Senyawa Organotimah(IV) Salisilat Terhadap Sel Leukemia L-1210. [Skripsi].Universitas Lampung. Bandar Lampung.81 halaman.

Anand, P. And A.B. Kunnumakkara. 2008. Cancer is a Preventable Disease That Requires Major Lifestyle Changes. Pharmaceutical Research. 25(9): 2097-2116.

Annenahira. 2010. Macam-macam Penyakit Leukimia.

http://www.Anneahira.com/. Diakses pada 19 September 2012.

Apantaku, L.M. 2002. Breast-Conserving Surgery for Breast Cancer. American. Family. Physician.66 (12): 2271-2278.

Bonire, J.J., G.A., Ayoko, P.F., Olurinola, J.O., Ehinmidu, N.S.N., Jalil, and A.A., Omachi. 1998. Synthesis and Antifungal Activity of Some Organotin(IV) Carbpxylates. Metal-Based Drugs. 5(4): 233-236.

Caprette, D.R. 2007. Using a Caunting Chamber. Lab Guides. Rice University. Cochran, W.G. and D.J. Finney. 1979. Chester Ittner Bliss, 1899-1979.

Biometrics.35(4): 715-717.

Costech Analytical Tecnolgies. 2011. Elemental Combustion System CHNS. http:// costechanalytical.com/. Diakses pada 9 Desember 2012.

Cotton, F.A. dan G. Wilkinson, 1989. Kimia Anorganik Dasar. Terjemahan oleh S. Suharto. Penerbit UI Press. Jakarta.

Dainith, 1990. Kamus Lengkap Kimia (Oxford). Erlangga: Jakarta.

Day, R.A. dan A.L. Underwood. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Terjemahan oleh A.H. Pudjaatmaka. Erlangga. Jakarta.

(45)

Elianasari. 2012. Sintesis dan Karakterisasi serta Uji Pendahuluan Aktivitas Antikanker Beberapa Senyawa Oranotimah(IV) 4-hidroksibenzoat Terhadap Sel Leukemia L-1210. [Skripsi].Universitas Lampung. Bandar Lampung. 109 halaman.

Fessenden, R.J. dan J.S. Fessenden. 1982. Kimia Organik Dasar. Jilid 2. Terjemahan oleh A.H. Pudjaatmaka. Erlangga. Jakarta.

Gielen, M., H., Dalil, B., Mahieu, M., Biesemans, and R., Willem. 1998. Organotin Gibberallates: Synthesis, Spectroscopic Characterization and Antitumor Activity. Applied Organometalic Chemistry. 12: 855-859.

Gielen, M. 2003. An Overview of Forty Years Organotin Chemistry Developed at The Free Universities of Brussels ULB and VUB. Journal Braziloan

Chemical Society. 14(6): 870-877.

Glesson, B., J., Claffey, D., Ertler, M., Hogan, H., Muller-Bunz, F., Paradisi, D., Wallis, and M., Tacke. 2008. Novel Organotin Antibacterial and Anticancer Drugs. Polyhedron.27(18): 3619-3624.

GLOBOCAN. 2010. Cancer Incidence and Mortality Worldwide in 2008. http://globocan.iarc.fr/. Diakses pada 15 Februari 2012.

Greenberg, B.G. 1980. Chester Ittner Bliss, 1899-1979. International Stastitical. 8(1): 135-136

Hadi, S. and B. Irawan. 2007. Synthesis, Chracterization, and The Antifungal Activity Test of Diphenyltintin(IV) Complexes. Proceeding of Internasional Conference on Chemical Sciences.Gadjah Mada University. 24-26 May 2007: pp 210-216.

Hadi, S., B., Irawan and Efri. 2008. The Antifungal Activity Test of Some Organotin(IV) Carboxylates. Journal of Applied Sciences Research. 4(11): 1521-1525.

Hadi, S., M., Rilyanti, and Nurhasanah. 2009. Comparative Study on the Antifungal Activity of Some Di-and Trybutyltin(IV) Carboxylate Compounds. Modern Applied Science. 3(1): 12-17.

Hadi, S. and M. Rilyanti. 2010. Synthesis and In Vitro Anticancer Activity of Some Organotin(IV) Benzoate Compounds. Oriental Journal of Chemistry. 26(3): 775-779.

(46)

Hoshino, A., A.M., Albrecht, J.L., Biedler, and D.J., Hutchison. 1966.

Amethopterin Resintance in Clonal Lines of L1210 Mouse Leukimia: some Associated Biologic and Biochemical Alterations. Cancer Research. 26: 1397-1407.

Jain, M.G., K., Agarwal, and R.V., Singh. 2003. Studies on Nematicidal Fungicidal and Bacterial Activities of Organotin(IV) Complexes with Heterocyclic Sulphonamide Azomethine. Chemistry: An Indian Journal. 1: 378-391.

Katrin, E. dan H. Winarno. 2008. Aktifitas Sitotoksik Fraksi-Fraksi Ekstrak Etil Asetat Kulit Batang Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (scheff) boerl) Terhadap Sel Kanker Manusia. Majalah Tanaman Obat Tradisional. 13 (45): 120-125.

Kim, V. 2011. Analisis Probit. http://www.scrib.com/doc/46895157/Analisis-Probit. Diakses pada 13 Juli 2013.

Li, Y., Y., Li, Y., Niu, L., Jie, X., Shang, J., Guo, and Q., Li. 2008. Synthesis and Antitumor Activity of New Mixed-ligand Complex

Di-n-butyl-(4-clorobenzohydroxamato)tin(IV) Chloride. Journal of Bioanorganic Chemistry. 102: 1731-1735.

Mahmood, S., S., Ali, M.H., Bhatti, M., Mazhar, and R., Iqbal. 2003. Synthesis, Characterization, and Biological Applicstions of Organotin(IV) Derivates of 2-(2-Fluoro-4-biphenyl) Propanoid. Acid. Turkish Journal Chemistry. 27: 657-666.

Mans, D.R.A., A.B., da Rocha, and G., Schwartsmann. 2000. Anti-cancer Drug Discovery and Development in Brazil: Targeted Plant Collection As a Rational Strategy to Aquire Candidate Anti-cancer Compound. The Oncologist. 5(3): 185-198.

Murray, K.R., D.A., Granner, P.A., Mayes, and V.W., Rodwell. 2003. Biokimia Harper. Penerbit Buku Kedokteran, EGC: Mc Graw Hill. Jakarta.

Pearce, E.C. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. P.T. Gramedia Pustaka. Jakarta.

Pellerito, L. and L. Nagy. 2002. Organotin(IV)n+Complexes Formed with Biologically Active Ligands: Equilibrium and Structural Studies and Some Biological Aspect. Coordination Chemistry Reviews. 224: 111-150.

Petra, E.D.L. 2012. Ikatan yang Terlibat pada Interaksi Obat-reseptor.

http://www.ocw.usu.ac.id/.../fek_310_slide_ikatan_yang_terlibat_pada_inter aksi. Diakses pada 5 Februari 2012.

(47)

Price, A.S. dan L.M. Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran, EGC: Mc Graw Hill. Jakarta.

Purcell, K.F. and F. Keith.1980. An Introduction to Inorganic Chemistry. Sounders College. Philadelphia.

Rehman, W., A., Badshah, S., Khan, and L.T.A., Tuyet. 2009. Synthesis, Characterization, Antimikrobial and Antitumor Screening of some

Diorganotin(IV) Complex of 2-[(9-H-Purin-6-ylimino)]-phenol. European Journal of Medicine Chemistry. 44(10): 3981-3985.

Ruzika, A.L., Dostal, R., Jambor, V., Butcha, J., Bruss, I., Cisarova, M.,

Holcapek, and J., Holecek. 2002. Structure and In VitroAntifungal Activity of [2,6- bis (dimethyl-minomethyl)phenyl]diphenyltin(IV) Compounds. Applied Organometallic Chem. 16(6): 315-322.

Sari, M.D.F. 2011. Sintesis dan Karakterisasi serta Uji Pendahuluan Beberapa Senyawa Organotimah(IV) Benzoat Terhadap Sel Leukimia L-1210. [Skripsi].Universitas Lampung. Bandar Lampung.102 halaman. Sastrohamidjojo. 1988. Spektroskopi Inframerah. UGM. Yogyakarta. Simon, S. 2003.Neoplasma Sistem Hematopoietik: Leukemia. Fakultas

Kedokteran Unika Atma Jaya. Jakarta.

Sudjadi. 1985. Penentuan Struktur Senyawa Organik. Ghalia Indonesia. Jakarta. Sukarjo. 1992. Kimia Koordinasi. P.T. Bina Aksara. Jakarta.

Supriyanto, R. 1999. Buku Ajar Kimia Analitik III. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Svehla, G. 1985. Analisis Anorganik Kualtitatif Makro dan Semimakro. P.T. Kalman Media Pustaka. Jakarta. Hal 251-252.

Szorcik, A., L., Nagy, L., Pellerito, T., Yamaguchi, and K., Yoshida. 2002.

Preparation and Stuctural Studies of Organotin(IV) Complexes Formed with Organic Carboxylic Acids. Journal Radioanalytical and Nuclear Chemistry. 256(1): 3-10.

Tayer, J. 1988. Organometallic Chemistry and Overview. VCH Publisher Inc/ United State. P 7, 12, 14.

Van Der Weij, F.W. 1981. Kinetics and Mechanism of Urethane Formation Catalysed by Organotin Compound. Journal Polymer Sciences Polym Chemistry. 19(2): 381-388.

Gambar

Gambar 1. Struktur asam 4-nitrobenzoat (Wikipedia, 2012).
Tabel 1.  Serapan karakteristik IR untuk asam-asam karboksilat
Gambar 2. Perkembangan sel normal menjadi sel kanker (Anand and
Gambar 3. Unsur Sel Darah (Price dan Wilson, 2005).
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian mengenai tampilan sifat kuantitatif galur F6 padi beras merah yang meliputi tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah anakan, panjang malai, jumlah gabah

Hutomo dan Parino (1994) yang melakukan penelitian terhadap jenis-jenis ikan yang berasosiasi dengan padang lamun di Lombok Selatan menyimpulkan bahwa kelimpahan ikan di padang

bahwa pemahaman dan persepsi tentang banyaknya produk teh yang ada di masyarakat merupakan faktor yang mempengaruhi pembentukan suatu perilaku untuk membelinya dan kemudian

Desa atau yang di daerah tertentu disebut dengan nama lain, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

Biasanya ini digunakan pada kimia analisis untuk menentukan apakah rata-rata dari kumpulan data yang didapat dari analisis material yang didapat dari suplier

Fenomena berpakaian tersebut marak terjadi di indonesia dan sering menjadi bahan perbincangan, masyarakat sering menyebut perilaku tersebut dengan sebutan jilboob ,

Banyak resort menawarkan paket romantis dengan aktivitas yang menyenangkan untuk dihabiskan bersama, Anda bisa memanjakan diri dengan spa, makan malam menghadap senja, hingga

2 Anthelmentik Februari Pada bulan februari, jumlah pemberian obat anthelmentik terdapat di 11 kecamatan dengan yang terbanyak ada di kecamatan Wagir sebanyak 21 penanganan, kemudian