• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN TEHNIK PENCATATAN MIND MAP TERHADAP BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS IX SMP NEGERI 13 BANDAR LAMPUNG (Materi Pokok Sisitem Ekskresi Pada Manusia Semester Ganjil TP 2011/2012)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN TEHNIK PENCATATAN MIND MAP TERHADAP BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS IX SMP NEGERI 13 BANDAR LAMPUNG (Materi Pokok Sisitem Ekskresi Pada Manusia Semester Ganjil TP 2011/2012)"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN TEHNIK PENCATATAN MIND MAP TERHADAP BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS IX SMP NEGERI 13

BANDAR LAMPUNG

(Materi Pokok Sisitem Ekskresi Pada Manusia Semester Ganjil TP 2011/2012)

Oleh

MELINDA DWI PUSPITA SARI

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penggunaan tehnik pencatatan Mind Map terhadap berpikir kreatif siswa dan aktivitas belajar siswa pada materi pokok Sistem Ekskresi pada manusia. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretest-posttest nonequivalen group. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas IXH dan IXD yang dipilih secara acak dengan teknik cluster random sampling.

(2)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa pada kelas yang menggunakan tehnik pencatatan Mind Map lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang pembelajaranya tidak menggunakan tehnik pencatatan Mind Map (Diskusi). Hal ini berarti tehnik pencatatan Mind Map sangat berpengaruh terhadap berpikir kreatif siswa. Tehnik pencatatan Mind Map juga berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa pada saat proses pembelajaran. Aktivitas belajar siswa yang menggunakan tehnik pencatatan Mind Map lebih tinggi dibandingkan dengan aktivitas belajar siswa kelas kontrol.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah tehnik pencatatan Mind Map meningkatkan berpikir kreatif siswa pada materi pokok Sistem Ekskresi pada manusia. Aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran lebih tinggi kelas eksperimen

dibandingkan dengan aktivitas belajar siswa kelas kontrol.

(3)

PENCATATAN MIND MAP TERHADAP BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS XI DI SMP NEGERI 13 BANDAR LAMPUNG (Materi Pokok Sistem Ekskresi Pada Manusia Semester Ganjil TP 2011/2012)

Nama Mahasiswa : MELINDA DWI PUSPITA SARI Nomor Pokok Mahasiswa : 0543024030

Program Studi : Pendidikan Biologi Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI, 1.Komisi Pembimbing

Dr. Tri Jalmo, M.Si. Rini Rita T Marpaung, S.Pd., M. Pd NIP 19610910 198603 1 005 NIP 19770715 200801 2 020

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

(4)

PERSEMBAHAN

Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya

sederhana ini untuk orang-orang yang akan selalu berharga dalam

hidupku:

 Bapak dan Mami tercinta, yang telah memberikan kasih

sayang, doa, kesabaran, pengorbanan dan motivasi selama ini,

semoga Allah memberikanku kesempatan untuk

membahagiakan kalian.

 Kakakku Imron Rianto, S.Pd dan adikku Widiati Rianto, A.Md.

Terimakasih atas kasih sayang, semangat dan pengertiannya.

 Para pengajarku, terimakasih atas ilmu yang telah diberikan

(5)

“(Yaitu) 0rang

-orang yang beriman dan hati mereka menjadi

tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat

Allah

–lah hati menjadi tentram”.

(Qs. Ar radu: 28)

Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk

mencoba, karena didalam mencoba itulah kita menemukan dan

belajar membangun kesempatan untuk berhasil

(Mario Teguh)

“ Usaha dan doa adalah kunci keberhasilan”

(6)

SANWACANA

Puji syukur pada Allah SWT, atas segala nikmat dan kehendak-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA, FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “PENGARUH PENGGUNAAN TEHNIK PENCATATAN MIND MAP TERHADAP BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS XI SMP NEGERI 13 BANDAR LAMPUNG”

(Materi pokok Sistem Ekskresi Pada Manusia TP 2011/2012)

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung; 2. Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas

Lampung ;

3. Neni Hasnunidah, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi.

4. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku pembimbing I dan Pembimbing Akademik atas saran dan arahan untuk membantu penulis dalam menyusun skripsi ini; 5. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing II atas kesabaran,

bimbingan, arahan, dan masukannya kepada penulis;

(7)

diberikan;

8. Maryani, S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak memberikan bantuan dan arahan selama penelitian;

9. Bapak dan mami tercinta, motivator terbesar dalam hidupku, terima kasih untuk perhatian, doa dan kasih sayang yang tak terhingga selama ini.;

10.Kakakku Imron Rianto, S.Pd., dan adikku Widiati Rianto, A.Md., terimakasih atas kasih sayang dan pengertian selama ini;

11.Sahabat-sahabat terbaikku Nofita Syarah Rosti, Siti Suryani, S.Pd., Yeni Setiani, S.Pd., Sariani, S.Pd., Nurma Inah, S.Pd., Putri oktaviani, S.Pd., Yuliana dan Ratnawati, terima kasih untuk motivasi, keceriaan dan kebersamaannya selama ini.

12.Keluarga kecil ku di “Asrama Sofie” Laras, Yunita, Nurul, Diah, Darma, Eka, Wulan, Rina, Dina, Rani dan Esti. Terimakasih untuk kebersamaan dan canda tawa kita selama ini, semoga kekeluargaan ini tetap terjalin selamanya. 13. Biologi angkatan ’04, ’05, ’06dan ‘07 terimasih untuk kekeluargaan yang

terjalin.

Bandar Lampung, Febuari 2012 Penulis

(8)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan perkembangan dan pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu bangsa bergantung pada bagaimana bangsa tersebut mengenali, menghargai dan memanfaatkan sumber daya manusia dalam hal ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada anggota masyarakat terutama kepada peserta didik.

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting penentu keberhasilan pembangunan nasional, maupun dalam upaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilakukan dalam mewujudkan cita-cita pembangunan nasional. Pendidikan banyak diarahkan pada penataan proses pembelajaran, penggunaan dan pemilihan model belajar secara tepat. Kesemuanya dimaksudkan untuk pencapaian hasil belajar semaksimal mungkin. Slameto (2003: 54)

(9)

Pelajaran biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang alam secara sistematis sehingga pembelajaran biologi bukan hanya untuk penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan, sehingga siswa dituntut untuk dapat berpikir kritis dan kreatif (Budimansyah dalam Lestari, 2009;52).

Berpikir kreatif merupakan potensi kemampuan individu untuk menghasilkan gagasan baru melalui proses berpikir. Proses berpikir kreatif dimaksudkan untuk menemukan hal-hal baru menuju lahirnya inovasi. Berpikir kreatif dilandasi oleh dorongan keingintahuan serta daya imajinasi tinggi, yang terintegrasi pada kebutuhan untuk memecahkan masalah Dengan demikian, lahirnya kreativitas perlu didukung oleh suasana yang kondusif, seperti adanya kebebasan berpendapat, transparansi, memiliki wawasan pengetahuan yang luas, keberanian mengutarakan gagasan, serta keberanian menanggung resiko atas inisiatifnya itu. Berpikir kreatif tidak dapat diukur secara nyata, karena berpikir kreatif memiliki bidang kajian yang luas dan kompleks. Kreativitas adalah suatu kondisi,sikap atau keadaan yang sangat khusus sifatnya dan hampir tidak mungkin dirumuskan secara tuntas (Fuad Afdhal 2003: 5)

(10)

pada materi Sistem Ekskresi pada manusia baru mencapai 50 dan 45. Hasil tersebut masih rendah jika dibandingkan dengan standar ketuntasan belajar minimal di sekolah tersebut yaitu ≥ 65,0. Berdasarkan hasil observasi

pembelajaran di SMP N 13 Bandar Lampung yakni model pembelajaran yang diterapkan kurang terarah, kurangnya variasi dalam penyajian proses

pembelajaran, dalam hal ini metode mengajar yang diterapkan guru adalah metode demontrasi, ceramah dan diskusi yang melibatkan sedikit siswa. Karena kurangnya perhatian guru terhadap siswa sehingga hanya sebagian saja siswa yang aktif memperhatikan penjelasan dari guru, sedangkan lainya cenderung pasif serta melakukan tindakan yang tidak relevan dengan kegiatan pembelajaran seperti mengobrol, bercanda atau melakukan aktivitas lain. Oleh karena itu, cara berpikir kreatif siswa minim.

Namun pada kenyataanya siswa belum mampu untuk mengembangkan keterampilan berpikir kreatif sehingga diperlukan perubahan dalam metode, model maupun media pembelajaran di sekolah. Adanya perubahan

kurikulum, guru harus mampu merancang pembelajaran yang mampu

(11)

Salah satu strategi untuk melatih keterampilan berpikir kreatif siswa adalah dengan membuat pemetaan pikiran (Mind Map). Pemetaan pikiran atau biasa dikenal dengan istilah mind map adalah metode yang diduga tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut.. Dalam metode mind map pertama-tama siswa harus mempelajari uraian materi secara cermat, kemudian dimulai dari tengah garis kosong, menggunakan gambar(simbol) untuk ide utama,

menghubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat, membuat ranting-ranting yang berhubungan ke cabang dan seterusnya, menambahkan garis hubung yang melengkung, menggunakan satu kunci untuk setiap garis dan gambar (Buzan, 2008:10).

Pemetaan pikiran merupakan salah satu cara mengorganisasi informasi yang baik dalam belajar. Pemetaan pikiran membantu siswa menangkap pikiran dan gagasan pada selembar kertas dengan jelas, lengkap, dan mudah (DePoter.2000:2003). Pemetaan pikiran yang dibuat seperti tidak biasanya atau lain dari yang lain dan dibuat secara kreatif akan lebih mudah diingat. Oleh karena itu, siswa didorong untuk membuat pemetaan pikiran yang menarik dengan meningkatkan keterampilan berpikir kreatifnya, sehingga dihasilkan suatu yang berbeda dari yang biasanya. Guru hendaknya

mendorong usaha siswa untuk selalu menuangkan gagasan-gagasannya dalam pemetaan pikiran, karena untuk menghasilkan pemetaan pikiran yang kreatif diperlukan usaha.

(12)

dapat melihat hubungan antara konsep yang satu dengan yang lain dari yang bersifat umum ke yang paling khusus sehingga lebih mudah dalam

mempelajarinya.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan memperkenalkan cara mencatat dalam bentuk lain yang dikenal dengan mind map dengan memfokuskan pada pengaruh penggunaan model mind map terhadap berpikir kreatif siswa kelas IX SMP N 13 Bandar Lampung khusus pada materi pokok sistem ekskresi pada manusia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah penggunaan tehnik pencatatan Mind Map dapat meningkatkan berpikir Kreatif siswa materi pokok sistem ekskresi pada manusia? 2. Apakah penggunaan tehnik pencatatan Mind Map dapat meningkatkan

aktivitas belajar siswa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah

1. Mengetahui pengaruh penggunaan tehnik pencatatan Mind Map terhadap peningkatan berpikir kreatif siswa kelas IX pada materi sistem ekskresi. 2. Mengetahui aktivitas siswa selama pembelajaran materi sistem ekskresi

(13)

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Guru : menjadikan teknik pencatatan mind map sebagai alternatif

yang tepat dalam pembelajaran.

2. Bagi sekolah : memberikan sumbangan pemikiran atau bahan

pertimbangan dalam memilih model pembelajaran yang dapat memberikan alternatif cara mencatat siswa terutama yang berorientasi pada peningkatan hasil belajar siswa.

3. Bagi siswa : mendapatkan pengalaman belajar yang berbeda yang dirasakan mampu meningkatkan hasil belajar.

E. Ruang Lingkup

1. Mind map adalah cara mengembangkan kegiatan berpikir ke segala arah, menangkap berbagai pikiran dalam berbagai sudut. (Tony Buzan.2008.4) 2. Kemampuan kreatif ( Cropley dalam Munandar, 1997:9), adalah

kemampuan menciptakan gagasan, mengenal kemungkinan alternatif, melihat kombinasi yang tidak diduga dan memiliki keberanian untuk mencoba sesuatu yang tidak lazim.

3. Subyek penelitian adalah siswa kelas IXH sebagai kelas eksperimen dan kelas IXD sebagai kelas kontrol di SMP N 13 Bandar Lampung.

(14)

F. Kerangka Pikir

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik.

Biologi merupakan salah satu mata pelajaran yang masih dianggap sulit oleh siswa Sekolah Menengah Pertama. Di SMP N 13 Bandar Lampung, dimana jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar pada materi pokok sistem ekskresi pada manusia. Rendahnya hasil belajar ini diduga karena model pembelajaran yang kurang tepat.

Pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan mempermudah siswa dalam memahami pelajaran biologi. Oleh karena itu, guru dituntut untuk mampu memilih metode pembelajaran yang tepat yang dapat membekali siswa dengan berbagai keterampilan, termasuk keterampilan berpikir kreatif agar siswa dapat menerapkan materi yang diterima di sekolah dalam menghadapi permasalahan di kehidupan nyata yang berkaitan dengan materi tersebut. Untuk menghadapi tantangan kehidupan tersebut, guru harus

mengembangkan keterampilan berpikir kreatif siswa dengan menerapkan model pembelajaran yang mampu menghadirkan kreativitas dalam proses pembelajaran. Teknik pencatatan Mind map merupakan model pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan berpikir kreatif.

(15)

pola gagasan yang saling berkaitan, dengan topik utama ditengah dan subtopik serta perincian menjadi cabang-cabangnya. Mind Map yang baik adalah Mind Map yang warna-warni dan menggunakan banyak gambar dan simbol; biasanya tampak seperti karya seni. Penggunaan teknik pencatatan Mind Map diduga akan meningkat hasil belajar dan kreatifitas (sikap kreatif) siswa. Materi sistem ekskresi pada manusia diduga sangat cocok jika

menggunakan model Mind Map dalam pembelajarannya.

Mind map diduga cocok untuk materi pokok sistem ekskresi pada manusia, karena pada metode ini siswa dibimbing agar selalu aktif untuk berkreasi dalam membuat catatan mind map, sehingga diharapkan siswa dapat

mempunyai pemahaman yang lebih baik dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.

Variabel dalam penelitian adalah variabel bebas dan variabel terikat. Dimana variabel bebasnya adalah metode mind map, sedangkan variabel terikatnya adalah berpikir kreatif. Hubungan antara variabel tersebut digambarkan dalam diagram berikut :

X1

Y

X2

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

(16)

G. Hipotesis Hipotesis kerja :

H0 = Tidak ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan tehnik pencatatan Mind Map terhadap berpikir kreatif siswa pada materi pokok sistem ekskresi pada manusia.

(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Mind Map

Mind map atau pemetaan pikiran merupakan salah satu teknik mencatat tinggi. Informasi berupa materi pelajaran yang diterima siswa dapat diingat dengan bantuan catatan. Pemetaan pikiran merupakan bentuk catatan yang tidak monoton karena mind map memadukan fungsi kerja otak secara bersamaan dan saling berkaian satu sama lain. Sehingga akan terjadi keseimbangan kerja kedua belahan otak. Otak dapat menerima informasi berupa gambar, simbol, citra, musik dan lain lain yang berhubungan dengan fungsi kerja otak

kanan.Cara ini adalah cara yang kreatif dan efektif dalam membuat catatan, sehingga boleh dikatakan mind map benar-benar memetakan pikiran kita. Semua mind map memiliki beberapa kesamaan. Mind map selalu

menggunakan warna. Struktur alamiah mind map berupa radial yang memancar keluar dari gambar sentral. Mind map menggunakan garis, lambang, kata-kata, serta gambar, berdasarkan seperangkat aturan yang

(18)

anda mendapat akses seketika(daya ingat yang sempurna) atas segala hal yang anda inginkan (Buzan,2008:7)

Mind map inilah pendekatan keseluruhan otak yang membuat otak anda mampu membuat catatan yang menyeluruh dalam satu halaman. Dengan menggunakan citra visual dan perangkat grafis lainnya, peta pikiran akan memberikan kesan yang lebih dalam. Peta pikiran menggunakan pengingat-pengingat visual dan sensorik ini dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan, seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar, mengorganisasikan dan merencanakan. Peta ini dapat membangkitkan ide-ide orisinil dan memicu ingatan yang mudah. Ini lebih mudah daripada metode pencatatan tradisional karena ia mengaktifkan kedua belahan otak anda (karena itu disebut dengan istilah “pendekatan keseluruhan otak”). Cara ini juga menenangkan,

menyenangkan dan kreatif. Pikiran anda tidak akan menjadi berhenti karena mengulangi catatan anda jika catatan-catatan tersebut dibuat dalam bentuk peta pikiran (Bobbi DePorter dan Hernacki, 2003:152).

Hasil dari mind mapping akan menggambarkan pola pikir seseorang secara teratur, penuh dengan warna, garis lengkung, simbol, kata dan gambar yang sesuai dengan satu rangkaian yang sederhana, mendasar, alami, dan sesuai dengan cara kerja otak. Mind map bukan hal yang sukar dilakukan dan berharga mahal, hanya membutuhkan kemauan untuk mengerti suatu materi. Karena menurut Tony Buzan (2008:10), untuk membuat Mind Mapping hanya diperlukan bahan-bahan berikut:

(19)

2. Pena dan pensil warna 3. Otak

4. Imaginasi

Sedangkan untuk mind mapping ada beberapa komponen yang harus diperhatikan yaitu konsep utama, isu utama, sub isu (dari setiap isu utama), sub-sub-isu (dari setiap isu), dan proposisi. Sehingga langkah-langkah dasar mind mapping menurut Buzan (2008:10) adalah:

1. Mulailah dari tengah kertas kosong

2. Gunakan gambar (simbol) untuk ide utama

3. Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat.

4. Buatlah ranting-ranting yang berhubungan ke cabang dan seterusnya. 5. Buatlah garis hubung yang melengkung

6. Gunakan satu kunci untuk setiap garis 7. Gunakan gambar

Mind map dapat menghubungkan ide baru dan unik dengan ide yang sudah ada, sehingga menimbulkan adanya tindakan spesifik yang dilakukan oleh siswa. dengan penggunaan warna dan simbol –simbol yang menari akan menciptakan suatu hasil pemetaan pikiran yang baru dan berbeda. Pemetaan pikiran merupakan salah satu produk kreatif yang dihasilkan oleh siswa dalam kegiatan belajar. Siswa cenderung membuat catatan dalam bentuk linier dan panjang sehingga siswa mengalami kesulitan dalam mencari pokok ataupun point-point materi pelajaran yang telah dipelajari. Dalam metode

(20)

Siswa hanya menerima informasi yang telah diberikan oleh guru tanpa adanya keterlibatan kegiatan psikomotoriknya.

Sistem limbik pada otak manusia memiliki peranan penting dalam

penyimpanan dan pengaturan informasi (memori) dari memori jangka pendek menjadi memori jangka panjang secara tepat. Dalam proses belajar, siswa meginginkan materi pelajaran yang diterima menjadi memori jangka panjang sehingga ketika materi tersebut diperlukan kembali siswa dapat

mengingatnya. Belahan neocortex juga memiliki peranan penting dalam penguatan memori. Belahan otak kiri yang berkaitan dengan kata-kata, angka, logika, urutan, dan rincian (aktivitas akademik). Belahan otak kanan berkaitan dengan warna, gambar, imajinasi, dan ruang atau disebut sebagai aktivitas kreatif. Jika kedua belahan neokorteks ini dipadukan secara bersamaan maka informasi (memori) yang diterima dapat bertahan menjadi memori jangka panjang. Mind map merupakan teknik mencatat yang memadukan kedua belahan otak. Sebagai contoh, catatan materi pelajaran yang dimiliki siswa dapat dituangkan melalui gambar, simbol dan warna. Mind map mewujudkan harapan siswa untuk memori jangka panjang. Materi pelajaran yang dibuat dalam bentuk peta pikiran akan mempermudah sistem limbik memproses informasi dan memasukkannya menjadi memori jangka panjang.

Mind Map bertujuan membuat materi pelajaran terpola secara visual dan grafis yang akhirnya dapat membantu merekam, memperkuat, dan mengingat

(21)

catatan tradisional (catatan biasa) dengan catatan pemetaan pikiran (Mind Map).

Tabel 1. Perbedaan Catatan Biasa dan Mind Mapping

Catatan Biasa Mind Mapping

Hanya berupa tulisan-tulisan saja Berupa tulisan, symbol dan gambar Hanya dalam satu warna Berwarna-warni

Untuk mereview ulang memerlukan waktu yang lama

Untuk mereview ulang diperlukan waktu yang pendek

Waktu yang diperlukan untuk belajar lebih lama

Waktu yang diperlukan untuk belajar lebih cepat dan efektif Statis Membuat individu menjadi lebih

kreatif. Sumber: Sugiarto (2004 : 76).

Dari uraian tersebut, Mind Mapping adalah satu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual. Mind Mapping memadukan dan

mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka akan memudahkan seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya

memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima.Mind Mapping yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi pada setiap materi. Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan yang terdapat dalam diri siswa setiap saat. Suasana menyenangkan yang diperoleh siswa ketika berada di ruang kelas pada saat proses belajar akan mempengaruhi penciptaan peta pikiran. Dengan

(22)

belajar yang dialami seseorang sangat bergantung kepada lingkungan tempat belajar. Jika lingkungan belajar dapat memberikan sugesti positif, maka akan baik dampaknya bagi proses dan hasil belajar, sebaliknya jika lingkungan tersebut memberikan sugesti negatif maka akan buruk dampaknya bagi proses dan hasil belajar.( http://astutiamin.wordpress.com/)

Gambar 2 . Contoh Mind map (www.wikipedia.com).

(23)

kelengkapan yang baik, dari mind map di atas dapat dilihat bahwa unsur-unsur penting dalam pembuatan mind map sudah termuat dengan lengkap.

Keuntungan lain penggunaan catatan mind map yaitu membiasakan siswa untuk melatih aktivitas kreatifnya sehingga siswa dapat menciptakan suatu produk kreatif yang dapat bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Hal lain yang berkaitan dengan sistim limbik yaitu peranaannya sebagai pengatur emosi seperti marah, senang, lapar, haus dan sebagainya. Emosi sangat diperlukan untuk menciptakan motivasi belajar yang tinggi. Motivasi yang tinggi dapat menambah kepercayaan diri siswa, sehingga siswa tidak ragu dan malu serta mau mengembangkan potensi-potensi yang terdapat dalam dirinya terutama potensi yang berhubungan dengan kreativitas. Pemetaan pikiran yang terdapat dalam pembelajaran kuantum adalah salah satu produk kreatif bentuk

sederhana yang dapat dikembangkan. Dengan teknik mencatat pemetaan pikiran diduga kreatifitas(sikap kreatif) siswa akan meningkat.

B. Berpikir kreatif

Keterampilan berpikir kreatif, yaitu keterampilan individu dalam

menggunakan proses berpikirnya untuk menghasilkan suatu ide yang baru, konstruktif, dan baik, berdasarkan konsep-konsep yang rasional, persepsi, dan intuisi individu (Suprapto,1997:7).

Berpikir kreatif diartikan sebagai suatu kombinasi dari berpikir logis dan berpikir divergen yang didasarkan pada intuisi tetapi masih dalam kesadaran. Ketika seseorang menerapkan berpikir kreatif dalam suatu praktek

(24)

ini akan berguna dalam menemukan penyelesaiannya. Dalam berpikir kreatif dua bagian otak akan sangat diperlukan. Keseimbangan antara logika dan kreativitas sangat penting. Jika salah satu menempatkan deduksi logis terlalu banyak, maka kreativitas akan terabaikan. Dengan demikian untuk

memunculkan kreativitas diperlukan kebebasan berpikir tidak dibawah kontrol atau tekanan.

Kreativitas merupakan istilah yang banyak digunakan baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Pada umunya orang menghubungkan kreatifitas dengan produk-produk kreasi. Pada hakikatnya, pengertian kreatif berhubungan dengan penemuan sesuatu, mengenai hal yang menghasilkan sesuatu yang baru dengan menggunakan sesuatu yang telah ada.

Kemampuan kreatif ( Cropley dalam Munandar, 1997:9), adalah kemampuan menciptakan gagasan, mengenal kemungkinan alternatif, melihat kombinasi yang tidak diduga dan memiliki keberanian untuk mencoba sesuatu yang tidak lazim. Atau dengan kata lain kreativitas siswa adalah kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah.

Sifat-sifat yang menjadi ciri kemampuan berpikir kreatif, yaitu kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality), dan penguraian (elaboration).

1) Fluency (kelancaran)

Kelancaran adalah kemampuan untuk memberikan berbagai respon. Kelancaran pada umumnya berkaitan dengan kemampuan melahirkan alternatif-alternatif pada saat diperlukan.

2) Flexibility (keluwesan)

(25)

dengan kemampuan untuk membuat variasi terhadap satu ide dan kemampuan memperoleh cara baru.

3) Originality (keaslian)

Keaslian adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli, tidak klise. Keaslian berkaitan dengan kemampuan memberikan respon yang khas/unik yang berbeda dengan yang biasa dilakukan orang lain.

4) Elaboration (penguraian)

Penguraian adalah kemampuan untuk menguraikan sesuatu secara lebih terinci. Dapat dikatakan, elaborasi merupakan penambahan detail atau keterangan terhadap ide yang sudah ada.

Kreativitas adalah segala potensi yang terdapat dalam setiap diri individu yang meliputi ide-ide atau gagasan-gagasan yan dapat dipadukan dan dikembangkan sehingga data menciptakan suatu produk yang baru dan bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Kreativitas muncul karena adanya motivasi yang kuat dari diri individu yang bersangkutan. Produk dari kreativitas dapat dihasilkan melalui serangkaian tahapan yang memerlukan waktu relatif lama. Secara efektif individu kreatif memiliki ciri rasa ingin tahu yan besar, tertarik terhadap tugas-tugas majemuk yang dirasakan sebagai tantangan, berani mengambil resiko untuk membuat kesalahan, mempunyai rasa humor, ingin mencari pengalaman-pengalaman baru. Kreativitas sebagai suatu proses memberikan berbagai gagasan dalam menghadapi suatu

persoalan atau masalah, sebagai proses bermain dengan gagasan-gagasan atau unsur-unsur dalam pikiran merupakan keasyikan yang menyenangkan dan penuh tantangan bagi siswa kreatif.

(26)

baru, tempat-tempat baru aktivitas-aktivitas baru, mengembangkan kepekaan terhadap masalah lingkungan. Makin banyak jawaban yang dapat diberikan terhadap suatu masalah, berarti semakin kreatiflah seseorang. Tentu saja jawaban itu harus sesuai dengan masalahnya. Jadi tidak semata-mata

banyaknya jawaban yang dapat diberikan seseorang yang menentukan bahwa seseorang itu kreatif, tetapi juga kualitas atau mutu dari jawaban yang

(27)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2011/2012 di SMP N 13 Bandar Lampung.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX semester ganjil tahun 2011/2012 SMP N 13 Bandar Lampung. Sampel dalam penelitian ini adalah 2 kelas yang diambil dengan teknik cluster random sampling, yaitu kelas IXH sebagai kelas eksperimen dan kelas IXD sebagai kelas kontrol.

C. Desain Penelitian.

(28)

berpikir kreatif yang sama. Sehingga struktur desain penelitiannya adalah sebagai berikut:

R1 O1 X O2

R2 O1 C O2

Gambar 3: Desain pretes-postes

Keterangan : R1 = kelompok eksperimen; O1 = pretes; X = perlakuan eksperimen; O2 = post test; R2 = kelompok control; C = control (Riyanto, 2001:43).

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu pra penelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut adalah:

1. Pra penelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah sebagai berikut: a. Membuat surat izin penelitian ke sekolah tempat diadakannya

penelitian.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti.

c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dengan menggunakan metode pencatatan Mind Map dan kelas kontrol tanpa menggunakan pencatatan Mind Map.

(29)

e. Menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS). f. Membuat instrument evaluasi yaitu : soal pretes dan postes berbentuk

uraian singkat berjumlah 10 soal.

2. Pelaksanaan penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran menggunakan metode pencatatan mind map untuk kelas eksperimen dan tanpa menggunakan metode pencatatan mind map untuk kelas kontrol. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama membahas struktur dan fungsi ginjal dan kulit. Pertemuan kedua membahasa struktur dan fungsi paru-paru dan hati. Pertemuan ketiga membahas proses pembentukan urin dan kelainan/penyakit yang terjadi pada sistem ekskresi. Pertemuan

keempat membahas sistem ekskresi pada hewan misalnya pada ikan dan serangga. Pretes diberikan sebelum pertemuan pertama dan posttes diberikan setelah pertemuan keempat. Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :

Kelas eksperimen 1) Pendahuluan

a) Guru membacakan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), dan indikator dan tujuan pembelajaran. b) Guru memberikan apersepsi kepada siswa :

(30)

proses filtrasi, reabsorpsi dan augmentasi yang terjadi di ginjal)”.

2). Pertemuan kedua: “Kenapa tubuh kita berkeringat

sehabis berolah raga?( keringat merupakan cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar keringat yang terdapat pada kulit, keringat dikeluarkan ketika suhu tubuh lebih tinggi dibandingkan suhu lingkungan hal ini merupakan salah satu mekanisme yang disebut dengan pengeluaran (ekskresi).”.

3). Pertemuan ketiga “Apakah kalian tahu bahwa paru-paru dan hati merupakan alat ekskresi? Ya, hasil ekskret dari paru-paru adalah CO2 dan H2O yang dihasilkan dari proses pernapasan dan hasil ekskret oleh hati berupa bilirubin dan biliverdin yang dihasilkan oleh kelenjar empedu”.

c) Guru memberikan motivasi kepada siswa

1). Pertemuan pertama: “Hari ini kita akan belajar tentang

(31)

kita berupa urin dan juga mengetahui contoh gangguan yang terjadi pada ginjal”.

2). Pertemuan kedua: “ setelah kita mempelajari organ

ginjal, selanjutnya kita akan mempelajari organ lain yang termasuk dalam sistem ekskresi yaitu kulit beserta

contoh gangguan yang terjadi pada kulit”.

3). Pertemuan ketiga: “ kita telah mempelajari struktur dan

fungsi ginjal dan kulit, selanjutnya kita akan mempelajari organ-organ yang juga merupakan sistem ekskresi pada tubuh kita yaitu paru-paru dan hati. Dan kita juga akan mengetahui contoh gagguan yang terjadi pada organ paru-paru dan hati”.

d) Guru menjelaskan tentang teknik pencatatan Mind map (pada pertemuan pertama).

2) Kegiatan inti

a) Siswa dibagi dalam tujuh kelompok kecil, masing-masing kelompok terdiri dari 4-6 siswa. Kelompok bersifat heterogen, dibentuk berdasarkan nilai akademik dan jenis kelamin siswa.

b) Guru membagikan lembar Kerja Siswa (LKS) Mind Map tentang sistem ekskresi:

(32)

2) Pertemuan kedua: struktur dan fungsi kulit beserta contoh gangguan yang terjadi pada kulit.

3) Pertemuan ketiga: struktur dan fungsi paru-paru dan hati beserta contoh gangguan yang terjadi.

c) Guru bersama siswa membahas dan memeriksa Mind map yang telah dibuat.

d) Guru memberi kesempatan kepada siswa maju dan menyusun Mind map sistem ekskresi:

1) Pertemuan pertama: struktur dan fungsi ginjal, proses pembentukan urin dan contoh gangguan yang terjadi pada ginjal.

2) Pertemuan kedua: struktur dan fungsi kulit beserta contoh gangguan yang terjadi pada kulit.

3) Pertemuan ketiga: struktur dan fungsi paru-paru dan hati beserta contoh gangguan yang terjadi.

e) Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan penguasaan materi individual dari nilai pretes ke nilai postes berikutnya.

3) Penutup

a. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang telah diajarkan.

(33)

Kelas kontrol 1). Pendahuluan

a) Guru membacakan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), dan indikator pembelajaran.

b) Guru memberikan apersepsi kepada siswa :

1). Pertemuan pertama: “ Apakah kalian tahu bagaimana struktur ginjal dan dari mana urin kita berasal? (struktur ginjal menyerupai kacang merah. urin kita berasal dari proses filtrasi, reabsorpsi dan augmentasi yang terjadi di ginjal)”.

2). Pertemuan kedua: “Kenapa tubuh kita berkeringat

sehabis berolah raga?( keringat merupakan cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar keringat yang terdapat pada kulit, keringat dikeluarkan ketika suhu tubuh lebih tinggi dibandingkan suhu lingkungan hal ini merupakan salah satu mekanisme yang disebut dengan pengeluaran (ekskresi).”.

(34)

bilirubin dan biliverdin yang dihasilkan oleh kelenjar empedu”.

c) Guru memberikan motivasi kepada siswa

1). Pertemuan pertama: “Hari ini kita akan belajar tentang

struktur dan fungsi salah satu organ penting dalam tubuh kita. organ yang dapat membuang sisa metabolisme dalam tubuh kita. Tentu kalian tahu organ apa yang dimaksud. Ya, organ pada sistem ekskresi, yang akan kita pelajari terlebih dahulu adalah organ ginjal. Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui kerja ginjal sehingga dapat membuang sisa metabolisme dalam tubuh kita berupa urin dan juga mengetahui contoh gangguan yang terjadi pada ginjal”.

2). Pertemuan kedua: “ setelah kita mempelajari organ

ginjal, selanjutnya kita akan mempelajari organ lain yang termasuk dalam sistem ekskresi yaitu kulit beserta

contoh gangguan yang terjadi pada kulit”.

3). Pertemuan ketiga: “ kita telah mempelajari struktur dan

(35)

d) Guru menjelaskan tentang proses pembelajaran yang akan dilakukan. Setiap kelompok akan memperoleh LKS yang berisi soal - soal untuk didiskusikan dan ditemukan jawabanya

2). Kegiatan inti

a) Siswa dibagi dalam tujuh kelompok kecil, masing-masing kelompok terdiri dari 4-6 siswa. Kelompok bersifat heterogen, dibentuk berdasarkan nilai akademik dan jenis kelamin siswa.

b) Guru membagikan lembar Kerja Siswa (LKS) Mind Map tentang sistem ekskresi:

1) Pertemuan pertama: struktur dan fungsi ginjal, proses pembentukan urin dan contoh gangguan yang terjadi pada ginjal.

2) Pertemuan kedua: struktur dan fungsi kulit beserta contoh gangguan yang terjadi pada kulit.

3) Pertemuan ketiga: struktur dan fungsi paru-paru dan hati beserta contoh gangguan yang terjadi.

c) Guru bersama siswa membahas dan memeriksa LKS yang telah dikerjakan siswa..

(36)

1) Pertemuan pertama: struktur dan fungsi ginjal, proses pembentukan urin dan contoh gangguan yang terjadi pada ginjal.

2) Pertemuan kedua: struktur dan fungsi kulit beserta contoh gangguan yang terjadi pada kulit.

3) Pertemuan ketiga: struktur dan fungsi paru-paru dan hati beserta contoh gangguan yang terjadi.

e) Guru memberi penghargaan pada kelompok

berdasarkan perolehan nilai peningkatan penguasaan materi individual dari nilai pretes ke nilai postes berikutnya.

3) Penutup

a. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang telah diajarkan.

b. Guru menugaskan kepada siswa untuk membaca materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya. E.Jenis dan Teknik Pengambilan Data

Terdapat dua jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif.

1. Data Kuantitatif

Data berupa nilai pretes dan posttes. Nilai pretes diambil sebelum

(37)

pertemuan pertama dan setelah pembelajaran pertemuan ketiga. Kemudian dihitung selisih antara nilai pretes dengan posttes. Selisih tersebut disebut sebagai N-gain.

2. Data Kualitatif

Data kualitatif dalam penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan keterampilan berpikir kreatif siswa selama pembelajaran Mind Map. Selain itu juga untuk mendeskripsikan aktivitas siswa selama

pembelajaran.

F. Mendeskripsikan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa

Pengumpulan data kemampuan berpikir kreatif siswa dilakukan dengan memberi skor pada setiap aspek berpikir kreatif yang dilakukan ketika mengevaluasi tes tertulis yang dijawab pada saat pretes dan postes. Untuk melihat kemampuan berpikir kreatif siswa digunakan seperti tabel berikut:

Tabel 2. Kemampuan Berpikir Kreatif

N o

Nama siswa

Aspek Berpikir Kreatif Σ

Skor BK %

Kategori

Kelancaran Keluwesan Keaslian Penguraian

1

a. Mencetuskan banyak ide, banyak jawaban, banyak penyelesaian masalah, banyak pertanyaan dengan lancar.

b. Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal. c. Menjawab soal lebih dari satu jawaban.

(38)

a. Menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda.

b. Mencari banyak alternatif atau araha yang berbeda-beda. c. Mampu mengubah cara pendekatan atau pemikiran. 3. Keaslian (Originality)

Indikator:

a. Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik. b. Memberikan jawaban yang lain dari yang sudah biasa.

c. Mampu membuat kombinasi-kombinasi dari bagian-bagian atau unsur-unsur.

4. Penguraian (Elaborasi) Indikator:

a. Mampu memperkaya atau mengembangkan suatu gagasan jawaban suatu soal.

b. Menambah atau merinci detail-detail dari suatu objek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

c. Mencari arti lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah.

% BK = jumlah skor tiap siswa x 100 % Skor max

Nilai rata-rata BK= Jumlah skor BK siswa Jumlah siswa Kategori:

 Bila nilai siswa  66%, maka dikatagorikan kreatif.

 Bila 55%  nilai siswa < 66%, maka dikatagorikan cukup kreatif.  Bila nilai siswa < 55% maka dikatagorikan kurang kreatif.

(Adaptasi Festiana, 2011:29)

G. Mendeskripsikan Aktivitas Siswa

(39)

ditentukan. Lembar observasi yang digunakan dalam pengambilan data aktivitas siswa pada saat pembelajaran sebagai berikut.

Tabel 3. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Keterangan

a. Kemampuan mengemukakan pendapat/ ide 1. Tidak mengemukakan pendapat /ide (diam saja)

2. Mengemukakan pendapat/ ide namun tidak sesuai dengan pembahasan pada materi pokok sistem ekskresi.

3. Mengemukakan pendapat/ide sesuai dengan pembahasan pada materi pokok sistem ekskresi.

b. Kemampuan Bertanya:

1. Tidak mengajukan pertanyaan.

2. Mengajukan pertanyaan, tetapi tidak mengarah pada permasalahan pada materi pokok sistem ekskresi..

3. Mengajukan pertanyaan yang mengarah dan sesuai dengan permasalahan pada materi pokok sistem ekskresi.

c. Bekerjasama dengan teman dalam menyelesaikan tugas kelompok: 1. Tidak bekerjasama dengan teman (diam saja).

2. Bekerjasama dengan anggota kelompok tetapi tidak sesuai dengan peembahasan dalam LKS pada materi pokok sistem ekskresi. 3. Bekerjasama dengan semua anggota kelompok sesuai dengan pembahasan dalam LKS pada materi pokok sistem ekskresi. d. Bertukar informasi

1. Tidak berkomunikasi secara lisan dalam bertukar pendapat dengan anggota kelompok (diam saja)

2. Berkomunikasi secara lisan dengan anggota kelompok tetapi tidak sesuai dengan pembahasan materi sistem ekskresi dalam LKS. 3. Berkomunikasi secara lisan dalam bertukar pendapat untuk

memecahkan permasalahan pada LKS sesuai dengan model pembelajaran Mind map pada meteri sistem ekskresi.

(40)

e. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok

1. Siswa dalam kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara sistematis dan tidak dapat menjawab pertanyaan.

2. Siswa dalam kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan secara sistematis dan menjawab pertanyaan dengan benar.

3. Siswa dalam kelompok dapat mempresentasikan hasil diskusi secara sistematis dan menjawab pertanyaan dengan benar.

f. Membuat kesimpulan materi yang sedang dipelajari : 1. Tidak membuat kesimpulan

2. Membuat kesimpulan tetapi tidak lengkap dan tidak sesuai dengan hasil diskusi pada model pembelajaran mind map pada materi sistem ekskresi.

3. Membuat kesimpulan lengkap dan sesuai dengan hasil diskusi dengan model pembelajaran Mind map pada materi sistem ekskresi. Menafsirkan atau menentukan kategori Indeks Aktivitas Siswa sesuai

klasifikasi pada tabel 2.

Tabel 4. Klasifikasi Indeks Aktivitas Siswa

Interval Kategori Dimodifikasi dari Hake (dalam Belina, 2008:37)

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas siswa dengan menghitung rata–rata skor aktivitas siswa menggunakan rumus sebagai berikut:

100 x n

x X

i

(41)

100

H. Teknik Analisis Data

Data penelitian ini berupa data kuantitatif, yaitu penguasaan materi pokok Sistem ekskresi pada Manusia dan Hewan yang diperoleh dari nilai pretest dan posttes. Untuk pretest diberikan sebelum pertemuan pertama dan posttest diberikan setelah pertemuan keempat. Kemudian dihitung selisih antara nilai pretest dengan postest. Nilai selisih tersebut disebut sebagai gain score, lalu dianalisis secara statistik. mendapatkan gain score pada setiap pertemuan menggunakan formula Rulon sebagai berikut :

Keterangan: X = nilai posttest; Y = nilai pretest; Z = nilai maksimum (100)

Data kualitatif dalam penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan keterampilan berpikir kreatif siswa selama pembelajaran Mind Map. Selain itu juga untuk mendeskripsikan aktivitas siswa selama pembelajaran. Data hasil pretes dan postes yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis menggunakan uji t. Adapun langkah-langkahnya ialah sebagai berikut:

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data keterampilan berpikir kreatif dilakukan menggunakan program SPSS versi 16.

a. Hipotesis

(42)

b. Kriteria uji

H0 diterima jika Lhitung < Ltabel, atau

H0 ditolak jika Lhitung < Ltabel(Sudjana, 2002: 468). 2. Kesamaan Dua Varian

Apabila masing-masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varian dengan menggunakan program SPSS 16. a. Hipotesis

H0 = Kedua sampel mempunyai varian sama H1 = Kedua sampel mempunyai varian berbeda b. Kriteria uji

H0 diterima jika F hitung < F tabel,atau

H0 ditolak jika F hitung > F tabel (Pratisto, 2004:13). 3. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan 2 rata-rata dan uji perbedaan 2 rata-rata dengan menggunakan program SPSS 16.

a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata 1. Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama

H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama

2. Kriteria uji

H0 diterima jika –t tabel < t hitung < t tabel, atau

H0 ditolak jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel (Pratisto, 2004:13). b. Uji Perbedaan dua Rata-rata

(43)

H0 = Rata-rata N-gain pada kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol.

H1 = Rata-rata N-gain pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.

2.Kriteria uji

H0 diterima jika –t tabel < t hitung < t tabel, atau

(44)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada pengaruh yang meningkat dari penggunaan teknik pencatatan Mind Mapp terhadap berpikir kreatif siswa materi pokok sistem ekskresi. 2. Kemampuan berpikir kreatif siswa sesudah pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran Mind Mapping tidak berbeda signifikan dibandingkan sebelum dilakukan pembelajaran. 3. Aktivitas belajar siswa pada kelas ekskperimen dan kelas kontrol

mengalami peningkatan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, penulis menyampaikan saran sebagai berikut :

1. Model pembelajaran Mind Mapping dapat dijadikan salah satu model pembelajaran alternatif untuk merangsang kerja otak siswa dalam pembelajaran.

(45)
(46)

DAFTAR PUSTAKA

Afdhal, Ahmad Fuad. (2003). Ide Kreatif. dari Kepemimpinan hingga Motivasi. http://www.newworlddencylopedia.org/entry/J_P.Gulfor diakses 2 april 2011

Arikunto, S. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Buzan, T. 2010. Buku Pintar Mind Mapping. PT Gramedia. Jakarta.

. 2008. Mind Map Untuk Meningkatkan Kreativitas. PT Gramedia. Jakarta.

. 2004. Mind Mapping. Google. (pkab. Wordpress. Com/2008/04...

/metode-quantum-learning, 2010:20)

De Porter dan P. Hernacki. 1999. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan

Menyenangkan. Kaifa: Bandung.

DePorter, M. Reardon dan S. Nourie. 2002. Quantum Teaching. PT Kaifa Pustaka. Bandung.

Indriyani, D. 2010. Penerapan Pembelajaran Mind Mapping Dalam Pembelajaran matematika Sebagai Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Teorema Pythagoras (PTK pembelajaran matematika kelas VIII). Skripsi. Surakarta. http: // Spesialis.torch.com/content/viewl 120/129/ diakses tanggal 23 Desember 2010

Lestari, Dian Puji. 2009. Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa Kelas VIII Melalui Model Penilaian Portofolio di SMP N 1 Surakarta TA 2008/2009. Skripsi. Universitas Muhamadiyah Surakarta. (http://etd.eprints.UMS.ac.id/293/2/A420050054.Pdf) diakses tanggal 2 Febuari 2011

Munandar, Utami. 1999. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Google.

Slamet. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.

Sudijono. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Sugiarto, I. 2004. Mengoptimalkan Daya Kerja Otak Dengan Berpikir Holistik Dan Kreatif.

Gramedia Pustaka Utama: Jakarta

Yuliyani, Eresi. 2011. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Mind Mapping terhadap

Penguasaan Materi Pokok Klasifikasi Makhluk Hidup Oleh Siswa. Skripsi. Unila

(47)

Gambar

Gambar 1.  Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Tabel 1. Perbedaan Catatan Biasa dan Mind Mapping
Gambar 2 . Contoh Mind map (www.wikipedia.com).
Tabel 2.  Kemampuan Berpikir Kreatif
+2

Referensi

Dokumen terkait

klien Make up artist dan pengguna melalui promosi media Instagram dan. hanya dilakukan pada

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar biologi menggunakan strategi pembelajaran Mind Mapping dan media visual gambar pada materi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas produk, harga, dan promosi baik secara parsial maupun simultan terhadap keputusan konsumen dalam

Menurut Marpaung (2001:3) factor-faktor yang enyebabka kulitas pendidkan kita rendah antara lain :(1) Pandangan yang keliru terhadap peran guru ; pada umumnya guru banyak

Salah satu pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah Kabupaten. Wonogiri adalah

Menjamurnya pesaing-pesaing baik dari usaha produk sejenis yaitu berbahan baku kayu maupun bahan substitusi lain mendorong usaha ini untuk tetap berinovasi dalam hal produk

Maka dari itu, kami mengusulkan suatu sumber informasi berisikan data base penyakit ikan berbasiskan website dengan prinsip cyber extension yang diharapkan akan

berkat dan kekuatan dariNya, saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Evaluasi Tata Kelola Teknologi Informasi Menggunakan Framework COBIT 5. Domain Deliver, Service,