• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENILAIAN KESESUAIAN LAHAN BIOFISIK DAN ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PADA LAHAN PERTANAMAN JAMBU BIJI KRISTAL (Psidium guajava L.) DI LAHAN PT NUSANTARA TROPICAL FRUIT (NTF) BLOK 301-05 LABUHAN RATU LAMPUNG TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENILAIAN KESESUAIAN LAHAN BIOFISIK DAN ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PADA LAHAN PERTANAMAN JAMBU BIJI KRISTAL (Psidium guajava L.) DI LAHAN PT NUSANTARA TROPICAL FRUIT (NTF) BLOK 301-05 LABUHAN RATU LAMPUNG TIMUR"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

EVALUATION OF BIOPHYSICAL LAND SUITABILITY AND ANALYSIS OF FINANCIAL FEASIBILITY OF CRYSTAL GUAVA (Psidium guajava L.)

PLANTS IN PT NUSANTARA TROPICAL FRUIT (NTF) BLOCK 301-05 LABUHAN RATU LAMPUNG TIMUR

By

RIYAN SULISTIO

Beside for food, crystal guava (Psidium guajava L.) is one of horticultural priorities. The role in horticulture subsectors are also able to contribute to gross domestic product (GDP), which is large enough where value of GDP horticulture always increase in 2004-2008 in Indonesia. The purpose of this research is to establish biophysical land suitability of crystal guava plantation in PT Nusantara Tropical Fruit (NTF) and determine level of financial feasibility of crystal guava cultivation by calculating the NPV, Net B/C Ratio, IRR and BEP. The method used in research was land evaluation survey, it means analysis of land’s biophysical and financial feasibility. The results are crystal guava plantation land in PT NTF Labuhan Ratu Lampung Timur belong to enough suitable, with heaviest limiting factor is water availability in form of excess rainfall and nutrient retention in form of lack of C-organic (S2wanr). Financially, cultivation of crystal guava plant be developed in 25 years. It was shown by during 25 years/ha with NPV is Rp 2,355,251,498, Net B/C Ratio is 6.68, IRR/year is 61.34%, and BEP (break event point) will be achieved in 9 year, 7 months, and 8 days, so the crystal guava plantation is feasible to be developed.

(2)

ABSTRAK

PENILAIAN KESESUAIAN LAHAN BIOFISIK DAN ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PADA LAHAN PERTANAMAN JAMBU BIJI KRISTAL (Psidium

guajava L.) DI LAHAN PT NUSANTARA TROPICAL FRUIT (NTF) BLOK 301-05 LABUHAN RATU LAMPUNG TIMUR

Oleh

RIYAN SULISTIO

Tanaman jambu biji kristal (Psidium guajava L.) merupakan salah satu prioritas komoditas holtikultura. Subsektor hortikultura selain berperan dalam pemenuhan kebutuhan pangan juga mampu memberikan kontribusi pendapatan domestik bruto (PDB) yang cukup besar dimana nilai dari PDB hortikultura selalu mengalami peningkatan pada tahun 2004-2008. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk

menetapkan kelas kesesuaian lahan biofisik pertanaman jambu kristal di PT Nusantara Tropical Fruit (NTF) dan menetapkan tingkat kelayakan finansial budidaya jambu biji kristal dengan menghitung nilai NPV, Net B/C Ratio, IRR, dan BEP. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei evaluasi lahan, yaitu melakukan analisis biofisik dan analisis kelayakan finansial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan pertanaman jambu biji kristal di PT NTF Kecamatan Labuhan Ratu Lampung Timur termasuk ke dalam kelas kesesuaian lahan cukup sesuai dengan faktor pembatas terberat ketersediaan air berupa kelebihan curah hujan dan retensi hara berupa

(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu sektor pertanian yang dikembangkan saat ini adalah intensifikasi hortikultura. Prioritas dari komoditas holtikultura tersebut adalah tanaman buah. Subsektor hortikultura selain berperan dalam pemenuhan kebutuhan pangan, juga mampu memberikan kontribusi pendapatan domestik bruto (PDB) yang cukup besar, dimana nilai dari PDB hortikultura mengalami peningkatan pada tiap tahun seperti tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai PDB Subsektor Hortikultura Tahun 2004-2008 (Direktorat Jenderal Hortikultura dalam Septiani, 2009)

No Kelompok Komoditas Nilai PDB (Milyar rupiah)

2004 2005 2006 2007 2008 1 Buah-buahan 30.765 31.694 35.448 42.362 42.660 2 Sayuran 20.749 22.630 24.694 25.587 27.423

3 Tanamana Biofarmaka 722 2.806 3.762 4.105 4.118 4 Tanaman Hias 4.609 4.662 4.734 4.741 6.091

Total 56.845 61.792 68.638 76.795 80.292

(4)

Salah satu komoditi buah-buahan yang diunggulkan adalah jambu biji. Badan Pusat Statistik (2010) menunjukan bahwa pada tahun 2009 Provinsi Lampung termasuk urutan ke 10 dalam produksi tertinggi jambu biji di Indonesia yaitu mencapai 3.090 ton dan meningkat menjadi urutan ke 9 pada tahun 2010 dengan produksi yang mencapai 4.158 ton. Jambu biji memiliki banyak varietas,

misalnya jambu biji bangkok, jambu biji merah, jambu biji kristal, dan jambu biji mutiara. Dari jenis varietas jambu biji tersebut, jambu biji kristal merupakan varietas unggulan karena disukai banyak konsumen walaupun buah ini memiliki harga yang tinggi.

Jambu biji kristal termasuk spesies Psidium guajava L. Jambu ini mempunyai ciri-ciri, yaitu rasa buah manis segar (11-12 º Brix), tekstur buah renyah seperti buah peer, ukuran buah besar 300-500 g/buah, produksi tidak mengenal musim, dan buahnya tidak berbiji (seedless) (Tabloid Sinartani, 2008). Ciri-ciri tersebut menjadikan jambu biji ini istimewa dibandingkan varietas jambu biji lainnya. Disebutkan pula dalam Tabloid Sinartani (2008), pada tahun yang sama jambu tersebut telah diperkenalkan di Indonesia oleh Taiwan. Namun, jambu yang istimewa ini kurang dapat berkembang di Indonesia karena kurangnya informasi tentang karakteristik lahan yang sesuai untuk budidaya jambu biji kristal ini.

(5)

jambu biji kristal ternyata masih sangat kurang untuk memenuhi permintaan pasar lokal. Berdasarkan hasil dari wawancara dengan Kepala Wilayah jambu biji kristal di NTF, diketahui bahwa hasil produksi jambu biji kristal di NTF yaitu 10 ton/ha/thn. Sedangkan dari data yang diperoleh dari pihak NTF, diketahui bahwa potensi maksimum untuk jambu biji kristal adalah 30 ton/tahun dengan syarat tumbuh yang optimal untuk tanaman jambu biji tersebut.

Menurut Cahyono (2011), syarat tumbuh yang baik untuk tanaman jambu biji yaitu tumbuh subur pada daerah tropis dengan ketinggian yang optimal 3 - 500 mdpl, kemiringan tanah untuk jambu biji sebaiknya tidak lebih dari 30o, curah hujan yang optimal berkisar 2.000 mm/tahun, untuk pH yang optimal adalah 6,5, tanaman akan tumbuh baik pada tanah yang subur dan gembur dengan kandungan bahan organik tinggi (3%), dan dapat tumbuh dengan baik pada kelembaban tanah yang cukup (60 - 70%), serta kelembaban udara yang tinggi, yakni berkisar antara 70% - 80%.

(6)

dilakukan dengan cara menilai NPV, Net B/C, IRR, dan BEP berdasarkan analisis finansial seperti modal, tenaga kerja, biaya, dan penerimaan.

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menetapkan kesesuaian lahan biofisik pada lahan pertanaman Jambu biji Kristal (Psidium guajava L.) di PT Nusantara Tropical Fruit (NTF) Blok 301

– 05, Labuhan Ratu Lampung Timur

2. Menetapkan tingkat kelayakan finansial budidaya tanaman Jambu biji Kristal (Psidium guajava L.) di lahan PT Nusantara Tropical Fruit (NTF), Labuhan Ratu Lampung Timur

C. Kerangka Pemikiran

Menurut Mahi (2005), kesesuaian lahan adalah kecocokan penggunaan lahan pada tipe lahan tertentu. Penilaian kelas kesesuaian lahan dilakukan dengan cara mencocokkan antara kualitas lahan dan karakteristik lahan dengan kriteria kelas kesesuaian lahan yang telah disusun berdasarkan persyaratan penggunaan atau persyaratan tumbuh tanaman atau komoditas lain yang dievaluasi. Dalam hal ini evaluasi lahan dapat dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.

Rendahnya produksi tanaman jambu biji disebabkan oleh kondisi lahan yang kurang sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman jambu biji.

(7)

Syarat tumbuh yang optimal untuk semua varietas jambu biji adalah tumbuh subur pada daerah tropis dengan ketinggian yang optimal 3 - 500 mdpl, kemiringan tanah untuk jambu biji sebaiknya tidak lebih dari 30o, curah hujan yang optimal berkisar 2.000 mm/tahun, untuk pH yang optimal adalah 6,5, tanaman akan tumbuh baik pada tanah yang subur dan gembur dengan kandungan bahan organik tinggi (3%), dan dapat tumbuh dengan baik pada kelembaban tanah yang cukup (60 - 70%), serta kelembaban udara yang tinggi, yakni berkisar antara 70% - 80%. (Cahyono, 2011).

Menurut Djaenuddin, dkk. (2003), lahan jambu biji yang termasuk ke dalam kelas S1 yaitu temperatur berkisar 22-28° C, dengan curah hujan rata-rata antara 1000-2000 mm/tahun, drainase baik sampai sedang, pH tanah berkisar antara 5,0 - 6,0, KTK liat lebih dari 16 cmol, kejenuhan basa > 35%, kandungan C-organik tanah lebih dari 1,2%, dan kemiringan lereng kurang dari 8%. Lahan yang termasuk ke dalam kelas S2 untuk tanaman jambu biji yaitu temperatur berkisar antara 28-34 ºC, curah hujan rata-rata 2000-3000 mm, drainase agak terhambat, memiliki pH tanah berkisar antara 4,5 - 5,0, KTK liat ≤ 16 cmol, kejenuhan basa 20 – 35%, kandungan C-organik 0,8 – 1,2%, dan kemiringan lereng 8 - 16%. Lahan yang termasuk ke dalam kelas S3 pada tanaman jambu biji yaitu pada kisaran temperatur 34 - 40ºC, dengan curah hujan rata-rata 3.000 - 4.000 mm, drainase terhambat, agak cepat, dengan pH tanah <4,5 atau >7,5, kejenuhan basa < 20%, kandungan C-organik <0,8%, dan kemiringan lereng 16-30%.

(8)

Labuhan Ratu Lampung Timur dengan luas lahan 2.834 ha. PT NTF terletak pada ketinggian 294 mdpl, mempunyai tipe iklim D2 (4 bulan basah dan 4 bulan kering), curah hujan rata-rata 2259,8 mm/tahun, dan suhu rata-rata sepanjang tahun sekitar 26 - 280C (PT Nusantara Tropical Fruits, 2009). Menurut Dai, dkk. (1989), lokasi penelitian memiliki tipe satuan lahan Idq 3.2 dengan sifat

karakteristik lahan bertopografi datar, bertekstur halus, kedalaman lapisan tanah >100 cm, pH antara 4,5 - 5,5, drainase baik, kandungan bahan organik 2,2 %, kejenuhan basa 20 - 35 dan KTK tanah <5.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Wilayah jambu biji kristal di NTF (2011) dapat diketahui bahwa tanaman jambu kristal yang

dibudidayakan PT NTF merupakan varietas unggul. Jambu biji kristal yang berumur 3 tahun dapat menghasilkan 12,5 kg/tahun dalam satu pohon dan

harganya Rp 12.000/kg. Tiap hektar terdapat 800 populasi, sehingga penerimaan yang didapat Rp 120.000.000/ha/thn. Biaya produksi rata-rata yang dikeluarkan sebesar Rp 72.000.000/ha/thn, sehingga pendapatan yang diperoleh sebesar Rp 48.000.000/ha/thn.

(9)

D. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman jambu biji kristal di PT Nusantara Tropical Fruit Kecamatan Labuhan Ratu Lampung Timur diduga cukup sesuai dengan faktor pembatas ketersediaan air dan kejenuhan basa (S2 wa nr).

2. Usaha budidaya tanaman jambu biji kristal di lahan PT Nusantara Tropical Fruit Kecamatan Labuhan Ratu Lampung Timur secara finansial

(10)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Jambu biji kristal merupakan salah satu jenis jambu biji yang banyak diminati oleh konsumen Indonesia karena memiliki rasa yang enak dan jumlah biji yang sangat sedikit. Namun, sebagian dari mereka tidak tahu bahwa jambu yang kaya akan vitamin C ini memiliki nama sebutan jambu biji kristal. Para konsumen biasa menyebutnya jambu tanpa biji. Untuk itu, peneliti akan menjelaskan tentang jambu biji kristal pada bab ini. Selain itu terdapat pula penjelasan tentang

evaluasi kesesuaian lahan, tipe evaluasi lahan, kualitas lahan dan karakteristik lahan, klasifikasi kesesuaian lahan, dan analisis finansial yang tertuang dalam bab ini.

A. Tanaman Jambu Biji Kristal

Adapun klasifikasi tanaman jambu biji adalah (Wikipedia, 2011): Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Myrtales Famili : Myrtaceae Genus : Psidium

(11)

Secara morfologi, bagian penting dari tanaman jambu biji adalah akar tanaman, batang, daun, bunga, buah, dan biji. Jambu biji memiliki akar tunggang dan akar serabut. Perakaran tanaman jambu biji dapat tumbuh dan berkembang pada tanah gembur, subur, tanah mudah menyerap air, dan kedalaman tanah cukup dalam. Batang tanaman jambu biji berkayu keras, liat, dan tidak mudah patah. Batang tumbuh tegak dan memiliki percabangan serta ranting-ranting. Percabangan jambu biji banyak ditumbuhi mata tunas dan setiap mata tunas tersebut tumbuh menjadi cabang-cabang yang menghasilkan buah. Daun tanaman jambu biji termasuk daun tunggal, berbentuk bulat panjang dan langsing dengan bagian ujungnya tumpul atau lancip, berwarna hijau terang atau hijau kekuning-kuningan, tata letak daun saling berhadapan, dan helaian daun kaku dan tebal. Bunga

tanaman jambu biji termasuk bunga sempurna (hermaphrodite), yaitu dalam satu bunga terdapat alat kelamin jantan dan betina. Pembuahannya dapat melalui persarian atau tanpa persarian (partenokarpi). Buah merupakan produk utama dari tanaman jambu biji. Buah jambu biji berbentuk bulat, bulat agak lonjong, dan lonjong, tergantung dari varietasnya. Misalnya, jambu biji kristal berbentuk bulat, ukuran buah besar, warna daging buah putih, kulit buah tipis dan permukaan halus sampai kasar, buah yang masak dagingnya lunak, sedangkan yg belum masak dagingnya agak keras dan renyah. Buah berasa manis, kurang manis, dan hambar, tergantung dari varietasnya dan teknik budidayanya. Biji jambu biji berbentuk bulat, berukuran kecil, dan berwarna putih kekuning-kuningan (krem). Biji berkeping dua (biji belah), biji bersifat keras dan permukaannya halus.

(12)

lalu menyebar ke negara Asia lainnya, seperti Indonesia. Jambu biji saat ini telah dibudidayakan dan menyebar luas di daerah Jawa. Jambu biji sering disebut juga jambu klutuk, jambu siki, atau jambu batu. Prihatman (2000) juga menjelaskan bahwa jambu tersebut kemudian dilakukan persilangan melalui stek atau okulasi dengan jenis yang lain, sehingga akhirnya mendapatkan hasil yang lebih besar dengan keadaan biji yang lebih sedikit bahkan tidak berbiji yang diberi nama Jambu Biji Kristal/Taiwan karena proses terjadinya dari Taiwan. Jambu Biji Kristal termasuk spesies Psidium guajava L. Jambu ini ditemukan pada tahun 1991 di District Kao Shiung-Taiwan. Diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1991 oleh Misi Teknik Taiwan. Jambu biji kristal sebetulnya tidak benar-benar berbiji, jumlah bijinya kurang dari 3% bagian buah, sepintas jambu biji kristal hampir tidak berbiji (Fatoni, 2011).

Menurut Yuan (2010), Taiwan merupakan penanam utama dunia jambu biji dan dapat menghasilkannya sepanjang tahun. Taiwan memiliki berbagai macam jambu alami dan mengimpor varietas jambu asing sejak tahun 1915. Kemudian, terdapat banyak penelitian dan pengalaman untuk produksi jambu biji yang kaya akan vitamin C ini di Taiwan.

Menurut CV Gema Horti Mekar Sitrun (2010), keunggulan dari jambu biji kristal terletak pada ukuran, rasa, dan warnanya. Ukurannya tergolong sedang,

(13)

1.000 mdpl. Tanah yang baik untuk pertumbuhannya ialah jenis tanah berpasir, gembur, serta banyak mengandung unsur organik. Meskipun demikian, di tanah yang berat dan liatpun jambu masih bisa tumbuh baik. Kedalaman air tanah yang baik antara 50-200 cm. Derajat keasaman tanahnya berkisar antara 4-8. Curah hujan optimum tidak kurang dari 2.000 mm per tahun atau sekitar 7-12 bulan basah (CV Gema Horti Mekar Sitrun, 2010).

Fatoni (2011) menerangkan bahwa jambu biji kristal merupakan tanaman yang dapat berbuah sepanjang tahun secara continue. Produksi buah jambu biji kristal dalam sekali berbuah menghasilkan 15 - 30 buah, dalam usia tanam 2 tahun per tanaman bisa menghasilkan 70 – 80 kg selama 6 bulan. Buah yang memiliki bentuk simetris hampir sempurna ini memiliki bobot 500 – 900 gram. Bagian luar jambu biji kristal berkulit mulus yang dilapisi lilin yang cukup tebal sehingga tidak mudah ditembus hama, sedangkan bagian dalamnya yang berwarna putih menyegarkan memiliki tekstur renyah dengan kadar kemanisan 11 – 12o briks dan kadar air yang cukup tinggi. Tanaman yang cukup adaptif dengan lingkungan ini memiliki daun yang relatif lebih besar dari sejenisnya dengan tekstur daun yang lebih kaku sehingga jambu biji kristal tahan gangguan kekeringan dan hama penyakit.

B. Evaluasi Kesesuaian Lahan

Evaluasi Lahan pada hakekatnya merupakan proses untuk menduga potensi sumber daya lahan untuk penggunaan tertentu, baik untuk pertanian maupun untuk non pertanian. Kelas kesesuaian lahan suatu wilayah untuk suatu

(14)

fisik lingkungan yang mencakup iklim, tanah, terrain yang mencakup lereng, topografi/relief, batuan di permukaan dan di dalam penampang tanah serta singkapan batuan (rock outcrop), hidrologi, dan persyaratan penggunaan lahan atau syarat tumbuh tanaman (Mahi, 2005).

Menurut Hardjowigeno (2007), survai evaluasi lahan memiliki tugas untuk mengiterpretasi kemampuan atau kesesuaian suatu lahan bedasarkan sifat-sifat tanah dan faktor lingkungan yang mempengaruhi kemampuan lahan tersebut seperti lereng, iklim, bahaya banjir, erosi serta faktor ekonomi. Hardjowigeno (2007) menjelaskan bahwa kecocokan antara sifat fisik lingkungan dari suatu wilayah dengan persyaratan penggunaan atau komoditas yang dievaluasi memberikan gambaran atau informasi bahwa lahan tersebut potensial dikembangkan untuk komoditas tersebut.

Menurut Ritung, dkk. (2007), evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumber

daya lahan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara

yang sudah teruji. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi dan/atau

arahan penggunaan lahan sesuai dengan keperluan. Kesesuaian lahan adalah

tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan

tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau setelah

diadakan perbaikan (kesesuaian lahan potensial). Kesesuaian lahan aktual adalah

kesesuaian lahan berdasarkan data sifat biofisik tanah atau sumber daya lahan

sebelum lahan tersebut diberikan masukan-masukan yang diperlukan untuk

mengatasi kendala. Data biofisik tersebut berupa karakteristik tanah dan iklim

(15)

Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai

apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan. Ritung, dkk. (2007), menjelaskan

bahwa lahan yang dievaluasi dapat berupa hutan konversi, lahan terlantar atau

tidak produktif, atau lahan pertanian yang produktivitasnya kurang memuaskan

tetapi masih memungkinkan untuk dapat ditingkatkan bila komoditasnya diganti

dengan tanaman yang lebih sesuai.

Untuk menentukan tipe penggunaan yang sesuai pada suatu wilayah, diperlukan evaluasi kesesuaian lahan lahan secara menyeluruh dan terpadu (intergrated), karena masing-masing faktor akan saling mempengaruhi baik faktor fisik, sosial ekonomi, maupun lingkungan (Sitorus, 1985). Kecocokan antara sifat fisik lingkungan dari suatu wilayah dengan persyaratan penggunaan atau komoditas yang dievaluasi memberikan gambaran atau informasi bahwa lahan tersebut potensial dikembangkan untuk komoditas tersebut (Djaenudin, dkk., 2003).

Tujuan evaluasi lahan adalah memprediksi segala konsekuensi yang mungkin terjadi bila ada perubahan penggunaan lahan. Prediksi yang didasarkan atas kesesuaian lahan untuk berbagai bentuk produksi masukan dan pengelolaan yang diperlukan dengan konsekuensi perubahan-perubahan terhadap

lingkungan akan memberi makna yang besar bagi keberlanjutan sumberdaya lahan (Mahi, 2005).

C. Kualitas Lahan dan Karakteristik Lahan

(16)

berpengaruh terhadap kesesuaianlahan tertentu (Djaenudin, dkk., 2003). Kualitas lahan dapat pula digambarkan sebagai faktor positif dan faktor negatif , positif atau negatifnya suatu kualitas lahan tergantung dari sifat-sifatnya. Kualitas lahan disebut positif apabila sifatnya menguntungkan, sebaliknya kualitas lahan dinilai negatif apabila keberadaannya akan merugikan (merupakan kendala) terhadap penggunaan tertentu, sehingga merupakan faktor penghambat atau pembatas (Mahi, 2005).

Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi. Misalnya, lereng, curah hujan, tekstur tanah, kapasitas air tersedia, kedalaman efektif, dan sebagainya. Setiap karakteristik lahan yang digunakan dalam evaluasi biasanya mempunyai interaksi satu sama lain. Oleh karena itu, perlu adanya pertimbangan atau perbandingan penggunaan lahan dalam pengertian kualitas lahan. Misalnya, ketersediaan air sebagai salah satu sifat kualitas lahan ditentukan dari bulan kering dan curah hujan rata-rata tahunan. Namun, air yang akan

diserap tanaman tentunya tergantung juga pada kualitas lahan lainnya, seperti kondisi atau media perakaran, antara lain tekstur tanah dan kedalaman zona perakaran tanaman yang bersangkutan (Djaenudin, dkk., 2003).

D. Klasifikasi Kesesuaian Lahan

Kesesuaian lahan adalah kecocokan macam penggunaan lahan pada tipe lahan tertentu (Mahi, 2005). Kesesuaian lahan terdiri dari kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian lahan potensial. Kesesuaian lahan aktual masih dapat menerima perbaikan kecil pada sumber daya lahan sebagai bagian spesifikasi tipe

(17)

lahan di masa datang apabila melakukan perbaikkan lahan skala besar (Mahi, 2005).

Menurut FAO (1976) klasifikasi kesesuaian lahan dibagi menjadi empat kategori, yaitu:

1. Ordo: menunjukkan macam kesesuaian yaitu sesuai atau tidak sesuai. 2. Kelas: menunjukkan tingkat kesesuaian di dalam kelas hal ini ditunjukan

pada Tabel 2.

3. Sub Kelas: menunjukkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan dalam suatu kelas kesesuaian lahan.

4. Unit: menunjukkan sifat tambahan yang diperlukan untuk pengelolaan dalam tingkat sub kelas.

Tabel 2. Tingkat Kesesuaian di dalam kelas berdasarkan FAO (1976).

Kelas Keterangan

S1 (sangat sesuai): Lahan mempunyai faktor pembatas yang tidak berarti dan tidak mengurangi produksi secara nyata.

S2 (cukup sesuai): Lahan mempunyai faktor pembatas yang agak serius untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan dan memerlukan input.

S3 (sesuai marjinal): Lahan mempunyai faktor pembatas yang besar atau serius dan memerlukan input yang lebih besar.

N1 (tidak sesuai pada saat ini): Lahan mempunyai faktor pembatas yang lebih berat tetapi memungkinkan untuk diatasi.

(18)

Selain klasifikasi kesesuaian lahan, karakteristik lahan juga menjadi pertimbangan dalam menentukan kelas kesuaian lahan. Deskripsi karakteristik lahan yang menjadi pertimbangan dalam menentukan kelas kesesuaian lahan menurut

Djaenudin, dkk. (2003) adalah temperatur (t), ketersediaan air (wa), ketersediaan oksigen (ao), media perakaran (rc), retensi hara (rc), toksisitas (xc), bahaya sulfidik (xs), bahaya erosi (eh), bahaya banjir (fh), dan penyiapan lahan. Temperatur merupakan suhu tahunan rata-rata yang dikumpulkan dari hasil pengamatan stasiun klimatologi yang ada. Karakteristik ketersediaan air dapat dilihat dari curah hujan tahunan rata-rata. Sedangkan karateristik lahan yang menggambarkan ketersediaan oksigen adalah kelas drainase, yaitu merupakan pengaruh laju perkolasi air ke dalam tanah terhadap aerasi udara dalam tanah. Kelas drainase tanah dibagi menjadi 6 kelas yaitu, sangat buruk, buruk, agak buruk, agak baik, baik, dan berlebihan. Pada karakteristik yang menggambarkan kondisi perakaran terdiri dari tekstur tanah yang dibagi menjadi 5 kelas, yaitu halus, agak halus, sedang, agak kasar, dan kasar. Kemudian bahan kasar yaitu persentasi kerikil atau batuan pada setiap lapisan tanah, dan kedalaman tanah (cm) yang masih dapat ditembus oleh akar. Untuk karakteristik lahan yang

(19)

Deskripsi karakteristik lahan selanjutnya yang menjadi pertimbangan dalam menentukan kelas kesesuaian lahan menurut Djaenudin, dkk., (2003) adalah toksisitas yaitu menggambarkan kandungan garam terlarut (salinitas) yang

dicerminkan oleh daya hantar listrik. Salinitas adalah tingkat kadar garam terlarut dalam air. Selain toksisitas yang menjadi pertimbangan adalah bahaya sulfidik yang dinyatakan oleh kedalaman ditemukannya bahan sulfidik yang diukur dari permukaan tanah sampai batas atas lapisan sulfidik atau pirit (FeS2). Bahaya erosi juga menjadi pertimbangan dalam menentukan kelas kesesuaian lahan. Tingkat bahaya erosi dapat diprediksi berdasarkan keadaan lapangan, yaitu dengan cara memperhatikan adanya erosi lembar permukaan (sheet erosion), erosi alur (real erosion), dan erosi parit (gully erosion). Selain bahaya erosi ada juga bahaya banjir dimana bahaya banjir ditetapkan sebagai kombinasi pengaruh kedalaman banjir (x) dan lamanya banjir (y). Kedua data tersebut dapat diperoleh melalui wawancara dengan penduduk setempat di lapangan. Dan yang terakhir menjadi pertimbangan dalam menentukan kesesuaian lahan adalah penyiapan lahan. Penilaian penyiapan lahan didasarkan pada jumlah batu dan batuan yang tersebar di permukaan. Batu-batuan di atas permukaan tanah ada dua macam, yaitu batuan bebas yang terletak di atas permukaan tanah dan batuan yang tersingkap di atas permukaan tanah yang merupakan bagian dari batuan besar yang terbenam di dalam tanah (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2001). Deskripsi karakteristik lahan yang menjadi pertimbangan dalam menentukan kelas kesesuaian lahan menurut Djaenudin, dkk., (2003) selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

(20)

dengan curah hujan antara 500 sampai 4000 mm/tahun, dan yang optimum 1000 sampai 2000 mm/tahun. Kedalaman tanah minimum 50cm dan optimum >100cm, konsistensi gembur (lembab), permeabilitas sedang, drainase baik sampai sedang, tingkat kesuburan sedang, tekstur halus, agak halus, sedang. Reaksi tanah (pH) antara 4,5 – 7,5 yang optimum 5,0 sampai 6,0. Penurunan hasil bias terjadi karena salinitas dengan daya hantar listrik mencapai (DHL) 4 - 8 dS/m. Penurunan hasil bisa mencapai 50% apabila DHL mencapai < 3 dS/m, dan tanaman tidak mampu berproduksi jika DHL mencpai > 8 dS/m.

E. Analisis Finansial

Menurut Ibrahim (2003), dalam analisis finansial diperlukan sebagai kriteria kelayakan usaha, antara lain: Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Beneffit Cost Ratio (Net B/C), dan Break Even Point (BEP), yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) sering diterjemahkan sebagai nilai penerimaan bersih sekarang, merupakan selisih antara manfaat dengan biaya pada discount rate tertentu. Jadi, Net Present Value (NPV) menunjukkan kelebihan manfaat

dibanding dengan biaya yang dikeluarkan dalam suatu proyek (usaha tani). Nilai NPV < 0 artinya nilai sekarang dari penerimaan total bersih lebih kecil daripada nilai sekarang dari biaya total. Nilai NPV = 0 artinya nilai sekarang dari

(21)

2. Net Benefit /Cost Ratio (Net B/C)

Net Beneffit Cost Ratio (Net B/C) adalah perbandingan jumlah NPV positif dengan NPV negatif yang menunjukkan gambaran berapa kali lipat pendapatan akan diperoleh dari biaya yang dikeluarkan. Nilai B/C = 1, artinya benefit yang dihasilkan sama dengan biaya yang dikeluarkan. Nilai B/C < 1 artinya benefit yang dihasilkan lebih kecil daripada biaya yang dikeluarkan. Nilai B/C > 1, artinya benefit yang dihasilkan lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan.Jadi jika nilai NPV > 0, maka B/C > 1 dan suatu proyek layak untuk diusahakan.

3. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) adalah suatu tingkat bunga (dalam hal ini sama artinya dengan discount rate) yang menunjukkan bahwa nilai bersih sekarang (NPV) sama dengan jumlah seluruh ongkos investasi usahatani atau dengan kata lain tingkat bunga yang menghasilkan NPV = 0. Keputusan menerima atau menolak rencana investasi dilakukan berdasarkan nilai IRR tingkat pengembalian investasi yang diinginkan. Diasumsikan nilai internal rate yang diinginkan adalah 15%, sementara nilai IRR hanya 12%, maka proposal investasi ditolak.

4. Break Event Point (BEP)

(22)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di lahan pertanaman jambu biji kristal (Psidium guajava L.) di PT Nusantara Tropical Fruit Blok 301-05 Kecamatan Labuhan Ratu Lampung Timur (peta lokasi terlampir). Secara geografis NTF terletak pada lintang 5003’ 52” LS dan bujur 1050 41` 08” BT. Adapun luas areal jambu biji kristal PT Natural Tropical Fruit seluas 45 ha, sedangkan luas areal pertanaman jambu kristal yang diteliti 3,45 ha dengan letak geografis lokasi penelitian berada di 0573343 mT – 0573543 mT dan 9443574 mU - 9443291 mU. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2011.

B. Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah contoh tanah dan bahan-bahan kimia untuk analisis tanah di laboratorium.

Alat-alat yang digunakan antara lain:

Bor Tanah: digunakan untuk mengambil sampel tanah dan dari situ dapat

mendeskripsikan karakteristik tanah.

Meteran: digunakan untuk mengukur kedalaman sampel tanah yang akan

(23)

GPS: digunakan untuk mengetahui titik koordinat lokasi penelitian dan

digunakan untuk mengukur kemiringan lereng pada lokasi penelitian. Munsell Soil Color Chart: digunakan untuk mengamati dan mengetahui

karakteristik tanah melalui pengamatan warna tanah. Dalam warna baku ini warna disusun oleh tiga variable yaitu: hue, value, dan chroma. Hue adalah warna spectrum yang dominan sesuai dengan panjang gelombangnya. Value menunjukan gelap terangnya warna, sesuai dengan banyaknya sinar yang dipantulkan. Chroma menunjukkan kemurnian atau kekuatan dari warna spectrum (hue).

Kantung plastik: digunakan untuk tempat sampel tanah.

Label: digunakan untuk memberi tanda pada setiap sampel tanah yang diambil

dan tanda waktu pengambilan sampel tanah.

Kamera digital: digunakan sebagai alat dokumentasi.

Alat-alat tulis: digunakan untuk mencatat hasil pengamatan baik di lapang

maupun dilaboratorium.

Alat-alat laboratorium: digunakan untuk menganalisis tanah dilaboratorium.

C. Metode Penelitian

Metode yang dilakukan untuk evaluasi lahan pada penelitian ini adalah metode survai dengan menggunakan metode evaluasi lahan secara paralel, yaitu melakukan evaluasi kualitatif (biofisik) dan kuantitatif (ekonomi) secara

(24)

Metode yang digunakan yaitu :

1. Evaluasi berdasarkan kriteria biofisik menurut Djaenudin, dkk., (2003). 2. Evaluasi nilai kelayakan finansial dengan menghitung NPV, Net B/C Ratio,

IRR, dan BEP.

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa tahap, yaitu: tahap persiapan, pengumpulan data (data primer dan sekunder) dan analisis data. Kriteria fisik Djaenudin, dkk. (2003) tertera pada lampiran.

1. Tahap Persiapan

Tahap ini merupakan tahap studi pustaka, yaitu meneliti dan mengkaji sumber-sumber pustaka tentang keadaan lokasi penelitian sehingga memperoleh gambaran umum tentang lokasi penelitian, seperti peta lokasi, data iklim, dan karakteristik lahan. Pada tahap ini dilakukan survey lapang secara kasar dan penentuan titik pengambilan contoh tanah yang mewakili secara keseluruhan berdasarkan keadaan lapang.

2. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data fisik dan data sosial ekonomi. Data fisik meliputi data fisik primer dan data fisik sekunder. Data fisik pirmer meliputi: pengukuran dan pengamatan lapang, pengambilan contoh tanah, dan metode analisis tanah di laboratorium. Sedangkan data sosial ekonomi meliputi data sosial ekonomi primer dan data sosial ekonomi sekunder.

a. Data Fisik

1) Data Fisik Primer

(25)

mengambil contoh tanah, kemudian dianalisis di laboratorium. Data yang diamati dan diukur langsung di lapang yaitu drainase, bahan kasar, kedalaman tanah, toksisitas (salinitas), bahaya sulfidik, lereng, bahaya erosi dilapang, genangan, batuan permukaan, dan batuan singkapan. Data yang analisis di laboratorium meliputi: KTK tanah, kejenuhan basa; basa-basa dapat ditukar (Ca, Mg, Na, dan K), pH tanah, C-organik, dan tekstur tanah.

a) Pengukuran dan Pengamatan Lapang

Data fisik primer yang diamati di lapang sebagai berikut :  Drainase

Drainase diamati dengan cara ada tidaknya genangan air atau ada tidaknya warna kelabu pada tanah lokasi penelitian. Cara pengamatannya di lapang yaitu melalui pengeboran tanah, apabila tanah berwarna homogen tanpa bercak-bercak kuning atau karatan besi, berwarna coklat serta kelabu pada lapisan sampai 100 cm berarti drainase pada tanah tersebut baik. Sebaliknya apabila terdapat warna atau bercak-bercak bewarna kelabu, coklat dan kekuningan menunjukkan bahwa tanah tersebut mempunyai drainase yang buruk, pengamatan warna tanah dilakukan dengan menggunakan munsell soil color chart.

 Bahan kasar

(26)

 Kedalaman tanah

Kedalaman tanah diukur dengan melakukan pengeboran menggunakan bor tanah pada lokasi penelitian , sedangkan kedalaman efektif mempengaruhi perkembangan perakaran dari tanaman yang dievaluasi. Kedalaman efektif merupakan keadaan dimana tanah tidak dapat ditembus oleh akar tanaman.  Toksisitas

Penilaian toksisitas dilakukan terhadap salinitas. Dikarenakan daerah penelitian yang letaknya jauh dari pantai, maka salinitas tidak diukur dan diasumsikan nilainya < 4 ds/m.

 Bahaya sulfidik

Bahaya sulfidik diukur dengan cara melihat ada tidaknya pirit (FeS2) di

lapangan. Analisis pirit dilakukan dengan cara meneteskan hidrogen peroksida (H2O2). Apabila tanah yang diteteskan berbuih dan berbau belerang maka tanah mengandung pirit, dan pengukuran pH tanah di lapang sebelum dan sesudah diteteskan H2O2 memiliki perbedaan yang besar, maka tanah mengandung pirit.

 Lereng

Cara pengukuran lereng dilakukan dengan menggunakan GPS, dinyatakan dalam persen. Pengukuran lereng dilakukan dengan berdiri dari tempat yang paling rendah ke tempat yang tinggi.

 Bahaya erosi di lapang

(27)

alur (rill erosion), dan erosi parit (gully erosion) atau dengan memperhatikan lapisan tanah yang sudah hilang.

 Genangan

Bahaya banjir dicirikan dengan adanya genangan air yang ada di permukaan tanah. Pengamatan dilakukan melalui wawancara kepada petani setempat, apakah terdapat genangan yang menutupi seluruh lahan dengan air (terendam air) pada lahan yang akan diteliti pada saat musim hujan lebih dari 24 jam.  Batu permukaan dan Batuan singkapan

Cara mengukur batu di permukaan yaitu melihat berapa persen batu yang tersebar di atas permukaan tanah pada lokasi penelitian. Sedangkan cara mengukur batuan singkapan yaitu dengan melihat berapa persen terdapat batuan besar yang tersingkap dipermukaan tanah pada lokasi penelitian.

b) Pengambilan Contoh Tanah

Pengambilan contoh tanah dilakukan dengan cara pengambilan 5 titik yang berbeda (titik garis diagonal) dengan kedalaman 0 – 40 cm untuk lapisan atas dan 40 – 80 cm untuk lapisan bawah. Kelima contoh tanah pada masing-masing kedalaman tersebut dikomposit atau dicampur, lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik ukuran 2 kg untuk dianalisis di laboraturium.

c) Metode Analisis Tanah di Laboratorium

Pada tahap ini contoh tanah yang telah diambil, lalu dikering udarakan,

(28)

kimia yang dianalisis adalah KTK tanah (me/100 g) dengan menggunakan metode ammonium asetat pH 7 (NH4Oac 1 N pH 7), C-organik (metode Walkley dan Black), pH (metode elektrik), dan basa-basa dapat ditukar menggunakan metode ammonium asetat pH 7 (NH4Oac 1 N pH 7).

2) Data Fisik Sekunder

Data fisik sekunder yang dikumpulkan yaitu data temperatur, data curah hujan, dan kelembaban udara. Data diambil untuk 10 tahun terakhir. Data

dikumpulkan dengan cara mengambil dari Stasiun Meteorologi Pertanian Khusus (SMPK), Jl. Taman Nasional Way Kambas, Way Jepara – Lampung Timur.

b. Data Sosial Ekonomi

Data sosial ekonomi yang dikumpulkan meliputi data sosial ekonomi primer dan data sosial ekonomi sekunder.

1) Data Sosial Ekonomi Primer

Data sosial ekonomi dilakukan dengan cara membuat kuesioner yang meliputi: biaya produksi (benih, pupuk, herbisida), peralatan, tenaga kerja (pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, pengendalian gulma, panen, dll), dan

pendapatan yang diperoleh PT Nusantaral Tropical Fruit.

2) Data Sosial Ekonomi Sekunder

(29)

3. Analisis Data

a. Penilaian Kesesuaian Lahan Biofisik

Analisis kesesuaian lahan dilakukan atas dasar potensi fisik lingkungan yang dilakukan dengan cara mencocokkan persyaratan tumbuh tanaman jambu biji kristal berdasarkan kriteria Djaenudin, dkk (2003) dengan menilai karakteristik dan kualitas lahan di lapang.

b. Penilaian Analisis Kelayakan Finansial

Menurut Ibrahim (2003), untuk mengetahui tingkat keuntungan usaha tanaman jambu kristal dilakukan analisis sebagai berikut :

1) Compounding Factor (CF) and Discount Factor (DF)

CF=(1+i)t , yaitu suatu bilangan yang digunakan untuk menilai uang pada masa yang akan datang (future value).

DF=(1+t)-t , yaitu suatu bilangan untuk menilai nilai uang dalam bentuk present value (nilai sekarang).

2) Net Present Value (NPV)

Secara matematis rumus untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut t

(30)

3) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Bila Net B/C > 1, maka usaha layak untuk dilanjutkan Bila Net B/C < 1, maka usaha tidak layak untuk dilanjutkan Bila Net B/C = 1, usaha dalam keadaan break even point

4) Internal rate of return (IRR)

Digunakan untuk menunjukkan atau mencari suatu tingkat bunga yang menunjukkan jumlah nilai sekarang netto (NPV) sama dengan seluruh investasi usaha.

Rumus yang digunakan adalah :

IRR = i1 + NPV1 (i2 - i1)

(31)

5) Break Even point (BEP)

Break event point (BEP) adalah titik pulang pokok dimana total revenue (total pendapatan) = total cost (biaya total). Dilihat dari jangka waktu pelaksanaan sebuah proyek terjadinya titik pulang pokok atau TR = TC tergantung pada lama arus penerimaan sebuah proyek dapat menutupi segala biaya operasi dan pemeliharaan beserta biaya modal lainnya. Rumus matematis yang digunakan untuk menghitung BEP yang menunjukkan waktu pengembalian total cost adalah sebagai berikut (Ibrahim, 2003).

BEP =

Keterangan:

BEP = Break event point

TP-1 = Tahun sebelum terdapat BEP

Tci = Jumlah total cost yang telah di-discount

(32)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Lahan penelitian milik PT Nusantara Tropical Fruit (NTF) Blok 301-05

Kecamatan Labuan Ratu Kabupaten Lampung Timur memiliki kelas kesesuaian lahan cukup sesuai dengan faktor pembatas terberat ketersediaan air berupa kelebihan curah hujan dan retensi hara berupa kekurangan C-Organik (S2wanr) untuk tanaman jambu biji kristal.

(33)

B. Saran

1. Lokasi penelitian memiliki curah hujan berlebih untuk tanaman jambu biji kristal, oleh sebab itu sebaiknya pembuatan saluran drainase/parit tetap dipertahankan agar lahan lokasi penelitian tidak tergenang sehingga pertumbuhan tanaman jambu biji kristal tidak terhambat.

(34)

PENILAIAN KESESUAIAN LAHAN BIOFISIK DAN ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PADA LAHAN PERTANAMAN JAMBU BIJI

KRISTAL (Psidium guajava L.) DI LAHAN PT NUSANTARA TROPICAL FRUIT (NTF) BLOK 301-05 LABUHAN RATU LAMPUNG TIMUR

(Skripsi)

Oleh

Riyan Sulistio

JURUSAN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(35)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Peta Kabupaten Lampung Timur... 73

2. Peta Lokasi Penelitian Di PT Nusantara Tropical Fruit... 74

3. Titik Lokasi Penelitian... 75

4. Pengeboran Profil Bor Tanah... 76

5. Pengamatan Hasil Profil Bor Tanah... 76

(36)

DAFTAR ISI

A. Tanaman Jambu Biji Kristal (Psidium guajava L) ... 7

B. Evaluasi Kesesuaian Lahan ... 10

C. Kualitas Lahan dan Karakteristik Lahan ... 12

D. Klasifikasi Kesesuaian Lahan ... 13

E. Analisis Finansial ... 17

a) Pengukuran dan Pengamatan Lapang. ... 23

b) Pengambilan Contoh Tanah ... 25

(37)

b. Data Sosial Ekonomi ………. ... 26

1)Compounding Factor (CF) and Discount Factor (DF) . 27 2)Net Present Value (NPV) ... 27

c. Ketersediaan Oksigen... 31

d. Media Perakaran... 31

2. Analisis Kelayakan Finansial ... 35

a. Biaya Produksi ... 35

1) Pajak Tanah... 35

2) Penggunaan Tenaga Kerja ... 35

3) Penggunaan Sarana Produksi ... 36

b. Produksi dan Pendapatan ... 37

B. Pembahasan ... 39

1. Kesesuaian Lahan Biofisik ... 39

a. Ketersediaan Air ... 39

b. Retensi Hara ... 41

(38)

A. Kesimpulan ... 47

B. Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Atmojo, S. W. 2003. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah dan Upaya Pengelolaannya. Sebelas Maret University Press. Surakarta. 36 hlm. Badan Pusat Statistik Indonesia. 2010. Produksi Buah-buahan Menurut Provinsi.

http://www.bps.go.id. diakses pada April 2011.

Cahyono, B. 2011. Sukses Budidaya Jambu Biji di Pekarangan dan Perkebunan. Penerbit Andy. Yogyakarta. 122hlm.

CV Gema Horti Mekar Sitrun. 2010. Jambu Kristal. Agriculture and environmental Business. Surabaya. http:/www.mekarsintrun.com/jambu-kristal-mutiara/ diakses tanggal 25 maret 2011.

Dai, J., H. Darul SWP., A. Hidayat, H.Y. Sumulyadi, S. Hendra, A.H. Yayat, A. Hermawan, P. Buurman dan T. Balsem. 1989. Buku Keterangan Peta Satuan Lahan dan Tanah Lembar Tanjungkarang (1110), Sumatera. Pusat Penelitian Tanah. Bogor. 148hlm.

Dent, D. and Young. 1981. Soil Survey and Evaluation. George Allen and Unwim. London. 279 pp.

Didik S., K. Hairiah, N. Wijayanto, Sunaryo, dan M. van Noordwijk. 2003. PERAN AGROFORESTRI PADA SKALA PLOT: Analisis Komponen Agroforestri sebagai Kunci Keberhasilan atau Kegagalan Pemanfaatan Lahan. World Agroforestry Centre (ICRAF). Bogor. 34hlm.

Djaenudin, D., H. Marwan, H. Subagjo, dan A. Hidayat. 2003. Petunjuk Tekhnis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Balai Penelitian Tanah. Bogor. 155hlm.

Fatoni, A.S. 2011. Jambu Biji Kristal Taiwan. Agroteknlogi UMM.

(40)

FAO. 1976. A Framework For Land Evaluation. FAO Soil Bulletin 32. Food and Agriculture Organization of United Nations. Rome 87 p.

Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.R. Saul, M.A. Diha, G.B Hong, dan H.H Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas

Lampung. Bandar Lampung. 488 hlm.

Hardjowigeno, S. dan Widiatmaka. 2001. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan. Bogor: Gadjah Mada University Press. Jakarta. 381hlm.

Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Akademik Pressindo. Jakarta. 288hlm. Ibrahim, Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Rhineka Cipta. Jakarta. 249hlm. Mahi, A. K. 2005. Evaluasi dan Perencanaan Penggunaan Lahan (Diktat Kuliah).

Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 184hlm. Madjid, A. 2007. Kapasitas Tukar Kation. Bahan Kuliah Online. Universitas

Sriwijaya. http://dasar2ilmutanah.blogspot.com/2007/11/kapasitas-tukar-kation-ktk.html. Di akses 20 Februari 2011.

Nyakpa, M. Y., A. M. Lubis, M. A. Pulung, A. G. Amrah, A. Munawar, G. B. Hong, dan N. Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung. 258 hlm.

Prihatman, K. 2000. Budidaya Jambu Biji. Bappenas. Jakarta.

http:/www.warintek.ristek.go.id/pertanian/jambu_biji.pdf diakses tanggal 25 maret 2011.

PT Nusantara Tropical Fruit. 2009. Pemetaan Unit Usaha. Bandar Lampung. 277hlm.

Ritung S., Wahyunto, F. Agus, dan H. Hidayat. 2007. Panduan Evaluasi Kesesuaian Lahan. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre. Bogor. 39hlm.

Septiani, R. 2009. Analisis Kelayakan Usaha Dan Optimalisasi Produksi Pengolahan Jambu Biji (Psidium guajava L). Fakultas Ekonomi Dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Skripsi. 172hlm.

Sitorus, S.R. 1985. Evaluasi Sumber Daya Lahan. Tarsito. Bandung. 185hlm. Souri, S. 2001. Penggunaan Pupuk Kandang Meningkatkan Produksi Petani.

Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Mataram. litram@mataram.wasantara.net.id. Diakses tanggal 4 Agustus 2011. Tabloid Sinar Tani. 2008. Dengan Teknik Top Working Jambu Biji Dapat Disulap

(41)

http://www.sinartani.com/budidaya/dengan-teknik-top-working-jambu-biji-dapat-disulap-menjadi-tidak-berbiji-1276489347.htm diakses tanggal 25 Maret 2011.

Wikipedia. 2011. Jambu Biji. http://id.wikipedia.org/wiki/Jambu_biji diakses tanggal 30 Mei 2011.

(42)

PENILAIAN KESESUAIAN LAHAN BIOFISIK DAN ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PADA LAHAN PERTANAMAN JAMBU BIJI

KRISTAL (Psidium guajava L.) DI LAHAN PT NUSANTARA TROPICAL FRUIT (NTF) BLOK 301-05 LABUHAN RATU LAMPUNG TIMUR

(Skripsi)

Oleh

RIYAN SULISTIO

JURUSAN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(43)

PENILAIAN KESESUAIAN LAHAN BIOFISIK DAN ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PADA LAHAN PERTANAMAN JAMBU BIJI

KRISTAL (Psidium guajava L.) DI LAHAN PT NUSANTARA TROPICAL FRUIT (NTF) BLOK 301-05 LABUHAN RATU LAMPUNG TIMUR

Oleh

RIYAN SULISTIO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Ilmu Tanah

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(44)

Judul Skripsi : PENILAIAN KESESUAIAN LAHAN BIOFISIK DAN ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PADA LAHAN

PERTANAMAN JAMBU BIJI KRISTAL (Psidium guajava L.) DI LAHAN PT NUSANTARA TROPICAL FRUIT (NTF) BLOK 301-05 LABUHAN RATU LAMPUNG TIMUR

Nama Mahasiswa : Riyan Sulistio

Nomor Pokok Mahasiswa : 0614031051

Progam Studi : Ilmu Tanah

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1.Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Ali Kabul Mahi, M. S Prof. Jamalam Lumbanraja, Ph.D. NIP 1947112719766031001 NIP. 195303181981031002

2. Ketua Bidang Ilmu Tanah

(45)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Prof. Dr. Ir. Ali Kabul Mahi, M. S. ...

Sekretaris : Prof. Jamalam Lumbanraja, Ph.D …………..

Penguji

Bukan Pembimbing : Ir. Fahri, M.Sc. …………...

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 198702 1 001

(46)

Alhamdulillahi robbil `alamin

Dengan penuh rasa syukur kupersembahkan karya kecilku ini

sebagai tanda hormat, bakti dan terima kasihku kepada:

Ayahanda Shofwan Sumbahan, SE dan ibunda Hj. Surya Putri Sangun, SH

Kakak-kakakku, adik dan keponakanku tercinta atas segala ketulusan

dan kesempurnaan cinta, kasih sayang, dan doa yang senantiasa menyertai hari

dan langkahku, dan saudara-saudaraku seiman yang

kucintai karena Allah SWT

serta

Almamaterku tercinta

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Ketahuilah, bahwa ilmu itu tidak dikehendaki untuk diketahui saja,

melainkan dikehendaki untuk diketahui dan diamalkan,

karena pahala dan amal itu dapat diraih berdasarkan pangamalan,

bukan karena ilmu semata

(47)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung tanggal 14 November 1988 yang merupakan anak dari pasangan Munardi dan Hartini. Penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) Yayasan Wanita Kereta Api Bandar Lampung pada tahun 1993 dan selesai pada tahun 1994, kemudian penulis melanjutkan pendidikannya pada Sekolah Dasar (SD) Negeri 4 Sukajawa dan selesai pada tahun 2000. Penulis lulus dari SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung pada tahun 2003 dan melanjutkan Sekolah Menengah Atas (SMA) Al-Azhar 3 Bandar Lampung dan selesai pada tahun 2006. Pada tahun 2006 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama menjalani masa kuliah, penulis aktif dalam organisasi Gabungan Mahasiswa Ilmu Tanah (GAMATALA) priode 2007-2008 dan menjadi anggota bidang III.

Penulis melaksanakan praktik umum di PT Toyota Bio Indonesia Tanjung Bintang Lampung Selatan, dengan Judul Laporan ”Pengaruh Pengolahan Tanah Pada Lahan Pertanaman Napier Grass (Penisetum Purpureum) Di PT Toyota Bio Indonesia Tanjung Bintang Lampung Selatan” pada bulan Juli-Agustus tahun 2010.

(48)

SANWACANA

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT atas Rahmat Maha Pemberi Hidup dan Rezki karena atas Ridho dan kasih sayang-Nya maka penulis diberikan

kemudahan untuk dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Skripsi dengan judul “Penilaian Kesesuaian Lahan Biofisik Dan Analisis Kelayakan Finansial Pada Lahan Pertanaman Jambu Biji Kristal (Psidium Guajava L) Di Lahan PT Nusantara Tropical Fruit (NTF) Blok 301-05 Labuhan Ratu Lampung Timur“ adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Tanah di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Ali Kabul Mahi, M.Si. dan Bapak Prof. Jamalam

Lumbanraja, Ph.D. sebagai Dosen Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan, arahan, saran dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Ir. Fahri, M.Sc. sebagai pembahas dan penguji materi yang telah memberikan saran serta arahan guna penyempurnaan skripsi ini.

(49)

4. Ibu Prof. Dr. Ir. Dermiyati, M.Agr.Sc. selaku Ketua Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung periode 2006 – 2012.

5. Seluruh dosen, staf, karyawan, dan civitas akademika Jurusan Ilmu Tanah dan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

6. Bapak Suwondo selaku pimpinan perusahaan PT Nusantara Tropical Fruit (NTF) Labuhan Ratu Lampung Timur, serta Bapak Amir, Bapak Irawan, dan Bapak Djoko, SP atas bantuan dan kerjasamanya.

7. Keluarga ku tercinta Ayah dan Mama, atas segala kasih sayang, doa, serta nasehat yang selalu diberikan yang tak pernah usai dan lelah untuk sebuah pengharapan dan cita-cita di masa depanku.

8. Nikmah R Maulidah, yang telah memberikan harapan, cinta dan motivasi yang kuat kepadaku dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Kawan-kawan Angkatan 2006, Aziz, Desi ,Bernof, Ferdy, Dhenda, Valen, Fela, Novi, Cipto, Andrisa, Dedew, Febri, Feri, Dicky, Nena, Febry,

Widrializa, Joe, Ica, Doni, Nita, Asri, Intan, Trisyanti, Yulyan, dan yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas kekompakannya selama ini.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dan skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, November 2012 Penulis

Gambar

Tabel 1. Nilai PDB Subsektor Hortikultura Tahun 2004-2008 (Direktorat Jenderal Hortikultura dalam Septiani, 2009)

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti melihat bahwa guru masih menerangkan materi pembelajaran IPS secara abstrak tanpa media pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan mengaplikasi. Penelitian ini

Dengan demikian, maka makna aktual dari suatu unit lingual yang terlahir lewat proses metonimisasi memiliki hubungan yang secara nalari berterima sehingga memungkinkan

Daha önce de belirtildiği gibi Moreno’ya göre sosyometri ‘toplum tarafından, toplum için gerçekleştirilen bir toplum sosyolojisidir.’ Çünkü bir gruba sosyometri testi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut: Hasil belajar bahasa Indonesia materi fakta dan opini dalam paragraf siswa kelas XI Sekolah Menengah

Upaya hukum yang dapat dilakukan oleh pihak yang dirugikan terhadap akad cacat adalah dengan khiyar atau hak pilih , yang ditetapkan syariat Islam bagi orang-orang yang

Perhimpunan Al-Irsyad lebih telah memfokuskan perhatiannya pada bidang pendidikan Islam hal ini dapat dilihat berdirinya cabang-cabang Al- Irsyad di beberapa pelosok

Kesimpulan penelitian yaitu dosis 161 kg N/ha dan pengairan tergenang menghasilkan berat gabah per rumpun tertinggi; dosis 161 kg N/ha dengan kedua cara pengairan

Kemampuan awal kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik kelas V MIS Miftahul Huda diperoleh dari pretest yang diberikan kepada peserta didik sebelum