• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUJIAN VIABILITAS, KETAHANAN BIBIT, DAN PEMULIHAN TANAMAN BENIH JAGUNG INBRED YANG DISIMPAN LEBIH DARI DUA BELAS BULAN PADA KONDISI SUBOPTIMUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGUJIAN VIABILITAS, KETAHANAN BIBIT, DAN PEMULIHAN TANAMAN BENIH JAGUNG INBRED YANG DISIMPAN LEBIH DARI DUA BELAS BULAN PADA KONDISI SUBOPTIMUM"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

Siska Safaria

ABSTRAK

PENGUJIAN VIABILITAS, KETAHANAN BIBIT, DAN PEMULIHAN TANAMAN BENIH JAGUNG INBRED YANG DISIMPAN LEBIH

DARI DUA BELAS BULAN PADA KONDISI SUBOPTIMUM

Oleh Siska Safaria

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu komoditi tanaman pangan dunia yang sangat penting, selain gandum, dan padi. Pemuliaan tanaman jagung memerlukan serangkaian benih dari berbagai varietas yang berbeda. Hal ini mengingat

(2)

Siska Safaria Penelitian dilakukan dengan tiga ulangan menggunakan Rancangan Acak

Kelompok (RAK). Bahan tanam yang digunakan adalah empat benih inbred, yaitu pedigri UL2.02 (Universitas Lampung 2.02), UL3.01, UL3.03_08 (Universitas Lampung 3.03 tahun panen 2008), dan UL3.03_10 (Universitas Lampung 3.03 tahun panen 2010). Untuk Homogenity of Variance (HOV)

menggunakan uji Bartlett dan Levene. Data variabel panjang turus, panjang akar, jumlah akar, jumlah daun, bobot kering turus, dan bobot kering akar + sisa biji dianalisis dengan Analysis of Variance (Anova) menggunakan software Minitab 14. Apabila hasil analisis diperoleh nyata, maka dapat dilakukan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) 0,05 menggunakan software Statistic Analysis System (SAS) v6.12. Analisis terhadap ketahanan hidup bibit untuk setiap variabel, yaitu dengan analisis tren menggunakan Microsoft Exel. Adanya perubahan terjadi pemulihan pada tanaman dilihat dari nilai daya hantar listrik.

(3)

PENGUJIAN VIABILITAS, KETAHANAN BIBIT, DAN PEMULIHAN TANAMAN BENIH JAGUNG INBRED YANG DISIMPAN LEBIH

DARI DUA BELAS BULAN PADA KONDISI SUBOPTIMUM

Oleh SISKA SAFARIA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Analisis tren untuk panjang turus pada empat pedigri ... 25

2. Analisis tren untuk panjang akar pada empat pedigri ... 26

3. Analisis tren untuk jumlah akar pada empat pedigri ... 26

4. Analisis tren untuk jumlah daun pada empat pedigri ... 27

5. Analisis tren untuk bobot kering turus pada empat pedigri ... 27

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 3

1.3 Kerangka Pemikiran ... 3

1.4 Hipotesis ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Morfologi Tanaman Jagung ... 7

2.2 Viabilitas ... 8

2.3 Vigor ... 9

2.4 Galur Inbred ... 9

2.5 Penyimpanan Benih ... 11

2.6 Uji Viabilitas dan Vigor ... 13

2.7 Standar Nasional Indonesia untuk Air Mineral ... 15

2.8 Pemupukan ... 16

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 17

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 17

3.2 Bahan dan Alat ... 17

3.3Metode Penelitian... 18

3.3.1 Pengolahan Media Tanam ... 18

(6)

iv Halaman

3.3.3 Pemupukan ... 18

3.3.4 Pengambilan Sampel... ... 19

3.3.5 Analisis Data ... 19

3.3.6 Variabel Pengamatan ... 19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

4.1 Viabilitas Benih ... 21

4.2 Analisis Kuadrat Nilai Tengah Gabungan Ketahanan Bibit ... 22

4.3 Analisis Tren untuk Menguji Ketahanan Bibit ... 24

4.4 Analisis Perbedaan Daya Hantar Listrik untuk Menguji Pemulihan Tanaman ... 29

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

5.1 Kesimpulan ... 31

5.2 Saran ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32

(7)

MENSAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Ir. Saiful Hikam, M.Sc. ______________

Sekretaris : Dr. Ir. Paul B. Timotiwu, M.S. ______________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Ir. Nyimas Sa’diyah, M.P. ______________

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 196108261987021001

(8)

Judul Skripsi : PENGUJIAN VIABILITAS, KETAHANAN BIBIT, DAN PEMULIHAN TANAMAN BENIH JAGUNG INBRED YANG DISIMPAN LEBIH DARI DUA BELAS BULAN PADA KONDISI SUBOPTIMUM

Nama Mahasiswa : Siska Safaria Nomor Pokok Mahasiswa : 0614011054

Jurusan : Budidaya Pertanian

Program Studi : Agronomi

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Saiful Hikam, M.Sc. Dr. Ir. Paul B. Timotiwu, M.S. NIP 195407231982111001 NIP 196209281987031001

2. Ketua Bidang

(9)
(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 11 Agustus 1987 di Tanjung Kubah, Medan sebagai anak ketiga dari lima bersaudara pasangan almarhum Falipi Situngkir dan Sinta Saor Lubis.

(11)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis banyak mendapat bantuan dari penelitian sampai penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Saiful Hikam, M.Sc. sebagai pembimbing pertama yang telah menyediakan waktu dan memberikan arahan untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini; Dr. Ir. Paul B. Timotiwu, M.S. sebagai pembimbing kedua yang telah memberikan arahan, saran, dan bimbingan kepada penulis; Dr. Ir. Nyimas

Sa’diyah, M.P. sebagai pembahas yang telah memberikan kritik, saran, dan

arahan kepada penulis; Ir. Hermanus Suprapto, M.Sc. sebagai pembimbing akademik penulis yang telah memberikan waktu, bimbingan, dan arahan selama penulis menjadi mahasiswa; dan seluruh dosen Jurusan Budidaya Pertanian, Universitas Lampung atas pengajaran, bimbingan, dan ilmu pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis.

(12)

ii Defki Irawan, Adi Cahyadi, Cipta Arief Martyadi, dan bapak Marjito yang telah memberikan bantuan, semangat, dan dukungan kepada penulis. Penulis berharap semoga Tuhan Yesus Kristus membalas atas segala kebaikan mereka.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih kurang sempurna dalam hal penyampaian maupun kelengkapannya. Meskipun demikian, penulis

mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Bandar Lampung, Mei 2012 Penulis

(13)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu komoditi tanaman pangan dunia yang sangat penting, selain gandum, dan padi. Jagung sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, serta menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia seperti di Madura dan Nusa Tenggara juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok (Wikipedia, 2010). Biji jagung juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan ternak. Manfaat jagung menjadi motivasi bagi pemulia untuk memperbaiki genetic tanaman jagung. Jadi, produktivitas jagung akan meningkat dengan adanya pengembangan varietas unggul.

(14)

2 Pemuliaan tanaman jagung memerlukan serangkaian benih dari berbagai varietas yang berbeda. Hal ini mengingat pemuliaan tanaman jagung meliputi kerja self dan cross. Self diperlukan untuk memperoleh lini tetua nyaris homozigot dengan tingkat kehomozigotan sebesar ≥ 98%. Cross, dilain pihak, diperlukan untuk menghasilkan lini hibrid yang berasal dari persilangan tetua-tetua homozigot.

Benih self (inbred) yang telah tersimpan 12—24 bulan dapat mengalami

penurunan viabilitas. Benih yang berhasil berkecambah (viable) mampu tumbuh vegetatif dan berproduksi dengan baik. Penurunan viabilitas dapat dicegah dengan teknik penyimpanan benih yang baik (Hikam, 2010).

Menurut Copeland dan McDonald (2001), menyatakan bahwa benih bersifat higroskopis. Kadar air benih akan dibiarkan berada dalam keseimbangan

kelembaban yang relatif udara. Keseimbangan akan tercapai apabila benih tidak ada kecenderungan untuk menyerap atau melepaskan air lagi. Justice dan Bass (2002), kunci penyimpanan benih ortodoks jagung terletak pada pengaturan kadar air dan suhu ruang simpan. Namun, suhu hanya berperan nyata pada kondisi kadar air benih dengan air aktif. Air berperan untuk membantu memungkinkan proses metabolisme dapat berlangsung. Proses metabolisme meningkat dengan tingginya kadar air dan suhu benih dalam ruang simpan. Peningkatan

metabolisme benih menyebabkan kemunduran benih lebih cepat.

(15)

3 Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam

pertanyaan sebagai berikut

(1) Apakah benih inbred jagung viabilitasnya rendah setelah disimpan selama lebih dari dua belas bulan?

(2) Bagaimana ketahanan hidup bibit jagung meski tanpa dipupuk sampai dengan umur 21 hst?

(3) Apakah terjadi pemulihan tanaman setelah pemberian pupuk?

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah

(1) Mengetahui besar viabilitas benih inbred jagung setelah disimpan selama lebih dari dua belas bulan.

(2) Mengetahui ketahanan hidup bibit jagung meski tanpa dipupuk sampai dengan umur 21 hst.

(3) Mengetahui terjadi pemulihan tanaman setelah pemberian pupuk.

1.3 Kerangka Pemikiran

Berikut ini disusun kerangka pemikiran sebagai penjelasan teori terhadap perumusan masalah.

(16)

4 tahun panen 2010). Benih tersebut sebelumnya disimpan dalam jangka waktu selama >12 bulan. Penyimpanan benih dilakukan dalam kulkas rumah tangga berupa kemasan kantong kertas berpori. Kemungkinan penyimpanan dalam kulkas kurang efektif karena pintunya selalu buka tutup setiap hari. Dengan demikian, suhu dan kelembaban dalam ruang kulkas tidak konstan. Akibatnya terjadi kerusakan fisiologi benih yang mempengaruhi menurunnya kualitas viabilitas dan vigor benih.

Untuk mengetahui lamanya pengaruh penyimpanan benih, maka diperlukan uji viabilitas di laboratorium. Pada saat perendaman benih terjadi peristiwa imbibisi yang menyerap air untuk tahap awal proses perkecambahan. Prinsip imbibisi adalah perbedaan tekanan yang dipengaruhi daya tarik-menarik spesifik antara benih lebih kecil daripada larutan. Penanaman benih menggunakan metode UKDDP (Uji Kertas Digulung Didirikan dalam Plastik), benih akan membesar kemudian kulit pecah dengan keluarnya radikula. Benih yang telah berkecambah akan dipindahkan ke lapangan. Di lapangan dengan kondisi yang suboptimum diperlukan untuk melakukan seleksi. Seleksi dilakukan terhadap tanaman yang memiliki vigor baik dan vigor buruk.

(17)

5 tetap tumbuh tanpa diberikan pupuk dapat diaplikasikan dan menjawab perilaku para petani. Petani, pada umumnya suka terlambat memberikan pupuk.

Keterlambatan pemupukan bisa saja karena faktor modal yang terbatas, kelangkaan pupuk, dan harga pupuk yang relatif mahal.

Pemupukan merupakan pemberian tambahan unsur hara bagi tanaman untuk pertumbuhannya. Pupuk NPK (nitrogen, fosfor, dan kalium) diberikan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman. Pemberian pupuk penting karena nutrisi yang tersedia sekadarnya tidak mencukupi kebutuhan tanaman. Tanaman jagung supaya tumbuh maksimal, maka perlu diberikan pupuk. Oleh karena itu,

dilakukan pemberian pupuk sebagai tambahan hara untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Pemberian pupuk dilakukan pada umur 21—42 hst. Dengan demikian, tanaman memperoleh ketersediaan pupuk yang tercukupi. Hara yang tersedia akan terjerap oleh akar tanaman berupa ion-ion kemudian masuk ke jaringan melalui xilem menuju floem. Jaringan floem akan membawa hasil fotosintesis dan zat-zat lain dari daun kebagian tubuh tanaman yang lain. Metabolisme akan semakin meningkat dengan bertambahnya pertumbuhan tanaman. Pemberian pupuk diharapkan memberikan respon pemulihan tanaman jagung akibat kekurangan nutrisi.

1.4 Hipotesis

(18)

6 (1) Benih inbred jagung viabilitasnya rendah setelah disimpan selama lebih dari

dua belas bulan.

(2) Terdapat ketahanan hidup bibit jagung meski tanpa pupuk sampai dengan umur 21 hst dengan variabel panjang turus, panjang akar, jumlah akar, jumlah daun, bobot kering turus, dan bobot kering akar + sisa biji.

(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi Tanaman Jagung

[image:19.595.115.513.415.732.2]

Jagung adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal. Batang jagung terdiri atas buku dan ruas. Daun jagung tumbuh pada setiap buku, berhadapan satu sama lain. Bunga jantan terletak pada bagian terpisah pada satu tanaman sehingga lazim terjadi penyerbukan silang.

Tabel 1. Tahapan pertumbuhan vegetatif tanaman jagung.

Tahap Umur Kondisi Pertanaman

V1 5 hst Saat tanam—munculnya koleoptil di atas permukaan tanah.

V2 9 hst Daun pertama mulai muncul.

V3–V5 10–18 hst Jumlah daun 3–5 helai, akar seminal sudah mulai berhenti tumbuh, akar nodul sudah mulai aktif, dan titik tumbuh di bawah permukaan tanah.

V6–V10 18–35 hst Jumlah daun 6–10 helai, titik tumbuh sudah di atas permukaan tanah, perkembangan akar dan

penyebaran di tanah sangat cepat, serta

pemanjangan batang meningkat dengan cepat. Pada fase ini bakal bunga jantan (tassel) dan

perkembangan tongkol dimulai.

V11–Vn 33–50 hst Jumlah daun 11 helai sampai daun terakhir 15–18 helai, tanaman tumbuh dengan cepat dan akumulasi bahan kering meningkat dengan cepat pula.

Tasseling 45–52 hst Adanya cabang terakhir dari bunga jantan sebelum kemunculan bunga betina (silk/rambut tongkol). Tahap VT dimulai 2–3 hari sebelum rambut tongkol muncul. Pada fase ini dihasilkan biomas maksimum dari bagian vegetatif tanaman.

Sumber: Subekti, dkk., 2010

(20)

8 2.2 Viabilitas

Ciri utama benih ialah kalau benih itu dapat dibedakan dari biji karena

mempunyai daya hidup yang disebut viabilitas. Namun, semua insan benih, apa pun fungsi yang disandangnya, senantiasa mendambakan benih vigor, tidak sekedar benih yang hidup (viable). Insan benih, tidak cukup kalau benih itu asal tidak mati untuk dikatakan hidup. Benih yang hidup harus menjanjikan

tumbuhnya suatu tanaman yang berproduksi. Benih itu suatu tanaman mini yang berwujud embrio yang sudah siap untuk menjadi suatu tanaman bila kondisi eksternalnya memungkinkan (Sadjad, dkk., 1999).

(21)

9 viabilitas benih yang sebagai ciri peubah untuk pembandingan tidak tercapai (Sadjad, 1994).

2.3 Vigor

Benih vigor tidak cukup hanya menumbuhkan satu individu tanaman yang tegar. Pertanaman yang homogen akan membuahkan produksi tanaman yang optimum, meski kondisi alam tidak optimum. Benih vigor tidak mencerminkan benih secara individual, tetapi dalam wujud sebuah lot (Sadjad, dkk., 1999).

Vigor benih dicerminkan oleh dua informasi tentang viabilitas, yaitu kekuatan tumbuh dan daya simpan benih. Hal tersebut menempatkan kemampuan benih tumbuh menjadi tanaman normal pada keadaan lapangan produksi suboptimum, meski benih disimpan lama. Tanaman dengan tingkat vigor tinggi dapat dilihat dari performansi fenotipis kecambah atau bibit. Tanaman memanfaatkan unsur sinar matahari selama periode pengisian dan pemasakan biji. Vigor dipisahkan antara vigor genetik dan vigor fisiologi. Vigor genetik adalah vigor benih dari galur genetik yang berbeda-beda. Vigor fisiologi adalah vigor yang dapat dibedakan dalam galur genetik yang sama. Pada hakikatnya vigor benih harus relevan dengan tingkat produksi. Artinya benih yang bervigor tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi yang tinggi (Sutopo, 2004).

2.4 Galur Inbred

(22)

10 (1) Meningkatkan produktivitas galur inbred sehingga apabila disilangkan dengan

galur inbred yang lain akan dapat meningkatkan produksi benih hibrida (benih F1) yang dihasilkan.

(2) Untuk proses dalam mempertahankan galur inbred dapat dilakukan perbaikan sehingga akan bersifat lebih baik. Dengan demikian, varietas hibrida yang dibuat dari hasil persilangannya juga akan lebih baik, misalnya akan lebih tahan terhadap hama atau penyakit, tidak mudah rebah, dan lain-lain. (3) Meningkatkan daya gabung sehingga dapat meningkatkan produktivitas

varietas hibrida yang diperoleh.

Pengembangan genetik dan peningkatan galur inbred penting dalam sistem

pemuliaan hibrida. Jenis pertama perbaikan genetik populasi jagung, yaitu seleksi massa. Keanekaragaman genetik menurun dari setiap generasi seleksi, maka secara otomatis terjadi inbriding. Selama proses penginbredan, penampakan tanaman diidentifikasi berdasarkan karakter fenotipe tertentu misal batang kokoh dan ketahanan terhadap penyakit serta hama serangga. Inbred yang ditingkatkan dapat digunakan untuk properti tertentu, seleksi massa untuk program perbaikan tidak memungkinkan pemulia untuk mengevaluasi potensi inbred di hibrida. Hal tersebut memungkinkan perbaikan bawaan tidak memiliki jaminan nyata bahwa hibrida lebih produktif (Welsh, 1991).

(23)

11 induknya). Selain itu ditemukan pula anakan yang jelek atau resesif (mewarisi keseluruhan sifat-sifat buruk dari induknya). Hasil anakan yang dominan inilah yang kemudian diambil untuk dibudidayakan kembali. Inbred atau in line breeding adalah suatu proses perkawinan sedarah antara spesies tersebut atau perkawinan antara pihak-pihak yang memiliki hubungan yang dekat (Vizan, 2010).

2.5 Penyimpanan Benih

Embrio benih jagung lebih terlindung dibandingkan dengan embrio benih kacang-kacangan. Pada jagung cadangan makanan utama disimpan pada endosperm. Bagian lain yang mempengaruhi penyimpanan benih adalah kulit benih yang berfungsi mengatur keluar dan masuk air (Justice dan Bass, 2002).

Penyimpanan benih tanaman bernilai ekonomi ialah untuk mengawetkan cadangan bahan tanam dari satu musim kemusim berikutnya. Berkembangnya pertanian, manusia memperluas pengetahuannya tentang persyaratan

mempertahankan viabilitas benih serta cara mengondisikan penyimpanan yang tepat. Kerusakan jagung yang biasa terjadi selama penyimpanan, yaitu

(24)

12 Penyimpanan benih diharapkan dapat mempertahankan kualitas benih dalam kurun waktu sesuai dengan lamanya penyimpanan. Pengemasan bertujuan melindungi benih dari faktor-faktor biotik dan abiotik. Mempertahankan

kemurnian benih baik fisik maupun genetik akan memudahkan penyimpanan, dan pengangkutan. Penyimpanan benih jagung pada ruang terbuka akan cepat

mengalami kemunduran akibat fluktuasi suhu dan kelembapan. Hal ini karena ruang simpan terbuka yang dipengaruhi lingkungan luar melalui jendela dan ventilasi. Oleh karena itu, benih yang disimpan dalam ruang terbuka dikemas dengan bahan yang tepat agar viabilitas dan vigor benih dapat dipertahankan (Robi’in, 2007).

Penggunaan bahan kemasan yang tepat dapat melindungi benih dari perubahan kondisi lingkungan simpan yaitu kelembapan nisbi dan suhu. Kemasan yang baik dapat menciptakan ekosistem ruang simpan yang baik bagi benih sehingga benih dapat disimpan lama. Bahan untuk kemasan banyak macam dengan masing-masing memiliki sifat yang berbeda. Bahan kemasan benih di daerah tropika basah umumnya memiliki sifat impermeabilitas terhadap uap air. Sifat lain yang penting adalah mempunyai daya rekat (sealibility), kuat, elastis, mudah diperoleh, murah, dan tahan lama. Prinsip dasar pengemasan benih adalah untuk

(25)

13 2.6 Uji Viabilitas dan Vigor

Umumnya uji vigor benih hanya sampai pada tahapan bibit. Hal ini karena terlalu sulit dan mahal untuk mengamati seluruh lingkaran hidup tanaman. Oleh karena itu, digunakan kaidah kolerasi, misalnya mengukur kecepatan berkecambah sebagai parameter vigor. Pengukuran tersebut perlu dilakukan karena diketahui ada kolerasi antara kecepatan berkecambah dengan tinggi rendahnya produksi tanaman (Sutopo, 2004).

Menurut Heydecker (1972) dalam Sutopo (2004), rendahnya vigor pada benih dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu

(1) Genetis Ada kultivar-kultivar tertentu yang lebih peka terhadap keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan. Sebab lain yaitu tidak mampu untuk tumbuh cepat dibandingkan dengan kultivar lainnya.

(2) Fisiologis Kondisi fisiologis dari benih yang dapat menyebabkan rendahnya vigor adalah kekurang-masakan benih pada saat panen dan kemunduran benih selama penyimpanan.

(3) Morfologis Dalam mutu kultivar biasanya terjadi peristiwa bahwa benih-benih yang lebih kecil menghasilkan bibit yang kurang memiliki vigor dibandingkan dengan benih yang besar.

(26)

14 (5) Mekanis

Kerusakan mekanis yang terjadi pada benih baik saat panen, prosesing ataupun penyimpanan, sering pula mengakibatkan rendahnya vigor benih. (6) Mikrobia

Mikroorganisme seperti cendawan atau bakteri yang terbawa oleh benih akan lebih berbahaya bagi benih pada kondisi penyimpanan. Untuk penyimpanan yang tidak memenuhi syarat ataupun pada kondisi lapangan akan

memungkinkan berkembangnya patogen. Hal ini akan mengakibatkan penurunan vigor benih.

Uji viabilitas benih, baik sebagai uji daya kecambah atau uji kekuatan tumbuh benih dapat dilakukan dengan penilaian. Pengamatan parameter viabilitas benih yang digunakan adalah persentase perkecambahan. Oleh karena itu,

perkecambahan harus cepat dan pertumbuhan kecambahnya kuat. Hal ini mencerminkan kekuatan tumbuhnya dapat dinyatakan dengan laju

perkecambahan. Persentase perkecambahan menunjukkan jumlah kecambah normal yang dapat dihasilkan oleh benih pada kondisi lingkungan tertentu dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.

% Perkecambahan = 100%

diuji yang benih contoh Jumlah dihasilkan yang normal kecambah Jumlah x      

(27)

15 terhadap struktur tumbuh embrio yang diamati secara langsung. Secara tidak langsung, yaitu melihat gejala metabolisme benih. Persentase perkecambahan diambil kecambah normal yang dihasilkan benih pada kondisi menguntungkan dalam jangka waktu yang ditentukan (Sutopo, 2004).

[image:27.595.117.513.282.730.2]

2.7 Standar Nasional Indonesia untuk Air Mineral

Tabel 2. Zat yang terkandung dalam produk air minum Standar Nasional Indonesia (SNI).

Parameter Produk Satuan Persyaratan

Ph - 6,0 – 8,5

Zat terlarut mg/l Maks 500

Zat organik (angka KMnO4) mg/l Maks 1,0

Total Organik Karbon mg/l -

Nitrat (NO3) mg/l Maks 45

Nitrit (NO2) mg/l Maks 0,005

Amonium (NH4) mg/l Maks 0,15

Klorida (Cl) mg/l Maks 250

Florida (F) mg/l Maks 1

Sianida (Cn) mg/l Maks 0,05

Besi (Fe) mg/l Maks 0,1

Mangan (Mn) mg/l Maks 0,05

Boron (B) mg/l Maks 0,3

Sulfat (SO4) mg/l Maks 200

Barium (Ba) mg/l Maks 0,7

Klor bebas mg/l Maks 0,1

Selenium (Se) mg/l Maks 0,01

Cemaran logam

Timbal (Pb) mg/l Maks 0,005

Tembaga (Cu) mg/l Maks 0,5

Cadmium (Cd) mg/l Maks 0,003

Raksa (Hg) mg/l Maks 0,001

Cemaran Arsen (As) mg/l Maks 0,01

Angka lempeng total awal *) Koloni/ml Maks 1,0 x 102 Angka lempeng total awal **) Koloni/ml Maks 1,0 x 105 Mikrobiologi

Bakteri bentuk koli AMP/100ml < 2

Salmonella - Negative/100 ml

Pseudomonas aeruginosa Koloni/ml 0

Sumber: Badan Standardisasi Nasional (BSN), 2006 Keterangan: *) = di pabrik

(28)

16 2.8 Pemupukan

Pemupukan merupakan salah satu bentuk teknis dalam budidaya tanaman yang bertujuan memberikan hara kepada tanaman sehingga mampu tumbuh dan berkembang dengan baik. Pemupukan mempengaruhi kondisi tanah dalam hal derajat keasaman tanah, struktur tanah, dan potensi pengikat dari tanah terhadap unsur hara tanaman. Pemupukan dapat diberikan ke dalam tanah dalam bentuk pupuk organik dan anorganik. Penggunaan pupuk organik mampu mempengaruhi sifat fisik, kimia, dan biologi tanah serta memberikan unsur hara dengan jumlah yang terbatas. Penggunaan pupuk anorganik pada umumnya mampu

(29)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Benih, Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bandar Lampung sejak bulan Agustus sampai September 2010.

3.2 Bahan dan Alat

Penelitian ini menggunakan bahan-bahan empat benih inbred jagung (Tabel 3), air suling sesuai SNI (Tabel 2), dan pupuk NPK majemuk kombinasi Hyponex dan Gandasil. Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian adalah Electric Conductivity Meter (ECM), Growth Chamber tipe IPB 7A/B, rumah plastik, tissue, nampan, gelas ukur, sendok, spatula, timbangan analitik, oven, kantong kertas, kertas merang, lembaran plastik, gelas plastik, styrofoam, tutup kotak

[image:29.595.114.516.578.660.2]

kardus kertas A4, mistar, cutter, gunting, kertas label, karet gelang, dan alat tulis.

Tabel 3. Data benih inbred jagung.

No. Kode Inbred Pedigri Tahun Panen

1 UL2.02 Cargill 2 2008

2 UL3.01 Charoen Pokphand Indonesia 1 2008

3 UL3.03_08 Bisi 3 2008

(30)

18 3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Pengolahan Media Tanam

Penanaman dilakukan dengan menggunakan media gelas plastik. Pada setiap gelas plastik diisi dengan air mineral. Styrofoam dibentuk sesuai ukuran bagian atas gelas plastik dengan tiga lubang yang akan diletakkan kecambah benih. Gelas-gelas tersebut akan disusun dalam kotak kardus berdasarkan pedigri dan ulangan yang telah ditetapkan.

3.3.2 Penanaman dan Pemeliharaan

Penanaman benih dilakukan dengan cara pengecambahan terlebih dahulu menggunakan UKDDP (Uji Kertas Digulung Didirikan dalam Plastik). Setelah 3—9 hari, benih yang berkecambah diletakkan pada tiga lubang styrofoam yang akan diapungkan dalam gelas. Setiap gelas memiliki isi air dengan ketinggian yang seragam. Gelas-gelas tersebut disusun dalam kotak kardus kemudian diletakkan dalam rumah plastik. Setiap pedigri yang diletakkan dalam kardus berjumlah 45 populasi kecambah. Pemeliharaan hanya dilakukan penyiraman pada tanaman. Selama 21 hst, bibit hanya diberi air untuk menguji ketahanan bibit tetap mampu tumbuh. Pada umur 21—42 hst, tanaman diberi larutan pupuk dengan harapan adanya respon pemulihan pada tanaman.

3.3.3 Pemupukan

(31)

19 3.3.4 Pengambilan Sampel

Pada saat penanaman kecambah, sampel langsung dipilih secara acak. Untuk setiap pedigri ditentukan tiga sampel masing-masing ulangan 1, 2, dan 3. Hal ini akan memudahkan pada setiap dilakukan pengamatan selama lima minggu.

3.3.5 Analisis Data

Penelitian dilakukan dengan tiga ulangan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Untuk Homogenity of Variance (HOV) menggunakan uji Bartlett dan Levene. Data variabel panjang turus, panjang akar, jumlah akar, jumlah daun, bobot kering turus, dan bobot kering akar + sisa biji dianalisis dengan Analysis of Variance (Anova) menggunakan software Minitab 14.

Apabila hasil analisis diperoleh nyata, maka dapat dilakukan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) 0,05 menggunakan software Statistic Analysis System (SAS) v6.12.

Analisis terhadap ketahanan hidup bibit untuk setiap variabel, yaitu dengan analisis tren menggunakan Microsoft Exel. Adanya perubahan terjadi pemulihan pada tanaman dilihat dari nilai daya hantar listrik.

3.3.6 Variabel Pengamatan

Beberapa variabel yang diamati dalam penelitian ini sebagai berikut

(1) Nilai daya hantar listrik (µS/cm): dihitung dari DHL awal kemudian dikurang DHL akhir; DHL awal adalah kondisi air tanpa perendaman, sedangkan DHL akhir adalah kondisi air setelah perendaman selama kurang lebih 24 jam. (2) Daya kecambah benih (%): dihitung dari jumlah benih yang tumbuh dibagi

(32)

20 mati, penyebabnya karena nirviabel yang ditandai benih tidak mampu

berimbibisi.

(3) Panjang turus (cm): diukur setiap minggu selama lima minggu. Pengukuran dilakukan menggunakan penggaris dari leher akar hingga bagian ujung daun terpanjang.

(4) Panjang akar (cm): diukur setiap minggu selama lima minggu. Pengukuran dilakukan menggunakan penggaris dari leher akar hingga bagian ujung akar terpanjang.

(5) Jumlah akar (helai): dihitung bagian akar primer setiap minggu selama lima minggu.

(6) Jumlah daun (helai): dihitung setiap minggu selama lima minggu. Dilakukan penghitungan pada helaian daun yang terbentuk sempurna atau mekar penuh. (7) Bobot kering turus (g): ditimbang menggunakan timbangan analitik setelah

tanaman yang dipanen dikeringkan dalam oven selama tiga hari untuk menghilangkan kandungan air.

(33)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut

1. Rata-rata viabilitas benih inbred jagung masih tinggi dengan benih tahun 2008 yaitu UL2.02 sebesar 89%, UL3.01 sebesar 99%, dan UL3.03_08 sebesar 88%, serta benih tahun 2010 UL3.03_10 sebesar 98%.

2. Keempat inbred jagung, ketahanan hidup bibit mampu tetap tumbuh meski tanpa dipupuk sampai dengan umur 21 hst.

3. Tanaman terjadi pemulihan setelah pemberian pupuk.

5.2 Saran

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Allard, R.W. 1995. Pemuliaan Tanaman Jilid 2. Diterjemahkan oleh Manna dari Principle of Plant Breeding. PT Rineka Cipta. Jakarta. 306 hlm.

Badan Standardisasi Nasional (BSN). 2006. Standar Nasional Indonesia.

http://bbia.go.id/sertifikasi/SNI%2001-3553-2006%5B1%5D%20AMDK.pdf. Diakses pada tanggal 10 November 2010.

Berliando, C. 2008. Keragaman Leachate, Viabilitas Benih, dan Vigor Bibit Jagung Manis yang Dipupuk dengan Semen Portland. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung. 44 hlm.

Berrie, A.M.M. 1984. Germination and dormancy. In Wilkins, M.B. (ed.) 1984. Advanced Plant Physiology. Pitman Publ. Co. Inc. Massachusetts. USA. 440–468 pp.

Copeland, L.O. and M.B. McDonald. 2001. Principles of Seed Science and Technology. Kluwer Academic Publishers. London. 467 pp. Gomez K.A dan Gomez A.A. 2010. Prosedur Statistik untuk Penelitian

Pertanian. Diterjemahkan oleh Sjamsuddin E. dan Baharsjah J.S. dari Statistical Prosedures for Agricutural Research. Universitas Indonesia. Jakarta. 698 hlm.

Herawati, 2009. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang dan Pupuk NPK pada

Pertumbuhan Daya Hasil Tanaman Buncis di Sela Tanaman Kopi Muda. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung.

Hikam, S. 2003. Teknik Penghibridan Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 38 hlm.

Hikam, S. 2010. Penilaian Viabilitas Benih dan Vigor Kecambah pada Benih Inbred Jagung Sesudah Penyimpanan Jangka Panjang. Fakultas

Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. Naskah lepas 11 hlm. Justice, O.L. dan L.N. Bass. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih.

Diterjemahkan oleh Rennie Roesli dari Principles and Practices of Seed Storage. PT RajaGrafindo Persada. Jakarata. 446 hlm.

(35)

33 Margaretha, S.L., S. Saenong, Rahmawati, dan S. Saenong. 2002. Dampak

Sistem Penyimpanan Benih Jagung Ditingkat Petani Terhadap Mutu Benih Jagung. Http://www.peipfi-komdasulsel.org/wp-content/uploads/2012/ 03/23-MARGARETHA-DAMPAK.pdf. Diakses pada tanggal 10 November 2010.

Puslitbangtan. 2008. Deskripsi Varietas. Pangan.litbang.deptan.go.id d/h www.puslittan.bogor.net. Diakses pada tanggal 3 Desember 2011 Robi’in. 2007. Perbedaan Bahan Kemasan dan Periode Simpan dan

Pengaruhnya Terhadap Kadar Air Jagung dalam Ruang Simpan Terbuka. Http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/bt121073.pdf. Diakses pada tanggal 10 November 2010.

Sadjad, S. 1994. Kuantifikasi Kualitas Benih. PT Widia Sarana Indonesia. Jakarta. 145 hlm.

Sadjad, S., E. Murniati, dan S. Ilyas. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih. PT Grasindo bekerja sama dengan PT Sang Hyang Seri. Jakarta. 185 hlm. Subekti, N.A., Syafruddin, R. Efendi, S. Sunarti. 2010. Morfologi Tanaman dan

Fase Pertumbuhan Jagung.

Http://pustaka.litbang.deptan.go.id/bppi/lengkap/bpp10232.pdf. Diakses pada tanggal 10 November 2010.

Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih Edisi Revisi. PT RajaGrafindo. Jakarta. 221 hlm.

Vizan. 2010. Perkawinan Inbred. Http://www.vizanfarm.com/Edukasi.htm. Diakses pada tanggal 3 Desember 2011.

Welsh, J.R. 1991. Dasar-dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Diterjemahkan oleh Johanis P. Mogea dari Fundamentals of Plant Genetics and Breeding. Erlangga. Jakarta. 224 hlm.

Gambar

Tabel 1.  Tahapan pertumbuhan vegetatif tanaman jagung.
Tabel 2.  Zat yang terkandung dalam produk air minum Standar Nasional Indonesia (SNI)
Tabel 3. Data benih inbred jagung.

Referensi

Dokumen terkait