• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan sign system usability di Kebun Binatang Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan sign system usability di Kebun Binatang Bandung"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Akhmad Junaedi

Alamat : Kp. Tanjung Hilir Desa Tanjung Sari Rt 01 Rw 03 Kecamatan Maja Kabupaten Lebak Provinsi Banten

Kode Pos : 42381

Nomor Telepon : 0857-1855-5564

Email : akhmadjunaedi_dkv6@yahoo.co.id Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tempat Tanggal Lahir: Lebak, 27 Juli 1990 Status Marital : Belum Menikah Warga Negara : Indonesia

Agama : Islam

Riwayat Pendidikan Dan Pelatihan

Periode Sekolah/Intansi/Universitas Jurusan Jenjang

1996-2002 SD Tanjung Sari 1 2002-2005 SMPN 1 Tenjo

2005-2008 SMAN 1 Maja IPA

2008-2014 UNIKOM DKV S1

Pengalaman Organisasi

Periode Organisasi Jabatan

2006-2007 Karang Taruna Sekretaris

2008-2010 Radio Komunitas Ketua

(5)

TINJAUAN SIGN SYSTEM USABILITY DI KEBUN BINATANG BANDUNG

DK 38315/ Skripsi Semester I 2013-2014

Oleh:

Akhmad Junaedi 51908242

PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(6)

i KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena hanya berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya penulis berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul “Tianjauan Sign System Usability di Kebun Binatang Bandung”.

Karya tulis skripsi ini sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Desain Komunikasi Visual Universitas Komputer Indonesia.

Dengan segala kemampuan yang dimiliki tidak terlepas dari motivasi serta bimbingan dari dosen pembimbing, penulis berusaha menyajikan hasil penulisan dengan sebaik-baiknya agar dapat dipahami oleh pembaca.

Selama proses menyusun skripsi, penulis tentunya mengalami kesulitan dan hambatan tetapi dengan bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak pembimbing fakultas DKV, terutama dengan izin Allah SWT, kesulitan tersebut dapat teratasi, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu sehingga skripsi ini dapat selesai.

Selama proses menyusun skripsi, penulis tentunya mengalami kesulitan dan hambatan tetapi dengan bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak pembimbing fakultas DKV, terutama dengan izin Allah SWT, kesulitan tersebut dapat teratasi, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto selaku rektor UNIKOM

(7)

ii 6. Orangtuaku Ayahanda Endon dan Ibunda Dalpah yang telah memberikan

jiwaraganya terus mendorong agar anaknya sukses kelak.

7. Saudara tercintaku Aan Nurfadilah, Ade Mulyana, Eni Nuraeni dan Heru Gunawan yang selalu mengingatkanku dan menjadi motivasi tersendiri. 8. Kawan-kawan Dkv6 2008 yang selalu menemani dan menghibur di saat

mengerjakan skripsi.

9. Keluargaku KUMALA (Keluarga Mahasiswa Lebak) yang selalu memotivasi ketika kondisi lagi sulit dalam mengerjakan skripsi

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk penelitian lanjutan di masa mendatang. Akhir kata, semoga skripsi ini bisa memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Bandung, 27 Januari 2014

(8)

vii

I.7. Sistematika Penulisan……….. 5

(9)

viii

BAB III OBJEK DAN METODELOGI PENELITIAN………. 30

III.1. Objek Penelitian………. 30

III.1.1. Tianjauan Kebun Binatang Bandung………. 30

III.1.1.1. Profil………. 30

III.1.1.2. Sejarah……….. 31

III.1.1.3. Visi dan Misi Kebun Binatang Bandung……….. 32

III.1.1.4. Profil Perusahaan……….. 32

III.1.1.5. Struktur Organisasi……… 33

III.1.1.6. Job Description………. 35

III.1.1.7. Sarana dan Prasarana………. 38

III.1.2 Kondisi Sign SystemSaat Ini……… 39

III.1.2.1. Peta Kebun Binatang Bandung………. 40

III.1.2.2. Kondisi Wayfinding dan Sign System di Kebun Binatang Bandung…. 41 III.1.2.2.1. Kondisi Wayfindingdi Kebun Binatang Bandung…..………... 41

III.1.2. Kondisi Sign Systemdi Kebun Binatang Bandung……… 42

III.1.3. Sign SystemYang Ada Saat Ini……….. 43

III.1.4. Tanda Fasilitas Umum………... 46

III.1.3. Sign SystemKebun Binatang saat ini……… 46

III.1.4. Fasilitas ……….……… 48

III.1.2.3. Karakteristik Pengunjung………. 53

III.1.2.4. Analisa Penggunaan Sign Systemdi Kebun Binatang Bandung…….. 55

III.3.1. Kualitas Sign System……….. 58

III.3.2. Kelengkapan Sign System……….. 60

III.3.3. Penempatan/peletakan Sign System………. 63

III.3.4. Kondisi Sign System………... 65

III.2. Metodologi Penelitian……….……… 67

III.2.1. Desain Penelitian……… 67

III.2.2. Variabel Penelitian……….. 68

III.2.3. Subjek Penelitian……….. 68

III.2.4. Metode Pengumpulan Data……….. 68

(10)

ix

BAB IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN MASALAH……… 75

IV.1. Analaisa Penggunaan Sign System Terhadap Pengunjung……….. 75

IV.2. Analaisa Penggunaan Sign System Berdasarkan Hasil Responden……. 79

IV.2.1. Dari Aspek Kualitas Sign System……… 79

IV.2.2. Dari Aspek Fungsi……… 80

IV.2.3. Dari Aspek Penempatan/ Peletakan Sign System……… 82

IV.2.4. Dari Aspek Kondisi Sign System………. 82

IV.3. Analaisa Penelitian Berdasarkan Teori………. 83

IV.3.1. Elemen Tipografi………. 84

IV.3.2. Elemen Warna……….. 85

IV.3.3. Elemen Ilustrasi/ Grafis……… 89

IV.4. Pembahasan Penelitian………. 93

BAB V KESIMPULAN………. 96

V.1. Kesimpulan………. 96

V.2. Saran……… 97

DAFTAR PUSTAKA………. 98

(11)

x DAFTAR GAMBAR

Gambar III.1. Struktur Divisi Utama Kebun Binatang Bandung……….. 33

Gambar III.2. Struktur Divisi Sekretaris Kebun Binatang Bandung…… 34

Gambar III.3. Peta kebun binatang Bandung……… 39

Gambar III.4. Papan nama direction sign(9)……….……….. 40

Gambar III.5. Papan nama information sign(13)………. 41

Gambar III.6. Papan nama information sign (5)……… 42

Gambar III.7. Papan nama information sign (10)………. 43

Gambar III.8. Papan nama regulation sign(15)……… 43

Gambar III.9. Papan nama direction sign(12)………. 44

Gambar III.10. Papan nama direction sign(2)………. 44

Gambar III.11. Papan nama information sign (3)……… 45

Gambar III.12. Papan nama information sign (23)………. 45

Gambar III.13. Papan nama identification sign(2)……… 46

Gambar III.14. Kandang terbuka………. 46

Gambar III.15. Kandang tertutup……… 47

Gambar III.16. Museum ………. 47

Gambar III.17. Tempat pagelaran….……….. 48

Gambar III.18. Wahana kereta api mini dan mobil mini………. 48

Gambar III.19. Taman bermain anak-anak…..……… 49

Gambar III.20. Wahana perahu duyung………...… 49

Gambar III.21. Wahana sepeda air……..……… 50

Gambar III.22. Wahana Unta Tunggang……….. 50

Gambar III.23. Wahana gajah tunggang………. 51

Gambar III.24. Musholah……… 51

Gambar III.25. Food Court……….. 52

Gambar III.26. Tempat parkir………. 52

Gambar III.27. Gambar pernyataan kesatu………. 56

Gambar III.28. Gambar pernyataan kedua………. 57

Gambar III.29. Gambar pernyataan ketiga………. 58

(12)

xi

Gambar III.31. Gambar pernyataan kelima………. 60

Gambar III.32. Gambar pernyataan keenam……… 61

Gambar III.33. Papan nama information sign (6,7) ……… 62

Gambar III.34. Gambar pernyataan ketujuh……… 63

Gambar III.35. Gambar pernyataan kedelapan……… 64

Gambar III.36. Gambar pernyataan kesembilan……….. 65

Gambar III.37. Gambar pernyataan kesepuluh……… 66

Gambar III.38. Papan nama information sign (24)………. 67

Gambar III.39. Grafik pengunjung dari Januari 2010-November 2013…. 70 Gambar IV.1. Papan nama information sign(5)………. 80

Gambar IV.2. Papan nama information sign(25)……… 80

Gambar IV.3. Papan nama information sign(26)……… 81

Gambar IV.4. Papan nama information sign(13)……… 82

Gambar IV.5. Papan nama information sign(14)……… 83

Gambar IV.6. Papan nama information sign(18)……… 84

Gambar IV.7. Sample tipografi pada sign system……… 85

Gambar IV.8. Papan nama information sign(17)……… 87

Gambar IV.9. Sample warna pada sign system……… 88

Gambar IV.10. Papan nama information sign(26)……… 90

Gambar IV.11. Gambar contoh pada papan sign system……… 91

(13)

xii DAFTAR TABEL

Tabel III.1. Sarana dan Prasarana Pekerjaan Kehumasan…...…….. 38

Tabel III.2. Jenis kelamin pengunjung kebun binatang Bandung…. 53 Tabel III.3. Usia pengunjung kebun binatang Bandung……… 53

Tabel III.4. Pendidikan pengunjung kebun binatang Bandung……. 54

Tabel III.5. Pekerjaan pengunjung kebun binatang Bandung……… 54

Tabel III.6. Jawaban pernyataan satu………. 55

Tabel III.7 Jawaban pernyataan dua………. 56

Tabel III.8. Jawaban pernyataan tiga……….. 57

Tabel III.9. Jawaban pernyataan empat……….. 58

Tabel III.10. Jawaban pernyataan lima……… 60

Tabel III.11. Jawaban pernyataan enam……….. 61

Tabel III.12. Jawaban pernyataan tujuh……….. 62

Tabel III.13. Jawaban pernyataan delapan……….. 63

Tabel III.14. Jawaban pernyataan Sembilan ……… 64

Tabel III.15. Jawaban pernyataan sepuluh………. 65

Tabel III.16. Penyebaran Kuisioner……….. 67

Tabel III.17. Populasi pengunjung kebun binatang Bandung……….. 69

Tabel III.18. Alternatif jawaban dan skor………. 72

Tabel III.19. Standar konversi dan kualifikasi……….. 74

(14)

xiii KOSAKATA

Sign : bentuk komunikasi yang dapat berbentuk verbal dan visual. Piktogram : simbol-simbol yang menerjemahkan sebuah benda, kegiatan,

proses dan konsep ke dalam bentuk visual yang paling sederhana namun juga tetap informatif.

Usability : sebuah ukuran sebuah karakteristik yang mendeskripsikan seberapa efektif seorang pengguna dalam berinteraksi dengan suatu media

Ikon : tanda yang mewakili sumber acuan melalui sebuah bentuk replikasi, simulasi, imitasi atau persamaan.

Simbol : tanda yang mewakili objeknya melalui kesepakatan atau persetujuan dalam kontes spesifik

Persepsi : sebuah proses saat individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka

Efektif : merupakan rangkaian input, proses dan output dalam memandang suatu hal tertentu

Efisien : pnggunaan sumber daya secara minimum guna pencapaian hasil yang optimum

(15)

98 DAFTAR PUSTAKA

1. Sumber Buku

2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Arikunto, Suharsimi, 1993, Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta.

Sony, Kartiko. D. 2004. Seni Rupa Modern. Bandung: Rekayasa Sains.

Sobur, Alex. 2009. Semiotika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosda Karya.

Seto, Idiwan. 2013, Semiotika Komunikasi, Jakarta: Mitra Wacana Media.

Tinarbuka, Sumbo. 2009, Semiotika Komunikasi Visual, Yogyakarta: Jalasutra.

Danesi, Marcel. 2010. Pesan, Tanda, Dan Makna, Yogyakarta: Jalasutra.

Lubis, Hary dan Jonathan Sarwono. 2007, Metode Riset untuk Desain Komunikasi Visual, Yogyakarta: Andi.

Darmaprawira, Sulasmi, 2002. Warna Teori dan Kreativitas Penggunaannya. Bandung: ITB

Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

Nurhasan dan Hasanudin, 2007. Tes Dan Pengukuran Keolahragaan, Bandung: UPI

2. Sumber Karya Tulis Ilmiah

Istri Duwi Astuti, 2012. Efektivitas Penggunaan Sign System Di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta. Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta

(16)
(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Kebun binatang adalah salah satu sarana rekreasi bagi masyarakat umum yang menjadi tempat yang menyenangkan, nyaman sekaligus aman. Sebagai salah satu sarana rekreasi untuk masyarakat umum, kebun binatang sudah sepatutnya menjadi tempat yang menyenangkan, nyaman sekaligus aman agar masyarakat dapat terus mengunjungi kebun binatang dengan penuh suka cita. Pihak pengelola kebun binatang juga harus terus memperhatikan kondisi kebun binatang melalui pemeliharaan hewan dengan baik dan layak dan juga pemeliharaan prasarana fisik yang nyaman dan menarik.

Namun apa yang terjadi pada beberapa kebun binatang di Indonesia bisa dikatakan cukup memprihatinkan. Mulai dari kondisi kandang serta binatang yang kerap mendapat perlakukan kurang layak hingga pemeliharaan sarana dan prasarana fisik yang digarap seadanya saja. Salah satu contohnya adalah kebun binatang Bandung. Kebun binatang yang telah berdiri dari tahun 1930 ini memang menjadi salah satu tempat rekreasi yang paling ramai dikunjungi di kota Bandung dan sekitarnya selama ini. Namun ramainya pengunjung tidak diimbangi dengan pemeliharaan satwa sekaligus sarana dan prasarana fisik yang ada.

Agar masyarakat dapat terus mengunjungi kebun binatang dengan penuh suka cita, pihak pengelola kebun binatang Bandung juga harus memperhatikan kondisi kebun binatang melalui pemeliharaan hewan dengan baik dan layak serta pemeliharaan sarana fisik yang nyaman dan menarik. Kandang yang ada di dalam kebun binatang pemeliharaannya sudah diperhatikan hingga pemeliharaan sarana dan prasarana fisik yang digarap lebih baik dari sebelumnya. Hal ini dapat terlihat dari kondisi sign system dan wayfinding saat ini, dimana papan gerbang atau pintu masuk di buat lebih menarik, dan tulisan atau huruf yang jelas.

(18)

2 hanya berupa tulisan. Sign system yang lainnya yaitu papan edukasi, dimana papan ini hampir sama fungsinya dengan papan nama binatang. Hanya saja keterangan dan informasi yang diberikan lebih lengkap, seperti nama, habitat penyebarannya, serta keturunan. Di kebun binatang Bandung informasi papan edukasi sudah lengkap. Berisikan gambar, nama, habitat, serta keturunannya. Adanya papan edukasi ini bertujuan untuk pendidikan, dengan cara menginformasikan tentang suatu kehidupan binatang secara lengkap, guna menambah wawasan umum pengunjung. Sign system papan larangan/peringatan dibuat untuk menyampaikan informasi berupa peringatan dan larangan yang harus ditaati oleh penunjung selama berada di kawasan Kebun Binatang Bandung. Papan larangan atau peringatan berguna untuk menjaga keamanan dan keselarasan pengunjung selama berada di kawasan tersebut.

Papan tanda fasilitas umum merupakan tanda untuk menginformasikan fasilitas umum yang disediakan oleh kebun binatang Bandung, antara lain: toilet, telepon umum, mushola, tempat parkir bis dan mobil, loket dan restoran. Kebun binatang sudah menyediakan fasilitas untuk penelitian dan pendidikan, sehingga tujuan dari kebun binatang sebagai tempat konservasi alam tercapai.

Perkembangan zaman yang semakin maju, semakin tinggi pula jumlah penduduk dan aktivitasnya. Dengan aktivitas penduduk yang tinggi diperlukan system informasi yang baik dan terpadu. Sistem informasi yang dimaksud salah satunya adalah sistem rambu (sign system) disebut juga tanda atau penunjuk arah. Karena sistem rambu banyak membantu masyarakat di dunia, dan bisa digunakan sebagai pengatur mobilitas yang semakin banyak.

Wayfinding system di sebuah kebun binatang merupakan salah satu prasarana fisik yang sebaiknya harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh oleh pihak pengelola dengan tujuan agar masyarakat yang berkunjung ke kebun binatang bisa mendapat informasi yang jelas dan terarah selama berkeliling areal kebun binatang yang notabene sangatlah luas. Selain menyediakan informasi bagi pengunjung, wayfinding system pada sebuah kebun binatang juga harus dirancang semenarik mungkin agar dapat menarik perhatian pengunjung.

(19)

3 sebuah sistem informasi. Bisa dikatakan hampir di setiap tempat dengan mobilitas yang tinggi diperlukan sistem informasi yang tepat dan akurat.

Berdasarkan permasalahan dan keberadaan sign system di kebun binatang Bandung menarik untuk melakukan penelitian mengenai tinjauan usability sign system di kebun binatang Bandung.

I.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat di identifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:

a. Pemetaan lokasi dalam wayfinding yang tidak praktis dan menyulitkan pengunjung.

b. Penempatan sign di tempat yang tidak strategis sehingga menyulitkan pengunjung yang datang untuk mengetahui informasi satwa yang ada disana.

c. Di dalam area kebun binatang Bandung tidak adanya flow-in dan flow-out yang mengarahkan alur untuk mengunjungi setiap binatang agar tidak membuat bingung dan juga agar dapat melihat semua jenis binatang yang ada.

d. Kondisi sign system yang kurang baik/ cacat. e. Belum optimal dalam menggunakan sign system

I.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

Bagaimanakah kegunaan sign system terhadap pengunjung di Kebun Binatang Bandung?

I.4. Batasan Masalah

(20)

4 a. Penilitian dilakukan di Kebun Binatang Bandung

b. Penelitian dilakukan pada tahun 2013 c. Sign system di kebun binatang Bandung.

d. Usability hanya pada efektivitas penggunaan sign system kebun binatang Bandung.

I.5. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan secara deskriptif analisa dan menganalisi untuk mengetahui kualitas pada penggunaan sign system dan pemanfaatannya dalam kebun binatang Bandung dan partisipasi masyarakat (peran serta pegawai kebun binatang terhadap penggunaan sign system.

Teknis penelitian ini dilakukan dengan cara:

a. Observasi, mengamati dan menganalisis penggunaan dan pemanfaatan sistem tanda di kebun binatang Bandung.

b. Wawancara, mengetahui kondisi internal kebun binatang dari pengelola kebun binatang Bandung .

c. Kuisioner, mengetahui pendapat masyarakat sasaran tentang pemanfaatan sign system secara umum di kebun binatang Bandung. d. Literatur, sumber tertulis dan reveransi seputar sign system dan objek

penelitian.

I.6. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, tujuan dari penelitan ini adalah:

Untuk meninjau dan mendeskripsikan kegunaan sign system di kebun binatang Bandung.

I.7. Manfaat Penelitian

(21)

5 Secara praktis penelitian ini dapat memberikan masukan tentang kualitas dan kegunaan sign system kepada pengelola kebun binatang Bandung.

I.8. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN

Sebagai salah satu sarana rekreasi untuk masyarakat umum, kebun binatang sudah sepatutnya menjadi tempat yang menyenangkan, nyaman sekaligus aman agar masyarakat dapat terus mengunjungi kebun binatang dengan penuh suka cita. Perkembangan zaman yang semakin maju, semakin tinggi pula jumlah penduduk dan aktivitasnya. Dengan aktivitas penduduk yang tinggi diperlukan system informasi yang baik dan terpadu. Sistem informasi yang dimaksud salah satunya adalah sistem rambu (sign system) disebut juga tanda atau penunjuk arah. Karena sistem rambu banyak membantu masyarakat di dunia, dan bisa digunakan sebagai pengatur mobilitas yang semakin banyak.

BAB II KAJIAN TEORI

Sign system menurut Hunter (2010, h.1) sangat penting karena beberapa alasan antara lain: karena merupakan akses untuk fasilitas umum, menaikan kepuasan masyarakat, mengurangi tekanan, meminimalisir kekurangan fasilitas ruang publik, mengurangi kebingungan pengunjung dan kesalahan pegawai, menghemat waktu serta meminimalisir kecelakaan. Didalam sign system yang berhubungan dengan penunjuk arah dalam ruangan-ruangan, terdapat 4 (empat) komponen penting yang perlu diperhatikan yaitu bentuk/desain, tata letak, bentuk arsitektur, dan identifikasi ruangan (Hunter, 2010, h.2). masing-masing unsur tersebut baik kata verbal maupun citra visual dihubungkan dengan memanfaatkan konsep sosok, latar, bentuk positif dan negatif yang dirancang dengan memperhatikan komposisi, keseimbangan, irama dan kontras yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan bentuk visual.

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN

(22)

6 analisa diskriftip kuantitatif dimana penulis dapat menafsirkan data tersebut secara kuantitas berpedoman kepada interprestasi data dari responden yang sudah mengisi kuisioner. Adapun untuk pengambilan kesimpulan penulis menggunakan kesimpulan deduktif.

BAB IV ANASLISA PERMASALAHAN

Menganalisa penggunaan Sign System di kebun binatang Bandung melalui 4 dimensi diantaranya dimensi kulaitas sign system, kelengkapan sign system ( dari segi desain /gambar pada sign system ) Kelengkapan sign system seperti rambu, penggunaan warna, tipografi (jenis huruf mudah dibaca) gambar ilustrasi pada sign system. Lalu pada dimensi Penempatan/ peletakan sign system dimana sign system tidak membingungkan pengunjung (mudah diakses),penempatan /letak sign system tidak jauh dari objek. Dan terakhir dimensi Kondisi sign system hal itu dapat dilihat pada sign system yang ada terawat / tidak cacat.

BAB V KESIMPULAN

(23)

7 BAB II

KAJIAN TEORI

II.1. Teori Usability

JeffAxup (2004) usability adalah sebuah ukuran sebuah karakteristik yang mendeskripsikan seberapa efektif seorang pengguna dalam berinteraksi dengan suatu media. Usability juga merupakan ukuran seberapa mudah suatu media bisa dipelajari dengan cepat dan seberapa mudah suatu media bisa digunakan. Media di sini dapat di artikan seperti halnya tanda (sign)

Menurut Dumas et.al (1999) usability digunakan untuk mengukur tingkat pengalaman pengguna ketika berinteraksi dengan produk sistem. Secara umum, usability mengacu kepada bagaimana pengguna bisa memperlajari dan menggunakan produk untuk memperoleh tujuannya, dan seberapa puas mereka terhadap penggunaannya.

Definisi yang pertama menekankan "penggunaan yang mudah" tentang suatu sistem dan tindakan yang harus dengan mudah dilakukan. Definisi yang kedua adalah menarik sebab menambahkan gagasan di mana usabilitas tidak didefinisikan dalam konsep umum, tetapi dikhususkan untuk konteks dan para pemakai individu. Lebih dari itu, tidak hanya terbatas kepada "penggunaan yang mudah", tetapi menjelaskan bahwa tujuan di mana suatu produk digunakan harus dicapai dengan efektivitas, efisiensi dan kepuasan. Definisi yang ketiga menekankan usabilitas itu pada ukuran suatu kondisi ketika pengguna berinteraksi dengan sistem, seberapa puas mereka terhadap penggunaannya.

(24)

8 dari sebuah istilah yang dikenal dengan wayfinding, yaitu sebuah metode yang mengatur atau mengarahkan orang melalui media sistem rambu, agar mengikuti sesuai dengan yang diinginkan.

II.2. Teori Komunikasi

Teori komunikasi (atau teori informasi) sejak awal tahun 1950-an berpengaruh besar terhadap sejumlah ilmu pengetahuan yang berbeda-beda, termasuk linguistic. Asas-asas dasarnya dapat diringkaskan sebagai berikut (Lyons, 1995:88-89).

1. Semua komunikasi berdasarkan kemungkinan memilih, atau menyeleksi dari sekumpulan alternative. Ihwal semantic, misalnya kita bias melihat bahwa asas ini memberikan kepada kata tafsiran istilah “bermakna” (dalam salah satu artinya): satuan bahasa, apapun tingkatannya, tidak bermakna dalam konteks tertentu jika sepenuhnya dapat diramalkan dalam konteks itu.

2. Isi informasi secara terbalik berbeda dengan probabilitas. Jika sebuah satuan semakin dapat diramalkan, semakin kuranglah maknanya. Asas ini sesuai dengan pandangan yang umum dinyatakan oleh penulis-penulis tentang gaya, bahasa klise (atau “ungkapan yang terlalu sering diulang-ulang”), yaitu kurang efektif jika dibandingkan dengan gaya ungkapan “asli”.

3. Kemubaziran dalam realisasi subtansi satuan bahasa (“pengkodean “-nya) adalah perbedaan antara jumlah perbedaan substansi yang diperlukan untuk mengidentifikasikannya dan isi informasinya. Derajat kemubaziran tertentu penting sekali untuk melawan ganguan.

(25)

9 II.3. Tinjauan Sign System

II.3.1. Pengertian Sign System

Sign (dalam bahasa Indonesia berarti tanda) adalah bentuk komunikasi yang dapat berbentuk verbal dan visual. Keberadaan tanda menjadi suatu kepentingan bagi masyarakat karena dapat menyampaikan informasi akan sesuatu. Menurut Piliang, dalam kata pengantarnya pada buku semiotika komunikasi visual (Tinarbuko, 2009) menyatakan bahwa suatu tanda bukan ilmu yang bersifat pasti, melainkan suatu hal yang dibangun oleh pengetahuan yang lebih terbuka. Yang terpenting dalam sistem tanda pada desain komunikasi visual adalah fungsi dari tanda dalam menyampaikan pesan dari pengirim pesan kepada penerima, berdasarkan kode tertentu, yang dimediasi oleh media tertentu.

Segala sesuatu yang dapat diamati dan dibuat teramati menurut Zoest dalam Tinarbuko (2009, h.12) adalah tanda. Sementara menurut Saussure, tanda adalah kesatuan dari dua bidang tak terpisahkan, yaitu tanda dan sistem dimana sebuah tanda (berwujud kata atau gambar) memiliki dua hal yang akan ditangkap oleh indra kita, signifier (penanda) dan signified (petanda).

Penanda lebih jelas dijelaskan sebagai tingkatan ungkapan yang berwujud fisik seperti warna, gambar, huruf, kata atau objek. Sementara petanda lebih bersifat isi atau gagasan dari apa yang diungkap penanda. Kesimpulannya, hubungan antara keduanyalah yang melahirkan makna (Tinarbuko, 2009: h.91).

Sistem tanda berhubungan erat dengan ikon, indeks, dan simbol. Ikon adalah bentuk tanda yang menyerupai bentuk yang diwakilinya, yang mengambil ciri-ciri yang sama dari bentuk aslinya. Indeks adalah tanda yang mempunyai hubungan sebab akibat atau bukti dari apa yang diwakilinya. Sementara symbol berarti tanda yang lahir karena adanya peraturan atau kesepakatan bersama.

(26)

10 Sign system dalam konteks desain komunikasi visual merupakan rangkaian representasi visual yang memilki tujuan sebagai media interaksi manusia dalam ruang publik (Sumbo Tinarbuko: 2012, h.12). Terdapat 4 (empat) bagian dari sign system antara lain:

1. Traffic Sign

Traffic Sign yaitu sign system yang berada di jalan yang berguna untuk memberikan informasi kepada pengguna jalan seperti penunjuk arah, peringatan, dan larangan.

2. Commercial Sign

Commercial Sign yaitu sign system yang berfungsi komersil. 3. Wayfinding Sign

Wayfinding Sign yaitu sign system yang bersifat mengarahkan dan menjadi penunjuk jalan.

4. Safety Sign.

Safety sign yaitu sign system yang berfungsi untuk menginformasikan pesan yang bersifat peringatan, larangan maupun himbauan guna mengingatkan pengguna mengenai suatu sistem keamanan.

Berbagai jenis sign system diatas dapat digunakan berdasarkan fungsi dan keperluan pembuatannya. Misalnya dalam suatu lokasi/ruang umum, biasanya memiliki beberapa ruang atau lokasi yang berbeda sehingga membutuhkan media penunjuk seperti Wayfinding Sign yang dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk menemukan jalan menuju suatu lokasi (Tanuwidjaja, 2012, h.1). Didalam menciptakan suatu sign system (wayfinding) yang efektif diperlukan beberapa langkah mulai dari menetapkan tujuan menemukan jalan, menganalisa profil pengguna, meneliti tingkat kesulitan menemukan jalan, menganalisa kebutuhan desain, menyusun desain sign system, mengumpulkan detail informasi serta menyusunnya kedalam sistem grafis.

(27)

11 tempat dan memberikan nama pada tempat atau ruang. Informasi yang dikandung oleh informasi lingkungan ialah informasi tentang lokasi (Passini, 1984) dalam Tanuwidjaja (2012, hal.15). Dalam menciptakan suatu sign system, diperhatikan pula hal-hal yang perlu dihindari seperti penggunaan tanda-tanda yang terlalu banyak sehingga menghasilkan kebingungan bagi penggunanya. Adapula peletakan lokasi serta tingkat keterbacaan yang kurang baik menyebabkan sign system tidak dapat berfungsi dengan baik. Penggunaan warna dan tekstur material yang digunakan juga mempengaruhi mudah-sulitnya ketersampaian informasi. Ukuran huruf dan pencahayaan juga akan berpengaruh, tergantung dari seberapa jauh jarak pandang yang dibutuhkan, juga jenis huruf apa yang digunakan.

Dalam desain, terdapat beberapa sistem tanda yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah desain komunikasi visual lingkungan, berupa sign system, papan penunjuk arah, dan papan nama. Tujuan sign system bukan lagi menjadi sebagai pemisah, menurut Follins & Hammer (1979, h.7) sign system justru merupakan bagian dari kesatuan lingkungan itu sendiri. Dalam pembuatan sign system terdapat elemen-elemen yang menjadi faktor kejelasan sign system antara lain: 1. Elemen Orientasi

Diwujudkan dalam bentuk peta, denah setiap lantai, dan gedung yang merupakan suatu bentuk informasi grafis awal yang berfungsi untuk memberikan informasi dalam pengambilan keputusan oleh seseorang di dalam lingkungan yang belum dikenali. Alat-alat ini berfungsi utama untuk menyadari di mana ia berada, ke mana ia akan pergi, dan rute apa yang sebaiknya dipilih.

2. Elemen Informasi Arahan

(28)

12 3. Elemen Identifikasi Tujuan

Elemen ini dapat berupa papan identitas dari nama gedung, identitas ruangan, dan nomor lantai. Penanda jenis ini dapat berada di dalam maupun di luar ruangan karena berfungsi sebagai pembeda antara tempat yang satu dengan lainnya.

4. Elemen Situasi dan Identitas Obyek

Elemen ini berfungsi menginformasikan suatu kondisi/situasi yang berlaku di dalam suatu lingkungan kepada orang-orang yang sedang berada di dalamnya. Misalnya papan pemberitahuan/arahan mengenai ruangan studio yang sedang on air agar masyarakat tidak membuat keributan.

Sign (Tanda) adalah sesuatu yang melekat atau berada pada seseorang atau benda yang menunjukkan sesuatu. Ia memberi pengertian yakni persepsi dalam pikiran seseorang yang sebanding dengan tanda itu atau bahkan lebih mendalam lagi. Tanda yang mampu mencipta inilah yang disebut interpretant (hasil interpretasi), sedangkan tanda berkaitan dengan object, dan object itulah yang menghasilkan interpretant.

Berdasarkan interpretant, tanda (sign, representamen) dibagi atas rheme, dicent sign atau dicisign dan argument. Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang yang menafsirakn berdasarkan pilihan.

Tanda dibagi menjadi sepuluh jenis:

1. Qualisign, yaitu kualitas sejauh yang dimiliki tanda.

2. Iconis Sinsign, yaitu tanda yang tanda yang memperlihatkan kemiripan. Contoh: foto, peta.

3. Rhematic Indexical Sinsign, yakni tanda berdasarkan pengalaman langsung, yang secara langsung menarik perhatian karena kehadirannya disebabkan sesuatu.

(29)

13 5. Iconic Legisign, yaitu tanda yang menginformasikan norma atau

hukum. Misalnya rambu lalu lintas.

6. Rhematic Indexial Legisign, yakni tanda yang mengacu kepada objek tertentu,

7. Dicent Indaxical Legisign, yaitu tanda yang bermakna informasi dan menunjuk subjek informasi. Tanda berupa lampu merah yang berputar-putar di atas mobil ambulans menandakan ada orang sakit sakit atau orang yang kecelakaan yang tengah dilarikan ke rumah sakit.

8. Rhematic Symbol atau Symbol rheme, yakni tanda yang dihubungkan dengan objeknya melalui asosiasi ide umum. Misalnya, kita melihat gambar harimau. Lantas kita katakana, harimau. Mengapa kita katakana demikian, karena ada asosiasi antara gambar dengan benda atau hewan yang kita lihat yang namanya harimau.

9. Dicent Symbol atau proposition (proposisi) adalah tanda yang langsung menghubungkan dengan objek melalui asosiasi dalam otak. Kalau seseorang berkata “Pergi!” penafsiran kita langsung berasosiasi pada otak, dan sertamerta kita pergi. Padahal proposisi yang kita dengar hanya kata. Kata-kata yang kita gunakan yang membentuk kalimat, semuanya adalah proposisi yang mengandung makna berasosiasi di dalam otak. Otak secara otomatis dan cepat menafsirkan proposisi itu, dan seseorang segera menetafkan pilihan atau sikap.

10. Argument, yaitu tanda yang merupakan iferens seseorang terhadap sesuatu berdasarkan alasan tertentu.

(30)

14 Sign System dapat juga dikatakan suatu simbol yang bertujuan sebagai media alam melakukan interaksi manusia dalam ruang publik. Dalam pengertian lainnya, sign system juga sebagai petunjuk bagi mereka yang membutuhkannya. Sign system pun harus mempunyai fungsi yang jelas dan efisien. Peirce dalam Sign In Use, (seperti dikutip Septianto, 2010) menyatakan bahwa sign adalah tanda berbentuk simbol yang dapat mengartikan suatu pesan atau istilah, sign dibuat untuk menjadi pembeda atau pembanding dengan tanda-tanda yang lain.

Sign system jika diterjemahkan secara langsung berarti sistem penanda, namun sign system atau system rambu memiliki pengertian lebih dari itu. Sign system atau sistem rambu dapat kita artikan sebuah sistem yang mengatur alur informasi tertentu atau pesan tertentu dengan menggunakan media tanda sebagai sebuah pesan. Umumnya sign system erat kaitannya dengan elemen visual dan terkait dengan unsur arsitektural sebagai medium dari sign system tersebut. Sign system sendiri merupakan bagian dari sebuah istilah yang dikenal dengan wayfinding, yaitu sebuah metode yang mengatur atau mengarahkan orang melalui media sistem rambu, agar mengikuti sesuai dengan yang diinginkan.

Wayfinding system di sebuah kebun binatang merupakan salah satu prasarana fisik yang sebaiknya harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh oleh pihak pengelola dengan tujuan agar masyarakat yang berkunjung ke kebun binatang bisa mendapat informasi yang jelas dan terarah selama berkeliling areal kebun binatang yang notabene sangatlah luas. Selain menyediakan informasi bagi pengunjung, wayfinding system pada sebuah kebun binatang juga harus dirancang semenarik mungkin agar dapat menarik perhatian pengunjung.

(31)

15 1. Representatement

adalah object concret yang dapat diamati oleh panca indra 2. Interpretant

adalah pemahaman seseorang mangenai hubungan antara Representatemen dan Semiotic Objek.

3. Semiotic Object

adalah abstraksi atau concept seseorng mengeni suatu objek Jenis sign system tanda :

4. Directional signs

Penanda arah merupakan penanda untuk menunjukkan lokasi sebuah tempat, sebuah benda, sebuah kejadian dalam bentuk nama, simbol, gambar dan arah panah.

5. Identification signs

Penanda indentifikasi tempat menjelaskan identitas dari sebuah obyek, tempat atau pengguna dalam ruangan itu.

6. Reassurance signs

Penanda penentram/ pengaman, juga membantu individu setelah mencapai sebuah tempat atau ketika meninggalkan sebuah tempat.

Sign system merupakan bagian dari Desain Komunikasi Visual. Desain Komunikasi Visual adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang merencanakan atau merancang bentuk atau sesuatu dengan melalui proses kreatif yang berhubungan dengan indera penglihatan atau rupa. Sistem rambu atau biasa dikenal dengan sign system jika diterjemahkan secara langsung berarti sistem penanda, namun sign system memiliki pengertian lebih dari itu.

(32)

16 hasil akhir dari sebuah proses kreatif, baik itu berwujud sebuah rencana, proposal, atau bentuk nyata.

Menurut Sachari (2004: 45), sign system dapat kita artikan sebuah system yang mengatur alur informasi tertentu atau pesan tertentu dengan menggunakan media tanda sebagai sebuah pesan. Sign system erat kaitannya dengan elemen visual dan terkait dengan unsur arsitektural sebagai medium dari sistem rambu tersebut.

Sistem rambu sendiri merupakan bagian dari sebuah istilah yang dikenal dengan wayfinding, yaitu sebuah metode yang mengatur atau mengarahkan orang melalui media sistem rambu, agar mengikuti sesuai dengan yang diinginkan. Sebuah system informasi yang terpadu dan mampu dikemas secara visual yang menarik dapat menjadi salah satu solusi dari berbagai masalah yang ada pada kebun binatang Bandung. Sign System memiliki bebrapa jenis Sign System, diantaranya yaitu:

1. Tanda Pengenal (Identification)

Tanda pengenal adalah tanda yang digunakan untuk membedakan antara suatu objek dengan objek lainnya, seperti identitas kantor, gedung, perusahaan atau produk.

2. Tanda Petunjuk dan Informasi

Tanda ini berupa tanda yang berguna untuk mengarahkan suatu objek sasaran dengan menginformasikan dimana suatu lokasi atau benda tersebut berada.

3. Tanda Petunjuk Arah (Direction)

Tanda petunjuk arah adalah tanda-tanda yang mencakup arah panah yang mampu mengarahkan objek sasaran menuju suatu tempat, seperti ruangan, jalan ataupun fasilitas lainnya.

4. Tanda Larangan dan Peringatan (Regulation)

Tanda ini berujuan untuk menginformasikan mengenai apa yang tidak boleh dikerjakan atau dilarang. Selain itu, tanda ini juga menginformasi agar audiens berhati-hati.

(33)

17 Tanda ini menunjukan informasi tentang pemberitahuan resmi dan agar tidak dikacaukan dengan tanda – tanda petunjuk.

Proses Desain pada umumnya memperhitungkan aspek fungsi, estetik dan berbagai macam aspek lainnya, yang biasanya datanya didapat dari riset, pemikiran, maupun dari desain yang sudah ada sebelumnya. Dengan demikian, proses desain adalah sebuah proses kreasi untuk mewujudkan obyek baru dengan tanpa menghilangkan fungsi serta elemen estetis dalam proses penciptaanya. Menurut Sihombing (2001: 22), desain juga harus melewati tahapan-tahapan tertentu untuk mencapai proses kreatif tersebut. Pembuatan Sign yang baik harus memenuhi empat kriteria berikut :

1. Mudah dilihat penempatan Sign secara tepat.

2. Mudah dibaca bentuk huruf atau tipografi yang digunakan dalam Sign sebisa mungkin dapat terbaca dalam kondisi apapun baik siang atau malam.

3. Mudah dimengerti bentuk penulisan yang tertera pada Sign harus mudah untuk dipahami oleh banyak orang dari berbagai usia dan kalangan.

4. Bentuk tulisannya sebisa mungkin juga harus singkat namun padat.

5. Dapat dipercaya kebenaran informasi yang ditampilkan harus dapat dipercaya.

Tidak ada informasi yang salah dan bisa menyesatkan bagi yang membacanya. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merancang desain untuk sign menurut Sachari, (2004: 14) adalah berikut ini:

1. Memahami institusi dan lingkungannya. Mengetahui kegiatan utama dari institusi tersebut.

(34)

18 3. Menentukan lokasi penempatan. Lokasi harus mudah terlihat

dan mudah diakses oleh orang banyak.

4. Implementasi sign system. Bisa mengimplementasi dan menentukan ekspresi yang akan digunakan, mulai dari segi warna, bentuk, tekstur desain. Selain desain, juga harus memperhatikan material dalam pembuatan Sign. Sekarang ini, desain menarik dan informasi yang benar saja tidaklah cukup. Dalam merancang Sign sekarang ini, pemilihan material juga dapat menentukan apakah Sign itu dapat menarik perhatian banyak orang atau tidak.

Merancang desain selain memperhatikan hal-hal di atas juga perlu memperhatikan unsur dan elemen desain yang ada pada sign system agar sign system yang ada dapat tersampaikan dengan jelas.

II.3.2. Jenis dan Fungsi Sign System

Dalam bentuk komunikasi visual, tanda mengalami perkembangan berdasarkan fungsinya antara lain yang pertama adalah tanda petunjuk dan informasi. Tanda ini berfungsi mengarahkan dan menginformasikan dimana benda/lokasi berada. Kedua, tanda penunjuk arah, yang mencakup tanda-tanda yang mengarahkan untuk menuju suatu tempat seperti ruangan, toilet, dll. Ketiga, tanda pengenal, merupakan tanda yang digunakan untuk membedakan objek yang satu dengan lainnya misalnya identitas ruangan, kantor, dan gedung. Yang terakhir adalah tanda larangan dan peringatan. Tanda ini bertujuan menginformasikan hal-hal yang boleh dilakukan, berhati-hati maupun yang dilarang. (Boines & Dixon, 2001, h.12) Tanda-tanda tersebut menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat komunikatif. Keberadaannya mampu menggantikan sesuatu yang lain, dapat dipikirkan, atau dibayangkan. Sehingga masyarakat dapat menentukan tujuan atau arah yang akan di laluinya.

(35)

19 mudah dibaca, mudah dimengerti dan dapat dipercaya. Dalam penempatan dan pembuatannya, sign system harus mudah diakses oleh orang, memiliki tingkat keterbacaan yang baik,

dapat dipahami dengan benar dan informasinya tidak menyesatkan. Sumbo Tinarbuko (2008, h.14) berpendapat bahwa:

Dalam merancang desain untuk sign system harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut ini:

1. Memahami institusi dan lingkungannya serta mengetahui kegiatan utama institusi tersebut.

2. Mengidentifikasi fasilitas yang akan dipersentasikan. Serta sign harus mengidentifikasikan fasilitas apa saja yang ada di institusi tersebut.

3. Menentukan lokasi penempatan serta lokasi harus mudah dilihat dan mudah di akses oleh semua orang.

4. Penerapan sign system. Selain desain, kita juga harus memperhatikan material dalam pembuatan sign. Sekarang ini, desain menarik dan informasi yang benar tidaklah cukup.

(36)

20 Penggunaan ikon juga dapat digunakan sebagai bagian dari proses berpikir kreatif dalam rangka menginformasikan pesan verbal yang divisualkan dalam bentuk gambar.

II.4. Teori Semiotika

Semiotika lebih memperhatikan makna pesan dan cara pesan disampaikan melalui tanda-tanda. Secara esensial, penandaan adalah proses yang terjadi di pikiran pada saat menggunakan atau menafsirkan sebuah tanda.

Menurut Peirce dalam buku “Pesan, Tanda dan Makna” menjelaskan semiotika adalah suatu ilmu atau metodeanalisis untuk mengkaji tanda. Tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu. Sesuatu itu dapat berupa pengalaman, pikiran, gagasan atau perasaan. Pierce juga mengidentifikasikan tandan menjadi 66 jenis, namun ada tiga yang lazim digunakan, yaitu :

1. Ikon

Tanda yang mewakili sumber acuan melalui sebuah bentuk replikasi, simulasi, imitasi atau persamaan. Artinya, sumber acuan dapat dilihat, didengar, dst.

Contoh : Segala macam gambar, bagan diagram, fot, dll. 2. Simbol

Tanda yang mewakili objeknya melalui kesepakatan atau persetujuan dalam kontes spesifik. Contoh : Simbol dalam matematika.

3. Indeks

Tanda yang mewakili sumber acuan dengan cara menunjuk padanya atau mengaitkannya dengan sumber acuan lain. Contoh : jari yang menunjuk sesuatu.

Charkes Morris membagi metode semiotika menjajdi tiga, yaitu : 1. Sintaktik :Studi hubungan antara tanda dengan tanda lainnya.

2. Semantik :Studi hubungan antara tanda-tanda dengan makna dasarnya.

(37)

21 II.5. Elemen Desain

Pembuatan sebuah desain perlu memperhatikan bentuk yang diinginkan. Desain yang diciptakan agar terlihat baik, maka harus ada elemen-elemen desain yang perlu diperhatikan yaitu :

1. Bentuk

Pengertian bentuk dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (1997 : 152) “wujud yang ditampilkan”, sedangkan Dharsono (2004: 30) berpendapat bahwa apa yang dimaksud dengan bentuk adalah totalitas dari karya seni, bentuk merupakan komposisi atau satu kesatuan dari unsur-unsur pendukung karya seni. Ada dua macam bentuk: pertama visual form, yaitu bentuk fisik dari sebuah karya seni atau satu kesatuan dari unsur-unsur pendukung karya seni tersebut. Kedua special form, yaitu bentuk yang tercipta karena adanya timbal balik antara nilai-nilai yang dipancarkan oleh fenomena bentuk fisiknya terhadap tanggapan emosional.

2. Garis

Garis adalah unsur visual yang terbuat dari rangkaian titik-titik yang terjalin memanjang menjadi satu (Widia, 2007: 835). Garis merupakan unsur visual yang banyak berpengaruh pada pembentukan suatu obyek sehingga garis selain dikenal sebagai coretan atau goresan juga menjadi batas limit suatu bidang atau warna (Adi Kusrianto, 2009: 30).

3. Warna

(38)

22 dan bahkan dapat menghilangkan gairah baca (Supriyono, 2010: 70). Dalam seni rupa warna dibagi menjadi tiga dimensi yaitu hue, pembagian warna berdasarkan nama-nama warna, seperti merah, biru, kuning, dan seterusnya. Kedua, value yaitu gelap terangnya warna dan yang ketiga intensity yaitu tingkat kemurnian dan kejernihan warna. Menurut Darmaprawira (2002: 35), banyak orang memiliki reaksi yang sama tentang arti warna yaitu :

1. Merah : Dari semua warna yang ada merah memiliki kroma yang paling kuat dan memiliki daya atraksi tertinggi. Merah adalah positif, agresif dan menarik. Selain itu merah adalah warna yang paling populer terutama bagi wanita.

2. Biru : warna biru memiliki karakter dingin, segar, pasif, dan terang. 3. Hijau : warna hijau memiliki bebarapa kesamaan dengan warna biru.

Dibandingkan dengan warna-warna lain, warna hijau lebih netral dalam pengaruh emosi, cenderung lebih pasif. Oleh karena itu, warna hijau dianggap sebagai warna yang paling penuh ketenangan dibandingkan dengan warna-warna lain.

4. Kuning : warna kuning merupakan warna yang paling terang dan bercahaya dari semua warna yang ada. Warna kuning dengan tone yang lebih gelap kurang populer dibandingkan dengan warna-warna yang lain.

5. Ungu : memberi kesan kaya, impresif, megah, mulia, dan angkuh. 6. Putih : memberi kesan positif, penuh stimulasi, dan bersih. Juga

bercahaya, segar, ringan, gembira, lembut, dan suci.

7. Hitam : warna hitam memberi kesan khidmat, menaklukkan, tertekan, dan dalam.

8. Kelabu (abu-abu) : Kelabu mengambil campuran dari hitam dan putih..Warna kelabu memiliki kesan lunak lebih dalam dari pada putih. Sebaliknya tidak terlalu kuat seperti warna hitam.

(39)

23 dalam simbol grafis untuk mempertegas maksud dari simbol-simbol tersebut.

Kemampuan warna menciptakan impresi, mampu menimbulkan efek-efek tertentu. Secara psikologis diuraikan oleh J. Linschoten dan Drs. Mansyur tentang warna “Warna-warna itu bukanlah suatu gejala yang hanya dapat diamati saja, warna itu mempengaruhi kelakuan, memegang peranan penting dalam penilaian estetis dan turut menentukan suka tidaknya kita akan bermacam-macam benda”.

Dari sekian banyak warna, dapat dibagi dalam beberapa bagian yang sering dinamakandengan sistem warna Prang System yang ditemukan oleh Louis Prang

meliputi : 1. Hue

Adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan nama dari suatu warna, seperti merah, biru, hijau dsb.

2. Value

Adalah dimensi kedua atau mengenai terang gelapnya warna. Contohnya adalah tingkatan warna dari putih hingga hitam. 3. Intensity

Seringkali disebut dengan chroma, adalah dimensi yang berhubungan dengan cerah atau suramnya warna.

II.5.4. Ruang

Ruang dapat dihadirkan dengan adanya bidang, ruang lebih mengarah pada perwujudan tiga dimensi sehingga ruang dapat dibagi menjadi dua, yaitu ruang nyata dan ruang semu. Keberadaan ruang sebagai salah satu unsur visual sebenarnya tidak dapat diraba tetapi dapat dimengerti (Adi Kusrianto, 2009: 31).

(40)

24 Ruang nyata adalah bentuk dan ruang yang benar-benar dapat dibuktikan dengan indera penglihatan (Dharsono, 2004: 53) Ruang merupakan unsur rupa yang harus ada, karena ruang merupakan bentuk-bentuk berada (exist). Dengan kata lain setiap bentuk pasti menempati ruang (Sadjiman, 2006: 122).

II.5.5. Tekstur

Tekstur adalah nilai raba dari suatu permukaan. Secara fisik tekstur dibagi menjadi dua, yaitu tekstur kasar dan halus (Rakhmat Supriyono, 2010: 80), dengan kesan pantul mengkilat dan kusam. Kemudian ditinjau dari efek tampilannya ada yang digolongkan sebagai tekstur nyata dan tekstur semu.

Tekstur nyata bila ada kesamaan antara hasil raba dan hasil penglihatan, misalnya bila suatu permukaan dilihat tampak kasar dan ketika diraba juga terasa kasar. Adapun tekstur semu terdapat perbedaan antara hasil penglihatan, misalnya bila dilihat tampak kasar, namun ketika diraba ternyata halus. Dalam penerapannya, tekstur ini dapat berpengaruh terhadap unsur visual lainnya, yaitu kejelasan titik, kualitas garis, keluasan bidang dan ruang, serta berpengaruh terhadap intensitas warna (Adi Kusrianto, 2009: 32-33).

II.6. Teori Tipografi

(41)

25 1. Sintaksis tipografi

Dalam ilmu bahasa dikenal istilah sintaksis, yang berarti penyusunan katakata dalam bentuk dan urutan yang tepat. Sedangkan sintaksis dalam tipografi memiliki pengertian sebagai sebuah proses penataan elemen-elemen visual keadalam kesatuan bentuk yang kohesif. 2. Vocal Point

Keapatisan penglihat terhadap hasil rancanganny dengan menciptakan suatu pola rancangan visual yang secara cepat dapat menstimulasi penglihat lewat pokok penekanan (vocal point).

3. Grid Systems

Grid system digunakan sebagai perangkat untuk mempermudah menciptakan sebuah komposisi visual. Dengan menggunakan grid system akan dapat membuat sebuah sistematika guna menjaga konsistensi dalam melakukan repetisi dari sebuah komposisi yang sudah diciptakan.

4. Alignment

Dalam sebuah perancangan tipograif, penataan baris (alignment) memiliki peran penting sebagai penunjang legibility serta estetika dari perancangan tersebut.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam tipografi menurut Danton Sihombing, yaitu :

Legibility : Huruf yang dipilih jelas bentuknya Clarity : Huruf harus memperlihatkan kejelasan Readibility : Huruf mudah dibaca

Visibility : Huruf mudah dibaca dan mudah dilihat

(42)

26 yang digunakan sangat terpengaruh pada jarak pembaca dan dengan kondisi lingkungan serta pencahayaan tertentu. Saat sign mengandung lebih dari satu jenis ukuran huruf, pesan yang dominan akan sangat penting untuk terbaca lebuh dulu baru setelah itu pesan pendukung. Hirarki sangat penting diaplikasikan pada situasi seperti ini.

Perlu diperhatikan, ini acuan ini menggunakan canadian system yang digunakan pada jarak pandang ( 50ft per in dari tinggi huruf ) dengan acuan dati tinggi x-height yang bisa digunakan dengan beberapa varian dari tinggi cap-height. Namun keduanya hanya digunakan untuk panduan saja dan hasil akhir dari tinggi hurut yang digunakan akan disesuaikan dengan keadaan sekitar berdasarkan hasil pengamatan.

II.7. Kategorial Sign

Sign system mempunyai kaitan dengan elemen visual dan mempunyai kategori yang masing-masing mempunyai fungsi dan manfaat. Menurut Sachari (2004: 20) Setiap kategori mempunyai tujuan untuk lebih mengarahkan orang dalam memahami sign system. Sign system atau sistem rambu dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu:

II.7.1. Directional Sign

Yaitu jenis sistem rambu yang memberikan informasi petunjuk arah yang bermanfaat untuk memudahkan orang atau pengunjung agar tidak tersesat ketika berada disuatu tempat.

II.7.2. Identification Sign

Yaitu jenis sistem rambu yang memberikan informasi petunjuk tempat, yang berguna untuk memudahkan orang atau pengunjung dalam mencari tempat yang akan dituju.

II.7.3. Service Sign

(43)

27 II.7.4. Information Sign

Yaitu jenis sistem rambu yang memberikan petunjuk informasi. Sistem ini berguna untuk membantu orang atau pengunjung saat membutuhkan informasi yang dibutuhkan saat berada disuatu tempat.

II.8. Bentuk Sign system

Berbagai macam bentuk dan arti dalam sign system untuk memudahkan pengunjung dalam memahami dan mentaati peraturan yang ada. Menurut Tinarbuko(2008: 38), bentuk dalam sign system memiliki pengertian yang berbeda.

Jika melihat rambu-rambu terutama rambu-rambu pada jalan raya dapat melihat ada pola bentuk dasar yang memiliki sebuah arti atau pesan :

1. Bentuk lingkaran memiliki arti sebuah perintah,

2. Bentuk wajik memiliki arti peringatan,

(44)

28 II.9. Ikon, Simbol dan Tanda

Sebuah sistem informasi tidak lepas dari simbol atau tanda yang mewakili informasi tertentu yang dibutuhkan oleh pengguna layanan. Menurut Tinarbuko (2008: 49) adanya tanda ditentukan oleh 3 elemen, yaitu ; (1) tanda yang dapat dilihat atau tanda itu sendiri, (2) sesuatu yang ditunjukkan atau diwakili oleh tanda, (3) tanda lain dalam pikiran penerima tanda. Di antara tanda dan yang diwakilinya ada sesuatu hubungan yang menunjukkan representatif yang akan mengarahkan pikiran kepada suatu interprestasi. Penggunaan sebuah tanda (dalam hal ini ikon atau simbol) harus mampu mengarahkan informasi yang akan disampaikan kepada penerima pesan tersebut secara benar dan mudah diterima. Sedangkan ikon, simbol, dan tanda mempunyai arti masing-masing yaitu :

1. Ikon : Lambang kecil yang berfungsi sebagai menu untuk menuju suatu fungsi.

2. Simbol : Tanda yang terdiri dari karakter, alphanumeric, tanda baca serta tanda lainnya.

3. Tanda : “Bekas“ tanda juga dapat berarti peringatan atau menyatakan sesuatu keadaan, bentuk, sifat dan lain sebagainya.

II.10. Penelitian-Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu baik berupa penelitian tentang efektivitas suatu kebijakan publik dijadikan rujukan dalam penelitian ini. Penelitian terdahulu tentang subsidi pupuk yang menjadi rujukan dalam penelitian ini adalah penelitian Istri Duwi Astuti (2012) tentang efektivitas penggunaan sign system di kebun binatang gembira loka yogyakarta. Dalam penelitian mengambil tujuan, antara lain menganalisis efektivitas penggunaan sign system di kebun binatang Gembira Loka Yogyakarta.

(45)

29 Karakteristik pengunjung yang menjawab kuesioner dari segi jenis kelamin lebih banyak perempuan (57,14%) dari pada laki-laki (42,86%), dari segi usia paling banyak berusia 21-30 tahun (41,43%), paling sedikit berusia 40 tahun ke atas (8,57%), dari segi pendidikan paling banyak sampai tingkat SMA (61,43%), paling sedikit pendidikan sampai tingkat SD (Sekolah Dasar) (2,86%), dari segi pekerjaan paling banyak pelajar atau mahasiswa (31,43%), dan paling sedikit pegawai negeri atau pegawai swasta (12,86%).

Efektivitas penggunaan sign system di kebun binatang Gembira Loka dapat dilihat dari :

a) Kuesioner yang dijawab oleh 70 responden tentang kualitas sign system 59 responden memberikan jawaban sign system yang ada sudah menunjukkan arah, gambar secara jelas, dan tidak membingungkan.

b) Kelengkapan sign system 56 responden menjawab sign system di kebun binatang Gembira Loka dapat dipahami dengan mudah dan sesuai ilustrasi gambar yang ditujukan.

c) Penempatan/peletakan sign system ada 53 responden memberikan jawaban sign system di kebun binatang Gembira Loka mudah dilihat atau tidak tertutup dan penempatannya di sudut-sudut yang sudah tepat.

d) Kondisi sign system yang ada di kebun binatang Gembira Loka dari 70 responden ada 44 responden yang memberikan jawaban sign system yang ada masih baik, tidak cacat dan masih bisa di pahami.

(46)

30 BAB III

OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Objek Penelitian

Penelitian ini menganalisis tentang tinjauan usability pada penggunaan sign system di kebun binatang Bandung. Adapun yang menjadi objek penelitian sebagai variable bebas (independent) adalah sign system sedangkan untuk variable terikat (dependent) adalah kegunaan. Responden dalam penelitian ini adalah pengunjung yang mengunjungi kebun binatang Bandung.

III.1.1. Tinjauan Kebun Binatang Bandung III.1.1.1 Profil

Taman yang satu ini berbeda dengan sebagian besar taman di Kota Bandung. Taman yang akrab disebut sebagai Kebun Binatang Bandung ini banyak diisi oleh berbagai binatang. Letak taman ini tepat berada di sebelah barat Kampus Institut Teknologi Bandung (ITB), Jalan Kebun Binatang No.6 Taman sari, Kota Bandung. Selain sebagai kebun binatang, areal yang memiliki luas mencapai 14 hektar itu juga terdapat banyak ruang terbuka hijau (RTH) sebagai taman kota. Di sana bisa dijumpai puluhan pohon besar hingga rerumputan yang terhampar.

Tak heran, selain dijadikan sebagai tempat rekreasi mengenal berbagai satwa, kebun binatang ini menjadi tempat bagi para keluarga berkumpul, makan bersama, menikmati sejuknya udara Kota Bandung. Bahkan banyak diantaranya yang sengaja datang menikmati panorama keindahan pepohonannya. Tentunya, mereka juga bisa menyaksikan lebih dekat aneka satwa.

(47)

31

III.1.1.2. Sejarah

Kebun Binatang Bandung, sebelumnya dinamakan Jubileumpark pada saat pendiriannya pada masa penjajahan Belanda tahun 1930 dan peresmiannya pada tahun 1933 oleh Bandung Zoological Park dan dikenal pula dengan nama Botanic Zoo, Pada tahun 1956, diganti dengan nama Yayasan Marga Satwa Tamansari pada akhirnya dikenal dengan sebutan Derenten yang dalam bahasa Sunda artinya Kebun Binatang. Kebun Binatang Bandung awalnya merupakan gabungan dari Kebun Binatang Cimindi dan Dago karena kedua lokasi tersebut tidak memungkinkan lagi untuk menampung satwa dan tempat rekreasi.

Nama Tamansari saat ini dikenal sebagai nama jalan disekitar Kebun Binatang Bandung, bersebelahan dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan dekat dekngan Taman Ganesha Bandung. Selain satwa di Kebun Binatang Bandung tersedia arena permainan anak-anak, kolam perahu angsa dan Flying Fox. Selain itu ada ruangan seperti museum Satwa yang diawetkan serta Gajah dan Unta tunggang untuk pengunjung.

Seperti kebun binatang di kota besar lainnya, Kebun Binatang Bandung selalu dipadati pengunjung pada hari Sabtu, Minggu dan hari libur nasional. Harga tiket masuk mengalami kenaikan cukup cepat, saat ini harga tiket masuk diatas umur 3 tahun adalah Rp. 15.000 hari biasa dan Rp. 20.000,- akhir pekan dan hari libur, harga tiket masuk wahana anak-anak sekitar Rp.10.000,-

Berbagai jenis burung, termasuk merak bisa dilihat di Kebun Binatang Bandung, selain itu terdapat satwa beruang, komodo, gajah, harimau, tapir, kijang, unta, zebra, buaya muara (Crocodylus porosus) dan primata, diantaranya adalah Siamang (Hylobates Sydactylus) primata jenis langka yaitu Presbytis Comata atau species primata endemi Jawa Barat yang diberitakan terancam punah.

(48)

32 Binatang Ragunan Jakarta, koleksi satwa di kebun binatang Bandung hanya sekitar 1800 ekor saja dari 220 jenis satwa.

Di sekitar Kebun Binatang Bandung juga terdapat tujuan wisata belanja lain yaitu Kebun Seni (Pasar Seni Tamansari) dan pusat perbelanjaan Cihampelas. Tidak sulit mencapai kebun binatang Bandung, karena berada dekat pusat kota dan pusat belanja serta dilalui banyak kendaraan umum karena berdekatan dengan kampus.

III.1.1.3. Visi dan Misi Kebun Binatang Bandung III.1.1.3.1 Visi Kebun Binatang Bandung

Berikut adalah beberapa hal yang menjadi visi dari Kebun Binatang Bandung :

1. Mewujudkan terpeliharanya kelestarian keanekaragaman jenis satwa dan tumbuhan dari kepunahan;

2. Mewujudkan terpeliharanya kemurnian genetik jenis satwa dan tumbuhan

3. Mewujudkan terpeliharanya keseimbangan ekosistem yang ada.

III.1.1.3.2. Misi Kebun Binatang Bandung

Berikut adalah beberapa hal yang menjadi misi dari Kebun Binatang Bandung :

1. Melaksanakan upaya pengelolaan satwa liar sesuai dengan kaidah-kaidah konservasi dan teknologi yang benar;

2. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang kedokteran, biologi, lingkungan dan disiplin ilmu terkait dalam mensejahterakan dan mengembangbiakan satwa liar, terutama satwa langka dan terancam punah.

3. Melaksanakan prosedur rehabilitasi dan pelatihan satwa liar dalam upaya pelepasan kembali ke habitatnya (in-situ);

(49)

33 menyediakan sarana rekreasi edukatif yang sehat untuk masyarakat;

5. Melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga konservasi, baik dalam skala lokal maupun nasional, baik regional maupun internasional dalam bentuk alih ilmu pengetahuan dan teknologi, tukar menukar satwa, serta bantuan-bantuan teknis dan finansial.

III.1.1.4. Profil Perusahaan

Berikut adalah data / profil dari Yayasan Margasatwa Tamansari sebagai pengelola Kebun Binatang Bandung :

Nama Perusahaan : Yayasan Margasatwa Tamansari (YMT) Kebun Binatang Bandung (Bandung Zoological Garden) Alamat Perusahaan : Jl. Kebun Binatang No.6 Tamansari Bandung

40132

Telepon / Fax : (022) 2502770 / (022) 2502150 62

Jenis Usaha : Pariwisata (Taman Konservasi Flora dan Fauna) Tahun Didirikan : 27 Februari 1957

Bentuk Perusahaan : Yayasan

III.1.1.5. Struktur Organisasi Kebun Binatang Bandung III.1.1.5.1 Struktur Divisi Utama

Berikut adalah struktur organisasi utama dari pengelola Kebun Binatang Bandung

(50)

34 Yayasan Margasatwa Tamansari sebagai atasan dari Direktur Kebun Binatang sekaligus Unit Usaha Yayasan. Direktur Kebun Binatang Bandung yang sekaligus ketua Dewan Pengurus, selanjutnya membawahi empat seksi / dvisi (Dewan Pengurus), yaitu:

1. Seksi Satwa; 2. Seksi Bendahara;

3. Seksi Sekretaris (dikembangkan pada Gambar 3.3); dan 4. Seksi Kepegawaian.

III.1.1.5.2. Struktur Divisi Sekretaris

Gambar III.2. Struktur Divisi Sekretaris Kebun Binatang Bandung Sumber : Data Sekertariat Kebun Binatang Bandung

Sekretaris dibawah perintah Direktur, menangani Bagian Umum yang selain menangani masalah kepegawaian, juga terbagi atas tiga sub-bagian, yaitu:

1. Sub-bagian Tata Usaha, yang menangani urusan Rumah Tangga dan Kendaraan;

2. Sub-bagian Keamanan & Ketertiban (KamTib), yang membawahi Danton Satpam; dan

(51)

35 III.1.1.6. Job Description

Berikut adalah Job Description / Deskripsi Pekerjaan Tugas Pokok masing-masing pimpinan / divisi yang telah tercantum sebelumnya pada Struktur Perusahaan:

III.1.1.6.1. Dewan Pembina

Dewan Pembina terdiri dari: 1. Ketua Dewan Pembina;

2. Pembantu Ketua Dewan Pembina; dan 3. Anggota.

Tugas dari Dewan Pembina adalah sebagai berikut: 1. Memberikan pedoman dasar kepada pengurus;

2. Berwenang mengangkat / memberhentikan pengurus serta pengawas; dan

3. Menyampaikan pendapat tentang laporan tahunan pengurus. III.1.1.6.2. Pengawas

Pengawas mempunyai beberapa tugas pokok. Tugas pokok dari pengawas adalah sebagai berikut :

1. Mengawasi Dewan Pengurus dalam melaksanakan tugasnya mengenai kesesuaian kinerja dengan peraturan yang ada; dan 2. Mengusulkan pembuatan peraturan baru atau

menyempurnakan peraturan yang telah ada dalam memelihara keserasian kerja semua pegawai di kebun binatang.

III.1.1.6.3. Bagian Umum

Organisasi Bagian Umum dan masing-masing tugas pokoknya adalah sebagai berikut:

1. Kepala Bagian Umum, tugas pokoknya adalah sebagai berikut: a. Membuat daftar dan membukukan pengadaan barang-barang

baru dan barang inventaris termasuk buku-buku di perpustakaan;

(52)

36 pembinaan disiplin karyawan serta mengurus absensi dan kondisi karyawan; dan

c. Mengadakan koordinasi dengan bagian lain dalam upaya memenuhi segala keperluan untuk kelancaran kerja dan mengatur penerimaan tamu yang berkunjung.

2. Kepala Sub-Bagian Tata Usaha, tugas pokoknya adalah mengelola surat yang masuk / keluar kebun binatang serta mengagendakannya baik bersifat intern maupun ekstern. Terdiri dari:

a. Kepala Urusan Rumah Tangga, bertugas untuk menyediakan peralatan dan perlengkapan baik di kantor maupun di rumah dinas untuk tercapainya kelancaran dalam pelaksanaan tugas. b. Kepala Urusan Kendaraan, bertugas untuk bertanggung

jawab dalam pemeliharaan dan penggunaan kendaraan inventaris serta mengkoordinir tugas pengemudi.

c. Pengemudi, bertugas untuk melayani setiap permintaan penggunaan kendaraan inventaris sesuai dengan perintah kepala urusan kendaraan.

3. Kepala Sub-KamTib, tugas pokoknya adalah bertanggung jawab terhadap terciptanya keamanan dan ketertiban dalam lingkungan kebun binatang. Terdiri dari:

a. Kepala Danton Satpam, tugas pokoknya adalah sebagai berikut:

- Mengkoordinir sistem pengontrolan di lingkungan kebun binatang, menerima laporan dan menindak lanjuti serta mengadakan absensi karyawan;

- Menginventarisasi perlengkapan bagian keamanan, mengawasi setiap orang, satwa dan kendaraan yang keluar / masuk kebun binatang; dan

(53)

37 b. Satuan Pengamanan, tugas pokoknya adalah melaksanakan pengontrolan di lingkungan kebun binatang, melaksanakan pengawasan dan pemeriksaan setiap orang, barang, kendaraan dan satwa yang keluar / masuk kebun binatang serta patuh melaksanakan aturan yang berlaku dan tidak membuat aturan sendiri.

4. Kepala Sub-Bagian Humas, tugas pokoknya adalah sebagai berikut:

a. Mengelola berbagai informasi yang masuk, baik melalui media cetak maupun elektronik dmenyampaikannya kepada seksi terkait;

b. Menjalankan hubungan baik yang bersifat ekstern maupun intern, mempersiapkan press release, membuat dokumentasi, mempersiapkan protokoler pada acara pertemuan resmi yang diselenggarakan oleh pihak kebun binatang;

c. Mengatur tata cara penerimaan tamu dari luar dan menyampaikan informasi secara umum tentang keadaan kebun binatang.

Kepala Sub-Bagian Humas Terdiri dari:

- Kepala Urusan Humas, yang bertugas untuk membantu Kepala Bagian Humas dalam mengelola informasi, mengadakan kerjasama dengan pihak luar, tata cara penerimaan tamu dari luar serta memberikan informasi secara umum tentang kebun binatang.

- Urusan Dikmas, yang bertugas untuk menyebarluaskan, baik formal maupun informal, tentang fungsi kebun binatang dan ikut aktif dalam menanamkan kesadaran kepada masyarakat untuk tidak merusak lingkungan dan satwa penghuninya. 5. Kepala Urusan Kepegawaian, tugas pokoknya adalah

Gambar

Gambar III.2. Struktur Divisi Sekretaris Kebun Binatang Bandung
Gambar III.3.
Gambar III.5. Papan nama information sign (13)
Gambar III.8. Papan nama regulation sign (15)
+7

Referensi

Dokumen terkait