• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Desain Buku Gaya Busana Sebagai Identitas Subkultur Skinhead

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Desain Buku Gaya Busana Sebagai Identitas Subkultur Skinhead"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN DESAIN BUKU “GAYA BUSANA SEBAGAI IDENTITAS SUBKULTUR SKINHEAD”

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2013-2014

Oleh :

Yumna Noer Kemal 51910264

Desain Komunikasi Visual

 

 

 

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)
(3)
(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP 

Data Pribadi

Nama Lengkap : Yumna Noer Kemal

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 01 Nopember 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Belum menikah

Agama : Islam

Alamat : Jl. Anta Baru IV No.19

Telepon : 085720134254 / 087822256202

Email : yumnakemal@gmail.com

Latar Belakang Pendidikan • SD BPI Bandung

• SMP Negeri 13 Bandung • SMA Negeri 11 Bandung

• Universitas Komputer Indonesia

(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

ABSTRAK ... iii

2.3 Analisis Data dan Pembahasan………...……….13

(6)

2.3.2 Makna Pesan yang Mereka Ekspresikan Melalui Gaya Busana

Komunitas Skinhead……..………14

2.3.3 Bagaimana Makna tersebut Ikut Menentukan Identitas Komunikasi Skinhead………..18

2.9.3 Jenis Buku Bergambar………....………27

2.9.4 Elemen-elemen Visual Gambar………..………27

  BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL……….…32

(7)

3.2.2 Ilustrasi...……….…43

3.2.3 Warna…….………...……..44

BAB IV TEKNIS PRODUKSI MEDIA……….…45

4.1 Media Utama………45

4.2 Media Pendukung…….………...……….47

4.2.1 Poster………..…..……….………..47

4.2.2 Flyer...…..………...…48

4.2.3 Pembatas buku………...…….…48

4.2.4 Pin…..…….………...…….49

4.2.5 Stiker..…..………...…49

4.2.6 Mini X Banner………..………..50

4.2.7 T-shirt……….………..………..50

4.2.8 Patch/emblem…....………...………..51

4.2.9 Gantungan kunci……..………..51

DAFTAR PUSTAKA ... 52

LAMPIRAN ... 53

(8)
(9)

DAFTAR PUSTAKA

Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) DIY. Fashion Tendance 2008 an Expression. Yogyakarta: Kanisius, 2007.

Hebdige, Dick. Asal-Usul & Ideologi Subkultur Punk. Yogyakarta: Buku Baik, 1999.

Kusrianto, Adi. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Penerbit Andi, 2007.

Marshall, George. Kaum Skinhead. Yogyakarta: Gramedia, 2005.

__________. Spirit of '69 - A Skinhead Bible. England: Victoria Press, 1994.

Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi Edisi Revisi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2005.

Riswandi. Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.

Sihombing, Danton. Tipografi dalam Desain Grafis. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 2001.

Internet

Teori Warna dan Ahlinya (Maret 2014). Tersedia di

(10)

Andri Nurmawan (Maret 2014). Perancangan Buku Bergambar Makna Adzan. Tersedia di http://elib.unikom.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptunikompp-gdl-andrinurma-22911

Defenisi Fashion Menurut Para Ahli (Oktober 2013). Tersedia di

http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2180412-defenisi-fashion-menurut-para-ahli

Subculture (Oktober 2013). Tersedia di

http://sosiologibudaya.wordpress.com/2012/05/23/subculture

(11)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah - Nya penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini tepat pada waktunya.

Laporan tugas akhir yang berjudul PERANCANGAN DESAIN BUKU GAYA BUSANA SEBAGAI IDENTITAS SUBKULTUR SKINHEAD”. Laporan ini merupakan syarat wajib guna memenuhi persyaratan Sarjana (S1) program studi Desain Komunikasi Visual di Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM). Penulis menyadari, dalam penulisan dan penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan. Maka dari itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu baik dalam penulisan maupun penyusunan laporan ini, terutama kepada semua dosen yang telah membimbing.

Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk memperbaiki laporan tugas akhir ini sehingga dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang membutuhkannya.

Bandung, 11 Agustus 2014

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fashion dan lifestyle merupakan dua hal yang banyak mendapatkan perhatian masyarakat Indonesia. Keduanya mampu mempengaruhi perubahan kebudayaan

yang dilakukan oleh sebagian masyarakat Indonesia, selain itu dari waktu ke

waktu fashion dan lifestyle memiliki dinamikanya masing-masing. Dengan hadirnya beraneka ragam perkembangan sub-budaya di Indonesia dari jaman ke

jaman, maka timbulah berbagai macam lifestyle yang berbeda-beda yang melahirkan beragam macam fashion yang disesuaikan dengan pilihan pola hidup di negaranya masing-masing. Masyarakat sendiri sadar mengenai perlunya

memiliki gaya tersendiri dalam berpakaian, karena pakaian yang kita pakai bisa

menampilkan berbagai fungsi, salah satumya adalah sebagai bentuk komunikasi,

pakaian juga bisa menyampaikan pesan artifaktual yang bersifat nonverbal.

Kehidupan yang semakin berkiblat pada negara barat seperti ini ikut berpengaruh

juga terhadap gaya berpakaian masyarakatnya, terutama anak muda. Pada

awalnya Skinhead adalah kaum tertindas dari kelas pekerja seperti buruh pelabuhan dan buruh pabrik di London, Inggris. Para pemuda dari kalangan

tersebut meskipun harus bekerja keras tiap hari, sebagian malah sebagai buruh

kasar atau buruh pelabuhan, namun tetap memiliki cita rasa tinggi dalam memilih

lifestyle tertentu, mereka berusaha mengadaptasi lifestyle dan fashion yang berkembang kemudian menjadikan kelas mereka yaitu working class sebagai inspirasi dari gaya berpakaian mereka. Nama Skinhead merujuk kepada para pengikut budaya ini, yang identik dengan gaya rambut yang dipangkas botak.

(13)

karena sebagian besar lapangan pekerjaan yang tersedia tidak membolehkan

pekerja berambut gondrong apalagi bergaya acak tidak beraturan. Gaya busana

mereka yang eksentrik dan mempunyai ciri khas tersendiri itu lah yang membuat

mereka berbeda dari komunitas subkultur lainnya.

Peran busana, pakaian, dan dandanan dalam proses komunikasi insani adalah

cukup penting. Pakaian dipandang memiliki suatu fungsi komunikatif. Pakaian

yang kita pakai bisa menampilkan berbagai fungsi, contohnya sebagai bentuk

komunikasi, pakaian bisa menyampaikan pesan artifaktual yang bersifat

nonverbal. Busana, pakaian, kostum, dan dandanan adalah bentuk komunikasi

artifaktual. Selama ini jarang sekali adanya informasi tentang komunitas subkultur

ini. Maka melalui tugas akhir ini, penulis dapat menggambarkan adanya identitas

gaya busana dari kehidupan anak muda Bandung dan kota-kota lainnya pada masa

sekarang dan bisa memberi inspirasi gaya busana bagi anak muda bahwa ada

komunitas Skinhead.

Selama ini jarang sekali adanya buku mengenai Skinhead. Dengan demikian

dibutuhkan berupa media informasi yang lebih menarik dan mudah dipahami oleh

anak muda dan masyarakat. Maka melalui buku ini dapat memberikan pengertian

dari budaya Skinhead sendiri sampai pada pengaruh terhadap fashionnya, dengan

tujuan agar dapat memberikan informasi dan mengubah pandangan masyarakat

bahwa fashion bukan suatu tren semata, tetapi merupakan suatu pencerminan

budaya. Berdasarkan topik yang dipilih dan judul alur cerita yang digunakan,

maka tugas akhir ini diberi judul Peranan Desain Komunikasi Visual dalam

Perancangan ‘Skinhead Fashion Notebook’.

1.2 Identifikasi Masalah

Setelah melihat latar belakang yang di paparkan, terdapat beberapa masalah yang

(14)

1. Kehidupan yang semakin berkiblat pada budaya barat ikut berpengaruh

juga terhadap gaya berpakaian masyarakatnya, terutama anak muda

sebagai suatu transformasi budaya.

2. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang subkultur Skinhead di Indonesia, khususnya Bandung.

3. Kurangnya dokumentasi tentang Skinhead sebagai identitas diri dan perlunya mengemas informasi mengenai hal tersebut dengan baik dan

menarik namun tetap informatif.

1.3 Rumusan Masalah

Perancangan buku informasi mengenai gaya busana kaum skinhead yang mudah

dimengerti dan tidak membosankan.

1.4 Batasan Masalah

Setelah menentukan rumusan masalah maka spesifikasi dilakukan dengan batasan

masalah yang ada. Masalah akan di fokuskan pada gaya busana dan atribut yang

dipakai subkultur Skinhead karena subkultur Skinhead sebagai objek utama untuk

penelitian dan beberapa komunitas Skinhead di kota Bandung dan Jakarta sebagai

subjek penelitian.

1.5 Tujuan Perancangan

1. Menyampaikan informasi tentang subkultur skinhead kepada masyarakat agar

mudah dipahami dan dimengerti.

2. Mengetahui gaya busana dan atribut yang dipakai subkultur skinhead.

3. Mengetahui makna pesan yang mereka ekspresikan melalui gaya busana

komunitas Skinhead.

4. Mengetahui bagaimana makna tersebut ikut menentukan identitas komunitas

(15)

BAB II

PEMBAHASAN MASALAH

2.1 Skinhead

Skinhead adalah suatu subkultur yang lahir di London, Inggris pada akhir tahun

1960-an. Sekarang skinhead sudah menyebar ke seluruh belahan bumi. Nama

skinhead merujuk kepada para pengikut budaya ini yang rambutnya dipangkas

botak. Sebelum bermulanya era skinhead, ada golongan remaja yang dipanggil

mods yang menjadi pemula sebelum skinheads.

Meskipun skinhead banyak diasosiasikan dengan kelompok orang-orang yang

rasis dan neo-nazi, namun skinhead yang sebenarnya tidaklah neo-nazi, karena

pada awalnya skinhead adalah kaum tertindas dari kelas pekerja (utamanya buruh

pelabuhan) di London, Inggris. Skinhead juga bisa merujuk kepada kelompok

orang (biasanya remaja) yang merupakan fans musik oi!/streetpunk dan juga

punk.

George Marshall sedikit menjelaskan asal mula skinhead dalam buku Kaum

skinhead. Skinhead adalah subkultur yang muncul dari kelas pekerja di Inggris

pada tahun 1960-an yang dikonsepsikan sebagai suatu kekuatan perlawanan kelas

menengah atas nama nilai solidaritas kelas pekerja dan maskulinitas. Subkultur ini

merupakan pengembangan dari kaum mods yang berarti anak-anak kelas

menengah yang ingin kelihatan rapi, menonjol dan mampu menandingi

kelas-kelas lainnya, tampak kompetitif, bangga dan gadungan. Mods memiliki empat

aliran, yaitu kelompok art school, mainstream mods, scooter boys, dan kelompok

hard mods yang kemudian dikenal dengan skinhead (Marshall.2005:xxiv-xxv).

“Skinhead adalah totalitas sikap, kau tidak bisa menggunduli kepalamu dan

memakai sepatu boot lalu berkata bahwa kau adalah seorang skinhead. Skinhead

harus memiliki keyakinan-keyakinan kelas pekerjanya sendiri. Skinhead adalah

(16)

memahami akar-akarnya agar kau yakin untuk menjadi seorang

skinhead.”(Marshall. 2005:23).

Dapat penulis simpulkan bahwa, pada dasarnya skinhead merupakan budaya anak

muda Inggris pada tahun 1960-an yang disebut oi! Dan baru berganti nama

menjadi skinhead pada tahun 1980-an.

2.1.1 Sejarah Skinhead

Skinhead merupakan subkultur yang bermula di Inggris pada era ‘60-an. Skinhead

yang pada awalnya didominasi kaum muda yang berasal dari kalangan menengah

ke atas kemudian mewabah dan menyentuh setiap kalangan. Tidak terkecuali

kalangan pekerja alias working class. Para pemuda dari kalangan tersebut

meskipun harus bekerja keras tiap hari, sebagian malah sebagai buruh kasar atau

buruh pelabuhan, namun tetap memiliki cita rasa tinggi dalam memilih life style

tertentu. Mereka berusaha mengadaptasi life style yang berkembang dengan pola

hidup, selera serta kemampuan finansial.

Gambar 3.1 Skinhead

(17)

Namun, para penganut subkultur skinhead di Indonesia sering dianggap hanya

sebagai anomali (ketidaknormalan; penyimpangan dr normal; kelainan

(http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php)) yang lebih bersifat artifisial

(tidak alami; buatan (http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php)). Mungkin

memang benar adanya jika mengingat skinhead Indonesia tidak berada pada

waktu dan tempat kemunculan subkultur skinhead.

Kemunculan skinhead sendiri seperti yang dijelaskan diatas tampak bersifat

epigon (orang yg tidak memiliki gagasan baru dan hanya mengikuti jejak pemikir

atau seniman yg mendahuluinya; peniru seniman atau pemikir besar

(http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php)), sehingga wajar jika skinhead di

Indonesia sedikit berbeda karena skinhead Indonesia memang bukan bentuk

prototipe (model yg mula-mula (model asli) yg menjadi contoh; contoh baku;

contoh khas (http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php)), dan disinilah

relativitas berlaku. Perbedaan tersebut meskipun tipis dapat diamati dari cara

berbusana yang terlihat dari pemilihan merek.

2.1.2 Pakaian Skinhead

Kaum trads ini mudah dikenali dari setelan seperti shirt button-up Ben Sherman,

polo Fred Perry, bretel/suspender, celana jeans semi ketat, monkey boots, jaket

jeans, jaket Harrington, V neck Sweater. Serta yang terpenting adalah potongan

rambut yang pendek, berbeda dengan gaya rambut mods pada umumnya. Pilihan

akan jenis rambut yang pendek ini lebih disebabkan alasan kepraktisan. Terutama

karena sebagian besar lapangan pekerjaan yang tersedia tidak membolehkan

pekerja berambut gondrong apalagi bergaya acak tidak beraturan. (skinhead

(18)

Gambar 3.2 Skinhead Boy

Sumber: http://mmimageslarge.moviemail-online.co.uk (15 Maret 2014)

 

Gambar 3.3 Skinhead Girl

(19)

Gambar 3.4 Skinhead Couple

Sumber: https://www.pinterest.com/pin/424956914811766075 (5 Mei 2014)

Selain itu, potongan rambut pendek dianggap sebagai keuntungan sewaktu harus

menghadapi kehidupan jalanan yang keras ketika itu. Ada pula yang berpendapat

bahwa pilihan berambut pendek merupakan counter terhadap life style kaum

hippie yang dianggap mewah dan juga sedang berkembang pada masa tersebut.

Lebih jauh lagi, suatu kisah menceritakan bahwa pilihan tersebut berasal dari

kaum pekerja pelabuhan, seperti di kota Liverpool, yang memotong pendek

rambut mereka untuk menghindari kutu yang banyak terdapat di sekitar

pelabuhan.

2.1.3 Makna Gaya Skinhead

1) Berkepala botak. Karena gaya hidup mereka dijalanan yang memaksa

(20)

skinhead itu sudah menjadi bagian dari hidup mereka yang mereka anggap

mendukung untuk hidup dijalanan.

2) Celana jeans skinny. Karena dianggap fleksibel untuk hidup dijalanan dan

mudah dalam perkelahian maka komunitas skinhead cendrung

menggunakan celana jeans skinny ini dalam keseharian mereka.

3) Sepatu boots. Sepatu yang identik dengan image yang gagah, tangguh dan

keras, juga skinhead yang terlahir dari kelas pekerja kasar atau pekerja

pelabuhan di Inggris, maka sepatu boots ini membawa gambaran

kekerasan yang dialami oleh komunitas skinhead itu sendiri.

4) Bretel atau suspender. Awalnya hanya sebagai variasi pendukung

pemakaian celana. Tetapi pada akhirnya mempunyai arti dan makna

tersendiri pada warna dan bentuk dari bretel atau suspender tersebut.

Bretel atau suspender dengan warna yang merah yang berarti seorang

skinhead yang suka berpolitik, hitam berarti skinhead tradisional atau bisa

diartikan sebagai skinhead yang netral, dan putih yang berarti skinhead

dengan golongan kulit putih atau nazi. Bretel atau suspender mempunyai 2

bentuk, yaitu Y dan X. Bedanya adalah jika seorang skinhead memakai

bretel atau suspender berbentuk X maka skinhead tersebut termasuk dalam

kategori skinhead yang beraliran lebih keras.

5) Jaket boomber. Bentuk jaket khas militer Inggris yang juga menjadi

bagian dari penampilan skinhead bermakna untuk menambahkan kesan

keras dan gagah yang diambil dari kesan militer tadi.

6) Merek Fred Perry. Merek yang terlahir di Inggris, sama seperti

merek-merek lainnya yang dipakai oleh komunitas skinhead. Contohnya,

Lonsdale, DR.MARTENs, Ben Sherman, Paul Smits, dan lain-lain itu

merek clothing yang dipakai oleh pekerja-pekerja di Inggris pada

zamannya. Yang pada akhirnya menjadi merek trend dikalangan

komunitas skinhead pada zaman sekarang.

Dari arti makna-makna tersebutlah penulis dan masyarakat bisa menilai dan

memberikan kesan pada komunitas-komunitas skinhead yang ada selama ini.

(21)

gaya-gaya komunitas skinhead yang berada di luar negeri khususnya Inggris tetapi

komunitas-komunitas skinhead Indonesia-pun masih menjunjung tinggi adat-adat

bangsa, dimana Indonesia masih termasuk dalam kebudayaan timur.

2.1.4 Musik Skinhead

Karena skinhead sendiri pada dasarnya adalah suatu subkultur bukannya sebuah

genre atau aliran musik, pilihan musiknya pun bisa beragam. Yang pertama

tentunya adalah roots mereka yang berasal dari mods, para trads pun pada

awalnya sangat terpengaruh musik R&B ala British seperti dari The Who, The

Kinks. Namun, mereka juga terinspirasi oleh style ala Jamaican Rude Boy yang

juga populer di Inggris pada zaman itu. Rude Boy atau rudy merupakan sebutan

untuk para imigran Jamaika yang berkulit hitam pencinta dansa dan musik asal

mereka. Hasilnya, para trads pun sangat menggemari musik ska, reggae,

rocksteady, bahkan sampai musik soul. The Specials Maka terkadang, seorang

skinhead pun ikut menikmati alunan dari seorang penyanyi soul seperti Aretha

Franklin misalnya.

Gambar 3.2 The Kinks

Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/File:Helmfrid-sofa4_Touched.JPG (30 Oktober

(22)

Gambar 3.3 The Specials

Sumber: http://wax-wane.com/2012/06/25/the-specials-two-tone-style/ (30 Oktober 2013)

Dari roots tersebut dapat ditelusuri bahwa pada dasarnya skinhead sama sekali

tidak identik dengan rasis. Sebagaimana pendapat awam pada umumnya. Karena

mereka pun menikmati kultur dari masyarakat kulit hitam. Bahkan, banyak juga

skinhead yang berkulit hitam dan berwarna kulit lainnya.

2.2 Profile Narasumber

2.2.1 Narasumber 1

Yogi Firmansyah yang lebih akrab dipanggil Bongging, mempunyai pekerjaan

dibidang fashion di salah satu distributor outlet terkenal di Bandung sudah

memasuki dunia skinhead semenjak duduk di bangku sma sekitar tahun 1999.

Alasan bongging, begitu ia biasa disapa, merasa dengan bergabung bersama

komunitas skinhead ia lebih mempunyai rasa solidaritas yang tinggi antar sesama

karena tidak adanya pandangan tentang perbedaan yang dapat membatasi mereka

(23)

memang berhubungan dengan pekerjaannya. Walaupun menurutnya gaya

berpakaian komunitas skinhead di Indonesia kurang lebih tidak jauh berbeda

dengan gaya berpakaian komunitas skinhead lainnya dan tidak mempunyai

cirikhas tertentu.

2.2.2 Narasumber 2

Enggar Budi yang sudah bergabung kurang lebih sejak 12 tahun yang lalu

mengagumi skinhead karena komunitas skinhead dianggap mempunyai attitude

yang lebih baik dan lebih terarah dibandingkan komunitas-komunitas subkultur

lainnya. Sebelum menjadi seorang skinhead Enggar pernah bergabung dengan

komunitas subkultur punk. Awalnya ia merasa nyaman tetapi setelah ia

mengetahui adanya komunitas skinhead dan mengetahui lebih banyak tentang

skinhead, ia pun beralih dan menganggap skinhead lebih mempunyai aturan dan

tatakrama dalam menjalani hidup. Dengan kedudukannya sebagai CSO di suatu

perusahaan swasta pun tidak menghalanginya untuk tetap bergaya layaknya

skinhead-skinhead yang ada karna gaya berpakaian skinhead yang memang rapih.

2.2.3 Narasumber 3

Lisdianto Triherliono yang akrab dipanggil Bung Anto di perumahan Kopo

Bihbul, Bandung adalah skinhead yang juga menjabat sebagai ketua rukun

tetangga dikomplek itu. Bung Anto bergabung dalam skinhead kurang lebih sudah

hampir 20 tahun. Pengalaman ini pun dapat membuktikan bahwa komunitas

skinhead tidak selamanya buruk dalam pandangan masyarakat. Sebagai

wiraswastawan, bapak rt dan seorang skinhead sejati sampai saat ini Bung Anto

dapat membagi waktu dan menempatkan diri dengan baik. Dan ia terbukti bisa

menjatuhkan pandangan-pandangan negatif masyarakat tentang citra buruk

skinhead selama ini.

Tiga narasumber tersebut dianggap sudah dapat mewakili suara komunitas

skinhead yang memang sudah marak belakangan ini di Indonesia khususnya

daerah Bandung, Jawa Barat. Penulis pun memilih narasumber yang telah lama

(24)

berbeda-beda agar dapat mewakili komunitas-komunitasnya dan dapat

mengetahui apakah ada perbedaan gaya busana didalam komunitas tersebut

menurut pekerjaan mereka pada masing-masing bidangnya.

2.3 Analisis Data dan Pembahasan

2.3.1 Gaya Busana Skinhead Dalam Lingkup Komunitas Skinhead

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya gaya busana dapat diartikan sebuah

identitas diri bagi sipemakai atau penggunanya. Gaya busana seseorang dapat

mencerminkan kepribadian yang dapat dilihat dari cara pemakaian pakaian,

aksesoris, sepatu, model potongan rambut dan lain-lain yang juga melekat ditubuh

mereka.

Begitu pula dengan gaya busana yang biasanya dipakai oleh komunitas-komunitas

subkultur yang berkembang di dunia, mereka menggunakan gaya busana yang

berbeda satu sama lainnya yang dimaksudkan agar masyarakat awam dapat

mengenali mereka dengan mudah. Termasuk dengan gaya busana komunitas

skinhead yang terkenal dengan potongan rambut pendek cendrung botak,

poloshirt, dan celana jeans semi ketat juga sepatu boots.

Gaya busana menurut narasumber adalah sebuah identitas yang dapat

mencerminkan pribadi masing-masing individu pemakainya. Sebagai contoh,

Saudara Yogi yang biasa memakai gaya busana skinhead dikesehariannya, dengan

begitu masyarakat akan tahu bahwa dia adalah anak skinhead dengan hanya

melihat dari pakaian yang mereka pakai. Dapat ditambahkan, gaya busana adalah

segala sesuatu yang kita pakai mulai dari kepala sampai ke ujung kaki termasuk

didalamnya aksesoris pelengkap pakaian yang dapat lebih menunjang gaya

berbusana seseorang, termasuk gaya berbusana komunitas skinhead itu sendiri.

Gaya busana yang telah menjadi bagian dari komunitas skinhead ini merupakan

satu ciri khas yang tidak bisa dipisahkan dari pengertian skinhead dalam lingkup

(25)

Itu disebabkan karena gaya busana yang sangat khas dan nyata bentuknya, seperti

pada umumnya yang biasa digunakan oleh komunitas-komunitas skinhead, yaitu

shirt button-up Ben Sherman, polo Fred Perry, bretel/suspender, celana jeans

semi ketat, monkey boots, jaket jeans, jaket Harrington, V neck Sweater.

Gaya busana skinhead yang memang sudah menjadi ciri khas dari komunitas

skinhead dulu sampai saat ini telah tergambarkan melalui gaya busana yang tidak

banyak mengalami perubahan. Dimana gaya busana skinhead pun lahir dari gaya

komunitas-komunitas pekerja di Kota London, Inggris pada tahun 1960an.

Dengan kata lain, gaya busana skinhead dalam lingkup komunitas skinhead di

Bandung, Jawa Barat tidak lah berbeda dengan gaya busana andalan ala

komunitas-komunitas skinhead lainnya. Yaitu, potongan rambut yang pendek

cendrung botak, poloshirt, dan celana jeans semi ketat juga sepatu boots. Gaya

busana yang seperti itu pula yang digunakan oleh para narasumber dalam gaya

dandanan mereka sehari-hari. Mereka tidak merasa keberatan atau terpaksa, justru

mereka merasa terbiasa dengan gaya busana mereka yang seperti itu. Keterbiasan

itu pun timbul karena adanya rasa nyaman dan bangga yang mereka rasakan sejak

mereka bergabung dalam komunitas skinhead tersebut.

2.3.2 Makna Pesan yang Mereka Ekspresikan Melalui Gaya Busana

Komunitas Skinhead

Masih banyak kalangan masyarakat yang risih terhadap keberadaan

komunitas-komunitas subkultur di Indonesia. Masyarakat menilai bahwa dandanan dan

perilaku komunitas-komunitas subkultur itu urakan, tidak pantas untuk ditiru oleh

kaum muda penerus bangsa. Termasuk komunitas subkultur seperti skinhead pun

menjadi sasaran empuk ketidaksukaan masyarakat pada image komunitas

subkultur yang amburadul.

Namun ketiga narasumber menyangkal pernyataan-pernyataan dari masyarakat

yang mereka pikir tidak mengenal mereka dengan baik. Seperti pernyataan dari

(26)

Bandung, Jawa Barat, yang tidak mempermasalahkan tentang dandanan seorang

skinhead pada waktu bekerja.

”Sebenarnya tergantung perusahaannya juga. Perusahaan tempat saya bekerja

memang mengharuskan rapih tetapi tidak menjadikan image saya sebagai

skinhead berubah. Karena saya tetap seperti skinhead-skinhead lain yang tetap

rapih menggunakan kemeja, celana panjang, dan sepatu boots pendek. Dengan

begitu saya tetap terlihat rapih dan juga tetap terlihat seperti skinhead lainnya. Ya

begini lah dandanan saya setiap saya bekerja.”

Tidak seperti saudara Enggar yang menjadi seorang pekerja kantoran, saudara

Yogi yang bekerja di bidang fashion di salah satu distro terkemuka di Bandung,

Jawa Barat yang kebetulan belakangan ini pun sedang digandrungi oleh kaum

muda, tidak terlalu mempersoalkan masalah gaya dandanan ketika ia bekerja. Itu

dikarenakan lingkungan yang mendukung dan memang tidak terikat kontrak yang

terlalu resmi dengan tempat kerjanya.

”Semua asik-asik aja. Saya mau berdandan seperti apa dan kaya gimana selama

saya merasa nyaman memakainya. Tidak masalah. Orang-orang pun tidak ada

yang protes kalau masuk distro ini dengan gaya dandanan saya yang skinhead dan

distro saya yang memang bersifat general. Dari pihak yang punya distronya pun

oke-oke aja.”

Berbeda dengan pengalaman satu narasumber yang sangat unik ini, bermodalkan

kepercayaan warganya untuk menjadikannya seorang Ketua Rukun Tetangga

(RT) di daerah Kopo – Bandung, Jawa Barat menjadi seorang skinhead dan

berdandan ala skinhead tidak menyurutkan niat Saudara Lisdianto untuk tetap

mencalonkan diri menjadi ketua rt di wilayah tempatnya bermukim. Lebih bebas

lagi bagi Saudara Anto untuk berekspresi dengan gaya busana skinhead nya,

selain hanya menjadi ketua rt didaerahnya Saudara Anto yang mempunyai

pekerjaan sampingan milik pribadi dibidang otomatif pun tidak merasa terganggu

(27)

”Gaya berpakaian seseorang itu tidak bisa dipaksakan, yah asal kita tahu dan bisa

menempatkan gaya berpakaian kita saja. Menurut saya image itu tidak bisa selalu

dilihat dari style seseorang, kadang-kadang orang berpakaian seperti itu hanya

sebagai tuntutan peran saja bukan berarti dia seperti itu. Yah beda-beda lah

definisi setiap orang. Tapi yang jelas kalau warga saya sudah tau saya dari dulu

seperti ini jadi fine-fine saja.”

Dapat diketahui bahwa menjadi seorang skinhead dan bergaya ala skinhead tidak

menyurutkan niat mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan

layak. Terbukti dari perbedaan-perbedaan pekerjaan diatas, tidak adanya

diskriminasi yang mempermasalahkan tentang gaya busana atau gaya dandanan

skinhead yang slama ini menjadi pergunjingan di masyarakat. Tidak adanya

perbedaan yang mencap mereka sebagai pekerja yang tidak profesional dengan

alasan mereka bergaya dandanan seperti itu.

Ada baiknya masyarakat bisa memberi sedikit nilai posititif kepada komunitas

skinhead dalam segi ini. Seperti apa yang diungkapkan oleh Saudara Lisdianto,

”Masih banyak kok punk-punk yang sukses dan asik-asik saja.”

Ingin menunjukan siapa mereka, kepuasan hati tersendiri, rasa bangga dan

mencari identitas skinhead di tengah-tengah masyarakat, itu lah inti dari gaya

dandanan komunitas skinhead selama ini. Seperti yang dikemukakan Saudara

Enggar.

“Tetap identitas. Karena dengan berpakaian seperti ini orang-orang jadi tahu kalau

kita anak-anak skinhead. Dan saya merasa bangga menjadi skinhead dan kalau

jalan dengan berpakaian seperti ini. Punya rasa kepuasan tersendiri saja.”

Sependapat dengan Saudara Enggar, Saudara Lisdianto menyatakan, “Selain

memang ciri khas skinhead yang seperti itu kayanya tidak ada lagi yang harus

ditunjukan karena dengan bergaya seperti itu pun masyarakat sudah otomatis tahu

(28)

Dari ketiga narasumber, hanya Saudara Yogi yang tidak mengatakan bahwa gaya

busana skinhead adalah perwujudan dari pencarian identitas skinhead. Hal ini

sebabkan oleh gaya komunitas skinhead dunia yang hampir semua sama. Maka

menurut pandangan Saudara Yogi yang ingin ditunjukan oleh komunitas skinhead

dengan tidak adanya perbedaan antara satu sama lain sesame komunitas skinhead.

Karena kesamaan itu tidak adanya perbedaan terjalin dan tercipta di komunitas

skinhead. Entah itu perbedaan dari segi warna kulit, jenis kelamin, agama,

maupun perbedaan strata ekonomi. Dalam skinhead kita semua sama.

Saudara Yogi pun menambahkan, “Disini saya merasakan sekali teman-teman

yang memang ada saat senang dan susah, juga tidak membeda-bedakan satu sama

lain. Solidaritas yang seperti itu yang mungkin belum tentu dimiliki oleh

komunitas-komunitas lain.” Itu lah penjelas Saudara Yogi atas tidak adanya

perbedaan di dalam komunitas skinhead yang menurutnya juga ingin ditonjolkan

oleh komunitasnya selain identitas yang mengakui mereka di masyarakat.

Walaupun tidak semata-mata mencari identitas, Saudara Yogi tetap menggunakan

busana skinhead-nya dalam kehidupan sehari-hari. “Iya, karena saya sudah

merasa nyaman dengan gaya yang seperti ini dan sudah terbiasa saja. Dan

memang ini lah saya.”

Begitu juga dengan Saudara Enggar dan Saudara Lisdianto yang juga memakai

busana ala skinhead setiap harinya. Penjelasan Saudara Enggar, “Iya, karena

sudah menjadi kebiasaan dan saya mau orang tahu kalau saya seperti ini dan saya

seorang skinhead. Walaupun kata orang tidak terlalu penting tetapi saya bangga

dan punya kepuasan batin tersendiri yang saya rasakan.”

Selain memang karena terbiasa dan rasa nyaman yang mereka miliki dalam

menggunakan busana yang seperti itu, ternyata faktor-faktor kebanggaan, identitas

dan pengakuan dalam masyarakat lah yang mendorong mereka untuk tiap harinya

(29)

Pada intinya makna pesan yang dapat diekspresikan oleh komunitas skinhead

melalui gaya busana mereka yang seperti itu adalah mereka ingin menunjukan

siapa diri mereka. Dengan bergaya busana yang berbeda dari masyarakat

kebanyakan dan mempunyai ciri khas-ciri khas tersendiri dari

komunitas-komunitas subkultur lainnya, komunitas-komunitas skinhead dapat dengan mudah dikenali

dari gaya busana mereka dan masyarakat awam pun dapat dengan mudah

mengenali mereka tanpa tahu siapa mereka dengan hanya melihat gaya busana

yang mereka gunakan.

2.3.3 Bagaimana Makna tersebut Ikut Menentukan Identitas

Komunikasi Skinhead

Anggapan tak kenal maka tak sayang ternyata dialami juga oleh komunitas

skinhead di Bandung, Jawa Barat. Banyak masyarakat awam yang masih belum

bisa menerima komunitas-komunitas subkultur ini dengan anggapan bahwa tugas

mereka hanya membuat keributan semata. Beberapa komunitas yang tidak terima

dengan anggapan tersebut pun ikut membuat pernyataan-pernyataan yang tidak

enak tentang masyarakat, dan ada juga yang menanggapi semua itu dengan tenang

dan santai. Tetapi pernyataan mereka semua relatif sama, yaitu acuh dengan

pendapat dan pandangan masyarakat terhadap mereka maupun terhadap

komunitas mereka.

Saudara Yogi menyatakan, “Image jelek masyarakat tentang skinhead, punk,

metal dan lain-lain? Masa bodo amat yah. Yang menjalani saya, yang tahu saya,

yang merasakan saya jadi ya saya yang bisa membedakan disaat saya merasa

nyaman atau saya merasa tidak nyaman.”

Begitu pula dengan pernyataan Saudara Enggar yang sama-sama acuh, “Don’t

judge a book by the cover. Masa bodo saja sih, cuek. Itu hak mereka untuk

mengatakan tidak yang penting tidak mengganggu saya dan saya juga tidak

(30)

Pembelaan pernyataan dari komunitas pun akhirnya diwakili oleh Saudara

Lisdianto.

“Tidak terlalu ambil pusing! Karena tidak semua anak punk itu brutal. Balik lagi

pada attitude masing-masing saja. Kalau memang ada yang brutal brarti itu bukan

salah anak punk-nya tapi kesalahan ada pada pribadinya sendiri. Masih banyak

kok punk-punk yang sukses dan asik-asik saja.”

Sikap acuh dari ketiga narasumber diatas bukan tanpa alasan, mereka memberi

pernyataan tersebut bukan karena mereka takut menghadapi hujatan dari

masyarakat, tetapi justru mereka ingin mengenalkan komunitas skinhead kepada

masyarakat dengan pandangan berbeda yang lebih positif. Seperti yang

dikemukakan oleh Saudara Enggar, ”Perbedaan yang sangat jelas saya rasakan

dari punk ke skinhead. Skinhead lebih punya attitude yang baik dari pada aliran

punk. Makanya saya lebih merasa nyaman ada di komunitas skinhead.”

Selain itu Saudara Yogi pun menambahkan, selain perbedaan gaya dandanan

perbedaan pola pikir pun ia rasakan ketika memasuki komunitas skinhead. ”Saya

merasa adanya solidaritas yang kuat di dalam skinhead ini. Disini saya merasakan

sekali teman-teman yang memang ada saat senang dan susah juga tidak

membeda-bedakan satu sama lain. Solidaritas yang seperti itu yang mungkin belum tentu

dimiliki oleh komunitas-komunitas lain.”

Penyataan-pernyataan tersebut juga dapat menguatkan bentuk-bentuk komunikasi

non-verbal yang ingin ditunjukan komunitas skinhead dalam pencapaian identitas

positif di kalangan masyarakat. Selain gaya busana komunitas skinhead yang ikut

menentukan identitas komunitas skinhead, dilihat dari pernyataan-pernyataan

narasumber yang ingin menonjolkan identitas dari komunitas skinhead berupa

pengakuan di tengah masyarakat, itu lah arti identitas yang terseriat dalam

(31)

2.4 Gaya Busana

Didalam istilah asing lebih dikenal dengan istilah accessories.

Gaya busana dapat diartikan sebuah identitas diri bagi si pemakai atau

penggunanya. Gaya busana seseorang dapat mencerminkan kepribadian yang

dapat dilihat dari gaya cara pemakaian pakaian, aksesoris, sepatu dan lain-lain

yang melekat ditubuh mereka. Begitu pula dengan gaya busana yang biasanya

dipakai oleh komunitas-komunitas subkultur yang berkembang di dunia, mereka

menggunakan gaya busana yang berbeda satu sama lainnya yang dimaksudkan

supaya masyarakat awam dapat mengenali mereka dengan mudah.

2.5 Fashion dan Identitas Diri

Menjadi fashionable berarti mengakrabi bahwa fashion adalah salah satu

kebutuhan sebagai bagian dari masyarakat fashion. Tak harus selalu terpatok pada

tren yang ada, namun lebih kepada pemenuhan kebutuhan untuk

merepresentasikan diri kita melalui apa yang kita gunakan.

Identitas yang dimaksud merupakan sebuah identitas yang nantinya

(32)

Seseorang butuh menjadi sosial dan individual pada saat yang sama, dan fashion

serta pakaian merupakan cara bagi sejumlah hasrat atau tuntutan yang kompleks

dinegosiasikan. (Simmel, 1971)

Manusia adalah performer, setiap orang diminta untuk bisa memainkan dan

mengontrol peranan mereka sendiri. Gaya pakaian, dandanan rambut, segala

macam aksesoris yang menempel, selera musik, atau pilihan-pilihan kegiatan

yang dilakukan, adalah bagian dari pertunjukan identitas dan kepribadian diri.

Sebagaimana ditegaskan John Berger (dalam Subandy, 2007:246) dalam karyanya

Signs in Contemporary Culture, “Pakaian kita, model rambut, dan seterusnya

adalah sama tingkatannya dan digunakan untuk “menyatakan” identitas kita.

Identitas yang dimaksud merupakan sebuah identitas yang nantinya

mendenotasikan kelas sosial, profesi, dan status sosial.

Di sini ada sebuah penekanan bahwa fashion bisa dikonstruksi oleh manusia.

Karena sebenarnya manusia sendiri yang memaknai hubungan antara fashion

dengan sebuah identitas. Manusialah yang melakukan pemetaan-pemetaan

terhadap kelas-kelas dari fashion-fashion yang digunakan. Dan hal itu, mulai

mengakar lekat ketika manusia masuk ke dalam manusia modern.

cemas kalau ketinggalan zaman atau tidak bisa mengikuti mode. Namun, fashion

dalam masyarakat-masyarakat modern dibatasi oleh kode-kode gender, realitas

ekonomi, dan kekuatan konformisme sosial yang terus mendiktekan apa yang bisa

dan tidak bisa dipakai orang.

Fashion adalah salah satu cara bagi suatu kelompok untuk mengidentifikasi dan

membentuk dirinya sendiri sebagai suatu kelompok. Begitu suatu masyarakat

muncul, kemudian masyarakat kapitalis muncul, fashion pun muncul. Dan fashion

biasanya mengkomunikasikan atau memiliki kekuatan yang di ketahui secara

umum. Dari sini ada beberapa hal yang bisa di pahami. Misalnya orang yang

(33)

Doctor Martens menunjukan orang itu adalah anggota skinhead. Kata Malcolm,”

dalam hal ini seorang individu awalnya bukanlah skinhead tapi baju-baju itulah

yang membentuk dirinya sebagai skinhead”.

Menurut Simmel dalam bukunya Fashion, dua kecenderungan sosial yang penting

dalam membentuk fashion. Dan bila salah satu kecenderungan itu hilang maka

fashion tak akan terbentuk. Kecenderungan yang pertama adalah kebutuhan untuk

menyatu dan yang kedua adalah kebutuhan untuk terisolasi. Menurut Simmel:

individu haruslah memiliki hasrat untuk menjadi bagian dari sesuatu yang lebih

besar, masyarakat dan individu juga harus memiliki hasrat menjadi sesuatu yang

terlepas dari bagian itu. Manusia rupanya perlu untuk menjadi sosial dan

individual pada saat yang sama, dan fashion serta pakaian merupakan cara bagi

hal itu di negosiasikan. Dan saat kebutuhan untuk membedakan dirinya atu

kelompoknya dari yang lain lebih besar maka fashion akan berkembang lebih

cepat. Kebalikannya, “bila masyarakat kurang lebih stabil maka fashion kurang

memungkinkan untuk berubah.

(http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2180412-defenisi-fashion-menurut-para-ahli/#ixzz39R3avjHW)

Secara intuitif untuk menyatakan bahwa seseorang mengirim pesan tentang

dirinya sendiri melalui fashion dan pakaian yang dipakainya. Berdasarkan

pengalaman sehari-hari, pakaian dipilih sesuai dengan apa yang akan dilakukan

pada hari itu, bagaimana suasana hati seseorang, siapa yang ditemuinya,

tampaknya meegaskan pandangan bahwa fashion dan pakaian dipergunakan untuk

mengirimkan pesan tentang diri seseorang pada orang lain.

2.6 Subkultur

2.6.1 Pengertian Subkultur

Subkultur sebagaimana diungkapkan Brake adalah suatu upaya untuk mengatasi

masalah-masalah yang dialami secara kolektif yang muncul dari kontradiksi

berbagai struktur sosial ia membangun suatu bentuk identitas kolektif dimana

(34)

pendidikan, dan pekerjaan (Brake, dalam Barker, 2006: 339).

Secara harfiah, subkultur terdiri dari dua kata. Sub yang berarti bagian, sebagian

dan kultur kebiasaan dan pembiasaan Tapi secara konseptual, subkultur adalah

sebuah gerakan atau kegiatan atau kelakuan (kolektif) atau bagian dari kultur yang

besar. Yang biasanya digunakan sebagai bentuk perlawanan akan kultur

mainstream tersebut. Bisa berupa perlawanan akan apa saja; agama, negara,

institusi, musik, gaya hidup dan segala yang dianggap mainstream. Secara kasar

itu bisa diartikan juga sebagai ‘budaya yang menyimpang.

Setiap masyarakat maupun kelompok selalu berusaha agar ciri khasnya dapat

terlihat oleh yang lainnya. Hal ini membuat setiap kelompok berusaha untuk

menciptakan identitas yang dapat mewakili kelompoknya. Agar terlihat berbeda

dengan yang lain maka ada kalanya identitas atau budaya khas kelompok tertentu,

dibuat berbeda dengan budaya pada umumnya. Dengan kata lain budaya tersebut

keluar dari kebudayaan utama atau yang umum di masyarakatnya. Kebanyakan

masyarakat menganggap dan mengidentikkan subkultur dengan suatu kegiatan

yang sifatnya negatif. Padahal bila kita memahami makna yang sebenarnya,

subkultur tidak selalu merujuk pada hal yang negatif.

Subkultur membentuk suatu bentuk identitas kolektif dimana identitas individu

bisa diperoleh diluar identitas yang melekat pada kelas, pendidikan dan pekerjaan.

Beberapa ahli juga memberikan pendapat tentang pengertian subkultur, misalnya ,

Fitrah Hamdani dalam Zaelani Tammaka (2007:164) “Subkultur adalah gejala

budaya dalam masyarakat industri maju yang umumnya terbentuk berdasarkan

usia dan kelas. Secara simbolis diekspresikan dalam bentuk penciptaan gaya

(style) dan bukan hanya merupakan penentangan terhadap hegemoni atau jalan

keluar dari suatu ketegangan sosial”.

(http://sosiologibudaya.wordpress.com/2012/05/23/subculture/)

2.6.2 Fungsi Subkultur

(35)

anggotanya diantaranya yaitu :

a) Menyediakan suatu solusi atas berbagai masalah sosio ekonomi dan struktural.

b) Menawarkan suatu bentuk identitas kolektif yang berbeda dari yang ada di sekolah dan lingkungan kerja.

c) Memperoleh suatu ruang bagi pengalaman dan gambaran alternatif realitas sosial.

d) Menyediakan berebagai aktifitas hiburan bermakna yang bertentangan dengan di sekolah dan tempat kerja

e) Melengkapi solusi terhadap masalah dilema eksistensial identitas.

(http://sosiologibudaya.wordpress.com/2012/05/23/subculture/)

Jika kita menganalisa permasalah yang ada dari sudut kajian subkultur diatas,

maka penulis dapat menarik asumsi bahwasanya subkultur seringkali memasukan

studi tentang simbolisme dan bagaimana simbol tersebut diinterpretasikan oleh

kebudayaan induknya dalam pembelajarannya. Dalam kehidupan kita begitu

banyak subkultur yang bisa kita jumpai, subkultur tersebut berkembang pesat

seiring dengan pola masyarakat yang semakin kompleks. Subkultur Skinhead,

termasuk dalam kategori subkultur yang lahir dari kesamaan pemahaman

indvidu-individu akan suatu hal dan juga lahir dari keadaan masyarakat yang semakin

kompleks.

2.7 Komunikasi Non-Verbal

2.7.1 Pengertian Komunikasi Non-Verbal

”Komunikasi non-verbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan

verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan

pengguna lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi

pengirim atau penerima” menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter dalam

(36)

Dari pengertian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa pengertian dari komunikasi non-verbal adalah komunikasi yang

menggunakan pesan-pesan non-verbal. Istilah non-verbal biasanya digunakan

untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan

tertulis. Secara teoritis komunikasi non-verbal dan komunikasi verbal dapat

dipisahkan. Namun dalam kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling

jalin-menjalin, saling melengkapi dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-hari.

2.7.2 Fungsi Komunikasi Non-Verbal

Menurut Mark L. Knapp dalam Rakhmat (2005:287) fungsi komunikasi

non-verbal terdiri dari lima fungsi, antara lain :

1. Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara

verbal. Misalnya setelah mengatakan penolakan saya, saya

menggelengkan kepala.

2. Substitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang verbal. Misalnya tanpa

sepatah katapun kita berkata, kita menunjukkan persetujuan dengan

mengangguk-anggukkan kepala.

3. Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain

terhadap pesan verbal. Misalnya anda ’memuji’ prestasi teman dengan

mencibirkan bibir, seraya berkata ”Hebat, kau memang hebat.”

4. Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan non-verbal.

Misalnya, air muka anda menunjukkan tingkat penderitaan yang tidak

terungkap dengan kata-kata.

5. Aksentuasi, yaitu menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya.

Misalnya, anda mengungkapkan betapa jengkelnya anda dengan memukul

meja.

2.6.3 Bentuk Pesan Non-Verbal

Duncan dalam buku Drs. Jalaludin Rakhmat, M.Sc. (2005:289) menyebutkan

(37)

1. Pesan kinesik atau gerak tubuh – yang menggunakan gerakan tubuh yang

berarti – terdiri dari tiga komponen utama: pesan fasial, pesan gestural,

dan pesan postural.

2. Paralinguistik atau suara – pesan non-verbal yang berhubungan dengan

cara mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang sama dapat

menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan dengan cara yang

berbeda.

3. Proksemik atau penggunaan ruangan personal dan sosial – disampaikan

melalui pengaturan jarak dan ruang. Umumnya dengan mengatur jarak kita

mengungkapkan keakraban kita dengan orang lain.

4. Olfaksi atau penciuman – bau-bauan telah digunakan manusia untuk

berkomunikasi secara sadar dan tidak sadar. Tetapi kebanyakan

komunikasi melalui bau-bauan berlangsung secara tidak sadar.

5. Sensitivitas kulit – alat penerima sentuhan adalah kulit, yang mampu

menerima dan membedakan berbagai emosi yang disampaikan orang

melalui sentuhan.

6. Faktor artifaktual seperti pakaian dan kosmetik – diungkapkan melalui

penampilan tubuh, pakaian, dan kosmetik.

Dari berbagai bentuk pesan non-verbal yang sudah dijelaskan, penulis akan lebih

jauh membahas mengenai bentuk artifaktual. Hal ini dikarenakan gaya dandanan

komunitas skinhead juga diketahui sebagai bagian dari penampilan tubuh,

pakaian, dan kosmetik (aksesoris) yang melekat dan memiliki makna tertentu.

2.7 Tinjauan Umum Buku

2.7.1 Pengertian Buku

Buku adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu pada

salah satu ujungnya dan berisi tulisan atau gambar. Setiap sisi dari sebuah

lembaran kertas pada buku disebut sebuah halaman

(http://id.wikipedia.org/wiki/Buku).

Buku adalah sebuah wadah yang praktis berisi cetakan atau jilidan halaman yang

(38)

memindahkan pengetahuan ke dalam sebuah tulisan kepada pembaca dengan

melewati waktu dan jarak.

2.7.2 Pengertian Buku Bergambar

Menurut Guntur (Seperti dikutip Andri Nurmarwan, 2010) “Buku bergambar

merupakan salah satu bentuk penyampaian pesandengan bentuk teks disertai

dengan gambar ilustrasi yang mendukung yang dikemas menjadi sebuah

buku.Komik, cergam atau kartun merupakan buku yang cukup popular

dimasyarakat khususnya pada kalangan remaja dan anak-anak, komik atau dengan

istilah yang dikenal juga cerita bergambar (cergam) terdiri dari teks atau narasi

yang berfungsi sebagai penjelasan dialog dan alur cerita”.

2.7.3 Jenis Buku Bergambar

Menurut Guntur (Seperti dikutip Andri Nurmarwan, 2010) buku bergambar

sekarang semakin berkembang dan memiliki banyak macam dan jenisnya.

Macam-macamnya adalah:

a. Buku yang mengandalkan gambar, dimana teks hanya berfungsi sebagai

penjelasan gambar.

b. Dimana ilustrasinya dibuat khusus untuk menampilkan teks. berarti teks dibuat

terlebih dahulu, sementara ilustrasi hanya berfungsi sebagai tambahan atau

penjelasan.

c. Dimana ilustrasinya murni merupakan dekorasi, memiliki sedikit hubungan

atau tidak sama sekali dengan isi teks. Dewasa ini, kita bisa melihat

contoh-contoh dari ketiga ketiga kategori di atas, meskipun kategori terkahir tergolong

langka. Salah satu contohnya kemungkinan diterapkan pada buku-buku yang

menggunakan desain abstrak untuk heading setiap bab-nya.

2.8.4 Elemen-elemen Visual Gambar

a. Garis

Menurut Daniel M. Mendelowitz & Duante A. Wakeham (Seperti dikutip Andri

(39)

umumnya disunakan untuk menggambarkan fenomena alam dan terkesan

maskulin, sedangkan garis lembut dapat menciptakan kesan feminim, melankolis

atau pun kelunakkan. Garis untuk membuat ilustrasi cergam adalah

goresan-goresan yang membentuk gambaran karakter atau tokoh dalam cerita dan gambar

pendukung lainnya.

b. Ilustrasi

Ilustrasi menurut definisinya adalah seni gambar yang dimanfaatkan untuk

memberi penjelasan atas suatu maksud atau tujuan secara visual. Dalam

perkembangannya, ilustrasi secara lebih lanjut ternyata tidak hanya berguna

sebagai sarana pendukung cerita, tetapi dapat juga menghiasi ruang kosong.

Misalnya dalam majalah, koran, tabloid, dan lain-lain. Ilustrasi bisa berbentuk

macam-macam, seperti karya seni sketsa, lukis, grafis, karikatural, dan akhir-akhir

in bahkan banyak dipakai image bitmap hingga karya foto.

Ilustrasi buku dan majalah adalah media yang sangat membutuhkan ilustrasi.

Ilustrasi tersebut akan memudahkan pembaca untuk berilustrasi tentang tokoh

atau cerita yang ditulis dalam buku atau majalah (Adi Kusrianto, 2007: 140).

Tujuan ilustrasi adalah untuk menjelaskan atau menghiasi suatu cerita, tulisan,

puisi, atau informasi tertulis lainnya. Dengan bantuan visual, tulisan tersebut lebih

mudah dimengerti oleh pengamat.Fungsi ilustrasi antara lain:

a. Memberikan bayangan setiap karakter di dalam cerita

b. Memberikan bayangan bentuk alat-alat yang digunakan di dalam

tulisan ilmiah.

c. Memberikan bayangan langkah kerja .

d. Mengkomunikasikan cerita.

e. Menghubungkan tulisan dengan kreativitas dan individualitas manusia.

f. Memberikan humor-humor tertentu untuk mengurangi rasa bosan.

Dalam desain, ilustrasi dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dengan cara

yang lebih general karena ketidakterikatannya dalam membuat bentuk-bentuk

yang tidak ada dalam dunia nyata.

Pada masa kini, ilustrasi semakin berkembang dengan penggunaan banyak

(40)

lain lain. Namun ilustrasi tradisional yang dibuat dengan tangan tetap memiliki

nilai yang tinggi.

d. Warna

Warna adalah suatu proses yang terjadi dimana cahaya mengenai suatu benda.

Setiap orang pasti menyukai warna karena kehadiran warna mampu memberikan

keindahan dan nilai estetika. Selain itu, warna juga dianggap memiliki pengaruh

terhadap psikologi seseorang.

Umumnya orang akan memilih warna sesuai dengan karakter masing-masing

sehingga warna favorit seseorang terkadang tidak sama. Warna begitu bermanfaat

dalam kehidupan manusia. Identitas suatu warna ditentukan panjang gelombang

cahaya tersebut. Sebagai contoh warna biru memiliki panjang gelombang 460

nanometer.

Panjang gelombang warna yang masih bisa ditangkap mata manusia berkisar

antara 380-780 nanometer. Berbicara tentang warna tidak akan terlepas dari

teori-teori warna yang dinyatakan oleh beberapa ahli berikut ini:

Teori Sir Isaac Newton

Newton melakukan percobaan dan menyimpulkan, apabila dilakukan pemecahan

warna spektrum dari sinar matahari, akan ditemukan warna-warna yang beraneka

ragam yang terdiri dari merah, jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu. Warna-warna

tersebut dapat kita lihat pada pelangi.

Teori Brewster

Teori Brewster pertama kali dinyatakan pada tahun 1831. Teori ini

menyederhanakan warna-warna yang ada di alam menjadi 4 kelompok warna,

yaitu warna primer, sekunder, tersier, dan warna netral. Kelompok warna ini

sering disusun dalam lingkaran warna brewster. Lingkaran warna brewster

menjelaskan teori komplementer, split komplementer, triad, dan tetrad. Warna

primer, merupakan warna dasar yang tidak merupakan campuran dari

warna-warna lain. Warna yang termasuk dalam golongan warna-warna primer adalah merah,

(41)

Warna sekunder, merupakan hasil pencampuran warna-warna primer dengan

proporsi 1:1. Misalnya warna jingga merupakan hasil campuran warna merah

dengan kuning, hijau adalah campuran biru dan kuning, dan ungu adalah

campuran merah dan biru.

Warna tersier, merupakan campuran salah satu warna primer dengan salah satu

warna sekunder. Misalnya warna jingga kekuningan didapat dari pencampuran

warna kuning dan jingga.

Warna netral, warna netral merupakan hasil campuran ketiga warna dasar dalam

proporsi 1:1:1. Warna ini sering muncul sebagai penyeimbang warna-warna

kontras di alam. Biasanya hasil campuran yang tepat akan menuju hitam.

Teori Brewster disebut dengan lingkaran warna yang banyak digunakan dalam

dunia seni rupa.

Teori Munsell

Pada tahun 1858, Munsell menyelidiki warna dengan standar warna untuk aspek

fisik dan psikis. Berbeda dengan Newton dan Brewster, Munsell mengatakan

warna pokok terdiri dari merah, kuning, hijau, biru dan jingga. Sementara warna

sekunder terdiri dari warna jingga, hijau muda, hijau tua, biru tua dan nila.

(http://www.edupaint.com/warna/roda-warna/505-read-110620-teori-warna-dan-ahlinya.html)

d. Tipografi

Didalam desain grafis, Tipografi didefinisikan sebagai suatu proses seni untuk

menyusun bahan publikasi menggunakan huruf cetak. Oleh karena itu,

“menyusun” meliputi merancang bentuk publikasi menggunakan huruf cetak.

Oleh karena itu, “menyusun” meliputi merancang bentuk huruf cetak hingga

merangkainya dalam sebuah komposisi yang tepat untuk memperoleh suatu efek

tampilan yang dikehendaki. Huruf cetak memang huruf yang akan dicetakan pada

suatu media tertentu, baik menggunakan mesin cetak offset, mesin cetak desktop,

cetak sablon pada body pesawat terbang, bordir pada kostum pemain sepak bola,

maupun publikasi di halaman web Desain komunikasi visual tidak bisa lepas dari

(42)

dipengaruhi oleh faktor budaya serta teknik pembuatan. Karakter tipografi yang

ditimbulkan dari bentuk hurufnya bisa dipersepsikan berbeda.

Pemilihan huruf tidak semudah yang dibayangkan, ribuan bahkan jutaan jumlah

huruf menyebabkan desainer harus cermat dalam memilih tipografi yang tepat

untukl karyanya.

Rangkaian huruf dalam sebuah kata atau kalimat bukan saja bisa berarti suatu

makna yang mengacu kepada sebuah objek ataupun gagasan, tetapi juga memiliki

kemampuan untuk menyuarakan suatu citra ataupun kesan secara visual. Hal itu

dikarenakan terdapatnya nilai fungsional dan nilai estetika dalam suatu huruf.

Pemilihan jenis huruf disesuaikan dengan citra yang ingin diungkapkan.

Lazlo Moholy berpendapat bahwa tipografi adalah alat komunikasi. Oleh karena

itu, tipografi harus bisa berkomunikasi dalam bentuknya yang paling kuat, jelas

(clarity), dan terbaca (legibiliy). Eksekusi terhadap desain tipografi dalam rancang

grafis pada aspek legibility akan mencapai hasil yang baik bila melalui proses

investigasi terhadap makna naskah, alasan-alasan kenapa nsakah harus dibaca,

serta siapa yang membacanya (Adi Kusrianto, 2007: 190).

Tipografi merupakan representasi visual dari sebuah bentuk komunikasi verbal

dan merupakan properti visual yang pokok dan efektif. Hadirnya tipografi dalam

sebuah media terpan visual merupakan faktor yang membedakan antara desain

grafis dan media ekspresi visual lain seperti lukisan. Lewat kandungan nilai

fungsional dan nilai estetiknya, huruf memiliki potensi untuk menterjemahkan

atmosfir-atmosfir yang tersirat dalam sebuah komunikasi verbal yang dituangkan

melalui abstraksi bentuk-bentuk visual (Danton Sihombing, 2001: 2).

(43)

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

3.1 Strategi Perancangan

Strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana yang disertai

penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.

Strategi perancangan yang akan dilakukan yaitu dengan cara mengenalkan

skinhead kepada masyarakat umum yang berisi tentang pencerminan suatu budaya melalui gaya berbusana dan bisa dijadikan sebagai inspirasi, dengan cara

dibuatnya buku bergambar yang menarik melalui pendekatan ilustrasi dan

fotografi yang mudah difahami dan dimengerti oleh masyarakat. Oleh karena itu,

diperlukan sebuah komunikasi visual dengan konsep perancangan yang kuat

sehingga mendapatkan reaksi positif dari target audiens.

Dengan mengetahui target audiens berarti mempermudah strategi komunikasi

yang akan digunakan dengan mempelajari karakteristik, sifat dan kebiasaan

sasaran. Berikut ini penggolongan target audiens, antara lain:

Demografis

• Gender : Pria dan Wanita

• Usia : 17 - 24 tahun

• Tingkat pendidikan : SMA- Perguruan Tinggi

• Kelas sosial : B dan A (Menengah ke atas)

Geografis

• Bandung dan kota-kota besar lainnya di Indonesia seperti DKI Jakarta,

(44)

Psikografis

• Menyukai hal-hal yang baru

• Masyarakat urban yang mengikuti dan tertarik mengenai perkembangan

hal-hal yang berbau fashion dan subkultur

• Masyarakat urban yang aktif dan energik

• Memiliki rasa ingin tahu yang lebih tinggi

3.1.1 Pendekatan Komunikasi

Pendekatan komunikasi yang digunakan dalam perancangan media informasi

gaya busana skinhead, ada beberapa pendekatan yang dilakukan untuk mendapatkan perhatian dari masyarakat agar tertarik pada buku ini, antara lain:

• Dengan adanya buku ini masyarakat bisa mengerti dan menyadari tentang

tren fashion yang sebenarnya di pengaruhi oleh adanya suatu subkultur.

• Hal ini dapat tercapai dengan membaca isi buku tersebut yang

menggambarkan serta menjelaskan tentang sejarah dan perkembangan dari

subkultur skinhead tersebut, disertai dengan contoh-contoh gambar

ilustrasi.

Pendekatan Visual

• Pendekatan visual yang akan digunakan dalam buku ilustrasi ini adalah

berupa ilustrasi atau gambar-gambar yang disertai dengan teks yang

menjelaskan tentang skinhead. Teks yang mengenalkan skinhead akan ada

beberapa yang menggunakan gambar disampingnya sebagai penjelas agar

mengetahui lebih jelasnya.

• Kemudian pendekatan visual dalam buku yang menggambarkan serta

menjelaskan tentang hal-hal yang berkaitan dari subkultur skinhead

tersebut, disertai dengan contoh-contoh gambar ilustrasi dengan tujuan

agar target lebih mengetahui tentang skinhead.

• Tampilan visual dari buku fashion ini didukung oleh unsur-unsur visual

(45)

tegas namun tetap berkesan santai, dan juga warna hitam, dan putih agar

menonjolkan kuat dan berani, serta dapat menunjukkan sisi underground.

Layout dibuat sesantai mungkin dan tidak kaku sehingga pembaca buku

tidak merasa terlalu serius seperti membaca buku-buku pada umumnya.

Pendekatan Verbal

• Penyampaian informasi dalam media buku ini adalah dengan

menggunakan bahasa indonesia. Penggunaan bahasa indonesia digunaka

sebagai penjelasan dan digunakan untuk melengkapi visual pada buku agar

materi pesan yang disampaikan cukup jelas dan mudah dimengerti oleh

target sasaran sehingga komunikasi yang disampaikan lebih efektif dan

pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik.

3.1.2 Strategi Kreatif

Agar informasi mencapai tujuan yang diharapkan maka informasi harus kreatif

dan memberikan informasi yang efektif, strategi kreatif yang akan dirancang

dalam media informasi ini adalah dengan menampilkan ilustrasi-ilustrasi yang

menyangkut tentang skinhead sebagai isi buku.

Sampul buku dibuat dengan menggambarkan seorang skinhead yang menghadap

belakang yang artinya bahwa selama ini skinhead selalu ada tetapi mereka tidak

terlalu mau meng-exspose keberadaan diri mereka. Serta gambar yang lainnya

seperti atribut-atribut fashion yang digunakan oleh kaum skinhead yang disatukan

secara tidak teratur agar kesan yang ditampilkan cocok dengan judul buku itu

(46)

Gambar 3.1 Sketsa ilustrasi cover depan

( Ilustrasi pribadi 2014)

Gambar 3.2 Sketsa tulisan untuk cover depan

( Ilustrasi pribadi 2014)

Kemudian untuk pengerjaan ilustrasinya yaitu dengan sketsa gambar yang

berkaitan dengan skinhead dan penggunaan ilustrasi serta fotografi bertujuan agar

(47)

3.1.3 Strategi Media

Media adalah salah satu hal terpenting dalam penyampaian sebuah informasi,

yaitu sabagai alat penghubung untuk menyampaikan pesan kepada audience.

Maka diperlukan media yang sesuai agar informasi mudah dipahami dengan baik.

Media yang akan digunakan dalam perancangan media informasi ini berupa

media primer dan media skunder, media primer adalah media utama yang berisi

informasi yang lengkap untuk disampaikan, dan media skunder adalah media

pelengkap yang menunjang dari media utama.

Media Primer (Media Utama)

• Buku Informasi

Karena buku merupakan media cetak yang memiliki daya tarik dan dapat

menampung banyak informasi. Media utama yang digunakan dalam perancangan

media informasi mengenai gaya busana skinheadini adalah berupa buku. Dengan

dibuatnya buku yang menampilkan ilustrasi dan visual ini maka diharapkan akan

menambah ketertarikan masyarakat banyak untuk membaca buku karena pada

dasarnya gambar pada sebuah buku ilustrasi ini dapat mudah untuk difahami.

Media Skunder (Media Pendukung)

Media pendukung merupakan media pelengkap atau tambahan bagi media utama

untuk membantu menginformasikan, agar menjadi rangsangan target audiens

untuk membeli atau memiliki buku mengenai gaya busana skinhead. Media

promosi utama yang akan digunakan adalah poster dan mini x-banner sebagai

media promosi yang bertujuan untuk memperkenalkan dan menarik minat para

target audiens. Selain poster ada beberapa media promosi lainya yang akan

dikemas sebagai bonus dalam pembelian buku.

• Poster

Poster adalah media informasi yang dapat menampung banyak

informasi yang singkat dan cepat di pahami. Poster ini diperlukan

untuk mempromosikan media buku karena media poster ini sangat

(48)

saja, seperti di dinding, kaca jendela, dll. Sehingga dengan mudah

dapat dilihat oleh orang banyak.

• Flyer

Flyer dapat memberikan informasi yang lebih jelas kepada khalayak, melihat ukurannya yang kecil dapat dibawa

kemana-mana, sebagai media pengingat, dan memiliki efektifitas pesan

yang cukup lama. Pada penempatannya, flyer akan disebarkan dan

dibagikan di sejumlah komunitas, event-event musik dan

pusat-pusat yang di kunjungi orang banyak yang ada di kota-kota besar

di Indonesia.

• Pembatas buku

Pembatas buku diberikan sebagai gimmick yang dapat dipakai oleh

pembaca buku sekaligus pengingat membaca buku.

• Pin

Pin diberikan sebagai gimmick, pemilihan pin ini dikarenakan

mudah untuk dibawa kemana saja sehingga menjadi media

pengingat yang baik. Serta para skinhead yang senang memakai

atribut-atribut di jaket dan tas nya bisa sangat mudah menempelkan

pin dan secara tidak langsung menjadi media promosi berjalan.

• Stiker

Stiker adalah media yang sangat mudah untuk diaplikasikan dan

dekat dengan masyarakat, stiker ini akan dibagikan kepada

perorangan agar mereka bisa ikut untuk mempromosikan buku ini

dengan cara menempelkan stiker ditempat yang mereka inginkan.

Stiker juga bisa menjadi media pengantar pesan yang baik, juga

tahan dalam jangka waktu yang cukup panjang.

• Mini X Banner

Standing banner atau sebagian orang menyebutnya dengan mini X

banner, kini menjadi pajangan yang sering dilihat diberbagai

tempat, media ini sangat cocok untuk menjadi sebuah media

informasi. Karena harganya terjangkau, dan media ini bisa menjadi

Gambar

Gambar 3.1  Skinhead
Gambar 3.2  Skinhead Boy
Gambar 3.4 Skinhead Couple
Gambar 3.2  The Kinks
+7

Referensi

Dokumen terkait

Keefektifan tersebut berdasarkan hasil analisis data menggunakan sign test (tes tanda) menunjukkan hasil pengujian p= 0,031 lebih kecil dari p =0,05. Hasil tersebut didasarkan

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap pelaksanaan antara lain : a) Menentukan jadwal penelitian disesuaikan dengan jadwal belajar Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah

[r]

Dr.. Latar Belakang ... Dasar Hukum ... Ruang lingkup ... Lanscape Prioritas Potensi Unggulan Wilayah, Tenaga Kerja, dan Bidang Keahlian Di SMK ... Kerangka Acuan Pelaksanaan

Jual Beli Online Batu Cincin Zamrud di TokoBanten.com Jual Beli Online Batu Cincin Blue Safir di TokoBanten.com Jual Beli Online Batu Cincin Merah Delima di TokoBanten.com. Jual

Pembuatan Aplikasi Permainan SpaceTraveler ini menggunakan Java 2 Micro Edition (J2ME) yang merupakan bagian dari Java 2, baru diuji cobakan hanya pada emulator yang disediakan

[r]

Untuk lebih memperjelas pembahasan mengenai WAP, WML dan PHP, pada bagian berikutnya penulis memberikan sebuah contoh aplikasi pemesanan tiket bioskop berbasis WAP yang pada