• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor – Faktor Yang mempengaruhi Lama Mencari Kerja Bagi Tenaga Kerja Terdidik Di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor – Faktor Yang mempengaruhi Lama Mencari Kerja Bagi Tenaga Kerja Terdidik Di Kota Medan"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAMA MENCARI KERJA BAGI TENAGA KERJA TERDIDIK

DI KOTA MEDAN

OLEH

Ade Melinda Siregar

110501032

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana pengaruh umur, tingkat pendidikan, pendapatan dan jenis kelamin terhadap lama mencari kerja bagi tenaga kerja terdidik di Kota Medan.Penelitian ini menggunakan data primer dengan kuesioner dan interview terhadap 100 responden.Metodeanalisis yang digunakanadalahanalisisregresi linier berganda.

Hasilanalisisregresimenunjukkan bahwa secara variable umur, tingkat pendidikan, pendapatan dan jenis kelamin berpengaruh terhadap lama mencari kerja bagi tenaga kerja terdidik di Kota Medan. Dengan nilai R2sebesar 0,506 berarti 50,6% merupakan penjelas terhadap variable dependen. Sedangkan sisanya 49,4% dijelaskan oleh variable lain dan tidak dimasukkan dalam model analisis penelitian ini.

(3)

ABSTRACT

This study aimstoanalyzethe influence of variable age, level ofeducation, incomeand gender of thelongsearch forjobsfor educated laborin Medan. In this

study,usingprimary datawithquestionnairesandinterviews with100respondents.The analysis methodusedismultiple linear regression

analysis.

The regression analysisshowed that age, level of education, incomeand gendereffectthelongsearch for jobs for educated laborin Medan. Withvalues toR2 of 0,506means that 50,6% is the descriptorson the dependent variable. While the remaining 49,4% is explainedbyothervariablesandare notincluded in the modelanalysisof thisstudy.

(4)

KATA PENGANTAR

AssalamualaikumWr. Wb

Pujisyukurpenulispanjatkankehadirat Allah SWT, yang

ataskasihdanrahmat-Nyapenulisdapatmenyelesaikanpenelitiandanpenulisanskripsiberjudul“ Analisis Faktor – Faktor Yang mempengaruhi Lama Mencari Kerja Bagi Tenaga Kerja Terdidik Di Kota Medan ”.

Penelitianinidisusunsebagaisalahsatusyaratmenyelesaikanstudi di

DepartemenEkonomi Pembangunan FakultasEkonomidanBisnisUniversitas

Sumatera Utara

danuntukmemperolehgelarSarjanaEkonomi.Tentunyadalampenulisanskripsiinimas

ihterdapatbanyakkekurangan,

makapenulisdenganterbukamengharapkanmasukandariberbagaipihak.

Dalamkesempatanini,

penulisjugatidaklupamengucapkanterimakasihkepadaberbagaipihak yang

telahmembantupenulisdalampenyusunanskripsiinidanjugapenyelesaianstudipenuli

s, terutamakepada :

1. Kedua orang tuaAwaluddin Siregar dan Hotlin Karo-Karoatascinta, kasih,

sayang, doadanseluruhdukunganbaikmorilmaupunmateril yang

(5)

AmrilFahmiSiregardanFitriYantiRizkySiregar yang

telahmemberikansemangatdalammenyelesaikanskripsiini.

2. Bapak Prof. Dr.AzharMaksum, SE.,M.Ec., Ac.

SelakuDekanFakultasEkonomidanBisnisUniversitas Sumatera Utara.

3. BapakWahyuArioPratomo, SE.,M.Ec. selakuKetuaDepartemenEkonomi

Pembangunan FakultasEkonomidanBisnisUniversitas Sumatera Utara,

sekaligusdosen penguji yang

telahbanyakmeluangkanwaktunyadanmemberimasukandariawalsehinggaterse

lesaikannyaskripsiini, danBapa

SekretarisDepartemenEkonomi Pembangunan

FakultasEkonomidanBisnisUniversitas Sumatera Utara.

4. BapakIrsyadLubis, S.E., M.Soc.Sc., Ph.D, selakuKetua Program Studi S1

Ekonomi Pembangunan, FakultasEkonomidanBisnisUniversitas Sumatera

Utara danBapakPaidiHidayat, S.E., M.Si. selaku Sekretaris Program Studi S1

Ekonomi Pembangunan FakultasEkonomidanBisnisUniversitas Sumatera

Utara.

5. Bapak Dr. Rujiman, MA. selaku dosen pembimbing saya yang telah banyak

meluangkan waktunya dan memberi masukan dari awal sehingga

terselesaikannya skripsi ini.

6. IbuInggritaGusti Sari Nasution,S.E., M.Si. selakudosenpenguji yang

telahbanyakmemberikandukungandanmasukanberupa saran

(6)

7. SeluruhstafpengajardanstafpegawaiFakultasEkonomidanBisnisUniversitas

Sumatera Utara, terutamaDepartemenEkonomi Pembangunan.

8. Kepadaseluruhteman-temanEkonomipembangunan 2011

sertakepadaseluruhpihak yang

telahbanyakmembantudalampenyusunanskripsiini.

Akhir kata, penulis berharap semoga hasil penelitian skripsi ini dapat

bermanfaat bagi banyak pihak, termasuk bagi penulis sendiri.

Medan, April 2015

(7)

DAFTAR ISI

1.3 Tujuan Penelitian danManfaatPenelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 LandasanTeori ... 8

2.1.1 TenagaKerja (Manpower) ... 8

2.1.2 PasarKerja ... 9

2.1.3 PermintaandanPenawaranTenagakerja ... 10

2.1.4 Pengangguran ... 14

2.1.4.1 Jenis-JenisPengangguran ... 15

2.1.5 PasarTenagaKerjaTerdidikdanTidakTerdidik ... 17

2.1.6 TeoriMencariKerja (Job Search Theory) ... 18

2.1.7 Human Capital ... 19

2.1.8 PenelitianTerdahulu ... 21

2.2 KerangkaKonseptual ... 25

2.3 Hipotesis ... 25

(8)

3.1 JenisPenelitian ... 26

4.1DeskripsiObjekPenelitian ... 33

4.1.1 LetakGeografis ... 33

4.1.2 Kependudukan ... 33

4.1.3 KondisiPerkonomian Kota Medan ... 35

4.2 KarakteristikResponden ... 36

4.2.1 RespondenMenurutUmur ... 36

4.2.2 RespondenMenurut Tingkat Pendidikan ... 37

4.2.3 RespondenMenurutPendapatan ... 38

4.2.4 RespondenMenurutJenisKelamin ... 38

4.2.5 RespondenMenurut Lama MencariKerja ... 39

(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 TPAK dan TPT Kota Medan 2008-2012 ... 4

1.2 PersentaseAngkatanKerjaMenurut PendidikanTertinggi yang Ditamantkan Di Sumatera Utara 2008-2012 ... 5

1.3 ProporsiRespondenSampel ... 28

4.1 JumlahPendudukBerdasarkanKecamatan Dan JenisKelamin Kota Medan 2013 ... 34

4.2 Persentase PDRB MenurutLapangan Usaha AtasDasarHargaKonstan Kota Medan ... 36

4.3 JumlahRespondenMenurutUmur ... 36

4.4 JumlahRespondenMenurut Tingkat Pendidikan ... 37

4.5 JumlahRespondenMenurutPendapatan ... 38

4.6 JumlahRespondenMenurutJenisKelamin ... 38

4.7 JumlahRespondenMenurut Lama MencariKerja ... 39

4.8 HasilUjiKoefisienDeterminasi ... 40

4.9 HasilUji F Statitik ... 41

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 KurvaKeseimbanganPermintaan Dan

PenawaranTenagaKerja ... 11 2.2 KurvaKeseimbanganAntaraPermintaandan

PenawaranTerhadapTenagaKerja

(Excess Supply For Labor) ... 13 2.3 KurvaKetidakseimbanganAntaraPermintaandan

PenawaranTerhadapTenagaKerja

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

(12)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana pengaruh umur, tingkat pendidikan, pendapatan dan jenis kelamin terhadap lama mencari kerja bagi tenaga kerja terdidik di Kota Medan.Penelitian ini menggunakan data primer dengan kuesioner dan interview terhadap 100 responden.Metodeanalisis yang digunakanadalahanalisisregresi linier berganda.

Hasilanalisisregresimenunjukkan bahwa secara variable umur, tingkat pendidikan, pendapatan dan jenis kelamin berpengaruh terhadap lama mencari kerja bagi tenaga kerja terdidik di Kota Medan. Dengan nilai R2sebesar 0,506 berarti 50,6% merupakan penjelas terhadap variable dependen. Sedangkan sisanya 49,4% dijelaskan oleh variable lain dan tidak dimasukkan dalam model analisis penelitian ini.

(13)

ABSTRACT

This study aimstoanalyzethe influence of variable age, level ofeducation, incomeand gender of thelongsearch forjobsfor educated laborin Medan. In this

study,usingprimary datawithquestionnairesandinterviews with100respondents.The analysis methodusedismultiple linear regression

analysis.

The regression analysisshowed that age, level of education, incomeand gendereffectthelongsearch for jobs for educated laborin Medan. Withvalues toR2 of 0,506means that 50,6% is the descriptorson the dependent variable. While the remaining 49,4% is explainedbyothervariablesandare notincluded in the modelanalysisof thisstudy.

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Jumlah penduduk yang semakin besar telah membawa akibat jumlah angkatan

kerja yang semakin besar pula.Hal ini berarti semakin besar pula jumlah orang

yang mencari pekerjaan atau menganggur.Dengan demikian, pembangunan

ekonomi sangat diperlukan untuk memperkecil tingkat pengangguran (Subri,

2003). Dalam hal ini Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang

menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam

jangka panjang (Sukirno, 2003). Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah

penyediaan lapangan kerja yang cukup untuk mengejar pertumbuhan angkatan

kerja terutama bagi negara berkembang seperti indonesia yang pertumbuhan

angkatan kerjanya lebih cepat dari pertumbuhan kesempatan kerja.

Masalah pengaguran di daerah merupakan masalah yang harus

dituntaskan.Masalah pokok pengangguran dalam pembangunan daerah terletak

pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan

pada kekhasan daerah yang bersangkutan dengan menggunakan potensi

sumberdaya manusia, kelembagaan, dan sumberdaya fisik secara lokal

(daerah).Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama

untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat

daerah.Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan

(15)

potensi sumber dayayang diperlukan untuk merancang dan membangun

perekonomian daerah (Arsyad, 1999 dalam Kiki, 2012).

Pengangguran adalah kegiatan seseorang yang sedang tidak bekerja dan pada

saat survei orang tersebut sedang mencari pekerjaan seperti mereka yang belum

pernah bekerja dan sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan, mereka yang

sudah pernah bekerja, karena sesuatu hal berhenti atau diberhentikan bekerja dan

sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan (Badan Pusat Statistik, 2008).

Terjadinya gejala ketimpangan antara pertambahan persediaan tenaga kerja

dengan struktur kesempatan kerja menurut jenjang pendidikan, menunjukkan

terjadinya gejala, semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin besar angka

pengangguran potensialnya (Suryadi dalam Supratikno, 2011).

Pengangguran terdidik di negara-negara berkembang adalah

sebagaikonsekuensi dari berperannya faktor penawaran “Supply Factors” (Bloom

dalam Elfindri dan Bachtiar, 2004).Proses bergesernya kelompok umur penduduk

yang lahir dua puluh sampai tiga puluh tahun sebelumnya dan mereka itu secara

potensial memasuki pasar kerja, baik setelah menyelesaikan jenjang pendidikan

menengah atau terhenti (Oshima dalam Elfindri dan Bachtiar, 2004). Selain itu,

proses pendidikan di negara-negara sedang berkembang telah menghasilkan

berbagai dilema, upaya yang dilakukan untuk memperluas fasilitas pendidikan

guna pencapaian pemerataan hasil-hasil pendidikan ternyata tidak diiringi dengan

peningkatan kualitas tamatannya.Efek ganda dari dilemma tersebut adalah

semakin banyaknya pencari kerja berusia muda dan berpendidikan (Elfindri

(16)

Menurut BPS (2003), tingkat pengangguran terdidik merupakan rasio jumlah

pencari kerja yang berpendidikan SLTA ke atas (sebagai kelompok terdidik)

terhadap besarnya angkatan kerja pada kelompok tersebut. Selain itu menurut

Elwin Tobing 2003 (dalam Supratikno 2011), Pengangguran tenaga terdidik yaitu

angkatan kerja yang berpendidikan menengah ke atas (SMA, Akademi dan

Sarjana) dan tidak bekerja.Sementara menurut (Sutomo dkk dalam azhar dan

herniwati, 2013) Pengangguran tenaga terdidik hanya terjadi selama lulusan

mengalami masa tunggu (job search periode) yang dikenal sebagai pengangguran

friksional.Lama masa tunggu itu juga bervariasi menurut tingkat pendidikan.

Terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi pendidikan angkatan kerja

semakin lama masa tunggunya.Untuk itu perluasan kesempatan kerja merupakan

usaha mengembangkan sektor penampungan kesempatan kerja yang berproduksi

rendah.Usaha perluasan kesempatan kerja tidak terlepas dari faktor-faktor yang

mempengaruhinya, seperti perkembangan jumlah penduduk dan angkatan kerja,

pertumbuhan ekonomi, tingkat produktivitas tenaga kerja dan kebijaksanaan

(17)

TABEL 1.1

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Umur 15 Tahun Keatas Kota Medan

Tahun 2008-2012

Tahun TPAK TPT

2008 62.58 13.08

2009 61.82 14.27

2010 61.94 13.11

2011 67.11 9.97

2012 62.65 9.03

Sumber/Source : BPS-Survei Angkatan Kerja Nasional 2008-2012 (diolah)

Pada tabel 1.1 dapat dilihat bahwa Tingkat Partisipasi angkatan kerja

(TPAK) Kota Medanpada tahun 2008 sebesar 62,58% sementara Tingkat

Pengangguran Terbuka(TPT) sebesar 13,08%.Pada tahun 2009-2010 TPAK

mengalami penurunan sebesar 61,82% dan 61,94% dan pada TPT mengalami

peningkatan di tahun 2009 sebesar 14,27% sementara ditahun 2010 terjadi

penurunan sebesar 13,11%. TPAK mengalami peningkatan secara fluktuatif pada

tahun 2011 yang mencapai 67,11% namun TPT menurun sebesar 9,97%. Pada

tahun berikutnya yaitu tahun 2012 TPAK mengalami penurunan sangat drastis

(18)

TABEL 1.2

Persentase Angkatan Kerja Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan di Sumatera Utara Tahun 2008-2012

Tahun

Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Tidak/Belm

Sumber/Source: BPS- Survei Angkatan Kerja Nasional2008-2012 (diolah)

Pada Tabel 1.2 dapat diketahui bahwa terdapat kecenderungan semakin

tinggi tingkat pendidikan, jumlah pencari kerja relatif semakin tinggi.Pada tahun

2008-2012 berdasarkan tingkat pendidikan yang ditamatkan, kegiatan mencari

kerja didominasi oleh lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Pada

tahun 2008 pencari kerja didominasi lulusan sekolah lanjutan tingkat atas sebesar

29,27 jiwa dan universitas/akademi sebesar 6,37 jiwa.Pada tahun 2009 pencari

kerja masih didominasi SLTA yaitu sebesar 31,99 jiwa. Pada tahun 2010 pencari

kerja lulusan SLTA semakin meningkat sebesar 32,26 jiwa, begitu juga pencari

kerja tamatan universitas/akademi sebesar 7,32 jiwa.Pada tahun 2011-2012

Pencari kerja lulusan SLTA juga masih didominasi yaitu sebesar 32,52 jiwa dan

tahun 2012 sebesar 32,73 jiwa. Di tingakt universitas/akademi juga mengalami

peningkatan sebesar 7,33 jiwa dan tahun 2012 mengalami peningkatan yang

drastis sebesar 8,40 jiwa. Jumlah pencari kerja setiap tahunnya meningkat yang

didominasi oleh lulusan SLTA dan universitas/akademi yang mengalami

(19)

pendidikan SLTA dan universitas/akademi lebih banyak dari pencari kerja dengan

tamatan pendidikan di bawahnya, hal ini menunjukkan bahwa pencari kerja lebih

di dominasi oleh pencari kerja terdidik.

Masalah pengangguran tenaga kerja terdidik sebagaimana diuraikan diatas

merupakan fenomena penting yang akan dipelajari dalam penelitian ini terutama

di kota Medan. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis

meneliti judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lama Mencari

Kerja Bagi Tenaga Kerja Terdidik Di Kota Medan.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan dikaji

dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah faktor umur mempengaruhi lama mencari kerja bagi tenaga kerja

terdidik di Kota Medan.

2. Apakah faktor tingkat pendidikan mempengaruhi lama mencari kerja bagi

tenaga kerja terdidik di Kota Medan.

3. Apakah faktor pendapatan mempengaruhi lama mencari kerja bagi tenaga

kerja terdidik di Kota Medan.

4. Apakah faktor jenis kelamin mempengaruhi lama mencari kerja bagi tenaga

(20)

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Untukmengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi lama mencari kerja

bagi tenaga kerja terdidik.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Pemerintah

Dapat menambah informasi dalam mempertimbangkan kebijakan

penyerapan tenaga kerja yang dapat menekan angka pengangguran di Kota

Medan.

b. Bagi Penulis

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam menerapkan

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Landasan Teori

2.1.1 Tenaga Kerja (Manpower)

Penduduk dalam usia kerja (15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk

dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan

terhadap tenaga mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktiviatas

tersebut (Subri, 2003).Pada tiap negara batas umur tenaga kerja berbeda-beda hal

ini karena situasi tenaga kerja di masing-masing negara juga berbeda-beda.Di

negara Indonesia tenaga kerja ditetapkan dengan UU No. 25 Tahun 1997 tentang

ketenagakerjaan yang menetapkan bahwa batas usia kerja 15 tahun.

MenurutSimanjuntak (dalam Kiki, 2012) Tenaga kerja atau man power

terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja atau labor

force terdiri dari golongan yang bekerja dan golongan yang menganggur dan

mencari pekerjaan. Sedangkan kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari

golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga dan golongan

lain-lain atau golongan penerima pendapatan.Ketiga golongan dalam kelompok

bukan angkatan kerja sewaktu-waktu dapat menawarkan jasanya untuk

bekerja.Pada dasarnya tenaga kerja dibagi menjadi dua kelompok yaitu:

1. Angkatan kerja, yaitu tenaga kerja berusia 15 tahun dan lebih yang selama

seminggu yang lalu mempunyai pekerjaan, baik yang bekerja maupun

(22)

pekerjaan tetap sedang mencari pekerjaan atau mengharapkan dapat

bekerja.

2. Bukan angkatan kerja, yaitu tenaga kerja yang berusia 15 tahun keatas

yang selama seminggu yang lalu hanya bersekolah, mengurus rumah

tangga dan lain-lain atau penerima pendapatan dan melakukan kegiatan

yang dapat dikategoriakan bekerja, sementara tidak bekerja atau mencari

kerja.

2.1.2 Pasar Kerja

Pasar kerja merupakan aktivitas dari para pelaku yang tujuannya adalah

mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja (Sumarsono, 2009). Proses

mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja ternyata memerlukan waktu

lama. Dalam proses ini, baik pencari kerja maupun pengusaha dihadapkan pada

suatu kenyataan sebagai berikut :

1. Pencari kerja mempunyai tingkat pendidikan, keterampilan, kemampuan

dan sikap pribadi yang berbeda. Di pihak lain setiap lowongan yang

tersedia mempunyai sifat pekerjaan yang berlainan. Pengusaha

memerlukan pekerjaan dengan pendidikan, keterampilan, kemampuan,

bahkan mungkin dengan sikap pribadi yang berbeda. Tidak semua

pelamar akan cocok untuk satu lowongan tertentu, dengan demikian tidak

semua pelamar mampu dan dapat diterima untuk satu lowongan tertentu.

2. Setiap pengusaha atau unit usaha menghadapi lingkungan yang berbeda

seperti output, input, manajemen, teknologi, lokasi, pasar sehingga

(23)

jaminan sosial dan lingkungan pekerjaan. Di pihak lain, pencari kerja

mempunyai produktivitas yang berbeda dan harapan-harapan mengenai

tingkat upah dan lingkungan pekerjaan. Oleh sebab itu tidak semua

pencari kerja bersedia menerima pekerjaan dengan tingkat upah yang

berlaku di suatu perusahaan, sebaliknya tidak semua pengusaha mampu

serta bersedia memperkerjakan seorang pelamar dengan tingkat upah dan

harapan yang dikemukakan oleh pelamar tersebut.

3. Baik pengusaha maupun pencari kerja sama-sama mempunyai informasi

yang terbatas mengenai hal-hal yang dikemukakan dalam butir (1) dan (2).

Sekian banyak pelamar, pengusaha biasanya menggunakan waktu yang

cukup lama melakukan seleksi guna mengetahui calon yang paling tepat

untuk mengisi lowongan yang ada.

2.1.3 Permintaan dan Penawaran Tenaga kerja

Permintaan tenaga kerja berhubungan dengan fungsi tingkat upah. Semakin

tinggi tingkat upah, maka semkain kecil permintaan pengusaha akan tenaga kerja.

Tiap perusahaan mempunyai jumlah dan fungsi permintaan yang berbeda sesuai

dengan besar kecilnya perusahaan atau produksi, jenis usaha, penggunaan

teknologi, serta kemampuan manajemen dari pengusaha yang bersangkutan

(Simanjuntakdalam Setiawan, 2010).

Penawaran tenaga kerja merupakan hubungan antara tingkat upah dan

jumlah satuan pekerja yang disetujui oleh pensupply untuk di tawarkan.Jumlah

satuan pekerja yang ditawarkan tergantung pada (1) besarnya penduduk, (2)

(24)

yang ditawarkan oleh peserta angkatan kerja, di mana ketiga komponen tersebut

tergantung pada tingkat upah.Jumlah orang yang bekerja tergantung dari besarnya

permintaan dalam masyarakat.Besarnya penempatan (jumlah orang yang bekerja

atau tingkat employment) dipengaruhi oleh faktor kekuatan penyediaan dan

permintaan tersebut.Selanjutnya, besarnya penyediaan dan permintaan tenaga

kerjadipengaruhi oleh tingkat upah.Apabila tingkat upah naik maka jumlah

penawaran tenaga kerja akan meningkat. Sebaliknya jika tingkat upah meningkat

maka permintaan tenaga kerja akan menurun. Berikut Gambar 2.1 yang

menunjukkan adanya keseimbangan antara permintaan dan penawaran tenaga

kerja.

w

SL

We

DL

0 Ne N

Sumber : Mulyadi Subri, 2003

Gambar 2.1

Kurva Keseimbangan Permintaan Dan Penawaran Tenaga Kerja

Keterangan Gambar :

SL : Penawaran tenaga kerja (supply of labor)

DL : Permintaan tenaga kerja (demand for labor)

W : Upah riil

(25)

Ne : Jumlah tenaga kerja yang diminta

We : Tingkat Upah

E : Keseimbangan permintaan dan penawaran

Berdasarkan Gambar 2.1 diketahui bahwa jumlah orang yang menawarkan

tenaganya untuk bekerja adalah sama dengan jumlah tenaga kerja yang diminta,

yaitu masing-masing sebesar Ne pada tingkat upah keseimbangan We. Dengan

demikian titik-titik keseimbangan adalah titik E.Di sini tidak ada excess supplyof

labor maupun excess demand for labor.Pada tingkat upah keseimbangan We

maka semua orang yang ingin bekerja telah dapat bekerja. Berarti tidak ada orang

yang menganggur.Secara ideal keadaan ini disebut full employment pada tingkat

upah We tersebut. Salah satu masalah yang biasa muncul dalam bidang angkatan

kerja adalah ketidakseimbangan antara permintaan tenaga kerja dan penawaran

tenaga kerja pada suatu tingkat upah.Ketidakseimbangan tersebut dapat berupa:

1. Lebih besarnya penawaran dibanding permintaan terhadap tenaga kerja

(excess supply of labor).

Pada Gambar 2.2 terlihat adanya excess supply of labor dimana pada

tingkat upah W1 penawaran tenaga kerja (SL) lebih besar dari permintaan

tenaga kerja (DL).Jumlah tenaga kerja yang menawarkan diri untuk

bekerja adalah sebanyak N2 sedangkan yang diminta hanya N1 dengan

demikian ada tenaga kerja yang menganggur pada tingkat upah W1

(26)

W

Supply Labour

W1 Excess Supply

Demand Labour

0 N1 N2 N Sumber : Mulyadi Subri, 2003

Gambar 2.2

Kurva Ketidakseimbangan Antara Permintaan Dan Penawaran Terhadap Tenaga Kerja (Excess Supply Of Labor)

Keterangan Gambar :

W : Tingkat upah

N : Jumlah tenaga kerja

2. Lebih besarnya permintaan dibanding penawaran terhadap tenaga

kerja(excess demand for labor).

Pada Gambar 2.3 terlihat adanya excess demand for labor dimana

padatingkat upah W2 permintaan akan tenaga kerja (DL) lebih besar

daripada penawaran tenaga kerja (SL). Jumlah tenaga kerja yang

menawarkan diriuntuk bekerja pada tingkat upah W2adalah sebanyak N3

(27)

W

Supply Labour

W2

Excess

Demand Demand Labor

0 N3 N4 N

Sumber : Mulyadi Subri, 2003

Gambar 2.3

Kurva Ketidakseimbangan Antara Permintaan Dan Penawaran Terhadap Tenaga Kerja (Excess Demand For Labor) 2.1.4 Pengangguran

Pengangguran adalahangka yang menunjukkan berapa banyak dari jumlah

angkatan kerja yang sedang aktif mencari pekerjaan (Subri, 2003).Menurut

Santoso, 2012) pengangguran adalah jumlah akumulasi orang yang tidak bekerja

pada suatu titik waktu tertentu.

Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah bagian dari angkatan

kerja yang sekarang ini tidak bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan.

Sementara setengah menganggur dibagi dalam dua kelompok yaitu: (1) Setengah

MenganggurKetara (Visible Underemployment) ialah jika seseorang bekerja tidak

tetap (part time) di luar keinginannya sendiri, atau bekerja dalam waktu yang

lebih pendek dari biasanya. Dan (2) Setengah Menganggur Tidak Ketara

(Invisible Underemployment) ialah jika seseorang bekerja secara penuh (full time)

(28)

rendah atau pekerjaannya tidak memungkinkan ia untuk mengembangkan seluruh

keahliannya (Subri, 2003).

2.1.4.1Jenis-Jenis Pengangguran

Pengangguran terjadi karena ketidaksesuain antara permintaan dan

penyediaan dalam pasar kerja. Berikut bentuk-bentuk pasar kerja menurut

(Sumarsono, 2009) yaitu :

1. Pengangguran Friksional

Pengangguran Friksional adalah pengangguran yang terjadi karena kesulitan

temporer dalam mempertemukan pencari kerja dan lowonga kerja yang ada.

Kesulitan temporer ini dapat berbentuk : (a) tenggang waktu yang diperlukan

selama proses/prosedur pelamaran dan seleksi, atau terjadi karena faktor jarak dan

kurangnyainformasi; (b) kurangnya mobilitas pencari kerja dimana lowongan

pekerjaan justru terdapat bukan disekitar tempat tinggal si pencari kerja dan (c)

pencari kerja tidak mengetahui dimana adanya lowongan pekerjaan dan demikian

pula pengusaha tidak mengetahui dimana tersedianya tenaga-tenaga yang sesuai.

2. Pengangguran Musiman

Pengangguran musiman adalah pengangguran yang terjadi karena pergantian

musim.Di luar musim panen dan turun kesawah, banyak orang yang tidak

mempunyai kegiatan ekonomis, mereka hanya sekedar menunggu musim

baru.Selama masa menunggu tersebut mereka digolongkan sebagai penganggur

(29)

3. Pengangguran Siklikal

Pengangguran siklikal dalam kegiatan ekonomi yang ada kalanya terjadi

ekspansi kegiatan meningkat.Timbul kejenuhan dan penurunan kegiatan setelah

itu diikuti kenaikan intensitas kegiatan lagi.Siklus seperti ini tentu membawa

dampak pada permintaan tenaga kerja.

4. Pengangguran Struktural

Pengangguran sturktual adalah pengangguran yang terjadi karena perubahan

dalam struktur atau komposisi perekonomian.Perubahan struktur yang demikian

memerlukan perubahan dalam keterampilan tenaga kerja yang dibutuhkan,

sedangkan pihak pencari kerja tidak mampu menyesuaikan diri dengan

keterampilan baru tersebut.

5. Pengangguran Teknologi

Dalam pertumbuhan industri bahwa teknologi yang dipakai dalam proses

produksi yang selalu berubah. Perubahan teknologi produksi membawa dampak

kesempatan kerja keberbagai arah.Kekuatan substitutif dan kekuatan merombak

spesifikasi jabatan yang ditimbulkan membawa dampak negatif bagi kesempatan

kerja berupa pengangguran.

6. Pengangguran karena kurangnya permintaan aggregat

Permintaan total masyarakat merupakan dasar untuk diadakannya kegiatan

investasi. Pengeluaran investasi memberikan peluang untuk tumbuhnya

kesempatan kerja.Kurangnya permintaan aggregat diartikan sebagai mendasar

bukan sementara bulanan atau sementara tahunan, tetapimerupakan kondisi yang

(30)

terjadinya pengangguran menurut sektor ekonomi, pertanian, pertambangan dan

selanjutnya distribusi menurut pendidikan diketahui pengangguran tidak terdidik

atau berpendidikan rendah dapat lebih mudah ditangani karena kesempatan kerja

bagi tenaga berketerampilan mudah lebih besar, sehingga kemungkinan untuk

memperoleh pekerjaan lebih besar.Akan tetapi sebaliknya dapat terjadi bahwa

orang yang berpendidikan rendah susah menyesuaikan diri dengan keterampilan

baru.

2.1.5 Pasar Tenaga Kerja Terdidik dan Tenaga Kerja Tak Terdidik

Penggolongan pasar kerja menurut pasar kerja intern dan eksternmenekankan

proses pengisian lowongan kerja. Sebaliknya penggolongan pasar kerjamenurut

pasar kerja utama dan biasa hanya menekankan aspek atau keadaanlingkungan

pekerjaan dan orang yang sudah bekerja di dalamnya.Pasar kerjamenyangkut

kedua-duanya yaitu seluruh penawaran dan pemintaan akan

tenagakerja.Penawaran mencakup yang sudah bekerja dan pencari

kerja.Permintaanmencakup jumlah pekerjaan yang sudah terisi dan lowongan

yang belum terisi.Pasar kerja membicarakan hubungan permintaan dan penawaran

akan tenagakerja, jadi mencakup aspek proses pengisian lowongan kerja dan

orang-orangyang bekerja serta pekerjaan yang sudah terisi.

Menurut Simanjuntak dalam (setiawan, 2010) Tenaga kerja terdidik

biasanyamempunyai produktivitas kerja yang lebih tinggi dari tenaga kerja tak

terdidik.Produktivitas kerja pada dasarnya tercemin dalam tingkat upah, tiap

lowonganpekerjaan umumnya selalu dikaitkan dengan persyaratan tingkat

(31)

harus melaluisistem sekolah yang memerlukan waktu lama, oleh karena itu

elastisitaspenyediaan tenaga terdidik biasanya lebih kecil daripada penyediaan

tenaga takterdidik.Tingkat partisipasi kerja tenaga terdidik lebih tinggi daripada

partisipasitenaga tak terdidik.Tenaga terdidik biasanya berasal dari keluarga yang

lebihberada, yaitu keluarga kaya, yang mampu menyekolahkan anak-anaknya

keSekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) dan Perguruan

Tinggi.Dengandemikiantenaga kerja dari keluarga miskin umumnya tidak mampu

meneruskanpendidikannya dan terpaksa mencari pekerjaan.

2.1.6 Teori Mencari Kerja (Job Search Theory)

Adanya informasi yang tidak sempurna menyebabkan pekerja harus mencari

informasi tentang perusahaan yang prospektif. Pada saat masih awal mencari

pekerjaan, pekerja biasanya akan menawarkan upah yang masih rendah. Seiring

dengan frekuensi mencari pekerjaan yang semakin sering maka tingkat upah yang

ditawarkan juga akan semakin tinggi. Namun pada frekuensi tertentu, tingkat

upah yang ditawarkan akan kembali rendah setelah semakin seringnya mencari

pekerjaan.

Search Theory adalah suatu metode model yang menjelaskan masalah

pengangguran dari sudut penawaran yaitu keputusan seorang individu untuk

berpartisipasi di pasar kerja berdasarkan karakteristik individu pencari

kerja.Search Theorymerupakan bagian dari economic uncertanty yang timbul

karena informasi di pasar kerja tidak sempurna, artinya para penganggur tidak

mengetahui secara pasti kualifikasi yang dibutuhkan maupun tingkat upah yang

(32)

diketahui pekerja hanyalah distribusi frekuensi dari seluruh tawaran pekerjaan

yang didistribusikan secara acak dan struktur upah menurut tingkatan

keahlian.Search Theory mengasumsikan bahwa pencari kerja adalah individu

yang riskneutral, artinya mereka akan memaksimisasi expected

income-nya.Dengan tujuan maksimisasi expected net income dan reservation wage

sebagai kriteria menerima atau menolak suatu pekerjaan.

Pencari kerja akan mengakhiri proses mencari kerja pada saat tambahan

biaya (marginal cost) dari tambahan satu tawaran kerjatepat sama dengan

tambahan imbalan (marginal return) dari tawaran kerja tersebut. Pencari kerja

menghadapi ketidakpastian tentang tingkat upah sertaberbagai sistem balas jasa

yang ditawarkan oleh beberapa lowongan pekerjaan.Kalaupun informasi tentang

hal ini ada, tetapi biaya untuk memperolehnya mahal(Sutomo, dkk, 1999 dalam

Setiawan 2010).

Search Theory juga mengasumsikan bahwa pencari kerja adalah individu

yang risk neutral. Artinya mereka akan memaksimisasi expected incomenya.

Dengan tujuan maksimisasi expected net income dan reservation wage sebagai

kriteria ia menerima atau menolak suatu pekerjaan, pencari kerja akan mengakhiri

proses mencari kerja pada saat tambahan biaya (marginal return) dari tawaran

kerja tersebut.

2.1.7 Human Capital

Investasi pada bidang sumber daya manusia adalah pengorbanan sejumlah

dana yang dikeluarkan dan kesmepatan memperoleh penghasilan selama proses

(33)

penghasilan yang lebih tinggi untuk mampu mencapai konsumsi yang lebih tinggi

pula. Menurut Sumarsono (2009) Investasi di bidang sumber daya manusia dapat

dilakukan dalam bentuk :

a. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam sumber daya

manusia.Pendidikan tidak hanya menambah pengetahuan,akan tetapi juga

meningkatkan keterampilan bekerja, dengan demikian meningkatkan

produktivitas kerja.Dengan melakukan investasi di bidang pendidikan

akanmemperoleh imbalannya beberapa tahun kemudian dalam bentuk

pertambahan hasil kerja.

Human Capital dibidang pendidikan dapat digunakan dalam beberapa hal:

(1) Sebagai dasar pengambilan keputusan mengenai apakah seseorang akan

melanjutkan sekolah atau tidak, (2) digunakan untuk menerangkan situasi

kerja seperti bertambahnya pengangguran dikalangan tenaga kerja terdidik, (3)

memperkirakan tambahan penyediaan tenaga dari beberapa jenis dan tingakat

pendidikan beberapa tahun ke depan, (4) menyusun kebijaksanaan pendidikan

dan perencanaan tenaga kerja, (5) menentukan apakah suatu program

pendidikan cukup baik untuk diselenggarakan atau tidak (Sumarsono, 2009).

b. Pelatihan

Pelatihan merupakan salah satu bentuk investasi modal manusia disamping

(34)

1. Pelatihan umun adalah jenis pelatihan yang diberikan kepada

seseorang oleh suatu perusahaan atau lembaga, namun hasil pelatihan

tersebut dapat dimanfaatkan oleh perusahaan lainnya.

2. Pelatihan spesifik adalah jenis pelatihan yang diberikan kepada

seseorang oleh suatu perusahaan atau lembaga, hasil pelatihan tidak

dapat dimanfaatkan oleh perusahaan lain.

2.1.8Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan hasil-hasil dari penelitian sebelumnya yang

terkait tentang lama mencari kerja pada tenaga kerja terdidik. Beberapa

penelitian tersebut antara lain :

1.Satrio Adi Setiawan (2010)

Judul : Pengaruh umur, pendidikan, pendapatan, pengalaman kerja dan jenis

kelamin terhadap lama mencari kerja bagi tenaga kerja terdidik di kota

Magelang. Hasil penelitian sebagai berikut :

a. Variabel umur memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap lama

mencari kerja. Berarti bahwa semakin tua umur pencari kerja akan

semakin lama waktu yang digunakan untuk mencari kerja.

b. Variabel pendidikan memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap

lama mencari kerja. Berarti bahwa semakin tingginya pendidikan pencari

kerja justru akan semakin lama waktu yang digunakan untuk mencari

(35)

c. Variabel pendapatan memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap

lama mencari kerja. Berarti bahwa semakin tinggi pendapatan yang

diperoleh akan semakin lama waktu yang digunakan untuk mencari kerja.

d. Variabel pengalaman kerja memiliki pengaruh positif yang signifikan

terhadap lama mencari kerja. Berarti bahwa pencari kerja yang memiliki

pengalaman kerja akan lebih cepat waktu yang digunakan untuk mencari

kerja dibandingkan yang tidak memiliki pengalaman.

e. Variabel jenis kelamin memiliki pengaruh negatif yang signifikan

terhadaplama mencari kerja. Berarti bahwa pencari kerja yang berjenis

kelamin laki-lakiakan lebih lama waktu yang digunakan untuk mencari

kerja dibandingkandengan perempuan.

f. Dari lima variabel yang diteliti, variabel pendapatan merupakan variable

paling dominan dalam mempengaruhi lama mencari kerja bagi tenaga

kerjaterdidik di Kota Magelang.

2.Andi Supratikno dan Nenik Woyanti (2011)

Judul : Fakto-faktor yang mempengaruhi lama mencari kerja bagi tenaga kerja

terdidik di kabupaten Semarang. Hasil penelitian sebagai berikut :

a. Variabel pendapatan memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap

lama mencari kerja. Berarti bahwa semakin tinggi pendapatan

yangdiperoleh akan semakin lama waktu yang digunakan untuk mencari

kerja.

b. Variabel tingkat pendidikan memiliki pengaruh positif yang

(36)

pendidikanpencari kerja justru akan semakin lama waktu yang digunakan

untukmencari kerja.

c. Variabel umur memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap

lamamencari kerja. Berarti bahwa di Kabupaten Semarang umur pencari

kerjayang semakin tua akan singkat waktu yang digunakan untuk mencari

kerja.

d. Variabel Pendidikan Teknis memiliki pengaruh positif yang

signifikanterhadap lama mencari kerja. Berarti bahwa di Kabupaten

Semarangbahwa pencari kerja dengan latar belakang pendidikan kejuruan

akan lebihsiap masuk pasar kerja sesuai dengan tujuan pendidikan

kejuruan itusendiri, akibatnya lama mencari kerja lebih kecil.

e. Dari empat variabel yang diteliti, variabel tingkat pendidikan

merupakanvariable paling dominan dalam mempengaruhi lama mencari

kerja bagitenaga kerja terdidik di Kabupaten Semarang.

3. Azhar Putera Kurniawan dan Herniawati Retno Handayani (2013)

Judul : Analisis lama mencari kerja bagi tenaga kerja terdidik di kabupaten

Purworejo. Hasil penelitian sebagai berikut :

a. Variabel pendidikan memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap

lama mencari kerja. Hal ini menunjukkan semakin tinggi tingkat

pendidikan pencari kerja di Kabupaten Purworejo akan semakin singkat

(37)

b. Variabel umur memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap lama

mencari kerja. Berarti bahwa semakin tua umur pencari kerja akan

semakin lama waktu yang digunakan untuk mencari kerja.

c. Variabel gaji memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap lama

mencari kerja. Hal ini menunjukkan semakin tinggi gaji yang diperoleh

akan semakin lama waktu yang digunakan untuk mencari kerja.

d. Terdapat perbedaan lama mencari kerja antara status pekerjaan formal dan

status pekerjaan informal, yaitu responden yang bekerja di sektor formal

waktu untuk mendapatkan pekerjaan lebih lama dibandingkan responden

yang bekerja di sektor non-formal yang membutuhkan waktu lebih singkat

untuk mendapatkan pekerjaan. Dari empat variabel yang digunakan pada

penelitian ini, variabel umur merupakan variabel yang paling dominan

dalam mempengaruhi lama mencari kerja bagi tenaga kerja terdidik di

Kabupaten Purworejo. Dari empat variabel pada penelitian ini variabel

status pekerjaan secara individu tidak berpengaruh terhadap lama mencari

kerja. Namun dari empat variabel yang digunakan penelitian ini secara

(38)

2.2 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dalam penelitian adalah sebagai berikut :

Gambar 2.4 Kerangka Konseptual 2.3 Hipotesis

Dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Diduga umur berpengaruh terhadap lama mencari kerja.

2. Diduga tingkat pendidikan berpengaruh terhadap lama mencari kerja.

3. Diduga harapan pendapatan berpengaruh terhadap lama mencari kerja.

4. Diduga terdapat perbedaan lama mencari kerja antara jenis kelamin

laki-laki dan perempuan. Umur (X1)

Pendidikan (X2)

Pendapatan (X3)

Jenis Kelamin (X4)

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif.Penelitian

deskriptif adalah suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk mencandra atau

mendeskripsikan secara sistematik, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan

sifat-sifat suatuobjek atau populasi tertentu (Sinulingga,2011:23).Penelitian ini

mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi lama mencari kerja bagi

tenaga kerja terdidik di Kota Medan, maka data yang digunakan adalah data

kuantitatif atau data primer yang diperoleh langsung dari objek penelitian.

3.2Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Medan dan memfokuskan pada masyarakat

yang berpendidikan SMA, Akademi dan Universitas.Waktu penelitian adalah

November 2014 sampai denganApril 2015.

3.3Definisi operasional

1. Lama mencari kerja (Y)

Merupakan waktu yang dilalui oleh pencari kerja untuk mendapatkan

pekerjaan yang sekarang ditekuni sejak selesai menempuh pendidikan

(40)

2. Umur (X1)

Menyatakan umur responden pada saat mendapatkan pekerjaan yang

sekarang sedang digelutinya.Diukur dalam satuan tahun.

3. Tingkat Pendidikan (X2)

Menyatakan waktu yang ditempuh dalam menyelesaikan pendidikan

dengan tingkat pendidikan SLTA, Akademi dan Universitas. Indikator

jenjang pendidikan dinyatakan dalam SMA = 12, D3 = 15, S1 = 17

Diukur dalam satuan tahun.

4. Harapan Pendapatan (X3)

Jumlah seluruh penghasilan atau penerimaan yang diinginkan responden

baik berupa gaji atau upah maupun pendapatan dari usaha dan pendapatan

lainnya selama satu bulan.Diukur dalam satuan rupiah.

5. Jenis Kelamin (X4)

Menyatakan jenis kelamin dari responden. Diukur dengan skala dummy :

1 = jika jenis kelamin laki-laki; 0 = jika jenis kelamin perempuan. 3.4Populasi dan sampel penelitian

3.4.1 Populasi

Menurut sugiyono Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu.Populasi dalam penelitian ini adalah tenaga kerja terdidik atau tenaga

kerja dengan tingkat pendidikan SMA, akademi dan universitas yang bekerja

(41)

adalah tenaga kerja yang sebelumnya telah selesai menempuh pendidikan

yang tertinggi dan masih dalam usia produktif yaitu antara umur 18 - 45 tahun.

3.1.5 Sampel

Sampel adalah bagian suatu subjek atau objek yang mewakili populasi.

Untuk menentukan ukuran sampel dari populasi dengan menggunakan slovin

(1960), dengan rumus :

N

n =

1 + Ne2 n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = nilai kritis yang diinginkan (persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel populasi. Berdasarkan rumus di atas ditentukan besarnya populasi dengan batas kesalahan adalah 10%.

2.135.516 n =

1 + 2.135.516(10%)2

n = 99.99 n = 100

(42)

Sumber/Source : BPS Kota Medan, Data Penduduk Desember 2013

3.5Jenis Data

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau objek

yang diteliti atau ada hubungannya dengan objek yang diteliti.Wawancara

langsung dengan kuesioner yang ditanyakan kepada responden tenaga kerja

terdidik dengan tingkat pendidikan SMA, Akademi dan Universitas di Kota

Medan.Data primer yang akan dikumpulkan meliputi data tentang umur,

pendidikan, pendapatan, jenis kelamin dan lama mencari pekerjaan.

2. Data Sekunder

Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari instansi

terkait yaitu Badan Pusat Statistik Kota Medan, Dinas Tenaga Kerja.Data

(43)

ketenagakerjaan, pendidikan serta kumpulan data statistik terkait yang

lainnya.Untuk lebih melengkapi pemaparan hasil penelitian, digunakan

rujukan dan referensi lainnya yang relevan, misalnya dari laporan hasil

penelitian, jurnal, dan publikasi terkait lainnya.

3.6Metode pengumpulan data

Dalam penelitian ini menggunakan metode:

1. Metode Kuesioner

Menurut Hudori Nawawi, kuesioneradalah usaha mengumpulkan informasi

dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara

tertulis oleh responden.

2. Metode Library Research (Penelitian Studi Pustaka)

Cara pengumpulan data baik kuantitatif maupun kualitatif melalui

sumber-sumber seperti jurnal-jurnal, buku-buku ilmiah, dan penelitian-penelitian

yang pernah dilakukan sebelumnya.

3.7Teknik Analisis Data 3.7.1 Alat Analisis Data

Alat analisis data yang digunakan dalam menaganalisis data penelitian

yaitu :

1. Dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product and

Service Solution) 21.

2. Analisis Regresi Linier Berganda, regresi linier mengestimasi

besarnya koefisien-koefisien yang dihasilkan oleh persamaan yang

(44)

digunakan sebagai alat prediksi besar nilai variable tergantung

(Sarwono, 2006). Dengan model persamaan sebagai berikut :

Y = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + e

Keterangan :

Y = Lama mencari kerja tenaga kerja terdidik ( bulan )

b0 = Konstanta

b1,b2,...b4 = Koefisien regresi

X1 = Umur

X2 = Tingkat pendidikan

X3 = Pendapatan

X4 = Jenis kelamin

3.7.2 Metode Analisis Data

1. Koefisien Detarminasi (R²)

Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variable terikat.Nilai

koefisien determinasi adalah diantara nol atau satu.Nilai R² yang kecil

berarti kemampuan variable-variabel independen dalam menjelaskan

variasi variabel dependen terbatas.Nilai yang mendekati satu berarti

varibel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variasi varibel dependen (Kuncoro, 2009).

2. Uji Signifikan Simultan (Uji Statistik F)

Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel bebas (X) yang

dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama

(45)

a. Ho : b1 = 0

Artinya: Tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel

bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).

b. Ha : b1 ≠ 0

Artinya: Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel

bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).

Kriteria pengambilan keputusan pada penelitian ini menggunakan α =

5% dan derajat kebebasan (n-k), kemudian dibandingkan dengan thitung.

Ho diterima: thitung< ttabel (tidak ada pengaruh yang nyata antara X1, X2, X3,

X4dan Y).

Ha diterima: thitung> ttabel (ada pengaruh yang nyata antara X1, X2X3, X4dan

Y).

3. Uji Signifikan Individual (Uji Statistik t)

Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh satu variabel penjelas secara

individual dalam menerangkan variasi variabel terikat.Dengan langkah

pengujian :

a. H0 : b1 = 0, artinya suatu variabel bebas bukan merupakan variabel

penjelas yang signifikan terhadap variabel terikat.

b. Ha : b1 ≠ 0, artinya suatu variabel bebas merupakan variabel penjelas

yang signifikan terhadap variabel terikat.

Kriteria dalam pengambilan keputusan:

H0 diterima jika Fhitung< Ftabel pada α = 5%

(46)

Dengan kriteria pengujian pada tingkat kepercayaan 95% adalah H0

diterima jika Fhitung< Fα dan H0 ditolak jika Fhitung> Fα.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian 4.1.1 Letak Geografis

Kota Medan terletak antara 3º 27´ - 3º 47´ Lintang Utara dan 98º 35´ - 98º

44´ Bujur Timur dengan ketinggian 2,5-37,5 meter di atas permukaan laut.Kota

Medan merupakan salah satu dari 33 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara dengan

luas daerah sekitar 265,10 km². Kota ini merupakan pusat pemerintahan.Daerah

Tingkat I Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli

Serdang di sebelah utara, selatan, barat, dan timur.

(47)

Pembangunan kependudukan dilaksanakan dengan mengindahkan

kelestarian sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup sehingga mobilitas dan

persebaran penduduk tercapai optimal.

Mobilitas dan persebaran penduduk yang optimal, berdasarkan pada adanya

keseimbangan antara jumlah penduduk dengan daya dukung dan daya tmpung

lingkungan. Persebar penduduk yang tidak didukung oleh lingkungan dan

pembangunan akan menimbulkan masalah social yang kompleks, dimana

penduduk menjadi beban bagi lingkungan maupun sebaliknya.

Pada tahun 2013, penduduk Kota Medan mencapai 2.135.516 jiwa.

Dibanding hasil proyeksi 2013, terjadi pertambahan penduduk sebesa 12.712 jiwa

(0,6%). Dengan luas wilayah mencapai 265,10 km², kepadatan penduduk

mencapai 8.055 jiwa/km². Adapun jumlah penduduk berdasarkan Kecamatan dan

jenis kelamin Kota Medan dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Berdasarkan Kecamatan dan Jenis Kelamin Kota Medan Tahun 2012

No Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah

(48)

15 Medan Timur 52.906 56.539 109.445

Jumlah 105.3393 108.2123 213.5516 Sumber : BPS Kota Medan 2012 (diolah)

Tabel 4.1 Menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Kota Medan jika

dilihat dari jenis kelamin, Kecamatan Medan Deli yang padat penduduknya

mencapai 86.937 jiwa laki-laki dan 85.014 jiwa perempuan. Beberapa kecamatan

di Kota Medan setara dengan kepadatan penduduknya di Kecamatan Medan Deli

seperti Medan Marelan mencapai 75.066 jiwa laki-laki dan 73.131 jiwa

perempuan, Medan Helvetia mencapai 71.586 jiwa laki-laki dan 74.805

perempuan, Medan Denai mencapai 71.750 laki-laki dan 71.7100 perempuan,

Medan Tembung mencapai 65.761 laki-laki dan 68.882 perempuan, Medan Johor

mencapai 62.331 jiwa laki-laki dan 64.336 perempuan, Medan Amplas mencapai

57.918 jiwa laki-laki dan 59.004 jiwa perempuan, Medan Sunggal mencapai

55.717 jiwa laki-laki dan 57.927 jiwa perempuan, Medan Labuhan mencapai

57.635 jiwa laki-laki dan 55.679 jiwa perempuan, Medan Timur mencapai 52.906

jiwa laki-laki dan 56.539 jiwa perempuan dan selanjutnya Medan Selayang

mencapai 49.525 jiwa laki-laki dan 51.532 jiwa perempuan.

4.1.3 Kondisi Perekonomian Kota Medan

PDRB sebagai ukuran produktivitas mencerminkan seluruh nilai barang dan

jasa yang dihasilkan oleh suatu wilayah dalam satu tahun.Adanya peningkatan

(49)

Sumatera Utara setiap tahun tentu saja sangat menggembirakan, namun angka

tersebut belum dapat menggambarkan pemerataan pendapatan masyarakat pada

setiap strata ekonomi.Pengaruh inflasi sangat dominan dalam pembentukan nilai

PDRB. Dapat dilihat dalam tabel 4.2 menunjukkan persentase PDRB menurut

lapangan usaha di dominasi pada perdagangan yang mencapai 27,07% kemudian

diikuti oleh pengangkutan dan komunikasi sebesar 20,76%.

Tabel 4.2

Persentase PDRB Menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kota Medan (%) Tahun 2012

Lapangan Usaha Rupiah

(juta)

Persentase

Pertanian 849.528 2,05

Pertambangan dan Penggalian 546 0,00

Industri dan Pengolahan 5.144.016 12,39

Listrik, Gas dan Air Bersih 532.917 1,28

Bangunan 4.612.724 11,11

Perdagangan 11.238.275 27,07

Pengangkutan dan Komunikasi 8.619.361 20,76

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 6.084.628 14,65

Jasa-Jasa 4.437.327 10,69

Total 41.519.320 100

Sumber : Bps Kota Medan (2012)

(50)

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 responden. Dengan

karakteristik responden yang berkaitan dengan lama mencari kerja meliputi :

umur, tingkat pendidikan, pendapatan dan jenis kelamin.

4.2.1 Responden Menurut Umur

Umur seseorang dapat mencerminkan kemampuan dan kondisi secara fisik,

yang memungkinkan menjadi pertimbangan dalam pasar tenaga kerja.

Tabel 4.3

Jumlah Responden Menurut Umur Di Kota Medan Tahun 2014

Sumber : Hasil Penelitian , Maret (2015)

Pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa menurut kelompok umur, responden

didominasi oleh responden kelompok umur 20-24 tahun sebesar 44% sementara

yang terendah yaitu pada umur 35± sebesar 8%. Proporsi demikian menunjukkan

bahwa umur usia-usia awal setelah kelulusan dalam pendidikan formal

menunjukkan jumlah pencari kerja terdidik yang paling besar.

4.2.2 Responden Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah salah satu faktor yang paling penting dalam mencari

pekerjaan.Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin besar pula

peluang untuk memilih atau mendapatkan pekerjaan.

Tabel 4.4

Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan Di Kota Medan Tahun 2014

(51)

Sumber : Hasil Penelitian , Maret (2015)

Pada Tabel 4.4 menunjukkan responden berpendidikan SMA yang paling

tinggi di dominasi sebesar 54%.Diikuti oleh responden yang berpendidikan

Universitas sebesar 37%.Sementara responden yang paling sedikit adalah yang

berpendidikan Akademi hanya sebesar 9%.

4.2.3Responden Menurut Tingkat Pendapatan

Pendapatan merupakan jumlah atau seluruh penerimaan yang diperoleh baik

berupa gaji maupun upah selama satu bulan.Berikut tabel 4.5 mengenai jumlah

responden menurut pendapatan.

Tabel 4.5

Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendapatan Di Kota Medan Tahun 2014

Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Persentase

(52)

Sumber : Hasil Penelitian , Maret (2015)

Pada Tabel 4.5 terlihat bahwa banyaknya responden yang memiliki

pendapatan sebesar Rp 1.700.001 sampai dengan Rp 2.600.000 per bulan

sebanyak 43%.Sedangkan responden yang jumlah pendapatan RP 6.200.001- RP

7.100.000 menunjukkan persentase terendah sebesar 1%.Diikuti dengan

pendapatan RP 7.100.001 dengan responden 2%.

4.2.4Responden Menurut Jenis Kelamin

Dalam tabel 4.6 berikut mengenai jumlah responden menurut jenis kelamin.

Tabel 4.6

Jumlah Responden Menurut Jenis Kelamin Di Kota Medan Tahun 2014

≥7.100.001 2 2%

Jumlah 100 100%

Jenis Kelamin

Jumlah

Responden Persentase

Laki-laki 53 49%

(53)

Sumber: Hasil Penelitian , Maret (2015)

Pada Tabel 4.9menunjukkan bahwa banyaknya responden yang

berjeniskelamin laki-laki lebih di dominasi sebesar 53% dan jenis kelamin

perempuan 47%. Hal ini menunjukkan bahwa keinginan dan tanggung jawab

seorang laki-laki lebih besar dalam memenuhi kebutuhan rumahtangga.

4.2.4Responden Menurut Lama Mencari Kerja

Masa mencari kerja adalah dimana seseorang terus berusaha mencari pekerjaan

atau lamanya seseorang menganggur setelah menamatkan pendidikannya.Berikut

tabel 4.7 mengenai jumlah responden lama mencari kerja.

Tabel 4.7

Jumlah Responden Menurut Lama Mencari Kerja Di Kota Medan Tahun 2014

Sumber : Hasil Penelitian , Maret (2015)

Tabel 4.7 menunjukkan persentase tertinggi 48% berada pada lama

mencari kerja 1 - 4 bulan setelah menamatkan pendidikan. Sedangkan terendah

pada 20 ± bulan dengan jumlah persentase 1%. Dalam hal ini dapat disimpulkan

secara keseluruhan bahwa sebagian besar lama mencari bagi kerja tenaga kerja

Jumlah 100 100%

Lama Mencari Kerja Jumlah responden Persentase

(54)

terdidik didominasi pada lulusan SMA yang rata-rata hanya membutuhkan waktu

1 – 4 bulan untuk mendapatkan pekerjaan sedangkan untuk lulusan universitas

dan akademi sebagian besar membutuhkan waktu yang sedikit lama hal ini

disebabkan karena lulusan universitas dan akademi lebih memilih pekerjaan yang

sesuai dengan pendidikannya.

4.3Metode Analisis

Ketepatan fungsi regresi dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari

Goodness of Fitnya.Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai

koefisien determinasi, nilai statistik F dan nilai statistik t.

1. Koefisien Determinasi (R)

Koefisien determinasi ini digunakan untuk menjelaskan seberapa

besarpengaruh variabel-variabel bebas memiliki pengaruh terhadap variabel

terikatnya.Dari hasil perhitungandapat diketahui bahwa koefisien determinasi

(R2) yang diperoleh sebesar 0,506.Hal ini menunjukkan bahwa variabel umur,

pendidikan, pendapatan dan jenis kelamin dapat menerangkan 50,6 persen variasi

lamamencari kerja. Sedangkan sisanya 49,4 persen lama mencari kerja dapat

dijelaskanoleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model analisis dalam

penelitianini.

Tabel 4.8

(55)

Model Summaryb a. Predictors: (Constant), JK, Pendidikan, Umur, Pendapatan

b. Dependent Variable: LMK

2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk membuktikan apakah variabel independen (umur,

pendidikan, pendapatan dan jenis kelamin) secara bersama-sama (simultan)

mempunyai pengaruh yang signifikan baik positif maupun negatif terhadap

variabel dependennya (lama mencari kerja).

Dengan kriteria sebagai berikut :

Ho diterima jika

F

hitung< Ftabelpada � = 5%

Ha diterima jika

F

hitung> Ftabelpada � = 5%

Nilai

F

hitungdapat diperoleh dengan menggunakan SPSS versi 21 dapat dilihat

dalam tabel berikut :

Tabel 4.9

a. Dependent Variable: LMK

b. Predictors: (Constant), JK, Pendapatan, Umur, Pendidikan

Berdasarkan tabel diatas nilai Fhitung= 24,367 dan Ftabeldengan kesalahan � = 5%

(56)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa

F

hitung> Ftabel, maka Ho diterima yang

artinya variabel umur, pendidikan, pendapatan dan jenis kelamin berpengaruh

signifikan terhadap lama mencari kerja bagi tenega kerja terdidik di Kota Medan.

3. Uji Signifikan Individual (Uji Statistik t)

Uji statistik t dilakukan untuk menguji lama mencari kerja bagi tenaga kerja

terdidik di kota medam berpengaruh terhadap umur, tingkat pendidikan,

pendapatan dan jenis kelamin.

Dengan kriteria sebagai berikut :

Ho diterima jika

t

hitung> ttabelpada � = 5%

Ha diterima jika

t

hitung> ttabelpada � = 5%

Nilai

t

hitungselanjutnya akan dibandingkan dengan ttabel, dan tingkat kesalahan � =

5% dan derajat kebebasan (df) = n – (k)-1, yaitu (df) = 95. Maka diperoleh

ttabeldengan � = 5% adalah sebesar1,985.

Dari tabel 4.10 dapat dijelaskan bahwa variabel pendapatan = -2,446 dan

variabel jenis kelamin = 0,647 jika dilihat dari nilainya dimana

t

hitung < ttabel, maka

Ha diterima dan Ho ditolak sedangkan variabel umur = 2,245 ,variabel pendidikan

= 8,304 dimana

t

hitung > ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak.

Tabel 4.10

Hasil Regresi Linear Berganda

(57)

Model a. Dependent Variable: LMK

Berdasarkan pada Tabel 4.10, dapat diketahui konstanta dan koefisisien

regresi linier berganda setiap variabel sehingga dapat dibentuk suatu persamaan

sebagai berikut :

Y = -14,776 + 0,27 X1 + 0,000 X2 – 0,016 X3 –0,519 X4 + e

Dari persamaan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

a. Nilai signifikansi dari variabel umur adalah 0,027 dimana hasil tersebut lebih

kecil dari nilai signifikansi 0,05 dan bertanda positif, artinya bahwa variabel

umur berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel lama mencari kerja.

b. Nilai signifikansi dari variabel pendidikan adalah 0,000 dimana hasil tersebut

lebih kecil dari nilai signifikansi 0,05 dan bertanda positif, artinya bahwa

variabel pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel lama

mencari kerja.

c. Nilai signifikansi dari variabel pendapatan adalah 0,016 dimana hasil tersebut

lebih kecil dari nilai signifikansi 0,05 dan bertanda negatif, artinya bahwa

variabel pendapatan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap variabel lama

mencari kerja.

d. Nilai signifikansi dari variabel jenis kelamin adalah 0,519 dimana hasil

(58)

bahwa variabel jenis kelamin berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

variabel lama mencari kerja.

4.4Pembahasan

Analisis linear berganda adalah model untuk mengetahui pengaruh variabel

independen yaitu umur, tingkat pendidikan, pendapatan dan jenis kelamin

terhadap variabel dependen yaitu lama mencari kerja tenaga kerja terdidik.

Perhitungan statistik dalam analisis regresi linear berganda yang digunakan

dalam penelitian ini adalah menggunakan bantuan program komputer yang

mendukung, dalam hal ini menggunakan program SPSS 21.

Secara umum penelitian ini menunjukkan hasil yang sesuai dengan yang

diharapkan. Penjelasan kemaknaan dari masing-masing variabel independen

terhadap variabel dependen dijelaskan sebagai berikut :

1. Pengaruh Umur Terhadap Lama Mencari Kerja.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel umur memiliki pengaruh

positif dan signifikan terhadap lama mencari kerja.Hasil ini memberikan bukti

bahwa umur yang semakin tua akan semakin sulit dalam mencari kerja.

Koefisien regresi umur adalah sebesar 0,148 menyatakan bahwa setiap

pertambahan umur sebesar 1 tahun akan menyebabkan lama mencari kerja

bertambah sebesar 0,148 bulan. Dalam hal ini bahwa para pencari kerja yang

usia produktif lebih dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan sebab diusia

tersebut mereka lebih cepat menguasai dan mengerjakan suatu pekerjaan.

(59)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pendidikan memiliki pengaruh

positif dan signifikan terhadap lama mencari kerja.Hasil ini memberikan bahwa

semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin lama untuk mencari

perkerjaan karena lebih memilih-milih pekerjaan yang sesuai dengan

pendidikannya.Koefisien regresi pendidikan adalah sebesar 1,287 menyatakan

bahwa setiap peningkatan pendidikan sebesar 1 tahun akan menyebabkan lama

mencari kerja meningkat sebesar 1,287 bulan.

3. Pengaruh Pendapatan Terhadap Lama Mencari Kerja

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pendapatan memiliki pengaruh

negatif dan signifikan terhadap lama mencari kerja.Hasil ini memberikan bahwa

pencari kerja yang berpendapatan lebih tinggi akan lebih lama dalam mencari

kerja. Hal ini menunjukkan besarnya pengaruh variabel pendapatan terhadap

lama mencari kerja tenaga kerja terdidik artinya apabila variabel pendapatan

meningkat 1 rupiah, maka lama menganggur tenaga kerja terdidik akan menurun

sebesar -6,150 bulan.

5. Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Lama Mencari Kerja

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel jenis kelamin memiliki pengaruh

positif dan signifikan terhadap lama mencari kerja.Hasil ini memberikan bukti

bahwa adanya perbedaan lama mencari kerja antara pencari kerja yang berjenis

kelamin laki-laki dengan pencari kerja berjenis kelamin perempuan. Koefisien

regresi jenis kelamin adalah sebesar -0,406 menyatakan bahwa pencari kerja

(60)

Hal ini dapat dijelaskan bahwa keinginan perempuan untuk mencari kerja lebih

besar dan perempuan pun lebih leluasa dalam mencari kerja karena tidak ada

(61)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Dari hasil analisis yang dilakukan dapat diperoleh kesimpulan sebagai

berikut:

1. Variabel Umur memiliki pengaruh positif yang sigifikan terhadap lama

mencari kerja tenaga kerja terdidik di Kota Medan dengan nilai signifikan<

0,05. Hal ini berarti semakin tua umur pencari keja akan semakin lama dalam

mencari pekerjaan

2. Variabel Pendidikan memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap lama

mencari kerja begi tenaga kerja terdidik di Kota Medan karena nilai

singnifikan < 0,05. Hal ini berarti semakin tinggi pendidikan seseorang maka

semakin lama untuk mencari pekerjaan.

3. Variabel Pendapatan memiliki pengaruh negatif yang signifkan terhadap lama

mencari kerja tenaga kerja terdidik di Kota Medan dengan nilai signifikan <

0,05.Hal ini berarti semakin tingg pendapatan seseorang maka semakin lama

untuk mendapatkan pekerjaan.

4. Variabel Jenis Kelamin memiliki pengaruhnegatif yangsignifikan terhadap

lama mencari kerja begi tenaga kerja terdidik di kota Medan karena nilai

singnifikan > 0,05. Hal ini berarti adanya perbedaan antara laki-laki dan

(62)

5.2 Saran

Dari kesimpulan diatas dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut :

1. Pada usia produktif diharapkan para pencari kerja lebih aktif dalam mencari

informasi lowongan pekerjaan yang sesuai dengan bidang keahlian dan

pendidikan karena perusahaan sekarang ini lebih mengutamakan pencari kerja

yang usianya masih muda.

2. Adanya jiwa kewirausahaan yang ditanamkan karena dapat menjadi solusi

untuk menciptakan lapangan kerja yang dituntut untuk berpikir secara inovatif

dan kreatif.

3. Tidak adanya perbedaan pencari kerja laki-laki dan perempuan sehingga

(63)

DAFTAR PUSTAKA

Alhusin, Syahri, 2003. AplikasiStatistikPraktisdengan SPSS.10 for

Windows.GrahaIlmu, Yogyakarta.

BadanPusatStatistik, Batu Bara dalamAngka in Figures 2013.

ElfindridanNasriBachtiar, 2004.EkonomiKetenagakerjaan. Universitas Andalas, Padang.

Febriansyah, 2014.“AnalisisFaktor-Faktor Yang Mempengaruhi LamaMencariKerjaBagiTenagaKerjaTerdidik Di Kota Bengkulu

(StudiKasus di KecamatanGadingCempaka)”. Skripsi FE Universitas Bengkulu.

Kuncoro, Mudrajad, 2009. MetodeRisetuntukBisnisdanEkonomi, Edisi 13, Erlangga, Jakarta.

Kurniawan, AzhardanHerniawati, 2013.“Analisis Lama MencariKerjaBagiTenagaKerjaTerdidik Di KabupatenPurwoerejo.Jurnal

IESP FEBUniversitasDiponegoro, Semarang.

Santoso, Rokhedi, 2012. EkonomiSumberDayaManusiadanKetenagakerjaan.UPP STIM YKPN, Yogyakarta.

Sarwono, Jonathan, 2006. Analisis Data PenelitianMenggunakan SPSS 13, Andi Offset.Yogyakarta.

Satriawan, Satrio, 2010. PengaruhUmur, Pendidikan, Pendapatan, PengalamanKerja Dan JenisKelaminTerhadap Lama MencariBagiTenagaKerjaTerdidik Di Kota Magelang”.Skripsi FE UNDIP,

Gambar

TABEL 1.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran
TABEL 1.2
Gambar 2.1 Kurva Keseimbangan Permintaan Dan Penawaran Tenaga Kerja
Gambar 2.2 Kurva Ketidakseimbangan Antara Permintaan Dan Penawaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar pengaruh variabel umur, keterampilan dan pendapatan keluarga terhadap lama mencari kerja bagi lulusan SMA

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor pendidikan, keterampilan, pendapatan keluarga dan jenis kelamin berpengaruh terhadap lama mencari kerja yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh umur, pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, keterampilan dan pendidikan terhadap lama mencari kerja alumni

signifikan terhadap lama mencari kerja alumni Fakultas Ekonomi Universitas Jember. Untuk masing –masing variabel adalah sebagai berikut :. 1) Variabel umur dan pendapatan keluarga

Hal ini ditunjukkan dengan nilai konstanta sebesar - 22,363 menunjukkan rata-rata lama mencari kerja responden dengan status pekerjaan non-formal, sedangkan nilai

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Nurullia Ariesty Djavendra, menyatakan bahwa skripsi dengan judul : ANALISIS LAMA MENCARI KERJA BAGI TENAGA KERJA TERDIDIK

Hal ini ditunjukkan dengan nilai konstanta sebesar - 22,363 menunjukkan rata-rata lama mencari kerja responden dengan status pekerjaan non-formal, sedangkan nilai

Menurut Mauled Moelyono dalam Sutomo, dkk (1999), menyatakan bahwa meningkatnya pengangguran tenaga kerja terdidik disebabkan oleh makin tingginya tingkat pendidikan