SKRIPSI
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAMA MENCARI KERJA BAGI TENAGA KERJA TERDIDIK
DI KOTA MEDAN
OLEH
M. ANUGERAH SETIAWAN RITONGA 120501216
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2019
MEDAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi lama mencari kerja bagi tenaga kerja terdidikdi KotaMedan dengan menggunakan data primer. Adapun variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalahumur, tingkat pendidikan, harapan pendapatan, dan jenis kelamin.
Metode yang digunakan dalam analisis terhadap pengaruh lama mencari kerja bagi tenaga kerja terdidik adalah analisis regresi linier bergandadengan menggunakan software untuk mengolah data yaitu dengan menggunakan Eviews7.
Hasil estimasi dari penelitian ini menunjukkan bahwa umur, pendidikan, dan harapan pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap lama mencari kerja bagi tenaga terdidik di Kota Medan. Terdapat perbedaan antara tenaga kerja terdidik laki-laki yang memiliki lama mencari kerja lebih rendah dibandingkan tenaga kerja terdidik perempuan.Nilai koefisien determinasi (r-square) sebesar 0,988 memberi informasi bahwa secara bersama-sama variabel umur, tingkat pendidikan, harapan pendapatan, jenis kelaminmampu menjelaskan variasi variabel lama mencari kerjasebesar 98,8%, sedangkan sisanya sebesar 1,2%
dijelaskan oleh faktor lain yang tidak disertakan pada model penelitian ini.
Kata kunci: Umur, Tingkat Pendidikan, Harapan Pendapatan, Jenis Kelamin, Lama Mencari Kerja
The purpose of this study is to analyze the factors that influence the length of time seeking work for educated workers in the city of Medan by using primary data. The independent variables used in this study were age, education level, income expectations, and gender.
The method used in the analysis of the effect of long time looking for work for educated labor is multiple linear regression analysis using software to process data that is by using Eviews7.
The estimation results from this study indicate that age, education, and income expectations have a positive and significant effect on the length of time seeking work for educated workers in the city of Medan. There is a difference between educated men and women who have a long job search lower than female educated workers. The value of the coefficient of determination (r-square) of 0.988 informs that together the variables of age, education level, income expectation, gender are able to explain variations in the old variable looking for work by 98.8%, while the remaining 1.2% is explained by other factors not included in this research model.
Keywords: Age, Education Level, Income Expectation, Gender, Duration Looking for Work
yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis telah mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lama Mencari Kerja bagi Tenaga Kerja Terdidik di Kota Medan”. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat diselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, teristimewa kepada kedua orangtua Ayahanda Ediwardo Ritonga S.Sos dan Ibunda Suhartini Koto yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan selama proses perkuliahan dan pengerjaan skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:
1. Bapak Prof Dr. Ramli, SE, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, MP, selaku Ketua Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
3. Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution, SE, MSi, selaku Sekretaris Program Studi S- 1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Dr. Rujiman, MA,selaku Dosen Pembimbing yang telahmeluangkan waktu dan memberikan arahan dengan penuh kesabaran sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
6. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.
7. Bapak/Ibu Tenaga Kerja Lanjut Usia (Lansia) di Kota Medan yang telah memberikan waktu, tenaga, dan informasi kepada penulis.
8. Bapak/Ibu Staf Pegawai Badan Pusat Statistik Kota Medan dan Provinsi Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam pemberian data.
9. Teman-teman Jurusan Ekonomi Pembangunan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikanskripsi ini khususnya angkatan 2012.
Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, sangat baik jika ada kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini memberi manfaat bagi pengembangan ilmu.
Medan, 30 Juli 2019 Penulis,
M. Anugerah Setiawan Ritonga 120501216
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 LatarBelakang ... 1
1.2 RumusanMasalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 ManfaatPenelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1 TenagaKerja (Manpower) ... 7
2.2 PasarKerja ... 8
2.3 PermintaandanPenawaranTenagakerja ... 9
2.4 Pengangguran... 12
2.5 PasarTenagaKerjaTerdidikdanTidakTerdidik ... 15
2.6 TeoriMencariKerja (Job Search Theory) ... 16
2.7 Teori Human Capital ... 17
2.8 Hubungan antara Variabel Dependen dengan VarabelIndependen ... 18
2.9 PenelitianTerdahulu ... 21
2.10 KerangkaKonseptual ... 22
2.11 Hipotesis ... 22
BAB III METODE PENELITIAN ... 23
3.1 JenisPenelitian ... 23
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 23
3.3 Definisi Operasional ... 23
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ... 24
3.4.1 Populasi ... 24
3.4.2 Sampel... 25
3.5 Jenis Data ... 26
3.6 Metode Pengumpulan Data ... 26
3.7 Teknik Analisis Data ... 27
3.7.1 AlatAnalisis Data ... 27
3.7.2 Uji Asumsi Klasik ... 27
3.7.3 Uji Kesesuaian(Test of Goodeness Fit) ... 30
4.1.4 KondisiPerekonomian Kota Medan ... 37
4.2 KarakteristikResponden ... 40
4.2.1 RespondenMenurut Jenis Kelamin ... 41
4.2.2 RespondenMenurut Umur ... 41
4.2.3 RespondenMenurut Tingkat Pendidikan... 42
4.2.4 RespondenMenurut Tingkat Pendapatan ... 42
4.2.5 RespondenMenurut Lama Mencari Kerja ... 43
4.3 Hasil dan Pembahasan ... 44
4.3.1. Pengujian Asumsi Klasik ... 44
4.3.2. Hasil Regeresi Linear Berganda ... 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 58
5.1 Kesimpulan ... 58
5.2 Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 60 LAMPIRAN
1.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Umur 15 TahunKe
Atas di Kota MedanTahun 2013-2017 ... 3
1.2 Persentase Angkatan Kerja Menurut PendidikanTertinggi yang Ditamatkan di Kota Medan 2013-2017... 4
2.1` Penelitian Terdahulu ... 21
3.1 Proporsi Responden Penelitian ... 25
4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kecamatan dan Jenis Kelamin Kota Medan 2017………... ... 35
4.2 Jumlah Angkatan Kerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kota MedanTahun 2013-2017 ... 36
4.3 PDRB Menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga Konstan 2010 di KotaMedan Tahun 2016dan 2017... 38
4.4 PDRB Menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga Berlaku di Kota Medan Tahun 2016 dan 2017 ... 40
4.5 Jumlah Responden Jenis Kelamin ... 41
4.6 Jumlah Responden Menurut Umur ... 41
4.7 Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan ... 42
4.8 Jumlah Responden Menurut Harapan Pendapatan ... 43
4.9 Jumlah Responden Menurut Lama Mencari Kerja ... 43
4.10 Uji Heterokedastisitas ... 46
4.11 Uji Multikolinearitas ... 47
4.12 Uji Autokorelasi ... 47
4.13 Jenis Kelamin, Umur, Tingkat Pendidikan, Harapan Pendapatan terhadap Lama Mencari Kerja... ... 49
4.14 Hasil Regresi Jenis Kelamin, Umur, Tingkat Pendidikan, Harapan Pendapatan terhadap Lama Mencari Kerja ... 53
4.15 Koefisien F Prob ... 57
2.1 KurvaKeseimbanganPermintaan DANPenawaranTenagaKerja ... 10 2.2 Kurva Keseimbangan antara Permintaan dan Penawaran terhadap
Tenaga Kerja (Excess Supply For Labor) ... 11 2.3 Kurva Ketidakseimbangan antara Permintaan dan Penawaran
terhadap Tenaga Kerja(Excess Demand For Labor) ... 12 2.4 Kerangka Konseptual ... 22 4.1 Uji Normalitas ... 45
No. Judul
1 Kuesioner Penelitian 2 Deskriptif Kota Medan 2 Data View
4 Hasil Regresi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk yang lebih besar berakibat pada jumlah penduduk yang besar yang akan meningkatkan luasnya pasar domestik (Todaro, 1995).
Misalnya, permintaan akan kebutuhan papan, pangan, dan sandang di masyarakat. Disisi lain, jumlah penduduk yang besar telah membawa akibat jumlah angkatan kerja yang semakin besar pula.Hal ini berarti semakin besar pula jumlah orang yang mencari pekerjaan atau menganggur.Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah penyediaan lapangan kerja untuk mengejar pertumbuhan angkatan kerja terutama bagi negara berkembang seperti Indonesia yang peningkatan jumlah angkatan kerjanya tidak disertai dengan tersedianya lapangan pekerjaan yang cukup. Hal ini menimbulkan tingkat pengangguran yang cukup tinggi.
Pengangguranadalah kegiatan seseorang yang sedang tidak bekerja dan pada saat survei orang tersebut sedang mencari pekerjaan seperti mereka yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan, mereka yang sudah pernah bekerja, karena sesuatu hal berhenti atau diberhentikan bekerja dan sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan (Badan Pusat Statistik, 2018).Tujuan dasar pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsadan mengembangkan upaya pemenuhan manusia siap pakai seperti halnyabeberapa kritik yang muncul dewasa ini, khususnya masalah pengangguranterdidik yang cenderung menyalahkan dunia
pendidikan sebagai penyebabnya.Kecenderungan makin meningkatnya tingkat pendidikan akan berakibatmeningkatnya pula angka pengangguran tenaga kerja terdidik daripadabertambahnya tenaga kerja yang mempunyai produktivitas sesuai dengankebutuhan lapangan kerja (Sutomo, dkk, 1999).
Selain itu meningkatnya angkapengangguran tenaga kerja terdidik telah menjadikan suatu masalah yang makinserius.
Pengangguran terdidik di negara-negara berkembang adalah sebagaikonsekuensi dari berperannya faktor penawaran “Supply Factors”
(Bloom dalam Elfindri dan Bachtiar, 2004).Proses bergesernya kelompok umur penduduk yang lahir dua puluh sampai tiga puluh tahun sebelumnya dan mereka itu secara potensial memasuki pasar kerja,baik setelahmenyelesaikan jenjang pendidikan menengah atau terhenti (Oshima dalam Elfindri dan Bachtiar, 2004).Selain itu,proses pendidikan di negara-negara sedang berkembang telah menghasilkan berbagai dilema, upaya yang dilakukan untuk memperluas fasilitas pendidikan guna pencapaian pemerataan hasil-hasil pendidikan ternyata tidak diiringi dengan peningkatan kualitas tamatannya.Efek ganda dari dilemma tersebut adalah semakin banyaknya pencari kerja berusia muda dan berpendidikan (Elfindri danBachtiar, 2004).
MenurutBPS, tingkat pengangguran terdidik merupakan rasio jumlah pencari kerja yang berpendidikan SLTA ke atas (sebagai kelompok terdidik) terhadap besarnya angkatan kerja pada kelompok tersebut. Selain itu, menurut Tobing (2003), Pengangguran tenaga terdidik yaitu angkatan kerja yang berpendidikan menengah ke atas (SMA, Diploma dan Sarjana) dan tidak
bekerja.Lama masa tunggu mencari kerja bervariasi menurut tingkat pendidikan.Terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi pendidikan angkatan kerja semakin lama masa tunggunya.Untuk itu perluasan kesempatan kerja merupakan usaha mengembangkansektor penampungan kesempatan kerja yang berproduksi rendah.Usaha perluasan kesempatan kerja tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti perkembangan jumlah penduduk dan angkatan kerja, pertumbuhan ekonomi, tingkat produktivitas tenaga kerja dan kebijaksanaan mengenai perluasan kesempatan kerja itu sendiri.
Tabel 1.1
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja(TPAK) dan Tingkat PengangguranTerbuka(TPT) Penduduk Umur 15
TahunKe Atas di Kota MedanTahun 2013-2017
Tahun TPAK (%) TPT (%)
2013 61,82 14,27
2014 61,94 13,11
2015 67,11 9,97
2016 62,65 9,03
2017 64,74 10,01
Sumber:Badan Pusat Stastik Kota Medan 2014-2018
Pada tabel 1.1 menunjukan bahwa Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kota Medanpada tahun 2013 TPAK mengalami penurunan sebesar 61,82% dan TPT mengalami peningkatan sebesar 14,27%. TPAK mengalami peningkatan di tahun 2014 sebesar 61,94%danTPT mengalami penurunan sebesar 13.11%. TPAK mengalami peningkatan secara fluktuatif pada tahun 2015 yang mencapai 67,11% namun TPT menurun sebesar 9,97%.Pada tahun berikutnya yaitu tahun 2016 TPAK mengalami penurunan sangat drastis sebesar62,65% begitu pula TPT sebesar 9,03%. Namun di tahun 2017 TPAK
dan TPT kembali mengalami peningkatan masing-masing sebesar 64,74% dan 10.01%.
Tabel 1.2
Jumlah Angkatan Kerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kota MedanTahun 2013-2017
Tahun
Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Tidak/BelumTamat/
SD SMP SMA/SM
K
Diploma/Universit as
2013 95.486 113.583 425.157 119.811
2014 100.309 120.111 448.216 174.993
2015 106.432 138.996 525.157 184.972
2016 125.466 148.925 530.239 219.811
2017 143.710 161.062 572.293 276.175
Sumber:Badan Pusat Stastik Kota Medan 2014-2018
Pada tabel 1.2menunjukan bahwapada tahun 2013 pencari kerjadidominasi SMA/SMK yaitu sebesar 425.157.Pada tahun 2014 pencari kerja lulusan SMA/SMK semakin meningkat sebesar 448.216, begitu juga pencari kerja tamatan Universitas/Diplomasebesar 174.993.Pada tahun 2015- 2016pencari kerja lulusan SMA juga masih didominasi yaitu sebesar525.157 dan tahun 2016 sebesar 530.239.Di tingakat Universitas/Diploma juga mengalami peningkatan sebesar184.972 dan tahun 2016 mengalami peningkatan yang drastis sebesar 219.811. Sedangkan di tahun 2017 pencari kerja lulusanSMA/SMKdan tamatan Universitas/Diploma terus mengalami peningkatan yang masing-masing sebesar 572.293 dan 276.175. Proporsi pencari kerja dengan tamatan pendidikan SMA dan Universitas/Diploma lebih banyak dari pencari kerja dengan tamatan pendidikan dibawahnya, hal ini menunjukkan bahwa pencari kerja lebih didominasi oleh pencari kerja terdidik.
Masalah pengangguran tenaga kerja terdidik sebagaimana diuraikan diatas merupakan fenomena penting yang akan dipelajari dalam penelitian ini terutama di Kota Medan.Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulismeneliti judul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lama Mencari Kerja Bagi Tenaga Kerja Terdidik di Kota Medan”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkanlatar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah variabel umur mempengaruhi lama mencari kerjabagi tenaga kerjaterdidik di Kota Medan?
2. Apakahvariabeltingkat pendidikan mempengaruhi lama mencari kerjabagitenaga kerja terdidik di Kota Medan?
3. Apakah variabel harapanpendapatan mempengaruhi lama mencari kerjabagitenaga kerja terdidik di Kota Medan?
4. Apakah variabel jenis kelamin mempengaruhi lama mencari kerja bagi tenaga kerja terdidik di Kota Medan?
1.3 TujuanPenelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh variabel umurterhadaplama mencari kerjabagi tenaga kerjaterdidik di Kota Medan.
2. Untuk mengetahui pengaruh variabeltingkat pendidikan terhadaplama mencari kerja bagitenaga kerjaterdidik di Kota Medan.
3. Untuk mengetahui pengaruh variabel harapan pendapatan terhadaplama mencari kerja bagitenaga kerjaterdidik di Kota Medan.
4. Untuk mengetahui pengaruh variabel jenis kelamin terhadaplama mencari kerja bagitenaga kerja terdidik di Kota Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
Setiap penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya maupun yang secara langsung terkait didalamnya. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Untuk Pengambilan Kebijakan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran pemerintah Kota Medan di dalam menentukan kebijakan- kebijakan ketenagakerjaan yang akan di ambil.
2. Untuk Masyarakat
Memberikan informasi yang berguna bagi semua pihak yang terkait dan berkepentingan, serta hasil dari penelitian ini sebagai referensi atau acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
3. Untuk Peneliti
Untuk menambah pengetahuan bagi penulis dalam menerapkan teori yang telah diperoleh sebelumnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tenaga Kerja (Manpower)
Penduduk dalam usia kerja (15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktiviatas tersebut (Kusumosuwidho, 2007).Pada tiap negara batas umur tenaga kerja berbeda-beda hal ini karena situasi tenaga kerja di masing-masing negara juga berbeda-beda.Di negara Indonesia tenaga kerja ditetapkan dengan UU No.25 Tahun 1997 tentang ketenagakerjaan yang menetapkan bahwa batas usia kerja 15 tahun.
Tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja (Elfindri, 2004).
1. Angkatan kerja, yaitu penduduk yang kegiatan utamanya selama seminggu yang lalu bekerja, atau sedang mencari pekerjaan. Untuk kategori bekerja bilamana minimum bekerja selama 1 jam selama seminggu yang lalu untuk kegiatan produktif sebelum pencacahan dilakukan. Mencari pekerjaan adalah seseorang yang kegiatan utamanya sedang mencari pekerjaan, atau sementara sedang mencari pekerjaan dan belum bekerja minimal 1 jam selama seminggu yang lalu.
2. Bukanangkatan kerja, yaitu mereka yang berusia kerja (15 tahun ke atas) namun kegiatan utama selama seminggu yang lalu adalah sekolah, mengrus rumah tangga dan lainnya. Bilamana seseorang yang sedang
sekolah mereka bekerja minimal 1 jam selama seminggu yang lalu tetapi kegiatan utamanya adalah sekolah, maka individu tersebut tetap masuk ke dalam kelempok bukan angkatan kerja.
2.2 Pasar Kerja
Pasar kerja merupakan aktivitas dari para pelaku yang tujuannya adalah mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja (Subri, 2009).Proses mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja ternyata memerlukan waktu lama.Dalam proses ini, baik pencari kerja maupun pengusaha dihadapkan pada suatu kenyataan sebagai berikut :
1. Pencari kerja mempunyai tingkat pendidikan, keterampilan, kemampuan dan sikap pribadi yang berbeda.Di pihak lain setiap lowongan yang tersedia mempunyai sifat pekerjaan yang berlainan. Pengusaha memerlukan pekerjaan dengan pendidikan, keterampilan, kemampuan, bahkan mungkin dengan sikap pribadi yang berbeda.Tidak semua pelamar akan cocok untuk satu lowongan tertentu, dengan demikian tidak semua pelamar mampu dan dapat diterima untuk satu lowongan tertentu.
2. Setiap pengusaha atau unit usaha menghadapi lingkungan yang berbeda seperti output, input, manajemen, teknologi, lokasi, pasar sehingga mempunyai kemampuan berbeda dalam memberikan tingkat upah, jaminan sosial dan lingkungan pekerjaan.Di pihak lain, pencari kerja mempunyai produktivitas yang berbeda dan harapan-harapan mengenai tingkat upah dan lingkungan pekerjaan.Oleh sebab itu tidak semua pencari kerja bersedia menerima pekerjaan dengan tingkat upah yang berlaku di
suatu perusahaan, sebaliknya tidak semua pengusaha mampu serta bersedia memperkerjakan seorang pelamar dengan tingkat upah dan harapan yang dikemukakan oleh pelamar tersebut.
3. Baik pengusaha maupun pencari kerja sama-sama mempunyai informasi yang terbatas mengenai hal-hal yang dikemukakan dalam butir (1) dan (2).
Sekian banyak pelamar, pengusaha biasanya menggunakan waktu yang cukup lama melakukan seleksi guna mengetahui calon yang paling tepat untuk mengisi lowongan yang ada.
2.3 Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja
Permintaan tenaga kerja berhubungan dengan fungsi tingkat upah.Semakin tinggi tingkat upah, maka semkain kecil permintaan pengusaha akan tenaga kerja.Jadi dalam permintaan ini sudah ikut dipertimbangkan tinggi-rendahnya upah yang berlaku dalam masyarakat, atau yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang bersangkutan (Suroto, 1992).
Penawaran tenaga kerja merupakan hubungan antara tingkat upah dan jumlah satuan pekerja yang disetujui oleh pensupply untuk di tawarkan.Jumlah satuan pekerja yang ditawarkan tergantung pada (1) besarnya penduduk, (2) persentase penduduk yang memilih berada dalam angkatan kerja, (3) jam kerja yang ditawarkan oleh peserta angkatan kerja, di mana ketiga komponen tersebut tergantung pada tingkat upah.Jumlah orang yang bekerja tergantung dari besarnya permintaan dalam masyarakat.Besarnya penempatan (jumlah orang yang bekerja atau tingkat employment) dipengaruhi oleh faktor kekuatan penyediaan dan permintaan tersebut.Selanjutnya,
besarnya penyediaan dan permintaan tenaga kerjadipengaruhi oleh tingkat upah.Apabila tingkat upah naik maka jumlah penawaran tenaga kerja akan meningkat.Sebaliknya jika tingkat upah meningkat maka permintaan tenaga kerja akan menurun.Berikut Gambar 2.1 yang menunjukkan adanya keseimbangan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja.
w
SL
We
DL
0 Ne N
Sumber: Mulyadi Subri, 2003
Gambar 2.1
Kurva Keseimbangan Permintaan dan PenawaranTenaga Kerja Keterangan Gambar:
SL : Penawaran tenaga kerja (supply of labor) DL : Permintaan tenaga kerja (demand for labor) W : Upah riil
N : Jumlah tenaga kerja
Ne : Jumlah tenaga kerja yang diminta We : Tingkat Upah
E : Keseimbangan permintaan dan penawaran
Berdasarkan Gambar 2.1 diketahui bahwa jumlah orang yang menawarkan tenaganya untuk bekerja adalah sama dengan jumlah tenaga kerja yang diminta, yaitu masing-masing sebesar Ne pada tingkat upah keseimbangan We. Dengan demikian titik-titik keseimbangan adalah titik E.Di sini tidak ada excess supplyof labormaupun excess demand for labor.Pada tingkat upah
keseimbangan We maka semua orang yang ingin bekerja telah dapat bekerja.Berarti tidak ada orang yang menganggur.Secara ideal keadaan ini disebut full employment pada tingkat upah We tersebut.Salah satu masalah yang biasa muncul dalam bidang angkatan kerja adalah ketidakseimbangan antara permintaan tenaga kerja dan penawaran tenaga kerja pada suatu tingkat upah.Ketidakseimbangan tersebut dapat berupa:
1. Lebih besarnya penawaran dibanding permintaan terhadap tenaga kerja (excess supply of labor).
Pada Gambar 2.2 terlihat adanya excess supply of labor dimana pada tingkat upah W1 penawaran tenaga kerja (SL) lebih besar dari permintaan tenaga kerja(DL).Jumlah tenaga kerja yang menawarkan diri untuk bekerja adalah sebanyak N2 sedangkan yang diminta hanya N1dengan demikian ada tenaga kerja yang menganggur pada tingkat upah W1 sebanyak N1 N2.
W
Supply Labour W1 Excess Supply
Demand Labour
0 N1N2 N
Sumber: Mulyadi Subri, 2003
Gambar 2.2
Kurva Ketidakseimbangan antara Permintaan dan Penawaran terhadap Tenaga Kerja (Excess Supply Of Labor)
Keterangan Gambar:
W : Tingkat upah N : Jumlah tenaga kerja
2. Lebih besarnya permintaan dibanding penawaran terhadap tenaga kerja(excess demand for labor).
Pada Gambar 2.3 terlihat adanya excess demand for labor dimana padatingkat upah W2 permintaan akan tenaga kerja (DL) lebih besar daripada penawaran tenaga kerja (SL).Jumlah tenaga kerja yang menawarkan diriuntuk bekerja padatingkat upah W2adalah sebanyak N3 tenaga kerja,sedangkan yang diminta adalah sebanyak N4 tenaga kerja.
W
Supply Labour
W2
Excess
Demand Demand Labor
0 N3 N4 N
Sumber : Mulyadi Subri,2003
Gambar 2.3
Kurva Ketidakseimbangan antara Permintaan dan Penawaran terhadap Tenaga Kerja (Excess Demand For Labor) 2.4 Pengangguran
Pengangguran adalahangka yang menunjukkan berapa banyak dari jumlah angkatan kerja yang sedang aktif mencari pekerjaan (Subri, 2003).Menurut Suroto, (1992) pengangguran adalah sebagian dari angkatan kerja yang sedang tidak mempunyai pekerjaan.
Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah bagian dari angkatan kerja yang sekarang ini tidak bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan.Sementara setengah menganggur dibagi dalam dua kelompok yaitu:
(1) Setengah MenganggurKetara (Visible Underemployment) ialah jika seseorang bekerja tidak tetap (part time) di luar keinginannya sendiri, atau bekerja dalam waktu yang lebih pendek dari biasanya.Dan (2) Setengah Menganggur Tidak Ketara (Invisible Underemployment)ialah jika seseorang bekerja secara penuh (full time) tetapi pekerjaannyadianggap tidak mencukupi, karena pendapatannya terlalu rendah atau pekerjaannya tidak memungkinkan ia untuk mengembangkan seluruh keahliannya(Subri, 2003).
2.4.1 Jenis-Jenis Pengangguran
Pengangguran terjadi karena ketidaksesuain antara permintaan dan penyediaan dalam pasar kerja.Berikut bentuk-bentuk pasar kerja menurut (Subri, 2003) yaitu :
a. Pengangguran Friksional
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang terjadi karena kesulitan temporer dalam mempertemukan pencari kerja dan lowonga kerja yang ada.Kesulitan temporer ini dapat berbentuk : (a) tenggang waktu yang diperlukan selama proses/prosedur pelamaran dan seleksi, atau terjadi karena faktor jarak dan kurangnyainformasi; (b) kurangnya mobilitas pencari kerja dimana lowongan pekerjaan justru terdapat bukan disekitar tempat tinggal si pencari kerja dan (c) pencari kerja tidak mengetahui dimana adanya lowongan pekerjaan dan demikian pula pengusaha tidak mengetahui dimana tersedianya tenaga-tenaga yang sesuai.
b. Pengangguran Musiman
Pengangguran musiman adalah pengangguran yang terjadi karena pergantian musim.Di luar musim panen dan turun kesawah, banyak orang yang tidak mempunyai kegiatan ekonomis, mereka hanya sekedar menunggu musimbaru.Selama masa menunggu tersebut mereka digolongkan sebagai penganggur musiman.
c. Pengangguran Siklikal
Pengangguran siklikal dalam kegiatan ekonomi yang ada kalanya terjadi ekspansi kegiatan meningkat.Timbul kejenuhan dan penurunan kegiatan setelah itu diikuti kenaikan intensitas kegiatan lagi.Siklus seperti ini tentu membawa dampak pada permintaan tenaga kerja.
d. Pengangguran Struktural
Pengangguran sturktual adalah pengangguran yang terjadi karena perubahan dalam struktur atau komposisi perekonomian.Perubahan struktur yang demikian memerlukan perubahan dalam keterampilan tenaga kerja yang dibutuhkan,sedangkan pihak pencari kerja tidak mampu menyesuaikan diri dengan keterampilan baru tersebut.
e. Pengangguran Teknologi
Dalam pertumbuhan industri bahwa teknologi yang dipakai dalam proses produksi yang selalu berubah.Perubahan teknologi produksi membawa dampak kesempatan kerja keberbagai arah.Kekuatan substitutif dan kekuatan merombak spesifikasi jabatan yang
ditimbulkan membawa dampak negatif bagi kesempatan kerja berupa pengangguran.
f. Pengangguran Karena Kurangnya Permintaan Aggregat
Permintaan total masyarakat merupakan dasar untuk diadakannya kegiatan investasi.Pengeluaran investasi memberikan peluang untuk tumbuhnya kesempatan kerja.Kurangnya permintaan aggregat diartikan sebagai mendasar bukan sementara bulanan atau sementara tahunan, tetapimerupakan kondisi yang berlaku dalam jangka panjang.Profil yang perlu diketahui adalah tempat terjadinya pengangguran menurut sektor ekonomi, pertanian, pertambangan dan selanjutnya distribusi menurut pendidikan diketahui pengangguran tidak terdidik atau berpendidikan rendah dapat lebih mudah ditangani karena kesempatan kerja bagi tenaga berketerampilan mudah lebih besar, sehingga kemungkinan untuk memperoleh pekerjaan lebih besar.Akan tetapi sebaliknyadapat terjadi bahwa orang yang berpendidikan rendah susah menyesuaikan diri dengan keterampilan baru.
2.5 Pasar Tenaga Kerja Terdidik dan Tenaga Kerja Tak Terdidik
Penggolongan pasar kerja menurut pasar kerja intern dan eksternmenekankan proses pengisian lowongan kerja.Sebaliknya penggolongan pasar kerjamenurut pasar kerja utama dan biasa hanya menekankan aspek atau keadaanlingkungan pekerjaan dan orang yang sudah bekerja di dalamnya.Pasar kerjamenyangkut kedua-duanya yaitu seluruh
penawaran dan pemintaan akan tenagakerja.Penawaran mencakup yang sudah bekerja dan pencari kerja.Permintaanmencakup jumlah pekerjaan yang sudah terisi dan lowongan yang belum terisi.Pasar kerja membicarakan hubungan permintaan dan penawaran akan tenagakerja, jadi mencakup aspek proses pengisian lowongan kerja dan orang-orangyang bekerja serta pekerjaan yang sudah terisi.Tenaga kerja terdidik biasanyamempunyai produktivitas kerja yang lebih tinggi dari tenaga kerja tak terdidik.
Produktivitas kerja pada dasarnya tercemin dalam tingkat upah, tiap lowonganpekerjaan umumnya selalu dikaitkan dengan persyaratan tingkat pendidikan bagicalon yang akan mengisinya.Penyediaan tenaga kerja terdidik harus melaluisistem sekolah yang memerlukan waktu lama, oleh karena itu elastisitaspenyediaan tenaga terdidik biasanya lebih kecil daripada penyediaan tenaga takterdidik.Tingkat partisipasi kerja tenaga terdidik lebih tinggi daripada partisipasitenaga tak terdidik.Tenaga terdidik biasanya berasal dari keluarga yang lebihberada, yaitu keluarga kaya, yang mampu menyekolahkan anak-anaknya keSekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) dan Perguruan Tinggi.Dengandemikiantenaga kerja dari keluarga miskin umumnya tidak mampu meneruskanpendidikannya dan terpaksa mencari pekerjaan (Simanjuntak, 1998).
2.6 Teori Mencari Kerja (Job Search Theory)
Search Theory adalah suatu metode model yang menjelaskan masalah pengangguran dari sudut penawaran yaitu keputusan seorang individu untuk berpartisipasi di pasar kerja berdasarkan karakteristik individu pencari
kerja.Search Theorymerupakan bagian dari economic uncertanty yang timbul karena informasi di pasar kerja tidak sempurna, artinya para penganggur tidak mengetahui secara pasti kualifikasi yang dibutuhkan maupun tingkat upah yang ditawarkan pada lowongan-lowongan pekerjaan yang ada di pasar.Informasi yang diketahui pekerja hanyalah distribusi frekuensi dari seluruh tawaran pekerjaan yang didistribusikan secara acak dan struktur upah menurut tingkatan keahlian.
Search Theory mengasumsikan bahwa pencari kerja adalah individu yang
riskneutral,artinya mereka akan memaksimisasi expected income-nya.Dengan tujuan maksimisasi expected net income dan reservation wage sebagai kriteria menerima atau menolak suatu pekerjaan.Pencari kerja akan mengakhiri proses mencari kerja pada saat tambahan biaya (marginal cost) dari tambahan satu tawaran kerjatepat sama dengan tambahan imbalan (marginal return) dari tawaran kerja tersebut.Pencari kerja menghadapi ketidakpastian tentang tingkat upah sertaberbagai sistem balas jasa yang ditawarkan oleh beberapa lowongan pekerjaan.Kalaupun informasi tentang hal ini ada, tetapi biaya untuk memperolehnya mahal(Sutomo, dkk, 1999).
2.7 Teori Human Capital
MenuruthElfindri (2004), hasil investasi manusia adalah merupakan bagian dari utilitas rumah tangga, maka hasil utilitas tersebut perlu dioptimalkan. Pencapaian utilitas optimal pada level seluruh rumah tangga adalah upaya yang dimaksud untuk mencapai kesejahteraan manusia. Ada dua aspek utama dalam investasi di bidang sumber daya manusia yakni:
1. Pendidikan dan training dijadikan sebagai objek penelitian, selanjutnya dipelajari berbagai faktor pengubah yang dapat mempengaruhinya.
2. Pendidikan dan training dijadikan sebagai objek yang mempengaruhi berbagai indikator output dan outcomers, baik dampak pendidikan terhadap peningkatan penghasilan, perubahan tingkah laku, maupun manfaat sosial dari pendidikan.
2.8 Hubungan antara Variabel Dependen dengan Variabel Independen Hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen menjelaskan tentang adanya kemungkinan keterkaitan antara variabel dependen dengan variabel independen.
1. Hubungan antara Umur dengan Lama Mencari Kerja
Menurut penelitian yang dilakukan Sutomo,dkk tentang analisis pengangguran tenaga kerja terdidik di Kotamadya Surakarta tahun 1999 menemukan bahwa meningkatnya umur cenderung menurunkan probabilitas dalam mendapatkan pekerjaan baik tenaga kerja laki-laki maupun tenaga kerja perempuan.
Semakin meningkatnya umur seseorang mencari kerja semakin lama waktu untuk mendapatkan pekerjaan, namun untuk orang yang telah memiliki pengalaman kerja hubungan umur dengan lama mencari kerja berhubungan negatif, artinya semakin meningkatnya umur maka semakin cepat didalam mendapatkan pekerjaan, sehingga waktu menganggur lebih singkat. Untuk yang tidak mempunyai pengalaman kerja, semakin meningkatnya umur lama mencari kerja akan semakin lama menganggur atau berhubungan positif (Muniarti,2003).
2. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Lama Mencari Kerja
Tingkat Pendidikan akan mengurangi biaya mencari kerja, karena tenaga kerja terdidik semakin efisien dalam mencari pekerjaan sebab pengetahuannya tentang pasar kerja beserta kelembagaannya, serta lingkungan pekerjaan semakin baik. Dan seiring dengan menurunnya biaya mencari kerja, reservation wage akan meningkat, sehingga semakin lama ia mencari kerja atau menganggur (Moeis,1992).
Menurut Mauled Moelyono dalam Sutomo,dkk mengenai analisis pengangguran tenaga kerja terdidik di Kotamadya Surakarta menyatakan kecenderungan angka pengangguran tenaga kerja terdidik telah menjadi suatu masalah yang makin serius. Kemungkinan ini disesuaikan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan makin tinggi pula aspirasi untuk mendapatkan kedudukan atau kesempatan kerja yang lebih sesuai. Proses untuk mencari kerja yang lebih lama pada kelompok pencari kerja terdidik disebabkan pencari kerja terdidik lebih banyak mengetahui perkembangan informasi di pasar kerja dan pencari kerja terdidik lebih berkemampuan untuk memilih pekerjaan yang diminati dan menolak pekerjaan yang tidak disukai.
3. Hubungan Antara Harapan Pendapatan dengan Lama Mencari Kerja Suatu keluarga dapat mengatur siapa yang bekerja, bersekolah dan mengurus rumah tangga, pada dasarnya tergantung dari pendapatan rumah tangga dan jumlah tanggungan dari keluarga yang bersangkutan. Tenaga kerja terdidik umumnya berasal dari keluarga yang lebih berada terutama
karena pendidikan di Indonesia masih dirasakan mahal. Dengan demikian tenaga kerja dari keluarga miskin umumnya tidak mampu meneruskan pendidikannya dan terpaksa mencari pekerjaan. Lamanya menganggurdi kalangan tenaga kerja terdidik daripada tenaga kerja tak terdidik. Pencari kerja tenaga kerja terdidik selalu berusaha mencari kerja dengan gaji atau upah, jaminan sosial, dan lingkungan kerja yang lebih baik. Bila satu keluarga mempunyai pendapatan rumah tangga yang lebih baik, biasanya keluarga tersebut mampu membiayai anaknya menganggur selama satu sampai dua tahun lagi dalam proses mencari pekerjaan yang lebih baik.
Sebaliknya pencari kerja tenaga kerja terdidik yang biasanya datang dari keluarga miskin, tidak mampu menganggur lebih lama dan terpaksa menerima pekerjaan apa saja yang tersedia (Simanjuntak,1998).
4. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Lama Mencari Kerja
Menurut Mauled (1997) dalam analisis mengenai pengangguran tenaga kerja terdidik di Indonesia tahun 1996 menunjukkan bahwa pencari kerja laki-laki mempunyai tingkat probabilitas untuk mencari kerja lebih tinggi daripada pencari kerja perempuan. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya probabilitas mencari kerja yang lebih besar pada pencari kerja laki-laki daripada pencari kerja perempuan. Jadi pencari laki-laki lebih singkat menganggur daripada pencari kerja perempuan.
2.9 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No
Nama
&Tahun Penelitian
Judul Hasil
1 Ratih Pratiwi (2014)
Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Lama Mencari Kerja Lulusan Sekolah Menengah Dan Pendidikan Tinggi Diindonesia Pada Tahun 2012
Jenis kelamin, umur, tempat tinggal, dan jenis pekerjaan paruh waktu berpengaruh positif dan signifikan terhadap lama mencari kerja, sedangkan pelatihan teknis, pendidikan SMK berpengaruh negatif terhadap lama mencari kerja 2 Satrio Adi
Setiawan (2014)
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lama
Mencari Kerja Bagi.Tenaga Kerja Terdidik Di Kota Bengkulu (Studi Kasus Di KecamatanGadingCempaka)
Umur dan tingkat berpengaruh positif dan signifikan sedangkan tingkat pendidikan dan jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap terhadap lama mencari kerja bagi tenaga kerja terdidikdi Kota Bengkulu. Secara
bersama-sama variabel independen berpengaruh
terhadap lama mencari kerja bagi tenaga kerja terdidik di kota Bengkulu
3 Azhar Putera Kurniawan dan
Herniawati Retno Handayani (2013)
Analisis Lama Mencari Kerja Bagi Tenaga Kerja Terdidik Di Kabupaten Purworejo
Pendidikan, umur, gaji berpengaruh positif dan
signifikan terhadap lama mencari kerja sedangkan pekerjaan tidak berpengaruh terhadap lama mencari kerja. Secara bersama- sama pendidikan, umur, gaji dan pekerjaan berpengaruh terhadap lama mencari kerja. Terdapat perbedaan lama mencari kerja antara status pekerjaan formal dan status pekerjaan informal.
4 A. Zaretky dan C.
Coughlin (1995)
An Intorduction to Theory andEstimation of a Job- SearchModel:Monthly Labor Review.
Terdapat pengaruh positif tingkat pendidikan terhadap gaji di tempat kerja baru, profesi bagi perempuan berpengaruh negatif terhadap pekerjaan
Sumber : Hasil Kajian Peneliti, 2018
2.10 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dalam penelitian adalah sebagai berikut:
Gambar 2.4 Kerangka Konseptual 2.11 Hipotesis
Dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Umur berpengaruh positif terhadap lama mencari kerja.
2. Tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap lama mencari kerja.
3. Harapan pendapatan berpengaruh positif terhadap lama mencari kerja.
4. Terdapat perbedaan lama mencari kerja antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
Umur (X1)
Tingkat Pendidikan (X2)
Harapan Pendapatan (X3)
Jenis Kelamin (X4)
Lama Mencari Kerja (Y) (((
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif.Penelitian deskriptif adalah suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, dan sifat- sifat populasi daerah tertentu Dirjen Dikti, 1981 (dalam Suryana, 2010).Penelitian ini mendeskripsikan variabel-variabel yang mempengaruhi lama mencari kerja bagi tenaga kerja terdidik di Kota Medan, maka data yang digunakan adalah data kuantitatif atau data primer yang diperoleh langsung dari objek penelitian.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Medan dan memfokuskan pada masyarakat yang berpendidikan SMA, Diplomadan Universitas.Waktu penelitian adalahDesember 2018 sampai denganJanuari2019.
3.3 Definisi Operasional 1. Lama Mencari Kerja(Y)
Merupakan waktu yang dilalui oleh pencari kerja untuk mendapatkan pekerjaan yang sekarang ditekuni sejak selesai menempuh pendidikan yang tertinggi.Diukur dalam satuan bulan.
2. Umur (X1)
Menyatakan umur responden pada saat mendapatkan pekerjaan yang sekarang sedang digelutinya.Diukur dalam satuan tahun.
3. Tingkat Pendidikan (X2)
Menyatakan waktu yang ditempuh dalam menyelesaikan pendidikan dengan tingkat pendidikan SLTA, Diploma dan Universitas.
Indikatorjenjang pendidikan dinyatakan dalamSMA=12, D3=15,S1=16.dalam satuan tahun.
4. Harapan Pendapatan (X3)
Jumlah seluruh penghasilan atau penerimaan yang diinginkan responden baik berupa gaji atau upah maupun pendapatan dari usaha dan pendapatan lainnya selama satu bulan.Diukur dalam satuan rupiah.
5. Jenis Kelamin (X4)
Menyatakan jenis kelamin dari responden. Diukur dengan skala dummy:
D= 1 jika jenis kelamin laki-laki D= 0 jika jenis kelamin perempuan 3.4 Populasi dan Sampel Penelitian
3.4.1 Populasi
Menurut Teguh (2005),populasi menunjukkan keadaan dan jumlah objek penelitian secara keseluruhan yang memiliki karakteristik tertentu.Populasi dalam penelitian ini adalah tenaga kerja terdidik dengan tingkat pendidikan SMA, diploma dan universitas yang bekerja di Kota Medan pada tahun 2017 dengan jumlah 42.213tenaga kerja.Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang sebelumnya telah selesai menempuh pendidikan yang tertinggi dan masih dalam usia produktif yaitu antara umur 18-45 tahun.
3.4.2 Sampel
Sampel adalah suatu bagian dari populasi tertentu yang menjadi perhatian (Suharyadi dan Purwanto, 2008:12).Untuk menentukan ukuran sampel dari populasi dengan menggunakan formulaSlovin, 1960(dalam Consuelo et al., 2007), dengan rumus:
n =
n =
n = 9976 = 100 Keterangan:
n =..ukuran sampel N =..ukuran populasi
e =..nilai kritis yang diinginkan (batas kesalahan adalah 10%) Tabel 3.1
Proporsi Responden Penelitian
No. Kecamatan Tenaga Kerja Sampel
1. Medan Tuntungan 1.287 3
2. Medan Johor 2.890 6
3. Medan Amplas 2.379 6
4. Medan Denai 1.336 3
5. Medan Area 1.899 4
6. Medan Kota 1.590 3
7. Medan Maimun 2.144 5
8. Medan Polonia 1.208 4
9. Medan Baru 1.977 4
10. Medan Selayang 1.681 4
11. Medan Sunggal 3.324 7
12. Medan Helvetia 1.813 4
13. Medan Petisah 2.410 6
14. Medan Barat 2.741 6
15. Medan Timur 2.145 6
16. Medan Perjuangan 1.510 3
17. Medan Tembung 1.435 4
18. Medan Deli 1.505 4
19. Medan Labuhan 2.180 6
20. Medan Marelan 1.237 3
21. Medan Belawan 3.522 9
Jumlah 42.213 100
Sumber: Badan Pusat Stastik Kota Medan 2018
3.5 Jenis Data 1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau objek yang diteliti atau ada hubungannya dengan objek yang diteliti.Wawancara langsung dengan kuesioner yang ditanyakan kepada responden tenaga kerja terdidik dengan tingkat pendidikan SMA, Diploma dan Universitas di Kota Medan.Data primer yang akan dikumpulkan meliputi data tentang umur, pendidikan, pendapatan, jenis kelamin, dan lama mencari kerja.
2. Data Sekunder
Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari instansi terkait yaitu Badan Pusat Statistik Kota Medan, Dinas Tenaga Kerja.Data yang dikumpulkan untuk penelitian ini berupa data tentang kependudukan, ketenagakerjaan, pendidikan serta kumpulan data statistik terkait yang lainnya.Untuk lebih melengkapi pemaparan hasil penelitian, digunakan rujukan dan referensi lainnya yang relevan, misalnya dari laporan hasil penelitian, jurnal, dan publikasi terkait lainnya.
3.6 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menggunakan metode:
1. Metode Kuesioner
Kuesioneradalah usaha mengumpulkan informasi dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis, untuk dijawab secara tertulis oleh responden.
2. Metode Library Research (Penelitian Studi Pustaka)
Cara pengumpulan data baik kuantitatif maupun kualitatif melalui sumber- sumber seperti jurnal-jurnal, buku-buku ilmiah, dan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya.
3.7 Teknik Analisis Data 3.7.1 Alat Analisis Data
Alat analisis data yang digunakan dalam menganalisis data penelitian yaitu:
1. Dengan menggunakan program Eviews.
2. Analisis Regresi Linier Berganda, adalah analisis asosiasi yang digunakansecara bersamaan untuk meneliti pengaruh dua atau lebih variabel bebasterhadap satu variabel tergantung dengan skala interval (Umi, 2008).Dengan model persamaan sebagai berikut:
Y = b0+b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4XD4 +e Keterangan :
Y =.. Lama.mencari kerja.(bulan)...
b0 = Intersep/konstanta
b1,b2,...b4 = Koefisien regresi X1 = Umur(tahun)
X2 = Tingkat pendidikan(tahunan) X3 = Harapan Pendapatan (rupiah)
XD4 = Jenis kelamin, 1=jika laki-laki, 0=jika perempuan e = Variabel penggangu
3.7.2 Uji Asumsi Klasik
Penggunaan metode regresi dalam penelitian ini menyebabkan perlu dilakukan pengamatan terhadap kemungkinan penyimpangan asumsi klasik. Menurut Gujarati (2003) terdapat 7 (tujuh) asumsi klasik yang harus diambil dalam pengunaan model regresi ini, namun
ekonometrika hanya 4 (empat) yang dianggap penting. Keempat asumsi tersebut adalah:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel residual atau pengganggu memiliki distribusi normal(Gujarati, 2003).Model regresi yang baik adalah data normal atau mendekati normal.Caranya adalah dengan membandingkan distribusi komulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi komulatif dari distribusi normal. Data normal memiliki bentuk seperti lonceng. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Jarque-BeraPengambilan keputusan mengenai uji normalitas adalah sebagai berikut(Daryanto dan Hafizrianda, 2010):
a. Jika p < 0,05 maka distribusi data tidak normal b. Jika p > 0,05 maka distribusi data normal 2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain(Gujarati, 2003). Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain
tetap, maka disebut homoskedastiitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.Pada penelitian ini, cara yang digunakan untuk mendeteksi heterokedastisitas ini dilakukan dengan memakai uji Breusch Pagan Godfrey.
Pengambilan keputusan(Daryanto dan Hafizrianda, 2010):
a. Nilai p value>0,05 maka tidak mempunyai persoalan heteroskedastisitas
b. Nilai p value<0,05 maka mempunyai persoalan heteroskedastisitas
3. UjiMultikolinearitas
Uji multikolinearitas juga bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent variable)(Gujarati, 2003). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas, karena jika hal tersebut terjadi maka variabel-variabel tersebut tidak ortogonal atauterjadi kemiripan. Variabel ortogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas bernilai nol.
Uji ini untuk menghindari kebiasan dalam proses pengambilan keputusan mengenai pengaruh parsial masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk mendeteksi apakah terjadi problem multikol dapat melihat nilai tolerance dan lawannya variace inflation factor (VIF).
Pengambilan keputusan(Daryanto dan Hafizrianda, 2010):
a. VIF> 10 maka diduga mempunyai persoalan multikolinearitas b. VIF< 10 maka tidak terdapat multikolinearitas
4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya)(Gujarati, 2003).Pada penelitian ini, cara yang digunakan untuk mendeteksi heterokedastisitas ini dilakukan dengan memakai uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test.
Pengambilan Keputusan(Daryanto dan Hafizrianda, 2010):
a. Nilai p value>0,05 maka tidak mempunyai persoalan autokorelasi
b. Nilai p value<0,05 maka mempunyai persoalan autokorelasi 3.7.3 Uji Kesesuaian (Test of Goodeness Fit)
Pengujian kelayakan model (Test of Goodness Fit) dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kelayakan model yang dibuat dapat menerjemahkan data yang tersedia(Gujarati, 2003). Pengukuran yang digunakan untuk melakukan pengujian ini adalah:
1. Ujit (Parsial)
Uji t (Parsial) merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakahmasing-masing koefisien regresi memiliki tingkat signifikansi yang memadai terhadap variabel dependen, dengan menganggap bahwa variabel independen lainnya konstan(Gujarati, 2003).
Uji t dalam penelitian ini untuk menguji secara parsial apakah variabel umur( ), tingkat pendidikan( ), harapan pendapatan( ), jenis kelamin ( ) secara parsial atau masing- masing berpengaruh signifikan terhadap lama mencari kerja (Y) di Kota Medan.
Rumusan Hipotesis:
: β1..=.0 artinya variabel umur ( ), tingkat pendidikan ( ), harapan pendapatan ( ), jenis kelamin ( ) secara parsial.tidakberpengaruh signifikan terhadaplama mencari kerja (Y).
.:.β1..≠.0.artinya variabel umur ( ), tingkat pendidikan ( ), harapan pendapatan ( ), jenis kelamin ( ) secara parsial.berpengaruh signifikan terhadaplama mencari kerja(Y).
Kriteria pengambilan keputusan(Daryanto dan Hafizrianda, 2010):
diterima jika nilai prob. >tingkat kesalahan (𝛼) 0,05.
diterima jika nilai prob. <tingkat kesalahan (𝛼) 0,05.
2. UjiF (Simultan)
Pengujian F (Simultan) dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen(Gujarati, 2003).
Uji F dalam penelitian ini dilaksanakan untuk menguji apakah variabelumur ( ), tingkat pendidikan ( ), harapan
pendapatan ( ), jenis kelamin ( ) secara bersama-sama atau serentak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap lama mencari kerja (Y) di Kota Medan.
Rumusan Hipotesis:
: .=0.. artinya variabel umur ( ), tingkat pendidikan ( ), harapan pendapatan ( ), jenis kelamin ( ) secara serentak tidak berpengaruh signifikan terhadap lama mencari kerja(Y).
: ≠0 artinya variabel umur ( ), tingkat pendidikan ( ), harapan pendapatan ( ), jenis kelamin ( )secara serentak berpengaruh signifikan terhadap lama mencari kerja(Y).
Kriteria pengambilan keputusan(Daryanto dan Hafizrianda, 2010):
diterima jika nilai prob. >tingkat kesalahan (𝛼) 0,05.
diterima jika nilai prob. <tingkat kesalahan (𝛼) 0,05.
3. UjiKoefisienDeterminasi (R2)
Nilai R2digunakanuntukmengukurtingkat kemampuan model dalammenjelaskanvariasivariabelindependen(Gujarati, 2003).Nilai R2 adalahantaranoldansatu, dimananilai R2 yang kecilmenunjukkankemampuanvariabel-
variabelindependendalammenjelaskanvariabeldependensangatterbata s. Nilai R2 yang mendekatisatuberartivariabel-
variabelindependenmemberikaninformasi yang
diperlukandalammemprediksivariasivariabeldependen.
Kriteria pengambilan keputusan(Daryanto dan Hafizrianda, 2010):
a. Bagus, apabila R2> 0,90.
b. Kurang bagus, apabila 50 <R2> 0,90.
c. Tidak bagus, apabila 0 < R2<0,90.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1 Deskripsi Objek Penelitian 4.1.1 Letak Geografis
Kota Medan terletak antara 3º 27´ -3º 47´ Lintang Utara dan 98º35´ - 98º 44´ Bujur Timur dengan ketinggian 2,5-37,5 meter di atas permukaan laut dengan luas wilayah Kota Medan adalah 265,10 km2 atau 0,37 % dari total luas daratan Provinsi sumatera Utara.Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli serdang di sebelah Utara, Selatan, Barat dan Timur.
4.1.2 Kependudukan
Pembangunankependudukan dilaksanakan dengan mengindahkan kelestarian sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup sehingga mobilitas dan persebaran penduduk tercapai optimal.
Mobilitas dan persebaran penduduk yang optimal, berdasarkan pada adanya keseimbangan antara jumlah penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan.Persebaran penduduk yang tidak didukung oleh lingkungan dan pembangunan akan menimbulkan masalah sosial yang kompleks, dimana penduduk menjadi beban bagi lingkungan maupun sebaliknya.
Pada tahun 2017, penduduk Kota Medan mencapai 2.247.425jiwa.Dibanding jumlah penduduk pada tahun 2016, terjadi pertambahan penduduk sebesar 18.017 jiwa (0,81%).Dengan luas
wilayah mencapai 265,10 km², kepadatan penduduk mencapai 8.409 jiwa/km².Adapun jumlah penduduk berdasarkan kecamatan dan jenis kelamin Kota Medan dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di Kota Medan Tahun 2017
No Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 Medan Tuntungan 43.037 44.086 87.123
2 Medan Johor 66.506 68.150 134.656
3 Medan Amplas 62.865 64.496 127.361
4 Medan Denai 72.898 74.673 147.571
5 Medan Area 49.310 50.511 99.821
6 Medan Kota 37.080 37.983 75.063
7 Medan Maimun 20.263 20.757 41.020
8 Medan Polonia 28.134 28.836 56.970
9 Medan Baru 20.198 20.690 40.888
10 Medan Selayang 53.687 55.015 108.702
11 Medan Sunggal 57.685 59.088 116.773
12 Medan Helvetia 75.484 77.322 152.806
13 Medan Petisah 31.566 32.336 63.902
14 Medan Barat 36.212 37.093 73.305
15 Medan Timur 55.494 56.845 112.339
16 Medan Perjuangan 47.774 48.937 96.711
17 Medan Tembung 68.342 70.006 138.348
18 Medan Deli 91.992 94.263 186.255
19 Medan Labuhan 59.036 60.473 119.509
20 Medan Marelan 83.552 85.790 169.342
21 Medan Belawan 48.885 50.075 98.960
Jumlah 1.110.000 1.137.425 2.247.425
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan 2018
Tabel 4.1. Menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Kota Medan jika dilihat dari jenis kelamin, Kecamatan Medan Deli yang padat penduduknya mencapai 91.992 jiwa laki-laki dan 94.263 jiwa perempuan.Beberapa kecamatan di Kota Medan setara dengan kepadatan penduduknya di Kecamatan Medan Deli seperti Medan
Marelan mencapai 83.552 jiwa laki-laki dan 85.790 jiwa perempuan, Medan Helvetia mencapai 75.484 jiwa laki-laki dan 77.322 perempuan, Medan Denai mencapai 72.898 laki-laki dan 74.673 perempuan, Medan Tembung mencapai 68.342 laki-laki dan 70.006perempuan, Medan Johor mencapai 66.506 jiwa laki-laki dan 68.150 perempuan, Medan Amplas mencapai 62.865 jiwa laki-laki dan 64.496 jiwa perempuan, Medan Sunggal mencapai 57.685 jiwa laki-laki dan 59.088 jiwa perempuan, Medan Labuhan mencapai 59.036 jiwa laki-laki dan 60.473 jiwa perempuan, Medan Timur mencapai 55.494 jiwa laki-laki dan 56.845 jiwa perempuan dan selanjutnya Medan Selayang mencapai 53.687 jiwa laki-laki dan 55.015 jiwa perempuan.
4.1.3 Ketenagakerjaan
Pada tabel 4.2menunjukan bahwapada tahun 2013 pencari kerjadidominasi SMA/SMK yaitu sebesar 425.157.
Tabel 4.2
Jumlah Angkatan Kerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kota MedanTahun 2013-2017
Tahun
Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Tidak/Belum
Tamat/SD SMP SMA/SMK Diploma/
Universitas
2013 95.486 113.583 425.157 119.811
2014 100.309 120.111 448.216 174.993
2015 106.432 138.996 525.157 184.972 2016 125.466 148.925 530.239 219.811
2017 143.710 161.062 572.293 276.175
Sumber: Badan Pusat Stastik Kota Medan 2014-2018
Pada tahun 2014 pencari kerja lulusan SMA/SMK semakin meningkat sebesar 448.216, begitu juga pencari kerja tamatan Universitas/Diploma sebesar 174.993.Pada tahun 2015-2016pencari kerja lulusan SMA juga masih didominasi yaitu sebesar 525.157 dan tahun 2016 sebesar 530.239.Di tingakat Universitas/Diploma juga mengalami peningkatan sebesar 184.972 dan tahun 2016 mengalami peningkatan yang drastis sebesar 219.811. Sedangkan di tahun 2017 pencari kerja lulusanSMA/SMKdan tamatan Universitas/Diploma terus mengalami peningkatan yang masing-masing sebesar 572.293 dan 276.175. Proporsi pencari kerja dengan tamatan pendidikan SMA dan Universitas/Diploma lebih banyak dari pencari kerja dengan tamatan pendidikan dibawahnya, hal ini menunjukkan bahwa pencari kerja lebih didominasi oleh pencari kerja terdidik.
4.1.4 Kondisi Perekonomian Kota Medan
Selama sepuluh tahun terakhir, banyakperubahan yang terjadi pada tatanan global danlokal yang sangat berpengaruh terhadapperekonomian nasional yang berefek padamekanisme pencatatan statistik nasional. Salahsatu bentuk adaptasi pencatatan statistiknasional adalah melakukan perubahan tahundasar PDB Indonesia dari tahun 2000 ke 2010.Perubahan tahun dasar PDB dilakukan secarabersamaan dengan penghitungan ProdukDomestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi untukmenjaga konsistensi hasil penghitungan.
Melalui penghitungan PDRB dengan tahundasar 2010 di Tabel 4.3diketahui laju pertumbuhanekonomi Kota Medan pada tahun 2017 mengalami penurunan bila dibandingkandengan tahun sebelumnya.
Tabel 4.3
PDRB Menurut Lapangan Usaha atasDasar Harga Konstan 2010 di Kota Medan Tahun 2016 dan 2017
Lapangan Usaha 2016
(Milyar Rp)
2017 (Milyar Rp)
Laju Pertumbuhan Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan
1.419,38 1.511,46 6,31
Pertambangan danPenggalian 1,89 1,84 -2,68
Industri Pengolahan 19.489,29 19.860,21 1,90
Pengadaan Listrik dan Gas 137,85 155,28 9,54
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
225, 73 248,21 9,96
Konstruksi 25.707, 20 27.546,87 7,16
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
33.699,14 36.352,53 6,38 Transportasi danPergudangan 7.931,24 8.560,82 7,94 Penyediaan Akomodasi
danMakan Minum
3.323,82 3.549,56 6,81
Informasi danKomunikasi 8.700,39 8.980,39 8,85
Jasa Keuangan danAsuransi 8.903,05 8.945,58 0,48
Real Estat 9.955,21 10.725,34 7,74
Jasa Perusahaan 3.047,71 3.289,87 7,95
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
2.207,18 2.263,71 2,56
Jasa Pendidikan 3.952,82 4.090,95 4,29
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
1.970,52 2.137,14 8,46
Jasa Lainnya 1.390,45 1.510,47 8,63
Jumlah/ Pertumbuhan Ekonomi 132.062,86 139.730,21 5,81 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan 2018
Pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Kota Medan sebesar5,81% dengan total PDRB 139.730,21milyar rupiah, sedangkan tahun 2016 mencapai6,27% dengan total PDRB 132.062,86 milyar rupiah. Beberapa lapangan usaha mengalami
perlambatanpertumbuhan, yakni sektor pertambangan dan penggalian menurun sebesar 2,68; konstruksi melambat 7,16; jasa kesehatan dan kegiatan sosial melambat 8,46.
Sektor yang mengalami peningkatan adalah sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan meningkat 6,31; penyediaan akomodasi dan makan minum meningkat 6,81; real estat meningkat 7,74; administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib meningkat 2,56;
Jika dilihat kontribusi masing-masinglapangan usaha pada tahun 2017 masih sangatdominan berasal darisektorpengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulangsebesar9,96dan pengadaan listrik dan gas sebesar 9,54.
Sedangkan melalui penghitungan PDRB dengan tahun dasar harga berlaku di Tabel 4.4diketahui PDRB Kota Medan pada tahun 2017 mengalami peningkatan bila dibandingkandengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2017 PDRBKota Medan totalnya 204.299,85milyar rupiah, sedangkan tahun 2016total PDRB 186.049,04 milyar rupiah.
Sektor yang mengalami peningkatanadalah konstruksi 19,21; informasi dan komunikasi 5,04; real estat 8,66. Sektor yang mengalami penurunan adalah industri pengolahan14,72.