• Tidak ada hasil yang ditemukan

Unsur Sensualitas Perempuan Dalam Film Indonesia (Analisis Isi Pada Film “Negeri Tanpa Telinga” Karya Lola Amaria)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Unsur Sensualitas Perempuan Dalam Film Indonesia (Analisis Isi Pada Film “Negeri Tanpa Telinga” Karya Lola Amaria)"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

i Unsur Sensualitas Perempuan Dalam Film Indonesia

(Analisis Isi Pada Film “Negeri Tanpa Telinga” Karya Lola Amaria)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Persyaratan untuk

Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Ilham Haliq Putra 201110040311376 Dosen Pembimbing: 1. Drs. Farid Rusman, M.Si 2. Muhammad Himawan Sutanto, M.Si

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

ii LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Ilham Haliq Putra Nim : 201110040311376 Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(3)

iii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN

NAMA : Ilham Haliq Putra NIM : 201110040311376 Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : UNSUR SENSUALITAS PEREMPUAN DALAM FILM INDONESIA (Analisis Isi pada Film “Negeri Tanpa Telinga” Karya Lola Amaria)

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

dan Dinyatakan LULUS

Pada Hari : Sabtu

Tanggal : 23 April 2016

(4)

iv PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Ilham Haliq Putra

Tempat, Tanggal Lahir : Borong, 26 September 1993

NIM : 201110040311376

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Ilmu Komunikasi

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul:

UNSUR SENSUALITAS PEREMPUAN DALAM FILM INDONESIA (Analisis Isi pada Film “Negeri Tanpa Telinga” Karya Lola Amaria)

Adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan dari saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 11 April 2016 Yang menyatakan,

(5)

v BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

1. Nama : Ilham Haliq Putra 2. NIM : 201110040311376

3. Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 4. Jurusan : Ilmu Komunikasi

5. Konsentrasi : Audio Visual

6. Judul Skripsi : UNSUR SENSUALITAS PEREMPUAN DALAM FILM INDONESIA (Analisis Isi pada Film “Negeri Tanpa Telinga” Karya Lola Amaria) 7. Pembimbing : 1. Drs. Farid Rusman, M.Si

(6)

vi ABSTRAKSI

Ilham Haliq Putra, 201110040311376. Unsur Sensualitas Perempuan dalam Film Indonesia (Analisis Isi Pada Film “Negeri Tanpa Telinga” Karya Lola Amaria). Pembimbing I: Drs. Farid Rusman, M.Si. Pembimbing II: M. Himawan Sutanto, M.Si.

Kata Kunci: Sensualitas Perempuan, Film Indonesia, Analisis Isi Kuantitatif.

Penggunaan bagian-bagian tubuh perempuan yang menimbulkan nafsu birahi sebagai sebuah komoditi dalam sistem kapitalisme media massa di Indonesia mengandung kecurigaan adanya unsur sensualitas perempuan didalamnya. Tubuh perempuan dengan gampangnya dieksploitasi seperti yang terjadi di salah satu bentuk media komunikasi massa yaitu film. Konten yang memuat unsur sensual perempuan berubah bentuknya dan bertambah secara terus-menerus, dari latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik meneliti persoalan ini dengan tujuan untuk mengetahui bentuk unsur sensualitas apa saja yang ada pada film Negeri Tanpa Telinga dan seberapa besar porsentase frekuensi kemunculannya dalam film tersebut.

Film, dalam penelitian ini, peneliti menempatkan sebagai medium komunikasi massa. Media massa ini dapat menjangkau semua kalangan dengan cepat dan dengan skala yang besar menjadi ciri dari film. Perempuan dikukuhkan sebagai objek seks dalam film Indonesia, dengan adanya penggambaran perempuan secara seronok dan “terbuka”. Akhirnya unsur sensualitas dari tubuh perempuan dijadikan komoditi dalam film, dimana segala kegiatan beberapa fakultas tubuh yang ditampilkan oleh para pemain film yang tidak sesuai dengan sopan santun, cara berpakaian, ekspresi wajah, yang tidak mencerminkan citra wanita yang baik. Sehingga wanita dijadikan komoditi yang mempunyai ‘nilai jual’ dalam film.

Metode yang digunakan yaitu penelitian dengan metode analisis isi, dengan menggunakan pendekatan secara kuantitatif. Melalui analisis isi dapat dideskripsikan jenis unsur sensualitas apa saja yang ada pada film tersebut serta porsentase durasi kemunculannya. Sementara untuk unit analisis yang digunakan adalah per scene dan menggunakan satuan ukur frekuensi kemunculan yang di hitung dengan potongan adegan dan dialog pada detik kemunculan. Teknik penelitian yang digunakan adalah observasi dan telaah dokumen dari film Negeri Tanpa Telinga. Kemudian dilakukan uji reliabilitas melalui proses pengkodingan yang berdasarkan kategori dan indikator yang telah disusun. Pengukuran uji reliabilitas ini menggunakan rumus Holsty dan diperkuat dengan hasil reliabilitas menggunakan formula ScootPI Indeks.

(7)

vii Tanpa Telinga memuat porsentase frekuensi kemunculan unsur sensualitas perempuan dari 88 scene sebanyak 21 kali atau 24%. Jadi, film Negeri Tanpa Telinga memuat durasi unsur sensualitas perempuan yang tergolong sedikit namun tetap merendahkan citra perempuan.

Malang, 07 April 2016 Peneliti

Ilham Haliq Putra Menyetujui:

Pembimbing I: Pembimbing II:

(8)

viii KATA PENGANTAR

Puji Syukur sudah sepantasnya kami aturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan segala yang kami butuhkan, dan juga membuat penulis dapat menuntut ilmu hingga pada jenjang perguruan tinggi (S1). Dengan karunia hidayah serta anugrahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul UNSUR SENSUALITAS PEREMPUAN DALAM FILM INDONESIA (Analisis Isi Pada Film “Negeri Tanpa Telinga” Karya Lola Amaria).

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan karya tulis ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini saya menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. H. Fauzan, MPd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang yang telah menyediakan fasilitas guna lancarnya pembelajaran.

2. Bapak Dr. Asep Nurjaman, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan ijin penelitian untuk penulis. 3. Bapak Sugeng Winarno, MA selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah membantu mengajar dan membimbing selama di bangku perkuliahan.

4. Ibu Widya Yutanti, M.A selaku dosen wali selama menempuh kuliah di Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang, yang telah membantu mengajar dan membimbing selama di bangku perkuliahan.

5. Bapak Drs. Farid Rusman, M.Si dan Bapak M. Himawan Sutanto, M.Si sebagai Dosen pembimbing yang selalu memberikan waktunya dalam proses pembimbingan skripsi. 6. Semua Staff, Karyawan, dan Dosen Ilmu Komunikasi yang memberikan pengetahuan yang

(9)

ix 7. Kedua orang tua dan keluarga, ibu, bapak, serta kakak-adik tercinta yang selalu

memberikan dukungan dan semangat. Terima kasih atas doa dan kesabaran yang tidak tergantikan dengan apapun.

8. Aditya Sofyan AR Jumadin dan Umar Abdul Aziz yang bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi koder selama penelitian. Terima Kasih.

9. Semua keluarga besar UKM KINE KLUB UMM yang telah mengajarkan arti kekeluargaan dan pantang menyerah yang sesungguhnya. Tempat untuk berbagi suka dan duka, tempat untuk menimba ilmu dan mencari pengalaman dan “rumah kedua” yang ada di Malang. “Salam Sinema”.

10. Semua sahabat-sahabat Komunitas “Tinta Putih”, yang telah memberikan dukungan dan kenangan yang tidak pernah terlupakan. “Salam Sinema”.

11. Para pembantu di saat-saat genting Abdul Aziz P., M. Ifany Andrik, Laila Prasetya, Ali Mahfud, Syahid Alwi Syarif, terima kasih untuk bantuan dan dukungannya.

12. Teman-teman seperjuangan IKOM G dan IKOM 2011 yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga kita bisa sukses bersama, aamiin.

13. Dan untuk semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah membantu dan memberikan dorongan dalam pelaksanaan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam penulisan skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran bagi perbaikan dimasa mendatang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.

Malang , 11 April 2016

(10)

x DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Persetujuan ... ii

Lembar Pengesahan ... iii

Lembar Pernyataan Orisinalitas ... iv

Berita Acara Bimbingan Skripsi ... v

Abstraksi ... vi

1.3 TujuanPenelitian ... .... 5

1.4 ManfaatPenelitian ... 5

1.4.1. ManfaatAkademi... 5

1.4.2. ManfaatPraktis ... ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Film Sebagai Medium Komunikasi Massa ... 7

2.2 Film Sebagai Industri ... 13

2.3 Film Sebagai Institusi Budaya ... 17

2.4 Genre Film ... 21

2.5 Macam-Macam Fungsi Film Dalam Masyarakat ... 24

2.6 Sifat-Sifat Pesan Komunikasi Dalam Film ... 26

2.7 Tokoh Perempuan Dalam Cerita Film ... 36

(11)

xi

2.9 Defenisi Konseptual ... 45

2.9.1 Sensualitas ... 45

2.9.2 Sensualitas Verbal ... 46

2.9.3 Sensualitas Non Verbal ... 46

BAB III METODE PENELITIAN ... 47

3.1 Pendekatan dan Tipe Penelitian ... 47

3.2 Ruang Lingkup Penelitian ... 48

3.3 Struktur Kategorisasi ... 49

3.4 Unit Analisis ... 51

3.5 Satuan Ukur ... 52

3.6 Sumber Data ... 52

3.7 Teknik Pengumpulan Data... 52

3.8 Uji Reliabilitas ... 54

BAB IV GAMBARAN UMUM FILM NEGERI TANPA TELINGA .... 56

4.1 Lola Amaria (LA) Production... 56

4.2 Profil Film Negeri Tanpa Telinga ... 57

4.3 Crew Film Negeri Tanpa Telinga ... 58

4.4 Sutradara Film Negeri Tanpa Telinga ... 58

4.5 Pemeran Film Negeri Tanpa Telinga ... 61

BAB V Unsur Sensualitas Perempuan Dalam Film Indonesi (Analisis Isi Pada Film “Negeri Tanpa Telinga” Karya Lola Amaria)...73

5.1 Sinopsis Film Negeri Tanpa Telinga ... 73

(12)

xii

5.2.1 Indikator Mendesah ... 75

5.2.2 Indikator Rayuan Kata ... 76

5.3 Sajian Data Sensualitas Non Verbal ... 81

5.3.1 Indikator Manja ... 83

5.3.2 Indikator Penampilan Erotis ... 85

5.3.3 Indikator Tatapan Mata ... 90

5.3.4 Indikator Rangsangan Seksual ... 93

5.4 Lembar Distribusi Frekuensi Kategori Sensualitas Perempuan ... 97

5.5 Uji Reliabilitas ... 101

5.5.1 Reliabilitas Peneliti dengan Koder 1 ... 102

5.5.2 Reliabilitas Peneliti dengan Koder 2 ... 105

BAB VI PENUTUP ... 109

6.1 Kesimpulan ... 109

6.1.1 Sensualitas Verbal ... 109

6.1.2 Sensualitas Non Verbal ... 110

6.2 Saran ... 111

6.2.1 Saran Akademik ... 111

6.2.2 Saran Praktis ... 111 DAFTAR PUSTAKA

(13)

xiii DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Lembar Koding / Coding Sheet ...53

Tabel 3.2 Lembar Distribusi Frekuensi...53

Tabel 4.1 Jobdesk Crew Negeri Tanpa Telinga ...58

Tabel 5.1 Frekuensi dan Durasi Kemunculan Jenis Sensualitas Verbal...74

Tabel 5.2 Frekuensi dan Durasi Kemunculan Jenis Sensualitas Non Verbal...82

Tabel 5.3 Lembar Distribusi Frekuensi Sensualitas Perempuan ...98

Tabel 5.4 Hasil Koding Peneliti...102

Tabel 5.5 Hasil Koding Koder I...103

Tabel 5.6 Expected Agreement Peneliti dengan Koder 1...104

Tabel 5.7 Hasil Koding Peneliti...105

Tabel 5.8 Hasil Koding Koder II...106

(14)

xiv DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Poster Film Negeri Tanpa Telinga ……….. 57

Gambar 4.2 Sutradara Film Negeri Tanpa Telinga ……… 59

Gambar 4.3 Pemeran Film Negeri Tanpa Telinga ……….. 61

Gambar 4.4 Pemeran Film Negeri Tanpa Telinga ……….. 64

Gambar 4.5 Pemeran Film Negeri Tanpa Telinga ……….. 66

Gambar 4.6 Pemeran Film Negeri Tanpa Telinga ……….. 70

Gambar 4.7 Pemeran Film Negeri Tanpa Telinga ……….. 72

Gambar 5.1 Diagram Frekuensi Kemunculan Sensualitas Verbal...………....75

Gambar 5.2 Potongan Shot Indikator Mendesah Scene 47... …………. 76

Gambar 5.3 Potongan Shot Indikator Rayuan Kata Scene 19 ……….77

Gambar 5.4 Potongan Shot Indikator Rayuan Kata Scene 31……… .78

Gambar 5.5 Potongan Shot Indikator Rayuan Kata Scene 37……… .79

Gambar 5.6 Potongan Shot Indikator Rayuan Kata Scene 54……… .80

Gambar 5.7 Diagram Frekuensi Kemunculan Sensualitas Non Verbal...…… ..83

Gambar 5.8 Potongan Shot Indikator Manja Scene 15……... 84

Gambar 5.9 Potongan Shot Indikator Manja Scene 37……….. .85

Gambar 5.10 Potongan Shot Indikator Penampilan Erotis Scene 15…….………… 86

Gambar 5.11 Potongan Shot Indikator Penampilan Erotis Scene 21………. 87

Gambar 5.12 Potongan Shot Indikator Penampilan Erotis Scene 44………. 88

Gambar 5.13 Potongan Shot Indikator Penampilan Erotis Scene 47………. 89

Gambar 5.14 Potongan Shot Indikator Penampilan Erotis Scene 54………. 89

Gambar 5.15 Potongan Shot Indikator Tatapan Mata Scene 21…………...……. 90

(15)

xv Gambar 5.17 Potongan Shot Indikator Tatapan Mata Scene 44………. 92

(16)

xvi DAFTAR PUSTAKA:

Abrar, Ana Nadya. 2003. Teknologi Komunikasi: Perspektif Ilmu Komunikasi. Yogyakarta : LESFI.

Agger, Ben. 2014. Teori Sosial Kritis: Kritik, Penerapan dan Implikasinya. Yogyakarta : Kreasi Wacana.

Anoegrejekti, Novi. 2006. Srinth!1, Komodifikasi Seksualitas dan Perwadagan Perempuan. Jakarta : Desantara.

Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala Erdinaya. 2004. Komunikasi Massa : Suatu Pengantar. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.

Ardial, H. 2014. Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Baran, Stanley J. 2011. Pengantar Komunikasi Massa : Literasi Media dan Budaya - Edisi 6.

Jakarta : Salemba Humanika.

Barnard, Malcolm. 2011. Fashion sebagai Komunikasi : Cara Mengkomunikasikan Identitas Sosial, Seksual, Kelas, dan Gender. Yogyakarta : Jalasutra.

Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif : Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Kencana.

Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi : Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta : Kencana.

Cangara, Hafield. 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Cangara, Hafield. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Darmawan, Deni. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif.Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Emka, Moammar. 2005. Jakarta Undercover, Sex ‘n The City. Jakarta : Gagas Media.

Effendy, Heru. 2002. Mari Membuat Film : Panduan Menjadi Produser. Yogyakarta : Panduan dan Yayasan Konfiden.

Eriyanto. 2011. Analisis Isi: Pengantar Metodologi Untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta. Kencana Prenada Media Grup.

Fiske, John. 2012. Pengantar Ilmu Komunikasi – Edisi Ketiga. Jakarta : Rajagrafindo Persada. Fleur, Melvin L. De & Rokeach, Sandra Ball. 1988. Teori Komunikasi Massa. Kuala Lumpur :

Dewan Bahasa & Pustaka.

(17)

xvii Ibrahim, Idi Subandy. 2011. Kritik Budaya Komunikasi : Budaya, Media, dan Gaya Hidup dalam

Proses Demokratisasi di Indonesia. Yogyakarta : Jalasutra.

Lembaga Studi Realino. 1992. Citra Wanita dan Kekuasaan (Jawa). Jogjakarta : Studi Realino. McQuail, Denis. 2010. Teori Komunikasi Massa - Edisi 6. Jakarta : Salemba Humanika.

Mulyana, Deddy. 2008. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Mulyana, Deddy dan Jalaluddin, Rakhmat. 2001. Komunikasi Antarbudaya : Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Nurudin. 2013. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta : Rajagrafindo Persada.

Prakosa, Gotot. 2004. Film dan Kekuasaan. Jakarta : Yayasan Seni Visual Indonesia.

Prakosa, Gotot. 2005. Film Pendek Independen Dalam Penilaian : Sebuah Catatan dari Berbagai Festival “Film Pendek dan Film Alternatif” di Indonesia. Jakarta : Komite Film Dewan Kesenian dan Yayasan Seni Visual Indonesia.

Riswandi. 2009. Ilmu Komunikasi. Jakarta : Graha Ilmu.

Samovar, Larry A. Porter, Richard E. McDaniel, Edwin R. 2010. Komunikasi Lintas Budaya – Edisi 7. Jakarta : Salemba Humanika.

Santoso, Widjajanti M. 2011. Sosiologi Feminisme: Konstruksi Perempuan dalam Industri Media. Yogyakarta : PT. LKiS Printing Cemerlang.

Siregar, Ashadi, Pasaribu, Rondang, Prihastuti, Ismay. 2000. Eksplorasi Gender di Ranah Jurnalisme dan Hiburan. Yogyakarta : Galang Printika.

Sobur, Alex. 2004. Analisis Teks Media. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Soekanto, Soerjono. 1987. Sosiologi Industri – Suatu Pengantar. Bandung : Remadja Karya. Soyomukti, Nurani. 2010. Pengantar Ilmu Komunikasi. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.

Storey, John. 2007. Pengantar Komperhensif Teori dan Metode Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop. Yogyakarta : Jalasutra.

Syarifah. 2006. Kebertubuhan Perempuan dalam Pornografi. Jakarta : Yayasan Kota Kita. Tamburaka, Apriadi. 2012. Agenda Setting Media Massa. Jakarta : Rajawali Pers.

Vivian, John. 2008. Teori Komunikasi Massa – Edisi Kedelapan. Jakarta : Kencana. Winarni. 2003. Komunikasi Massa : Suatu Pengantar. Malang : UMM Press.

(18)

xviii Non-Buku:

Aripurnami, Sita. 1990. Prisma (Majalah Pemikiran Sosial Ekonomi, Edisi Ke-5, dalam rubrik Sosok Perempuan dalam Film Indonesia, hal : 55-62). Jakarta : PT. Pustaka LP3ES Indonesia.

Nugroho, Agustinus Dwi. 2012. Montase (Buletin Sinema Independen, Edisi ke-23 : dalam rubrik Montase Fokus Utama, Hal : 2-8). Yogyakarta : Montase (Buletin Sinema Independen). Internet:

http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-n018-14-796881_negeri-tanpa-telinga#.VfqgsiWqqko diakses, 06 September 2015, pada pukul 19.00 WIB

http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/comm13ef248188full.pdfdiakses pada 22 Oktober 2015, pukul 20.00 WIB

http://moviezone.heck.in/mengenal-jenis-jenis-genre-film.xhtml diakses pada tanggal 21 Oktober 2015 , Pukul 22.00 WIB

http://kbbi.web.id/sensualitas diakses pada 04 Oktober 2015, pukul 19.00 WIB

https://kerangkafilm.wordpress.com/2011/09/06/jenis-jenis-genre-film/ diakses pada tanggal 21 Oktober 2015 , Pukul 22.00 WIB

https://sinaukomunikasi.wordpress.com/2013/09/11/sekilas-tentang-film/ diakses pada tanggal 3 November 2015, pukul 19.00 WIB

http://sinaukomunikasi.wordpress.com/2011/11/29/feminisme-representasi-perempuan-dan-pornografi-dalam-film diakses pada 20 November 2015, pukul 20.00 WIB

http://www.kpi.go.id/download/regulasi/UU%20No.%208%20Tahun%201992%20tentang%20P erfilman.pdf diakses pada 08 November 2015 pukul 14.00 WIB

http://www.surganyadownload.com/2015/02/download-film-negeri-tanpa-telinga-2014.html diakses pada tanggal 15 Agustus 2015, pukul 21.00 WIB

http://misbach.perfilman.pnri.go.id/uploaded_files/article/pdf/BeritaBuana_19910609.pdf diakses pada 27 November 2015, pukul 22.00 WIB

https://m.tempo.co/read/news/2015/01/23/111636922/empat-film-lola-amaria-di-perpustakaan-kongres-as diakses pada 02 April 2016, pukul 21.00 WIB

http://www.wowkeren.com/seleb/lola_amaria/profil.html pada tanggal 17 Februari 2016 pukul 19.00 WIB

(19)

xix http://uniqpost.com/profil/ray-sahetapy/ diakses pada 16 Januari 2016, pukul 20.00 WIB

http://ketemulagi.com/profil-lengkap-lukman-sardi/ pada tanggal 15 Februari 2016 pukul 23.00 WIB

(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latarbelakang

Semua manusia setiap harinya akan selalu berkomunikasi satu dengan yang lainnya,

karena komunikasi merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. Dengan adanya

komunikasi dalam kehidupan manusia, segala kegiatannya akan terbantu dengan mudah.

Sehari manusia melakukan aktivitas komunikasi hampir 70%, dari saat bangun tidur, hingga

menjelang tidur, maka tidak heran komunikasi merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi

dalam kehidupan.

Komunikasi sendiri membutuhkan media baik yang berskala kecil maupun massa atau

besar. Salah satu media komunikasi massa yang sering dijumpai adalah film. Film sendiri

secara sederhana merupakan sebuah bentuk dari skenario yang dijalankan oleh pelaku dan

pembuat film tersebut, berdasarkan ide-ide dari kehidupan nyata yang dialami ataupun

berdasarkan dari melihat pengalaman hidup orang lain. Khayalan dari pembuat film juga bisa

dijadikan sebuah ide dasar dalam membuat sebuah film yang mungkin suatu saat nanti bisa

terwujud, akan menimbulkan perasaan yang mendalam bagi para penikmat film tersebut

sesuai dengan sudut pandang apa yang diangkat dalam film tersebut. Film bisa menahan

orang saat menontonnya, ini terjadi lebih sering ketimbang medium lainnya. Banyak orang

terpesona sejak pertama kali teknologi film ditemukan. Berawal dari hanya berupa gambar

putus-putus kemudian teknologi suara mulai masuk kedalam film dan kemudian diikuti

(21)

2 Menurut Gans (1995) Banyaknya perkembangan yang telah terjadi dalam teknologi

film membuat media ini mempunyai kekuatan yang kompleks sebagai media komunikasi

massa. Pesan-pesan yang disampaikan melalui ide cerita, peristiwa, drama, musik dan

sebagainya menjadikan film sebagai media komunikasi massa yang dapat menyampaikan

pesan yang efektif untuk mempengaruhi khalayak melalui pesan-pesan yang disampaikan.

Film selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat melalui muatan pesan-pesan

(message) dibaliknya tanpa pernah berlaku sebaliknya (Sobur : 2004, hal : 127). Masyarakat

luas akan menerima pesan yang ingin disampaikan dari pembuat film (sineas) kemudian dari

inilah film dapat berpengaruh terhadap perilaku sosial dalam masyarakat dari penikmatnya,

sesuai dengan apa yang di dapat dari film yang mereka nikmati.

Kandungan pesan dalam film juga memberikan dampak kepada penonton film itu

sendiri. Baik itu dampak positif maupun negatif. Dampak positif seperti mendidik generasi

muda untuk selalu menjunjung nilai dan norma budaya bangsa, menghibur serta memberikan

informasi baru agar penonton mendapat wawasan yang lebih luas lagi. Sedangkan dampak

negatifnya seperti perilaku-perilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan budaya bangsa

ini, pendidikan moral yang buruk, perilaku yang tidak menghormati sesama serta kesetaraan

gender yang dimanfaatkan mencari keuntungan sendiri. Sebabnya adalah banyak film yang

dibuat hanya untuk menarik minat menonton dari penontonnya saja, sehingga

kandungan-kandungan pesan yang seharusnya tidak dimuat kedalam film, dimasukkan dengan sengaja

lewat kemasan rapi oleh para pembuat film dan disisipkan dalam beberapa aspek dengan

tujuan agar filmnya laris di pasaran. Hal negatif seperti ini terjadi dalam masyarakat

dikarenakan banyak beredar film yang lebih banyak menampilkan sisi pornografi dan

kekerasan hanya untuk menarik simpati penonton daripada makna isi cerita yang

disampaikan. Seperti halnya film Indonesia sekarang ini, dengan banyaknya genre yang

(22)

3 memperlihatkan ketidakadilan gender yang mengarah kepada penonjolan pada unsur

sensualitas dari sosok perempuan dalam film yang digunakan oleh pembuat sebagai salah

satu komoditi yang mempunyai harga jual. Salah satu peran perempuan dalam film yaitu

seringkali dijadikan sebagai komoditi yang diperjual-belikan untuk menarik hasrat menonton

sehingga film bisa mendapat respon yang luas dari masyarakat. Para pembuat film juga

menemukan celah bahwa masyarakat dalam hal ini adalah penonton film lebih menyambut

hangat film-film yang mengandung banyak unsur hiburannya daripada unsur pendidikan

maupun dari sisi artistiknya. Realitas ini juga di dukung oleh adanya pergerakan industri film

yang menjadikan perempuan sebagai objek seks.

Perempuan disini menjadi objek komoditi yang diperjual-belikan lewat

penampilannya di media massa, penonjolan fakultas tubuh (khususnya perempuan) di jadikan

‘nilai jual’ di dalam sistem kapitalisme yang di bangun berdasarkan asas patriarki (sistem

sosial yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas utama dalam organisasi sosial)

.

Laki-laki berada dibelakang layar dalam menciptakan makna pesan yang di tampilkan oleh

perempuan dalam media massa. Tampilan sensualitas dalam film tidak lagi dianggap hal

yang ‘tidak pantas’ untuk ditampilkan, sedangkan nilai dan norma dari kebudayaan luhur

bangsa sejak dahulu yang mengutamakan aspek rasa kasih sayang kecantikan, dan

keanggunan dari seorang perempuan jadi terlupakan. Kecantikan yang terlupakan inilah

menjadi celah bagi para elit kapitalis membuat seorang perempuan disuguhkan dalam balutan

budaya populer yang mewah, sehingga sensualisme dan erotisme lebih dijunjung tinggi

dalam sebuah film sebagai komoditi yang mempunyai nilai jual bagi konsumennya.

Seperti halnya film Negeri Tanpa Telinga, dengan mengusung genre komedi-drama

dalam bidang politik, film yang di besut oleh Lola Amaria ini mencoba mengungkap tentang

(23)

4 Bambang Yudiyono. Realitas perpolitikan yang berantakan, penggunaan kekuasaan yang

tidak sesuai aturan hukum oleh pejabat pemerintahan, serta praktek korupsi yang

dilatarbelakangi oleh perjuangan aspirasi masyarakat semakin menjadi-jadi dan tidak

ketinggalan unsur sensualitas perempuan dipakai sebagai usaha penyuapan lobbying

keputusan rapat ditambahkan sebagai realitas yang memang sering terjadi di kalangan

pejabat. Sensualitas perempuan disini juga sebagai objek pemanis pada setiap produksi film.

Dikarenakan sensualitas sendiri berdasarkan kepada stereotip wanita yang hanya sebagai

objek pengumbar hasrat dan pemuas kebutuhan seksual dikalangan pejabat.

Walaupun mengangkat tentang ide kritik sosial politik namun masih banyak juga

terdapat sensualitas perempuan yang ditampilkan dalam adegan-adegan film ini yang

dijadikan komoditi melalui keindahan bentuk tubuh atau ekspresi wajah dan lain sebagainya

yang dapat ditangkap secara visual maupun bentuk desahan atau rayuan melaui audio.

Dimulai dari konspirasi yang dilakukan oleh Partai Amal Syurga. Sang ketua partai, Ustad

Etawa (Lukman Sardi), bekerja sama dengan importir daging domba, berusaha memanipulasi

uang negara untuk keuntungan partainya. Namun dalam scene-scene konspirasi partai Amal

Syurga seperti ini terdapat peran dari perempuan yang menggunakan sensualitas dari

keindahan tubuhnya untuk memuaskan hasrat dari kader partai yang melakukan konspirasi

dengan pengusaha daging impor.

Kemudian scene-scene dari tokoh Tikis Queenta (Kelly Tandiono) dalam usaha

memenangkan partai Martobat dibawah pimpinan Piton (Ray Sahetapy) dalam rapat anggota

Dewan proyek perumahan rakyat miskin di Bukit Khayangan. Tikis mencoba melobby para

anggota fraksi lainnya dengan menggunakan keindahan tubuhnya dan uang sogokan dari

partainya. Dan pada akhirnya, partai martobat melalui usaha Tikis berhasil membuat para

(24)

5 Sensualitas dalam film ini sedikit ditutupi oleh sang sutradara dengan menampilkan

tokoh Naga (Teuku Rifku Wikana) yang menangkap semua percakapan dan perbincangan

orang itu. Melalui telinga tukang pijat ini, ia mendengar semua pembicaraan

orang-orang penting itu. Percakapan itulah yang membuat Naga muak. Informasi dari setiap

pembicaraan orang penting ini tidak hanya didengar oleh Naga, seorang host TV9, Chica

Cemani (Jenny Zhang) juga turut serta membantu mengungkap kasus ini kehadapan anggota

Kapak (Lembaga Pemberantasan Korupsi) dan masyarakat luas

(http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-n018-14-796881_negeri-tanpa-telinga#.VfqgsiWqqko

diakses, 06 September 2015, pada pukul 19.00 WIB).

1.2Rumusan Masalah

Sebagaimana pemaparan di atas, maka rumusan masalah yang ditetapkan peniliti

yaitu: unsur sensualitas perempuan apa saja yang muncul serta durasi kemunculannya dalam

film “Negeri Tanpa Telinga”?.

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja unsur komodifikasi sensualitas

perempuan dan mendeskripsikan seberapa besar prosentase durasi kemunculannya yang ada

pada film “Negeri Tanpa Telinga”.

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

Dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan mengenai kajian analisis isi pada

sebuah film tentang unsur sensualitas perempuan dan dapat dijadikan bahan untuk penelitian

lebih lanjut. Selain itu juga diharapkan dapat dijadikan referensi serta komparasi untuk

(25)

6 1.4.2 Manfaat Praktis

Dapat menambah wawasan pengetahuan bagi khalayak mengenai unsur sensualitas

perempuan dalam sebuah film. Dan dari penelitian ini, diharapkan dapat menjadi acuan para

insan perfilman dalam memproduksi film yang benar-benar mengutamakan proses

Gambar

Gambar 5.23 Diagram Jenis Sensualitas Perempuan…………............................. 99

Referensi

Dokumen terkait

Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, saya bersedia menerima sanksi

melatih dalam penyusunan RPP yang akan digunakan pada saat mengajar,. membentuk dan meningkatkan kompetensi mengajar terbatas,

[r]

Dengan segala puji bagi Allah SWT, karena telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akhir dengan judul

Dari segi warna, yeast yang juga sangat berperan dalam proses fermentasi alkohol ini mempunyai warna putih kekuningan yang dapat dilihat diatas permukaan tumbuh koloni, sehingga

“Atas dasar hak menguasai dari negara sebagai yang dimaksud dalam Pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada

aspek kehidupan manusia khususnya dalam bidang pelayanan jasa.. pengiriman paket barang atau

ada kekerasan, karena pada umumnya masa pacaran (dating) adalah masa yang penuh dengan hal-hal yang indah, setiap hari diwarnai oleh manisnya tingkah laku.. dan kata-kata