• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan faktor reproduksi, asupan zat gizi dan aktivitas fisik dengan komposisi tubuh wanita pekerja berdasarkan status menopause

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan faktor reproduksi, asupan zat gizi dan aktivitas fisik dengan komposisi tubuh wanita pekerja berdasarkan status menopause"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN FAKTOR REPRODUKSI, ASUPAN ZAT GIZI

DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KOMPOSISI TUBUH

WANITA PEKERJA BERDASARKAN STATUS MENOPAUSE

ELOK NALURITA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Faktor Reproduksi, Asupan Zat Gizi dan Aktivitas Fisik dengan Komposisi Tubuh Wanita Pekerja berdasarkan Status Menopause adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)
(5)

ABSTRAK

ELOK NALURITA. Hubungan Faktor Reproduksi, Asupan Zat Gizi dan Aktivitas Fisik dengan Komposisi Tubuh Wanita Pekerja berdasarkan Status Menopause. Dibimbing oleh M RIZAL MARTUA DAMANIK.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji hubungan faktor reproduksi, asupan zat gizi dan aktivitas fisik dengan komposisi tubuh pada wanita pekerja di Bogor. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang (cross-sectional study) pada 69 wanita pekerja usia 45-55 tahun di Institut Pertanian Bogor sebagai contoh penelitian. Analisis deskriptif menunjukkan rata-rata usia awal menstruasi, panjang siklus menstruasi, dan lama menstruasi termasuk dalam kategori normal. Tingkat kecukupan energi dan tingkat kecukupan protein tergolong defisit. Tingkat aktivitas fisik termasuk dalam kategori ringan dengan status gizi obese. Rata-rata persen lemak tubuh tergolong tinggi dengan kategori kegemukan obesitas sentral dan bentuk tubuh android. Uji korelasi menunjukkan adanya hubungan yang positif antara usia (p=0.065) dan penggunaan kontrasepsi hormonal (p=0.054) dengan persen lemak tubuh, sedangkan tingkat kecukupan energi (p=0.000) dan tingkat kecukupan protein (p=0.000) berhubungan negatif dengan persen lemak tubuh. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada wanita usia pertengahan faktor usia lebih berpengaruh terhadap peningkatan kadar lemak terutama lemak di bagian abdominal dibandingkan dengan status menopause, asupan gizi dan aktivitas fisik.

(6)
(7)

ABSTRACT

ELOK NALURITA. The Relationship between Reproductive Factors, Nutrition Intakes, and Physical Activities with Body Composition of Women Workers based on Menopausal Status. Supervised by M RIZAL MARTUA DAMANIK.

The purpose of this study was to examine the association of reproductive factors, nutrient intakes and physical activities with body composition of women worker in Bogor. This study used a cross-sectional design with 69 women workers aged 45-55 years old at Bogor Agricultural University as study participants. Descriptive analysis showed that mean of age at menarche, average of menstrual cycle, and average length of period of study participants were categorized normal. Energy and protein adequacy level were categorized as deficit. Physical activities level were categorized light activity with nutritional status were categorized obese. Almost participants had a high percentage body fat, central obesity, and android body shape. Correlation test showed that age (p=0.065) and the use of hormonal contraception (p=0.054) were positively associated with percentage body fat, meanwhile energy adequacy level (p=0.000), and protein adequacy level (p=0.000) were inversely related to percentage body fat. It might be conclude that age had more influence in increasing body fat, particularly in abdominal area, than menopausal status, nutrition intakes and physical activities in middle-aged women.

(8)
(9)

Skripsi

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

HUBUNGAN FAKTOR REPRODUKSI, ASUPAN ZAT GIZI

DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KOMPOSISI TUBUH

WANITA PEKERJA BERDASARKAN STATUS MENOPAUSE

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(10)
(11)
(12)
(13)

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia yang telah diberikan sehingga karya ilmiah dengan tema komposisi tubuh wanita usia pertengahan berhasil diselesaikan. Judul penelitian ini adalah Hubungan Faktor Reproduksi, Asupan Zat Gizi dan Aktivitas Fisik dengan Komposisi Tubuh pada Wanita Pekerja di Bogor. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof drh M Rizal M Damanik, MRepSc PhD selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia membimbing dan memberi saran kepada penulis dalam penulisan karya ilmiah ini.

2. Sachroni dan Etty Soekaryani selaku orang tua serta kakak adik (Eling, Rani, Lintang, Gilang) penulis yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis selama penelitian hingga terselesaikannya karya ilmiah ini.

3. Mba Arni, Mba Ci’i, Winda, Mba Egi, Hilman, dan Najmi, sahabat-sahabat yang selalu menemani serta memberikan bantuan dan semangat. 4. Teman-teman kos wisma rahayu dan teman-teman Gizi Masyarakat 47

yang selalu memberikan motivasi dan semangat.

5. Pegawai wanita non tenaga pendidik IPB yang telah berpartisipasi dalam penelitian.

6. Seluruh pihak yang terkait yang belum disebutkan namanya yang telah memberikan kontribusinya dalam penulisan proposal penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih terdapat beberapa kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penelitian ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(14)
(15)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Tujuan Umum 2

Tujuan Khusus 2

Manfaat Penelitian 2

KERANGKA PEMIKIRAN 2

METODE 4

Desain, Tempat dan Waktu 4

Teknik Penarikan Contoh 5

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data 5

Pengolahan dan Analisis Data 6

Definisi Operasional 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Karakteristik Contoh 9

Faktor Reproduksi 10

Asupan dan Tingkat Kecukupan Gizi 12

Aktivitas Fisik 14

Komposisi Tubuh dan Status Gizi 15

Uji Korelasi antar Variabel 17

Hubungan antara usia dan komposisi tubuh 17

Hubungan antara faktor reproduksi dan komposisi tubuh 17 Hubungan antara tingkat kecukupan gizi dan komposisi tubuh 20 Hubungan tingkat aktivitas fisik dan komposisi tubuh 21

SIMPULAN DAN SARAN 22

Simpulan 22

Saran 23

(16)

LAMPIRAN 27

(17)

DAFTAR TABEL

1 Cara pengumpulan data 5

2 Jenis dan kategori variabel pengolahan data primer 7 3 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik contoh 9

4 Sebaran contoh berdasarkan faktor reproduksi 10

5 Sebaran contoh berdasarkan alat kontrasepsi dan status menopause 11

6 Asupan zat gizi contoh 12

7 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan gizi 13 8 Sebaran contoh berdasarkan tingkat aktivitas fisik 14 9 Sebaran contoh berdasarkan persen lemak tubuh dan distribusi lemak 16 10 Sebaran contoh berdasarkan status gizi dan persen lemak tubuh 16

DAFTAR GAMBAR

1 Skema kerangka pemikiran hubungan faktor reproduksi, asupan zat gizi dan aktivitas fisik dengan komposisi tubuh pada wanita 4

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil uji korelasi Rank Spearman dan Pearson variabel independent

dengan persen lemak tubuh 27

2 Hasil uji korelasi Rank Spearman dan Pearson variabel independent

dengan lingkar pinggang 27

3 Hasil uji korelasi Rank Spearman dan Pearson variabel independent

dengan rasio lingkar pinggang pinggul 27

(18)
(19)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perubahan struktur ekonomi membuka kesempatan bagi wanita untuk berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi. Wanita memiliki peran ganda sebagai pengurus pekerjaan rumah tangga sekaligus sebagai pekerja sama halnya dengan pria. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah angkatan kerja pada Agustus 2013 mencapai 118.2 juta orang dengan distribusi penduduk bekerja didominasi oleh pekerja dengan jenjang pendidikan dasar ke bawah sebanyak 52 juta orang atau 46.95%, jenjang pendidikan diploma 2.9 juta orang atau 2.64% dan pendidikan universitas 7.6 juta orang atau 6.83%. Pada tahun 2013 tercatat jumlah wanita yang bekerja sebanyak 38%, dengan rasio lapangan pekerjaan dan penduduk untuk perempuan diperkirakan mencapai 50%. Peran ganda tersebut menuntut wanita untuk lebih menjaga kesehatannya termasuk kesehatan reproduksi. Hal ini berkaitan dengan produktivitas kerja sekaligus sebagai persiapan menjelang usia menopause.

Penambahan usia terutama menjelang menopause menyebabkan wanita mengalami perubahan fisik maupun fungsi pada organ reproduksi dan organ lainnya. Perubahan yang terjadi dapat mempengaruhi komposisi tubuh wanita seperti distribusi lemak dalam tubuh. Wanita memiliki hormon reproduksi yang menjaga distribusi lemak yaitu estradiol. Namun menjelang usia menopause, produksi hormon tersebut menurun, sehingga pada wanita menopause lemak cenderung disimpan di bagian abdomen (Hueseman 2006). Kondisi ini dapat diperburuk dengan pola konsumsi yang tidak tepat dan aktivitas fisik yang kurang. Asupan zat gizi makro terutama karbohidrat dan lemak berhubungan dengan persen lemak tubuh pada wanita. Makanan tinggi lemak mengandung energi yang tinggi sehingga asupan lemak yang berlebih dapat menyebabkan terjadinya keseimbangan energi yang positif dan akumulasi lemak dalam tubuh (Paul et al. 2004). Hasil penelitian Gaba et al. (2009) menunjukkan aktivitas fisik berkaitan dengan perubahan komposisi tubuh terutama massa lemak tubuh. Aktivitas fisik dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan massa bebas lemak serta penurunan lemak total tubuh dan persentase lemak tubuh (Guo et al. 1999).

Obesitas merupakan kondisi terjadinya akumulasi lemak yang berlebih dalam tubuh (WHO 2000). Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa 21.7% orang dewasa Indonesia mengalami kegemukan (termasuk obesitas), dan perempuan memiliki prevalensi yang lebih tinggi (26.9%) dibandingkan dengan laki-laki (16.3%) (Balitbangkes 2010). Penelitian Khokhar et al. (2010) menghasilkan bahwa prevalensi obesitas pada wanita yang bekerja yaitu wanita premenopause sebesar 70.30% dan wanita pascamenopause sebesar 75.09%. Selain menggunakan indeks massa tubuh, ukuran lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang pinggul juga dapat digunakan untuk mengukur obesitas terutama obesitas bagian abdomen (WHO 2000).

(20)

2

melihat hubungan faktor reproduksi, asupan zat gizi dan aktivitas fisik dengan komposisi tubuh wanita.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik sosial ekonomi, faktor reproduksi, asupan zat gizi, aktivitas fisik serta komposisi tubuh wanita?

2. Bagaimana perbedaan karakteristik contoh, asupan zat gizi, dan aktivitas fisik wanita berdasarkan status menopause?

3. Apa saja faktor risiko yang berhubungan dengan komposisi tubuh wanita?

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan mengkaji hubungan antara faktor reproduksi, asupan zat gizi dan aktivitas fisik dengan komposisi tubuh pada wanita pekerja di Bogor.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi, faktor reproduksi, asupan zat gizi, aktivitas fisik serta komposisi tubuh pada wanita

2. Menganalisis perbedaan karakteristik contoh, asupan zat gizi dan aktivitas fisik wanita berdasarkan status menopause

3. Menganalisis faktor risiko yang berhubungan dengan komposisi tubuh wanita

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruh komposisi tubuh pada wanita di Bogor. Bagi pemerintah ataupun pihak swasta, hasil penelitian dapat menjadi masukan untuk pengembangan program yang menunjang kesehatan reproduksi dan kesehatan wanita pada umumnya. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat menambah wawasan tentang komposisi tubuh wanita dan pentingnya asupan zat gizi yang seimbang serta aktivitas fisik yang cukup untuk menjaga status gizi yang normal pada wanita usia pertengahan dan melakukan pencegahan untuk keterbatasan fungsional saat lanjut usia.

KERANGKA PEMIKIRAN

(21)

3 dimaksud adalah gaya hidup seseorang. Komposisi tubuh akan mengalami perubahan akibat penurunan atau peningkatan asupan energi dan zat gizi seperti karbohidrat, protein, dan lemak; aktivitas fisik; proses penuaan atau perubahan patologis yang disebabkan oleh suatu penyakit. Setelah seseorang berusia 30 tahun, persentase lemak tubuhnya akan mengalami peningkatan sebanyak 2% berat badan setiap 10 tahun (Fatmah 2010).

Massa lemak dan massa bebas lemak dalam tubuh terutama dipengaruhi oleh pola konsumsi dan aktivitas fisik seseorang. Pola konsumsi adalah jenis dan frekuensi beragam pangan yang biasa dikonsumsi, biasanya berkembang dari pangan setempat atau dari pangan yang telah ditanam di tempat tersebut untuk jangka waktu yang panjang. Pengaturan pola makan yang tidak tepat dapat mengakibatkan terjadinya masalah pada status gizi seseorang. Asupan energi yang melebihi kebutuhan secara terus-menerus jika tidak diimbangi dengan pengeluaran energi melalui aktivitas fisik yang cukup, maka kelebihan energi tersebut dapat diubah menjadi lemak tubuh (Almatsier 2003). Aktivitas fisik membantu dalam proses pertumbuhan dan pengeluaran energi untuk menjaga status gizi seseorang. Peningkatan aktivitas fisik berkontribusi terhadap pengeluaran energi total sehingga keseimbangan energi menjadi negatif menyebabkan massa lemak lebih rendah terutama lemak tubuh bagian abdominal (Bann et al. 2014).

Pola konsumsi dan aktivitas fisik dapat dipengaruhi oleh usia, pendapatan dan pendidikan. Seiring dengan penambahan usia, wanita mengalami perubahan dalam penentuan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi. Perubahan tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor hormonal saat menstruasi ataupun menopause. Aktivitas fisik wanita usia pertengahan umumnya tergolong rendah, terutama wanita yang aktivitas pekerjaannya tidak mengeluarkan banyak energi. Wanita dengan pendapatan yang lebih tinggi memiliki alokasi pengeluaran untuk pangan dan aktivitas fisik yang lebih besar. Sehingga akses terkait pemenuhan kebutuhan pangan ataupun sarana prasarana untuk melakukan aktivitas fisik yang cukup menjadi lebih mudah. Tingkat pendidikan berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam memahami dan menerima informasi termasuk pengetahuan tentang asupan zat gizi dan aktivitas yang seimbang untuk menjaga status gizinya.

Saat usia anak-anak, komposisi tubuh antara perempuan dan laki-laki tidak jauh berbeda. Namun, setelah mencapai usia pubertas, komposisi tubuh wanita mengalami perubahan terutama pada kadar lemak tubuh. Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh hormonal sebagai bagian dari proses perkembangan organ dan fungsi reproduksi wanita (Gropper 2005). Menurut penelitian Guo et al. (1999), wanita postmenopause memiliki lemak total tubuh dan persentase lemak lebih tinggi dibandingkan dengan wanita premenopause dan perimenopause.

(22)

4

kesehatan. Penyusutan massa otot karena aktivitas fisik yang kurang ataupun faktor usia mengakibatkan terjadinya penurunan berat badan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat di duga bahwa faktor reproduksi, pola konsumsi dan aktivitas fisik berpengaruh terhadap komposisi tubuh terutama pada wanita di usia pertengahan. Adapun alur pemikiran penelitian ditunjukkan pada Gambar 1.

Keterangan :

: variabel yang diteliti : variabel yang tidak diteliti

: hubungan yang diteliti : hubungan yang tidak diteliti

Gambar 1 Skema kerangka pemikiran hubungan faktor reproduksi, asupan zat gizi dan aktivitas fisik dengan komposisi tubuh pada wanita

METODE

Desain, Tempat dan Waktu

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study. Lokasi penelitian ditentukan secara

Penambahan berat badan karena kehamilan

Riwayat reproduksi: - menarche

- siklus menstruasi - lama menstruasi - paritas

- penggunaan KB - status menopause Komposisi tubuh dan distribusi

lemak Sosial ekonomi: - usia

- pendapatan - pendidikan

Indeks Massa Tubuh Pola

konsumsi pangan

Aktivitas fisik

(23)

5 purposive dan dipilih lokasi Institut Pertanian Bogor di Dramaga, Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober – Desember 2014.

Teknik Penarikan Contoh

Pengambilan contoh dilakukan secara purposive sampling. Penentuan contoh dalam penelitian dengan pertimbangan: 1) pegawai non tenaga pendidik Institut Pertanian Bogor; 2) wanita berusia 45-55 tahun (usia pertengahan); 3) tempat kerja terjangkau peneliti; 4) bersedia untuk diwawancara dan kooperatif. Berdasarkan kriteria tersebut terpilih 69 orang sebagai contoh.

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara langsung dan pengisian kuesioner. Data sekunder berupa daftar nama pegawai non pendidikan Institut Pertanian Bogor wanita usia 45-55 tahun. Adapun rincian variabel, data, jenis data dan cara pengumpulan data yang diteliti ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1 Cara pengumpulan data

No Variabel Data Jenis data Cara pengumpulan 1. Karakteristik

4. Asupan zat gizi Asupan energi, protein, lemak, dan

tubuh Persen lemak tubuh Lingkar pinggang (cm)

Lingkar pinggul (cm)

Primer Pengukuran persen lemak tubuh dengan Body fat monitoring.

(24)

6

Data primer meliputi karakteristik sosial ekonomi responden (umur, pendapatan dan pendidikan), faktor reproduksi (usia saat awal menstruasi, siklus menstruasi, penggunaan alat kontrasepsi, status menopause serta paritas), asupan zat gizi, aktivitas fisik, antropometri (tinggi badan, berat badan, lingkar pinggang dan lingkar pinggul), dan komposisi tubuh berupa persen lemak tubuh. Pengukuran berat badan menggunakan timbangan berat badan digital. Tinggi badan diukur dengan menggunakan staturemeter. Asupan zat gizi diperoleh dari wawancara menggunakan instrumen food recall 1x24 jam hari kerja dan 1x24 jam hari libur. Aktivitas fisik menggunakan instrumen recall physical activity level (PAL) 1x24 jam hari kerja dan 1x24 jam hari libur. Komposisi tubuh berupa persen lemak tubuh diukur menggunakan body fat monitoring, sedangkan distribusi lemak dengan pengukuran lingkar pinggang dan lingkar pinggul menggunakan pita meteran. Lingkar pinggang diukur di bagian tengah antara tulang rusuk bagian bawah dan bagian atas tulang iliac, sedangkan lingkar pinggul diukur di bagian paling luas dari pinggul (WHO 2008).

Pengolahan dan Analisis Data

Data diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel dan SPSS versi 16. Pengolahan data meliputi beberapa tahap yaitu, pengeditan, pengkodean, pengentrian dan analisis. Pendapatan responden dikategorikan menjadi <Rp1 000 000, Rp1 000 000-Rp5 000 000, dan >Rp5 000 000. Status gizi diperoleh dari hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan dengan kategori Kurus <18.5, Normal 18.5-22.9, Overweight 23.0-24.9, Obesitas I 25.0-29.9, dan Obesitas II ≥30.0 (WHO Asia Pasifik 2000).

Asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat diperoleh dari penilaian konsumsi pangan menggunakan metode food recall 2x24 jam. Data kemudian diolah menggunakan program Microsoft Excel dengan basis data daftar komposisi bahan makanan (DKBM) untuk mengetahui asupan zat gizi responden. Tingkat kecukupan energi dan protein dikategorikan menjadi defisit berat (<70% AKG), defisit sedang (70-79% AKG), defisit ringan (80-89% AKG) normal (90-119% AKG), dan kelebihan (≥120% AKG) (Depkes 1996). Aktivitas fisik yang diteliti adalah aktivitas fisik responden yang terdiri atas aktivitas selama 1x24 jam di hari kerja dan hari libur. Data aktivitas fisik diperoleh melalui pengisian kuesioner aktivitas fisik. Kemudian aktivitas fisik responden dikategorikan ke dalam tiga tingkatan yaitu, aktivitas fisik ringan, aktivitas fisik sedang dan aktivitas fisik berat.

(25)

7

Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik. Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data karakteristik sosial ekonomi responden, faktor reproduksi, aktifitas fisik, status gizi, asupan zat gizi dan komposisi tubuh. Sebelum uji hipotesis, dilakukan uji normalitas data menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Hubungan antara usia dan persen lemak tubuh (PLT) dianalisis dengan uji korelasi Pearson. Hubungan antara usia dan lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang pinggul (RLPP) dianalisis dengan

Tabel 2 Jenis dan kategori variabel pengolahan data primer

No Variabel Parameter Sumber data

1. Umur 45-55 tahun 2. Pendidikan a. SMA/sederajat

b. Diploma

6. Status menopause a. non menopause b. menopause c. Overweight 23.0–24.9 kg/m2 d.Obesitas I 25.0-29.9 kg/m2

(26)

8

menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Tingkat kecukupan energi, tingkat kecukupan protein, aktivitas fisik, menarche dan panjang siklus menstruasi dianalisis hubungannya dengan PLT, lingkar pinggang, dan RLPP menggunakan uji korelasi Pearson. Hubungan antara paritas, penggunaan alat kontrasepsi hormonal, dan status menopause dengan PLT, lingkar pinggang, dan RLPP dianalisis menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Uji Mann-whitney digunakan untuk melihat perbedaan pendidikan contoh berdasarkan status menopause dan aktivitas hari libur dengan hari kerja. Uji Independent Sample T-test digunakan untuk uji beda pada variabel usia, tingkat kecukupan gizi dan tingkat aktivitas fisik berdasarkan status menopause.

Definisi Operasional

Contoh adalah wanita usia pertengahan berusia 45-55 tahun (WHO 1989) yang berdomisili di Bogor dan bekerja sebagai pegawai non pendidikan di Institut Pertanian Bogor

Usia adalah selisih antara tahun diambilnya data penelitian dan tahun kelahiran contoh

Pendidikan adalah jenjang sekolah formal yang terakhir ditempuh hingga lulus

Pendapatan adalah penghasilan pokok contoh per bulan selama bekerja di Institut Pertanian Bogor

Faktor reproduksi adalah variabel berkaitan dengan fungsi reproduksi yang diduga memiliki pengaruh terhadap komposisi tubuh, seperti: menarche, panjang siklus menstruasi, paritas, penggunaan kontrasepsi, dan status menopause

Menopause adalah kondisi berhentinya menstruasi selama lebih dari 12 bulan secara berturut-turut

Non menopause adalah kondisi menstruasi masih terjadi secara rutin ataupun tidak rutin menjelang masa menopause

Menstruasi adalah perdarahan pada vagina yang terjadi secara periodik akibat terlepasnya mukosa rahim

Lama menstruasi adalah jumlah hari menstruasi pada satu periode siklus menstruasi

Panjang siklus menstruasi yaitu jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya (hari). Panjang siklus menstruasi normal yaitu 21 sampai 35 hari

Alat kontrasepsi hormonal yaitu alat pencegah kehamilan yang memiliki bekerja dengan mengganggu mekanisme hormonal yang normal. Alat kontrasepsi hormonal yaitu KB Intrauterine Device (IUD) hormon, KB suntik, KB susuk, dan KB pil

Menarche adalah usia subjek ketika pertama kali mengalami menstruasi

Asupan zat gizi adalah konsumi makanan contoh yang diketahui dengan menggunakan instrumen food recall 2x24 jam

Aktivitas fisik adalah suatu bentuk aktifitas responden selama 1x 24 jam di hari kerja dan hari libur dengan menggunakan kuesioner aktivitas fisik

(27)

9

Distribusi lemak tubuh adalah penyebaran timbunan lemak tubuh yang dilihat berdasarkan ukuran lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang pinggul

Status gizi adalah kondisi seseorang yang dipengaruhi oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi dari makanan dalam jangka waktu yang lama dan diukur berdasarkan perbandingan berat badan dengan tinggi badan dikuadratkan (Indeks Massa Tubuh)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Contoh

Contoh penelitian merupakan pegawai wanita non pengajar di IPB yang berusia 45-55 tahun. Sebanyak 34 orang (49.3%) contoh berusia 45-49 tahun dan 35 orang (50.7%) berusia 50-55 tahun. Rata-rata usia contoh adalah 50.16±2.72. Contoh yang telah menopause sebagian besar berusia lebih dari 50 tahun (75.0%), sedangkan contoh yang belum menopause sebagian besar berusia 45-49 tahun (70.3%).

Berdasarkan Tabel 3 sebagian besar contoh (59.4%) memiliki latar belakang pendidikan tamat SMA. Sebanyak 21 orang (30.4%) menempuh pendidikan hingga S1/S2, dan 7 orang (10.1%) merupakan lulusan Diploma. Contoh sebagian besar merupakan lulusan SMA dengan jumlah 18 orang (56.3%) untuk contoh menopause dan 23 orang (62.2%) untuk contoh non menopause. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan latar belakang pendidikan kedua kelompok tidak berbeda nyata (p=0.440). Contoh memiliki profesi yang tidak jauh berbeda sehingga rata-rata contoh memiliki latar belakang pendidikan formal yang sama.

Contoh merupakan pegawai negeri sipil (PNS) dengan besar pendapatan disesuaikan dengan golongan PNS. Berdasarkan pendapatan contoh, sebanyak 19

Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik contoh

Karakteristik Menopause Non menopause Total p value

n % n % n %

Usia

45-49 tahun 8 25.0 26 70.3 34 49.3 0.000 50-55tahun 24 75.0 11 29.7 35 50.7

Total 32 100.0 37 100.0 69 100.0 Rata-rata±SD 51.66±2.51 48.86±2.19 50.16±2.72 Pendidikan

SMA 18 56.3 23 62.2 41 59.4 0.440

Diploma 2 6.3 5 13.5 7 10.1

S1/S2 12 37.5 9 24.3 21 30.5

Total 32 100.0 37 100.0 69 100.0 Pendapatan

<Rp1 000 000 1 3.3 0 0.0 1 1.7 0.316 Rp1 000 000-Rp5 000 000 19 63.3 25 89.3 44 75.9

(28)

10

orang (63.3%) contoh menopause dan 25 orang (89.3%) contoh non menopause memiliki pendapatan antara Rp1 000 000-Rp5 000 000. Data pendapatan tidak mencakup pendapatan seluruh contoh, karena hanya 58 orang yang memberikan informasi mengenai pendapatannya. Berdasarkan uji beda Mann Whitney, pendapatan contoh menopause dan non menopause tidak berbeda nyata (p≥0.1). Rata-rata contoh memiliki profesi dan latar belakang pendidikan yang sama sehingga pendapatan yang diperoleh tidak jauh berbeda.

Faktor Reproduksi

Faktor reproduksi yang diteliti meliputi usia menarche, lama menstruasi, panjang siklus menstruasi, jumlah anak yang dilahirkan (paritas), rata-rata jarak kelahiran, penggunaan alat kontrasepsi hormonal, status menopause, usia saat menopause dan lama menopause.

Menarche adalah perdarahan pertama dari uterus yang terjadi pada perempuan (Wiknjosastro 2005). Menarche sebagai salah satu tanda pubertas remaja perempuan. Berdasarkan Tabel 4 rata-rata contoh mengalami menstruasi pertama di usia 13.74±1.44 tahun. Contoh paling cepat mengalami menstruasi pertama berusia 9 tahun, sedangkan paling lambat di usia 17 tahun. Menurut Khomsan (2004), menarche normalnya terjadi saat remaja perempuan berusia 10 hingga 16 tahun. Tetapi untuk beberapa orang menstruasi dapat terjadi lebih awal ataupun lebih lambat. Usia menarche dipengaruhi oleh faktor genetik, keadaan gizi dan kesehatan umum remaja (Wiknjosastro 2005). Penelitian longitudinal yang dilakukan oleh Berkey et al. (2000) menunjukkan asupan zat gizi dan ukuran tubuh berhubungan dengan usia menarche.

Selama masa reproduktif, rata-rata siklus menstruasi adalah 27.62±4.81 hari dengan lama masa menstruasi 6.68±1.62 hari di setiap siklusnya. Siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama menstruasi sampai datangnya menstruasi periode berikutnya. Panjang siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal hari pertama menstruasi sebelumnya hingga mulainya menstruasi berikutnya. Siklus menstruasi pada wanita normalnya berkisar antara 21-35 hari dan hanya 10-15% wanita yang memiliki siklus menstruasi 28 hari dengan lama menstruasi 3-5 hari atau 7-8 hari (Proverawati & Misaroh 2009). Rata-rata contoh melahirkan 2-3 anak dengan nilai rataan 2.44±1.29 anak. Jumlah anak yang dilahirkan paling banyak adalah 8 anak dan paling sedikit tidak memiliki anak. Rata-rata jarak kelahiran anak contoh adalah 3-4 tahun dengan nilai rataan 3.78±2.79 tahun. Jarak paling dekat adalah 0 tahun karena beberapa contoh tidak memiliki anak atau hanya melahirkan satu kali, sedangkan paling lama jarak kelahiran anak adalah 15 tahun.

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan faktor reproduksi

Faktor reproduksi Rata-rata±SD Minimal Maksimal

Menarche (tahun) 13.74±1.44 9 17

Panjang siklus menstruasi (hari) 27.62±4.81 14 42 Lama masa menstruasi (hari) 6.68±1.62 2 10

Paritas (anak) 2.44±1.29 0 8

(29)

11 Berdasarkan Tabel 5 sebagian besar responden yaitu 52 orang (75.4%) menggunakan alat kontrasepsi hormonal. Sisanya sebanyak 17 orang (24.6%) menggunakan alat kontrasepsi non hormonal ataupun tidak menggunakan alat kontrasepsi. Menurut WHO, menopause merupakan masa berhentinya haid secara permanen sebagai akibat dari hilangnya aktivitas folikular ovarium. Menopause terjadi setelah 12 bulan berturut-turut tidak mengalami haid (amenorea) dan tidak terdapat penyebab patologi atau fisiologi lain yang nyata. Menopause adalah masa akhir haid yang disebabkan oleh terjadinya proses penuaan sel atau jaringan tubuh disertai kematian folikel/oosit kedua indung telur secara bertahap yang disebabkan oleh gangguan atau kemunduran sistem vaskulerisasi terhadap indung telur (Badriah 2011). Sebanyak 32 orang (46.4%) contoh telah mengalami menopause dan sebanyak 37 orang (53.6%) masih mengalami menstruasi baik secara rutin maupun tidak rutin.

Rata-rata usia contoh terhitung setelah 12 bulan dari terakhir menstruasi yaitu 49.19±3.80 tahun. Nilai rataan usia menopause tersebut sesuai dengan pendapat Badriah (2011), bahwa rata-rata usia menopause berkisar antara usia 49-52 tahun. Menurut Pathak dan Parashar (2010), wanita yang bekerja relatif lebih cepat mengalami menopause dibandingkan dengan wanita yang tidak bekerja. Hal ini dapat dijelaskan oleh faktor stres selama bekerja (Sanlier & Arpaci 2007). Whirledge dan Cidlowski (2010) menjelaskan bahwa stres memiliki peranan yang penting dalam regulasi fungsi organ reproduksi. Pada Tabel 5 sebanyak 17 orang (53.1%) contoh menopause mengalami menopause saat berusia 50 tahun ke atas, sedangkan 15 orang lainnya (46.9%) mencapai fase menopause saat berusia di bawah 50 tahun. Sebanyak 27 contoh telah mengalami menopause selama 5 tahun atau lebih.

Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan, menarche, paritas, panjang siklus menstruasi, serta status gizi dan tingkat kecukupan energi saat ini dengan usia saat menopause (p≥0.1). Perbedaan usia saat menopause dapat dipengaruhi oleh kesehatan dan gaya hidup wanita selama masa reproduktif serta faktor keturunan. Tetapi, ketiga

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan alat kontrasepsi dan status menopause

(30)

12

faktor tersebut tidak termasuk ke dalam faktor yang diteliti dalam penelitian ini. Menurut penelitian Dorjgochoo et al. (2008), wanita yang memiliki indeks massa tubuh tinggi di usia 20 tahun memiliki masa reproduktif yang lebih lama dan lebih lambat mengalami menopause. Selain status gizi, aktivitas fisik saat waktu luang saat dewasa muda dan asupan energi, protein, karbohidrat berhubungan positif dengan usia menopause yang lambat. Faktor keturunan dapat mempengaruhi usia menopause sesuai dengan penelitian Steiner et al. (2008) yang membuktikan bahwa ibu yang mengalami menopause dini memiliki anak perempuan dengan peningkatan kadar follicle stimulating hormone (FSH) yang cepat. Kadar FSH tersebut digunakan sebagai penanda secara tidak langsung dari potensi reproduksi wanita.

Asupan dan Tingkat Kecukupan Gizi

Asupan zat gizi dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan perhitungan zat gizi hasil recall 1x24 jam hari kerja dan 1x24 jam hari libur. Menurut Gibson (2005), recall 24 jam minimal dilakukan pada dua hari yang tidak berurutan. Pengambilan data asupan gizi yang perlu mempertimbangkan asupan setiap hari dalam satu minggu contohnya pada kelompok usia lanjut yang asupannya bervariasi setiap harinya. Rata-rata contoh memiliki pola aktivitas dan pola konsumsi yang kurang lebih tetap pada hari kerja atau tidak bervariasi sehingga dilakukan recall 1x24 jam hari kerja dan 1x24 jam hari libur. Hasil uji beda Independent sample T-test menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata untuk asupan energi, protein, lemak serta karbohidrat antara hari kerja dan hari libur (p≥0.1). Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang tercantum dalam Gibson (2005) yang menyatakan bahwa konsumsi makanan wanita pada hari minggu diketahui lebih banyak dibandingkan hari kerja. Contoh diduga tetap membatasi konsumsi pangannya meski di hari libur.

Berdasarkan Tabel 6, rata-rata asupan energi contoh menopause dan non menopause masing-masing yaitu 1897±353 kkal dan 1805±336 kkal. Rata-rata asupan protein contoh yaitu 54.4±16.3 g dan 53.7±14.8 g. Rata-rata asupan lemak yang diperoleh contoh dari makanan yang dikonsumsinya yaitu 61.0±16.7 g dan 59.7±16.2 g. Rata-rata asupan karbohidrat kedua kelompok yaitu 276.5±60.8 g dan 248.9±62.1 g. Menurut uji Independent Sample T-test, asupan energi, protein dan lemak antara contoh menopause dan non menopause tidak berbeda nyata (p≥0.1), sedangkan asupan karbohidrat kedua kelompok berbeda nyata (p<0.1). Wanita menopause lebih banyak mengonsumsi pangan sumber karbohidrat dibandingkan wanita non menopause.

Tabel 6 Asupan zat gizi contoh

Zat gizi Menopause Non menopause Total p value

(31)

13 Berdasarkan Tabel 7, sebanyak 11 orang (34.4%) contoh menopause memiliki tingkat kecukupan energi normal, sedangkan contoh non menopause lebih banyak yang termasuk dalam kategori defisit berat yaitu sejumlah 15 orang (40.5%). Hasil uji beda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata TKE antara kelompok menopause dan nonmenopause (p<0.1). Kelompok wanita menopause memiliki tingkat kecukupan energi yang lebih baik dibandingkan dengan wanita non menopause. Wanita menopause dan wanita non menopause memiliki rata-rata usia yang berbeda sehingga energi yang dibutuhkan pun berbeda, tetapi asupan energi kedua kelompok tidak berbeda. Hal ini menyebabkan tingkat kecukupan energi contoh non menopause tidak lebih baik dibandingkan dengan contoh menopause.

Sebanyak 12 orang (37.5%) contoh menopause memiliki kategori tingkat kecukupan protein normal, sedangkan pada contoh non menopause lebih banyak yang termasuk dalam kategori defisit berat yaitu sebanyak 12 orang (32.4%). Tingkat kecukupan lemak kelompok menopause dominan termasuk dalam kategori normal yaitu sebanyak 13 orang (39.4%), sedangkan kelompok non menopause lebih banyak yang termasuk dalam kategori defisit berat (35.1%). Menurut hasil uji Independent Sample T-test, tingkat kecukupan protein dan lemak kedua kelompok tidak berbeda nyata (p≥0.1).

Hampir sepertiga contoh menopause memiliki asupan karbohidrat sesuai dengan kecukupan karbohidrat berdasarkan usia dan berat badan. Sebanyak 10

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan gizi

(32)

14

orang (31.3%) contoh menopause memiliki tingkat kecukupan karbohidrat kategori normal, sedangkan sebagian contoh non menopause (54.1%) tergolong defisit berat. Uji Independent Sample T-test menunjukkan bahwa tingkat kecukupan karbohidrat kedua kelompok berbeda nyata (p<0.1). Wanita menopause memiliki tingkat kecukupan karbohidrat yang lebih baik dibandingkan dengan wanita non menopause.

Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik dapat didefinisikan sebagai setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot dan rangka yang memiliki peranan penting dalam pengeluaran energi. Energi yang dikeluarkan dari aktivitas fisik memiliki tingkatan yang bervariasi dari tingkat rendah hingga tinggi. Aktivitas fisik berhubungan dengan kesehatan jasmani. Berbeda dengan latihan (exercise), aktivitas fisik dapat berupa gerak tubuh yang tidak direncanakan, terstruktur ataupun berulang (Caspersen et al. 1985). Distribusi contoh berdasarkan tingkat aktivitas fisik disajikan dalam Tabel 8.

Recall aktivitas fisik dilakukan sebanyak 2 hari yang tidak berurutan. Uji beda Mann Whitney menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat aktivitas fisik di hari kerja dan hari libur (p=0.000). Tingkat aktivitas fisik contoh di hari libur lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat aktivitas di hari kerja karena aktivitas contoh di hari libur lebih beragam. Contoh lebih banyak bergerak dengan melakukan pekerjaan rumah tangga ataupun beraktivitas di luar rumah saat hari libur.

Hasil recall aktivitas fisik 1x24 jam hari kerja dan 1x24 jam hari libur menunjukkan tingkat aktivitas fisik sekitar 8 dari 10 orang termasuk ke dalam kategori ringan dengan rata-rata PAL 1.60±0.09. Sebanyak 28 orang (87.5%) contoh menopause dan 32 orang (86.5%) contoh non menopause memiliki tingkat aktivitas ringan dan sisanya termasuk ke dalam kategori sedang. Pada penelitian ini tidak ditemukan contoh dengan tingkat aktivitas fisik berat. Sebagian besar contoh tidak berolahraga dan cenderung memanfaatkan waktu luangnya untuk bersantai ataupun mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Uji beda Independent Sample T-test menunjukkan tingkat aktivitas fisik antara contoh menopause dengan non menopause tidak berbeda nyata. Ranasinghe et al. (2013b) melalui review beberapa penelitian menyimpulkan bahwa pada wanita pekerja terlatih dan professional serta berpendidikan tinggi di Asia Selatan memiliki tingkat aktivitas fisik yang rendah. Contoh dalam penelitian memiliki pekerjaan yang relatif sama meskipun usia contoh beragam sehingga tidak terlihat adanya perbedaan tingkat aktivitas fisik antara contoh menopause dengan non menopause.

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan tingkat aktivitas fisik Tingkat aktivitas

fisik

Menopause Non menopause Total p value

n % n % n %

Ringan 28 87.5 32 86.5 60 87.0 0.281

Sedang 4 12.5 5 13.5 9 13.0

Berat 0 0.0 0 0.0 0 0.0

(33)

15

Komposisi Tubuh dan Status Gizi

Komposisi tubuh disusun oleh adiposa dan massa jaringan bebas lemak. Massa jaringan bebas lemak (lean body mass) terdiri atas otot, tulang, serta cairan ekstraseluler. Komposisi tubuh diukur untuk mendapatkan persentase lemak, tulang, air, dan otot dalam tubuh. Pengukuran komposisi tubuh juga ditujukan untuk mendeteksi kebutuhan tubuh terhadap asupan makanan serta mendapatkan informasi yang relevan terhadap upaya pencegahan dan penanganan penyakit (Depkes 2010). Komposisi tubuh yang diteliti adalah persen lemak tubuh contoh. Selain itu dilakukan pengukuran lingkar pinggang dan lingkar pinggul untuk melihat distribusi lemak contoh.

Kegemukan atau obesitas merupakan kondisi penimbunan lemak dalam tubuh melebihi batas normal. Faktor utama yang dapat menyebabkan kegemukan antara lain yaitu faktor genetik ditambah dengan diet dan gaya hidup. Penilaian kegemukan tidak hanya pada jumlah lemak dalam tubuh tetapi juga distribusi lemak. Menurut Gibson (2005), simpanan lemak wanita umumnya terdapat di daerah pinggul (pear shape), sedangkan pada pria di daerah perut (apple shape). Pengukuran rasio berat/tinggi badan atau indeks massa tubuh (IMT) untuk menilai status gizi kegemukan dianggap tidak akurat untuk mewakili berat badan sehat. Menurut Gibson (2005), kelemahan pengukuran IMT dapat dilengkapi dengan pengukuran lingkar pinggang untuk memperkirakan lemak abdominal. RLPP berkaitan dengan jumlah lemak visceral atau intraabdominal. Beberapa penelitian menjelaskan bahwa RLPP merupakan prediktor independen peningkatan risiko diabetes, hipertensi, dislipidemia, dan penyakit jantung iskemik. Individu yang memiliki kelebihan berat badan dengan RLPP dan lemak visceral yang tinggi lebih berisiko mengalami penyakit metabolik akibat tingginya lemak dalam tubuh dibandingkan dengan individu yang overweight tanpa disertai RLPP yang tinggi (Hill et al. 2006).

(34)

16

Status gizi adalah kondisi seseorang yang dipengaruhi oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi dari makanan dalam jangka waktu yang lama (Supariasa 2002). Menurut Riskesdas (2010), status gizi orang dewasa di atas 18 tahun didominasi dengan masalah obesitas. Tabel 10 menunjukkan sebagian besar contoh memiliki status gizi lebih. Hasil penelitian menunjukkan pada wanita usia 45-55 tahun dengan status gizi obesitas cenderung memiliki kadar lemak yang tinggi. Menurut penelitian Ranasinghe et al. (2013a), terdapat hubungan positif antara IMT dengan persen lemak tubuh pada wanita. Semakin tinggi IMT semakin tinggi persen lemak tubuh wanita.

Berdasarkan Tabel 10 sebanyak 10 wanita dengan status gizi overweight dan 3 orang obese I memiliki persen lemak tubuh yang normal. Hal ini diduga disebabkan massa bebas lemak ketiga belas wanita tersebut lebih besar dibandingkan wanita lainnya. Berdasarkan hasil tersebut, penentuan status gizi menggunakan IMT saja untuk wanita usia pertengahan kurang dapat menilai risiko obesitas (kelebihan massa lemak). IMT dapat mengukur kelebihan berat badan, namun IMT kurang akurat dalam mengukur fatness individu (NOO 2009). Hal ini karena proporsi penyusun komposisi tubuh dapat berbeda untuk setiap individu yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti fitness (massa otot), etnis, dan pubertas.

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan status gizi dan persen lemak tubuh

Status gizi Total

Kurang Normal Overweight Obese I Obese II Persen lemak tubuh

Rendah 1 1 0 0 0 2

Normal 0 12 10 3 0 25

Tinggi 0 1 5 23 5 34

Sangat tinggi 0 0 0 2 6 8

Total 1 14 15 28 11 69

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan persen lemak tubuh dan distribusi lemak Persen lemak tubuh Total

Rendah Normal Tinggi Sangat tinggi Lingkar pinggang

<80 cm 0 4 6 1 11

≥80 cm 2 21 28 7 58

Total 2 25 34 8 69

Rasio lingkar pinggang pinggul

<0.85 1 10 14 3 28

≥0.85 1 15 20 5 41

(35)

17

Uji Korelasi antar Variabel

Hubungan antara usia dan komposisi tubuh

Usia contoh dikategorikan menjadi kelompok usia 45-49 tahun dan 50-55 tahun dihubungkan dengan komposisi tubuh berupa persen lemak tubuh (PLT) serta distribusi lemak berupa lingkar pinggang dan RLPP. Berdasarkan uji korelasi Pearson dengan taraf signifikansi p<0.1, usia berhubungan dengan persen lemak tubuh (p=0.065). Menurut Guo et al. (1999) dan Koskova et al. (2007), pertambahan usia berhubungan dengan komposisi tubuh seperti persen lemak tubuh. Peningkatan lemak total tubuh karena faktor usia dapat dijelaskan oleh terjadinya penurunan total pengeluaran energi (Total Energy Expenditure) (Villareal et al. 2005).

Lingkar pinggang merefleksikan penyimpanan lemak di bagian sentral tubuh dan mengindikasikan akumulasi jaringan adiposa intraabdominal (visceral). Sehingga pengukuran antropometri ini dapat digunakan untuk evaluasi risiko kesehatan saat metode yang lebih akurat tidak dapat dilakukan (McArdle et al. 2013). Menurut penelitian kohort pada wanita usia 20-65 tahun yang dilakukan oleh Koskova et al. (2007) distribusi lemak seperti rasio lingkar pinggang pinggul dan lingkar pinggang memiliki hubungan yang positif dengan usia. Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan adanya hubungan antara usia dengan lingkar pinggang (p=0.018) dan RLPP (p=0.040). Sehingga semakin bertambahnya usia semakin besar distribusi lemak di bagian abdominal. Lemak subkutan menurun seiring bertambahnya usia, sedangkan lemak viseral meningkat. Perubahan distribusi lemak pada rongga abdominal berhubungan dengan penurunan kadar hormon pertumbuhan dan estrogen ataupun testosteron yang terjadi selama penambahan usia (Gropper et al. 2005).

Hubungan antara faktor reproduksi dan komposisi tubuh

Menarche

Berdasarkan uji korelasi Pearson tidak terdapat hubungan antara menarche (p=0.482) dengan PLT. Hasil tersebut berbeda dengan penelitian Chen et al. (2011) dengan menggunakan metode Dual-energy X-ray Absorptiometry Scan (DXA) untuk mengukur lemak tubuh total. Pada wanita pre menopause ditemukan bahwa usia saat menstruasi awal ≤12 tahun berhubungan dengan peningkatan IMT dan persen lemak tubuh total.

Hasil uji korelasi Pearson tidak terdapat hubungan antara menarche (p=0.880) dengan lingkar pinggang. Uji korelasi juga menunjukkan tidak adanya hubungan antara menarche (p=0.332) dengan RLPP. Penelitian Trikudanathan et al. (2013) menunjukkan bahwa usia saat menstruasi pertama memiliki hubungan negatif dengan IMT, lingkar pinggang, massa lemak visceral, dan SAT. Namun, usia saat pertama menstruasi tidak berhubungan dengan massa lemak visceral setelah dikoreksi dengan IMT. Sehingga dapat dikatakan usia awal mentruasi berhubungan dengan kadar lemak tubuh secara total tetapi tidak dengan penyimpanan lemak tubuh regional.

Panjang siklus menstruasi

(36)

18

pendek siklus menstruasi, semakin tinggi lemak tubuh wanita setelah menopause. Wanita dengan siklus menstruasi yang pendek lebih gemuk dibandingkan wanita dengan siklus menstruasi yang panjang. Hal ini berarti wanita yang gemuk dengan mentruasi yang lebih cepat di setiap periodenya cenderung memiliki lemak tubuh yang lebih tinggi selama hidupnya khususnya di akhir masa reproduktif yaitu fase menopause.

Hasil uji korelasi Pearson tidak terdapat hubungan antara panjang siklus menstruasi dengan lingkar pinggang (p=0.375) dan RLPP (p=0.483). Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Kirchengast et al. (1998) yang menjelaskan bahwa semakin panjang siklus menstruasi, bentuk tubuh wanita cenderung gynoid, yaitu distribusi lemak dominan di bagian gluteofemoral. Berkaitan dengan hubungan panjang siklus mentruasi dengan lemak total, lemak tubuh yang lebih tinggi dalam jangka waktu lama berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh menjadi lebih android.

Paritas

Uji korelasi Rank Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan antara paritas (p=0.578) dengan PLT. Sebuah penelitian cross sectional menggunakan metode DXA dan CT scan untuk mengukur lemak tubuh total dan adiposity intraabdominal pada 170 wanita kaukasia non perokok ditemukan bahwa paritas memiliki hubungan dengan lemak tubuh visceral, namun tidak dengan persen lemak tubuh total, lingkar pinggang dan jaringan adiposa subkutan (Chiolero et al. 2008).

Uji korelasi Rank Spearman dengan nilai p<0.1 menunjukkan paritas berhubungan positif dengan lingkar pinggang (p=0.094) dan RLPP (p=0.002). Penelitian Troisi et al. (1995) juga menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah anak yang dilahirkan semakin besar ukuran lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang pinggul wanita. Menurut Rodin et al. (1990), wanita yang tidak pernah melahirkan dengan wanita yang melahirkan satu kali atau lebih memiliki elastisitas jaringan bagian abdominal yang berbeda. Perbedaan elastisitas tersebut dapat menjelaskan adanya hubungan antara paritas dengan RLPP. Selain itu, penelitian Soltani dan Frazer (2000) menjelaskan peningkatan lingkar pinggang dan RLPP berkaitan dengan retensi berat badan pasca melahirkan.

Penggunaan alat kontrasepsi hormonal

Penggunaan alat kontrasepsi hormonal memiliki hubungan positif dengan PLT (p=0.054) menurut uji korelasi Rank Spearman. Menurut penelitian Sugiharti et al. (2005), pengguna kontrasepsi hormonal memiliki risiko menjadi obesitas 9.4 kali lebih besar dibandingkan dengan pengguna kontrasepsi nonhormonal. Pengguna kombinasi pil memiliki risiko tertinggi dibandingkan dengan kontrasepsi hormonal lainnya. Progestron yang terkandung dalam kontrasepsi hormonal dapat mempengaruhi metabolisme zat gizi yaitu dengan menunjang proses anabolisme dan meningkatkan rasa lapar. Estrogen mendukung penyimpanan lemak di jaringan subkutan dan meningkatkan penyerapan garam dan air. Sehingga berat badan berangsur naik. Peran estrogen dalam distribusi lemak dapat menjelaskan hasil uji korelasi Rank Spearman yang menunjukkan penggunaan alat kontrasepsi hormonal (p=0.332) tidak berhubungan dengan lingkar pinggang.

(37)

19 kontrasepsi hormonal tidak berpengaruh terhadap lingkar pinggang wanita di usia pertengahan, sehingga hubungan antara penggunaan alat kontrasepsi dengan rasio lingkar pinggang pinggul tidak signifikan.

Status menopause

Uji korelasi Rank Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan antara status menopause (p=0.789) dengan PLT. Hasil uji korelasi status menopause dengan PLT berbeda dengan hasil penelitian longitudinal yang dilakukan Guo et al. (1999) yang menyatakan adanya hubungan antara status menopause dengan persen lemak tubuh dan total lemak tubuh. Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh rentang usia contoh yang tidak terlalu jauh antara wanita non menopause dan menopause. Selain itu jarak tahun usia setelah menopause juga berpengaruh terhadap komposisi tubuh. Menurut Koskova et al. (2007), pada wanita usia reproduktif, premenopause, dan menopause peningkatan massa lemak diikuti dengan penambahan berat badan. Namun pada wanita pascamenopause peningkatan massa lemak tubuh yang progresif tidak mempengaruhi indeks massa tubuh dan berat badan. Hal ini terjadi karena terjadi perubahan komposisi tubuh pada wanita pascamenopause yaitu peningkatan komponen lemak menggantikan penurunan jaringan non lemak. Jadi perubahan komposisi tubuh lebih terlihat pada wanita pascamenopause. Guo et al. (1999) membuktikan pada usia yang sama, wanita pascamenopause secara signifikan memiliki total lemak tubuh dan persen lemak tubuh lebih tinggi dibandingkan dengan wanita premenopause. Penurunan kadar estrogen pada wanita menopause diduga sebagai faktor risiko peningkatan lemak tubuh dan penurunan fat free mass.

Uji korelasi Rank Spearman menunjukkan status menopause (p=0.171) tidak berhubungan dengan lingkar pinggang. Perubahan penyimpanan lemak pada bagian abdominal disebabkan oleh kadar estradiol yang menurun pada wanita menopause. Kadar estrogen yang rendah saat menopause berhubungan dengan kehilangan lemak subkutan dan peningkatan lemak visceral. Letak lemak visceral yaitu di sekitar organ dalam bagian abdomen dan letaknya lebih dalam dibandingkan dengan lemak subkutan. Sel lemak sekitar abdomen diatur oleh estradiol lain halnya dengan jaringan lemak subkutan. Kadar estradiol akan menurun menjelang menopause sehingga wanita tidak memiliki proteksi terhadap penambahan berat badan. Karena dua jenis sel lemak yang berbeda (lemak subkutan dan lemak visceral) berada di tingkatan metabolisme yang sama, lemak menjadi terakumulasi di bagian abdomen (Hueseman 2006). Tetapi hasil uji korelasi menunjukkan status menopause tidak berhubungan secara signifikan dengan lingkar pinggang. Perubahan ukuran lingkar pinggang dapat dijelaskan oleh pengaruh faktor lain seperti usia.

(38)

20

dipengaruhi oleh sex hormone seperti estrogen. Estrogen menstimulasi aktivitas enzim di bagian gluteofemoral dan meningkatkan penimbunan lemak di bagian tersebut. Kadar estrogen yang rendah pada wanita menjelang menopause dapat menyebabkan perubahan penimbunan lemak yaitu di bagian abdominal.

Hubungan antara tingkat kecukupan gizi dan komposisi tubuh

Konsumsi energi, karbohidrat dan lemak yang berlebih dapat berpengaruh terhadap komposisi tubuh. Konsumsi makanan dan minuman yang mengandung densitas energi yang tinggi secara berlebih seperti tinggi lemak, gula dan pati akan meningkatkan asupan total energi (WHO 2003). Menurut Almatsier (2003), asupan energi yang melebihi kebutuhan secara terus-menerus jika tidak diimbangi dengan pengeluaran energi melalui aktivitas fisik yang cukup, maka kelebihan energi tersebut dapat diubah menjadi lemak tubuh.

Berdasarkan uji korelasi Pearson tingkat kecukupan energi (TKE) memiliki hubungan yang negatif dengan PLT (p=0.000). Sehingga semakin rendah tingkat kecukupan energi, semakin tinggi persen lemak tubuh wanita. Hasil tersebut berbeda dengan penelitian Leidy (2012) yang menunjukkan bahwa diet rendah energi dan tinggi protein dapat mengurangi lemak tubuh secara signifikan. Menurut Gibson (2005), dalam penilaian konsumsi makanan dapat terjadi bias yang salah satunya disebabkan oleh kejadian underreporting energy intakes seperti undereating. Undereating terjadi saat contoh makan lebih sedikit daripada biasanya atau lebih sedikit daripada yang dibutuhkan untuk mempertahankan berat badan. Faktor-faktor yang berhubungan dengan laporan rendahnya konsumsi energi di dalam suatu penelitian, yaitu status berat badan, umur dan jenis kelamin, status sosial ekonomi, aktivitas yang terkait dengan kesehatan, efek perilaku, efek psikologis, serta makanan dan kudapan khusus.

Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan semakin rendah tingkat kecukupan protein (TKP) semakin besar kemungkinan wanita usia pertengahan memiliki PLT yang tinggi (p=0.000). Hasil tersebut tidak sejalan dengan penelitian Vinknes et al. (2011) yang menyatakan bahwa asupan protein berhubungan positif dengan persen lemak tubuh pada wanita usia pertengahan. Hubungan positif antara asupan protein dan PLT dipengaruhi oleh jenis pangan sumber protein yang dikonsumsi. Protein hewani lebih berperan dalam peningkatan kadar lemak tubuh dibandingkan dengan protein nabati.

Uji korelasi rank spearman juga menunjukkan hubungan yang negatif antara tingkat kecukupan lemak (p=0.000) dan tingkat kecukupan karbohidrat (p=0.000) dengan PLT. Hasil tersebut berbeda dengan hasil penelitian Krieger et al. (2006) yang membuktikan bahwa diet rendah karbohidrat dapat menurunkan persen lemak tubuh. Menurut Willett (1998), pengurangan asupan energi dari lemak dapat menurunkan berat badan, namun dalam jangka panjang asupan energi dari lemak antara 18-40% hanya berpengaruh kecil terhadap kadar lemak tubuh.

(39)

21 Drobnjak (2014) restrained eating mengalami peningkatan pada wanita pascamenopause. Wanita pascamenopause lebih membatasi asupannya dibandingkan dengan wanita premenopause.

Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan terdapat hubungan negatif antara TKP (p=0.000) dengan lingkar pinggang. Sebuah studi membuktikan bahwa diet tinggi protein berhubungan dengan penurunan rasa lapar dan atau meningkatkan rasa kenyang (Westerterp-Plantenga 2004). Proses termogenik dalam pencernaan protein menyebabkan asupan protein yang tinggi memberikan rasa kenyang yang lebih lama. Peningkatan rasa kenyang menyebabkan asupan energi dari zat gizi makro yang lain cenderung berkurang. Rata-rata contoh mengurangi pangan sumber karbohidrat, terbukti sebagian besar contoh termasuk ke dalam kategori defisit untuk tingkat kecukupan karbohidrat. Menurut penelitian Ankarfeldt et al. (2014), penggantian asupan karbohidrat dengan penambahan asupan protein dalam diet dapat mencegah peningkatan relatif lingkar pinggang pada individu dengan status gizi di atas normal. Sehingga semakin tinggi asupan protein, semakin kecil ukuran lingkar pinggang.

Uji korelasi Rank Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan antara TKL dan TKK dengan lingkar pinggang. Hasil ini sejalan dengan penelitian longitudinal selama 5 tahun Halkjaer et al. (2006) yang menyatakan bahwa energi yang berasal dari karbohidrat dan lemak tidak berhubungan secara signifikan dengan perbedaan ukuran lingkar pinggang. Menurut Larson et al. (1996), asupan lemak memiliki pengaruh yang kecil terhadap peningkatan total lemak tubuh namun tidak secara khusus berpengaruh pada penimbunan lemak di bagian intraabdominal.

Uji korelasi Pearson juga menunjukkan TKE, TKP, TKL, dan TKK tidak berhubungan dengan RLPP (p≥0.1). Menurut McArdle et al. (2013), asupan energi dan aktivitas fisik dapat memprediksi RLPP pada pria tetapi tidak pada wanita. Distribusi lemak wanita umumnya lebih banyak di sekitar gluteal dan femoral dengan bentuk tubuh gynoid, berbeda dengan pria. Selain itu, kelemahan dari desain penelitian cross sectional yang hanya meneliti dalam satu waktu kurang dapat menjelaskan hubungan antara TKE, TKP, TKL, dan TKK dengan RLPP.

Hubungan tingkat aktivitas fisik dan komposisi tubuh

Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan tidak adanya hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan persen lemak tubuh (p=0.130). Hal ini berbeda dengan penelitian longitudinal Guo et al. (1999) pada wanita usia 40-66 tahun yang menemukan bahwa tingkat aktivitas fisik yang rendah berhubungan dengan nilai total lemak tubuh dan persen lemak tubuh yang tinggi. Menurut Abildgaard et al. (2013) oksidasi lemak dan pengeluaran energi wanita pascamenopause selama melakukan olahraga lebih rendah dibandingkan dengan wanita premenopause.

(40)

22

bagian abdomen. Beberapa penelitian membuktikan bahwa aktivitas fisik berkurang secara signifikan seiring bertambahnya usia menjelang menopause. Hal ini mempengaruhi perubahan bentuk tubuh gynoid menjadi android (Poehlman et al. 1995).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Contoh yang merupakan pegawai wanita non pengajar di IPB rata-rata berusia 50.16±2.72. Contoh yang telah menopause sebagian besar berusia lebih dari 50 tahun, sedangkan contoh yang belum menopause sebagian besar berusia 45-49 tahun. Kedua kelompok contoh sebagian besar merupakan lulusan SMA. Dari 58 orang contoh sebagian besar memiliki pendapatan antara Rp1 000 000-Rp5 000 000. Kelompok menopause ataupun non menopause rata-rata memiliki tingkat aktivitas ringan dengan status gizi dominan termasuk dalam kategori obesitas tingkat 1. Rata-rata contoh mengalami menstruasi pertama di usia 13.74 tahun. Rata-rata siklus menstruasi contoh yaitu 27.62 hari dengan lama masa menstruasi 6.68 hari di setiap siklusnya. Jumlah anak contoh yang lahir hidup rata-rata 2 anak dengan rata-rata jarak kelahiran anak contoh 3.78 tahun. Alat kontrasepsi hormonal berupa lebih banyak digunakan oleh contoh. Sebanyak 17 orang contoh mengalami menopause saat berusia di atas 50 tahun dan sebagian besar contoh menopause mengalami menopause lebih dari atau sama dengan 5 tahun yang lalu.

Rata-rata asupan energi contoh menopause dan non menopause masing-masing yaitu 1897 kkal dan 1805 kkal. Rata-rata asupan protein contoh yaitu 54.4 g dan 53.7 g. Rata-rata asupan lemak yang diperoleh contoh dari makanan yang dikonsumsinya yaitu 61.0 g dan 59.7 g, sedangkan rata-rata asupan karbohidrat kedua kelompok yaitu 276.5 g dan 248.9 g. Tingkat kecukupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat contoh menopause dominan normal, sedangkan pada contoh non menopause dominan defisit berat. Wanita menopause memiliki rata-rata persen lemak tubuh 36.78% dengan lingkar pinggang sebesar 87.78 cm. wanita non menopause memiliki rata-rata persen lemak tubuh 36.17% dengan lingkar pinggang 89.15 cm. Berdasarkan status menopause, tingkat kecukupan protein dan lemak, tingkat aktivitas fisik serta persen lemak tubuh tidak berbeda nyata, sedangkan asupan karbohidrat serta tingkat kecukupan energi dan karbohidrat berbeda nyata.

(41)

23

Saran

Wanita pekerja usia pertengahan perlu meningkatkan aktivitas fisiknya dengan melakukan olahraga seperti senam aerobik sesuai usianya. Selain itu wanita pekerja perlu menjaga konsumsi pangan yang cukup energi dengan asupan protein yang cukup serta membatasi asupan lemak dan karbohidrat untuk mencapai berat badan ideal dan kadar lemak tubuh normal. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk meneliti subjek dengan karakteristik sosial ekonomi terutama usia dan pekerjaan yang lebih beragam agar hubungan antara faktor reproduksi, asupan zat gizi dan aktivitas fisik terhadap komposisi tubuh dapat lebih terlihat. Komponen komposisi tubuh lainnya seperti kepadatan tulang dapat diteliti lebih lanjut untuk melihat perubahannnya pada wanita menjelang menopause.

DAFTAR PUSTAKA

Abildgaard J, Pedersen AT, Green CJ, Harder-lauridsen NM, Solomon TP, Thomsen C, Juul A, Pedersen M, Pedersen JT, Mortensen OH et al. 2013. Menopause is associated with decreased whole body fat oxidation during exercise. Am J Physiol Endocrinol Metab 304: E1227– E1236.doi:10.1152/ajpendo.00492.2012

Adinata A. 2011. Pengaruh kompensasi terhadap kinerja pegawai dinas pendapatan daerah kota bogor [skripsi]. Bogor (ID): IPB

Almatsier S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.

Ankarfeldt MZ, Angguist L, Jakobsen MU, Overvad K, Tjonneland A, Halkjaer J, Astrup A, Sorensen TI. 2014. Interactions of dietary protein and adiposity measures in relation to subsequent changes in body weight and waist circumference. Obesity. 22(9):2097-2103.doi:10.1002/oby.20812

Badriah DL. 2011. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Bandung (ID): PT Refika Aditama

[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta (ID): Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Bann D, Kuh D, Wills AK, Adams J, Brage S, Cooper R. 2014. Physical activity across adulthood in relation to fat and lean body mass in early old age: findings from the medical rsearch council national survy of health and development, 1946-2010. AJE. doi: 10.1093/aje/kwu033

Berkey CS, Gardner JD, Frazier AL, Colditz GA. 2000. Relation of childhoos diet and body size to menarche and adolescent growth in girls. AJE. 152(5):446-52 [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Tingkat Kemiskinan Jawa Barat September

2013 [Internet]; [diunduh 2014 Februari 18]; Tersedia pada: http://www.bps.go.id

(42)

24

Cartwright MJ, Tchkonia T, Kirkland JL. 2007. Aging in adipocytes: potential impact of inherent, depot-specific mechanisms. Exp Gerontol. 42:463–471. doi:10.1016/j.exger.2007.03.003

Caspersen CJ, Powell KE, Christenson GM. 1985. Physical activity, exercise, and physical fitness: Definitions and distinctions for health-related research. Public Health Rep. 100(2):126–131.

[Depkes] Departemen Kesehatan. 2010. Komposisi tubuh lansia [Intrenet]. [Diunduh pada 2014 Agustus 23]; Tersedia pada: http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2010/07/komposisi-tubuh-lansia.pdf

Dorjgochoo T, Kallianpur A, Gao Y-T, Cai H, Yang G, Li H, Zheng W, Shu XO. Menopause. 15(5):924-933.doi:10.1097/gme.0b013e31817adc

Drobnjak S, Atsiz S, Ditzen B, Tuschen-Caffier B, Ehlert U. 2014. Restrained eating andself-esteem in premenopausal and postmenopausal women. Journal of Eating Disorder. 2:23

[FAO] Food and Agriculture Organization. 2001. Human Energy requirements [Internet]; [diunduh pada 2014 Desember 17]; Tersedia pada: www.fao.org/3/a-y5686e.pdf

Fatmah. 2010. Gizi Lanjut Usia. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga.

Gaba A, Pelclova J, Riegerova J, Dostalova I, Engelova L. 2009. The evaluation of body composition in relation to physical activity in 56-73 year old women: a pilot study. Gymn. 29(3)

Gallagher D, Heymsfield SB, Heo M, Jebb SA, Murgatroyd PR, Sakamoto Y. 2000. Healthy percentage body fat ranges: an approach for developing guidelines based on body mass index. Am J Clin Nutr. 72:694-701

Gibson RS. 2005. Principles of Nutritional Assessment. New York (US): Oxford University Press.

Gropper SS, Smith JL, Groff JL. 2005. Advanced Nutrition and Human Metabolism. Belmont (US): Thomson Learning Inc.

Guo SS, Zeller C, Chumlea WC, Siervogel RM. 1999. Aging, body composition, and lifestyle: the fels longitudinal study. Am J Clin Nutr. 70:405-11

Halkjaer J, Tjonneland A, Thomsen BL, Overvad K, Sorensen TIA. 2006. Intake of macronutrients as predictors of 5-y changes in waist circumference. AM J Clin Nutr. 84(4):789-797

Hardinsyah, Riyadi H, Napitupulu V. 2012. Kecukupan Energi, Protein, Lemak dan Karbohidrat. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, FEMA, IPB.

Hill JO, Catenacci VA, Wyatt HR. 2006. Modern Nutrition in Health and Disease 10th ed. Philadelphia (US): Lippincott Williams & Wilkins.

(43)

25 Khokhar KK, Kaur G, Sidhu S. 2010. Prevalence of obesity in working women of

jalandhar district, Punjab. J Hum Ecol. 29(1):57-62

Khomsan A. 2004. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Jakarta (ID): Grasindo

Kirchengast S, Grobschmidt K, Huber J, Hauser G. 1998. Body composition characteristics after menopause. Coll Antropol. 22(2):393-402.

Koskova I, Petrasek R, Vondra K, Blaha P, Skibova J, Glagolicova A, Karasova L. 2007. Weight, body composition and fat distribution of czech women in relation with reproductive phase: a cross-sectional study. Prague Medical Report. 108(1):13-26

Krieger JW, Sitren HS, Daniels MJ, Langkamp-Henken B. 2006. Effects of variation in protein and carbohydrate intake on body mass and composition during energy restriction: a meta-regression. Am J Clin Nutr. 83(2):260-274 Larson DE, Hunter GR, Williams MJ, Kekes-Szabo T, Nyikos I, Goran MI. 1996.

Dietary fat in relation to body fat and intraabdominal adipose tissue: a cross-sectional analysis. Am J Clin Nutr. 64:677-684.

Leidy HJ, Carnell NS, Mattes RD, Campbell WW. 2012. Higher protein intake preserves lean mass and satiety with weight loss in pre-obese and obese women. Obesity. 15(2):421-429 doi: 10.1038/oby.2007.531

McArdle WD, Katch FI, Katch VL. 2013. Sport and Exercise Nutrition. Baltimore(MD): Lippincott Williams and Wilkins

[NOO] National Obesity Obervatory. 2009. Body mass index as a measure of obesity. [internet]; [diunduh pada 2015 Maret 8]; Tersedia pada: http://www.noo.org.uk/uploads/doc789_40_noo_BMI.pdf

Pathak RK, Parashar P. 2010. Age at menopause and associated bio-social factors of health in Punjabi women. The Open Anthropology Journal. 3:172-180 Paul DR, Novotny JA, Rumpler WV. 2004. Effect of the interaction of sex and

foos intake on the relation between energy expenditure and body composition. Am J Clin Nutr. 79:385-9

Poehlman ET, Toth MJ, Gardner AW. 1995. Changes in energy balance and body composition at menopause: controlled longitudinal study. Ann. Intern. Med. 123:673-675

Proverawati A, Misaroh S. 2009. Menarche: Menstruasi Pertama Penuh Makna. Yogyakarta (ID): Nuha Medika.

Ranasinghe C, Gamage P, Katulanda P, Andraweera N, Thilakarathne S, Tharanga P. 2013a. Relationship between body mass index and body fat percentage, estimated by bioelectrical impedance, in a group of sri lankan adults: a cross sectional study. BMC Public Health. 13:797

Ranasinghe CD, Ranasinghe P, Jayawardena R, Misra A. 2013b. Physical activity patterns among south-asian adults: a systematic review. International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity. 10:116

[RISKESDAS] Riset Kesehatan Dasar. 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Rodin J, Radke-Sharpe N, Rebuffe-Scrive M, Greenwood MRC. 1990. Weight cycling and fat distribution. Int J Obes. 14:303-310

Gambar

Gambar 1  Skema kerangka pemikiran hubungan faktor reproduksi, asupan zat
Tabel 1  Cara pengumpulan data
Tabel 2  Jenis dan kategori variabel pengolahan data primer
Tabel 3  Sebaran contoh berdasarkan karakteristik contoh
+7

Referensi

Dokumen terkait

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian adalah lembar observasi yang digunakan untuk mencatat konsumsi sayur hijau pada ibu hamil setiap harinya secara rutin

Hasil analisis yang diperoleh menunjukkan bahwa perbedaan crude OR dengan OR hasil uji Maentel Haenzel kedua variabel tersebut tidak lebih dari 20% yaitu 4,07% dan 0,74%,

Sebelum dilakukan proses instalasi pipa bawah laut terlebih dahulu harus dilakukan analisis supaya besar tegangan yang terjadi pada pipa bawah laut dalam kondisi

Rustam, MSi, Ak, CA selaku Ketua Program Studi Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara serta selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan

Hal ini juga diakui oleh pandapotan pardede / pimpinan starone jogja di tengah kegiatan grandlaunching starone pinter malam minggu kamerin // Menurutnya dengan bergandengan

Produk penelitian berupa pedoman pembelajaran berbasis praktikum konsep kingdom plantae yang dihasilkan, diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi sekolah dan lembaga

Hal ini sesuai dengan asas unus testus nullus testis (satu saksi bukan saksi). c) Akta harus ditandatangani oleh para pihak, saksi-saksi dan PPAT. Kedudukan Tanda tangan

Tanah dalam peralihan hak terdapat pengecualian, hal ini pada pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2016 tentang Pajak Penghasilana Atas Penghasilan Dari Pengalihan