• Tidak ada hasil yang ditemukan

Estimasi Nilai Ekonomi Dan Daya Dukung Kawasan Wisata Pantai Lombang Kabupaten Sumenep Provinsi Jawa Timur.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Estimasi Nilai Ekonomi Dan Daya Dukung Kawasan Wisata Pantai Lombang Kabupaten Sumenep Provinsi Jawa Timur."

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

ESTIMASI NILAI EKONOMI DAN DAYA DUKUNG

KAWASAN WISATA PANTAI LOMBANG KABUPATEN

SUMENEP PROVINSI JAWA TIMUR

NORITA VIBRIYANTO

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

iii

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Estimasi Nilai Ekonomi dan Daya Dukung Kawasan Wisata Pantai Lombang Kabupaten Sumenep Provinsi Jawa Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

(4)
(5)

v

RINGKASAN

NORITA VIBRIYANTO. Estimasi Nilai Ekonomi dan Daya Dukung Kawasan Wisata Pantai Lombang Kabupaten Sumenep Provinsi Jawa Timur. Dibimbing oleh AHYAR ISMAIL dan METI EKAYANI.

Indonesia memiliki banyak kawasan wisata alam pantai salah satunya adalah wisata Pantai Lombang yang terletak di Kabupaten Sumenep Provinsi Jawa Timur. Pantai Lombang selain memiliki potensi wisata yang dapat memberikan manfaat ekonomi bagi pemerintah dan masyarakat, juga memiliki manfaat ekologis dari cemara udang yang berada di sepanjang bibir Pantai Lombang. Manfaat ekonomi bagi pemerintah berupa perolehan Pendapatan Asli Daerah (PAD) diperoleh dari retribusi tiket wisata, sedangkan manfaat bagi masyarakat antara lain berupa perolehan pendapatan dan kesempatan kerja.

Jika dibandingkan dengan dua objek wisata lain yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Sumenep, Pantai Lombang memberikan kontribusi terbesar terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Sumenep. Kontribusi yang tinggi ini disebabkan jumlah pengunjung Pantai Lombang yang meningkat tiap tahunnya. Mengingat distribusi pengunjung yang tidak merata dimana jumlah pengunjung pada saat peak season berpotensi mengakibatkan over carrying capacity yang berdampak negatif terhadap lingkungan maka tujuan penelitian ini adalah: (1) mengestimasi nilai ekonomi wisata Pantai Lombang; (2) mengestimasi manfaat ekonomi wisata Pantai Lombang; (3) mengestimasi daya dukung kawasan wisata Pantai Lombang; (4) mengestimasi harga tiket pada peak season dan; (5) mengestimasi PAD jika segmentasi harga berdasarkan musim kunjungan diterapkan. Metode yang digunakan adalah Individual Travel Cost Method (ITCM) untuk estimasi nilai ekonomi, share pendapatan wisata terhadap total pendapatan untuk menghitung manfaat ekonomi, analisis daya dukung kawasan untuk menghitung daya dukung kawasan pantai Lombang, Willingness to Pay (WTP) untuk estimasi harga tiket peak season dan Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) untuk peramalan jumlah pengunjung wisata Pantai Lombang yang akan digunakan pada estimasi PAD. Data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder.

(6)

vi

Rp 2.000. Adanya segmentasi harga tiket meningkatkan PAD dari Pantai Lombang sebesar 43,34% yaitu dari Rp 75.380.000 menjadi Rp 108.052.000. Tambahan PAD ini dapat digunakan untuk pembiayaan konservasi cemara udang, perbaikan dan penambahan sarana dan prasarana Pantai Lombang.

(7)

vii

SUMMARY

NORITA VIBRIYANTO. Economic Value Estimation and Carrying Capacity of Lombang Beach Tourism, Sumenep District, East Java Province . Supervised by AHYAR ISMAIL and METI EKAYANI

Indonesia has a lot of natural coastal tourism, one of them is Lombang beach which is located in Sumenep district, East Java Province. Besides having potential tourism that can provide economic benefit for the government and society, Lombang beach also has ecological benefit derived from the presence of Casuarina equisetifolia along the shoreline. The economic benefits for the government such as Regional Own Revenue (PAD) is generated from ticket retribution while benefits for society are among others: income and employment.

If we compare with two other attractions managed by the Government of Sumenep, Lombang beach has largest contribution to PAD of Sumenep Distric. The high contribution due to the number of visitors that increased. Given the uneven distribution of visitors and the number of visitors during the peak season could make potentially over carrying capacity which has a negative impact on the environment, so the purposes of this study are: (1) to estimate economic value of Lombang beach tourism; (2) to estimate economic benefits of Lombang beach tourism; (3) to estimate carrying capacity of Lombang beach tourism; (4) to assess ticket price on peak season and; (5) to estimate Regional Own Revenue (PAD) if segmentation of ticket price based visiting season are applied. This research applied Individual Travel Cost Method (ITCM) to estimate the economic value, share of tourism income to total income for estimate the economic benefit of Lombang beach tourism, carrying capacity analysis to estimate the carrying capacity of Lombang beach tourism, Willingness to Pay (WTP) for ticket estimation on peak season and Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) to forecasting the number of visitors that will be used at PAD estimation. Data used at this research include primary and secondary data.

The results showed that Lombang beach has high economic value and economic benefits which is indicate the attraction of Lombang beach has significance as a tourism service provider. If the ecosystem is damage, the economic benefits will be lost. The economic benefits of Lombang beach contribute to 94,45% of the total income of regular business unit and amounted to 18,75% of total income of occasional business unit. Total employer absorbed at Lombang beach consist of 14 people for formal unit and 28 people for informal unit. Carrying capacity of Lombang beach for recreational activities is 200 people /day or 6.000 people /month or 72.000 people /year. Although on specific months (i.e June and December) Lombang beach showed over carrying capacity, in average within the period of one year it is still under carrying capacity. Ticket price which should be applied at peak season Rp 4.000 is based on WTP of visitor. So the estimated PAD by ticket segmentation has increased of PAD that is 43.34% from 75.380.000 into 108.052.000. The additional PAD could be used to conservation fund of Casuarina equisetifolia, amelioration and addition of facilities andinfrastructure Lombang beach.

(8)
(9)

viii

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(10)
(11)

ix

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

ESTIMASI NILAI EKONOMI DAN DAYA DUKUNG

KAWASAN WISATA PANTAI LOMBANG KABUPATEN

SUMENEP PROVINSI JAWA TIMUR

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

(12)

x

(13)
(14)
(15)

xiii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan penyusunan tesis ini yang berjudul: Estimasi Nilai Ekonomi dan Daya Dukung Kawasan Wisata Pantai Lombang Kabupaten Sumenep Provinsi Jawa Timur.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr dan Dr. Meti Ekayani, S.Hut. M,Sc selaku pembimbing yang bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan. Penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Anwar selaku Kepala Unit Pengelola Teknis (UPT) Pantai Lombang, Dinas Budaya Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sumenep atas data dan informasinya. Ungkapan terima kasih disampaikan kepada kedua orang tua tercinta Bapak Sunarto Akhmad dan Ibu Sri Wahyuni, suami tercinta Askur Rahman, S.TP, MP, putra tersayang Shofa Ali Riza, kedua adik saya Wiwin Hindayati dan Awenda Trisnadiningtias untuk dukungan dan doa selama ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015

(16)
(17)

xv

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR LAMPIRAN iv

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup Penelitian 5

2 TINJAUAN PUSTAKA 6

Pengertian Pariwisata 6

Segmentasi Wisata 6

Wisata Alam Pantai 7

Fungsi Cemara Udang 8

Nilai Ekonomi 8

Manfaat Ekonomi 10

Klasifikasi Pendapatan 10

Daya Dukung (CarryingCapacity) 10

Analisis Biaya Perjalanan (Tavel Cost Methode/TCM) 11

Willingness To Pay (WTP) 12

Dichotomous Choice CVM 13

Penelitian Terdahulu 13

3 KERANGKA PEMIKIRAN 16

4 METODE PENELITIAN 18

Waktu dan Lokasi Penelitian 18

Metode Pengambilan Sampel 18

Jenis Data dan Sumber Data 19

Metode Pengolahan dan Anlisis Data 19

5 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26

Karakteristik Responden Pengunjung Objek Wisata Pantai Lombang 26 Karakteristik Responden Objek Wisata Pantai Lombang Berdasarkan

Kendaraan yang Digunakan 28

Karakteristik Responden Objek Wisata Pantai Lombang Berdasarkan Cara Memperoleh Informasi Objek Wisata Pantai Lombang. 28

6 HASIL DAN PEMBAHASAN 30

Estimasi Nilai Ekonomi Wisata Pantai Lombang 30

Manfaat Ekonomi yang Diperoleh Masyarakat Sekitar dari Wisata Pantai

(18)

xvi

Analisis Daya Dukung Kawasan Pantai Lombang 33

WTP Pengunjung Terhadap Segmentasi Harga Tiket saat Peak dan Low

Season 36

Estimasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pada Peak dan Low Season Jika Segmentasi Harga Tiket Berdasarkan WTP Pengunjung Diterapkan 37

7 SIMPULAN DAN SARAN 40

Simpulan 40

Saran 40

DAFTAR PUSTAKA 41

LAMPIRAN 45

RIWAYAT HIDUP 62

(19)

xvii

DAFTAR TABEL

1 Kontribusi objek wisata terhadap PAD Kabupaten Sumenep tahun

2012-2013 2

2 Klasifikasi pendapatan 10

3 Penetitian terdahulu tentang daya dukung 14

4 Penelitian terdahulu tentang nilai ekonomi wisata 15

5 Matrik penelitian 19

6 Definisi dan skala pengukuran 21

7 Bid dan jumlah responden yang diwawancarai untuk penentuan tarif

peak season 23

8 Estimasi PAD tanpa segmentasi dan dengan segmentasi harga tiket 25 9 Karakteristik responden berdasarkan faktor demografi 27 10 Karakteristik responden objek wisata Pantai Lombang berdasarkan

kendaraan yang digunakan 28

11 Karakteristik responden Pantai Lombang berdasarkan cara memperoleh

informasi tentang Pantai Lombang 29

12 Nilai ekonomi wisata Pantai Lombang 30

13 Kontribusi (share) pendapatan unit usaha di Pantai Lombang terhadap

total pendapatan 31

14 Sebaran pekerjaan pedagang reguler selain bekerja di Pantai Lombang 32 15 Jenis profesi pedagang occasional selain memiliki unit usaha di dalam

kawasan Pantai Lombang 32

16 Penyerapan tenaga kerja lokal di wisata Pantai Lombang 32

17 Perhitungan Daya Dukung Kawasan 33

18 Jumlah wisatawan Pantai Lombang Tahun 2014 34

19 Jumlah pengunjung Natal 2014 dan Tahun Baru 2015 35

20 Jumlah pengunjung peak dan low season 35

21 Penentuan harga tiket yang sebaiknya diterapkan di Pantai Lombang

pada peakseason 36

22 Keragaan wisatawan 37

23 Estimasi PAD dari Pantai Lombang tanpa segmentasi dan dengan

segmentasi harga tiket 38

24 Estimasi PAD sembilan tahun mendatang 39

25 Peramalan jumlah pengunjung Panatai Lombang 57

26 Estimasi PAD dari Pantai Lombang 58

DAFTAR GAMBAR

1 Perolehan devisa pariwisata Indonesia tahun 2000-2009 1 2 Jumlah kunjungan Pantai Lombang tahun 2011-2013 3

3 Kerangka wisata pantai dan laut 7

4 Kerangka pemikiran 17

(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

1 Fungsi permintaan wisata dan nilai ekonomi wisata 45 2 Rekapitulasi pendapatan pedagang reguler dan occasional 50 3 Sumber daya manusia yang dimiliki UPT Pantai Lombang 52 4 Upah minimum Kabupaten/ Kota di Jawa Timur tahun 2014 dan tahun

2015 53

5 Perhitungan daya dukung kawasan (DDK) Pantai Lombang 55 6 Estimasi jumlah pengunjung dan PAD dari Pantai Lombang 57

7 Kodisi lokasi wisata Pantai Lombang 59

(21)

1

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pariwisata dikatakan sebagai sesuatu yang dapat mempercepat pembangunan, karena dapat memberikan dampak ekonomi bagi daerah tujuan wisata (DTW) yang memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi penduduk setempat, dimana pariwisata itu dikembangkan (Yoeti 2008; Ekayani dan Nuva 2014; Ekayani et al. 2014a, 2014b). Salah satu manfaat pariwisata adalah penghasil devisa (Kemenbudpar 2011; Ekayani dan Nuva 2013). Dari tahun 1999 hingga 2010 perolehan devisa pariwisata yang mengalami fluktuasi tetapi secara rata-rata cenderung menunjukkan peningkatan (Gambar 1). Hal ini menunjukkan bahwa pariwisata merupakan pilihan usaha yang dapat terus dikembangkan.

Sumber : Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata (2011)

Gambar 1 Perolehan devisa pariwisata Indonesia tahun 2000-2009

Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia dengan panjang 81.000 km (Muchlisin et al. 2011). Berdasarkan kondisi tersebut memungkinkan Indonesia untuk memiliki potensi industri wisata yang potensial khususnya wisata pantai. Kusumastanto (2003) menyatakan pariwisata bahari merupakan sektor yang memiliki masa depan yang menjanjikan dimana salah satu obyek utama yang menjadi potensi pariwisata bahari adalah wisata pantai. Salah satu wisata pantai yang memiliki pesona daya tarik untuk dikembangkan adalah Pantai Lombang terletak di Kabupaten Sumenep, Kepulauan Madura, Provinsi Jawa Timur. Menurut Dinas Budaya Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Disbudparpora) Kabupaten Sumenep (2014) Pantai Lombang merupakan salah satu objek wisata andalan yang dimiliki oleh Kabupaten Sumenep yang berjarak 30 km dari kota Sumenep. Hamparan pasir putih yang luas dan cemara udang merupakan ciri khas wisata Pantai Lombang.

(22)

2

Lombang. Cemara udang (Casuarina equisetifolia) merupakan spesies pesisir yang memiliki manfaat ekologis yang penting bagi lingkungan diantaranya melindungi tanaman palawija milik petani dari tiupan angin pantai. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Syahbudin et al. (2012) dan Ganesan (2005) dalam De Zoysa (2008) bahwa cemara udang berfungsi sebagai wind break. Pantai Lombang yang merupakan kawasan pantai yang berhubungan langsung dengan Laut Jawa memiliki berpotensi terkena tsunami dari gunung laut terdekat seperti dari Laut Maluku ataupun Laut Banda sehingga keberadaan cemara laut dapat berfungsi untuk mengurangi dampak gelombang tsunami (Ganesan 2005 dalam De Zoysa 2008; Thuy et al. 2012).

Adanya manfaat ekonomi dan ekologi dari sumberdaya alam dan lingkungan (SDAL) merupakan cerminan dari SDAL yang memiliki nilai ekonomi. Nilai ekonomi mencerminkan kemampuan suatu sumberdaya alam dan lingkungan untuk memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan manusia (Fauzi 2014). Jadi ketika suatu sumberdaya alam dan lingkungan rusak maka nilai ekonomi dari SDAL tersebut akan hilang. Sedangkan manfaat ekonomi merupakan nilai jasa lingkungan yang dapat secara riil dirasakan oleh manusia. Dalam penelitian ini manfaat ekonomi yang dimaksud adalah manfaat yang didapat oleh pemerintah daerah dan masyarakat dari belanja wisatawan.

Perumusan Masalah

Berlakunya Undang-Undang (UU) tentang otonomi daerah yaitu UU No.32 Tahun 2004 yang merupakan perubahan dari UU No.22 Tahun 1999 mengharuskan daerah otonom menggali sumber-sumber keuangan sendiri untuk peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pariwisata merupakan sektor yang menjanjikan untuk meningkatkan PAD. Kabupaten Sumenep merupakan satu dari empat kabupaten yang ada di pulau Madura yang dikenal dengan pariwisatanya, telah menjadikan pariwisata sebagai salah satu sumber pemasukan PAD. Terdapat 3 objek andalan wisata di kabupaten Sumenep, yaitu Museum daerah, Pantai Lombang dan pantai Slopeng yang memberikan kontribusi kepada PAD Kabupaten Sumenep (Disbubparpora 2014).

Tabel 1 Kontribusi objek wisata terhadap PAD Kabupaten Sumenep tahun 2012-2013

Tempat wisata PAD 2012 (Rp) PAD 2013 (Rp)

Museum daerah 52.609.000 58.310.000

Pantai Lombang 56.900.000 70.450.000

Pantai Slopeng 20.061.000 26.784.000

Sumber: Disbudparpora Kabupaten Sumenep (2014)

(23)

3

lingkungan (Sunaryo 2013). Salah satu faktor penyebab terjadinya degradasi lingkungan wisata adalah peningkatan jumlah wisatawan yang melebihi kapasitas daya dukung wisata dapat berpengaruh negatif pada lingkungan wisata. Wisata alam merupakan wisata yang rentan terhadap kerusakan lingkungan (Soemarwoto 2004; Scepkova 2011) sedangkan lingkungan merupakan faktor penting dalam pariwisata sehingga baik buruknya lingkungan wisata (kualitas lingkungan) sangat menentukan keberlangsungan industri wisata (Ekayani dan Nuva 2014; Ekayani et al. 2014b).

Sumber: Disbudparpora Kabupaten Sumenep (2014)

Gambar 2 Jumlah kunjungan Pantai Lombang tahun 2011-2013

Pantai Lombang merupakan wisata alam yang memiliki daya tarik wisata berupa pasir putih dan hamparan cemara udang sepanjang bibir pantai. Cemara udang memiliki manfaat ekologis bagi masyarakat diantaranya sebagai wind break (Syahbudin et al. 2012; Ganesan 2005 dalam De Zoysa 2008) dan untuk mengurangi dampak gelombang tsunami (Ganesan 2005 dalam De Zoysa 2008; Thuy et al. 2012). Apabila kegiatan wisata melebihi daya dukung dan mengakibatkan rusaknya tanaman cemara udang di Pantai Lombang maka dapat berimplikasi pada hilangnya manfaat ekologis dan manfaat ekonomi. Manfaat ekonomi dapat berkurang bahkan hilang karena minat wisatawan kemungkinan akan beralih untuk berwisata ke tempat wisata lain sehingga pendapatan pengelola dan pelaku usaha yang berasal dari belanja pengunjung di dalam lokasi wisata akan menurun. Jadi kerusakan ekosistem cemara udang dapat berpengaruh pada menurunnya atau bahkan hilangnya manfaat ekologis maupun ekonomi.

(24)

4

Mengingat tingginya jumlah kunjungan saat hari libur (peak season) dibandingkan hari biasa (low season) yang juga berpotensi mengakibatkan over carrying capacity yang dapat berdampak negatif terhadap lingkungan, maka kajian terhadap segmentasi harga perlu dilakukan. Segmentasi harga wisata dimaksudkan untuk memecah jumlah pengunjung saat peak season dan low season, diharapkan pengunjung yang tidak mau membayar tinggi saat peak season dapat berwisata pada saat low season dengan harga lebih rendah. Segmentasi wisata memiliki manfaat berupa menjaga lingkungan dan untuk keberlanjutan wisata alam (Zografos dan Allcroft 2007; Park dan Yoon 2009), selain itu segmentasi harga pada wisata adalah cara yang efektif untuk meningkatkan penerimaan (Steele 1995)

Berdasarkan uraian permasalahan maka, pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Berapa nilai ekonomi wisata Pantai Lombang di Kabupaten Sumenep?

2. Berapa besar manfaat ekonomi yang diperoleh masyarakat sekitar dari wisata Pantai Lombang?

3. Berapa daya dukung kawasan Pantai Lombang agar kegiatan wisata tidak mengganggu ekosistem Pantai Lombang?

4. Berapa harga tiket yang sebaiknya diterapkan di Pantai Lombang pada saat peak season?

5. Berapa besar Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Pantai Lombang pada saat low season dan peak season jika segmentasi harga tiket berdasarkan WTP pengunjung diterapkan?

Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah mengkaji pengelolaan wisata Pantai Lombang di Kabupaten Sumenep sebagai wisata pantai yang berkelanjutan secara ekologi maupun ekonomi. Oleh karena itu, maka tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Mengestimasi nilai ekonomi wisata Pantai Lombang di Kabupaten Sumenep. 2. Menghitung manfaat ekonomi yang diperoleh masyarakat sekitar dari wisata

Pantai Lombang.

3. Menghitung daya dukung kawasan Pantai Lombang agar kegiatan wisata tidak mengganggu ekosistem Pantai Lombang

4. Merekomendasikan harga tiket yang sebaiknya diterapkan di Pantai Lombang pada saat peak season.

5. Mengestimasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Pantai Lombang pada saat low season dan peak season jika segmentasi harga tiket berdasarkan WTP pengunjung diterapkan.

Manfaat Penelitian

(25)

5

Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu:

1. Penelitian ini dilakukan di wisata Pantai Lombang, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.

2. Nilai ekonomi dalam penelitian ini adalah nilai ekonomi wisata yang di dapat dari total biaya perjalanan tiap wisatawan Pantai Lombang.

3. Manfaat ekonomi yang dihitung meliputi manfaat ekonomi bagi masyarakat dan pemerintah daerah.

a. Manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar berupa perolehan pendapatan bagi masyarakat lokal dan keterserapan tenaga kerja. Pendapatan bagi masyarakat lokal yang dimaksud adalah pendapatan pelaku usaha yang ada di dalam kawasan Pantai Lombang dan pendapatan tenaga kerja lokal di UPT Pantai Lombang. Jumlah tenaga kerja yang terserap merupakan jumlah keseluruhan masyarakat lokal yang memiliki pekerjaan akibat keberadaan wisata Pantai Lombang.

b. Manfaat ekonomi bagi Pemerintah Daerah, wisata Pantai Lombang merupakan salah satu sumber penerimaan PAD. Dalam penelitian ini akan mengestimasi PAD dari Pantai Lombang yang akan diperoleh Pemerintah Daerah jika segmentasi dilakukan.

(26)

6

2

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Pariwisata

Menurut Spillane (1994) pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan tugas dan berziarah. Cooper et al. (1993) mengemukakan pariwisata adalah serangkaian kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh perorangan atau keluarga atau kelompok dari tempat tinggal asalnya ke berbagai tempat lain dengan tujuan melakukan kunjungan wisata dan bukan untuk bekerja atau mencari penghasilan ditempat tujuan. Kunjungan dimaksud bersifat sementara (1 hari, 1 minggu, 1 bulan) dan pada waktunya akan kembali ke tempat tinggal semula. Terdapat dua elemen penting wisata yaitu: perjalanannya itu sendiri dan tinggal sementara di tempat tujuan dengan berbagai aktivitas wisatanya. Menurut Spillane (1994) pariwisata dibagi atas enam jenis khusus, yaitu:

1. Pariwisata untuk menikmati perjalanan, dilakukan untuk berlibur, mencari udara segar, memenuhi keingintahuan, mengendorkan ketegangan saraf, melihat sesuatu yang baru, menikmati keindahan alam dan mendapatkan kedamaian.

2. Pariwisata untuk rekreasi, dilakukan sebagai pemanfaatan hari-hari libur untuk beristirahat, memulihkan kesegaran jasmani dan rohani dan menyegarkan keletihan.

3. Pariwisata untuk kebudayaan, ditandai serangkaian motivasi seperti keinginan belajar di pusat riset, mempelajari adat-istiadat, mengunjungi monumen prasejarah dan peninggalan purbakala dan ikut festival seni musik.

4. Pariwisata untuk olahraga, dibagi menjadi dua katagori yakni pariwisata olahraga besar seperti Olimpiade, Asian Games, dan SEA Games serta bagi mereka yang ingin berlatih atau mempraktekkan sendiri, seperti mendaki gunung, panjat tebing, berkuda, berburu, rafting dan memancing.

5. Pariwisata untuk urusan usaha dagang, umumnya dilakukan para pengusaha antara lain mencakup kunjungan ke pameran dan instalasi teknis.

6. Pariwisata untuk konservasi, berhubungan dengan konferensi, simposium, sidang dan seminar Internasional.

Segmentasi Wisata

(27)

7

sumberdaya alam sebagai upaya mencapai wisata yang berkelanjutan (Ekayani dan Nuva 2013; Zografos dan Allcroft 2007).

Penentuan harga di sektor wisata dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu single pricing dan price discrimination, dimana Price discrimination dapat menguntungkan lebih besar dibandingkan single pricing (Vanhove 2005). Menentukan segmentasi pasar dapat dilakukan dengan empat kategori, yaitu: (1) secara geografi, (2) demografi, (3) psikografi dan (4) perilaku (Dewi 2011; Yoeti 2006).

1. Segmentasi geografi dapat membagi pasar seperti asal negara, provinsi, kota, atau wilayah tertentu.

2. Segmentasi demografi membagi pasar menjadi kelompok berdasarkan umur, jenis kelamin, siklus hidup, pendapatan, pekerjaan, tingkat pendidikan, agama dan kelompok etnis.

3. Segmentasi psikografi membagi pasar berdasarkan kelompok sosial, karakteristik kepribadian dan cara hidup. Segmentasi perilaku membagi pasar berdasarkan kesamaan pengetahuan, sikap, tingkat penggunaan dan respon terhadap suatu produk.

4. Segmentasi juga perlu diterapkan pada sektor wisata, dimana segmentasi ini diharapkan dapat mengurangi tekanan terhadap lokasi wisata. Sehingga tempat wisata tersebut diharapkan tidak rusak khususnya untuk kegiatan wisata di kawasan konservasi

Wisata Alam Pantai

Hall (2001) menyebutkan bahwa konsep pariwisata pesisir (coastal tourism) atau pariwisata bahari (marine tourism) meliputi hal-hal yang terkait dengan kegiatan wisata, leisure dan rekreasi yang dilakukan di wilayah pesisir dan perairan laut (pariwisata pesisir dan laut; PPL). Obyek-obyek utama yang menjadi potensi pariwisata bahari adalah wisata pantai(seaside tourism), wisata alam (pantai), wisata budaya (cultural tourism), wisata pesiar (cruise tourism), wisata alam (ecotourism), dan wisata olahraga (sport tourism), wisata bisnis (bisnis tourism) (Kusumastanto 2003). Sementara itu, Orams (1999) dalam Adrianto (2006) memberikan definisi wisata bahari sebagai kegiatan rekreasi yang melakukan perjalanan dari tempat tinggal menuju tempat yang memiliki lingkungan laut. Dengan menggunakan definisi ini maka kerangka wisata pantai dan bahari dapat digambarkan secara diagram seperti yang disajikan pada Gambar 3 berikut.

Sumber: Andrianto 2006 dalam Banapon 2008 Wisata dan Bahari

(28)

8

Menurut Hidayat (2000) bahwa wisata bahari adalah meliputi berbagai aktifitas wisata yang menyangkut kelautan. Aktifitas wisata bahari tersebut diantaranya adalah santai di pantai/menikmati alam sekitar, berenang, tour keliling, boat tour, cruising, extended boat tour, surfing, snorkeling, diving, water ski, dan sailing. Pendayagunaan laut sebagai medium wisata memerlukan persyaratan tertentu, antara lain (1) keadaan musim/cuaca yang cukup baik sepanjang tahun; (2) lingkungan laut yang bersih, bebas pencemaran; (3) keadaan pantai yang bersih dan alami, yang disertai pengaturan-pengaturan tertentu akan bangunan dan macam kegiatan; (4) keadaan dasar laut yang masih alami, misalnya taman laut yang merupakan habitat dari berbagai fauna dan flora; (5) gelombang dan arus yang relatif tidak terlalu besar serta aksesibilitas yang tinggi.

Fungsi Cemara Udang

Casuarina equisetifolia merupakan nama ilmiah dari cemara udang atau cemara laut. Dommergues (1995) menggambarkan keberadaan cemara laut sebagai tanaman yang mempunyai potensi sebagai tanaman campuran dengan jenis tanaman hutan lainnya. Cemara udang merupakan tanaman yang tahan terhadap angin sehingga cemara laut digunakan secara luas untuk menstabilkan bukit pasir di pantai, serta penahan angin untuk melindungi perkebunan. Pada beberapa sistem agroforestry dataran rendah di daerah tropis, cemara laut ditanam di perkebunan bersama tanaman kopi, jambu mete, kelapa, kacang tanah, wijen dan legume berbiji lainnya. Selain itu Casuarina equisetifolia sering digunakan sebagai tanaman hias untuk mempercantik daerah perkotaan, taman dan tempat peristirahatan di tepi laut.

Cemara laut dapat dikatagorikan sebagai jenis pohon serbaguna atau Multi Purpose Tree Species. Multi purpose tree species adalah jenis pohon yang ditanam untuk memenuhi lebih dari satu manfaat (fungsi) pada suatu areal. Contoh, petani dapat memanfaatkan baik kayu maupun non kayu dari satu pohon yang sama. Manfaat utama jenis ini berupa kayu yang sangat tinggi kualitasnya sebagai bahan bakar (arang), kayu gelondongan untuk pancang, tonggak dan pagar. Cemara laut mempunyai potensi yang baik sebagai bahan kayu terbaik di dunia. Namun di daerah-daerah yang sangat kekurangan kayu seperti Cina bagian tenggara, menurut Dommerques 1983 kayu dari pohon cemara dapat digunakan untuk tiang rumah dan perabotan sederhana. Selain itu cemara laut bisa dimanfaatkan untuk konservasi tanah dan rehabilitasi lahan, jalur hijau penahan angin dan kayu konstruksi (Syamsuwida 2005).

Nilai Ekonomi

(29)

9 dijadikan persepsi bersama berbagai disiplin ilmu adalah pemberian harga pada barang dan jasa yang dihasilkan sumber daya alam dan lingkungan (Fauzi 2006). Valuasi nilai ekonomi wisata alam perlu dilakukan untuk melihat nilai dari keberadaan sebuah wisata alam yang terkadang dinilai under value. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengukur nilai ekonomi suatu kawasan wisata adalah Travel Cost Method (TCM). Menurut Fauzi (2006) TCM merupakan metode yang digunakan untuk mengukur nilai ekonomi sumber daya alam secara tidak langsung. Metode ini pada umumnya digunakan untuk menganalisis atau mengkaji biaya yang digunakan oleh setiap individu pada saat melakukan kegiatan rekreasi di suatu daerah wisata dan mengkaji nilai yang diberikan konsumen kepada sumber daya alam dan lingkungan.

Penilaian ekonomi suatu sumber daya alam dan jasa lingkungan sangat diperlukan. Salah satu jasa lingkungan adalah wisata alam. Kegiatan wisata alam merupakan suatu kegiatan pemanfaatan sumber daya alam yang tidak mengekstrak sumber daya alam, tetapi hanya memanfaatkan keindahan alamnya. Penilaian ekonomi wisata perlu dilakukan untuk memberikan nilai yang sebenarnya terhadap lingkungan sebagai pemberi jasa. Dengan mengetahui besarnya nilai ekonomi wisata, maka ada dasar untuk memelihara lingkungan tersebut agar tetap lestari, karena lingkungan tersebut memiliki nilai yang tinggi.

Penilaian ekonomi berdasarkan preferensi dibedakan menjadi dua, yaitu revealed preferences dan direct preferences yang menggunakan pendekatan secara langsung, salah satunya dengan willingness to pay. Penilaian ekonomi untuk aktivitas wisata dilakukan dengan menggunakan revealed preferences. Teknik yang digunakan untuk penilaian wisata ini adalah dengan travel cost method yang diperoleh dengan mengetahui pola pengeluaran konsumen untuk mengunjungi suatu objek wisata. Nilai ekonomi wisata dihitung menggunakan surplus konsumen yang diestimasi menggunakan preferensi individual dengan metode biaya perjalanan (Freeman III 2003 dalam Mendes dan Proenca 2005).

(30)

10

Manfaat Ekonomi

Pariwisata merupakan kegiatan wisatawan yang secara langsung melibatkan masyarakat sehingga memberi dampak bagi masyarakat setempat (Ismayanti 2010). Salah satu dampak yang yang dihasilkan dari adanya kegiatan wisata adalah dampak ekonomi. Belanja pengunjung di daerah wisata akan meningkatkan pendapatan pada masyarakat setempat baik secara langsung maupun tidak langsung melalui dampak berganda (multiflier effect) (Suwantoro 2004).

Menurut Stynes and Sun (2000) dampak ekonomi adanya wisata terhadap suatu wilayah terdiri dari dampak langsung (direct effects), dampak tidak langsung (indirect effects) dan dampak ikutan (induced effects). Dampak langsung lebih dikenal sebagai dampak primer, sedangkan dampak tidak langsung dan ikutan disebut dengan dampak sekunder.

1. Dampak primer adalah perubahan jumlah penjualan, pendapatan, pekerjaan, dan penerimaan pada usaha akibat pembelanjaan pengunjung. 2. Dampak tidak langsung adalah perubahan jumlah pengeluaran unit usaha

dan upah tenaga kerja di sekitar lokasi wisata.

3. Dampak lanjutan adalah sejumlah pengeluaran dari beberapa tenaga kerja yang terlibat kegiatan wisata. Dalam penelitian ini manfaat ekonomi yang akan dikaji adalah manfaat ekonomi langsung yang diperoleh pemilik unit usaha yang terdapat di dalam kawasan Pantai Lombang.

Klasifikasi Pendapatan

Pendapatan merupakan selisih dari penerimaan dengan pengeluaran. Tinggi rendahnya besaran pendapatan seseorang dari suatu usaha dapat mengindikasikan pendapatan tersebut ke dalam pendapatan pokok atau sambilan. Klasifikasi pendapatan yang diadopsi dari Soehandji (1995) disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Klasifikasi pendapatan

Kriteria share pendapatan Tingkat ekonomi usaha

<30 % Sambilan

30 % - 70 % Cabang Usaha

70 % - 100 % Pokok

Daya Dukung (CarryingCapacity)

(31)

11

a. Daya dukung ekologis: tingkat maksimum (baik jumlah maupun volume) pemanfaatan suatu sumberdaya atau ekosistem yang dapat diakomodasi oleh suatu kawasan atau zona sebelum terjadi penurunan kualitas ekologis.

b. Daya dukung fisik: jumlah maksimum pemanfaatan sumberdaya atau ekosistem yang dapat diterima oleh suatu kawasan atau zona tanpa menyebabkan kerusakan penurunan kualitas fisik.

c. Daya dukung sosial: tingkat kenyamanan dan apresiasi pengguna suatu sumberdaya atau ekosistem terhadap suatu kawasan atau zona akibat adanya penggunaan lain di waktu yang bersamaan.

d. Daya dukung ekonomi: tingkat skala usaha dalam pemanfaatan suatu sumberdaya yang memberikan keuntungan ekonomi maksimum secara berkesinambungan.

Carrying capacity bersifat dinamis dan tidak statis (Sunaryo 2013) sehingga dalam perhitungan daya dukung, karena keterbatasan peneliti maka penelitian ini hanya menghitung daya dukung fisik karena variabel yang digunakan dalam perhitungan daya dukung fisik lebih mudah dan hasilnya akurat, dimana hal ini terkait dengan luasan kawasan fisik (m2) yang bisa dimanfaatkan oleh pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata.

Analisis Biaya Perjalanan (Tavel Cost Methode/TCM)

Metode biaya perjalanan (Travel Cost Method/ TCM) adalah metode populer untuk menggambarkan permintaan jasa sumberdaya yang alami, atribut lingkungan dan lokasi rekreasi (MPP-EAS 1999). Selanjutnya menurut Fauzi (2006) TCM adalah metode yang kebanyakan digunakan untuk menganalisis permintaan terhadap rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation), seperti memancing, berburu, hiking, dan sebagainya. Secara prinsip, metode ini mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat-tempat rekreasi. Metode travel cost dapat digunakan untuk mengukur manfaat dan biaya akibat :

 Perubahan biaya akses (tiket masuk) bagi suatu tempat rekreasi.  Penambahan tempat rekreasi baru.

 Perubahan kualitas lingkungan tempat rekreasi.  Penutupan tempat rekreasi yang ada

Secara umum ada dua teknik sederhana yang digunakan untuk menentukan nilai ekonomi berdasarkan TCM ini, yaitu :

 Pendekatan sederhana melalui zonasi, dan

 Pendekatan individual TCM dengan menggunakan data sebagian besar dari survei.

(32)

12

diperoleh biaya perjalanan secara keseluruhan dan kurva permintaan untuk kunjungan ke tempat wisata.

Adapun keunggulan dan kelemahan dari penggunaan TCM menurut Barlow (2008), keunggulan TCM yaitu:

1. Metode biaya perjalanan merupakan teknik untuk memperkirakan nilai ekonomi berdasarkan harga pasar.

2. Metode ini relatif murah

3. Hasil relatif mudah untuk menafsirkan dan menjelaskan. sedangkan kelemahan TCM sebagai berikut:

1. hanya dibangun berdasarkan asumsi bahwa setiap individu hanya memiliki satu tujuan untuk mengunjungi tempat wisata yang dituju

2. tidak membedakan individu yang memang datang dari kalangan pelibur dan mereka yang datang dari wilayah setempat

3. masalah pengukuran nilai dari waktu (value of time), dalam teori ekonomi mikro, variabel waktu memiliki nilai intrinsik tersendiri yang dinyatakan dalam bentuk opportunity cost

Metodologi pendekatan individual TCM (ITCM) secara prinsip sama dengan sistem zonasi, namun pada pendekatan ini analisis lebih didasarkan pada data primer yang diperoleh melalui survei dan teknik statistika yang bersifat kompleks. Kelebihan dari metode ini adalah hasil yang relatif lebih akurat daripada metode zonasi. Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode ITCM.

Willingness To Pay (WTP)

Menurut Yakin (1997) keinginan untuk membayar didefinisikan sebagai jumlah uang yang ingin diberikan oleh seseorang untuk memperoleh suatu peningkatan kondisi lingkungan yang lebih baik dari kondisi sebelumnya. Fauzi (2006) WTP adalah jumlah maksimum yang bersedia dibayarkan seseorang untuk menghindari terjadinya penurunan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan. Willingness To Pay atau kesediaan untuk membayar merupakan salah satu bagian dari Contingent Valuation Method (CVM). Di dalam pengukuran WTP, Haab dan Mc Connel (2002) menyatakan bahwa pengukuran WTP yang dapat diterima (reasonable) harus memenuhi syarat:

1. WTP tidak memilik batas bawah negatif

2. Batas atas WTP tidak boleh melebihi pendapatan

3. Adanya konsistensi antara keacakan (randomness) pendugaan dan keacakan perhitungannya.

Menurut Pearce et al. (2006) dalam Fauzi (2014) secara umum CVM melalui 3 tahapan utama yaitu:

1. Identifikasi barang dan jasa yang akan divaluasi

Penelitian harus terlebih dahulu memiliki konsep yang jelas tentang apa yang akan dievaluasi, perubahan kualitas dan kuantitas apa yang menjadi konsern kebijakan serta jenis barang dan jasa non-pasar apa yang akan dievaluasi. 2. Konstruksi skenario hipotetik

(33)

13

2) deskripsi pasar yang akan dikembangkan, dan 3) deskripsi metode pembayaran.

3. Elisitasi nilai moneter

Metode elisitasi adalah teknik mengekstrak informasi kesanggupan membayar dari respon dengan menanyakan besaran pembayaran melalui format tertentu. Format elisitasi dalam CVM umumnya terdiri dari lima jenis yaitu: 1) Open ended, 2) Bidding game, 3) Payment Card, 4) Single bounded dichotomous, 5) Double bounded dichotomous

Metode elisitasi nilai moneter dalam penelitian ini adalah dengan format elisitasi single bounded dichotomous yang selanjutnya akan disebutkan dengan metode dichotomous choice CVM.

Dichotomous Choice CVM

Fauzi (2014) menyatakan dalam dichotomous choice CVM, nilai ekosistem atau nilai sumberdaya alam yang tidak dipasarkan dihitung berdasarkan Willingness To Pay (WTP) dari pertanyaan yang bersifat diskrit. Responden diajukan pertanyaan untuk membayar Rp X baik untuk perbaikan ekosistem maupun penilaian jasa suatu jasa lingkungan yang masih utuh. Oleh karena hanya

dua kemungkinan jawaban yakni “ya” atau “tidak” atau “setuju” atau “tidak setuju” maka metode ini disebut dichotomous choice. Nilai rupiah yang

ditawarkan ini disebut “nilai tawar” atau “bid value”.

Menurut Alberni et al. dalam Fauzi (2014) salah satu keunggulan penggunaan dichotomous choice CVM yaitu karena metode ini lebih mendekati perilaku pasar dimana konsumen biasanya mengambil keputusan membeli atau tidak terhadap harga yang ditawarkan. Selain itu dichotomous choice CVM juga dianggap sesuai dengan mekanisme insentif yang ditawarkan kepada masyarakat jika masyarakat memperoleh informasi serta mengurangi beban kognitif yang dihadapi masyarakat jika harus memilih secara terbuka (open bid) maupun pilihan jamak. Perhitungan nilai WTP dari dichotomous choice CVM dapat dilakukan dengan metode probit, logit, dan turnbull.

Penelitian Terdahulu

(34)

14

Tabel 3 Penetitian terdahulu tentang daya dukung

Penelitian tentang nilai ekonomi wisata telah dilakukan oleh Darmawan (2011), Iqbal M (2008) dan Magdalena (2012). Tabel 4 adalah hasil penelitian terdahulu terkait dengan nilai ekonomi wisata.

Peneliti Tahun Judul penelitian Hasil penelitian

Bahar 2004 Kajian kesesuaian dan daya

Hasil penelitian menunjukkan daya dukung kawasan dari aktivitas mengamati burung (10m2/orang), memandang alam

(10m2/orang), jalan-jalan

(10m2/orang), pemotretan

(10m2/orang) dan interpretasi

alama (20m2/orang).

Emelia,F 2009 Alternatif pemanfaatan danau bagi pengembangan wisata melalui konsep keberlanjutan sumberdaya perairan dan perikanan di Danau Singkarak, Sumatera Barat

Hasil penelitian menunjukan Total daya dukung kawasan yang dapat ditampung oleh kawasan wisata Danau Singkarak setiap harinya adalah 8019 orang, tapi harus menyebar dalam kisaran waktu 8 jam/hari atau tidak terakumulasi pada jam-jam yang sama karena dapat menyebabkan

over crawded. Magdalena

S.M

2012 Analisis ekonomi wisata alam berkelanjutan TWA Gunung Meja Manokrawi Papua Barat

Jumlah maksimum wisatawan adalah 58.092 dan daya tampung wisatawan per hari adalah 174.211

Siswantoro 2012 Kajian daya dukung lingkungan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Kabupaten Karanganyar

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa daya dukung lingkungan yang efektif adalah sebesar 1.002 wisatawan per hari. Nilai ini lebih tinggi daripada daya dukung aktualnya 926 wisatawan per hari.

Mulyana E 2012 Studi pengembangan wisata agro berkelanjutan agrowisata Bina Darma

(35)

15

Tabel 4 Penelitian terdahulu tentang nilai ekonomi wisata

Peneliti Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian Iqbal M 2008 Analisis Nilai Ekonomi

TWA Laut Pulau Weh di Kota Sabang

Menghasilkan nilai ekonomi wisata sebesar Rp. 3.775.293.639,50,-

Darmawan R 2011 Studi Penentuan Nilai Manfaat Ekonomi Kawasan Konservasi Studi Kasus di TWA Tangkuban Perahu Kab.Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat

Hasil penelitiannya Nilai Manfaat Ekonomi TWA Gunung Tangkuban Parahu adalah Rp

65.389.367.111 per tahun

Magdalena, MS 2012 Analisis Ekonomi Wisata Alam Berkelanjutan TWA Gunung Meja Manokrawi Papua Barat

Menghasilkan nilai ekonomi sebesar Rp. 592.154.197,- per tahun.

(36)

16

3

KERANGKA PEMIKIRAN

Pariwisata merupakan salah satu sumber PAD Kabupaten Sumenep. Salah satu objek wisata yang dimiliki Kabupaten Sumenep adalah Pantai Lombang yang memberikan kontribusi penting bagi PAD Kabupaten Sumenep (Disbudparpora 2014). Keberadaan wisata Pantai Lombang memberikan peluang bagi masyarakat untuk membuka unit usaha di dalam kawasan Pantai Lombang. Adanya unit usaha ini memberikan tambahan pendapatan bagi masyarak sehingga keberadaan Pantai Lombang memberikan manfaat positif bagi masyarakat maupun pemerintah Daerah. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Warpani dan Warpani (2007) dan Yoeti (2008) bahwa dari sudut pandang ekonomi, pariwisata memiliki dampak positif diantaranya: dapat menciptakan kesempatan berusaha, meningkatkan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan.

Pantai Lombang merupakan wisata pantai yang memiliki cemara udang disepanjang bibir pantai. Cemara udang selain memiliki fungsi ekonomi seperti dapat dijadikan tiang rumah, arang dan bahan baku perabotan ternyata memiliki fungsi ekologis yang bermanfaat bagi lingkungan seperti wind break (Syahbudin et al. 2012; Ganesan 2005 dalam De Zoysa 2008) konservasi tanah dan rehabilitasi lahan (Singh et al. 2011; Syamsuwida 2005) mengurangi dampak gelombang tsunami (Ganesan 2005 dalam De Zoysa 2008; Thuy et al. 2012). Keberadaan wisatawan yang terus meningkat mengancam keberadaan cemara udang, mengingat kegiatan vandalisme yang dilakukan oleh pengunjung seperti memetik bagian dahan atau ranting cemara udang. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan upaya melindungi ekosistem cemara udang dari kegiatan wisata dengan cara mengatur jumlah kunjungan wisatawan. Pengaturan jumlah pengunjung dilakukan dengan cara menghitung jumlah daya dukung kawasan.

Kecenderungan jumlah wisatawan yang terus meningkat dari tahun ke tahun serta adanya perbedaan jumlah kunjungan saat low season dan peak season pada tahun 2013 yaitu rata-rata sebesar 1412 orang (Disbudparpora 2014) maka untuk memecah konsentrasi jumlah kunjungan akan diberlakukan segmentasi harga berupa penentuan tarif yang berbeda saat low season dan peak season yang akan disesuaikan dengan WTP (willingness to pay) pengunjung. Besar tarif tiket saat peak season nantinya akan dikonfirmasikan kepada pemangku kebijakan Kabupaten Sumenep.

(37)

17

Pengelolaan wisata Pantai Lombang sesuai daya dukung kawasan dan memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal Nilai ekonomi Manfaat ekonomi

Masyarakat Pemerintah

(38)

18

4

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Pantai Lombang, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purvosive) dengan pertimbangan bahwa: (1) Pantai Lombang merupakan salah satu objek wisata andalan yang ramai dikunjungi karena memiliki pesona hamparan cemara udang disepanjang bibir pantainya (2) manfaat ekonomi yang timbul dari adanya wisata pantai Pantai Lombang. Manfaat ekonomi tersebut diantaranya sumber pendapatan bagi masyarakat lokal, keterserapan tenaga kerja dan memberi kontribusi terhadap PAD Kabupaten Sumenep. Kegiatan penelitian dan pengambilan data dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai bulan Desember 2014.

Metode Pengambilan Sampel

Populasi merupakan totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti. Sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga mewakili karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi (Hasan 2002). Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling. Menurut Mardalis (2004), purposive sampling adalah cara memperoleh sampel yang dilakukan dengan cara disengaja dan dengan menggunakan perencanaan tertentu.

Responden yang diwawancarai untuk mengetahui nilai ekonomi wisata adalah wisatawan yang berkunjung ke Pantai Lombang. Wisatawan yang dipilih disesuaikan dengan keterwakilan kriteria tertentu, seperti berdasarkan cara berwisata (perorangan, keluarga atau kelompok), waktu kunjungan (low season atau peak season) dan demografi pengunjung seperti usia responden yang dipilih adalah pengunjung yang sudah cukup dewasa dengan usia minimal 17 tahun yang memiliki kriteria sehat jasmani dan rohani, mampu berkomunikasi dengan baik serta memahami materi dari kuisioner yang diberikan.

(39)

19

Jenis Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan wawancara secara langsung pada pegawai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pantai Lombang, masyarakat serta wawancara melalui pengisian kusioner pada wisatawan Pantai Lombang. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), UPT Pantai Lombang, Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Disbudparpora), instansi-instansi terkait serta studi literatur.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Tabel 5 berikut menunjukkan cara pengumpulan dan analisis data berdasarkan tujuan penelitian.

Tabel 5 Matrik penelitian

No Tujuan penelitian

Jenis dan sumber data Teknik pengumpulan

(40)

20

Tabel 5 Matrik penelitian (Lanjutan)

No Tujuan penelitian Jenis dan sumber 5 Estimasi Pendapatan

Asli Daerah (PAD) saat

low season dan peak season jika segmentasi diterapkan

Analisis deskriptif merupakan analisis yang menggambarkan secara sistematik, akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi/kegiatan yang dilakukan dalam bidang tertentu yang menjadikan subjek penelitian berdasarkan data dari variabel yang diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti maupun fakta yang terjadi di lapangan (Nazir 2003). Metode analisis ini digunakan untuk menjawab besarnya tingkat PAD dari wisata Pantai Lombang dan penyerapan tenaga kerja dari objek wisata Pantai Lombang. Penjelasan secara deskriptif dilakukan berdasarkan informasi dan data yang diperoleh melalui wawancara, pengamatan langsung dan data sekunder.

Analisis Biaya Perjalanan

Metode biaya perjalanan yang digunakan adalah pendekatan biaya perjalanan individu berdasarkan data primer yang diperoleh melalui survey. Berdasarkan kuesioner, peneliti dapat memperkirakan jumlah aktual perjalanan dan biaya yang dikeluarkan per individu. Data tersebut dapat digunakan untuk mengestimasi kurva rata-rata kebutuhan individu pada setiap kunjungan. Tahapan analisisnya adalah sebagai berikut: (1) menentukan lokasi; (2) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan (substitusi, faktor demografi dan sebagainya); (3) menggunakan metode untuk mengestimasi biaya waktu; (4) merancang survey untuk mengumpulkan biaya perjalanan dan informasi lainya di lokasi yang dituju wisatawan; (5) melakukan survey untuk mendapatkan data yang mewakili (random) di lokasi yang dikunjungi; (6) mengestimasi kebutuhan pembiayaan; (7) mengestimasi total jumlah pengunjung; dan (8) menghitung consumer surplus per individu. Guna menghitung biaya perjalanan dapat ditulis dalam persamaan matematis sebagai berikut :

(41)

21

Keterangan:

TCi = Total biaya perjalanan dari daerah i (rupiah) BTi = Biaya transportasi pulang pergi (rupiah) BAk = Biaya akomodasi (rupiah)

BKi = Biaya konsumsi dikurangi biaya konsumsi sehari-hari (rupiah) BDi = Biaya dokumentasi (rupiah)

BPi = Biaya parkir (rupiah)

Bli = Biaya tiket dan lain-lain (rupiah)

Selanjutnya, menentukan fungsi permintaan sebagai berikut:

Ln Vt= α+β1 TCi+β2 INCi+β3JRKi+β4 UMRi+β5PDKKi+β6 TIMi+β7 STAi+ β8KRJi……...….(2)

Keterangan:

Vt = Tingkat kunjungan (kali kunjungan) TCi = Biaya perjalanan (rupiah)

INCi = Pendapatan individu (rupiah)

JRKi = Jarak yang ditempuh individu ke tempat wisata (Km) UMRi = Umur individu (tahun)

PDKKi= Pendidikan individu (tahun)

TIMi = Waktu yang dihabiskan di lokasi (jam) STAi = Status perkawinan individu

KRJi = Status pekerjaan individu

Tabel 6 merupakan penjelasan terkait variabel yang digunakan dalam fungsi permintaan wisata.

Tabel 6 Definisi dan skala pengukuran

Variabel Definisi Skala pengukuran Tingkat kunjungan Banyaknya kunjungan yang dilakukan

individu selama 1tahun terakhir

Frekuensi kekerapan (kali)

Biaya perjalanan Biaya yang dikeluarkan pengunjung dari mulai keluar rumah hingga di tempat wisata

Rupiah

Pendapatan individu

Penghasilan rata-rata perbulan pengunjung

Rupiah

Jarak Jarak rumah pengunjung dengan tempat wisata

Km

Umur individu Umur pengunjung (wisatawan) Tahun Pendidikan

individu

Pendidikan yang ditempuh oleh wisatawan

Tahun

Waktu yang dihabiskan di lokasi wisata

Rata-rata waktu yang dihabiskan oleh wisatawan di lokasi wisata dalam 1 kali kunjungan

Jam/kunjungan

Status pernikahan Status pernikahan wisatawan 1=Sudah menikah 2=Belum menikah Status pekerjaan Status pekerjaan wisatawan 1=Tidak bekerja

(42)

22

Selanjutnya menentukan surplus konsumen dapat diestimasi dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

...(3)

Keterangan:

Csi = Konsumen surplus individu Vi = Tingkat kunjungan individu

β1 = Koefisien regresi dari biaya perjalanan.

Nilai ekonomi lokasi rekreasi dapat diestimasi dengan mengalikan nilai surplus konsumen rata-rata individu dengan total kunjungan pada tahun tertentu (Vt), dengan persamaan sebagai berikut:

...(4) Keterangan:

CSi = Konsumen surplus individu

Vt = Total kunjungan pada tahun analisis (tahun ke-t)

Share Pendapatan Wisata tehadap Total Pendapatan

...(5)

Keterangan:

Total Pendapatan: jumlah pendapatan dari sektor wisata dan non wisata yang menjadi sumber pendapatan responden.

Kriteria penentuan pendapatan berdasarkan tingkat ekonomi usaha kemudian diklasifikasikan sesuai Soehandji (1995) pada Tabel 2.

Analisis Daya Dukung

Berdasarkan Yulianda et al. (2010) daya dukung lingkungan dapat dihitung dengan rumus:

(6) Keterangan:

DDK = Daya dukung Kawasan (orang)

K = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area Lp = Luas area atau panjang area yang dimanfaatkan (m2) Lt = Unit area untuk kategori tertentu (m2)

Wp = Waktu yang disediakan kawasan untuk kegiatan wisata dalam 1 hari (jam/hari)

(43)

23

Analisis Willingness to Pay

“Willingnes to Pay (WTP) diartikan sebagai jumlah maksimum uang yang sanggup dibayarkan seseorang sehingga ia indiferen antara opsi membayar untuk perubahan sesuatu (misal perbaikan lingkungan) atau menolak terjadinya perubahan tersebut dan membelanjakan pendapatannya untuk yang lain” (Fauzi 2014:29). Rataan WTP yang digunakan dalam penelitian ini dihitung dengan metode turn bull. Adapun penentuan nilai bid yang ditawarkan tertera pada Tabel 7.

Tabel 7 Bid dan jumlah responden yang diwawancarai untuk penentuan tarif peak season

Penentuan bid yang ditawarkan dimulai dari harga tiket masuk Pantai Lombang saat ini yaitu Rp 2.000, kemudian peningkatan bid selanjutnya berdasarkan perbedaan peningkatan harga tiket sebelumnya dengan harga tiket saat ini yaitu sebesar Rp 1.000. Adapun pasar hipotetis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Pantai Lombang merupakan salah satu wisata pantai yang terdapat di Kabupaten Sumenep yang ramai dikunjungi. Keindahan cemara udang di sepanjang bibir Pantai Lombang merupakan daya tarik utama yang ditawarkan untuk para wisatawan. Ekosistem cemara udang yang merupakan icon keindahan Pantai Lombang, selain sebagai sarana peneduh bagi pengunjung, cemara udang memiliki fungsi ekologis seperti mengurangi dampak tsunami dan wind break. Oleh karena itu, pelestarian sumber daya alam dan lingkungan (SDAL) di lokasi wisata khususnya pelestarian cemara udang perlu dilakukan agar keindahan alam pantai tetap terjaga. Upaya pelestarian SDAL dan pengembangan fasilitas di lokasi wisata Pantai Lombang membutuhkan dana yang cukup besar. Peningkatan tiket masuk lokasi wisata dapat membantu pendanaan, pengembangan dan pelestarian ekosistem di Pantai Lombang. Dana tersebut dapat digunakan pengelola untuk melakukan kegiatan pelestarian alam dan juga dapat digunakan untuk penambahan dan perbaikan fasilitas wisata yang sudah rusak.

Peneliti menggunakan bantuan Gambar 5 untuk memudahkan pemaparan pasar hipotetis pada wisatawan :(1)foto kondisi Pantai Lombang dengan cemara udang yang lestari; (2) foto kondisi Pantai Lombang jika cemara udang rusak.

Bid (Rp) Jumlah responden (orang)

Rp 2.000 30

Rp 3.000 30

Rp 4.000 30

(44)

24

Gambar 4 Foto yang digunakan peneliti menjelaskan pasar hipotetis

Metode turn bull yang digunakan dalam penelitian mengandalkan distribusi

“ya” dan “tidak” dari responden terhadap respon pertanyaan lelang. Jika

responden menjawab “tidak” terhadap nilai lelang yang ditawarkan, maka nilai maksimum WTP akan lebih rendah dari nilai lelang. Sebaliknya jika responden

menjawab “ya” maka WTP nya akan lebih besar atau paling tidak sama dengan

lelang yang ditawarkan. Dengan mengetahui distribusi responden menjawab

“tidak” (Fj) maka kita dapat menentukan batas bawah dari WTP (lower bound WTP) dan nilai rataan WTP (Fauzi, 2014). Salah satu kelebihan menggunakan pendugaan melalui lower bound adalah terkait dengan distribusi turnbull dimana f*j terdistribusi normal dan nilai Bj tetap sehingga E(WTP) juga normal. WTP dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan: Bj= Lelang/bid

Fj= Proporsi distribusi “tidak” f*j= Nilai

Haab dan McConnel dalam Fauzi (2014) menyatakan beberapa langkah berikut:

1. Hitung distribusi Fj dengan menggunakan formula Fj= Ni/(Nj+Yj) dimana jumlah Nj adalah respon “tidak” untuk nilai lelang j dan Yj adalah respon

“ya” untuk lelang j. Total respon adalah Tj=Nj+Yj

2. Dimulai dengan lelang terendah, dibandingkan Fj dan Fj+1

3. Jika Fj+1>Fj perhitungan mean WTP dapat dilanjutkan dengan menggunakan formula E(WTP) di atas

(45)

25

nilai F*j=(Nj+N j+1)/(Tj+T j+1) = N*j/T*j dengan kata lain menghilangkan nilai lelang Bj+1 dan menggabungkannya dengan nilai lelang Bj

5. Lanjutkan dengan menghitung WTP dengan formula E(WTP), jika distribusi F*j sudah terlihat meningkat secara monotonik (monotonically increasing) 6. Tentukan nilai maksimum distribusi F*M+i=1 yang menunjukkan tidak ada

responden yang ingin membayar lebih dari nilai lelang maksimum.

Estimasi Jumlah Wisatawan

Estimasi jumlah pengunjung bertujuan untuk memprediksi jumlah wisatawan pada tahun-tahun selanjutnya. Adapun estimasi jumlah wisatawan yang menggunakan metode ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average). Menurut Makridakis et al. (1999) ARIMA merupakan salah satu model prakiraan yang menggunakan data masa lalu untuk memproyeksikan ke masa depan. Model ARIMA dapat diterapkan untuk analisis deret berkala, peramalan dan pengendalian. Adapun keuntungan nyata dari model ARIMA menurut Assauri (1984) bahwa ramalan-ramalan yang dilakukan dapat dikembangkan untuk periode-periode yang sangat pendek dan model ARIMA telah terbukti menjadi model peramalan jangka pendek yang terbaik untuk macam-macam deret waktu

Estimasi Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Estimasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) bertujuan untuk memprediksi jumlah PAD yang akan diterima pemerintah kabupaten Sumenep pada tahun 2015. Adapun estimasi yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 8 berikut:

Tabel 8 Estimasi PAD tanpa segmentasi dan dengan segmentasi harga tiket

Kondisi Tarif

Jumlah b3=b1+b2 c3=c1+c2

Segmentasi

Tambahan PAD jika menerapkan segmentasi (d=c6-c3)

d

Persentase tambahan PAD (e=d/c3*100%)

(46)

26

5

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Menurut BPS Kabupaten Sumenep dalam Angka 2013 secara astronomi Kabupaten Sumenep terletak diantara 113O32’54"-116 O16’48" Bujur Timur dan diantara 4O55’-7O24’ Lintang Selatan, dengan luas daerah sebesar 2.093,46 Km sedangkan secara administratif Kabupaten Sumenep memiliki batas-batas sebagai berikut:

Sebelah selatan berbatasan dengan : Selat Madura Sebelah Utara berbatasan dengan : Laut Jawa

Sebelah Barat berbatasan dengan : Kabupaten Pamekasan Sebelah Timur berbatasan dengan : Laut Jawa / Laut Flores

Lokasi objek wisata dalam penelitian ini adalah Pantai Lombang. Pantai Lombang merupakan pantai yang terletak di Desa Lombang, Kecamatan Batang-batang, Kabupaten Sumenep. Pantai Lombang secara geografis memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah utara : Laut Jawa

Sebelah selatan : Kecamatan Gapura Sebelah timur : Kecamatan Dungkek Sebelah barat : Kecamatan Batuputih

Pengelolaan wisata Pantai Lombang dilaksanakan oleh UPT Pantai Lombang di bawah pengawasan Dinas Budaya Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sumenep. Selain UPT Pantai Lombang yang berperan dalam pengelolaan dan pengembangan wisata Pantai Lombang ada lembaga atau kelompok masyarakat yang ikut serta berpartisipasi dalam pengelolaan Pantai Lombang yaitu Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). Pokdarwis merupakan lembaga non profit yang berdiri sejak tahun 2005 dan diketuai oleh Bapak H.Masdawi dan berlokasi di Desa Lombang. Pokdarwis ini merupakan perkumpulan masyarakat pecinta alam yang berusaha melestarikan keberadaan Pantai Lombang agar kondisinya tidak rusak karena perbuatan pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Pokdarwis juga sering mempromosikan akan keberadaan Pantai Lombang meski hanya sebatas lingkup Pulau Madura saja. Selain itu, anggota dari Pokdarwis juga tidak segan untuk menjadi sukarelawan bagi pengunjung yang membutuhkan bantuan mereka sejauh tidak bertentangan dengan norma dan adat istiadat yang berlaku.

Karakteristik Responden Pengunjung Objek Wisata Pantai Lombang

Jumlah pengujung yang dipilih sebagai responden sebanyak 132 orang. Karakteristik responden dibedakan berdasarkan faktor demografi, kendaraan yang digunakan, dan cara memperoleh informasi objek wisata Pantai Lombang.

Karakteristik Responden Objek Wisata Pantai Lombang Berdasarkan Faktor Demografi

(47)

27

Tabel 9 Karakteristik responden berdasarkan faktor demografi

No Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Jenis kelamin

Perguruan tinggi 26 19,70

Jumlah 132 100

7 Pendapatan (dalam ribuan)

<=500 17 12,88

500,01-1000 68 51,52

>=1000,01 47 35,60

Jumlah 132 100

(48)

28

responden pengujung belum menikah dan 71,21% yang tidak memiliki jumlah tanggungan keluarga, hal ini menunjukkan bahwa ada responden yang meskipun belum menikah, namun memiliki tanggungan keluarga disebabkan, mereka menjadi tulang punggung keluarganya.

Tingkat pendidikan responden pengunjung Pantai Lombang didominasi oleh lulusan SMA/SMK dan berpenghasilan menengah. Menurut Friedman (2004) katagori penghasilan menengah yaitu lebih dari 500 ribu hingga 1juta. Harga tiket yang sangat terjangkau Rp 2.000/ orang menyebabkan wisata Pantai Lombang cocok untuk semua kalangan, baik responden yang berstatus ekonomi rendah hingga kelas atas.

Karakteristik Responden Objek Wisata Pantai Lombang Berdasarkan Kendaraan yang Digunakan

Berdasarkan sebaran kendaraan yang digunakan untuk menuju objek wisata Pantai Lombang, sebagian besar pengunjung menggunakan motor. Hal ini disebabkan jalan menuju objek wisata ini kurang bagus dan jarang tersedia angkutan kota menuju tempat wisata sehingga lebih mudah ditempuh dengan sepeda motor. Pengunjung yang menggunakan mobil pribadi hanya sebesar 30,30% dari total responden. Pengunjung yang menggunakan mobil pribadi adalah pengunjung yang berwisata ke Pantai Lombang bersama anggota keluarga besar yang jumlahnya relatif banyak sedangkan pengunjung yang menggunakan kendaraan umum (sewa/travel) hanya sebesar 1,52% dari total responden (Tabel 10).

Tabel 10 Karakteristik responden objek wisata Pantai Lombang berdasarkan kendaraan yang digunakan

Jenis kendaraan Jumlah (orang) Persentase (%)

Motor 90 68,18

Mobil pribadi 40 30,30

Kendaraan umum (sewa/travel)

2 1,52

Jumlah 132 100

Karakteristik Responden Objek Wisata Pantai Lombang Berdasarkan Cara Memperoleh Informasi Objek Wisata Pantai Lombang.

(49)

29

Tabel 11 Karakteristik responden Pantai Lombang berdasarkan cara memperoleh informasi tentang Pantai Lombang

Informasi tentang Pantai Lombang Jumlah (orang) Persentase (%)

Keluarga 30 22,73

Teman 94 71,21

Media Massa 5 3,79

Media Elektonik 3 2,27

(50)

30

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Estimasi Nilai Ekonomi Wisata Pantai Lombang

Penilaian terhadap nilai ekonomi wisata Pantai Lombang dihitung menggunakan TCM dengan pendekatan biaya yang dikeluarkan wisatawan untuk berkunjung ke lokasi wisata. Koefisien biaya perjalanan diestimasi dari fungsi permintaan wisata (Lampiran 1). Surplus konsumen diperoleh dengan membagi jumlah kunjungan individu dengan koefisien biaya perjalanan (Lampiran 2). Setelah surplus konsumen diketahui, nilai ekonomi Pantai Lombang diperoleh dengan cara mengalikan surplus konsumen tersebut dengan jumlah wisatawan ke Pantai Lombang pada tahun 2014 (Tabel 12).

Tabel 12 Nilai ekonomi wisata Pantai Lombang

Keterangan Satuan Nilai

Jumlah responden (a) Orang 132 Total jumlah kunjungan responden (b) Kali/th 259 Jumlah kunjungan 2014 (c) Kali/th 37.690 Koefisien biaya perjalanan (d) Satuan 0,00001042 Surplus konsumen/individu (e) Rupiah 188.303,38 Surplus konsumen/individu/kunjungan (f) Rupiah 95.969,29 Nilai ekonomi wisata (g)=fxc Rupiah 3.617.082.540,10 Sumber: (c) Disbudparpora Kabupaten Sumenep dan UPT Pantai Lombang; (b),(d),(e),dan (f)

Lampiran 1

Nilai surplus konsumen sebesar Rp 95.969,29 menunjukkan bahwa wisatawan mendapat kepuasan lebih dari harga yang harus dibayarkan atau menunjukkan manfaat yang diharapkan wisatawan dengan melakukan wisata (Sugiarto et al. 2002; Wijayanti 2009). Nilai ekonomi wisata Pantai Lombang sebesar Rp 3.617.082.540,10. Sependapat dengan Ekayani et al. (2014b) nilai ekonomi wisata Pantai Lombang yang tinggi mengindikasikan bahwa objek wisata Pantai Lombang memiliki arti penting sebagai penyedia jasa wisata atau menunjukkan nilai moneter manfaat ekonomi yang masyarakat terima dari keberadaan sumberdaya alam objek wisata pantai (Lipton et al. 1995; Schuhmann dan Casey 2008).

Gambar

Gambar 2  Jumlah kunjungan Pantai Lombang tahun 2011-2013
Gambar 3  Kerangka wisata pantai dan laut
Tabel 3  Penetitian terdahulu tentang daya dukung
Tabel 4  Penelitian terdahulu tentang nilai ekonomi wisata
+7

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun hasil penelitian ini menunjukan tidak berpengaruh, bukan berarti DER dapat diabaikan dalam mempengaruhi harga saham, karena menurut Fahmi (2013) dari

Pengarahan kelamin (sex reversal) dengan hormone steroid dapat dilakukan melalui perendaman, penyuntikan atau secara oral melalui pakan, namun pada penelitian ini yaitu

program intra kurikuler, ko kurikuler maupun ekstra kurikuler menurut cara-cara dan ketentuan yang berlaku. Mahasiswa sebagai calon ilmuwan berkewajiban selalu bersikap ksatria,

Menurut pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa diare adalah gejala kelainan sistem pencernaan, absorbsi, maupun fungsi sekresi dimana pasien mengalami kehilangan

program program pembuatan minuman kesehatan dilakukan dengan tuuan untuk memberikan informasi kepada warga Dusun Karang tentang akan diadakan penyuluhan dan

Judul Prosiding : Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Petemakan Berkelanjutan ke-9 &#34;Tantangan Dunia Petemakan dalam Meningkatkan Nilai Tambah dan Daya Saing Sumber

Bentuk penelitian yang akan di gunakan adalah bentuk survey(survey studies). Data merupakan bahan mentah yang perlu di olah kembali sehingga menghasilkan informasi atau

adalah menjadikan elemen vernakular sebagai identitas pada tata ruang kawasan, melalui penerapan teori regionalisme kritis. Lokasi penelitian berada di Desa