ANALISIS
FRONTIER EFFICIENCY
INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA
DENGAN MENGGUNAKAN METODE PARAMETRIK:
DISTRIBUTION FREE APPROACH
AGUS HERTA SUMARTO
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Frontier Efficiency
Industri Perbankan Indonesia dengan Menggunakan Metode Parametrik:
Distribution Free Approach adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Agus Herta Sumarto
RINGKASAN
AGUS HERTA SUMARTO. Analisis Frontier Efficiency Industri Perbankan Indonesia dengan Menggunakan Metode Parametrik: Distribution Free Approach. Dibimbing oleh IMAN SUGEMA and NUNUNG NURYARTONO.
Sebagai lembaga intermediasi lembaga perbankan memiliki peran yang sangat vital dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Oleh karena itu tingkat kesehatan bank akan selalu menjadi pusat perhatian para pelaku ekonomi. Bank yang sehat akan bisa berperan optimal dalam menjalankan peran dan fungsinya dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan dimulai pada tahun 2015 sedikit besar akan mempengaruhi sistem dan kondisi perekonomian di negara-negara ASEAN termasuk Indonesia dan lembaga perbankannya. Dalam kerangka MEA, setelah pengintegrasian sektor riil pada 2015 – 2020, pada tahun 2020 akan dimulai pengintegrasian sektor keuangan yang dimulai dari pasar bebas perbankan ASEAN. Dengan adanya pengintegrasian sektor keuangan maka persaingan lembaga perbankan di antara negara-negara di ASEAN akan semakin meningkat. Bahkan dalam menyambut pengintegrasian sektor keuangan ini, BI sudah melakukan berbagai kajian mengenai ASEAN Banking Integration Framework
(ABIF) yang salah satunya adalah kajian mengenai penyiapan bank berskala ASEAN atau qualified ASEAN banks (QAB).
Pasca pengintegrasian sektor keuangan pada tahun 2020 persaingan antar lembaga perbankan akan semakin meningkat. Setiap negara anggota ASEAN akan dimasuki oleh sekitar 30 bank baru, sehingga hanya bank-bank sehat yang akan mampu bersaing memperebutkan pasar di setiap negara anggota ASEAN. Untuk menilai tingkat kesehatan suatu bank salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah analisis efisiensi. Analisis efisiensi ini dapat dilakukan dengan tiga pendekatan yaitu efisiensi biaya (cost efficiency), efisiensi keuntungan (profit efficiency), dan efisiensi keuntungan alternatif (alternative profit efficiency).
Dilihat dari sisi efisiensi biaya 107 bank umum yang beroperasi selama 10 tahun (2002 – 2011) terakhir, rata-rata efisiensi biaya bank di Indonesia adalah 0,6729 atau masuk ke dalam kategori kurang efisien. Bank yang paling efisien dari segi biaya adalah Bank ICBC Indonesia yang merupakan salah satu bank devisa. Bank yang berada pada peringkat paling bawah dengan nilai efisiensi 0,5013 adalah JP. Morgan Chase Bank yang termasuk ke dalam kelompok bank asing.
Nilai rata-rata efisiensi keuntungan bank di Indonesia adalah 0,96363 atau bisa dikatakan cukup efisien. Bank yang paling efisien dari sisi keuntungan adalah JP. Morgan Chase Bank dan bank yang memiliki nilai efisiensi keuntungan paling rendah adalah Bank Andara. Nilai efisiensi keuntungan alternatif bank di Indonesia adalah 0,965957. Nilai ini sedikit lebih besar dari rata-rata nilai efisiensi keuntungan. Bank yang paling efisien dari sisi keuntungan alternatif adalah JP. Morgan Chase Bank dan bank yang memiliki nilai efisiensi keuntungan alternatif paling rendah adalah Bank Andara dengan nilai efisiensi sebesar 0,9367.
masuk ke dalam kategori rendah. Jika dilihat dari sisi efisiensi keuntungan maka secara rata-rata efisiensi keuntungan memiliki hubungan yang kuat dengan rasio keuangan ROA dan BOPO. Rasio keuangan kinerja bank ROE memiliki tingkat hubungan yang sedang dengan tingkat efisiensi keuntungan. Hubungan antara efisiensi keuntungan dengan rasio kinerja keuangan CAR, LDR, dan NIM bisa dikatakan tidak memiliki hubungan, sedangkan tingkat efisiensi keuntungan alternatif memiliki hubungan yang kuat dengan rasio kinerja keuangan ROE, ROA, dan BOPO. Rasio NIM memiliki hubungan yang rendah dengan tingkat efisiensi keuntungan alternatif dan rasio CAR dan LDR bisa dikatakan tidak memiliki hubungan dengan tingkat efisiensi keuntungan alternatif.
Berdasarkan hasil penelitian, implikasi kebijakan yang dapat disarankan, adalah: (1) Sebaiknya bank-bank kecil dan menengah fokus pada pasar tertentu baik dari segi demografi maupun usaha sehingga tingkat efisiensi biayanya tidak terlalu rendah. (2) Walaupun tingkat efisiensi keuntungan dan keuntungan alternatif bank-bank di Indonesia telah melampaui angka 90 persen, potensi keuntungan pasar Indonesia masih besar. Sebelum masuknya bank-bank QAB sebaiknya bank-bank yang sekarang telah beroperasi semakin menguatkan pasar di dalam negeri khsusnya luar pulau Jawa atau pasar-pasar yang belum tersentuh lembaga perbankan sehingga efisiensi keuntungannya bisa lebih tinggi lagi. (3) Lembaga perbankan dan BI tidak hanya menjadikan rasio-rasio keuangan tersebut sebagai barometer utama dalam mengukur tingkat efisiensi suatu bank. (4) Saran untuk penelitian selanjutnya berhubungan dengan pendekatan yang digunakan. Penelitian berikutnya disarankan untuk menggabungkan pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan produksi (the production approach), pendekatan intermediasi (the intermediation approach), dan pendekatan asset (the asset approach). Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif di lihat dari beberapa sisi pendekatan karakteristik bank.
SUMMARY
AGUS HERTA SUMARTO. Frontier Efficiency Analysis of Indonesian Banking Industry, Using Parametric Method: Distribution Free Approach. Supervised by IMAN SUGEMA and NUNUNG NURYARTONO.
As an intermediary institution, bank has a very vital role in the economic development of a country. Therefore, the health of banks will always be the center of attention of the economic actors. Healthy banks can play a role in the optimal functions in the economic development of a country. The implementation of the ASEAN Economic Community (AEC) which will begin in 2015 will affect the system and economic conditions in the ASEAN countries including Indonesia and its banking institutions. Within the framework of AEC, after the integration of the real sector in 2015 - 2020, in the year 2020 will begin the integration of the financial sector that began from the ASEAN free market banking. With the integration of the financial sector, competition among banking institutions in ASEAN countries will increase. Even in welcoming the integration of the financial sector, the central bank has conducted studies on the ASEAN Banking Integration Framework (ABIF), one of which is a preparation for bank in ASEAN scale or qualified ASEAN banks (QAB).
After the integration of the financial sector in 2020, the competition among banking institutions will increase. Each ASEAN member countries will be entered by approximately 30 new banks. With as many as the number of banks, only healthy banks would be able to compete for market share in each country. To assess the health of a bank, one approach that can be used is the analysis of efficiency. The efficiency analysis can be conducted with the three approaches, namely cost efficiency, profit efficiency, and alternative profit efficiency.
In terms of cost efficiency of 107 commercial banks operating for 10 years (2002-2011), the average cost efficiency of banks in Indonesia is 0.6729 or into the category of less efficient. Bank of the most efficient in terms of cost efficiency is Bank ICBC Indonesia which is one “Bank Devisa”. JP. Morgan Chase Bank be the lowest efficient bank in the cost efficiency with the efficiency score is 0.5013. JP. Morgan Chase Bank is one of the foreign banks in Indonesia. While the average value of the profit efficiency in Indonesian banks is 0.96363 or can be said quite efficient. The most efficient bank in profits efficiency is JP. Morgan Chase Bank. While the bank has the lowest profit efficiency score is Bank Andara.
The Alternative efficiency score for Indonesian banking industry is 0.965957. This value is slightly larger than the average score of the profit efficiency. The most efficient bank in the alternative profit efficiency is JP. Morgan Chase Bank. While the lowest bank in the alternative profit efficiency is Bank Andara with the score is 0.9367.
LDR, and NIM can be said not have a relationship. While the level of alternative profit efficiency have a strong relationship with financial performance ratios ROE, ROA, and ROA. NIM ratio has a low relationship with alternative profit efficiency. While the CAR and LDR have no correlation with the alternative profit efficiency.
Based on the results of this research, policy implications can be suggested, are: (1) Small and medium bank should be focus on specific market in terms of both demographics and type of business so that the level of cost efficiency is not too low. (2) Although the level of profit efficiency and alternative profit efficiency banks in Indonesia has surpassed 90 percent, the potential profit in Indonesia is still huge. Before the entry of QAB banks, banks in Indonesian should be strengthen the domestic market in especially outside Java or markets untapped by bank so the profit efficiency can be higher. (3) The banking institutions and the central bank not only makes financial ratios such as the main barometer in measuring the efficiency of a bank. (4) Suggestions for further research related to the approach used. Subsequent research suggested approach is used to combine the approaches of production (the production approach), the intermediation approach, and the asset approach. The goal is to obtain a more comprehensive of efficiency bank from the other characteristics of bank.
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Ekonomi
ANALISIS
FRONTIER EFFICIENCY
INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA
DENGAN MENGGUNAKAN METODE PARAMETRIK:
DISTRIBUTION FREE APPROACH
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2014
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis:
Judul Tesis : Analisis Frontier Efficiency Industri Perbankan Indonesia dengan Menggunakan Metode Parametrik: Distribution Free Approach
Nama : Agus Herta Sumarto NIM : H151100281
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Iman Sugema, M.Ec Ketua
Dr. Ir. Nunung Nuryartono, M.Si Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi
Dr. Ir. Nunung Nuryartono, M.Si
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc, Agr.
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada hadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Karunia-Nya sehingga tesis dengan judul Analisis Frontier Efficiency
Industri Perbankan Indonesia dengan Menggunakan Metode Parametrik:
Distribution Free Approach dapat terselesaikan. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang pendidikan S2 dan memperoleh gelar Magister Sains dari Program Studi Ilmu Ekonomi di Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Ir. Iman Sugema, M.Ec selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Dr. Ir. Nunung Nuryartono, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing, yang dengan segala kesibukannya masih meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Tubagus Nur Ahmad Maulana, Ph.D, M.Sc, MBA. atas kesediaannya menjadi penguji luar komisi, dan Dr. Ir. Lukytawati Anggraeni, M.Si
selaku perwakilan Program Studi Ilmu Ekonomi. Demikian juga terima kasih dan penghargaan untuk semua dosen yang telah mengajar penulis dan rekan-rekan kuliah yang senantiasa membantu penulis selama mengikuti perkuliahan di kelas Magister Program Studi Ilmu Ekonomi IPB. Dedikasi para dosen yang tinggi dan dukungan rekan-rekan kuliah, telah banyak membantu penulis dalam perkuliahan dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terkira kepada Ibu, Istri, dan anak tercinta, atas segala doa dan dukungan yang telah diberikan. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada saudara Ade Holis yang telah memberikan masukan-masukan terkait substansi dalam tesis penulis. Penulis juga menghaturkan terima kasih kepada Farhana Zahrotunnisa dan teman-teman di InterCAFE yang telah ikut membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman di Majalah Infobank dan Pusat Data Bersatu yang telah memberikan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini. Tidak lupa penulis menghaturkan penghargaan kepada teman-teman di Fakultas Ilmu Ekonomi angkatan reguler empat yang telah banyak membantu penulis mulai dari proses kuliah hingga menyelesaikan tesis ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih
Akhir kata penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak lain yang membantu dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti kuliah di Magister Program Studi Ilmu Ekonomi IPB namun namanya tak dapat penulis sebutkan satu persatu. Apabila terdapat kesalahan dalam penulisan tesis ini maka hanya penulis yang bertanggungjawab. Kiranya hanya Allah SWT yang Maha Kuasa yang akan memberi balasan kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis.
Bogor, Agustus 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
1 PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 3
Tujuan Penulisan 4
Manfaat Penelitian 4
Ruang Lingkup Penelitian 4
2 TINJAUAN PUSTAKA 7
Pengertian dan Sejarah Perbankan 7
Pengertian Bank Umum 9
Konsep Efisiensi 10
Pengertian dan Konsep DFA 12
Penelitian Terdahulu 14
Kerangka Pemikiran 16
Hipotesis Penelitian 16
3 METODE PENELITIAN 19
Jenis dan Sumber Data 19
Definisi Operasional 19
Model Penelitian 20
Metode Analisis Data 22
4 ANALISIS HUBUNGAN ANTARA VARIABEL INPUT DAN OUTPUT 29 Perkembangan Biaya dan Keuntungan Operasional Bank 29 Hubungan Variabel Terikat dengan Variabel Bebas 31 5 EFISIENSI BANK DALAM INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA 45 Statistik Deskriptif Variabel Input dan Output 45
Efisiensi Perbankan di Indonesia 48
Hubungan Efisiensi dengan Kinerja Keuangan Bank 58
6 KESIMPULAN DAN SARAN 72
Kesimpulan 72
Saran 73
DAFTAR PUSTAKA 76
DAFTAR LAMPIRAN 78
DAFTAR TABEL
1. Rasio Kredit Terhadap PDB Beberapa Negara Tahun 2011 2
2. Kinerja Keuangan Perbankan Nasional 3
3. Variabel Penelitian dengan Pendekatan Profit Efficiency 19 4. Variabel Penelitian dengan Pendekatan Cost Efficiency dan
Alternative Profit Efficiency 20
5. Variabel-variabel Input dan Output 107 Bank Konvensional Tahun
2002 – 2012 (juta rupiah) 45
6. Hasil Analisis Fungsi Biaya Data Panel Model Fixed Effect 48
7. Distribusi Nilai Efisiensi Biaya 49
8. Rata-rata Nilai Efisiensi Biaya Berdasarkan Kelompok Bank 50 9. Hasil Analisis Fungsi Keuntungan Data Panel Model Fixed Effect 52
10. Distribusi Nilai Efisiensi Keuntungan 53
11. Rata-rata Nilai Efisiensi Keuntungan Berdasarkan Kelompok Bank 54 12. Hasil Analisis Fungsi Keuntungan Alternatif Data Panel Model
Random Effect 55
13. Distribusi Nilai Efisiensi Keuntungan Alternatif 56 14. Rata-rata Nilai Efisiensi Keuntungan Alternatif Berdasarkan
Kelompok Bank 57
15. Peringkat Bank BUMN Berdasarkan Efisiensi Keuntungan Alternatif 57
DAFTAR GAMBAR
1. Efisiensi Teknis dan Alokatif 10
2. Kerangka pemikiran 17
3. Struktur data model panel 24
4. Kerangka Pengambilan Keputusan 26
5. Rata-rata keuntungan operasional dan biaya operasional bank
konvensional. 29
6. Tren Pertumbuhan Keuntungan Berdasarkan Kelompok Bank Atas
Dasar Tahun 2002. 30
7. Rata-rata BOPO Lembaga Perbankan Tahun 2002 – 2011. 30 8. Tren BOPO Per Kelompok Bank Tahun 2002 – 2011. 31 9. Scatterplot Biaya Operasional dan Rasio Beban Bunga Terhadap
Liabilitas Tahun 2011. 32
10. Scatterplot Biaya Operasional Terhadap Kredit Properti Tahun 2011 33 11. Scatterplot Biaya Operasional Terhadap Kredit Non Properti Tahun
2011 33
12. Scatterplot Biaya Operasional Terhadap Aktiva Produktif Selain
Kredit Tahun 2011 34
13. Scatterplot Biaya Operasional Terhadap Net Komitmen – Kontijensi
Tahun 2011 35
17. Scatterplot Pendapatan Operasional Terhadap Rasio Beban Bunga
Terhadap Liabilitas Tahun 2011. 37
18. Scatterplot Pendapatan Operasional Terhadap Rasio Pendapatan
Bunga Terhadap Total Aset Tahun 2011. 38
19. Scatterplot Pendapatan Operasional Terhadap Kredit Properti Tahun
2011. 39
20. Scatterplot Pendapatan Operasional Terhadap Aktiva Produktif
Selain Kredit Tahun 2011. 40
21. Scatterplot Pendapatan Operasional Terhadap Net Komitmen –
Kontijensi Tahun 2011. 41
22. Scatterplot Pendapatan Operasional Terhadap Modal Fisik Tahun
2011. 42
23. Scatterplot Pendapatan Operasional Terhadap Total Aset Tahun 2011. 42 24. Scatterplot Pendapatan Operasional Terhadap NPL Tahun 2011. 43 25. Scatterplot Efisiensi Biaya Terhadap CAR. 58 26. Scatterplot Efisiensi Biaya terhadap ROE. 59
27. Scatterplot Efisiensi Biaya dengan ROA. 60
28. Scatterplot efisiensi biaya dengan LDR 60
29. Scatterplot efisiensi biaya dengan NIM 61
30. Scatterplot Efisiensi Biaya Terhadap BOPO 62 31. Scatterplot Efisiensi Keuntungan terhadap CAR 63 32. Scatterplot efisiensi keuntungan terhadap ROE 63 33. Scatterplot efisiensi keuntungan terhadap ROA 64 34. Scatterplot efisiensi keuntungan terhadap LDR 64 35. Scatterplot efisiensi keuntungan terhadap NIM 65 36. Scatterplot efisiensi keuntungan terhadap BOPO 66 37. Scatterplot efisiensi keuntungan alternatif terhadap CAR 67 38. Scatterplot efisiensi keuntungan alternatif terhadap ROE 67 39. Scatterplot efisiensi keuntungan alternatif terhadap ROA 68 40. Scatterplot efisiensi keuntungan alternatif terhadap LDR 69 41. Scatterplot efisiensi keuntungan alternatif terhadap NIM 69 42. Scatterplot efisiensi keuntungan alternatif terhadap BOPO 70
DAFTAR LAMPIRAN
1. Efisiensi Biaya 107 Bank Umum 78
2. Efisiensi Profit 107 Bank Umum 81
3. Efisiensi Alternative Profit 107 Bank Umum 84
4. Output Fungsi Biaya Model Fixed Effect 87
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan dimulai pada tahun 2015 sedikit besar akan mempengaruhi sistem dan kondisi perekonomian di negara-negara ASEAN termasuk Indonesia. Pemberlakukan pasar tunggal yang diharapkan lebih kompetitif dengan prinsip kesetaraan (equality) di antara negara-negara anggota akan meningkatkan persaingan ekonomi antar negara-negara tersebut. Dengan adanya MEA, para pelaku ekonomi kawasan ASEAN akan lebih mudah menanamkan modalnya dan melakukan usaha di negara-negara ASEAN sehingga persaingan usaha diharapkan lebih kompetitif.
Dalam kerangka MEA, setelah pengintegrasian sektor riil pada 2015 – 2020, pada tahun 2020 akan dimulai pengintegrasian sektor keuangan yang dimulai dari pasar bebas perbankan ASEAN. Dengan adanya pengintegrasian sektor keuangan maka persaingan lembaga perbankan di antara negara-negara di ASEAN akan semakin meningkat. Bahkan dalam menyambut pengintegrasian sektor keuangan ini, BI sudah melakukan berbagai kajian mengenai ASEAN Banking Integration Framework (ABIF) yang salah satunya adalah kajian mengenai penyiapan bank berskala ASEAN atau qualified ASEAN banks (QAB).
Dari catatan Biro Riset Infobank setidaknya ada empat pilar yang akan menjadi acuan ABIF yaitu harmonisasi regulasi prudensial, kesiapan infrastruktur stabilitas keuangan, capacity building bagi negara ASEAN yang relatif tertinggal, dan kesepakatan mengenai kriteria QAB. Sedangkan dari sisi efisiensi, dengan rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) sekitar 74,94 persen dan rasio net interest margin (NIM) 5,41 persen pada posisi Juli 2012, industri perbankan nasional dituntut untuk bisa lebih efisien lagi. Hal ini dikarenakan rata-rata rasio BOPO dan NIM perbankan di lima negara besar ASEAN masing-masing hanya berada pada kisaran 56,75 persen dan 3,53 persen.
Efisiensi saat ini menjadi tantangan yang harus diperhatikan oleh pelaku industri perbankan di Indonesia. Pendalaman pasar keuangan Indonesia sampai saat ini masih tertinggal dari beberapa negara besar di ASEAN. Rasio kredit terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia di antara negara-negara Asia dan ASEAN masih termasuk rendah yaitu hanya 29,62 persen per tahun 2011 masih jauh di bawah China, Singapura, Malaysia, dan Thailand. Hal ini harus menjadi perhatian serius para pelaku industri perbankan di Indonesia karena dengan kondisi seperti ini maka penetrasi bank-bank dari negara ASEAN lainnya akan semakin besar (Mohamad, 2012).
2
Tabel 1 Rasio Kredit Terhadap PDB Beberapa Negara Tahun 2011
Negara Rasio Kredit terhadap PDB (%)
China 140
Singapura 128.6
Malaysia 117.7
Thailand 92.97
Indonesia 29.62
Cambodia 27.6
Laos 20.4
Sumber: World Bank dalam Majalah Infobank (2012)
Jika dilihat dari indikator yang dulu digunakan oleh BI dan sekarang oleh OJK maka akan terlihat bahwa BOPO dan NIM perbankan Indonesia selama tujuh tahun terakhir relatif tidak banyak mengalami perubahan. Nilai NIM perbankan Indonesia selama tujuh tahun terakhir tetap berada di atas 5,5 persen. Sedangkan untuk nilai BOPO, selama tujuh tahun terakhir masih ada pada kisaran 84 persen sampai dengan 89 persen.
Sebenarnya selama beberapa tahun terakhir ini bank-bank di Indonesia membukukan keuntungan yang sangat bagus. Bahkan dari 10 perusahaan Indonesia yang masuk ke dalam 2000 perusahaan terbesar di dunia menurut versi Forbes, lima diantaranya adalah lembaga perbankan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja lembaga perbankan di Indonesia dari sisi pendapatan sudah sangat bagus.
Walaupun dari sisi pendapatan hampir semua bank di Indonesia mengalami peningkatan namun nilai BOPO selama tujuh tahun terakhir relatif stabil di atas 84 persen. Hal ini disebabkan karena seiring dengan peningkatan pendapatan operasional, biaya operasional bank juga mengalami peningkatan sehingga tidak berpengaruh besar pada nilai BOPO. Seiring dengan peningkatan laba, bank-bank di Indonesia juga melakukan ekspansi bisnis dengan menambah berbagai infrastruktur seperti penambahan kantor cabang dan mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM).
Ekspansi usaha yang dilakukan oleh bank beberapa tahun terakhir ini didasari pada ekspektasi positif kondisi ekonomi politik nasional. Stabilitas iklim politik dua periode pemerintahan ini setidaknya telah mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang stabil. Kestabilian dalam bidang politik berimbas pada kondisi ekonomi yang relatif stabil dan kondusif sehingga menciptakan optimisme para pelaku ekonomi. Hal inilah yang kemudian menjadikan para pelaku ekonomi termasuk industri perbankan memiliki ekspektasi yang positif sehingga berimbas pada ekspansi bisnisnya.
3 Tabel 2 Kinerja Keuangan Perbankan Nasional
KETERANGAN 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 DALAM RP TRILIUN
- ASET TOTAL 1693.85 1986.50 2310.56 2534.11 3008.85 3652.83 4262.59 - DANA PIHAK KETIGA 1287.10 1510.83 1753.29 1950.71 2338.82 2784.91 3225.02 * GIRO 338.01 405.56 430.00 465.22 535.86 652.65 767.07 * DEPOSITO 615.16 666.71 824.70 899.78 1069.81 1233.97 1381.30 * TABUNGAN 333.93 438.57 498.59 585.71 733.16 898.30 1076.83 - KREDIT 792.30 1002.01 1307.69 1437.93 1765.85 2216.54 2725.67 - AKTIVA PRODUKTIF (AP) 1565.10 1851.99 2242.28 2464.26 2831.87 3426.35 3930.64 - MODAL DISETOR 73.05 78.93 86.28 96.30 105.52 112.72 123.28 - LABA TAHUN BERJALAN 28.33 35.02 30.61 45.22 57.31 75.08 92.83 DALAM PERSEN (%)
- ROA 2.64 2.78 2.33 2.60 2.86 3.03 3.11 - LDR 61.56 66.32 74.58 72.88 75.21 78.77 83.58 - NPLs (gross) 6.07 4.07 3.20 3.31 2.56 2.17 1.87 - BOPO 86.98 84.05 88.59 86.63 86.14 85.42 74.1 - CAR 21.27 19.30 16.76 17.42 17.18 16.05 17.43 - KREDIT / AP 50.62 54.10 58.32 58.53 62.36 64.69 69.34 - NIM 5.80 5.70 5.66 5.56 5.73 5.91 5.49 Sumber: Bank Indonesia dalam Majalah Infobank (2013)
Rumusan Masalah
Bank adalah motor penggerak pembangunan suatu negara. Sebagai lembaga intermediasi, bank memiliki peranan yang cukup vital dalam pembiayaan pembangunan. Tingkat efisiensi suatu bank akan menggambarkan tingkat efisiensi suatu sistem perekonomian di suatu negara.
Hasil penelitian Levine dan Zervos (1998) terhadap 31 negara di dunia dengan menggunakan data tahun 1976 sampai dengan tahun 1993 memperlihatkan bahwa terdapat hubungan positif dan sangat kuat antara perkembangan perbankan dengan pertumbuhan ekonomi, akumulasi modal, dan pertumbuhan produktivitas suatu negara baik masa kini maupun masa yang akan datang. Oleh karena itu, kesehatan suatu bank menjadi sangat penting dalam kaitan pembangunan suatu negara. Bank yang sehat akan bisa menjalankan perannya secara maksimal dalam pembangunan perekonomian suatu negara.
Untuk menilai tingkat kesehatan suatu bank salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah analisis efisiensi. Dari hasil analisis ini diharapkan akan diperoleh variabel-variabel apa saja yang diduga mempengaruhi efisiensi bank umum di Indonesia. Sehingga untuk meningkatkan efisiensi suatu bank, variabel-variabel tersebut perlu mendapat perhatian yang khusus dari stakeholder masing-masing bank sendiri maupun dari Bank Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditentukan perumusan masalah sebagai berikut:
1 Bagaimana tingkat efisiensi biaya bank umum di Indonesia? 2 Bagaimana tingkat efisiensi keuntungan bank umum di Indonesia?
4
4 Bagaimana hubungan tingkat efisiensi biaya, keuntungan, dan keuntungan alternatif bank umum dengan Capital Adequacy Ratio (CAR), Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Return on Asset
(ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), dan Loan to Deposit Ratio (LDR)?
Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1 Menganalisis tingkat efisiensi biaya bank umum. 2 Menganalisis tingkat efisiensi keuntungan bank umum.
3 Menganalisis tingkat efisiensi keuntungan alternatif bank umum.
4 Menganalisis hubungan tingkat efisiensi biaya, keuntungan, dan keuntungan alternatif bank umum dengan Capital Adequacy Ratio (CAR), Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Return on Asset
(ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), dan Loan to Deposit Ratio (LDR).
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pelaku industri perbankan, para ekonom, dan pemerintah Indonesia dalam: (1) menentukan sistem perbankan yang dipilih dalam rangka memasuki era MEA (2) memutuskan tindakan yang dapat dilakukan oleh para pangambil keputusan (decision maker) dalam rangka meningkatkan tingkat efisiensi bank umum di Indonesia (3) menentukan tiga bank yang akan dimasukkan dalam QAB. Selain itu, bagi pemerintah, penelitian ini menjadi masukan dalam menentukan kebijakan ekonomi makro dan perbankan yang akan diambil. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memperdalam ilmu di bidang perekonomian khususnya perbankan. Bagi pembaca, penelitian ini dapat dijadikan bahan atau acuan untuk penelitian selanjutnya.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menganalisis tingkat efisiensi 107 bank umum di Indonesia dari periode 2002 sampai dengan 2011. Bank umum yang dianalisis adalah bank yang beroperasi selama periode 2002 – 2011 dan memiliki laporan keuangan yang lengkap. Penelitian terhadap seluruh bank umum ini didasari pada arah liberalisasi perbankan di Indonesia. Jauh-jauh hari sebelum tercapainya kesepakatan pengintegrasian sektor keuangan di negara-negara ASEAN, Indonesia telah terlebih dahulu memberikan kebebasan akses terhadap lembaga perbankan dari seluruh negara. Berdasarkan data BI tahun 2012 tercatat ada 47 bank yang beroperasi di Indonesia yang dimiliki oleh asing dengan market share
5 pemerintah. Dalam kondisi seperti ini maka tidak ada pembedaan yang signifikan antara kelompok bank dalam menjalankan usahanya. Bank-bank Pembangunan Daerah saat ini sudah mencoba memperluas pangsa pasarnya dengan membuka cabang di provinsi-provinsi lain di luar provinsinya. Bank-bank non devisa juga mencoba secara langsung bersaing dengan bank-bank devisa dalam memperebutkan pasarnya. Oleh karena itu, sudah layak jika pengukuran nilai efisiensi dengan melibatkan seluruh bank dengan membandingkan nilai efisiensi masing-masing bank.
6
7
2
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian dan Sejarah Perbankan
Pengertian bank di Indonesia saat ini masih merujuk pada Undang-undang (UU) Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan. Dalam UU tersebut disebutkan bahwa yang dimaksud dengan bank adalah suatu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau dalam bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Dalam UU tersebut juga dijelaskan bahwa terdapat dua macam bank berdasarkan fungsinya yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syari’ah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip
Syari’ah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Kasmir (2002) dalam bukunya menjelaskan bahwa kegiatan dan sejarah perbankan sudah dikenal mulai sejak zaman Babylonia dan terus berkembang sampai zaman Yunani Kuno serta zaman Romawi. Pada zaman tersebut, peran perbankan baru sebatas sebagai tempat tukar menukar uang oleh para pedagang kerajaan. Pada perkembangan selanjutnya kegiatan perbankan terus menyebar hingga ke daratan Eropa dan menjangkau Asia Barat melalui para pedagang Eropa. Hingga akhirnya kegiatan perbankan menyebar ke seluruh dunia, melalui daerah-daerah bekas jajahan bangsa-bangsa Eropa.
Pada perkembangan selanjutnya peran bank tidak hanya sebatas sebagai tempat pertukaran uang, kegiatan bank berkembang menjadi tempat penitipan uang, yang kini dikenal dengan kegiatan simpanan (saving). Kemudian kegiatan bank bertambah lagi sebagai tempat peminjaman uang. Kegiatan bank terus berkembang seiring dengan perkembangan kebudayaan dan sistem kehidupan masyarakat, dimana bank tidak lagi sekedar sebagai tempat menukar uang atau tempat menyimpan dan meminjam uang. Hingga akhirnya keberadaan bank sangat mempengaruhi perkembangan ekonomi suatu komunitas masyarakat, dari mulai tingkat lokal, negara, regional, sampai dunia.
Perkembangan perbankan di Indonesia tidak terlepas dari zaman penjajahan Hindia Belanda. Pada saat itu terdapat beberapa bank pemerintah yang memegang peranan penting di Hindia Belanda, di antaranya:
1. De Algemenevolks Crediet Bank
2. De Escompto Bank NV
3. De Javasce NV.
4. De Post Poar Bank.
5. Hulp en Spaar Bank.
6. Nederland Handles Maatscappi (NHM).
8
Selain bank-bank yang disebutkan di atas, masih terdapat bank-bank yang dimiliki oleh pihak swasta baik yang dimiliki oleh kaum pribumi, China, Jepang, dan negara Eropa lainnya. Bank-bank tersebut antara lain:
1. Bank Abuan Saudagar 2. Batavia Bank
3. Bank Nasional Indonesia 4. NV.Bank Boemi.
5. NV. Nederlandsch Indische Spaar En Deposito Bank.
6. The Chartered Bank of India.
7. The Yokohama Species Bank.
8. The Matsui Bank.
9. The Bank of China
Pasca kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945, perbankan di Indonesia mengalami perkembangan pesat. Jumlah bank bertambah banyak baik dari jumlah maupun kualitas pelayanan. Beberapa bank Belanda dinasionalisasi oleh pemerintah Indonesia. Bank-bank yang ada di masa awal kemerdekaan Indonesia antara lain.
1. NV. Nederlandsch Indische Spaar En Deposito Bank (saat ini Bank OCBC-NISP), didirikan 4 April 1941 dengan kantor pusat di Bandung.
2. Bank Negara Indonesia, yang didirikan tanggal 5 Juli 1946 yang sekarang dikenal dengan BNI '46.
3. Bank Rakyat Indonesia yang didirikan tanggal 22 Februari 1946. Bank ini berasal dari De Algemenevolks Crediet Bank atau Syomin Ginko.
4. Bank Surakarta Maskapai Adil Makmur (MAI) tahun 1945 di Solo. 5. Bank Indonesia di Palembang tahun 1946.
6. Bank Dagang Nasional Indonesia tahun 1946 di Medan.
7. Indonesian Banking Corporation tahun 1947 di Yogyakarta, kemudian menjadi Bank Amerta.
8. NV Bank Sulawesi di Manado tahun 1946.
9. Bank Dagang Indonesia NV di Samarinda tahun 1950 kemudian merger dengan Bank Pasifik.
10.Bank Timur NV di Semarang berganti nama menjadi Bank Gemari, kemudian merger dengan Bank Central Asia (BCA) tahun 1949.
Saat ini kegiatan usaha bank sudah sampai ke daerah-daerah pelosok pedesaan baik berupa Bank Umum maupun BPR dari mulai yang konvensional
sampai yang syari’ah. Kantor-kantor cabang setiap tahunnya terus bertambah bahkan untuk menjangkau daerah terdalam beberapa bank mendirikan unit kas – unit kas yang berskala kecil. Berdasarkan laporan Statistik Perbankan Indonsia (SPI) bulan November 2012, terdapat 120 bank umum dengan jumlah kantor sebanyak 16.067 unit. Bank umum yang berjumlah 120 itu terdiri atas:
1. Bank Persero (state owned banks) sebanyak 4 buah.
2. Bank Umum Swasta Nasional Devisa (foreign exchange commercial banks) sebanyak 35 unit.
3. Bank Umum Swasta Nasional non Devisa (non-foreign exchange commercial banks) sebanyak 30 unit.
4. Bank Pembangunan Daerah Regional (development banks) sebanyak 26 unit. 5. Bank Campuran (joint ventura banks) sebanyak 15 unit.
9 Pengertian Bank Umum
Pengertian bank umum di Indonesia saat ini masih merujuk pada UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dimana dalam UU tersebut disebutkan bahwa bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syari’ah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan di seluruh wilayah Indonesia, bahkan diperbolehkan membuka kantor cabang di luar negeri.
Dengan demikian lapangan usaha bank umum harus disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan tersebut di atas, yang secara terperinci adalah sebagai berikut (Suyatno, 2003):
1. Menerima simpanan dalam bentuk tabungan, giro, dan deposito.
2. Memberi kredit terutama kredit jangka pendek dengan tanggungan efek, hasil bumi, barang, juga dengan tanggungan dokumen pengangkutan dan dokumen penyimpanan atau cedul yang mewakili barang tersebut, begitu juga dengan tanggungan kertas berharga yang mewakili barang.
3. Memberikan kredit jangka menengah, panjang, atau turut dalam perusahaan dengan persetujuan dan syarat-syarat yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 4. Memindahkan uang, baik dengan pemberitahuan secara telegram maupun
surat, ataupun dengan jalan memberikan wesel tunjuk di antara sesama kantornya. Penarikan atas saldo kredit yang ada pada koresponden, dilakukan secara telegram atau wesel tunjuk atau dengan cek.
5. Menerima dan membayarkan kembali uang dalam rekening koran, menjalankan perintah untuk pemindahan uang, menerima pembayaran dari tagihan atas kertas berharga dan melakukan perhitungan dengan atau perantara pihak ketiga.
6. Mendiskonto:
a. Surat wesel dan surat order dengan dua penanggung jawab atau lebih secara pada dan dengan masa berlaku yang tidak lebih lama dari pada kebiasaan dalam perdagangan.
b. Surat wesel dan kertas dagang yang lain yang tidak lebih lama masa berlakunya dari pada kebiasaan dalam perdagangan, baik yang ditarik dengan jaminan surat kredit maupun dengan jaminan dokumen pengangkutan.
c. Kertas perbendaharaan atas beban negara.
d. Surat hutang dengan pelunasan dalam enam bulan dan selama diskontonya turut bertanggung jawab secara padu.
e. Mandat atau surat perintah membayar atas kas negara untuk rendemen lelang.
7. Membeli dan menjual:
a. Wesel yang diakseptasi oleh bank yang waktu berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan.
b. Kertas perbendaharaan atas beban negara.
10
8. Membeli dan menjual cek, surat wesel, kertas dagang yang lain, dan pembayaran dengan surat dan telegram, yang masa berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan, dan ada jaminan yang lazim untuk hal itu.
9. Memberi jaminan bank (bank guarantie) dengan tanggungan yang cukup. 10. Menyewakan tempat penyimpanan barang berharga.
11. Menjalankan usaha lain yang lazim dilakukan dalam suatu bank umum. Konsep Efisiensi
Konsep efisiensi merupakan konsep yang tidak asing lagi bagi para pelaku ekonomi termasuk para pelaku industri perbankan. Hal ini dikarenakan konsep utama dalam ekonomi adalah mendapatkan keuntungan maksimal dengan biaya tertentu. Menurut Farrel dalam Matthews (2010) efisiensi ekonomi dapat dibedakan menjadi dua yaitu efisiensi teknis dan efisiensi alokasi.
Efisiensi teknis menurut Koopmans (1951) adalah suatu keadaan dimana peningkatan pada beberapa output membutuhkan penurunan setidaknya satu output lainnya atau membutuhkan peningkatan setidaknya satu input. Dengan kata lain efisiensi teknis adalah pengurangan beberapa input yang membutuhkan setidaknya peningkatan satu input lainnya atau pengurangan setidaknya pada satu output. Dari definisi efisiensi inilah kemudian muncul definisi inefisiensi. Inefisiensi adalah suatu posisi dimana seorang produsen dapat memproduksi output yang sama setidaknya dengan kurang dari satu input atau menggunakan input yang sama untuk memproduksi lebih dari setidaknya satu output.
Coelli, et al. (1998) menyatakan bahwa konsep efisiensi dibedakan menjadi tiga yaitu: efisiensi teknis (technical efficiency), efisiensi harga (price efficiency), dan efisiensi ekonomis (economic efficiency). Efisiensi teknis mengukur tingkat produksi yang dicapai pada tingkat penggunaan input tertentu. Efisiensi harga atau alokatif mengukur tingkat keberhasilan suatu perusahaan dalam usahanya untuk mencapai keuntungan maksimum yang dicapai pada saat nilai produk marginal setiap faktor produksi yang diberikan sama dengan biaya marginalnya. Sedangkan efisiensi ekonomis adalah kombinasi antara efisiensi teknis dan efisiensi harga.
Sumber: Farrel (1957)
Gambar 1 Efisiensi Teknis dan Alokatif
11 efisiensi bisa dilakukan dengan dua pendekatan yaitu pendekatan input dan pendekatan output. Pendekatan input dijelaskan melalui kurva isocost yang
ditunjukkan oleh kurva AA’ dan isoquant yang ditunjukkan oleh kurva SS’.
Yang dibandingkan adalah dua penggunaan input terhadap satu output dengan asumsi constant return to scale.
Dalam Gambar 1 dijelaskan terdapat dua input (x1 dan x2) untuk
menghasilkan satu output (y). Titik Q’ merupakan titik kombinasi input yang
paling efisien. Rasio 0Q:0P menjelaskan nilai efisiensi teknis. Sebuah perusahaan secara teknis dikatakan lebih efisien dibandingkan perusahaan lain, apabila dengan penggunaan jenis dan jumlah input yang sama, memperoleh output secara fisik yang lebih tinggi. Rasio 0R:0Q menunjukkan ukuran efisiensi alokatif yaitu ketika suatu perusahaan dapat menggerakkan outputnya dari titik Q ke titik Q’ dimana dengan biaya yang lebih rendah dapat menghasilkan output yang sama. Sedangkan efisiensi ekonomi adalah kombinasi antara efisiensi teknis dengan efisiensi alokatif.
Pendekatan output melihat seberapa besar peningkatan jumlah output tanpa meningkatkan jumlah penggunaan input. Perbandingannya adalah kedua input terhadap kombinasi output. Kurva yang dilihat adalah kurva kemungkinan produksi dan isorevenue. Di dalam pendekatan output terdapat tiga tipe penambahan output yaitu constant return to scale, decreasing return to scale, dan
increasing return to scale. Untuk pendekatan input dan output akan memberikan perhitungan yang setara akan efisiensi teknis di dalam constant return to scale. Tetapi tipe penambahan yang menunjukkan hasil yang berbeda adalah
decreasing/ increasing return to scale. Inefisiensi yang dihasilkan melalui pendekatan output menunjukkan jumlah output yang dapat ditingkatkan tanpa penambahan input.
Berdasarkan review komprehensif yang dilakukan oleh Berger dan Humphrey (1997) terhadap 130 studi tentang efisiensi lembaga keuangan di 21 negara diketahui setidaknya ada dua pendekatan untuk mengukur efisiensi di lembaga perbankan. Dua pendekatan yang biasa digunakan untuk mengukur nilai efisiensi di lembaga perbankan adalah pendekatan non parametrik dan pendekatan parametrik. Dari dua pendekatan tersebut, metode yang digunakan untuk mengukur nilai efisiensi masih bisa dibagi kembali dan sampai saat setidaknya ada lima metode yang biasa digunakan. Untuk pendekatan non parametrik, metode yang biasa digunakan adalah Data Envelopment Analysis
(DEA) dan Free Disposal Hull (FDH). Metode yang biasa digunakan untuk pendekatan parametrik adalah Stochastic Frontier Analysis (SFA), Distribution Free Approach (DFA) dan Thick Frontier Approach (TFA).
Berdasarkan pada konsep efisiensi dalam industri perbankan maka pendekatan pengukuran nilai efisiensi bank dapat dibedakan menjadi tiga sebagaimana dikemukakan oleh Berger dan Mester (1997) yaitu cost efficiency,
12
Berbeda dengan cost efficiency, pendekatan standard profit efficiency menggunakan variabel laba(profit) sebagai pengganti variabel biaya(cost). Standard profitefficiency mengukur seberapa dekat sebuah bank kepada tingkat maksimum profit yang mungkin dihasilkan pada tingkat harga-harga input dan output tertentu. Pendekatan ketiga, alternative profit efficiency, merupakan pengembangan dari profit efficiency. Pendekatan ini bisa membantu bila beberapa asumsi yang mendasari pendekatan standard profit efficiency yang tidak terpenuhi. Konsep efisiensi ini mengukur seberapa dekat suatu bank kepada perolehan profit maksimum dengan tingkat output tertentu, bukan tingkat harga dari output.
Jika dilihat dari hubungan input – output fungsi bank, nilai efisiensi bank dapat diperoleh dengan menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan produksi (the production approach), dan pendekatan intermediasi (the intermediation approach) (Sealey dan Lindley, 1977). Pendekatan produksi melihat institusi finansial sebagai produsen dari akun deposit (deposit accounts) dan kredit pinjaman (loans) dimana mendefinisikan output sebagai jumlah dari akun-akun tersebut atau dari transaksi-transaksi yang terkait. Input-input dalam kasus ini dihitung sebagai jumlah dari tenaga kerja, pengeluaran modal pada aset-aset tetap (fixed assets) dan material lainnya.
Pendekatan intermediasi memandang sebuah institusi finansial dalam hal ini adalah bank sebagai intermediator dimana bank berfungsi merubah dan mentransfer aset-aset finansial dari unit-unit surplus menjadi unit-unit defisit. Dalam hal ini input-input institusional adalah biaya tenaga kerja dan modal, dan pembayaran bunga pada deposit, dengan output yang diukur dalam bentuk kredit pinjaman (loans) dan investasi finansial (financial investments). Yang terakhir adalah pendekatan asset yang memvisualisasikan fungsi primer sebuah institusi finansial sebagai pencipta kredit pinjaman (loans). Pendekatan asset ini mirip dengan pendekatan intermediasi namun dalam pendekatan asset ini output benar-benar didefinisikan dalam bentuk aset-aset.
Pengertian dan Konsep DFA
Metode DFA adalah salah satu metode penghitungan nilai efisiensi dengan pendekatan parametrik. Metode ini dikembangkan oleh Berger. et al. pada tahun 1993 dengan tujuan membuat alternatif penghitungan nilai efisiensi selain SFA. Berger membangun pendekatan DFA untuk menggantikan beberapa asumsi statistik yang ketat dalam pendekatan SFA dengan asumsi sederhana dalam dekomposisi residual. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa perbedaan biaya (dalam konteks efisiensi biaya) yang berkaitan dengan inefisiensi biaya adalah stabil sepenjang waktu dimana komponen acak (random error) bervariasi dan cenderung mendekati rata-ratanya yaitu nol. Oleh karena itu, pendekatan DFA umumnya menggunakan data panel.
13 Dalam literatur lain, selain menyebar normal (half normal), ada beberapa sebaran lain bagi komponen inefisiensi uit, yaitu truncated normal, gamma, dan eksponensial (Peresetsky, 2010). Untuk mengatasi kelemahan tersebut, Berger dan Mester (1997) membangun pendekatan Distributin Free Approach (DFA) untuk menggantikan beberapa asumsi yang ketat tersebut dengan asumsi sederhana dalam dekomposisi residual.
Fungsi biaya dengan pendekatan DFA dapat dituliskan dalam bentuk di bawah ini:
� = � , , , , �, �� ...(2.1)
Dimana C menggambarkan variabel biaya, w menggambarkan variabel harga input, y menggambarkan kuantitas output, z menggambarkan kuantitas fixed netputs, v menggambarkan kondisi lingkungan, uc menggambarkan faktor
inefisiensi, sedangkan εC menggambarkan random error.
Fungsi keuntungan dengan pendekatan DFA dapat dituliskan dalam bentuk di bawah ini:
� = � , , , , �, ∈� ...(2.2)
Dalam fungsi keuntungan hampir semua variabel sama dengan variabel pada
fungsi biaya kecuali π yang menggambarkan variabel keuntungan, dan p yang
menggambarkan variabel harga output.
Fungsi keuntungan alternatif dengan pendekatan DFA dapat dituliskan dalam bentuk di bawah ini:
� = � , , , , �, ∈� ...(2.3)
Dalam fungsi keuntungan alternatif hampir semua variabel sama dengan variabel keuntungan kecuali variabel p yang menggambarkan variabel harga output diganti dengan variabel y yang menggambarkan kuantitas output
Langkah-langkah untuk menghitung nilai efisiensi dengan pendekatan DFA sebagaimana dikemukakan oleh Berger dan Mester (1993) adalah sebagai berikut:
1. Estimasi parameter model dengan menggunakan metode fixed effects model
atau random effects model (tergantung uji signifikansi). Oleh karena itu struktur data yang digunakan harus berupa data panel.
2. Setelah mendapatkan model, fungsi biaya dan fungsi profit diestimasi untuk setiap periode dari data panel tersebut. Nilai residual untuk setiap regresi mengandung unsur inefisiensi dan random error. Komponen random error diasumsikan rata sepanjang waktu sehingga rata-rata residual setiap bank dari semua hasil regresi bisa diestimasi sebagai bentuk inefisiensi.
3. Untuk menghilangkan random error, nilai residual yang tertinggi dan yang terendah dari periode penelitian dihilangkan (truncated). Setelah proses
truncated tadi, nilai inefisiensi diperoleh dengan membuat rata-rata dari total residual yang diformulasikan sebagai berikut:
̂� =�∑�= �̂� ...(2.4)
Dimana T adalah jumlah periode waktu yang sudah mengalami truncated 4. Setelah didapat nilai rata-rata, maka nilai cost efficiency dapat dituliskan
sebagai berikut:
� � = − �− min � ...(2.5)
Sedangkan untuk nilai efisiensi teknis dapat diformulasikan sebagai berikut:
= �−
14
Penelitian Terdahulu
Penelitian untuk mengukur tingkat efisiensi perbankan saat ini telah banyak dilakukan di berbagai negara dan kawasan baik dengan menggunakan metode parametrik maupun metode non parametrik. Ferrier dan Lovell (1990) melakukan penelitian mengenai ukuran efisiensi bank di Amerika Serikat dengan melibatkan 575 lembaga perbankan dengan penggunaan data tahun 1984. Penelitian yang dilakukan oleh Ferrier dan Lovell menggunakan metode ekonometrik (parametrik) dan program linear (DEA). Hasil dari penelitian tersebut memperlihatkan bahwa perbedaan metode yang digunakan menghasilkan hasil yang juga berbeda tetapi masih konsisten secara statistik untuk setiap hasilnya. Dari penelitian tersebut juga diketahui bahwa tingkat inefisiensi bank di Amerika Serikat waktu itu berkisar antara 20 sampai 30 persen.
Hassan, et al. (1990) melakukan penelitian tentang efisiensi teknis, skala dan alokasi di industri perbankan Amerika Serikat dengan menggunakan data tahun 1986 dari 322 bank. Penelitian ini menggunakan pendekatan non parametrik (DEA). Hasilnya menunjukkan bahwa secara keseluruhan bank di Amerika Serikat memiliki tingkat efisiensi yang relatif rendah dimana efisiensi alokasi lebih rendah daripada efisiensi teknis. Sedangkan secara skala, bank di Amerika Serikat telah efisien.
Sedangkan Akhavein bersama Berger dan Humphrey (1997) meneliti mengenai efek Megamerger yang terjadi di industri perbankan Amerika periode 1981 – 1989 terhadap tingkat efisiensi. Pendekatan yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan frontier profit efficiency. Dari hasil penelitiannya ini mereka menyimpulkan bahwa secara rata-rata megamerger bank pada tahun 1980an telah meningkatkan profit efficiency secara signifikan.
Pada tahun 1997 Berger bersama dengan Mester juga melakukan penelitian mengenai tingkat efisiensi bank di Amerika Serikat dengan menggunakan data bank dari tahun 1990 sampai dengan tahun 1995. Berger dan Mester ingin melihat tingkat efisiensi industri bank dengan menggunakan konsep efisiensi dan alat ukuryang berbeda. Konsep efisiensi yang digunakan adalah cost efficiency, profit efficiency, dan alternative profit efficiency. Sedangkan metode pengukurannya dengan menggunakan DFA. Variabel dependen yang digunakan adalah biaya dan profit. Untuk variabel biaya mencakup seluruh biaya yang terdiri dari biaya operasional dan biaya bunga. Sedangkan untuk variabel profit mencakup pendapatan dari bunga pinjaman dan sekuritas. Untuk variabel independen terdiri dari variabel harga input, kuantitas output, dan harga output. Dari hasil penelitiannya ditemukan bahwa tingkat efisiensi baik secara rata-rata seluruh bank maupun individual bank berbeda-beda tergantung dari konsep dan alat ukur yang digunakan.
15 Akhtar (2010) melakukan penelitian mengenai tingkat efisiensi bank di Pakistan dengan menggunakan data dari tahun 2001 sampai tahun 2006. Metode yang digunakan adalah DEA dan hasilnya menunjukkan bahwa tingkat efisiensi bank di Pakistan masih rendah. Dari penelitiannya tersebut, Akhtar menemukan bahwa tingkat efisiensi bank asing lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat efisiensi bank lokal baik bank swasta lokal maupun bank pemerintah. Sedangkan jika dibandingkan antara tingkat efisiensi bank swasta lokal dengan bank pemerintah maka bank swasta masih memiliki tingkat efisiensi yang lebih baik.
Sedangkan untuk wilayah Indonesia, penelitian mengenai tingkat efisiensi bank telah beberapa kali dilakukan baik oleh para sarajana maupun praktisi perbankan. Hadad et al. (2003a) pernah melakukan penelitian mengenai tingkat efisiensi bank di Indonesia menggunakan metode non parametrik (DEA) dari tahun 1996 sampai tahun 2003. Dari hasil penelitiannya Hadad et al. menyimpulkan bahwa merger dari bank tidak selamanya membuat bank menjadi lebih efisien. Berdasarkan metode DEA untuk data bank yang tidak dikelompokkan, merger mengakibatkan peningkatan efisiensi sebesar 50,8 persen. Sedangkan berdasarkan data yang dikelompokkan terlebih dahulu berdasarkan kategorinya, rata-rata peningkatan efisiensi bank-bank sesudah merger adalah sebesar 34,96 persen sementara rata-rata penurunan efisiensi bank sesudah merger adalah 28,96 persen. Dari hasil penelitinnya juga ditemukan bahwa kelompok bank swasta nasional non devisa dapat dikatakan merupakan yang paling efisien selama 3 tahun (2001-2003) dalam kurun analisis 8 tahun (1996-2003) dibanding bank-bank lainya. Bank asing campuran sempat menjadi yang paling efisien di tahun 1997, sedangkan bank swasta nasional devisa di tahun 1998 dan 1999.
Hadad et al. (2003b) juga pernah melakukan penelitian yang serupa dengan menggunakan metode parametrik (SFA dan DFA). Hasilnya menunjukkan berdasarkan metode parametrik, skor efisiensi DFA lebih beragam dibandingkan dengan skor efisiensi SFA, jika digunakan data bulanan dan data tahunan yang menggabungkan seluruh bank. Namun demikian, bank-bank yang paling efisien yang dihasilkan dengan menggunakan kedua metode adalah sama. Sehingga perhitungan dengan menggunakan DFA dan SFA jika menggunakan observasi seluruh bank menghasilkan nilai-nilai yang konsisten.
Selain Hadad, Hartono (2009) juga pernah melakukan penelitian mengenai tingkat efisiensi industri perbankan untuk bank-bank yang terdapat di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2004-2007 dengan menggunakan metode SFA. Kelompok perbankan di Indonesia setelah dianalisis menggunakan model Cross Section SFA selama 4 tahun pengamatan, diperoleh hasil dari tahun 2004 – 2006 kelompok Bank BUSN Non Devisa menempati nilai efisiensi yang paling tinggi, kemudian kelompok Bank BUSN Devisa dan nilai terkecil pada kelompok Bank BUMN. Ketiga kelompok bank tersebut selama Tahun 2004-2006 mengalami penurunan nilai efisiensinya. Pada Tahun 2007 kelompok Bank BUMN mengalami peningkatan nilai efisiensi yang tinggi. Tahun 2007 kelompok Bank BUSN Non Devisa nilai efisiensinya tertinggi kemudian kelompok Bank BUMN dan terakhir kelompok Bank BUSN Devisa.
Penelitian tingkat efisiensi juga pernah dilakukan oleh Paramita terhadap Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Indonesia menggunakan data crosssection
16
(SFA), yaitu 0,812 dengan standar deviasi 0,110. Sedangkan nilai efisiensi rata-rata dengan menggunakan metode analisis non parametrik (DEA) yaitu 0,089 dengan standar deviasi 0,067. Berdasarkan hasil estimasi fungsi Log Linier pada analisis SFA dapat disimpulkan bahwa variabel cost of labour merupakan variabel yang paling mempengaruhi besar atau kecilnya nilai efisiensi BPR. Nilai efisiensi yang diperoleh berdasarkan perhitungan SFA lebih bervariasi dibandingkan nilai efisiensi yang diperoleh berdasarkan perhitungan DEA. Pada perhitungan DEA, nilai efisiensi BPR hanya ada pada tiga kategori yaitu kategori BPR yang tidak efisien, kurang efisien dan efisien.
Penelitian mengenai tingkat efisiensi bank yang melakukan merger dan akuisisi di Indonesia juga pernah dilakukan oleh Kusmargiani (2006). Data yang digunakan adalah data dari tahun 1999 – 2002 dengan metode SFA. Dari hasil penelitian Kusmargiani ditemukan bahwa tidak ada perbedaan tingkat efisiensi baik operasional maupun profitabilitas sebelum dan sesudah merger dan akuisisi bank.
Kerangka Pemikiran
Peranan bank dalam suatu perekonomian sangatlah vital. Sebagai lembaga intermediasi keuangan, lembaga perbankan bisa dikatakan motor penggerak pertumbuhan perekonomian nasional. Oleh karena itu, tingkat kesehatan bank sangatlah penting. Bank yang sehat dapat menjalankan fungsinya secara optimal dan di samping itu secara industri, bank yang sehat dapat bersaing dengan bank lainnya.
Salah satu indikator kesehatan bank adalah kinerja keuangannya yang baik. Menurut Almilia et. all. (2005) menyebutkan bahwa penilaian terhadap kinerja keuangan dan pertumbuhan bank digunakan rasio-rasio keuangan yaitu berupa: (1) rasio efisiensi, (2) rasio protfolio, (3) rasio kemampuan berkelanjutan. Dengan kata lain, jika ingin mengetahui tingkat kesehatan suatu bank maka salah satu cara untuk melihatnya adalah bagaimana tingkat efisiensi pada bank tersebut.
Penelitian ini mencoba menganalisis sejauh mana tingkat efisiensi industri perbankan di Indonesia dengan menggunakan tiga konsep efisiensi (Cost Efficiency, Profit Efficiency, dan Alternative Profit Efficiency) dengan metode
Distribution Free Approach (DFA). Dengan menggunakan pendekatan dan metode penghitugan yang berbeda diharapkan penelitian ini menghasilkan suatu hasil penelitian yang lebih komprehensif. Secara sistematis kerangka pemikiran konseptual dapat dijelaskan dalam bentuk diagram alur sebagaimana tertuang dalam Gambar 2.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian-penelitian terdahulu sebagaimana yang telah diuraikan di atas dan berdasarkan kondisi makro ekonomi saat ini, maka ada dua hipotesis yang akan diuji di dalam penelitian ini. Pertama, adalah tingkat efisiensi bank akan berbeda baik secara rata-rata maupun individu bank berdasarkan konsep dan alat ukur yang digunakan yaitu cost efficiency, standard profit efficiency, dan alternative profit efficiency. Kedua, bank-bank besar belum mencapai tingkat efisien dalam hal cost efficiency, standard profit efficiency dan
17 pengembangan usahanya sehingga akan banyak mengeluarkan biaya dan belum banyak mendapatkan keuntungan. Sebaliknya, bank-bank yang relatif kecil akan cenderung lebih efisien dibandingkan bank-bank besar baik dari sisi standard profit efficiency, alternative profit efficiency maupun cost efficiency.
Gambar 2 Kerangka pemikiran
Kinerja Keuangan Bank
Kemampuan Berkelanjutan Rasio Portfolio
Tingkat Efisiensi
Cost Efficiency Standard Profit Efficiency Alternative Profit Efficiency
DFA
Biaya Operasional, Harga Bunga, Kredit Properti, Kredit Non Properti, Total Aktiva
Produktif selain Kredit, Net Komitmen
– Kontijensi dan NPL
Pendapatan Operasional, Harga Bunga, Kredit Properti,
Kredit Non Properti, Total Aktiva Produktif
selain Kredit, Net Komitmen – Kontijensi
dan NPL Rekomendasi Kebijakan
Pendapatan Operasional, Harga
Bunga, Harga Pendapatan Bunga,
18
19
3
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder, yakni laporan keuangan publikasi bank yang terdapat dalam direktori Bank Indonesia (BI) dan data lainnya yang dihimpun oleh Biro Riset Infobank (BiRI). Data yang digunakan adalah data publikasi bank selama 10 tahun yaitu tahun 2002 – 2011. Periode tahun 2002 – 2011 diambil sebagai tahun pengamatan karena selama periode tersebut bank dinilai sudah melalui tahap recovery pascakrisis ekonomi tahun 1997/1998. Pada periode tersebut bank-bank di Indonesia sudah beroperasi normal dan sudah mulai melakukan pengembangan-pengembangan pada usahanya.
Data yang digunakan adalah data panel yang berasal dari seluruh bank umum di Indonesia periode tahun 2002 – 2011. Penulis memasukkan semua jenis bank umum yang ada di Indonesia yang termasuk ke dalam (1). Bank Persero, (2). Bank Swasta Devisa, (3). Bank Swasta Non Devisa, (4). Bank Campuran, (5). Bank Asing, dan (6). Bank Pembangunan Daerah (BPD). Jumlah total bank yang diteliti sebanyak 107 karena. Bank Syariah dan bank-bank yang tidak memiliki laporan keuangan lengkap selama periode pengamatan tidak dimasukkan dalam objek penelitian.
Definisi Operasional
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat didefinisikan sebagaimana yang terangkum dalam Tabel 3 dan 4.
Tabel 3 Variabel Penelitian dengan Pendekatan Profit Efficiency
No Jenis Variabel Variabel Nama Variabel Simbol Keterangan
1 Dependen Pendapatan
Operasional
π Pendapatan
Operasional 2
Independen
Input Harga Beban Bunga
w Beban Bunga
/ Liabilitas
3 Output Harga Output p Pendapatan
Bunga / Total Aset
4 Fixed Netput Net Komitmen
– Kontijensi
z1 Komitmen – Kontijensi
5 Fixed Netput Modal Fisik z2 Akumulasi
Penyusutan Aset
6 Fixed Netput Aset z3 Total Aset
7 Enviromental Non
Performing Loan
NPL Gross NPL
20
ini diharapkan dapat memberikan interpretasi yang lebih baik secara ekonomi. Dalam manajemen perbankan, pendapatan yang dibagi dengan aset (ROA) menjadi salah satu indikator utama dalam pencapaian tujuan perusahaan (bank). Tabel 4 Variabel Penelitian dengan Pendekatan Cost Efficiency dan Alternative Profit Efficiency
No Jenis Variabel Variabel Nama Variabel
Simbol Keterangan
1 Dependen Pendapatan
Operasional
π Pendapatan
Operasional
2 Dependen Biaya
Operasional c 3
Independen
Input Harga Beban Bunga
w Beban Bunga
/ Liabilitas
4 Output Kredit
Properti
y1 Kredit
Properti
5 Output Kredit Non
Properti
y2 Total Kredit
– Kredit Properti
6 Output Aktiva
Produktif Selain Kredit
y3 Total Aktiva Produktif – Kredit Properti – Kredit Non Properti
7 Fixed Netput Net Komitmen
– Kontijensi
z1 Komitmen –
Kontijensi
8 Fixed Netput Modal Fisik z2 Akumulasi
Penyusutan Aset
9 Fixed Netput Aset z3 Total Aset
10 Enviromental Non
Performing Loan
NPL Gross NPL
Model Penelitian
Berdasarkan hubungan input – output fungsi bank, pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan intermediasi (the intermediation approach). Pendekatan intermediasi memandang bank sebagai intermediator dimana bank berfungsi merubah dan mentransfer aset-aset finansial dari unit-unit surplus menjadi unit-unit defisit. Dalam hal ini input-input
institusional adalah pembayaran bunga pada deposit, dengan output yang diukur dalam bentuk kredit pinjaman (loans) dan investasi finansial (financial investments).
21
efficiency. Secara matematis model DFA dengan pendekatan cost efficiency dapat mengikuti perhitungan dari Berger dan Mester (1997) sebagaimana rumus berikut:
� =�̂�̂� = �[ ̂ (�[ ̂ ( , , , )̂, , , )]� �[ln ̂ ]]� �[ln ̂ � ]= ̂̂� ...(3.1) Nilai cost efficiency akan berkisar dalam interval (0-1) dimana nilai efisiensi satu menunjukkan bahwa bank tersebut merupakan bank yang paling efisien. Model matematis di atas memiliki galat (error term). Setiap galat mempunyai dua komponen, yaitu komponen acak (random effect) dan komponen inefisiensi teknis. Untuk memahami hal tersebut, menurut Berger dan Mester (1997) dikembalikan pada fungsi biaya dan profit dimana inefisiensi dan random error dapat dipisahkan dari fungsi biaya atau profit inti. Inefisiensi uc dan error
term εc diasumsikan membentuk fungsi biaya dan profit secara multiplikatif sehingga persamaan biaya dan profit dapat dituliskan dalam bentuk logaritma natural sebagai berikut:
� � = � , , , + � + � � ...(3.2) dimana: lnC adalah total biaya (logaritma natural dari total biaya) dari bank ke-i;
w,y,z,v adalah sebuah vektor (transformasi dari) kuantiatas input output dari unit pengambil keputusan ke-i; lnεc adalah variabel acak yang diasumsikan
independent, identical dan normal distribution (iid), σ(0, V2), dan variabel independen lnu yang merupakan variabel acak non negatif yang digunakan untuk mengukur tingkat inefisiensi teknis.
Model DFA dengan pendekatan standard profit efficiency yang mengikuti pendekatan Berger adalah sebagai berikut:
� � = �̂ � �={ �[ ̂ ({ �[ ̂ ( ,� , , )� �[ln ̂,� , , )� �[ln ̂ �]]}−�
��]]}−� ...(3.3)
dimana semua komponennya sama dengan model cost efficiency hanya ada perubahan pada variabel dependen dan variabel independennya yaitu dari biaya operasional menjadi keuntungan operasional dan variabel kuantitas output menjadi harga output (p). Di samping itu, pada model standard profit efficiency
ada penambahan konstanta, θ, yang ditambahkan kepada variabel pendapatan
setiap bank sehingga tidak ada bentuk logaritma natural yang nilainya nol (0). Sehingga persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut:
� � + � = � , , , + � �+ � �� ...(3.4)
Sedangkan untuk model DFA dengan pendekatan alternative profit efficiency adalah sebagai berikut:
�� � = �̂ � �=
{ �[ ̂ ( , , , )� �[ln ̂ �]]}−�
{ �[ ̂ ( , , , )� �[ln ̂ ��]]}−�...(3.5)
dimana semua komponennya sama dengan model cost efficiency hanya ada perubahan pada variabel dependennya yaitu dari biaya operasional menjadi keuntungan operasional. Di samping itu, pada model alternative profit efficiency
ada penambahan konstanta, θ, yang ditambahkan kepada variabel pendapatan
setiap bank sehingga tidak ada bentuk logaritma natural yang nilainya nol (0). Sehingga persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut:
� � + � = � , , , + � �+ � � � ...(3.6)
22
1. Ada perbedaan yang tidak terukur dalam kualitas pelayanan perbankan. 2. Tidak semua bank dapat mencapai skala ekonomi dan bauran produk karena
ada perbedaan output sebagai suatu variabel.
3. Kondisi pasar tidak sepenuhnya kompetitif sehingga sebagian bank memiliki kekuatan pasar di atas bank lain.
4. Harga output yang diukur tidak sepenuhnya akurat sehingga tidak memberikan panduan yang akurat terhadap peluang untuk memperoleh pendapatan dan keuntungan dalam fungsi standard profit.
Efisiensi biaya dengan menggunakan DFA mengukur seberapa dekat biaya dari suatu bank dengan biaya terendah yang dibutuhkan untuk memproduksi
output yang sama pada kondisi yang sama. Sedangkan untuk efisiensi profit adalah mengukur seberapa dekat profit yang didapat oleh suatu bank dengan profit tertinggi yang dihasilkan dari produksi yang sama pada kondisi yang sama. Pengukuran efisiensi biaya diturunkan dari fungsi biaya dimana biaya variabel tergantung dari harga dari input variabel, kuantitas dari output, faktor inefisiensi, dan random error. Untuk pengukuran efisiensi profit diturunkan dari fungsi profit dimana profit yang diperoleh tergantung dari har