• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Strategi Bisnis Menu Restoran Makassar dalam Mendukung Penyediaan Makanan Tradisional Makassar (Studi Kasus di Restoran Marannu dan Karebosi Kelapa Gading, Jakarta)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan Strategi Bisnis Menu Restoran Makassar dalam Mendukung Penyediaan Makanan Tradisional Makassar (Studi Kasus di Restoran Marannu dan Karebosi Kelapa Gading, Jakarta)"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

A M R U L L A H

SEKOLAH PASCASARJANA ISTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa semua pernyataan dalam tesis berjudul :

PENGEMBANGAN STRATEGI BISNIS MENU RESTORAN MAKASSAR DALAM MENDUKUNG PENYEDIAAN MAKANAN TRADISIONAL MAKASSAR

(Studi Kasus di Restoran Marannu dan Karebosi Kelapa Gading, Jakarta)

merupakan hasil karya saya sendiri di bawah bimbingan komisi pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain dan belum pernah dipublikasikan.

Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Januari 2016

(3)

Kelapa Gading, Jakarta). Dibimbing oleh Musa Hubeis sebagai ketua dan Nurheni S. Palupi sebagai anggota.

Bisnis yang tidak mengenal masa dan tidak pernah mati adalah bisnis usaha makanan dan minuman, sehingga bisnis inipun selalu ada, disetiap wilayah atau tempat, setiap usia dan setiap kelas masyarakat selalu membutuhkan makanan dan minuman, baik skala besar maupun kecil, dengan melihat keadaan dan kenyataan yang ada, maka bisnis restoran merupakan bisnis sangat menjanjikan dan akan memberikan keuntungan sangat menggiurkan.

Tujuan penelitian ini adalah : (a) mengidentifikasi faktor internal dan eksternal restoran menu makanan khas Makassar yang dapat memengaruhi perkembangan bisnis restoran, (b) menyusun strategi bisnis restoran menu makanan khas Makassar dan (c) menganalisis kepuasan konsumen yang sudah menjadi pelanggan restoran dengan menu makanan khas Makassar.

Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer berasal dari 50 orang responden dengan alat bantu kuesioner yang terbagi atas 40 orang responden dengan kualifikasi pelanggan atau konsumen, 18 orang responden sebagai karyawan restoran dan 2 orang responden pemilik dari restoran obyek penelitian di Kelapa gading. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui pustaka, dokumen dan laporan dari instansi terkait.

Pengolahan dan analisis data menggunakan analisis : (a) deskriptif, yang meliputi informasi prospek pasar, bahan baku, keuangan yang berkaitan dengan pasokan bahan baku, permintaan pasar dan pesaing strategik di bidang bisnis restoran; (b) analisis matriks EFE (External Factor Evaluation)dan IFE (Internal Factor Evaluation),matriksInternal External(IE); (c) matriks IE untuk melakukan pemetaan terhadap skor total matriks IFE dan EFE; (d) analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats) untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan; (e)Customer Satisfaction Index (CSI) untuk menentukan tingkat kepuasan responden secara berdasarkan tingkat kepentingan dari atribut-atribut bisnis restoran tersebut dan (f) Importance Performance Analysis (IPA) untuk menganalisis respon konsumen.

Berdasarkan hasil penjumlahan skor total pada matriks IFE (2.659) dan EFE (2,576) mengindikasikan posisi usaha bisnis restoran Makassar stabil dalam merespon situasi eksternal yang dihadapi. Posisi usaha bisnis restoran Makassar berada pada tingkat rataan untuk mampu merespon iklim internal yang dimiliki. Posisi matriks IE menunjukkan posisi strategi pertumbuhan dan stabil untuk mencapai kondisi pertumbuhan penjualan, keuntungan dan aset. Usaha yang dapat dilakukan adalah penetrasi pasar dan pengembangan usaha. Kegiatan untuk peningkatan pemasaran dan pelayanan merupakan salah satu formulasi strategi yang dapat menjadi andalan utama bagi usaha bisnis restoran Makassar. Selain itu juga dilakukan pengembangan kegiatan usaha yang bertujuan untuk mempertahankan usaha, sehingga dapat berlangsung dan terhindar dari kehilangan penjualan dan kehilangan keuntungan.

(4)

meningkatkan loyalitas pelanggan, (g) meningkatkan teknologi produksi dan mutu produk, serta (h) memperbaiki mutu SDM.

Nilai indeks kepuasan pelanggan (CSI) adalah sebesar 0.92, nilai tersebut berada pada kisaran 0.81-1.00, yaitu pelanggan merasa sangat puas terhadap Restoran menu makanan khas Makassar. Nilai rataan tingkat kinerja pelayanan (skorLikert) adalah sebesar 4.602 yang berarti mutu pelayanan pada restoran menu makanan khas Makassar adalah baik. Tingkat kepentingan pelayanan konsumen sebesar 4.665, yang berarti sangat penting bagi konsumen.

(5)

Kelapa Gading, Jakarta). Supervised by Musa Hubeis as of supervisory commission and Nurheni S. Palupi as commission member.

Businesses that do not know the future and does not die is a business venture of food and drinks, so business even this is always there, in every region or place, every age and every class of society is always in need of food and beverages, both large and small, to see the state and the reality that is, the restaurant business is very promising business, and benefit very tempting.

The purpose of this study are: (a) identifying the internal and external factors restaurant food menu is typical of Makassar, which can affect the development of the restaurant business, (b) formulation of business strategy restaurant food menu is typical of Makassar and (c) analyzing customer satisfaction is already a customer of the restaurant with menu typical food Makassar.

This study uses primary and secondary data. Primary data from 50 respondents to the questionnaire tools consisting of 40 respondents to qualifying customers or consumers, 18 respondents as the employees of the restaurant and 2 respondents owner of restaurant research object in Kelapa Gading. Secondary data collection is done through literature, documents and reports from relevant agencies.

Data processing and analysis using the analysis: (a) descriptive, which includes information market prospects, raw materials, financial matters related to the supply of raw materials, market demand and strategic competitors in the field of the restaurant business; (b) analysis matrix EFE (External Factor Evaluation) and IFE (Internal Factor Evaluation), matrix Internal External (IE); (c) IE matrix for mapping the total score IFE and EFE matrix; (d) a SWOT analysis (Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats) analysis to identify various factors systematically to formulate the company's strategy; (e) Customer Satisfaction Index (CSI) to determine the level of satisfaction of respondents based on the level of importance of the attributes of the restaurant business, and (f) Importance Performance Analysis (IPA) to analyze consumer response.

Based on the sum of the total score on the matrix IFE (2.659) and EFE (2.576) indicates the position of Makassar restaurant business stabilized in response to external situations faced. Position Makassar restaurant business is at the average level to be able to respond to internal climate owned. IE matrix position indicates the position and stable growth strategies to achieve sales growth conditions, profits and assets. Effort to do is market penetration and business development. Activities to improve marketing and service is one strategy formulation can be a mainstay for businesses Makassar restaurant. It also conducted a business development activities aimed at keeping the business, so that it can take place and avoid lost sales and lost profits.

Based on the SWOT obtained development strategies restaurant food menu is typical of Makassar, namely (a) increased productivity, (b) improvement of service, (c) increasing the efficiency of time and raw material procurement, (d) increasing the volume of sales with marketing effectiveness, (e) maintain and maintain the quality of the product, (f) to increase customer loyalty, (g) improve production technology and product quality, and (h) improving the quality of human resources.

(6)

average value level of service performance (Likert score) amounted to 4.602, which means the quality of service in a typical restaurant food menu is good Makassar. The level of importance of customer service by 4.665, which means it is very important for consumers.

(7)
(8)

PENGEMBANGAN STRATEGI BISNIS MENU RESTORAN MAKASSAR DALAM MENDUKUNG PENYEDIAAN MAKANAN TRADISIONAL MAKASSAR

(Studi Kasus di Restoran Marannu dan Karebosi Kelapa Gading, Jakarta)

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Pengembangan Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA ISTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)
(10)

Judul Tesis : PENGEMBANGAN STRATEGI BISNIS MENU

RESTORAN MAKASSAR DALAM MENDUKUNG

PENYEDIAAN MAKANAN TRADISIONAL MAKASSAR (Studi Kasus Restoran Marannu dan Karebosi Kelapa Gading, Jakarta)

Nama Mahasiswa : Amrullah

Nomor Induk Mahasiswa : P054124065

Program Studi : Industri Kecil Menengah

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof.Dr.Ir.H. Musa Hubeis, MS,Dipl.Ing,DEA Dr.Ir. Nurheni Sri Palupi, MSi

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Industri Kecil Menengah

Prof.Dr.Ir.H. Musa Hubeis, MS,Dipl.Ing,DEA Dr.Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr

(11)

MAKASSAR (Studi Kasus Restoran Marannu dan Karebosi Kelapa Gading, Jakarta) berhasil diselesaikan sebagai salah satu syarat melakukan tugas akhir pada Program Studi Pengembangan Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB).

Penulisan ini kiranya tidak dapat selesai tanpa bantuan dan dorongan dari beberapa pihak, oleh karena itu melalui prakata ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulusnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA, selaku pembimbing utama yang telah memberikan dorongan dan motivasi, bimbingan dan pengarahan selama kegiatan kajian dan penulisan tesis ini.

2. Dr. Ir. Nurheni Sri Palupi, MSi, selaku pembimbing anggota yang juga telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulis melakukan kajian dan penulisan tesis ini.

3. Dr. Ir. Suryahadi, DEA, selaku penguji luar komisi pembimbing atas kritik dan masukan yang memperkaya penulisan tesis ini.

4. Rekan-rekan Magister Pengembangan Industri Kecil Menengah Angkatan 17, dimana penulis banyak mengadakan diskusi dan menerima masukan.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia atas segala kebaikan yang telah diberikan. Atas perhatian dan kerjasamanya saya sampaikan terima kasih

Bogor, Januari 2016

(12)

vii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

1. PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan 3

Kegunaan 4

2. TINJAUAN PUSTAKA 5

Bisnis Restoran 5

Makanan Tradisional 8

Restoran Khas Makassar 9

Kepuasan Pelanggan 10

3. METODE KAJIAN 16

Kerangka Pikir Kajian 16

Lokasi dan Waktu 16

Pengumpulan Data 17

Pengolahan dan Analisa Data 17

a. Metode Diskriptif 17

b. Identifikasi IFE EFE 18

c. Analisis MatriksInternal External(IE) 20

d. AnalisisStrengths, Weakness, Opportunities and Threats(SWOT) 21 e. AnalisisCustomer Satisfaction Index(CSI) 22 f. AnalisisImportance Performance Analysis(IPA) 23

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 26

Gambaran Umum 26

Karakteristik Responden 27

Faktor-faktor Internal dan Eksternal 29

Penentuan Strategi IE 32

Perumusan Strategi SWOT 33

Indeks Kepuasan Pelanggan 36

Tingkat Kinerja Layanan 38

Implikasi Manajerial 40

5. KESIMPULAN DAN SARAN 43

Kesimpulan 43

Saran 43

DAFTAR PUSTAKA 44

LAMPIRAN 49

(13)

viii

4. Penilaian bobot faktor strategi internal perusahaan 18

5. Matriks IFE(Internal Factor Evaluation) 19

6. Matriks EFE(External Factor Evaluation) 19

7. Matriks SWOT(Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats) 22

8. Kriteria nilai indeks kepuasan pelanggan 22

9. Skor tingkat kepentingan 23

10. Skor tingkat pelaksanaan 24

11. Profil SWOT 31

12. Perhitungan matriks IFE 31

13. Perhitungan matriks EFE 32

14. Perhitungan CSI 36

(14)

ix

DAFTAR GAMBAR

1. Model kepuasan-ketidakpuasan pelanggan 11

2. Kerangka berpikir kajian 17

3. Matriks IE 20

4. Responden berdasarkan umur 28

5. Responden berdasarkan pekerjaan 28

6. Responden berdasarkan pendidikan terakhir 29

7. Analisis matriks IE 33

(15)

x

3. Kuesioner penelitian penilaian bobot danratingfaktor strategik

internal dan eksternal 54

4. Perhitungan bobot faktor strategi internal 58

5. Perhitungan bobot faktor strategi eksternal 59

6. Rekapitulasi perhitungan bobot faktor strategi internal dan eksternal 60 7. Rekapitulasi perhitunganratingfaktor strategi internal dan eksternal 61

8. Perhitungan Matriks IFE dan EFE 62

9. Berdasarkan tingkat kinerja 63

(16)

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

Perkembangan era globalisasi di dunia semakin meningkat pesat yang menyebabkan munculnya berbagai macam bisnis. Bisnis ialah suatu kegiatan badan organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau rekan bisnis lainnya, untuk mendapatkan keuntungan (Setiawan 2013). Bisnis yang tidak mengenal masa dan tidak pernah mati adalah bisnis usaha makanan dan minuman, sehingga bisnis inipun selalu ada, disetiap wilayah atau tempat, setiap usia dan setiap kelas masyarakat selalu membutuhkan makanan dan minuman, baik skala besar maupun kecil, dengan melihat keadaan dan kenyataan yang ada, maka bisnis restoran merupakan bisnis yang sangat menjanjikan dan akan memberikan keuntungan sangat menggiurkan. Sebagian besar orang sangat ingin memiliki usaha, baik sebagai usaha tetap maupun sebagai usaha sampingan yang bisa dikelola dengan mudah.

Rumah makan adalah istilah umum untuk menyebut usaha gastronomi yang menyajikan hidangan kepada masyarakat dan menyediakan tempat untuk menikmati hidangan itu, serta menetapkan tarif tertentu untuk makanan dan pelayanannya. Walaupun umumnya rumah makan menyajikan makanan di tempat, tetapi ada juga rumah makan yang menyediakan layanan take-out dining dan delivery service untuk melayani konsumennya. Rumah makan biasanya memiliki spesialisasi dalam jenis makanan yang dihidangkannya, misalnya rumah makan chinese food, rumah makan padang, rumah makan cepat saji (fast food restaurant) dan sebagainya. Rumah makan di Indonesia disebut juga sebagai restoran. Restoran merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa perancis yang diadaptasi oleh bahasa inggris; "restaurant" yang berasal dari kata "restaurer" yang berarti "memulihkan" (Utami 2013).

(17)

Lupiyoadi (2001) menjelaskan bahwa dalam menentukan tingkat kepuasan pelanggan terdapat lima faktor utama yang harus diperhatikan oleh perusahaan, yaitu faktor mutu produk, faktor mutu pelayanan, faktor emosional, faktor harga dan faktor biaya. Dalam faktor produk, perlu diperhatikan bahwa pelanggan merasa puas jika hasil evaluasinya menunjukkan bahwa produk yang digunakan adalah bermutu. Dalam faktor mutu pelayanan, terutama untuk industri jasa, pelanggan akan merasa puas, jika mendapatkan pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan.

Harapan konsumen dapat diartikan sebagai keyakinan konsumen sebelum mencoba atau membeli suatu produk yang dijadikan standar atau acuan dalam menilai kinerja produk tersebut. Untuk membuktikan baik tidaknya mutu suatu produk, dapat diukur dari tingkat kepuasan konsumen (Jasfar 2005). Kepuasan terhadap suatu jasa adalah perbandingan antara persepsinya terhadap jasa yang diterima dengan harapannya sebelum menggunakan jasa tersebut. Apabila harapannya terlampaui, berarti jasa tersebut telah memberikan suatu mutu yang luar biasa dan juga akan menimbulkan kepuasan sangat tinggi. Sebaliknya, jika harapan itu tidak tercapai, maka diartikan mutu jasa tersebut tidak memenuhi apa yang diinginkannya atau perusahaan tersebut gagal melayani konsumennya.

Sumarwan (2003) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen untuk mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk dan jasa yang diharapkan akan memuaskan kebutuhannya. Keputusan melakukan pembelian merupakan hasil dari suatu hubungan yang saling memengaruhi antara faktor-faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologi dari pembeli (Kotler, 2005)

1. Faktor Kebudayaan

Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari keinginan perilaku seseorang. Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya

2. Faktor Sosial

Perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor sosial seperti kelompok referensi, peran, status sosial dan keluarga. Kelompok referensi seseorang terdiri dari seluruh kelompok yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. Posisi seseorang dalam setiap kelompok dapat diidentifikasikan dalam peran dan status sosial

3. Faktor Pribadi

(18)

3

adalah karakteristik psikologis berbeda dalam merespon lingkungan sekitarnya.

4. Faktor Psikologis

Secara psikologis keputusan untuk membeli dipengaruhi oleh motivasi, persepsi, proses belajar, kepercayaan dan sikap. Motivasi yaitu sesuatu yang dapat mendorong seseorang melakukan sesuatu, termasuk pembelian. Persepsi merupakan proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi untuk menciptakan suatu gambaran berarti. Proses belajar menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Sedangkan kepercayaan adalah gagasan deskriptif yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu. Proses keputusan pembelian konsumen merupakan urutan-urutan kejadian yang dimulai dari pengenalan kebutuhan kemudian pencarian informasi atas kebutuhan tersebut setelah itu melakukan evaluasi alternatif dan akhirnya melakukan keputusan pembelian serta diakhiri dengan perilaku setelah pembelian. Jadi jelas sekali proses pembelian dimulai jauh sekali sebelum pembelian aktual dilakukan dan mempunyai konsekuensi yang lama setelah pembelian terjadi.

Perumusan Masalah

Bisnis restoran di Ibu Kota Jakarta dengan tingkat persaingan yang sangat ketat dan penuh strategi, maka untuk meraih pangsa pasar yang diinginkan dan diharapkan memenangkan kompetisi bisnis restoran yang dapat memberikan keuntungan memadai. Dalam hal ini, pihak pengusaha dapat meneliti tingkat kepuasan konsumen terhadap menu makan dan pelayanan yang prima untuk mengantisipasi persaingan dan perkembangan menu makanan restoran yang disajikan.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat dilakukan perumusan masalah berikut :

1. Perkembangan bisnis restoran menu makanan “khas makassar” seperti apakah yang dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal ?

2. Strategi apakah yang harus dilakukan untuk membangun bisnis restoran khas Makassar di kota Jakarta.

3. Bisnis restoran menu makanan “khas Makassar” bagaimanakah yang dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan ?

Tujuan Kajian

1. Mengidentifikasi faktor internal dan eksternal restoran menu makanan khas Makassar, yang dapat mempengaruhi perkembangan bisnis restoran 2. Menyusun strategi bisnis restoran menu makanan khas Makassar.

(19)

Kegunaan Kajian

1. Memberikan informasi dan masukan bermanfaat bagi pemilik restoran menu makanan khas Makassar untuk meningkatkan kepuasan dan pelayanan kepada pelanggan setia, dalam rangka lebih mengembangkan bisnisnya.

2. Dapat memberikan referensi bagi calon pebisnis restoran menu makanan khas Makassar.

(20)

2. TINJAUAN PUSTAKA Bisnis Restoran

Menurut Ihsana dan Amir (2013), selama manusia ada dan selama manusia membutuhkan makan, maka bisnis inipun akan selalu ada. Bisnis Restoran atau rumah makan tentunya tidak semudah membuka usaha makanan pinggiran jalan, yang hanya asal buka dimana saja bisa. Membuka usaha restoran memerlukan persiapan dan pengetahuan yang matang. Selain itu perlu jiwa enterpreneurship mumpuni, agar berhasil dan sukses.

Menjalankan bisnis restoran banyak yang gagal, dikarenakan usaha bisnis restoran ini dianggap sebagai usaha sampingan. Padahal bisnis ini membutuhkan keseriusan, harus dikelola sepenuh hati, tidak asal-asalan, dilakukan dengan sungguh-sungguh dan serius ingin sukses. Membuka usaha restoran memerlukan modal yang besar, lalu jika ingin memiliki sebuah usaha restoran harus mampu memperhitungkan rangkaian alur bisnis restoran terlebih dahulu (Raharjo 2008)

Seorang pengusaha bisnis restoran harus mampu memahami tentang seluk beluk dan pasar yang berkaitan dengan bisnis restoran yang digelutinya, begitu juga dengan pengusaha restoran, dengan demikian bisa melakukan upaya-upaya strategik maupun langkah-langkah operasional yang tepat dan berhasil guna. Pengertian usaha restoran diartikan sebagai suatu usaha komersial yang menyediakan jasa makanan dan minuman bagi umum, dan dikelola secara profesional, maka dari pengertian restoran ini akan dimaknai empat hal (Ihsana dan Amir 2013), yaitu:

1. Usaha komersial

2. Jasa makanan dan minuman 3. Secara profesional

4. Dilandasi jiwa kewirausahaan

Bisnis restoran adalah usaha komersial yang harus dilandasi rasa keinginan mendapatkan keuntungan tertentu, sehingga dalam pelaksanaannya selalu menghitung untung-ruginya, sehingga pada akhirnya memang mengharapkan keuntungan. Jadi bisnis restoran dijalankan bukan karena tujuan sosial ataupun gratis. Produk yang ditawarkan di restoran berupa jasa makanan dan minuman plus jasa yang memadai, produk makanan dan minuman sering disebut dengan dengan tangible product, yaitu produk yang bisa dilihat dengan mata. Tetapi restoran juga menyediakan produk tidak terwujud atau sering disebut denganintangible products,yaitu pelayanan atau servis (Ihsana dan Amir 2013).

(21)

mengevaluasi putusan harga, desain menu dan isi menu. Metode ini sering disebut menuengineering.

Pengertian restoran adalah suatu usaha komersial yang menyediakan jasa makanan dan minuman bagi umum dan dikelola secara profesional. Produk yang ditawarkan di restoran berupa penyediaan makanan dan minuman. Produk ini yang biasa disebut tangible product, yaitu produk yang bisa dilihat dengan mata (berwujud). Selain tangible product, restoran juga menyediakan produk tidak terwujud, yaitu pelayanan atau service, sehingga bisnis restoran tidak bisa lari dari tamu atau pelanggan setianya (Darmaatmadja 2011).

Menurut Ihsana dan Amir (2013), aplikasi menu engineering akan lebih berhasil dalam menyiasati bisnis restoran yang penuh kompetisi. Jika didukung oleh beberapa faktor penunjang, maka bersinergi yang mengarah pada pencapaian sasaran perusahaan. Faktor penunjang yang dimaksud terdiri dari empat faktor yang sering disebut marketing mix (bauran pemasaran) dan kesemuanya harus dilandasi oleh jiwa kewirausahaan atau entrepreneurship.

Bauran pemasaran (marketing mix) dapat memengaruhi perjalanan dan hasil bisnis restoran. Perjalanan bisnis restoran dilakukan dengan mengelola komponen bauran pemasaran dengsn baik merupakan bentuk upaya strategik. Upaya dan langkah yang mengarah pada pencapaian sasaran bisnis retoran, sehingga pada akhirnya akan membuahkan keberhasilan sebagai tujuan akhir bisnis restoran. Marketing mix yang dimaksud terdiri dari place (tempat), product (produk), people (orang), price (harga), procedure (tatalaksana) dan promotion (promosi) (Kotler dan Armstrong 1997).Rinciannya sebagai berikut :

1. Place (tempat). Sebelum melakukan operasional, terlebih dahulu memilih dan menetapakan lokasi/tempat restoran berada, dengan pertimbangan tingkat kesulitan daan kemudahan pelanggan mencapai atau menuju lokasi restoran berada, termasuk kebutuhan pelayanan perparkiran. Menurut Ardianto (2012), pemilihan lokasi adalah merupakan keuntungan, sehingga perlu menetapkan lokasi usaha strategik, bebas banjir, aman, parkir luas, halaman luas, sejuk dan hijau, serta banyak pohon diluar ruangan dan sebagainya. Lebih jelas lagi pendapat Hubeis (2012), bahwa lokasi, atau distribusi merupakan kegiatan perusahaan yang membuat produksi tersedia bagi konsumen sasaran, dengan faktor penentu seperti akses, visibilitas, traffic, fasilitas kenyamanan, ekspansi, lingkungan, persaingan dan peraturan pemerintah.

2. Product (produk) bagi sebuah restoran adalah hal yang paling utama meliputi makanan dan minuman, serta menunjang keberhasilan suatu bisnis restoran. Gagal atau suksesnya bisnis restoran ditentukan oleh produk.

(22)

7

produk (menu makanan) yang dihasilkan, sehingga tetap terjaga mutu dan kuantitasnya.

4. Price (harga). Pelanggan yang datang ke restoran ingin menikmari menu makanan yang disajikan dan merasakan bahwa memang makanan yang dihidangkan benar enak, tetapi orang tersebut setidaknya mempunyai pertimbangan dan peduli terhadap harga yang ditawarkan, sehingga pelanggan menentukan tempat makannya di restoran sesuai dengan kemampuan finansialnya.

5. Procedure(tatalaksana) memegang peranan penting dalam menunjang pelaksanaan operasional bisnis restoran. Selain prosedur administrasi dan manajemen, juga prosedur yang berhubungan dengan tatakelola pelayanan prima. Dalam hal ini, pengelola restoran harus merancang suatu prosedur sederhana, tidak berbelit-belit, mudah dan cepat yang berguna bagi pelanggan maupun petugas/pelayan restoran

6. Promotion (promosi) merupakan salah satu upaya memperkenalkan bisnis retoran, apakah itu denganin house promotionmaupun outdoor promotion. Seorang tamu yang puas atas menu makanan yang disajikan dan sentuhan pelayanan mulai tiba pintu masuk, sampai akhirnya meninggalkan restoran dirasakan begitu care (peduli), akan menjadi promosi sangat bernilai tinggi, sebagai upaya meraih keberhasilan bisnis restoran. Perihal inilah sering disebut in house promotion. Sedangkan promosi berupaneon box,billboard dan baliho yang dipasang ditempat strategik dapat dilihat dengan mudah setiap pada setiap orang yang lalu lalang akan memberikan daya tarik, sehingga menarik perhatian bagi orang yang melihatnya(eye catching) muncul perhatian (attention), kemudian orang tersebut menaruh minat (interest),lalu membangkitkan keinginan (desire), yang pada akhirnya orang tersebut bereaksi atau melakukan sesuatu (action). Langkah pelanggan tersebut disebut AIDA (Attention-Interest-Desire-Action), atau disebutoutdoor promotion.Keberhasilan bisnis harus mengetahui kebutuhan pelanggan, memenuhi keinginan dan harapan pelanggan, menyediakan produk/jasa yang sesuai dengan keinginan/kebutuhan pelanggan, menyediakan jasa/produk kebutuhan pelanggan secara berkesinambungan, mengomunikasikan kelebihan yang dimiliki produk/jasa dan bagaimana pelanggan menggunakan atau mengkonsumsi produk/jasa (Holm 2007).

Kunci kesuksesan dan keberuntungan bisnis pada perusahaan tidak terlepas dari perencanaan produksi (production controlling), baik yang menyangkut mutu produk (quality), kuantitas produk (quantity), maupun kesinambungan produksi (continuity), maka rencana produksi diperlukan mulai dari pengetahuan bahan baku, proses pembuatan atau pengolahan, pengemasan, penyimpanan, pengiriman dan pendistribusian/penyajian (Ardianto 2011).

(23)

penambahan investasi di masa mendatang, diversifikasi produk yang dihasilkan dan daya saing yang lebih wajar. Manajemen bisnis restoran harus memotivasi profit margin yang wajar atas modal yang ditanamkan. Untuk mencapai keuntungan yang wajar bisnis restoran mempunyai (1) organisasi usaha yang berhasil memuaskan kebutuhan para pelanggan; (2) usaha yang berhasil memberikan deviden memuaskan kepada para pemilik modal, serta (3) peluang perluasan usaha dengan reinvestasi modal di masa mendatang dan diversifikasi produk/jasa (Ardianto 2011).

Makanan Tradisional

Makanan merupakan salah satu karya budaya masyarakat. Semua manusia memerlukan makanan untuk bertahan hidup, siapa pun dia, dari mana asalnya, berapapun umurnya, dan dalam keadaan sehat ataupun sakit. Oleh karena itu, makanan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. Pada dasarnya makanan dipengaruhi oleh ketersediaan bahan mentah dari alam sekitar, sehingga setiap daerah memiliki ciri khas makanannya masing- masing. Misalnya, makanan di daerah pegunungan dengan di daerah pesisir pantai. Daerah pegunungan memiliki ketersediaan bahan makanan berupa variasi jenis tumbuhan yang dominan, sebaliknya di daerah pantai ketersediaan bahan makanan lebih dominan dengan variasi ikan. Sebenarnya ciri khas atau “warna” pada makanan juga dipengaruhi oleh cara masyarakat mengolah bahan tersebut (Haryono 2013).

Makanan menurut fungsinya dapat digolongkan menjadi makanan pokok, makanan sambilan, makanan jajanan, makanan untuk peristiwa khusus, dan makanan untuk berbagai keperluan upacara (Moertjipto 1993). Makanan pokok merupakan makanan yang dimakan sehari-hari untuk mencukupi keperluan tubuh agar manusia bisa tetap hidup dan sehat. Sedangkan, makanan sambilan dan jajanan merupakan makanan yang berfungsi sebagai selingan makanan pokok. Makanan pokok dan makanan jajanan serta makanan sambilan memiliki fungsi dan peran sebagai unsur penyajian pada peristiwa khusus dan keperluan upacara.

(24)

9

masyarakat. Makanan tradisional adalah makanan dan minuman, termasuk makanan jajanan serta bahan campuran atau ingredients yang digunakan secara tradisional dan telah lama berkembang secara spesifik di daerah atau masyarakat Indonesia (Hariyadi dan Nuraida 2001).

Coto dan Sop Konro adalah merupakan makanan tradisional khas Makassar yang berbahan baku dari hasil ternak yaitu daging sapi bermutu, sehingga dalam mempersiapkan penyajiannya perlu memperhatikan pedoman gizi seimbang bermutu dan dapat memenuhi kebutuhan gizi yang diperlukan tubuh manusia.

Restoran Khas Makassar

Restoran Khas Makassar mempunyai menu atas sembilan item makanan khas, yaitu (1) Coto Makassar, (2) Pallu Basa, (3) Sop Konro, (4) Pallu Mara, (5) Pallu Kaloa, (6) Kepiting saus Cili, (7) Ikan Bakar Parape, (8) Kapurung dan (9) Lawa Jantung pisang sebagai menu unggulan khas makassar yang terpopuler dan sudah dimasukkan sebagai Kuliner Nusantara 100 (seratus) makanan tradisional Indonesia. Menurut Winarno (2013), dua menu makanan khas makassar yang paling populer dan memasyarakat yaitu :

1. COTO MAKASSAR adalah soto gagrak Makassar yang unik dan khas, popularitas ”Coto Makassar”, sudah menembus batas wilayah, sehingga terkenal diseantero Nusantara melalui kedai-kedai coto yang telah bertebaran dimana-mana.

2. SOP KONRO adalah soto gagrak yang unik dan khas, Popularitas Sop Konro tidak kalah dengan makanan khas lainnya, sudah menembus batas wilayah, sehingga terkenal diseantero nusantara melalui, kedai-kedai coto yang telah bertebaran dimana-mana.

(25)

antikolesterol, antitrombotik, menjaga tekanan darah, dan lain-lain (Prihantini 2003 dan Winiati 2000).

Kurkumin dan bawang putih telah lama digunakan secara tradisional untuk menurunkan kolesterol. Hasil penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa kurmumin dapat mencegah oksidasi Low Density Lipoprotein (LDL) yang diuji pada kelinci, kurkumin merupakan komponen dalam tanaman rimpang yang dapat menurunkan kolesterol hati yang diuji pada tikus, dapat menurunkan lipid darah, salah satu zat aktifnya adalah alisin yang menunjukkan efek hiperglikemia, hiperkolesterolemia, dan hipertensi. Kombinasi kedua eksrak menunjukkan efek yang besar pada hasil uji antidiabetes dan antihiperlipidemia yang di uji pada tikus (Sukandar 2010). Bawang putih dan ekstraknya dapat menurunkan level kolesterol serum pada manusia dan juga mempunyai efek antitrombotik dengan zak aktif yaituallyl pepyl dissulfida, diallyl sulfida, dan komponen sulfur lainnya (Rajaram 2003). Pada bawang merah terdapat beberapa zat aktif quercetin dan saponin, quercetin dapat menurunkan kadar kolesterol total dan kadar kolesterol LDL dengan cara menghambat sekresi Aipoprotpolein B100 pada sel CaCo-2 serta dapat menurunkan aktivitas dari MTP, MTP sendiri berperan pada pembentukan lipoprotein dengan mengatalisa perpindahan lipid ke molekul Apo B (Casaschi et al 2002).

Kepuasan Pelanggan

Sehubungan dengan kepuasaan pelanggan, maka kualitas pelayanan sangat diperlukan, karena pelayanan (service) adalah sesuatu hal komplek, yang terdiri dari lima unsur, yaituReliabilitas, Responsiveness, Assurance, Empathydan Tangible. Buruknya mutu jasa yang diberikan penyedia jasa kepada pelanggan telah disadari mengakibatkan banyaknya kerugian yang dialami oleh perusahaan, sehingga kecewa tidak hanya meninggalkan perusahaan, tetapi juga akan menceritakan keburukan jasa yang diterima kepada orang lain. Selain itu perusahaan akan lebih banyak mengeluarkan biaya untuk mendapatkan satu orang pelanggan baru. Kurangnya mutu jasa dibidang ekonomi merupakan harga tertinggi yang tumbuh sangat cepat, daripada harga produk nyata.

(26)

11

Gambar 1. Model Kepuasan-Ketidakpuasan Pelanggan (Sumarwan 2003)

Kepuasan pelanggan menjadi salah satu tujuan esensial bagi aktivitas bisnis restoran. Konsumen sebagai pelanggan restoran dalam membelanjakan dananya demi mencari dan menikmati kepuasan (satisfaction) yang merupakan suatu konsep yang sudah lama dikenal dalam teori dan aplikasi pemasaran. Peta persaingan bisnis semakin meningkat tajam, preferensi dan perilaku pelanggan berubah, teknologi informasi semakin berkembang lebih cepat telah mendorong organisasi bisnis fokus menanggapi kepuasan pelanggan untuk menjamin pengembangan dan keberlanjutan bisnis. Saat ini persaingan bisnis semakin ketat dimana produsen berusaha memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen dengan menawarkan berbagai jenis produknya, dampak konsumen benyak memiliki peluang pilihan, kekuatan tawar menawar konsumen sebakin besar, yang mendorong setiap produsen akan menempatkan orientasinya pada kepuasan pelanggan sebagai tujuan utamanya (Sumarwan 2003).

Produsen semakin yakin, bila : (1) kunci sukses untuk memenangkan persaingan terletak pada kemampuannya memberikan total customer value,untuk memuaskan pelanggan melalui penyampaian produk bermutu dengan harga cukup bersaing, (2) kepuasan akan mengarahkan orang

Produk Perusahaan

Harapan terhadap Mutu Produk

Evaluasi Kinerja Atribut Produk

Pemakaian Produk

Respons kognitif : Kesesuaian atau Ketidak -sesuaian

Respons Emosional

(27)

untuk mengulangi pembelian dan melakukan rekomendasi word of mouth (WOM) positive. Jika konsumen puas dengan produk atau layanannya, mereka lebih mungkin akan melakukan pembelian ulang pada waktu berbeda.

Di sisi lain, kepuasan pelanggan dianggap sebagai faktor penentu utama dalam mengulangi pembelian. Semakin besar derajat kepuasan konsumen, semakin besar pula peluang konsumen akan meninjau kembali penyedia produk yang sama. Agregasi ukuran kepuasan transaksi spesifik sebelumnya melibatkan komponen kognitif dan afektif menjadi prediktor dominan pada niat pembelian ulang (Hasan 2013).

Tabel 1. Perspektif dan Definisi Kepuasan Pelanggan

PERSPEKTIF DEFINISI KEPUASAN PELANGGAN

Normative deficit

Perbandingan hasil aktual dengan hasil kultural yang dapat diterima

Equity Perbandingan perolehan/keuntungan yang didapatkan dari pertukaran sosial, bila perolehan tersebut tidak sama, maka pihak yang dirugikan akan tidak puas.

Normative standard

Perbandingan hasil aktual dengan harapan standar pelanggan (dibentuk dari pengalaman dan keyakinan mengenai tingkat kinerja seharusnya diterima dari merek tertentu)

Procedural fairness

Kepuasan merupakan fungsi dari keyakinan/presepsi konsumen telah diperlakukan secara adil.

Attributional Kepuasan tidak hanya ditentukan oleh ada tidaknya diskonfirmasi harapan, namun juga oleh sumber penyebab diskonfirmasi

Sumber : (Hasan 2013).

Di sisi lain kepuasan pelanggan dianggap sebagai faktor penentu utama dalam mengulangi pembelian. Semakin besar derajat kepuasan konsumen, semakain besar pula probabilitas konsumen akan meninjau kembali penyedia produk yang sama. Agregasi ukuran kepuasan transaksi spesifik sebelumnya melibatkan komponen kognitif dan afektif menjadi prediktor dominan pada niat pembelian ulang (Hasan 2013).

Kepuasan pelanggan merupakan fungsi dasar dari sejumlah nilai produk yang persepsikan oleh pelanggan dibandingkan dengan harapan pelanggan sebelum menggunakan. Rumusan diformulasikan sebagai berikut :

(28)

13

Tabel 2. Kinerja produk terhadap harapan pelanggan

APABILA PELANGGAN DAMPAK

Kinerja > Harapan Sangat puas Kunjungan ulang, rekomendasi positif

Kinerja = Harapan Puas Silence

Kinerja < Harapan Kecewa Rekomendasi negatif Sumber (Hasan, 2013)

Sebagaimana disajikan pada Tabel 2, kinerja produk terhadap harapan pelanggan dikelompokkan (Hasan 2003), sebagai berikut :

A. Apabila pelanggan mempersepsikan kinerja produk yang dinikmatinya lebih besar atau lebih tinggi dari yang diharapkan oleh pelanggan, maka pelanggan akan menyatakan bahwa mereka merasa sangat puas. B. Apabila pelanggan mempersepsikan kinerja produk yang

dinikmatinya, sama dengan yang diharapkan oleh pelanggan, maka pelanggan akan menyatakan merasa puas.

C. Apabila pelanggan mempersepsikan kinerja produk yang dinikmatinya lebih kecil atau lebih rendah dari yang diharapkan oleh pelanggan, maka pelanggan akan menyatakan kecewa.

Konsep kepuasan pelanggan merupakan formulasi untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dan loyalitas (increased customer satisfaction and loyalty) dapat dilakukan dengan melakukan pekerjaan pertama kali dengan benar (doing the right job on the first time), kemudian menangani komplain dengan efektif(effective complaint handling).

Secara konseptual kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan dapat dipahami bahwa definisi mengenai kepuasan pelanggan tidak ada yang baku, karena kepuasan pelanggan tergantung pada : (1)type-respons,yaitu respons kognitif, afektif dan emosional terhadap produk yang digunakan, khususnya ketika membandingkan kinerja yang dirasakan dengan harapannya dan intensitas respon seperti sangat kuat, sangat puas, netral, sangat senang, dan sejenisnya; (2) focus-respons yaitu perasaan yang berkaitan dengan jenis produk, konsumsi, keputusan pembelian, staf penjual toko, dan sejenisnya; (3) timing respons, yaitu respons yang muncul setelah mengkonsumsi, setelah pembelian, akumulasi pengalaman, dan sejenisnya (Hasan 2013).

Berbagai dampak yang mungkin muncul dari presepsi pelanggan terhadap kinerja produk (Hasan 2013), yaitu :

1. Kinerja produk sangat jelek, berarti kinerja produk sangat jauh dari yang diharapkan oleh pelanggan, pelanggan akan marah-marah mencaci maki dengan sikap negatif lainnya, tidak hanya itu pelanggan akan bercerita kepada orang lain (rekomendasi negatif), kepada media cetak, elektronik tentang kejelekan dan kekecewaan yang dialaminya. 2. Kinerja produk kurang baik, berarti pelanggan merasa kurang puas,

(29)

mampu memenuhi kebutuhannya. Akibatnya pelanggan akan melarang orang lain, koleganya untuk membeli produk bersangkutan.

3. Kinerja produk cukup baik, berarti kinerja berada di bawah harapan pelanggan, akibatnya pelanggan tidak begitu respek terhadap produk, pelanggan mungkin memilih sifat apatis, jika ada pertanyaan terhadap kinerja produk.

4. Kinerja produk baik atau biasa-biasa saja, berarti pelanggan puas, reaksi pelanggan biasa-biasa saja, umumnya tidak bercerita kepada orang lain (silence) tentang kinerja yang dirasakannya.

5. Kinerja produk sangat baik, jika kondisi ini terjadi berarti kinerja produk melebihi harapan pelanggan, sehingga pelanggan merasa sangat puas, pelanggan akan senang hati menceritakan kepuasannya kepada orang lain mengenai produk yang dirasakannya (rekomendasi positif). Kondisi inilah yang akan mendorong dan memperkuat niat untuk melakukan pembelian ulang, penambahan pelanggan baru dan sebagainya.

Keputusan membeli didorong oleh rasa puas dan akan melakukan konsumsi ulang pada waktu yang akan datang, serta memberitahukan orang lain atas kinerja produk yang dirasakan. Oleh karena itu, strategi bisnis yang sukses sangat dipengaruhi oleh kemampuan menciptakan keterikatan yang kuat antara respon kognitif dan afektif (emosional) dalam ragam layanan produk. Strategi meningkatkan kepuasan pelanggan adalah usaha perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan bisnisnya, sehingga perusahaan harus bekerja keras dan sering harus mengeluarkan biaya tinggi dalam usahanya merebut pelanggan. Kepuasan pelanggan bersifat dinamis. Kepuasan pelanggan benar adalah kepuasan yang berlanjut menjadi customer loyalty (loyalitas pelanggan) yang berujung pada peningkatan volume penjualan yang lebih besar, asset lebih produktif danreturn on investment(ROI) yang lebih tinggi (Hasan 2013).

Dimensi kepuasan pelanggan dapat dinilai pada empat aspek penting berikut (Handi 2002), yaitu :

1. Konfirmasi harapan yaitu kepuasan tidak diukur langsung, namun disimpulkan berdasarkan kesesuaian/ketidaksesuaian antara harapan pelanggan dengan kinerja aktual produk perusahaan.

2. Minat pembelian ulang adalah kepuasan pelanggan diukur secara behavioral dengan jalan menanyakan apakah pelanggan akan berbelanja atau menggunakan produk/jasa perusahaan lagi.

3. Kesediaan merekomendasikan, yaitu kebutuhan pelanggan terhadap produk/jasa sedapat mungkin mau merekomendasikan kepada keluarga dan temannya menjadi ukuran penting untuk dianalisis atau ditindaklanjuti.

(30)

15

Menurut Hasan (2013), kepuasan pelanggan adalah merupakan strategi jangka panjang yang membutuhkan komitmen, dana dan SDM, agar tetap bertahan hidup dan perusahaan mampu dan dapat menciptakan pertukaran yang berkesinambungan yang dibangun melalui :

Andaikan kepuasan konsumen diberi peringkat dengan skala 1-5, maka level kepuasan konsumen yang sangat rendah (level satu), dimana para konsumen cenderung menjauhi perusahaan dengan menyebarkan cerita jelek tentang perusahaan tersebut. Pada level dua sampai empat, konsumen agak puas, tetapi masih merasa mudah untuk beralih ketika tawaran yang lebih baik muncul. Pada level kelima, konsumen sangat cenderung membeli ulang dan bahkan menyampaikan cerita pujian tentang perusahaan. Kepuasan atau rasa senang yang tinggi telah menciptakan ikatan emosional dengan merek atau perusahaan tersebut, tidak sekedar suka berlebihan. Persepsi konsumen mengenai mutu suatu jasa dan kepuasan menyeluruh, memiliki beberapa indikator/petunjuk tertentu (Supranto 2001). Kepuasan pelanggan merupakan hal yang penting dalam persaingan bisnis sekarang ini. Banyak perusahaan berusaha meningkatkan kualitas layanannya dalam usahanya untuk memenuhi harapan dan memuaskan para pelanggannya. Dengan kepuasan yang maksimal diharapkan pelanggan akan menjadi setia terhadap produk dan layanan yang dipasarkannya (Andreani 2010).

(31)

External), analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats), CSI (Customer Satisfaction Index) dan IPA (Importance Performance Analysis) dalam rangka mencari alternatif strategi pengembangan yang dapat diaplikasikan untuk memenangkan persaingan. Analisis internal eksternal merupakan salah satu alat analisis yang digunakan untuk melihat posisi restoran khas Makassar. Analisis SWOT digunakan untuk menggambarkan restoran khas Makassar dari sisi internal dan eksternal. Pada sisi internal, faktor-faktor yang perlu dikaji adalah faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, sedangkan pada sisi eksternal dikaji faktor-faktor peluang dan ancaman, kemudian dilakukan pembobotan untuk mengetahui bagaimana pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis restoran khas Makassar. Hal selanjutnya diformulasikan suatu strategi pengembangan yang akan digunakan dengan menggunakan kekuatan dan peluang yang ada untuk mengatasi kelemahan dan ancaman yang akan menghambat pencapaian tujuan.

Analisis CSI digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan responden secara menyeluruh dengan melihat tingkat kepentingan dari atribut-atribut bisnis restoran tersebut. Analisis IPA digunakan untuk menganalisis respon konsumen terhadap bisnis restoran khas makassar adalah deskriptif kuantitatif. Respon konsumen dapat dilihat dari penilaian yang diberikan konsumen terhadap karakteristik dari menu makanan khas makassar. Melalui analisis Internal Eksternal, analisis SWOT, CSI dan IPA maka diperoleh hasil yang menggambarkan posisi restoran khas Makassar terhadap lingkungan bisnisnya dan rekomendasi alternatif strategi yang sebaiknya digunakan. Strategi pada masing-masing kondisi akan berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi pasar yang akan dihadapi.

Untuk dapat lebih mengarahkan pada jalannya kajian dan dapat menghasilkan hasil kajian yang cermat dan teliti, maka dibutuhkan adanya bagan alur penelitian sebagai pedoman dalam pelaksanaannya. Bagan alur meliputi langkah dan hal yang perlu dipersiapkan dan dilengkapi sebagai dasar dalam pelaksanaan, meliputi berbagai hal dan rencana konsep yang ada. Adapun dalam kajian ini konsep perancangan pelaksanaan kajian dijelaskan dalam Gambar 2.

Lokasi dan Waktu

(32)

17

Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer didapatkan melalui survei lapangan, wawancara dengan pemilik restoran, karyawan, pelanggan dan konsumen. Data primer diperoleh dari 50 orang responden dengan alat bantu kuesioner. Komposisi responden meliputi 40 orang dengan kualifikasi pelanggan atau konsumen (masing-masing restoran 20 orang), 18 orang sebagai karyawan restoran (masing-masing restoran 9 orang) dan 2 orang pemilik dari restoran obyek penelitian di Kelapa gading. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui penelusuran melalui pustaka, dokumen dan laporan dari instansi terkait.

Gambar 2. Kerangka berpikir dalam kajian

Pengolahan dan Analisis data

Pengolahan dan analisis data menggunakan metode berikut:

1. Metode Diskriptif, yaitu pengumpulan data mengenai informasi prospek pasar, bahan baku dan keuangan yang berkaitan dengan pasokan bahan

Restoran Khas makassar

Pengembangan bisnis restoran untuk mencapai tujuan

Analisis Internal Restoran (IFE)

Analisis Eksternal Restoran (EFE)

Strengths, Weakness, Opportunities and Threats

(SWOT)

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RESTORAN KHAS MAKASSAR

Importance Performance Analysis(IPA)

Customer Satisfaction

(33)

baku yang telah dikeluarkan oleh bisnis restoran. Data lain yang dibutuhkan adalah permintaan pasar dan pesaing strategik dibidang bisnis restoran.

2. Identifikasi Matriks EFE dan IFE. Matriks EFE digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi informasi lingkungan eksternal, yaitu ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah, teknologi, dan sebagainya. Sedangkan matriks IFE digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama yang dihadapi perusahaan (Hendriyani 2010).

Ada lima langkah yang diperlukan untuk menyusun matriks EFE dan IFE, seperti dikemukakan Hendriyani (2010), yaitu :

a. Faktor eksternal dan internal, seperti peluang, ancaman, kelemahan dan kekuatan, yang berpengaruh terhadap perusahaan dan industrinya. b. Pembobotan untuk setiap faktor yang menunjukkan kepentingan relatif

setiap faktor. Pembobotan berkisar antara 0.0 (tidak penting) hingga 1.0 (sangat penting)

c. Pada setiap faktor harus menunjukkan efektivitas strategi bisnis restoran dalam merespon faktor-faktor tersebut. Rating tersebut adalah 1 (lemah), 2 (rata-rata), 3 (di atas rata-rata) dan 4(superior).

d. Setiap rating digandakan dengan masing-masing bobot untuk setiap peubahnya.

e. Skor yang diperoleh dijumlahkan, sehingga diperoleh total skor organisasi. Total skor berkisar 1.0–4.0, dengan rataan 2.5.

Dalam matriks IFE, total keseluruhan nilai yang dibobot berkisar 1.0-4.0 dengan nilai rataan 2.5. Nilai di bawah 2.5 menandakan bahwa secara internal perusahaan lemah dan nilai di atas 2.5 menunjukkan posisi internal perusahaan kuat. Total nilai 4.0 menunjukkan perusahaan mampu menggunakan kekuatan yang ada untuk mengantisipasi kelemahan dan total nilai 1.0 berarti perusahaan tidak dapat mengantisipasi kelemahan dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki.

Tabel 3. Penilaian bobot faktor strategi eksternal perusahaan

Faktor Strategik Eksternal A B C …. Total

A B C

…….. Total

Tabel 4. Penilaian bobot faktor strategi internal perusahaan

Faktor Strategik Internal A B C …. Total

A B C

(34)

19

Dalam matriks EFE, total keseluruhan nilai yang dibobot tertinggi adalah 4.0 mengindikasikan perusahaan mampu merespon peluang yang ada dan menghindari ancaman di pasar industri. Nilai terendah 1.0 menunjukkan strategi yang dilakukan perusahaan tidak dapat memanfaatkan peluang atau tidak dapat menghindari ancaman yang ada. Setelah tersusun matriks IFE dan EFE, dilakukan kombinasi alternatif strategi dengan menggunakan matriks IE dan SWOT (Rangkuti 2011).

Tabel 5. Matriks IFE

Faktor Strategik Internal Bobot (a)

Rating (b)

Skor (axb) A. Kekuatan:

1. 2. . Dst

Jumlah (A) B. Kelemahan : 1.

2. . Dst

Jumlah (B) Total (A+B)

Tabel 6.Matriks EFE

Faktor Strategik Eksternal Bobot (a)

Rating (b)

Skor (axb) A. Peluang:

1. 2. . Dst

Jumlah (A) B. Ancaman : 1.

2. . Dst

(35)

3. Analisis MatriksInternal External(IE)

Matriks IE digunakan untuk melakukan pemetaan terhadap skor total matriks IFE dan EFE yang dihasilkan dari audit eksternal dan internal perusahaan. Matriks IE terdiri atas dua dimensi, yaitu total skor dari matriks IFE dan total skor dari matriks EFE. Total skor matriks IFE dipetakan pada sumbu X dengan skor 1.0-1.99 yang menyatakan posisi internal adalah lemah, skor 2.0-2.99 posisinya rataan, serta skor 3.0-4.0 adalah posisi kuat.

Total skor dari matriks EFE pada sumbu Y dengan skor 1.0-1.99 adalah posisi rendah, skor 2.0-2.99 adalah posisi rataan dan skor 3.0-4.0 adalah posisi tinggi. Matriks ini bermanfaat untuk menentukan posisi perusahaan yang terdiri atas sembilan sel. Secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian utama yang mempunyai dampak strategi berbeda, yaitu :

a. Strategi tumbuh dan kembang yang meliputi sel I, II, atau IV dan strategi yang cocok untuk diterapkan. Antara lain strategi intensif atau strategi integratif.

b. Strategi jaga dan pertahankan yang meliputi sel III, V, atau VII, dapat dikelola dengan strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. c. Strategi tuai dan divestasi yang meliputi sel VI, VIII, atau IX.

Faktor Evaluasi Internal

Kuat Rataan Lemah

4.0 3.0 2.0 1.0

Faktor Evaluasi Eksternal

Tinggi

Sedang

Rendah

I II III

IV V VI

VII VIII IX

(36)

21

4. Analisis SWOT(Strengths, Weakness, Opportunities and Threats)

Menurut Rangkuti (2013), hampir setiap perusahaan maupun pengamat bisnis dalam pendekatannya banyak menggunakan analisis SWOT. Kecenderunagn nampaknya akan semakin meningkat, terutama dalam era perdagangan bebas abad ke-21, yanga satu sama lain saling berhubungan dan saling tergantung. Konsep dasar pendekatan analisis SWOT ini, nampaknya sederhana sekali pemahamannya bahwa “apabila kita telah mengenal kekuatan kekuatan dan kelemahan diri sendiri dan mengetahui kekuatan dan kelemahan lawan, sudah dapat dipastikan bahwa kita akan dapat memenangkan pertempuran”. Analisis SWOT dalam perkembangannya saat ini, tidak hanya dipakai untuk menyusun strategi di medan pertempuran, melainkan banyak diterapkan dalam penyusunan perencanaan strategi bisnis (Strategic Business Planning), yang bertujuan untuk menyusun strategi-strategi jangka panjang, sehingga arah dan tujuan perusahaan dapat dicapai dengan jelas, sehingga dapat segera diambil keputusan, berikut semua perubahannya dalam menghadapi pesaing.

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematik untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika untuk memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities),namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategik selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategik (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategik perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis Situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah analisis SWOT (Rangkuti 2011).

Kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan faktor eksternal dalam analisis SWOT. Analisis SWOT ini membandingkan antara faktor eksternal (peluang dan ancaman) dengan faktor internal (kekuatan dan kelemahan), seperti dimuat pada Tabel 7.

(37)

Tabel 7. Matriks SWOT Faktor Internal Faktor eksternal Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weaknesses) Peluang (Opportunities) Strategi (S-O) Ciptakan strategi Menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi (W-O) Ciptakan strategi Meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Ancaman (Threats) Strategi (S-T) Ciptakan strategi Menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

Strategi (W-T) Ciptakan strategi Meminimalkan kelemahan dan

menghindari ancaman

Sumber : Rangkuti 2011

5. AnalisisCustomer Satisfaction Index(CSI)

CSI diperlukan untuk mengetahui tingkat kepuasan responden secara menyeluruh dengan melihat tingkat kepentingan dari atribut-atribut bisnis restoran tersebut.

Menurut Listyari (2006) dan Hendriyani (2010), CSI adalah fungsi dari weighted average (WA) dibagi highest scale (HS/skala maksimum yang dipakai dalam penelitian ini (skala 5) dengan dikalikan 100%.

WA

CSI = x 100 % HS

Kriteria indeks kepuasan menggunakan kisaran 0.00-1.00 (tidak puas hingga puas), yang dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Kriteria nilai indeks kepuasan pelanggan

NILAI IKP KRITERIA

0.00-0.34 Tidak puas

0.35-0.50 Kurang puas

0.51-0.65 Cukup puas

0.66-0.80 Puas

(38)

23

6. AnalisisImportance Performance Analysis(IPA)

Menurut Umar (2003), IPA merupakan metode yang dapat digunakan untuk menganalisis respon konsumen terhadap “bisnis restoran khas makassar” adalah deskriptif kuantitatif. Respon konsumen dapat dilihat dari penilaian yang diberikan konsumen terhadap karakteristik dari menu makanan khas makassar. Selanjutnya mengukur tingkat harapan dan tingkat kinerja terhadap perusahaan menurut pendapat konsumen, maka digunakan IPA. Tngkat kepentingan dari menu makanan khas makassar adalah seberapa penting suatu dimensi menu makanan bagi konsumen atau seberapa besar harapan konsumen terhadap kinerja suatu karakteristik. Untuk mengetahui tingkat kepentingan secara nyata dari kinerja produk oleh konsumen akan digunakan skala interval.

Data skala interval diberi skor secara kuantitatif untuk dipakai dalam perhitungan-perhitungan (Tabel 9). Pada tingkat pelaksanaan/kinerja adalah kinerja aktual dari kinerja yang telah diberikan oleh menu makanan khas makassar dapat dirasakan oleh pelanggannya.

Tabel 9. Skor tingkat kepentingan

Kriteria Jawaban Skor (Nilai)

Tidak penting 1

Kurang penting 2

Cukup penting 3

Penting 4

Sangat penting 5

Sumber : Umar 2003.

(39)

Tabel 10. Skor tingkat pelaksanaan. Kriteria jawaban Skor (Nilai)

Tidak baik 1

Kurang baik 2

Cukup baik 3

Baik 4

Sangat baik 5

Sumber: Umar, 2003.

Pembobotan tingkat pelaksanaan/kinerja lebih besar atau sama dengan bobot tingkat kepentingan (harapan), berarti kinerja restoran telah memenuhi harapan konsumen. Jika bobot kinerja lebih kecil dari bobot tingkat harapan, berarti kinerja masih di bawah harapan. Hal ini menunjukkan bahwa kepuasan konsumen belum tercapai.

Bobot penilaian kinerja perusahaan dan bobot penilaian kepentingan konsumen diratakan dan diformulasikan ke dalam diagram Kartesius. Masing-masing dimensi diposisikan dalam sebuah diagram, dimana skor rataan penilaian terhadap tingkat pelaksanaan (kinerja) (X) menunjukkan posisi suatu dimensi pada sumbu X, sementara posisi dimensi pada sumbu Y ditunjukkan oleh skor rataan tingkat kepentingan (harapan) konsumen terhadap atribut (Y).

Setiap hasil akan menempati salah satu kuadran dalam diagram Kartesius yang terdiri atas :

a. Kuadran A (Prioritas Utama)

Kinerja suatu dimensi adalah lebih rendah dari keinginan konsumen, sehingga pihak restoran khas makassar, harus meningkatkan kinerjanya agar optimal.

b. Kuadran B (Pertahankan Prestasi)

Kinerja dan keinginan konsumen pada suatu dimensi berada pada tingkat tinggi dan sesuai, sehingga pihak restoran khas makassar, cukup mempertahankan kinerja dimensi tersebut.

c. Kuadran C (Prioritas Rendah)

Kinerja dan keinginan konsumen pada suatu dimensi berada pada tingkat rendah, sehingga produk menu makanan khas makassar, belum perlu melakukan perbaikan.

d. Kuadran D (Berlebihan)

(40)

25

(41)

gembira, senang dan menyenangkan, sebagai motivasi manajemen agar semua pelanggan yang mengunjungi selalu disambut dengan senang dan gembira, agar dapat memberikan kesan tidak terlupakan, sehingga para pelanggan diharapkan akan menjadi pelanggan setia setiap saat. Restoran Khas Makassar Marannu Jakarta yang beralamat di jalan Boulevard Raya ETA 2 nomor 27, Kalapa Gading Jakarta Utara, didirikan pertama kali pada tahun 1984 oleh seorang putra alsi Makassar yang lahir di kota Ujung Pandang kala itu yang bernama Daeng Rannu, dengan terobsesi dari nama pendirinya yaitu kata dan istilah Marannu berasal dari kata dasarnya Rannu yang selalu senang dan gembira.

Pendiri yang sekaligus pengelola selama 16 tahun lamanya (1984-2000) dimana usia sudah semakin lanjut, maka pada tahun 2000, selanjutnya pengelolaan Restoran Khas Makassar Marannu dilimpahkan tanggungjawab manajerialnya kepada putrinya yang bernama Netty, dimana putrinya ini menerima baik limpahan tanggungjawab orang tuanya untuk mengembangkan warisan usaha dalam rangka membawa prestasi dan hasil yang lebih baik di masa mendatang dan sebagai manajer muda semakin memberikan nuasa baru dalam segi mutu pelayanan karyawannya kepada pelanggan dan menyempurnakan menu makanan khas Makassar yang menjadi andalan khasnya.

Pada tahun 2011 pengelolaan manajerial dialihkan kepada Yudhi Samson, SE dan sebagai pewaris keturunan ke 2 (dua), maka dipundaknyalah tanggungjawab yang sangat besar untuk menghadapi persaingan semakin ketat dalam era ekonomi global, khususnya perdagangan bebas Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), maka diperkirakan semua jenis usaha akan merasakan beratnya persaingan, namun demikian Restoran Marannu semakin memperlihatkan geliat kemajuannya dengan memacu pelayanan prima kepada pelanggan dan diversifikasi menu khas Makassar.

(42)

27

Restoran Karebosi beralamat di jalan Boulevard Raya Kelapa Gading Jakarta Utara. Menu yang ditawarkan Rumah makan khas Makassar ini menyuguhkan berbagai menu khas seperti coto Makassar, sop konro, konro (iga) bakar, es pisang ijo, atau es pallu butung, maupun menu yang jamak ditemui seperti nasi goreng. Untuk minuman yang disediakan seperti teh botol, es jeruk, dansoft drink. Berawal dari sebuah warung kaki lima yang berdiri pada tahun 1968 di Lapangan Karabosi Makasar, Rumah Makan Sop Konro Karabosi mampu memikat hati para pelanggannya hingga mampu bertahan dan berkembang hingga berdiri beberapa cabangnya di Jakarta, Makassar dan Surabaya. Rumah makan yang dikembangkan sejak tahun 1993 di kawasan Kelapa Gading ini memang luar biasa. Menu andalan sop konro yang memberikan cita rasa khas makasar yang menurut pemiliknya Hj. Hanaping sebagai resep rahasia turun temurun dari keluarganya dan hanya akan diturunkan kepada keluarganya. Selain sop konronya yang begitu nikmat, suasana rumah makannya begitu nyaman, didukung dengan pelayanan yang ramah membuat pelanggannya makin betah dan selalu ingin kembali lagi untuk menikmati berbagai menu makanan yang disajikan. Selain itu Kebersihan ruangan menjadi sangat penting bagi rumah makan. Pelanggan akan mempunyai persepsi yang baik tentang mutu hidangan apabila tempat rumah makan tersebut juga bersih (Nurhayati et al 2007).

Karakteristik Responden

Karakteristik konsumen yang menjadi responden dalam kajian ini dilihat dari umur, jenis kelamin, pekerjaan, status, tingkat pendidikan dan rataan pengeluaran per bulan.

1. Umur

Responden di dominasi oleh konsumen yang berumur 30-40 tahun (57%). Pada umur ini seseorang memiliki umur yang matang, sedangkan dominasi berikutnya di usia 20-30 tahun (20%) merupakan umur produktif. Menurut Lumenta (1997), umur dapat menggambarkan pengalaman seseoarang dalam kehidupan, sehingga terdapat keragaman perilaku berdasarkan umur yang dimilikinya.

< 20 tahun (9%)

20-30 tahun (20%)

30-40 tahun (57%)

>40 tahun (14%)

(43)

2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan salah satu pedoman dasar dalam melakukan segmentasi pasar, karena perbedaan jenis kelamin menyebabkan pola perilaku berbeda satu sama lain. Sebagian besar (51%) reponden adalah laki-laki dan sisanya perempuan (49%). Perbedaan jenis kelamin dapat menyebabkan perbedaan pemilihan suatu produk (Andriyani 2000).

3. Pekerjaan

Responden yang dominan adalah pegawai swasta/negeri (46%) dan paling sedikit belum bekerja (3%).

4. Status

Status merupakan salah satu pedoman dasar dalam melakukan segmentasi pasar, karena status memberikan gambaran responden sudah dewasa atau belum. Sebagian besar reponden (52%) adalah sudah menikah dan sisanya belum menikah (48%).

5. Pendidikan Terakhir

Tingkat pendidikan responden terbanyak adalah Sarjana/Pascasarjana 66% dan yang paling sedikit adalah SMA (9%). Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka pola pikirnya semakin sistematis dan ingin mendapatkan sesuatu yang baik dan bermanfaat bagi dirinya (Sumarwan 2003).

Belum bekerja (3%)

Pelajar/ mahasiswa

(9%)

Ibu RT (11%)

Pegawai (46%) Wiraswasta

(11%)

Lainnya (20%)

(44)

29

6. Rataan pengeluaran per bulan

Besarnya pengeluaran keluarga responden per bulan di dominasi oleh responden yang memiliki pengeluaran < 250 ribu rupiah sebesar 0% dan 250-500 ribu rupiah sebesar 5%, 500 ribu-1 juta rupiah per bulan sebesar 18%, 1-1,5 juta rupiah per bulan sebesar 25% dan 1,5-2 juta rupiah sebesar 26%, serta lainnya > 2 juta rupiah sebesar 26%.

Faktor-faktor Internal dan Eksternal

Analisis SWOT dilakukan untuk merumuskan strategi yang harus diterapkan, dengan menggolongkan faktor-faktor lingkungan yang dihadapi oleh industri sebagai faktor kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Profil kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman ini diperoleh melalui identifikasi terhadap berbagai faktor yang memengaruhi strategi pengembangan strategi bisnis restoran Makassar

Kekuatan meliputi tenaga kerja handal dan berpengalaman, sarana dan prasarana yang mendukung, teknologi, jumlah jaringan luas, serta inovasi produk dan layanan. Kekuatan adalah kompetensi khusus yang memberikan keunggulan komparatif bagi perusahaan di pasar. Kekuatan dapat terkandung dalam sumber daya keuangan, citra, kepemimpinan pasar, hubungan pembeli dengan pemasok dan faktor-faktor lain (Pearce and Robinson 1997).

Menurut Pearce and Robinson (1997), merupakan keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya, keterampilan, dan kemampuan yang dapat menghambat kinerja efektif perusahaan. Sumber-sumber kelemahan tersebut dapat meliputi kegiatan promosi kurang, biaya terlalu tinggi, SDM kurang bermutu, sistem dan prosedur yang rumit, serta penelitian dan pengembangan (litbang) usaha rendah.

Peluang merupakan situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan industri (Pearce and Robinson 1997). Dalam hal ini perkembangan trendmerupakan salah satu sumber peluang. Untuk itu, perubahan gaya hidup

SMP

(11%) SMA

(9%)

Akademi (14%) S1/S2/S3

(66%)

lainnya 0%

(45)

masyarakat, keinginan untuk menjadi lebih sukses, keadaan perekonomian yang semakin baik, pangsa pasar produk/usaha yang masih luas dan pelanggan/nasabah yang loyal dapat memberikan peluang bagi perusahaan.

Ancaman merupakan suatu situasi penting yang tidak menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi perusahaan. Keberadaan perusahaan sejenis, kondisi perekonomian dan politik yang tidak stabil, kenaikan biaya produksi/tenaga kerja, pesaing usaha sejenis dankelangkaan pasokan bahan baku dapat menjadi ancaman bagi keberhasilan perusahaan.

Aspek dimensi lingkungan yang dimiliki oleh perusahaan terkait dengan lingkungan luar dimana perusahaan berada. Aspek dimensi lingkungan internal mencakup segala hal yang berhubungan dengan kondisi di dalam usaha. Keseluruhan faktor yang telah diidentifikasi diberikan bobot, rating dan skor yang menggambarkan posisi perusahaan dalam menghadapi kondisi lingkungan eksternal berdasarkan kondisi internal dengan matriks EFE dan matriks IFE. Profil SWOT dapat dimuat pada Tabel 11.

Analisis matriks IFE dan EFE dilakukan terhadap lingkungan internal dan eksternal perusahaan, sehingga diperoleh faktor-faktor kunci yang termasuk ke dalam kekuatan, kelemahan, peluang dan ancamannya. Skor yang diperoleh dari matriks ini menunjukkan kemampuan usaha dalam memanfaatkan kekuatan dan mengatasi kelemahan yang dimiliki, serta menunjukkan kemampuan dalam meraih peluang dan mengatasi ancaman eksternalnya.

IFE meliputi kekuatan dan kelemahan dilakukan dengan pembobotan dan pemberian rating berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh perusahaan. Matriks IFE dapat dilihat pada Tabel 12. Analisa lingkungan internal terdiri dari fungsi manajemen yang meliputi planning, organizing, actuating, dan controlling (POAC) pada setiap fungsi bisnis yaitu fungsi sumber daya manusia, fungsi keuangan, fungsi produksi dan operasional dan fungsi pemasaran (Ling 2013).

(46)

31

Tabel 11. Profil SWOT

Kekuatan (S) Kelemahan (W)

1. Sistem Manajemen 2. Keuangan yang sehat 3. Produksi optimal

1. Pemasaran 2. Litbang usaha

3. Sistem informasi belum optimal

Peluang (O) Ancaman (T)

1. Daya tawar pemasok 2. Data tawar pembeli

3. Fenomena sosial, budaya dan demografi

4. Fenomena teknologi

1. Persaingan dalam usaha 2. Ancaman pendatang baru 3. Ancaman produk substitusi 4. Fenomena politik

5. Fenomena ekonomi

Tabel 12. Perhitungan matriks IFE

Faktor Internal Bobot

(a)

Rating (b)

Nilai skor terbobot (c = a x b) Kekuatan

Sistem Manajemen kuat 0.20 4 0.83

Keuangan yang sehat 0.16 3.5 0.58

Produksi optimal 0.14 4 0.56

Kelemahan

Pemasaran 0.12 2 0.25

Litbang usaha 0.14 1.5 0.21

Sistem informasi belum optimal 0.14 1.5 0.21

Jumlah 0.10 2.65

(47)

Tabel 13. Perhitungan matriks EFE

Faktor Eksternal Bobot

(a)

Rating (b)

Nilai skor terbobot (c = a x b) Peluang

Daya tawar pemasok 0.11 3.5 0.39

Daya tawar pembeli 0.11 4 0.47

Fenomena sosbud dan demografi 0.12 3.5 0.42

Fenomena teknologi 0.10 4 0.40

Ancaman

Persaingan dalam industri 0.11 2 0.23

Ancaman pendatang 0.13 1.5 0.20

Ancaman produk substitusi 0.11 1.5 0.17

Fenomena politik 0.08 1.5 0.12

Fenomena ekonomi 0.09 1.5 0.13

Jumlah 0.10 2.57

Berdasarkan analisis lingkungan eksternal dan internal, diperoleh hasil berupa nilai matriks yang menentukan posisi usaha bisnis restoran Makassar untuk dijadikan acuan dalam memformulasikan alternatif strategi yang diperoleh. Perumusan strategi pemasaran ini tidak terlepas dari aspek dimensi lingkungan eksternal dan internal.

Berdasarkan hasil penjumlahan skor total pada matriks IFE dan EFE didapatkan nilai masing-masing 2.65dan 2.57. Skor total yang terdapat pada matriks EFE menggambarkan dan mengindikasikan posisi usaha bisnis restoran Makassar stabil dalam merespon situasi eksternal yang dihadapi. Skor total IFE mengindikasikan posisi usaha bisnis restoran Makassar berada pada tingkat rataan untuk mampu merespon iklim internal yang dimiliki.

Nilai skor total kombinasi antara matriks EFE dan IFE digunakan untuk mengetahui posisi usaha bisnis restoran Makassar (Gambar 7). Berdasarkan kombinasi dari nilai EFE dan IFE didapatkan matriks IE. Nilai matriks IE menunjukkan pada posisi sel tengah (Pertumbuhan/Stabil).

Penentuan Strategi IE(Internal External)

Penentuan posisi strategi perusahaan dalam matriks IE didasarkan pada hasil total nilai matriks IFE yang diberi bobot pada sumbu x dan total nilai matriks EFE pada sumbu y (David 2006). Posisi matriks IE menunjukkan posisi strategi pertumbuhan

Gambar

Gambar 1. Model Kepuasan-Ketidakpuasan Pelanggan (Sumarwan 2003) Kepuasan pelanggan menjadi salah satu tujuan esensial bagi aktivitas bisnis  restoran
Gambar 2. Kerangka berpikir dalam kajian
Tabel 3. Penilaian bobot faktor strategi eksternal perusahaan
Gambar 3. Matriks IE (Kotler 2005)
+7

Referensi

Dokumen terkait