• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan pemanenan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq.) di teluk bakau estate, pt bhumireksa nusa sejati minamas plantation, riau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan pemanenan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq.) di teluk bakau estate, pt bhumireksa nusa sejati minamas plantation, riau"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN PEMANENAN KELAPA SAWIT (

Elaeis guineensis

Jacq

.

)

DI TELUK BAKAU

ESTATE

, PT. BHUMIREKSA NUSA SEJATI

MINAMAS PLANTATION, RIAU

CHAIRUL ZANUAR RASYID

A24100158

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati Minamas Plantation, Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

CHAIRUL ZANUAR RASYID. Pengelolaan Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati Minamas Plantation, Riau. Dibimbing oleh ADOLF PIETER LONTOH.

Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati Minamas Plantation, Riau dari 10 Februari hingga 10 Juni 2014. Pelaksanaan kegiatan magang bertujuan untuk memperoleh pengalaman kerja, keterampilan dan pengetahuan khususnya pengetahuan kultur teknis tanaman kelapa sawit. Secara khusus kegiatan magang bertujuan untuk mempelajari pengelolaan panen melalui proses kegiatan panen, menganalisis permasalahan dan memecahkan masalah. Secara keseluruhan proses kegiatan panen untuk menghasilkan produksi TBS (Tandan Buah Segar) di Kebun Teluk Bakau berjalan dengan baik. Pelaksanaan panen yang efisien dipengaruhi oleh taksasi produksi, cuaca pada saat pelaksanaan panen, tingkat kematangan buah, rotasi panen, sistem pengangkutan hasil panen dan karyawan panen. Proses kegiatan angkut tandan buah segar di Kebun Teluk Bakau menggunakan jalur air. Saat proses pengangkutan masih terdapat kehilangan hasil pada buah dan brondolan. Pengawasan intensif terhadap karyawan merupakan salah satu langkah untuk menekan kehilangan hasil panen.

Kata kunci : panen, kehilangan hasil panen, produksi

ABSTRACT

CHAIRUL ZANUAR RASYID. Harvest management of Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq.) in Teluk Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati Minamas Plantation, Riau. Supervised by ADOLF PIETER LONTOH.

The internship was conducted in Teluk Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati Minamas Plantation, Riau from February 10th to June 10th 2014. The purpose of internship is to get experience of work, skill and knowledge especially the technical culture of palm oil. In specifically, the purpose of internship is to learn management of harvesting by processing of harvesting activity, analyze of problem and solve problem. Process of harvesting activity that produced the fresh fruit bunch in the Teluk Bakau Estate had been good. There are some factors which influenced palm oil harvesting, they were prediction of production, weather in harvesting, fruit ripeness, harvested rotation, transportation and the labor. The harvesting activity in Teluk Bakau Estate used water transportation. There was still the losses during process of transportation. The intensive control to the labor was one of the measures to depress the losses.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

PENGELOLAAN PEMANENAN KELAPA SAWIT (

Elaeis guineensis

Jacq

.

)

DI TELUK BAKAU

ESTATE

, PT. BHUMIREKSA NUSA SEJATI

MINAMAS PLANTATION, RIAU

CHAIRUL ZANUAR RASYID

A24100158

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Pengelolaan Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Teluk Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati Minamas

Plantation, Riau Nama : Chairul Zanuar Rasyid NIM : A24100158

Disetujui oleh

Ir Adolf Pieter Lontoh, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MSc Agr Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi kesehatan, hidayah dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik kegiatan magang yang berjudul Pengelolaan Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Teluk Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati Minamas Plantation, Riau. Kegiatan magang merupakan kegiatan untuk memenuhi tugas akhir dan kegiatan ini dituangkan dalam bentuk tulisan karya ilmiah. Penulisan karya ilmiah merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyampaikan terimakasih kepada ayah dan ibu serta saudara kandung penulis yang telah memberikan kasih sayangnya, doa, semangat dan dukungan serta seluruh perhatiannya. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada Ir Adolf Pieter Lontoh, MS selaku pembimbing skripsi sekaligus sebagai pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulis menimba ilmu di IPB. Penghargaan juga disampaikan kepada PT Bhumireksa Nusa Sejati Minamas Plantation Teluk Bakau Estate (TBE), kepada bapak Moh. Faozi Toan selaku manajer Teluk Bakau Estate, bapak Bistha selaku asisten kepala TBE, bapak Suryadi selaku asisten divisi II, kepada seluruh staf TBE, kepada seluruh supervisor TBE dan seluruh karyawan TBE. Penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada mbak Martha dan Mas Surya selaku pengurus beasiswa Minamas Plantation, kepada teman satu perjuangan beasiswa Minamas Plantation 2010. Terimakasih juga kepada teman seperjuangan magang Putra Minansyah dan Zulfikar atas kebersamaannya selama kegiatan magang. Ungkapan rasa bangga dan cinta kepada Edellweis AGH 47 atas kebersamaannya dan kekeluargaannya selama ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan dan semoga Allah terus memberikan rasa kasih sayang, bimbingan dan hidayah – Nya dalam menambah dunia ilmu pengetahuan.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Botani Kelapa Sawit 2

Syarat Tumbuh 3

Pemanenan 3

METODE MAGANG 5

Tempat dan Waktu 5

Metode Pelaksanaan 5

Pengumpulan Data 5

Analisis Data dan Informasi 6

KEADAAN UMUM 7

Letak Geografis dan Letak Wilayah Administratif 7

Keadaan Iklim dan Tanah 7

Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan 8

Keadaan Tanaman dan Produksi 8

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 9

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 10

Aspek Teknis 10

Aspek Manajerial 30

HASIL DAN PEMBAHASAN 33

Angka Kerapatan Panen (AKP) dan Taksasi Produksi 33

Tenaga Kerja Panen 35

Pelaksanaan Panen 36

Losses (Kehilangan Hasil) 39

Produksi dan Produktivitas 41

Sistem Premi 43

KESIMPULAN DAN SARAN 44

Kesimpulan 44

Saran 44

DAFTAR PUSTAKA 44

LAMPIRAN 46

(10)

DAFTAR TABEL

1 Rincian penggunaan lahan Kebun Teluk Bakau 8

2 Rincian jumlah tenaga kerja Kebun Teluk Bakau 9 3 Pembagian seksi panen di Kebun Teluk Bakau Divisi II 25

4 Kriteria mutu buah Kebun Teluk Bakau 25

5 Hasil pengamatan AKP rencana, AKP realisasi panen dan produksi rencana, produksi realisasi panen di Kebun Teluk Bakau Divisi II 35 6 Hasil pengamatan mutu hanca pemanen di Kebun Teluk Bakau Divisi II 37 7 Hasil pengamatan tingkat kematangan buah di TPH hasil potong buah

pemanen di Divisi II Kebun Teluk Bakau 38

8 Hasil pengamatan kehilangan hasil saat pengangkutan dari TPH ke

bargas 40

9 Hasil pengamatan kehilangan hasil saat over skip dari bargas ke PC di

Divisi II Kebun Teluk Bakau 40

10 Perbandingan antara target produksi dan realisasi produksi bulanan di

Divisi II Kebun Teluk Bakau 42

11 Hasil analisis uji-t perbandingan antara produktivitas perusahaan (TBE) terhadap potensi produktivitas kelapa sawit di lahan gambut (PPKS) 42

DAFTAR GAMBAR

1 Pekerjaan pengendalian gulma manual 11

2 Pelaksanaan penyemprotan 12

3 Pelaksanaan pemupukan 13

4 Hasil sensus pokok 14

5 Pancang perdana raja lining 14

6 Pemancangan field drain dan CECT 15

7 Pembongkaran pokok 15

8 Pembuatan parit 16

9 Parit field drain 17

10 Pembuatan parit 17

11 Penataan blok replanting 17

12 Hasil compacting dan cambering 18

13 Compacting, cambering dan planting point 19

14 Teknis proses pemancangan 20

15 Pembuatan lubang tanam menggunakan puncher 20

16 Penanaman pokok sawit 21

17 Kendala penanaman pokok sawit 21

18 Peralatan panen 23

19 Proses pelaksanaan pemanenan 26

20 Kanal Utama (KUT) 27

21 Kanal Cabang (KCB) 27

22 Kondisi kanal collector 28

(11)

24 Transportasi air TBS jenis PC 29

25 Transportasi air TBS jenis tugboat 29

26 Proses pengangkutan TBS 30

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jurnal harian kegiatan magang sebagai KHL di Kebun Teluk Bakau 47 2 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Kebun

Teluk Bakau 48

3 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten di Kebun

Teluk Bakau 50

4 Data curah hujan 5 tahun terakhir di Kebun Teluk Bakau 53

5 Peta Kebun Teluk Bakau 54

6 Data produksi 5 tahun terakhir Kebun Teluk Bakau 55

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman perkebunan yang mampu menghasilkan minyak nabati yang lebih besar dari tanaman lain (Setyamidjaja 2006). Selain itu, perkebunan kelapa sawit juga merupakan salah satu pondasi bagi tumbuh dan berkembangnya sistem agribisnis kelapa sawit (Pahan 2006). Oleh karena itu, tanaman kelapa sawit masih sangat menjanjikan untuk diusahakan baik secara perorangan, swasta maupun pemerintah khususnya di Indonesia. Hal ini wajar karena kelapa sawit berorientasi ekspor dan hal inilah yang membuat Indonesia akan selalu mengembangkan tanaman kelapa sawit. Menurut Setyamidjaja (2006) peningkatan luas areal dan produksi kelapa sawit masih terus dilakukan, sehingga Indonesia diharapkan akan mampu menjadi salah satu penghasil minyak sawit terbesar di dunia.

Luas areal dan produksi kelapa sawit pada tahun 2010 di Indonesia adalah seluas 8.38 juta ha dengan produksi 21.95 juta ton (produktivitas 2.6 ton ha-1), sementara pada tahun 2011 dan 2012 luas areal dan produksi kelapa sawit adalah 8.99 juta ha dengan produksi 23.09 juta ton (produktivitas 2.5 ton ha-1) dan 9.07 juta ha dengan produksi 23.52 juta ton (produktivitas 2.6 ton ha-1). Produksi kelapa sawit diprediksi akan terus meningkat pada tahun – tahun yang akan datang (Direktorat Jenderal Perkebunan 2012). Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan CPO (Crude Palm Oil) setiap tahunnya akan terus meningkat. Hal ini dibuktikan dengan terus meningkatnya produksi kelapa sawit di Indonesia. Oleh karena itu, pada aspek agronomi salah satu cara untuk meningkatkan hasil produksi kelapa sawit adalah dengan pengelolaan panen yang optimum.

Kegiatan dalam memanen (pengelolaan panen) merupakan salah satu aspek penting dalam budidaya kelapa sawit dan kegiatan tersebut dapat mempengaruhi hasil produksi. Secara umum kegiatan budidaya kelapa sawit dimulai dari penentuan lahan yang sesuai, pembukaan lahan, konservasi air dan tanah, pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan panen. Sumber daya manusia dalam hal ini adalah tenaga kerja juga merupakan bagian penting dalam melaksanakan setiap proses kegiatan budidaya kelapa sawit terutama kegiatan pemanenan. Menurut Trismiaty et al. (2008) keberhasilan dari pengelolaan tenaga kerja untuk mendukung kegiatan pengelolaan pemanenan kelapa sawit dipengaruhi oleh keterampilan dari karyawan, baik karyawan kantor, pabrik, maupun karyawan yang sifatnya bekerja dilapangan. Melalui manajemen budidaya kelapa sawit khususnya manajemen panen yang optimal diharapkan mampu menghasilkan produktivitas dan produksi yang maksimal.

Kegiatan panen merupakan kegiatan pengambilan hasil dari suatu tanaman kelapa sawit. Hasil panen kelapa sawit berupa Tandan Buah Segar (TBS). Menurut Pahan (2006) pekerjaan panen merupakan pekerjaan yang utama di perkebunan kelapa sawit karena langsung menjadi sumber pemasukan uang bagi perusahaan melalui penjualan minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit.

(14)

2

lapangan pada saat panen yang sering menjadi perhatian adalah ketersediaan alat panen yang kurang memadai, alat transportasi, jalan transportasi, kurangnya organisasi panen yang baik, permasalahan tenaga kerja dan kurang mengertinya pekerja dalam memanen. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengelolaan panen dan ketentuan – ketentuan umum dalam pemanenan, agar TBS yang dipanen benar-benar sudah matang secara fisiologis, sehingga minyak kelapa sawit yang dihasilkan baik CPO (Crude Palm Oil) maupun PKO (Palm Kernel Oil) bermutu dan berkualitas baik.

Tujuan

Secara umum kegiatan magang bertujuan untuk memperoleh pengalaman kerja, keterampilan dan pengetahuan. Selain itu, kegiatan magang juga bertujuan untuk menerapkan secara langsung ilmu yang sudah didapatkan selama menjalani perkuliahan melalui fungsi manajemen perkebunan kelapa sawit. Secara khusus kegiatan magang bertujuan untuk mempelajari pengelolaan panen melalui analisis-analisis aspek pemanenan (meliputi data primer dan data skunder) yang dilakukan selama dalam kegiatan magang.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika, yaitu daerah kawasan Nigeria di Afrika Barat. Setelah Columbus menemukan benua Amerika dan terbukanya perjalanan ke kawasan Asia, tanaman kelapa sawit menyebar ke berbagai kawasan baru mulai dari Eropa sampai keberbagai negara beriklim tropis, terutama di kawasan yang terletak antara 10 °Lintang Utara dan 10 °Lintang Selatan. Secara umum kawasan Asia tersebut terdapat beberapa negara penghasil utama tanaman kelapa sawit seperti Malaysia, Indonesia dan Thailand (Setyamidjaja 2006).

Menurut (Setyamidjaja 2006) taksonomi tanaman Kelapa Sawit adalah sebagai berikut :

Ordo : Palmales Famili : Palmae Sub-famili : Cocoidae Genus : Elaeis

Spesies : 1. Elaeis guineensis Jacq (kelapa sawit Afrika) 2. Elaeis melanococca atau Corozo oleifera (kelapa sawit Amerika Latin)

(15)

3 akar skunder) dan akar kuarter (akar-akar cabang dari akar tertier dengan diam 0.2-0.5 mm). Bagian batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus ke atas dengan berbentuk silindris. Batang ujung pada kelapa sawit terdapat titik tumbuh yang membentuk daun-daun. Bagian daun kelapa sawit bersirip genap dan bertulang sejajar. Pangkal pelepah daun terdapat duri-duri atau bulu-bulu halus sampai kasar dan panjang pangkal tersebut mencapai 9 m (Setyamidjaja 2006).

Bagian generatif kelapa sawit meliputi bunga (flos) dan buah (fructus). Bunga kelapa sawit termasuk berumah satu (pada satu batang terdapat bunga betina dan bunga jantan yang letaknya terpisah). Namun, terkadang pada kondisi alam tertentu terdapat bunga betina dan bunga jantan yang letaknya tidak terpisah (hermaprodit). Tandan bunga jantan dibungkus oleh seludang bunga dan pecah ketika bunga tersebut menjelang matang. Bunga betina terletak dalam tandan bunga yang muncul pada ketiak daun dan bunga betina setelah dibuahi nantinya akan menjadi buah atau biasa disebut Tandan Buah Segar (TBS). Buah kelapa sawit tersusun atas kulit buah (exocarp), daging buah (mesocarp), cangkang (endocarp) dan inti sawit atau kernel, endosperm (Setyamidjaja 2006).

Syarat Tumbuh

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik dengan lama penyinaran matahari berkisar antara 5 sampai 7 jam perhari dengan suhu 24 sampai 28 °C dan water). Curah hujan yang efektif untuk tanaman kelapa sawit berkisar antara 1300 sampai 1500 mm tahun-1 atau rata–rata 108 sampai 125 mm bulan-1 atau 3.6 sampai 4 mm hari-1. Keadaan tanah yang ideal dan mendukung bagi pertumbuhan kelapa sawit adalah apabila jumlah udara dan air yang tersedia langsung di dalam tanah dalam keadaan seimbang. Kelapa sawit tumbuh baik pada ketinggian 0 sampai 500 mdpl (Risza 2010).

Tanaman kelapa sawit apabila kekurangan atau kelebihan unsur hara dapat merugikan pertumbuhan tanaman. Gejala tersebut dapat terlihat pada tanah-tanah dengan pH yang ekstrem. Gejala tersebut dapat ditiadakan dengan mengubah pH ke arah optimum. Tanaman kelapa sawit untuk tumbuh dengan baik memiliki pH yang optimum berkisar antara 5-6. Kekurangan pH dapat dimanipulasi dengan pemberian kapur, belerang dan perbaikan sistem drainase (Risza 2010).

Pemanenan

(16)

4

kelapa sawit meliputi persiapan panen pada tanaman muda, persiapan untuk proses kegiatan pemanenan, mengetahui kriteria panen, rotasi panen, cara panen, angkutan panen, pembiayaan panen, ramalan produksi, penyebaran produksi dan kendala keproduksian (Lubis 1992).

Persiapan Panen pada Tanaman Muda

Kelapa sawit dengan varietas tenera akan mulai dapat dipanen pada umur 30 bulan (dalam keadaan normal 90-100 % dari seluruh pokok sudah matang panen). Pengertiannya adalah pokok kelapa sawit muda telah memiliki tandan – tandan yang siap untuk dipanen. Tandan yang di panen disebut sebagai tandan buah segar (TBS). Persiapan panen harus sudah dilaksanakan yaitu peningkatan atau pengerasan jalan, pembukaan pasar panen dan TPH (Tempat Pengumpulan Hasil), perencanaan pengadaan pemanen, pengangkutan dan persiapan pabrik menerima tandan (Lubis 1992).

Persiapan Kegiatan Pemanenan

Persiapan panen yang akurat akan memperlancar pelaksanaan panen. Persiapan ini meliputi kebutuhan tenaga kerja, peralatan panen, pengangkutan panen, dan pengetahuan kerapatan panen, serta sarana panen. Persiapan tenaga kerja meliputi jumlah tenaga kerja yang efesien dalam setiap pelaksanaan panen dan pengetahuan atau ketrampilannya. Kebutuhan tenaga kerja bergantung pada keadaan topografi, kerapatan panen,dan umur tanaman (Tyas 2008).

Kriteria Panen

Secara umum buah kelapa sawit sudah bisa dipanen jika dua buah atau brondolan kelapa sawit lepas dari tandannya (jatuh disekitar lingkaran piringan). Pemanenan yang baik harus melihat beberapa faktor dalam pengelolaan panen yaitu tidak ada buah mentah yang dipanen, tidak ada buah yang matang tertinggal dipiringan pokok, tidak ada TBS yang tertinggal di Tempat Pengumpulan Hasil (TPH), janjang kosong tidak ada terbawa ke pabrik, pelepah tandan diletakkan secara telungkup digawangan mati (Lubis 1992).

Rotasi Panen

Seorang pemanen dan didampingi para pengelola kebun kelapa sawit didalam memanen yang baik ada targetan-targetan khusus yang harus dicapai setiap harinya. Maka dari itu, didalam pengelolaan panen diperlukan pergiliran atau rotasi panen. Rotasi panen yang diatur dengan baik dapat memaksimalkan hasil panen dan bertujuan untuk melakukan perbaikan alat-alat yang digunakan serta memiliki waktu untuk istirahat bagi para pemanen (Setyamidjaja 2006). Angkutan Panen dan Ramalan Produksi

Angkutan panen. Angkutan panen merupakan salah satu peran yang sangat penting dalam proses pemanenan. Oleh karena itu, hasil panen yang sudah terkumpul di TPH harus sesegera mungkin diangkut oleh angkutan yang fasilitasnya memadai pada hari panen tersebut (Lubis 1992).

(17)

5 Ramalan produksi bertujuan untuk mengetahui kebutuhan tenaga pemanen secara efisien (Lubis 1992). Salah satu metode dalam mengukur tingkat keefisienan tenaga pemanen dapat dilakukan dengan pengamatan kehilangan hasil produksi di lapangan dan pengamatan kehilangan hasil produksi dalam proses pengangkutan hasil panen. Menurut Sarwoto dan Tampubolon (2001) kehilangan hasil produksi sangat dipengaruhi oleh faktor cuaca dan tenaga kerja.

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di Teluk Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati Minamas Plantation, Desa Rotan Semelur Kecamatan Pelangiran Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. Waktu pelaksanaannya adalah mulai tanggal 10 Februari 2014 sampai tanggal 10 Juni 2014.

Metode Pelaksanaan

Metode yang digunakan pada kegiatan magang adalah metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung yang digunakan selama kegiatan magang meliputi praktek kerja langsung di lapangan dan administrasi di kantor. Praktek kerja langsung di lapangan meliputi karyawan harian lepas (KHL) selama satu bulan, pendamping mandor (satu bulan) dan pendamping asisten divisi selama dua bulan. Kegiatan wawancara dan diskusi dilakukan dengan karyawan yang ada di kebun. Metode tidak langsung dilakukan melalui pengumpulan data dari laporan harian, laporan bulanan, laporan tahunan dan arsip kebun.

Kegiatan magang secara teknis dilakukan dengan menjadi KHL. Seluruh kegiatan teknis yang ada di kebun diikuti selama menjadi KHL. Jenis kegiatannya antara lain adalah pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM), sensus pokok pada TBM, replanting, pembibitan, pemanenan, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, pemupukan dan perawatan infrakstruktur kebun. Kegiatan magang dengan aspek manajerial dilakukan dengan mendampingi mandor (mandor panen, krani divisi dan krani panen, mandor perawatan, mandor replanting dan mandor I) dan asisten divisi. Aspek manajerial dilakukan selama tiga bulan dengan satu bulan sebagai pendamping mandor secara keseluruhan dan dua bulan sebagai pendamping asisten divisi. Rincian kegiatan selama magang terlampir pada Lampiran 1, 2 dan 3.

Pengumpulan Data

(18)

6

kerapatan panen (AKP), tenaga kerja panen, pelaksanaan panen, sistem premi kehilangan hasil dan pengangkutan panen. Data skunder diperoleh dari data-data yang ada di kebun meliputi lokasi dan letak geografis kebun, keadaan iklim, luas areal dan tata guna lahan, data produksi, norma kerja di lapangan dan struktur organisasi kebun.

Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan metode sampling acak sederhana (Simple Random Sampling). Berikut adalah komponen – komponen aspek pemanenan yang diamati sebagai data primer :

1. Angka Kerapatan Panen (AKP). Pengamatan AKP diaplikasikan pada 3 seksi panen yang akan di panen keesokan harinya (siang hari). Jumlah pokok yang diamati pada setiap seksi panen sebanyak 300 pokok. Angka kerapatan panen didapatkan dengan menggunakan rumus:

Kerapatan panen x 100 %

2. Kriteria Panen. Pengamatan kriteria panen didasarkan pada tingkat kematangan buah yaitu buah mentah (unripe), kurang matang (under ripe), matang (ripe) dan empty bunch. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui persentase tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan dengan memilih 5 tenaga kerja contoh pada hari pertama dan hari kedua. Pengamatan kriteria panen diamati di tempat pengumpulan hasil (TPH) masing – masing tenaga kerja contoh.

3. Pelaksanaan Panen. Pelaksanaan panen dilakukan dengan mengikuti kegiatan pemanenan. Pengamatan yang dilakukan adalah mengetahui kualitas hanca pemanen. Total pemanen contoh sebanyak 5 karyawan.

4. Tenaga Kerja. Pengamatan yang dilakukan adalah menganalisis kebutuhan tenaga kerja panen yang diperlukan dalam setiap hari kerja (HK) berdasarkan standar perusahaan dengan tenaga kerja aktual. Analisis kebutuhan tenaga kerja menggunakan rumus:

Tenaga pemanen (orang HK-1) =

5. Kehilangan Hasil Panen (Losses). Losses adalah besarnya kehilangan panen baik TBS ataupun brondolan dengan dipengaruhi oleh adanya faktor-faktor tertentu. Pengamatan kehilangan hasil panen dilakukan di 2 lokasi yaitu saat melakukan pengangkutan di TPH, masing – masing di blok E007 dan E008 dan saat melakukan over skip dari bargas ke ponton container (PC). Jumlah TPH contoh sebanyak 20 TPH pada masing - masing blok dan 14 container (7 container hari pertama dan 7 container hari kedua).

Analisis Data dan Informasi

(19)

7 uji t- student. Uji t-student digunakan untuk membandingkan variabel data yang sudah diperoleh. Data - data yang dianalisis diolah dengan menggunakan bantuan MS. Excel dan software Minitab 14.

KEADAAN UMUM

Letak Geografis dan Letak Wilayah Administratif

PT Bhumireksa Nusa Sejati (BNS) merupakan perusahaan yang bergerak disektor perkebunan kelapa sawit dan merupakan anak perusahaan dari Minamas Plantation Group. PT Bhumireksa Nusa Sejati terbagi atas lima kebun dan salah satunya adalah Teluk Bakau Estate (TBE). Secara administratif Kebun Teluk Bakau terletak di Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau. Perjalanan menuju kebun dapat ditempuh melalui dua wilayah yaitu dari wilayah batam (Kepulauan Riau) dan Tembilahan (Riau). Secara geografis PT Bhumireksa Nusa Sejati terletak dipesisir Pantai Timur Sumatera dengan koordinat 00°15”- 00°00” Lintang Utara dan 103°20”-103°40” Bujur Timur.

Perjalanan menuju kebun dari batam berawal dari bandara Hang Nadim. Selanjutnya, dari bandara Hang Nadim menuju ke Pelabuhan Sekupang (Pelabuhan Domestik) dengan menggunakan transportasi darat. Perjalanan dari bandara Hang Nadim menuju Pelabuhan Sekupang menghabiskan waktu ± 45 menit. Kemudian dari Pelabuhan Sekupang menuju Pelabuhan Sungai Guntung dengan menggunakan transportasi air (kapal fery jenis tenggiri atau marina selama 2-4 jam). Selanjutnya, dari Sungai Guntung menuju Kebun Teluk Bakau dengan menggunakan transportasi air (speed boat) selama ± 30 menit. Perjalanan ke Kebun Teluk Bakau dari Tembilahan (Ibu Kota Kabupaten Indragiri Hilir, Riau) ditempuh dengan menggunakan transportasi air (speed boat) selama 4-6 jam.

Keadaan Iklim dan Tanah

Kondisi iklim di Kebun Teluk Bakau berdasarkan data curah hujan lima tahun terakhir menurut Schmidt-Ferguson termasuk tipe iklim A yaitu daerah sangat basah dengan rata-rata curah hujan tahunan 2 001. 91 mm tahun-1, rata-rata bulan kering 0.6 dan rata-rata bulan basah 10.2. Data curah hujan disajikan pada Lampiran 4. Jenis tanah di Kebun Teluk Bakau, PT BNS tergolong tanah organik atau tanah gambut (peat soil) dengan kedalaman 2- 5 m dengan rincian kandungan histosol 100 %.

(20)

8

lahan Kebun Teluk Bakau dikategorikan pada tingkat kesesuaian lahan kelas S3 dengan faktor pembatas pH yang rendah (masam tinggi) dan tingkat kedalaman gambut.

Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan

Luas areal Kebun Teluk Bakau sampai Mei tahun 2014 adalah 4 085 ha (rincian penggunaan lahan Kebun Teluk Bakau disajikan pada Tabel 1). Kebun Teluk Bakau dibagi menjadi 4 divisi, yaitu Divisi I (1 030 ha) yang terbagi atas 8 blok, Divisi II (1 033 ha) terbagi atas 8 blok, Divisi III (1 114 ha) terdiri atas 6 blok dan Divisi IV (908 ha) terdiri atas 6 blok (Lampiran 5).

Tabel 1 Rincian penggunaan lahan Kebun Teluk Bakau

Keterangan Luas (ha)

Tanaman Menghasilkan (TM) 2 586

Tanaman Belum Menghasilkan

(TBM) 400

Pembibitan 40

Replanting 467

Pabrik 9

Areal yang tidak ditanami

(prasarana) 583

Total 4 085

Areal prasarana merupakan areal yang sengaja tidak ditanami tanaman kelapa sawit. Areal prasarana tersebut dialokasikan untuk perumahan karyawan baik karyawan staf maupun non staf, jembatan dan rumah ibadah. Selain itu, areal prasarana juga dialokasikan untuk bangunan – bangunan yang bersifat untuk memperlancar aktivitas kebun seperti rumah genset, jembatan, gudang, gedung olahraga, gedung sekolah dan dermaga transportasi air.

Keadaan Tanaman dan Produksi

(21)

9 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Struktur organisasi tertinggi di PT BNS dipimpin oleh seorang General Manager (GM). Kebun Teluk Bakau dipimpin oleh seorang manager. Manager merupakan jabatan tertinggi di Kebun Teluk Bakau dan bertanggung jawab langsung terhadap seluruh kegiatan operasional kebun.

Seorang manager di Kebun Teluk Bakau membawahi seorang senior asisten, seorang Kepala Tata Usaha (KTU) dan tiga asisten divisi. Secara umum senior asisten bertanggung jawab langsung dalam memimpin seluruh divisi di Kebun Teluk Bakau. Senior asisten dibantu oleh asisten divisi dalam menjalankan tugasnya. Asisten divisi bertanggung jawab langsung dalam memimpin divisi. Kepala Tata Usaha bertanggung jawab dalam memimpin administratif kebun dan bertanggung jawab langsung kepada manager kebun. Struktur organisasi Kebun Teluk Bakau dapat dilihat pada Lampiran 7.

Ketenagakerjaan di Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati terdiri atas karyawan staf dan non staf. Karyawan staf terdiri dari estate manager, senior asisten (asisten kepala), asisten divisi, KTU, Dokter, EMS (Engineering Management Support), IT (Information and Technology), Staf GM dan PSD (Plantation Support Department). Pemberian gaji berdasarkan golongan dan kebijakan yang dibuat oleh perusahaan. Karyawan non staf terdiri atas syarat kerja umum (SKU) yang terbagi menjadi SKU bulanan dan SKU harian. Jumlah karyawan di Kebun Teluk Bakau sampai dengan bulan Desember 2013 sebanyak 591 orang yang terdiri dari karyawan staf sebanyak 11 orang dan karyawan non staf sebanyak 580 orang (Tabel 2). Berdasarkan Tabel 2, indeks tenaga kerja (ITK) di Kebun Teluk Bakau sebesar 0.14.

Tabel 2 Rincian jumlah tenaga kerja Kebun Teluk Bakau

Jenis tenaga kerja Jabatan karyawan Jumlah (orang)

Karyawan Staf Manager 1

Asisten Kepala 1

KTU 1

Asisten Divisi 3

Dokter 1

EMS 1

IT 1

Staf GM 1

PSD 1

Karyawan Non Staf SKU Bulanan 125

SKU Harian 455

Jumlah 591

(22)

10

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis Pengendalian Gulma

Gulma adalah tanaman yang mengganggu tanaman utama. Adanya gulma akan menyebabkan persaingan dalam hal pengambilan unsur hara baik dari tanah maupun dari udara. Gulma akan menyebabkan kerugian ekonomi bagi tanaman utama. Oleh karena itu, keberadaan gulma di areal tanaman utama harus dikendalikan agar tidak merugikan secara ekonomi dan tidak mengganggu perkembangan serta pertumbuhan tanaman utama. Contoh gulma yang ada di Kebun Teluk Bakau adalah Nephrolepis biserata, Clidemia hirta, Paspalum conjugatum, Melastoma malabathricum, Mikania micrantha, Borreria alata, Saccharum spontanium. Pengendalian gulma di Kebun Teluk Bakau Divisi I dilakukan dengan cara pengendalian manual dan pengendalian kimia. Sasaran pengendalian gulma dilakukan pada tanaman yang belum menghasilkan. Adapun organisasi (proses kegiatan) pengendalian gulma pada tanaman belum menghasilkan (TBM) di Kebun Teluk Bakau Divisi I baik secara manual maupun kimia adalah sebagai berikut :

1) Mandor perawatan mengikuti apel pagi 05.45 setiap harinya bersama para mandor dan asisten. Apel pagi berguna untuk mengevaluasi pekerjaan yang sudah dilakukan dan menjelaskan pekerjaan yang akan dilakukan (langsung dipimpin mandor I dan asisten).

2) Mandor perawatan TBM terbagi dua yaitu mandor pengendalian gulma kimia dan pengendalian gulma manual.

3) Setelah selesai mengikuti apel pagi, mandor mengumpulkan karyawan yang menjadi anggota masing – masing mandor. Pengumpulan karyawan bertujuan untuk meneruskan informasi yang sudah didapatkan pada saat apel pagi bersama asisten dan memberikan hanca masing – masing karyawan.

4) Karyawan melaksanakan pekerjaannya sesuai hanca masing – masing dan pengawasan dilakukan oleh mandor.

5) Mandor perawatan diwajibkan memonitoring setiap kali pekerjaan dilakukan, (mencatat prestasi kerja karyawan, mencatat pemakaian bahan yang digunakan dan menegur langsung karyawan yang tidak taat aturan).

(23)

11

Gambar 1 Pekerjaan pengendalian gulma manual : (a) cados, (b) pekerjaan pengendalian gulma manual

Pengendalian gulma secara kimia. Pengendalian gulma secara kimia adalah pengendalian dengan menggunakan bahan kimia (racun). Cara pengendaliannya adalah dengan menyemprotkan bahan pada gulma sasaran dengan konsentrasi yang sudah ditetapkan sesuai dengan rekomendasi perusahaan. Pengendalian gulma secara kimia di Kebun Teluk Bakau Divisi I menerapkan sistem kerja Block Spraying System (BSS). Artinya penyemprotan terkonsentrasi pada areal tertentu (blok demi blok). Tujuan umum penggunaan BSS adalah meningkatkan output pekerja baik kualitas maupun kuantitas kerja dan memudahkan pengawasan pada saat penyemprotan dilakukan. Pengendalian gulma secara kimia dilakukan di dua tempat yaitu pada gawangan dan piringan tanaman kelapa sawit yang belum menghasilkan (TBM).

Secara umum organisasi pelaksanaan pengendalian gulma secara kimia adalah 1) mandor mengikuti antrian pagi bersama asisten. 2) Mandor I dan asisten memberikan intruksi dan pengarahan ke mandor chemist (mandor pengendalian gulma kimia). 3) Mandor chemist meneruskan hasil pengarahan dari asisten dan mandor besar ke karyawan anggotanya. 4) Karyawan mengambil alat semprot dan bahan yang digunakan di kantor divisi. 5) Sebelum berangkat ke lokasi penyemprotan, mandor menjelaskan hanca masing – masing karyawan yang harus dikerjakan setiap hari kerjanya, mengabsen dan mengecek peralatan yang dibawa oleh karyawan. 6) Karyawan berangkat ke lokasi. 7) Pelaksanaan penyemprotan (mandor memastikan karyawan sudah menjalankan intruksi dengan baik). 8) Pengawasan oleh mandor. 9) Mandor memonitoring seluruh pekerjaan pada hari tersebut. 10) 1 HK standar perusahaan adalah 7 jam kerja (07.00 – 14.00) dengan jam istirahat 10.30 – 11.00, hari jumat 5 jam kerja tanpa ada jam istirahat (07.00 – 12.00).

Alat semprot yang digunakan untuk pengendalian gulma secara kimia baik di gawangan hidup maupun piringan TBM adalah alat semprot knapsack sprayer RB 15 dengan nozle yang bersifat VLV (Very Low Volume). Alat semprot ini berkapasitas 15 liter tangki-1. Alat semprot tersebut sudah disediakan oleh perusahaan. Selain alat semprot, perusahaan juga menyediakan dan memberikan Alat Pelindung Diri (APD) untuk setiap karyawan. Alat pelindung diri yang diberikan adalah sarung tangan, masker, baju pelindung dan kacamata.

Total tenaga kerja pekerjaan pengendalian gulma secara kimia sebanyak 4 orang (2 orang wanita dan 2 orang laki – laki). Adapun gulma yang dikendalikan secara kimia adalah gulma berdaun lebar (dikerjakan oleh 2 orang wanita) dan kentosan (dikerjakan oleh 2 orang laki – laki). Bahan yang digunakan untuk pengendalian gulma berdaun lebar bermerek dagang Kenlon. Kenlon adalah

(24)

12

herbisida purna tumbuh sistemik berbentuk pekatan berwarna coklat berbahan aktif triklopil butoksi etil ester 480 g l-1. Konsentrasi yang digunakan sebesar 1%. Artinya untuk 15 liter air tangki-1 dicampur bahan sebanyak 150 ml. Bahan yang digunakan untuk pengendalian gulma berjenis kentosan bermerek dagang basta. Basta adalah herbisida purna tumbuh non selektif berbentuk pekatan berwarna biru kehijauan yang dapat larut dalam air. Basta berbahan aktif amonium glufosinat 150 g l-1. Konsentrasi yang digunakan sebesar 1.33%. Artinya untuk 15 l air tangki-1 dicampur bahan sebanyak 200 ml.

Pengendalian gulma secara kimia diaplikasikan di gawangan hidup. Hal ini bertujuan untuk memudahkan perawatan. Cara pengendaliannya adalah dengan menyemprotkan bahan yang sudah dilarutkan dengan air secara langsung ke gulma sasaran (Gambar 2). Satu tangki (15 liter) secara rata – rata mampu menghasilkan output sebanyak 2 gawangan (1 gawangan terdapat 30 pokok dengan jarak tanam 7.93 m x 7.93 m x 7.93 dan jarak antar barisan 7 m). Prestasi kerja untuk pengendalian gulma daun lebar dan kentosan secara kimia secara rata – rata 1.33 ha HK-1. Prestasi tersebut dilakukan pada hari jumat (1 HK hari jumat 5 jam). Kendala umum pekerjaan pengendalian gulma secara kimia adalah susahnya mencari air sebagai campuran bahan. Hal ini disebabkan karena pada saat jadwal magang (Februari – Maret) kondisi cuaca mengalami kemarau panjang sehingga air ditanah gambut susah didapatkan. Akibatnya air sebagai campuran bahan (pelarut bahan) tidak berfungsi dengan baik (terdapat banyak kotoran pada air tersebut). Hal ini akan berdampak langsung pada kualitas hasil kerjaan penyemprotan (Nozle dapat tersumbat). Karyawan harus berjalan ± 400 m untuk mendapatkan air bersih.

Gambar 2 Pelaksanaan penyemprotan Pemupukan

Pemupukan adalah pemberian unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman apabila tanaman tersebut kekurangan unsur hara. Menurut (Sutarta et al 2003) pemupukan merupakan salah satu investasi penting dalam pengusahaan tanaman kelapa sawit guna untuk mencapai produksi yang setinggi – tingginya. Pupuk merupakan salah satu sumber unsur hara utama yang sangat menentukan tingkat pertumbuhan dan produksi kelapa sawit. Setiap unsur hara memiliki peranan masing – masing dan dapat menunjukkan gejala tertentu pada tanaman apabila ketersediannya dalam tanah sangat kurang.

(25)

13 1.90%, berbentuk butiran dan berwarna coklat. Dosis pupuk yang digunakan adalah 3.5 kg pokok-1.

Sistem pemupukan di Kebun teluk Bakau Divisi II adalah Block Manuring System (BMS). Artinya pemupukan dilakukan per blok (terkonsentrasi pada satu blok tertentu setiap satu kali pelaksanaan pemupukan). Tujuannya adalah agar mandor mudah dalam melakukan pengawasan. Adapun proses pemupukan yang dilakukan di Kebun Teluk Bakau Divisi II adalah memastikan pupuk sudah tersedia di gudang pupuk, persiapan tenaga kerja, pendistribusian dari gudang ke blok lokasi pemupukan (pendistribusian pupuk menggunakan sarana air), dan pengaplikasian pupuk dilapangan.

Pendistribusian pupuk dari gudang ke blok lokasi untuk pengaplikasian pupuk menggunakan bargas (transport air). Pendistribusian dikerjakan oleh 3 tenaga kerja dan 1 operator bargas (mandor sudah melakukan pengawasan selama proses pendistribusian). Perjalanan pendistribusian pupuk menggunakan bargas dimulai dari KCB (tempat pengangkutan pupuk dari gudang ke bargas), kemudain ke KUT dan ke KCB lokasi pemupukan. Waktu yang dibutuhkan selama pendistribusian pupuk dari gudang sampai ke lokasi kurang lebih selama 2 jam yaitu mulai pukul 07.00 - 09.00. Pupuk diletakkan disetiap TPH (memudahkan tenaga kerja untuk pengambilan pupuk). Pendistribusian pupuk dari gudang ke lokasi pemupukan hanya dilakukan satu kali selama 1 HK.

Kegiatan pemupukan dilakukan oleh karyawan perempuan (berjumlah 7 orang). Kegiatan aplikasi pemupukan dimulai pada pukul 09.00 (setelah pupuk sudah di TPH). Sebelum pelaksanaan, seluruh karyawan mendapatkan pengarahan dari mandor (mandor menjelaskan teknis pelaksanaan pemupukan dan hanca masing – masing karyawan). Setelah selesai pengarahan, karyawan mengambil pupuk langsung dari TPH menggunakan angkong masing – masing. Setelah selesai, selanjutnya karyawan melakukan pengaplikasian pupuk.

Organisasi pengaplikasian pupuk adalah menggunakan sistem hanca giring dengan metode satu pasar rintis ditempati 2 karyawan (pembagian hanca berdasarkan parit tengah blok). Pupuk ditabur mengelilingi setiap pokok yang akan dipupuk dengan menggunakan pola U - shape (berbentuk U menghadap pasar rintis). Penaburan pupuk tersebut dilakukan dengan menggunakan ember dan piring. Metode pemupukan U - shape tidak mengaplikasikan pupuk di sekitar gawangan hidup pada setiap pokok sehingga metode ini tepat untuk memaksimalkan penyerapan unsur hara yang terkandung pada pupuk oleh tanaman. Prestasi karyawan melaksanakan pemupukan adalah 1 ton HK-1. Pengaplikasian pupuk oleh karyawan disajikan pada Gambar 3.

(26)

14

Replanting

Replanting adalah kegiatan menanam kembali (tanaman yang sama) dengan tujuan untuk mengembalikan dan memaksimalkan produksi serta memaksimalkan keuntungan secara ekonomi. Lokasi kegiatan replanting (peremajaan) selama pelaksanaan magang berada di Kebun Teluk Bakau Divisi I. Proses kegiatan replanting di Kebun Teluk Bakau Divisi I yaitu persiapan lahan, penanaman dan pemeliharaan tanaman. Tahapan kegiatan persiapan lahan adalah sensus pokok pada blok yang akan dilakukan replanting, penetapan raja lining, pre lining, pembongkaran pokok, pembuatan parit dan compacting serta cambering. Tahapan kegiatan penanaman adalah pemancangan pancang tanam, pembuatan lubang tanam, pemberian pupuk RP (Rhock Phospate) dan penanaman pokok sawit. Kegiatan pemeliharaan yaitu menanam LCC (Legum Cover Crop) dan pengendalian gulma serta hama penyakit tanaman.

Persiapan Lahan

Sensus pokok. Kegiatan sensus pokok bertujuan untuk mengetahui keadaan tanaman di blok yang akan di remajakan. Kegiatan yang dilakukan adalah menghitung jumlah pokok hidup (H) dan pokok mati (M) (pada setiap baris tanaman yang akan diremajakan). Setiap hasil sensus di tulis (H dan M) menggunakan cat merah (Gambar 4) pada pelepah pokok pertama dan terakhir menghadap ke arah Kanal Cabang (KCB).

Gambar 4 Hasil sensus pokok

Penetapan Raja Lining. Raja lining adalah titik awal untuk menentukan jarak barisan tanaman, jarak titik tanam, jarak CECT (Close Ended Conservation Trenches) dan jarak field drain. Penetapan raja lining sudah dilakukan sebelum pelaksanaan magang. Pancang perdana raja lining dilakukan oleh bapak GM (General Manager) Estate (Gambar 5 ).

(27)

15

Pre lining. Pre lining adalah kegiatan pemancangan untuk menentukan

letak field drain dan letak CECT sekaligus panduan operator excavator untuk merumpuk hasil chipping batang dan bonggol perakaran agar tidak jauh dari CECT. Ujung pancang field drain diberi warna biru, sedangkan ujung pancang CECT diberi warna merah (Gambar 6).

Gambar 6 Pemancangan field drain dan CECT : (a) field drain, (b) CECT

Pembongkaran pokok. Pekerjaan pembongkaran pokok dilakukan dengan menggunakan alat berat excavator. Pekerjaan pembongkaran pokok secara berturut – turut adalah penumbangan pokok, chipping dan gali bonggol dan perakaran (Gambar 7). Penumbangan dilakukan dengan memperhatikan arah barisan tanaman dan operator excavator wajib memastikan arah tumbang pokok didekatkan pada titik pancang CECT. Setelah penumbangan selanjutnya adalah melakukan pencincangan (chipping). Chipping adalah pencacahan batang kelapa sawit dengan maksimal tebal hasil chipping 10 cm, hal ini bertujuan untuk mempercepat terurainya batang oleh mikroorganisme (mencegah perkembangan hama larva oryctes). Selanjutnya adalah menggali bonggol dan perakaran dengan panjang, lebar dan dalam berturut – turut 2 m, 2 m dan 2 m. Hasil pekerjaan pembongkaran pokok dibiarkan minimal 2 minggu dengan tujuan untuk meminimalkan perkembangan ganoderma. Pekerjaan pembongkaran pokok dikerjakan dengan menggunakan alat berat excavator 130 F. Prestasi kerja pekerjaan pembongkaran pokok (penumbangan pokok, chipping dan gali bonggol dan perakaran) dengan alat berat excavator 130 F adalah 12 pokok jam-1.

Gambar7 Pembongkaran pokok : (a) tumbang pokok, (b) hasil chipping

a b

(28)

16

Pembuatan parit. Parit yang dibuat pada kegiatan replanting Kebun Teluk Bakau adalah CECT (Close Ended Conservation Trenches), field drain, parit tengah dan New KCB. KCB (Kanal Cabang) baru adalah inovasi terbaru pada kegiatan peremajaan. Awalnya sebelum peremajaan KCB baru merupakan parit tengah yang membelah blok menjadi dua bagian sama. Pembuatan KCB baru nantinya berfungsi untuk memudahkan proses pengangkutan TBS dari Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) ke colection point (CP).

CECT (Close Ended Conservation Trenches) adalah parit yang berfungsi untuk menampung hasil pembongkaran pokok, sisa – sisa sampah pelepah dan pencegah perkembangan oryctes. Pekerjaan pembuatan CECT dikerjakan dengan alat berat excavator dengan prestasi kerja 44 m jam-1 dan 1 ha panjang CECT 334 m. Ukuran CECT yang dikerjakan adalah 2 m (lebar atas), 1.8 m (lebar bawah), 1.2 m (dalam). Pekerjaan pembuatan CECT tidak ditembuskan ke parit tengah (6 m dari pinggir parit tengah). Setiap pembuatan CECT operator excavator wajib memastikan bahwa seluruh sampah - sampah dalam posisi tergenang (meminimalkan perkembangan Oryctes rhinoceros). Pembuatan CECT disajikan pada Gambar 8.

Gambar 8 Pembuatan parit : (a) pembuatan CECT, (b) hasil CECT

Field drain adalah parit yang berfungsi untuk konservasi air dan tanah. Pembuatan field drain dikerjakan dengan alat berat excavator. Ukuran field drain 1 m (lebar atas), 0.8 m (lebar bawah) dan 0.8 m (dalam). Pembuatan field drain ditembuskan ke parit tengah. Rasio pembuatan parit field drain dan CECT adalah 1 : 4. Artinya bahwa setiap 4 baris tanaman terdapat 1 parit field drain dan 1 parit CECT. Jarak parit CECT ke field drain 14 m, CECT ke CECT 28 m begitupun field drain ke field drain 28 m. Prestasi kerja pembuatan parit field drain menggunakan alat berat excavator PC 200 72 m BU-1 (selama satu jam kerja alat berat).

Kendala umum saat pembuatan field drain adalah areal pembuatan field drain yang terdapat akar atau tunggul akan mempersulit alat berat excavator untuk menyelesaikannya pekerjaan tersebut. Kendala ini akan mempengaruhi prestasi kerja alat berat. Namun, berdasarka SOP (Standart Operasional Procedure) excavator harus tetap membersihkan baik akar maupun tunggul tersebut agar memperlancar aliran air pada field drain tersebut. Hasil pekerjaan pembuatan parit field drain disajikan pada Gambar 9.

(29)

17

Gambar 9 Parit field drain

Parit tengah adalah parit penghubung field drain. Pembuatan parit tengah dikerjakan dengan menggunakan alat berat excavator. Ukuran parit tengah 1 m (lebar atas), 0.8 (lebar bawah) dan 1 m (dalam). New KCB (Gambar 10) merupakan kanal baru yang sengaja dibuat dengan tujuan sebagai sarana transportasi (langsir bibit, langsir pupuk dan evakuasi TBS). Pembuatan New KCB juga dilakukan dengan menggunakan alat berat excavator. KCB baru dikerjakan pada jarak 250 m dari pinggir KCB lama dengan ukuran 4 m x 3 m x 3 m. Lay out blok sebelum dan sesudah replanting disajikan pada Gambar 11.

Gambar 10 Pembuatan parit : (a) parit tengah, (b) new KCB

(a) (b) Gambar 11 Penataan blok replanting :

(a) blok sebelum replanting, (b) blok setelah replanting Sumber : Kantor besar Kebun Teluk Bakau

(30)

18

Compacting dan cambering. Compacting adalah bagian dari pekerjaan

replanting yang pekerjaan utamanya adalah memadatkan tanah yang digunakan untuk tanam kelapa sawit. Pemadatan bertujuan agar tanah padat dan kokoh (pada saat penanaman daya akar memegang tanah kuat sehingga tidak mudah tumbang), sehingga diharapkan adanya compacting pada proses replanting di lahan gambut tanaman tidak doyong dikemudian hari. Pekerjaan compacting dilakukan pada gawangan hidup yang nantinya akan menjadi pasar rintis ketika tanaman sudah mencapai tahap tanaman menghasilkan (TM). Setiap pasar rintis diapit oleh dua parit yaitu parit CECT dan field drain. Pekerjaan compacting dikerjakan menggunakan alat berat excavator PC 130.

Cambering adalah proses membumbun gawangan (pasar rintis) sehingga berbentuk cembung (tinggi hasil cambering dari permukaan tanah sebelum cambering ± 25 – 30 cm). Tujuan pekerjaan cambering yaitu untuk mencegah gawangan agar tidak tergenang terutama pada saat hujan (adanya cambering pergerakan air akan mengalir langsung ke parit CECT dan field drain). Pekerjaan cambering dikerjakan menggunakan alat berat excavator PC 130. Hasil pekerjaan Compacting dan cambering disajikan pada Gambar 12.

Compacting dan cambering dikerjakan secara bersamaan. Awalnya excavator melakukan compacting dengan cara operator menggerakkan excavator pada jalur tanam setiap gawangan (pasar rintis). Panjang satu gawangan pendek arah utara ke selatan ± 119 m. Saat pekerjaan compacting pertama dilakukan maka terjadi penurunan permukaan tanah ± 30 – 35 cm. Pekerjaan compacting dilakukan sebanyak 2 kali (pertama hanya compacting dan ke dua berbarengan dengan cambering). Prestasi kerja pekerjaan compacting dengan menggunakan excavator PC 130 649 m BU-1. Artinya per jam excavator PC 130 dalam keadaan normal mampu melakukan pekerjaan compacting sepanjang 649 m.

Cambering dikerjakan setelah compacting awal selesai. Cara pekerjaan yaitu excavator berjalan mundur dan menarik tanah dipinggir gawangan sampai berbentuk seperti cembungan. Setelah selesai excavator kembali ke posisi awal untuk melanjutkan pekerjaan compacting dan cambering pada gawangan berikutnya (pada saat kembali excavator melakukan compacting kembali dengan posisi ditengah gawangan). Prestasi kerja pekerjaan cambering dengan menggunakan excavator PC 130 108 m BU-1. Sketsa compacting, cambering dan planting point disajikan pada Gambar 13.

(31)

19

Gambar 13 Compacting, cambering dan planting point Sumber : Kantor besar Kebun Teluk Bakau

Penanaman

Pancam tanam (pemancangan). Pemancangan dilakukan setelah seluruh proses persiapan lahan selesai dan merupakan proses awal untuk melakukan penanaman. Pekerjaan pemancangan dikerjakan oleh buruh kontraktor. Pemancangan terdiri dari dua pancang yaitu pancang kepala dan anak pancang. Pancang kepala merupakan tahap awal dalam melakukan pemancangan dan merupakan panduan untuk penentuan titik anak pancang. Pekerjaan pemancangan kepala dilakukan pada setiap gawangan (hidup) yang nantinya untuk areal tanam sepanjang sisi utara dan selatan blok. Jarak antar pancang kepala 7 m dan nantinya jarak pancang kepala akan menjadi jarak antar baris tanaman.

Setelah selesai pekerjaan pancang kepala selanjutnya yaitu penentuan titik letak anak pancang. Titik anak pancang nantinya akan menjadi panduan untuk pembuatan lubang tanam dan penanaman pokok sawit. Proses penentuan anak pancang menggunakan bantuan tali. Tali tersebut diberi tanda simpul biru dan merah. Tali tersebut direntangkan dari mulai arah utara (pancang kepala sampai arah selatan pancang kepala) pada setiap baris jalur tanam. Pemancangan anak pancang dipancang pada simpul tersebut secara selang – seling. Jarak dari pancang kepala ke anak pancang dan setiap anak pancang 7.93 m (titik anak pancang nantinya akan menjadi jarak dalam barisan tanaman. Sehingga populasi tanaman sawit berdasarkan jarak tersebut 180 ha-1. Karena ada CECT, parit field drain, parit tengah dan KCB baru realisasi dilapangan populasi tanaman sawit 174 ha-1. Sketsa pemancangan pancang tanam disajikan pada Gambar 14.

(32)

20

Gambar 14 Teknis proses pemancangan Sumber : Kantor besar Kebun Teluk Bakau

Keterangan : x x x Tali dengan simpul merah dan biru Pancang kepala

Anak pancang

Pembuatan lubang tanam. Pembuatan lubang tanam dilakukan secara mekanisasi (menggunakan alat berat excavator). Sistem lubang tanam yang dibuat hole in hole. Artinya didalam satu lubang tanam terdapat lubang yang bertingkat (lubang bawah dan lubang atas). Lubang bawah berbentuk lingkaran dan lubang atas berbentuk persegi. Tanaman menghasilkan di Kebun Teluk Bakau umumnya doyong (akibat rendahnya daya sanggah tanah gambut). Oleh karena itu, sistem hole in hole diterapkan pada areal replanting dengan harapan agar tidak terjadi subsiden (penurunan permukaan tanah) dan mencegah pokok agar tidak doyong dikemudian hari.

Alat berat pembuat lubang adalah excavator PC 130 dengan alat pembuat lubang disebut Puncher (Gambar 15). Ukuran hole luar puncher secara berturut turut 100 cm x 55 cm x 60 cm (lebar atas x lebar bawah x dalam). Ukuran hole dalam puncher diam 40 cm dan tinggi 40 cm. Prestasi kerja alat berat excavator dalam pembuatan lubang tanam 300 lubang jam-1.

Gambar 15 Pembuatan lubang tanam menggunakan puncher

(33)

21 Bibit sawit yang akan ditanam berasal dari Divisi II Kebun Teluk Bakau (varietas D x P marihat dan sofindo). Pelangsiran bibit dari Divisi II Kebun Teluk Bakau disesuaikan dengan kebutuhan bibit yang akan ditanam. Pelangsiran meggunakan transportasi air (bargas). Langsiran bibit diletakkan dipinggir KCB sisi utara dan sisi selatan blok yang akan di replanting. Penanaman dilakukan oleh SKU harian, ada yang melangsir bibit ke dekat lubang tanam dan ada yang menanam (Gambar 16). Sawit ditanam pada lubang bawah. Hal – hal yang perlu diperhatikan pada saat proses penanaman adalah pada saat memasukkan sawit ke dalam lubang bawah sawit tidak tercekik. Artinya kedalaman pada saat memasukkan sawit sesuai dengan ukuran polybag (leher sawit tepat berada pada permukaan lubang bawah. Selain itu, polybag tidak dibenarkan terikut ke tanam karena akan menghambat pertumbuhan akar dan memastikan sawit tidak miring. Basis pekerjaan menanam sawit 40 pokok HK-1. Premi yang diberikan apabila lebih basis Rp 2000 pokok-1.

Gambar 16 Penanaman pokok sawit : (a) bibit siap tanam, (b) penanaman bibit

Kendala – kendala yang dihadapi dari hasil penanaman pokok sawit selama penulis mengikuti kegiatan replanting yaitu masih terdapat beberapa pokok yang miring (Gambar 17a). Kondisi yang miring akan menyebabkan tanaman tumbang dikemudian hari. Selain itu, kondisi pokok tergenang (Gambar 17b). Tergenangnya tanaman akan mengganggu pertumbuhan vegetatif tanaman dan perkembangan akar. Pencegahan kendala – kendala tersebut dilakukan dengan cara konsolidasi tanaman (memperbaiki tanaman yang mengalami kendala).

Gambar 17 Kendala penanaman pokok sawit : (a) pokok sawit tidak tegak, (b) pokok sawit tergenang

a b

(34)

22

Pemeliharaan. Pemeliharaan lahan perejamaan terdiri dari dua yaitu konservasi air dan tanah dan pemeliharaan terhadap pokok sawit. Pemeliharaan konservasi air dan tanah awal setelah penanaman dilakukan dengan menanam LCC jenis Pueraria javanica (PJ) dan Calopogonium mucunoides (CM). Alat yang digunakan untuk menanam LCC berupa kembes ukuran 3 x 3 m, cangkul, timbangan, ember, angkong dan alat yang sifatnya untuk membuat alur tanam. Bahan yang digunakan untuk menanam LCC dalam 1 ha adalah PJ 3 kg, CM 3 kg, pupuk sumicoat 6 kg, pupuk RP 6 kg, rhizobium 50 g dan air mineral 250 ml. Awalnya rhizobium dilarutkan menggunakan air mineral agar dapat melekat pada biji kacangan, selanjutnya diaduk dengan campuran PJ dan CM selama ± 10 menit. Setelah selesai, selanjutnya hasil campuran tersebut dicampur dengan pupuk sumicoat dan RP, diaduk sampai rata. Setelah pencampuran seluruh bahan selesai maka LCC jenis PJ dan CM siap untuk ditanam.

LCC jenis PJ dan CM ditanam di areal yang nantinya menjadi pasar rintis (ketika sudah tanaman menghasilkan) dengan menggunakan sistem alur atau larikan. Pembuatan alur menggunakan alat garuk dengan kedalaman 3 cm. Setiap pasar rintis terdapat 2 pasang barisan alur dengan masing – masing 1 pasang terdapat 2 alur. Artinya dalam satu pasar rintis terdapat 4 baris alur. Satu pasang alur yang paling terdekat dengan barisan tanaman berjarak 2 m dan jarak antar alur atau larikan pada satu pasang 50 cm. Jarak antar pasang alur 3 m. Penanaman LCC dikerjakan oleh buruh harian lepas dengan prestasi 1 ha HK-1.

Pemeliharaan terhadap tanaman merupakan faktor penting untuk menghasilkan kualitas dan kuantitas tanaman yang tinggi. Pemeliharaan tanaman ditujukan pada pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit serta perkembangan pertumbuhan tanaman. Pemeliharaan terhadap tanaman dilakukan dengan cara konsolidasi. Konsolidasi merupakan perbaikan terhadap tanaman yang dalam pertumbuhannya mengalami kelainan seperti tidak tegak dan tergenang. Selain itu, dilakukan juga pengendalian terhadap pengganggu tanaman (gulma) dengan cara manual berbarengan pada saat penanaman LCC. Pengendalian terhadap hama pengganggu tanaman dilakukan secara kimia.

Pemanenan

Secara umum kegiatan panen pada tanaman kelapa sawit adalah kegiatan mengumpulkan tandan buah segar. Kegiatan panen merupakan sumber keuntungan bagi suatu perusahaan. Besar kecilnya produksi suatu Kebun ditentukan oleh kegiatan pemanenan. Menurut (Lubis dan Widanarko 2011) panen merupakan titik awal dari produksi dan terkait erat dengan budidaya. Produksi merupakan hasil yang diperoleh dari panen setelah melalui proses pascapanen atau pengolahan. Keberhasilan panen dan produksi tergantung pada kegiatan budidaya serta ketersediaan sarana untuk kegiatan transportasi, pengolahan, organisasi dan faktor penunjang lainnya. Secara umum pekerjaan memanen meliputi persiapan alat dan sarana panen, taksasi produksi meliputi penentuan persentase kerapatan buah yang akan dipanen, menentukan kebutuhan tenaga kerja, pelaksanaan panen dan pengangkutan panen.

(35)

23 alat panen yang dibutuhkan. Selain itu, persiapan panen sarana jalan untuk transportasi juga sangat perlu dipersiapkan. Persiapan panen yang baik akan berpengaruh langsung terhadap kegiatan panen. Semakin baik persiapan panen yang dilakukan di kebun maka semakin baik pula kualitas dan kuantitas hasil panen. Persiapan panen yang dilakukan Kebun Teluk Bakau adalah perawatan jalan (pasar rintis), perawatan jembatan, perawatan Tempat Pengumpulan Hasil (TPH), water management (sarana transportasi panen PT BNS adalah air) dan perawatan alat.

Persiapan memanen di Kebun Teluk Bakau Divisi II dilakukan dengan memastikan bahwa setiap pemanen sudah mendapatkan peralatan panen (Gambar 18) dan Alat Pelindung Diri (APD). Kemudian persiapan berikutnya adalah mandor panen melakukan taksasi produksi melalui besarnya angka kerapatan yang akan dipanen keesokan harinya. Selanjutnya, mandor panen memberikan penjelasan untuk penetapan hanca masing – masing pemanen pada setiap kali akan memanen (setelah mengikuti apel pagi bersama asisten dan supervisor).

Gambar 18 Peralatan panen : (a) angkong (b) gancu (c) kampak (d) egrek

Angka kerapatan panen (AKP). Angka kerapatan panen adalah persentase rasio antara jumlah buah yang masak terhadap jumlah pokok yang diamati (panen untuk keesokan harinya). Umumnya pengamatan angka kerapatan panen dilakukan oleh mandor panen. Pelaksanaan AKP dilakukan dengan cara menentukan pokok sampel yang mewakili (pada blok yang akan dipanen keesokan harinya). Angka kerapatan panen digunakan untuk menentukan taksasi produksi). Taksasi produksi adalah perkiraan produksi yang akan dihasilkan pada setiap pelaksanaan panen. Berikut adalah rumus untuk mencari persentase kerapatan panen dan taksasi produksi.

AKP x 100 %

a b

(36)

24

Taksasi produksi = A x B x C x D Keterangan :

A : Persentase AKP B : Jumlah pokok ha-1

C : Total luas yang akan dipanen (ha)

D : BJR (Bobot Janjang Rata – rata) blok yang akan di panen

Pelaksanaan panen. Kebun Teluk Bakau dalam melaksanakan kegiatan panen memiliki sapta disiplin yang harus diikuti oleh setiap karyawan pemanen. Sapta disiplin yang ditetapkan perusahaan berjumlah tujuh yaitu (1) Seluruh buah matang dipanen, (2) tidak memanen buah mentah, (3) Seluruh brondolan dikutip bersih, (4) Pelepah disusun rapi, (5) Cabang sengkleh tidak ada, (6) Seluruh buah diantrikan di TPH, (7) Seluruh administrasi panen dikerjakan dengan benar. Hal yang perlu dilakukan untuk pelaksanaan panen adalah menetapkan sistem panen, rotasi panen dan kriteria panen.

Sistem panen. Kebun Teluk Bakau Divisi II dalam memanen menggunakan sistem BHS (Block Harvesting System), artinya bahwa kegiatan memanen fokus pada satu seksi panen per HK. Ciri – ciri BHS adalah memiliki enam seksi panen, pengerjaan setiap seksi panen selesai pada hari tersebut dan hanca panen menggunakan hanca tetap. Tujuan menggunakan (Block Harvesting System) yaitu memudahkan mandor panen dalam pengawasan dan transportasi lebih efisien.

Menurut (Fauzi et al. 2012) terdapat 2 sistem hanca dalam memanen, 2 sistem tersebut adalah hanca sistem giring dan hanca sistem tetap. Sistem giring memiliki pengertian apabila suatu hanca telah selesai dipanen maka pemanen pemanen pindah ke hanca berikutnya yang telah ditunjuk oleh mandor. Keuntungannya adalah hasil panen lebih cepat sampai di TPH. Sementara, hanca sistem tetap yaitu pemanen memiliki hanca yang tetap pada setiap kali memanen (hanca pemanen tidak berpindah – pindah). Keuntungannya adalah mandor mudah melakukan pengontrolan dan hanca dapat terkontrol dan lebih bersih.

Divisi II Kebun Teluk Bakau menggunakan hanca panen sistem hanca tetap. Setiap pemanen sudah mendapatkan hancanya masing – masing pada setiap seksi panen. Hanca masing – masing pemanen diberi penomoran untuk mudah mengingatkan pemanen. Umumnya mandor panen sudah tahu nomor hanca masing – masing anggotanya. Divisi II Kebun Teluk Bakau menetapkan setiap hancanya terdapat 8 gawangan hidup (diselesaikan 1 HK). Umumnya terdapat 2 -3 TPH pada setiap hanca. Pengaturan dalam setiap kegiatan memanen langsung diintruksikan oleh mandor panen. Divisi II Kebun Teluk Bakau memiliki dua mandor panen. Setiap mandor memiliki karyawan panen masing – masing. Satu seksi panen setiap memanen berisikan dua kemandoran. Artinya, luas satu seksi panen tersebut dibagi sama rata untuk setiap kemandoran.

(37)

25 menghasilkan. Penetapan kebutuhan tenaga kerja panen dan penetapan hanca pada sistem ini di tetapkan oleh mandor panen pada saat briefing pagi bersama karyawan panen sebelum berangkat ke lokasi hanca. Kelemahan dari sistem hanca giring adalah kondisi baik pokok maupun gawangan dan piringan kelapa sawit kurang terawat terutama karena adanya replanting (areal TM sudah tidak dirawat).

Rotasi panen. Rotasi panen adalah selang waktu yang dibutuhkan antara panen satu dengan panen berikutnya pada satu seksi panen. Seksi panen adalah total luasan yang harus dipanen oleh pemanen dalam sekali memanen. Kebun Teluk Bakau Divisi II memiliki 6 seksi panen. Artinya total luas tanaman menghasilkan di Divisi II dibagi menjadi 6 bagian (seksi A, B, C, D, E dan F). Pembagian seksi panen di Divisi II disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Pembagian seksi panen di Kebun Teluk Bakau Divisi II

Sumber : Kantor Divisi II Kebun Teluk Bakau

Kriteria panen. Kriteria panen adalah pedoman yang dibuat untuk kegiatan pemanenan. Pedoman tersebut berisikan tentang tingkat kematangan buah. Tingkat kematangan buah pada Kebun Teluk Bakau adalah unripe, under ripe, ripe, empty bunch. Standar buah matang yang harus dipanen di Kebun Teluk Bakau adalah minimal 5 sudah membrondol disekitar piringan. Standar buah matang ini dibuat berdasarkan standar perusahaan. Ketentuan tingkat kematangan dan mutu buah di Kebun Teluk Bakau disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Kriteria mutu buah Kebun Teluk Bakau Tingkat kematangan Standar

Sumber : Agricultural Reference Manual (Minamas Plantation)

(38)

26

Pekerjaan panen. Pekerjaan pelaksanaan panen yaitu memotong buah langsung dari setiap pokok dan mengutip seluruh brondolan. Pekerjaan panen harus sesuai dengan standar perusahaan. Hasil pekerjaan tersebut harus segera diantrikan di TPH untuk proses pengangkutan. Semakin lama pekerjaan panen akan memperlama proses pengangkutan panen. Lamanya proses pengangkutan akan memperlama proses pengiriman buah ke PKS. Menurut (Fauzi et al. 2012) proses tanaman pada kelapa sawit yang sudah menghasilkan meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan hasil panen dan mengangkut TBS ke tempat pengumpulan hasil (TPH). Proses kegiatan panen di Kebun Teluk Bakau disajikan pada Gambar 19.

Gambar 19 Proses pelaksanaan pemanenan :

(a) potong buah menggunakan egrek, (b) penyusunan pelepah, (c) pemotongan long stalk, (d) pengutipan loose fruit, (e) pengangkutan TBS ke TPH, (f) TBS tersusun rapi di TPH

Pengangkutan TBS. Pengangkutan TBS hingga sampai ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan salah satu hal yang penting dilakukan. Apabila sarana dan prasarana pengangkutan di kebun kurang memadai maka akan dapat mempengaruhi kualitas hasil TBS. Oleh karena itu, pengelolaan pengangkutan baik transportasi maupun jalur pengangkutan perlu di persiapkan dengan baik. Pengangkutan TBS ke Pabrik Kelapa Sawit di PT BNS khususnya Kebun Teluk Bakau menggunakan jalur air. Jalur air yang digunakan adalah Kanal Utama (KUT), Kanal Cabang (KCB) dan kanal collector. Transportasi air yang digunakan untuk proses pengangkutan TBS hingga sampai ke PKS adalah bargas, Ponton Container (PC) dan tug boat.

Kanal Utama (KUT). Kanal utama merupakan salah satu sistem drainase dan pusat jalan transportasi air yang ada di PT BNS, artinya selain berfungsi untuk transportasi TBS ke PKS kanal utama juga berfungsi sebagai penghubung antara kebun dengan daerah lain (akses keluar masuk kebun). Kanal utama memiliki lebar ± 12 m dan dalam ± 4 m dengan panjang dari pangkal Pabrik

a

e d

c b

(39)

27 Kelapa Sawit (arah utara) hingga sampai ujung kebun (arah selatan). Kanal utama (KUT) disajikan pada Gambar 20.

Gambar 20Kanal Utama (KUT)

Kanal Cabang. Kanal cabang merupakan salah satu jenis water managament (drainase) yang ada di PT BNS. Selain berfungsi untuk drainase kanal cabang juga berfungsi untuk pengangkutan Tandan Buah Segar dari TPH menuju ke KUT, akses transport TBS dari kebun ke PKS dan akses keluar masuk kebun. Kanal cabang pada kondisi awal memiliki lebar ± 4 m dengan kedalaman ± 2 m dan panjangnya bervariasi antara ± 1 km - 3 km. Kanal cabang pada saat ini mengalami perbedaan nyata baik kedalaman maupun lebarnya. Lebar kanal cabang pada saat ini berukuran lebih dari 4 m dan kedalamannya semakin dangkal (± 1 m). Hal ini terjadi karena adanya erosi dengan seiring berjalannya waktu. Kelemahan penampakan fisik kanal cabang saat ini adalah masih terdapat kanal cabang yang tidak bersih, masih banyak terdapat eceng gondok (Eichornia cracipess) dan lumut di tengah – tengah kanal cabang. Kondisi yang kurang bersih sangat merugikan kebun dalam hal proses pengangkutan. Transport TBS menjadi sangat lambat dan losses pada saat pengangkutan sulit untuk diketahui sehingga karyawan yang bertugas untuk mengangkut cenderung membiarkan losses yang ada di kanal cabang. Kanal cabang disajikan pada Gambar 21.

Gambar 21 Kanal Cabang (KCB)

Gambar

Tabel 1 Rincian penggunaan lahan Kebun Teluk Bakau
Tabel 2  Rincian jumlah tenaga kerja Kebun Teluk Bakau
Gambar  1 Pekerjaan pengendalian gulma manual : (a) cados, (b) pekerjaan pengendalian gulma manual
Gambar 2 Pelaksanaan penyemprotan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan observasi dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi dengan melakukan pengamatan terhadap proses tari kiamat di Sanggar Intan Desa Kuripan Kabupaten

Berdasarkan analisis Kuosien Spesialisasi (KS) dan Kuosien Lokalisasi (Lo) diketahui bahwa komoditi domba dan padi merupakan komoditi yang terspesialisasi di

Berdasarkan hasil yang dicapai dalam langkah ini, dikembangkan cara perbaikan atau tindakan yang sesuai dengan kemampuan dan komitmen guru, kemampuan siswa, sarana dan

Untuk itu perlu dikembangkan kembali daya tarik wisata yang mulai menurun dengan mengupayakan pengembangan Desa Wisata Bedulu melalui penyediaan Guide Book yang

Hasil penelitian ini menunukan bahwa (1) Pengungkapan CSR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan (2) Profitabilitas sebagai variabel moderating mampu

Manfaat praktis penulisan karya tulis ilmiah bagi rumah sakit yaitu dapat digunakan sebagia acuan dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan bagi pasien khusunya dengan

Studi pendahuluan yang kedua dilakukan kepada sebuah keluarga masih di kota yang sama dengan responden pertama. Keluarga ini memiliki 3 putra-putri. Anak

Karya Pop-up pada lembar halaman 4 ini terfokus pada tengah halaman yakni tampilan bentuk Pop-up tiga dimensi rumah Mbok Rondo yang telah di kepung oleh prajurit Raja