commit to user
IDENTIFIKASI KOMODITI PERTANIAN UNGGULAN
DI KABUPATEN TEMANGGUNG
Skripsi
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Sarjana
di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret
Oleh :
Wahyu Safitri
H 0307088
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa
Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Identifikasi Komoditi Pertanian Unggulan di
Kabupaten Temanggung”.
Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Suntoro, MS. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Ir. Agustono, MSi. selaku Ketua Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi
Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta,
sekaligus sebagai Penguji Skripsi.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Darsono, MSi. selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
begitu sabar memberikan nasehat, bimbingan, arahan, dan masukan yang sangat
berharga bagi Penulis.
4. Ibu Mei Tri Sundari SP, MSi. selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah
memberikan bimbingan dan masukan dalam penulisan skripsi ini.
5. Bapak R. Kunto Adi, SP, MP. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan nasehat dan bimbingan yang sangat bermanfaat bagi Penulis.
6. Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Temanggung, beserta stafnya yang telah
memberikan bantuan dalam penyediaan data yang Penulis butuhkan.
7. Kepala Kantor BAPPEDA Kabupaten Temanggung beserta staf yang telah
memberi bantuannya selama ini.
8. Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, dan Perikanan
Kabupaten Temanggung beserta staf atas bantuan dalam menyediakan data yang
Penulis butuhkan.
9. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
commit to user
10. Bapak Syamsuri dan Mbak Ira yang dengan sabar membantu menyelesaikan
segala urusan administrasi berkenaan dengan studi dan skripsi Penulis.
11. Seluruh Karyawan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan bantuan.
12. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Much Safi’i dan Ibu Titik Sulastri,
terimakasih atas segala doa, dukungan, motivasi, nasihat, air mata, cinta dan
kasih sayang yang tiada tara sepanjang masa, sehingga Penulis dapat menjadi
seseorang yang lebih baik.
13. Adikku tersayang, Nurul Hidayah, terimakasih doa, dukungan, keceriaan,
semangat, dan kasih sayang.
14. Sahabat-sahabatku, Eka, Dhevi, Shilviana, Wahyuni, Sinelsa, dan Putri,
terimakasih atas persahabatan yang begitu indah serta segala bantuannya selama
ini.
15. Teman-temanku mahasiswa Agrobisnis angkatan 2007, seluruh teman-teman
Fakultas Pertanian UNS terimakasih atas segala kebersamaannya selama ini.
16. Seluruh pengurus dan anggota HIMASETA FP UNS, terima kasih atas
dukungan, kesempatan, pengalaman luar biasa, dan persahabatan yang telah
terjalin.
17. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, terimakasih.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun di
kesempatan yang akan datang. Akhirnya Penulis berharap semoga skripsi ini
berguna bagi para pembaca.
Surakarta, April 2011
commit to user
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
... i
HALAMAN PENGESAHAN
... ii
KATA PENGANTAR
... iii
DAFTAR ISI
... v
DAFTAR TABEL
... viii
DAFTAR GAMBAR
... x
DAFTAR LAMPIRAN
... xi
RINGKASAN
... xii
SUMMARY
... xiii
I. PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Kegunaan Penelitian ... 5
II. LANDASAN TEORI ... 6
A. Penelitian Terdahulu ... 6
B. Tinjauan Pustaka ... 7
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ... 13
D. Asumsi-asumsi ... 20
E. Pembatasan Masalah ... 20
F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel... 20
III.METODE PENELITIAN... 23
A. Metode Dasar Penelitian ... 23
B. Metode Pengambilan Daerah Penelitian ... 23
C. Jenis dan Sumber Data... 24
D. Metode Analisis Data... 25
IV.KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN... 31
A. Keadaan Alam... 31
commit to user
2. Topografi... 31
3. Jenis Tanah... 32
4. Penggunaan Lahan ... 33
5. Keadaan Iklim ... 34
B. Keadaan Penduduk... 35
C. Keadaan Perekonomian... 36
D. Keadaan Sektor Pertanian ... 37
1. Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan ... 37
2. Sub Sektor Perkebunan ... 39
3. Sub Sektor Kehutanan ... 41
4. Sub Sektor Peternakan dan Hasil-hasilnya ... 42
5. Sub Sektor Perikanan ... 43
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 45
A. Komoditi Pertanian Unggulan Berdasarkan Analisis Data Sekunder... 45
B. Peranan Komoditi Pertanian Unggulan di Kabupaten Temanggung ... 53
1. Analisis Surplus Pendapatan di Kabupaten Temanggung ... 54
2. Analisis Pengganda Pendapatan di Kabupaten Temanggung ... 57
C. Spesialisasi dan Lokalisasi Komoditi Pertanian Unggulan ... 59
1. Kuosien Spesialisasi Komoditi Pertanian Unggulan ... 59
2. Kuosien Spesialisasi Wilayah Kecamatan ... 61
3. Kuosien Lokalisasi Komoditi Pertanian Unggulan ... 64
4. Kuosien Lokalisasi Wilayah Kecamatan ... 65
D. Analisis Prioritas Komoditi Pertanian Unggulan... 67
E. Perbandingan Komoditi Pertanian Unggulan Versi Pemerintah Daerah Kabupaten Temanggung dan Hasil Analisis Data Sekunder ... 74
F. Komoditi Pertanian Unggulan di Kabupaten Temanggung Berdasarkan Penyesuaian Antara Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Temang- gung dan Hasil Analisis Data Sekunder ... 78
VI.KESIMPULAN DAN SARAN... 80
A. Kesimpulan ... 80
commit to user
DAFTAR PUSTAKA... 82
commit to user
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1 Kontribusi PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000
Kabupaten Temanggung Tahun 2004-2008 (Persen) ... 2
2 Kontribusi Sub Sektor Pertanian dalam PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten Temanggung Tahun
2008 (Persen) ... 2
3 Kontribusi PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000
Kabupaten Temanggung Tahun 2004-2008 (Persen) ... 23
4 Jenis Penggunaan Lahan di Kabupaten Temanggung Tahun
2008 ... 33
5 Jumlah Penduduk Kabupaten Temanggung Tahun 2004–2008 .... 35
6 Prosentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas Menurut Mata
Pencaharian di Kabupaten Temanggung Tahun 2008 ... 35
7 Pertumbuhan PDRB Kabupaten Temanggung Tahun 2004-2008
(Persen) ... 36
8 Pertumbuhan Sektor Ekonomi di Kabupaten Temanggung
Tahun 2004–2008 (Persen) ... 37
9 Jumlah Produksi Komoditi Tanaman Bahan Makanan di
Kabupaten Temanggung Tahun 2008 ... 38
10 Jumlah Produksi Komoditi Perkebunan di Kabupaten
Temanggung Tahun 2008 ... 40
11 Produksi Komoditi Kehutanan di Kabupaten Temanggung
Tahun 2008 ... 41
12 Jumlah Produksi Komoditi Peternakan di Kabupaten
Temanggung Tahun 2008 ... 42
13 Jumlah Produksi Komoditi Perikanan di Kabupaten
Temanggung Tahun 2008 ... 43
14 Urutan Komoditi Pertanian Unggulan Tiap Kecamatan di Kabupaten Temanggung Tahun 2008 Berdasarkan pada
commit to user
Nomor Judul Halaman
15 Surplus Pendapatan Tiap Kecamatan di Kabupaten
Temanggung Tahun 2008 (Rupiah) ... 55
16 Pengganda Pendapatan Tiap Kecamatan di Kabupaten
Temanggung Tahun 2008 ... 58
17 Kuosien Spesialisasi Tiap Komoditi Pertanian di Kabupaten
Temanggung Tahun 2008 ... 60
18 Kuosien Spesialisasi Tiap Kecamatan di Kabupaten
Temanggung Tahun 2008 ... 62
19 Kuosien Lokalisasi Tiap Komoditi Pertanian di Kabupaten
Temanggung Tahun 2008 ... 64
20 Kuosien Lokalisasi Tiap Kecamatan di Kabupaten Temanggung
Tahun 2008 ... 66
21 Urutan Seleksi Prioritas Komoditi Pertanian Unggulan Tiap Kecamatan di Kabupaten Temanggung Berdasarkan Penentuan Komoditi Unggulan Sesuai Besarnya Nilai LQ, Nilai LQ dan KS, serta Komoditi Pertanian Unggulan yang Menjadi Prioritas
Pengembangan ... 68
22 Perbandingan Komoditi Pertanian Unggulan Versi Pemerintah Daerah Kabupaten Temanggung dan Hasil Analisis Data
Sekunder ... 74
23 Komoditi Pertanian Unggulan Berdasarkan Sub Sektor
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1 Kerangka Teori Pendekatan Masalah Untuk Menentukan Komoditi Pertanian Unggulan dan Peranannya di Kabupaten
Temanggung ... 17
2 Kerangka Teori Pendekatan Masalah Untuk Menentukan Adanya Spesialisasi dan Lokalisasi Komoditi Pertanian
Unggulan di Kabupaten Temanggung ... 18
3 Kerangka Teori Pendekatan Masalah Untuk Menentukan Prioritas Komoditi Pertanian Unggulan di Kabupaten
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1 Produksi Komoditi Pertanian Kabupaten Temanggung Tahun
2008 ... 85
2 Nilai Produksi Komoditi Pertanian Kabupaten Temanggung
Tahun 2008 (Dalam Rupiah)... 90
3 Kuosien Lokasi (LQ) Komoditi Pertanian Kabupaten
Temanggung Tahun 2008 ... 96
4 Surplus Pendapatan Komoditi Pertanian Kabupaten
Temanggung Tahun 2008 (Dalam Rupiah) ... 100
5 Pengganda Pendapatan Komoditi Pertanian Unggulan di
Kabupaten Temanggung Tahun 2008 ... 106
6 Kuosien Spesialisasi (KS) Komoditi Pertanian Kabupaten
Temanggung Tahun 2008 ... 107
7 Kuosien Lokalisasi (Lo) Komoditi Pertanian Kabupaten
Temanggung Tahun 2008 ... 112
8 Surat ijin penelitian dari Pemerintah Daerah Kabupaten
Temanggung ... 117
commit to user
RINGKASAN
Wahyu Safitri, 2011. ”Identifikasi Komoditi Pertanian Unggulan di Kabupaten Temanggung” di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Darsono, MSi. dan Mei Tri Sundari SP, MSi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi komoditi pertanian yang menjadi unggulan, mengetahui peranan komoditi pertanian unggulan terhadap perekonomian wilayah dilihat dari surplus pendapatan serta pengganda pendapatan, mengetahui adanya spesialisasi dan lokalisasi komoditi pertanian unggulan, dan mengidentifikasi komoditi pertanian yang diprioritaskan untuk dikembangkan di Kabupaten Temanggung.
Metode dasar yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pengambilan daerah penelitian secara puposive. Analisis data dengan metode Location Quotient (LQ), Surplus Pendapatan dan Pengganda Pendapatan, Kuosien Spesialisasi (KS) dan Kuosien Lokalisasi (Lo). Jenis data yang digunakan adalah data produksi dan harga rata-rata komoditi selama satu tahun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komoditi pertanian unggulan yang banyak diusahakan di sebagian besar kecamatan di Kabupaten Temanggung adalah padi, jagung, tembakau, kopi robusta, kayu rimba, domba, ayam buras, dan lele. Surplus pendapatan komoditi pertanian unggulan di Kabupaten Temanggung sebesar Rp 373.471.938.761,62. Pengganda pendapatan komoditi pertanian unggulan di Kabupaten Temanggung sebesar 1,6382. Berdasarkan analisis Kuosien Spesialisasi (KS) dan Kuosien Lokalisasi (Lo) diketahui bahwa komoditi domba dan padi merupakan komoditi yang terspesialisasi di Kabupaten Temanggung, dari 20 kecamatan di Kabupaten Temanggung, terdapat 13 kecamatan yang mengalami pemusatan terhadap komoditi tertentu, sedangkan dari 60 komoditi pertanian unggulan di Kabupaten Temanggung, 36 komoditi memusat di kecamatan tertentu dan 24 komoditi lainnya menyebar di beberapa kecamatan. Berdasarkan analisis prioritas, maka komoditi pertanian unggulan yang diprioritaskan untuk dikembangkan di Kabupaten Temanggung adalah padi di Kecamatan Bulu, jagung di Kecamatan Bejen, tembakau di Kecamatan Kledung, kopi robusta di Kecamatan Gemawang, kayu rimba di Kecamatan Jumo, ayam buras di Kecamatan Bansari, domba di Kecamatan Tretep, serta lele di Kecamatan Tembarak.
commit to user
SUMMARY
Wahyu Safitri, 2011. ”Identification of Pre-Eminent Agriculture Commodity in Temanggung Regency” guided by Prof. Dr. Ir. Darsono, MSi. dan Mei Tri Sundari SP, MSi. Agriculture Faculty of Sebelas Maret University.
The aim of this research are to identify agriculture commodity which to be the pre-eminent, to know the role of pre-eminent commoditiy in regional economics based on income surplus and income multiplier, to know specialization and localization of pre-eminent agriculture commodity, and to identify the priority of pre-eminent agriculture comodity development in Temanggung Regency.
The basic method that be used in this research is analytic descriptive, with the research is taken purposively. The data analysis is by Location Quotient method (LQ), Income Surplus, Income Multiplier, Specialization Quotient (KS) and Localization Quotient (Lo).The data type are use production data of commodity and the average price data of commodity during one year.
The result of the research indicates that the pre-eminent agriculture commodity which is laboured in most of subdistrict in Temanggung Regency are rice, maize, tobacco, robusta coffee, wooden jungle, sheep, jungle fowl, and freshwater catfish. Income surplus of pre-eminent agriculture commodity in Temanggung Regency is Rp 373.471.938.761,62. Income multiplier of pre-eminent agriculture commodity in Temanggung Regency is Rp 1,6382. Based on Specialization Quotient (KS) and Localization Quotient (Lo) analysis, sheep and rice is known as a specialized commodity in Temanggung Regency, from 20 subdistricts in Temanggung Regency, there are 13 subdistricts has a concentration to certain agricultural commodity, while from 60 pre-eminent agriculture commodities in Temanggung Regency, 36 commodities are concentrated in certain subdistrict and 24 commodities spread in several subdistricts. Based on priority analysis, the pre-eminent agriculture commodity which priority to be developed in Temanggung Regency are rice in Bulu Subdistrict, maize in Bejen Subdistrict, tobacco in Kledung Subdistrict, robusta coffee in Gemawang Subdistrict, wooden jungle in Jumo Subdistrict, jungle fowl in Bansari Subdistrict, sheep in Tretep Subdistrict, and freshwater catfish in Tembarak Subdistrict.
commit to user
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan dan
merupakan kegiatan-kegiatan yang berkesinambungan dan bertahap ke tingkat
yang lebih maju dan lebih baik. Pembangunan harus dilakukan secara bertahap
di segala sektor secara terencana dan terprogram.
Pembangunan nasional yang dilaksanakan di Indonesia merupakan
upaya berkesinambungan dalam rangka untuk mewujudkan masyarakat adil
dan makmur. Tujuan dari pembangunan nasional tersebut tidak akan tercapai
tanpa dukungan dan peran serta dari seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan
daerah sebagai bagian dari pembangunan nasional merupakan rangkaian
upaya pembangunan yang berkesinambungan meliputi seluruh aspek
kehidupan masyarakat dalam rangka perwujudan tujuan daerah dan tujuan
nasional. Jadi keberhasilan pembangunan daerah juga merupakan keberhasilan
bagi pembangunan nasional itu sendiri.
Seiring dengan berlakunya otonomi daerah, pemerintah daerah dituntut
untuk dapat melakukan pembenahan dan perbaikan di bidang perencanaan
pembangunan wilayah yang disesuaikan dengan potensi wilayahnya sehingga
tercipta masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. Oleh karena itu, setiap
wilayah harus mampu mengetahui potensi yang dimiliki oleh wilayahnya
masing-masing sekaligus juga mampu untuk menyelesaikan permasalahan
yang dihadapi sehingga kebijakan-kebijakan yang dibuat sesuai sasaran dan
kebutuhan wilayah yang bersangkutan. Kabupaten Temanggung merupakan
bagian dari wilayah Jawa Tengah dimana sektor perekonomiannya lebih
banyak didominasi dan ditunjang oleh sektor pertanian. Hal ini dapat
commit to user
Tabel 1. Kontribusi PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten Temanggung Tahun 2004-2008 (Persen)
Perdagangan, Hotel dan Rumah Makan
16,50 16,73 16,97 17,07 17,24
Pengangkutan dan Komunikasi 5,19 5,29 5,34 5,47 5,59
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
4,02 3,94 3,94 3,92 3,96
Jasa-jasa 14,65 14,12 14,17 14,14 15,03
Jumlah 100,00 100,00 100,0 100,00 100,00
Sumber: BAPPEDA Kabupaten Temanggung, 2008
Tabel 1 menunjukkan bahwa sektor pertanian tiap tahun memberikan
kontribusi tertinggi terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) di Kabupaten Temanggung diantara sektor yang lain.
Menurut informasi dari BAPPEDA Kabupaten Temanggung (2008),
sektor pertanian di Kabupaten Temanggung dihasilkan oleh lima sub sektor
pertanian yang ada di Kabupaten Temanggung yaitu dari sub sektor tanaman
bahan makanan, sub sektor perkebunan, sub sektor peternakan, sub sektor
kehutanan, dan yang terakhir sub sektor perikanan. Besarnya kontribusi
masing-masing sub sektor tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kontribusi Sub Sektor Pertanian dalam PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten Temanggung Tahun 2008 (Persen)
Sub Sektor Pertanian Nilai Sub Sektor Pertanian
Tanaman Bahan Makanan 20,68
Perkebunan 4,38
Peternakan 4,65
Kehutanan 0,57
Perikanan 0,31
Sumber: BAPPEDA Kabupaten Temanggung, 2008
Tabel 2 menunjukkan bahwa sub sektor tanaman bahan makanan
memberikan kontribusi terbesar dibanding sub sektor yang lain pada tahun
2008 yaitu sebesar 20,68 persen. Kemudian diikuti dengan sub sektor
commit to user
sub sektor kehutanan sebesar 0,57 persen, dan yang terakhir sub sektor
perikanan sebesar 0,31 persen. Informasi mengenai besarnya kontribusi
masing-masing subsektor pertanian dalam PDRB Kabupaten Temanggung
tersebut, diharapkan dapat membantu dalam menetapkan kebijakan
pembangunan di wilayah Kabupaten Temanggung.
Wilayah Kabupaten Temanggung mampu menghasilkan berbagai
macam komoditi pertanian. Dari sekian banyak komoditi yang dihasilkan,
Pemerintah Daerah Kabupaten Temanggung telah menentukan komoditi
pertanian yang merupakan komoditi unggulan. Namun, ada beberapa cara
untuk mengetahui komoditi pertanian yang menjadi komoditi unggulan di
Kabupaten Temanggung. Oleh karena itu, untuk mengetahui komoditi
pertanian yang menjadi unggulan di Kabupaten Temanggung maka perlu
dilakukan penelitian tentang “Identifikasi Komoditi Pertanian Unggulan di
Kabupaten Temanggung” agar dengan mengenal potensi sektor pertanian
Kabupaten Temanggung ditinjau dari komoditi yang dihasilkan, maka akan
diketahui komoditi unggulan di wilayah kabupaten tersebut.
B. Perumusan Masalah
Berlakunya otonomi daerah, memungkinkan daerah untuk dapat
mengaktualisasikan segala potensi terbaik yang dimilikinya secara optimal.
Sumber daya alam merupakan modal utama untuk pembangunan daerah. Oleh
karena itu, setiap daerah atau kabupaten harus jeli dalam memberdayakan dan
mengoptimalkan sumber daya alam yang dimiliki agar memberikan
kemanfaatan maksimal dalam jangka waktu yang panjang. Salah satu potensi
sumber daya alam yang ada di Kabupaten Temanggung adalah potensi di
sektor pertanian.
Sektor pertanian di Kabupaten Temanggung memiliki peran penting
dalam upaya pembangunan daerah Kabupaten Temanggung. Hal ini dapat
dibuktikan dari keunggulan sektor pertanian yang mampu menghasilkan
berbagai macam komoditi pertanian, baik berupa tanaman bahan makanan,
commit to user
komoditi pertanian tersebut tersebar di berbagi wilayah kecamatan di
Kabupaten Temanggung.
Berdasarkan informasi dari Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan,
Peternakan, dan Perikanan Kabupaten Temanggung, komoditi pertanian yang
merupakan unggulan menurut Pemerintah Daerah Kabupaten Temanggung
dari subsektor tanaman bahan makanan yaitu jagung, padi, dan ketela pohon,
dari sub sektor perkebunan yaitu tembakau dan kopi robusta, dari sub sektor
kehutanan yaitu kayu rimba, dari sub sektor peternakan yaitu sapi potong,
domba, dan ayam buras, serta dari sub sektor perikanan yaitu lele dan ikan
nila. Namun, dalam menentukan komoditi pertanian unggulan ada berbagai
macam cara. Salah satu cara yang bisa digunakan untuk menentukan komoditi
pertanian unggulan di Kabupaten Temanggung yaitu metode Location
Quotient (LQ).
Berbagai macam komoditi pertanian di Kabupaten Temanggung, tidak
semua komoditi pertanian yang dihasilkan oleh setiap wilayah kecamatan di
Kabupaten Temanggung memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan
dan dapat dijadikan komoditi unggulan. Setiap komoditi pertanian memiliki
potensi masing-masing yang akan menentukan layak tidaknya bagi komoditi
pertanian tersebut untuk mendapatkan prioritas pengembangan.
Komoditi-komoditi pertanian yang nantinya layak mendapatkan prioritas pengembangan
diharapkan mampu meningkatkan peran sektor pertanian menjadi sektor yang
memberikan kontribusi yang berarti bagi perekonomian wilayah Kabupaten
Temanggung. Oleh karena itu, diperlukan suatu penelitian mengenai komoditi
pertanian unggulan di Kabupaten Temanggung dengan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Komoditi pertanian apakah yang merupakan komoditi unggulan di
Kabupaten Temanggung?
2. Apakah komoditi unggulan mempunyai peranan terhadap perekonomian
wilayah Kabupaten Temanggung dilihat dari surplus pendapatan serta
commit to user
3. Adakah spesialisasi dan lokalisasi komoditi pertanian unggulan di
Kabupaten Temanggung?
4. Komoditi pertanian apa saja yang diprioritaskan di Kabupaten
Temanggung?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ”Identifikasi Komoditi Pertanian Unggulan di
Kabupaten Temanggung” ini adalah:
1. Mengidentifikasi komoditi pertanian yang menjadi komoditi unggulan di
Kabupaten Temanggung.
2. Mengetahui peranan komoditi pertanian unggulan terhadap perekonomian
wilayah Kabupaten Temanggung dilihat dari surplus pendapatan serta
pengganda pendapatan yang ditimbulkan.
3. Mengetahui spesialisasi dan lokalisasi komoditi pertanian unggulan di
Kabupaten Temanggung.
4. Mengidentifikasi komoditi yang diprioritaskan untuk dikembangkan di
Kabupaten Temanggung.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ”Identifikasi Komoditi Pertanian Unggulan
di Kabupaten Temanggung” ini adalah:
1. Bagi peneliti, menambah wawasan ilmu pengetahuan sesuai dengan topik
penelitian serta merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bagi penentu kebijakan yaitu Pemerintah Daerah Kabupaten Temanggung,
sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan
khususnya dalam hal penentuan wilayah pengembangan komoditi
pertanian unggulan di Kabupaten Temanggung.
3. Bagi pihak lain, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan kajian
commit to user
II. LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Aryani (2005:45) dalam penelitiannya mengenai ”Identifikasi
Komoditi Pertanian Unggulan di Kabupaten Sragen” dengan menggunakan
analisis Location Quatient (LQ) diperoleh hasil bahwa komoditi pertanian
unggulan yang paling banyak diusahakan di Kabupaten Sragen pada tahun
2002 adalah padi sawah, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar, cabe, kacang
panjang, pepaya, pisang, mangga, jambu biji, kelapa, wijen, kapok randu, sapi
potong, kambing, domba, lele dumbo, gurame, dan belut. Masing-masing
kecamatan tidak mempunyai spesialisasi komoditi unggulan tertentu karena
cenderung memiliki komoditi pertanian yang beragam. Komoditi pertanian
unggulan yang diprioritaskan untuk dikembangkan adalah komoditi garut,
nanas, dan sapi perah. Kecamatan Sumberlawang mempunyai komoditi
pertanian terbesar yaitu 29 komoditi sedangkan Kecamatan Sidoarjo hanya
mempunyai 6 komoditi.
Riyani (2006:64-66), dalam penelitiannya mengenai ”Identifikasi
Komoditi Pertanian Unggulan di Kabupaten Karanganyar” dengan
menggunakan beberapa analisis, yaitu dengan metode analisis Location
Quotient, Kuosien Spesialisasai, dan Kuosien Lokalisasi. Berdasarkan hasil
gabungan analisis Location Quotient, Kuosien Spesialisasi, dan Kuosien
Lokalisasi diketahui bahwa wilayah yang menjadi basis bagi komoditi
pertanian unggulan di Kabupaten Karanganyar adalah Kecamatan
Tawangmangu untuk komoditi kentang, cabe rawit, bawang merah, kobis,
krisan, bawang putih, wortel, pisang, kuda, jeruk keprok, tomat, nangka,
jambu biji, alpukat, salak, mawar, sawi, cabe besar, durian, cengkeh, laos,
angsa, dan petai. Sedangkan komoditi pertanian unggulan yang diprioritaskan
atau dipertimbangkan untuk dikembangkan di Kabupaten Karanganyar adalah
kentang. Komoditi kentang mempunyai nilai Kuosien Lokasi yang tinggi dan
commit to user
Penelitian-penelitian di atas digunakan sebagai bahan referensi dari
penelitian ini karena topik penelitian yang dikaji sama yaitu mengenai
komoditi pertanian unggulan tiap daerah atau kabupaten. Selain itu, metode
analisis yang digunakan dalam kedua referensi penelitian tersebut sama
dengan metode analisis pada penelitian ini yaitu menggunakan analisis
Location Quotient (LQ). Perbedaanya terletak pada daerah yang diteliti dan
kombinasi alat analisis yang digunakan. Metode analisis utamanya sama-sama
menggunakan metode Location Quotient (LQ), namun ada yang
menggabungkan dengan analisis Kuosien Spesialisasi (KS) dan Kuosien
Lokalisasi (Lo) dan ada pula yang tidak.
B. Tinjauan Pustaka
1. Pembangunan
Pembangunan haruslah diartikan sebagai suatu proses
multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam
struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa dan
lembaga-lembaga nasional termasuk pula percepatan/akselerasi pertumbuhan
ekonomi, pengurangan ketimpangan, dan pemberantasan kemiskinan yang
absolut (Todaro, 1978: 125-128).
Pembangunan merupakan suatu transformasi dalam arti perubahan
struktural, yaitu perubahan dalam struktur ekonomi masyarakat yang
meliputi perubahan pada perimbangan-perimbangan keadaan yang melekat
pada landasan kegiatan ekonomi dan bentuk susunan ekonomi
(Djojohadikusumo, 1994: 2).
Menurut Michael P. Todaro dalam Abipraja (1993:17),
mengemukakan bahwa tujuan pembangunan adalah:
a. Menambah persediaan dan memperluas distribusi barang keperluan
hidup pokok seperti makanan, pakaian, perumahan, kesehatan, dan
perlindungan bagi semua anggota masyarakat.
b. Menaikkan taraf hidup termasuk pendapatan yang lebih tinggi,
commit to user
banyak pada nilai-nilai kebudayaan dan kemanusiaan. Semua ini tidak
hanya akan menaikkan kesejahteraan kebendaan saja tetapi akan
menimbulkan harga diri dan kebanggan nasional.
c. Memperluas lingkup pilihan ekonomi dan sosial bagi perseorangan dan
negara dengan membebaskan mereka dari perbudakan dan
ketergantungan tidak hanya dalam hubungannya dengan orang-orang
dan negara-negara lain tetapi juga dengan kebodohan dan penderitaan
kemiskinan.
2. Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi adalah sebagai kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh suatu negara untuk mengembangkan perekonomian dan
taraf kehidupan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah suatu proses
yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat
meningkat dalam jangka panjang (Abipraja, 1993:1).
Tujuan pembangunan ekonomi adalah peningkatan standar hidup
penduduk negara yang bersangkutan, yang biasa diukur dengan kenaikan
penghasilan riil per kapita. Standar hidup tidak akan dapat dinaikkan
kecuali jika output total meningkat dengan lebih cepat daripada
pertumbuhan jumlah penduduk. Oleh karena itu, terdapat perpacuan antara
perkembangan penghasilan nasional riil (output total) dengan
perkembangan penduduk (Irawan &Suparmoko, 2002:75).
Menurut Sumitro Djojohadikusumo dalam Abipraja (1993:2),
pembangunan ekonomi adalah usaha menambah peralatan modal dan
menambah skills agar satu sama lainnya membawa pendapatan per kapita
yang lebih besar dan produktivitas per kapita lebih tinggi.
Syarat utama bagi pembangunan ekonomi ialah bahwa proses
pertumbuhannya harus bertumpu pada kemampuan perekonomian di
dalam negeri. Hasrat untuk memperbaiki nasib dan prakarsa untuk
menciptakan kemajuan material harus muncul dari warga negara itu
sendiri. Pembangunan harus diprakarsai oleh negara dan tak dapat
commit to user
3. Pembangunan Daerah
Pembangunan daerah dapat dibedakan dalam dua pengertian.
Pengertian pertama yang merupakan pengertian yang seringkali
digunakan, dimaksud untuk menyatakan tentang pembangunan dalam
suatu daerah, misalnya daerah Jawa Barat, daerah Sumatera Utara, daerah
Sulawesi, dan sebagainya. Disamping itu istilah tersebut dapat diartikan
sebagai pembangunan negara ditinjau dari sudut ruang atau wilayah dan
dalam konteks ini istilah yang lebih tepat digunakan adalah pembangunan
wilayah. Dalam pengertian kedua strategi pembangunan daerah
dimaksudkan sebagai suatu langkah untuk melengkapi strategi makro dan
struktural dari pembangunan nasional (Sukirno, 1976:5).
Tujuan otonomi daerah adalah untuk menghilangkan berbagai
perasaan ketidakadilan pada masyarakat daerah, untuk mempercepat
pertumbuhan ekonomi daerah, dan meningkatkan demokratisasi di seluruh
strata masyarakat di daerah. Sebagaimana ditegaskan pada UU No.
22/1999 daerah Kabupaten/Kota dianggap lebih dekat dengan rakyat
dibanding propinsi. Daerah Kabupaten/Kota dianggap berhak mempunyai
lembaga legislatif sendiri dan dengan demikian dapat mengelola
daerahnya secara demokratis sesuai aspirasi penduduknya (Mubyarto,
2001:81).
4. Pembangunan Pertanian
Menurut Napitulu dalam Sumodiningrat, et al (2001:21), sektor
pertanian merupakan sektor yang sangat penting baik dalam jangka
panjang pembangunan ekonomi maupun untuk pemulihan ekonomi jangka
pendek. Karena itu sekarang ini merupakan moment yang tepat untuk
menggali pemikiran-pemikiran mengenai reorientasi kebijakan
pembangunan pertanian. Kebijakan pembangunan pertanian tersebut
diarahkan agar pertanian menjadi sektor yang tangguh, dalam jangka
pendek mampu menghadapi krisis ekonomi, dan dalam jangka panjang
commit to user
berkelanjutan, dalam sistem ekonomi yang demokratis dan dalam
pemerintahan yang terdesentralisasi.
Program pembangunan pertanian diletakkan sebagai bagian dari
pembangunan nasional. Sehingga apa yang distrategikan dalam
pembangunan nasional harus tercermin dalam pembangunan pertanian dan
pedesaan. Kegagalan pembangunan nasional, terutama dalam bentuk krisis
multidimensi, sedikit banyak akan membawa imbas yang besar terhadap
pembangunan pertanian dan pedesaan (Pranadji, 2003:152).
Pembangunan sektor pertanian harus dilakukan dari dua arah, yakni
dari peningkatan usahatani kecil dan dari pembangunan daerah
pedesaannya. Dari kegiatan peningkatan usahatani kecil, pertama-tama
yang dapat dilakukan adalah memperkenalkan teknologi pertanian baru
dan inovasi. Cara lain untuk meningkatkan usahatani kecil adalah dengan
memperbaiki kebijakan pemerintah dibidang pertanian (Tarmidi,
1992:100-101).
5. Peran Sektor Pertanian Dalam Pembangunan Ekonomi
Sumbangan atau jasa sektor pertanian pada pembangunan ekonomi
terletak dalam hal : (Jhingan, 2007: 362)
a. Menyediakan surplus pangan yang semakin besar kepada penduduk
yang kian meningkat.
b. Menyediakan tambahan penghasilan devisa untuk impor
barang-barang modal bagi pembangunan melalui ekspor hasil pertanian terus
menerus.
c. Meningkatkan pendapatan desa untuk dimobilisasi pemerintah
d. Memperbaiki kesejahteraan rakyat pedesaan
Konsekuensi bagi negeri yang tergolong agraris, sektor pertanian
merupakan bidang kehidupan yang paling vital. Begitu pun dengan
Indonesia. Sebagai salah satu negara yang sedang membangun, dimana
60% penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian, maka wajar
kalau dalam beberapa pelita, sektor pertanian selalu didudukkan pada
commit to user
devisa yang cukup besar, juga merupakan sumber kehidupan bagi sebagian
besar penduduknya (Sastraatmadja, 1989:35).
Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting baik dalam
jangka panjang pembangunan ekonomi maupun dan lebih-lebih untuk
pemuliaan ekonomi jangka pendek. Karena itu sekarang ini merupakan
momen yang tepat untuk menggali pemikiran-pemikiran mengenai
reorientasi kebijakan pembangunan pertanian. Kebijakan pembangunan
pertanian tersebut diarahkan agar pertanian menjadi sektor yang tangguh,
dalam jangka pendek mampu menghadapi krisis ekonomi, dan dalam
jangka panjang mampu menghadapi globalisasi dengan system pertanian
yang berkelanjutan, dalam sistem ekonomi yang demokratis dan dalam
pemerintahan yang terdesentralisasi (Sumodiningrat, et al, 2001:21).
6. Teori Location Quotient (LQ)
Teknik LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum
digunakan dalam model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk
memahami sektor kegiatan yang menjadi pemacu pertumbuhan. LQ
mengukur konsentrasi relatif atau derajat spesialisasi kegiatan ekonomi
melalui pendekatan perbandingan. Teknik LQ banyak digunakan untuk
membahas kondisi perekonomian, mengarah pada identifikasi spesialisasi
kegiatan perekonomian atau mengukur konsentrasi relatif kegiatan
ekonomi untuk mendapatkan gambaran dalam penetapan sektor unggulan
sebagai leading sector suatu kegiatan ekonomi (industri). Dalam
prakteknya penggunaan pendekatan LQ meluas tidak terbatas pada
bahasan ekonomi saja akan tetapi juga dimanfaatkan untuk menentukan
sebaran komoditas atau melakukan identifikasi wilayah berdasarkan
potensinya (Hendayana, 2003:2-3).
LQ adalah suatu metode untuk menghitung perbandingan relatif
sumbangan nilai tambah sebuah sektor di suatu daerah (kabupaten atau
kota) terhadap sumbangan nilai tambah sektor yang bersangkutan dalam
skala provinsi atau nasional. Location Quotient (LQ) dapat untuk
commit to user
menentukan kapasitas ekspor perekonomian daerah dan derajat self
suffience per sektor atau dengan kata lain alat analisis ini dipakai untuk
mengukur konsentrasi dari suatu kegiatan (industri) dalam suatu daerah
dengan cara membandingkan peranannya dalam perekonomian daerah
tersebut dengan peranan kegiatan (industri) sejenis dalam perekonomian
regional atau nasional (Bappenas, 2003:36-37).
Kelebihan metode LQ (Location Quotient) dalam mengidentifikasi
komoditi unggulan antara lain penerapannya sederhana, mudah, dan tidak
memerlukan pengolahan data yang rumit. Metode LQ selain memiliki
kelebihan juga memiliki keterbatasan yaitu dalam sistem analisis data,
metode ini memerlukan akurasi data atau dalam arti validitas data sangat
diperlukan (Hendayana, 2003:4).
Aplikasi LQ menuju perolehan komoditas unggulan yang
didasarkan pada aspek luas areal panen didefinisikan bahwa LQ adalah
rasio antara pangsa relatif (share) luas areal panen komoditas i pada
tingkat wilayah terhadap total luas areal panen subsektor wilayah dengan
pangsa relatif luas areal panen komoditas i pada tingkat nasional terhadap
total luas araeal panen subsektor nasional. Secara matematis formula LQ
dituliskan sebagai berikut : (Hendayana, 2003:8)
Keterangan:
LQ = Location Quotient
Pi = Luas areal panen komoditas i pada tingkat wilayah.
pt = Total luas areal panen subsektor komoditas i pada tingkat wilayah.
Pi = Luas areal panen komoditas i pada tingkat nasional.
Pt = Total luas areal panen subsektor komoditas i pada tingkat nasional.
Hasil perhitungan LQ menghasilkan 3 kriteria yaitu:
LQ > 1 : Komoditas itu menjadi basis atau menjadi sumber
pertumbuhan. Komoditas ini, hasilnya tidak saja dapat
commit to user
memenuhi kebutuhan di wilayah bersangkutan akan tetapi juga
dapat diekspor ke luar wilayah.
LQ = 1 : Komoditas itu tergolong non basis. Produksinya hanya cukup
untuk memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan tidak mampu
untuk diekspor.
LQ < 1 : Komoditas ini juga termasuk non basis. Produksi komoditas di
suatu wilayah tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri
sehingga perlu pasokan atau impor dari luar.
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah
Penerapan otonomi daerah memungkinkan pemerintah suatu daerah
untuk mengatur dan mengembangkan daerahnya masing-masing, sesuai
dengan potensi yang dimiliki daerahnya. Upaya pembangunan daerah
Kabupaten Temanggung dapat dilakukan dengan mengenali secara baik
potensi daerah tersebut, menggalang kemampuan untuk menggali,
mengoptimalkan dan mengembangkan semua potensi yang dimiliki daerah
dalam ruang lingkup pemerintahannya. Salah satu bentuk kebijakan sebagai
dasar pembangunan daerah yaitu diberlakukannya UU RI No. 32 tahun 2004
yang mengatur tentang otonomi daerah dan UU RI No. 33 tahun 2004 yang
mengatur tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah
maka sudah jelas bahwa pemerintah daerah adalah penyelenggara urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dengan prinsip otonomi seluas-luasnya
dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia maka
pemerintah daerah harus mengambil kebijakan strategis yang tepat dalam
pembangunan daerahnya.
Konsep perencanaan pembangunan suatu wilayah harus mampu
mengoptimalkan potensi-potensi sektor perekonomian serta mengoptimalkan
pemanfaatan sumberdaya alam yang dimiliki oleh suatu wilayah
Kabupaten/Kota. Kabupaten Temanggung sebagai wilayah yang memiliki
potensi di sektor pertanian perlu menggali dan mengembangkan potensi
commit to user
wilayah. Potensi pertanian yang dimiliki suatu wilayah kabupaten tidak
terlepas oleh adanya potensi di tingkat wilayah yang mempunyai lingkup yang
lebih kecil atau kecamatan.
Keberadaan wilayah suatu kabupaten pada hakekatnya tersusun dari
wilayah kecamatan-kecamatan. Dalam hal ini, kecamatan menjadi sentral
perencanaan pembangunan yang utuh sehingga perencanaan di tingkat
kabupaten dapat dilaksanakan secara keseluruhan. Kabupaten Temanggung
secara administratif terbagi menjadi 20 kecamatan dimana masing-masing
kecamatan memiliki sumber daya alam dan kondisi alam yang berbeda.
Masing-masing kecamatan di wilayah Kabupaten Temanggung mempunyai
kesempatan untuk mengembangkan sumber-sumber pendapatan baru melalui
pemanfaatan potensi sumber daya alam yang tersedia di wilayahnya sebagai
upaya untuk dapat memajukan sektor pertanian dalam pembangunan
daerahnya dan upaya peningkatan perekonomian masyarakat.
Pengambilan kebijakan pembangunan di Kabupaten Temanggung
dapat dilakukan dengan mengidentifikasi komoditi pertanian yang menjadi
unggulan. Jika mengacu pada teori basis ekonomi, maka seluruh kegiatan
sektor pertanian dapat diklasifikasikan menjadi dua kegiatan yaitu kegiatan
basis dan kegiatan non basis. Kegiatan basis pertanian menghasilkan komoditi
pertanian unggulan dan kegiatan non basis menghasilkan komoditi pertanian
bukan unggulan. Komoditi pertanian unggulan tersebut dapat diketahui
melalui teori ekonomi basis, yang dapat dilakukan dengan metode langsung
ataupun metode tidak langsung. Metode langsung dilakukan dengan survei
langsung terhadap obyek yang diteliti sedangkan metode tidak langsung
dilakukan dengan metode kombinasi, metode pendekatan asumsi, metode
kebutuhan minimum, dan metode Location Quotient.
Pengidentifikasian komoditi pertanian unggulan masing-masing
kecamatan di Kabupaten Temanggung digunakan pendekatan Location
Quotient (LQ), yaitu menghitung nilai LQ dari setiap komoditi pertanian yang
dihasilkan di Kabupaten Temanggung. Kriteria komoditi pertanian yang
commit to user
produksi komoditi pertanian tersebut mampu memenuhi kebutuhan wilayah
sendiri dan dapat diekspor ke wilayah lain. Komoditi pertanian dengan nilai
LQ = 1 menunjukkan komoditi tersebut komoditi bukan unggulan, artinya
produksi komoditi pertanian tersebut hanya mampu memenuhi kebutuhan
wilayah sendiri dan tidak dapat diekspor ke wilayah lain. Sedangkan komoditi
pertanian dengan nilai LQ < 1 menunjukkan komoditi tersebut termasuk
komoditi bukan unggulan, artinya produksi komoditi pertanian tersebut belum
cukup untuk memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan kekurangannya
dipenuhi dengan mengimpor dari wilayah lain. Untuk mengetahui peranan
komoditi pertanian unggulan tersebut terhadap perekonomian wilayah
digunakan surplus pendapatan dan angka pengganda pendapatan.
Peranan komoditi pertanian unggulan terhadap perekonomian wilayah
dapat diketahui dengan menggunakan surplus pendapatan dan angka
pengganda pendapatan. Apabila angka surplus pendapatan bernilai positif
berarti komoditi pertanian tersebut selain mampu untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat setempat, tetapi juga mampu untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat yang lain. Sebaliknya, apabila angka surplus pendapatan bernilai
negatif berarti komoditi pertanian tersebut masih belum mampu untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat setempat dan perlu membeli dari kecamatan
yang lain.
Sedangkan untuk mengetahui wilayah basis dari komoditi pertanian
tersebut digunakan Kuosien Spesialisasi (KS) dan Kuosien Lokalisasi (Lo).
Apabila nilai KS ~ 0 berarti di tingkat kecamatan tidak terdapat spesialisasi
komoditi pertanian tertentu atau di tingkat kabupaten tidak terdapat
spesialisasi terhadap komoditi pertanian tertentu. Namun, jika nilai KS ~ 1
atau KS ³ 1 berarti di tingkat kecamatan terdapat spesialisasi terhadap
komoditi pertanian atau di tingkat kabupaten terdapat spesialisasi terhadap
komoditi pertanian tertentu. Apabila nilai Lo ~ 0 berarti di tingkat kecamatan
tidak terdapat pemusatan terhadap komoditi pertanian tertentu atau di tingkat
kabupaten tidak terdapat pemusatan terhadap komoditi pertanian tertentu. Hal
commit to user
wilayah di Kabupaten Temanggung. Jika nilai Lo ~ 1 berarti di tingkat
kecamatan terdapat pemusatan terhadap komoditi pertanian tertentu atau di
tingkat kabupaten terdapat pemusatan terhadap komoditi pertanian tertentu.
Berdasarkan hasil analisis gabungan tersebut, maka dapat ditentukan
komoditi pertanian unggulan yang diprioritaskan untuk dikembangkan atau
diproduksi di kecamatan tertentu di Kabupaten Temanggung. Caranya dengan
melihat nilai LQ terbesar dan nilai KS yang tertinggi. Skema kerangka teori
pendekatan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
commit to user
Gambar 1. Kerangka Teori Pendekatan Masalah Untuk Menentukan Komoditi Pertanian Unggulan dan Peranannya di Kabupaten Temanggung
Pembangunan Daerah Kabupaten Temanggung
Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Temanggung
Pembangunan Wilayah Kecamatan Kabupaten Temanggung
Metode Pengukuran Tidak Langsung
Metode Pengukuran Langsung
Metode Kombinasi Metode Kebutuhan Minimum
Metode Pendekatan Asumsi
Metode Location Quotient Identifikasi Komoditi Unggulan LQ > 1 Komoditi unggulan LQ < 1 Komoditi bukan unggulan LQ = 1 Komoditi bukan unggulan
Peranan Komoditi Unggulan
Keterangan :
________: Metode yang digunakan dalam penelitian
---: Metode yang tidak digunakan dalam penelitian
Perekonomian
Sektor Pertanian Sektor Non Pertanian
Komoditi Pertanian
commit to user
Gambar 2. Kerangka Teori Pendekatan Masalah Untuk Menentukan Adanya Spesialisasi dan Lokalisasi Komoditi Pertanian Unggulan di Kabupaten Temanggung Komoditi pertanian i merupakan komoditi pertanian yang terspesialisasi di kecamatan i dan keberadaannya memusat di suatu wilayah kecamatan
*KS~0, Lo~0 → Komoditi pertanian i merupakan komoditi pertanian yang tidak terspesialisasi di kecamatan i dan keberadaannya menyebar di wilayah kecamatan Kuosien Spesialisasi Kuosien Lokalisasi
Keterangan :
________: Metode yang digunakan dalam penelitian
---: Metode yang tidak digunakan dalam penelitian
Perekonomian
Sektor Pertanian Sektor Non Pertanian
Komoditi Pertanian
commit to user
Gambar 3. Kerangka Teori Pendekatan Masalah Untuk Menentukan Prioritas Komoditi Pertanian Unggulan di Kabupaten Temanggung
Otonomi Daerah
Pembangunan Daerah Kabupaten Temanggung
Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Temanggung
Pembangunan Wilayah Kecamatan Kabupaten Temanggung
Teori Ekonomi Basis
Metode Pengukuran Langsung Metode Pengukuran
Tidak Langsung
Metode Kombinasi Metode Kebutuhan Minimum
Metode Pendekatan Asumsi Metode Location Quotient
Kuosien Spesialisasi Kuosien Lokalisasi
Prioritas Komoditi Pertanian Unggulan
v Nilai LQ Terbesar
v Nilai Kuosien
Spesialisasi (KS) Tertinggi
Keterangan :
________: Metode yang digunakan dalam penelitian
---: Metode yang tidak digunakan dalam penelitian
Perekonomian
Sektor Pertanian Sektor Non Pertanian
commit to user
D. Asumsi-asumsi
1. Setiap perekonomian kecamatan, kebutuhan barang atau komoditi
pertanian akan dipenuhi terlebih dahulu oleh produksi sendiri dan
kekurangannya akan dibeli dari wilayah lain.
2. Terdapat pola permintaan yang sama antara kecamatan dengan kabupaten.
E. Pembatasan Masalah
1. Penelitian ini memusatkan pada analisis data nilai produksi komoditi
pertanian di Kabupaten Temanggung dan nilai produksi komoditi
pertanian di setiap kecamatan di wilayah Kabupaten Temanggung.
2. Harga komoditi pertanian yang digunakan adalah harga rata-rata satu
tahun komoditi pertanian yaitu tahun 2008, pada tingkat produsen di
Kabupaten Temanggung.
3. Komoditi pertanian yang diteliti adalah komoditi pertanian yang dihasilkan
di Kabupaten Temanggung selama periode penelitian, yang datanya
tersedia, dipublikasikan, dan kontinuitasnya terjaga.
F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel
1. Identifikasi adalah penentuan dan atau penetapan identitas komoditi
pertanian di Kabupaten Temanggung.
2. Komoditi adalah produk yang dihasilkan oleh suatu usaha atau kegiatan
dengan menggunakan sumber daya yang tersedia di Kabupaten
Temanggung.
3. Komoditi pertanian adalah komoditi yang dihasilkan oleh suatu kegiatan
di sektor pertanian. Dalam penelitian ini, komoditi pertanian meliputi
komoditi pada lima sub sektor pertanian yaitu komoditi sub sektor
tanaman bahan makanan, sub sektor perkebunan, sub sektor kehutanan,
sub sektor peternakan, dan sub sektor perikanan di Kabupaten
Temanggung.
4. Komoditi pertanian unggulan adalah komoditi pertanian yang mampu
commit to user
kecamatan lain, yang menurut analisis Location Quotient ditunjukkan
dengan nilai LQ > 1.
5. Komoditi pertanian bukan unggulan adalah komoditi pertanian yang hanya
mampu memenuhi kebutuhan di kecamatannya sendiri dan tidak dapat
diekspor ke kecamatan lain, yang ditunjukkan dengan nilai LQ = 1. Atau
dapat juga berarti komoditi pertanian yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan di kecamatannya sendiri dan perlu beli (impor) dari kecamatan
lain, yang ditunjukkan dengan nilai LQ < 1 di Kabupaten Temanggung.
6. Nilai produksi/output komoditi pertanian adalah hasil balas jasa dari suatu
komoditi pertanian yang diperoleh dari perkalian antara jumlah produksi
suatu komoditi pertanian dalam satu tahun dengan harga rata-rata komoditi
pertanian di tingkat produsen dalam satu tahun di Kabupaten Temanggung
yang dinyatakan dalam satuan Rupiah (Rp).
7. Pola permintaan adalah besarnya tingkat kebutuhan suatu wilayah
terhadap suatu komoditi pertanian tertentu dalam upaya pemenuhan
kebutuhan wilayah tersebut.
8. Ekspor adalah menjual komoditi pertanian ke kecamatan lain, baik di
dalam maupun di luar wilayah Kabupaten Temanggung.
9. Keunggulan kompetitif merupakan kemampuan daya saing dari komoditi
pertanian yang diunggulkan secara ekonomis.
10. Spesialisasi adalah keunggulan kompetitif komoditi pertanian di
Kabupaten Temanggung yang diukur dengan menggunakan Kousien
Spesialisasi (KS). Apabila nilai KS ~ 1 atau KS ≥ 1 berarti Kabupaten
Temanggung terspesialisasi terhadap komoditi pertanian tertentu dan
apabila nilai KS ~ 0 berarti tidak ada kegiatan spesialisasi terhadap
komoditi pertanian di Kabupaten Temanggung.
11. Lokalisasi adalah tingkat penyebaran dan pemusatan komoditi pertanian
pada setiap kecamatan di Kabupaten Temanggung yang diukur dengan
menggunakan Kuosien Lokalisasi (Lo). Apabila nilai Lo ~ 1 berarti
komoditi pertanian memusat di suatu kecamatan di Kabupaten
commit to user
pertanian di kecamatan atau dalam arti komoditi pertanian tersebut
commit to user
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif analitik. Menurut Surakhmad (1994), ciri dari metode deskriptif
analitik yaitu memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada
pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang aktual kemudian data yang
dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, dan kemudian dianalisis.
B. Metode Pengambilan Daerah Penelitian
Pada penelitian ini, pengambilan daerah penelitian dilakukan secara
sengaja (purposive), yaitu pengambilan daerah penelitian dengan
mempertimbangkan alasan yang diketahui dari daerah penelitian tersebut
(Singarimbun, 1995). Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Temanggung,
dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Sektor pertanian memberikan kontribusi tertinggi terhadap pembentukan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Temanggung. Hal
ini dapat dibuktikan pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan bahwa sektor
pertanian pada tahun 2008 memberikan kontribusi tertinggi yaitu sebesar
30,59 persen terhadap pembentukan PDRB di Kabupaten Temanggung.
2. Sebagian besar penduduk Kabupaten Temanggung bermatapencaharian di
sektor pertanian. Hal ini dapat dibuktikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Distribusi Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan di Kabupaten Temanggung Tahun 2004, 2005, 2006, dan 2008 (Persen)
Tahun Sektor
2004 2005 2006 2008
Pertanian 67,54 61,40 54,89 53,65
Perdagangan 12,55 14,70 15,48 8,97
Industri 5,56 7,80 20,01 5,61
Jasa 6,33 7,50 8,90 5,09
Lainnya 8,02 8,60 10,72 46,86
Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00
commit to user
Tabel 3 menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Temanggung
paling banyak bermatapencaharian di sektor pertanian. Kemudian diikuti
oleh sektor perdagangan dan sektor industri. Meskipun proporsi penduduk
yang bermatapencaharian di sektor pertanian semakin menurun dari tahun
ke tahun, namun proporsinya tetap paling tinggi diantara sektor-sektor
yang lain. Menurunnya tenaga kerja di sektor pertanian dari tahun ke tahun
disebabkan jumlah penduduk usia muda di Kabupaten Temanggung yang
tertarik untuk bekerja di sektor pertanian semakin berkurang. Sebagian
besar penduduk usia muda lebih tertarik untuk bekerja di luar sektor
pertanian karena dianggap lebih menjanjikan terutama dari segi
pendapatan.
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
dan data primer. Data sekunder telah tersusun dalam bentuk
dokumen-dokumen. Data ini diperoleh dari sumber tidak langsung yang biasanya berupa
data dokumentasi dan arsip-arsip resmi (Wirartha, 2006:106).
Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik
(BPS) Kabupaten Temanggung, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA) Kabupaten Temanggung, Dinas Pertanian Kabupaten
Temanggung, Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Temanggung,
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Temanggung, serta Dinas
Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Temanggung.
Data sekunder tersebut berupa data produksi komoditi pertanian
Kabupaten Temanggung tahun 2008, data produksi komoditi pertanian tiap
kecamatan di Kabupaten Temanggung tahun 2008, data harga rata-rata
komoditi pertanian Kabupaten Temanggung tahun 2008, Kabupaten
Temanggung Dalam Angka 2009, Produk Domestik Regional Bruto
Kabupaten Temanggung Tahun 2004-2008, dan Indikator Kesejahteraan
commit to user
Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan
narasumber. Wawancara dilakukan kepada dinas terkait yaitu Dinas Pertanian
Kabupaten Temanggung, Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten
Temanggung, serta Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Temanggung.
Wawancara yang dilakukan terkait dengan penentuan komoditi pertanian
unggulan di Kabupaten Temanggung menurut versi Pemerintah Daerah
Kabupaten Temanggung.
D. Metode Analisis Data
1. Analisis Komoditi Pertanian Unggulan
Penentuan komoditi pertanian unggulan pada penelitian ini dilakukan
berdasarkan hasil analisis Location Quotient (LQ) dari data sekunder dan
penyesuaian dengan Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten
Temanggung terkait penentuan komoditi pertanian unggulan di wilayah
tersebut.
Pada penelitian ini, untuk menentukan komoditi pertanian unggulan
atau bukan unggulan di Kabupaten Temanggung yaitu dengan
menggunakan analisis Location Quotient (LQ). Besarnya nilai LQ
diperoleh dari persamaan berikut :
Keterangan :
LQ : Indeks Location Quotient komoditi pertanian di kecamatan i
Kabupaten Temanggung
ki : Nilai produksi komoditi pertanian i pada tingkat kecamatan di
Kabupaten Temanggung
kt : Nilai produksi total komoditi pertanian pada tingkat kecamatan di
commit to user
Kt : Nilai produksi total komoditi pertanian pada tingkat Kabupaten
Temanggung
Kemudian besarnya nilai LQ yang diperoleh, diklasifikasikan
berdasarkan indikator sebagai berikut:
· LQ>1, artinya komoditi pertanian tersebut termasuk komoditi
unggulan. Produksi komoditi pertanian tersebut mampu
memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan dapat diekspor ke
wilayah lain.
· LQ=1, artinya komoditi tersebut termasuk komoditi bukan unggulan.
Produksi komoditi pertanian tersebut hanya mampu memenuhi
kebutuhan wilayah sendiri dan tidak dapat diekspor ke wilayah
lain.
· LQ<1, artinya komoditi pertanian tersebut termasuk komoditi bukan
unggulan. Produksi komoditi pertanian tersebut belum cukup
untuk memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan
kekurangannya dipenuhi dengan mengimpor dari luar wilayah.
(Diadopsi dari Hendayana, 2003).
Setelah diperoleh komoditi pertanian unggulan berdasarkan hasil
analisis Location Quotient (LQ) dari data sekunder, kemudian disesuaikan
dengan hasil penentuan komoditi pertanian unggulan menurut Kebijakan
Pemerintah Daerah Kabupaten Temanggung. Komoditi hasil penyesuaian
kedua hal tersebut merupakan komoditi pertanian unggulan di Kabupaten
Temanggung.
2. Peran Komoditi Pertanian
Pada penelitian ini, peran komoditi pertanian terhadap perekonomian
wilayah Kabupaten Temanggung dapat diketahui dengan melihat surplus
pendapatan yang diberikan dan efek pengganda yang ditimbulkan.
Besarnya surplus pendapatan tersebut diperoleh dari hasil perhitungan
dengan menggunakan persamaan berikut :
commit to user
Keterangan :
SP : Surplus pendapatan
Si : Nilai Produksi komoditi pertanian i di tingkat kecamatan di
Kabupaten Temanggung
S : Nilai produksi total komoditi pertanian tingkat kecamatan di
Kabupaten Temanggung
Ni : Nilai produksi komoditi pertanian i di tingkat Kabupaten
Temanggung
N : Nilai produksi total komoditi pertanian di tingkat Kabupaten
Temanggung
Apabila besarnya surplus pendapatan yang diperoleh bernilai positif
berarti komoditi pertanian tersebut selain dapat memenuhi kebutuhan
wilayah yang bersangkutan juga dapat memenuhi kebutuhan wilayah lain.
Namun, sebaliknya jika besarnya surplus pendapatan yang diperoleh
bernilai negatif berarti komoditi pertanian tersebut masih kurang dalam
memenuhi kebutuhan wilayah yang bersangkutan dan perlu dibeli dari
wilayah lain untuk memenuhi kebutuhan wilayah yang bersangkutan
terhadap komoditi pertanian tersebut.
Untuk besarnya pengganda pendapatan yang ditimbulkan dapat
diperoleh dari hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan berikut :
Sedangkan besarnya perubahan pendapatan di suatu wilayah dapat
diperoleh dari hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan berikut:
D Y = M x DYB
Keterangan :
D Y : Perubahan nilai produksi/output
M : Pengganda pendapatan
DYB : Perubahan nilai produksi/output komoditi unggulan
(Diadopsi dari Budiharsono, 2001:31-32).
Nilai produksi /output total komoditi pertanian Pengganda Pendapatan =
commit to user
3. Analisis Wilayah Basis Komoditi Pertanian Unggulan
Pada penelitian ini, untuk mengetahui wilayah basis dari komoditi
pertanian unggulan yaitu dengan menggunakan pendekatan tingkat
spesialisasi wilayah terhadap kegiatan pertanian dan tingkat penyebaran
dari komoditi pertanian yang terdapat di Kabupaten Temanggung.
a. Kuosien Spesialisasi
Pada penelitian ini, untuk mengetahui apakah di suatu wilayah
terdapat spesialisasi terhadap komoditi pertanian tertentu atau tidak
yaitu dengan melihat besarnya nilai Kuosien Spesialisasi (KS) yang
diperoleh dengan menggunakan rumus berikut :
KSi = (wi/wt) – (Wi/Wt)
KS =
å
= n
p
KSip
1
Keterangan :
KSi : Kuosien Spesialisasi terhadap komoditi i
wi : Nilai produksi komoditi pertanian i pada tingkat kecamatan di
Kabupaten Temanggung
wt : Nilai produksi total komoditi pertanian pada tingkat kecamatan di
Kabupaten Temanggung
Wi : Nilai produksi komoditi pertanian i pada wilayah Kabupaten
Temanggung
Wt : Nilai produksi total komoditi pertanian pada wilayah Kabupaten
Temanggung
KS : Kuosien Spesialisasi
KSip : KSi positif
Berdasarkan hasil perhitungan, apabila nilai KS ~ 0 berarti tidak
ada spesialisasi komoditi i pada wilayah tersebut. Namun, apabila nilai
KS ~ 1 atau KS ≥ 1 berarti wilayah tersebut terspesialisasi terhadap
commit to user
b. Kuosien Lokalisasi
Kuosien Lokalisasi digunakan pada penelitian ini, untuk melihat
tingkat penyebaran komoditi tertentu di suatu wilayah, yang dapat
diketahui dengan melihat besarnya Kuosien Lokalisasi (Lo). Besarnya
nilai Kuosien Lokalisasi (Lo) dapat diperoleh dari hasil perhitungan
dengan menggunakan rumus berikut :
Loi = (wi/Wi) – (wt/Wt)
Lo =
å
= n
p
Loip
1
Keterangan :
Loi : Koefisien Lokalisasi komoditi pertanian i
wi : Nilai produksi komoditi pertanian i pada tingkat kecamatan di
Kabupaten Temanggung
wt : Nilai produksi total komoditi pertanian pada tingkat kecamatan
di Kabupaten Temanggung
Wi : Nilai produksi komoditi pertanian i Kabupaten Temanggung
Wt : Nilai produksi total komoditi pertanian pada wilayah
Kabupaten Temanggung
Lo : Kuosien Lokalisasi
Loi p : Lo i positif
Apabila nilai Lo ~ 0 berarti komoditi pertanian tersebut
menyebar di beberapa wilayah. Namun, jika nilai Lo ~ 1 atau Lo ≥ 1
maka komoditi pertanian memusat di suatu wilayah (Djojodipuro,
1992 cit Aryani, 2005).
4. Penentuan Prioritas Komoditi Pertanian
Pada penelitian ini, untuk mengetahui prioritas komoditi pertanian
unggulan di Kabupaten Temanggung dilakukan melalui tahap seleksi yaitu
dimulai dari komoditi pertanian unggulan yang ditentukan berdasarkan
besarnya nilai LQ hasil analisis data sekunder, kemudian diseleksi kembali
dengan menyesuaikan urutan nilai KS dari masing-masing komoditi
commit to user
komoditi pertanian unggulan yang memiliki nilai LQ yang relatif besar
dan juga nilai KS yang relatif tinggi di kecamatan tertentu. Langkah
selanjutnya menyesuaikan komoditi yang diperoleh dari hasil analisis
penggabungan antara nilai LQ yang relatif besar dan KS yang relatif tinggi
tersebut dengan komoditi pertanian unggulan yang telah ditetapkan
berdasarkan Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Temanggung.
Semakin besar nilai LQ suatu komoditi maka semakin besar pula potensi
keunggulan komoditi tersebut. Demikian juga jika nilai KS suatu komoditi
semakin tinggi maka semakin tinggi pula keunggulan kompetitif komoditi
commit to user
IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Alam
1. Letak Geografis dan Wilayah Administratif
Kabupaten Temanggung merupakan salah satu wilayah kabupaten
di Propinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah 870,65 km2. Kabupaten Temanggung secara geografis terletak diantara 7º14’ LS - 7º32’ LS dan
110º23’ BT - 110º46’ BT. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten
Temanggung adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kabupaten Kendal dan Kabupaten Semarang
Sebelah Selatan : Kabupaten Magelang
Sebelah Barat : Kabupaten Wonosobo
Sebelah Timur : Kabupaten Semarang dan Kabupaten Magelang
Kabupaten Temanggung secara administratif dibagi menjadi 20
kecamatan yang terdiri dari 266 desa/kelurahan. Kecamatan Kandangan
merupakan kecamatan terluas dengan luas wilayah sekitar 78,36 km2 atau sekitar 9,00% dari keseluruhan luas wilayah Kabupaten Temanggung.
Sedangkan kecamatan terkecil adalah Kecamatan Selopampang dengan
luas wilayah sekitar 17,29 km2 atau sekitar 1,99% dari keseluruhan luas wilayah Kabupaten Kabupaten Temanggung (BPS Kabupaten
Temanggung, 2009).
2. Topografi
Sebagian besar wilayah Kabupaten Temanggung berada pada
ketinggian antara 500 - 1.450 meter di atas permukaan air laut (dpl).
Sedangkan wilayah Kabupaten Temanggung yang berada di atas
ketinggian tersebut merupakan pegunungan yaitu pada lereng Gunung
Sumbing dan Gunung Sindoro. Ketinggian wilayah Kabupaten
Temanggung terbagi ke dalam 5 kelas yaitu 400 – 500 m dpl, 500 – 750
m dpl, 750 – 1000 m dpl, 1000 – 1500 m dpl, dan 1500 – 3000 m dpl.
Lahan di Kabupaten Temanggung memiliki tingkat kemiringan