TUGAS AKHIR
Nama : Dinda Masfufah Hasyl NIM : 09.42010.0036
Program : S1 (Strata Satu)
Jurusan : Desain Komunikasi Visual
SEKOLAH TINGGI
MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA
Dinda Masfufah Hasyl1
Achmad Yanu Alif Fianto, S.T., M.B.A. Pembimbing I, Karsam, M.A., Ph.D. Pembimbing II
1
Program Studi S1 Desain Komunikasi Visual, STIKOM
Saat ini sudah banyak industri kosmetik yang memproduksi berbagai macam produk perawatan tubuh, salah satunya adalah Narwastu Aromatherapy & Body Care. Narwastu Aromatherapy & Body Care yang merupakan produk asli Indonesia ini sudah tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Meskipun demikian, produk ini masih kurang dikenal oleh masyarakat. Maka dari itu dilakukan rebranding pada Narwastu Aromatherapy & Body Care. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif yaitu dengan melakukan wawancara, observasi, dokumentasi, dan studi pustaka untuk mendapatkan data yang digunakan sebagai pendukung pembuatan konsep peancangan rebranding. Dari analisis data pada perancangan rebranding ini ditemukan keyword "Natural Elegant". Serta pada perancangan media menggunakan konsep Rustic yang memiliki kesan simplisity, alami (natural), classic, warm, sederhana, bersih, elegan, dan modern. Hasil dari perancangan rebranding ini adalah untuk lebih mengenalkan produk Narwastu Aromatherapy & Body Care agar lebih dikenal.
Kata kunci: Rebranding, Aromatherapy & Body Care, Brand Awareness
xiv
3.7 Segmentation, Targeting, Positioning (STP) ... 45
3.8 Analisis Kompetitor ... 46
3.9 Keyword ... 50
xv
3.12.1 Tujuan Kreatif ... 52
3.12.2 Strategi Kreatif ... 52
3.13 Perencanaan Media ... 57
3.13.1 Tujuan Media ... 57
3.13.2 Strategi Media ... 57
BAB IV IMPLEMENTASI KARYA ... 63
4.1 Implementasi Media ... 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 75
5.1 Kesimpulan ... 75
5.2 Saran ... 76
DAFTAR PUSTAKA ... 77
xvi
Tabel 1 Tabel Matriks SWOT ... 44
xvii
Gambar 2.1 Bagan Brand Equity ... 14
Gambar 2.2 Piramida Awareness ... 15
Gambar 3.1 Skema Model Analisis Interaktif ... 34
Gambar 3.2 Skema Prosedur Segmentasi ... 36
Gambar 3.3 Brosur Narwastu Aromatherapy & Body Care ... 41
Gambar 3.4 Website Narwastu Aromatherapy & Body Care ... 42
Gambar 3.5 Stan pameran Narwastu Aromatherapy & Body Care ... 43
Gambar 3.6 X-Banner Narwastu Aromatherapy & Body Care ... 43
Gambar 3.7 Website Kompetitor – Bali Ratih ... 49
Gambar 3.8 Website Kompetitor – Nirmala Aromatherapy ... 49
Gambar 3.9 Konsep Perancangan ... 51
Gambar 3.10 Tipografi “LainieDaySH” ... 53
Gambar 3.11 Tipografi “Champagne & Limousines” ... 53
Gambar 3.12 Sketsa alternatif logogram “jasmine” ... 54
Gambar 3.13 Alternatif logogram “jasmine” yang terpilih ... 55
Gambar 3.14 Warna logo yang terpilih ... 56
Gambar 3.15 Hasil logo Narwastu Aromatherapy & Body Care ... 56
Gambar 3.16 Sketsa Iklan Majalah ... 58
Gambar 3.17 Sketsa Iklan X-Banner ... 59
xviii
Gambar 4.2 Final Artwork Black and White Logo Narwastu Aromatherapy
& Body Care (B/W) ... 67
Gambar 4.3 Final Artwork Grid System Logo Narwastu Aromatherapy
& Body Care ... 68
Gambar 4.4 Iklan Majalah Narwastu Aromatherapy & Body Care ... 69
Gambar 4.5 Pembatas Iklan Majalah Narwastu Aromatherapy & Body Care .. 70
Gambar 4.6 Implementasi Iklan Majalah Narwastu Aromatherapy &
Body Care ... 70
Gambar 4.7 Website Narwastu Aromatherapy & Body Care halaman
Home ... 71
Gambar 4.8 Website Narwastu Aromatherapy & Body Care halaman
Our Product ... 71
Gambar 4.9 Website Narwastu Aromatherapy & Body Care halaman
About Us ... 72
Gambar 4.10 Website Narwastu Aromatherapy & Body Care halaman
Contact Us ... 72
Gambar 4.11 Implementasi Desain Label Narwastu Aromatherapy &
Body Care ... 73
Gambar 4.12 Implementasi Desain Flyer Narwastu Aromatherapy &
xix
Gambar 4.14 Implementasi Desain Merchandise Narwastu Aromatherapy &
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perawatan tubuh merupakan suatu kegiatan yang tidaklah lepas dari sosok
wanita dari zaman dahulu hingga dizaman yang serba maju seperti saat ini. Wanita
pada saat ini lebih banyak yang memilih menjadi wanita karir. Dengan menjadi
wanita karir yang melakukan berbagai rutinitas padat sehari-hari maka hal tersebut
dapat menambah tingkat stres. Untuk mengurangi tingkat stres tersebut para wanita
karir ada kalanya memanjakan diri dengan melakukan perawatan tubuh untuk
menjaga tubuh tetap indah dan menjadi lebih rileks. Saat ini sudah banyak industri
kosmetik yang memproduksi berbagai macam produk perawatan tubuh, salah
satunya adalah Narwastu Aromatherapy & Body Care. Narwastu Aromatherapy &
Body Care yang merupakan produk asli Indonesia ini sudah tersebar hampir di
seluruh wilayah Indonesia. Meskipun penyebarannya sudah luas tetapi masyarakat
masih saja lebih memilih produk luar negeri dengan alasan lebih mendunia dan
terjamin, padahal produk dalam negeri juga tidak kalah kualitasnya. Oleh karena
itu, tujuan penelitian ini diarahkan untuk merancang rebranding Narwastu
Aromatherapy & Body Care sebagai upaya meningkatkan brand awareness.
Menurut Gita Wirjawan selaku Menteri Perdagangan Republik Indonesia
dalam sebuah artikel oleh Andre dalam www.beritasatu.com, bahwa pasar industri
Dalam artikelnya, Andre (http://www.beritasatu.com/) menjelaskan bahwa
menurut lembaga riset pemasaran Euro Monitor International, nilai industri
kosmetik Indonesia mencapai lebih dari US$ 5 miliar dengan pertumbuhan
rata-rata 12 persen per tahun. Pada 2014 diprediksi pertumbuhan industri kecantikan
Indonesia mencapai 20 persen. Kejadian ini berdasarkan dari sisi masyarakat
Indonesia yang dahulu menganggap kecantikan adalah luxury, tetapi sekarang
kecantikan merupakan suatu kebutuhan. Peningkatan tersebut dikarenakan
banyaknya minat atas kebutuhan konsumen, para industri kosmetik meluncuran
produk baru begitu beragam dengan merek yang juga sangat bervariasi.
Dengan adanya berbagai macam produk tersebut menuntut para perusahaan
untuk melakukan berbagai upaya untuk meraih pangsa pasar yang lebih luas dan
mendapatkan loyalitas pelanggan. Mengingat persaingan tidak hanya terbatas pada
fungsional produk saja melainkan juga sudah dikaitkan dengan merek yang mampu
memberikan citra khusus bagi pemakainya, sehingga perusahaan memerlukan
upaya yang salah satunya adalah membentuk identitas produk yang kuat. Citra
khusus yang diberikan akan membuat konsumen aware sehingga merek tersebut
nantinya menjadi pertimbangan komsumen saat membeli produk.
Brand awareness merupakan bagian dari brand equity yang sangat penting
bagi perusahaan karena kesadararan merek dapat berpengaruh secara langsung
terhadap ekuitas merek. Apabila kesadaran konsumen terhadap merek rendah, maka
dapat dipastikan bahwa ekuitas mereknya juga akan rendah.
Aaker (1991) dalam Durianto (2001: 4) mengatakan bahwa brand
dapat menjadi penentu dalam beberapa kategori, dan biasanya mempunyai peranan
kunci dalam ekuitas merek (Brand Eequity). Peranan ini dapat dipahami dalam
bentuk “bagaimana brand awareness menciptakan suatu nilai bagi suatu merek”.
Nilai-nilai tersebut diantaranya adalah pertimbangan terhadap merek. Dalam
melakukan keputusan pembelian, konsumen akan menyeleksi merek-merek yang
dikenal dalam suatu kelompok untuk dipertimbangkan. Merek dengan top of mind
yang tinggi mempunyai nilai pertimbangan yang tinggi. Jika suatu merek tidak
tersimpan dalam ingatan, merek tersebut akan dipertimbangkan dalam benak
konsumen. Dengan kata lain brand awareness memiliki pengaruh besar terhadap
tingkat penjualan suatu produk.
Narwastu Aromatherapy & Body Care merupakan salah satu produk yang
memiliki pengalam 13 tahun dalam dunia kecantikan. Awal mula bisnis ini tercetus
yaitu dari kegemaran pemilik yang sering menggunakan produk-produk
aromaterapi. Dari berbagai macam produk yang pernah dicoba, pemilik merasakan
aromanya kurang begitu sesuai dengan seleranya dan merasa ada yang kurang dari
produk-produk tersebut. Dengan pertimbangan hal tersebut tercetuslah ide untuk
membuat produk aromaterapi sendiri yang memiliki kualitas aroma yang terbaik.
Kualiatas aroma yang ditawarkan dapat dipastikan akan membuat rileks, nyaman,
dan menyegarkan dengan aroma yang sangat kuat. Narwastu Aromatherapy &
Body Care membuat produk dengan rempah-rempah jawa dan dikemas dengan
kemasan yang alami.
Narwastu Aromatherapy & Body Care termasuk dalam produk Usaha Kecil
berbagai kota di Indonesia. Menurut pemilik Narwastu Aromatherapy & Body
Care, Ibu Nidiawati, pada tahun 2008 memang ada berbagai kendala dan penurunan
omzet tapi di tingkat agen dalam negeri. Namun untuk pembelian eceran sampai
saat ini masih relatif stabil penjualannya. Untuk meningkatkan omzet, Ibu
Nidiawati membawa produknya yaitu Narwastu Aromatherapy & Body Care untuk
mulai menjajaki peluan pasar di sejumlah negara diantaranya Spanyol dan Belanda.
Ibu Nidiawati juga menambahkan bahwa produk Indonesia masih harus berjuang
untuk masuk pasar potensial di Eropa. Mereka lebih menganggap produk Eropa
lebih aman dibanding negara lain termasuk Indonesia.
Tidak hanya mulai menjajaki di pasar Eropa saja tetapi juga di kawasan Asia
seperti Cina, Jepang, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Meskipun pemilik produk
Narwastu Aromatherapy & Body Care mulai menjajaki pasar internasional, Ibu
Nidiawati mengatakan bahwa promosi belum dapat dilakukan dengan baik. Dengan
semakin banyaknya pesaing yang muncul, Ibu Nidiawati ingin untuk memperkuat
pasar dalam negeri baru fokus ke ekspor.
Berdasarkan keterangan di atas menunjukkan bahwa produk Narwastu
Aromatherapy & Body Care membutuhkan adanya perancangan rebranding yang
kuat dan sesuai. Dengan branding yang kuat tersebut nantinya mampu membawa
produk ini menjadi produk yang mendapatkan pertimbangan yang tinggi dari
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, hal yang menjadi rumusan
masalah dalam perancangan ini adalah:
Bagaimana merancang rebranding Narwastu Aromatherapy & Body Care sebagai
upaya meningkatkan brand awareness?
1.3 Batasan Masalah
Dari permasalahan yang dirumuskan di atas maka batasan dari
permasalahan yang digunakan dalam perancangan ini adalah:
1. Perancangan difokuskan pada rebranding Narwastu Aromatherapy & Body
Care sebagai upaya meningkatkan brand awareness.
2. Media komunikasi visual/publikasi yang digunakan hanya meliputi: logo, iklan
majalah, x-banner, label produk, flyer, website, dan merchandise.
3. Pada perancangan rebranding ini tidak menyertakan perincian biaya.
1.4 Tujuan Perancangan
Tujuan yang ingin dicapai pada Tugas Akhir ini adalah:
1. Untuk merancang rebranding Narwastu Aromatherapy & Body Care sebagai
upaya meningkatkan brand awareness.
2. Dihasilkannya dari merancang rebranding Narwastu Aromatherapy & Body
1.5 Manfaat Perancangan
Tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Dapat memberikan masukan yang berarti bagi Narwastu Aromatherapy &
Body Care dalam mempertahankan loyalitas pelanggan, khususnya melalui
strategi visual.
2. Dapat memperkaya konsep atau teori yang menyokong perkembangan ilmu
pengetahuan desain komunikasi visual, khususnya yang terkait dengan
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dijelaskan tentang beberapa teori yang berhubungan
dengan perancangan branding Narwastu Aromatherapy & Body Care sebagai
upaya meningkatkan brand awareness.
2.1 Perancangan
Perancangan adalah langkah pertama dalam fase pengembangan rekayasa
produk atau sistem. Perancangan itu adalah proses penerapan berbagai teknik dan
prinsip yang bertujuan untuk mendefinisikan sebuah peralatan, satu proses atau satu
sistem secara detail yang membolehkan dilakukan realisasi fisik (Pressmen, 2009:
399).
2.2 Pemasaran
Pemasaran bermula dari kenyataan bahwa manusia adalah makhluk yang
memiliki kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan-kebutuhan dan keinginan itu
menciptakan suatu keadaan yang tidak menyenangkan dalam diri seseorang, yang
dipecahkan melalui pemilikan produk untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan dan
keinginan tersebut. Dari keterangan tersebut dapat diartikan bahwa pemasaran
adalah satu proses sosial yang mana individu dan kelompok mendapatkan apa yang
mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan dan mempertukarkan produk
Menurut Kotler dan Keller (2009: 5) memandang pemasaran (marketing)
sebagai seni dan ilmu memilih pasar dan meraih, mempertahankan, serta
menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menghantarkan, dan
mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul. Sedangkan menurut Hasan
dalam Fianto (2011: 28), pemasaran adalah sebuah cabang ilmu yang bersifat
objektif dan menggunakan instrumen-instrumen tertentu untuk menilai
progresifitas dari suatu aktifitas bisnis dalam membentuk, mengembangkan,
menjalankan operasi bisnis yang saling memberikan nilai tambah antara produsen
dan konsumen dalam jangka waktu yang panjang.
2.3 Analisis Dan Strategi Pemasaran
Dalam Morissan (2010: 7) setiap organisasi atau perusahaan yang ingin
berhasil dalam pemasaran harus terlebih dahulu memiliki suatu rencana pemasaran
(strategic marketing plan) yang berfungsi sebagai panduan dalam menggunakan
sumber daya yang dimiliki. Dalam strategi pemasaran ini, perusahaan mencoba
memahami pasar yang mencakup segmentasi konsumen dan tingkat pesaing di
2.4 Analisis Peluang
Analisis yang cermat terhadap pasar akan memberikan peluang bagi setiap
produk untuk masuk ke pasar. Menurut George dan Michael Belch, peluang pasar
(market opportunities) adalah wilayah di mana terdapat kecenderungan permintaan
yang menguntungkan, di mana perusahaan percaya kebutuhan konsumen belum
terpuaskan dan di mana perusahaan dapat bersaing secara efektif.
2.5 Analisis Kompetitif
Dalam mempersiapkan strategi dan rencana pemasaran, praktisi pemasaran
harus melakukan analisis secara cermat terhadap persaingan yang ada pada suatu
segmen pasar. Salah satu aspek penting dalam perencanaan strategi memasaran
adalah meneliti keuntungan kompetitif (competitive advantage), yaitu suatu hal
khusus yang dimiliki atau dilakukan perusahaan yang memberikannya keunggulan
dibandingkan kompetitor.
2.6 Strategi Pemasaran
Keanekaragaman pasar mengakibatkan, perusahaan tidak bisa melayani
semua pasar dengan produk yang mereka bisa hasilkan. Keterbatasan ini, berakibat
pada upaya pada perusahaan untuk memfokuskan kepada pasar tertentu. Dalam
kaitan ini maka ada beberapa aktivitas yang dilakukan, yaitu segmentasi pasar,
1. Segmentasi Pasar (Segmentation), yaitu membagi pasar kedalam bagian pasar
yang lebih homogin yang memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda,
karakteristik yang berbeda, dan memerlukan produk atau program pemasaran
tertentu.
2. Pentargetan Pasar (Targeting), yaitu proses mengevaluasi daya tarik
masing-masing segmen pasar dan memilih satu atau beberapa segmen untuk dilayani
kebutuhannya. Perusahaan bisa memilih satu, beberapa, atau semua segmen
sesuai dengan sumberdaya yang dimiliki.
3. Pemosisian Pasar (Positioning), yaitu mengarahkan kesan produk agar melekat
dibenak target pasar secara jelas, berbeda dan menarik dibanding pesaing.
Dengan pemosisian pasar konsumen dapat mengetahui perbedaan antara
produk satu dengan produk yang lain.
2.7 Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran adalah perangkat alat pemasaran taktis yang dapat
dikendalikan yang dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan respons yang
diinginkan dalam pasar sasaran. Bauran pemasaran, terdiri:
1. Produk (Product)
Kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan kepada pasar
sasaran. Meliputi: keragaman produk, mutu, rancangan, sifat, merek, kemasan,
2. Harga (Price)
Jumlah uang yang dibayar oleh pelanggan untuk memperoleh produk.
Meliputi: harga, diskon, potongan, syarat kredit, periode pembayaran.
3. Distribusi (Place)
Aktivitas perusahaan untuk membuat produk tersedia bagi konsumen sasaran.
Meliputi: saluran, lokasi, persediaan.
4. Promosi (Promotion)
Aktivitas yang megkomunikasikan keunggulan produk dan membujuk
pelanggan sasaran untuk membelinya. Meliputi: periklanan, personal selling,
promosi penjualan, humas.
Keempat hal di atas, disebut dengan 4P (Marketing Mix) dari sudut pandang
penjual. Sedangkan dari sudut pelanggan memiliki 4C:
1. Customer Needs and Wants (Kebutuhan dan keinginan pelanggan)
2. Cost to The Customer (Biaya yang ditanggung pelanggan)
3. Convenience (Kenyamanan/kemudahan)
4. Communication (Komunikasi)
2.8 Definisi Brand
Merek (Brand) merupakan nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan,
atau kombinasi dari semuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan
barang atau jasa atau kelompok penjual dan untuk mendiferensiasikannya
adalah produk atau jasa penambah dimensi yang dengan cara tertentu
mendifrensiasikannya dari produk atau jasa lain yang dirancang untuk memuaskan
kebutuhan yang sama.
Peranan merek mengidentifikasi sumber atau pembuat produk dan
memungkinkan konsumen baik individu atau organisasi untuk menetapkan
tanggung jawab pada pembuat atau distributor tertentu (Kotler & Keller, 2009:
332).
Menurut Lance & Woll (2006: 21) Brand bukan sekedar nama, melainkan
pengalaman kolektif yang dialami orang dengan produk atau jasa. Begitu
perusahaan mulai mempertipis nilainya, pada suatu pagi perusahaan akan bangun
dengan sebuah nama yang tidak memiliki arti. Brand adalah hal terpenting yang
harus dikelola manajemen. Brand bukan sesuatu yang dapat digenggam, sifatnya
tidak konkret, tidak permanen, sangat dipengaruhi emosi. Namun, brand
merupakan akumulasi dari apa yang telah perusahaan buat, lakukan, jual, layani,
atau tunjukkan kepada dunia.
Landasan utama dalam membangun citra brand (branding) adalah janji
mengenai berbagai manfaat yang ditawarkan brand, yang secara naluriah ataupun
lewat proses belajar dilekatkan customer pada brand. Isi janji ini, atau cara
mengkomunikasikan janji ini, atau cara mempertahankan kesegaran dan relevansi
Citra brand merupakan pengetahuan yang sangat penting. Mempelajari cara
menjual brand berdasarkan kekuatan citra brand, dan mempelajari cara mengelola
kekuatan ini secara berkesinambungan agar selaras dengan sentimen dan perilaku
customer. Produk harus menyampaikan dan menguatkan citra yang tidak pernah
mengecewakan customer terbaik dan customer prospektif.
Merawat brand (membangun, mengelola, melindungi, dan jika perlu
menghidupkan kembali) merupakan tugas penting Anda. Cara termudah merawat
brand adalah dengan merawat customer. Kenali siapa customer Anda. Apa yang
customer inginkan. Cara customer menggunakan [dan berpikir tentang] produk,
jasa, brand Anda. Begitu sederhana. Sekaligus begitu sulit (Lance & Well, 2006:
1).
2.9 Brand Awareness
Brand awareness merupakan bagian dari brand equity yang sangat penting
bagi perusahaan karena kesadararan merek dapat berpengaruh secara langsung
terhadap ekuitas merek. Apabila kesadaran konsumen terhadap merek rendah, maka
Gambar 2.1 Bagan brand equity
Sumber: http://johngudil.wordpress.com/tag/brand-awareness/, 2013
Aaker (1991) dalam Durianto (2001: 4) mengatakan bahwa brand
awareness sebagai gambaran keberadaan merek dalam pikiran konsumen yang
dapat menjadi penentu dalam beberapa kategori, dan biasanya mempunyai peranan
kunci dalam ekuitas merek (Brand Eequity). Peranan ini dapat dipahami dalam
bentuk “bagaimana brand awareness menciptakan suatu nilai bagi suatu merek”.
Gambar 2.2 Piramida Awareness
Sumber: http://johngudil.wordpress.com/tag/brand-awareness/, 2013
Dalam melakukan keputusan pembelian, konsumen akan menyeleksi
merek-merek yang dikenal dalam suatu kelompok untuk dipertimbangkan. Merek
dengan top of mind yang tinggi mempunyai nilai pertimbangan yang tinggi. Jika
suatu merek tidak tersimpan dalam ingatan, merek tersebut akan dipertimbangkan
dalam benak konsumen. Dengan kata lain brand awareness memiliki pengaruh
besar terhadap tingkat penjualan suatu produk.
2.10 Media
Menurut Belch (1991) dalam Morissan (2010: 137), media (medium) adalah
kategori umum dari sistem pengiriman pesan yang mencakup media penyiaran
(televisi dan radio), media cetak (surat kabar dan majalah), surat, iklan luar ruang
Perencanaan Media (media planning) adalah the series of decision involved
in delivering the promotional message to the prospective purchasers and/ or users
of the product or brand (serangkaian keputusan yang terlibat dalam menyampaikan
pesan promosi kepada calon pembeli dan/ atau pengguna produk dan merk).
Menurut definisi tersebut perancangan media adalah suatu proses untuk mengambil
sejumlah keputusan. Sebelum membuat perancangan media maka diperlukan
terlebih dahulu perancangan tujuan media (media objectives) yang spesifik dan
strategi media (rencana tindakan) yang spesifik pula yang di rancang untuk
mencapai tujuan.
Sedangkan menurut Tom Duncan (2005: 35), media planning is a process
for determining the most cost effective mix of media for achieving a set of media
objektives (perencanaan media adalah suatu proses untuk menentukan biaya paling
efektif bauran media untuk mencapai sejumlah tujuan media).
2.11 Promosi
Michael Ray dalam Morissan (2010: 16), mendefinisikan promosi sebagai
“the coordination of all seller-iniated efforts to setup channels of information and
persuation to sell goods and service or promote an idea” (koordinasi dari seluruh
upaya yang dimulai pihak penjual untuk membangun berbagai saluran informasi
dan persuasi untuk menjual barang dan jasa atau memperkenalkan suatu gagasan).
Promosi adalah suatu komunikasi informasi penjual dan pembeli yang
bertujuan untuk merubah sikap dan tingkah laku pembeli, yang sebelumnya tidak
tersebut. Bahkan, promosi merek juga dapat mengubah citra produk dan
mambuatnya menjadi lebih dihargai karena sikap hormat kepada merek tersebut.
Morissan menyatakan bahwa promosi adalah koordinasi dari seluruh upaya
yang dimulai oleh pihak penjual untuk membangun berbagai saluran informasi dan
persuasi untuk menjual barang dan jasa atau memperkenalkan suatu gagasan.
Informasi yang terkandung dalam promosi biasanya berisi bujukan atau
mengingatkan konsumen kembali tentang sebuah produk (Morissan, 2010: 16).
2.12 Teknik Promosi
Menurut Ruslan (2004: 9) terdapat empat teknik promosi yang biasa
dipergunakan untuk melakukan promosi pariwisata, yaitu advertising, sales
promotion, personal selling, dan public relation. Untuk lebih jelasnya akan
dijelaskan sebagai berikut:
1. Advertising
Advertising atau yang sering juga kita kenal dengan istilah ‘periklanan’
merupakan salah satu bentuk dari komunikasi impersonal (impersonal
communication) yang digunakan oleh perusahaan baik perusahaan barang
maupun jasa.
Peranan periklanan dalam pemasaran jasa adalah untuk membangun kesadaran
(awareness) calon pembeli terhadap jasa yang ditawarkan, untuk menambah
pengetahuan konsumen tentang jasa yang ditawarkan, membujuk calon
membedakan pelayanan dari perusahan satu dengan perusahaan lain
(diferentiate the service).
Setiap kegiatan promosi membutuhkan media dalam penyampaiannya. Media
yang sering digunakan untuk promosi pariwisata adalah media cetak dan
elektronik. Media cetak misalnya surat kabar dan majalah, sedangkan media
elektronik misalnya televisi, radio dan lain sebagainya.
2. Sales Promotion
Sales promotion adalah kegiatan-kegiatan pemasaran selain periklanan yang
mendorong efektifitas pembelian konsumen dan pedagang perantara dengan
menggunakan alat-alat promosi. Alat-alat promosi yang sering digunakan
dalam kegiatan ini antara lain brosur, pameran, dan demonstrasi.
3. Personal Selling
Personal selling atau sering disebut penjualan tatap muka merupakan aktifitas
komunikasi antar produsen yang diwakili oleh tenaga penjual, dengan
konsumen potensial, yang melibatkan pikiran dan emosi, serta berhadapan
langsung dengan pembeli.
4. Public Relations
Kata “masyarakat” dalam hubungan masyarakat berarti, setiap individu,
kelompok, organisasi dan lain sebagainya, yang mempunyai potensi untuk
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pengusaha produk pariwisata. Sedangkan
kata “hubungan” berarti menciptakan atau membuka komunikasi dua arah yang
saling menguntungkan, termasuk hubungan pertukaran dalam pemasaran
untuk menentukan dan mempertahankan komunikasi dua arah secara terbuka
dengan semua lapisan masyarakat serta menciptakan opini masyarakat yang
baik tentang produk pariwisata yang ditawarkan.
Hubungan masyarakat dapat didefinisikan sebagai sejumlah informasi tentang
produk barang dan jasa, organisasi maupun perorangan yang disebarluaskan ke
masyarakat melalui media massa tanpa pengawasan dari sponsor. Sifat-sifat
yang dimiliki teknik promosi dengan menggunakan teknik public relation ini
sangat mendukung terhadap beberapa tugas pemasaran, antara lain:
a. Membangun image (citra) perusahaan.
b. Mendukung aktifitas komunikasi lainnya.
c. Mengatasi permasalahan dan isu yang ada.
d. Memperkuat positioning perusahaan.
e. Mempengaruhi publik yang spesifik.
f. Mengadakan launching untuk produk atau jasa baru.
Selain tugas-tugas teknik promosi dengan menggunakan teknik public relation
di atas, teknik public relation juga mempunyai beberapa program yang
dijalankan. Program public relation antara lain adalah:
a. Publikasi
b. Event
c. Hubungan dengan investor
d. Exhibitions atau pameran
2.13 Promosi Periklanan
Promosi menjadi lebih efektif jika digabungkan dengan iklan (Kotler &
Keller, 2009). Iklan memiliki beberapa tujuan, antara lain:
1. Iklan Informatif
Iklan informatif ini bertujuan untuk menciptakan kesadaran dan pengetahan
tentang produk baru atau produk yang sudah ada.
2. Iklan Persuasif
Iklan persuasif ini bertujuan untuk menciptakan menciptakan kesukaan,
preferensi, keyakinan, dan pembelian suatu produkatau jasa.
3. Iklan Pengingat
Iklan pengingat ini dimaksudkan untuk merangsang pembelian kembali produk
atau jasa.
4. Iklan Penguat
Iklan penguat ini dimaksudkan untuk meyakinkan pembeli konsumen yang
sudah ada bahwa produk yang mereka beli atau yang mereka gunakan tepat.
2.14 Logo
Menurut Kusrianto (2007: 232), logo atau tanda gambar (picture mark)
merupakan identitas yang dipergunakan untuk menggambarkan citra dan karakter
suatu lembaga atau perusahaan maupun organisasi. Logo yang baik akan mampu
memcerminkan jenis usaha yang dikelola pemilik logo tersebut berdasarkan
simbol yang mewakili sosok, wajah, dan eksistensi suatu perusahaan atau suatu
perusahaan.
Sedangkan menurut Supriyono (2010: 101), logo dibuat bukan sekadar
merek dagang atau simbol perusahaan, melainkan harus mampu merepresentasikan
korporasi dan mampu memberikan kepercayaan (trust) dalam tempo sesingkat
mungkin. Logo harus mudah diingat, mengesankan, berciri khas, dan tidak terlalu
rumit.
Istilah logo merupakan sebutan secara umum. Jika dilihat secara spesifik,
logo bisa berupa rangkaian huruf, bentuk gambar, atau gabungan huruf dan gambar.
Logo yang berupa olahan huruf disebut logotype dan logo yang berwujud gambar
disebut logogram. Logo yang memuat rangkaian huruf dan gambar tidak memiliki
sebutan khusus. Secara lazim, ketiga jenis simbol tersebut disebut logo.
Pada perkembangannya, orang membuat desain logotype menjadi semakin
unik dengan mengolah huruf, menambahkan elemen gambar, bahkan tulisan dan
gambar berbaur jadi satu. Adapun fungsi dari logotype (Rustan, 2009: 13) adalah:
1. Sebagai identitas diri. Untuk membedakannya dengan identitas milik orang
lain.
2. Sebagai tanda kepemilikan. Untuk membedakan miliknya dengan milik orang
lain.
3. Tanda jaminan kualitas.
Menurut Carter dalam Kusrianto (2007: 234) sebuah logo yang baik harus
mencakup beberapa hal sebagai berikut:
1. Original dan destinctive, atau memiliki nilai kekhasan, keunikan, dan daya
pembeda yang jelas.
2. Legible, atau memiliki tingkat keterbacaan yang cukup tinggi meskipun
diaplikasikan dalam berbagai ukuran dan media yang berbeda-beda.
3. Simple atau sederhana, dengan pengertian mudah ditangkap dan dimengerti
dalam waktu yang relatif singkat.
4. Memorable atau cukup mudah untuk diingat, karena keunikannya, bahkan
dalam kurun waktu yang relatif lama.
5. Easily assosiated with the company, dimana logo yang baik akan mudah
dihubungkan atau diasosiasikan dengan jenis usaha dan citra suatu perusahaan
atau organisasi.
6. Easily adaptable for all graphics media. Faktor kemudahan mengaplikasikan
logo baik yang menyangkut bentuk fisik, warna maupun konfigurasi logo pada
berbagai media grafis perlu diperhitungkan pada saat proses perancangan. Hal
ini untuk menghindari kesulitan-kesulitan dalam penerapannya.
Logogram adalah sebuah simbol tulisan yang mewakili sebuah kata/makna
seperti angka-angka dan lambang-lambang matematika. ‘1’ mewakili ‘satu’, ‘+’
mewakili ‘tambah’, yang berfungsi untuk mempersingkat penulisan sebuah kata.
Logogram serng juga disebut ideagram (simbol yang mewakili sebuah
2.15 Tagline
Tagline merupakan salah satu atribut dalam sistem identitas, berupa satu
kata atau lebih yang menggambarkan esensi, personality maupun positioning
brand. Menurut Eric Swartz (2009) dalam Rustan (2009: 70), tagline merupakan
susunan kata yang ringkas (biasanya tidak lebih dari tujuh kata), diletakkan
mendampingi logo dan mengandung pesan brand yang kuat ditujukan kepada
audience. Selain slogan, tagline juga dikenal dengan istilah motto.
Usia pemakaian sebuah tagline pada suatu brand tidak selamanya, karena
tagline seringkali diganti untuk menyesuaikan perkembangan pasar dan gaya.
Selain itu, tagline harus efektif, karena tagline turut berfungsi membentuk brand
image di benak publik, dan bukan hanya sebagai tambahan/pemanis.
Berdasarkan sifatnya, tagline dapat dibedakan menjadi lima macam, antara
lain:
1. Descriptive
Menerangkan produknya/servisnya/janji brand kepada konsumen. Contohnya:
HSBC Bank dunia bertradisi anda, DJARUM SUPER Topnya kretek filter,
dsb.
2. Specific
Memposisikan dirinya sebagai yang tertinggi di bidangnya. Contohnya:
FROZZ permen dingin menyegarkan, SOSRO ahlinya teh, GRAMEDIA
3. Superlative
Memposisikan dirinya sebagai yang paling unggul. Contohnya: BAYGON
jaminan mutu, YAMAHA semakin di depan, KAPAL API jelas lebih enak,
dsb.
4. Imperative
Menyuruh atau menggambarkan suatu aksi, biasanya diawali dengan kata
kerja. Contohnya: Santai, ada SANKEN, Untung pakai ESIA, LA LIGHT
enjoy aja!, dsb.
5. Provocative
Mengajak atau menantang/memancing logika atau emosi, seringkali berupa
kalimat tanya. Contohnya: Oli anda TOP ONE juga kan?, Orang pintar minum
TOLAK ANGIN, TING-TING GARUDA satu mana cukup?, dsb.
2.16 Tipografi
Tipografi (pemilihan huruf) mempunyai peran yang penting dalam sebuah
iklan. Meskipun peran utamany bersifat fungsional – menyampaikan kata pesan,
tetapi huruf juga mempunyai peran estetika dan pemilihan huruf memberi
kontribusi pada dampak dan mood pesan (Moriarty, 2009, hal. 516).
Terdapat beberapa hal yang harus dipetimbangkan seorang desainer dalam
memilih desain huruf, seperti:
1. Bentuk huruf atau font
2. Cara menulis huruf besar, seperti apakah menggunakan huruf besar semua atau
3. Variasi bentuk huruf yang dibuat dari manipulasi bentuknya.
4. Ujung blok huruf dan lebar kolomnya.
5. Ukuran tipe huruf (tinggi vertikal).
6. Legibility, atau seberapa mudah hurufnya dibaca.
2.17 Layout
Menurut Tom Lincy, prinsip layout yang baik adalah yang selalu memuat 5
prinsip utama dalam desain, yaitu proporsi, keseimbangan, kontras, irama dan
kesatuan. Dalam penerapan perancangan ini desain layout menjadi landasan untuk
dijadikan acuan dasar dalam memberikan tuntunan dalam mendesain layout dari
perancangan branding Kampoeng Batik Jetis idoarjo. Untuk mengatur layout, di
perlukan pengetahuan akan jenis-jenis layout (Kusrianto, 2007: 277).
Berikut adalah jenis-jenis layout pada media cetak, baik brosur, majalah,
iklan maupun pada buku.
1. Mondrian Layout
Mengacu pada konsep seorang pelukis Belanda bernama Piet Mondrian, yaitu
penyajian iklan yang mengacu pada bentuk-bentuk square / landscape / portait,
dimana masing-masing bidangnya sejajar dengan bidang penyajian dan
memuat gambar / copy yang saling berpadu sehingga membentuk suatu
komposisi yang konseptual.
2. Multi Panel Layout
Bentuk iklan dimana dalam satu bidang penyajian dibagi menjadi beberapa
3. Picture Window Layout
Tata letak iklan dimana produk yang diiklankan ditampilkan secara close up.
Bisa dalam bentuk produknya itu sendiri atau juga bisa menggunakan model
(public figure).
4. Copy Heavy Layout
Tata letaknya mengutamakan pada bentuk copy writing (naskah iklan) atau
dengan kata lain komposisi layout-nya didominasi oleh penyajian teks (copy).
5. Frame Layout
Suatu tampilan iklan dimana border/bingkai/frame-nya membentuk suatu
naratif (mempunyai cerita).
6. Shilhoutte Layout
Sajian iklan yang berupa gambar ilustrasi atau tehnik fotografi dimana hanya
ditonjolkan bayangannya saja. Penyajian bisa berupa Text-Rap atau warna spot
color yang berbentuk gambar ilustrasi atau pantulan sinar seadanya dengan
tehnik fotografi.
7. Type Specimen Layout
Tata letak iklan yang hanya menekankan pada penampilan jenis huruf dengan
point size yang besar. Pada umumnya hanya berupa Head Line saja.
8. Sircus Layout
Penyajian iklan yang tata letaknya tidak mengacu pada ketentuan baku.
Komposisi gambar visualnya, bahkan kadang-kadang teks dan susunannya
9. Jumble Layout
Penyajian iklan yang merupakan kebalikan dari sircus layout, yaitu komposisi
beberapa gambar dan teksnya disusun secara teratur.
10. Grid Layout
Suatu tata letak iklan yang mengacu pada konsep grid, yaitu desain iklan
tersebut seolah-olah bagian per bagian (gambar atau teks) berada di dalam skala
grid.
11. Bleed Layout
Sajian iklan dimana sekeliling bidang menggunakan frame (seolah-olah belum
dipotong pinggirnya). Catatan: Bleed artinya belum dipotong menurut pas
cruis (utuh) kalau Trim sudah dipotong.
12. Vertical Panel Layout
Tata letaknya menghadirkan garis pemisah secara vertical dan membagi layout
iklan tersebut.
13. Alphabet Inspired Layout
Tata letak iklan yang menekankan pada susunan huruf atau angka yang
berurutan atau membentuk suatu kata dan diimprovisasikan sehingga
menimbulkan kesan narasi (cerita).
14. Angular Layout
Penyajian iklan dengan susunan elemen visualnya membentuk sudut
15. Informal Balance Layout
Tata letak iklan yang tampilan elemen visualnya merupakan suatu
perbandingan yang tidak seimbang.
16. Brace Layout
Unsur-unsur dalam tata letak iklan membentuk letter L (L-Shape). Posisi
bentuk L nya bisa tebalik, dan dimuka bentuk L tersebut dibiarkan kosong.
17. Two Mortises Layout
Penyajian bentuk iklan yang penggarapannya menghadirkan dua inset yang
masing-masing memvisualkan secara diskriptif mengenai hasil
penggunaan/detail dari produk yang ditawarkan.
18. Quadran Layout
Bentuk tampilan iklan yang gambarnya dibagi menjadi empat bagian dengan
volume/ isi yang berbeda. Misalnya kotak pertama 45%, kedua 5%, ketiga 12%,
dan keempat 38%. (mempunyai perbedaan yang menyolok apabila dibagi
empat sama besar).
19. Comic Script Layout
Penyajian iklan yang dirancang secara kreatif sehingga merupakan bentuk
media komik, lengkap dengan captions.
20. Rebus Layout
Susunan layout iklan yang menampilkan perpaduan gambar dan teks sehingga
2.18 Strategi Desain Warna
Salah satu elemen visual yang dapat dengan mudah menarik perhatian
pembaca adalah warna. Warna juga merupakan unsur yang sangat tajam untuk
menyentuh kepekaan penglihatan sehingga mampu merangsang munculnya rasa
haru, sedih, gembira, mood atau semangat, dll.
Dalam bukunya, Kusrianto (2007: 232) menjelaskan bahwa secara visual,
warna memiliki kekuatan yang mampu mempengaruhi citra orang yang melihatnya.
Masing-masing warna mampu memberikan respons secara psikologis. Molly E.
Holzschlag, seorang pakar warna, dalam tulisannya “Creating Color Scheme”
membuat daftar mengenai kemampuan masing-masing warna ketika memberikan
respons secara psikologis kepada pemirsanya sebagai berikut:
1. Merah : kekuatan, bertenaga, kehangatan, nafsu, cinta, agresifitas, bahaya 2. Biru : kepercayaan, konservatif, keamanan, teknologi, kebersihan,
perintah
3. Hijau : alami, kesehatan, pandangan yang enak, kecemburuan, pembaruan
4. Kuning : optimis, harapan, filosofi, ketidakjujuran/ kecurangan, pengecut, penghianat
5. Ungu : spiritual, misteri, keagungan, perubahan bentuk, galak, arogan 6. Orange : energi, keseimbangan, kehangatan
9. Putih : kemurnian/ suci, bersih, kecermatan, inocent (tanpa dosa), steril, kematian
10. Hitam : kekuatan, seksualitas, kemewahan, kematian, misteri, ketakutan, ketidakbahagiaan, keanggunan
2.19 ATL dan BTL
Above The Line (ATL) adalah aktivitas promosi yang biasanya dilakukan
oleh manajemen pusat sebagai upaya membentuk citra merek yang diinginkan,
contohnya : TV, Radio, Majalah, koran, billboard (Jefkins, 1994: 86).
Below The Line (BTL) adalah segala aktivitas pemasaran atau promosi yang
dilakukan di tingkat retail/ konsumen dengan salah satu tujuannya adalah
merangkul konsumen supaya aware dengan produk kita.
2.20 Teori Analisis SWOT
SWOT dipergunakan untuk menilai dan menilai ulang (reevaluasi) suatu hal
yang telah ada dan telah diputuskan sebelumnya dengan tujuan meminimumkan
resiko yang mungkin timbul. Langkahnya adalah dengan mengoptimalkan segi
positif yang mendukung serta meminimalkan segi negatif yang berpotensi
menghambat pelaksanaan keputusan perancangan yang telah diambil (Sarwono &
Lubis, 2007: 18).
Langkah analisis: Mengkaji hal atau gagasan yang akan dinilai dengan cara
memilah dan menginventarisasi sebanyak mungkin segi kekuatan (strenght),
Segi kekuatan dan kelemahan merupakan kondisi internal yang dikandung
oleh objek yang dinilai, sedangkan peluang dan ancaman merupakan faktor
eksternal.
Hasil kajian dari keempat segi ini kemudian disimpulkan, meliputi strategi
pemecahan masalah, perbaikan, pengembangan, dan optimalisasi.
Penyusunan kesimpulan lazim dilakukan dengan cara meramu (sedapat
mungkin) hal-hal yang dikandung oleh keempat faktor menjadi sesuatu yang
positif, netral atau minimal dipahami. Penyusunan kesimpulan ini ditampung dalam
Matriks Pakal yang terdiri dari:
1. Strategi PE-KU (S-O) / Peluang dan Kekuatan: Mengembangkan peluang
menjadi kekuatan.
2. Strategi PE-LEM (W-O) / Peluang dan Kelemahan: Mengembangkan
peluang untuk mengatasi kelemahan.
3. Strategi A-KU (S-T) / Ancaman dan Kekuatan: Mengenali dan
mengantisipasi ancaman untuk menambah kekuatan.
4. Strategi A-LEM (W-T) / Ancaman dan Kelemahan: Mengenali dan
32
BAB III
METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA
3.1 Metodologi Penelitian
Pada perancangan ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif sebagai
prosedur penelitian. Metode penelitian kualitatif adalah metode untuk menyelidiki
objek yang tidak dapat diukur dengan angka-angka ataupun ukuran lain yang
bersifat eksak. Penelitian kualitatif juga bisa diartikan sebagai riset yang bersifat
deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif.
Penelitian kualitatif jauh lebih subyektif daripada penelitian atau survei kuantitatif
dan menggunakan metode sangat berbeda dari mengumpulkan informasi, terutama
individu, dalam menggunakan wawancara secara mendalam dan grup fokus.
Bogdan dan Taylor (1975) dalam buku Moleong (2004: 3) mengemukakan
metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Tujuan utama penelitian kualitatif adalah untuk memahami (to understand)
fenomena atau gejala sosial dengan lebih menitik beratkan pada gambaran yang
lengkap tentang fenomena yang dikaji daripada memerincinya menjadi
variabel-variabel yang saling terkait. Harapannya ialah diperoleh pemahaman yang
mendalam tentang fenomena untuk selanjutnya dihasilkan sebuah teori. Karena
tujuannya berbeda dengan penelitian kuantitatif, maka prosedur perolehan data dan
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan pada perancangan ini yaitu dengan cara
sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan dengan sengaja, sistematis
mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian
dilakukan pencatatan.
2. Wawancara
Wawancara atau interview adalah metode pengumpulan data yang
menghendaki komunikasi langsung antara penyelidik dengan subyek atau
informan (Yatim, 2001: 82). Metode ini merupakan proses tanya jawab lisan,
dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik.
3. Dokumentasi
Dokumentasi ini dilakukan dengan cara mendokumentasikan produk-produk
Narwastu Aromatherapy & Body Care yang berupa foto, arsip, dan seluruh
gambar-gambar objek penelitian serta bahan-bahan tertulis yang berhubungan
dengan masalah perancangan rebranding yang nantinya akan dicatat.
Dokumentasi ini penting untuk memperdalam data penelitian.
4. Studi Pustaka
Studi kepustakaan dilakukan dengan cara mencari referensi dalam pustaka
yang berkaitan dengan objek penelitian. Studi pustaka ini penting untuk
mendukung data penelitian yang akan diimplementasikan kedalam
3.3 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke
dalam pola, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja yang disarankan oleh data (Ismawati, 2009: 19).
Dalam penelitian dengan menggunakan metode kualitatif, analisis data
dilakukan sejak awal penelitian dan selama proses penelitian itu berlangsung. Data
diperoleh melalui wawancara, observasi, serta dokumentasi. Setelah itu data diolah
secara sistematis. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan model
analisis interaktif (Miles & Huberman,1984: 15).
Gambar 3.1 merupakan tahapan dalam menganalisa data dengan
menggunakan model analisis interaktif:
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, dokumentasi
serta kepustakaan. Data kemudian disusun secara sistematis.
2. Reduksi data
Setelah data diperoleh, dilakukanlah reduksi data. Fungsi dari reduksi data ini
adalah untuk memilih data yang relevan, memfokuskan data yang mengarah
kepada pemecahan masalah dan mengkelompokkan data yang benar-benar
dibutuhkan untuk proses perancangan. Hasil dari reduksi data ini berupa data
yang lebih relevan dengan permasalahan dan memudahkan untuk menarik
kesimpulan.
3. Penyajian data
Data yang sudah melalui proses reduksi data kemudian akan disajikan dalam
bentuk tulisan atau kata-kata, gambar, grafik dan tabel. Tujuan dalam penyajian
data ini adalah untuk menggabungkan informasi yang telah diperoleh sehingga
dapat menggambarkan keadaan yang terjadi. Penyajian data juga akan
memudahkan penguasaan informasi dari hasil penelitian, serta menghindari
adanya pemikiran serta pengambilan keputusan secara subjektif.
4. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan dapat dilakukan selama proses penelitian berlangsung.
memadai maka selanjutnya dapat diambil kesimpulan sementara, dan setelah
data benar-benar lengkap maka diambil kesimpulan akhir.
Berikut merupakan penjelasan dari Gambar 3.2 yang merupakan skema
prosedur segmentasi dari Subhash C. Jain:
1. Cutomer Need (Kebutuhan Konsumen)
Yang dibutuh oleh konsumen adalah produk aromaterapi yang terbuat dari
bahan alami sehingga aman untuk digunakan, serta produk aromaterapi yang
benar-benar berfungi untuk menenangkan dan menyegarkan dengan aroma
yang kuat dan tahan lama.
Gambar 3.2 Skema Prosedur Segmentasi
2. Market Emergence (Munculnya Pasar)
Adanya kesadaran merawat tubuh bagi para wanita, terlebih bagi mereka yang
memiliki aktifitas padat tetapi tetap peduli dengan perawatan tubuhnya.
3. Market Boundary Definition (Batasan Pasar)
Market Boundary Definition didapatkan dari hasil SWOT dan Studi Eksisting
pada produk tersebut.
4. Served Market (Pasar Yang Dilayani)
Pada tahap ini dapat diketahui bahwa pasar yang dilayani akan dijelaskan
secara terperinci pada customer segmentation.
5. Customer Segmentation (Segmentasi Konsumen)
Segmentasi pasar disini terdiri dari menentukan segmentasi secara demografis,
psikografis, behavioral (perilaku), dan geografis. Setelah itu menentukan
positioning dan targeting.
3.4 Hasil dan Analisis Data
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di Kantor
Narwastu pada 1 Nopember 2013 kepada Ibu Nidiawati sebagai pemilik Narwastu
bahwa usaha yang didirikan bersama suaminya Bapak Budi Gardjito yaitu berawal
dari ketertarikan beliau terhadap barang-barang yang memiliki nilai artistik.
Dengan alasan tersebut, beliau menyalurkan hobinya dengan membuka sebuah
galeri di kota Surabaya. Galeri ini memamerkan banyak benda-benda kerajinan
dipamerkan pada waktu itu terdiri dari kerajinan seperti keranjang, tas, dll yang
terbuat dari tanaman Enceng Gondok dan tali Agel.
Semenjak dahulu Ibu Nidia suka dan sering menggunakan aromaterapi. Dari
banyak merek aromaterapi yang sudah dicoba, beliau masih merasa bahwa
aromanya kurang begitu sesuai dengan seleranya. Ketika beliau merasa tidak puas
dengan aromaterapi yang ada di pasar, tercetuslah ide untuk membuat suatu bisnis
di dunia aromaterapi. Tujuan pertama yang keluar saat memikirkan ide tersebut
adalah “Bagaimana caranya saya bisa membuat produk aromaterapi dengan
kualiatas aroma yang terbaik dengan ketentuan bahwa produk aromaterapi yang
apabila digunakan benar-benar membuat pemakainya menjadi relax, refresh,dan
memiliki aroma yang sangat kuat dan tahan lama?”.
Pada 10 Agustus 2000, Ibu Nidia membangun bisnis Usaha Kecil Menengah
(UKM) aromaterapi yang diberi nama “NARWASTU” di bawah asuhan PT.
Perindo. Produk aromaterapi Narwastu teerbuat dari bahan alami rempah-rempah
Jawa serta dikemas dengan menggunakan kemasan yang alami (handmade).
Produk yang produksi oleh Narwastu belum seperti sekarang yang memiliki
banyak varian dari produk aromaterapi sampai produk perawatan tubuh (body
care), tetapi dua sampai tiga tahun pertama Narwastu hanya memproduksi
aromaterapi yang berupa essential oil, fragrance oil, dan incense (dupa). Setelah
dirasa peminat aromaterapi produk Narwastu sudah meningkat, Ibu Nidia memiliki
inovasi untuk membuat produk perawatan tubuh yang terbuat dari bahan alami dan
memiliki aroma kuat yang menjadikannya sebagai keunggulan dari produk
Narwastu Aromatherapy & Body Care memiliki karyawan tetap yaitu 25
orang dan karyawan tidak (kontrak) tetap sekitar 40 orang. Selain itu juga Narwastu
Aromatherapy & Body Care sudah memiliki outlet-outlet yang tersebar di mall
kota-kota besar di Indonesia, seperti Surabaya, Jakarta, Bandung, dan kata-kota di
luar Pulau Jawa.
Bisnis UKM ini memiliki media promosi sepert brosur, website, outlet,
pameran dan word of mouth (WOM). Pameran ini sudah dilakukan di berbagai
daerah di tanah air maupun di luar negeri seperti Malaysia, Brunei Darussalam,
Jepang, China, dan negara-nerara di Eropa. Sedangkan word of mouth (WOM)
digunakan kepada konsumen-konsumen kelas menengah keatas, sebab kebanyakan
konsumen dari kalangan atas kurang percaya dengan produk UKM yang memiliki
harga lebih terjangkau dibandingkan dengan produk nasional atau luar negeri.
Masyarakat luar negeri sangat menyukai produk-produk aromaterapi seperti
Narwastu, maka dari itu apabila ada pameran UKM yang diadakan oleh
Disperindag maupun Koperasi di luar negeri masyarakatnya sangat antusias untuk
membelinya. Tetapi ada kendala apabila menjual produk Narwastu di pasar Eropa
yaitu mereka meragukan kegunaan dari body care Narwastu seperti body butter,
sebab perbedaan iklim dan jenis kulit orang Asia dan Eropa.
Saat ini Narwastu Aromatherapy & Body Care ingin melebarkan bisnisnya
dari UKM ke perusahaan yang lebih besar. Tetapi untuk menuju kesana agak sedikit
terhambat dikarenakan kenaikan UMR yang menurut pemilik Narwastu
Aromatherapy & Body Care ini sudah tidak masuk akal. Selain itu juga kurangnya
memiliki omzet yang besar, tetapi profit menurun. Dengan adanya fenomena seperti
itu dibutuhkanlah rebranding Narwastu Aromatherapy & Body Care sebagai upaya
meningkatkan brand awareness.
3.5 Studi Eksisting
Studi eksisting mengacu pada objek yang diteliti yang dalam hal ini adalah
Narwastu Aromatherapy & Body Care. Media Promosi yang pernah dibuat oleh
Narwastu Aromatherapy & Body Care adalah brosur, website, dan pameran.
Profil Narwastu
Nama Produk : Narwastu
Owner : Nidia Wati & Nur Budi Garjito
Alamat Kantor : Jl. Marina Emas Timur 3/32 Surabaya, Jawa Timur
Kode Pos : 60122
Alamat Pabrik : Ruko Galaxy Bumi Permai G6 No.21 Sukosemolo,
Surabaya, Jawa Timur
No. Telp. : (031) 5994366
Fax : (031) 5993865
Email : narwastu_aromatherapy@yahoo.com
Website : www.narwastuscents.com
Varian Produk : Essential Oil, Fragrance Oil, Potpoury, Candle, Incense
Gel, Bath Salt, Body Butter, Body Care, Body Lotion, Body
Scrub, Breast Cream, Massage Oil, Papaya Series, Soap
Bar, Face Soap, Foot Care, Intimate Series, Slimming.
Pada Gambar 3.3 merupakan beberapa brosur yang sudah pernah dibuat.
Pada brosur tersebut berisi tentang penjelasan dan manfaat dari produk-produk
Narwastu Aromatherapy & Body Care. Keunggulan dari brosur ini adalah
memberikan keterangan tentang macam-macam varian dan manfaat produk
Narwastu Aromatherapy & Body Care.
Gambar 3.3 Brosur Narwastu Aromatherapy & Body Care Sumber: Outlet Narwastu Aromatherapy & Body Care, 2013
Website yang dibuat oleh Narwastu Aromatherapy & Body Care seperti
yang ada di bawah ini menampilkan berbagai macam produk beserta fungsi dari
konsumen yang tidak bisa datang pada outlet maupun pameran masih bisa membeli
produk dengan cara memesannya terlebih dahulu.
Gambar 3.4 Website Narwastu Aromatherapy & Body Care Sumber: www.narwastuscent.com, 2013
Di bawah ini merupakan dokumentasi dari penyelenggaraan pameran
INACRAFT yang diadakan di Palembang. Mengikuti pameran-pameran di penjuru
wilayah nusantara maupun luar negeri merupakan bentuk promosi yang paling
efektif untuk memperkenalkan produk Narwastu Aromatherapy & Body Care
Gambar 3.5 Stan pameran Narwastu Aromatherapy & Body Care Sumber: https://www.facebook.com/narwastu.aromatherapy/photos, 2013
Pada Gambar 3.6 di bawah ini merupakan desain x-banner terdahulu dari
Narwastu Aromatheraphy & Body Care pada saat mengikuti pameran INACRAFT
yang diadakan di Palembang.
44
s S
W
3.7 Segmentation, Targeting, Positioning (STP) 1. Segmentasi
a. Demografis
1) Usia : 20 – 40 tahun
2) Siklus hidup keluarga : belum menikah, menikah belum punya
anak, menikah punya anak
3) Jenis kelamin : Wanita
4) Profesi : mahasiswa, PNS, wiraswasta,manajer, ibu
rumah tangga
5) Kelas sosial : menengah keatas
b. Psikografis
1) Gaya hidup : aktifitas padat, mengikuti tren, hang out
2) Kepribadian : selalu ingin tampil menarik, modis, up to
date, suka bersosialisasi
3) Behavioral (Perilaku)
a) Manfaat : untuk merawat & menjaga kecantikan
seluruh tubuh
b) Sikap Terhadap Produk : tertarik, respon positif
4) Geografis
a) Wlayah : Indonesia
b) Ukuran Kota : Kota Besar
2. Targeting
Seseorang penyuka produk aromatherapy & body care dengan aroma yang
kuat dari bahan alami & tradisional
3. Positioning
Narwastu sebagai produk kecantikan yang terbuat dari bahan alami dan
tradisional, serta memiliki aroma yang kuat dibandingkan produk sejenisnya.
Sebagai produk yang memiliki ciri khusus pada kemasannya yang handmade
3.8 Analisis Kompetitor
Studi kompetitor menjelaskan kemiripan produk yang diangkat. Untuk
kompetitor Narwastu Aromatherapy & Body Care yang memiliki produk
aromaterapi dan produk perawatan tubuh maka dipilihlah Bali Ratih dan Nirmala
Aromatherapy. Masing-masing dari kompetitor memiliki pemosisian produk yang
hampir sama.
Analisis kompetitor mengacu pada pesaing Narwastu Aromatherapy &
Body Care yaitu: Bali Ratih dan Nirmala Aromatherapy.
1. Segmentasi Kompetitor a. Demografis
1) Usia : 20 – 40 tahun
2) Siklus hidup keluarga : belum menikah, menikah belum punya
anak, menikah punya anak
4) Profesi : mahasiswa, PNS, wiraswasta, manajer, ibu
rumah tangga
5) Kelas sosial : menengah keatas
b. Psikografis
1) Gaya hidup : aktifitas padat, mengikuti tren, hang out
2) Kepribadian : selalu ingin tampil menarik, modis, up to
date, suka bersosialisasi
c. Behavioral (Perilaku)
1) Manfaat : untuk merawat & menjaga kecantikan
seluruh tubuh
2) Sikap Terhadap Produk : tertarik, respon positif
d. Geografis
digunakan sebagai perawatan tubuh di rumah.
b. Nirmala Aromatherapy
3. Positioning a. Bali Ratih
Sebagai produk perawatan tubuh yang sama-sama terbuat dari bahan alami
dengan menggunakan alat yang modern, sehingga lebih higienis karena
tidak tersentuh langsung oleh tangan manusia.
b. Nirmala Aromatherapy
Sebagai produk aromaterapi yang sama-sama memiliki varian aroma yang
beragam.
Kelebihan dan kekurangan produk Bali Ratih dan Nirmala Aromatherapy
adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan:
a. Sama-sama terbuat dari bahan alami
b. Memiliki desain lebel produk yang konsisten.
c. Memiliki varian aroma yang beragam
2. Kekurangan:
a. Tidak memiliki media promosi selain website
b. Pembelian dilakukan hanya secara online
Di bawah merupakan gambar dari tampilan website yang dimiliki oleh
kompetitor yaitu Bali Ratih. Dalam website ini menampilkan produk-produk body
care yang diproduksi oleh Bali Ratih.
Gambar 3.7 Website Kompetitor – Bali Ratih Sumber: www.baliratih.com, 2013
Gambar 3.8 merupakan gambar dari tampilan website yang dimiliki oleh
kompetitor yaitu Nirmala Aromatherapy. Dalam website ini menampilkan
produk-produk aromatherapy yang diproduk-produksi oleh Nirmala Aromatherapy.
3.9 Keyword
Penentuan untuk keyword atau kata kunci dari perancangan ini diambil
berdasarkan data yang sudah terkumpul yaitu ditarik dari hasil analisis SWOT dan
STP. Dari analisis SWOT menghasilkan keyword “NATURAL” yang dalam bahasa Indonesia memiliki makna “Alami”. Sedangkan dari STP menghasilkan keyword
“ELEGANT” yang dalam bahasa Indonesia memiliki makna “Elegan, Anggun,
Berwibawa, Apik, Elok, Rupawan”, sehingga dapat disimpulkan bahwa keyword
yang telah didapatkan untuk perancangan ini adalah NATURAL ELEGANT.
3.10 Deskripsi Konsep
Deskripsi konsep dari “Natural Elegant” adalah menunjukkan bahwa
Narwastu Aromatherapy & Body Care merupakan produk yang terbuat dari
bahan-bahan alami yang dikemas secara handmade. Selain itu juga bermakna bahwa
produk tersebut diperuntukkan bagi para wanita karir yang memiliki aktifitas padat
3.11 Konsep Perancangan
Gambar 3.9 Konsep Perancangan Sumber: Hasil olahan peneliti, 2013
Gambar 3.9 di atas menjelaskan skema konsep perancangan yang digunakan
dalam rebranding Narwastu Aromatherapy & Body Care. Fungsi dari skema di atas
adalah sebagai urutan skema pemikiran dan proses penelitian agar runtut dan
3.12 Perencanaan Kreatif 3.12.1 Tujuan Kreatif
Dalam membuat sebuah perancangan rebranding sangatlah diperlukan
sesuatu yang digunakan untuk mengundang daya tarik masyarakat luas terhadap
hasil perancangan rebranding ini yang berupa logo, website, x-banner, flyer, iklan
majalah, dan merchandise.
3.12.2 Strategi Kreatif
Strategi kreatif yang digunakan dalam perancangan rebranding Narwastu
Aromatherapy & Body Care sebagai upaya meningkatkan brand awareness:
1. Tema Pokok Perancangan/ Big Idea dari perancangan adalah sesuai dengan
keyword yang dihasilkan sebelumnya yaitu “Natural Elegant”. Maksud dari
tema ini adalah bahwa produk Narwastu Aromatherapy & Body Care terbuat
dari bahan-bahan alami dan diolah secara tradisional, selain itu produk ini
ditargetkan untuk wanita-wanita yang memiliki rutinitas padat yang menyukai
perawatan tubuh.
2. Pendukung Tema Perancangan
Untuk mendukung tema digunakan gaya desain “Rustic”. Konsep desain ini
mengacu pada penggunaan dominasi warna coklat dan putih. Konsep Rustic
memiliki kesan simplisity, alami (natural), classic, warm, sederhana, bersih,
elegan, dan modern.
Rustic merupakan istilah yang memiliki makna kasar atau alami secara harfiah.
material seperti kayu, besi, kaca, dan tembok yang tanpa proses pengecatan.
Kali ini gaya Rustic akan dipergunakan sebagai tema pada perancangan
rebranding Narwastu Aromatherapy & Body Care.
3. Visualisasi
a. Logo yang digunakan yaitu logogram dan logotype.
Logotype menggunakan huruf script LainieDaySH untuk “Narwastu”.
Gambar 3.10 Tipografi “LainieDaySH” yang terpilih untuk Logoype dan tagline
Sumber: Hasil olahan peneliti, 2013
dan sant serif Champagne & Limousines untuk “aromatherapy & body
care” serta tagline dan body copy.
Gambar 3.11 Tipografi “Champagne &Limousines” yang terpilih untuk
Logoype dan tagline
b. Logogram yang digunakan memvisualisasikan simplify dari Jasmine
(bunga Melati). Alasan memakai bunga melati karena bunga melati selain
merupakan aroma pertama yang diproduksi juga sebagai simbol dari bahan
alami serta keanggunan seorang wanita yang anggun.
Gambar 3.12 Sketsa alternatif logogram “jasmine” Sumber: Hasil olahan peneliti, 2013
Beberapa bentuk sketsa alternatif logogram menghasilkan beberapa varian
logogram yang kemudian dipilih satu logogram yang sesuai berdasarkan
keyword “natural elegant”. Logogram yang terpilih dalam gambar 3.12
merupakan hasil FGD (Forum Group Discussion) yang dilakukan dengan
enam informan beserta dosen pembimbing.
Logogram yang terpilih dianggap sebagai logogram yang bersifat original,
legible, simple, memorable, komunikatif, dan dinamis (Dapat dilihat pada
Tabel 2 Penentuan Pemilihan Sketsa
No. 1 2 3 4 5
Original X x x X X
Legible X x x X
Simple X x X
Memorable X X
Komunikatif X x x X
Dinamis X x X
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa terdapat lima alternatif logo
yang dapat dilihat pada gambar 3.12. Dari kelima alternatif logo tersebut
yang memenuhi seluruh kriteria logo yang baik hanya pada alternatif logo
nomor satu.
c. Warna yang digunakan pada logo ditentukan dengan teori yang
dikemukakan oleh Molly E. Holzschlag (Kusrianto, 2007: 232). Dalam
tulisannya “Creating Color Scheme”, Molly membuat daftar mengenai
kemampuan masing-masing warna ketika memberikan respons secara
psikologis kepada pemirsanya. Sesuai dengan keyword yang telah
ditemukan yaitu Elegant maka terpilihlah warna hitam (C:75, M:68, Y:67,
K:90) untuk logo Narwastu Aromatherapy & Body Care.
Gambar 3.14 Warna logo yang terpilih Sumber: Hasil olahan peneliti, 2013
Gambar 3.15 di bawah ini merupakan hasil pengaplikasian penempatan
logotype dengan logogram serta warna yang sdah terpilih.