• Tidak ada hasil yang ditemukan

TA : Perencanaan Information Technology Problem Management Berdasarkan ITIL V3 di Unit IS SSM Pada PT Telkom.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TA : Perencanaan Information Technology Problem Management Berdasarkan ITIL V3 di Unit IS SSM Pada PT Telkom."

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN INFORMATION TECHNOLOGY

PROBLEM MANAGEMENT BERDASARKAN ITIL V3

DI UNIT IS SSM PADA PT TELKOM

TUGAS AKHIR

Program Studi S1 Sistem Informasi

Oleh:

RHESA PRADANA 09.41010.0213

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA

(2)

ix

ABSTRAK ...vi

KATA PENGANTAR ...vii

DAFTAR ISI ...ix

DAFTAR TABEL ...xii

DAFTAR GAMBAR ...xvii

DAFTAR LAMPIRAN ...xix

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1Latar Belakang Masalah ...1

1.2Perumusan Masalah ...3

1.3Pembatasan Masalah ...3

1.4Tujuan ...4

1.5Manfaat Penelitian ...4

1.6Sistematika Penulisan ...4

BAB II LANDASAN TEORI ...7

2.1Perencanaan Strategis SI/TI ...7

2.2Information Technology Infrastructure Library (ITIL) ...7

2.3Service Operation ...8

2.4Problem Management ...10

2.5Proses Problem Management ...12

2.5.1 Known Error ...13

2.5.2 ProblemControl... ... ...16

(3)

x

2.7. Standart Operational Procedure (SOP)...23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...24

3.1 Tahap Awal...25

3.1.1 Studi Literatur ...25

3.1.2 Identifikasi dan analisa permasalahan ...25

3.2 Tahap Pengembangan ...26

3.2.1 Known Error ...30

3.2.2 Problem Control ...44

3.2.3 Error Control ...49

3.2.4 Resolve ...51

1.3.Tahap Akhir ...54

3.3.1 Evaluasi ...54

3.3.2 Kesimpulan dan Saran ...55

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...56

4.1 Known Error ...56

4.1.1 Problem Detection ...96

4.1.2 Problem Logging ...102

4.2 Problem Control ...104

4.2.1 Problem Category ...104

4.2.2 Problem Priority ...106

4.2.3 Problem Investigation & Diagnosis ...109

(4)

xi

4.4.1 Problem Resolution & Close ...116

4.4.2 Problem Review ...121

4.5 Tahap Akhir ...125

4.5.1 Evaluasi ...125

BAB V PENUTUP ...126

5.1 Kesimpulan ...126

5.2 Saran ...126

DAFTAR PUSTAKA ...127

(5)

1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

PT Telkom merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang

Telekomunikasi, Informasi, Media dan Edutainment (TIME). Telkom mempunyai

beberapa divisi sebagai unit bisnisnya, diantaranya adalah Divisi Akses, Divisi

Infratel, Divisi Telkom Flexi, Divisi Multimedia, Information System Center (ISC)

dan lain-lain. ISC adalah unit bisnis support service yang diperankan

sebagai pengelola sistem informasi untuk seluruh unit organisasi Telkom. ISC

dibentuk agar dapat mengelola jasa sistem informasi secara terpusat sehingga

dukungan kepada perusahaan dan unit bisnis lain dalam portofolio Telkom dapat

dioptimalkan. Pada ISC terdapat beberapa unit pendukung, salah satunya unit

Information System Service Support Management (IS SSM).

Di dalam Unit IS SSM terdapat bagian Problem Management yang

memiliki 3 tugas yaitu, yang pertama menangani proses maintenance infrastruktur

yang didalamnya terdapat proses incident management, yang kedua menangani

permintaan user yang didalamnya terdapat proses requirement handling, dan yang

ketiga yaitu menangani permasalahan infrastruktur yang terjadi secara berulang

atau berdampak besar terhadap operasional organisasi yang didalamnya terdapat

proses Problem Management. Permintaan dan maintenance yang diajukan oleh user

(6)

fasilitas infrastruktur : Laptop, PC, dll) dan non seat management (berkaitan dengan

infrastruktur : jaringan, aplikasi, dll).

Proses pada Problem management dimulai ketika manager problem

management melakukan identifikasi tiket incident, untuk kemudian dipilih incident

mana yang bisa diambil dan diangkat menjadi sebuah problem. Kemudian manajer

akan menentukan batasan waktu dan pihak yang ditunjuk untuk menyelesaikan

problem tersebut.

Namun saat ini proses identifikasi pemilihan problem masih kurang valid.

Hal ini dikarenakan manajer biasanya melakukan kordinasi terlebih dahulu kepada

solver terkait solusi dari problem yang akan dipilih dan diselesaikan. Apabila solver

tidak dapat atau tidak memiliki solusi terhadap problem yang akan dipilih, maka

manajer akan membatalkan problem tersebut. Akibatnya problem tidak dapat

segera terselesaikan dan berpotensi dapat mengganggu kinerja organisasi.

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa, proses penanganan problem

saat ini ditangani langsung oleh manajer. Hal ini dikarenakan belum adanya pihak

khusus yang bertugas menerima dan melakukan filterisasi terhadap problem,

sehingga proses identifikasi problem tidak berjalan dengan baik.

Hal ini akan berpengaruh terhadap penilaian kinerja dan juga akan

berdampak bagi unit IS SSM, diantaranya mendapat komplain dari user,

menghambat proses kinerja user, dan menyebabkan semakin menurunya penilaian

kinerja unit IS SSM. Apabila hal ini tidak ditangani akan menurunkan kualitas

(7)

Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat diketahui bahwa, kendala yang

dihadapi oleh unit IS SSM saat ini karena belum memiliki standard mengenai

proses apa yang harus dilakukan ketika atau sebelum terjadi kendala pada proses

problem management. Dalam menjalankan proses tersebut hanya sebatas training

pegawai yang diadakan oleh pihak manajemen, sehingga masih ditemukan kendala

yang seharusnya dapat dihindari.

Untuk dapat mengatasi kendala diatas, maka solusi yang dapat disarankan

yaitu membuat Standart Operational Procedure (SOP) dengan mengikuti kerangka

kerja ITIL V-3 untuk menjamin agar proses problem management dapat berjalan

secara optimal. Framework ITIL V-3 dapat digunakan sebagai acuan untuk

menyusun sebuah perencanaan IT Problem Management yang memberikan pola

kerja secara terstruktur.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan kendala

yang dihadapi oleh unit IS SSM pada PT Telkom saat ini, adalah bagaimana

merancang sebuah dokumen perencanaan IT Problem Management untuk

memberikan arahan kerja yang jelas ketika atau sebelum terjadi permasalahan pada

proses problem management agar proses tersebut dapat berjalan secara

berkelanjutan.

1.3. Batasan Masalah

Batasan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Dalam penerapan perencanaan IT Problem Management berdasarkan ITIL

(8)

2. Kebijakan (policy) yang digunakan sebagai acuan adalah kebijakan

menangani proses problem management dari pihak perusahaan.

3. Pada proses problem management berdasarkan ITIL v3 tidak membahas

proses yang terjadi pada pihak ketiga (vendor)

1.4. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penyusunan tugas

akhir ini adalah Menghasilkan dokumen Perencanaan IT Problem Management

Berdasarkan ITIL V-3 di Unit IS SSM pada PT. Telkom, yaitu rekomendasi berupa

SOP (Standard Operational Procedure), WI (Work Instruction) dan Rekaman

Kerja (Work Record) yang nantinya diharapkan dapat memberikan arahan kerja

yang jelas ketika atau sebelum terjadi kendala pada proses problem management

sehingga pihak stakeholder dapat menjalankan proses tersebut secara terstruktur.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari perencanaan IT problem managemet yang akan

dibangun nantinya adalah:

1. Membantu pihak PT. Telkom dalam memberikan arahan kerja yang jelas ketika

atau sebelum terjadi kendala pada proses problem management

2. Membantu pihak IS SSM dalam penataan dokumen secara terstruktur sehingga

mendukung pola kerja yang baik.

1.6. Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan dalam penyusunan laporan ini dibedakan

dengan pembagian bab sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan

(9)

masalah umum, sehingga diperoleh suatu gambaran umum mengenai

seluruh penelitian yang dilakukan oleh penulis. Bab ini akan

menyangkut beberapa masalah yang akan dibahas mengenai latar

belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan,

manfaat penelitian, dan dilanjutkan oleh sistematika penulisan.

Bab II : Landasan Teori

Pada bab ini akan membahas tentang teori penunjang yang

menjelaskan secara singkat mengenai landasan teori yang berkaitan

dengan permasalahan dari penelitian tugas akhir, mengenai

perencanaan IT yang menggunakan framework ITIL yang berada

didalam kegiatan Service Operation, khususnya pada proses problem

management. Di dalam proses problem management yang terbagi

menjadi 4 tahapan. Tahap pertama known error yang terdapat proses

problem detection, dan problem logging. Tahap kedua problem

control yang terdapat proses problem category, problem priority, dan

problem investigation & diagnosis. Pada Tahap ketiga yaitu error

control yang terdapat proses workarround, dan tahap terakhir resolve

terdapat proses problem resolution, dan problem review.

Bab III : Metodologi Penelitian

Pada bab ini membahas mengenai metodologi penelitian. Metodologi

penelitian dalam perencanaan IT problem management ini terdiri dari

3 tahap. Tahap pertama yaitu tahap awal dengan melakukan studi

literatur. Kemudian melakukan identifikasi dan analisa permasalahan

(10)

pengembangan yang didalamnya terdapat proses problem

management berdasrkan ITIL. Proses tersebut di bagi 4 tahap, known

error, problem control, error control, dan resolve. Pada tahap akhir

dilakukan evaluasi, serta memberikan kesimpulan dan saran.

Bab IV : Hasil dan Pembahasan

Pada bab keempat membahas mengenai hasil dan pembahasan dari

bab ketiga, yaitu dari kegiatan metodologi penelitan dengan

melakukan proses problem management berdasarkan framework ITIL

yang terbagi menjadi empat tahap, yaitu known error, problem

control, error control, resolve yang di dalamnya terdapat proses

problem detection, problem logging, problem category, problem

priority, problem investigation & diagnosis, workarround, problem

resolution & close, dan problem review, serta evaluasi yang dilakukan

terkait dokumen perencanaan IT problem management yang

dihasilkan.

Bab V : Penutup

Pada bab kelima ini akan membahas mengenai kesimpulan dari

pembuatan dokumen perencanaan IT Problem Management di Unit IS

SSM pada PT. Telkom, serta saran untuk pengembangan perencanaan

(11)

7

2.1 Perencanaan Strategis SI/IT

Perencanaan strategis SI/TI merupakan proses identifikasi portofolio aplikasi

SI berbasis komputer yang akan mendukung organisasi dalam pelaksanaan rencana

bisnis dan Merealisasikan tujuan bisnisnya. Perencanaan strategis SI/TI

mempelajari pengaruh SI/TI terhadap kinerja bisnis dan kontribusi bagi organisasi

dalam memilih langkah-langkah strategis. Selain itu, perencanaan strategis SI/TI

juga menjelaskan berbagai tools, teknik, dan kerangka kerja bagi manajemen untuk

menyelaraskan strategi SI/TI dengan strategi bisnis, bahkan mencari kesempatan

baru melalui penerapan teknologi yang inovatif (Ward & Peppard, 2002).

Beberapa karakteristik dari perencanaan strategis SI/TI antara lain adalah

adanya misi utama, yaitu keunggulan strategis atau kompetitif dan kaitannya

dengan strategi bisnis, adanya arahan dari eksekutif atau manajemen senior dan

pengguna, serta pendekatan utama berupa inovasi pengguna dan kombinasi

pengembangan.

2.2. Information Technology Infrastructure Library (ITIL)

ITIL adalah kerangka kerja umum yang menggambarkan best practice

dalam manajemen layanan TI. ITIL memenuhi kebutuhan bisnis dengan

menyediakan kerangka yang disesuaikan dengan penerapan terbaik untuk mencapai

kualitas layanan dan mengatasi kesulitan yang berhubungan dengan pertumbuhan

sistem TI. ITIL menyediakan kerangka kerja bagi tata kelola TI dan berfokus pada

(12)

diberikan, baik dari sisi bisnis dan perspektif pelanggan. Fokus ini merupakan

faktor utama dalam keberhasilan ITIL di seluruh dunia dan telah memberikan

kontribusi untuk penggunaan secara produktif dan memberikan manfaat bagi

organisasi dengan pengembangan teknik dan proses sebuah organisasi (Mukti,

2009).

Penggunaan pendekatan ITIL V-3 sebagai kerangka acuan (framework)

dapat digunakan untuk meningkatkan, memonitor dan memastikan layanan TI

dapat berjalan sesuai dengan visi dan misi perusahaan.

Tujuan utama dari penerapan ITIL

1. Sebagai jembatan antara pihak manajemen dan divisi TI agar keduanya bisa

berkomunikasi lebih efektif dan efisien

2. Dapat memanfaatkan infrastruktur TI yang ada dengan optimal

3. Dapat memanajemen infrastruktur TI dengan baik sehingga jika terjadi

masalah dapat langsung memulihkan keadaan yang ada.

2.3. Service Operation

Kegiatan Service Operation berdasarkan ITIL, merupakan tahapan lifecycle

yang mencakup semua kegiatan operasional harian pengelolaan layanan-layanan

IT. Di dalamnya terdapat berbagai panduan pada bagaimana mengelola layanan IT

secara efisien dan efektif serta menjamin tingkat kinerja yang telah diperjanjikan

dengan pelanggan sebelumnya. Panduan-panduan ini mencakup bagaiman menjaga

kestabilan operasional layanan IT serta pengelolaan perubahan desain, skala, ruang

lingkup serta target kinerja layanan IT (OGC,2007). Pada gambar 2.1 akan terlihat

(13)

Gambar 2.1. Service operation map

Gambar diatas merupakan bagian dari serangkain layanan operasi.

Masing-masing tahapan menjelaskan serangkain proses dari ITIL. Dari setiap tahapan harus

bisa mencapai tujuan dari masing-masing proses (Randal, 2009). Misalnya proses

problem management pada gambar 2.1 terbagi menjadi 4 tahapan, yaitu known

error, problem control, error control, dan resolve.

Tujuan dari Operasi Layanan adalah untuk memberikan tingkat layanan yang

disepakati kepada pengguna dan pelanggan, dan untuk mengelola aplikasi,

teknologi dan infrastruktur yang mendukung pemberian layanan. Hanya dalam

tahap siklus ini layanan benar‐benar memberikan nilai kepada bisnis, dan itu adalah

tanggung jawab staf operasi layanan untuk memastikan bahwa nilai ini

(14)

Hal ini penting bagi operasi layanan untuk menyeimbangkan tujuan yang

saling bertentangan:

1. Pandangan TI internal versus Pandangan bisnis eksternal

2. Stabilitas versus kemampuan merespon

3. Kualitas pelayanan versus biaya layanan

4. Kegiatan reaktif versus proaktif.

Proses-proses yang dicakup dalam Service operation yaitu: Event

Management, Incident Management, Problem Management, Request Fulfillment,

dan Access Management

2.4. Problem Management

ITIL mendefinisikan sebuah masalah sebagai satu maupun banyak

gangguan yang belum diketahui penyebabnya (OGC,2007). Manajemen masalah

merupakan bagian dari manajemen layanan TI. Ganguan adalah sesuatu yang

terjadi diluar rencana berupa masalah yang mengakibatkan pengurangan kualitas

terhadap layanan TI. ITIL mendefinisikan manajemen masalah sebagai proses

untuk menangani semua kasus termasuk kegagalan, pernyataan keluhan atau

gangguan (perantara services desk), yang dilaporkan oleh pengguna layanan TI.

Tujuan dari problem management adalah mencegah timbulnya kesalahan

yang sama (pengulangan kesalahan) yang diakibatkan oleh adanya infrastruktur IT

di dalam proses bisnis dan mengembalikan layanan secepat mungkin agar dapat

beroperasi normal seperti biasa, dan meminimalkan dampak yang merugikan

operasi bisnis, sehingga memastikan dan mempertahankan ketersediaan layanan

(15)

dampak yang kuat pada struktur dan layanan TI, peran manajemen masalah adalah

menentukan penyebabnya dan mencari solusi yang dapat digunakan untuk

menyelesaiakan masalah tersebut.

Ketika sebuah gangguan menjadi berulang atau memiliki dampak yang kuat

pada struktur TI, terbagi dalam 2 hal sebagai berikut :

a) Problem : merupakan masalah yang belum teridentifikasi penyebab dari

serangkaian gangguan atau merupakan sebuah gangguan yang selama ini

masih belum dapat diselesaikan.

b) Known error : merupakan gangguan yang telah dikenal penyebabnya dan

telah diidentifikasi.

Fungsi utama manajemen masalah adalah:

a) Untuk mengetahui penyebab masalah yang terjadi didalam layanan TI.

b) Untuk mengurangi jumlah gangguan dan meminimalisasi dampak yang

terjadi

c) Untuk menentukan solusi terhadap masalah yang berkaitan dengan layanan

IT.

d) Untuk mengajukan permintaan terhadap sebuah perubahan (RFC) yang

diperlukan untuk membangun kembali kualitas layanan.

e) Untuk melakukan review pasca implementasi yang berguna untuk

memastikan bahwa perubahan yang dlakukan telah membawa hasil yang

diinginkan tanpa menimbulkan dampak yang tidak diinginkan.

Terdapat 2 hal dalam melakukan analisa awal sebuah masalah :

a) Reaktif: Menganalisis masalah yang telah terjadi untuk menemukan

(16)

Service Desk Investigation &

Diagnosis

b) Proaktif: Pemantauan kualitas infrastruktur TI dan menganalisis layanan TI

untuk mencegah insiden bahkan sebelum mereka terjadi.

2.5 Proses Problem Management

Menurut Randal Locke (2009), ITIL mendefinisikan 10 proses yang

terdapat didalam problem management. prosesnya sebagai berikut :

(17)

2.5.1 Known Error

Known error merupakan gangguan yang telah dikenal penyebabnya dan telah

diidentifikasi. Hasil dari identifikasi gangguan akan digunakan sebagai bantuan

dalam menyelesaiakan suatu masalah tersebut. Dalam melakukan identifikasi

gangguan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu :

A. Problem detection

Manajemen masalah dimulai dengan melakukan tahap deteksi masalah. Proses

mendeteksi masalah dimulai dengan adanya kecurigaan yang terjadi pada sebuah

gangguan (bisa terjadi secara berulang), dilanjutkan dengan melakukan sebuah

dugaan sementara (belum menentukan penyebab pasti dan adanya kemungkinan

peningkatan dampak dari gangguan tersebut) sehingga perlu dilakukan penanganan

yang lebih serius dengan menaikkan tingkat status penanganan gangguan tersebut

ke tahap yang lebih tinggi dan harus segera diselesaikan.

Di dalam kegiatan melakukan deteksi masalah terdapat beberapa data inputan

yang digunakan diantaranya :

A.1 Service Desk

Help desk/service desk adalah titik utama dimana client/user dari IT akan

pertama kali menghubungi divisi IT saat mempunyai pertanyaan atau masalah yang

berhubungan dengan IT. Keuntungan memakai Helpdesk adalah seluruh request

dan support yang telah dilakukan tersimpan dengan terstruktur di dalam database,

sehingga jika terjadi masalah yang sama atau yang sering terjadi maka dapat

ditemukan solusinya lebih cepat. Service desk juga dapat memilah masalah yang

(18)

skala prioritas untuk masalah yang masuk ke sistem. ITIL menganggap call center,

contact center atau help desk sebagai jenis layanan yang hanya menyediakan

sebagian dari layanan keseluruhan. Sebuah helpdesk memberikan layanan yang

memiliki pendekatan yang lebih luas dan terpusat, berusaha untuk menyediakan

informasi yang disesuaikan dengan kebutuhan IT, dan akan memfasilitasi integrasi

proses bisnis ke dalam infrastruktur manajemen pelayanan.

Tugas dan tanggung jawab IT Service Desk bukan hanya sebatas Helpdesk

atau Call Center. Peran IT Helpdesk yang hanya fokus menangani

gangguan/insiden terhadap layanan TI, saat ini telah berevolusi menjadi IT Service

Desk. IT Service Desk tidak hanya mengelola gangguan/insiden, tetapi menjadi

bagian integral dari IT Service Management yang terlibat dalam penanganan

change request, maintenance contract, software licences, service level

management, configuration management, availability management, financial

management untuk layanan IT.

A.2 Event Management

Event menurut ITIL adalah setiap kejadian yang terlihat/terdeteksi yang

mempunyai arti bagi pengelolaan infrastruktur IT atau pemberian layanan IT dan

evaluasi terhadap dampak dari penyimpangan yang mungkin timbul pada layanan.

Di Event Management ada tiga jalur tindakan yang bisa diambil:

1. Informational.

2. Warning.

(19)

Event Management, seperti yang didefinisikan oleh ITIL, adalah proses

yang memonitor semua peristiwa yang terjadi melalui infrastruktur TI. Jenis event

digunakan untuk memeriksa status perangkat atau layanan, untuk mengkonfirmasi

keadaan suatu kegiatan, untuk menghasilkan statistik (user login, pekerjaan,

perangkat power up, jumlah pengguna yang melakukan login ke dalam aplikasi).

A.3 Incident Management

ITIL menempatkan penekanan besar pada penanganan tepat waktu proses yang

diperlukan untuk mencegah dan menyelesaikan insiden. Tujuan Insiden manajemen

adalah untuk mengembalikan layanan TI ke tingkat layanan normal, sehingga

pemulihkan layanan harus dilakukan secepat mungkin dan dengan gangguan yang

minimal untuk organisasi. Manajemen Insiden juga harus mencatat insiden untuk

tujuan pelaporan dan mengintegrasikan dengan proses lainnya untuk mendorong

perbaikan yang berkelanjutan.

A.4 Proaktif Problem Management

Untuk meningkatkan ketersediaan keseluruhan layanan secara proaktif akan

dilakukan kegiatan mengidentifikasi masalah. Proaktif manajemen masalah

bertujuan untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah dengan melakukan

analisa pencegahan untuk memberikan solusi yang sesuai, sebelum gangguan

tersebut terjadi lagi.

B. Problem logging

Merupakan proses pencatatan dan pengumpulan data berkaitan dengan sebuah

gangguan. Semua data yang berkaitan terhadap gangguan harus dicatat secara rinci

sehingga dapat digunakan sebagai bantuan dalam menyelesaiakan sebuah masalah.

(20)

a) Rincian pengguna

b) Rincian layanan

c) Rincian peralatan

d) Tanggal / waktu awalnya login

e) Prioritas dan kategorisasi rincian

f) Deskripsi gangguan

g) Rincian semua tindakan pemulihan diagnostik atau percobaan yang telah

diambil.

2.5.2 Problem Control

Tujuan dari melakukan proses problem control adalah agar dapat diketahui

penyebab terjadinya gangguan tersebut sehingga mempermudah dalam

mengusulkan sebuah solusi dari masalah yang sedang terjadi.

A. Problem category

Masalah harus dikategorikan dengan cara yang sama seperti pada penanganan

proses gangguan sehingga sifat sebenarnya dari masalah dapat dengan mudah

ditelusuri. Kategori ini bergantung dari resiko masalah yang dihadapi, khususnya

berkaitan dengan layanan operasional TI dan gangguan yang berpotensi

menurunkan kualitas layanan TI. Sebuah masalah akan dicatat dan diterima dan

kemudian akan diproses sesuai dengan kategori yang dihasilkan.

B. Problem Priority

Masalah harus diprioritaskan dengan cara yang sama dan untuk alasan yang

sama seperti pada proses gangguan, tetapi dampak dari gangguan terkait juga harus

(21)

keparahan dari masalah. Keparahan dalam konteks ini mengacu pada seberapa

serius masalah ini dari perspektif infrastruktur, diantaranya :

a) Dapatkah sistem dipulihkan, atau apakah sistem perlu diganti ?

b) Berapa biaya yang diperlukan?

c) Berapa banyak orang, dengan keahlian apa yang dibutuhkan untuk

memperbaiki masalah ?

d) Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki masalah ?

e) Seberapa luas masalah (dampak dari masalah)?

C. Problem Investigation and Diagnosis

Sebuah penyelidikan harus dilakukan untuk mencoba mendiagnosa akar dari

sebuah masalah, kecepatan dari penelitian ini akan bervariasi, penyelesaianya

tergantung pada dampak, tingkat keparahan dan urgensi dari masalah. Pemanfaatan

sumber daya dan keahlian harus diterapkan untuk menemukan resolusi dan dapat

menetukan tingkat prioritas dari sebuah masalah yang dihadapi. Pada tahap ini,

known error database (KEDB) juga harus dimanfaatkan. Karena kumpulan data

gangguan yang tersimpan didalam database akan memberikan banyak informasi

yang bisa digunakan dalam menyelesaikan sebuah masalah. Dari informasi

database dapat dilihat apakah sebelumnya masalah tersebut pernah terjadi, jika

demikian, maka resolusi apa yang telah dilakukan dan bagaiman cara perbaikan

resolusi tersebut dilakukan agar dapat menemukan resolusi yang tepat dan efektif

tanpa menyebabkan terjadinya gangguan yang berulang. Dalam melakukan analisa

masalah dan diagnosis, teknik pemecahan masalah yang digunakan yaitu metode

(22)

Brainstorming atau sumbang saran memiliki tujuan untuk mendapatkan

sejumlah ide dari anggota tim dalam waktu relatif singkat tanpa sikap kritis yang

ketat. Cara ini dilakukan untuk melakukan analisa dan memaparkan ide-ide dari

masing-masing anggota tim terkait penyebab sebuah masalah. Ada beberapa

manfaat yang bisa diperoleh suatu team atau organisasi dengan melakukan teknik

brainstorming, di antaranya adalah:

a. Menentukan topik dan batasan waktu diskusi

b. Mengumpulkan dan menyimpulkan hasil pembahasan

c. Menentukan solusi dari hasil pemabahasan

d. Menentukan prioritas dari hasil pembahasan solusi.

e. Merencanakan tindakan pencegahan yang dilakukan dan waktu pelaksanaan

f. Melakukan control terhadap tindakan pencegahan

2.5.3. Error Control

Error control merupakan tahapan yang akan menghasilkan sebuah solusi

sementara bagi penyelesaian sebuah masalah, pada proses ini akan diketahui

penyebab dan dampak yang akan terjadi terhadap masalah yang ada. Pada tahap ini

juga akan bisa memberikan solusi berupa Request For Change (RFC) agar dampak

yang terjadi bisa minimalisir.

A. Workarounds

Workarounds merupakan solusi sementara yang bertujuan untuk mengurangi

atau menghilangkan dampak dari kesalahan sebuah insiden atau masalah yang

(23)

B. Raising a Known Error Record

Setelah proses diagnosa selesai, dan telah adanya resolusi terkait masalah yang

dihadapi (meskipun mungkin belum resolusi permanen), segala rincian informasi

data terkait penyelesaian masalah tersebut harus dapat di dokumentasikan dengan

baik, sehingga apabila gangguan tersebut terulang lagi, maka dapat segera

diidentifikasi, sehingga pemulihan layanan bisa dilakukan lebih cepat.

2.5.4. Resolve

Resolve merupakan proses meghasilkan sebuah solusi yang akan digunakan

dalam menyelesaikan sebuah masalah yang terjadi. Solusi yang dihasilkan telah

diidentifikasi dan telah diuji sehingga merupakan sebuah solusi terbaik yang bisa

digunakan ketika terjadi masalah.

A. Problem resolution

Setelah dapat menemukan sebuah solusi, maka sebaiknya harus bisa dipastikan

bahwa solusi tersebut tidak akan menimbulkan permasalahan yang bisa terjadi

secara berulang. Namun terdapat kemungkinan adanya perubahan yang harus

dilakukan dalam menyelesaikan masalah yang terjadi. Request For Change (RFC)

yang dijalankan harus sesuai dengan prosedur yang ada dan harus mendapat

persetujuan dari manajemen perubahan. apabilan terjadi masalah yang mendesak,

maka RFC bisa dilakukan secara darurat oleh manajemen perubahan. Known Error

Database (KEDB) tetap akan diperlukan sebagai bantuan sumber informasi dalam

(24)

B. Closure

Ketika perubahan telah diselesaikan, dan resolusi telah diterapkan, maka status

dari masalah tersebut harus ditutup. Karena setiap masalah yang telah diselesaikan

maupun belum tuntas diselesaikan harus memiliki catatan perkembangan dari

masalah tersebut yang bisa digunakan sebagai bantuan apabila informasi yang

berkaitan dengan catatan masalah tersebut diperlukan.

C. Major Problem Review

Setelah tahapan penyelesaian dari setiap masalah telah selesai, maka perlu

dilakukan tinjauan kembali untuk mempelajari semua hal yang telah selesai

dilakukan dan bertujuan sebagai informasi yang bisa digunakan dimasa depan.

Secara khusus, review harus memiliki :

a) Hal-hal apa saja yang telah dilakukan dengan benar

b) Hal-hal apa saja yang telah dilakukan dengan salah

c) Hal-hal apa yang bisa dilakukan lebih baik di masa depan

d) Bagaimana untuk mencegah masalah agar tidak terjadi secara

berulang-ulang

e) Apakah sudah ada tanggung jawab dari pihak ketiga dan apakah tindak

lanjut yang perlu diperlukan .

Ulasan tersebut dapat digunakan sebagai bagian dari pelatihan dan dijadikan

pendukung bagi staf dalam menjalankan kegiatan selanjutnya dan harus

didokumentasikan dalam prosedur yang tepat, dan instruksi kerja yang baik agar

(25)

besar lagi, dapat menjamin layanan bisnis bisa berjalan dengan optimal dan dapat

meningkatkan kepuasan pelanggan

2.6 Metode M_O_R (Management of Risk)

Menurut Graham Williams (2011), M_O_R merupakan sebuah

metodologi standard yang digunakan untuk menilai dan mengelola resiko dalam

sebuah organisasi. Kerangka M_O_R dapat dilihat pada gambar 2.3 di bawah ini :

Gambar 2.3 Kerangka M_O_R (Management of Risk)

Pendekatan M_O_R seperti yang tampak pada gambar 2 terdiri dari :

1. M_O_R Principles (Prinsip M_O_R)

Prinsip-prinsip merupakan hal penting untuk pengembangan praktek

manajemen resiko yang baik, prinsip-prinsip itu berasal dari kebijakan perusahaan.

2. M_O_R Approach (Pendekatan M_O_R)

Prinsip-prinsip dalam pendekatan dengan perusahaan perlu disepakati dan

ditetapkan dalam dokumen seperti :

a. Risk Management Policy

(26)

c. Plans

d. Etc

3. M_O_R Proccesses (Proses-proses M_O_R)

Empat langkah utama yang menggambarkan input, proses dan output dari

kegiatan yang memastikan bahwa resiko dikontrol :

a. Identify : ancaman dan peluang dalam kegiatan yang dapat mempengaruhi

kemampuan untuk mencapai tujuan.

b. Assess : pemahaman tentang efek ancaman dan peluang yang diidentifikasi

terkait dengan kegiatan ketika kedua hal itu dikumpulkan bersama-sama.

c. Plan : untuk mempersiapkan sebuah manajemen respon tertentu yang akan

mengurangi ancaman dan memaksimalkan peluang.

d. Implement : tindakan manajemen risiko yang direncanakan untuk memantau

efektivitas dan mengambil tindakan korektif mengenai respon yang tidak

sesuai harapan.

4. Embedding and reviewing M_O_R (Pencocokan dan me-review M_O_R)

Menempatkan prinsip-prinsip, pendekatan dan proses di satu tempat, semua

hal itu harus terus dikaji dan ditingkatkan untuk memastikan semuanya tetap

efektif.

5. Communication

Memiliki kegiatan komunikasi yang tepat di suatu tempat untuk memastikan

bahwa semua orang terus up-to-date dengan perubahan-perubahan dalam ancaman,

(27)

2.7 Standart Operational Procedure (SOP)

SOP dapat didefinisikan sebagai dokumen yang menjabarkan aktifitas

operasional yang dilaksanakan sehari-hari, dengan tujuan agar pekerjaan tersebut

dilaksanakan secara benar, tepat, dan konsisten, untuk menghasilkan produk sesuai

standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam pengertian secara luas, SOP

seringkali digunakan untuk menyebut semua dokumen yang mengatur aktifitas

operasional organisasi, termasuk protokol, instruksi kerja, lembar kerja, dan lain

sebagainya (Tathagati, 2014)

2.7.1 Intruksi Kerja (IK)

Instruksi kerja bersifat lebih detail dari pada prosedur dan bersifat lokal pada

satu orang, satu kelompok/fungsi/departemen, peralatan/instalasi, atau aktifitas

tertentu yang spesifik

2.7.2. Rekaman Kerja (RK)

Rekaman adalah bukti bahwa sistem tata kerja yang tertuang dalam

pedoman, prosedur, dan instruksi kerja telah dilaksanakan. Rekaman dapat berupa

formulir yang telah diisi, lembar kerja yang telah ditandatangani, atau dokumen

persetujuan produk yang telah di stempel, dengan tujuan sebagai bukti atau alat

(28)

24

Pada Bab III dalam Perencanaan Information Technology Problem

Management akan membahas semua aktivitas yang dilakukan dari awal kegiatan

sampai akhir. Gambar 3.1 merupakan alur dari serangkaian kegiatan metodologi

penelitian.

(29)

3.1 Tahap Awal 3.1.1 Studi Literatur

Studi literatur yang dilakukan pada saat penelitian tersebut berlangsung yaitu

dilakukan dengan cara studi literatur di perpustakaan ataupun dengan cara via web.

Hal ini bertujuan untuk memperoleh data dan pengetahuan yang lebih mengenai

perencanaan IT Problem Management yang dibuat, seperti yang akan dijelaskan

dibawah ini :

1. Mengenai ITIL service Operation

2. Mengenai ITIL service support

3. Mengenai ITIL Problem Management

4. Mengenai proses problem management di unit IS SSM pada PT

TELKOM

3.1.2 Identifikasi dan Analisis Permasalahan

Mengidentifikasi masalah merupakan langkah pertama yang dilakukan dalam

analisa proses bisnis. Masalah dapat didefinisikan sebagai suatu hal yang ingin

dipecahkan. Cara yang dilakukan dalam melakukan identifikasi masalah yaitu

dengan melakukan wawancara dan observasi langsung kepada pegawai atau

stakeholder perusahaan PT TELKOM khususnya pada unit IS SSM.

Proses ini dimulai dengan melakukan analisa hasil wawancara kepada pihak

yang terkait dengan proses problem management. Dalam hal ini pihak officer.

kemudian hasil dari wawancara ini akan dibandingkan dengan hasil selama

(30)

ITIL V3 dan selanjutnya proses identifikasi dan analisa terkait permasalahan yang

terjadi pada unit IS SSM bisa dilakukan.

1. Wawancara

Didalam penelitian ini dilakukan wawancara selama beberapa hari. Hal ini

bertujuan untuk mencari permasalahan yang sedang dihadapi perusahaan atau

peluang apa yang bisa diberikan untuk meningkatkan manfaat bagi perusahaan.

Kegiatan wawancara ini dilakukan secara langung dengan mendatangi dan

melakukan tanya jawab dengan pegawai PT TELKOM. Pegawai yang

diwawancarai yaitu officer, merupakan pegawai yang terkait dalam menangani

proses problem management.

Dalam pembuatan list wawancara, penulis mengacu pada tahapan proses

yang ada pada framework ITIL V3 problem management. Hal ini dilakukan agar

daftar wawancara sesuai dengan ruang lingkup permasalahan yang akan

diselesaikan. Dari hasil wawancara ini juga dapat diperoleh berbagai informasi

seperti profil perusahaan, visi, misi, struktur, department need, department goal,

dll. Hasil wawancara dapat dilihat pada lampiran dokumen wawancara

2. Observasi

Pada saat penelitian tidak hanya melakukan wawancara dengan pihak di

atas, namun juga dilakukan observasi yang dimana dilakukan pengamatan secara

langsung terkait dengan proses yang berlangsung pada proses bisnis problem

management di unit IS SSM pada PT. Telkom. Dari pengamatan yang dilakukan

secara langsung ini akan terlihat bagaimana cara officer (kondisi saat ini) ketika

(31)

dalam observasi juga didapatkan beberapa dokumen yang dibutuhkan dalam proses

analisa, seperti data kebijakan, data proses problem management saat ini. Tabel 3.1

merupakan perbandingan proses ITIL problem management dengan proses

penanganan masalah di unit IS SSM saat ini.

Tabel 3.1 Perbandingan proses problem management ITIL dengan proses penanganan masalah di unit IS SSM

Problem Management ITIL

Proses di unit IS SSM

Keterangan

Service desk Belum ada Filterisasi dan identifikasi problem dilakukan langsung

oleh manajer

Incident management ada Sudah dilakukan Penanganan dan pencatatan gangguan

Proaktif problem Belum ada Belum ada kegiatan untuk melakukan tindakan pencegahan

penanganan masalah

Problem detection ada Namun proses dilakukan langsung oleh manajer dan proses

identifikasi masalah kurang valid

Problem logging ada Namun belum memiliki standart informasi (status) ketika

menangani masalah

Problem category ada Sudah ada kategori masalah

Problem priority ada Prioritas penanganan masalah dilakukan oleh manajer

berdasarkan pengalaman masing-masing manajer

Problem investigation & diagnosis

Ada Namun belum memiliki standart informasi (status) ketika

menangani masalah

(32)

Problem Management ITIL

Proses di unit IS SSM

Keterangan

Resolution & close Ada

Problem review Ada Pencatatan problem review berdasarkan hasil solusi

penanganan masalah

3.2Tahap Pengembangan

Tahapan yang direncanakan untuk pembuatan dokumen perencanaan IT

Problem Management dapat dilihat pada block diagram, yang dijelaskan pada

Gambar 3.2 adalah sebagai berikut :

Latar belakang masalah

1. Belum ada pihak khusus melakukan idetifikasi problem sehingga proses saat ini kurang valid

Proses Input

1. Literatur ITIL problem management

2. Dok. wawancara (kebijakan proses problem management)

1. Melakukan kegiatan service desk 2. Melakukan monitoring data gangguan (incident management) 3. Melakukan analisa pencegahan masalah (proaktif problem) 4. Problem Detection

Output

2. Penentuan batasan waktu belum memiliki kebijakan secara tertulis, dilakukan berdasarkan pengalaman manajer

3. belum memiliki standart informasi (status) ketika menangani masalah

10. Resolution & close

11. Problem review

9.SOP-09-Problem investigation & Diagnosis

10.SOP-010-Workarround 11. SOP-011-Resolution & CLose

018 S/d IK-021

048 S/d RK-057

12.SOP-012-Problem Review IK-022 RK-058 S/d RK-061 Known Error

8. Problem investigation & diagnosis

9. Problem workarround

Problem Control

Error Control

Resolve

(33)

Pada gambar di halaman sebelumnya dijelaskan bahwa, dalam pembuatan

dokumen perencanaan IT problem management akan dilakukan beberapa tahapan

proses yang ada pada kegiatan problem management. Untuk mengetahui alur dan

kegiatan dari tahapan proses tersebut dilakukan dengan cara studi literatur dan

melakukan wawancara. Dari kegiatan wawancara terdapat kebijakan yang

digunakan dalam menyusun dokumen perencanaan IT. Serta juga harus

menentukan ruang lingkup. Dalam hal ini ruang lingkup yang ditentukan mengacu

pada framework ITIL V3 problem management yang terdiri dari beberapa proses

yang akan dijabarkan setelah ini.

Masing-masing tahapan proses harus dipahami input, proses, dan output.

Dimulai dengan melakukan deteksi data gangguan untuk diubah menjadi tiket

masalah hingga tahap menentukan solusi dan dilakukan proses review terkait

masalah yang terjadi. Serta juga menentukan pihak yang bertanggung jawab dari

masing-masing proses. Garis berwarna merah menandakan bahwa pembenahan

proses akan dilakukan pada tahap tersebut, sehingga akan dihasilkan dokumen

Standart Operational Procedure (SOP), instruksi kerja (IK), dan rekaman kerja

(RK). Pada gambar 3.2 menunjukkan struktur pihak yang menangani masalah

Officer 1 (manajer)

Officer 2 Solver

(34)

Keterangan struktur pihak yang menangani masalah :

1. Officer 1 (Manajer), pihak yang bertanggung jawab menentukan kelayakan

tiket masalah (problem) dan bertanggung jawab terhadap hasil solusi yang

dihasilkan.

2. Solver, pihak yang berwenang menyelesaikan masalah.

3. Officer 2, pihak yang membantu manajer dalam melakukan analisa dalam

menentukan kelayakan tiket masalah (problem)

Penentun ruang lingkup dan identifikasi pihak yang terkait proses problem

management harus dapat dilakukan dengan jelas agar dokumen yang dihasilkan

dapat bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan organisasi. Proses dan kegiatan

yang terkait dalam pembuatan dokumen SOP, IK, dan RK ini mengacu pada

framework ITIL v3 problem management.

3.2.1. Known error

Tahap known error merupakan tahap dilakukanya sebuah deteksi awal dari

masalah dan melakukan kegiatan pencatatan terkait masalah yang terjadi. dalam

tahapan ini dibagi menjadi 2 proses yaitu problem detection dan problem logging.

Namun sebelum melakukan proses deteksi terhadap sebuah masalah terdapat

beberapa kegiatan yang dilakukan yang nantinya akan menghasilkan dokumen yang

digunakan sebagai referensi ketika melakukan proses problem detection. Gambar

3.3 akan menjelaskan kerangka tahapan proses apa saja yang dilakukan sebelum

(35)

Service Desk

Input :

-Hasil wawancara

-Literatur ITIL V3

Output :

(SOP-01)Melakukan kegiatan Service desk 1.(IK-01)-Menangani masalah: - (RK-01)-identifikasi gangguan - (RK-02)-identifikasi gangguan

- (RK-03)-membuat tiket masalah 2. (IK-02)melakukan distribusi tket masalah - (RK-04)menentukan batasan waktu

penanganan tiket Proses :

Melakukan kegiatan pada service deks

1 Incident Management

Input : -Data gangguan

Output :

(SOP-01)-Incident Management: 1.(IK-03)-Mengelolah data gangguan -(RK-05)-Monitoring & record

gangguan

2.(IK-04) melakukan event management -(RK-06) Pencatatan jml gangguan

-(RK-07)identifikasi waktu gangguan

3.(IK-05) mengelompokkan data gangguan -(RK-08)monitoring & record kategori - Data gangguan

-Metode manajemen resiko (metode M_o_R)

-Literatur ITIL

Output :

(SOP-03)-Manajemen resiko:

1.(IK-06)-Management Risk

-(RK-09) -Menentukan prinsip

-(RK-010) - Sepakati hal terkait RM

-(RK-011)-Melaksanakan proses manajemen resiko

-(RK-012)-Review proses manajemen resiko 2.(IK-07) Identifikasi Resiko

-(RK-013) identifikasi bahaya

-(RK-014) menentukan penyebab bahaya

-(RK-015) mencatat identifikasi risk 3.(IK-08) Analisa resiko

-(RK-016)menentukan pihak yang dirugikan

-(RK-017)menentukan dampak yang terjadi

-(RK-018)Menentukan Pencegahan Resiko -(RK-019)mencatat hasil analisa resiko

3.(IK-09) Profil resiko

-(RK-020)menentukan status dampak resiko

-(RK-021) menentukan status resiko -(RK-022)menentukan profil dan prioritas resiko

Proses :

Monitoring data gangguan

3

Proaktif problem

Input : - Data gangguan

-Metode analisa masalah (brainstroming) -Literatur ITIL

- SOP-03-Manajemen Resiko

Output :

(SOP-04)-Proaktif Problem:

1.(IK-010)-identifikasi trend gangguan -(RK-023) -Menentukan kategori trend 2.(IK-011) Identifikasi penyebab gangguan -(RK-024)Menentukan topik& batasan waktu

-(RK-025)Menyimpulkan hasil analisa

-(RK-026)Menentukan solusi pembahasan

-(RK-027)Menentukan prioritas pembahasan

-(RK-028)Menentukan tindakan pencegahan & waktu pelaksanaan

-(RK-029)Melakukan control 3.(IK-012) Analisa dampak masalah -(RK-030) Identifikasi pihak & sumber daya -(RK-031) peran pihak terkait sumber daya -(RK-032) Menentukan prioritas kritis -(RK-033) Urutan prioritas pemulihan

-(RK-034) Menentukan periode pemulihan -(RK-035) Identifikasi dampak operasional

3.(IK-013) Melakukan Analisa resiko -(RK-036)melakukan analisa berdasarkan

dampak masalah Proses :

Melakukan kegiatan pencegahan masalah (proaktif)

4

Problem Detection

5

Gambar 3.4 Tahapan proses awal pembuatan dokumen problem management

Gambar diatas menjelaskan tahapan proses awal dalam melakukan proses

problem management. Dari masing-masing proses diatas akan menghasilkan

dokumen SOP yang nantinya digunakan dalam melakukan proses problem

detection. Proses-proses tersebut diantaranya :

1. Melakukan kegiatan Service desk

Kegiatan yang dilakukan oleh service desk akan menghasilkan dokumen

(36)

desk terkait proses problem management. Proses yang dilakukan dalam pembuatan

prosedur pada service desk dapat dilihat pada gambar 3.5 dan penjelasan proses

dapat dilihat pada tabel 3.2.

Menangani gangguan

1

Data gangguan User complain

Melakukan distribusi tiket

masalah 2

Dokumen sudah benar ? Validasi manajemen

SOP Service Desk 1 Tidak

Ya 1

3 Mulai

Selesai

Gambar 3.5 Alur proses pembuatan prosedur service desk

Service desk akan melakukan kegiatan menangani gangguan yang

dilaporkan oleh user, dan juga oleh bagian incident management. dari laporan

tersebut akan dilakukan identifikasi gangguan. Kemudian proses selanjutnya yaitu

melakukan distribusi gangguan yang telah diubah menjadi tiket masalah untuk

diserahkan kepada manajer problem management untuk dilakukan tahap

selanjutnya yaitu tahap deteksi masalah. dari kegiatan tersebut maka akan

(37)

Tabel 3.2 Penjelasan alur proses membuat prosedur kegiatan service desk user ke solver untuk

- Kegiatan yang dilakukan service desk mengacu kepada framework ITIL V3

problem management

2. Incident management

Proses yang dilakukan dalam pembuatan prosedur pada incident management

(38)

Mengelolah data gangguan

1 Data gangguan

Melakukan event management

2

Mengelompokkan data gangguan

3

Validasi manajemen

4

Dokumen sudah sesuai ?

SOP Incident Management

1 1

Tidak

Ya Mulai

Selesai

Gambar 3.6. Alur proses membuat prosedur incident management

Data gangguan (incident) akan diolah dan dilakukan sebuah pencatatan

informasi terkait gangguan yang terjadi (kegiatan event management). Kegiatan

pencatatan yang dilakukan meliputi pencatatan kapan terjadinya gangguan tersebut

hingga mencatat kategori gangguan apa yang paling banyak terjadi. Hal ini

dilakukan sebagai tambahan informasi bagi manajer untuk melakukan deteksi

masalah. Dari kegiatan tersebut akan dihasilkan dokumen SOP incident

(39)

Tabel 3.3 Penjelasan alur proses membuat prosedur incident management

Phase Nama Proses Pemilik

Proses

Input Proses Output (dokumen)

1 1. Mengelola

h data gangguan

Officer Data gangguan Melakukan

monitoring dan record data gangguan

Hasil Mengelolah data gangguan

2. Melakuka

n event manageme nt

Officer Hasil

Mengelolah data

Hasil melakukan event management

3. Mengelom

pokan data gangguan

Officer Hasil

melakukan

- Kegiatan yang dilakukan pada data incident management mengacu kepada

framework ITIL V3 problem management

3. Manajemen resiko

Kegiatan manajemen resiko dilakukan untuk mengetahui resiko/bahaya apa

saja yang kemungkinan bisa terjadi akibat dari masalah tersebut. Sehingga nantinya

dokumen manajemen resiko dapat digunakan sebagai referensi dalam melaukan

(40)

prosedur manajemen resiko dapat dilihat pada gambar 3.7 dan penjelasan proses

dapat dilihat pada tabel 3.4.

Data gangguan

Manajemen Resiko

Identifikasi Resiko

Analisa Resiko

1

2

3

Menentukan profil resiko

4

Validasi manajemen

5

Dokumen sudah sesuai?

SOP Manajemen resiko

Ya 1

1

Tidak Mulai

Selesai

Gambar 3.7. Alur proses pembuatan prosedur manajemen resiko

Data gangguan digunakan sebagai bahan analisa dalam menetapkan prinsip

yang digunakana dalam melakukan manajemen resiko, dan dilakukan tahap

identifikasi yang dilakukan oleh officer terkait resiko apa saja yang kemungkinan

bisa terjadi akibat gangguan, kemudian resiko yang telah diidentifikasi akan

dilakukan analisa terkait terjadinya resiko, kemudian akan ditentukan profil resiko

tersebut. setelah dokumen pengecekan oleh manajemen telah dilakukan maka akan

(41)

Tabel 3.4 Penjelasan alur proses membuat prosedur manajemen resiko

Phase Nama Proses Pemilik

Proses

Hasil manajemen resiko saja yang bisa terjadi

Hasil identifikasi resiko

3. Analisa

Resiko

Officer Hasil

identifikasi

Officer Hasil analisa

resiko

Manajer Hasil

menentukan

a. Dalam melakukan manajemen resiko menggunakan metode Management of

Risk (M_o_R) dengan prinsip berbasis waktu

b. Dalam melakukan identifikasi dan analisa resiko/bahaya menggunakan template

(42)

c. Dalam menentukan profil resiko/bahaya menggunakan metode Hazard

Identification Risk Assesment and Determining Control (HIRADC) dan

menyesuaikan dengan framework ITIL V3

- Penentuan profil resiko :

1) Almost certain : Hampir pasti akan terjadi

2) Possible : mungkin dapat terjadi

3) Rate : jarang terjadi

4. Proaktif problem

Tindakan pencegahan (proaktif) yang dilakukan dalam menanganai masalah

yaitu dengan melakukan analisa yang dilakukan oleh officer untuk menentukan

penyebab gangguan, kemudian menentukan dampak dan melakuka analisa resiko

terkait masalah yang terjadi. Proses yang dilakukan dalam pembuatan prosedur

proaktif problem dapat dilihat pada gambar 3.8 dan penjelasan proses dapat dilihat

pada tabel 3.5.

Data gangguan

Mengidentifikasi trend gangguan

Mengidentifikasi penyebab gangguan

Melakukan analisa dampak masalah

1

2

3

Melakukan Analisa Resiko

4 Mulai

Selesai SOP Proaktif

problem Validasi manajemen

5

Dokumen sudah sesuai?

1 Manajemen

resiko

(43)

Prosedur proaktif problem akan dimulai dengan melakukan identifikasi trend terjadinya gangguan, trend bisa berdasarkan kategori gangguan, kemudian melakukan analisa menentukan penyebab terjadinya gangguan, juga dilakukan analisa dampak masalah dan analisa perkiraan resiko masalah yang kemungkinan terjadi.

Tabel 3.5 Penjelasan alur proses membuat prosedur proaktif problem

Phase Nama Proses Pemilik

Proses

Input Proses Output (dokumen)

1 1. Mengidentifika

si trend

Hasil identifikasi penyebab gangguan

3. Melakukan

Hasil Analisa

dampak masalah

(BIA)

2. Hasil analisa dampak

Hasil Melakukan

analisa resiko

a. Dalam melakukan analisa menentukan penyebab gangguan menggunakan

metode brainstroming

b. Dalam melakukan analisa dampak masalah menggunakan metode BIA

(44)

Gambar 3.9 merupakan tahapan proses yang dilakukan dalam pembuatan

dokumen perencanaan IT problem management

Problem Detection

Input : -Service desk -Incident management - Proaktif problem - Literatur ITIL

-Hasil wawancara (Kebijakan melakukan deteksi masalah)

Output :

(SOP-05)Problem Detection 1.(IK-014)-Melakukan deteksi masalah: - (RK-037)mengecek history data gangguan

berulang

- (RK-038)Identifikasi dampak masalah - (RK-039)Melakukan pencatatan hasil

deteksi masalah

- (RK-040)Identifikasi dugaan sementara penyebab masalah

- (RK-041)Menentukan pihak yg 1.(IK-015)-Melakukan pencatatan

masalah

-Dok. Kebijakan kategori

- Problem Logging

Output :

(SOP-07)Problem Category 1.(IK-016)-Melakukan

Kategori: - (RK-044)Membuat

kategori - (RK-045)Melakukan

klasifikasi kategori masalah Proses :

Melakukan pengkategorian masalah

7 Problem Priority

Input :

-Hasil wawancara (kebijakan prioritas masalah)

- Problem category

Output :

(SOP-08)Problem Priority 1.(IK-017)-Menentukan prioritas masalah

- (RK-046)Membuat prioritas

- (RK-047)Menentukan prioritas penanganan masalah Proses :

- Literatur (metode brainstroming)

Output :

(SOP-09)Problem Investigation & Diagnosis 1.(IK-018)-melakukan investigasi

& diagnosa masalah

Melakukan investigasi dan diagnosa masalah

9

Workarround

Input :

-Problem investigasi & diagnosis

Output :

(SOP-010)Workarround 1.(IK-019)-melakukan

workarround - (RK-051)Membuat solusi

sementara

- (RK-052)Menentukan kesimpulan solusi - (RK-053)Membuat record

solusi (sementara) Proses :

Menentukan solusi (sementara)

10

Problem Resolution & Close

Input :

-Problem investigasi & diagnosis - Workarround

Output :

(SOP-011)Resolution & close 1.(IK-020)-menentukan solusi

masalah 2.(IK-021)-Membuat konfirmasi

solusi ke user - (RK-057)Melakukan konfrimasi

hasil solusi

-Problem Resolution & close

Output :

(SOP-012)Problem Review 1.(IK-022)-Melakukan review Solusi

- (RK-058)Mereview masalah masalah berulang - (RK-061)Menyimpulkan

pengembangan sistem Proses :

Melakukan review solusi dari masalah

12

Gambar 3.9. Tahapan proses pembuatan dokumen problem Management

Gambar diatas menjelaskan alur proses problem management berdasarkan

ITIL V3 yang digunakan dalam pembuatan SOP beserta instruksi kerja (IK) dan

rekaman kerja (RK) yang akan dihasilkan. Proses awal yang dilakukan akan di

(45)

A. Problem detection

Proses yang dilakukan dalam pembuatan prosedur problem detection dapat

dilihat pada gambar 3.10 dan penjelasan proses dapat dilihat pada tabel 3.6.

Melakukan deteksi masalah

1 Service desk

Incident Management

Proaktif Problem

Dokumen sudah benar ?

SOP Problem Detection

Ya Tidak Validasi oleh

manajemen

2

Mulai

Selesai

Gambar 3.10. Alur proses pembuatan prosedur problem detection

Proses pembuatan SOP problem detection dilakukan dengan adanya data

inputan dari hasil kegiatan pada service desk, kegiatan pengolahan data incident

management, dan kegiatan proaktif problem. dari ketiga data inputan ini akan

dilakukan proses melakukan deteksi masalah sehingga nantinya akan menghasilkan

(46)

Tabel 3.6 Penjelasan alur proses pembuatan prosedur problem detection

2. Data incident

3. Proaktif

2 Validasi Manajer Hasil melakukan

deteksi masalah

Proses melakukan deteksi masalah yang dilakukan menyesuaikan dengan

kegiatan yang ada pada tahapan metode ITIL V3 problem management yaitu sebuah

gangguan dikatakan bisa menjadi sebuah masalah (problem) apabila gangguan

tersebut telah terjadi secara berulang, atau gangguan tersebut bisa berdampak

sangat besar terhadap kegiatan operasional perusahaan. Selanjutnya harus

dilakukan sebuah analisa lagi untuk menemukan penyebab sementara dari masalah

tersebut. Analisa penentuan penyebab dalam hal ini dilakukan dengan

menggunakan metode brainstroming yaitu berdasarkan pengalaman dari

masing-masing solver (pihak yang menyelesaikan masalah). Manajer problem management

berperan dalam menentukan kelayakan masalah tersebut dan manajer akan

menentukan pihak yang diberi wewenang untuk menyelesaikan tiket masalah

(problem).

B. Problem logging

Kegiatan yang dilakukan pada tahapan problem logging mengacu pada

(47)

pembuatan prosedur problem logging dapat dilihat pada gambar 3.11 dan

penjelasan proses dapat dilihat pada tabel 3.7.

Melakukan pencatatan masalah

1 Detection

Problem

SOP Problem Logging

Mulai

Selesai Validasi manajemen

2

Dokumen sudah sesuai ?

Ya Tidak

Gambar 3.11 Alur proses membuat prosedur problem logging

Problem logging bisa dilakukan ketika hasil dari kegiatan mendeteksi masalah

telah selesai. Semua data yang berkaitan terhadap hasil dari kegiatan mendeteksi

masalah akan dicatat secara rinci sehingga dapat berguna untuk dijadikan sebuah

informasi pada tahapan selanjutnya. Data yang dicatat meliputi deskripsi masalah

yang terjadi, hasil analisa sementara terkait penyelesaian masalah hingga status

(48)

Tabel 3.7 Penjelasan alur proses membuat prosedur problem logging

Manajer Hasil

melakukan

3.2.2 Problem Control

Control terhadap masalah ini berguna untuk memetakan sebuah masalah

sehingga dapat mempermudah dalam melakukan penanganan terhadap masalah

tersebut. melakukan kontrol terhadap masalah dapat dilakukan dengan melakukan

3 tahapan, yaitu :

A. Problem Category

Dalam memetakan kategori terhadap masalah dilakukan berdasarkan bentuk

masalah tersebut, yaitu dibagi menjadi masalah hardware, masalah software, dan

masalah pada jaringan. Data kategori masalah telah dibuat oleh perusahaan,

sehingga dalam menyusun kategori masalah, penulis telah menyesuaikan dengan

data yang ada pada PT TELKOM. Proses yang dilakukan dalam pembuatan

prosedur problem category dapat dilihat pada gambar 3.12 dan penjelasan proses

(49)

Melakukan

Gambar 3.12 Alur proses membuat prosedur problem category

Data dari dokumen logging dan kebijakan kategori yang dimiliki oleh

TELKOM digunakan dalam membuat dan memetakan kategori masalah yang

sedang terjadi. Setelah melewati proses validasi dari manajemen maka prosedur

problem category dapat dihasilkan.

Tabel 3.8 Penjelasan alur proses membuat prosedur problem category

Phase Nama Proses Pemilik

(50)

Phase Nama Proses Pemilik

Manajer Hasil Melakukan

B. Problem Priority

Dalam menentukan prioritas sebuah masalah dilakukan berdasarkan seberapa

besar dampak masalah tersebut terhadap kegiatan operasional dan apakah masalah

tersebut sangat mendesak (urgency) untuk segera diselesaikan. Dalam menentukan

prioritas masalah telah disesuaikan dengan kebijakan yang ada pada PT TELKOM

dan framework ITIL V3 Problem Management. Proses yang dilakukan dalam

pembuatan prosedur problem priority dapat dilihat pada gambar 3.13 dan

penjelasan proses dapat dilihat pada tabel 3.9.

Menentukan prioritas

(51)

Data kategori masalah digunakan sebagai informasi dalam menentukan

prioritas penanganan masalah. hasil dari penentuan prioritas akan divalidasi oleh

manajer sehingga apabila dokumen telah sesuai akan dihasilkan prosedur problem

priority

Tabel 3.9 Penjelasan alur proses membuat prosedur problem priority

Phase Nama Proses Pemilik

Proses

Input Proses Output

(dokumen)

1 Menentukan

Prioritas masalah

Officer 1. Kebijakan

prioritas (organisasi)

2. Problem

category

Membuat prioritas dalam menangani masalah

Hasil Menentukan prioritas masalah

2 Validasi

manajemen

Manajer Hasil menentukan

prioritas masalah

Pengecekan akhir

SOP-problem priority

Penentuan prioritas penanganan masalah berdasarkan dampak operasional :

a. Critical : berdampak besar pada kualitas, biaya, dan waktu

b. High : berdampak pada kualitas, biaya, dan waktu

c. Medium: berdampak sedang pada kualitas, biaya, dan waktu

d. Low : berdampak kecil pada kualitas, biaya, dan waktu

C. Problem Investigation and Diagnosis

Proses yang dilakukan dalam pembuatan prosedur problem investigation &

diagnosis dapat dilihat pada gambar 3.14 dan penjelasan proses dapat dilihat pada

(52)

Problem

Logging Problem

Category problem Priority

Melakukan kegiatan

Gambar 3.14 Alur proses membuat prosedur problem investigation & diagnosis Dokumen inputan yang digunakan dapat membantu dalam melakukan

kegiatan investigation & diagnosis. Pihak solver akan melakukan analisa dengan

menggunakan metode brainstroming untuk menentukan penyebab pasti dari

masalah tersebut. Kemudian melakukan analisa dampak apa saja yang bisa terjadi.

dari hasil kegiatan yang akan dilakukan akan menghasilkan dokumen yang anntinya

akan dilakukan validasi oleh manajemen agar dokumen tersebut sesuai dan bisa

menjadi prosedur .

Tabel 3.10 Penjelasan alur proses membuat prosedur investigation & diagnosis

Phase Nama

3. Problem Priority

4. Problem Proaktif

Melakukan

Hasil melakukan kegiatan

(53)

Phase Nama Proses

Pemilik Proses

Input Proses Output

(dokumen)

2 Validasi Solver 1. Hasil melakukan

analisa penyebab masalah

2. Hasil melakukan

analisa dampak masalah

Pengecekan akhir

SOP-Investigation & Diagnosis

Keterangan :

a. Tahapan proses melakukan analisa penyebab menggunakan metode

brainstroming

b. Tahapan proses melakukan analisa dampak masalah mengguanakan

metode business impact analysis (BIA)

3.2.3. Error Control

Error control merupakan tahapan yang akan menghasilkan sebuah solusi

sementara dan bisa dijadikan sebagai solusi permanen bagi penyelesaian sebuah

masalah Pada tahap ini juga bisa memberikan solusi berupa Request For Change

(RFC) agar dampak yang terjadi bisa minimalisir. Dalam melakukan error control

terdapat 2 tahapan proses yang dilakukan.

A. Workarounds dan Known Error Record

Proses yang dilakukan dalam pembuatan prosedur workarounds dan known

error record dapat dilihat pada gambar 3.15 dan penjelasan proses dapat dilihat

(54)

Investigazion & Doagnosis

problem

Melakukan Workarround

1 Mulai

SOP workarround

Selesai Validasi manajemen

Dokumen sudah sesuai ?

Ya 2

Tidak

Gambar 3.15. Alur proses membuat prosedur workarround & known error record

Didalam kegiatan pembuatan prosedur workarounds akan dilakukan kegiatan

analisa yang dilakukan oleh solver dengan menggunakan metode brainstroming

untuk menghasilkan solusi sementara yang bertujuan untuk mengurangi atau

menghilangkan dampak dari masalah tersebut. Solusi yang dihasilkan nantinya

bisa jadi akan menjadi solusi permanen yang diterapkan untuk menyelesaikan

masalah. Kemudian hasil dari kegiatan analisa tersebut akan dicatat sebagai

informasi tambahan pada tahapan proses selanjutnya. Pencatatan yang dilakukan

ini meliputi mencatat data deskripsi masalah hingga solusi masalah yang telah

(55)

Tabel 3.11 Penjelasan proses membuat prosedur workarround & known error

record

Phase Nama Proses Pemilik

Proses

Input Proses Output (dokumen)

1 Melakukan

Workarround

Solver SOP-problem

Investigation & Diagnosis

Melakukan kegiatan membuat solusi (sementara namun terdapat kemungkinan solusi permanen)

Hasil Melakukan workarround

2 Validasi Manajemen Hasil melakukan

workarround

Pengecekan akhir

SOP-Workarround & known error record

Keterangan :

a. Dalam melakukan analisa kegiatan workarround menggunakan metode

brainstroming

3.2.4 Resolve

Pada tahapan ini akan menghasilkan sebuah solusi dari masalah yang terjadi.

dalam melakukan tahapan ini akan dibagi menjadi 2 proses.

A.Problem Resolution & Closure

Proses yang dilakukan dalam pembuatan prosedur resolution & closure dapat

Gambar

Gambar 3.2 adalah sebagai berikut :
Gambar 3.3. Struktur pihak yang menangani masalah
Gambar 3.4 Tahapan proses awal pembuatan dokumen problem management
Gambar 3.5 Alur proses pembuatan prosedur service desk
+7

Referensi

Dokumen terkait

Faktor fisiografi yang berkaitan dengan persebaran makhluk hidup adalah ketinggian tempat dan bentuk wilayah. Anda tentu masih ingat gejala gradien thermometrik, di mana suhu udara

Berdasarkan review diatas serta beberapa hasil penelitian terdahulu, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan

Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah Apakah akibat hukum adanya praktik monopoli pengelolaan air bersih terhadap konsumen dan pelaku usaha lain dan

Dari keterangan para saksi dan alat bukti surat yang saling bersesuaian antara yang satu sama lainnya yang sangat mendukung dengan berpedoman kepada ketentuan Pasal 188 ayat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Danau Kajuik memiliki potensi ekowisata yang masih asri, akan tetapi fasilitas dan infrastruktur di Danau Kajuik belum me-

Stasiun selatan Bandung merupakan cagar budaya yang harus dijaga keasliannya, terutama bangunan hall dengan kaca patri lunette yang menjadi ciri khas bangunan

Kohesivitas yang ditunjukkan oleh subjek penelitian tersebut dapat dilihat dari (a) aktifitas kelompok dalam komunitas (main bola bareng, berkumpul setiap hari, bakti sosial

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa model matematika pada pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis di granuloma pada titik kesetimbangan non endemik menghasilkan nilai Eigen