• Tidak ada hasil yang ditemukan

TA : Perencanaan Information Technology Service Continuity Management Berdasarkan ITIL V-3 Pada PT. Telkom MSC Area V Jawa Timur.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TA : Perencanaan Information Technology Service Continuity Management Berdasarkan ITIL V-3 Pada PT. Telkom MSC Area V Jawa Timur."

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

TELKOM MSC AREA V JAWA TIMUR

TUGAS AKHIR

Nama : Wahyu Setiawan

NIM : 09.41010.0186

Program : S1 (Strata Satu)

Jurusan : Sistem Informasi

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA

(2)

ABSTRAK

Telkom MSC (Maintenance Service Center) merupakan salah satu divisi

dari PT. Telekomunkasi Indonesia, Tbk yang fungsi utamanya yaitu melakukan

infrastructure maintenance management perangkat telekomunikasi yang dimiliki

oleh Telkom.

Selama ini proses maintenance dan repair yang dilakukan pada PT.

Telkom MSC Area V Jawa Timur hanya sebatas mengacu pada standard kerja

yang telah ditetapkan oleh manajemen, sehingga terdapat beberapa aktivitas pada

maintenance dan repair yang dapat menimbulkan kendala.

Permasalahan yang dihadapi oleh PT. Telkom MSC Area V Jawa Timur

ini adalah belum memiliki standard mengenai proses apa yang harus dilakukan

ketika atau sebelum terjadi kendala pada proses maintenance dan repair itu

sendiri, hanya sebatas melakukan rapat koordinasi terkait kendala yang

sedang/telah terjadi agar tidak terulang di masa datang.

Framework ITIL-V3 digunakan sebagai acuan untuk menyusun pola

kerja yang terstruktur. Sehingga dengan adanya standard ini nantinya dapat

memberikan arahan kerja yang jelas ketika atau sebelum terjadi kendala pada

proses maintenance dan repair.Serta dapat memberikan rekomendasi perbaikan

berupa Standard Operating Procedure (SOP), Instruksi Kerja (IK) dan Rekaman

Kerja (RK) berdasarkan framework yang berkaitan dengan IT Continuity

Management.

Kata kunci : Management, Information Technology Service Continuity Management, ITIL, Telkom

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Batasan Masalah ... 4

1.4 Tujuan ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

1.6 Sistematika Penulisan ... 5

BAB II. LANDASAN TEORI ... 7

2.1 Information Technology Service Continuity Management ... 7

2.2 Information Technology Infrastructure Library (ITIL) ... 8

2.3 Definisi Disaster / Bencana ... 9

2.4 Penyebab Disaster / Bencana ... 11

2.5 Akibat Dari Disaster / Bencana ... 11

2.6 Rencana Kelangsungan Bisnis (Business Continuity Plan / BCP) ... 13

(4)

2.7 Information Technology Service Continuity

Management Life Cycle ... 14

2.8 Metode M_O_R (Management of Risk) ... 17

2.9 Aktivitas pada ITSCM ... 19

2.9.1 Analisa Dampak Bisnis (Business Impact Analysis) ... 19

2.9.2 Rencana Pemulihan IT (IT Recovery Plan) ... 20

2.9.3 IT Service Continuity Plan ... 22

2.9.4 ITSCMStrategy ... 24

2.9.5 Identifikasi dan Analisa Resiko (Risk Assessment and Analysis) ... 24

2.9.6 Uji dan Tinjau Resiko (Risk Monitoring and Testing) ... 26

2.10 PT Telkom MSC Area V Jawa Timur ... 27

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 29

3.1 Tahap Awal ... 30

3.1.1 Studi Literatur ... 30

3.1.2 Identifikasi dan Analisa Permasalahan ... 30

A.Wawancara ... 30

B.Observasi ... 31

3.2 Tahap Pengembangan ... 31

3.2.1 Initiation ... 31

3.2.2 Requirements and Strategy ... 35

A.Wawancara ... 42

3.2.3 Implementation ... 42

3.2.4 On-going Operation ... 50

(5)

3.3 Tahap Akhir ... 52

3.3.1 Evaluasi ... 52

3.3.2 Kesimpulan dan Saran ... 52

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 54

4.1 Initiation ... 54

4.1.1 Mendefinisikan Kebijakan (Policy Setting) ... 54

4.1.2 Mendefinisikan Ruang Lingkup (Scope) ... 55

4.2 Requirements and Strategy ... 56

4.2.1 Business Impact Analysis (BIA) ... 56

4.2.2 Risk Assessment (RA) ... 62

4.2.3 ITSCM Strategy ... 65

4.3 Implementation ... 65

4.3.1 Recovery Plan ... 65

4.3.2 Testing Plan ... 66

4.3.3 Develop Recovery Plan ... 68

4.3.4 Recovery Procedures ... 68

4.4 On-going Operation ... 69

4.4.2 Review ... 69

4.4.2 Testing ... 69

BAB V. PENUTUP ... 71

5.1 Kesimpulan ... 71

5.2 Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72

LAMPIRAN ... 73

(6)

1.1Latar Belakang Masalah

Telkom MSC (Maintenance Service Center) merupakan salah satu divisi

dari PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk yang bertugas melakukan infrastructure

maintenance management perangkat telekomunikasi yang dimiliki oleh Telkom.

Infrastruktur tersebut meliputi software, hardware, jaringan serta modul-modul

yang ada di lapangan. Proses infrastructure maintenance management itu sendiri

terdiri dari maintenance dan repair. Maintenance adalah proses kegiatan yang

dilakukan secara berkesinambungan sesuai prosedur baku dan sesuai terhadap

suatu alat (sarana dan prasarana) dalam rangka menjaga agar alat itu dalam

keadaan siap pakai dan handal selama dioperasikan. Sedangkan repair adalah

tindakan yang dilakukan untuk menjaga barang atau untuk memperbaikinya

sampai pada suatu kondisi yang bisa diterima. Untuk melakukan infrastructure

maintenance management, Telkom MSC membagi area pengelolaannya menjadi

tujuh, yaitu Area I Sumatra, Area II DKI Jakarta, Area III Jawa Barat, Area IV

Jawa Tengah dan DIY, Area V Jawa Timur, Area VI Kalimantan dan Area VII

Kawasan Timur Indonesia (KTI).

Selama ini proses maintenance dan repair yang dilakukan pada PT.

Telkom MSC Area V Jawa Timur hanya sebatas mengacu pada standard kerja

yang telah ditetapkan oleh manajemen, sehingga terdapat beberapa aktivitas yang

dapat menimbulkan kendala. Aktivitas-aktivitas itu tidak hanya terjadi pada

proses maintenance tetapi juga pada saat proses repair dilakukan.

(7)

Gambar 1.1 Grafik Gangguan periode Januari – Maret 2011

Gambar 1.2 Grafik Gangguan periode Juni - Agustus 2011

Grafik pada gambar 1.1 dan gambar 1.2 adalah contoh yang

menunjukkan jumlah gangguan yang menurun dari periode Januari – Maret 2011

hingga periode Juni – Agustus 2011. Hal itu diakibatkan oleh adanya kegiatan

maintenance dan repair, sehingga kedua proses tersebut menjadi penting untuk

tetap dilakukan dengan baik. Namun pada saat melakukan proses maintenance

(8)

Kendala yang dihadapi oleh PT. Telkom MSC Area V Jawa Timur ini

adalah belum memiliki standard mengenai proses apa yang harus dilakukan

ketika atau sebelum terjadi kendala pada proses maintenance dan repair itu

sendiri. Selama ini hanya sebatas melakukan rapat koordinasi terkait kendala yang

sedang/telah terjadi agar tidak terjadi lagi. Hal ini berakibat adanya beberapa

kendala pada aktivitas maintenance dan repair yang seharusnya dapat

diminimalisir terlebih dahulu. Jika dibiarkan akan mengakibatkan proses

maintenance dan repair akan terhambat atau menjadi lebih lama, sehingga dapat

menurunkan kualitas layanan yang berdampak profit dan kepercayaan pelanggan

akan menurun.

Untuk dapat mengatasi kendala yang telah disebutkan maka diperlukan

framework terkait proses mencegah permasalahan yang pernah terjadi untuk

menjamin ketersediaan IT guna mendukung kelangsungan bisnis (Information

Technology Service Continuity Management / ITSCM). Framework ITIL-V3

dapat digunakan sebagai acuan untuk menyusun pola kerja yang terstruktur.

Harapan atas penerapan framework ITIL-V3 ini adalah dapat

memberikan arahan kerja yang jelas ketika atau sebelum terjadi kendala pada

proses maintenance dan repair, sehingga kedua proses tersebut dapat berjalan

secara berkelanjutan. Serta dapat mendukung kelangsungan bisnis dengan

memastikan fasilitas IT yang dibutuhkan dapat tersedia. Secara keseluruhan

penelitian ini menghasilkan dokumen perencanaan ITSCM yang bentuknya

rekomendasi berupa framework yang di dalamnya juga terdapat Standard

(9)

Documents. Dokumen perencanaan ITSCM itu mengacu pada framework yang

berkaitan dengan IT Service Continuity Management, dalam hal ini ITIL-V3.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat

dirumuskan permasalahan pada PT. Telkom MSC Area V Jawa Timur dalam

Tugas Akhir ini, yaitu bagaimana merancang dokumen perencanaan Information

Technology Service Continuity Management (ITSCM) untuk dapat memberikan

arahan kerja yang jelas ketika atau sebelum terjadi permasalahan pada proses

maintenance dan repair agar kedua proses tersebut dapat berjalan secara

berkelanjutan.

1.3Batasan Masalah

Dalam pembuatan Tugas Akhir Perencanaan ITSCM pada PT. Telkom

MSC Area V Jawa Timur Berdasarkan ITIL V-3, ruang lingkup permasalahan

dibatasi pada :

1. Dalam penerapan perencanaan ITSCM berdasarkan ITIL V-3 hanya dilakukan

uji ahli tanpa dilakukan uji lapangan.

2. Kebijakan (policy) yang digunakan sebagai acuan adalah kebijakan dari pihak

(10)

1.4Tujuan

Dengan mengacu pada perumusan masalah yang telah disebutkan maka

tujuan yang hendak dicapai dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah

menghasilkan dokumen perencanaan ITSCM pada PT. Telkom MSC Area V Jawa

Timur berdasarkan framework ITIL V-3. yaitu rekomendasi berupa SOP

(Standard Operational Procedure), IK (Instruksi Kerja) dan RK (Rekaman

Kerja).

1.5Manfaat Penelitian

Diharapkan dengan adanya dokumen perencanaan ITSCM berdasarkan

ITIL V-3 dapat memberikan manfaat bagi PT. Telkom MSC Area V Jawa Timur

berupa :

1. Dapat memberikan arahan kerja yang jelas ketika atau sebelum terjadi

permasalahan pada proses maintenance dan repair.

2. Dapat terjadi penataan dokumen secara terstruktur sehingga mendukung pola

kerja yang baik pada PT. Telkom MSC Area V Jawa Timur.

1.6Sistematika Penulisan

Agar para pembaca dapat memahami dengan mudah persoalan dan

pembahasanya, maka penulisan dari penelitian tugas akhir ini akan dibuat dengan

sistematika yang terdiri dari beberapa bab yang di dalamnya terdapat penjabaran

masalah, yakni :

Pada bab pertama ini akan membahas tentang perumusan dan penjelasan

(11)

penelitian yang dilakukan oleh penulis. Bab ini akan menyangkut beberapa

masalah yang akan dibahas mengenai latar belakang masalah, perumusan

masalah, batasan masalah, tujuan, manfaat penelitian, dan dilanjutkan oleh

sistematika penulisan.

Pada bab kedua ini akan membahas tentang teori penunjang yang

menjelaskan secara singkat mengenai landasan teori yang berkaitan dengan

permasalahan dari penelitian tugas akhir mengenai ITIL service design dan

ITSCM.

Pada bab ketiga membahas mengenai metode penelitian. Metode

penelitian dalam tata kelola teknologi informasi terdiri dari identify needs,

envision solution, dan plan solution.

Pada bab keempat membahas mengenai hasil dan pembahasan dari bab

ketiga mengenai metode penelitian. Hasil dan pembahasan ini mengenai

initiation, requirements & strategy, implementation, dan on-going operation.

Pada bab kelima ini akan membahas mengenai kesimpulan dari

pembuatan perencanaan ITSCM pada PT. Telkom MSC Area V Jawa Timur

dengan tujuan dan permasalahan yang ada, serta saran untuk pengembangan

(12)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1Information Technology Service Continuity Management (ITSCM)

Menurut Information Technology Service Management Forum (itSMF)

(Meijer, 2008), teknologi sebagai komponen inti dalam proses bisnis,

kelangsungan atau ketersediaan dari TI adalah hal penting bagi bisnis untuk

bertahan secara keseluruhan. Hal ini dapat dicapai dengan memperkenalkan

pengukuran pengurangan resiko dan pilihan pemulihan. Pemeliharaan

kemampuan pemulihan merupakan hal penting agar proses bisnis dapat berjalan

secara efektif.

Menurut itSMF (2007), tujuan ITSCM adalah untuk memelihara

kemampuan pemulihan berjalan secara tepat dalam layanan TI untuk

mencocokkan kebutuhan yang disetujui, persyaratan dan jadwal dari bisnis.

Sedangkan menurut Information Technology Governance Institute (ITGI) (2007),

ITSCM termasuk kelanjutan dari seluruh aktivitas siklus hidup layanan yang perlu

dipastikan. Sekali rencana kelangsungan dan pemulihan layanan

dikembangkan, keduanya harus selaras dengan rencana kelangsungan bisnis dan

prioritas bisnis. Memeliharan kebijakan strategis ITSCM secara tepat dan rencana

ITSCM selaras dengan rencana bisnis merupakan kunci suksesnya proses ITSCM.

Hal ini dapat dilakukan dengan secara reguler melakukan analisa dampak bisnis

dan latihan manajemen resiko.

(13)

2.2Information Technology Infrastructure Library (ITIL)

Menurut Wibowo (2009), ITIL (Information Technology Infrastructure

Library) adalah suatu kerangka kerja umum yang menggambarkan best

practice dalam manajemen layanan TI. ITIL menyediakan kerangka kerja bagi

tata kelola TI dan berfokus pada pengukuran secara terusmenerus dan perbaikan

kualitas layanan TI yang diberikan, baik dari sisi bisnis dan perspektif pelanggan.

Menurut Whittleston (2012), ITIL adalah suatu kerangka kerja yang

telah berkembang untuk memenuhi isu organisasi. Framework ini lebih ditujukan

kepada isu manajemen daripada isu teknis. ITIL dapat memberikan arahan yang

tidak bergantung pada teknologi tertentu tetapi tetap dapat memberikan nilai lebih

bagi organisasi. Sedangkan menurut Arraj (2010), ITIL adalah sebuah

pendekatan untuk manajemen layanan TI. Layanan adalah sesuatu yang

memberikan nilai bagi pelanggan.

Menurut Office of Government Commerce (OGC) (2007), ITIL

merupakan framework untuk mengelola infrastruktur TI di suatu organisasi dan

bagaimana memberikan service terbaik bagi pengguna layanan TI.

Menurut(Meijer, 2011), ITIL memberikan arahan untuk menggabungkan

manajamen layanan TI dengan konsep dari manajemen informasi bisnis (business

information management / BIS). ITIL membahas layanan TI dan memungkinkan

konsep bisnis memberikan nilai melalui layanan itu kepada pelanggan. Layanan

ini didefinisikan sebagai sarana untuk memberikan nilai kepada pelanggan dengan

memfasilitasi hasil yang diinginkan pelanggan.

ITIL is a framework of best practice guidance in Information Technology

(14)

dan struktur yang mendukung sebagian besar area ITSM, sebagian besar dari

sudut pandang penyedia layanan.

Menurut Jogiyanto dan Abdillah (2010), ITIL adalah seperangkat konsep

dan praktik untuk mengelola layanan TI, pengembangan, dan operasi TI. ITIL

memberikan deskripsi rinci mengenai sejumlah praktik penting TI dan

menyediakan daftar komprehensif mengenai tugas dan prosedur yang setiap

organisasi dapat menyesuaikan dengan kebutuhan sendiri. Menurut Information

Technology Government Institute (ITGI) dan OGC (2007), COBIT dan ISO/IEC

27002 digunakan untuk membantu menentukan apa yang harus dilakukan

sedangkan ITIL menyediakan cara aspek manajemen pelayanan.

Menurut Fitriani (2010), ITIL merupakan best practice untuk

memastikan layanan teknologi informasi berjalan sesuai dengan sebagaimana

mestinya. Sedangkan menurut Gilbert, Morse and Lee (2007), dengan

menerapkan penggunaan ITIL V-3 akan menciptakan manajemen pengetahuan

(knowledge management) dari sebuah dokumentasi resolusi manajemen insiden

sehingga dapat mempersingkat waktu penyelesaian dari sebuah insiden dan

masalah

2.3Definisi Disaster / Bencana

Menurut Whitten (2008), disaster (bencana) didefiniskan sebagai

kejadian yang waktu terjadinya tidak dapat diprediksi dan bersifat sangat

merusak. Pengertian ini mengidentifikasikan sebuah kejadian yang memiliki

(15)

1. Tiba-tiba

2. Tidak diharapkan

3. Bersifat sangat merusak

Dalam istilah lain disaster (bencana) didefinisikan sebagai gangguan dari

operasi bisnis yang menghentikan organisasi dalam menyediakan pelayanan

bisinisnya yang disebabkan oleh ketiadaan faktor-faktor seperti :

1. Tenaga Kerja dan keahlian

2. Fasilitas

3. Komunikasi

4. Power / Daya

5. Akses Informasi

Bencana dapat diakibatkan oleh ulah manusia, maupun akibat alam

(natural disaster), seringkali tidak dapat diprediksi kapan akan terjadi. Untuk itu

perlu dibuat sistem yang dapat mengurangi resiko dan kerugian bila bencana

terjadi.

Bencana terjadi dengan frekuensi yang tidak menentu dan akibat yang

ditimbulkannya meningkat bagi mereka yang tidak mempersiapkan diri terhadap

kemungkinan-kemungkinan timbulnya bencana. Rencana pencegahan dan

perbaikan terhadap bencana dapat membantu melindungi semua aset oraganisasi,

termasuk sumber daya manusia, pekerjaan, data-data penting, dan fasilitas

(16)

2.4Penyebab Disaster / Bencana

Menurut Whitten (2008), penyebab suatu kondisi bencana dapat

dikategorikan sebagai berikut :

1. Bencana alam, seperti banjir dan gempa bumi.

2. Fasilitas, seperti listrik, air dan komunikasi.

3. Manusia, seperti sabotase, virus, teroris dan kerusuhan.

4. Kegagalan peralatan, seperti sistem informasi, telekomunikasi dan mesin

produksi.

2.5Akibat dari Disaster / Bencana

Menurut Whitten (2008), akibat yang ditimbulkan dari suatu bencana

dapat dikategorikan sebagai berikut :

1. Sudut pandang keuangan (Financial perspective)

Bencana atau gangguan akan berdampak pada kelancaran finansial dalam

sebuah organisasi. Pengeluaran ekstra dan kerugian dari cash flow akan

berdampak pada modal perusahaan. Pada saat itu waktu akan menjadi musuh

utama dalam bisnis.

a. Beban operasional Normal (Normal operating expenses)

1) Gaji (Saleries)

Dengan adanya bencana atau gangguan yang menyebabkan kelangsungan

bisnis berhenti dapat meningkatkan beban gaji.

2) Sewa (Rent)

(17)

b. Beban Besar (Large extraordinary expenses)

1) Penggantian peralatan (Equipment replacement)

2) Fasilitas Sementara (Temporary facility)

c. Keuntungan / aliran uang berhenti (Revenue / cash flow stops)

d. Nilai Equity akan melemah (Equity position weakened)

2. Sumber Tenaga kerja (Human Resources)

Saat ini perusahaan cenderung hanya memiliki sedikit tenaga kerja, maka

hilangnya tenaga kerja pada saat disaster / bencana dapat mengakibatkan efek

yang besar, seperti :

a. Downsizing

b. Pelatihan ulang (Re-enginering)

c. Outsourcing

3. Meningkatnya kompetisi sejalan dengan Global Economy (Increasing

Competition in a Global Economy)

Pada saat terjadi disaster / bencana maka kompetisi perusahaan-perusahaan

semakin meningkat yaitu dari pelayanan / service level yang diberikan, karena

setiap perusahaan akan terus meningkatkan pelayanannya. Tentunya

perusahaan yang tidak siap dengan keadaan ini dapat kehilangan customernya

(lost costumer don’t return).

4. Meningkatnya penggunaan teknologi (Increasing use of technology)

Perusahaan akan menjadi sangat bergantung pada teknologi, apabila terjadi

bencana maka teknologi yang biasa digunakan berubah menjadi manual.

Sehingga kebutuhan akan teknologi tersebut dapat menjadi kebutuhan yang

(18)

a. Faks (Fax)

b. Pesan suara (Voice mail)

c. Jaringan lokal dan WAN (Local and wide area networks)

d. Sistem pengambilan keputusan (Decision support systems)

e. Akses Internet (Internet Access)

5. Hutang terhadap ketidaktersedianya produk / pelayanan (Liabilities Associated

with not providing products / services)

Manajemen bertanggung jawab dalam memastikan kelangsungan bisnis

sehingga pemulihan bencana / gangguan (disaster recovery) harus

direncanakan dengan matang. Sehingga tidak terjadi adanya penalti dari

perusahaan lain atau hal-hal yang tidak diinginkan, seperti :

a. Penalties associated with notmeeting delivery schedules

b. Shareholder / Board of directors’ new expectations

2.6Rencana Kelangsungan Bisnis (Business Continuity Plan / BCP)

Business Continuity Plan (BCP) adalah kebijakan dan prosedur yang

memuat rangkaian kegiatan terencana dan terkoordinir mengenai langkah-langkah

pengurangan resiko, penanganan dampak gangguan / bencana dan proses

pemulihan agar kegiatan operasional dan pelayanan kepada customer tetap

berjalan.

BCP adalah proses yang dirancang untuk mengurangi resiko dalam

(19)

BCPadalah sekumpulan prosedur dan sumber informasi yang digunakan

untuk memulihkan kegiatan operasional bisnis apabila terjadi gangguan / bencana.

(sumber : James C. Barnes, A Guide to Business Continuity Planning)

2.7Information Technology Service Continuity Management Lifecycle

Gambar 2.1 ITSCM Lifecycle

Penjelasan langkah-langkah dalam ITSCM seperti yang tampak pada

gambar 2.1 adalah :

1. Inisiasi (Initiation)

Fase ini meliputi seluruh organisasi dan mencakup kegiatan-kegiatan berikut :

a. Mendefinisikan kebijakan

b. Menentukan ruang lingkup

c. Mendefinisikan dan memulai proyek

2. Persyaratan dan Strategi (Requirements and Strategy)

Fase ini untuk menentukan kebutuhan bisnisi bagi ITSCM untuk dapat

(20)

hal penting dalam fase ini adalah kebutuhan dan strategi. Penjabaran kedua hal

itu meliputi :

a. Analisa Dampak Bisnis (Business Impact Analysis)

Menurut Franklin Fletcher, BIA merupakan dasar dari program bisnis

kontinuitas (business continuity program). Tujuaanya adalah untuk

mengukur dampak yang disebabkan oleh hilangnya layanan. BIA

mengidentifikasi layanan yang paling penting bagi organisasi sehingga

dapat memberikan masukan penting bagi strategi. Analisis itu

mengidentifikasi :

1) Jenis kerusakan (bencana/gangguan)

2) Bagaimana kerusakan bisa meningkat

3) Kompetensi, fasilitas dan layanan yang dibutuhkan untuk melanjutkan

proses yang penting

4) Perkiraan penentuan jangka waktu proses pemulihan

Secara umum, langkah-langkah lebih preventif harus diambil untuk proses

yang terjadi dengan cepat dan memiliki dampak yang tinggi. Jika dampak

rendah dan proses membutuhkan lebih banyak waktu, penekanannya adalah

kurang pada pencegahan dan lebih pada tindakan kuratif (recovery).

b. Perkiraan resiko

Menurut Michael Faber (2010), resiko adalah kejadian tak terduga yang

memiliki dampak negatif terhadap kinerja maupun profit. Ada berbagai

metode dan analisis resiko. Analisis resiko adalah penilaian risiko yang

mungkin terjadi. Manajemen resiko mengidentifikasi respon dan tindakan

(21)

Management of Risk (M_o_R) dapat digunakan untuk menyelidiki dan

mengelola resiko. Metode ini terdiri dari :

1) Prinsip M_o_R

2) Pendekatan M_o_R (pendekatan organisasi)

3) Proses M_o_R (identifikasi, penilaian, perencanaan, pelaksanaan)

4) Pencocokan dan review M_o_R

5) Komunikasi (up-to-date dan penyediaan informasi yang memadai)

c. Strategi

Contoh strategi yang dapat diterapkan meliputi :

1) Strategi 1 : langkah-langkah untuk mengurangi resiko

Langkah-langkah untuk mengurangi resiko harus diimplementasikan

dalam kombinasi dengan manajemen ketersediaan karena penurunan

kegagalan memiliki dampak pada ketersediaan layanan.

2) Strategi 2 : opsi pemulihan IT

Strategi kontinuitas harus menitikberatkan pada tindakan penguranngan

biaya terhadap langkah-langkah pemulihan untuk mengembalikan proses

kritis.

3. Implementasi (Implementation)

Rencana ITSCM dapat dibuat setelah strategi disetujui. Anda harus ingat,

bagaimanapun, bahwa struktur organisasi (kepemimpinan dan proses

pengambilan keputusan) dapat merubah proses pemulihan bencana. Mengatur

hal ini pada umumnya bertanggung jawab pada area manajer senior, seperti

(22)

4. Operasionalisasi (On-going Operation)

Fase ini meliputi :

a. Review

b. Testing

2.8Metode M_O_R (Management of Risk)

Menurut Graham Williams (2007:2011), M_O_R merupakan sebuah

metodologi standard yang digunakan untuk menilai dan mengelola resiko dalam

sebuah organisasi. Kerangka M_O_R dapat dilihat pada gambar 2.2 di bawah ini :

Gambar 2.2 Kerangka M_O_R (Management of Risk)

Pendekatan M_O_R seperti yang tampak pada gambar 2 terdiri dari :

1. M_O_R Principles (Prinsip M_O_R)

Prinsip-prinsip merupakan hal penting untuk pengembangan praktek

manajemen resiko yang baik, prinsip-prinsip itu berasal dari kebijakan

(23)

2. M_O_R Approach (Pendekatan M_O_R)

Prinsip-prinsip dalam pendekatan dengan perusahaan perlu disepakati dan

ditetapkan dalam dokumen seperti :

a. Risk Management Policy

b. Process Guide

c. Plans

d. Etc

3. M_O_R Proccesses (Proses-proses M_O_R)

Empat langkah utama yang menggambarkan input, proses dan output dari

kegiatan yang memastikan bahwa resiko dikontrol :

a. Identify : ancaman dan peluang dalam kegiatan yang dapat mempengaruhi

kemampuan untuk mencapai tujuan.

b. Assess : pemahaman tentang efek ancaman dan peluang yang diidentifikasi

terkait dengan kegiatan ketika kedua hal itu dikumpulkan bersama-sama.

c. Plan : untuk mempersiapkan sebuah manajemen respon tertentu yang akan

mengurangi ancaman dan memaksimalkan peluang.

d. Implement : tindakan manajemen risiko yang direncanakan untuk memantau

efektivitas dan mengambil tindakan korektif mengenai respon yang tidak

sesuai harapan.

4. Embedding and reviewing M_O_R (Pencocokan dan me-review M_O_R)

Menempatkan prinsip-prinsip, pendekatan dan proses di satu tempat, semua hal

itu harus terus dikaji dan ditingkatkan untuk memastikan semuanya tetap

(24)

5. Communication

Memiliki kegiatan komunikasi yang tepat di suatu tempat untuk memastikan

bahwa semua orang terus up-to-date dengan perubahan-perubahan dalam

ancaman, kesempatan dan aspek-aspek lain dari manajemen risiko.

2.9Aktivitas pada ITSCM

Aktivitas-aktivitas yang dapat dilakukan dalam lingkup ITSCM adalah

analisa dampak bisnis, rencana pemulihan IT, IT service continuity plan, ITSCM

strategy, identifikasi dan analisa resiko, uji dan tinjau resiko.

2.9.1 Analisa Dampak Bisnis (Business Impact Analysis)

Business Impact Analysis (BIA) adalah landasan awal dalam proses

penyusunan BCP melalui proses identifikasi dampak bisnis, identifikasi aktivitas

yang penting, penentuan target waktu pemulihan, dan pengukuran standar operasi

minimal yang dibutuhkan. Menurut Franklin Fletcher, BIA landasan dari setiap

program kelangsungan bisnis dalam sebuah organissai. Tujuan dari Analisis

dampak bisnis (business impact analysis) ini adalah untuk mendapatkan :

1. Informasi yang menyeluruh mengenai fungsi organisasi dan business process

2. Informasi kepada manajemen mengenai Recovery Time Objective

3. Informasi mengenai kebutuhan minimal dalam penyelenggaraan organisasi

(25)

2.9.2 Rencana Pemulihan IT (IT Recovery Plan)

Strategi pemulihan harus dikembangkan untuk teknologi informasi (TI)

seperti sistem, aplikasi dan data. Ini termasuk jaringan, server, desktop, laptop,

perangkat nirkabel, data dan konektivitas.

Prioritas pemulihan TI harus konsisten dengan prioritas untuk pemulihan

fungsi bisnis dan proses yang dikembangkan selama analisis dampak bisnis.

Sumber daya TI yang diperlukan untuk mendukung fungsi bisnis terhadap waktu

dan proses juga harus diidentifikasi. Waktu pemulihan untuk sumber daya TI

harus sesuai dengan tujuan waktu pemulihan untuk fungsi bisnis atau proses yang

bergantung pada sumber daya TI.

Sistem teknologi informasi memerlukan perangkat keras, perangkat

lunak, data dan konektivitas. Tanpa salah satu komponen dari sistem itu maka bisa

saja sistem tidak dapat berjalan. Oleh karena itu, strategi pemulihan harus

dikembangkan untuk mengantisipasi hilangnya satu atau lebih komponen sistem

seperti berikut :

1. Ruang komputer lingkungan (ruang komputer aman dengan kontrol iklim,

power supply, AC dan cadangan, dll)

2. Hardware (jaringan, server, komputer desktop dan laptop, perangkat nirkabel

dan periferal)

3. Konektivitas ke penyedia layanan (fiber, kabel, nirkabel, dll)

4. Software aplikasi (electronic data interchange, surat elektronik, manajemen

sumber daya perusahaan, produktivitas kantor, dll)

5. Data dan restorasi

(26)

1. Manual workarounds : solusi manual sementara dengan untuk jangka waktu

yang terbatas

2. Reciprocal arrangements : dukungan perjanjian antara pihak-pihak terkait

(tidak sering digunakan hari ini)

3. Gradual recovery (Pemulihan Bertahap) : Metode yang membuat fasilitas

dasar seperti akomodasi dan ruang komputer menjadi tersedia dengan biaya

yang terbatas dalam beberapa hari (empat atau lebih).

4. Intermediate recovery (Pemulihan Menengah) : pemulihan dalam waktu dua

sampai tiga hari, umumnya didasarkan pada fasilitas yang disiapkan sering

berbagi dengan beberapa pihak lain

5. Fast recovery (Pemulihan Cepat): pemulihan dalam waktu 24 jam yang

berfokus pada layanan utama, yang melibatkan fasilitas yang bisa melakukan

operasional sangat cepat dan dengan kehilangan data yang sangat rendah

6. Immediate recovery (Pemulihan Segera). pilihan untuk pemulihan segera

terutama layanan bisnis penting dengan bantuan teknik mirroring dan solusi

(27)

2.9.3 IT Service Continuity Plan

Gambar 2.3 IT Service Continuity Plan

Berikut adalah penjelasan mengenai setiap bagian pada gambar 2.3 diatas :

1. Policy

Kebijakan kelangsungan pelayanan adalah

pernyataan keseluruhan kesiapan. Ini

mendefinisikan konteks kesinambungan layanan

untuk organisasi, mengidentifikasi langkah-langkah yang akan diambil

untuk memberikan kontinuitas dalam kasus gangguan, dan

menyediakan kerangka kerja untuk penyusunan

dan pemeliharaan rencana ITSCM.

Kebijakan ini perlu dibaca dan dipahami oleh semua staf dalam

organisasi, sehingga menjaganya agar tetap singkat dan “to the point” sangat

penting untuk keberhasilannya.

(28)

Prosedur menggambarkan kegiatan yang akan dilakukan sebagai bagian

dari kontinuitas dan pemulihan, dan

mengidentifikasi tugas (instruksi kerja) yang diperlukan untuk

menyelesaikan kegiatan.

3. Work instructions

Instruksi kerja menggambarkan langkah yang diperlukan untuk

menyelesaikan tugas yang telah dilakukan sebagai bagian dari suatu

kegiatan (prosedur).

4. Test procedures

Prosedur pengujian mengidentifikasi pemeriksaan spesifik dan tes yang akan

dilakukan untuk memastikan kemampuan lanjutan, kelangsungan hidup

dan keandalan rencana ITSCM, dan jika

berlaku, bisnis fasilitas kelangsungan organisasi Anda.

5. Test instructions

Instruksi Uji menjelaskan langkah-langkah yang diperlukan untuk

menyelesaikan kelangsungan individu dan tes pemulihan.

6. Test schedule

Jadwal Tes mengidentifikasi tanggal dan waktu

untuk pelaksanaan pemeriksaan dan tes.

(29)

Rencana ITSCM dilengkapi dengan satu set dokumen teknis dan bisnis

yang berisi informasi untuk mendukung kelangsungan pelayanan dan

pemulihan. Dokumen - seperti daftar komponen - mungkin sudah

ada atau mungkin perlu disusun untuk referensi oleh, atau dimasukkan ke

dalam rencana.

2.9.4 ITSCM Strategy

ITSCM Strategy harus menitikberatkan pada tindakan pengurangan biaya

terhadap langkah-langkah pemulihan untuk mengembalikan beberapa proses

kritis. Sejumlah pilihan pemulihan yang mungkin :

1. Manual workarounds : solusi manual sementara dengan untuk jangka waktu

yang terbatas

2. Reciprocal arrangements : dukungan perjanjian antara pihak-pihak terkait

(tidak sering digunakan hari ini)

3. Gradual recovery (Pemulihan Bertahap) : metode yang membuat fasilitas dasar

seperti akomodasi dan ruang komputer menjadi tersedia dengan biaya yang

terbatas dalam beberapa hari (empat atau lebih).

4. Intermediate recovery (Pemulihan Menengah) : pemulihan dalam waktu dua

sampai tiga hari, umumnya didasarkan pada fasilitas yang disiapkan sering

berbagi dengan beberapa pihak lain

5. Fast recovery (Pemulihan Cepat) : pemulihan dalam waktu 24 jam yang

berfokus pada layanan utama, yang melibatkan fasilitas yang bisa melakukan

(30)

6. Immediate recovery (Pemulihan Segera) : pilihan untuk pemulihan segera

terutama untuk layanan bisnis yang penting dengan bantuan teknik mirroring

dan solusi redundansi lainnya, tidak ada data yang rendah yang terlibat

2.9.5 Identifikasi dan Analisa Resiko (Risk Assessment and Analysis)

Maksud dari identifikasi resiko adalah proses identifikasi resiko yang

dihadapi suatu organisasi, identifikasi terhadap fungsi kritikal untuk menjamin

kelangsungan operasional bisnis, serta memperoleh gambaran dalam pengendalian

bisnis fungsi untuk mengurangi resiko kerugian apabila terjadi gangguan. Resiko

Operasional adalah potensi seluruh gangguan dalam proses operasional suatu

organisasi atau perusahaan yang menyebabkan kerugian dimasa yang akan datang

(future losses) atau terjadi fluktuasi pendapatan dimasa yang akan datang.

Tujuan dilakukannya risk assessment adalah sebagai berikut :

1. Menentukan tingkat resiko dari berbagai jenis resiko.

2. Menentukan pengendalian dari jenis resiko.

3. Mengukur dampak dan kuantitas berbagai jenis resiko.

4. Menentukan kebjakan dalam rangka mengambil keputusan terhadap resiko

yang berdampak besar.

Cakupan resiko risk assesment :

1. Operasional Proses

2. Operasional Sumber Daya Manusia

3. Operasional Sistem Teknologi Informasi

4. Faktor Eksternal

(31)

1. Identifikasi resiko :

a. Mengetahui dimana saja resiko berada

b. Mengetahui penyebab timbulnya resiko

c. Mengetahui metode yang digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan dan

penyebab resiko

d. Mengetahui pengendalian yang ada bila resiko itu terjadi

2. Pengukuran resiko

a. Kuantitatif : “Analisis berdasarkan angka-angka nyata (nilai finansial) terhadap

biaya dan besarnya kerugian yang terjadi”

b. Kualitatif : “Sebuah analisis yang menentukan resiko tantangan organisasi

dimana penilaian tersebut dilakukan berdasarkan institusi, tingkat keahlian

dalam menilai jumlah resiko yang mungkin terjadi dan potensi kerusakannya”

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam risk assessment :

1. Membuat prioritisasi kemungkinan gangguan yang terjadi berdasarkan tingkat

kerusakan dan kemungkinan terjadinya.

2. Membuat suatu gap analysis dengan membandingkan BCP atau DRP atau

Contingency Plan yang dimiliki saat ini dengan hasil Risk Assessment.

3. Melakukan analisis resiko yang akantimbul bagi perusahaan dan stakeholders

akibat adanya gangguan atau bencana.

2.9.6 Uji dan Tinjau Resiko (Risk Monitoring and Testing)

Risk monitoring and testing adalah langkah terahkir dalam proses

(32)

testing memastikan bahwa BCP dalam sebuah perusahaan dapat berjalan dengan

baik melalui :

1. Penggabungan BIA and ke risk assessment dalam BCP dan testing program.

2. Pengembangan program testing perusahaan.

3. Penetapan dari aturan dan tanggung jawab dalam implementasi testing

program

4. Evaluasi dari testing program dan hasil test oleh menejemen senior dan unit

kerja.

5. Penilaian dari testing program dan hasil testing oleh pihak independent.

6. Revisi dari BCP dan testing program berdasarkan perubahan operasi bisnis,

audit, dan rekomendasi dari pemeriksaan dan hasil test

2.10 PT. Telkom MSC Area V Jawa Timur

PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk atau yang bisa disebut sebagai PT.

Telkom merupakan perusahaan yang bergerak dibidang telekomunikasi,

informasi, media dan edutainment (TIME). PT Telkom mempunyai beberapa

divisi sebagai unit bisnisnya diantaranya adalah Divisi Akses, Divisi Infratel,

Divisi Telkom Flexi, Divisi Multimedia, Telkom MSC dan lain-lain.

Telkom MSC (Maintenance Service Center) merupakan salah satu divisi

dari PT. Telekomunkasi Indonesia, Tbk yang fungsi utamanya yaitu melakukan

maintenance management infrastruktur perangkat telekomunikasi yang dimiliki

oleh Telkom. Untuk melakukan maintenance management, Telkom MSC

(33)

Jakarta, Area III Jawa Barat, Area IV Jawa Tengah dan DIY, Area V Jawa Timur,

Area VI Kalimantan dan Area VII Kawasan Timur Indonesia (KTI).

Seiring berkembangnya teknologi telekomunikasi dan banyaknya unit

bisnis yang dimiliki oleh PT. Telkom, maka Telkom MSC juga harus bisa

melakukan maintenance management pada setiap divisi yang dimiliki oleh PT.

Telkom dan mendukung kegiatan operasional pada setiap divisi diantaranya

melakukan perbaikan dan pemeliharaan perangkat telekomunikasi pada

infrastruktur yang dimiliki oleh Divisi Akses, Divisi Infratel, Divisi Multimedia,

(34)

Pada Bab III dalam Perencanaan Information Technology Service

Continuity Management (ITSCM) akan membahas semua aktivitas yang

dilakukan dari awal kegiatan sampai akhir. Gambar 3.1 merupakan alur dari

serangkaian kegiatan metodologi penelitian.

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

(35)

3.1 Tahap Awal 3.1.1 Studi Literatur

Studi literatur dilakukan selama kegiatan penelitian ini berlangsung.

Studi ini dilakukan dengan cara studi literatur di perpustakan atau via web. Hal

ini bertujuan untuk memperoleh data dan pengetahuan yang lebih mengenai

materi perencanaan Information Technology Service Continuity Management

yang akan dibuat adalah :

1. Mengenai frameworkITIL

2. Mengenai ITIL service design

3. Mengenai ITIL service support

4. Mengenai ITIL service delivery

5. Mengenai ITIL Continuity Management

6. Mengenai proses maintenance dan repair pada PT. Telkom MSC Area V

Jawa Timur

3.1.2 Identifikasi dan Analisis Permasalahan

Identifikasi permasalahan dimaksudkan untuk mengetahui penyebab

permasalahan atau manfaat peluang yang ada. Analisis permasalahan

dimaksudkan untuk mengetahui permasalahan atau peluang apa yang ada pada

perusahaan.

A.Wawancara

Wawancara yang dilakukan dengan officer access untuk mengetahui

(36)

diberikan untuk memberikan manfaat bagi perusahaan. Dari wawancara ini

dapat diperoleh berbagai informasi seperti profil perusahaan, visi, misi,

struktur, proses maintenance, proses repair, department need, department goal,

dll. Wawancara ini dibagi menjadi empat topik seperti yang tampak pada

gambar 3.2.

Gambar 3.2 Alur proses wawancara

B.Observasi

Selain melakukan wawancara, juga diperlukan observasi terkait proses

bisnis maintenance dan repair pada PT. Telkom MSC Area V Jawa Timur.

Selain itu dalam observasi juga dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana

proses maintenance dan repair dilakukan.

3.2 Tahap Pengembangan 3.2.1 Initiation

Pada tahap ini ada dua hal yang harus dilakukan untuk melakukan

inisiasi sebuah proyek. Tahap ini mendifinisikan hal-hal terkait kebijakan,

ruang lingkup, serta bagaimana memulai suatu proyek, khususnya dalam

membuat perencanaan ITSCM. Initiation memiliki peran sebagai kumpulan

(37)

mengenai pendekatan, kebijakan dan ruang lingkup. Initiation memastikan

bisnis dan majamenen untuk memahami dan mengapresiasi seluruh isu kunci

permasalahan. Proses pada tahap initiation ini mencakup proses seperti :

a. Mendefinisikan kebijakan (Policy Setting)

Proses ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kebijakan yang ada pada

perusahaan terkait dengan proses maintenance dan repair. Kebijakan ini

sangatlah penting karena akan menjadi acuan bagi setiap proses atau

kegiatan yang ada pada perusahaan, termasuk juga dapat berpengaruh

terhadap perencanaan ITSCM yang akan dibuat. Proses untuk mendapatkan

kebijakan dapat dilihat pada gambar 3.3, sedangkan penjelasannya dapat

dilihat pada tabel 3.1.

Ada revisi ?

(38)

Alur pada gambar 3.3 dimulai dengan studi literatur. Untuk mendapatkan

kebijakan manajemen terkait hal tersebut maka dilakukan proses wawancara

yang dilakukan dengan pihak manajemen. Sebelum melakukan wawancara,

perlu mempersiapkan materi terkait wawancara untuk dapat langsung

dilakukan wawancara dengan pihak manajemen. Hasil wawancara itu

nantinya digunakan sebagai acuan, karena dalam perencanaan ITSCM ini

menggunakan kebijakan dari pihak perusahaan.

Tabel 3.1 Penjelasan alur mendefinisikan kebijakan

Nama Proses Input Kegiatan Output

1. Membuat dokumen wawancara

Dokumen literatur 1. Review literatur

2. Membagi wawancara menjadi empat topik

3. Membuat dokumen wawancara

manajemen terkait materi wawancara

Catatan revisi (jika ada)

3. Verifikasi Catatan revisi (jika ada)

Pengecekan akhir Dokumen kebijakan

b. Mendefinisikan ruang lingkup (Scope)

Proses ini bertujuan untuk menentukan ruang lingkup perusahaan yang akan

dijadikan bahan dalam membuat perencanaan ITSCM. Sehingga hasilnya

nanti dapat sesuai dengan kebutuhan dan harapan bagi pihak perusahaan.

Proses untuk mendapatkan ruang lingkup dapat dilihat pada gambar 3.4,

(39)

Ada revisi ?

Gambar 3.4 Alur mendefinisikan ruang lingkup

Alur pada gambar 3.4 dimulai dengan studi literatur. Untuk dapat

menentukan ruang lingkup dalam perencanaan ITSCM ini, perlu dilakukan

wawancara dengan pihak manajemen. Sama seperti wawancara untuk

mendapatkan kebijakan, sebelum melakukan wawancara ini perlu

dipersiapkan materi terkait wawancara yang akan dilakukan. Hasil

wawancara itu nantinya dapat diketahui ruang lingkup terkait perencanaan

ITSCM yang akan dibuat.

Tabel 3.2 Penjelasan alur mendefinisikan ruang lingkup

Nama Proses Input Kegiatan Output

1. Membuat dokumen wawancara

Dokumen literatur

1. Review literatur

2. Membagi wawancara menjadi empat topik

3. Membuat dokumen wawancara

Berdiskusi dengan manajemen terkait materi wawancara

Catatan revisi (jika ada)

3. Verifikasi Catatan revisi (jika ada)

Pengecekan akhir Dokumen

(40)

3.2.2 Requirements and Strategy

Setelah tahap initiation dilaksanakan, tahap selanjutnya adalah

mengetahui bagaimana kebutuhan perusahaan. Kemudian dituangkan dalam

langkah-langkah atau strategi apa saja yang akan digunakan untuk proses

pembuatan perencanaan ITSCM guna menjawab kebutuhan tersebut. Proses

lain dalam tahap ini adalah :

a. Business Impact Analysis (BIA)

Proses ini bertujuan untuk mengidentifikasi dampak permasalahan bagi

bisnis perusahaan, mengetahui aktivitas yang penting dan penentuan target

waktu pemulihan. Proses untuk menyusun BIA dapat dilihat pada gambar

3.5, sedangkan penjelasannya dapat dilihat pada tabel 3.3. Ada lima proses

yang dilakukan pada saat tahap ini yaitu :

1. Membuat dokumen wawancara

Dokumen wawancara ini dibuat sesuai dengan topik wawancara yang

akan dilakukan dengan pihak manajemen.

2. Menganalisis permasalahan

Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui permasalahan atau peluang

apa yang ada pada perusahaan.

3. Mengidentifikasi permasalahan

Identifikasi ini dimaksudkan untuk mengetahui penyebab permasalahan

atau manfaat peluang yang ada.

4. Mengisi lembar kerja

Lembar kerja ini dimaksudkan untuk mengetahui periode disaat resiko

(41)

5. Membuat dokumen BIA

Dokumen ini dimaksudkan untuk mengetahui siapa dan apa saja yang

berkaitan dengan proses BIA.

Ada revisi ?

Analisa dan identifikasi permasalahan

Alur pada gambar 3.5 dimulai dengan studi literatur. Hasil analisa dan

identifikasi permasalahan yang telah dibuat digunakan sebagai acuan dalam

melakukan BIA. Dalam melakukan BIA itu sendiri terdapat empat proses

utama yang harus dilakukan yaitu mengidentifikasi pihak dan sumber daya

yang berkaitan dengan BIA, mengetahui hubungan antara peran setiap pihak

dengan setiap sumber daya, mengidentifikasi periode pemulihan dan yang

terakhir membuat daftar urutan prioritas pemulihan.

Keterangan :

1. Untuk lembar kerja mengacu pada ready business.

(42)

Tabel 3.3 Penjelasan alur menyusun BIA

Nama Proses Input Kegiatan Output

1. Membuat dokumen wawancara

Dokumen literatur

1. Review literatur

2. Membagi wawancara menjadi empat topik

3. Membuat dokumen wawancara

1. Mengetahui alur proses layanan (maintenance dan repair)

2. Mengetahui permasalahan apa yang ada pada layanan

3. Mengetahui titik keputusan apa yang diambil

4. Mengetahui siapa personil kuncinya

Template analisa dan identifikasi permasalahan

3. Verifikasi Template analisa dan identifikasi permasalahan

Pengecekan akhir Dokumen

analisa dan identifikasi permasalahan

4. Membuat lembar kerja

Dokumen analisa dan identifikasi permasalahan

Membuat / mencari template yang sesuai untuk dokumen lembar kerja

Template lembar kerja

5. Verifikasi Template lembar kerja

Pengecekan akhir Dokumen

lembar kerja

Membuat / mencari template yang sesuai untuk dokumen BIA

Catatan revisi (jika ada)

7. Verifikasi Catatan revisi (jika ada)

Pengecekan akhir Dokumen

(43)

b. Risk Assessment (RA)

Proses ini bertujuan untuk mengidentifikasi setiap resiko atau kendala yang

dihadapi oleh perusahaan sehingga dapat diperoleh gambaran dalam

pengendalian fungsi bisnis. Proses untuk menyusun RA dapat dilihat pada

gambar 3.6, sedangkan penjelasannya dapat dilihat pada tabel 3.4.

Analisa

Gambar 3.6 Alur menyusun RA

Alur pada gambar 3.6 dimulai dengan melakukan review dokumen

wawancara, dokumen analisa permasalahan dan dokumen identifikasi

permasalahan. Proses yang harus dilakukan dalam RA ini terdapat lima

proses utama yaitu mengidentifikasi bahaya, mengetahui siapa dan

bagaimana yang dirugikan, mengevaluasi setiap resiko dan menentukan

tindakan pemulihan, merekam temuan dan yang terakhir meninjau penilaian

(44)

Tabel 3.4 Penjelasan alur menyusun RA

Nama Proses Input Kegiatan Output

1. Melakukan RA

1. Dokumen analisa permasalahan

1. Membuat / mencari template yang sesuai untuk dokumen RA 2. Memastikan setiap

proses pada RA telah sesuai

Catatan revisi (jika ada)

2. Verifikasi Catatan revisi (jika ada)

Pengecekan akhir Dokumen RA

Ada 4 proses yang dilakukan pada saat tahap RA ini yaitu :

1. Risk Assessment

Proses pertama yang dilakukan adalah menilai setiap resiko yang telah

diidentifikasi. Proses ini dimaksudkan agar dapat mengetahui tingkat resiko

dari berbagai jenis resiko, melakukan pengendalian dari setiap jenis resiko,

mengukur dampak dan kuantitas berbagai jenis resiko serta pilihan

keputusan yang dapat diambil terhadap resiko.

2. Manajemen resiko

Menggunakan metode Management of Risk (M_O_R) untuk melakukan

analisis dan manajemen resiko pada PT. Telkom MSC Area V Jawa Timur.

3. Mengelompokkan resiko / gangguan

Hasil dari analisa dan identifikasi permasalahan, dapat diketaui kendala apa

saja yang terjadi pada proses maintenance dan repair. Kemudian

digambarkan pengelompokkan resiko atau gangguan tersebut serta

(45)

4. Menunjukkan profil dari setiap resiko

Proses selanjutnya adalah menentukan tindakan untuk mengelola resiko.

Dalam konteks ITSCM, ada sejumlah resiko dan penyebab resiko yang

perlu dipertimbangkan penanganannya terkait tingkat setiap resikonya dan

penyebabnya. Dari setiap daftar penyebab yang telah dibuat pada saat proses

pengelompokkan resiko / gangguan, nantinya disusun berdasarkan tingkat

terjadi dan dampaknya, yang terbagi menjadi :

a. Most severe : beresiko tinggi

b. Acceptable risk : resiko yang dapat diterima (beresiko sedang / jarang

terjadi)

c. Least severe : beresiko rendah

d. Least likely : paling tidak sering terjadi

e. Most likely : paling sering terjadi

Keterangan :

1. Untuk risk assessment menggunakan metode dari HSE (Health and

Safety Executive)

2. Untuk manajemen resiko menggunakan metode M_O_R

3. Dokumen untuk mengelompokkan resiko / gangguan telah disesuaikan

dengan framework ITIL V-3

4. Dokumen untuk menunjukkan profil dari setiap resiko disesuaikan

(46)

c. ITSCM Strategy

Proses ini memiliki fokus terhadap tindakan atau pilihan langkah-langkah

strategi yang akan diambil, yang disesuaikan antara kebutuhan bisnis dan

tujuan bisnis dengan hasil dari proses BIA dan Risk Assessment (RA).

Diharapkan strategi yang dibuat dapat sesuai dengan kebutuhan, proses,

fungsi bisnis serta resiko. Proses untuk menyusun strategi ITSCM dapat

dilihat pada gambar 3.7, sedangkan penjelasannya dapat dilihat pada tabel

3.5.

BIA Risk

Assessment

Review

Ada revisi ?

Ya

Verifikasi

Strategi ITSCM Tidak Menentukan strategi ITSCM

1

2

3

Gambar 3.7 Alur Menyusun Strategi ITSCM

Alur pada gambar 3.7 dimulai dengan review dokumen BIA dan dokumen

RA. Kemudian menentukan strategi ITSCM yang disesuaikan dengan fungsi

(47)

Tabel 3.5 Penjelasan alur menyusun strategi ITSCM

Nama Proses Input Kegiatan Output

1. Review 1. Dokumen BIA

2. Dokumen RA

Mengecek dokumen BIA dan RA yang telah dihasilkan

-

2. Menentukan strategi ITSCM

Hasil review Menyesuaikan strategi dengan fungsi dan kebutuhan bisnis

Strategi ITSCM

3. Verifikasi Strategi ITSCM Pengecekan akhir Dokumen strategi ITSCM

A.Wawancara

Wawancara yang dilakukan pada tahap ini bertujuan untuk

menyelaraskan antara kebutuhan perusahaan dengan strategi yang akan

digunakan. Hasil dari wawancara ini juga dapat memberi gambaran tentang

resiko dan dampak apa saja yang mungkin dapat muncul sehingga dapat

menjadi pertimbangan dalam penyusunan strategi.

3.2.3 Implementation

Tahap ini menentukan langkah-langkah pembuatan perencanaan

ITSCM yang disesuaikan dengan hasil dari proses-proses sebelumnya.

Nantinya langkah ini dapat menjadi acuan yang menghasilkan dokumen

perencanaan ITSCM yang di dalamnya mencakup IT Service Continuity Plan,

Standard Operational Procedures, Work Instruction dan Work Record.

Disamping itu juga dapat menghasilkan dokumen tambahan (supporting

documents) seperti Recovery Procedures, Test Procedures, Test Schedule dan

(48)

a. Recovery Plan

Proses ini bertujuan untuk menentukan rencana pemulihan apa yang akan

dibuat yang telah disesuaikan dengan kebutuhan, proses, fungsi bisnis serta

resiko. Proses untuk menyusun recovery plan dapat dilihat pada gambar 3.8,

sedangkan penjelasannya dapat dilihat pada tabel 3.6.

BIA Risk

Assessment

Review

Ada revisi ?

Ya

Verifikasi

Recovery Plan Tidak Menentukan perencanaan pemulihan

ITSCM Strategy

1

2

3

Gambar 3.8 Alur Menyusun Recovery Plan

Alur pada gambar 3.8 dimulai review dokumen BIA, dokumen RA dan

dokumen ITSCM strategy. Kemudian dapat menentukan pilihan pemulihan

(49)

Tabel 3.6 Penjelasan alur menyusun recovery plan

Nama Proses Input Kegiatan Output

1. Review 1. Dokumen BIA

2. Dokumen RA 3. Dokumen strategi

ITSCM

Mengecek dokumen BIA, dokumen RA dan dokumen strategi ITSCM yang telah dihasilkan

-

2. Menentukan perencanaan pemulihan

Hasil review Menyesuaikan

perencanaan pemulihan sesuai fungsi dan karakteristik bisnis

Rencana pemulihan

3. Verifikasi Rencana pemulihan Pengecekan akhir Dokumen recovery plan

b. Testing Plan

Testing plan merupakan bagian langkah yang ada pada proses Develop

ITSCM Plans. Dalam penjabarannya, testing plan ini terbagi menjadi tiga,

seperti yang tampak pada Gambar 3.9.

Gambar 3.9 Testing Plan

Pembagian testing plan menjadi tiga proses yaitu :

1. Testing Procedures

Prosedur pengujian mengidentifikasi pemeriksaan secara spesifik

mengenai tes yang akan dilakukan. Definisi untuk menjelaskan dokumen

(50)

2. Testing Instructions

Rencana pemulihan yang belum diuji sepenuhnya bisa tidak berjalan

seperti yang direncanakan. Testing merupakan bagian penting pada

proses ITSCM dan untuk memastikan setiap proses dalam ITSCM telah

dilakukan. Proses untuk menyusun testing instruction dapat dilihat pada

gambar 3.10, sedangkan penjelasannya dapat dilihat pada tabel 3.7.

Perencanaan ITSCM

Review

Ada revisi ?

Ya

Verifikasi

Testing Instruction

Tidak Melakukan pemeriksaan

Framework ITIL V-3

1

2

3

Gambar 3.10 Alur Menyusun Testing Instruction

Alur pada gambar 3.10 dimulai dengan review dokumen perencanaan

ITSCM dan framework ITIL V-3. Kemudian dapat diuji kesesuaian antara

(51)

Tabel 3.7 Penjelasan alur menyusun testing instruction

Nama Proses Input Kegiatan Output

1. Review 1. Dokumen

Perencanaan ITSCM

2. Framework ITIL V-3

Mengecek dokumen BIA, dokumen RA dan

dokumen strategi ITSCM yang telah dihasilkan

-

2. Menentukan pemeriksaan

Hasil review Menyesuaikan dokumen perencanaan ITSCM dengan framework ITIL V-3

Catatan revisi (jika ada)

3. Verifikasi Catatan revisi (jika ada)

Pengecekan akhir Dokumen testing instruction

3. Testing Schedule

Jadwal pengujian mengidentifikasi tanggal dan waktu

untuk pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian. Serta menentukan siapa

saja pihak penguji dan apa saja topik yang akan dibahas pada saat

pengujian. Proses untuk menyusun testing schedule dapat dilihat pada

gambar 3.11, sedangkan penjelasannya dapat dilihat pada tabel 3.8.

Perencanaan

Tentukan hal-hal yang berkaitan dengan

(52)

Alur pada gambar 3.11 dimulai dengan review dokumen perencanaan

ITSCM dan framework ITIL V-3. Kemudian dapat ditentukan jadwal

pengujiannya dengan para ahli.

Tabel 3.8 Penjelasan alur menyusun testing schedule

Nama Proses Input Kegiatan Output

1. Review 1. Dokumen perencanaan ITSCM dan framework ITIL V-3

-

2. Menentukan hal-hal terkait dengan pengujian

Hasil review Menyesuaikan jadwal pengujian, lokasi pengujian dan para ahli selaku pihak penguji

Jadwal dan lokasi pengujian serta pihak penguji

3. Verifikasi Jadwal dan lokasi pengujian serta pihak penguji

Pengecekan akhir Dokumen testing schedule

c. Develop Recovery Plan

Proses ini bertujuan untuk mengembangkan rencana pemulihan yang telah

dibuat agar jika rencana pemulihan awal tidak dapat berjalan, dapat

langsung dilakukan penerapan rencana pemulihan berikutnya. Waktu

pemulihan harus sesuai dengan tujuan waktu pemulihan untuk setiap fungsi

bisnis. Proses untuk menyusun develop recovery plan dapat dilihat pada

(53)

BIA

Gambar 3.12 Alur Menyusun Develop Recovery Plan

Alur pada gambar 3.12 dimulai dengan review dokumen BIA, dokumen RA

dan dokumen ITSCM strategy. Kemudian dapat menentukan rencana

pengembangan pemulihan yang disesuaikan dengan karakteristik resiko dan

fungsi bisnis.

Tabel 3.9 Penjelasan alur menyusun develop recovery plan

Nama Proses Input Kegiatan Output

1. Review 1. Dokumen BIA

2. Dokumen RA 3. Dokumen strategi

ITSCM

Mengecek dokumen BIA, dokumen RA dan dokumen strategi ITSCM yang telah dihasilkan

-

2. Menentukan rencana pengembang an pemulihan

Hasil review Menyiapkan rencana pengembangan pemulihan

Rencana pengembangan pemulihan

3. Verifikasi Rencana pengembangan pemulihan

(54)

d. Recovery Procedures

Dari setiap pilihan pemulihan, perlu dijelaskan instruksi kerja apa saja

terkait masing-masing dari pilihan pemulihan tersebut. Proses untuk

menyusun recovery procedures dapat dilihat pada gambar 3.13, sedangkan

penjelasannya dapat dilihat pada tabel 3.10.

BIA

Review

Ada revisi ?

Ya

Verifikasi

Recovery Procedures

Tidak Memberi penjelasan pilihan

pemulihan Risk

Assessment ITSCM Strategy

1

2

3

Gambar 3.13 Alur Menyusun Recovery Procedures

Alur pada gambar 3.13 dimulai dengan review dokumen BIA, dokumen RA

dan dokumen ITSCM strategy. Kemudian memberikan penjelasan dari

(55)

Tabel 3.10 Penjelasan alur menyusun recovery procedures

Nama Proses Input Kegiatan Output

1. Review 1. Dokumen BIA

2. Dokumen RA 3. Dokumen strategi

ITSCM

Mengecek dokumen BIA, dokumen RA dan dokumen strategi ITSCM yang telah dihasilkan

-

2. Memberi penjelasan pilihan pemulihan

Hasil review Menyiapkan penjelasan pilihan pemulihan

Penjelasan pilihan pemulihan

3. Verifikasi Penjelasan pilihan pemulihan

Pengecekan akhir Dokumen recovery procedures

Keterangan :

1. Dokumen untuk recovery plan telah disesuaikan dengan framework ITIL

V-3.

2. Dokumen untuk testingplan telah disesuaikan dengan framework ITIL V-3.

3. Dokumen untuk develop recovery plan telah disesuaikan dengan framework

ITIL V-3.

4. Dokumen untuk recovery procedures telah disesuaikan dengan framework

ITIL V-3.

3.2.4 On-going Operation

Tahap ini adalah bagian akhir yang fungsinya untuk melakukan

review dan perbandingan terhadap perencanaan Information Technology

Service Continuity Management yang telah dibuat dengan framework ITIL

(56)

a. Review

Proses ini bertujuan untuk me-review atau melakukan pengecekan terhadap

dokumen perencanaan ITSCM yang telah dibuat apakah semua proses telah

dilakukan atau belum.

b. Testing

Proses ini bertujuan untuk membandingkan hasil dokumen perencanaan

ITSCM yang telah dibuat dengan framework ITIL V-3 terkait ITSCM,

apakah setiap proses dan dokumennya sudah sesuai dengan framework

tersebut atau tidak. Proses untuk menyusun fit test dapat dilihat pada gambar

3.14, sedangkan penjelasannya dapat dilihat pada tabel 3.11.

Perencanaan

Gambar 3.14 Alur Menyusun Fit Test

Alur pada gambar 3.14 dimulai dengan review dokumen perencanaan

ITSCM dan framework ITIL V-3. Kemudian memeriksa setiap proses dan

detail proses di dalamnya. Serta memeriksa kesesuaian dengan framework

(57)

Tabel 3.11 Penjelasan alur menyusun fit test

Nama Proses Input Kegiatan Output

1. Review 1. Dokumen

Perencanaan ITSCM 2. Framework ITIL V-3

Mengecek dokumen perencanaan ITSCM dan framework ITIL V-3

-

2. Melakukan pemeriksaan

Hasil review Mengecek setiap dokumen sebelum dilakukan uji ahli

Catatan revisi (jika ada)

3. Verifikasi Catatan revisi (jika ada) Pengecekan akhir Dokumen fit test

3.3Tahap Akhir 3.3.1 Evaluasi

Pada tahap ini dilakukan evaluasi dan penyesuaian dari hasil

perencanaan ITSCM yang telah dibuat dengan framework ITIL V-3. Akan

dilakukan perbandingan ketepatan hasil perencanaan dengan data-data yang

yang telah ada, sehingga hasilnya dapat menjadi acuan kerja bagi stakeholder.

3.3.2 Kesimpulan dan Saran

Pada tahap ini akan dijelaskan kesimpulan dari apa yang dikerjakan

pada proses pembuatan perencanaan ITSCM. Isi kesimpulan berupa penjelasan

hasil perbandingan kesesuaian perencanaan ITSCM yang telah dibuat dengan

framework ITIL V-3. Dalam melakukan uji perbandingan tersebut, penulis

mengacu pada ahli seperti :

1. Ahli dalam proses maintenance dan repair pada PT. Telkom MSC Area V

Jawa Timur.

(58)

3. Ahli dalam bidang ITSCM.

Diharapkan hasil perbandingan tersebut dapat menjawab perumusan

masalah dan tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan saran, berisi tentang

saran perbaikan terhadap kekurangan yang ada dari perencanaan ITSCM yang

(59)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada Bab IV ini akan membahas hasil analisis dalam perencanaan

Information Technology Service Continuity Management (ITSCM) pada PT.

Telkom MSC Area V Jawa Timur. Hasil yang didapatkan dari masing-masing

tahapan iniation, requirements & strategy, implementation dan on-going

operation adalah sebagai berikut.

4.1Initiation

Initiation didapatkan dari hasil wawancara kepada pihak officer access

perusahaan dan juga studi literatur.

4.1.1 Mendefinisikan Kebijakan (Policy Setting)

Hasil dari jawaban wawancara yang telah dilakukan dengan pihak officer

access terkait kebijakan perusahaan mengenai kegiatan maintenance dan repair

diperoleh form kebijakan perusahaan yang akan digunakan sebagai acuan dalam

melakukan kegiatan maintenance dan repair, termasuk juga dapat berpengaruh

terhadap dokumen perencanaan ITSCM yang akan dibuat. Pada Gambar 4.1 dan

4.2 dapat dilihat kebijakan yang mengatur layanan serta layanan apa saja yang

diberikan oleh perusahaan.

(60)

Gambar 4.1 Kebijakan terkait layanan

4.1.2 Mendefinisikan Ruang Lingkup (Scope)

Pada Gambar 4.2 dapat diketahui layanan apa yang diberikan oleh

perusahaan dan layanan itulah yang akan menjadi bahasan dalam pembuatan

perencanaan ITSCM. Selain mengetahui layanan apa saja yang ada, perlu juga

untuk mengetahui profil department atau divisi, dalam hal ini MSC.

Dari hasil wawancara dengan pihak officer access diperoleh informasi

terkait visi dan misi MSC serta struktur organisasi yang ada, termasuk juga peran

(61)

Gambar 4.2 Layanan perusahaan yang telah disepakati

4.2Requirements and Strategy

4.2.1 Business Impact Analysis (BIA)

Berikut contoh hasil dokumen yang dihasilkan seperti :

1. Membuat dokumen wawancara

Dokumen wawancara ini dibuat berdasarkan 4 topik yang berbeda, yaitu

menentukan studi Tugas Akhir (TA), menentukan ruang lingkup,

identifikasi permasalahan dan analisis permasalahan. Gambar 4.3

(62)

Gambar 4.3 Dokumen wawancara

2. Menganalisis permasalahan

Proses ini dilakukan untuk dapat mengetahui bagaimana alur kerja dari

proses maintenance dan repair, sehingga dapat diketahui permasalahan

atau peluang apa yang ada. Seperti yang tampak pada gambar 4.4

(63)

Gambar 4.4 Analisis Permasalahan

3. Mengidentifikasi permasalahan

Seperti yang tampak pada tabel 4.1. Proses ini menghasilkan dokumen

yang dapat digunakan untuk mengetahui hal-hal terkait permasalahan

dari setiap proses maintenance dan repair, seperti penyebab, dampak,

(64)

Tabel 4.1 Dokumen Identifikasi Permasalahan

4. Mengisi lembar kerja

Dokumen lembar kerja ini dapat dilihat pada tabel 4.2. dokumen ini

untuk mengetahui bagaimana dampak operasional yang terjadi sebagai

akibat dari adanya permasalahan yang tidak dapak diselesaikan selama

periode yang telah ditentukan kriterianya. Setiap kriteria durasi waktu

yang telah ditentukan, ditentukan bagaimana dampak yang terjadi jika

(65)

Tabel 4.2 Dokumen Lembar Kerja

5. BIA

Dokumen yang dihasilkan dapat dilihat pada tabel 4.3, dan isi dari setiap

detailnya seperti :

1. Hasil identifikasi pihak dan sumber daya yang berkaitan dengan BIA.

Untuk mengetahui setiap pihak sumber daya yang ada terkait dengan

proses BIA.

2. Hasil hubungan antara peran pihak setiap pihak dengan sumber daya.

Untuk mengetahui hubungan antara peran dari setiap pihak dengan

sumber daya yang ada.

3. Hasil identifikasi periode pemulihan.

Mengetahui dampak gangguan dan waktu pemulihan yang dipilih.

Gambar

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian
Gambar 3.2 Alur proses wawancara
Gambar 3.3 Alur mendefinisikan kebijakan
Tabel 3.1 Penjelasan alur mendefinisikan kebijakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Sikap menerima terhadap kondisi dan kehadiran anak berkebutuhan khusus yang tampak pada orang tua yang memiliki keterkaitan dengan beberapa faktor antara

Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Kerja Praktik yang saya buat dengan judul “ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI KOPERASI BERBASIS WEB PADA

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar matematika

Bagi memastikan al-Quran dapat dibaca, difahami dan dihayati dengan baik khususnya dalam golongan pelajar berkeperluan khas masalah penglihatan maka perlunya kepada

Untuk keperluan tersebut, saya mengharapkan kesediaan bapak/ibu secara sukarela untuk berpartisipasi dalam penelitian ini sebagai responden/subyek dengan cara mencatatkan

Tak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah menolong penulis dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per

Hal ini bertolak belakang dengan cara pandang konservatisme, yang menganggap masyarakat dan kelompok yang lain tidak sekedar penjumlahan unsur-unsur kebahagiaan yang lebih