TELKOM MSC AREA V JAWA TIMUR
TUGAS AKHIR
Nama : Wahyu Setiawan
NIM : 09.41010.0186
Program : S1 (Strata Satu)
Jurusan : Sistem Informasi
SEKOLAH TINGGI
MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA
ABSTRAK
Telkom MSC (Maintenance Service Center) merupakan salah satu divisi
dari PT. Telekomunkasi Indonesia, Tbk yang fungsi utamanya yaitu melakukan
infrastructure maintenance management perangkat telekomunikasi yang dimiliki
oleh Telkom.
Selama ini proses maintenance dan repair yang dilakukan pada PT.
Telkom MSC Area V Jawa Timur hanya sebatas mengacu pada standard kerja
yang telah ditetapkan oleh manajemen, sehingga terdapat beberapa aktivitas pada
maintenance dan repair yang dapat menimbulkan kendala.
Permasalahan yang dihadapi oleh PT. Telkom MSC Area V Jawa Timur
ini adalah belum memiliki standard mengenai proses apa yang harus dilakukan
ketika atau sebelum terjadi kendala pada proses maintenance dan repair itu
sendiri, hanya sebatas melakukan rapat koordinasi terkait kendala yang
sedang/telah terjadi agar tidak terulang di masa datang.
Framework ITIL-V3 digunakan sebagai acuan untuk menyusun pola
kerja yang terstruktur. Sehingga dengan adanya standard ini nantinya dapat
memberikan arahan kerja yang jelas ketika atau sebelum terjadi kendala pada
proses maintenance dan repair.Serta dapat memberikan rekomendasi perbaikan
berupa Standard Operating Procedure (SOP), Instruksi Kerja (IK) dan Rekaman
Kerja (RK) berdasarkan framework yang berkaitan dengan IT Continuity
Management.
Kata kunci : Management, Information Technology Service Continuity Management, ITIL, Telkom
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 4
1.3 Batasan Masalah ... 4
1.4 Tujuan ... 5
1.5 Manfaat Penelitian ... 5
1.6 Sistematika Penulisan ... 5
BAB II. LANDASAN TEORI ... 7
2.1 Information Technology Service Continuity Management ... 7
2.2 Information Technology Infrastructure Library (ITIL) ... 8
2.3 Definisi Disaster / Bencana ... 9
2.4 Penyebab Disaster / Bencana ... 11
2.5 Akibat Dari Disaster / Bencana ... 11
2.6 Rencana Kelangsungan Bisnis (Business Continuity Plan / BCP) ... 13
2.7 Information Technology Service Continuity
Management Life Cycle ... 14
2.8 Metode M_O_R (Management of Risk) ... 17
2.9 Aktivitas pada ITSCM ... 19
2.9.1 Analisa Dampak Bisnis (Business Impact Analysis) ... 19
2.9.2 Rencana Pemulihan IT (IT Recovery Plan) ... 20
2.9.3 IT Service Continuity Plan ... 22
2.9.4 ITSCMStrategy ... 24
2.9.5 Identifikasi dan Analisa Resiko (Risk Assessment and Analysis) ... 24
2.9.6 Uji dan Tinjau Resiko (Risk Monitoring and Testing) ... 26
2.10 PT Telkom MSC Area V Jawa Timur ... 27
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 29
3.1 Tahap Awal ... 30
3.1.1 Studi Literatur ... 30
3.1.2 Identifikasi dan Analisa Permasalahan ... 30
A.Wawancara ... 30
B.Observasi ... 31
3.2 Tahap Pengembangan ... 31
3.2.1 Initiation ... 31
3.2.2 Requirements and Strategy ... 35
A.Wawancara ... 42
3.2.3 Implementation ... 42
3.2.4 On-going Operation ... 50
3.3 Tahap Akhir ... 52
3.3.1 Evaluasi ... 52
3.3.2 Kesimpulan dan Saran ... 52
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 54
4.1 Initiation ... 54
4.1.1 Mendefinisikan Kebijakan (Policy Setting) ... 54
4.1.2 Mendefinisikan Ruang Lingkup (Scope) ... 55
4.2 Requirements and Strategy ... 56
4.2.1 Business Impact Analysis (BIA) ... 56
4.2.2 Risk Assessment (RA) ... 62
4.2.3 ITSCM Strategy ... 65
4.3 Implementation ... 65
4.3.1 Recovery Plan ... 65
4.3.2 Testing Plan ... 66
4.3.3 Develop Recovery Plan ... 68
4.3.4 Recovery Procedures ... 68
4.4 On-going Operation ... 69
4.4.2 Review ... 69
4.4.2 Testing ... 69
BAB V. PENUTUP ... 71
5.1 Kesimpulan ... 71
5.2 Saran ... 71
DAFTAR PUSTAKA ... 72
LAMPIRAN ... 73
1.1Latar Belakang Masalah
Telkom MSC (Maintenance Service Center) merupakan salah satu divisi
dari PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk yang bertugas melakukan infrastructure
maintenance management perangkat telekomunikasi yang dimiliki oleh Telkom.
Infrastruktur tersebut meliputi software, hardware, jaringan serta modul-modul
yang ada di lapangan. Proses infrastructure maintenance management itu sendiri
terdiri dari maintenance dan repair. Maintenance adalah proses kegiatan yang
dilakukan secara berkesinambungan sesuai prosedur baku dan sesuai terhadap
suatu alat (sarana dan prasarana) dalam rangka menjaga agar alat itu dalam
keadaan siap pakai dan handal selama dioperasikan. Sedangkan repair adalah
tindakan yang dilakukan untuk menjaga barang atau untuk memperbaikinya
sampai pada suatu kondisi yang bisa diterima. Untuk melakukan infrastructure
maintenance management, Telkom MSC membagi area pengelolaannya menjadi
tujuh, yaitu Area I Sumatra, Area II DKI Jakarta, Area III Jawa Barat, Area IV
Jawa Tengah dan DIY, Area V Jawa Timur, Area VI Kalimantan dan Area VII
Kawasan Timur Indonesia (KTI).
Selama ini proses maintenance dan repair yang dilakukan pada PT.
Telkom MSC Area V Jawa Timur hanya sebatas mengacu pada standard kerja
yang telah ditetapkan oleh manajemen, sehingga terdapat beberapa aktivitas yang
dapat menimbulkan kendala. Aktivitas-aktivitas itu tidak hanya terjadi pada
proses maintenance tetapi juga pada saat proses repair dilakukan.
Gambar 1.1 Grafik Gangguan periode Januari – Maret 2011
Gambar 1.2 Grafik Gangguan periode Juni - Agustus 2011
Grafik pada gambar 1.1 dan gambar 1.2 adalah contoh yang
menunjukkan jumlah gangguan yang menurun dari periode Januari – Maret 2011
hingga periode Juni – Agustus 2011. Hal itu diakibatkan oleh adanya kegiatan
maintenance dan repair, sehingga kedua proses tersebut menjadi penting untuk
tetap dilakukan dengan baik. Namun pada saat melakukan proses maintenance
Kendala yang dihadapi oleh PT. Telkom MSC Area V Jawa Timur ini
adalah belum memiliki standard mengenai proses apa yang harus dilakukan
ketika atau sebelum terjadi kendala pada proses maintenance dan repair itu
sendiri. Selama ini hanya sebatas melakukan rapat koordinasi terkait kendala yang
sedang/telah terjadi agar tidak terjadi lagi. Hal ini berakibat adanya beberapa
kendala pada aktivitas maintenance dan repair yang seharusnya dapat
diminimalisir terlebih dahulu. Jika dibiarkan akan mengakibatkan proses
maintenance dan repair akan terhambat atau menjadi lebih lama, sehingga dapat
menurunkan kualitas layanan yang berdampak profit dan kepercayaan pelanggan
akan menurun.
Untuk dapat mengatasi kendala yang telah disebutkan maka diperlukan
framework terkait proses mencegah permasalahan yang pernah terjadi untuk
menjamin ketersediaan IT guna mendukung kelangsungan bisnis (Information
Technology Service Continuity Management / ITSCM). Framework ITIL-V3
dapat digunakan sebagai acuan untuk menyusun pola kerja yang terstruktur.
Harapan atas penerapan framework ITIL-V3 ini adalah dapat
memberikan arahan kerja yang jelas ketika atau sebelum terjadi kendala pada
proses maintenance dan repair, sehingga kedua proses tersebut dapat berjalan
secara berkelanjutan. Serta dapat mendukung kelangsungan bisnis dengan
memastikan fasilitas IT yang dibutuhkan dapat tersedia. Secara keseluruhan
penelitian ini menghasilkan dokumen perencanaan ITSCM yang bentuknya
rekomendasi berupa framework yang di dalamnya juga terdapat Standard
Documents. Dokumen perencanaan ITSCM itu mengacu pada framework yang
berkaitan dengan IT Service Continuity Management, dalam hal ini ITIL-V3.
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan pada PT. Telkom MSC Area V Jawa Timur dalam
Tugas Akhir ini, yaitu bagaimana merancang dokumen perencanaan Information
Technology Service Continuity Management (ITSCM) untuk dapat memberikan
arahan kerja yang jelas ketika atau sebelum terjadi permasalahan pada proses
maintenance dan repair agar kedua proses tersebut dapat berjalan secara
berkelanjutan.
1.3Batasan Masalah
Dalam pembuatan Tugas Akhir Perencanaan ITSCM pada PT. Telkom
MSC Area V Jawa Timur Berdasarkan ITIL V-3, ruang lingkup permasalahan
dibatasi pada :
1. Dalam penerapan perencanaan ITSCM berdasarkan ITIL V-3 hanya dilakukan
uji ahli tanpa dilakukan uji lapangan.
2. Kebijakan (policy) yang digunakan sebagai acuan adalah kebijakan dari pihak
1.4Tujuan
Dengan mengacu pada perumusan masalah yang telah disebutkan maka
tujuan yang hendak dicapai dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah
menghasilkan dokumen perencanaan ITSCM pada PT. Telkom MSC Area V Jawa
Timur berdasarkan framework ITIL V-3. yaitu rekomendasi berupa SOP
(Standard Operational Procedure), IK (Instruksi Kerja) dan RK (Rekaman
Kerja).
1.5Manfaat Penelitian
Diharapkan dengan adanya dokumen perencanaan ITSCM berdasarkan
ITIL V-3 dapat memberikan manfaat bagi PT. Telkom MSC Area V Jawa Timur
berupa :
1. Dapat memberikan arahan kerja yang jelas ketika atau sebelum terjadi
permasalahan pada proses maintenance dan repair.
2. Dapat terjadi penataan dokumen secara terstruktur sehingga mendukung pola
kerja yang baik pada PT. Telkom MSC Area V Jawa Timur.
1.6Sistematika Penulisan
Agar para pembaca dapat memahami dengan mudah persoalan dan
pembahasanya, maka penulisan dari penelitian tugas akhir ini akan dibuat dengan
sistematika yang terdiri dari beberapa bab yang di dalamnya terdapat penjabaran
masalah, yakni :
Pada bab pertama ini akan membahas tentang perumusan dan penjelasan
penelitian yang dilakukan oleh penulis. Bab ini akan menyangkut beberapa
masalah yang akan dibahas mengenai latar belakang masalah, perumusan
masalah, batasan masalah, tujuan, manfaat penelitian, dan dilanjutkan oleh
sistematika penulisan.
Pada bab kedua ini akan membahas tentang teori penunjang yang
menjelaskan secara singkat mengenai landasan teori yang berkaitan dengan
permasalahan dari penelitian tugas akhir mengenai ITIL service design dan
ITSCM.
Pada bab ketiga membahas mengenai metode penelitian. Metode
penelitian dalam tata kelola teknologi informasi terdiri dari identify needs,
envision solution, dan plan solution.
Pada bab keempat membahas mengenai hasil dan pembahasan dari bab
ketiga mengenai metode penelitian. Hasil dan pembahasan ini mengenai
initiation, requirements & strategy, implementation, dan on-going operation.
Pada bab kelima ini akan membahas mengenai kesimpulan dari
pembuatan perencanaan ITSCM pada PT. Telkom MSC Area V Jawa Timur
dengan tujuan dan permasalahan yang ada, serta saran untuk pengembangan
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1Information Technology Service Continuity Management (ITSCM)
Menurut Information Technology Service Management Forum (itSMF)
(Meijer, 2008), teknologi sebagai komponen inti dalam proses bisnis,
kelangsungan atau ketersediaan dari TI adalah hal penting bagi bisnis untuk
bertahan secara keseluruhan. Hal ini dapat dicapai dengan memperkenalkan
pengukuran pengurangan resiko dan pilihan pemulihan. Pemeliharaan
kemampuan pemulihan merupakan hal penting agar proses bisnis dapat berjalan
secara efektif.
Menurut itSMF (2007), tujuan ITSCM adalah untuk memelihara
kemampuan pemulihan berjalan secara tepat dalam layanan TI untuk
mencocokkan kebutuhan yang disetujui, persyaratan dan jadwal dari bisnis.
Sedangkan menurut Information Technology Governance Institute (ITGI) (2007),
ITSCM termasuk kelanjutan dari seluruh aktivitas siklus hidup layanan yang perlu
dipastikan. Sekali rencana kelangsungan dan pemulihan layanan
dikembangkan, keduanya harus selaras dengan rencana kelangsungan bisnis dan
prioritas bisnis. Memeliharan kebijakan strategis ITSCM secara tepat dan rencana
ITSCM selaras dengan rencana bisnis merupakan kunci suksesnya proses ITSCM.
Hal ini dapat dilakukan dengan secara reguler melakukan analisa dampak bisnis
dan latihan manajemen resiko.
2.2Information Technology Infrastructure Library (ITIL)
Menurut Wibowo (2009), ITIL (Information Technology Infrastructure
Library) adalah suatu kerangka kerja umum yang menggambarkan best
practice dalam manajemen layanan TI. ITIL menyediakan kerangka kerja bagi
tata kelola TI dan berfokus pada pengukuran secara terus‐menerus dan perbaikan
kualitas layanan TI yang diberikan, baik dari sisi bisnis dan perspektif pelanggan.
Menurut Whittleston (2012), ITIL adalah suatu kerangka kerja yang
telah berkembang untuk memenuhi isu organisasi. Framework ini lebih ditujukan
kepada isu manajemen daripada isu teknis. ITIL dapat memberikan arahan yang
tidak bergantung pada teknologi tertentu tetapi tetap dapat memberikan nilai lebih
bagi organisasi. Sedangkan menurut Arraj (2010), ITIL adalah sebuah
pendekatan untuk manajemen layanan TI. Layanan adalah sesuatu yang
memberikan nilai bagi pelanggan.
Menurut Office of Government Commerce (OGC) (2007), ITIL
merupakan framework untuk mengelola infrastruktur TI di suatu organisasi dan
bagaimana memberikan service terbaik bagi pengguna layanan TI.
Menurut(Meijer, 2011), ITIL memberikan arahan untuk menggabungkan
manajamen layanan TI dengan konsep dari manajemen informasi bisnis (business
information management / BIS). ITIL membahas layanan TI dan memungkinkan
konsep bisnis memberikan nilai melalui layanan itu kepada pelanggan. Layanan
ini didefinisikan sebagai sarana untuk memberikan nilai kepada pelanggan dengan
memfasilitasi hasil yang diinginkan pelanggan.
ITIL is a framework of best practice guidance in Information Technology
dan struktur yang mendukung sebagian besar area ITSM, sebagian besar dari
sudut pandang penyedia layanan.
Menurut Jogiyanto dan Abdillah (2010), ITIL adalah seperangkat konsep
dan praktik untuk mengelola layanan TI, pengembangan, dan operasi TI. ITIL
memberikan deskripsi rinci mengenai sejumlah praktik penting TI dan
menyediakan daftar komprehensif mengenai tugas dan prosedur yang setiap
organisasi dapat menyesuaikan dengan kebutuhan sendiri. Menurut Information
Technology Government Institute (ITGI) dan OGC (2007), COBIT dan ISO/IEC
27002 digunakan untuk membantu menentukan apa yang harus dilakukan
sedangkan ITIL menyediakan cara aspek manajemen pelayanan.
Menurut Fitriani (2010), ITIL merupakan best practice untuk
memastikan layanan teknologi informasi berjalan sesuai dengan sebagaimana
mestinya. Sedangkan menurut Gilbert, Morse and Lee (2007), dengan
menerapkan penggunaan ITIL V-3 akan menciptakan manajemen pengetahuan
(knowledge management) dari sebuah dokumentasi resolusi manajemen insiden
sehingga dapat mempersingkat waktu penyelesaian dari sebuah insiden dan
masalah
2.3Definisi Disaster / Bencana
Menurut Whitten (2008), disaster (bencana) didefiniskan sebagai
kejadian yang waktu terjadinya tidak dapat diprediksi dan bersifat sangat
merusak. Pengertian ini mengidentifikasikan sebuah kejadian yang memiliki
1. Tiba-tiba
2. Tidak diharapkan
3. Bersifat sangat merusak
Dalam istilah lain disaster (bencana) didefinisikan sebagai gangguan dari
operasi bisnis yang menghentikan organisasi dalam menyediakan pelayanan
bisinisnya yang disebabkan oleh ketiadaan faktor-faktor seperti :
1. Tenaga Kerja dan keahlian
2. Fasilitas
3. Komunikasi
4. Power / Daya
5. Akses Informasi
Bencana dapat diakibatkan oleh ulah manusia, maupun akibat alam
(natural disaster), seringkali tidak dapat diprediksi kapan akan terjadi. Untuk itu
perlu dibuat sistem yang dapat mengurangi resiko dan kerugian bila bencana
terjadi.
Bencana terjadi dengan frekuensi yang tidak menentu dan akibat yang
ditimbulkannya meningkat bagi mereka yang tidak mempersiapkan diri terhadap
kemungkinan-kemungkinan timbulnya bencana. Rencana pencegahan dan
perbaikan terhadap bencana dapat membantu melindungi semua aset oraganisasi,
termasuk sumber daya manusia, pekerjaan, data-data penting, dan fasilitas
2.4Penyebab Disaster / Bencana
Menurut Whitten (2008), penyebab suatu kondisi bencana dapat
dikategorikan sebagai berikut :
1. Bencana alam, seperti banjir dan gempa bumi.
2. Fasilitas, seperti listrik, air dan komunikasi.
3. Manusia, seperti sabotase, virus, teroris dan kerusuhan.
4. Kegagalan peralatan, seperti sistem informasi, telekomunikasi dan mesin
produksi.
2.5Akibat dari Disaster / Bencana
Menurut Whitten (2008), akibat yang ditimbulkan dari suatu bencana
dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Sudut pandang keuangan (Financial perspective)
Bencana atau gangguan akan berdampak pada kelancaran finansial dalam
sebuah organisasi. Pengeluaran ekstra dan kerugian dari cash flow akan
berdampak pada modal perusahaan. Pada saat itu waktu akan menjadi musuh
utama dalam bisnis.
a. Beban operasional Normal (Normal operating expenses)
1) Gaji (Saleries)
Dengan adanya bencana atau gangguan yang menyebabkan kelangsungan
bisnis berhenti dapat meningkatkan beban gaji.
2) Sewa (Rent)
b. Beban Besar (Large extraordinary expenses)
1) Penggantian peralatan (Equipment replacement)
2) Fasilitas Sementara (Temporary facility)
c. Keuntungan / aliran uang berhenti (Revenue / cash flow stops)
d. Nilai Equity akan melemah (Equity position weakened)
2. Sumber Tenaga kerja (Human Resources)
Saat ini perusahaan cenderung hanya memiliki sedikit tenaga kerja, maka
hilangnya tenaga kerja pada saat disaster / bencana dapat mengakibatkan efek
yang besar, seperti :
a. Downsizing
b. Pelatihan ulang (Re-enginering)
c. Outsourcing
3. Meningkatnya kompetisi sejalan dengan Global Economy (Increasing
Competition in a Global Economy)
Pada saat terjadi disaster / bencana maka kompetisi perusahaan-perusahaan
semakin meningkat yaitu dari pelayanan / service level yang diberikan, karena
setiap perusahaan akan terus meningkatkan pelayanannya. Tentunya
perusahaan yang tidak siap dengan keadaan ini dapat kehilangan customernya
(lost costumer don’t return).
4. Meningkatnya penggunaan teknologi (Increasing use of technology)
Perusahaan akan menjadi sangat bergantung pada teknologi, apabila terjadi
bencana maka teknologi yang biasa digunakan berubah menjadi manual.
Sehingga kebutuhan akan teknologi tersebut dapat menjadi kebutuhan yang
a. Faks (Fax)
b. Pesan suara (Voice mail)
c. Jaringan lokal dan WAN (Local and wide area networks)
d. Sistem pengambilan keputusan (Decision support systems)
e. Akses Internet (Internet Access)
5. Hutang terhadap ketidaktersedianya produk / pelayanan (Liabilities Associated
with not providing products / services)
Manajemen bertanggung jawab dalam memastikan kelangsungan bisnis
sehingga pemulihan bencana / gangguan (disaster recovery) harus
direncanakan dengan matang. Sehingga tidak terjadi adanya penalti dari
perusahaan lain atau hal-hal yang tidak diinginkan, seperti :
a. Penalties associated with notmeeting delivery schedules
b. Shareholder / Board of directors’ new expectations
2.6Rencana Kelangsungan Bisnis (Business Continuity Plan / BCP)
Business Continuity Plan (BCP) adalah kebijakan dan prosedur yang
memuat rangkaian kegiatan terencana dan terkoordinir mengenai langkah-langkah
pengurangan resiko, penanganan dampak gangguan / bencana dan proses
pemulihan agar kegiatan operasional dan pelayanan kepada customer tetap
berjalan.
BCP adalah proses yang dirancang untuk mengurangi resiko dalam
BCPadalah sekumpulan prosedur dan sumber informasi yang digunakan
untuk memulihkan kegiatan operasional bisnis apabila terjadi gangguan / bencana.
(sumber : James C. Barnes, A Guide to Business Continuity Planning)
2.7Information Technology Service Continuity Management Lifecycle
Gambar 2.1 ITSCM Lifecycle
Penjelasan langkah-langkah dalam ITSCM seperti yang tampak pada
gambar 2.1 adalah :
1. Inisiasi (Initiation)
Fase ini meliputi seluruh organisasi dan mencakup kegiatan-kegiatan berikut :
a. Mendefinisikan kebijakan
b. Menentukan ruang lingkup
c. Mendefinisikan dan memulai proyek
2. Persyaratan dan Strategi (Requirements and Strategy)
Fase ini untuk menentukan kebutuhan bisnisi bagi ITSCM untuk dapat
hal penting dalam fase ini adalah kebutuhan dan strategi. Penjabaran kedua hal
itu meliputi :
a. Analisa Dampak Bisnis (Business Impact Analysis)
Menurut Franklin Fletcher, BIA merupakan dasar dari program bisnis
kontinuitas (business continuity program). Tujuaanya adalah untuk
mengukur dampak yang disebabkan oleh hilangnya layanan. BIA
mengidentifikasi layanan yang paling penting bagi organisasi sehingga
dapat memberikan masukan penting bagi strategi. Analisis itu
mengidentifikasi :
1) Jenis kerusakan (bencana/gangguan)
2) Bagaimana kerusakan bisa meningkat
3) Kompetensi, fasilitas dan layanan yang dibutuhkan untuk melanjutkan
proses yang penting
4) Perkiraan penentuan jangka waktu proses pemulihan
Secara umum, langkah-langkah lebih preventif harus diambil untuk proses
yang terjadi dengan cepat dan memiliki dampak yang tinggi. Jika dampak
rendah dan proses membutuhkan lebih banyak waktu, penekanannya adalah
kurang pada pencegahan dan lebih pada tindakan kuratif (recovery).
b. Perkiraan resiko
Menurut Michael Faber (2010), resiko adalah kejadian tak terduga yang
memiliki dampak negatif terhadap kinerja maupun profit. Ada berbagai
metode dan analisis resiko. Analisis resiko adalah penilaian risiko yang
mungkin terjadi. Manajemen resiko mengidentifikasi respon dan tindakan
Management of Risk (M_o_R) dapat digunakan untuk menyelidiki dan
mengelola resiko. Metode ini terdiri dari :
1) Prinsip M_o_R
2) Pendekatan M_o_R (pendekatan organisasi)
3) Proses M_o_R (identifikasi, penilaian, perencanaan, pelaksanaan)
4) Pencocokan dan review M_o_R
5) Komunikasi (up-to-date dan penyediaan informasi yang memadai)
c. Strategi
Contoh strategi yang dapat diterapkan meliputi :
1) Strategi 1 : langkah-langkah untuk mengurangi resiko
Langkah-langkah untuk mengurangi resiko harus diimplementasikan
dalam kombinasi dengan manajemen ketersediaan karena penurunan
kegagalan memiliki dampak pada ketersediaan layanan.
2) Strategi 2 : opsi pemulihan IT
Strategi kontinuitas harus menitikberatkan pada tindakan penguranngan
biaya terhadap langkah-langkah pemulihan untuk mengembalikan proses
kritis.
3. Implementasi (Implementation)
Rencana ITSCM dapat dibuat setelah strategi disetujui. Anda harus ingat,
bagaimanapun, bahwa struktur organisasi (kepemimpinan dan proses
pengambilan keputusan) dapat merubah proses pemulihan bencana. Mengatur
hal ini pada umumnya bertanggung jawab pada area manajer senior, seperti
4. Operasionalisasi (On-going Operation)
Fase ini meliputi :
a. Review
b. Testing
2.8Metode M_O_R (Management of Risk)
Menurut Graham Williams (2007:2011), M_O_R merupakan sebuah
metodologi standard yang digunakan untuk menilai dan mengelola resiko dalam
sebuah organisasi. Kerangka M_O_R dapat dilihat pada gambar 2.2 di bawah ini :
Gambar 2.2 Kerangka M_O_R (Management of Risk)
Pendekatan M_O_R seperti yang tampak pada gambar 2 terdiri dari :
1. M_O_R Principles (Prinsip M_O_R)
Prinsip-prinsip merupakan hal penting untuk pengembangan praktek
manajemen resiko yang baik, prinsip-prinsip itu berasal dari kebijakan
2. M_O_R Approach (Pendekatan M_O_R)
Prinsip-prinsip dalam pendekatan dengan perusahaan perlu disepakati dan
ditetapkan dalam dokumen seperti :
a. Risk Management Policy
b. Process Guide
c. Plans
d. Etc
3. M_O_R Proccesses (Proses-proses M_O_R)
Empat langkah utama yang menggambarkan input, proses dan output dari
kegiatan yang memastikan bahwa resiko dikontrol :
a. Identify : ancaman dan peluang dalam kegiatan yang dapat mempengaruhi
kemampuan untuk mencapai tujuan.
b. Assess : pemahaman tentang efek ancaman dan peluang yang diidentifikasi
terkait dengan kegiatan ketika kedua hal itu dikumpulkan bersama-sama.
c. Plan : untuk mempersiapkan sebuah manajemen respon tertentu yang akan
mengurangi ancaman dan memaksimalkan peluang.
d. Implement : tindakan manajemen risiko yang direncanakan untuk memantau
efektivitas dan mengambil tindakan korektif mengenai respon yang tidak
sesuai harapan.
4. Embedding and reviewing M_O_R (Pencocokan dan me-review M_O_R)
Menempatkan prinsip-prinsip, pendekatan dan proses di satu tempat, semua hal
itu harus terus dikaji dan ditingkatkan untuk memastikan semuanya tetap
5. Communication
Memiliki kegiatan komunikasi yang tepat di suatu tempat untuk memastikan
bahwa semua orang terus up-to-date dengan perubahan-perubahan dalam
ancaman, kesempatan dan aspek-aspek lain dari manajemen risiko.
2.9Aktivitas pada ITSCM
Aktivitas-aktivitas yang dapat dilakukan dalam lingkup ITSCM adalah
analisa dampak bisnis, rencana pemulihan IT, IT service continuity plan, ITSCM
strategy, identifikasi dan analisa resiko, uji dan tinjau resiko.
2.9.1 Analisa Dampak Bisnis (Business Impact Analysis)
Business Impact Analysis (BIA) adalah landasan awal dalam proses
penyusunan BCP melalui proses identifikasi dampak bisnis, identifikasi aktivitas
yang penting, penentuan target waktu pemulihan, dan pengukuran standar operasi
minimal yang dibutuhkan. Menurut Franklin Fletcher, BIA landasan dari setiap
program kelangsungan bisnis dalam sebuah organissai. Tujuan dari Analisis
dampak bisnis (business impact analysis) ini adalah untuk mendapatkan :
1. Informasi yang menyeluruh mengenai fungsi organisasi dan business process
2. Informasi kepada manajemen mengenai Recovery Time Objective
3. Informasi mengenai kebutuhan minimal dalam penyelenggaraan organisasi
2.9.2 Rencana Pemulihan IT (IT Recovery Plan)
Strategi pemulihan harus dikembangkan untuk teknologi informasi (TI)
seperti sistem, aplikasi dan data. Ini termasuk jaringan, server, desktop, laptop,
perangkat nirkabel, data dan konektivitas.
Prioritas pemulihan TI harus konsisten dengan prioritas untuk pemulihan
fungsi bisnis dan proses yang dikembangkan selama analisis dampak bisnis.
Sumber daya TI yang diperlukan untuk mendukung fungsi bisnis terhadap waktu
dan proses juga harus diidentifikasi. Waktu pemulihan untuk sumber daya TI
harus sesuai dengan tujuan waktu pemulihan untuk fungsi bisnis atau proses yang
bergantung pada sumber daya TI.
Sistem teknologi informasi memerlukan perangkat keras, perangkat
lunak, data dan konektivitas. Tanpa salah satu komponen dari sistem itu maka bisa
saja sistem tidak dapat berjalan. Oleh karena itu, strategi pemulihan harus
dikembangkan untuk mengantisipasi hilangnya satu atau lebih komponen sistem
seperti berikut :
1. Ruang komputer lingkungan (ruang komputer aman dengan kontrol iklim,
power supply, AC dan cadangan, dll)
2. Hardware (jaringan, server, komputer desktop dan laptop, perangkat nirkabel
dan periferal)
3. Konektivitas ke penyedia layanan (fiber, kabel, nirkabel, dll)
4. Software aplikasi (electronic data interchange, surat elektronik, manajemen
sumber daya perusahaan, produktivitas kantor, dll)
5. Data dan restorasi
1. Manual workarounds : solusi manual sementara dengan untuk jangka waktu
yang terbatas
2. Reciprocal arrangements : dukungan perjanjian antara pihak-pihak terkait
(tidak sering digunakan hari ini)
3. Gradual recovery (Pemulihan Bertahap) : Metode yang membuat fasilitas
dasar seperti akomodasi dan ruang komputer menjadi tersedia dengan biaya
yang terbatas dalam beberapa hari (empat atau lebih).
4. Intermediate recovery (Pemulihan Menengah) : pemulihan dalam waktu dua
sampai tiga hari, umumnya didasarkan pada fasilitas yang disiapkan sering
berbagi dengan beberapa pihak lain
5. Fast recovery (Pemulihan Cepat): pemulihan dalam waktu 24 jam yang
berfokus pada layanan utama, yang melibatkan fasilitas yang bisa melakukan
operasional sangat cepat dan dengan kehilangan data yang sangat rendah
6. Immediate recovery (Pemulihan Segera). pilihan untuk pemulihan segera
terutama layanan bisnis penting dengan bantuan teknik mirroring dan solusi
2.9.3 IT Service Continuity Plan
Gambar 2.3 IT Service Continuity Plan
Berikut adalah penjelasan mengenai setiap bagian pada gambar 2.3 diatas :
1. Policy
Kebijakan kelangsungan pelayanan adalah
pernyataan keseluruhan kesiapan. Ini
mendefinisikan konteks kesinambungan layanan
untuk organisasi, mengidentifikasi langkah-langkah yang akan diambil
untuk memberikan kontinuitas dalam kasus gangguan, dan
menyediakan kerangka kerja untuk penyusunan
dan pemeliharaan rencana ITSCM.
Kebijakan ini perlu dibaca dan dipahami oleh semua staf dalam
organisasi, sehingga menjaganya agar tetap singkat dan “to the point” sangat
penting untuk keberhasilannya.
Prosedur menggambarkan kegiatan yang akan dilakukan sebagai bagian
dari kontinuitas dan pemulihan, dan
mengidentifikasi tugas (instruksi kerja) yang diperlukan untuk
menyelesaikan kegiatan.
3. Work instructions
Instruksi kerja menggambarkan langkah yang diperlukan untuk
menyelesaikan tugas yang telah dilakukan sebagai bagian dari suatu
kegiatan (prosedur).
4. Test procedures
Prosedur pengujian mengidentifikasi pemeriksaan spesifik dan tes yang akan
dilakukan untuk memastikan kemampuan lanjutan, kelangsungan hidup
dan keandalan rencana ITSCM, dan jika
berlaku, bisnis fasilitas kelangsungan organisasi Anda.
5. Test instructions
Instruksi Uji menjelaskan langkah-langkah yang diperlukan untuk
menyelesaikan kelangsungan individu dan tes pemulihan.
6. Test schedule
Jadwal Tes mengidentifikasi tanggal dan waktu
untuk pelaksanaan pemeriksaan dan tes.
Rencana ITSCM dilengkapi dengan satu set dokumen teknis dan bisnis
yang berisi informasi untuk mendukung kelangsungan pelayanan dan
pemulihan. Dokumen - seperti daftar komponen - mungkin sudah
ada atau mungkin perlu disusun untuk referensi oleh, atau dimasukkan ke
dalam rencana.
2.9.4 ITSCM Strategy
ITSCM Strategy harus menitikberatkan pada tindakan pengurangan biaya
terhadap langkah-langkah pemulihan untuk mengembalikan beberapa proses
kritis. Sejumlah pilihan pemulihan yang mungkin :
1. Manual workarounds : solusi manual sementara dengan untuk jangka waktu
yang terbatas
2. Reciprocal arrangements : dukungan perjanjian antara pihak-pihak terkait
(tidak sering digunakan hari ini)
3. Gradual recovery (Pemulihan Bertahap) : metode yang membuat fasilitas dasar
seperti akomodasi dan ruang komputer menjadi tersedia dengan biaya yang
terbatas dalam beberapa hari (empat atau lebih).
4. Intermediate recovery (Pemulihan Menengah) : pemulihan dalam waktu dua
sampai tiga hari, umumnya didasarkan pada fasilitas yang disiapkan sering
berbagi dengan beberapa pihak lain
5. Fast recovery (Pemulihan Cepat) : pemulihan dalam waktu 24 jam yang
berfokus pada layanan utama, yang melibatkan fasilitas yang bisa melakukan
6. Immediate recovery (Pemulihan Segera) : pilihan untuk pemulihan segera
terutama untuk layanan bisnis yang penting dengan bantuan teknik mirroring
dan solusi redundansi lainnya, tidak ada data yang rendah yang terlibat
2.9.5 Identifikasi dan Analisa Resiko (Risk Assessment and Analysis)
Maksud dari identifikasi resiko adalah proses identifikasi resiko yang
dihadapi suatu organisasi, identifikasi terhadap fungsi kritikal untuk menjamin
kelangsungan operasional bisnis, serta memperoleh gambaran dalam pengendalian
bisnis fungsi untuk mengurangi resiko kerugian apabila terjadi gangguan. Resiko
Operasional adalah potensi seluruh gangguan dalam proses operasional suatu
organisasi atau perusahaan yang menyebabkan kerugian dimasa yang akan datang
(future losses) atau terjadi fluktuasi pendapatan dimasa yang akan datang.
Tujuan dilakukannya risk assessment adalah sebagai berikut :
1. Menentukan tingkat resiko dari berbagai jenis resiko.
2. Menentukan pengendalian dari jenis resiko.
3. Mengukur dampak dan kuantitas berbagai jenis resiko.
4. Menentukan kebjakan dalam rangka mengambil keputusan terhadap resiko
yang berdampak besar.
Cakupan resiko risk assesment :
1. Operasional Proses
2. Operasional Sumber Daya Manusia
3. Operasional Sistem Teknologi Informasi
4. Faktor Eksternal
1. Identifikasi resiko :
a. Mengetahui dimana saja resiko berada
b. Mengetahui penyebab timbulnya resiko
c. Mengetahui metode yang digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan dan
penyebab resiko
d. Mengetahui pengendalian yang ada bila resiko itu terjadi
2. Pengukuran resiko
a. Kuantitatif : “Analisis berdasarkan angka-angka nyata (nilai finansial) terhadap
biaya dan besarnya kerugian yang terjadi”
b. Kualitatif : “Sebuah analisis yang menentukan resiko tantangan organisasi
dimana penilaian tersebut dilakukan berdasarkan institusi, tingkat keahlian
dalam menilai jumlah resiko yang mungkin terjadi dan potensi kerusakannya”
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam risk assessment :
1. Membuat prioritisasi kemungkinan gangguan yang terjadi berdasarkan tingkat
kerusakan dan kemungkinan terjadinya.
2. Membuat suatu gap analysis dengan membandingkan BCP atau DRP atau
Contingency Plan yang dimiliki saat ini dengan hasil Risk Assessment.
3. Melakukan analisis resiko yang akantimbul bagi perusahaan dan stakeholders
akibat adanya gangguan atau bencana.
2.9.6 Uji dan Tinjau Resiko (Risk Monitoring and Testing)
Risk monitoring and testing adalah langkah terahkir dalam proses
testing memastikan bahwa BCP dalam sebuah perusahaan dapat berjalan dengan
baik melalui :
1. Penggabungan BIA and ke risk assessment dalam BCP dan testing program.
2. Pengembangan program testing perusahaan.
3. Penetapan dari aturan dan tanggung jawab dalam implementasi testing
program
4. Evaluasi dari testing program dan hasil test oleh menejemen senior dan unit
kerja.
5. Penilaian dari testing program dan hasil testing oleh pihak independent.
6. Revisi dari BCP dan testing program berdasarkan perubahan operasi bisnis,
audit, dan rekomendasi dari pemeriksaan dan hasil test
2.10 PT. Telkom MSC Area V Jawa Timur
PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk atau yang bisa disebut sebagai PT.
Telkom merupakan perusahaan yang bergerak dibidang telekomunikasi,
informasi, media dan edutainment (TIME). PT Telkom mempunyai beberapa
divisi sebagai unit bisnisnya diantaranya adalah Divisi Akses, Divisi Infratel,
Divisi Telkom Flexi, Divisi Multimedia, Telkom MSC dan lain-lain.
Telkom MSC (Maintenance Service Center) merupakan salah satu divisi
dari PT. Telekomunkasi Indonesia, Tbk yang fungsi utamanya yaitu melakukan
maintenance management infrastruktur perangkat telekomunikasi yang dimiliki
oleh Telkom. Untuk melakukan maintenance management, Telkom MSC
Jakarta, Area III Jawa Barat, Area IV Jawa Tengah dan DIY, Area V Jawa Timur,
Area VI Kalimantan dan Area VII Kawasan Timur Indonesia (KTI).
Seiring berkembangnya teknologi telekomunikasi dan banyaknya unit
bisnis yang dimiliki oleh PT. Telkom, maka Telkom MSC juga harus bisa
melakukan maintenance management pada setiap divisi yang dimiliki oleh PT.
Telkom dan mendukung kegiatan operasional pada setiap divisi diantaranya
melakukan perbaikan dan pemeliharaan perangkat telekomunikasi pada
infrastruktur yang dimiliki oleh Divisi Akses, Divisi Infratel, Divisi Multimedia,
Pada Bab III dalam Perencanaan Information Technology Service
Continuity Management (ITSCM) akan membahas semua aktivitas yang
dilakukan dari awal kegiatan sampai akhir. Gambar 3.1 merupakan alur dari
serangkaian kegiatan metodologi penelitian.
Gambar 3.1 Metodologi Penelitian
3.1 Tahap Awal 3.1.1 Studi Literatur
Studi literatur dilakukan selama kegiatan penelitian ini berlangsung.
Studi ini dilakukan dengan cara studi literatur di perpustakan atau via web. Hal
ini bertujuan untuk memperoleh data dan pengetahuan yang lebih mengenai
materi perencanaan Information Technology Service Continuity Management
yang akan dibuat adalah :
1. Mengenai frameworkITIL
2. Mengenai ITIL service design
3. Mengenai ITIL service support
4. Mengenai ITIL service delivery
5. Mengenai ITIL Continuity Management
6. Mengenai proses maintenance dan repair pada PT. Telkom MSC Area V
Jawa Timur
3.1.2 Identifikasi dan Analisis Permasalahan
Identifikasi permasalahan dimaksudkan untuk mengetahui penyebab
permasalahan atau manfaat peluang yang ada. Analisis permasalahan
dimaksudkan untuk mengetahui permasalahan atau peluang apa yang ada pada
perusahaan.
A.Wawancara
Wawancara yang dilakukan dengan officer access untuk mengetahui
diberikan untuk memberikan manfaat bagi perusahaan. Dari wawancara ini
dapat diperoleh berbagai informasi seperti profil perusahaan, visi, misi,
struktur, proses maintenance, proses repair, department need, department goal,
dll. Wawancara ini dibagi menjadi empat topik seperti yang tampak pada
gambar 3.2.
Gambar 3.2 Alur proses wawancara
B.Observasi
Selain melakukan wawancara, juga diperlukan observasi terkait proses
bisnis maintenance dan repair pada PT. Telkom MSC Area V Jawa Timur.
Selain itu dalam observasi juga dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana
proses maintenance dan repair dilakukan.
3.2 Tahap Pengembangan 3.2.1 Initiation
Pada tahap ini ada dua hal yang harus dilakukan untuk melakukan
inisiasi sebuah proyek. Tahap ini mendifinisikan hal-hal terkait kebijakan,
ruang lingkup, serta bagaimana memulai suatu proyek, khususnya dalam
membuat perencanaan ITSCM. Initiation memiliki peran sebagai kumpulan
mengenai pendekatan, kebijakan dan ruang lingkup. Initiation memastikan
bisnis dan majamenen untuk memahami dan mengapresiasi seluruh isu kunci
permasalahan. Proses pada tahap initiation ini mencakup proses seperti :
a. Mendefinisikan kebijakan (Policy Setting)
Proses ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kebijakan yang ada pada
perusahaan terkait dengan proses maintenance dan repair. Kebijakan ini
sangatlah penting karena akan menjadi acuan bagi setiap proses atau
kegiatan yang ada pada perusahaan, termasuk juga dapat berpengaruh
terhadap perencanaan ITSCM yang akan dibuat. Proses untuk mendapatkan
kebijakan dapat dilihat pada gambar 3.3, sedangkan penjelasannya dapat
dilihat pada tabel 3.1.
Ada revisi ?
Alur pada gambar 3.3 dimulai dengan studi literatur. Untuk mendapatkan
kebijakan manajemen terkait hal tersebut maka dilakukan proses wawancara
yang dilakukan dengan pihak manajemen. Sebelum melakukan wawancara,
perlu mempersiapkan materi terkait wawancara untuk dapat langsung
dilakukan wawancara dengan pihak manajemen. Hasil wawancara itu
nantinya digunakan sebagai acuan, karena dalam perencanaan ITSCM ini
menggunakan kebijakan dari pihak perusahaan.
Tabel 3.1 Penjelasan alur mendefinisikan kebijakan
Nama Proses Input Kegiatan Output
1. Membuat dokumen wawancara
Dokumen literatur 1. Review literatur
2. Membagi wawancara menjadi empat topik
3. Membuat dokumen wawancara
manajemen terkait materi wawancara
Catatan revisi (jika ada)
3. Verifikasi Catatan revisi (jika ada)
Pengecekan akhir Dokumen kebijakan
b. Mendefinisikan ruang lingkup (Scope)
Proses ini bertujuan untuk menentukan ruang lingkup perusahaan yang akan
dijadikan bahan dalam membuat perencanaan ITSCM. Sehingga hasilnya
nanti dapat sesuai dengan kebutuhan dan harapan bagi pihak perusahaan.
Proses untuk mendapatkan ruang lingkup dapat dilihat pada gambar 3.4,
Ada revisi ?
Gambar 3.4 Alur mendefinisikan ruang lingkup
Alur pada gambar 3.4 dimulai dengan studi literatur. Untuk dapat
menentukan ruang lingkup dalam perencanaan ITSCM ini, perlu dilakukan
wawancara dengan pihak manajemen. Sama seperti wawancara untuk
mendapatkan kebijakan, sebelum melakukan wawancara ini perlu
dipersiapkan materi terkait wawancara yang akan dilakukan. Hasil
wawancara itu nantinya dapat diketahui ruang lingkup terkait perencanaan
ITSCM yang akan dibuat.
Tabel 3.2 Penjelasan alur mendefinisikan ruang lingkup
Nama Proses Input Kegiatan Output
1. Membuat dokumen wawancara
Dokumen literatur
1. Review literatur
2. Membagi wawancara menjadi empat topik
3. Membuat dokumen wawancara
Berdiskusi dengan manajemen terkait materi wawancara
Catatan revisi (jika ada)
3. Verifikasi Catatan revisi (jika ada)
Pengecekan akhir Dokumen
3.2.2 Requirements and Strategy
Setelah tahap initiation dilaksanakan, tahap selanjutnya adalah
mengetahui bagaimana kebutuhan perusahaan. Kemudian dituangkan dalam
langkah-langkah atau strategi apa saja yang akan digunakan untuk proses
pembuatan perencanaan ITSCM guna menjawab kebutuhan tersebut. Proses
lain dalam tahap ini adalah :
a. Business Impact Analysis (BIA)
Proses ini bertujuan untuk mengidentifikasi dampak permasalahan bagi
bisnis perusahaan, mengetahui aktivitas yang penting dan penentuan target
waktu pemulihan. Proses untuk menyusun BIA dapat dilihat pada gambar
3.5, sedangkan penjelasannya dapat dilihat pada tabel 3.3. Ada lima proses
yang dilakukan pada saat tahap ini yaitu :
1. Membuat dokumen wawancara
Dokumen wawancara ini dibuat sesuai dengan topik wawancara yang
akan dilakukan dengan pihak manajemen.
2. Menganalisis permasalahan
Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui permasalahan atau peluang
apa yang ada pada perusahaan.
3. Mengidentifikasi permasalahan
Identifikasi ini dimaksudkan untuk mengetahui penyebab permasalahan
atau manfaat peluang yang ada.
4. Mengisi lembar kerja
Lembar kerja ini dimaksudkan untuk mengetahui periode disaat resiko
5. Membuat dokumen BIA
Dokumen ini dimaksudkan untuk mengetahui siapa dan apa saja yang
berkaitan dengan proses BIA.
Ada revisi ?
Analisa dan identifikasi permasalahan
Alur pada gambar 3.5 dimulai dengan studi literatur. Hasil analisa dan
identifikasi permasalahan yang telah dibuat digunakan sebagai acuan dalam
melakukan BIA. Dalam melakukan BIA itu sendiri terdapat empat proses
utama yang harus dilakukan yaitu mengidentifikasi pihak dan sumber daya
yang berkaitan dengan BIA, mengetahui hubungan antara peran setiap pihak
dengan setiap sumber daya, mengidentifikasi periode pemulihan dan yang
terakhir membuat daftar urutan prioritas pemulihan.
Keterangan :
1. Untuk lembar kerja mengacu pada ready business.
Tabel 3.3 Penjelasan alur menyusun BIA
Nama Proses Input Kegiatan Output
1. Membuat dokumen wawancara
Dokumen literatur
1. Review literatur
2. Membagi wawancara menjadi empat topik
3. Membuat dokumen wawancara
1. Mengetahui alur proses layanan (maintenance dan repair)
2. Mengetahui permasalahan apa yang ada pada layanan
3. Mengetahui titik keputusan apa yang diambil
4. Mengetahui siapa personil kuncinya
Template analisa dan identifikasi permasalahan
3. Verifikasi Template analisa dan identifikasi permasalahan
Pengecekan akhir Dokumen
analisa dan identifikasi permasalahan
4. Membuat lembar kerja
Dokumen analisa dan identifikasi permasalahan
Membuat / mencari template yang sesuai untuk dokumen lembar kerja
Template lembar kerja
5. Verifikasi Template lembar kerja
Pengecekan akhir Dokumen
lembar kerja
Membuat / mencari template yang sesuai untuk dokumen BIA
Catatan revisi (jika ada)
7. Verifikasi Catatan revisi (jika ada)
Pengecekan akhir Dokumen
b. Risk Assessment (RA)
Proses ini bertujuan untuk mengidentifikasi setiap resiko atau kendala yang
dihadapi oleh perusahaan sehingga dapat diperoleh gambaran dalam
pengendalian fungsi bisnis. Proses untuk menyusun RA dapat dilihat pada
gambar 3.6, sedangkan penjelasannya dapat dilihat pada tabel 3.4.
Analisa
Gambar 3.6 Alur menyusun RA
Alur pada gambar 3.6 dimulai dengan melakukan review dokumen
wawancara, dokumen analisa permasalahan dan dokumen identifikasi
permasalahan. Proses yang harus dilakukan dalam RA ini terdapat lima
proses utama yaitu mengidentifikasi bahaya, mengetahui siapa dan
bagaimana yang dirugikan, mengevaluasi setiap resiko dan menentukan
tindakan pemulihan, merekam temuan dan yang terakhir meninjau penilaian
Tabel 3.4 Penjelasan alur menyusun RA
Nama Proses Input Kegiatan Output
1. Melakukan RA
1. Dokumen analisa permasalahan
1. Membuat / mencari template yang sesuai untuk dokumen RA 2. Memastikan setiap
proses pada RA telah sesuai
Catatan revisi (jika ada)
2. Verifikasi Catatan revisi (jika ada)
Pengecekan akhir Dokumen RA
Ada 4 proses yang dilakukan pada saat tahap RA ini yaitu :
1. Risk Assessment
Proses pertama yang dilakukan adalah menilai setiap resiko yang telah
diidentifikasi. Proses ini dimaksudkan agar dapat mengetahui tingkat resiko
dari berbagai jenis resiko, melakukan pengendalian dari setiap jenis resiko,
mengukur dampak dan kuantitas berbagai jenis resiko serta pilihan
keputusan yang dapat diambil terhadap resiko.
2. Manajemen resiko
Menggunakan metode Management of Risk (M_O_R) untuk melakukan
analisis dan manajemen resiko pada PT. Telkom MSC Area V Jawa Timur.
3. Mengelompokkan resiko / gangguan
Hasil dari analisa dan identifikasi permasalahan, dapat diketaui kendala apa
saja yang terjadi pada proses maintenance dan repair. Kemudian
digambarkan pengelompokkan resiko atau gangguan tersebut serta
4. Menunjukkan profil dari setiap resiko
Proses selanjutnya adalah menentukan tindakan untuk mengelola resiko.
Dalam konteks ITSCM, ada sejumlah resiko dan penyebab resiko yang
perlu dipertimbangkan penanganannya terkait tingkat setiap resikonya dan
penyebabnya. Dari setiap daftar penyebab yang telah dibuat pada saat proses
pengelompokkan resiko / gangguan, nantinya disusun berdasarkan tingkat
terjadi dan dampaknya, yang terbagi menjadi :
a. Most severe : beresiko tinggi
b. Acceptable risk : resiko yang dapat diterima (beresiko sedang / jarang
terjadi)
c. Least severe : beresiko rendah
d. Least likely : paling tidak sering terjadi
e. Most likely : paling sering terjadi
Keterangan :
1. Untuk risk assessment menggunakan metode dari HSE (Health and
Safety Executive)
2. Untuk manajemen resiko menggunakan metode M_O_R
3. Dokumen untuk mengelompokkan resiko / gangguan telah disesuaikan
dengan framework ITIL V-3
4. Dokumen untuk menunjukkan profil dari setiap resiko disesuaikan
c. ITSCM Strategy
Proses ini memiliki fokus terhadap tindakan atau pilihan langkah-langkah
strategi yang akan diambil, yang disesuaikan antara kebutuhan bisnis dan
tujuan bisnis dengan hasil dari proses BIA dan Risk Assessment (RA).
Diharapkan strategi yang dibuat dapat sesuai dengan kebutuhan, proses,
fungsi bisnis serta resiko. Proses untuk menyusun strategi ITSCM dapat
dilihat pada gambar 3.7, sedangkan penjelasannya dapat dilihat pada tabel
3.5.
BIA Risk
Assessment
Review
Ada revisi ?
Ya
Verifikasi
Strategi ITSCM Tidak Menentukan strategi ITSCM
1
2
3
Gambar 3.7 Alur Menyusun Strategi ITSCM
Alur pada gambar 3.7 dimulai dengan review dokumen BIA dan dokumen
RA. Kemudian menentukan strategi ITSCM yang disesuaikan dengan fungsi
Tabel 3.5 Penjelasan alur menyusun strategi ITSCM
Nama Proses Input Kegiatan Output
1. Review 1. Dokumen BIA
2. Dokumen RA
Mengecek dokumen BIA dan RA yang telah dihasilkan
-
2. Menentukan strategi ITSCM
Hasil review Menyesuaikan strategi dengan fungsi dan kebutuhan bisnis
Strategi ITSCM
3. Verifikasi Strategi ITSCM Pengecekan akhir Dokumen strategi ITSCM
A.Wawancara
Wawancara yang dilakukan pada tahap ini bertujuan untuk
menyelaraskan antara kebutuhan perusahaan dengan strategi yang akan
digunakan. Hasil dari wawancara ini juga dapat memberi gambaran tentang
resiko dan dampak apa saja yang mungkin dapat muncul sehingga dapat
menjadi pertimbangan dalam penyusunan strategi.
3.2.3 Implementation
Tahap ini menentukan langkah-langkah pembuatan perencanaan
ITSCM yang disesuaikan dengan hasil dari proses-proses sebelumnya.
Nantinya langkah ini dapat menjadi acuan yang menghasilkan dokumen
perencanaan ITSCM yang di dalamnya mencakup IT Service Continuity Plan,
Standard Operational Procedures, Work Instruction dan Work Record.
Disamping itu juga dapat menghasilkan dokumen tambahan (supporting
documents) seperti Recovery Procedures, Test Procedures, Test Schedule dan
a. Recovery Plan
Proses ini bertujuan untuk menentukan rencana pemulihan apa yang akan
dibuat yang telah disesuaikan dengan kebutuhan, proses, fungsi bisnis serta
resiko. Proses untuk menyusun recovery plan dapat dilihat pada gambar 3.8,
sedangkan penjelasannya dapat dilihat pada tabel 3.6.
BIA Risk
Assessment
Review
Ada revisi ?
Ya
Verifikasi
Recovery Plan Tidak Menentukan perencanaan pemulihan
ITSCM Strategy
1
2
3
Gambar 3.8 Alur Menyusun Recovery Plan
Alur pada gambar 3.8 dimulai review dokumen BIA, dokumen RA dan
dokumen ITSCM strategy. Kemudian dapat menentukan pilihan pemulihan
Tabel 3.6 Penjelasan alur menyusun recovery plan
Nama Proses Input Kegiatan Output
1. Review 1. Dokumen BIA
2. Dokumen RA 3. Dokumen strategi
ITSCM
Mengecek dokumen BIA, dokumen RA dan dokumen strategi ITSCM yang telah dihasilkan
-
2. Menentukan perencanaan pemulihan
Hasil review Menyesuaikan
perencanaan pemulihan sesuai fungsi dan karakteristik bisnis
Rencana pemulihan
3. Verifikasi Rencana pemulihan Pengecekan akhir Dokumen recovery plan
b. Testing Plan
Testing plan merupakan bagian langkah yang ada pada proses Develop
ITSCM Plans. Dalam penjabarannya, testing plan ini terbagi menjadi tiga,
seperti yang tampak pada Gambar 3.9.
Gambar 3.9 Testing Plan
Pembagian testing plan menjadi tiga proses yaitu :
1. Testing Procedures
Prosedur pengujian mengidentifikasi pemeriksaan secara spesifik
mengenai tes yang akan dilakukan. Definisi untuk menjelaskan dokumen
2. Testing Instructions
Rencana pemulihan yang belum diuji sepenuhnya bisa tidak berjalan
seperti yang direncanakan. Testing merupakan bagian penting pada
proses ITSCM dan untuk memastikan setiap proses dalam ITSCM telah
dilakukan. Proses untuk menyusun testing instruction dapat dilihat pada
gambar 3.10, sedangkan penjelasannya dapat dilihat pada tabel 3.7.
Perencanaan ITSCM
Review
Ada revisi ?
Ya
Verifikasi
Testing Instruction
Tidak Melakukan pemeriksaan
Framework ITIL V-3
1
2
3
Gambar 3.10 Alur Menyusun Testing Instruction
Alur pada gambar 3.10 dimulai dengan review dokumen perencanaan
ITSCM dan framework ITIL V-3. Kemudian dapat diuji kesesuaian antara
Tabel 3.7 Penjelasan alur menyusun testing instruction
Nama Proses Input Kegiatan Output
1. Review 1. Dokumen
Perencanaan ITSCM
2. Framework ITIL V-3
Mengecek dokumen BIA, dokumen RA dan
dokumen strategi ITSCM yang telah dihasilkan
-
2. Menentukan pemeriksaan
Hasil review Menyesuaikan dokumen perencanaan ITSCM dengan framework ITIL V-3
Catatan revisi (jika ada)
3. Verifikasi Catatan revisi (jika ada)
Pengecekan akhir Dokumen testing instruction
3. Testing Schedule
Jadwal pengujian mengidentifikasi tanggal dan waktu
untuk pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian. Serta menentukan siapa
saja pihak penguji dan apa saja topik yang akan dibahas pada saat
pengujian. Proses untuk menyusun testing schedule dapat dilihat pada
gambar 3.11, sedangkan penjelasannya dapat dilihat pada tabel 3.8.
Perencanaan
Tentukan hal-hal yang berkaitan dengan
Alur pada gambar 3.11 dimulai dengan review dokumen perencanaan
ITSCM dan framework ITIL V-3. Kemudian dapat ditentukan jadwal
pengujiannya dengan para ahli.
Tabel 3.8 Penjelasan alur menyusun testing schedule
Nama Proses Input Kegiatan Output
1. Review 1. Dokumen perencanaan ITSCM dan framework ITIL V-3
-
2. Menentukan hal-hal terkait dengan pengujian
Hasil review Menyesuaikan jadwal pengujian, lokasi pengujian dan para ahli selaku pihak penguji
Jadwal dan lokasi pengujian serta pihak penguji
3. Verifikasi Jadwal dan lokasi pengujian serta pihak penguji
Pengecekan akhir Dokumen testing schedule
c. Develop Recovery Plan
Proses ini bertujuan untuk mengembangkan rencana pemulihan yang telah
dibuat agar jika rencana pemulihan awal tidak dapat berjalan, dapat
langsung dilakukan penerapan rencana pemulihan berikutnya. Waktu
pemulihan harus sesuai dengan tujuan waktu pemulihan untuk setiap fungsi
bisnis. Proses untuk menyusun develop recovery plan dapat dilihat pada
BIA
Gambar 3.12 Alur Menyusun Develop Recovery Plan
Alur pada gambar 3.12 dimulai dengan review dokumen BIA, dokumen RA
dan dokumen ITSCM strategy. Kemudian dapat menentukan rencana
pengembangan pemulihan yang disesuaikan dengan karakteristik resiko dan
fungsi bisnis.
Tabel 3.9 Penjelasan alur menyusun develop recovery plan
Nama Proses Input Kegiatan Output
1. Review 1. Dokumen BIA
2. Dokumen RA 3. Dokumen strategi
ITSCM
Mengecek dokumen BIA, dokumen RA dan dokumen strategi ITSCM yang telah dihasilkan
-
2. Menentukan rencana pengembang an pemulihan
Hasil review Menyiapkan rencana pengembangan pemulihan
Rencana pengembangan pemulihan
3. Verifikasi Rencana pengembangan pemulihan
d. Recovery Procedures
Dari setiap pilihan pemulihan, perlu dijelaskan instruksi kerja apa saja
terkait masing-masing dari pilihan pemulihan tersebut. Proses untuk
menyusun recovery procedures dapat dilihat pada gambar 3.13, sedangkan
penjelasannya dapat dilihat pada tabel 3.10.
BIA
Review
Ada revisi ?
Ya
Verifikasi
Recovery Procedures
Tidak Memberi penjelasan pilihan
pemulihan Risk
Assessment ITSCM Strategy
1
2
3
Gambar 3.13 Alur Menyusun Recovery Procedures
Alur pada gambar 3.13 dimulai dengan review dokumen BIA, dokumen RA
dan dokumen ITSCM strategy. Kemudian memberikan penjelasan dari
Tabel 3.10 Penjelasan alur menyusun recovery procedures
Nama Proses Input Kegiatan Output
1. Review 1. Dokumen BIA
2. Dokumen RA 3. Dokumen strategi
ITSCM
Mengecek dokumen BIA, dokumen RA dan dokumen strategi ITSCM yang telah dihasilkan
-
2. Memberi penjelasan pilihan pemulihan
Hasil review Menyiapkan penjelasan pilihan pemulihan
Penjelasan pilihan pemulihan
3. Verifikasi Penjelasan pilihan pemulihan
Pengecekan akhir Dokumen recovery procedures
Keterangan :
1. Dokumen untuk recovery plan telah disesuaikan dengan framework ITIL
V-3.
2. Dokumen untuk testingplan telah disesuaikan dengan framework ITIL V-3.
3. Dokumen untuk develop recovery plan telah disesuaikan dengan framework
ITIL V-3.
4. Dokumen untuk recovery procedures telah disesuaikan dengan framework
ITIL V-3.
3.2.4 On-going Operation
Tahap ini adalah bagian akhir yang fungsinya untuk melakukan
review dan perbandingan terhadap perencanaan Information Technology
Service Continuity Management yang telah dibuat dengan framework ITIL
a. Review
Proses ini bertujuan untuk me-review atau melakukan pengecekan terhadap
dokumen perencanaan ITSCM yang telah dibuat apakah semua proses telah
dilakukan atau belum.
b. Testing
Proses ini bertujuan untuk membandingkan hasil dokumen perencanaan
ITSCM yang telah dibuat dengan framework ITIL V-3 terkait ITSCM,
apakah setiap proses dan dokumennya sudah sesuai dengan framework
tersebut atau tidak. Proses untuk menyusun fit test dapat dilihat pada gambar
3.14, sedangkan penjelasannya dapat dilihat pada tabel 3.11.
Perencanaan
Gambar 3.14 Alur Menyusun Fit Test
Alur pada gambar 3.14 dimulai dengan review dokumen perencanaan
ITSCM dan framework ITIL V-3. Kemudian memeriksa setiap proses dan
detail proses di dalamnya. Serta memeriksa kesesuaian dengan framework
Tabel 3.11 Penjelasan alur menyusun fit test
Nama Proses Input Kegiatan Output
1. Review 1. Dokumen
Perencanaan ITSCM 2. Framework ITIL V-3
Mengecek dokumen perencanaan ITSCM dan framework ITIL V-3
-
2. Melakukan pemeriksaan
Hasil review Mengecek setiap dokumen sebelum dilakukan uji ahli
Catatan revisi (jika ada)
3. Verifikasi Catatan revisi (jika ada) Pengecekan akhir Dokumen fit test
3.3Tahap Akhir 3.3.1 Evaluasi
Pada tahap ini dilakukan evaluasi dan penyesuaian dari hasil
perencanaan ITSCM yang telah dibuat dengan framework ITIL V-3. Akan
dilakukan perbandingan ketepatan hasil perencanaan dengan data-data yang
yang telah ada, sehingga hasilnya dapat menjadi acuan kerja bagi stakeholder.
3.3.2 Kesimpulan dan Saran
Pada tahap ini akan dijelaskan kesimpulan dari apa yang dikerjakan
pada proses pembuatan perencanaan ITSCM. Isi kesimpulan berupa penjelasan
hasil perbandingan kesesuaian perencanaan ITSCM yang telah dibuat dengan
framework ITIL V-3. Dalam melakukan uji perbandingan tersebut, penulis
mengacu pada ahli seperti :
1. Ahli dalam proses maintenance dan repair pada PT. Telkom MSC Area V
Jawa Timur.
3. Ahli dalam bidang ITSCM.
Diharapkan hasil perbandingan tersebut dapat menjawab perumusan
masalah dan tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan saran, berisi tentang
saran perbaikan terhadap kekurangan yang ada dari perencanaan ITSCM yang
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada Bab IV ini akan membahas hasil analisis dalam perencanaan
Information Technology Service Continuity Management (ITSCM) pada PT.
Telkom MSC Area V Jawa Timur. Hasil yang didapatkan dari masing-masing
tahapan iniation, requirements & strategy, implementation dan on-going
operation adalah sebagai berikut.
4.1Initiation
Initiation didapatkan dari hasil wawancara kepada pihak officer access
perusahaan dan juga studi literatur.
4.1.1 Mendefinisikan Kebijakan (Policy Setting)
Hasil dari jawaban wawancara yang telah dilakukan dengan pihak officer
access terkait kebijakan perusahaan mengenai kegiatan maintenance dan repair
diperoleh form kebijakan perusahaan yang akan digunakan sebagai acuan dalam
melakukan kegiatan maintenance dan repair, termasuk juga dapat berpengaruh
terhadap dokumen perencanaan ITSCM yang akan dibuat. Pada Gambar 4.1 dan
4.2 dapat dilihat kebijakan yang mengatur layanan serta layanan apa saja yang
diberikan oleh perusahaan.
Gambar 4.1 Kebijakan terkait layanan
4.1.2 Mendefinisikan Ruang Lingkup (Scope)
Pada Gambar 4.2 dapat diketahui layanan apa yang diberikan oleh
perusahaan dan layanan itulah yang akan menjadi bahasan dalam pembuatan
perencanaan ITSCM. Selain mengetahui layanan apa saja yang ada, perlu juga
untuk mengetahui profil department atau divisi, dalam hal ini MSC.
Dari hasil wawancara dengan pihak officer access diperoleh informasi
terkait visi dan misi MSC serta struktur organisasi yang ada, termasuk juga peran
Gambar 4.2 Layanan perusahaan yang telah disepakati
4.2Requirements and Strategy
4.2.1 Business Impact Analysis (BIA)
Berikut contoh hasil dokumen yang dihasilkan seperti :
1. Membuat dokumen wawancara
Dokumen wawancara ini dibuat berdasarkan 4 topik yang berbeda, yaitu
menentukan studi Tugas Akhir (TA), menentukan ruang lingkup,
identifikasi permasalahan dan analisis permasalahan. Gambar 4.3
Gambar 4.3 Dokumen wawancara
2. Menganalisis permasalahan
Proses ini dilakukan untuk dapat mengetahui bagaimana alur kerja dari
proses maintenance dan repair, sehingga dapat diketahui permasalahan
atau peluang apa yang ada. Seperti yang tampak pada gambar 4.4
Gambar 4.4 Analisis Permasalahan
3. Mengidentifikasi permasalahan
Seperti yang tampak pada tabel 4.1. Proses ini menghasilkan dokumen
yang dapat digunakan untuk mengetahui hal-hal terkait permasalahan
dari setiap proses maintenance dan repair, seperti penyebab, dampak,
Tabel 4.1 Dokumen Identifikasi Permasalahan
4. Mengisi lembar kerja
Dokumen lembar kerja ini dapat dilihat pada tabel 4.2. dokumen ini
untuk mengetahui bagaimana dampak operasional yang terjadi sebagai
akibat dari adanya permasalahan yang tidak dapak diselesaikan selama
periode yang telah ditentukan kriterianya. Setiap kriteria durasi waktu
yang telah ditentukan, ditentukan bagaimana dampak yang terjadi jika
Tabel 4.2 Dokumen Lembar Kerja
5. BIA
Dokumen yang dihasilkan dapat dilihat pada tabel 4.3, dan isi dari setiap
detailnya seperti :
1. Hasil identifikasi pihak dan sumber daya yang berkaitan dengan BIA.
Untuk mengetahui setiap pihak sumber daya yang ada terkait dengan
proses BIA.
2. Hasil hubungan antara peran pihak setiap pihak dengan sumber daya.
Untuk mengetahui hubungan antara peran dari setiap pihak dengan
sumber daya yang ada.
3. Hasil identifikasi periode pemulihan.
Mengetahui dampak gangguan dan waktu pemulihan yang dipilih.