TUGAS AKHIR
Nama : Rachmat Isa Asera N
NIM : 11420100074
PROGRAM : S1 (Strata Satu)
JURUSAN : Desain Komunikasi Visual
SEKOLAH TINGGI
MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNOLOGI KOMPUTER
SURABAYA
TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Program Sarjana Desain
Oleh :
Nama : Rachmat Isa Asera N
NIM : 11420100074
PROGRAM : S1 (Strata Satu)
JURUSAN : Desain Komunikasi Visual
SEKOLAH TINGGI
MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER
SURABAYA
vi
UPACARA YADNYA KASADA GUNUNG BROMO SUKU TENGGER SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA LOKAL
Rachmat Isa Asera Nempung
(Muhammad Bahruddin, Sos., M Med Kom, Achmad Yanu Aliffianto, S.T., M.B.A) S1 Desain Komunikasi Visual, STIKOM Surabaya
Setiap tahunnya masyarakat Tengger menyeberang laut pasir, mendaki puncak tertinggi di bibir kawah gunung Bromo melemparkan sesaji berupa unggas hidup, uang dan rangkaian bunga ke arah kedalaman kawah yang berdesis mendidih. mereka berdo’a kepada dewa Brahma memberikan kesehatan dan panen yang lebih baik. Masyarakat Tengger mengabdikan upacara Kasada dalam Legenda Joko Seger dan Roro Anteng yang mengorbankan anak mereka, yaitu Raden Kusuma.
Buku ini mencakup rekaman gambar dari sebuah rentetan upacara yang tradisinya masih dijaga dan dipertahankan, dan merupakan salah satu puncak perayaan yang tersohor yaitu upacara Yadnya Kasada, yang diadakan setiap setahun sekali.
Buku esai fotografi ini menggunakan format potrait melambangkan seperti hubungan manusia dengan Yang Maha Esa (hubungan vertikal). Bertujuan sebagai media buku refrensi dan fotografer ingin mengajak perorangan maupun institusi untuk turut serta melakukan konservasi budaya.
Konservasi budaya pada buku ini mengangkat tentang upacara Yadnya Kasada yang sudah dikenal, dari suku Tengger wilayah gunung Bromo, Probolinggo, Jawa Timur di Indonesia.
viii
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI... ix
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 LatarBelakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 BatasanMasalah ... 6
1.4 Tujuan ... 6
1.5 Manfaat ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8
2.1 Pelestarian ... 8
2.2 Suku Tengger ... 8
2.3 Upacara Yadnya Kasada ... 9
2.4 Gunung Bromo ... 10
2.5 Budaya Lokal ... 11
2.6 Kajian Tentang Buku ... 12
2.6.1 Kategori jenis buku ... 13
2.6.2 Tata aturan halaman buku ... 16
ix
2.8 Persepsi visual ... 25
2.9 Esai foto ... 27
2.9.1 Beberapa Pendekatan Untuk Sebuah Penugasan ... 28
2.10 Integrated book development ... 31
2.11 Unsur–unsur desain ... 34
2.11.1 Tipografi ... 35
2.11.2 Warna ... 36
2.11.3 Bentuk ... 38
2.11.4 Layout ... 40
2.11.5 Sintaksis tipografi ... 43
2.11.6 White Space (Ruang Kosong) ... 44
2.11.7 Proses Cetak ... 45
BAB III METODE PENELITIAN ... 46
3.1 Metodelogi Penelitian ... 46
3.2 Teknik pengumpulan Data ... 46
3.3 Teknik Analisis Data ... 48
3.3.1 Hasil dan Analisis Data ... 48
3.3.2 Studi Eksisting ... 50
3.3.3 Studi Kompetitor ... 55
x
3.4.1 Tujuan Kreatif ... 64
3.4.2 Strategi Kreatif ... 65
3.4.3 Program Kreatif ... 73
3.5 Perencanaan Media ... 73
3.5.1 Strategi Media ... 73
3.6 Teknik Perancangan ... 74
3.7 Perancangan ... 75
3.8 Perancangan Karya ... 76
BAB IV IMPLEMENTASI KARYA ... 82
4.1 Konsep ... 82
4.2 Implementasi Karya ... 83
4.2.1 Desain Jaket Cver ... 83
4.2.2 Desain Halaman (lembar Eksplorasi Verbal dan Foto)... 83
4.2.3 Desain Poster ... 103
4.2.4 Desain Banner ... 104
4.2.5 Gimmick ... 104
4.2.5.1 Kartu Pos ... 104
4.2.5.2 Pembatas Buku ... 105
xi
1 1.1 Latar belakang masalah
Taman Nasional Gunung Bromo sudah lama dikenal oleh banyak wisatawan asing maupun domestik. Wisatawan biasanya datang untuk melihat panorama matahari terbit, mengunjungi upacara Yadnya Kasada, upacara Karo, atau upacara Unan Unan. Penelitian ini difokuskan pada pembuatan buku esai fotografi upacara Yadnya Kasada gunung Bromo suku Tengger sebagai upaya melestarikan budaya lokal.
Upacara ini menarik karena menurut data yang saya peroleh dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Timur, gunung Bromo yang terletak di Probolinggo adalah sebagai berikut.
Tabel 1.1 Data Angka Wisatawan Mancanegara Dan Wisatawan Nusantara
Pada gambar di atas menerangkan jumlah wisatwan mancanegara dan wisatawan nusantara yang datang ke daerah Taman Nasional Gunung Bromo, lebih lengkapnya ada pada penjelasan data angka menurut bulan pada tahun 2009.
Tabel 1.2. Data Angka Pengunjung Taman Nasional Gunung Bromo Ngadisari.
Sumber : Jawa Timur Dalam Angka; Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Jawa Timur 2007 - 2009
Kasada yang dalam suku Tengger adalah nama bulan, dengan nama lain Asuji adalah bulan terakhir atau 12, yang dalam kalender Masehi tidak selalu jatuhnya di bulan 12, dikarenakan suku Tengger mempunyai sistem penanggalan Kalender sendiri, yang usia hari nya rata 30 hari (masing – masing bulan dibulatkan). (Tris, 2009)
Rata – rata tujuan wisatawan asing dan domestik yang datang ingin mengikuti upacara suku Tengger yang sudah banyak dikenal secara luas, adalah upacara Yadnya Kasada yang diadakan setiap satu tahun sekali. Upacara ini setiap tahunnya mengalami pasang surut jumlah wisatawan yang datang tetapi pada bulan Kasada selalu mengalami puncak kunjungan wisatawan. Namun pada kenyataannya suku Tengger sendiri mengalami penurunan Jumlah pengikut upacara Kasada, dikarenakan generasi muda yang mulai tidak mengikuti upacara Yadnya Kasada.
Wisata budaya ini sudah berlangsung dari tahun ke tahun, dan peningkatan drastis tiap tahunnya dikarenakan event tahunan (upacara Yadnya Kasada), hal ini merupakan wisata budaya Jawa Timur yang paling diminati oleh wisatawan mancanegara, dan wisatawan domestik. Kebudayaan suku Tengger yang masih terjaga dan keunikan suku Tengger dalam berpakaian sehari hari juga mengenakan asesoris anting pada laki–laki muda adalah suatu yang masih terjaga dalam kebudayaan suku Tengger.
Setelah bertahun tahun budaya suku Tengger dikenalkan lewat media komunikasi, mulai dari TV, internet, blog dan media cetak seperti koran, buku esai, dan buku esai foto. Semua media digunakan untuk mengenalkan lebih dalam mengenai upacara Yadnya Kasada.
Media cetak yang sudah mengenalkan secara mendalam adalah buku esai, yang tak lebih menceritakan dan menyampaikan Informasi tentang suku Tengger secara verbal, tanpa atau sedikit menggunakan foto atau gambar. Selain buku esai juga ada fotografer yang mengabadikan hasil foto dalam kemasan media buku, namun tidak lebih adalah sebagai penyampaian karya mereka dengan sedikit info dan teknis fotografi bagi yang ingin mendapatkan hasil foto yang sama seperti karya fotografer tersebut. Buku esai foto juga ada yang menyertakan Informasi lebih, dengan komposisi foto dan esai yang berimbangan. (Tommy, 2011).
esai foto, data penjualannya memang tidak seberapa dibanding buku–buku lainnya. Dikarenakan buku esai foto lebih diminati oleh orang orang yang hobby travelling, foto, daerah wisata. Memang pangsanya tidak seberapa besar
ketimbang buku yang populis seperti novel, hobby masakan, dan komik. Memang kecil sebesar 5% penjualannya tapi itu sudah termasuk besar untuk penjualan buku esai foto, dan buku yang mengangkat isu-isu yang sedang beredar, dan beberapa yang isu nya lebih banyak dikenal orang banyak seperti isu Gang Dolly, dan penjualan buku dengan isu yang lagi beredar memang sedikit lebih tinggi dari yang lain. (Tommy, 2011).
Nilai penjualan secara harga, buku esai foto memang lebih tinggi, oleh karena itu penjualan buku sebesar 5% dibanding buku–buku lain seperti komik, novel dan hobby lainnya sudah termasuk besar dan mengalahkan penjualan buku komik atau lainnya yang berjumlah hingga ratusan eksemplar buku. Rata–rata harga penjualan buku esai foto di atas Rp. 100.000, 00 dan jika penjualan buku dengan harga yang lebih rendah ditakutkan tidak balik modal. Oleh karena itu buku seperti esai foto ini sengaja dicetak sedikit, dan dengan patokan harga lebih tinggi dibanding buku lainnya (Tommy, 2011).
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Batasan Masalah
1. Perancangan ini dibatasi pada upacara Kasada di gunung Bromo.
2. Fokus media yang digunakan adalah buku, dan berfungsi sebagai buku dengan karakteristik buku referensi.
3. Studi penelitian dibatasi hanya pada Taman Nasional Gunung Bromo, khususnya upacara Yadnya Kasada.
4. Studi tentang kehidupan suku Tengger, kebudayaan suku Tengger, khususnya upacara Yadnya Kasada.
5. Bahasa yang digunakan dalam buku ini adalah bahasa Indonesia.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam perancangan buku esai fotografi upacara Yadnya Kasada Gunung Bromo ini sebagai upaya dalam melestarikan budaya lokal, adalah : 1. Masyarakat dapat mengetahui dan mengenal upacara Kasada di gunung
Bromo.
2. Dapat memberikan informasi kepada wisatawan domestik dan asing terhadap wisata gunung Bromo.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari pembuatan buku esai fotografi ini adalah dapat menambah pengetahuan umum akan budaya-budaya lokal agar kita dapat memperkaya dan turut serta menjaga keutuhan budaya dari Bangsa Indonesia.
Perancangan buku ini dapat menjadi sebagai referensi penelitian lain yang melakukan penilitian terhadap budaya lokal lain, dalam merancang komunikasi dalam bentuk buku.
1.5.2 Manfaat Praktis
8
Untuk mendukung perancangan buku esai fotografi ini, maka berbagai teori dan konsep yang relevan dirancang secara sistematis sehingga perancangan buku ini lebih kuat dan ilmiah.
2.1 Pelestarian
Pelestarian dalam kamus bahasa Indonesia (Nugroho, 2007 : 88) berasal dari kata dasar lestari, yang artinya adalah tetap selama–lamanya tidak berubah. Kemudian dalam kaidah penggunaan bahasa Indonesia, penggunaan awalan ke dan akhiran –an artinya digunakan untuk menggambarkan sebuah proses atau upaya (kata kerja). Jadi berdasarkan kata kunci lestari ditambah awalan pe- dan akhiran –an, maka yang dimaksud pelestarian adalah upaya untuk membuat sesuatu tetap selama–lamanya tidak berubah dan dapat didefinisikan sebagai upaya untuk mempertahankan sesuatu agar tetap sebagaimana adanya.
2.2 Suku Tengger
sebagian besar menganut agama Hindu, namun menurut keputusan Parisada Hindu Darma masyarakat Tengger memeluk agama Budha Mahayana. Mereka tidak memiliki candi-candi dalam melakukan upacara, namun peribadatan diadakan di Poten, Punden atau Danyang. Yadnya Kasada merupakan upacara sakral yang dilakukan di Poten dan kawah gunung Bromo dengan harapan agar mereka diberi keselamatan dan kebahagiaan, disamping itu juga diadakan pemilihan dan pelantikan dukun.
Budaya Tengger juga mempunyai tradisi yang unik yaitu, mengharuskan lelaki yang lahir pada hari Wage memakai anting di telinga kiri. Hanya sesepuh dan dukun Tengger saja yang memahami makna tersebut. (http://alambudaya.blogspot.com)
2.3 Upacara Yadnya Kasada
Salah satu cerita rakyat Probolinggo yang sudah dikenal yaitu upacara Yadnya Kasada, yang dimiliki oleh suku Tengger. Menceritakan asal usul diadakannya upacara Yadnya Kasada. Yadnya Kasada merupakan upacara sakral yang dilakukan di Poten dan kawah gunung Bromo dengan harapan agar mereka diberi keselamatan dan kebahagiaan, di samping itu juga diadakan pemilihan dan pelantikan dukun.
oleh penduduk sekitar karena mereka sangat memegang teguh budaya mereka dengan hidup jujur dan tidak iri hati. Konon Suku Tengger adalah keturunan Roro Anteng (putri Raja Majapahit) dan Joko Seger (putera Brahmana). Bahasa daerah yang mereka gunakan sehari hari adalah bahasa Jawa Kuno. Mereka tidak memiliki kasta bahasa, sangat berbeda dengan bahasa Jawa yang dipakai umumnya karena mempunyai tingkatan bahasa.
Sejak Jaman Majapahit konon wilayah yang mereka huni adalah tempat suci, karena mereka dianggap abdi–abdi kerajaan Majapahit. Sampai saat ini mereka masih menganut agama hindu, Setahun sekali masyarakat Tengger mengadakan upacara Yadnya Kasada. Upacara ini berlokasi disebuah pura yang berada dibawah kaki gunung Bromo, dan setelah itu dilanjutkan kepuncak gunung Bromo. Upacara dilakukan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama dibulan Kasodo menurut penanggalan suku Tengger. (http://alambudaya.blogspot.com)
2.4 Gunung Bromo
dindingnya yang terjal tinggi antara 200-700meter. Dasar kaldera Tengger berupa laut pasir seluas 5,290ha terdapat gunung Bromo (2,392m), gunung Batok (2,470m), gunung Kursi (3,392m), gunung Watangan (2,601m), gunung Widodaren (2,600m). Suhu rata-rata berkisar antara 70-180C. Pintu gerbang utama menuju ke laut pasir dan gunung Bromo melalui Cemorolawang.
Untuk mencapai Cemorolawang melalui route: Probolinggo-Tongas/Ketapang-Sukapura-Ngadisari berjarak sekitar 42km dengan kendaraan pribadi atau angkutan umum sampai Ngadisari. Sedangkan Ngadisari-Cemorolawang sekitar 3km jalan kaki atau naik Jeep. (http://www. Probolinggokab .go.id)
2.5 Budaya Lokal
Kata budaya dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai pikiran, akal budi atau adat–istiadat. Secara tata bahasa, pengertian kebudayaan diturunkan dari kata budaya yang cenderung menunjuk pada pola pikir manusia. Kebudayaan sendiri diartikan sebagai segala hal yang berkaitan dengan akal atau pikiran manusia, sehingga dapat menunjukan pada pola pikir, perilaku serta karya fisik sekelompok manusia.
2.6 Kajian Tentang Buku
Buku dalam arti luas buku mencakup semua tulisan dan gambar yang ditulis dan dilukis atas segala macam lembaran papyrus, lontar, perkamen dan kertas dengan segala macam bentuknya: berupa gulungan, dilubangi dan diikat dengan atau dijilid muka belakangnya dengan kulit, kain, katron dan kayu. Buku merupakan hasil perekaman dan perbanyakan (multiplikasi) yang paling popular dan awet. Berbeda dengan majalah, apalagi surat kabar, buku direncanakan untuk dibaca dengan tak seberapa memperdulikan kebaruannya karena tanggal terbitnya kurang mempengaruhi.
Buku adalah sumber ilmu pengetahuan dan sumber pembangunan watak bangsa (Muktiono, 2003: 22). Karena buku adalah benda material, buku bisa disimpan di dalam ‘Museum Buku’ yang dikenal sebagai perpustakaan. Perpustakaan ini berawal di Timur Tengah sekitar 3000–2000SM kira-kira pada waktu yang sama dengan mulai semakin besarnya peranan penulisan piktografik di zaman dahulu. Salah satu perpustakaan kuno terbesar dibangun oleh orang Yunani di Alexandria pada abad ke-3. (Danesi, 2010: 74)
Dari pemapara komunikasi berjangka perkembangan kebud lebih banyak hasil pe komunikasi lainnya.
2.6.1 Kategori jenis b
1. Ensiklopedia dan
Ensiklopedia atau mengenai setiap c menurut kategori se
G
2. Kamus
Kamus adalah se berfungsi untuk menerangkan ma sebutan, asal-usul
paran di atas dapat kita simpulkan buku m gka panjang dan mungkin yang paling berpe budayaan manusia. Di dalam buku, dipusatkan
pemikiran dan pengalaman manusia daripada di .
is buku
dan semua jenis leksikon.
tau ensiklopedi, adalah sejumlah buku yang b p cabang ilmu pengetahuan yang tersusun menur ori secara singkat dan padat.
Gambar 2.1. Ensiklopedi Budaya Jawa Dan Keris Sumber : Koleksi Jenis Buku, Nulisbuku.Com
h sejenis buku rujukan yang menerangkan makna uk membantu seseorang mengenal perkataa
maksud kata, kamus juga mungkin mempun usul (etimologi) sesuatu perkataan.
buku merupakan alat rpengaruh kepada kan dan dihimpun da di dalam sarana
g berisi penjelasan enurut abjad atau
eris om
3. Buku keagamaan
Buku keagamaan tuntunan, ataupun ha
4. Karya sastra
Buku yang berisi mengenai suatu m ada dua macam, y
Gambar 2.2. Kamus Inggris-Indonesia Sumber : Koleksi Jenis Buku, Nulisbuku.Com
aan
aan adalah buku yang berisi dan menjelaskan upun hal-hal yang memiliki unsur spiritual dan ke
Gambar 2.3. Buku Religi
Sumber : Koleksi Jenis Buku, Nulisbuku.Com
risi karangan yang bersifat menerangjelaskan u masalah atau hal atau peristiwa dan lain-lain.
, yakni karya sastra yang bersifat sastra dan ka om
skan perihal agama, n kerohanian.
om
bersifat bukan sast imajinatif, sedang non imajinatif.
5. Buku panduan
Buku panduan berkenaan suatu seinformatif mun
n sastra. Yang bersifat sastra merupakan karya sast dangkan karya sastra yang bukan astra ialah ka
Gambar 2.4 Novel Best Seller
Sumber : Koleksi Jenis Buku, Nulisbuku.Com
an
n adalah buku yang memberikan informasi atu hal dan memberikan penjelasan sejela
ungkin untuk memberikan pemahaman pada pe
Gambar 2.5 Buku Panduan
Sumber : Koleksi Jenis Buku, Nulisbuku.Com
sastra yang kreatif h karya sastra yang
om
asi atau intruksi jelas-jelasnya dan pengguna.
2.6.2 Tata aturan halaman buku
Tata urutan sebuah halaman buku menurut buku Anatomi Buku karya Iyan WB, yaitu sebagai berikut:
1. Cover, merupakan bagian terluar buku, berfungsi sebagai penarik perhatian konsumen serta untuk melindungi isi buku. Halaman kosong, merupakan halaman kedua setelahcoveratau sampul buku.
2. Halaman baru, juga merupakan halaman kosong, berhadapan dengan halaman belakang sampul.
3. Halaman judul, merupakan halaman yang berisi teks berupa judul tanpa disertai dengan apapun. Pada halaman ini teks judul merupakan point of interestdari halaman tersebut.
4. Halaman ilustrasi, merupakan halaman pendukung ( ada atau tidak adanya, tidak begitu berpengaruh terhadap identitas buku) ilustrasi hanya sebagai
pendukung atau untuk mempercantik buku.
5. Pembuka, merupakan halaman yang hampir mirip dengan halaman judul namun terdapat beberapa ornamen atau ilustrasi pendukungnya.
6. Halaman identitas penerbitan, halaman ini berisikan identitas buku yaitu berupa judul, pengarang, tahun penerbitan, designer, nama pencetak, banyak halaman serta ukuran buku.
2.6.3 Manfaat buku
Salah satu manfaat buku adalah buku dapat menceritakan kepada kita tentang masa lalu. Betapa menakjubkan bisa melihat penyebab kehancuran dan runtuhnya suatu peradaban di masa lalu, atau faktor-faktor penentu kemenangan dari kelompok yang mengendalikan peradaban. Hanya dengan membaca buku kita dapat segera mendapatkan pengalaman mereka tanpa harus membayar dengan pengorbanan yang besar.
Buku juga dapat mengajarkan penemuan-penemuan yang dilakukan oleh ahli-ahli pada waktu lampau. Penemuan yang mungkin membutuhkan waktu seumur hidup dari penemunya untuk dipelajari. Penemuan yang mungkin membutuhkan nyawa dari penemunya untuk mempelajarinya.
Dengan buku, kita bisa meningkatkan peradaban manusia. Akan tetapi, seperti sebuah jendela, kita dapat melihat ke arah yang benar dan dapat juga melihat ke arah yang salah. Jika kita membaca buku yang salah, maka kita bisa saja mendapatkan hal yang sebaliknya dari yang kita inginkan. Bisa saja kita mendapatkan sejarah yang salah yang telah banyak dirubah dan ditutupi. Setelah membaca suatu buku, bisa jadi timbul marah, dan haru.
2.6.4 Karakter buku dengan gambar
Jika sebuah buku dalam kontennya banyak mengandung gambar atau foto sebaiknya tidak terlalu kecil, atau setidaknya tidak jauh dari ukuran 20cm x 27cm, 21cm x 28cm, 21cm x 29,7cm. Adapun peletakkan page number pada tiap halaman sebaiknya mengikuti aturan, untuk halaman ganjil diletakkan pada bagian kiri buku, sedangkan pada halaman genap pada bagian halaman kanan buku.Unsur yang harus ada pada sebuah buku dengan gambar, antara lain adalah : 1. Gambar, dapat menyampaikan sesuatu informasi/pesan dengan lebih jelas
daripada teks
2. Mutu, bukan hanya dilihat dari segi estetika tetapi juga dari segi perkembangan target audience dari aspek afektif dan kognitif.
3. Urutan cerita atau fakta dari gambar-gambar yang dilihat perlu ada.
4. Bahasa, bahasa yang digunakan hendaklah yang mudah dipahami. Akan lebih baik jika terdapat unsur-unsur yang nantinya dapat menambah perbendaharaan kata.
5. Perkataan dan ungkapan, hendaklah disajikan berulang-ulang sebagai tujuan pengukuhan.
6. Gaya penyajian, perlu jelas dan teratur serta mempunyai unsur hiburan. 7. Keharmonian antara teks dan gambar, mengingat hal ini sangat penting
pastikan gabungan antara gambar dan tulisan saling melengkapi. 8. Ciri fisik buku ini adalah :
c. Penjilidan ya d. Ukuran huruf e. Cetakan huruf
WB, 2007: 87
2.7 Fotografi
Fotografi berasa berarti cahaya, sedang adalah melukis men fotografi memiliki bebe 1. Fotografi adalah
pada film atau diharapkan sama pe 2. Menurut Oxford
gambar dengan ka 3. Menurut Encarta juga profesi menga berupa gambar ya
n yang kuat. n huruf
huruf tidak menutupi gambar agar tidak membi 87 )
rasal dari bahasa Yunani, yaitu photos dan graphos. angkangraphosberarti tulisan, jadi dapat disim
enggunakan cahaya. Dari beberapa sumber beberapa pengertian, diantaranya :
ah seni dan proses penghasilan gambar (meluki au permukaan yang dipekatkan. Gambar y a persis dengan obyek asli, hanya saja ukurann ord Ensiklopedia Pelajar, fotografi adalah se
n kamera.
arta Dictionary 2002, fotografi adalah sebuah engambil gambar dan memprosesnya, kemudia
yang dicetak.
Gambar 2.6 KameraSingle Lens Reflect Sumber : Fotografer.Net
bingungkan. (Iyan
graphos. Photos
simpulkan fotografi ber yang didapat,
ukis dengan sinar) yang dihasilkan nnya lebih kecil. h seni mengambil
Foto merupakan media untuk menyampaikan gagasan, pikiran, ide, cerita, dan peristiwa, foto harus terlihat menarik. Pada umumnya, didalam foto yang menarik terdapat berbagai prinsip desain, seperti kesatuanm keseimbangan, irama, proporsi, dan perspektif.
Foto adalah media visualisasi dengan alat bantu kamera yang memiliki akurasi keaktualan gambar/visual sangat tinggi. Esai foto merupakan foto jurnalistik adapun bagian dari foto jurnalistik adalah :
1. Spot news: Foto-foto insidential/tanpa perencanaan. ( contoh : foto bencana, kerusuhan, dll).
2. General news: Foto yang terencana ( contoh : foto olahraga). 3. FotoFeature: Foto untuk mendukung suatu artikel.
4. Esai Foto : Kumpulan beberapa foto yang dapat bercerita.
Ciri-ciri foto jurnalistik adalah :
1. Memiliki nilai berita atau menjadi berita itu sendiri. 2. Melengkapi suatu berita/artikel.
3. Dimuat dalam suatu media.
Pada jurnalistik foto sangat penting karena foto merupakan salah satu media visual untuk merekam/mengabadikan atau menceritakan suatu peristiwa.
Menurut editor foto harian Kompas, Katono Riyadi “Semua foto pada dasarnya adalah dokumentasi dan foto jurnalistik adalah bagian dari foto
dokumentasi.”.
Perbedaan foto jurnalis adalah terletak pada pilihan, membuat foto jurnalis berarti memilih foto mana yang cocok. (contoh: di dalam peristiwa pernikahan, dokumentasi berarti mengambil/memfoto seluruh peristiwa dari mulai penerimaan tamu sampai selesai, fotografer mengambil foto yang menarik, apakah public figure atau saat pemotongan tumpeng saat tumpengnya jatuh) hal lain yang membedakan antara foto dokumentasi dengan foto jurnalis hanya terbatas pada apakah foto itu dipublikasikan (media massa) atau tidak. Nilai suatu foto ditentukan oleh beberapa unsur :
1. Aktualitas.
2. Mewakilkan objek keseluruhan. 3. Kejadian luar biasa.
2.7.1 Macam-macam
Efek fotografi bi lensa. Efek-efek fotog 1. Low Angle
Derajat posisi ka sehingga objek te
2. Wide Angle Derajat posisi ka bawah ¾, efek ya
am efek fotografi
fi bisa kita peroleh melalui sudut angle, kece otografi tersebut seperti :
kamera berada di bawah objek (sejajar deng k terlihat lebih besar atau lebih tinggi.
Gambar 2.7 EfekLow Angle Sumber : Fotografer.Net
kamera berada di atas objek sehingga objek k yang ditimbulkan yaitu objek terlihat lebih keci
Gambar 2.8 EfekWide Angle Sumber : Fotografer.Net
cepatan rana, dan
engan mata kaki),
3. Prespective Derajat posisi ka dari pada aslinya.
4. Ruang tajam Efek ruang tajam luar gambar yang ruang tajam sempi
[image:30.595.94.512.196.631.2]kamera mendekati objek, sehingga objek terliha ya.
Gambar 2.9 EfekPrespektif Sumber : Fotografer.Net
am yaitu, efek dimana membentuk presepsi tent ang dihasilkan. Efek ruang tajam ini dibagi m mpit dan efek ruang tajam luas.
Gambar 2.10 Efek Ruang Tajam Sempit Sumber : Fotografer.Net
rlihat lebih gemuk
5. Efek Siluet Efek ini diperole dari depan, sehi bayangan (lebih ge
6. EfekFreeze Efek ini diperoleh bergerak dengan c
Gambar 2.11 Efek Ruang Tajam Luas Sumber : Fotografer.Net
oleh dengan posisi membelakangi objek yang sehingga efek yang diperoleh, yaitu objek
h gelap).
Gambar 2.12 Efek Siluet Sumber : Fotografer.Net
oleh dengan meninggikan kecepatan rana sehin gan cepat dapat tampak diam.
ng terkena cahaya k terlihat seperti
7. Efek Difraksi Efek difraksi yai atau celah sempit
2.8 Persepsi visual
Persepsi mencipt penglihatan pemirsa. untuk memahami tende aspek-aspek dalam pe
Gambar 2.13 EfekFreeze Sumber : Sumber : Fotografer.Net
yaitu penyebaran cahaya ketika cahaya masuk pit sehingga untuk objek yang bergerak terlihat pe
Gambar 2.14 Efek Difraksi Sumber : Fotografer.Net
al
nciptakan sebuah kesatuan visual yang mudah a. Pemahaman terhadap prinsip persepsi visua tendensi mata kita dalam melihat sebuah pola persepsi visual, yaitu:
suk melalui lubang hat pergerakannya.
1. Similarity
Objek yang sama akan terlihat secara bersamaan sebagai kelompok. Hal ini dapat ditemukan lewat bentuk, warna, arah, dan ukuran.
2. Continuity
Penataan visual yang dapata menggiring gerak mata mengikuti ke sebuah arah tertentu.
3. Proximity
Sebuah kesatuan akan mengelompokkan yang terbentuk karena adanya korelasi antara elemen-elemen yang salin berdekatan.
4. Closure
Bentuk yang tertutup akan menyambung terlihat stabil. Tendensi : tanpa disadari mata akan mencoba menyambung bagian dari lingkaran yang terputus.
5. Focal Point(Pokok Penekanan)
Focal point adalah pokok penekanan sebuah rancangan visual yang secara cepat dapat menstimulasi dan mengarahkan penglihatan pemirsa visual. 6. Grid System
2.9 Esai foto
Buku esai foto adalah sebuah buku yang berisi foto yang bercerita, dari sebuah rentetan atau rangkaian peristiwa. Esai foto merupakan bentuk yang paling kompleks, dan karenai tu paling menantang. Pekerjaan ini tidak hanya melibatkan
fotografer tapi Juga editor dan desain grafis yang bekerja.
Dalam membangun sebuah esai foto, dibutuhkan seleksi dan pengaturan
yang tepat agar foto-foto dapat bercerita lewat satu tema. Secara keseluruhan,
masalah yang diangkat harusnya lebih dalam, lebih utuh, lebih imajinatif dan
memberikan dimensi yang lebih luas dibandingkan yang dapat dicapai oleh foto
tunggal.
Subjek untuk esai foto bisa sangat beragam, bisa kejadian, tokoh, gagasan
atau sebuah tempat. Cara penuturanya pun beragam pula, kronologis, tematik.
Esai bentuknya fleksibel, yang terpenting adalah foto-foto tersebut saling
melengkapi, menjadi sinergi dalam bentuk alur cerita.
Secara umum, seperti terlihat dalam contoh, foto-foto disusun menjadi cerita
yang punya narasi atau alur. Foto pertama biasanya memikat, memancing
pembaca untuk ingin tahu kelanjutan dari cerita tersebut. Selanjutnya foto-foto
yang membangun badan cerita dan menggiring pemirsa kepuncak. Kemudian foto
yang melengkapi cerita dan foto penutup yang berfungsi mengikat sekaligus
2.9.1 Beberapa Pendekatan Untuk Sebuah Penugasan
Beberapa pendekatan foto dibagi menjadi 4 cara pendekatan menggunakan
teknik Fotografi, yaitu :
1. Foto Tunggal
Foto tunggal adalah foto yang dapat berdiri sendiri tanpa perlu diterangkan
oleh foto lain. Bila diberikan keterangan, foto tersebut sudah cukup
menggambarkan semua yang mau diceritakan.
Misalnya fotografer mendapat penugasan untuk memotretan peluncuran
sejuta pasang sepatu merekNIKEyang akan diekspor keluar negeri. Beberapa
pendekatan foto tunggal yang dapat dilakukan antara lain:
a. Foto peristiwa: Kita dapat mengambil peristiwa maupun seremonialnya.
b. Foto umum: Kita juga bisa memotret direktur utama perusahaan tersebut
sedang memegang sepatu yang akan diekspor.
c. Foto feature: Kita juga bisa momotret buruh-buruh yang sedang
beristirahat sambil bercengkrama dengan rekan-rekannya.
Sekarang kita sudah punya 3 macam foto tunggal. Salah satu foto dapat
diberitakan tanpa perlu tambahan foto lainnya.
2. Foto Perbandingan
Ketika kita mengamati mesin - mesin dan buruh, kita tentu saja menemukan
hal - hal yang menarik perhatian. Tapi akan segera terasa hasilnya hanyalah
foto - foto statik yang tidak memberikan menggambarkan efisiensi. Untuk
3. Foto Sekuen
Bila kita sangat terkesan melihat proses selembar kulit menjadi sepasang
sepatu, kemudian memotret tahapan demi tahapannya maka kita punya foto
sekuen.
4. Foto Ilustrasi
Misalkan seorang reporter telah ditugaskan untuk menulis artikel tentang
pabrik itu. Setelah mewawancarai manajer dan buruh di pabrik, ia
memberikan penekanan pada dua hal. Pertama, si manajer yang progresif,
kedua, sistem pembuangan yang ramah lingkungan. Maka kita dapat
memotret si manajer dengan latar belakang sistem pengolahan limbah pabrik
yang canggih, foto tersebut sifatnya memberi ilustrasi.
a. Cerita foto butuh tema
Misalkan lagi, untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh dari
industry tersebut mengeksplorasi pabrik sehari penuh. Memotret manajer
di depan meja kerja, para pekerja dengan ban berjalan, profil gedung
yang megah, pengolahan limbah, mesin besar, foto detil dan banyak lagi
lainnya. Secara keseluruhan foto itu jauh lebih bercerita dibanding
ilustrasi. Akan tetapi keseluruhan foto tersebut tidak dihubungkan dengan
benang merah. Pembaca akan melihat foto-foto tersebut sebagai elemen
lepas, bukan merupakan kesatuan cerita.
b. Merancang sebuah cerita foto
Masih penasaran dan ingin cerita menukik lebih dalam? mungkin saja
sepertinya menjanjikan cerita yang menarik. Sebagai contoh namanya
Aida, 32 tahun, janda dengan satu anak, telah bekerja sebagai buruh 7
tahun. Untuk menghidupkan cerita, kita mulai mengikuti Aida beberapa
jam sehari. Sampai dia merasa terbiasa dengan kehadiran kita dan kita
dapat menghasilkan foto-foto yang wajar.
Pada akhirnya foto dapat disusun bagaikan sebuah cerita. Dibuka dengan
gambar Aida yang memakai seragam sedang bekerja jadi buruh pabrik.
Senyumannya menyembul dari balik mesin seberat dua ton yang dalam semenit
mampu menjahit 4 sepatu.
Dalam cerita foto, tata letak tidak tergantung dari urut-urutan pengambilan
foto. Jadi foto yang mana saja bisa dipakai asalkan memenuhi persyaratan,
menarik perhatian dan memiliki pesan.
Seperti dalam cerita pendek, cerita foto harus punya alur. Dengan foto
pembuka cerita sehari bersama buruh pabrik sepatu ini memperkenalkan tokoh
utamanya pada pembaca, kemudian membawa pada cerita selanjutnya.
Menggiring pada klimaks dengan sebuah foto puncak, sebagai penutup, foto yang
menyelesaikan masalah dan menutup cerita.
Jadi disini pembaca akan diajak untuk melihat pabrik sepatu melalui
kacamata seorang buruh. Mengikuti apa yang terjadi dengan Aida. Keseharian
dalam kehidupan si tokoh akan menarik perhatian pembaca karena difokuskan
hanya pada satu orang. Gambaran kegembiraan, kesedihan, konflik dan kegagalan
2.10 Integrated book development
Menurut Bambang Trim, praktisi perbukuan nasional, Direktur MQS Publishing, Dosen luar biasa editing Unpad, Ketua forum editor Indonesia. Aspek-aspek yang dapat dikembangkan dari penerbitan sebuah buku :
1. Content
Menetapkan ide buku yang saat ini dibutuhkan masyarakat dengan mengacu pada positioning penerbit, memilih penulis yang bereputasi, dan terutama seorangpublic speaker, membuat pola naskah yang dapat diturunkan menjadi outline yang menarik, menyediakan referensi yang memadai, memberikan penulis seorang editor pendamping berkarakter editor pengembang (development editor) sehingga ia juga bisa berlaku sebagai co-writer atau ghost writer, melibatkan editor ahli atau pembaca ahli.
2. Context
Menetapkan format buku, merancang pola atau template desain untuk naskah yang akan disiapkan, menyiapkan visualisasi yang ‘eye catching’ untuk cover serta judul uang menarik, mengaplikasikan teknologi penerbitan high end guna mempermudah pekerjaan dan memberikan sentuhan kualitas tingkat tinggi, mempersiapkan dummy sebagai review akhir di tingkat penerbit. 3. Creativity
Memberikan kebebasan berekspresi dan berkreativitas bagi personel penerbitan dengan batasan-batasan yang wajar, merutinkan kegiatan edutainment, seperti menonton film bersama, wisata pameran buku bersama
4. Community
Merangkul komunitas yang ada sesuai dengan positioning penerbit, merangkul public figure yang menjadi motor komunitas, mengembangkan jaringan media dengan membina hubungan baik dengan para wartawan, aktif dalam asosiasi penerbitan maupun proses penerbitan, membangun konsorsium ataupun kekuatan bersama dengan sesame penerbit sevisi.
5. Customer
Memberikan layanan purna jual, seperti Tanya-jawab berkaitan dengan content buku, membentuk training center berbasis buku, mengadakan acara book signing dan temu penulis, menetapkan pembaca potensial dan membina mereka.
Kelima aspek diatas dibangun secara terpadu oleh tim editorial dan tim marketing berdasarkan arahan dari pemimpin penerbit. Dalam hal ini memang sangat dibutuhkan visi dan misi yang kuat dan terdefinisi jelas dari sebuah penerbit. Langkah-langkah praktis kelima aspek tadi dapat diterjemahkan menjadi strategi pengembangan untuk jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang.
mereka yang berselera tinggi soal kualitas fisik dan menginginkan buku tersebut bisa dikoleksi sehingga nilainya makain lama makin tinggi.
Buku konvensional mengacu pada standar-standar umum yang berlaku secara internasional. Standar anatomi buku yang umum terdiri atas:
Tabel 2.1, Standar Anatomi Buku
Coverdepan+Spine+Coverbelakang Preliminaries (Halaman pendahuluan) Text Matter (Halaman teks)
Postliminaries (Halaman penutup) Sumber Data : Iyan Wb, Anatomi Buku
Tampilan standar umum ini yang kemudian dikembangkan dengan kreasi lain oleh para penerbit sehingga sebuah buku bisa memiliki keunikan, kemenarikan, kekhasan, ataupun keunggulan tersendiri. Penerbit yang inovatif akan tampak berani melakukan terobosan-terobosan yang membuat sebuah buku konvensional menjadi menarik, dan langsung mempengaruhi calon pembaca.
Dari sisi ukuran, bentuk buku juga mengalami revolusi dari yang sebelumnya konvensional (ukuran standar A atau B) menjadi ukuran sesuai dengan kemampuan mesin cetak. Buku dengan bentuk bujur sangkar (segi empat sama sisi) juga kini banyak menjadi pilihan untuk mengikat perhatian pembaca.
2.11 Unsur–unsur desain
2.11.1 Tipografi
Typeface give voice to words Like all disciplines within art and design,
typography has a language and vocabulary of its own. On this spread a few terms
and definitions are presented to make sure we're all on the same page. (Krause, 2004: 234)
Jenis huruf menyuarakan kata-kata seperti semua disiplin ilmu dalam seni dan desain, tipografi memiliki bahasa dan kosa kata sendiri. Pada menyebar ini beberapa istilah dan definisi disajikan untuk memastikan kita semua pada halaman yang sama.
Font adalah satu set karakter khusus tipografi yang dirancang bekerja sama. font juga disebut sebagai tipografi. judul besar di atas kolom ini terletak di sebuah jenis huruf yang disebut "Sabon Regular". font individu sering bagian dari family font yang mengandung variasi font yang - secara teratur, Bold, Italic, miringbold, dan lain-lain.
Beberapa type font berdasarkanfamily font: 1. Sans Serif
berbagai besar efek ada di antara font sans serif. Banyak keluarga font sans serif yang ditawarkan dalam berbagai macam berat dan lebar.
2. Serif
Font serif kembali ke zaman ketika orang pertama membawa pahat dari batu. dalam kategoriserifterdapat banyak perbedaan. (Ada sub kategori serif) font serif yang khususnya cocok untuk bagian-bagian lagi teks, serif mereka membantu memberikan garis horizontal acuan bagi mata pemirsa karena membaca melalui isi.
Sub kategory Serif
a. Old Style serif (goudy)
b. Modern Serif (bodoni)
c. Slab serif (clarendon)
d. Script, Hand lettered.
Mendapatkan inspirasi dari bentuk tulisan tangan, baik lama dan baru.beberapa font script berasal dari kaligrafi alam, lainnya telah dibuat berdasarkan bentuk tulisan tangan. menyadari bahwa keterbacaan sangat bervariasi antara fontscriptdan font tulisan tangan.
2. Monospace
pada layar presentasi juga monospace. Font ini sering mengandung karakter serifdansans serif.
3. Novelty
Apapun itu dalam kategori ini dari sedikit tweak ke benar-benar aneh. font kebaruan cenderung datang dan pergi dari adegan grafis seperti menembak bintang spektakuler dan berumur pendek. Kebaruan font tertentu, sepertifont kebaruan tertentu, seperti tren mode tertentu, muncul lagi secara teratur.
2.11.2 Warna
Sebagai bagian dari elemen logo, warna memegang peran sebagai sarana untuk lebih mempertegas dan memperkuat kesan atau tujuan dari logo tersebut. Dalam perencanaan corporate identity, warna mempunyai fungsi untuk memperkuat aspek identitas. Lebih lanjut dikatakan oleh Henry Dreyfuss, bahwa warna digunakan dalam simbol-simbol grafis untuk mempertegas maksud dari simbol-simbol tersebut. Sebagai contoh adalah penggunaan warna merah pada segitiga pengaman, warna-warna yang digunakan untuk traffic light merah untuk berhenti, kuning untuk bersiap-siap dan hijau untuk jalan. Dari contoh tersebut ternyata pengaruh warna mampu memberikan impresi yang cepat dan kuat.
Dari pemahaman diatas dapat dijelaskan bahwa warna, selain hanya dapat dilihat dengan mata ternyata mampu mempengaruhi perilaku seseorang, mempengaruhi penilaian estetis dan turut menentukan suka tidaknya seseorang pada suatu benda. Berikut adalah potensi karakter warna yang mampu memberikan kesan pada seseorang sbb :
1. Hitam, sebagai warna yang tertua (gelap) dengan sendirinya menjadi lambang untuk sifat gulita dan kegelapan (juga dalam hal emosi).
2. Putih, sebagai warna yang paling terang, melambangkan cahaya.
3. Abu-abu, merupakan warna yang paling netral dengan tidak adanya sifat atau kehidupan spesifik.
4. Merah, bersifat menaklukkan, ekspansif (meluas), dominan (berkuasa), aktif dan vital (hidup).
5. Kuning, dengan sinarnya yang bersifat kurang dalam, merupakan wakil dari hal-hal atau benda yang bersifat cahaya, momentum.
6. Biru, sebagai warna yang menimbulkan kesan dalamnya sesuatu (dediepte), sifat yang tak terhingga dan transenden, disamping itu memiliki sifat tantangan.
7. Hijau, mempunyai sifat keseimbangan dan selaras, membangkitkan ketenangan dan tempat mengumpulkan daya-daya baru.
1. Hue, adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan nama dari suatu warna, seperti merah, biru, hijau dsb.
2. Value, adalah dimensi kedua atau mengenai terang gelapnya warna. Contohnya adalah tingkatan warna dari putih hingga hitam.
3. Intensity, seringkali disebut dengan chroma, adalah dimensi yang berhubungan dengan cerah atau suramnya warna.
Selain Prang System terdapat beberapa sistem warna lain yakni, CMYK atau Process Color System, Munsell Color System, Ostwald Color System, Schopenhauer/Goethe Weighted Color System, Substractive Color System serta AdditiveColor/RGB Color System.
Diantara bermacam sistem warna diatas, kini yang banyak dipergunakan dalam industri media visual cetak adalah CMYK atau Process Color Systemyang membagi warna dasarnya menjadi Cyan,Magenta, Yellow dan Black. Sedangkan RGB Color Systemdipergunakan dalam industri mediavisualelektronika.
2.11.3 Bentuk
karena pada bentuk atau rupa mempunyai muatan kesan yang kasat mata. Seperti yang diungkapkan Plato, bahwa rupa atau bentuk merupakan bahasa dunia yang tidak dirintangi oleh perbedaan-perbedaan seperti terdapat dalam bahasa kata-kata. Namun teori Plato tersebut tidaklah mesti berlaku semestinya. Ada aspek lain yang mengakibatkan bahasa bentuk tidak selalu efektif. Seperti penerapan bentuk-bentuk internasional dengan target sasaran tradisional atau sebaliknya. Dengan kata lain, bila target sasaran tidak terbiasa dengan bahasa kasat mata tradisional, pergunakan bahasa kasat mata internasional demikian pula sebaliknya. Sebagai contoh adalah bila kita merancang logo armada angkatan bersenjata republik Tanzania misalnya, kurang lazim bila kita memilih bentuk keris atau mandau sebagai elemen penunjang dalam logo tersebut, karena bentuk keris dan mandau kurang atau bahkan tidak dikenal oleh rakyat Tanzania.
Dari contoh diatas, kemudian muncul teori tentang frame of reference (kerangka referensi) dan field of reference (lapangan pengalaman) yang menjelaskan bahwa penerimaaan suatu bentuk pesan, dipengaruhi oleh beberapa aspek yakni panca indra, pikiran serta ingatan. Jadi seperti contoh masalah diatas, bentuk logo tersebut akan lebih efektif dan komunikatif bila ditujukan pada angkatan bersenjata Republik Indonesia, tidak kepada Republik Dominika karena mereka tidak memilikiframe of referencedanfield of referencetentang keris.
Berikut adalah contoh bentuk dan asosiasi yang ditimbulkannya berdasarkan bukuHandbook of Design & Devicestulisan Clarence P. Hornung.
alam. Selain itu segitiga merupakan perwujudan dari konsep keluarga yakni ayah, ibu dan anak. Dalam dunia metafisika segitiga merupakan lambing dari raga, pikiran dan jiwa. Sedangkan pada kebudayaan Mesir, segitiga digunakan sebagai simbol feminitas dan dalam huruf Hieroglyps segitiga menggambarkan bulan.
2. Yin Yang, merupakan bentuk yang termasuk dalam jenis Monad, yakni bentuk yang terdiri dari figure geometris bulat yang terbagi oleh dua bentuk bersinggungan dengan masing-masing titik pusat yang berhadapan. Di China bentuk seperti ini disebut Yin Yang, di Jeapng disebut Futatsu Tomoe sedangkan orang Korea menyebutnya Tah Gook. Yin Yang merupakan gambaran dua prinsip alam, Yang melambangkan kecerahan Yin melambangkan kegelapan, Yang melambangkan nirwana Yin melambangkan dunia, Yang sebagai matahari Yin sebagai bulan, Yang memiliki posisi aktif, maskulin Yin pasif, feminin. Kesemuanya itu melambangkan prinsip dasar kehidupan, yakni keseimbangan.
2.11.4 Layout
Menurut buku “How to design grids and use them effectively” karya Alan Swan, terdapat beberapa aspek dalam membangun desain layout, antara lain: 1. Headings, Sub-Headings and Body copy
komposisi dalam lainnya yaituSub Sub-Headingsdan
Gamba
2. Grid
Beberapa project desain dimana fung tersebut kita dapa dengan yang dii nantinya kebanya yang terpenting manantukan dan adalah contoh dar a. Three Colum Contoh jenis Koran dan standard yang desain yang l
m sebuah layout. Sedangkan, elemen yang tida Sub-Headings. Berikut terdapat beberapa contoh
danbody copydiikuti contoh penempatannya.
bar 2.15Headings, Sub-Headings Dan Body Copy Sumber : Alan Swan, 1989: Hal 21
ect sangat membutuhkan grid pada bagian awa fungsinya sebagai acuan oleh desainer. Denga dapat membagi-bagi area desain atau beberapa
diinginkan, dan yang paling penting bahwa nyakan akan digunakan untuk penempatan body
g dari semua proses desain layout yaitu dan merancang grid cukup dalam bentuk thum oh dari pembagiangrid, yaitu:
umn and six column grids
nis layout ini sering digunakan pada desain n materi advertising lainnya, dan merupaka
ang paling sering digunakan. Namun kita tetap g lebih ekstrim pada layout nya, misalnya denga
idak kalah penting ontoh dari Headings,
.
opy
wal sebuah proses ngan bantuan grid rapa kolom sesuai a kolom tersebut body copy. Bagian
u diawali dengan humbnail. Berikut
membagi are Berikut terda diikuti contoh pe
G
b. Two Column and f
Contoh jenis Koran dan standard yang desain yang l membagi are Berikut terda diikuti contoh pe
G
area dan lebih banyak menggunakan gambar diba rdapat beberapa contoh dariThree column and si ontoh penempatannya.
Gambar 2.16 Three Column And Six Column Grids Sumber : Alan Swan, 1989: 21
umn and four column grids
nis layout ini sering digunakan pada desain n materi advertising lainnya, dan merupaka
ang paling sering digunakan. Namun kita tetap g lebih ekstrim pada layout nya, misalnya denga area dan lebih banyak menggunakan gambar diba rdapat beberapa contoh dariTwo column and four ontoh penempatannya.
Gambar 2.17 Two Column And Four Column Grids Sumber : Alan Swan,1989: 22
dibandingkan text. n and six column grids
rids
in layout majalah, upakan jenis kolom ap dapat membuat engan lebih cermat dibandingkan text. and four column grids
c. Mixing grid f Pada jenis kol berbeda dalam desainnya. Pa diletakkan da dibandingkan dariMixing gri
2.11.5 Sintaksis tipogr
Faktor tipograf akan digunakan dalam dan kesan yang kekanak-kanakan. Na elemen yang ada dala seluruh tampilan yan tipografi adalah : 1. Kejelasan dan Ke 2. Menarik (Attracti 3. Memiliki Karakte
ng grid formats
s kolom ini, yang dilakukan yaitu memadukan je dalam layout. Namun tetap harus memperhatikan
. Pada jenis kolom ini, elemen desain akan lebih f n dan memaksa desainernya untuk lebih
kan pada jenis kolom lainnya. Berikut terdapat be ng grid formats.
Gambar 2.18 Mixing Grid Formats Sumber : Alan Swan,1989: 23
pografi
rafi adalah mempertimbangkan jenis huruf lam sebuah tampilan buku. Tiap font akan mem
berbeda, seperti lincah, anggun, maskulin, Namun kesan tersebut akan saling terkait dalam tampilan, artinya kesan font pun akan ber
yang ada. (Swann, 1989: 24) Unsur yang ha
n Keterbacaan (Legibility). ractiveness).
kter (Caracteristed).
n jenis kolom yang kan keseimbangan bih fleksibel untuk bih bereksperimen pat beberapa contoh
Sintaksis menur dan urutan yang tepa elemen-elemen visual sebagai berikut : 1. Huruf 2. Kata 3. Garis 4. Kolom 5. Margin
2.11.6 White Space (
Selain delapan pr penting yaitu white memberikan fungsi ke
2.11.7 Proses Cetak
nurut ilmu bahasa adalah penyusunan kata-kat pat. Sintaksis dalam tipografi adalah sebuah pr sual kedalam kesatuan bentuk khoesif. Elemen kom
ace (Ruang Kosong)
n prinsip tersebut, dalam layout juga terdapat unsu te space atau sering disebut ruang kosong.
kejelasan dan keterbacaan.
ak
Gambar 2.19 Proses Cetak Offset Sumber : Yulian, 2007: 18
kata dalam bentuk h proses penataan n komposisi adalah
Proses cetak buku, diawali dengan men-setting gambar atau layout dan unsur unsur buku lain, dengan membuat file yang siap cetak. Setelah terbuat file siap cetak, dibuat settingan color separation (pemisahan warna) CMYK, dari color separation warna ditembakkan pada plat cetak berdasarkan warna cetakan yang telah dtentukan yaitu CMYK.
46 3.1 Metodelogi Penelitian
Perancangan ini menggunakan metodelogi kualitatif. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mendalam yang dapat mendukung pembuatan buku Esai foto upacara Yadnya Kasada.
3.2 Teknik pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi.
1. Wawancara atau interview adalah metode pengumpulan data yang menghendaki komunikasi langsung antara penyelidik dengan subyek atau informan (Yatim, 2001: 15). Narasumber adalah orang yang memberikan informasi dan yang benar–benar menguasai permasalahan karena narasumber tersebut telah berkecimpung dalam permasalahan yang digeluti.
Wawancara ini dilakukan untuk mencari informasi secara mendalam kepada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Timur, informasi lebih tentang budaya suku Tengger khususnya upacara Yadnya Kasada di gunung Bromo. 2. Observasi (pengamatan) ini dilakukan untuk mengamati budaya–budaya lokal
3. Dokumentasi dilakukan dengan menggunakan cara mendokumentasikan budaya – budaya lokal khususnya budaya suku Tengger. Dokumenatasi ini penting untuk memperdalam data penelitian guna mengetahui budaya–budaya lokal suku Tengger khususnya ritual tahunan Yadnya Kasada, disamping itu dokumentasi ini berupa bentuk buku esai foto.
4. Studi eksisting yang dilakukan adalah untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dari buku yang sebelumnya yang sudah diterbitkan dinas Pariwisata yang bekerjasama dengan swasta untuk membuat buku tour guide. Namun buku tour guide yang beredar berupa buku yang menuntun wisatawan asing maupun domestik dari Kabupaten Probolinggo sampai Taman Nasional Gunung Bromo.
5. Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku, literatur, catatatan dan jurnal laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. (Nazir, 1988:111).
3.3 Teknik Analisis Data
3.3.1 Hasil dan Analisis Data
1. Data Primer
a. Depth Interview dengan pihak Toko Buku Gunung Agung Surabaya
Plaza.
Nama Sumber Interview : Tommy
Jenis Pekerjaan : Pengelola Penjualan buku majalah dan buku hobby di Toko Gunung Agung Surabaya Plaza.
Menurut Tommy, Penjualan buku esai foto, data penjualannya memang tidak seberapa dibanding buku–buku lainnya. Dikarenakan buku esai foto lebih diminati oleh orang orang yang hobby travelling, Foto, daerah wisata. Memang pangsanya tidak seberapa besar ketimbang buku yang populis seperti novel, hobby masakan, dan komik.
Memang kecil sebesar 5% penjualannya tapi itu sudah termasuk besar untuk penjualan buku esai foto, dan buku yang mengangkat isu - isu yang sedang beredar, dan beberapa yang isu nya lebih banyak dikenal orang banyak seperti isu Gang Dolly, dan penjualan buku dengan isu yang lagi beredar memang sedikit lebih tinggi dari yang lain.
100.000, 00 dan jika penjualan buku dengan harga yang lebih rendah ditakutkan tidak balik modal. Oleh karena itu buku seperti esai foto ini sengaja dicetak sedikit, dan dengan patokan harga lebih tinggi dibanding buku lainnya.
Memang secara quantity kecil penjualan buku nya, tapi itu bisa mengcover modal yang keluar. Dikarenakan nominal nya yang besar (di atas Rp. 100.000,00) dapat mengalahkan penjualan buku seperti buku komik dan lainnya.
b. Depth Interview pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi
Jawa Timur.
Nama Sumber Interview : Elly
Jenis Pekerjaan : Pemasaran Dinas Pariwisata Jawa Timur Visi dan Misi dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan diambil dari buku Rencana Statejik 2009–2014 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur.
Visi dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur adalah “Terwujudnya Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur Sebagai Penunjang Kemakmuran Bersama.”
Misi dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur adalah: 1) Meningkatkan pengembangan nilai budaya, pengelolaan keragaman
2) Meningkatkan kebudayaan destinasi dan pemasaran Pariwisata Jawa Timur yang berdaya saing global.
Tujuan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur melalui APBD untuk rakyat adalah meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Jawa Timur. Sedangkan sasaran orientasi pembangunan yang dijalankan melalui misi mewujudkan “Makmur bersama Wong Cilik.” MelaluiAPBDuntuk rakyat.
3.3.2 Studi Eksisting
Analisa studi eksisting dalam perancangan ini mengacu pada observasi yang telah dilakukan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan obyek yang dianalisa, media promosi terdahulu, serta kompetitornya.
Studi eksisting yang didapatkan dari observasi berupa data – data tertulis maupun observasi yang dilakukan. Dari observasi yang telah dilakukan, didapatkan buku dari pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Timur. Kemudian untuk studi kompetitor, dapat dilakukan dengan meneliti data berupa file dan artikel–artikel sebagai pendukung analisis yang berada di lapangan. 1. Media promosi terdahulu
Selain media tele menjadi lokasi sy media komunika kebanyakan cont suku Tengger, sal Adapun yang me adalah buku esa dengan penampi membosankan ka yang terbilang tida Beberapa contoh Taman Nasional G a. Memories of M
Dalam buku mensertakan bukuMemori
Gam Sumber : Dinas Pari
elevisi juga sudah seringkali Taman Nasional syuting sinetron maupun film. Setelah media te unikasi massa, juga media buku, maupun m
ontent dan context nya jarang yang memasukka , salah satunya upacara Yadnya Kasada secara de
memasukan dan membahas secara luas tentang esai, yang lebih membahas ke sejarah dan
pilan yang minim fotografi, dan termasuk n karena pembahasan tentang budaya Upacara
tidak ada foto secara lengkap mengenai rentetan n oh untuk buku yang sudah pernah ada dan me onal Gunung Bromo dan budaya suku Tengger.
s of Majapahit
buku ini lebih bercerita tentang kerjaan Majapahi kan foto dan lebih berisi tentang esai. Berikut
ories of Majapahit.
ambar 3.1CoverBuku Memories Of Majapahit ariwisata Dan Kebudayaan Jawa Timur,Memories
onal Gunung Bromo a televisi, ada juga majalah. Namun sukkan budaya asli
detail.
ntang suku Tengger n budaya, namun asuk buku yang ra Yadnya Kasada
tan nya.
membahas tentang
hit dengan sedikit kut gambaran dari
Gambar Sumber : Dinas Pari
Gambar Sumber : Dinas Pari
Dalam buku 1) Kurang mulai da dan seba 2) Pembaha 3) Context
b. BromoThe M Berikut adal Mountain, pr
foto tetapi khusus unt
bar 3.2 Isi DanLayoutBuku Memories Of Majapahi ariwisata Dan Kebudayaan Jawa Timur,Memories
bar 3.3 Isi DanLayoutBuku Memories Of Majapahi ariwisata Dan Kebudayaan Jawa Timur, Memories
bukuMemories of Majapahitmempunyai kekuran g membahas tentang suku Tengger secara m dari budaya, adat, rumah tradisional, kegiatan
bagainya yang bersangkutan dengan suku Tengge bahasan suku Tengger hanya 4 lembar.
xtyang terlampau banyak
he Majestic Mystical Mountain
dalah gambaran dari buku Bromo The Maj n, produksi R&W yang sudah banyak mengelua
khusus untuk koleksi dan memaparkan sebuah ke pahit
ies Of Majapahit
pahit
es Of Majapahit
angan yaitu : menyeluruh, baik
tan ritual tahunan, ngger.
Majestic Mystical
Gambar 3.4 Sumber : Si
Gambar 3.5 Isi D Sumber : Si
Dalam buku beberapa keku 1) Gaya bah 2) Minim inf 3) Content
a. Analisis int
Mountain)
1) Demograf - Usia - Jeni
3.4CoverBuku BromoThe Majestic Mystical Moun : Sigit Pramono, BromoThe Majestic Mystical Moun
si DanLayoutBuku BromoThe Majestic Mystical M : Sigit Pramono, BromoThe Majestic Mystical Moun
buku Bromo The Majestic Mystical Mountai kekurangan seperti :
bahasa sistematis
informasi tentang suku Tengger
ntlebih pada keindahan sebuah obyek foto.
internal (Sigit Pramono, Bromo The Maj
ografis
sia : 25 Tahun
enis Kelamin : Laki–Laki dan Peremp ountain
ountain
al Mountain. ountain
ountain ini memiliki
Majestic Mystical
- Siklus Hidup : Belum menikah, menikah, dan menikah mempunyai anak - Profesi : Pelajar dan pekerja
- Pendidikan : SMA , Perguruan tinggi - Strata Sosial : Kelas menengah Atas 2) Geografis
- Wilayah : Jawa Timur
- Iklim : Tropis
3) Psikografis
a) Berdasarkan FOI (Face Of Indonesia)
The Savvy Conqueror/City Slickers (Main Untuk Menang)
Building lock desires
- Gold : dimanja oleh materi dan barang-barang yang dimiliki - Glory : suka disanjung dan dipuja
- Group : supel dan penuh energi b. Behaviour
Pengambilan keputusan terhadap barang dan jasa, menyukai kebudayaan dan kuliner dari nilai – nilai leluhur yang dapat menyalurkan kepedulian mereka terhadap budaya tradisional.
c. Positioning
badan usaha dianggap seba Dalam hal i dikelola Oleh kebudayaan dapat dilestar
3.3.3 Studi Kompetit
Analisis kompe observasi yang sudah dari budaya lokal yang Buku yang aka berikut :
a. Kotagede, Life B
Buku ini mempap kota di Jogjakart disajikan berimba koleksi juga pena
Gambar Sumbe
ha, merk atau apa saja dalam alam pikiran p sebagai sasarannya atau konsumennya (Morissa
l ini budaya lokal Taman Nasional Gunung leh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Ti n asli suku Tengger salah satunya upacara starikan.
etitor
petitor dalam perancangan ini agar dapat sudah pernah dilakukan pada objek yang diteliti
ang ada di Jawa Timur maupun daerah lainnya. akan dijadikan kompetitor untuk dipelajari
e Betwen Walls
paparkan cerita dan pengetahuan yang lebih ban karta dan meringkasnya dalam sebuah buku, di bangan antar esai dan juga foto, dan juga be nambah informasi.
bar 3.6CoverBuku KOTAGEDELife Between Wal ber : Bambang Tri, Kotagede :Life Between Walls
kiran mereka yang ssan, 2010: 72) unung Bromo yang
Timur, ingin agar a Yadnya Kasada
pat mengacu pada iti dan kompetitor
a.
ri adalah sebagai
h banyak dari sebuah , didalam buku ini berfungsi sebagai
alls
Gambar 3.7 Sumbe
Mempelajari kont membantu penulis unt Mulai dari penyajia penggunaan warna, pe Kekuatan dari tentang sejarah dan bangunan, tata kota, dengan budaya lokal K
Kelemahan nya nya tergolong sedikit.
3.3.4 Analisa SWOT
Analisis SWOT merumuskan strategi memaksimalkan kekua bersamaan dapat mem
3.7 Isi DanLayoutDari Buku KOTAGEDE Life Be ber : Bambang Tri, Kotagede :Life Between Walls
konten, layout, dan peulisan sebuah karya buku untuk mencapai target agar buku memenuhi ke ajian kontent, penyusunan layout, penggun , penggunaan bahasa.
ri buku KOTAGEDE Life between Walls, a dan budaya dari sebuah KOTAGEDE, mula kota, budaya, agama dan macam–macam yan okal KOTAGEDE.
ya adalah buku berisikan lebih banyak Esai, da kit.
WOT
OT adalah identifikasi berbagai faktor secara si gi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada log kuatan (Strenght) dan peluang (Opportunities) eminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan anc
Between Wall alls
buku esai foto akan nuhi kebutuhan pasar. nggunaan tipografi,
s, adalah berisikan ulai dari struktur ang bersangkutan
, dan porsi gambar
a sistematis untuk logika yang dapat ies), namun secara
Proses pengambilan ke misi, tujuan, strategi strategis (strategic planne (kekuatan, kelemahan, pe ini disebut dengan ana adalah Analisis SWOT
1. Matrik Faktor S
Sebelum membua terlebih dahulu fa penentuan faktor st a. Susunlah dal b. Beri bobot m
penting) sam dapat membe c. Hitung rating
memberikan berdasarkan
n keputusan strategis selalu berkaitan dengan egi dan kebijakan perusahaan. Dengan demi planner) harus menganalisis faktor-faktor strat
an, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang a analis situasi. Model yang paling populer untuk
OT.
Gambar .3.8 Analisis Swot Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2011
or Strategi Eksternal
buat matrik faktor strategi eksternal, kita pe u faktor strategi eksternal (EFAS). Berikut ini a
or strategi eksternal (EFAS) :
h dalam kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang da bobot masing-masing faktor dalam kolom 2; mulai
sampai 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut berikan dampak pada faktor strategis.
ting (dalam kolom 3) untuk masing-masing kan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai de
n faktor pengaruh tersebut terhadap kondosi pe
gan pengembangan mikian perencana rategis perusahaan g ada saat ini. Hal untuk analisis situasi
perlu mengetahui ni adalah cara-cara
dan ancaman). ulai dari 1,0 (sangat
sebut kemungkinan
bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakinbesar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil, diberi rating +1). Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya. Misalnya, jika nilai ancaman sangat besar, ratingnya adalah 1. Sebaliknya, jika nilai ancamannya sedikit ratingnya 4.
d. Dikalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasil berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).
e. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung. f. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total
skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu beraksi terhadap faktor-faktor strategis ekternalnnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan ini dapat digunakan lainnya dalam kelompok industri yang sama.
Untuk mendapatkan gambaran lengkap mengenai permasalahan yang dihadapi, Penulis melakukan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threats).
2. Matriks SWOT
Tabel 3.3.1 Analisa SWOT
Internal
External
Strengths (S) 1. Membahas khusus tentang budaya asli suku Tengger, upacara Yadnya Kasada.
2. Nilai budaya lebih diunggulkan.
3. Pusat infomasi
mengenai upacara Yadnya Kasada.
4. Upaya pelestarian kebudayaan suku Tengger yang membahas Upacra Yadnya Kasada.
Weaknesses (W) 1. Tidak adanya media promosi.
2. Harga buku yang relatif mahal.
Opportunities (O) 1. Belum ada buku dengancontentdan contexttentang suku Tengger, khusus nya upacara Yadnya Kasada.
2. Adapun buku yang membahas tentang upacara Yadnya Kasada tetapi lebih banyak context daripadacontentfoto.
Strategi SO 1. Menggunakan kelengkapan data yang dimiliki sebagai fokus utama dalam perancangan.
2. Menggunakan nilai–nilai budaya lokal sebagai
keunggulan buku. 3. Membuat buku yang mempunyai Informasi lebih, dan menjadikan suatu upaya pelestarian.
Strategi WO 1. Menggunakan media relatif lebih murah.
3. Menyesuaikan visi dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan sebagai berikut,
“Terwujudnya Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur Penunjang Kemakmuran Bersama.”
Threats (T) 1. Banyak media yang membahas tentang upacara Yadnya Kasada.
Strategi ST 1. Merancang buku dengan informasi lebih agar
memudahkan pembaca untuk sampai ke tempat tujuan, dan menuntun
pembaca untuk mendapatkan informasi lebih untuk
upacara Yadnya Kasada.
Strategi WT 1. Buku lebih fokus pada upacara Yadnya Kasada.
Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2011
Strategi yang relevan dengan kondisi daerah:
a. Menggunakan kelengkapan data yang dimiliki sebagai fokus utama dalam perancangan.
b. Menggunakan nilai–nilai budaya lokal sebagai keunggulan buku.
d. Menggunakan media yang relatif lebih murah , dalam hal ini buku. e. Memerlukan media promosi dengan upaya pelestarian budaya lokal. f. Merancang buku dengan informasi lebih agar memudahkan pembaca
untuk sampai ketempat tujuan, dan menuntun pembaca untuk mendapatkan informasi lebih untuk upacara Yadnya Kasada.
g. Memfokuskan pada upacara Yadnya Kasada. Solusi umum : Menjadikan budaya suku Tengger, upacara Yadnya Kasada menjadi lebih dikenal baik dari runtutan upacara nya agar dapat lebih menuntun wisatawan dan yang ingin mengikuti upacara, dan juga mampu melestarikan budaya lokal upacara Yadnya Kasada.
h. Sebagai upaya pelestarian kebudayaan suku Tengger salah satunya adalah upacara Yadnya Kasada.
3. Unique Selling Proposition
Buku esai foto upacara Yadnya Kasada ini menceritakan tentang rentetan peristiwa dari sebuah upacara, dan informasi sebagai referensi, tidak seperti buku yang telah ada, buku hanya memperlihatkan keindahan gunung Bromo, dan sekitarnya. Buku esai foto ini nantinya bermuatkan informasi budaya yang sudah mulai banyak yang tidak berminat untuk mengetahuinya, oleh karena itu berharap agar dapat menimbulkan minat baru dan mengingatkan minat lama untuk muncul kembali.
dengan mistisnya tahun didalam sist Buku berbentuk ve Widi Wasa (Yang 74 Lembar halam
3.3.5 Keyword
Untuk pencapai dari 4 komponen yan ketiga komponen ters yang artinya ada m berdasarkan dari kebuda
snya dan juga dilakukan pada malam pergant sistem penanggalan suku Tengger.
uk vertikal menunjukan hubungan manusia denga ng Maha Esa), dengan ukuran 190mm x 280mm aman.
Keyword
Gambar 3.9Keyword
Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2013
paian sebuah keyword dalam perancangan ini, ang ada, yakni STP, SWOT, Observasi dan w tersebut munculah sebuah keyword “conserve melestarikan, meneruskan, atau melakukan kebudayaan ini sendiri yang masih terus menerus
antian bulan/akhir
dengan Sang Hyang 280mm, dan memiliki
ni, dapat dianalisis n wawancara. Dari rve”. “Conserve”