i
Disusun untuk Memenuhi Penyelesaian Skripsi sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh:
Nama : CANTIK ISTYA KARMANA NIM : 20130610311
FAKULTAS HUKUM
v MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai (dari suatu urusan), kerjakan dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” (QS: AL-Insyiroh: 6-7)
“Maka nikmat Rabb kamu yang manakah, yang kamu dustakan”
(QS: Ar-Rahman 13)
"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat"
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumWr. Wb.
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat melaksanakan tugas dalam menyusun skripsi ini sampai terselesaikan. Skripsi ini diberi judul “PELAKSANAAN
PENGAWASAN MELEKAT TERHADAP KEDISIPLINAN PNS DI DINAS
PENDIDIKAN KABUPATEN TEMANGGUNG” dan disusun untuk
melengkapi tugas-tugas serta memenuhi syarat-syarat guna menyelesaikan Program Strata Satu Ilmu Hukum.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat terlaksana
dengan baik atas bantuan semua pihak, sehingga penulis dengan segenap kerendahan hati mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terutama kepada:
1. Kedua Orang Tuaku Bapak Karman dan Ibu Isti Farofah, yang tiada henti-hentinya mencurahkan kasih sayangnya dan memberikan rencana hidup,
bimbingan dan nasehat, kebutuhan keuangan dan yang lebih berharga adalah doa yang selalu diperuntukkan kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan studi ini, saya berharap dan berdoa agar beliau selalu diberi kesehatan dan keselamatan oleh Allah SWT.
2. Bapak Dr. Trisno Raharjo, S.H., M.Hum. Selaku Dekan Fakultas Hukum
vii
3. Bapak Bagus Sarnawa, S.H., M.Hum. Selaku Dosen Penguji Utama yang sudah memberikan masukan bagi penulis untuk memperbaiki skripsi ini agar
menjadi lebih baik.
4. Bapak Nasrullah, S.H., S.Ag., MCL. Selaku Dosen Pembimbing I Fakultas
Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan masukan yang sangat berarti bagi penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Beni Hidayat, S.H., M.Hum. Selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersabar dan banyak meluangkan waktu untuk membimbing penulis
menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Fakultas Hukum yang telah memberikan kuliah sebagai bekal pengetahuan yang berguna dalam penyusunan skripsi.
Semoga skripsi ini dapat membawa manfaat dan memberikan pengetahuan
dalam pengembangan Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Yogyakarta, 11 Maret 2017
Cantik Istya Karmana
viii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO ……….. v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI………... viii
ABSTRAK……… xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGAWASAN MELEKAT TERHADAP KEDISIPLINAN PNS ... 7
A. Pengawasan ... 7
1. ... Pe ngertian Pengawasan ... 7
2. ... Tu juan Pengawasan ... 14
ix
4. ... Je
nis Pengawasan ... 19
5. ... Pe ngawasan Melekat ... 24
B. Disiplin Kerja Pegawai ... 27
1. ... De finisi Disiplin Kerja ... 27
2. ... In dikator Disiplin Kerja ... 31
3. ... Ge jala dan Sebab Ketidakdisiplinan ... 33
4. ... Ke gunaan Disiplin Kerja ... 34
5. ... Di siplin Pegawai Negeri Sipil ... 34
6. ... Ke wajiban dan Hak PNS ... 42
BAB III METODE PENELITIAN ... 45
A.Jenis Penelitian ... 45
B. Data Penelitian ... 45
C.Teknik Pengumpulan Data ... 46
D.Lokasi Penelitian ... 46
x
F. Teknik Pengambilan Sampel ... 47
G.Teknik Analisis Data ... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48
A. Pelaksanaan Pengawasan Melekat terhadap Kedisiplinan PNS di Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung ... 48
B. Hambatan-hambatan Pelaksanaan Pengawasan Melekat terhadap Kedisiplinan PNS di Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung ... 59
BAB V PENUTUP ... 69
A. Kesimpulan ... 69
B. Saran ... 72
xi
mengatur yang disebut pemerintah (government). Konsep, ajaran, dan tujuan
negara adalah menyelenggarakan ketertiban hukum, dengan berdasarkan dan berpedoman pada hukum. Pengawasan melekat adalah proses pemantauan, pemeriksaan dan evaluasi yang dilakukan secara berdaya guna oleh pimpinan
organisasi kerja terhadap fungsi semua komponen untuk mewujudkan kerja di lingkungan masing-masing agar berfungsi secara maksimal dalam melaksanakan
tugas pokok yang terarah pada pencapaian tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.
Pengawasan melekat akan berfungsi dengan baik, jika sistem
pengendalian manajemen yang disusun oleh pimpinan untuk mengarahkan segala daya dan usaha untuk tercapainya tujuan yang ditentukan dapat berfungsi.
Pengawasan melekat sifatnya mencegah (preventif) penyimpangan, sehingga pengawasan melekat dianggap mempunyai kualitas tinggi jika mampu mencegah semua bentuk penyimpangan dalam pembangunan.
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara dalam menjalankan kekuasaannya mempunyai alat untuk mengatur yang disebut pemerintah (government). Konsep, ajaran, dan tujuan negara adalah menyelenggarakan ketertiban hukum, dengan
berdasarkan dan berpedoman pada hukum. Dalam negara hukum segala kekuasaan dari alat–alat pemerintahannya didasarkan atas hukum.
Peranan administrasi kepegawaian semakin penting dalam lingkup administrasi negara ketika pemerintah mencanangkan rencana pembangunan lima tahun pertama. Unsur sumber daya manusia
merupakan faktor penentu dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan baik dalam tugas umum pemerintahan maupun pembangunan.
Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengatur sesuatu dalam masyarakat baik yang mengatur tentang tugas dan wewenang aparatur penyelenggara pemerintahan di seluruh jajaran instansi
pemerintahan di Indonesia. Kelancaran penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan nasional terutama dari ketertiban aparatur pemerintahan
yang pada pokoknya tergantung pada dedikasi pegawai negeri sipil dengan memiliki jiwa disiplin. Hal ini diperlukan karena pegawai negeri sipil sebagai penyelenggara tugas pemerintahan dan pembangunan. Tujuan
2
yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 1 menyatakan bahwa, ASN adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada
instansi pemerintah. Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut Pegawai ASN adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah
dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan.
PNS adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina
kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.
Melihat betapa pentingnya masalah kedisiplinan ini sehingga perlu diatur secara tersendiri seperti yang diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Namun pelaksanaan kedisiplinan itu tidak akan mungkin terlaksana dengan baik
3
Presiden RI Nomor 1 Tahun 1989 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Melekat.
Pengawasan melekat adalah proses pemantauan, pemeriksaan dan evaluasi yang dilakukan secara berdaya dan berhasil guna oleh pimpinan
unit/organisasi kerja terhadap fungsi semua komponen untuk mewujudkan kerja di lingkungan masing-masing, agar secara terus menerus berfungsi secara maksimal dalam melaksanakan tugas pokok yang terarah pada
pencapaian tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Pengawasan melekat adalah proses pemantauan, pemeriksaan dan evaluasi yang
dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna oleh pimpinan unit/organisasi kerja terhadap sumber-sumber kerja untuk mengetahui kelemahan-kelemahan atau kekurangan-kekurangannya, agar dapat
diperbaiki oleh pimpinan yang berwenang pada jenjang yang lebih tinggi, demi tercapainya tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.1
Kewajiban dan larangan yang diperinci dalam peraturan disiplin pegawai negeri sipil masih banyak sekali pegawai negeri sipil belum mentaati kewajibannya secara baik dan masih banyak yang melanggar
larangan-larangan yang dimaksud. Dengan adanya peraturan, ketaatan untuk melakukan kewajiban dapat ditingkatkan dan pelanggaran terhadap
larangan dapat dikurangi karena adanya sanksi yaitu berupa Hukuman Disiplin, yang juga telah diperinci baik mengenai tingkat maupun jenisnya. Selain itu suatu hukuman disiplin dimaksudkan untuk
1
4
memperbaiki dan mendidik pegawai negeri sipil yang melakukan suatu pelanggaran.2 Untuk menghindari perbuatan sewenang-wenang pejabat
yang berhak menghukum, maka diadakan ketentuan-ketentuan tentang tata cara pemeriksaan, pengawasan, penjatuhan, dan penyampaian keputusan
hukuman disiplin tersebut.
Sehubungan dengan pelaksanaan pengawasan melekat di tingkat Kabupaten Temanggung, perlu suatu instansi yang bertanggung jawab di
Dinas Pendidikan yang tugasnya melakukan pengawasan umum dan manajemen terhadap penyelenggaraan kegiatan pemerintah Kabupaten
Temanggung. Agar meminimalisir tindakan-tindakan yang bisa merugikan negara seperti halnya penyalahgunaan kekuasaan, oleh karena itu menurut penulis perlu dilakukan penelitian mengenai hal tersebut.
Lingkungan aparatur pemerintah jelas bahwa tujuan yang hendak dicapai adalah tujuan pembangunan nasional yang secara umum terdapat
didalam pembukaan UUD1945. Tujuan itu harus dijabarkan oleh setiap organisasiatauunit kerja di lingkungan aparatur pemerintah dari tingkat pusat sampai ke tingkat daerah. Dalam melaksanakan volume dan beban
tugas itulah, diperlukan pengawasan melekat baik terhadap komponen-komponen yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan maupun pada
sumber-sumber kerja yang dipergunakan.3
Pengawasan melekat akan berfungsi dengan baik, jika sistem pengendalian manajemen yang disusun oleh pimpinan untuk mengarahkan
2
Bagus Sarnawa, 2007, Manajemen Pegawai Negeri Sipil, Lab Hukum UMY, hlm. 66
3
5
segala daya dan usaha untuk tercapainya tujuan yang ditentukan dapat berfungsi. Pengawasan melekat sifatnya mencegah (preventif)
penyimpangan, sehingga pengawasan melekat dianggap mempunyai kualitas tinggi jika mampu mencegah semua bentuk penyimpangan dalam
pembangunan.4Berdasarkan uraian tersebut mendorong penulis untuk meneliti dengan judul “PELAKSANAAN PENGAWASAN MELEKAT TERHADAP KEDISIPLINAN PNS DI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN TEMANGGUNG”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan pengawasan melekat terhadap kedisiplinan PNS di Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung?
2. Apakah hambatan-hambatan yang ada dalam pelaksanaan pengawasan
melekat terhadap kedisiplinan PNS di Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pengawasan melekat terhadap kedisiplinan PNS di Dinas Pendidikan Kabupaten
Temanggung.
2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang ada dalam pelaksanaan
pengawasan melekat terhadap kedisiplinan PNS di Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung.
4
6 D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Sebagai salah satu sarana untuk mengembangkan ilmu, sebab hasil-hasil penelitian tersebut merupakan bagian-bagian yang dianalisis,
yang hasilnya akan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan. 2. Praktis
Menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam bidang
7
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PENGAWASAN MELEKAT TERHADAP KEDISIPLINAN PNS
A. Pengawasan
1. Pengertian Pengawasan
Pengawasan adalah suatu kegiatan yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang yang harus diikuti agar dicapai mutu pengawasan yang
dikehendaki, bertujuan untuk mengurangi atau menghindari masalah yang berhubungan dengan penyalahgunaan, penyimpangan, dan
penyelewengan supaya dilaporkan sebab-sebab dan bagaimana terjadinya, serta menemukan cara bagaimana terjadinya, serta menemukan cara bagaimana memperbaikinya.1
Pengawasan terhadap kedisiplinan pegawai negeri sipil meliputi pengawasan melekat (WASKAT), pengawasan fungsional, dan
pengawasan masyarakat yang secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pengawasan Melekat
Pengawasan melekat adalah tindakan atau kegiatan untuk mengawasi dan mengendalikan oleh pimpinan masing-masing
instansi kepada bawahannya baik ditingkat pusat, propinsi, kabupaten atau kota maupun sekolah.2 Prioritas utama dalam kedisiplinan pegawai negeri sipil adalah pengawasan yang
1
Sujamto, 1986, Beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan, Jakarta, Ghalia Indonesia,hlm.19
2Ibid.
8
dilakukan oleh Dinas Pendidikan kabupaten atau kota kepada sekolah-sekolah.
b. Pengawasan Fungsional
Pengawasan fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh
instansi yang diadakan khusus untuk membantu pimpinan dalam menjalankan fungsi pengawasan di lingkungan instansi yang menjadi tanggung jawabnya. Instansi tersebut yaitu Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal Depdiknas, Badan Pengawasan Daerah (Bawasda)
propinsi kabupaten atau kota. c. Pengawasan Masyarakat
Dalam rangka transparansi pelaksanaan pengawasan melekat
pelaksanaan ini juga dapat diawasi oleh unsur masyarakat yang terdapat di daerah Kabupaten Temanggung dan unit-unit
pengaduan masyarakat yang terdapat di daerah Kabupaten Temanggung. Lembaga tersebut melakukan pengawasan dalam rangka melihat pelaksanaan pengawasan melekat di daerah
Kabupaten Temanggung namun tidak melakukan peringatan yang bersifat kedinasan. Apabila terdapat indikasi penyimpangan dalam
kedisiplinan pegawai negeri sipil agar segera dilaporkan kepada instansi pengawas fungsional atau lembaga berwenang lainnya.
Dalam penyelenggaraan pemerintah perlu adanya pengawasan
9
maka kegiatan yang menyimpang dapat dibetulkan. Fungsi pengawasan bukan untuk mencari-cari kesalahan tetapi mengarahkan
agar semua kegiatan berjalan sesuai dengan rencana. Batasan pengertian pengawasan telah banyak dirumuskan oleh para ahli dalam
berbagai literatur, salah satu batasan diantaranya adalah sebagaimana dikemukakan oleh M. Manullang mengatakan:
“Pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan suatu
pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan mengoreksi bila perlu dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuaidengan
rencana semula.”3
Menurut Viktor M Situmorang dan Yusuf Juhir:
“Pengawasan adalah setiap usaha dan tindakan dalam rangka untuk
mengetahui sejauh mana pelaksaan tugas yang dilaksanakan menurut ketentuan dan sasaran yang hendak dicapai. Dalam definisi tersebut
terdiri dari dua bagian yaitu: pertama; menggambarkan wujud dari pengawasan; kedua; menggambarkan tujuan dan sasaran yang hendak
dicapai oleh pengawasan tersebut.”4
Menurut Ir. Sujamto mengatakan:
“Pengawasan adalah suatu usaha untuk mengetahui dan menilai
kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas, apakah
sesuai dengan yang semestinya atau tidak.”5
3
M. Manullang, 1977, Dasar-Dasar Manajemen, Jakarta, Ghalia Indonesia, hlm. 173
4
Viktor M. Situmorang dan Jusuf Juhir, 1994, Aspek Hukum Pengawasan Melekat dalam Lingkungan Aparatur Pemerintah, Jakarta, Rineka Cipta, hlm. 21
5
10
Menurut Sondang P. Siagan mengatakan:
“Pengawasan adalah proses pengamatan dari pada pelaksanaan
seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua apa yang telah direncana sesuai dengan apa yang telah ditentukan
sebelumnya.”6
Menurut Basu Swastha mengatakan:
“Pengawasan adalah fungsi yang menjamin bahwa kegiatan
-kegiatan dapat memberikan hasil seperti apa yang diinginkan.”7
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
pengawasan pada dasarnya merupakan tindakan atau kegiatan dan perbuatan untuk menilai pelaksanaan suatu pekerjaan atau kegiatan apakah sudah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Pengawasan berhubungan erat dengan perencanaan dan pemeriksaan. Sebab perencanaan dan pemeriksaan yang baik tanpa disertai dengan
tindakan pengawasan maka perencanaan dan pemeriksaan tersebut tidak akan menghasilkan pekerjaan yang sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Pengawasan pada hakikatnya merupakan
usaha memberikan petunjuk pada para pelaksana agar mereka selalu bertindak sesuai dengan rencana.
Dalam konteks pelaksanaan suatu sistem manajemen dapat digambarkan bahwa suatu gagasan atau ide yang kemudian dituangkan dalam suatu rumusan rencana akan berlanjut dengan suatu proses
6
Viktor M.Situmorang dan Jusuf Juhir, Ibid., hlm. 37
7
11
tindakan pelaksanaan yang diikuti dengan tindakan pengawasan, agar perencanaan yang dimaksud dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Melalui tindakan pengawasan ini akan diperoleh umpan balik dalam bentuk laporan dari yang melakukan pengawasan kepada pokok
pimpinan yang berwenang, dimana melalui laporan tersebut akan diketahui gambaran tentang sejauh mana kesesuaian rencana dengan pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan. Jika terjadi kekeliruan atau
penyimpangan, maka dilakukan tindak korektif atau perbaikan agar pekerjaan berikutnya dapat dilakukan kembali sesuai rencana.
Agar kegiatan pengawasan dapat berjalan sebagaimana mestinya, maka harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1.Pengawasan harus mencerminkan sifat kegiatan. Untuk jenis
kegiatan yang berbeda maka pengawasan dan pedoman pengawasannyapun berbeda.
2.Pengawasan harus melaporkan penyimpangan-penyimpangan secara cepat. Kesalahan-kesalahan atau penyimpangan-penyimpangan harus cepat diketahui agar bias diambil tindakan
koreksi.
3.Pengawasan harus bisa melihat jauh kedepan. Untuk membuat
perkiraan situasi yang akan datang sebab hal ini dapat memperkecil dari kemungkinan terjadinya penyimpangan.
4.Pengawasan harus menunjukkan perkecualian pada hal-hal penting,
12
sama maka harus mengeluarkan waktu dan usaha tambahan untuk menangani hal-hal perkecualikan.
5.Pengawasan harus obyektif. Agar pengawasan dapat lebih obyektif maka tidak didominasi oleh kekuatan pribadi seseorang tetapi
perlu adanya pernyataan yang jelas dalam pelaksanaan pekerjaan. 6.Pengawasan harus fleksibel. Keluwesan dapat diberikan dengan
memasukkan rencana-rencana alternative untuk situasi-situasi
yang memungkinkan.
7.Pengawasan harus mencerminkan pola organisasi. Untuk
menyelesaikan masalah-masalah dan mencapai tujuannya, data pengawasan harus jelas dan spesifik, menyangkut jumlah dan sumber kesulitan, setiap pelaksana perlu
mempertanggungjawabkan hasil-hasil kegiatannya.
8.Pengawasan harus ekonomis. Sebaiknya pengawasan bukan
menjadi tujuan tetapi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan demikian biaya pengawasan diusahakan untuk dapat ditekan sekecil mungkin.
9.Pengawasan harus dapat dipahami. Jika sistem pengawasan tidak dapat dipahami dan tidak dapat diterapkan maka hanya akan
memperbanyak kekurangan yang ada.
10.Pengawasan harus menunjukkan tindakan koreksi. Suatu sistem pengawasan yang memadai harus dapat bekerja lebih banyak.
13
bertanggungjawab atas kegagalan tersebut, dan alternative apa yang cocok untuk mengatasinya.8
Dengan berpedoman pada karakteristik pengawasan diatas, maka diharapkan setiap kegiatan pengawasan dapat dilaksanakan dengan
baik dan sesuai dengan rencana. Adapun obyek pengawasan adalah pelaksanaan tugas pokok organisasi yang bersangkutan. Dalam hal ini untuk lebih tegasnya bahwa obyek pengawasan bukan seseorang tetapi
suatu sistem yang mencakup pelaksanaan tugas organisasi dimana
pengawasan tidak dapat ditujukan dengan kata “siapa” melainkan
dengan kata “apa”.
Sedangkan sasaran pengawasan digunakan untuk menunjuk kepada apa yang akan dicapai oleh pengawas. Kata “sasaran” biasanya
dianggap sebagai terjemahan atas kata target dan “goal” dalam bahasa
inggris, yang kira-kira berarti tujuan pokok yang hendak dicapai.
Sedangkan menurut ketentuan umum Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan atas penyelenggraan Pemerintahan Daerah, pengertian pengawasan dan
penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintahan daerah berjalan sesuai
dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
8
14
Pemerintah daerah merupakan sub sistem dalam penyelenggaraan pemerintahan negara. Oleh karena itu, untuk mengupayakan keserasian
penyelenggaraan pemerintahan negara dengan pemerintahan daerah yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme maka diperlukan
pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah. Dalam melakukan pengawasan, harus diutamakan adanya kerjasama dan dipeliharanya rasa kepercayaan, sehingga dapat tercapai
tujuan dari pengawasan, yaitu untuk mengetahui perbedaan antara rencana dengan pelaksanaan dalam waktu yang tepat sehingga dapat
diadakan perbaikan-perbaikan dengan segera mencegah berlarut-berlarutnya kesalahan.9
2. Tujuan Pengawasan
Sebagai suatu proses kegiatan, maka pengawasan juga memiliki tujuan, tujuan pengawasan sebagaimana dinyatakan oleh Viktor M.
Situmorang dan Jusuf Juhir adalah:
a. Agar tercipta aparatur pemerintah yang bersih dan berwibawa yang didukung oleh suatu sistem manajemen pemerintah yang berdaya
guna dan berhasil guna serta ditunjang oleh partisipasi masyarakat yang terkendali dalam wujud pengawasan masyarakat (control
social) yang obyektif, sehat dan bertanggungjawab.
b. Agar terselenggaranya tertib administrasi di lingkungan aparatur pemerintah, tumbuhnya disiplin kerja yang sehat. Agar adanya
9
15
keleluasaan dalam melaksanakan tugas, fungsi/kegiatan, tumbuhnya budaya maka dalam diri masing-masing aparat, rasa
bersalah dan rasa berdosa yang lebih mendalam untuk berbuat hal-hal yang tercela terhadap masyarakat dan ajaran agama.10
Selanjutnya agar pengawasan itu dapat berjalan dengan baik maka pengawasan itu sendiri secara langsung juga bertujuan untuk:
1. Menjamin ketetapan pelaksanaan sesuai dengan rencana,
kebijaksanaan dan pemerintah.
2. Mentertibkan koordinasi kegiatan-kegiatan.
3. Mencegah pemborosan dan penyelewengan.
4. Menjamin terwujudnya kepuasan masyarakat atas barang dan jasa yang dihasilkan.
5. Membina kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan organisasi.11
Pendapat lain menurut Manullang, menyebutkan bahwa tujuan pengawasan adalah mengusahakan agar apa yang direncanakan menjadi kenyataan.12
Sedangkan tujuan pengawasan menurut Sujamto, menyebutkan bahwa tujuan pengawasan adalah untuk mengetahui dan menilai
10
Viktor M. Situmorang dan Jusuf Juhir, Op, Cit, hlm. 96
11
Ibid, hlm. 26
12
16
kenyataan yang sebenarnya tentang pelaksanaan tugas atau pekerjaan, apakah sesuai dengan semestinya atau tidak.13
Dari beberapa pendapat tentang tujuan pengawasan tersebut diatas maka dapat ditarik kesimpulan mengenai tujuan pengawasan. Bahwa
tujuan pengawasan itu adalah untuk menjamin terselenggaranya pekerjaan sesuai dengan rencana yang mungkin terjadi dalam hal pelaksanaan pekerjaan. Artinya selalu mengusahakan dilaksanakannya
pekerjaan yang sesuai rencana, maka pengawasan sekaligus juga bertujuan menyempurnakan berbagai kekurangan atau kekeliruan yang
mungkin terjadi dalam pelaksanaan pekerjaan teesebut untuk memperbaiki bagi pelaksanaan kegiatan yang akan datang.14
3. Norma dan Etika Pengawasan
Untuk kegiatan dalam rangka melaksankan fungsi pengawasan, diperlukan satu norma yang lebih umum yaitu norma pengawasan,
norma ini berlaku untuk semua kegiatan baik yang berupa pemeriksaan atau yang bukan pemeriksaan. Jika norma pengawasan itu hanya memberikan suatu patokan dalam melaksanakan pengawasan, maka
diperlukan etika pengawasan sebagai patokan bagi semua petugas pengawasan. Bagaimana harus bersikap menghadapi tugas dalam
tanggung jawabnya.
Dalam Kamus Umum bahasa Indonesia susunan, W. J. S. Purwadarminta, kata “norma” dijelaskan sebagai “ukuran” (untuk
13
Sujamto, Op, Cit, hlm. 155
14
17
menentukan sesuatu) patokan.15 Kata lain dalam bahasa Indonesia yang sering dianggap seakan-akan sebagai sinonim kata norma dan
kata akidah. Akan tetapi dalam kamus tersebut penjelasan kata norma dan kata kaidah tidak dikaitkan sama sekali kata kaidah, diberi arti
sebagai rumusan asas-asas yang menjadi hukum, atturan yang tentu, patokan dalil.16
Dari penjelasan tersebut, penulis lebih cenderung untuk memberi
arti norma sebagai patokan aturan perilaku. Pengertian norma sebagai pengawasan adalah sebagai berikut: Norma pengawasan adalah
patokan, kaedah, atau ukuran yang ditetapkan oleh pihak berwenang yang harus diikuti dalam rangka melaksanakan fungsi pengawasan agar dicapai mutu pengawasan yang dikehendaki.17
Dalam pelaksanaan pengawasan khususnya dalam jajaran departemen dalam negeri, telah dirumuskan norma umum pengawasan
yang dimaksud adalah:
a. Pengawasan tidak mencari-cari kesalahan, yaitu tidak mengutamakan mencari siapa yang salah tetapi apabila ditemukan
penyimpangan dan hambatan agar dilaporkan dan bagaimana mengatasinya.
15
W. J. S. Purwadarminta, 1984, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, hlm. 678
16
Ibid, hlm. 432
17
18
b.Pengawasan harus merupakan proses berlanjut. Yaitu dilaksanakan terus menerus sehingga dapat memeperoleh hasil pengawasan
yang berkesinambungan.
c. Pengawasan harus menjamin adanya kemungkinan pengambilan
koreksi yang cepat dan tepat terhadap penyimpangan yang ditentukan untuk mencegah terjadinya kesalahan dan penyimpangan tersebut.
d.Pengawasan harus bersifat mendidik dan dinamis. Yaitu dapat menimbulkan kegairahan untuk memperbaiki, mengurangi
penyimpangan di samping menjadi pendorong dan perangsang untuk mentertibkan penyempurnaan kondisi obyek pengawasan.18 Telah dijelaskan secara singkat tentang norma pengawasan maka
pembahasan tentang suatu yang lebih mendasar yaitu etika pengawasan. Jadi pada dasarnya etika adalah suatu cabang filsafat
yang objek penelitiannya adalah moral atau tingkah laku manusia. Keududukan etika dalam filsafat, secara singkat dijelaskan oleh Poedja Wijatna adalah:
“Etika merupakan bagian dari filsafat sebagai ilmu-ilmu, etika
mencari kebenaran dan sebagai filsafat ia mencari keterangan (benar)
yang sedalam-dalamnya. Sebagai tugas tertentu bagi etika, ia mencari ukuran baik buruk bagi tingkah laku manusia ada yang menyebut etika
18
19
itu filsafat kesusilaan ini sama, karena etika hendak mencari ukuran
mana yang susila itu, artinya tindakan manusia, manakah yang baik.”19
Dari uraian-uraian norma pengawasan tersebut diatas, terdapat adanya perbedaan tentang sasaran perhatian antara keduanya. Norma
pengawasan menitik beratkan perhatiannya pada pelaksanaan pengawasan. Sedangkan etika pengawasan lebih menitik beratkan pada nilai-nilai moral pengawasan.
4. Jenis Pengawasan
a.Dilihat dari pola pemeriksaan 1) Pemeriksaan Operasional
Yaitu pemeriksaan terhadap cara pengelolaan suatu organisasi untuk melaksanakan tugas untuk menjadi lebih baik.
Pemeriksaan ini menekankan pada penilaian dari sudut efisiensi dan kehematan.
2) Pemeriksaan Finansial
Yaitu pemeriksaan yang mengutamakan pada masalah keuangan, dokumen. Buku daftar serta laporan keuangan
antara lain untuk memperoleh kepastian bahwa berbagai transaksi keuangan dilaksanakan sesuai dengan
undang-undang, peraturan, instruksi yang bersangkutan dan seterusnya.
3) Pemeriksaan Program
19
20
Yaitu pemeriksaan yang dimaksudkan untuk menilai program secara keseluruhan, ditinjau efektivitasnya untuk mengetahui
apakah tujuan semulatelah ditentukan juga, telah dicapai serta apakah dalam usaha mencapai tujuan tersebut digunakan
alternative yang wajar. 4) Pemeriksaan Lengkap
Yaitu pemeriksaan yang mencakup ketiga pemeriksaan
diatas.20
b. Dilihat dari waktu pelaksanaan 1) Pengawasan Preventif
Yaitu pengawasan yang melalui pre audit sebelum pekerjaan dimulai, contoh: dengan mengadakan pengawasan terhadap
persiapan-persiapan, rencana kerja, rencana anggaran, rencana perencanaan tenaga dan sumber-sumber lain.
2) Pengawasan Represif
Yaitu pengawasan yang dilaksanakan melalui post audit, dengan pemeriksaan terhadap pelaksanaan ditempat
(inspeksi), meminta laporan pelaksanaan dan sebagainya.21
c. Dilihat dari sifat pengawasan 1) Pengawasan Langsung
Yaitu pengawasan yang dilaksanakan dengan cara mendatangi dan melakukan pemeriksaan ditempat terhadap obyek yang
20
Abu Daud Busron, 1988, Pemeriksaan Keuangan Negara, Jakarta, Bina Aksara, hlm. 23
21
21
diawasi. Yang dimaksud dengan pemeriksaan ditempat adalah berupa pemeriksaan administrative atau pemeriksaan fisik
dilapangan. Pengawasan ini dimaksudkan agar perangkat pengawas atau pekerja itu dapat melihat sendiri bagaimana
pekerjaan tersebut dilaksanakan. 2) Pengawasn Tidak Langsung
Yaitu pengawasan yang dilakukan dengan tanpa mendatangi
tempat pelaksanaan pekerjaan atau objek yang diawasi. Caranya adalah dengan memepelajari dan menganalisa segala
dokumen yang menyangkut objek yang diawasi. Dokumen-dokumen itu antara lain dapat berupa laporan dari pelaksanaan pekerjaan, baik laporan berkala atau isidentil, Laporan Hasil
Pengawasan (LHP) yang diperoleh dengan perangkat pengawasan lainnya. Surat-surat pengaduan, berita atau artikel
di media massa dan dokumen.22
Menurut Viktor M Situmorang dan Jusuf Juhir, disamping macam-macam pengawasan yang didasarkan pada pengklarifikasikan ada juga
jenis-jenis pengawasan yang dilihat dibidang pengawasannya: 1) Pengawasan anggaran pendapatan
2) Pengawasan biaya 3) Pengawasan inventaris 4) Pengawasan hasil produksi
22
22
5) Pengawasan jumlah hasil kerja 6) Pengawasan pemeliharaan
7) Pengawasan kualitas hasil kerja
Untuk memperoleh pengawasan yang baik dan efektif agar
pengawasan nantinya dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan maka diperlukan prinsip pokok pengawasan, yang menurut Muhammadiyah Manullang adalah:
1. Adanya rencana tertentu
Prinsip itu merupakan suatyu keharusan karena rencana itu
merupakan standar atau alat pengukur daripada pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan. Rencana tersebut menjadi penunjuk apakah suatu pelaksanaan pekerjaan berhasil atau tidak.
2. Adanya pemberian instruksi serta wewenang-wewenang
Wewenang dan instruksi-instruksi yang jelas harus dapat
diberikan kepada bawahan karena berdasarkan itu dapat diketahui apakah bawahan sudah menjalankan tugas-tugasnya dengan baik.
Selain kedua pokok prinsip diatas, maka suatu sistem pengawasan haruslah mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Dapat mereflektif sifat-sifat dan kebutuhan-kebutuhan dari kegiatan-kegiatan yang harus diawasi.
2. Dapat dengan segera melaporkan
23
3. Fleksibel.
4. Dapat mereflektif pola organisasi.
5. Ekonomis.
6. Dapat dimengerti.
7. Dapat menjamin diadakannya tindakan korelatif.
Selain prinsip-prinsip diatas, pengawasan juga mempunyai asas-asas tertentu seperti yang dikemukakan Komarudin:
1. Asas sumbangan terhadap tujuan
Tujuan fungsi pengawasan adalah untuk mempermudah
pencapaian tujuan organisasi. 2. Asas penetapan standar
Agar fungsi pengawasan itu efektif, standar yang obyektif,
cermat dan serasi dengan keadaan yang khusus harus ditetapkan.
3. Asas penetapan pokok-pokok strategis
Tujuan penetapan pokok-pokok pengawasan strategis adalah untuk memonitor kegiatan-kegiatan kerja yang dilakukan.
Disamping itu juga melakukan melaporkan segenap penyimpangan dari standar.
4. Asas tindakan perbaikan
Pengawasan dapat dibenarkan secara ekonomis bila ukuran dilakukan untuk memperbaiki penyimpangan sebenarnya atau
24
5. Asas manajemen dengan kekecualian
Tugas pengawasan yang penting adalah untuk menelusuri
kebenaran dan menemukan penyimpangan yang potensial dan nyata direncanakan telah dirumuskan sehingga tindakan
perbaikan dapat dilakukan. 6. Asas keluwesan pengawasan
Pengawasan harus dirancang dengan keluwesan yang tinggi
untuk menghadapi keadaan dan kondisi yang terus berubah. 7. Asas keharmonisan organisasi
Pengawasan yang direncanakan dengan efisien harus harmonis dengan struktur organisasi.
8. Asas kecocokan pengawasan
Fungsi pengawasan harus mencerminkan jabatan yang menurut rencana harus dilaksanakan, yaitu harus cocok dengan
kebutuhan setiap pemimpin. 9. Asas tanggung jawab pengawasan
Tanggung jawab utama untuk melaksanakan pengawasan
terletak diatas bahu pemimpin. 10.Asas akuntabilitas pengawasan
Bahwa pemimpin bertanggung jawab atas hasil pengawasan.
5. Pengawasan Melekat
Pengawasan melekat adalah tindakan atau kegiatan untuk
25
kepada bawahannya baik ditingkat pusat, propinsi, kabupaten atau kota maupun sekolah.23 Prioritas utama dalam kedisiplinan pegawai
negeri sipil adalah pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan atau atasan Dinas Pendidikan kabupaten atau kota kepada bawahannya atau
staf-stafnya.
Untuk menciptakan pengendalian manajemen yang memadai, digunakan delapan unsur Pengawasan Melekat (WASKAT) dalam
rangka mencapai tujuan dan sasaran organisasi/instansi. Delapan unsur WASKAT tersebut adalah:
a. Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan proses pembentukan organisasi yang didesain sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan
perkembangan organisasi, dan pelaksanaan fungsi manajerial secara menyeluruh.
b.Pembinaan Personil
Pembinaan personil merupakan upaya menjaga agar faktor sumber daya manusia yang menjalankan sistem dan prosedur
instansi pemerintah memiliki kemampuan secara profesional dan moral sesuai dengan kebutuhan tugas dan tanggung jawabnya,
yang dilakukan secara terus menerus sejak perekrutan pegawai hingga pensiun.
c. Kebijakan
23Ibid.
26
Kebijakan merupakan pedoman yang ditetapkan oleh manajemen secara tertulis untuk mendorong tercapainya tujuan
organisasi. d. Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu proses penetapan tujuan serta langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan pada masa datang.
e. Prosedur
Prosedur merupakan rangkaian tindakan untuk untuk
melaksanakan aktivitas tertentu yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
f. Pencatatan
Pencatatan merupakan proses pendokumentasian transaksi/kejadian secara sistematis yang relevan dengan
kepentingn organisasi instansi. Pencatatan juga mencakup proses pengelolaan data yang diperoleh menjadi informasi dalam bentuk keluaran olahan data atau laporan.
g. Pelaporan
Pelaporan merupakan bentuk penyampaian informasi
tertulis kepada unit kerja yang lebih tinggi (pemberi tugas) atau kepada instansi lain yang mempunyai garis kepentingan interaktif dengan instansi pembuat laporan.24
24
27
B. Disiplin Kerja Pegawai
1. Definisi Disiplin Kerja Pegawai
Gambaran umum memperlihatkan bahwa disiplin merupakan tonggak penopang bagi keberhasilan tujuan organisasi, baik
organisasi sektor publik (pemerintahan) maupun sektor swasta. Untuk itu, setiap organisasi harus menerapkan kebijakan disiplin pada pegawai dalam organisasi-organisasi tersebut. Bagi pegawai,
disiplin merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam menyelesaikan tugas dan kewajibannya.
Disisi lain, organisasi juga akan memperoleh manfaat dari penerapan kebijakan disiplin. Tanpa adanya disiplin dan ancaman tindakan disiplin, efektifitas organisasi akan menjadi sangat
terbatas. Hal ini dikemukakan oleh Mondy bahwa hasil dari suatu organisasi adalah berasal dari pengembangan dan penerapan
kebijakan disiplin yang efektif. Tanpa adanya disiplin yang baik, maka efektivitas organisasi menjadi terbatas. Selanjutnya, mereka mengatakan bahwa tindakan disiplin yang efektif akan mendorong
individu untuk meningkatkan kinerja yang menguntungkan individu tersebut dan tentunya juga organisasi.
Menurut Henry Simamora disiplin adalah prosedur yang mengoreksi atau menghukum bawahan karena melanggar peraturan atau prosedur. Pelanggaran peraturan yang dilakukan oleh
28
akan diberikan kepada karyawan apabila mereka gagal memenuhi standar yang telah ditetapkan. Tindakan indisipliner yang efektif
terpusat pada perilaku karyawan yang salah, bukan pada diri karyawan sebagai pribadi.
Secara umum, disiplin menunjukkan suatu kondisi atau sikap hormat yang ada pada diri karyawan terhadap peraturan yang berlaku . Disiplin meliputi ketaatan dan hormat terhadap perjanjian
yang dibuat antara pegawai dengan peraturan yang telah di tetapkan. Dispilin juga berkaitan erat dengan sanksi yang perlu di
jatuhkan kepada pihak yang melanggar. Di dalam seluruh aspek kehidupan dimanapun kita berada, dibutuhkan peraturan dan tata tertib yang mengatur dan membatasi setiap gerak dan perilaku.
Peraturan-peraturan tersebut tidak ada artinya jika tidak ada komitmen dan sanksi bagi pelanggarnya.
Hasibuan, menjelaskan bahwa disiplin yang baik mencerminkan besarnya tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya, karena hal ini akan mendorong
gairah atau semangat kerja, dan mendorong terwujudnya tujuan organisasi. Disiplin yang terbaik adalah jelas disiplin diri, karena
29
Disiplin di lingkungan kerja sangat dibutuhkan, karena akan mempermudah pencapaian tujuan organisasi tersebut. Oleh karena
itu, pegawai dengan disiplin kerja yang baik, berarti akan dicapai pula suatu keuntungan yang berguna baik bagi organisasi maupun
pegawai itu sendiri. Selain itu, harus mengusahakan agar peraturan itu bersifat jelas, mudah dimengerti, adil bagi seluruh karyawan dan pimpinan. Disiplin pegawai dalam manajemen sumberdaya
manusia berangkat dari pandangan bahwa tidak ada manusia yang sempurna, luput dari kekhilafan dan kesalahan. Oleh karena itu
setiap organisasi perlu memiliki berbagai ketentuan yang harus ditaati oleh para anggotanya, standar yang harus dipenuhi. Menurut Mangkunegara dikatakan bahwa terdapat dua jenis disiplin dalam
organisasi, yaitu yang bersifat preventif dan korektif.
a. Pendisiplinan Preventif. Pendisiplinan yang bersifat preventif
adalah tindakan yang mendorong para karyawan untuk taat kepada berbagai ketentuan yang berlaku dan memenuhi standar yang telah ditetapkan. Artinya melalui kejelasan dan penjelasan
tentang pola sikap, tindakan dan perilaku yang diinginkan dari setiap anggota organisasi diusahakan pencegahan jangan
sampai para karyawan berperilaku negatif.
30
berlaku atau gagal memenuhi standar yang telah ditetapkan, kepadanya dikenakan sanksi disipliner25.
Berat atau ringannya suatu sanksi tentunya tergantung pada bobot pelanggaran yang telah terjadi. Artinya pengenaan sanksi
diprakarsai oleh atasan langsung karyawan yang bersangkutan, diteruskan kepada pimpinan yang lebih tinggi dan keputusan akhir pengenaan sanksi tersebut diambil oleh pejabat pimpinan
yang memang berwenang untuk itu.
Tujuan utama tindakan pendisiplinan adalah memastikan bahwa
perilaku-perilaku pegawai konsisiten dengan aturan-aturan yang ditetapkan oleh organisasi Henry Simamora. Berbagai aturan yang yang disusun oleh organisasi adalah tuntutan untuk mencapai
tujuan organisasi yang ditetapkan. Pada saat suatu aturan dilanggar, efektivitas organisasi berkurang sampai pada tingkat tertentu,
tergantung pada kerasnya kerasnya pelanggaran.
Berdasarkan pendapat Henry Simamora dan Hasibuan dapat dirumuskan bahwa yang dimaksud dengan disiplin adalahsikap
hormat terhadap peraturan dan ketetapan perusahaan, yang ada dalam diri karyawan, yang menyebabkan ia dapat menyesuaikan
diri dengan sukarela pada peraturan dan ketetapan perusahaan. Hal ini dapat dikatakan bahwa disiplin kerja adalah suatu kesediaaan seseorang untuk mematuhi dan menaati peraturan-peraturan dan
25
31
keputusan-keputusan yangberlaku baik secara tertulis maupun tidak tertulis. Seorang pegawai yang disiplin tidak akan mencuri waktu
kerja untuk melakukan hal-hal lain yangtidak ada kaitannya dengan pekerjaan. Demikian juga pegawai yang mempunyai kedisiplinan
akan mentaati peraturan yang ada dalam lingkungan kerja dengan kesadaran yang tinggi tanpa ada rasa paksaan. Pada akhirnya pegawai yang mempunyai kedisiplinan kerja yang tinggiakan
mempunyai kinerja yang baik bila dibanding dengan para pegawai yang bermalas-malasan karena waktu kerja dimanfaatkannya
sebaik mungkin untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
2. Indikator Disiplin Kerja
Pegawai Negeri Sipil adalah Aparatur Negara, Abdi Negara dan Abdi Masyarakat serta pelaksana pemerintah dalam
penyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan sebagai usaha mewujudkan tujuan nasional. Oleh sebab itu, perilaku disiplin kerja dinilai berdasarkan ketentuan baku yang ditetapkan pleh
pemerintah. Adapun indikator-indikator disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil didasarkan pada PP Nomor 53 Tahun 2010, yaitu:
32
b. Mentaati perintah kedinasan dari atasan yang berwenang. Ketaatan seorang pegawai terhadap perintah atasan dapat
diihat maupun dinilai berdasarkan kepatuhan mereka terhadap instruksi-instruksi yang diberikan oleh atasan.
c. Memperhatikan dan melaksanakan segala ketentuan pemerintah baik yang langsung menyangkut tugas kedinasan maupun yang berlaku secara umum Segala aturan dan
ketentuan yang berlaku dalam suatu organisasi pemerintah dapat dilaksanakan oleh pegawai apabila pegawai memiliki
pemahaman terhadap tata tertib organisasi dan kesadaran untuk melaksanakan tata tertib organisasi.
d. Berpakaian rapi dan sopan, serta bersikap dan bertingkah laku
sopan santun terhadap masyarakat, sesama PNS, dan terhadap atasan dapat dinilai berdasarkan kesopanan pegawai, serta
kesesuaian pegawai dalam berpakaian.
e. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik Negara dengan sebaik-baiknya dapat dinilai berdasarkan keikutsertaan
pegawai dalam pemeliharaan alat-alat kantor.
f. Memperhatikan dan menyelesaikan dengan sebaik-baiknya
setiap laporan yang diterima mengenai pelanggaran disiplin Laporan yang diterima oleh atasan mengenai pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh pegawai didasarkan atas
33
Selain itu, menurut Hasibuan (2010), salah satu cara pelaksanaan disiplin kerja yang baik dilakukan dengan
penyelesaian tugas pegawai secara bertanggung jawab. Penyelesaian tugas tersebut hendaknya dilakukan dengan kesadaran
diri tiap pegawai dalam memanfaatkan waktu kerja dengan sebaik-baiknya.
3. Gejala dan Sebab Ketidakdisiplinan
Pegawai yang mempunyai kebiasaan-kebiasaan seperti datang terlambat, mengganggu pegawai lain dengan berbuat
ramai-ramai dan rebut suatu gejala adanya ketidakdisiplinan kerja.26 Selanjutnya jika para pegawai kehilangan kepercayaan terhadap kepemimpinan atasan, maka menjadi terombang-ambing dan
frustasi sehingga mengakibatkan meningkatkan absensi, keterlambatan kerja, keluhan, ketidakpuasan, pemogokan
pembangkangan terhadap perintah dan menurutnya produktivitas kerja hal ini juga menunjukkan adanya ketidakdisiplinan kerja.
Sedang sebab-sebab ketidakdisiplinan kerja dapat
bersumber dari beberapa hal, seperti:
a. Karena ketidakdisiplinan bawahan atau dengan sengaja tidak
mematuhi ketentuan yang telah ditetapkan dalam organisasi. b. Karena kesalahpahaman atau kelalaian terhadap perintah yang
diberikan oleh atasan.
26
34
c. Karena kurangnya tanggungjawab dari bawahan. d. Karena sengaja dijebak oleh atasan.
e. Karena kurang sabar dan tidak mampu mengendalikan diri. f. Karena kelemahan sistem manajemen.27
4. Kegunaan Disiplin Kerja
Disiplin sangat penting bagi kehidupan manusia karena dengan adanya disiplin maka individu akan terlatih untuk hidup
secara teratur dan membiasakan diri dari perilaku yang positif.28 Disiplin kerja yang baik adalah suatu ketaatan anggota organisasi
yang dianutnya sehingga dalam proses komunikasi antara pemimpin dan bawahan dapat terjadi dengan mudah.
5. Disiplin Pegawai Negeri Sipil
Pegawai adalah orang yang bekerja pada pemerintah atau perusahaan dan sebagainya. Kepegawaian adalah sifat-sifat
mengenai pegawai yakni segala sesuatu yang mengenai pegawai. Sumber daya manusia yang disebut disini salah satunya adalah Pegawai Negeri Sipil, yaitu Warga Negara Republik Indonesia
yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang, diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau
tugas lainnya. Pegawai Negeri Sipil memiliki kedudukan yang sangat penting dan menentukan, di karenakan Pegawai Negeri Sipil adalah Aparatur Negara, Abdi Negara dan Abdi Masyarakat serta
27
Lucky Gumilang, Op, Cit, hlm. 44
28
35
pelaksana pemerintah dalam penyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan sebagai usaha mewujudkan tujuan nasional.
Kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional tergantung dari kemampuan Aparatur Negara dan
kesempurnaan Pegawai Negeri Sipil.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 53 tahun 2010 pasal 1 bahwa Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan Pegawai
Negeri Sipil untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundangundangan dan/atau
peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin dan Pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan PNS yang tidak menaati kewajiban
dan/atau melanggar larangan ketentuan disiplin PNS, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja.
Peraturan disiplin Pegawai Negeri Sipil ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, yang memuat pokok-pokok:
a. Kewajiban; b. Larangan; dan
c. Sanksi apabila kewajiban tidak ditaati atau larangan dilanggar.
36
a) Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, negara, dan pemerintah;
b) Mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan golongan atau diri sendiri, serta
menghindarkan segala sesuatu yang dapat mendesak kepentingan negara oleh kepentingan golongan, diri sendiri, atau pihak lain;
c) Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat negara, pemerintah dan Pegawai Negeri Sipil;
d) Mengangkat dan mentaati sumpah/janji Pegawai Negeri Sipil, sumpah/janji jabatan berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku;
e) Menyimpan rahasia negara dan atau rahasia jabatan dengan sebaik-baiknya;
f) Memperhatikan dan melaksanakan segala ketentuan pemerintah baik yang langsung menyangkut tugas kedinasannya maupun yang berlaku secara umum;
g) Melaksanakan tugas kedinasan dengan sebaik-baiknya dan penuh pengabdian, kesadaran, dan
tanggung jawab;
37
i) Memelihara dan meningkatkan keuntungan, kekompakkan, persatuan, dan kesatuan korp Pegawai
Negeri Sipil;
j) Segera melapor kepada atasannya, apabila
mengetahui ada hal yang dapat membahayakan dan merugikan negara/pemerintah, terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil;
k) Mentaati ketentuan jam kerja;
l) Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang
baik;
m) Menggunakan dan memelihara barang-barang milik Negara dengan sebaik-baiknya;
n) Memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya kepada masyarakat menurut bidang tugasnya
masing-masing;
o) Bertindak dan bersikap tegas, tetap adil dan bijaksana terhadap bawahannya;
p) Membimbing bawahannya dalam melaksanakan tugas;
q) Menjadi teladan dan contoh yang baik bagi bawahannya;
r) Mendorong bawahannya untuk meningkatkan
38
s) Memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan kariernya;
t) Mentaati ketentuan peraturan perundang-undangan tentang perpajakan;
u) Berpakaian rapi dan sopan serta bersikap dan bertingkah laku sopan santun terhadap masyarakat, sesama PNS, dan terhadap atasan;
v) Hormat menghormati antara sesama warga negara yang memeluk Agama/Kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, yang berlainan;
w) Menjadi teladan sebagai warganegara yang baik dalam masyarakat;
x) Mentaati perintah kedinasan dari atasan yang berwenang;
y) Memperhatikan dan menyelesaikan dengan sebaik-baiknya setiap laporan yang diterima mengenai pelanggaran disiplin.
2) Larangan bagi Pegawai Negeri Sipil
a) Melakukan hal-hal yang dapat menurunkan kehormatan
atau martabat negara, pemerintah, atau Pegawai Negeri Sipil;
39
c) Tanpa ijin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara asing;
d) Menyalahgunakan barang-barang, uang atau surat-surat berharga milik negara;
e) Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang-barang, dokumen, atau surat-surat berharga milik negara secara
tidak sah;
f)Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat,
bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung
atu tidak langsung merugikan negara;
g) Melakukan tindakan yang bersifat negatif dengan maksud
membalas dendam terhadap bawahan atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya;
h) Menerima hadiah atau sesuatu pemberian berupa apa saja
dari siapapun juga yang diketahui atau patut dapat diduga bahwa pemberian itu bersangkutan dengan jabatan atau
pekerjaan Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan; i)Memasuki tempat-tempat yang dapat mencemarkan
kehormatan atau martabat Pegawai Negeri Sipil, kecuali
40
j)Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya;
k) Melakukan sesuatu tindakan atau sengaja tidak
melakukan suatu tindakan yang dapat berakibat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang
dilayani sehingga mengakibatkan kerugaian bagi pihak lain yang dilayani;
l)Menghalangi berjalannya tugas kedinasan;
m) Membocorkan dan memanfaatkan rahasia negara yang diketahui karena kedudukan jabatan untuk kepentingan
pribadi, golongan atau pihak lain;
n) Bertindak selaku perantara bagi sesuatu pengusaha atau golongan untuk mendapatkan pekerjaan atau pesanan dari
kantor/instansi Pemerintah;
o) Memiliki saham/modal dalam perusahaan yang kegiatan
usahanya berada dalam ruang lingkup kekuasaannya; p) Memiliki saham suatu perusahaan yang kegiatan
usahanya tidak berada dalam ruang lingkup
kekuasaannya;
q) Memiliki saham suatu perusahaan yang kegiatan
41
atau tidak langsung menentukan penyelenggaraan atau jalannya perusahaan.
r)Melakukan kegiatan usaha dagang baik secara resmi, maupun sambilan, menjadi direksi, pimpinan atau
komisaris perusahaan swasta bagi yang berpangkat Pembina Golongan Ruang IV/a ke atas atau memangku jabatan Eselon I;
s)Melakukan pungutan tidak sah dalam bentuk apapun juga dalam melaksanakan tugasnya untuk kepentingan pribadi,
golongan, atau pihak lain.
3) Sanksi apabila kewajiban tidak ditaati atau larangan dilanggar. Sesuai Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980,
seorang Pegawai Negeri Sipil yang melanggar disiplin peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil dapat dijatuhi
hukuman berupa: a) Hukuman Pidana b) Hukuman Disiplin
Penjatuhan hukuman disiplin dibagi atas beberapa tingkatan dan jenisnya, yaitu:
Tingkat hukuman disiplin, terdiri dari: a. Hukuman disiplin ringan;
b. Hukuman disiplin sedang, dan
42
1) Jenis hukuman disiplin ringan, terdiri dari: a)Teguran lisan;
b) Teguran tertulis;
c)Pernyataan tidak puas secara tertulis.
2) Jenis hukuman disiplin sedang, terdiri dari: a)Hukuman disiplin berupa penundaan
kenaikan gaji;
b) Hukuman disiplin berupa penurunan gaji berkala;
c)Penundaan Kenaikan Pangkat.
3) Jenis hukuman disiplin berat, terdiri dari: a)Penurunan pangkat;
b) Pembebasan dari Jabatan; c)Pemberhentian dengan hormat;
d) Pemberhentian tidak dengan hormat.
6. Kewajiban dan Hak PNS a. Kewajiban PNS
Yang dimaksud kewajiban pegawai negeri sipil adalah sesuatu yang wajib dilakukan atau tidak dilakukan oleh
pegawai negeri berdasar peraturan perundang-undangan. Kewajiban pegawai negeri sipil diatur dalam Pasal 4, 5, 6 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
43
mengenai kewajiban ditempatkan lebih dahulu daripada pengaturan hak. Hak dipandang sebagai satu sisi lain dari
kewajiban atau dengan kata lain hak itu baru diberikan stelah seseorang melaksanakan kewajiban dengan baik, sehingga
setiap pegawai negeri berkemampuan melaksanakan tugas secara professional dan bertanggungjawab dalam menyelenggarakan tugas pemerintah pembangunan yang bersih
dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Isi dari Pasal 4, 5, 6 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974,
antara lain:
1) Wajib setia dan taat kepada Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, negara dan pemerintah.
2) Wajib mentaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku dan melaksanakan tugas kedinasan yang
dipercayakan kepadanya dengan penuh tanggungjawab. 3) Wajib menyimpan rahasia jabatan atas kuasa
undang-undang.
Kewajiban pegawai negeri sipil yang diatur dalam Pasal 4 Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang
perubahan atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian dinyatakan bahwa:
“setiap pegawai negeri wajib dan taat pada pancasila,
44
wajib menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.”
b. Hak-hak PNS
Hak-hak pegawai negeri sipil berupa gaji yang diatur dalam
Pasal 7 dan juga Pasal 8, 9, 10 Undang-undang Nomor 8 tahun 1974, yang diantaranya:
1) Hak untuk memperoleh gaji.
2) Hak atas cuti.
3) Hak untuk memperoleh perawatan, tunjangan cacat dan
uang duka.
4) Hak atas pensiun.29
29
45 BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
empiris. Penelitian empiris adalah penelitian yuridis sosiologis atau sering disebut penelitian hukum yang sosiologis berdasarkan madzhab sociological jurisprudence. Penelitian ini berbasis pada ilmu hukum normatif
(peraturan-perundangan), mengamati bagaimana reaksi dan interaksi yang terjadi ketika sistem norma itu bekerja didalam masyarakat.
B. Data Penelitian
Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan sekunder.
1. Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari narasumber memperoleh bahan-bahan mengenai masalah yang diteliti. Melakukan
wawancara terbuka, teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab secara langsung oleh penulis kepada narasumber di lokasi penelitian yang berkaitan dengan pelaksanaan pengawasan melekat
terhadap kedisiplinan PNS di Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung. 2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan yaitu
46 C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dengan penelitian
di lapangan adalah daftar pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan atau ditanyakan pada responden dilakukan dengan cara:
1. Wawancara (interview)
Penulis melakukan tanya jawab secara langsung dengan narasumber. Narasumber dalam penelitian ini adalah Kepala Sub bidang Pembinaan
Pegawai di Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten Temanggung. 2. Studi kepustakaan dengan melakukan pengumpulan data dari
perundang-undangan, buku-buku, literatur, serta dokumen-dokumen yang terkait dengan pokok permasalahan yang diteliti dan selanjutnya dipelajari sebagai satu kesatuan yang utuh.
D. Lokasi Penelitian
Penulis memilih lokasi penelitian di Kabupaten Temanggung.
E. Responden dan Narasumber
Penelitian ini akan melakukan wawancara terhadap narasumber dan responden yaitu:
1) Narasumber: Kepala Sub Bidang Pembinaan Pegawai BKD Kabupaten Temanggung.
2) Responden: 6 orang Pegawai Negeri Sipil di Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung.
47
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data Random Sampling. Random Sampling adalah suatu sample terdiri atas sejumlah elemen yang
dipilih secara acak yang terdiri dari sejumlah pegawai negeri sipil di Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung.
G. Teknik Analisis Data
Data penelitian diolah dan dianalisis secara kualitatif yaitu meganalisa data berdasarkan kualitasnya lalu dideskripsikan dengan menggunakan
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Pengawasan Melekat terhadap Kedisiplinan PNS di Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung
Penyelenggaraan pemerintahan lebih ditunjukkan dalam meningkatkan kinerja pembangunan disetiap sektor. Oleh karena itulah salah satu cara yang
dilakukan dalam pencapaian disiplin kerja adalah melalui pengawasan melekat, dimana fungsi dan peran pengawasan merupakan kegiatan yang dilakukan
apabila aktivitas yang dilakukan oleh aparat pemerintah telah sesuai dengan yang direncanakan, dan selain itu dilakukan tindakan korektif dari hasil pekerjaan yang tidak sesuai dengan yang direncanakan.
Pimpinan Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung dalam melakukan pengawasan melekat berpedoman pada Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun
2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Pelaksanaan pengawasan melekat yang dilakukan oleh pimpinan atau atasan kepada bawahannya secara langsung terhadap kedisiplinan bawahannya. Hal ini bertujuan untuk menilai apakah
pelaksanaan pengawasan yang telah dilakukan sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, maka pelaksanaan pengawasan melekat di Dinas Pendidikan
Kabupaten Temanggung harus dioptimalkan hasilnya. Sehingga sesuai efektivitas pelaksanaan disiplin kerja yang dilakukan.
49
Terwujudnya pemerintahan yang baik merupakan syarat bagi pemerintah untuk mewujudkan aspirasi rakyat dalam rangka mencapai
tujuan dan cita-cita bangsa bernegara. Pemerintahan yang baik memiliki persyaratan yaitu pelaksanaan pemerintah yang bersih, efisien, disiplin,
serta bebas dari KKN. Hal tersebut juga telah ditetapkan dalam TAP MPR RI Nomor XI/MPR/1998 dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN. Pada
Pasal 3 UU Nomor 28 Tahun 1999 yang menyatakan asas umum penyelenggaraan negara antara lain asas akuntabilitas dan asas
profesionalisme.
Pelaksanaan pengawasan melekat di Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung dapat diuraikan sesuai dengan pelaksanaan peraturan
perundang-undangan yang terbaru. Berdasarkan hasil wawancara dengan Mokhammad Zar’an, SH selaku Kasubid Pembinaan Pegawai Badan
Kepegawaian Daerah menyatakan bahwa setiap tahun selalu mengadakan penilaian terhadap pejabat yang menilai pegawai negeri sipil atau bawahannya di lingkungan dinas pendidikan. Dengan melakukan
koordinasi kepada semua pegawai di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung kaitannya dengan kedisiplinan PNS.1
Pelaksanaan pengawasan melekat terhadap kedisiplinan PNS prosedurnya setiap tahun hampir sama yaitu merujuk pada PP Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Hal ini dilakukan
1
Wawancara dengan Mokhammad Zar’an, Kasubid Pembinaan Pegawai Badan Kepegawaian
50
sebagai pedoman utama dalam pembinaan pegawai berkaitan dengan kepengawasan. Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Temanggung
selaku penilai pimpinan pengawas menjelaskan gambaran pelaksanaan pengawasan melekat dengan mengadakan sosialisasi di Dinas Pendidikan
sebagai narasumber berkaitan dengan kedisiplinan PNS.
Dalam melakukan pengawasan ditekankan pada disiplin kerja pegawai di dinas pendidikan. Alasan dilakukan adalah untuk menilai
apakah tidak ada penmyimpangan dalam pelaksanaan aktivitas yang dilakukan oleh dinas pendidikan dalam pelaksanaan disiplin kerja setiap
pegawainya.
Kemudian wawancara dengan Jati Wibowo, S.Pd. selaku Kasubbag Umum dan Kepegawaian, yaitu sebagai berikut:
“Tidak semua pegawai negeri sipil memahami instruksi, hanya beberapa dan itu yang hanya berkaitan dengan pegawai saja, kalau semuanya tidak.”2
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan dengan Jati Wibowo, S.Pd. selaku Kasubbag Umum dan Kepegawaian, bahwa pegawai negeri sipil belum memahami instruksi tentang disiplin pegawai.
Pimpinan atau kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung dalam melaksanakan pengawasan melekat terhadap bawahannya
diharapkan:
2
51
a. Dapat memperoleh hasil penilaian atau kesimpulan yang menyeluruh mengenai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan
umum dan pembangunan.
b. Dapat memberikan sumbangan dalam mewujudkan Good Governance
dan Clean Governance.
c. Dapat mendorong kelancaran pelaksanaan tindak lanjut yang telah disarankan untuk pelaksanaan pengawasan melekat.
Sejalan dengan kebijakan yang dituangkan dalam peraturan bahwa tujuan pengawasan adalah untuk mendukung kelancaran dan ketetapan
pelaksanaan kegiatan pemerintah dan pembangunan. Untuk mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas dari praktek KKN serta menerapkan kedisiplinan PNS di Dinas Pendidikan Kabupaten
Temanggung harus diantisipasi secara optimal oleh aparat pengawas, terutama untuk memenuhi tuntutan yang menghendaki mutu pelayanan
prima kepada masyarakat.
Ketentuan pelaksanaan dalam PP Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil tetap dilaksanakan dengan konsisten. Pada
dasarnya setiap terjadi pelanggaran diberikan hukuman sesuai dengan jenis pelanggaran yang dilakukan oleh PNS yang bersangkutan.
Indisipliner PNS yang melakukan pelanggaran ringan, sedang, maupun berat secara tegas mendapatkan sanksi yang berlaku.
Tahapan pelanggaran indisipliner PNS, pelanggaran ringan
52
indisipliner PNS diberikan sanksi berupa penundaan kenaikan gaji berkala selama satu tahun. Pelanggaran berat indisipliner PNS diberikan sanksi
berupa pemberhentian dengan hormat ataupun pemberhentian dengan tidak hormat.
Berlakunya UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara mengatur dengan jelas berkaitan dengan ketiga jenis pelanggaran yang dilakukan oleh PNS. Pelaksanaan kepengawasan terhadap disiplin
PNS ini rangkaian dari pembinaan kepegawaian terutama di lingkungan Dinas Pendidikan, agar memiliki integritas dan komitmen kerja yang
disiplin dalam pelaksanaan jabatannya.
Pelaksanaan pengawasan melekat yang dilakukan oleh pimpinan di Dinas Pendidikan untuk mengawasi bawahannya langsung, sebagai salah
satu cara untuk menciptakan kedisiplinan PNS. Pimpinan memberikan arahan langsung dan fungsi kepengawasan terhadap pegawainya. Seperti
pada hasil wawancara dengan Jati Wibowo sebagai berikut:
“Kepala dinas berjenjang biasanya, dalam pengawasan seperti datang lewat apel pagi diadakan laporan pada tiap bidang. Setiap bidang melaporkan beberapa yang hadir maupun yang tidak hadir dengan alasan sakit, izin, atau tanpa keterangan. Itu sebagai tahap awal, sedangkan yang di UPTD dengan sistem elektronik. Jadi absensi elektronik itu kita bisa melihat datanya di base kepegawaian. Dengan itu kita dapat melihat siapa yang absen dengan terlambat atau tepat waktu.”
Berdasarkan hasil wawancara tersebut diatas dapat dianalisis bahwa