• Tidak ada hasil yang ditemukan

TA : Pembuatan Film Extreme Road Movie Berjudul "The Power Of Love".

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TA : Pembuatan Film Extreme Road Movie Berjudul "The Power Of Love"."

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

Nama : Haekal Ridho Afandi

NIM : 09.51016.0023

Program Studi : DIV Komputer Multimedia

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA

(2)

Karsam, MA., Ph.D. dosen pembimbing 1 Thomas Hanandry D., M.T. dosen pembimbing 2

1

Program DIV Komputer Multimedia Kata Kunci: Film, Extreme, Road Movie, Cinta, Persahabatan, Keluarga

Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan Tugas Akhir ini adalah dapat membuat film bergenre road movie. Film ini menggunakan extreme view yang berisi informasi dan mengabadikan keindahan tempat yang dilalui oleh seseorang dalam perjalanannya. Film ini menggunakan metode kualitatif.

Dalam film ini cerita yang diangkat adalah kisah perjalanan seseorang. Hal ini dilatar belakangi oleh kebiasaan sehari-hari ketika pulang kampung atau mudik, mereka kurang memperhatikan keindahan alam yang mereka lalui. Padahal banyak tempat wisata yang memiliki nilai-nilai budaya dan ciri khas yang unik serta panorama yang indah, sepanjang jalan yang dilalui. Sebenarnya selain pulang kampung mereka juga bisa sambil berwisata.

Film adalah rangkaian gambar yang bergerak membentuk suatu cerita yang biasa disebut movie atau video media. Film mempunyai beberapa fungsi diantaranya adalah menjadi media ekspresi artistik, yaitu menjadi alat bagi seniman-seniman film (sineas) untuk mengutarakan ide lewat suatu wawasan keindahan.

Road movie bisa menjadi rekaman perjalanan yang menarik bagi penonton, karena

salah satu kelebihan genre road movie yaitu dapat menonjolkan keindahan dan budaya beberapa tempat secara langsung dengan tidak menimbulkan kesan bahwa itu semua hanya tempelan karena lebih baik jika langsung shooting ditempat yang diinginkan dari pada menyeting tempat menyerupainya aslinya.

(3)
(4)

xii

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA ... 34

3.1 Metodologi ... 34

3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.3 Teknik Analisis Data ... 42

3.4 Perancangan Karya ... 43

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA ... 57

4.1 Pra Produksi ... 57

4.2 Produksi ... 61

4.2 Pasca Produksi ... 64

BAB V PENUTUP ... 79

5.1 Kesimpulan ... 79

5.2 Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80

BIODATA PENULIS ... 84

(5)
(6)
(7)
(8)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data Informan ... 39 Tabel 3.2 Analisis STP ... 46 Tabel 3.3 Analisis Konsep Cerita ... 47

(9)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Storyboard ... 82 Lampiran 2. Skenario ... 92

(10)

1 berisi informasi dan mengabadikan keindahan tempat yang dilalui oleh seseorang dalam perjalanannya. Hal ini dilatar belakangi oleh alumni program studi DIV Komputer Multimedia dari angkatan 2007 hingga kini belum ada yang membuat Tugas Akhir Fim bergenre Road Movie. Selain itu setelah penulis mencari data tentang genre film dari tahun 1990 hingga sekarang hanya ada 5 film (http://filmindonesia.or.id). Data tersebut seperti pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 Genre fim road movie

No. Tahun Tayang Jumlah Film Umum Jumlah Film road movie

(11)

18 2007 52 0

Tahun 1990 ada “Cinta dalam Sepotong Roti” karya Garin Nugroho. Dari data ini maka penulis akan membuat film bergenre road movie. Dalam film ini cerita yang diangkat adalah kisah perjalanan seseorang. Hal ini dilatar belakangi oleh kebiasaan sehari-hari ketika pulang kampung atau mudik, mereka kurang memperhatikan keindahan alam yang mereka lalui. Padahal banyak tempat wisata yang memiliki nilai-nilai budaya dan ciri khas yang unik serta panorama yang indah, sepanjang jalan yang dilalui. Sebenarnya selain pulang kampung mereka juga bisa sambil berwisata.

(12)

jalur utama mereka dan cenderung tidak peduli dengan apa yang terjadi pada keadaan di sekitarnya. Padahal di setiap tempat yang mereka lewati terdapat cerita sejarah yang unik di setiap tempat dan ciri khas yang berbeda-beda. Kisah perjalanan ini dapat diabadikan dalam bentuk film.

Menurut Javandalanta (2011: 1) film adalah rangkaian gambar yang bergerak membentuk suatu cerita yang biasa disebut movie atau video media. Film mempunyai beberapa fungsi diantaranya adalah menjadi media ekspresi artistik, yaitu menjadi alat bagi seniman-seniman film (sineas) untuk mengutarakan ide lewat suatu wawasan keindahan.

Kemampuan para sineas untuk membuat film sangat luas. Film yang dibuat oleh para sineas seharusnya bukan sekedar barang dagangan, barang pertunjukkan atau hanya barang seni, melainkan juga karya ekspresi diri sebagai hasil penjelajahan dan pergulatan terhadap kehidupan manusia sebagai pelestarian nilai-nilai budaya Indonesia. Selain itu genre film yang dibuat juga harus berkembang, salah satunya adalah genre road movie.

Road movie bisa menjadi rekaman perjalanan yang menarik bagi penonton, karena salah satu kelebihan genre road movie yaitu dapat menonjolkan keindahan dan budaya beberapa tempat secara langsung dengan tidak menimbulkan kesan bahwa itu semua hanya tempelan (Editorpilem, 2011), karena lebih baik jika langsung shooting ditempat yang diinginkan dari pada menyeting tempat menyerupai aslinya.

(13)

berkembang dan mengalami peningkatan kualitas baik dalam hal teknik maupun konsep, serta dapat memperlihatkan kekayan alam di kota-kota seluruh Indonesia, serta sebagai ajang untuk promosi wisata kota sebagai keindahan kebudayaan ke seluruh dunia.

Maka dalam tugas akhir ini diambil judul Pembuatan Film Extreme Road Movie Berjudul “THE POWER OF LOVE”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah dalam pembuatan film ini, yaitu:

1. Bagaimana menggabungkan film bergenre road movie dengan extrime view? 2. Bagaimana membuat film yang dapat memberikan informasi dan

mengabadikan kisah perjalanan seorang anak mencari bapak kandungnya dari Surabaya ke Ngawi dan tersesat sampai ke Yogyakarta?

1.3 Batasan Masalah

Dalam tugas ahir ini, agar masalah tidak meluas maka yang dikerjakan hanya berfokus pada:

1. Membuat film bergenre road movie yang dapat mengabadikan kisah perjalanan seorang anak mencari bapak kandungnya dari Surabaya ke Ngawi dan tersesat sampai Yogyakarta.

(14)

1.4Tujuan

Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan di atas, tujuan yang dicapai pada Tugas Akhir ini adalah:

1. Membuat film bergenre road movie yang dapat mengabadikan kisah perjalanan seorang anak mencari bapak kandungnya dari Surabaya ke Ngawi dan tersesat sampai Yogyakarta.

2. Menggabungkan film road movie dengan extreme view. 3. Meningkatkan kemampuan penulis dalam membuat film.

1.5Manfaat

Tugas Akhir ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

1. Mengimplementasikan ilmu yang diperoleh selama belajar di Program Studi DIV Komputer Multimedia STIKOM Surabaya.

2. Menjadi sarana mahasiswa untuk belajar mengeksperimen teknik membuat film.

(15)

6 2.1Film

Istilah film awalnya dimaksudkan untuk menyebut media penyimpanan gambar atau biasa disebut Celluloid, yaitu lembaran plastik yang dilapisi oleh Emulsi (lapisan kimiawi peka cahaya). Bertitik tolak dari situ, maka film dalam

arti tayangan audio-visual dipahami sebagai potongan-potongan gambar bergerak. Kecepatan perputaran potongan-potongan gambar itu dalam satu detik adalah 24 gambar (24-25 frame per second/fps). Berdasarkan banyak pengertian “film” semuanya mengerucut pada suatu pengertian yang universal (Javandalasta, 2011:1).

Selanjutnya Javandalasta (2011:1) menjelaskan bahwa film adalah rangkaian gambar yang bergerak membentuk suatu cerita atau juga biasa disebut Movie atau Video. Film, secara kolektif, sering disebut „Sinema‟. Gambar-hidup

adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan, dan juga bisnis, yang diperankan oleh tokoh-tokoh sesuai karakter direkam dari benda/lensa (kamera) atau animasi. Ada banyak sekali keistimewaan media film, diantaranya:

1. Film dapat menghadirkan pengaruh emosional yang kuat, sanggup menghubungkan penonton dengan kisah-kisah personal.

2. Film dapat mengilustrasi kontras visual secara langsung.

(16)

4. Film dapat memotifasi penonton untuk membuat perubahan.

5. Film dapat sebagai alat yang mampu menghubungkan penonton dengan pengalaman yang terpampang melalui bahasa gambar (Javandalasta, 2011:1).

Menurut Tim Dirks (Cinema In Edutech, 2011) film adalah media komunikasi massa yaitu alat penyampaian berbagai jenis pesan dalam peradaban modern ini. Film menjadi media ekspresi artistik, yaitu menjadi alat bagi seniman-seniman film untuk mengutarakan ide lewat suatu wawasan keindahan. Kemampuan film mengungkapkan sesuatu benar-benar tak terbatas, apresiasi yang seimbang dapat menempatkan pandangan. Seharusnya film bukan sekedar barang dagangan, atau hanya barang seni, melainkan juga karya ekspresi kebudayaan sebagai hasil penjelajahan dan pergulatan terhadap kehidupan manusia, tetapi sekarang yang terjadi kenyataannya lain atau justru sebaliknya.

Penuturan film adalah sebuah rangkaian dari kesinambungan citra (image) yang berubah yang menggambarkan kejadian-kejadian dari skenario-sekenario film cerita dilengkapi dengan tipe dari shot yang dibutuhkan untuk tiap adegan dalam suatu sequence (Joseph, 1986: 6).

2.2 Jenis Film dan Genre Film

Menurut Panca Javandalasta (2011: 2-3), secara umum jenis film dikelompokkan menjadi:

(17)

Dokumenter adalah sebutan yang diberikan untuk film pertama karya Lumire Bersaudara yang berkisah tentang perjalanan (travelogues) yang dibuat sekitar tahun 1980-an.

2. Film Panjang (Feature-Length Films)

Film panjang adalah film cerita fiksi yang berdurasi lebih dari 60menit. Umumnya berkisar antara 90-100 menit.

3. Film Cerita Pendek (Short Films)

Kalau dalam karya tulis kita mengenal adanya cerita pendek atau cerpen, maka di dalam dunia perfilman dikenal juga yang namanya film pendek. Yang dimaksud film pendek di sini artinya sebuah karya film cerita fiksi yang berdurasi kurang dari 60 menit.

Genre film menurut (Cinema In Edutech: 2011) antara lain :

1. Film Laga (Action), Film ini biasanya berisi adegan-adegan berkelahi yang menggunakan kekeuatan fisik atau supranatural. Dari sini bisa didapat turunan genre seperti; Girls with gun movie, Heroic Bloodshet, dan lainnya. 2. Film Komedi (Comedy), Unsur utama dalam film ini adalah komedi yang

kadang tidak memperhatikan logika cerita. Dari sini didapat turunan genre seperti; Anarchic Comedy, Comedy Horor, Comedy of Remarriage atau komedi drama.

(18)

4. Film Dokumenter (Documentary), Jenis film dokumenter biasanya lebih dikategorikan sebagai film yang memotret suatu kisah secara nyata tanpa dibungkus suatu karakter atau setting fiktif. Dari sini bisa didapat turunan genre seperti; Docu Drama, Doku Fiction, dan lainnya.

5. Film Fantasy (Fantacy), Jenis film ini biasanya didominasi oleh situasi yang biasa atau cenderung aneh. Misalnya cerita-cerita tentang ilmu sihir, naga dan kehidupan peri. Dari sini bisa didapat turunan genre seperti ; High Fantasy, sword, dan sorcery.

6. Film Horor (Horror), Jenis film ini menghibur penontonnya dengan mengaduk-aduk rasa takut dan ngeri. Ceritanya selalu melibatkan kematian dan alam gaib. Dari sini bisa didapat turunan genre seperti; Cannibal Movie, J-Horror, K-Horror.

7. Film Petualangan (Adventure), Jenis film ini biasanya berisi tentnag cerita seorang tokoh yang melakukan perjalanan, memecahkan teka-teki, atau bergerak dari titik A ke titik B sepanjang film. Dari sini dapat didapatkan turunan genre ; Road movie.

2.3 Genre Film Adventure

Film Adventure adalah cerita menarik, dengan pengalaman baru atau new experiences. Film petualangan yang sangat mirip dengan genre film action, dalam

(19)

bisa hidup melalui perjalanan, penaklukan, eksplorasi, penciptaan kerajaan, perjuangan dan situasi yang dihadapi karakter utama, tokoh-tokoh sejarah yang sebenarnya atau protagonis. Film Adventure yang dimaksudkan untuk menarik terutama untuk laki-laki, membuat laki-laki bintang utama heroik selama bertahun-tahun. Para pahlawan pemberani, patriotik, atau altruistik sering berperang karena keyakinan mereka, berjuang untuk kebebasan, atau mengatasi ketidakadilan.

Film petualangan dapat menyertakan film serial dan kacamata sejarah (mirip dengan genre film epos), pencarian atau ekspedisi untuk benua yang hilang, "hutan" dan "padang pasir" epos, berburu harta karun, dan quests, bencana film, dan perjalanan heroik atau mencari yang tidak diketahui. Film petualangan sering diatur dalam suatu periode sejarah, dan mungkin termasuk cerita diadaptasi dari pahlawan petualangan sejarah atau sastra (Robin Hood, Tarzan, dan Zorro misalnya), raja, pertempuran, pemberontakan, atau pembajakan menurut web filmsite.com, turunannya dari Adventure adalah Road Movie (anneahira.com/ jenis-jenis-film.htm).

(20)

karakter utama. telah menjadi pokok dari film-film Amerika dari awal, dan telah berkisar di genre dari Western, komedi, gangster/kejahatan film, drama, dan film action-adventure.

Dari pemjelasan di atas dapat disimpulkan road movie adalah genre film yang dimana sang karakter utama melakukan perjalanan tetapi perbedanya dengan film adventure adalah konflik di dalam film tersebut, maksudnya road movie menggunakan action hanya sebagai penunjang untuk menyelesaikan masalahnya sedangkan adventure hampir dari seluruh film pasti ada adegan action-nya.

2.4 Struktur Road Movie

Seperti yang diketahui, salah satu ciri road movie yang paling kuat adalah cerita berlangsung dalam sebuah perjalanan dan selalu menyinggung tentang realita yang ada di sekitar yang lagi hangat-hangatnya. Menurut Hendra Veejay dalam web (http:// www.editorpilem.com) dijelaskan bahwa ada pola-pola standar yang biasa dipakai dalam film berjenis ini, antara lain:

1. Setelah bertemu dengan tujuannya, tokohnya akan pulang dan menerapkan segala hal yang ditemuinya di perjalanan untuk hidup selanjutnya.

2. Pada akhir perjalanan, tokoh justru menemukan rumah baru dan mendiami tempat itu.

3. Perjalanan terus berlangsung tanpa akhir.

(21)

Dengan struktur standar seperti ini, maka sebenarnya genre road movie tidak terbatas pada film yang menunjukkan perjalanan si tokoh dengan mobil saja, sebab yang penting adalah perjalanannya itu sendiri, di sini sudah tidak penting

(sutradara Steven Spielberg pada tahun 1998), The Dream Catcher (sutradara Edward A. Radtke pada tahun 1999), Children of Men (sutradara Alfonso Cuaron pada tahun 2006).

(22)

2.5 Angle

Sebuah film terbentuk dari sekian banyak shot (Imanjaya, 2006: 4). Tiap shot membutuhkan penempatan kamera pada posisi yang paling baik bagi pandangan penonton, bagi tata set dan action pada suatu saat tertentu dalam perjalanan cerita. Menempatkan kamera pada suatu posisi menentukan angle dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Pemecah-mecahan sekian banyak problema dalam memilih angle kamera, mungkin bisa dicapai melalui suatu analisa yang mendalam dari tuntutan cerita. Melalui pengalaman, keputusan penentuan angle demikian itu dapat dibuat hanya secara intuitif saja. Angle kamera menentukan sudut pandang penonton serta wilayah yang bisa diliput pada suatu shot. Tiap kali kamera akan dipindahkan ke “setup” yang baru, dua pertanyaan harus dijawab:

1. Apa sudut pandang terbaik untuk memfilemkan adegan atau kejadian ini? 2. Berapa banyak wilayah yang harus disertakan didalam shot ini?

Pemilihan angle kamera yang seksama akan bisa mempertinggi visualitas drama dari cerita. Pemilihan sudut pandang kamera secara serabutan bisa merusak atau membingungkan penonton dengan pelukisan adegan sedemikian rupa hingga maknanya sulit difahami. Sebab itu, memilih angle kamera merupakan faktor yang amat penting dalam membangun sebuah gambar dariinteres yang berkesinambungan (Biran, 1986: 4).

2.6 Tipe Angle Kamera

(23)

Kamera objektif adalah melakukan penembakan dari garis sisi titik pandang. Penonton menyaksikan peristiwa dilihatnya melalui mata pengamat yang tersembunyi, seperti mata seseorang yang mencuri pandang. Juru kamera dan sutradara seringkali dalam menata kemera objektifnya menggunakan titik pandang penonton. Karena peristiwa yang mereka sajikan dilayar putih bukan sudut pandang siapapun yang berada dalam adegan film, maka kamera objektif tidak mewakili siapapun. Orang yang di filmkan akan nampak tidak menyadari adanya kamera dan tidak pernah memandang ke arah lensan (Biran, 1986: 9).

2. Angel kamera subjektif

Kamera subjektif membuat perekaman film dari titik pandang seseorang. Penonton berpartisipasi dalam peristiwa yang disaksikanya sebagai pengalaman pribadinya. Penonton ditempatkan di dalam film, baik dia sendiri sebagai peserta aktif, atau bergantian tempat dengan seseorang pemain dalam film dan menyaksikan kejadian yang berlangsung melalui matanya. Penonton juga dilibatkan dalam film, manakala seseorang pelaku dalam adegan memandang ke lensa yakni karena terjadi hubungan pemain dan penonton melalui pandang memandang (Biran, 1986: 10).

2.7 Macam-Macam Angle Kamera

(24)

menghasilkan shot yang baik. Angle dapat mempengaruhi emosi dan psikologi penonton, karena shot yang dihasilkan bisa bersifat objektif dan subjektif (Biran, 1986: 8), sebagai berikut:

1. Normal Angle

Normal angle atau eye level adalah sudut standar atau normal. Pada sudut ini,

kamera diletakkan sejajar dengan objek. Efek yang ditimbulkan dari sudut pandang ini adalah pandangan normal atau seperti kita melihat langsung ke objek dengan mata kita (Imanjaya, 2006).

Gambar 2.1 Normal Camera Angle (Sumber: dokumen pribadi) 2. High Camera Angle

High angle dipakai ketika kita mengambil gambar dari sudut tinggi. Letak

kamera lebih tinggi dari pada objek sehingga kamera menunduk ke bawah. Angle ini menimbulkan efek kecil atau luas. Apabila pada model, maka wajah

(25)

Gambar 2.2 High Camera Angle (Sumber: http://thebeginnerslens.com) 3. Low Camera Angle

Low angle dipakai ketika kita mengamnbil gambar dari sudut rendah. Letak

kamera berada dibawah objek (point of interest). Efek yang ditimbulkan dari sudut pandang ini adalah kesan besar atau raksasa (Imanjaya, 2006).

Gambar 2.3 Low Camera Angle (Sumber: http://ernalina.wordpress.com/) 4. Bird Eye View

Bird eye dipakai ketika kita mengambil gambar dari sudut super tinggi dan

(26)

(keramaian di pasar misalnya) atau luas (gurun). Untuk mendapatkan gambar seperti ini, perlu berada di tempat yang tinggi (puncak gunung, bukit) atau bila dalam video biasa memakai helicopter atau jimmy jeep. Efek ini disebut bird eye karna gambar yang di dapat seperti penglihatan burung ketika

terbang diangkasa (Imanjaya, 2006).

Gambar 2.4 Bird Eye View (Smber: http://www.77agency.com) 5. Subjective Camera Angle

Subjective Camera Angle adalah tehnik pengambilan di mana kamera

berusaha melibatkan penonton dalam peristiwa. Seolah-olah lensa kamera sebagai mata si penonton atau salah satu pelaku dalam adegan (Imanjaya, 2006).

(27)

6. Objective Camera Angle

Objective Camera Angle adalah tehnik pengambilan di mana kamera menyajikan sesuai dengan kenyataannya (Imanjaya, 2006).

Gambar 2.6 Objective Camera Angle (Sumber: http://dcairns.wordpress.com/) 7. Extreme Angle

Extreme Angle adalah penempatan kameradan lebih khusus, penggunaan dan

dampak dari sudut film yang ekstrim (Imanjaya, 2006).

(28)

Gambar 2.8 Extreme Angle (Sumber: http://www.densecrack.com)

Gambar 2.9 Extreme Angle

(Sumber: http://j-haynesphotography.blogspot.com)

Gambar 2.10 Extreme Angle

(29)

2.8 Extreme Angle

Ada ratusan cara untuk menyampaikan ide-ide dalam film, dialog hanyalah salah satunya. Setiap sutradara film saat ini memiliki konvensi film mereka yang sangat kuat yang dapat mendorong pengalaman sinematik dari film mereka ke tingkat yang baru. Ini tentang mengambil keuntungan dari potensi yang luar biasa dari cerita media film dan meningkatkan itu dengan seluk-beluk penempatan kamera, komposisi, pencahayaan, gerak, dan mengedit. Beroperasi bahkan pada tingkat sedikit dari bawah sadar, teknik ini pergi jauh dalam memanipulasi emosi dan pengembangan karakter menarik penonton ke tingkat yang lebih tinggi. Salah satu teknik sinematik yang lebih jelas yang difokuskan arsitektur dan film, adalah penempatan kamera dan lebih khusus, penggunaan dan dampak dari sudut film yang ekstrim. Definisi ini akan mengasosiasikan dengan 'ekstrim' kata yang berhubungan dengan sudut pandang kamera adalah: tidak konvensional, cara melihat dunia, dan tidak familiar. Ini mencakup, namun tidak terbatas pada, close-up yang ekstrim, high-angle, low-angle, sudut pandang jelas pada umumnya dan

merupakan versi dari bagian dramatik angle (Imanjaya, 2006), semua itu ditunjang dari pengambilan gambar seperti berikut:

1. CU (Close Up)

(30)

Gambar 2.11 CU (Close Up)

(Sumber: http://fotografiprofesional.blogspot.com)

2. MCU (Medium Close Up)

MCU adalah shot yang menampilkan sebatas dada sampai atas kepala (Imanjaya, 2006).

(31)

3. BCU (Big Close Up)

BCU adalah shot yang menampilkan bagian tubuh atau benda tertentu sehingga tampak besar. Misal : wajah manusia sebatas dagu sampai dahi (Imanjaya, 2006).

Gambar 2.13 BCU (Big Close Up) (Sumber: http://www.pixelwit.com)

4. ECU (Extreme Close Up)

ECU adalah shot yang menampilkan detail obyek. Misalnya mata, hidung, atau telinga (Imanjaya, 2006).

(32)

5. MS (Medium Shot)

MS adalah pengambilan dari jarak sedang, jika objeknya orang maka yang terlihat hanya separuh badannya saja (dari perut/pinggang keatas) (Imanjaya, 2006).

Gambar 2.15 MS (Medium Shot)

(Sumber: illustratinggraphicnovel.blogspot.com)

6. KS(Knee Shot)

KS adalah pengambilan gambar objek dari kepala hingga lutut (Imanjaya, 2012).

(33)

7. FS (Full Shot)

FS adalah shot yang menampilkan sebatas pinggang sampai atas kepala (Imanjaya, 2006).

Gambar 2.17 FS (Full Shot) (Sumber: http://www.aviator.com)

8. TS (Total Shot)

Shot yang menampilkan keseluruhan obyek (cecep, 2007).

(34)

9. ES (Establish Shot)

ES adalah shot yang menampilkan keseluruhan pemandangan atau suatu tempat untuk memberi orientasi tempat di mana peristiwa atau adegan itu terjadi (Imanjaya, 2006).

Gambar 2.19 ES (Establish Shot) (Sumber: http://filmandtvtvac.blogspot.com)

10. 1S (One Shot)

IS adalah pengambilan gambar satu objek (Imanjaya, 2006).

(35)

11. OSS (Over Shoulder Shot)

OSS adalah pengambilan gambar dimana kamera berada di belakang bahu salah satu pelaku, dan bahu si pelaku tampak atau kelihatan dalam frame. Obyek utama tampak menghadap kamera dengan latar depan bahu lawan main (Imanjaya, 2006).

Gambar 2.21 OSS (Over Shoulder Shot) (Sumber: http://raisedonhd.wordpress.com)

12. OTS (Over The Shoulder Shot)

Shooting Untuk mengambil gambar actor melalui pundak actor yang lain,digunakan ketika para actor saling bertatapan muka satu sama lain. Contoh salah satu actor berbicara kepada actor yang lain sedangkan yang lain mendengarkan (http://webee88.wordpress.com/2009/07/01/videografi-teknik-kamera-video-dan-pengambilan-gambar/).

(36)

13.LS (Long Shot)

LS adalah shot sangat jauh, menyajikan bidang pandangan yang lebih dekat dibandingkan dengan ELS, obyek masih didominasi oleh latar belakang yang lebih luas (Imanjaya, 2006).

Gambar 2.23 LS (Long Shot)

(Sumber: http://kerstenlcooper.wordpress.com/)

14. ELS ( Extreme Long Shot)

ELS adalah shot sangat jauh, menyajikan bidang pandangan yang sangat luas, kamera mengambil keseluruhan pandangan. Obyek utama dan obyek lainnya nampak sangat kecil dalam hubungannya dengan latar belakang (Imanjaya, 2006).

Gambar 2.24 ELS (Extreme Long Shot)

(37)

15. MLS (Medium Long Shot)

MLS adalah shooting dilakukan dari jarak jauh, tetapi tidak sejauh establish shot. digunakan untuk penekanan terhadap lingkungan sekitar atau setting dalam scene (Agus Rasta, 2011).

Gambar 2.25 MLS (Medium Long Shot)

(Sumber: http://aslukeparker.blogspot.com/2012/09/close-upmediumlong-shots.html)

16. EWS (Extreme Wide Shoot)

(38)

Gambar 2.26 EWS (Extreme Wide Shot) (Sumber: http://wainlqegs.wordpress.com)

17. VWS (Very Wide Shoot)

Tembakan yang sangat luas lebih dekat kesubjek dari sebuah tembakan lebar yang ekstrim, tetapi masih jauh lebih jauh dari pada tembakan lebar. Subjek terlihat di sini tapi hanya (dalam kasus iniitu laki-laki bersandar pagar). Penekanannya sangat banyak pada menempatkan dia dilingkungannya. Hal ini sering bekerja sebagai tembakan membangun, di mana penonton ditunjukkan seluruh pengaturan sehingga mereka dapat menyesuaikan diri. The VWS juga memungkinkan banyak ruang untuk tindakan untuk mengambil tempat, atau untuk beberapa mata pelajaran untuk muncul di layar (Imanjaya, 2008).

(39)

18. WS (Wide Shoot)

Dalam tembakan lebar, subjek memakan full frame. Dalam kasus ini, kaki anak itu hampir di bagian bawah frame dan kepalanya hampir di bagian atas. Jelas subjek tidak mengambil seluruh lebardan tinggi frame, karena ini adalah sedekat kita bisa mendapatkan tanpa kehilangan bagian dari dirinya. Jumlah kecil ruangan di atas dan di bawah subjek dapat dianggap sebagai ruang pengaman-Anda tidak ingin memotong bagian atas kepala off. Hal ini juga akan terlihat tidak nyaman jika kaki dan kepalanya berada tepat dibagian atas dan bawah frame. Seperti jenis tembakan banyak, tembakan lebar berarti hal yang berbeda untuk orang yang berbeda. Namun tembakan lebar tampaknya lebih menderita dari berbagai interpretasi dari pada jenis lainnya. Banyak orang mengambil WS untuk berarti sesuatu yang lebih luas (Imanjaya, 2006).

Gambar 2.28 WS (Wide Shot)

(Sumber: http://catsasmedia.wordpress.com/)

19. MS (Mid Shoot)

(40)

seolah-olah mereka melihat seluruh subyek. MS adalah tepat ketika subjek berbicara tanpa emosi terlalu banyak atau konsentrasi yang intens. Ia juga bekerja dengan baik ketika tujuannya adalah untuk menyampaikan informasi, yang mengapa sering digunakan oleh presenter berita televisi. Sering dilihat cerita dimulai dengan MS dari wartawan (memberikan informasi), diikuti oleh tembakan lebih dekat dari subyek wawancara (memberikan reaksi dan emosi). Selain sebagai tembakan, nyaman emosional netral, tembakan pertengahan memungkinkan ruang untu kgerakan tangan dan sedikit gerakan (Biran, 2006).

Bukan hanya pengambilan shot yang berperan penting dalam film pergerakan kamera juga sangat berpengaruh dalam membuat sebuat film (asiarayustianod usskolastika.wordpress.com), diantaranya sebagai berikut:

1. Pan, Panning

Panning adalah gerakan kamera secara horizontal (mendatar) dari kiri ke

kanan atau sebaliknya

a. Pan right (kamera bergerak memutar ke kanan) b. Pan left (kamera bergerak memutar ke kiri) 2. Tilt, Tilting

Tilting adalah gerakan kamera secara vertical,mendongak dari bawah ke atas

atau sebaliknya.

(41)

3. Dolly, Track

Dolly track adalah gerakan di atas tripot atau dolly mendekati atau menjauhi

subyek.

a. Dolly in : mendekati subyek b. Dolly out : menjauhi subyek 4. Pedestal

Pedestal adalah gerakan kamera di atas pedestal yang bisa dinaik turunkan. Sekarang ini banyak digunakan Porta-Jip Traveller.

a. Pedestal up : kamera dinaikan b. Pedestal down : kamera diturunkan 5. Crab

Crab adalah gerakan kamera secara lateral atau menyamping, berjalan sejajar

dengan subyek yang sedang berjalan. a. Crab left (bergerak ke kiri) b. Crab right ( bergerak ke kanan) 6. Arc

Arc adalah gerakan kamera memutar mengitari obyek dari kiri ke kanan atau

sebaliknya. 7. Framing[In/Out]

Framing adalah gerakan yang di lakukan oleh objek untuk memasuki [in]

(42)

8. Crane Shot

Crane Shot merupakan gerakan kamera yang di pasang pada alat bantu mesin

beroda dan bergerak sendiri bersamaan kameramen,baik mendekati maupun menjauhi objek.

9. Fading[In/Out]

Fading in/ out merupakan pergantian gambar secara perlahan-lahan. Apabila gambar baru masuk mengantikan gambar yang ada di sebut fade in,sedangkan jika gambar yang ada perlahan-lahan menghilang dan di gantikan gambar baru di sebut fade out.

10. Follow

Follow adalah pengambilan gambar di lakukan dengan cara mengikuti objek

dalam bergerak searah. 11. Zooming

Zooming adalah gerakan lensa zoom mendekati atau menjauhi obyek secara

optic, dengan mengubah panjang fokal lensa dari sudut pandang sempit ke sudutpandang lebar atau sebaliknya.

(43)

34

Dalam proses Tugas Akhir ini akan dijelaskan metode yang digunakan dalam pembuatan film yang berjudul The Power Of Love. Proses pembuatan Film berjudul The Power Of Love ini terbagi dalam pengambilan dan pengolahan data serta proses perancangan karya, berikut ini uraian penelitian dari metode yang digunakan.

3.1 Metodologi

Bidang kajian multimedia, boleh dikatakan sebagai disiplin ilmu baru, jika dibanding dengan ilmu-ilmu seni lainnya. Oleh karena itu metode yang dilakukan dalam proses pembuatan Tugas Akhir ini, menggunakan gabungan dari metode-metode yang sudah ada pada ilmu lain.

(44)

pemikiran untuk memecahkan masalah yang bersumber pada literatur-literatur. Metode kuantitatif dilakukan untuk menentukan alternative terpilih berdasarkan data kualitatif melalui survey.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan kebutuhan peneliti dalam Pembuatan Film Bergenre Road Movie dengan Extreme Angle Berjudul “THE POWER OF LOVE”, teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data antara lain:

1. Studi Literatur

Studi Literatur merupakan mengambil ilmu dari buku-buku yang mendukung dan sesuai dengan film pendek dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini terutama yang berkaitan dengan road movie. Studi pustaka yang dilakukan adalah melalui buku rujukan mengenai road movie, pembuatan film dan skenario.

Berikut berupakan beberapa buku yang digunakan dalam menyelesaikan Tugas Akhir yaitu:

a. The Road Movie Book (1997) oleh Steven Cohan dan Ina Rae Hark (2010) yang berisi tentang pengetahuan dasar mengenai film dengan genre road movie.

b. 5 hari mahir bikin film (2011) oleh Panca Javandalasta yang berisikan cara dan tahapan membuat film dengan mudah.

(45)

d. Angle, kontiniti, editing, close up, komposisi, angle dalam sinematografi (1986) yang berisikan tentang angle, editing, komposisi dan film.

Setelah melakukan studi literature, maka hasil yang didapat dari jurnal

“extreme views: (on religious doctrines)” oleh Jeremy Vineyard adalah

menemukan extreme angle yang merupakan versi dari bagian dramatic yang dibagi menjadi dua yaitu, extreme low angle dan extreme high angle yang digunakan untuk pembuatan film road movie yang merupakan turunan dari genre adventure.

2. Studi Eksisting

Dalam perancangan dan Pembuatan Film Bergenre Road Movie dengan

Extreme Angle Berjudul “THE POWER OF LOVE” peneliti melakukan

studi eksisting, dengan melakukan pengamatan selama 3 bulan sebagai sample pada beberapa film bergenre Road Movie dan Angle pada setiap film tersebut, antara lain:

a. Film Indonesia berjudul Punk in love (2009)

Pada kajian studi eksisting ini, film Indonesia berjudul “Punk in love”

(46)

Gambar 3.1 poster Punk In Love (Sumber: http://filmindonesia.or.id)

Pada film ini memperlihatkan perjalanan seorang tokoh utama mencapai tujuan, hanya saja di film ini menambahkan komedi didalamnya.

b. Film Indonesia berjudul 5cm (2013)

(47)

Gambar 3.2 5 cm.

(Sumber: http://filmindonesia.or.id)

Film ini bercerita tentang persahabatan lima orang yang mengalamai kebosanan karena sudah bersahabat selama 10 tahun. Mereka menyepakati sebuah perjanjian dimana selama 3 bulan mereka gak boleh sang bertemu bahkan saling sapa pun tidak di perbolehkan, ketika sudah melewati 3 bulan mereka berlibur di semeru diman tempat mencapai puncaknya itu sangat sulit, dan view yang dipakai sangat extrime dikarenakan memperlihatkan keindahan dan susah payahnya mereka mencapai puncak dan penontok akan di buai dengan angle camera yang sangat memukau.

(48)

mengisahkan seseorang menuju ke suatu tempat tujuan dan dapat menyelesaikan masalahnya.

Dalam film “5 CM” dan “Punk in love”, data yang bisa diambil adalah perjalanan tempat yang bagus, alur cerita yang menarik tentang sebuah persahabatan menjadi cinta dan pengambilan sudut kamera yang extreme.

3. Wawancara

Metode wawancara ini dilakukan langsung kepada narasumber untuk mendapatkan informasi-informasi lebih dalam mengenai film bergenre Road movie yang berjudul “Pembuatan Film Extreme Road Movie berjudul “THE

POWER OF LOVE”’.

Wawancara dilakukan untuk memastikan bahwa data yang didapat dari literatur atau survey sesuai dan dapat dipakai sebagai acuan, data yang mendasari pembuatan film ini yang sesuai dengan judul. Dalam Tugas Akhir ini di lakukan wawancara pada:

3. Sutikno, S.Kom Dosen Fotografi Ruang dosen

4. Bembi Dosen Videografi B401

5. Tosan Dosen Videografi Ruang

Videografi 6. Yuyung Abdi Fotografer Jawapos Seminar

(49)

Hasil wawancara dengan Pak Thomas selaku dosen pengajar animasi di ruang animasi grafis di STIKOM Surabaya tanggal 27 September 2012 dan dijelaskan bahwa :

“Dxtreme angle itu kamera yang gak lazim seperti adegan berantem kamera

terpasang di tangan jadi seolah2 penonton merasa di pukul atau adegan

kissing kamera mungkin di taruh di dalem mulut supaya kelihatan semua

rongga mulut atau bisa juga ketika berjalan kamera terpasang di mata kaki”.

Hasil wawancara dengan Pak Aziz selaku dosen pengajar photograph di multimedia STIKOM Surabaya pada tanggal 6 November dihasilkan bahwa : “Angle itu sudut pandang pengambilan, extreme itu menggunakan komposisi,

angle itu hanya dari atas, bawah, normal, kanan, dan kiri sedangkan extreme

angle tidak ada tetapi extrim itu sesuatu yang kusus.”

Hasil wawancara dengan Pak Sutikno selaku dosen pengajar photograph di multimedia STIKOM Surabaya pada tanggal 6 November dihasilkan bahwa : “Extreme angle itu tidak ada yang ada hanya extreme tempat dan extreme

komposisi, namun jika ada buku tahun 1977 yang menyatakan extreme angle

itu dari atas atau dari bawah itu tidak bisa disalahkan karena extreme yang

dimaksud tersebut pada tahun itu memang jarang dipakai tetapi untuk zaman

sekarang itu semua orang bisa melakukan karena perkembangan teknologi

sudah maju dan angle tersebut bisa dilakukan semua orang”

(50)

"menurut saya extreme angle itu sudut pandang yang tidak pada mata normal,

seperti dari atas atau dari bawah, bisa juga melalui lensa kamera menurut

saya penggunaan lensa lebar juga bisa termasuk didalam extreme angle

karena sudah beda dari sudut pandang dan hasil rekaman yang selama ini

ada".

Hasil wawancara dengan Pak Tosan selaku dosen pengajar video dan film di STIKOM Surabaya pada tanggal 30 November 2012 dihasilkan bahwa: “Beda Advancure dan road movie tipis sekali yang jelas road movie adalah

film yang menceritakan perjalanan dalam arti sebenarnya (bukan perjalanan

hidup) dimana selama kisah perjalanan itu penonton di ajak lebih dekat

dengan karakter utama”

Hasil wawancara dengan Yuyung Abdi selaku fotografer Jawapos di seminar STIKOM pada tanggal 12 November 2012 dihasilkan bahwa:

“Fotografi HI menitik beratkan di expresi dan gerak kalaupun menggunakan

(51)

mencari ayah kandungnya kemungkinan terjadi ketika dia melihat sendiri

kalau bapaknya tirinya mengecewakan dirinya

Jadi inti semua wawancara bisa ditarik kesimpulan kalau road movie itu beda tipis dengan advancure, untuk cerita di dalam film harus di perhatikan jangan membuat ahirnya tetapi juga di pikirkan sebabnya, dan untuk extrime angle itu tidak ada di fotografi tetapi di film bisa saja di taruh atas dan bawah juga bisa bergati lensa dan tempat yang extreme. Setelah semua data lengkap, barulah kemudian perancangan karya tercipta.

3.3 Teknik Analisis Data

Pada buku pembuatan film pendek tugas akhir (Kurniasari, 2013) dikatakan bahwa ada beberapa elemen penting dalam analisis data yaitu, analisis data kualitatif yang perlu terus diingat oleh setiap peneliti dalam melakukan kegiatan. Setelah dilakukan analisa pada studi literatur, studi eksisting dan wawancara, maka dilakukan verifikasi data.

(52)

Gambar 3.3 Penarikan Kesimpulan

Dari studi literatur didapatkan kata kunci terciptanya sudut kamera yang membuat sang tokoh yang menjadi gagah atau sebaliknya. Dari studi eksisting didapatkan kata kunci film dengan genre road movie dapat digabung dengan sudut kamera yang ekstrem. Dari wawancara didapatkan kata kunci pencarian ayah kandung dikarenakan mengalami ketakutan yang berlebihan atau traumatic. Dari ketiga teknik pengumpulan data didapatkan kata kunci utama perjalanan dramatic yang terjadi karena ketakutan yang berlebihan.

3.4 Perancangan Karya

Dalam proses pra produksi ada beberapa tahap perancangan. Tahap disini adalah perencanaan agar produksi sesuai dengan urutan yang ada dan berjalan seperti yang diinginkan oleh produser. Berikut gambar 3.4 bagan tahap perancangan Pembuatan Film Bergenre Road Movie dengan Extreme Angle

(53)

Gambar 3.4 Bagan Perancangan

(54)

naskah, dan storyboard. Bila tahap perancangan tersebut sudah lengkap, barulah produksi bisa dimulai.

3.4.1 Pra Produksi

Dalam perancangan agar masalah dalam pembuatan film road movie terpecahkan, dibuatlah bagan yang mempunyai alur produksi pembuatan film tersebut. Alur yang dirangkai dari pra produksi, produksi, hingga pasca produksi. Di dalam rancangan pra produksi terdapat bagan yang dibuat untuk mempermudah alur produksi. Setelah rancangan pra produksi dibuat, dilanjut pembuatan film tersebut di bagian produksi.

1. Ide dan konsep

Berdasarkan bagan perancangan karya di atas, tahap pertama dalam pembuatan film ini yaitu pencarian ide. Berawal dari melihat film tentang perjalanan yang selalu memukau melihat suatu keganjilan film yang bertema perjalanan di Indonesia sangat jarang.

Eksperimen membuat film bergenre Road Movie ini akan digabung dengan extreme angle, extreme movement, dan extreme tempat akan menambah hal

baru dalam pengambilan gambar dalam satu frame.

Lalu tercetus ide membuat film dengan genre yang jarang digunakan yaitu Road Movie. Seperti yang telah dijelaskan di bab II, salah satu ciri film

(55)

Dari ide tersebut dikembangkan menjadi cerita utuh mengenai perjalanan seseorang dari yang berkelakuan buruk berubah menjadi lebih baik. Tokoh ini akan mengalami perubahan kondisi. Rahasia dari orang tua yang membuat tokoh ini penasaran lalu mencari kebenaran.

a. Analisa STP (Segmenting, Targeting, Positioning)

Analisa STP (Segmentation, Targeting, positioning) sangat penting untuk menentukan target audience. Segmentation dan targeting merupakan pembagian target audience berdasarkan letak geografis, segi demografis, serta segi psikografis. Sedangkan positioning merupakan penempatan karya dalam fungsinya untuk audience.

Tabel 3.2 STP (Segmentasi, Targeting, Positioning)

STP URAIAN

Segmentasi

&

Targeting

Geografis Wilayah pemasaran film ini adalah perkotaan

Demografis

Usia: 18- 24 Remaja dan Dewasa Gender: Laki-laki dan Perempuan Pekerjaan: Pelajar atau Profesional

Psikografis

Mayoritas penikmat film memiliki gaya hidup modern

Positioning

(56)

b. Analisa Konsep Cerita.

Berikut merupakan beberapa konsep cerita yang akan digunakan dalam film ini:

1) Seorang anak yang mencari bapak kandung dengan memakai harta orang tua tiri untuk mencari ayah kandungnya setelah menemukan surat yang di sembunyikan orang tua tirinya bahwa dia semenjak kecil di adobsi.

2) Seorang anak yang menerima kabar kalau ibunya sudah meninggal dan menenerima surat yang berisi rahasia dimana dia bukan anak kandung bapak yang dia anggap hero,dan mencari bapak kandungnya untuk meminta penjelasan.

3) Seseorang yang mencari cinta pertamanya ketika dia kecil di sebuah desa yang dulu dia pernah tinggali bersama dengan wanita tersebut,karena janji masa kecil tersebut dia mencari wanita tersebut Tabel 3.3 Analisis Konsep Cerita

Konsep psikolog remaja kameramen Orang tua Total

1 1 1 2 2 6

2 3 2 3 3 11

(57)

2. Karakter

Berikut merupakan karakter dan penjelasan mengenai karakter tersebut: a. Evan

Evan adalah mahasiswa yang memuluskan semua urusan dengan uang karena orang tuanya yang memang kaya, tapi dia bukan orang yang sombong dan tidak menghargai waktu dan wanita. tetapi dia diberi kabar mencengangkan kalau bapak yang dianggapnya pahlawan ternyata bapak tirinya, dia merasa harus mencari jawabannya dan melakukan perjalanan menemukan bapak kandungnya, karena bapak tirinya tenyata memiliki keluarga baru.

b. Dipa

Seorang yang ceplas-cepos seenaknya sendiri, supel dan berjiwa nasionalis tinggi, dia posesif terhadap adiknya karena dia tidak mau terjadi apa-apa terhadap adiknya karena dia trauma adiknya melakukan perbuatan yang bodoh.

c. Andin

Andin adalah seorang wanita yang mandiri dan tomboi dikarenakan sikap kakaknya yang selalu mengekang dirinya, dia juga orang yang berpegang teguh dimana jika dia memiliki keinginan harus tercapai.

3. Sinopsis

(58)
(59)
(60)
(61)

menemukan bengkel Dipa dan Andin menyusul, ketika Evan keluar melihat Dipa mendorong mobil sendiri Evan merasakan dia gak bisa kalau gak tanpa mereka jadi dia memutuskan barengan ke rumah yang dituju oleh Evan. Ketika sampai sana memang benar kalua yang tinggal di sana itu nama keluarga yang ada di foto yang dia bawa, ahirnya orang yang ditunggu muncul semua pertanyaan Evan dikepala terjawab dan ahirnya Evan bersama bapak kandungnya.

4. Skenario

Skenario adalah naskah tulis untuk sandiwara, film, atau sinetron secara rinci dari adegan-adegan yang disusun (Atmowiloto, 2011: 178). Dari skenario dapat diketahui soal jalan cerita, bukan hanya soal karakterisasi pemain, melainkan juga gambaran perkiraan pembiayaan, atau bahkan kira-kira siapa yang akan memainkan.

01.EXT – SIANG – STASIUN Stasiun Gubeng di Surabaya.

02. INT – SIANG - STASIUN

Suara cerobong asap dan gesekan pada rel kereta api. Aktifitas keramaian pengguna kereta api yang lalu-lalang, penjual yang menadahkan jualannya, petugas kereta api yang bekerja melayani pembeli tiket, menjaga loket peron dan menunggu kereta yang lewat.

EVAN (V.O)

Pernahkah kita sadari, apa yang kita tahu selama ini, kadang tidak pernah kita ketahui secara jelas. Jika hal itu muncul, bersiaplah dengan segala kondisi.

Bahkan dalam kondisi terburuk sekalipun.

(62)

teka-teki ini. Apalagi hal ini berhubungan dengan siapa aku sebenarnya.

Sayup terdengar pengumuman dari pengeras suara, kereta menuju Jogjakarta. Evan berdiri. Merapikan bawa’annya. Menuju gerbong kereta Jogja.

EVAN (V.O)

Rasanya ingin tertawa miris. Baru kemarin aku hura-hura menikmati hidup. Kini keadaan berbanding terbalik. Hingga tercetus pertanyaan, apakah caraku benar

dalam menikmati hidup?

Evan menghentikan langkah.

[kamera fokus ke punggung, lalu pindah fokus ke kereta yang sedang lewat] ZOOM OUT: 03.INT – PAGI – KAMAR

5. Storyboard

Storyboard adalah gambaran untuk dijadikan acuan saat melakukan

(63)

Gambar 3.5 storyboard “The Power of Love

(64)

a. Konsep

Pada pin dikonsep dengan penggunakan font di judul film. Dengan

penambahan tagline “Extreme Road Movie

b. Sketsa

Gambar 3.6 Sketsa pin “The Power of Love

2. Poster a. Konsep

Pada poster ini berkisah tentang 3 orang yang melakukan pejalanan. Pada bagian bawah terdapat jalan raya yang mengerucut. Hal ini

menggambarkan arah yang difokuskan pada judul “The Power of

(65)

b. Sketsa

(66)

57 BAB IV

IMPLEMENTASI KARYA

Pada bab ini akan dijelaskan tentang implementasi karya sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya. Untuk lebih jelasnya maka akan diuraikan tentang proses produksi dan pasca produksi dalam film exteme road movie berjudul “The Power of Love”, sebagai berikut:

4.1 Pra-produksi

(67)

Gambar di atas merupakan alur perancangan untuk pra produksi dalam menyelesaikan film ini. Berikut merupakan tahap-tahap alur perancangan pra produksi:

1. Tahap pertama dalam pembuatan film pendek ini yaitu pencarian ide. Ide dapat diperoleh dari gambar dan foto, penelitian, brainstorming, pengamatan terhadap orang maupun hewan serta tempat dan benda, alur cerita yang sudah ada (Wright, 2005: 39-43).

Berawal dari seringnya menonton film di bioskop mau pun meminjam DVD/VCD di rental dan menemukan fakta bahwa jarangnya genre film Indonesia adalah Road Movie.

Lalu tercetus ide membuat film dengan genre yang jarang digunakan yaitu Road Movie. Seperti yang telah dijelaskan di bab II, salah satu ciri film bergenre Road Movie adalah perjalanan mencari sesuatu atau menemukan orang di suatu tempat dan menempuh segala rintangan yang membuatnya semakin membaik di ahir film. Proses pencarian sesuatu menceritakan perkara dari awal hingga mencapai akhir membutuhkan durasi yang lama. Apalagi jika film itu menceritakan tentang seorang yang mencari sesuatu dan banyak kendala didalamnya masalah external dan internal

(68)

2. Kemudian dibuat beberapa cerita yang kemudian dianalisis. Pada bab III telah diketahui cerita yang terpilih. Berikut merupakan cerita yang terpilih:

“Seorang anak yang menerima kabar kalau ibunya sudah meninggal dan menenerima surat yang berisi rahasia dimana dia bukan anak kandung bapak yang dia anggap hero,dan mencari bapak kandungnya untuk meminta penjelasan. “

Lalu cerita dikembangkan menjadi sebuah sinopsis.

3. Dari sinopsis, cerita berkembang menjadi skenario dan storyboard. Pada skenario dapat diketahui karakter yang akan diperankan oleh talent dan lokasi yang akan digunakan sebagai setting. Sedangkan pada storyboard dapat diketahui shot list yang akan digunakan.

4. Untuk mencari talent yang pas untuk memrankan karakter pada film pendek, dilakukan casting. Berikut merupakan pemeran dalam film pendek ini.

NO KARAKTER GAMBAR

1 Evan adalah mahasiswa sebuah kampus di surabaya, hidupnya jauh dari orang tua tetapi hidupnya berkecukupan tetapi evan mendapat kabar kalau ibunya meninggal dan memberi tau rahasia yang dipendam ibunya bahwa dia bukan anak ayah kandung bapak yang dianggapnya panutan karena bapaknya memang

baik terhadap evan. Gambar 4.2 Pemeran Rizal 2 Andin adalah adik dari evan sifatnya

yang seenaknya membuat keluarganya khawatir termasuk kakaknya, dia berkeinginan yang sangat besar dan harus tercapai walaupun itu dengan cara yang tidak lazim dalam mencapai tujuannya

(69)

3 Dipa adalah kakak dari andin dia seorang kakak yang takut adiknya terjadi apa-apa sehingga sifatnya yang mengekang membuat andin berontak karena dipa tidak sadar sifatnya yang takut tersebut membuat adiknya tertekan dan muak terhadap sikap dipa.

Gambar 4.4 Pemeran Trio

5. Ketika skenario siap difilmkan, maka yang dilakukan adalah membuat script breakdown. Script breakdown adalah uraian tiap adegan dalam skenario

menjadi daftar berisi sejumlah informasi tentang seegala hal yang dibutuhkan untuk keperluan syuting (Effendi, 2009: 17). Hal ini dibuat agar tidak terjadi pembengkakan dana dan waktu yang terbuang percuma.

(70)

4.2 Produksi

Pada proses pra produksi, telah dilakukan persiapan menjelang produksi. Sebelum melakukan proses pengambilan gambar, pemain perlu berlatih dialog yang lebih sering disebut proses reading. Hal ini sering dilakukan sebelum pengambilan gambar sebagai pengingat dialog untuk pemain.

Gambar 4.5 proses reading pemain

Gambar 4.8 adalah gambaran proses reading yang dilakukan para pemain sebelum pengambilan gambar di rumah untuk flashback

Setelah melakukan persiapan dalam proses pra produksi, dimulainya tahap pengambilan gambar.

(71)

Berikut merupakan resume pengambilan gambar selama satu minggu. Lama pengerjaan mengalami kemunduran dari script break down dikarenakan cuaca di kota-kota yang disinggahi yang berubah-ubah.

1. Hari pertama: Take Evan berangkat dari Surabaya menuju Ngawi tapi ketiduran dan kecopetan di stasiun Jogja dan ketemu Dipa dan Andin, karena hujan jadi mundur satu hari untuk take di jogja, malam hari briefing untuk planning besok harinya.

2. Hari kedua: Pengambilan gambar di lakukan di Jogja setelah merasa cukup langsung break dan terus besok paginya ke Solo, malam hari briefing untuk planning besok harinya.

3. Hari ketiga: scene di Solo di kerjakan siang hari karena pagi dibuat perjalanan menuju Jogja ke Solo, melakukan take di Kraton Solo dikarenakan hujan mendadak shoting di berhentikan sejenak sampai suasana mendukung. Ketika 20 menit menunggu hujan berhenti dan angin mulai stabil syuting dilanjutkan sampai jam 17:20 setelah itu kembali ke penginapan, malam hari briefing untuk planning besok harinya.

(72)

5. Hari kelima: mulai perjalanan ke Ngawi dan take di mulai jam 18:00 untuk shoting flashback Evan.

6. Hari keenam: Pada hari itu pengambilan gambar dilakukan di pasar, rumah kakek, dan dialog di jalan raya.

7. Hari ketujuh: membuat foto poster dan take dialog di dalam mobil.

8. Hari kedelapan: take di kampus seharian di STIKOM, kelas dan parkiran.

9. Hari kesembilan: take di aparteman

10. Hari kesepuluh: take di cafe malam hari

Hasil video dari kamera DSLR dipindah ke perangkat komputer untuk diolah sedemikian rupa. Jika menggunakan kamera rekam biasa, hasil gambar tersimpan dalam memori harus dipindahkan dengan mengcopy terlebih dahulu tetapi bila menggunakan kamera DSLR, kita hanya perlu memindahkannya dengan kabel data atau sambungan usb dari kartu memori.

Dalam pembuatan film pendek berjudul ”The Power of Love” ini menggunakan berbagai macam peralatan sinematrografi sederhana yaitu :

1. Camera DSLR dengan kemampuan merekam video

2. Lensa 18-105mm, lensa 80-400mm, lensa 55mm ,lensa 500mm dan fix 50mm 3. Microphone dan boomer

(73)

Beberapa variasi shot yang digunakan dan diterapkan dalam film pendek ini diantaranya adalah Extreme Long Shot, Long Shot, Medium Shot, Medium Close Up, Close Up, Extreme Close Up. Untuk pergerakan kamera menggunakan Panning, Tilting dan Zooming. Sedangkan untuk sudut pengambilan gambar yang

digunakan Eye Level, Low Angle dan High Angle.

4.3 Proses Pasca produksi

Pada tahapan pasca produksi ini silakukan proses editing dan spesial efek dengan beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu:

1. Proses pemilihan video

Proses awal dimana menyeleksi beberapa stock shoot yang telah diambil. Materi pemilihan berdasarkan kelayakan gambar secara visual dan audio. 2. Proses Penataan stock shoot

(74)

Gambar 4.7 Proses penataan stock shoot

Untuk menata suatu scene, stock shot dihubungkan satu dengan yang lain. Sebuah scene disusun mulai dengan sebuah long shot, dilanjutkan dengan sebuah close up dan diakhiri dengan sebuah long shot lagi atau cut away. Tetapi kebiasaan ini sekarang sudah tidak lagi ditaati secara ketat. Yang tetap dipertahankan orang dalam membuat scene, bukan lagi shot- shotnya, tetapi arti scene itu sendiri.

3. Proses Colour Grading

(75)

Gambar 4.8 Proses Colour Grading

4. Sound Editing

Dalam proses ini penambahan backsound dilakukan guna mendukung tatanan visual.

Gambar 4.9 proses sound editing

(76)

5. Rendering

Proses rendering adalah proses akhir dari pasca produksi dimana semua proses editing stock shoot disatukan menjadi sebuah format media. Dalam proses rendering memiliki pengaturan tersendiri sesuai hasil yang diinginkan. Sedangkan dalam film berjudul “The Power of Love” menggunakan format media AVI.

Gambar 4.10 proses rendering

6. Hasil Akhir

(77)

a. Scene 02

Gambar 4.11 Scene 02

Pada scene 02, terdapat gambar evan bersama wanita yang dekat dengannya

b. Scene 04

Gambar 4.12 Scene 04

(78)

c. Scene 07

Gambar 4.13 scene 07

Pada scene 7, Evan kecopetan di stasiun dan mengejarnya.

d. Scene 10

Gambar 4.14 scene 10

(79)

e. Scene 12

Gambar 4.15 scene 12

Pada scene ini, Dipa meminta Evan menyetir menuju ke Surabaya.

f. Scene 14

Gambar 4.16 scene 14

(80)

g. Scene 15

Gambar 4.17 scene 15

Pada scene ini Evan menawarkan kalau dia yang menyetir dan tujuannya di tentukan Andin supaya Andin tidak mengemudikan mobil.

h. Scene 22

Gambar 4.18 scene 22

(81)

i. Scene 24

Gambar 4.19 scene 24

Pada scene ini, Dipa bilang ke adiknya kalu menginap di Sarangan seperti yang di inginkan Andin.

j. Scene 25

Gambar 4.20 scene 25

(82)

k. Scene 27

Gambar 4.21 scene 27

Pada scene ini, Dipa menanyakan Patmowiyoto ke penjual ayam

l. Scene 27

Gambar 4.22 scene 27

(83)

m. Scene 28

Gambar 4.23 scene 28

Pada scene ini, menceritakan masa kecil Evan kenapa bisa bapak kandungnya berada di Ngawi.

7. Mastering

Mastering merupakan proses dimana file yang telah di-render dipindahkan ke dalam media kaset, VCD, DVD atau media lainya. Film pendek ini menggunakan media VCD.

8. Publikasi

(84)

Gambar 4.24 Desain pin

Gambar 4.25 Desain pada botol

(85)

Gambar 4.27 Desain pada baju

(86)

9. Realisasi Biaya

Pembuatan film ini memakan biaya + 40juta dengan penjelasan sebagai berikut:

A PRA PRODUKSI 21.260.000

B PRODUKSI 15.170.000

C PASCA PRODUKSI 3.200.000

JUMLAH TOTAL 39.630.000

PRODUCTION BREAK DOWN

A. PRAPRODUCTION

1 Telekomunikasi dan internet (penggalian data

ditempat tempat rencana produksi) 95 1 3.000 285.000

2 Survey lapangan surabaya, ngawi, jogja, solo,

tawangmangu dan sarangan 5 1 1.300.000 6.500.000

3 Pembelian Camera Go -pro werles 1 1 5.700.000 5.700.000

Pembelian inverter 1200 wat (untuk merobah arus DC menjadi AC ) untuk charger Baterai

camera di mobil

1 Tiket kereta Sancaka Surabaya - Jogja

sebanyak 5 orang 1 5 150.000 750.000

2 Akomodasi di kereta untuk 5 orang

(87)

3 BBM 2 mobil menuju

surabaya-jogja-tawangmangu sarangan- ngawi-surabaya 1 2 650.000 1.300.000

4 Akomodasi 5 orang perjalanan surabaya jogja 1 5 50.000 250.000

5 Penginapan selama 2 hari untuk 11 orang 2 5 350.000 3.500.000 6 Akomodasi 11 orang selama 2 hari di jogja 2 11 45.000 990.000

7 Sewa andhong di Malioboro jogja 1 2 100.000 200.000

8 Penginapan selama 1 hari untuk 11 orang di

solo 1 5 350.000 1.750.000

9 Akomodasi 11 orang selama 1 hari di solo 1 11 45.000 495.000

10 Penginapan selama 1 hari untuk 11 orang di

Sarangan 1 5 200.000 1.000.000

11 Akomodasi 11 orang selama 1 hari di

Tawangmangu dan sarangan 1 11 45.000 495.000

12 Akomodasi 11 orang selama 2 hari di Ngawi 2 11 45.000 990.000

13 Sewa Apartement pertama di Pakuwon 1 1 1.500.000 1.500.000

14 Akomodasi 5 orang di Apartement pertama 1 1 250.000 250.000

2 Suvenir dan gantungan kunci , stiker ( empat

macam) 1 50 35.000 1.750.000

3 Pameran 1 1 500.000 500.000

(88)

79 5.1 Kesimpulan

Dari laporan ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Pembuatan film pendek ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu tahap pra produksi, tahap produksi, dan tahap pasca produksi. Dalam proses pengerjaan ketiga tahap tersebut, diperlukan suatu perencanaan alur kerja terlebih dahulu, agar tidak terjadi kesalahan ketika melakukan proses pembuatan.

2. Dengan melakukan observasi dan wawancara, membantu dalam proses produksi dalam pembuatan film ini.

3. Pembuatan film dengan genre road movie ini dilakukan dibanyak lokasi yang berbeda seperti Yogyakarta, Solo, dan Ngawi.

4. Pembuatan film dengan genre road movie membutuhkan banyak kru.

5.2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat dibangun dari pembuatan film ini yaitu:

1. Menggunakan talent yang berasal dari dunia teater akan lebih mengeksplor cerita lewat mimik dan gesture tubuh.

2. Saat proses produksi, penggunakan boomer sangat membantu dalam pengambilan suara.

(89)

80 Dunia Pustaka Jaya dan PT. Demi Gisela Citra Pro.

Dirgagunarsa, S. 1999. Pengantar Psikologi. Jakarta: Mutiara. Imanjaya, Ekky. 2006. A-Z About Film Indonesia. Bandung: Mizan

Javandalasta, Panca. 2011. 5 Hari Mahir Bikin Film. Jakarta: Java Pustaka Group Kristanto, J. 2005. Katalog Film Indonesia, 1926-2005, Jakarta, PT.Grafiasari

Mukti.

Kurniasari, Ira. 2013. Bagan Perancangan Karya. FILM PENDEK BERJUDUL PERCAYA. Tugas Akhir. Surabaya: STIKOM

Mabruri, Anton. 2010. Manajemen Produksi Program Acara Televisi. Depok: Mind 8 Publising House.

Okky, Yolanda. 2012. Metodologi Penelitian. 31. Tugas Akhir. Surabaya: STIKOM.

Pratista, Hilman. 2008. Memahami Film. Jakarta: Homerian Pustaka.

Saroenggalo, Tino, 2008. Dongeng Sebuah Produksi Film. Jakarta: PT. Grasindo Szasz, T. (1997). The myth of mental illness. In E. RB, Ethics of Psychiatry (pp.

27-31). New York: Promerheus Book.

Wright, J. A. 2005. Animation Writing and Development : From Script Development to Pitch. USA: Focal Press.

(90)

Sumber internet:

Ananda. 2012. Videograffi teknik kamera dan pengambilan gambar. http://webee88.wordpress.com. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Ahira, Anne. 2011. Jenis-Jenis Film. www.anneahira.com. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Blake, Andy. 2012. Subject Camera Angle. http://productionrepublic.co.ke. Diakses tanggal 27 Agustus 2013

Bofinger. 2011. Medium Shot. illustratinggraphicnovel.blogspot.com. Diakses tanggal 27 Agustus 2013

Coleman. 2012. Objective Camera Angle. http://dcairns.wordpress.com/ Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Colunga, Nando. 2009. Eye Bird View. http://www.77agency.com. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Cotton, Jack. 2011. Macam-Macam Shot. http://jackcotton-as-ms.blogspot.com. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Demetri. 2012. Macam-Macam Variasi Shot. http://aslukeparker.blogspot.com. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Geare. 2011. Extreme Angle. http://www.densecrack.com. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Goodman. 2009. Extreme Angle. http://photo.net/. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Hambleton. 2009. Variation of Shot. http://kerstenlcooper.wordpress.com/. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Helmina. 2011. Variation of Shot. https://quack.varndean.ac.uk. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Hugrant. 2012. Low Camera Angle. http://ernalina.wordpress.com/. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

(91)

Jackson. 2011. Full Shot. http://www.aviator.com. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Jegbufume. 2012. Wide Shot. Retrieved Agustus 27, 2013, from: http://boringpittsburgh.com. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Jeremy. 2010. Variation of Shot. http://wainlqegs.wordpress.com. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Lefrant, James. 2010. High Camera Angle. http://thebeginnerslens.com. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Mulyono. 2011. Poster Film Indonesia. http://filmindonesia.or.id. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Nessbit. 2008. Variation of Shot. http://raisedonhd.wordpress.com. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Putra, Harmoko. 2009. Establish Shot. http://filmandtvtvac.blogspot.com. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Gali, Putri. 2012. Wide Shot. http://catsasmedia.wordpress.com/. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Rector. 2011. Shot Type. http://mclarkemedia.wordpress.com/2010/10/21/shot-types/. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Rendra, Aji. 2012. Close Up. http://fotografiprofesional.blogspot.com. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Richey. 2012. Big Close Up. http://www.pixelwit.com. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Ross, Carrie. 2011. Total Shot. http://willmusic.ca. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Schoeppner. 2011. Extreme Close Up. http://ashannahdixon.wordpress.com. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

(92)

Travis. 2011. Medium Close Up. http://thesassyrabbit.blogspot.com. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Gambar

Gambar 2.11 CU (Close Up)
Gambar 2.14 ECU (Extreme Close Up) (Sumber: http://ashannahdixon.wordpress.com)
Gambar 2.16 KS (Knee Shot) (Sumber: http://www.aviator.com)
Gambar 2.18 FS (Total Shot)
+7

Referensi

Dokumen terkait