STATUS PERKA WINAN BEDA AGAMA
DALAM KA.HAN UNDANG-UNDANG NO. 1
T AHUN 1974 TENT ANG PERKA WINAN
(Studi Kasus l(eluarga
Jamal
Mirdad)
Oleh
MEGAWATI NIM : 203044101787
KONSETRASI PERADILAN AGAMA
PROD I AL-AKHWAL ASY-SY AKHSIYY AH
FAKULTAS SYARI'AH DAN HUKUM
UIN SY ARIF JUDA YATULLAH
(Studi Kasus Keluarga Jamal Mirdad)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Unruk memenuhi salah satu syarat mencapai
Gelar s。セェ。ョ。@ I-Iukum Islam
Oleh:
MEGAWATI NIM: 203044101787
Di bawah Bimbingan
Prof. Dr. H. Muha nmad Amin Suma, SH, MA, MM. NIP: 150 210 422
KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PRODIAL-AKHW AL ASY-SYAKHSIYY AH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SY ARIF IIIDA YATULLAH
Skripsi yang be1judul " Status Perkawinan Beda Agama dalam lrnjiaan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Pcrflrnwinan ( Studi Kasus Keluarga Jamal Mirdad)" telah diajukan dalam sidang munaqasah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 12 Juni 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar saijana Hukum Islam Pro grain Strata 1 (S 1) pada jurusan Al-Akhwal Al Asysyakhsiyyah.
Ketua
Sekretaris
Jakarta, 12 Juni 2007 Mengesahkan, Dekan.
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH. MA. MM NIP. 150 210 422
Panitia Ujian Munaqasah
: Drs. Djawahir Hejazziey, SH. MA NIP. 130 789 745
:Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag NIP. 150 269 678
Pembimbing : Prof.Dr.H.M.Amin Suma, SH. MA. MM NIP. 150 210 422
Penguji I : Drs. Djawahir Hejazziey, SH. MA
Penguji II
NIP. 130 789 745
Segala Pt\ia teriring Pl!ii syukur penulispaf\jatkan ke hadirat Allah 'Azza wa Jalla,
dengan karunia dan hidayah-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul: "STATUS PERKA WINAN BEDA AGAMA DALAM KA.HAAN
UNDANG-UNI>ANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENT ANG PERK.A WINAN
(Studi Kasus Keluarga Lidya Kandao )" dan dapat diselesaikan dengan baik.
Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada seorang reformis
sejati; pemabwa risalah suci yakni Nabi Muhammad saw. Yang telah membawa umat manusia keluar dari kubangan lumpur jahiliyah ment\iu jalan yang ditidahai oleh Allah swt.
Skripsi ini diajukan kcpada Fakultas Syariah dan Hukum UJN syarif Hidayatullah
Jakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ォ・ウ。セェ。ョ。。ョ@ SI (Strata I). Dalam proses pcnyusunan skripsi ini, penulis, mendapa!kan banyak bantuaan,
bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materiil. Oleh
karena itu, patutlah dengan tutus penulis mengucapkan terima kasih kcpada:
I. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarata juga sebagai
senantiasa memberikan arahan dan nasehat demi terselesaikannya skripsi ini
dengan baik.
2. Bapak Drs. I-I. A. Basiq Djalil,S.H., MA. Ketua Jurusan Ahwal Syakhshiyyah
beserta staffnya yang telah membantu penulis selama mellialani kuliah dan
ketika penyusunan skripsi ini.
3. Kepada para dosen yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan dan
pengalaman kepada penulis dengan penuh kesungguhan serta penuh kesabarnn.
4. Para Pimpinan beserta staff Perpustakaan yang telah berkenan meminjamkan
buku-buku clan literatur lainnya yang clibutuhkan penulis, yaitu Perpustakaan
Utama UIN Syarif l-Iiclayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas Syariah clan
l-Iukum, Perpustakaan Um um Islam Iman Jama', dan Perpustakaan Nasional.
5. Orang tua tercinta Ayahancla Mujiyana, S.I-I., clan Ibuncla Titik Lestari yang telah mencurahkan kasih sayangnya, sehingga penulis dapat menikmati dan
mengenyam penclidikan clari kecil hingga sekarang, Skripsi ini
clipersembahkan sebagai bukti ketulusan clan bakti penulis.
6. Aclikku satu-satunya, Lusiana yang hitam tapi manis, sclalu penulis ingat,
walaupun kadang-kadang mcngesalkan.
7. Sahabat karib M. Lutfi, yang selalu menyemangati penulis tmtuk segern
menyelesaikan skripsi ini, clikala sedih dan senang, semoga kebaikannya di balas
Allah SWT. Amien.
8. Kakal( Sulaeman, yang membantu clalan1 mencari solusi dalan1 kebingungan
Akhirnya kepada Allah swt jualah penulis serahkru1 segalanya sei1a PaI\iatkan doa
semoga runal kebajikru1 mereka diterima di sisi-Nya, se11a diberikan pahala yang berlipat
ganda sesuai dengan amal perbuatrumya. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat
be1manfaat bagi penulis Idmsusnya, serta bagi pembaca pada umumnya.
Jakarta, 7 Mei 2007
DAFTAR ISI
KAT A PENGANTAR. ... .
DAFTAR ISL ... 1v
BABI BAB Jll BAH III PENDAHULUAAN A. Latar Belakang Masalah ... . B. ldentifikasi Masalah ... 10
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... :... I I D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... l I E. Metode Penclitian... I2 F. Sistematika Penulisan... 14
RIW A Y AT HID UP KELUARGA BESAR A. Keluarga Jamal Mirdad ... I 6 B. Keiuarga Lidya Kandao ... I 8 C. Sejarah perkawinan Jamal Mirdad ... 20
TINJAUAAN UMUM TENT ANG PERKA WINAN A.Pengertian Pcrl<awinan ... 23
13. Syarat-Syarat dan Rukun Perkawinan ... 29
C.Tujuan mensyariatkan Perkawinan... 46
BABV
TENTANGPERKAWINAN
A. Pengertian Status Perkawinan Beda Agama Menurut UU
Perkawinan No. I Tahun 1974 ... 59
B. Status Perkawinan Beda Agama sebelum UU Perkawinan
No. I Tahun 1974.. .. . .. . . .. . . .. . .. . . .. .. . . . 64
C. Status Perkawinan beda Agama sesudah UU Perkawinan
No. I Tahun 1974 ... 66
D. Akibat Perkawinan beda Agama keluarga
Jamal Mirdad ... 69
PENUTUP
A. Kesimpulan ... 77
A. Latar Bclakang Masalah
BABI
PENDAHULUAN
Seiring perubahan budaya sekarang dan perilaku dewasa ini, pergaulaan
manusia tidak lagi dapat dibatasi hanya dalam suatu lingkungan masyarakat yang
kecil dan sempit seperti golongan, suku, ras nya saja, tetapi hubungan manusia telah
berkernbang dengan begitu pesatnya satu dengm1 yang lainnya schingga menebus
dinding-dinding batas golongan, suku, ras, dan agmnanya sendiri. Bagi mmmsia
sekarang ini, dunia tidak lagi hanya "selebaran daun kelor" tetapi sudah meluas
me1tjadi seluas bola dunia itu sendiri. Dalarn kondisi pergaulaan seperti ini, maka エ・セェ。、ゥョケ。@ perkawinan beda suku, beda ras, beda golongan, dan beda agama, bukanlah
sesuatu yang mustahil untuk terjadi. Perkawinan yang エ・セェ。、ゥ@ antara seorang laki-laki
dan seorang perempuan yang masing-masing berbeda agamanya di Indonesia sudah
sering terjadi, terutama sekali pada masyarakat perkotaan yang heterogen. Dan
エ・イセQケ。エ。L@ perkawinan serupa itu scjak dahulu sampai sekarang selalu Ith!nimbulkan
persoalaan baik di bidang sosial, maupun bidang hukum.
Di bidang hukum, perkawinan beda agama telah menimbulkan
persoalaan-persoalaan hukurn beda agama, yang dalam ilrnu hukum dikelompokan kedalarn
cabang ihnu hukum antar golongan yang menurut Wi1:jono Projodikoro, mernpunyai
perbatasan.1 Dengan kata lain dapatlah kita katakan bahwa perkawinan beda agama itu mengandung juga persoalan hukum antar golongan yang perlu dicarikan
pemecahannya. Un!uk mengetahui bagaimana pemecahan persoalan perkawinan beda
agama di Indonesia haruslah di cari peraturan-peraturan tertentu dalan1 hnkum antar
golongan baik di dalam Unclang-Undang maupun clalam hukum tak te1tulis. 2
Hazairin cla!am bukunya "Tinjauan Mengenai Undang-Undang Nernor I tahun
1974" rnenarnakan Unclang-Undang ini, sebagai suatu unifikasi yang unik clengan
rnenghorrnati secara penuh adanya variasi berclasarkan agarna dan kepercayaan yang
berketuhanan Yang Maha Esa." 3 Lagipula unifikasi tersebut bertujuan hendak
melengkapi segala apa yang di atur hukurnnya clalarn agama/kepercayaan, karena
clalam hal tersebut, negara berhak mengaturnya sencliri sesnai clengan perkembangan
rnasyarakat clan ttmtunan zanian. Dalam Undang-Undang No. 1 Tahnn 1974 pasal 1
clijelaskan bahwa : " Perkawinan aclalah ikatan lahir batin antara seorang pria clengan
seorang wanita sebagai suarni isteri clengan tujuan membentuk keluarga (nunah
tangga) yang bahagia clan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Ea."4 Tujuan pcrkawinan yang tcrdapat clalam pasal I UU l'crkawinan memperliha!kan bahwa
pcrkawinan mcrupakan media untuk mcncapai kcbahagian clan kekal. 13ahagia dan
kekal di jadikan sebagai tujuan perkawinan disebabkan adanya pandangan umat Islam
1
R. Wiljono Projodikoro, Hukum Antar Golongan di Indonesia. (Jakarta: Sunrnr Bandung, 1981), Ccl. Kc-7, h. 93.
' 2 Ibid, h. 92 3
K. Wanjik Saleh, Hukum Perkawinan di Indonesia, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1976), cet. Ke-4, h. 5-6
4 R. Subekti dan Tjitroudibyo, Kitab Undang-Undang hukum perdata, (Jakarta: Pramadya
4
golongan dalam masyarakat kita. Di samping itu ia juga sekaligus telah meletakkan
asas- asas hukum perkawinan nasional. 6 Undang-Undang perkawinan 1974, telah
meletakkan "asas-asas hukum perkawinan nasional". Antara lain yang paling pokok
I. Tujuan perkawinan adalah membent11k keluarga (rumah tangga) yang bahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Perkawinan yang merupakan ikatan lahir batin, harus berdasarkan perset1'iuan
kedua belah pihak yang akan melangsungkan perkawinan, tidak boleh
paksaan dari pihak manapun.
3. Untuk sah nya perkawinan harus di lakukan menurut hukum agama nya dan
kepercayaan itu, sesuai clengan undang-undang dasar.
4. Terhadap peristiwa perkawinan harus dilakukan pencatatan berdasarkan
peraturan yang acla.
5. Kedudukan suami istri adalah seimbang dalarn kehidupan rum ah tangga dan
pergaulaan hiclup bersama dalarn rnasyarakat, masing-masing pihak berhak
melakukan perbuataan hukum, dengan pembagiaan tugas, suami sebagai
kapala rumah tangga dan isteri sebagai ibu rurnah tangga.
6. Seorang pria hanya boleh rnempunyai seorang isteri, begitu juga seorang
wanita hanya boleh mempunyai seorang suarni.
6 As1nin, Status Perkai,vinan Antar Aga1na di Tinjau dari Ul! Perkawinan No 1 1'ahun 1974,
7. Berdasarkan alasan dan syarat-syarat tertentu serta dengan ijin pengadilan,
scorang pria barn boleh beristcri lebih dari seorang.
8. lJntuk melangsungkan perkawinan di tentukan batas umur serendah- rendah
nya; pria harus sudah mencapai umur 19 tahun. Dan wanita harus sudah
mencapai mnur 16 tahun. Dan ijin orang tua masih di perlukan sampai yang
akan kawin itu mencapai umur 21 tahun.
9. Dalam hubungan dan keadaan tertentu (lrnb.darah, semenda, susuan, agama
atau peratuan, telah bercerai kedua kali, belum habis, waktu masa tunggu)
orang dilarang melangsungkan perkawinan.
I 0. Dalam hubungan tertentu suatu perkawinan dapat dicegah dan dibatalkan.
11. Perceraiaan hanya dapat dilakukan setelah nyata ada alasan tertentu dengan
suatu ijin/putusan pengadilan.
12. Walaupun telah tejadi perceraian masih ada kewajiban dan tanggtmg jawab
orang tua terhadap anak.
13. Sebelum atau pada waktu di!angsungkan perkawinan kedua belah pihak
yang akan kawin dapat mengadakan suatu perjanjiaan.
14. Semua harta benda yang di peroleh selama perkawinan menjadi harta bersama
suami isteri yang penggunaanya harus ada pesetujuaan salah satu pihak,
sedangkan harla benda yang di bawa oleh suami itu di kuasai masing- masing,
kecuali kalau di tentukan lain dalam perjanjian.
15. Seorang warga negara Indonesia dapat melakukan perkawinan dengan warga
6
16. Perkawinan dapat juga di langsungkan diluar Indonesia.
17. Seorang dapat di anggap anak yang sah apabila di lahirkan karena perkawinan
yang sah, sedangkan anak yang di lahirkan di luar perkawinan di anggap
hanya mempunyai hubungan hukum perdata dengan ibunya.
18. Dalam hubungan dengan pengadilan, yang melakukan peradilan adalah
pengadilan dalam lingkungan peradilan agama bagi yang beragama islam dan
dalam lingkungan peradilan umum bagi yang lainnya.
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, maka sernua
peundang- undangan tentang perkawinan yang ada sebelum tahun 1974 dinyatakan
tidak belaku sejauh telah di atur materinya dalarn undang- undang tersebut. Hal ini
telah di tegaskan dalam pasal 66 yang berbunyi "untuk perkawinan dan segala
sesuatu yang berhubungan atas undang ini, maka dengan berlakunya
undang-undang ini, ketentuaan- ketentuaaan yang di atur dalarn kitab Undang- Undang
Hukum Perdata (Burgelijk Wetbook), Ordonasi Perkawinan Indonesia K1isten
(Huwalijk Ordonantie Christen Indonesier, S. 1933 No. 74), peraturan perkawinan campuran ( Rege/ing Op De Gemengde Huwelijken, S. 1898 No. 158), clan peraturan lain yang mengatur tentang perkawinan sejauh telah di atur oleh undang-undang ini,
clinyatakan tidak berlaku, oleh K. Wantjik Saleh clalam buku Hazairin "Tinjauan
Mengenai Undang-Undang Nornor 1 Tahun 1974" rnenamakan Unclang-Unclang ini,
8 berclasarkan agama clan kepercayaan yang Berketuhanan Yang Maha Esa."
Pernyataan yang sangat tepat ini cliiringi pula clengan menjalinkan kalimat: "Lagi pula
unifikasi tersebut bertujuaan henclak melengkapi segala apa yang di atur hukum nya
clalam agarna atau kepercayaan, karena clalarn ha! tersebut, negara berhak
mengaturnya sencliri sesuai clengan perkembangan masyarakat clan tuntunan zarnan".
Dalam Unclang-Unclang No .1 Tahun 1974 pasal I di jelaskan bahwa:
"Perkawinan aclalah ikatan lahir batin antara seorang pria clengan seorang wanita
sebagai suami-isteri clengan tujuan membentuk keluarga (rurnah tangga) yang bahagia
clan kekal berclasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa''. 9 Tujuan perkawinan yang
terclapat clalam pasal 1 UU perkawinan memper!ihatkan bahwa perkawinan
merupakan media untuk mencapai kebahagian clan kekal. Bahagia clan kekal di
jaclikan sebagai tujuan perkawinan di sebabkan masyarakat islarn yang "sektarian"10•
Oleh karena itu, clari suclut panclangan umat Islam, sebab "kekal" clijaclikan sebagai
tujuan perkawinan karena mayoritas umat Islam Indonesia aclalah pengikut aliran
Sunni clan UU Perkawinan, secara ticlak langsung, merupakan penolakan terhaclap
pcmberlakuan nikah mu'tah.
Perkawinan bccla agama juga rnempengaruhi sahnya suatu perkawinan yang
di clasarkan pacla kepercayaan agama-agarna nya. Mengenai salmya suatu perkawinan
8 ibid, 11. 3 9
R. Subekti dan Tjitrosudibyo, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakai1a: Pramadya Paramita, I 996), Cet. Ke - 28, h. 537.
8
di atur dalam pasal 2 ayat I : Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut
hukum masing- masing agamanya clan kepercayaannya itu.
Dijelaskan lagi bahwa yang di maksuclkan clengan hukum masing-masing
agamanya dan kepercayaannya itu, termasuk ketentuaan perunclang-unclangan yang
berlaku bagi golongan agamanya clan kepercayannya itu sep<mjang ticlak
bertentangaan atau ticlak di tentukan lain dalam unclang-unclang ini. Berarti setiap
perkawinan yang dilakukan bertentangan dengan ketentuaan hukum agama clengan
senclirinya menurut hukum perkawinan belum sah dan tidak mempunyai akibat
hukum sebagai ikatan perkawinan.
Seperti yang cliterangkan di atas Unclang-Unclang No I Tahun 1974 merupakan unifikatif hukum perkawinan bagi segala penclucluk atau waTga negara
Indonesia. Kalau begitu tujuaan unclang-unclang ini mengharuskan konflik hukum
becla agama. Yang acla menurut hemat kita adalah pilihan agama dan kepercayaan.
Artinya j ika te1:jadi perkawinan antara dua cal on suami isteri yang berlainaan agama
clan kepercayaan harus terlebih clahulu keclua belah pihak yang akan mengikat
perkawinan memilih agama clan kepercayaan yang akan mereka peluk. Tanpa
menentukan sikap alas agama clan kepercayaannya terlebih clulu. sesuai clengan
ketentuaan pasal 2 ayat I ticlak mungkin clapat clilakukan perkawinan. Sebab ticlak
mungkin sekaligus di pergunakan clua ketentuaan hukum agama clan kepercayaan,
karena bagaimanapun sifat universalnya aturan agama-agama antar yang satu clengan
ibadah keagamaan dan kepercayaannya mau tidak mau mereka harus menentukan pilihan salah satu agan1a dan berlainan agama yang mereka anut.
Di jelaskan lagi bahwa yang dimaksudkan dengan lmkum masing- masing
agama dan kepercayaannya itu, termasuk ketentuaan perundang-undangan yang
berlaku bagi golongan agarnanya dan kepercayaanya itu sepanjang tidak bertentangan
atau tidak di tentukan lain dalarn Undang-Undang ini. Berarti sikap perkawinan yang
dilakukan bertentangan dengan ketentuaan hukurn agama dengan sendirinya rnenurut
hukurn perkawinan belum sah clan tidak mempunyai akibat hulcum sebagai ikatan
perkawinan.
Pasal 2 Undang-Undang perkawinan ini terang rnenunjuk paling pertama
kepada hukum masing-masing agamanya clan kepercayaanya bagi masing-masing
pemeluknya. Oleh. Hazairin, dalam buku Moh. Idris Waluyo di tegaskan bahwa bagi
orang Islam tidak ada kemungkinan untuk kawin dengan rneianggar hukum agama
cl.· II nya sen m.
Latar belakang sosial pasal 2 UU Perkawinan adalah bahwa keagaman agama
yaiig di anul oleh bangsa indoncsia. Dari segi bentuk undang-undang, UlJ
Perkawinan adalah kodiikasi bukan unifikasi. Oleh karena itu,ia memberikan ruang
bagi berlakunya hukum perkawinan agama-agamanya yang hidup clan berkembang di
Indonesia.
11
Moh.Idris Waluyo, llukzun Perkawinan lslatn, Suatu Analisis Dari Undang- Undang No 1 Tahun
11
Indonesia merupakan negara hukum, untuk itu segalanya di atur oleh
unclang-undang, salah satunya adalah perkawinan. Berdasarkan uraian di atas, penulis
mcrnbahas rnasalah yang bcrkaitaan dcngan perkawinan beda.
Untuk itu penulis memilih judul "STATUS PERKAWINAN BEDA
AGAMA DALAM KAJIAAN UNHANG-UNHANG NO. 1 TAHlJN 1974
TENT ANG PERKA WINAN ( Studi Kasus Kcluarga Jamal Mirdad )."
A. Pcmbatasan Dan Pcrumusan Masalah
Melihat luasnya pennasalahan tentang status perkawinan beda agama di
Indonesia, maka untuk itu penulis hanya membatasi pada masalah status perkawinan
beda agama dalam kajiaan Undang-Undang No.I Tahun 1974 saja. Dari pembatasan
masalah tersebut maka penulis perlu membuat perumusan masalah agar
pembahasannya lebih terarah, sebagai berikut:
I. Bagaimana status perkawinan beda agama dalam kajiaan UU No I Tahun
1974 Tentang Perkawinan?
2. Apa akibat perkawinan beda agama seperti yang terjadi dalam kasus keluarga
Jamal Mirdad?
B. Tujuan Dan Manfaat Pcnclitian
Tejuan dari pcnclitian :
1. Untuk mengetahui apa status perkawinan beda agama dalam kajiaan
2. Untuk mengetahui akibat dari perkawinan beda agama dalam ha! ini keluarga
Jamal Mirdad
Manfaat dari penelitian
Manfaat dari penelitian ini, penulis mengartikan bahwa sebuah perkawinan
dapat dikatakan sab atau tidaknya dasarnya adalab bukum agama dan bukan bukum
negara sehinggga di barapkan tidak ada perkawinan yang dilakukan diluar bukum
masimg-masing agama dan kepercayaan yang di akui di Indonesia, sebagaimana telah
dikemukan pada pasal 2 ayat I Undang-Undang Perkawinan, " Perkawinan adalah
sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya".
Dan mengetahui akibat-akibat dari perkawinan beda agama dalam kasns keluarga
Jamal Mirdad.
C. Mctodc Penelitian
Sebagai sebuab karya ilmiah, jenis penelitiaan ini mernpakan penelitiaan
deskriptif, yaitu penelitiaan ini merupakan penlitiaan deskriptif, yaitu penelitiaan
yang menggambarkan data dan informasi dilapangan berdasarkan fakta yang
diperoleh secara mendalam. Unt11k mendapatkan data-data tersebut maka metode
yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah studi kasus, yakni penelitiaan ;ang
menghasilkan uraiaan dan penjelasaan komprehensif mengenai berbagai aspek
seorang individu, suatu organisasi (komunitas), suatu program, atau situasi sosial.
13
lembaga secara cem1at clan intensif climana peneliti berupaya menelaah sebanyak data
mungkin mengenai objek yang cliteliti.1 Sebagai suatu metode kualitatif, stucli kasus
dalam ha! ini bertujuaan menyajikan pandangan objek yang cliteliti.
Bahan clan data penelitiaan ini cliperoleh dari penelitiaan lapangan (field research) yang dimaksudkan untuk memperoleh data, dimana peneliti terjun langsung ke lapangan. Oleh karena itu, data lapangan merupakan data primer, yaitu data utama
yang akan clianalisa. Sedangakan data sekunder clalam penelitiaan ini adalal1 dokumen
atau tulisan-tulisan yang berkaitan dengan pokok bahasan karya tulis ini, yang juga
didapatkan dari penelitiaan kepustakaan (library research).
Teknik pengumpulan data dalam penelitiaan lapangan ini adalah wawncAra
mendalam yakni suatu bentuk komunikasi verbal untuk memperoleh informasi data
yang valid clan akurat dari pihak-pihak yang dijadikan sebagai informan, dimana
situasi wawancara lebih mirip situasi percakapan yang ditandai deangn spontanitas
tetapi tetap tidak melenceng dari apa yang ingin dicapai dalam penelitiaan ini.
Adapun teknik penulisan ini berpedoman pada buku "pedoman penulisan
skripsi, Fakultas Syari'ah clan Hukum UIN SyarifHidayatullah Jakarta 2005", dengan
beberapa pengucualiaan:
a) Penulisan ayat Al-Qur'an tidak menggunakan catatan kaki, clan sebagai
sumber rujukan penulis menggunakan AL-Qur'an clan Terjemahnya yang
diterbitkan oleh Departemen Agama RI tahun 1998.
b) Dalam kepustakaan, Al-Qur'an al-Karim ditulis pada urntan pertama sebehm1 sumber-sumber lainnya, urntan selanjutnyna ditulis secarn alfabetis.
c) Kuti pan yang berasal dari buku ejaan lama ditulis dengan ejaan yang
disempurnkan kecuali nama pengarang dan pene1jemahnya.
d) Te1jemahan Al-Qur'an dan Hadits diketik saru spasi walaupun kurang dari
enam baris dan diketik dengan huruf miring (Italic).
D. Sisternatika Pcnulisan
Agar karya ilmiah ini tersusun secara sistematika, penulis menjabarkan nya
dalam 4 bab, setiap bab terdiri clari sub-sub bab yaitu:
BAB! Mengemukakan pendahuluan yang memuat latar belakang masalah,
identifikasi masalah, pembatasan clan perumusan masalah, tujuan clan
manfaat penelitian, metocle penelitian dan sistematika penulis[m.
BAB II : Berisi tentang riwayat hidup keluarga Jamal Mirdad dan keluarga Lidya
Kandao, scjarah perkawinan Jamal Mirclacl dan Lidya Kandao.
BAB III Berisi tinjauaan umum tentang perkawinan syarat-syarat dan rukun
perkawinan, tqjuan mensyariatkan perkawinan, hikmah disyariatkan
perkawinan.
BAB IV Memuat pengertian perkawinan beda agama dalam k<1jiaan
unclang-unclang perkawinan no. I tahun 1974, dan perkawinan beda agama sebelum dan sesuclah w1dang no I tahun 1974, juga
BABY
15
akibat hukum dari perkawinan beda agama contoh dari keluarga Jamal
Mirdad.
Merupakan bagian penutup dari skripsi ini yang menyajikan kesimpulan
A. Kcluarga Jamal Mirdad
Jamal Mirdad adalah seorang aktor/penyanyi pada jaman tahun
1980-an-1990-an. Jamal mirdad lahir di Kudus, Jawa Tengah pada tahun 1960. Jamal
sendiri lahir dari keluarga yang bcragama lslam.Beliau masih ada keturunan
Jawa-Arab. 1 Jamal merupakan anak yang dilahirkan dari keluarga yang mempunyai
agama yang cukup kuat, sampai akhirnya beliau bertemu dengan pttjaan hatinya
yang sekarang menjadi istrinya Lydia Kandao.
Dari perkawinan Jamal Mirdad clan Lydia Kandao, lahir empat anak.
Mereka adalah Hanna Natasya Mirdad, berusia 21 tahun, Kenangkana Mirdad,
berusia 20 talllm, Naysilla Mirdad, berusia 19 tahun, dan Nathanagaja Mirdad,
berusia 13 tahun.2 Hanna (Nana) Natasya dan Naysila telah mengikuti jejak karier orang tuanya. Keduanya bennain dalam sinetron produksi Sinem Art yang
ditayangkan stasiun tclcvisi RCTI berjudul Liontin 2. Tema lagu: Menu11ggumu
digarap Ariel Pete1pan dari album Senyawa yang cerita dan skenarionya digarap
Poetri Pranarka dan Alexis Lcirissa. Film televisi ini disutradarai oleh Noto
l3agaskoro.3
Pernikahan mereka pun banyak menghalami banyak kontroversi, selain tentu
saja dari para tokoh dan Ulama, dari keluarga sangat menentang perkawinan
1
Jania! Mirdad, Pclaku nikah Bcda Agama. H'awancara Pribadi, .Jakarta, JO April 2007
2
ibi<l 2
3
17
Islam yang cukup kuat, seperti yang telah dikemukan diatasJadi keluarga Jamal
sendiri tidak mudah untuk menerima begitu saja pada awalnya, selain karcna
agama yang berbeda dari pihak Jamal dan Lydia sendiri, keegoisaan mereka
dalam memepertahankan agamanya. Walaupun kekeuataan cinta mereka dapat
dibuktikan dahn pcrnikahan mercka yang telah menginjak 20 tahun.
Dari segi karier, Jamal Mirdad lebih dikenal sebagai penyanyi ketimbang
pcmain film. Padahal ia juga pernah berpcran di beberapa film. Pertama kali ia
bermain film lahun 1985 「・セェオ、オャ@ Pantang Mundur (Ganesha II). Namun suami
artis cantik Lydia kandao ini lebih mengutamakan dunia tarik suara, pada tahun
1995, ia pernah mengatakan "Sulit bagi saya pisah dari dunia musik."
Jamal berkecimpung dalam dunia tarik suara sejak awal tahun I 980an.
· Menggebrak dengan singlcnya Hati Selembut Sa/ju. Sebagai penyanyi pop manis
(sweet), Jamal bertahan hingga 1986. Kemudian ia membawakan lagu-lagu
jenaka, antara lain berjudul Jami/ah yangjuga sukses, Siti Julaiha dan Baru Lima
Men it.
Pada tahun 1992 Jamal mendirikan perusahaan PT. Citra Wiwitan Film,
dan tampil scbagai pcmain dalam film produksinya Ramadhan dan Ramona
dengan lawan main istrinya sendiri Lydia Kandou. Film tersebut meraih Citra
pada FF! 1992 scbagai Film Tcrbaik, Sutradara Terbaik Chaerul Umam, juga
untuk dua pemeran utamanya; Jamal dan Lydia. Namun setelah itu Jamal kembali
Awai 30 (1998).4 Saat ini Jamal turut terjun dalam dunia politik dengan membuat partai bernama Partai Nusa Bangsa.
B. Kcluarga Lydia Kaudao
Lydia Kandao adalah aktris senior yang namanya tidak asing lagi di mata
dan telinga pcngcmarnya, tidak kurang sudah 25 tahun ia hadir menyemarakan
dunia perfilman Indonesia. Lydia kandao yang bernama Iengkap Lydia Ruth
Elizabeth Kandao lahir di Jakarta, 21 Februari pada tahun 1963, mempunyai
hubungan darah Manado-Belanda, beragama Kristen.5 Lydia juga dilahirkan dari
keluarga yang cukup kuat dalam menjalani kehidupan rohaniaannya. Kehidupan
yang dijalaninya terbilang tidak mulus. Sejak kecil sering sakit-sakitan, tidak
boleh terlalu gembira, tidak boleh kaget dan terlalu sedih. Akibalnya, ia selalu
dipisahkan oleh ibunya dari kakak-kakaknya dan dilarang bermain dengan
saudara-saudara dan tcman-tcmannya.
Awalnya, ia scdih dan tak mengerti mengapa ibunya bersikap demikian .
. Akhirnya dia memahami bahwa apa yang dilakukan ibunya adalah untuk
kebaikannya semata.Akibat terlalu banyak menyendiri, ia tumbuh menjadi gadis
pcmalu dan tampil sederhana dalam bersikap maupun penampilan. Tawaran
menjadi model menjadi terhambat karena sifat yang pemalu tadi. Kariernya bisa
diraih setapak demi setapak terlalui alas usaha orang-orang yang sabar
membinanya.
•1 \Vikipcdia Indonesia, Loe.Cit 5
19
lbunya selalu mendukung dan memberikan motivasi kepadanya. Sejak
SMP, Lydia sudah mengenal kebiasaan merokok. Selain, suka makan. Untuk
menjaga kondisi tubuhnya, ia melakukan kegiatan senam dan berenang. Memasak
adalah kegemarannya.
Bermula sebagai model iklan Sakura Film, ia kemudian bertemu Imam
Tantowi dan diajak mendukung film arahanHas Manan, Wanita Segala Zaman,
produksiRapi Film. Lewat film ini namanya melejit di saat usianya belum genap
17 tahun. Permainan aktingnya yang biasa-biasa saja dinilai produser untuk
mengontraknya agar bcrmain film. Lydia Kandou kemudian bermain dalam film
Melodi Cinta, Bunga-Bunga SMA, Mahkotaku Hilang, Seindah Rembu/an. Ia pu11
akhirnya bisa menandatangani lrnntrak untuk empat sampai tujuh film sekaligus.6 Pada awal 1980, Gape Samtami dari Rapi Film memberinya peran dalam
film Aladin dan Lampu Wasiat (Aladin and His Magic Lamp) yang terkenal itu.
Dalam film tersebut, ia bermain bersamaRano Karno. Raam Punjabi dari Parkit
Film memberi peran di berbagai film, antara lain; 5 Cewe .Jagoan (Five Deadly
Angels) dan Perawan Rimba (Jungle Virgin Force). Film-film yang dilakonkan
mampu mcnempatkannya menjadi mtis terkenal di Indonesia untuk beberapa
7
1nasa.
Sibuk dengan keluarga dan seiring redupnya perfilman Indonesia, Lydia
lama tidak terdengar kabarnya dalam dunia seni peran. Baru pada awal tahun
1990-an, ketika era serial komedi di layar kaca datang, Lidya kembali produktif
tampil di layar kaca lcwat sinetron Gara-gara yang tercatat sebagai serial komedi
l> Wikipcdia Indonesia, "Ensiklopcdia bcbas bcrbahasa Indonesia", artikcl 、ゥ。ォウセウ@ tanggal 13 Juni
2007 dari bJ1p://id.\vikircdia.org/\\'iki/Lvdia Kandao
7
terpanjang (5 tahun penanyangannya diRCTI) di mana ia bermain dalam 250
episode. Kesuksesan serial ini kemudian diangkat ke layar lebar.
Lydia Kandou merupakan pengagum Sophia Loren, Christine Hakim,
Rano Karno, dan Michael Jackson. Suka membaca novel karya Barbara Cartland.
Sclain scbagai arlis film, ia juga pcrnah membintangi bcbcrapa iklan, salah
satunya iklan sabun GIV. Penulisan nama untuk Lydia Kandou ternyata
mcmpunyai cjaan yang berbcda-beda, Lydia Kandou, Lydia Kandow, Lidya
Kandou dan Lidya Kandow. Namun umumnya lebih banyak menggunakan Lydia
Kandou.
C. Scjarab Pcrkawinan Jamal Mirdad dan Lydia Kaudao
Pada tahun I 986 Lydia Kandou menikah dengan aktor Jamal Mirdad .
Peristiwa ini menjadi begitu kontroversial, karena perbedaan agama. Lydia
Kandou yang beragama Kristen dan Jamal Mirdad yang beragama Islam.
Perbcdaan agama di anlara keduanya tidak menghentikan langkah keduanya
memtju mahligai pernikahan, walaupun UU Perkawinan 1974 pasal 2 ayat I
mcnghalangi mcrcka untuk bcrsalu sccara sah. Undang-undang lcrscbut
menyatakan : "Pcrkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum
masing-masing agamanya dan kcpercayaannya".
Untuk itu, sebuah perkawinan harus disahkan lebih dulu oleh agama yang
bersangkutan sebelum didaftar ke Kntor Catatn Sipil. Konsekuensinya, banyak
pasangan berbeda agama tidak dapat mendaftarkan pernikahan mereka di Kantor
2!
namun berbeda agama mclakukannya secara diam-diam maupun menikah diluar
negeri. Namun pasangan Jamal mirdad dan Lydia Kandou nekad menikah di
Indonesia dan memperjuangkan status mereka mati-matian di Pengadilan Negeri.
Peristiwa yang terjadi tahun 1986 tersebut begitu menggemparkan.
Tentangan clan kccaman dari agamawan dan masyarakat mcnghantam secara
bertubi-tubi pasangan ini. Ketika mereka berdua memang pada saat itu sedang
berada dipuncak karir, lipulan berbagai media saat itu membuul peristiwa
pernikahan beda agama ini semakin heboh. Tetapi setelah melewati pe1juangan
panjang dan melelahkan dan didasari cinta yang kuat diantara keduanya, akhirnya
dengan bantuan pengacara, pernikahan mereka disahkan juga oleh pengadilan
pada tahun 1995.
lbunda Lydia adalah salah seorang menentang habis-habisan pernikahan
Lydia yang saat itu berumur 22 tahun dengan Jamal. Karenanya sang ibunda pun
pindah dari Jakarta kc Bandung. Lydia talm bahwa dia menyakiti hati ibunya,
, maka dua hari sekali Lydia dan Jamal menemui ibunya. Namun dalam
kunjungan-kunjungan itu Jamal selalu menunggu didepan rumah. Selama kurang lebih
sctahun, Jamal rcla bolak-balik Jakarta-Bandung dan tidur di mobil, semenlara
Lydia menginap di rumah sang !bu. Akhirnya lbunda Lydia menjadi luluh juga
hatinya. Suatu hari, Lydia hendak menginap di rumah lbundanya, dan tanpa
disangka, sang lbu menyuruh Lydia mengajak Jamal masuk ke dalam rumah.
Saat diterima, Jamal pun langsung meminta maafkepada lbunda Lydia.8
8
Agama dan ornngtua bukan masalah satu-satunya yang dihadapi pasangan
Lydia Kandou dan Jamal Mirdad ini. Masalah beda Budaya juga merupakan
masalah yang harus dihadapi keduanya. Lydia yang berdarah Manado-Belanda
dan Jamal yang berdarah Jawa membuat mereka harus melakukan penyesuaian
diri terhadap karakcr dan latar belakang budaya masing-masing. Namun dengan
prinsip perbedaan adalah pelajaran !mat mereka yang dianggap berharga dan
istimewa dan dengan kesabaran dan mcnghormati perbedaan, pasangan ini dapat
mclaluinya dengan baik sampai saat ini.
Dari perkawinan Lydia Kandou dan Jamal Mirdad lahir empat anak.
Mereka adalah Hanna Natasya Mirdad (21 ), Kenangkana (20), Naysilla (19), dan
Nathanagaja ( 13). Scbagaimana yang telah dijelaskan siatas. Sampai sekarang dari
keempat anaknya belum mempunyai agama yang pasti dengan alasan masih
dalam tahap pembelajaraan dan memehami betul dari kedua agama orang tua
mereka.9 Hanna (Nana) Natasya dan Naysila telah mengikuti jejak karier orang tuanya, mercka bcrkccimpung di dunia entertainment. Nay (sapaan Naysilla)
sendiri sebcnarnya tclah mcmilih dalam hatinya agama mana yanga dia pilih,
walaupun dia mcngatakan pilihan agam ilu tidak pcrlu discbarluaskan.
BAB III
TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN
A. Pengcrtian pcrlrnwinan
Perkawinan merupakan suatu ha! yang di perintahkan oleh agama (Islam)
dengan maksud untuk membangun rumah tangga yang bahagia s"jahtera yang
penuh rasa kasih sayang ュ・ュセェオ@ terciptanya keluarga yang baik. Perkawinan
disyariatkan supaya manusia mempunyai keturunan keluarga yang sah menuju
kehidupan bahagia di dunia dan di akhirat, di bawah naungan cinta kasih dan
ridho illahi.
Di dalam buku "Pokok-pokok Hukum Perdata" Subekti menyatakan
bahwa perkawinan adalah pertaliaan yang sah antara seorang laki·-laki dan seorang
perempuaan untuk waktu yang lama.1 Perkawinan dapat di lihat dari 3 (tiga) segi
pimdangan :2
1. Dari scgi hukum
Dipandang dari segi hukum, perkawinan itu merupakan suatu
perjanjiaan. Sebagaimana firman Allah SWT, yang berbunyi:
Artinya: "Da11 1JJmka (istni-i.rlclivlll} Jc/ah mc11gamhil dari kam11 pcrja11jia11 yang k11at.
(QS. /111-Nissa: 21)
1 Subckti, Pokok- Pokok
!-Iuk1a11 JJerdala, (Jakarta: Intcrmasa, 1993), Cct. Kc-25,h. 23
:; Mohd. Idris Ran1ulyo, !iukun1 Perkmi1inan lsla111; suatu analisis dari undang- undang /\'o. 1
Disebut dcngan kata- kata " miitsaaghanghalizhan ". Juga dapat di
kemukakan sebagai alasan untuk mengatakan perkawinan itu merupakan suatu
pe1janjiaan ialah karena adanya:
a. Cara mengadakan ikatan perkawinan telah di atur terlebih dahulu
yaitu dengan akad nikah dan rukun syarat tertentu.
b. Cara menguraikan atau memutuskan ikatan perkawinan juga telah
di atur sebclumnya yaitu dengan proscdur talak, kemungkinan
fosakh, syiqaq dan sebagainya.
Pcrsetujuaan perkawinan itu pada dasarnya tidaklah sama dengan
persetujuan-persetujuan yang lain, misalnya: persetujuan jual-beli,
sewa-menyewa, tukar-menukar dan lain-lain.
Menurut Wirjono Prodjodikoro., perbedaan antara persetujuan perkawinan
dan persctujuan-persetujuan yang lainnya adalah dalam persetujuan biasa para
pihak pada pokoknya penuh merdeka untuk menentukan sendiri isi dari
persetujuan itu sesuka hatinya, asal saja persetqjuan itu tidak bertentangan dengan
Undang-Undang kesusilaan dan ketertiban umum. Sebaliknya dalam suatu
pcrkawinan sudah sejak scmula ditcntukan olch hukum isi dari persctujuan antara
suami istri itu.
Kalau scorang percmpuan dan seorang laki-laki berkata sepakat untuk
melakukan perkawinan satu sama lain ini berarti mereka saling berjanji akan taat
pada peraturan-peraturan hukum yang berlaku mengcnai kewajiban dan hak-hak
masing-masing pihak selama dan scsudah hidup bersama itu berlangsung, dan
25
dalam menghentikan perkawinan, suami dan istri tidak leluasa penuh untuk
menentukan sendiri syarat- syarat untuk penghentian itu, melainkan terikat juga
pada peraturan hukum perihal itu.3 2. Dari segi sosial
Dalam masyarakat setiap bangsa, ditemui suatu penilaiaan yang
umum bahwa orang yang berkeluarga atau pernah berkeluarga
rnempunyai kedudukan yang lebih dihargai dari mercka yang tidak
kawin.4
Dulu sebelum adanya peraturan tentang perkawinan wanita bisa
dimadu tanpa batas dan tanpa bisa berbuat apa-apa, tetapi menurut ajaran
Islam dalam perkawinan mengenai kawin poligami ini hanya dibatasi
paling banyak empat orang. itu pun dengan syarat-syarat yang te1tentu
pula.
3. Dari Segi Agama
Pandangan suatu perkawinan dari segi agama suatu segi yang
sangat pcnting. Dalam agama, perkawinan itu dianggap suatu Jembaga
yang suci. Upacara pcrkawinan adalah upacara yang suci yang kedua
pihak di hubungkan menjadi pasangan suarni isteri atau saling merninta
mcnjadi pasangan hidupnya dengan mcmpcrgunakan nama Allah scbagai
diingatkan olch finnan Allah sebagai berikut:
J R .. \Virjono ProdjoJikoro, /-Jukurn Perkawinan Di Indonesia, (Bandung: Sumur Bandung 1974),
Cct. Ke-6, h. 8
·1 Sayuti 'rhalib. l!uku111 Kekeluurgaan !Ji Indonesia, (Jakarta: Univcrsitas Indonesia, 1982), Cct.
A rtiJ!J'": " (!Jlilah pemyalaaJ1) pm111tJ1saJ1 PCJ{g!JJ1hm1gaJ1 daJipada Allah daJI lv1.wi-Nya {JaJ{g dihadajJka1J) kt!/Jada ora11g-ora11g t1111!Jrikin ya11g kan111 (ka11111 11111sli111i11) te/ah
J!JCJ{gadakaJJ jmjmijim1 (dengm1 J11ereka)''. (Q.S. At-Tm1bah:1)
Perkawinan itu di anggap sebagai suatu lembaga yang suci dimana antara
suam1 dan isteri dapat hidup tentram saling cinta, saling mengasihi antara satu
terhadap yang lain dengan tujuan mengembangkan keturunan.
Selain itu pcrkawinan adalah salah satu peristiwa yang sangat penting
dalam kehidupan masyarakat, sebab perkawinan itu tidak hanya menyangkut
wanila dan pria kedua mempelai saja, tetapi juga orangtua kedua belah pihak,
saudara- saudaranya bahkan keluarga mereka masing-masing. Dengan tidak
mengesampingkan unsur- unsur yang terlibat dalam lingkungannya, karena satu
sama lain saling ikut melengkapi demi terciptanya kehannonisan hidup.
Banyak sa,jana Islam telah mencoba memberikan rumusan tentang arti
perkawinan, diantaranya adalah :
a. Sayuti Thalib:
·'Pcngc1tian perkawinan itu ialah perjanjiaan suci membentuk keluarga antara
seorang laki- laki dcngan scorang perempuaan"5 b. M. idris Ramulyo:
'" Nilrnh artinya perkawinan sedangkan aqad artinya perjanjiaan. Jadi akad nikah
berarti pe1:iai1jiaan suci untuk mcngikatkan diri dalam perkawinan antara seoarang
wanita dengan seorang pria membentuk keluarga bahagia dan kcki·d (abadi)".6
5 Sayuli Thalib,
27
b. H.S.A. Alhamdani:
" Perkawinan adalah sunnnatullah, hukum alam di dunia. Perkawinan dilakukan
oleh manusia, hewan bahkan oleh tumbuh-tumbuhan."7 c. Surojo wignjodipuro:
" Perkawinan adalah salah satu peristiwa yang sangat penting dalam penghidupan
masyarakat kita, sebab perkawinan itu tidak hanya menyangkut wanita dan pria
bakal mempelai ウセェ。L@ tetapi juga orang tua kedua belah pihak,
saudara-saudaranya, bahkan keluarga-keluarga mereka masing-masing".8
Bermacam-macam pendapat yang dikemukakan orang mengena1
pcngertian pcrkawinan itu, tidaklah memperlihatkan adanya pertentangan yang
sungguh-sungguh antara satu pendapat dengan yang lain tetapi lebih
memperlihatkan keinginan pihak perumus dalam memasukkan unsur-unsur
perkawinan itu ke dalam rumusannya.9
Sedangkan dalam Undang-Undang No.I tahun 1974 tentang perkawinan
adalah: " perkawinan adalah ikatan lahir batin antara pria dan wanita sebagai
suam i isteri dengan tujuan untuk membentuk kcluarga (rumah tangga) yang
bahagla dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa."
0
Moch. Idris Ila1nulyo, l!uku111 Perkawinan ls/a111; sualu ana/isis dari undang- undang No. 1
Tahun 1974 dan Ko111pilasi !luk1u11 Isla, Op.ci .. t h. I
7
I-LS.A. Alha1ndani, Risa/ah Nikah: liuk11111 Perkawinan !s/a111 (Jakarta: Pustaka An1ani, 1989),
eel. Kc -3, h. 15
8
Surojo \Vignjodipuro, Pe11gantar dan Asas-Asas l/11ku111 Adat, (Jakarta : PT. rfoko (Junung
Agung, 1995). h. 122
Hukum mclakukan perkawinan menurut pendapat sebagian sarjana hukum
Islam adalah ibadah atau kebolehan atau halal. Tetapi berdasarkan kepada
perubahan 'illahnya, hukum melakukan perkawinan itu dapat beralih menjadi
sunnah, wajib, makruh dan haram.10 Sedangkan sebagian sa1jana Islam lainnya
ada yang menycbutkan sunnah dan bahkan ada yang mengatakan waj ib
hukumnya.
Dalam perkawinan kita mengenal 3 macam sistem perkawianan, yaitu endogami,
exogan1i, dan eleutherogarni :11
a. Sistcm endogami
Dalam sistem ini orang hanya di perbolehkan kawin dengan seorng suku
keluarganya scndiri. Sistem perkawinan ini kini jarang sekali terdapat di
indonesia. Menurut Van Vollenhoven hanya ada satu daerah saja yang secara
praktis mengenal sistem endogami ini, yaitu daerah Toraja. Tetapi dalam waktu
dekat, di daerah ini punn sistem ini akan lenyap dengan sendirinya kalau
hubungan daerah itu dengan lain- lain daerah akan menjadi lebih mudah, era!, dan
meluas. Sebab sistem tersebut di daerah ini hanya terdapat secara praktis saja, lagi
pula endogami scbctulnya tidak sesuai dengan sifat susunan kekeluargaan yang
ada di dacrah itu, yaitu parental.
b. Sistcm cxogami
Dalam sistem ini orang diharuskan kawin dengan orang di luar suku
keluarganya. Sistem demikian ini terdapat misalnya di daerah Gayo, Alas,
Tapanuli, minangkabau, sumatera selatan, Buru, dan Scram.
10
Ibid
11 sオョセェッ@ Wignjodipuro,
29
Dalam pcrkembangan jaman ternyata, bahwa sistem exogami ini dalam
dacrah-daerah terscbut di atas lambat-laun mengalami proses perlunakan
seclemikian rupa, hingga larangan perkawinan itu cliperlakukan hanya pada
lingkungan kekeluargaan yang sangat kecil saja. Dengan clemikian sistem ini
dalam daerah- daerah tersebut dalam perkembangan rnasa akan mendekati sistem
e/e11theroga111i.
c. Sistem eleutherogami
Sistem ini tidak mcngenal larangan- larangan atau keharusan- keharusan
scperli halnya dalarn sislern cndogami ataupun exogami.
Larangan-larangan yang terdapat dalam sistcm ini adalah
larangan-larangan yang berlalian dengan ikatan kekeluargaan yakni larangan-larangan karena:
Nasab (tunman yang dekat), seperti kawin dengan ibu, nanek, anak kandung, cucu
(keturunan garis lurus ke atas dan ke bawah) juga dengan saudara kandung,
saudara bapak atau ibu.
Musyaharah (per-iparan) seperti kawin dengan ibu tiri, menantu, mertua,
anak tiri. E/eutherogami ternyata yang paling meluas di indonesia, terdapat
misalnya di J\cch, Surnatcra Timur, Bangka Biliton, Kalimantan,
Minahasa,Sulawesi Sclatan,Ternate, lrian Barat Timor, Bali, Lombok, dan seluruh
Jawa Madura. Di kernudian hari sislem ini akan merata di Indonesia.
B. Syarat- Syarat Dan Rukun Pcrkawinan
Scbclum kila membicarakan tcntang syarat- syarat dan rukun pcrkawinan
Sebelum kita membicarakan tentang syarat- syarat dan rukun perkawinan
tersebut alangkah baiknya jika kita melihat bahwa perkawinan yang disyari'atkan
oleh agama islam dapat dilihat dari 3 sudut pandang, yaitu: dari sudut hukum,
. I cl " sos1a , an aga1na.
-Dari sudut hukum, perkawinan merupakan suatu perjanjiaan yang sangat
kuat, "Mitsaaqaan Ghaliizhaan", sebagai disebutkan dalam Qur'an JV:2l. Dari
sudut sosial, perkawinan merupakan sarana untuk meningkatkan status seseorang
dalam masyarakat. Orang yang sudah berkeluarga lebih di hargai dari yang belum
berkeluarga. Scdangkan dari sudut agama, perkawinan itu di anggap sebagai suatu
lembaga suci, sebab pasangan suami isteri itu dihubungkan dengan
mempergunakan nama Allah, sebagaimana firman Allah sebagai berikut:
(\ • i...;Ji )'._,_,_ セᄋ@• • ...,_. . _, ...,.. 1·.c. ·. 1·., .,,, . .J.J ....,.. c;;= _, • -;:,.,.1· J '-"'"' "' ... IY' r'''''«#-t,r, :ill '.t': !'"" .J I "I' -Gll -"' IY' i-.'.IG ""'
-/'1 rti1!ya: "f--:{ai sekalia11 111c11111sia, hertaq1valah kepada l?.abh-1J111 yang t1t!ah 111eutipiakau ka1n11
dariyaug s11l11, da11 daripada1!ya Allah v1e11ciptaka11 i:rterti!Ja; d.111 daripada ked11t11fya
Allah JJ/l!IJJperkelllhm(ghiakka11 laki-!aki da11 pemvp11a11 yang ba11yak. Da11 hC1taq1vulah kepada /l/lah yang d'1cga11 (v1eJJJpo;g1maka11) 11a1JJa-Nya kaJJJ!I sa!ilcg 111e111i11ta sat11 sc1111a lain, da11 (peliharalah) h11h11nga11 silat11rrahin1. S11s1111gg11h1!JC1
/lllah s11/a/J1 111111!/aga da111nenga1vasi kam11".
Sahnya suatu perbuatan hukum menurut hukum agama islam harus
memenuhi dua unsur, yaitu rukun dan syarat. Rukun ialah unsur pokok (tiang)
sedangkan syarat merupakan unsur pelengkap dalam setiap perbuatan hukum.13
"Sayuti Thalib, Op.Cit., h. 47-48
13
Dcparlcn1an Agan1a RI. Pedo111an Pegmt'ai Pencatat Nika/J (PPN). (Jakarta Proyck Pcn1binaan
31
Tahun 1946 jo. Undang-Undang No. 32 Tahun 1974, sekarang Undang-Undang
Nomor I Tahun 1974 (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor I), dan kompilasi
Hukum Islam. (lnstruksi Presiden RI Nomor 1Tahun1991 jo. SK Menteri Agama
No. 154 Thun 1991).14
Setelah Ditetapkan Undang-Undang No. Tahun 1974 tentang
perkawinan, malrn dasar berlakunya Hukum Islam di bidang perkwianan, talak,
rujuk, tentulah undang- undang Nomor I Tahun 1974 ini terutama pasal 2 ayat (I)
dan pasal 2 ayat (2) yang menetapkan sebagai berikut:
Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum
masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu. Tiap-tiap perkawinan dica/a/ menurut
peraturan- peraturan, perundang- undangan yang berlaku.
Bagi suatu negara dan bangsa seperti Indonesia mutlak adanya
Undang-undang perkawinan nasional yang sekaligus menampung prinsip- prinsip dan
memberikan landasan Hukum Perkawinan yang selama ini menjadi pegangan dan
telah berlaku bagi berbagai golongan dalam masyarakat, dan bagi golongan
orang-orang Islam harus diperlakukan Hukum Perkawinan Islam seperti yang
ditctapkan oleh Undang-Undang Nomor I Tahun 1974 tentang perkawinan
tcrsebut di atas.15
Sahnya perkawinan menurut Hukum Islam harus memenuhi rukun- rukun
dan syarat- syarat sebagai berikut:
a. Rukun nikah
14
Mohd. Idris Ramu/yo. Op.Cit., h. 50
15
Rukun nikah mempakan hal-hal yang harus dipenuhi pada waktu
melangsungkan perkawinan. Jadi dapat digolongkan kedalam syarat formil, dan
tcrdiri atas:
I) Adanya calon mcmpelai laki-laki dan wanita
2) Hams ada wali bagi calon mcmpelai perempuaan
3) Hams disaksikan oleh dua orang saksi
4) Akad nikah, yaitu ijab dari wali mempelai perempuan atau wakilnya
dan kabul dari mempelai laki-laki atau walinya.
Rukun nikah merupakan bagian dari pada hakekat perkawinan, artinya bila
salah satu dari rukun nikah tidak dipenuhi, maka tidak akan te1jadi suatu
k . 16 per awman.
Bila tidak ada calon mempelai yang akan melangsungkan pcrkawinan,
tidak ada suatu perkawinan. Calon mempelai masing- masing harus bebas dalam
menyatakan persetujuannya, hal ini menuntut konsekuensi bahwa kedua calon
mempelai haruslah sudah mampu untuk memberikan persetujuan untuk
mengikalkan diri dalam suatu perkawinan, dan ini hanya dapat dilakukan oleh
orang yang sudah mampu berfikir mandiri, dewasa dan bebas dari tekanan pihak
lain di luar dirinya, yang menurut istilah hukum Islam berarti sudah "Aqil Baligh"
(baligh berakal), dalam arti sudah mampu melakukan perkawinan
(undang-undang No. 1/1974 menentukan usia 16 tahun untuk wanita, dan 19 tahun untuk
pria). Dengan dasar ini sebenarnya Islam menganut asas kedewasaan jasmani dan
16
As111in, Status Perkau1inan Antar Agan1a; dilinjau dari Undang- Undang perkau1i11an No. I
33
rohani untuk dapat melangsungkan pernikahan. Perkawinan anak- anak hanyalah
dimungkinkan dalam hal- hal atau keadaaan tertentu saja.17
Sayuti Thalib mengikuti pendapat Imam Abu Hanifah dan I-lazairin,
dengan mengatakan bahwa memang dari segi hukum, wali bagi perempuan yang
sudah dewasa tidak menjadi syarat sahnya pengikatan diri dalam perkawinan,
tetapi ada baiknya wanita itu memakai wali dalam melakukan ijab kabul.1'
Rukun nikah yang keempat, yaitu ijab dan kabul, merupakan rukun nikah
yang menentukan, karena dengan diucapkannya ijab (penegasan kehendak untuk
mcngikatkan diri dalam pcrkawinan) oleh wali mempelai pcrempuan atau
wakilnya, dan kabul (penegasan penerimaan mengikatkan diri sebagai suami
isteri) yang dilakukan mempelai laki- laki atau wakilnya, maim akad nikah secara
yuridis mempunyai kekuataan mengikat bagi kedua mempelai, dalam arti bahwa
perkawinan mereka sudah sah. Jadi ijab kabul merupakan inti dari perkawinan
menurut agama islam. 19 Sehubungan dengan pelaksanaan ijab kabul, Sayuti
Thalib berpendapat, pengucapan ijab oleh mempelai wanita dan kabul oleh
mcmpelai pria adalah terbalik. Scyogyanya pihak mempelai prialah yang
mcngucapkan ijab dan mempelai wanila mengucapkan qabul.20
b. Syaral-syarat nikah
Syarat- syarat nikah menurut agama Islam diperinci ke dalam
syarat-syarat unluk mempclai wanita dan syaral-syaral untuk mcmpelai laki-laki.
Syaral-17 lbid
18 Sayuti 1'halib,
()p.(,i/., h. 64
19 Asmin. lッ」NcセゥエNL@ h. 31
syarat nikah ini dapat digolongkan ke dalam syarat materiil dan harus dipenuhi
agar dapat melangsungkan pernikahan.
Syarat bagi calon mempelai laki- laki :
a) Beragama islam
b) Terang laid- lakinya (bukan banci)
c) Tidak dipaksa (dengan kemauan sendiri)
d) Tidak beristeri lebih dari empat orang
e) Bukan mahram calon suami
f) Tidak mempunyai isteri yang haram dimadu dengan calon isteri nya.
g) Mengetahui calon istrinya tidak haram dinikahinya
h) Tidak sedang dalam ihram haji atau umrah.21
Syarat bagi calon mempalai wanita:
a) Beragama islam
b) Terang perempuaannya (bukan banci)
c) Telah memberi ijin kepada wali untuk menikahkannya.
cl) Tidak bersuam i, dan tidak dalam masa iddah
e) Bukan mah ram calon suami
t) Belum pernah di Li'an (sumpah Li'an) olch calon suaminya
g) Tcrang orangnya
h) Tidak sedang dalam ihram haji atau umrah.22
Tidak dipenuhinya syarat-syarat nikah tcrsebut di atas berakibat batal atau
tidak sah (fasid) nikahnya.
21
Dcparlcn1an Agama, Op.Cit., h. 38-39
35
Yang dimaksud dengan syarat perkawinan ialah syarat yang bertalian
, dengan rukun-rukun perkawinan, yaitu syarat-syarat bagi calon mempelai, wali,
saksi, clan ijab qabul;23 Syarat- syarat suami :
a) Bukan mahram dari calon istcri
b) Tidak terpaksa, atas kemauan sendiri
c) Orang tertentu, jelas orangnya.
d) Tidak sedang menjalankan ihram haji.
Syarat-syarat isteri
a) Tidak ada halangan syar'i, yaitu tidak bersuarni, bukan mahrarn, tidak
sedang dalam iddah, merdeka, atas kemauannya sendiri.
b) Jelas orangnya.
c) Tidak sedang berihram haji
Syarat- syarat wali
a) Laki-laki
b) Baligh
c) Warns akalnya.
d) Tidak dipaksa
e) Adil
f) Tidak sedang ihram haji.
Syarat- syarat saksi
a) Laki-laki
23
b) Baligh
c) Waras akalnya
d) Adil
e) Dapat mendengar dan melihat
f) Bebas, tidak dipaksa.
g) Tidak sedang mengerjakan ihram hajji.
h) Mcmahami bahasa yang dipergunakan untuk ijab- qabul.
Untuk dipcrhatikan lebih lanjut masalah calon isteri adalah harus adanya
ijin dari wali calon isteri yaitu: ayah, kakek atau kakak laki-lakinya. Tetapi
apabila tidak ada salah satu pun dari mereka maka harus ada \jin dari pemerintah
setempat.
Untuk dua orang saksi haruslah orang yang sangat dikenal luas sebagai
orang-orang yang baik, yaitu orang- orang yang adil dan bukan yang fasiq. Dan
apabila keadaan keduanya tidak dikenal, boleh juga diterima kesaksiaan mereka
selama hal itu memang sangat diperlukan.
Syarat-syarat shighat: sighat hendaknya dilakukan dengan bahasa yang
dapat dimcngcrti olch orang yang mclakukan akad, pcncrima akad dan saksi.
Shighat hendaknya mempergunkan ucapan yang menu1tjukkan waktu lampau,
atau salah scorang mempergunakan kalimat yang menunjukan wakt•J yang akan
datang.24
Mempelai laki-Jaki dapat mcminta kepada wali pengantin percmpuan: "
kawinkanlah saya dngan anak perempuan bapak", kemudian di jawab: "saya
37
kawinkan dia (anak perempuan) dengan mu". Permintaan dan jawaban itu udah
b erart1 per rnwman.-. I . '5
Shighat itu hendaknya terikat dengan bahasa tertentu, supaya akad itu
dapat berlaku, m isalnya dengan ucapan : "saya nikahkan engkau dengan anak
perempuan saya". Kemudian pihak laid-laid menjawab: "ya, saya terima". Akad
ini berlaku. Akad ada yang bergantung kepada syarat atau waktu tertentu atau
untuk waktu tertentu, akad semacam ini tidak sah.26
Sebagaiman telah dikemukakan bahwa yang menjadi tujuan perkawinan
menurut Undang-Undang No. I Tahun 1974 adalah membentuk keluarga (rumah
langga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Juslru untuk mcnjamin tcrcapainya tujuan perkawinan harns memenuhi
syarat-syarat tertentu serla melalui prosedur tertentu pula.27
Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk melangsungkan
perkawinan menurut Undang-Undang No. I Tahun 1974 adalah sebagai berikut
dibawah ini, sebagaimana disebutkan dalam pasal- pasal 6 sampai dengan 12 :
a) Adanya persetujuan kedua calon mempelai
b) Adanya ijin kedua orang tua atau wali bagi calon mempelai yang belum
berusia 21 tahun.
c) Usia calon mempelai pna sudah mencapai 19 tahun, clan usia calon
"Ibid °"Ibid
mempelai wanita sudah mencapai 16 tahun.
27
Ri<luan Syahrani, Perkawinan dan Perceraiaan bagi pega111ai /'../egeri Sipil, (.Jakarata: PT.1\4edia
d) Antara calon mempelai pria dan calon mcmpelai wanita tidak dalam
hubungan darah yang tidak boleh kawin.
e) Mempunyai hubungan yang oleh agamanya I peraturan lain yang berlaku,
dilarang kawin.
f) Tidak berada dalam ikatan perkawinan dengan pihak lain.
g) Bagi suami isteri yang telah bercerai lalu kawin lagi satu sama Jain dan
bercerai lagi untuk kedua kalinya, agama dan kepercayaan mereka tidak
melarang mereka kawin lagi unruk ketiga kalinya.
h) Tidak berada dalam waktu tunggu bagi calon mempelai wanita yangjanda.
Dalam Undang-Undang ini dinyatakan bahwa suatu perkawinan barn sah
apabila dilakukan menurut hukum masing- masing agama dan kepercayaan nya
itu. Jadi orang-orang yang beragama Islam perkawinan baru sah apabila dilakukan
menurut hukum Islam. Tetapi disamping itu, ada keharusan pencatatan menurut
peraturan dan perundangan yang berlaku. Pencatatan setiap perkawinan smna
halnya dengan pcncatatan suatu peristiwa hukum dalam kehidupan seseorang
misalnya kelahiran, kematian yang dinyatakan dalam suatu akta resmi (surat
ketcrangan) yang dimuat dim daftar pencatatan yang disediakan khusus untk itu.28 Adapun tata cara perkawinan :
Setiap orang yang akan melangsungkan perkawinan memberitahukan
kehendaknya itu kepada Pegawai Pencatat Nikah di tempat perkawinan akan
dilangsungkan. Pemberitahuaan tersebut di lakukan sekurang-kurangnya I 0
(sepuluh) hari kerja sebelum perkawinan dilangsungkan. Pengecualiaan terhadap
·
39
jangka waktu tersebut disebabkan sesuatu alasan yang penting dapat diberikan
oleh Camat atas nama Bupati Kepala Daerah.29
Pemberitahuan secara lisan atau tcrtulis oleh calon mempelai atau oleh
orang tua atau walinya.
Pemberitahuan mcmuat nama, umur, agama atau kepercayaan, pekerjaan,
tcmpat kediaman calon mcmpelai dan apabila salah seoarang atau keduanya
pernah kawin, disebutkan juga nama isteri atau suami terdahulu ( pasal 3,4 dan 5
PP 9 Tahun 1975 ). Surat persetujuan dan keterangan asal usu!.
Pegawai Pencatat Nikah Perkawinan atau P3NTR yang menerima
pemberitahuaan kchendak nikah memeriksa calon suami, calon isteri, daan wali
nikah tcntang ada atau tidaknya halangan pernikahan itu dilangsungkan baik
karcna halangan melanggar hukum munakahat atau karena mclanggar peraturan
tentang perkawinan. Selain surat keterangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3
ayat (1) pcraturan Menteri Agama Nomor 3 Tahun 1975 tentang kewajiban
pcgawai Pencatat Nikah dan tata kerja Pengadilan Agama dalam melaksanakan
Pcraturan Perundang-undangan Perkawinan bagi yang beragama Islam atau
disingkat PMA No. 3/l 975, yang bcrbunyi :30
I) Orang yang hendak menikah, talak, cerai dan rujuk harus membawa
surat keterangan dari kepala desanya masing-masing menurut contoh
model Na-Tra.
2) Orang yang tidak mampu harus pula membawa "surat keterangan
tidak mampu" dari Kepala Desanya.
"Mohd. Idris Ramulyo, Op.Cit., h. 171
30
Maka di dalam pemerikasaan diperlukan pula penelitian terhadap:
1) Kutipan akta kelahiran atau surat kenal lahir calon mempelai. Dalam
ha! tidak ada akta kelahiran atau surat kenal lahir, dapat dipergunakan
surat keterangan asal-usul calon mempeli yang diberikan oleh Kepala
Desa model Nf.
2) Persetujuan calon mempelai sebagai dimaksud pasal 6 ayat (l)
Undang- Undang Nomor l Tahun 1974.
3) Surat ketcrangan tcntang orang tua (ibu- bapak) dari kepala Desanya
menurut model Nb.
4) Surat ijin dri Pengadilan Agama sebagai dimaksud past 6 ayat (5)
Undang Undang Nomor 1 Tahun 1974 bagi calon mempelai yang
belum mencapai umur 21 tahun.
5) Surat dispensasi dari Pengadilan Agama, bagi calon suarn1 yang
belum mencapai umur 19 tahun dan bagi calon istri yang belum
mencapai umur 16 (enam belas) tahun.
6) Surat ijin dari pcjabat menurut peraturan yang belaku baginya, jika
salah seorang calon mempelai atau keduanya anggota angkatan
bersenjata.
7) Surat kclcrangan pcjabat yang bcrwcnang mcncatat pcrkawinan
tentang ada atau tidaknya halangan menikah bagi calon isteri, karena
perbedaaan hukum dan atau kewarganegaran.
31
Ibid
41
9) Kutipan buku pendaftaraan talak, kutipan buku pendaftaraan cerai:
a tau
I 0) Surat keterangan kematian suami atau isteri yang dibuat oleh Kepala
Desa yang mewilayahi tempat tinggal atau walinya, menurut contoh
model Nd.
1 I) Bagi suami yng hendak beristeri lebih dari seorang, harus membawa
surat ijin dari Pengadilan Agama.
12) Apabila kutipan buku pendaftraan talak, kutipan buku pendaftaraan
cerai, rujuk hilang, maka diminta duplikatnya atau keterangan lain
sebagaimana di atur dalam pasal 39 PMA No. 3/1975 ini. Untuk
mendapatkan duplikat surat itu tidak dipungut biaya kecuali ada
peraturan lain. Duplikat surat-surat itu hrus dibubuhi materai menurut
peraturan yng berlaku. Apabila kantor yng dahulu mengeluarkan
surat-surat itu tidak bisa membuat duplikatnya disebabkan catatannya
tclah rusak atau hilang atau karena sebab-sebab lain, maka untuk
menctapkan adanya nikah, talak, cerai atau rujuk harus dibuktikan
dengan keputusan Pengadilan Agama.31 Hasil pemeriksaan itu ditulis
dan ditanda tangani oleh Pegawai Pencatat Nikah atau P3NTR dan
mcreka yang berkepentingan dalam daftar pemeriksaan nikah
P3NTR membuat daftar pemerikasaan nikah itu rangkap 2 (dua) sehelai
dikirim kepada Pegawai Pencatat Nikah yang mewilayahinya beserta surat- surat
yang diperlukan dan yng lain disimpan.
Calon suami, calon isteri dan wali nikah masing- masing mengisi ruang
nomor Ill, IV dan V dari daftar pemeriksaan nikah scdang ruang-ruang lainnya
diisi oleh Pegawai Pencatat Nikah atau P3NTR.
Apabila mcreka tidak pandai menulis, maka ruang lll, IV, yaitu diisi oleh
Pegawai Pencatat Nikah atau P3NTR. Pengiriman lembar pertama daftar
pemeeriksaan nikah oleh P3NTR dilkukan selambat-lmbatnya 15 (lima belas) hari
sesudah akad nikah dilangsungkan. Apabila lembar- lembar pertama dari daftar
pemeriksan hilang, maka oleh P3NTR dibuatkan salinan dari daftar lembar kedua
dengan berita acara sebab- sebab hilangnya. Apabila calon suami atau wali nikah
karena betiempat tinggal di luar daerah, tidak hadir untuk diperiksa, maim
pemeriksaan padanya dimintakan pertolangan kepada Pegawai Pencatat Nikah
atau P3NTR yang mewilayahi tempat tinggalnya.32
Pegawai Pencatat Nikah atau P3NTR ini memeriksa calon uami atau wali
nikah itu, kcmudian mengirimkan daftar pcmeriksaannya kepada Pegawai
Pencatat Nikah atau P3NTR yang bersangkutan. Apabila ternyata dari
pemeriksaan itu terdapat halangan pernikahaan menurut hukum agama atau
peraturan perundang-undangan tentang perkawinan atau belum dipenuhi
persyarataan/ketentuaan tersebut dalam pasal 8 Peraturan Menteri Agama Nomor
G Tahun 1975 ini keadaan itu segera diberitahukan kepada calon suami dan wali
32
43
nikah atau wakilnya oleh Pegawai Pencatat Nikah atau P3NTR menurut model 2
(lampiran XI) pasal 7 PP No. 9 Tahun I 975 jo. Pasal 9 dan 10 PMA No. 3/1975
Perkawinan di angggap sah dan mempunyai kekuataan hukum yang pasti
apabila di akui oleh negara. Diakui oleh negara berarti harus telah memenuhi
syarat-syarat yang ditentukan dahn hukum positif. Hukum positif yang berlaku di
Indonesia mengenai Perkawinan adalah UU No. I tahun 1974.
Perkawinan yang dilaksanakan di Indonesia dapat dilaksanakan apabila
syarat-syarat perkawinan yang ditentukan oleb UU No. 1 tahun 1974 telah
terpenuhi oleh masing- masing pihak yang ingin melangsungkan perkawinan.
Syarat-syarat perkawinan yang disebutkan terdahulu dapat dikategorikan menjadi
syarat materiil dan syarat formil.
I) Yang termasuk syarat materiil perkawinan menurut Undang-Undang No. I
Tahun 1974
adapun yang tennasuk syarat materiil, yaitu syarnt-syarat mengenai
pribadi dari calon mempelai, diantaranya adalah:
a) Adanya persetujuan dari calon mempelai
b) Usia pria sudah mencapai 19 (scmbilan belas) tahun scdangkan wanita
bcrusia 16 (cnam bclas) tahun.
c) Tidak terikat tali perkawinan dengan orang lain
d) Waktu tunggu bagi seorang wanita yang putus perkawinannya.
e) Larangan perkawinan atau menunggu masa iddah.
f) ljin dari kedua orang tua bagi mereka yang belum mencapai usia 16
2) Sedangkan yang termasuk syarat formil yaitu syarat yang menyangkut
fonnalitas atau tata cara yang harus dipenuhi sebelum dan pada saat
dilangsungkan perkawinan, dimana upacara dilangsungkannya perkawinan
harus dilakukan menurut ketentuaan-ketentuaan setempat. Perkawinan
yang dilangsungkan di indonsia haruslah mengikuti aturan- aturan yang
terdapat dalam Undang-Undang No. I Tahun 1974 yang antara lain:
a) Pemberitahuaan kehendak akan mela