• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Media Audio Visual Terhadap Perolehan Ingatan Dalam pembelajaran sejarah Kebudayaan Islam(SKI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Media Audio Visual Terhadap Perolehan Ingatan Dalam pembelajaran sejarah Kebudayaan Islam(SKI)"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

177 PS (

P

PENGARUH MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP

PERO LEHAN INGA TAN DALAM PEMBELAJARAN

SEJARAH KEBUDA Y AAN ISLAM (SKI)

Oleh

NURLAILY RAHMAH

NIM.0071020122

FAKULTAS PSIKOLOGI

UIN SY

ARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

PENGARUH MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP

PEROLEHAN INGATAN DALAM PEMBELAJARAN

SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai

Gelar Sarjana Psikologi

Oleh

NURLAILY RAHMAH

NIM : 0071020122

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I,

Dhadhil:S,,,ala

。セN@

Si

NIP. 150 215 283

Pembimbing II,

Mセ@

Drs. Asep aerul Gani, Psi

Fakultas Psikologi

UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul PENGARUH MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP

PEROLEHAN INGATAN DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

KEBUDAYAAN ISLAM (SKI) telah diujikan dalam sidang munaqasyah pada

tanggal 9 September 2004. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S l) pada Fakultas Psikologi.

Jakarta, 9 September 2004

Sidang Munaqasyah

D an/ Pembantu Dekan I

ngkap anggota

NIP. 150 238 773

Anggota: Pembimbing I

dイ。ゥセゥ@

NIP.150 215 283

Pembimbing II

Drn N<p

h。セセN@

p,;
(4)

PERSEMBAHANKU

A'uzu billahi minasyaythonirojim ... Bismillahirrahmanirahim ... Alhamdulillahirabbil 'alamin •..

Wassholatu wassalamu 'ala ashrofil Mursalin ... Sayyidina Muhammadin wa 'ala alibi washohbihi Ajma'in.

Ilahi Rabbi ...

Maha Suci Engkau ya Allah! Belum sempat hamba memujiMu Sebagaimana layaknya Engkau dipuji, Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Terpuji.

Maha Suci Engkau ya Allah! Betapa hamba lalai mengingatMu,

Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengingat.

Maha Suci Engkau ya Allah!

Bamba kerap lalai mensyukuri nikmatMu,

Dan tiada tempat hamba bersyukur kecuali kepadaMu ya Allah!

Maha Suci Engkau ya Allah!

Sesungguhnya, tiada daya bagi hamba untuk menjangkau dalam memuja.Mu Sebagaimana layaknya Engkau disembah!

Maha Suci Engkau ya Allah!

Tiada ruang yang terbuang sia-sia, Kan kupenuhi dengan Cahaya Kasi.It-Mu Tiada nafas terbuang hina, Kan selalu kusebut Nama-Mu

(5)

ABSTRAK

(C) Nurlaily Rahmah

(D) Pengaruh Media Audio Visual Terhadap Perolehan Ingatan Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

(E) V + 75 halaman

(F)

(A) Fakultas Psikologi (B) September 2004

Pembelajaran sejarah bertujuan memperkenalkan siswa mengenai peristiwa-peristiwa masa lampau. Untuk mencapai pembelajaran yang efektif, maka dibutuhkan seorang guru yang mampu membawakan materi menjadi sebuah alur cerita yang nyata atau konkrit bagi siswa, sehingga siswa mudah memahami materi sejarah.

Hambatan yang dialami siswa dalam mempelajari sejarah adalah mengingat

fakta-fakta yang ada dalam sejarah, seperti nama-nama pelaku sejarah, tempat terjadinya, waktu dan peristiwa yang terjadi dalam sejarah. Untuk mengatasi

hambatan tersebut

guru

dapat menggunakan beberapa media pembelajaran yang ada,

salah satunya adalah media audio visual

Media audio visual adalah jenis media pembelajaran yang menekankan penyampaian materi melalui pendengaran dan penglihatan. Kemampuan media audio visuai dalam menyajikan materi secara nyata dipercaya mampu menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih efisien dan efektif.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media audio visual terhadap perolehan ingatan dalam pembelajaran sejarah. Penelitian ini dilaksanakan di MI YAPRI yang berada di daerah Terogong Jakarta Selatan. Responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas V yang berjumlah 50 siswa.

Rancangan eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Randomized pretest-postest control group design. Teknik statistik menggunakan t-test

dengan taraf signifikansi 0.05

one tail.

Hasil penelitian diperoleh nilai t = 2. 7473 (p<0.05). Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa media audio visual mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perolehan ingatan dalam pembelajaran sejarah kebudayan Islam. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Wendt dan Butts mengenai efektivitas pembelajaran sejarah siswa kelas 1 SMA dengan menggunakan film. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa siswa yang menggunakan film 86% lebih baik dalam ha! mengingat dibandingkan dengan siswa yang mempelajari sejarah dengan kegiatan kelas yang biasa.

(6)

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmanirrahiim

Puji syukur penulis panjatkan kepada Sang Maha Pencipta, Pelindung dan Pemelihara Jiwa manusia, Allah SWT. Shalawat dan salam tercurah kepada Kekasih-Nya Muhammad SAW yang senantiasa ada dan setia menjaga ummatnya.

Salam kerinduan yang tak pemah habis-habisnya kepada Maulana Syeikh Hisyam Kabbani yang selalu menyadarkan diri ini akan arti sebuah kehidupan. Semoga Allah SAW senantiasa menjadikan diri ini setia dan mencintainya.

Mengingat, doa, jasa dan bantuan dari semua pihak, penulis haturkan terima kasih kepada :

1. Ibu. Dra. Hj. Netty Hartati, M. Si., Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah dan Ibu. Dra. Hj. Zahrotun Nihayah, M. Si., Pudek I serta Bapak. Drs. Akhmad Baidun M. Si., dosen pembimbing akademik.

2. Ibu Dra. Fadhilah Suralaga M.Si, dosen pembimbing I dan Bapak. Drs. Asep HaeruI Gani Psi, dosen pembimbing II yang telah banyak membantu penulis lewat nasehat yang berharga. Semoga Allah SAW menjadikan mereka hamba yang dicintai-Nya.

(7)

4. Bapak p1mpman, karyawan dan karyawati perpustakaan UIN, Soemantri Brojonegoro dan UI yang telah memberikan pelayanan dan pinjaman buku-buku yang penuli s butuhkan dalam penyelesaian skripsi.

5. Bapak dan !bu dosen yang telah menyampaikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan. Demikian pula seluruh guru yang telah mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan kepada penulis.

6. Ummi Cholilah dan Abi Mursyid, yang tak pernah lupa menyebut nama penulis dalam untaian doa mereka.

7. Bang Olis, Ka Lia, Ka Upus, atas doanya, Bang Ifad terima kasih atas antar jemputnya. Aziem, Zakky, Syamil dan Naziha yang selalu menghibur penulis lewat canda tawanya.

8. Mamah, atas kehangatan, keakraban dan perhatian tulus yang diberikan kepada penulis. Semuanya teramat berharga ...

9. David dan Fatimah yang selalu memotivasi dan setia menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi. Ka Bowo, atas bimbingan dan sarannya kepada penulis. Delvi atas diskusi dan penjelasannya Semoga Allah senantiasa menjaga dan

mencintai kalian semua ...

10. Semua pihak yang membantu penyelesaian skripsi ini.

Akhirnya penulis hanya dapat berdoa semoga Allah meridhoi segala amal baik mereka dan memuliakan di sisi-Nya. Amin ...

11

(8)

DAFTARISI

KATA PENGANTAR ... .

DAFT AR ISI ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... . 111

BAB I : PENDAHULUAN ... . A Latar Belakang Masalah ... . B. Pembatasan dan Perumusan Masalah . . . .. . . 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... ... .. . ... . . . ... ... . . . .. . ... ... . .. . . ... . . . .. 11

D. Teknik Penulisan .. . ... ... ... . . . ... ... ... ... . .. ... ... . . . ... ... . .. . . . ... ... . .. . . .. 11

E. Sistematika Penulisan . . . ... ... .. . .. . ... . .. ... . . . .. . ... .. . . .. . ... . .. . .. . . . ... . . . 12

BAB II: KAJIAN TEORI ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 14

A Bel ajar . . . 14

1. Pengertian . . . 14

2. Teori Belajar Gagne . . . 15

3. Metode Mengajar Untuk Mendapatkan Ingatan Yang Baik . . . 21

4. Perkembangan Kognitif Dan Hubungannya Dengan Pendidikan . . . 23

B. Ingatan . . . .. 26

1. Komponen Dasar Dan Definisi-Definisi Dalam Ingatan . . . .. 26

2. Gambaran Singkat Mengenai Pemrosesan Informasi . . . ... 27

3. Pengertian lngatan . . . 31

4. lngatan Atkinson-Shiffrin . . . 32

5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ingatan ... ... ... ... ... ... ... ... ... . 36

6. Pengukuran Ingatan Manusia . . . 39

(9)

C. Media Audio Visual . . . ... ... .. . ... . . . ... . .. ... ... . .. ... . . ... . .. . . . .. . 43

1. Pengertian . . . 4 3 a. Media... 43

b. Media Audio Visual . . . .. 46

2. Si fat Media Audio Visual . . . 4 7 3. Alasan Menggunakan Media Audio Visual . . . 4 7 4. Jenis Media Audio Visual . .. ... . . . ... . . . ... .. . . ... . . .. . . . ... . . . 49

5. Kelebihan Dan Kekurangan Media Audio Visual ... ... . . .. . . . .. . . 51

6. Kegunaan Media Audio Visual Dalam Pembelajaran . . . .. 52

7. Dugaan Pengaruh Media Audio Visual Terhadap Ingatan . . . 54

D. HIPOTESA . . . .. . . .. . . .. 57

BAB III. METODOLOGI .. . . 58

A. Subyek Penelitian . . . ... . . .. . . 58

B. Variabel-variabel Penelitian ... ... ... ... . .. ... ... ... .. . ... ... .. . . ... . . . ... . . . 58

C. Rancangan Penelitian . . . .. 62

D. Apparatus . . . 63

E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian . . . 63

F. Teknik Analisis Data . . . 66

BAB IV. HASIL PENELITIAN . . . 68

A Gambaran Umum Responden . . . 68

B. Analisis Data . . . .. 69

(10)
(11)

BABI

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Sejarah Islam adalah bahan kajian tentang peristiwa-peristiwa penting

berkenaan dengan perkembangan agama Islam yang memungkinkan terjadinya

pengenalan, penghayatan dan penanaman nilai pada peserta didik atas ajaran dan

semangat Islam.

Pembelajaran sejarah kebudayaan Islam (selanjutnya penulis menyebutnya

dengan SIU) bertujuan untuk menumbuhkembangkan kemampuan siswa dalam

memahami peristiwa sejarah dan produk peradaban sejarah serta mengenal dan

menghargai

para

tokoh pelaku sejarah dan pencipta peradaban yang membawa

kemajuan dan kejayaan Islam, sehingga tertanam nilai-nilai kepahlawanan.

Dalam pembelajaran SIU tingkat Madrasah Ibtidaiyah (selanjutnya penulis

menyebutnya dengan MI) dapat digunakan beberapa pendekatan, diantaranya

pendekatan emosional dan pendekatan rasional. Pendekatan emosional

menitikberatkan pada usaha menggugah perasaan dan emosi siswa dalam menghayati

dan mengagumi serta meneladani para tokoh sejarah, sedangkan pendekatan rasional

memfokuskan pada usaha mengedepankan aspek rasio dalam memahami peristiwa

sejarah.1

1

Kurikulum Pendidikan Dasar Berciri Khas Agama Islam, GBPP Madrasah Ibtidaiyah, (Jakarta: Dirjen. Pembinaan Kelembagaan Depag RI, 1994), Cet.ke-1, h. 141

(12)

2

Dalam pembelajaran SKI keunikan yang dimiliki adalah dibutuhkannya

seorang guru yang mampu menyampaikan materi secara efektif, karena materi yang

ada dalam SKI tidak cukup hanya dengan menceritakan suatu peristiwa secara verbal

tetapi guru j uga dituntut untuk menyajikan cerita tersebut sebuah realita yang dapat

diterima dan dipahami oleh siswa.

Banyaknya fakta-fakta seperti nama, keadaan suatu lingkungan, fakta yang

berhubungan dengan waktu (tahun, bulan, tanggal), dan juga fakta mengenai jumlah

seringkali membuat siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari sejarah sehingga

pemahaman terhadap sejarah pun tidak dapat dicapai dengan sempurna. Inilah

hambatan yang dihadapi siswa dalam mempelajari sejarah.

Menurut

Wittig,

setiap proses belajar selalu berlangsung dalam tiga tahapan,

yaitu acquisition (tahap penerimaan informasi), storage (tahap penyimpanan

informasi), retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi).2 Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa proses belajar tidak lepas

dari

proses terjadinya penerimaan

informasi yang dalam proses ini melibatkan fungsi ingatan.

Semua macam belajar melibatkan ingatan. Jika kita tidak dapat mengingat apa

pun mengenai pengalaman kita, kita tidak akan dapat belajar apa-apa. Ingatan

(memory) merupakan aspek belajar yang penting. Kita mempelajari banyak sekali informasi, nama, fukta atau gagasan yang terpisahkan maupun yang berhubungan

2

Muhibbin Syah, Psiko/ogi Pe11didikm1 dengmi Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja

(13)

3

sepanJang hayat kita.3 Hal penting yang harus diketahui para pengaJar adalah keberhasilan mereka dalam menjadikan informasi yang mereka sampaikan dapat tersimpan dengan baik dalam ingatan siswa.

Berdasarkan tujuan pembelajaran SKI yaitu untuk memahami peristiwa sejarah dan menghargai para pelaku sejarah sehingga tertanam nilai-nilai kepahlawanan kepeloporan dan kreativitas siswa rnenunjukkan bahwa tujuan yang ingin dicapai adalah pernbelajaran yang bermakna, yakni bukan hanya rnengandalkan hapalan rnengenai fakta-fakta tetapi juga pernaharnan yang lebih luas yang nantinya dapat rnernberikan adanya perubahan tingkah laku siswa dalarn rneneladani para pelaku sejarah. Oleh karena itu perlu ditekankan bahwa perolehan ingatan bukan hanya untuk rnencapai taraf hapalan rnengenai fakta-fakta tetapi juga pencapaian tujuan pernbelajaran yang lebih bermakna, yaitu adar.ya perubahan tingkah laku yang positif pada diri anak.

Ernosi telah diketahui sebagai bagian yang rnemainkan peranan penting dalarn ingatan. Terkadang emosi dapat menjadi hambatan dalarn ingatan dan terkadang ernosi juga dapat meningkatkan ingatan.4 Siswa akan mudah mengingat apabila siswa tersebut memiliki perasaan yang senang dan memiliki rasa keingintahuan yang besar terhadap materi, untuk itu guru diharapkan mampu menyajikan materi dengan cara yang dapat menyenangkan siswa.

3

Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993), cet. ke-4,

h.98

4

(14)

4

Se lain keadaan emosional siswa materi pun mempengaruhi faktor in:: a 1>n

Materi-materi yang menyenangkan temyata akan dapat diingat lebih baik oleh SL"'a daripada materi-materi yang tidak menyenangkan, hal ini dikenal dengan B。ェヲ\」ュL[Zセ@

tone material". 5 Dengan demikian, maka hal yang seharusnya dipersiapkan b''.'.' :'•TU

adalah bagaimana cara membuat siswa menyenangi proses pembelajaran sej.:Jra.h j;;:; bagaimana cara agar materi sejarah juga menjadi hal yang menyenangl= rag; mereka.

Untuk menjadikan materi sejarah hal yang menyenangkan bagi siswa. r:r:ifil

dibutuhkan kreativitas seorang guru dalam mempersiapkan pembelaJararL hac a dapat dicapai dengan bantuan penggunaan media yang mampu menambab dis1=1

dan efektivitas pembelajaran.

Media pengajaran misalnya memungkinkan proses pembelajaran

berlan::-"'lllg

lebih menarik dan menyenangkan sehingga siswa menjadi lebih セイァ。ゥイ、ャ@ mrul;.

belajar. Mengenai ha! ini Cecil Garrison mengatakan babwa "The fUlldioa uf

educational media is educational, and where there is education there mw;r be

conummicatiolL Psychologists tell us

that

learning involve change,

be/

ore leanting

can be successful the student must be stimulated. Media cannot onls sen-e

w

5

Howard L. Kingsley, The Nature and Conditions of Leaming, (New York Prenri..-.e-HliL 1946), h.464

(15)

5

stimulate and motivate but ca11 also help the Leamer to retain i11formatio11

presented to him" 6

Dalam konteks teknologi pendidikan, tugas media bukan hanya sekedar

mengkomunikasikan hubungan antara guru dan siswa, namun lebih dari itu media

merupakan bagian yang integral dan saling mempunyai keterkaitan antara komponen

yang satu dengan yang lainnya, saling berinteraksi dan saling mempengaruhi.

Pada mulanya media pendidikan hanya digunakan sebagai alat bantu mengajar

guru (teaching aids). Alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual, yaitu gambar,

model, objek dan lain-lain yang dapat memberikan pengalaman konkrit dan motivasi

belajar serta mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa. Seiring dengan

kemajuan di bidang teknologi komunikasi, pemanfaatan media pendidikan mulai

bergeser dari konsep media sebagai alat bantu ke konsep media pendidikan sebagai

sumber belajar.

Dengan masuknya pengaruh teknologi audio pada sekitar abad ke-20, alat

visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio sehingga kita kenal adanya alat

audio visual atau audio visual aid (A VA).

Di masa lampau, diskusi tentang alat bantu audio visual lebih condong di

dominasi oleh "teo.ri realisme"

dari

Dwyer (1967). Pendekatan ini berasumsi bahwa belajar yang sempurna hanya dapat tercapai jika digunakan bahan-bahan audio visual

yang mendekati realitas. Dengan kata lain, dalam memilih alat bantu., objek-objek

6

Cecil Garrison, 1001 Medialdeasjor Teacher, (Berkeley: McCutchanPublishing

(16)

6

sebenarnya lebih disukai dari gambar; gambar foto lebih disukai dari gambar garis mendetail; dan gambar garis mendetail lebih disukai dari gambar garis sederhana atau sketsa. Lebih banyak sifat bahan audio visual yang menyerupai realitas, makin mudah

terjadi proses belajar (Miller, dkk, 1957). 7

Berdasarkan teori realisme ini, maka penggunaan media audio visual dalam pembelajaran sejarah diharapkan mampu menjadikan materi sejarah sebagai bentuk realitas yang lebih mudah diterima dan dipamahi oleh siswa, ha! ini tentunya akan mempermudah siswa dalam mengingat fakta-fakta yang ada dalam sejarah. Dengan demikian, maka tujuan pembelajaran pun akan tercapai dengan sempurna.

Media pendidikan agama adalah semua aktivitas yang ada hubungannya dengan materi pendidikan agama, baik yang berupa alat yang dapat diperagakan maupun teknik/metode yang secara efektif dapat digunakan oleh guru agama dalam rangka mencapai tujuan tertentu.8

Semua benda yang dapat dipakai sebagai media pengajaran agama seperti; papan tulis, buku pelajaran, buletin board dan display, film atau gambar hidup, radio pendidikan, televisi pendidikan, komputer, karyawisata dan lain-lain adalah alat yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi mengena1 pendidikan dan pengajaran agama kepada siswa9 Meski dernikian banyaknya alat yang dapat

7

Ivor K. Davis, Pe11gelo/am1 Be/ajar, (Jakarta: Rajawali Press, 1991), Cet. Ke-2, h.150

8

M. Basyiruddin Usman & H. Asnawir., Media pembelajarm1, (Jakarta, Delia Citra Utama,

2002), cet. Ke-I, h.117

(17)

7

digunakan sebagai media pengajaran agama, masih banyak didapati bahwa dalam pembelajaran bidang studi SKI dilaksanakan hanya memanfaatkan media buku pelajaran sebagai satu-satunya sumber belajar disertai ceramah sebagai teknik penyampaian satuan pelajaran.

Bila diidentifikasi penggunaan media buku pelajaran disertai metode ceramah sebagai satu-satunya sumber belajar memang memiliki sejumlah keterbatasan, diantaranya. Pertama, guru seringkali mengalami kesulitan dalam mengukur pemahaman siswa sampai sejauhmana pemahaman mereka tentang materi yang diceramahkan. Kedua, siswa cenderung bersifat pasif dan sering keliru dalam mengumpulkan penjelasan guru. Ketiga, bilaman guru menyampaikan bahan sebanyak-banyaknya dalam waktu yang terbatas menimbulkan kesan pemaksaan terhadap kemampuan siswa. Keempat, cenderung membosankan dan perhatian siswa berkurang, karena guru kurang memperhatikan faktor-faktor psikologis s1swa, sehingga bahan yang dijelaskan menjadi kabur. 10

Berawal dari penjelasan bahwa pentingnya media pengajaran dalam proses pembelajaran sebagai

usaha

mengoptimalkan komunikasi dalam belajar, serta pentingnya ingatan dalam proses belajar, menimbulkan satu pemahaman bagi penulis bahwa ada hubungan keberpengaruhan antara penggunaan media audio visual sebagai salah satu media pembelajaran terhadap perolehan ingatan pada diri siswa.

10 M. Basyiruddin Usman., Metodo/ogi Pembelajaran Agama Islam, (Ciputat Press, 2002),

(18)

8

Menurut teori perkembangan Piaget karakteristik siswa MI berada pada tingkat operasional konkrit. Anak mulai memperkembangkan kemampuannya berfikir logis, tetapi kemampuan berfikimya masih terikat kepada obyek-obyek yang nyata.

lsi pelajaran dengan sendirinya harus berisikan materi-materi yang nyata pula.11 Oleh karena itulah penulis beranggapan bahwa penggunaan media audio visual sangat dibutuhkan bagi siswa MI dalam menunjang keberhasilan pembelajaran khususnya dalam pembelajaran SKI.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini penulis kemukakan beberapa alasan yang melatarbelakangi pemilihan masalah dalam skripsi ini:

I. Media audio visual khususnya film bersuara memiliki karakteristik khusus yakni dapat menggambarkan suatu proses, kejadian dan sebagainya, dapat menimbulkan kesan ruang dan waktu, penggambarannya bersifat tiga dimensional, suara yang dihasilkan dapat menimbulkan realita pada garnbar dalam bentuk ekspresi murni, kalau film tersebut berwarna akan dapat menarnbah realita objek yang diperagakan, dan dapat menggambarkan teori sains dan animasi. Penelitian ini menarik dilakukan mengingat karakteristik media ini secara garis besar mampu memberikan gambaran mengenai sejarah perjuangan Nabi Muhammad SAW melalui pemutaran film dengan menggunakan program video CD.

11

Singgih D. Gunarsa, Dasar dan Teori Perkembangan Anak, (Jakarta: Gunung Mulia, 2003),

(19)

9

2. Bahwa dari segi komunikasi, penyampaian materi bidang studi SKl suga dlpat dilakukan dengan menggunakan media audio visual (program ':deo CDJ. Dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh media ini, mai:l kui.nas komunikasi belajar mengajar bidang studi ini juga dapat ditingkatkz=.

3. Dalam bukunya yang berjudul Media AV untuk Pengajaran, Pener.mgw: Jan

Penyuluhan, Amir Hamzah Sulaiman mengatakan bahwa "aim-a.lat z.:idio visual tidak saja menghasilkan cara belajar yang efektif dalam "aktu !ang lebih singkat, tetapi apa yang diterima melalui alat-alat audio visua Juga :-ebih lama dan lebih baik tinggal dalam ingatan". 12

4. Penelitian berkaitan dengan penggunan media audio visual nenyauka.n bahwa secara signifikan siswa mendapatkan hasil tes pembelajafllL yang [ebib baik ketimbang siswa yang tidak menggunakan media tersebut, blilkan .;iswa juga lebih baik dalam ha! mengingat (retention) ketika di tes liIDa IIllI1ggU

setelah pelajaran diberikan. 13

5. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Shohibuddin mengemi pengarub media video terhadap daya serap siswa pada pokok baha;an sstem pernapasan menyimpulkan bahwa media audio visual yakni v,Jeo

smgat

12

Amir Hamzah Sulaiman., Media AV 1111/uk Pe11gqjarm1, Pe11erm1ga11, da11

Pe17_m/uhar-(Jakarta: PT. Gramedia, 1985), Cet.ke-2,h. 18

13

Gene L. Wilkinson (Terjemah Drs. Zulkarimain Nasution), Media Da/am Pe"bela1ar.m

(20)

10

mempengaruhi daya serap belajar s1swa dan efektif meningkatkan

pemahaman.14

Latar belakang masalah yang diuraikan diatas mendorong penulis untuk

mengadakan eksperimen tentang penggunaan media audio visual sebagai sumber

belajar dalam bidang studi SKI, guna mengetahui efektivitas media tersebut dalam

meningkatkan perolehan ingatan siswa. Studi ini dengan demikian merupakan suatu

penelitian eksperimen (Experimental Research), yaitu menyelidiki kemungkinan

adanya hubungan sebab akibat antara penggunaan media audio visual seba£ai sumber

belajar dengan perolehan ingatan siswa dalam bidang studi SKI. Berdasarkan uraian

diatas, penulis merasa tertarik untuk melihat adanya pengaruh media audio visual

terhadap perolehan ingatan dalam pembelajaran SKI.

B. PERMASALAHAN

1. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan penelitian 1m

dapat dirumuskan sebagai berikut: "Apakah media audio visual berpengaruh

terhadap perolehan ingatan dalam pembelajaran sejarah kebudayaan Islam

(SKI)?".

14

Shohibuddin, "Pengaruh Media Video Terhadap Daya Serap Siswa pada Pokok Bahasan

(21)

11

2. Pembatasan Masalah

a. Pengaruh. Dalam skripsi ini pengaruh yang dimaksud yaitu keberhasilan atau keberpengaruhan penggunaan media audio visual. Pengaruh di sini dilihat dari ada tidaknya perbedaan antara media AV A dan buku pelajaran ( cara konvensional) terhadap perolehan ingatan siswa.

b. Media audio visual yang dimaksud adalah media audio visual sebagai sumber belajar bidang studi sejarah. Dalam skripsi ini media audio visual tersebut berupa program VCD.

c. Perolehan ingatan dalam penelitian ini adalah sejauhmana siswa mampu mengingat dengan cara merecall materi yang telah diberikan setelah perlakuan (treatment). Pengukuran perolehan ingatan dilakukan dengan memberikan tes berupa tes melengkapi (completion) yang dianggap menunjukkan perolehan ingatan siswa.

d. Subyek penelitian yang diteliti dalam penelitian ini adalah siswa kelas V MI Y APRI Terogong Jakarta Selatan.

e. Proses dan basil belajar siswa yang akan diteliti berkenaan dengan pembahasan mengenai perang Badr.

C.

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

(22)

2. Manfaat Penelitian

a. Teoritis

12

Adapun manfaat penelitian Im sec.:ra teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran wacana psiko!ogi, khususnya dalain

psikologi pendidikan, mengenai pengaruh media audio visral terhadap perolehan ingatan dalam pembelajaran szjarah.

b. Praktis

Secara praktis penelitian ini dilurapkan dapar meDJadi rmsukan bagi pendidik untuk dapat lebih memabami pengaruh media audio visual tertadap perolehan ingatan khususnya dalam pernbelajaran

steimh.

D. TEKNIK PENULISAN

Dalam pulisan skripsi ini peneliti menggumkan buku pedoman penulisan skripsi, tesis, dan disertai UIN Syarif Hidayatullih

Jakarta

tahun 2(1()2.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk memudahkan penulisan dan

pemahamm,

skripsi ini disusun dengan

sistematika penulisan sebagai berik'Ut:

(23)

13

Bab II : Berisi kajian teori. Pada bab ini membahas teori yang relevan dengan

penelitian. Belajar; pengertian, teori belajar Gagne, Metode mengajar untuk

mendapatkan ingatan yang baik, Perkembangan kognitif dan hubungannya dengan

pendidikan. Akan dibahas pula tentang ingatan; komponen dasar dan definisi dalam

ingatan, gambaran singkat mengenai pemrosesan informasi, pengertian ingatan,

ingatan Atkinson-Shiffrin, faktor yang mempengaruhi ingatan, pengukuran ingatan

manusia. Dalam bab ini juga dibahas mengenai teori media pembelajaran, yaitu

pengertian media pengajaran dan media audio visual, jenis media audio visual, sifat

media audio visual, kelebihan dan kekurangan media audio visual (film), alasan

menggunakan media audio visual kegunaan media audio visual dalam proses

pembelajaran serta dugaan pengaruh media audio visual terhadap ingatan.

Bab III : Membahas metode penelitian. Dalam bah ini akan diuraikan tentang

subyek penelitian, variabel-variabel penelitian, rancangan penelitian, apparatus,

prosedur penelitian serta teknik analisis data.

Bab IV : Berisikan hasil penelitian. Pada bab ini akan dikemukakan mengenai

garnbaran umum responden dan hasil utama penelitian.

(24)
(25)

A. BELAJAR

I. Pengertian

BAB II

KAJIAN TEORI

Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan belajar,

terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi mengenai belajar.

Morgan, mengemukakan, "Belajar adalah suatu perubahan di dalam

kepribadian yang menyatakan diri sebagai pola baru daripada reaksi yang berupa

kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian." Gagne, mengatakan

bahwa "Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan

mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah

dari

waktu

sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi. "1

Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas, dapat dikemukakan adanya

beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu

bahwa:

1) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, di mana perubahan

itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada

kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.

1

Ngalim Purwanto, Psiko/ogi Pe11didika11, (Bandung: RemajaRosdakarya, 1998), cet.ke-13,

(26)

15

2) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman.

3) Untuk dapat dikatakan belajar maka perubahan itu harus relatif mantap; harus merupakan akhir daripada suatu periode wak"1u yang cukup panjang.2

2. Teori Belajar Gagne

Gagne mengemukakan delapan fase dalam satu tindakan belajar (learning act). Fase-fase itu merupakan kejadian-kejadian ekstemal yang dapat distrukturkan oleh siswa atau guru. Setiap fase dipasangkan dengan suatu proses yang terjadi dalam pikiran siswa. Berikut ini akan dijabarkan mengenai fase-fase tersebut:

a.

Fase Motivasi

Siswa harus diberi motivasi untuk belajar dengan harapan, bahwa belajar akan memperoleh hadiah. Misalnya, siswa dapat mengharapkan bahwa informasi akan memenuhi keingintahuan mereka tentang suatu pokok babasan, akan berguna bagi mereka, atau dapat menolong mereka untuk memperoleh angka yang baik.

b. Fase Pengenalan

Siswa harus memberikan perhatian pada bagian-bagian yang esensial dari suatu kejadian instruksional. Misalnya, siswa memperhatikan aspek-aspek yang relevan tentang apa yang dikatakan guru.

(27)

16

c. Fase Perolehan

Bila siswa memperhatikan informasi yang relevan, maka ia telah siap untuk

menerima pelajaran. Siswa dapat membentuk gambaran-gambaran mental dari

informasi itu, atau membentuk asoiasi-asosiasi antara informasi baru dan

informasi lama.

d. Fase Retensi

Informasi baru yang diperoleh harus dipindahkan dari memori jangka pendek ke

memori jangka panjang. Hal ini dapat terjadi melalui pengulangan kembali

(rehearsal), praktek (practice), elaborasi atau lainnya.

e. Fase Pemanggilan

Bagian penting dalam belajar adalah belajar memperoleh hubungan-hubungan

dengan apa yang telah dipelajari,

untuk

memanggil (recall) informasi yang telah

dipelajari sebelumnya. Hubungan dengan informasi ditolong oleh organisasi

-materi yang diatur dengan baik dengan penglompokan menjadi kategori-kategori

atau konsep-konsep, lebih mudah dipanggil daripada materi yang disajikan tidak

teratur. Pemanggilan juga dapat ditolong dengan memperhatikan kaitan-kaitan

antara konsep-konsep, khususnya antara informasi baru dengan pengetahuan

sebelumnya.

f. Fase Generalisasi

Biasanya informasi kurang nilainya jika tidak dapat diterapkan diluar konteks

(28)

17

situasi-situasi barn merupakan fase kritis dalam belajar. Transfer dapat ditolong

dengan meminta para siswa untuk menggunakan informasi dalam keadaan barn.

g. Fase Penampilan

Para siswa harus memeprhatikan bahwa mereka telah belajar sesuatu melalui

penampilan yang tampak. Misalnya setelah mempelajari bagaimana

menggunakan mikroskop dalam biologi, para siswa dapat mengamati bagaimana

bentuka sel dan menggambar sel itu.

h. Fase Umpan Balik

Para siswa harus memperoleh umpan balik tentang penampilan mereka, yang

menunjukkan apakah mereka telah atau belum mengerti tentang apa yang

diajarkan. Umpan balik ini dapat memberikan reinforcemen pada mereka untuk

penampilan yang berhasil. 3

Dari delapan fase mengenai kejadian-kejadian belajar, Gagne juga

menyebutkan delapan kejadian-kejadian instruksi. Kejadian-kejadian instruksi ini

ditujukan pada guru yang menyajikan pelajaran pada sekelompok siswa.

Kejadian-kejadian instruksi tersebut adalah:

a. Mengaktifkan motivasi

Langkah pertama dalam suatu pelajaran ialah memotivasi para s1swa untuk

belajar. Keinginan untuk mencapai suatu ha! tentu berdasarkan pada motivasi

tertentu. Begitu pula halnya dengan seseorang yang melakukan kegiatan belajar.

Bila murid tidak mempunyai motivasi untuk belajar, pengajar hendaknya

3

(29)

18

memberi penjelasan sedemikian rupa sehingga dapat timbul motivasi yang dibutuhkan. Kerap kali ha! ini dilakukan dengan membangkitkan perhatian mereka dalam isi pelajaran, dan dengan mengemukakan kegunaannya.

b. Memberi tahu tujuan-tujuan belajar

Kejadian instruksi kedua ini sangat erat hubungannya dengan kejadian instruksi pertama. Sebaggian dari mengaktifkan motivasi para siswa adalah dengan memberitahu mereka mengapa mereka belajar, apa yang mereka pelajari, dan apa yang akan mereka pelajari. Memberi tahu siswa tentang tujuan-tujuan belajar juga menolong memusatkan perhatian para siswa terhadap aspek-aspek yang relevan tentang pelajaran.

c. Mengarahkan perhatian

Gagne mengemukakan dua bentuk perhatian. Yang satu berfungsi untuk membuat siswa siap menerima stimulus-stimulus. Bentuk kedua dari perhatian disebut persepsi selektif. Dengan cara ini siswa memilih informasi yang mana yang akan diteruskan ke memori jangka pendek.

d. Merangsang ingatan

(30)

19

e. Menyediakan bimbingan belajar

Untuk memperlancar masuknya informasi ke memori jangka panjang, diperliiun bimbingan langsung dalam pemberian kode pada informasi.

f. Meningkatkan retensi

Retensi atau bertahannya materi yang dipelajari dapat diusahakan oleh guru dan

para siswa itu sendiri yaitu dengan cara sering mengulangi pelajaran tersebut.

g. Melancarkan transfer belajar

Tujuan transfer belajar ialah menerapkan apa yang telah dipelajari pa.Ja siruasi baru. Ini berarti, bahwa apa yang telah dipelajari itu dibuat umum sifatnya .. u::ruk dapat melaksanakan ini para siswa tentu diharapkan telah menguasai fakta-fakta., konsep-konsep, dan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan.

h. Mengeluarkan penampilan, memberikan umpan balik.

Sebaiknya

guru

memberikan kesempatan sedini mungkin pada siswa u::ruk memperlihatkan hasil belajar mereka., agar dapat diberi umpan balik, sehingga pelajaran selanjutnya berjalan dengan lancar. Cara-cara yang dapat digun•kan

guru

adalah dengan memberikan tes, atau dengan mengamati perilaku Sl>-Wa. Umpan balik, berarti positif menjadi pertanda bagi siswa bahwa ia telah menrapai tujuan belajar, dan dengan demikian harapan yang muncul pada permulaan belajar

telah dipenuhi.4

Satu tindakan belajar meliputi delapan fase belajar yang merupakan kejafilan-kejadian eksternal yang dapat distrukturkan oleh siswa atau

guru,

dan setiap fuse

4

(31)

20

dipasangkan dengan suatu proses internal yang terjadi dalam pikiran s1swa.

Didasarkan atas analisis kejadian-kejadian belajar, Gagne menyarankan agar guru

memperhatikan delapan kejadian instruksi waktu menyajikan suatu pelajaran pada

sekelompok siswa.

Pembahasan mengenai teori belajar Gagne menjelaskan bahwa dalam suatu

proses pembelajaran dibutuhkan adanya kesiapan seorang guru dalam menyiapkan

materi pelajaran, hal ini dilakukan tidak lain untuk mendapatkan bentuk proses

belajar yang efektif. Dengan demikian untuk memperoleh pembelajaran yang efektif

sangatlah dibutuhkan keahlian seorang guru dalam menguasai materi serta cara

penyajian materi.

Fase-fase kejadian belajar yang berjalan secara berkesinambungan

menunjukkan bahwa pada setiap fase yang dialami siswa terdapat peranan penting

seorang guru dalam mengarahkan siswa menguasai fase tersebut. Kegagalan pada

satu fase akan menghambat jalannya proses belajar pada diri siswa yang akhirnya

akan berdampak pada kegagalan dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

Pada kejadian-kejadian instruksi telah dijelaskan kegiatan apa saja yang dapat

dilakukan seorang guru guna membantu siswanya menguasai tiap fase belajar, mulai

dari awal proses pembelajaran hingga akhir pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam

pencapaian tujuan pembelajaran kreativitas seorang guru sangat dibutuhkan, terutama

dalam mempengaruhi siswa disaat proses belajar berlangsung.

Berdasarkan teori Gagne motivasi menempati urutan pertama pada fase

(32)

21

dibutuhkan siswa dalam mengawali suatu pembelajaran. Salah satu bagian terd=kat dalam pembelajaran adalah penggunan media pengajaran.

Telah dipercaya bahwa penggunaan media dapat membangkitkan mouvasi dan merangsang siswa untuk belajar.5 Media juga merupakan salah satu sarana tDtuk

meningkatkan kegiatan pembelajaran. Dengan demikian maka penggunaan ID;;dia pembelajaran akan banyak membantu guru dalam memotivasi siswa menJ.tlani pembelajaran.

Pemilihan suatu media dalam pembelajaran tidak terlepas dari materi serta tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Sesuai atau tidaknya antara materi drogan media yang digunakan akan berdampak pada hasil pembelajaran siswa. Media yang dipilih seharusnya dapat menjelaskan apa yang akan disampaikan kepada siswa

secara tepat dan berhasil guna, dengan kata lain tujuan yang ditetapkan dapat <licapai secara optimal.

Pemilihan jenis media audio visual dalam penelitian ini diharapkan <lapat memenubi kebutuhan siswa yaitu motivasi dalam mengawali pembelajaran dan juga

dapat membantu guru dalam mempermudah penyampaian materi pelajaran.

3. Metode Mengajar untuk Memperoleh lngatan Yang Baik

Hal yang penting bagi psikologi pendidikan adalah mengetahui bagaimana cara meningkatkan ingatan terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajari di sekolah.

(33)

22

Ada beberapa ha! yang dapat dilakukan seorang guru untuk menjadikan murid mendapatkan ingatan yang baik, yaitu:

a. Membantu membangun teknik-teknik belajar: satu cara yang dapat dilakukan seorang guru untuk membantu murid mengingat apa yang mereka pelajari adalah dengan membantu mereka menciptakan cara-cara yang baik mengenai belajar dan latihan.

b. Membangun kesungguhan murid dalam mengingat: penelitian-penelitian telah menunjukkan secara konsisten bahwa proses belajar dan mengingat keduanya dapat ditingkatkan j ika murid memiliki kesadaran atas kesungguhannya untuk

mengingat apa yang dialaminya selama proses belajar.

c. Memastikan bahwa materi yang akan dipelajari memiliki arti: satu poin yang telah disetujui antara para psikolog dan pengajar adalah bahwa kebermaknaan suatu meteri yang dipelajari akan membantu pembelajaran dan ingatan.

(34)

23

e. Mengulang pelajaran: dengan melakukan pembahasan ulang mengenai bahan pelajaran maka akan membantu mengingat materi yang baru saja dipelajari. 6

4. Perkembangan Kognitif dan Hubungannya dengan Pendidikan

Dalam perkembangan intelektual ada tiga aspek yang diteliti oleh Piaget, yaitu struktur, isi (content) dan fungsi. Berikut ini akan dijelaskan masing-masing aspek tersebut:

a. Struktur

Piaget berpendapat bahwa ada hubungan fungsional antara tindakan fisik, tindakan mental, dan perkembangan berfikir logis anak-anak. Tindakan-tindakan menuju padaperkembangan operasi, dan selanjutnya operasi-operas1 menuju pada perkembangan struktur-struktur. Menurut Piaget, struktur intelektual terbentuk pada individu waktu ia berinteraksi dengan

lingkungannya. b. Isi

Yang dimaksud isi adalah pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapinya.

6

(35)

24

c. Fungsi

Fungsi adalah cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan intelektual. Menurut Piaget perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi, yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi memberikan pada organisme kemampuan untuk mensistematikkan atau mengorganisasi proses-proses fisik atau psikologis menjadi sistem-sistem yang teratur dan berhubungan. Fungsi kedua yang melandasi perkembangan intelektual ialah adaptasi. Semua organisme lahir dengan kecenderungan untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungan mereka. 7

Jean Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ke dalam 4 tahapan, yaitu:

a. Tahap Sensori motor (0 - 2.C tahun): Masa ketika bayi mempergunakan sistem penginderaan dan aktivitas-aktivitas motorik untuk mengenal lingkungannya mengenai objek-objek Selam periode ini bayi tidak mempunyai konsepsi "object performance". Bila suatu benda disembunyikan ia gaga! untuk menemukannya.

b. Tahap Pra-operasional (2.0- 7.0 tahun): Pada masa pra opaerasional ini, anak bisa menemukan objek-objek yang tertutup atau tersembunyi. Untuk bisa , melakukan ini anak harus bisa melakukan simbolisasi terhadap objek yang tidak ada atau tidak diketahuinya ketika terjadi pemindahan objek.

7

(36)

25

c. Tahap Konkrit-operasional (7.0 - 11.0 tahun): Pada masa ini anak-anak sudah dapat melakukan bermacam-macam tugas, misalnya tugas untuk menyusun tongkat-tongkat dan menjawab pertanyaan mengenai konservasi angka

maupun isi dengan benar.

d. Tahap Formal-oparasional ( 11.0 - dewasa): Masa ketika seorang anak memperkembangkan kemampuan kognitif untuk berfikir abstrak clan

hipotesis. Pada masa ini anak bisa memikirkan hal-hal apa yang akan atau mungkin saja terjadi.8

Dalam hubungannya dengan pendidikan Piaget mengatakan bahwa tugas guru bukan memberikan pengetahuan yang diberikan kepada anak, melainkan mencarikan, menunjukkan atau memberikan alat-alat atau cara-cara yang menimbulkan minat · serta merangsang anak untuk memecahkan atau mengatasi persoalan-persoalan sendiri. Misalnya, pada anak-anak yang baru memasuki tahap perkembangan ketiga yakni masa konkrit-operasional

guru

atau pendidik harus memabami bahwa anak ini baru mulai memperkembangkan kernampuannya berfikir logis, tetapi kernampuan berfikimya masih terikat kepada objek-objek atau aktivitas-aktivitas yang nyata. Isi pelajaran dengan sendirinya harus beriasikan objek-objek atau benda-benda yang nyata.9

8

Singgih D. Gunarsa, dasar dm1 Teori Perkembm1gan Anak, (Jakarta: Gunung Mulia, 1990),

h.146

9

(37)

26

Berdasarkan uraian diatas mengenai teori perkembangan kognitif Piaget dan hubungannya dengan dunia pendidikan, maka penggunaan media audio visual dalam pembelajaran di tingkat Madrasah Ibtidaiyah yaitu anak-anak yang berada pada tahapan konrit-operasional sangatlah tepat, karena dengan demikian guru telah melakukan upaya untuk memberikan materi yang mudah dipahami oleh siswa sesuai dengan perkembangan kognitif yang sedang dialaminya.

B. lNGATAN

1. Komponen Dasar dan Definisi dalam lngatan

Pembahasan mengenai ingatan akan difokuskan pada proses mengingat, atau bagaimana cara informasi dari luar dapat diterima dan diproduksi yang akhimya dapat berada dalam ingatan. Dengan demikian pembahasan ingatan akan bertitik pada pemrosesan informasi yang terjadi pada manusia.

Sebelum pembahasan mengenai ingatan, sangatlah penting untuk dikemukakan terlebih dahulu beberapa konsep-konsep dasar dan definisi-definisi. Hal pertama yang harus ditetapkan adalah mengenai perbedaan antara tiga komponen dasar dari pemrosesan informasi, dan bagaimana pemrosesan itu terjadi pada manusia. Ketiga komponen tersebut adalah encoding, storage dan retrieval.

Encoding mengacu pada peletakan informasi ke dalam sebuah sistem, proses

(38)

27

dipengaruhi oleh masuknya infonnasi berikutnya Rarievd mengacu pada suatu

kegiatan mendapatkan infonnasi yang telah disimpan. ':

2. Gambaran Singkat Mengenai Pemrosesan lnformll3i

Pembahasan mengenai pemrosesan infonnas1 .tl\an Gi-Jelasbn ;,esua1 ci::ngan model sistem pemrosesan infonnasi

dari

Roberta L hlatzk"]' dalarn bub:nya H=an

Mem01y Structures and Processes.

Bagan 2.1

Model Pemrosesan lnformasi dari Roberta L hlatzl..-y

Sensory Register

THE WORLD

(Stimulus Appe.trs .ind Ois.tppe.irs)

HUMAN MEMORY ウケウM[MセILA@

セMMMMMセ@

P.ittern Recognition and Attention

B =

c =

''.s for Atp!e"

Stort-Tc:m

Jn A.

10

(39)

Pada dasamya gambar tersebut memperlihatkan mengenai apa-z:;ia yang terjadi terhadap informasi berupa stimulus dari dunia nyata sebagai si.:atu prvses dari

sebuah sistem.

Pada tahap awal pemrosesan informasi stimulus disajikan, seJ01lah セョヲッイイイL。Nウゥ@

mengenai stimulus telah dicatat atau dimasukkan ke dalam sister: ケ。ョセ@ disei:iut 'Sensory register' (SR) yaitu nama yang diberikan untuk tempat pencatz:.an swtu stimulus. Disebut sensory register karena informasi yang masuk ke sisten melalui satu atau lebih dari lima panca indera yang dimiliki manusia. cloml2Si dapat bertahan di sensory register ini untuk beberapa saat yang sangat s:ngkm. semilin lama informasi berada disana akan semakin lemah, hingga akhimya noengh:iang. rtal yang menyebabkan informasi tersebut menjadi lemah disebut dengan 'decay · zrau biasa dikenal dengan istilah pembusukan, dan terjadinya pembusukan :imlah yang akhimya membatasi kapasitas pada sistem sensory register.

Disaat informasi berada di SR dimulailah proses penting, satu drantarcllya yaitu 'Pattern recognition', yaitu suatu proses yang kompleks yang merup.i.kan hasil dari hubungan yang terjadi antara informasi yang ada di SR

run

pem.eroleban pengetahuan. Oleh karena itulah suatu bentuk informasi dapat dial-ui kenJra aspek-aspek sensori dari suatu pola adalah sama dengan konsep yang berarti. Hal セ。ョァ@
(40)

29

menghadirkan suatu stimulus mungkin secara tidak langsung membutuhkan beberapa kapasitas yang terbatas. Perhatian dapat juga berarti 'memperhatikan atau memberikan perhatian kepada sesuatu', inilah arti terakhir dari perhatian yang biasa disebut dengan 'selective allention '.

lnformasi yang telah masuk dan dihadirkan dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya, yaitu 'short-term memory· atau STM. Pada tahap ini informasi disimpan dalam waktu yang singkat, kebanyakan sebagaimana yang terjadi di dalam SR. Sebuah item dalam bentuk visual pada SR akan mengalami decay atau pembusukan lebih cepat, katakanlah dalam hitungan detik, tetapi suatu item di STM mungkin dapat bertahan dalam waktu yang tidak ditentukan apabila dilakukan pengulangan yang disebut 'rehearsal'. Rehearsal melakukan pengulangan terus menerus selama berada di STM, dan hal ini akan menjaga informasi tetap bertahan, dengan demikian tidak akan terjadi pembusukan atau decay. Bagaimanapun, tanpa rehearsal, informasi dalam STM akan menghilang, sebagaiman hilang dalam SR.

(41)

30

Dengan melihat secara singkat dari sistem ini, menjadi jelas bahwa terdapat

dua perbedaan tipe dari sebuah bentuk ingatan. Mereka adalah penyimpanan ingatan,

yaitu SR, STM dan L TM. Di lain sisi telah dijelaskan juga mengenai proses-proses,

seperti proses menghadirkan sebuah stimulus, proses pengenalan terhadap suatu

stimulus yang datang, dan pengulangan informasi. Aspek-aspek ini dalam sistem

tidaklah dianggap sebagai sebuah bagian dari struktur, tetapi sebagai proses yang

sangat bervariasi dari satu stimulus ke bentuk lainnya. Oleh karena proses-proses ini

digunakan oleh manusia untuk mengontrol jalannya informasi, maka mereka disebut

dengan 'proses-proses kontrol'.

Dua bentuk proses kontrol yang sangat penting adalah pola pengenalan

(pattern recognition) dan perhatian, yang telah digambarkan sebagai sesuatu proses yang muncul antara pola pengenalan dan STM, yang bertanggung jawab untuk

mendapatkan pengenalan informasi untuk dimasukan ke dalam sistem yang lebih

tinggi tingkatannya.

Fungsi dari penyeleksian perhatian terdapat pada asumsi bahwa adanya

batasan dalam kapasitas sistem pemrosesan inforrnasi. Disetiap saat terdapat jumlah

yang luar biasa dari informasi mengenai organ sensori manusia. Terdapat beberapa

informasi penting, dan beberapa informasi yang tidak penting. Penyeleksian perhatian

menjadikan manusia melakukan pemfokusan terhadap stimulus tertentu pada

informasi yang dibutuhkan, menyaring keluar informasi yang tidak dibutuhkan.

Dengan demikian, perhatian menjamin bahwa informasi tersebut adalab infonnasi

(42)

31

Proses lain yang penting adalah pola pengenalan atau (pr:aern n-:ognzuon), yaitu proses dari pemadanan informasi sensori yang masuk dengan info:masi Yang sebelumnya telah dipelajari dan disimpan di dalam LTM Tujuan dari pola pengenalan ini adalah untuk mempermudah pemahaman. Hal IE untuk meng-.ibah

informasi mentah (seperti bentuk visual dan pendengaran), yang ;..-"Cara :danf :idak dibutuhkan oleh sistem. 11

3. Pengertian Ingatan

Mengenai definisi ingatan David Hothersall mengatakan '..>ahwa ·_ldenwry 1.1 !he ac/ of preserving whal has been acquired for later use, in m.iu!r wo·Js u ;.; the re/ention of informalion beyond the presenl. The lerm memory also r,fers 10 the

mental storage system that allows such retention, whether for afov brie( moments or

many years ".12 Definisi ini menunjukkan bahwa ingatan =rupakm a.kuvitas pemelibaran informasi yang telah di diperoleh untuk dapat digunakan, <lengan kata lain ingatan juga merujuk kepada sistem penyimpanan yang berhubungai:; dengan hal mengingat dan lupa (retensi) baik untuk jangka waktu yang e;;pat

=

benahun-tahun.

ll Ibid, Roberta L. Klatzky, h.11-15

12

(43)

4. lngatan Atkinson-Shiffrin

a. Struktur Ingatan

32

Menurut Atkinson-Shiffrin apabila dilihat dari sudut bangunannya, sistem ingatan terbagi atas tiga bagian, yaitu sensory register, short-term store (STS) dan long-term store (LTS).

Informasi yang ada dalam sensory register akan mengalami pembusukan (decay) dalamjangka waktu milidetik. Informasi dalam STS pun akan mengalami hal yang sama (pembusukan) akan tetapi dalam jangka waktu yang lebih lama yaitu detik. Sistem penyimpanan STS disebut dengan 'working memory' , dan informasi yang disimpan di STS dapat dijaga dengan cara pengulangan, tetapi pembusukan juga akan terjadi karena kurangnya pengulangan, dan informasi akan hilang dalam waktu 15-20 detik. Bagian sistem terakhir yaitu LTS. LTS merupakan jenis penyimpanan informasi yang relatif bertahan lama atau permanen. Dalam sistem L TS ini individu akan lebih terganggu dengan masuknya informasi baru (interference) dibandingkan dengan pembusukan (decay).

Pemindahan informasi (transfer) dari sensory register (yang mengalami pembusukan dalam hitungan milidetik) ke STS (yang mengalami pembusukan dalam hitungan detik) dimulai dengan pemilihan secara selektif yang ditentukan oleh individu itu sendiri. Menurutnya, informasi tidak ditransfer secara langsung dari sensory register ke L TS, tetapi akan dilakukan penyesuaian item di sens01y register

(44)

Mengenai struktur ingatan Atkinson-Shiffrin dapat dilihat dalam bagan

b 'k en 'Ut: -[1

Bagan 2.2: Struktur ingatan. Dari Atkinson-Shiffrin, 1968.

r

-Hilang dari SR

I

EKSTERi"IAL INPUT

SENSORY REGISTER

Visual

SHORT-TERM STORE (STS)

r -

Auditory

Verbal

Hilang dari STS

I

Linguistik

_ セセセセセMMMセMMセM (A.V.Ll MセMM

.. セ@.

.,---'

Decay, Interference, and Loss of Strength in LTS

A.V.L

i i

LONG-TERM STORE

Visual Lain-

I ...

lain

I

b. Proses Kontrol dalam lngatan Atkinson-Shiffrin

! I

Temporal

I

'

I

I

Menurut Atkinson-Shiffrin, transfer (pemindahan) informasi dari STS i:e

L TS merupakan fungsi utama dari proses kontroL Sepanjang proses transfer pa.:ia materi yang ada di STS, proses kontrol memiliki kebebasan untuk memilib diantara

13

Laird S. Cermak, Human Memory: Research and Theory, (USA: Ronald Press Ccmpany.

(45)

34

altematif cara yang ada. Proses pengelompokan, chunking, mnemonic dz• !a1:nya digunakan sebagai proses kontrol. Semenjak proses kontrol didasarkan r.lda 5.la!U set, harapan dan pengalaman utama, beberapa item dari informas1 mer::Jik1

kemungkinan besar untuk ditransfer sebelum terjadi pembusukan.

Proses kontrol bekerja dalam setiap struktur komponen dari siste:::i m:-'tan dan antara tiap struktur komponen sistem ingatan tersebut. Di sensory reg 1s:a. p:ose:, kontrol yang pertama adalah memutuskan informasi apa yang akan diha::1rka:. dan

dimana informasi tersebut akan diletakkan di sistem ingatan.14

c. Model lngatan Atkinson-Shiffrin

Atkinson-Shiffrin mengatakan bahwa SIS memiliki dua fungsi , y11tu:

I. Bertindak sebagai penyangga antara sensory register dan L TS dtngan cara mengulang secara alami.

2. Bertindak sebagai pemroses informasi, yang mana suatu item am meiewan beberapa tingkat mulai dari pengkodean sampai dibuatnya menetar dan menjadi bagian dari L TS. 15

Jika suatu perhatian dipusatkan pada salah satu dari dua fungsi ini rnakz akan membuktikan terjadinya kerusakan atas lainnya. Hal ini dapat dilihat dfilam ti-agan berikut:

14

Ibid, h.198-199

15

(46)

Bagan 2.3:

Rehearsal Buffer dan Hubungannya dengan sistem ingatan. Dari Atkinson-Shiffrin, 1968.

EXTERNAL INPUT

i

セ@ SENSORY REGISTER

.-H-il-a-ng-da_r_i ⦅s⦅rMセi@

I

Hilang dari STS

I

STS

+

REHEARSAL BUFFER

Slot I

Slot 2

Slot 3

Slotr

t

LTS

(Decay, Interference, Loss of Strength, etc.)

35

(47)

36

pengkodean di STS, tanda panah lainnya menunjukkan bahwa item-item dapat menggeser keluar item yang dari STS dikarenakan masuknya item baru

(interference), pembususkan (decay) dan hilangnnya kekuatan dari item (loss of

I 16

strengl 1).

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Ingatan

Dalam membahas tentang ingatan perlu dikemukakan pula faktor-faktor yang mempengaruhi ingatan manusia. Menurut Howard ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemudahan proses mengingat, yaitu:

a. Meaningfulness

Materi-materi yang berarti atau sudah pernah dipelajari dan dimengerti akan lebih mudah untuk diingat kembali daripada materi-materi yang kurang atau tidak berarti dan belum pernah dipelajari. Misalnya kita akan lebih sulit menghafal 10 buah kata-kata yang tidak berarti seperti "wuki", "sakaf' dan yang sejenisnya, daripada menghafal 10 buah kata yang berarti seperti meja,

kursi, rumah dan nama benda lainnya.

b. Over/earning

Materi-materi yang dipelajari berulang kali akan lebih mudah diingat dan sukar dilupakan. Misal suatu sajak yang dipelajari sebanyak 10 kali akan lebih mudah diingat daripada jika dipelajari sebanyak tiga kali.

16 Ibid,

(48)

37

c. Distribution of practice

Materi-materi yang dipelajari secara sebagian-sebagian akan lebih mudah

diingat daripada yang dipelajari secara keseluruhan sekaligus. Contoh sebuah

sajak yang terdiri atas empat bait akan lebih mudah diingat jika dipelajari

dengan cara setelah hafal satu bait, baru menghafalkan bait berikutnya dan

akhirnya keseluruhan sajak itu daripada menghafal seluruh sajak itu dengan

dibaca berulang kali dari bait pertama hingga bait terakhir sekaligus.

d. 71ze influence of set

Hal-hal tertentu yang terdapat dalam diri seseorang dapat pula mempengaruhi

proses ingatannya. Prasangka, perasaan suka atau tidak suka, perasaan senang

atau tidak senang, dan setuju atau tidak setuju, secara nyata akan

mempengaruhi isi dan materi yang dipelajari. Selain itu pula temyata

orang-orang yang belajar dengan mempunyai suatu tujuan akan dapat mengingat

Jebih baik daripada belajar tanpa suatu tujuan tertentu. Contoh: seorang yang

menyenangi seni musik akan lebih mudah mempelajari dan mengingat sebuah

lagu daripada orang yang tidak menyenangi musik.

e. Rate of Learning

Jika waktu yang tersedia untuk mengingat suatu materi cukup panjang, maka

orang-orang yang cepat dalam mengingat akan lebih mampu mengingat lebih

lama. Jadi terdapat perbedaan individual dalam kemampuan mengingat.

Bila materi yang hams diingat lebih kompleks atau sulit, maka orang-orang

(49)

38

Iambat mengingat. Tetapi bila materi yang hams diingat tidak begitu sulit, orang-orang yang Iambat dalam mengingat akan Iebih lama menetap dibandingkan dengan orang-orang yang cepat dalam proses mengingat. Hal

ini disebabkan oleh karena dalam proses mengingatnya yang Iambat tersebut, cenderung terjadi penggolongan-penggolongan yang akan menambah kuatnya suatu hal yang dipertahankan dalam ingatan.

f

Affectively tone material

Materi-materi yang menyenangkan temyata akan dapat diingat Iebih baik oleh seseorang daripada bila materi-materi tersebut tidak menyenangkan. Sedangkan materi-materi yang tidak menyenangkan akan diingat Iebih baik daripada materi-materi yang netral sifatnya. Misal: nama dari orang yang sangat disenangi akan lebih dapat diingat daripada nama dari orang yang tidak disenangi, dan kejadian yang sangat menjengkelkan akan lebih dapat diingat daripada kejadian yang biasa dialami sehari-hari.

g. Forgetting during sleep

(50)

39

bahan pelajaran, pada saat kemudian ia terjaga kembili, ia masih dajE mengingat bahan pelajaran tersebut Jebih banyak Caripad! jika dalam jangl-:a waktu itu ia tidak tidur.17

6. Pengukuran lngatan Manusia

Untuk mengetahui seberapa banyak informasi yang <lapat illingz: kemh!.li oleiJ. seseorang ada beberapa jenis pengukuran. yaitu :

a. Recall

Mengulang kembali dapat diartikan sebagai kerEampu-'.n se;corang unn.k mengingat infonnasi yang dikehendaki ketika ia berha<lapan dengm tanea ケセ@

berhubungan, tanda tersebut dinamakan cue, probe, pointer. prompt.

Mengenai pengertian recall terdapat banyak defini.si yang dikemukabn oldl beberapa tokoh, beberapa diantaranya ialah sebagai berikut :

Morgan mengatakan bahwa: "Jn the recall rr:ethod the subjea mwt

reproduce, with a minimum of cues some thing that has been lecnzed m the '!'GS/ ··A

Leo Postman & James P. Egan mengemukakan : "It is rhe sur.1ec1 J>.1sk arnvity 110

17

Howard L. Kingsley, The Nahire mid Conditions of Leamirg, (Ne,. York Prentic..-Hall. 1946), h.464

18

Clifford T. Morgan , et.al., Introduction to Psychology, (Ko;akusht. McG:aw-HilL l 97l ).

(51)

40

reproduce the correct re.1ponses, which he has acquired during the period of

learning". 19

Menurut The Penguin Dictionary of Psychology, recall berarti : "A method of measuring retention or the rote of forgetling of items recalled afier various

inten1al of time since this were learned". 20

Dari definisi-definisi tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasamya recall terkandung pengertian adanya kegiatan dari individu untuk

mereproduksikan ha! yang sudah pemah diterima atau dipelajari sebelumnya.

Menurut Adams, recall mempunyai dua bentuk, yaitu recall bebas dan recall serial.21 Pada recall bebas, dalam percobaannya subyek diminta untuk menyebutkan atau menuliskan kembali materi yang telah diterimanya menurut urutan yang tidak perlu sama dengan urutan ketika stimulus tersebut diberikan. Sedangkan pada recall serial individu diminta untuk menyebutkan atau menuliskan kembali hal yang telah didengar atau dilihatnya dengan urutan yang sama seperti ketika stimulus diberikan.

19

Leo Postman, et.al.,, Experimental Psychology an Introduction, (New York: Harper &

Brothers Publisher, 1949), h. 352-354

'0 James Drever, The Penguin Dictionary of Psychology, (Great Britain: Penguin Books,

1978), h.241

21

(52)

41

b. Recognition

Mengenal kembali dapat diartikan sebagai usaha seseorang untuk mengingat informasi yang dikehendaki ketika ia berhadapan langsung dengan objek yang pernah dilihat, didengar atau dibaca sebelumnya dan sudah dikenal.

Meskipun recall dan recognition merupakan dua bentuk metode dasar dalam mengukur ingatan, namun keduanya tidak sama. Temyata recall lebih sulit daripada recognition.22 Dua orang psikolog bemama Geoffrey dan Elizabeth Loftus,

memberikan penjelasan mengenai hal tersebut:

1) Orang membutuhkan satu infonnasi yang lengkap agar dapat mengulang secara baik (recall), tetapi untuk dapat mengenal kembali (recognition) hanya dibutuhkan sebagian infonnasi tersebut.

2) Untuk mengulang kembali (recall), tampaknya memerlukan dua strategi, yaitu: a) Mencari ingatan untuk menentukan tempat infonnasi yang diperlukan. b) Satu tes pengenalan yang sederhana yaitu: "Apakah materi itu cukup dikenal dengan baik?". Selama terjadi proses pengenalan kembali, infonnasi sudab ada di depan anda, sehingga anda tidak perlu mencari-cari, dan anda cukup mengajukan tes pengenalan saja.

3) Faktor kesempatan dapat memperbaiki nilai seseorang pada tes pengenalan (recognition). Pada tes benar-salah misalnya, faktor dugaan menghasilkan separuh jawaban yang benar. Dugaan yang hanya berdasarkan infonnasi yang

22

Abd. Rachman Abrar, Psiko/ogi Pendidikan, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993), Cet. ke-4,

(53)

42

sedikit ini telah mempunyai kekuatan. Faktor kesempatan hampir tidak menimbulkan efek pada tugas mengulang.23

c. Savings (penghematan)

Dengan cara ini subyek diminta untuk mempelajari bahan tertentu (misalnya sebuah lagu barn). Banyaknya mengulangi atau banyaknya waktu yang dibutuhkan subyek untuk dapat menghafal lagu tersebut tanpa kesalahan akan dihitung jumlahnya. Setelah beberapa waktu kemudian bahan yang sama tersebut diberikan lagi untuk dipelajari atau dihafal kembali, dan banyaknya pengulangan atau waktu yang dibutuhkan subyek untuk dapat menghafal kembali bahan tersebut dihitung dan di ca tat.

Banyaknya mengulangi atau waktu yang dibutuhkan oleh subyek untuk dapat menghafal kembali yang kedua kalinya ini, adalah lebih sedikit dibandingkan dengan banyaknya mengulangi atau waktu yang dibutuhkan pada saat pertama kali subyek mempelajari hingga hafal bahan tersebut.

Dengan demikian., dalam ha! ini telah terjadi penghematan (savings) dalam ha! banyaknya pengulangan atau waktu. Adanya penghematan tersebut menunjukkan bahwa pada saat subyek diberikan bahan yang kedua kalinya untuk dipelajari, ada

23

(54)

43

sebagian dari bahan tersebut yang masih diingat oleh subyel Serr-ilin !:=yak bagian yang masih dapat diingat oleh subyek semakin besar pula sa·.ings •.ang tcrjadi-='

C. MEDIA AUDIO VISUAL

I. Pengertian

a. Media

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakz:i beu:uk jaoak dan kati: medium yang secara harfiah kata media memiliki arti ·pe:anw.o· ataL pengJnlar atau 'penyalur '.25 Dengan demikian, media pendidikan ::ierumkan Jat penya!UI pesan yang digunakan guru dalam melaksanakan pencdika?. di ""kolah ァオョセ@

mencapai tujuan pendidikan yang dirumuskan.

Media menurut Yusuf Hadi Miarso adalah Bウ・セャ。@ =uatu yang dapa1 digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatun atou kemauan s1swa_ sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar bagi din sisv.a··. 26

Sedangkan Umar Suwito memberikan batasan meerra pendidilran merupakari "sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara daiam p:oses pembelajaran

24

Clifford T. Morgan, Ibid, h.161 25

Pawit M. Yusuf, Komunikasi Pendidikan dan Komunikasi Jnnruksimal, (Bmdung: PT.

Remaja Rosdakarya, 1990), h. 71-72

26

(55)

untuk lebih mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam mencapai tujlli.'.l d "d"k 27

pen 1 1 ·an.

Association for Educalion and Communication Technology . .\EC-:-i

mendefinisikan media yaitu segala bentuk yang dipergunakan untuk suati.: pros...o.s penyaluran informasi.28

Agak berbeda dengan itu semua adalah batasan yang diberikan oleh . .\sosi;:s1 Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA). Dikatakan bahwa meG.a adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visu:c_J se:--ca peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, diden:i(ar Cln dibaca.29

Dari beberapa pengertian tersebut, penulis menyimpulkan bahwa maksud Gill

media pembelajaran adalah semua alat yang dapat digunakan dalam menyalurbn pesan kepada penerima pesan baik berupa alat-alat atau benda yang bersrfat fork

maupun bentuk-bentuk komunikasi yang tercetak, audio visual, sehingga dapat digunakan sebagai sarana dan perangsang pikiran, perasaan, perhatian dan = t

27

Umar Suwito, Tekno/ogi Kom1111ikasi untuk Pendidikan, (Yogyakarta: !KIP Yognkarta.

1978), h.13

28

Basyirudin Usman, et.al., Media pembelajaran., (Jakarta: Delia Citra Utama, 200:), cet

ke-1. h.11

29 Arief S. Sadiman, et.al., Media Pe11didika11: Pengertian, Pe11gemba11ga11 dan

(56)

45

siswa di dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud untuk lebih mempertinggi efektivitas dan efisie.nsi dalam mencapai tujuan pendidikan.

Berdasarkan uraian beberapa batasan tentang media diatas, berikut dikemukakan ciri-ciri um um yang terkandung pada setiap batasan itu.

I) Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware ( perangkat keras ), yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar atau diraba dengan panca indera.

2) Media pendidikan memiliki pengertian non fisik yang dikenal sebagai sofiware

Gambar

Tabel 3.1 : Kontrol Variabel

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Survei Demografi Kesehatan tahun 1997 partus lama merupakan penyebab kematian ibu dan bayi yang utama disusul oleh perdarahan, infeksi, dan eklampsi.. Dimana

singkat sebagaimana dipaparkan di atas, tampak bahwa hipotesis yang diajukan yakni yang berkenan dengan upaya yang dilakukan guru pembelajaran dalam meningkatkan

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengidentifikasi suatu kawasan perairan pantai yang merupakan lokasi habitat induk udang, khususnya udang windu (Panaeus monodon) ,

Rasio yang kecil menunjukkan bahwa sedikitnya aset perusahaan yang dibiayai oleh hutang (dengan kata lain bahwa sebagian besar aset yang dimiliki perusahaan

perekonomian rakyatnya bergerak sendiri Republik China (Taiwan) yang menganut tanpa re gul asi dan campur tang an sistem demokrasi dan anti komunis juga pemerintah dimanadan

Hasil penelitian Naimah dan Utama (2006:19) menunjukkan bahwa pada perusahaan-perusahaan besar, semakin banyak informasi non-akuntansi yang tersedia sepanjang tahun,

Hal ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan jamur pelapuk tersebut dalam mendegradasi serasah kakao dengan melihat indikatornya yaitu pertumbuhan jamur pada

Hubungan Self efficacy, Dan Motivasi Berprestasi Dengan Kecemasan Mahasiswa Yang Sedang Mengerjakan Skripsi. Metode analisis data menggunakan analisis regresi linier