A. Latar Belakang
Kecemasan adalah hal yang normal di dalam kehidupan karena
kecemasan sangat dibutuhkan sebagai pertanda akan bahaya yang
mengancam. Namun ketika kecemasan terjadi terus-menerus, tidak rasional
dan intensitasnya meningkat, maka kecemasan dapat mengganggu aktivitas
sehari-hari dan disebut sebagai gangguan kecemasan (ADAA, 2014).
Menurut Keliat dkk (2011) Kecemasan (ansietas) adalah suatu perasaan
was-was seakan sesuatu yang buruk akan terjadi dan merasa tidak nyaman
seakan ada ancaman yang disertai gejala-gejala fisik seperti jantung
berdebar-debar, keringat dingin dan tangan gemetar.
Gangguan kecemasan adalah salah satu gangguan mental yang umum
dengan prevalensi seumur hidup yaitu 16%-29% (Katz, et al., 2013).
Dilaporkan bahwa perkiraan gangguan kecemasan pada dewasa muda di
Amerika adalah sekitar 18,1% atau sekitar 42 juta orang hidup dengan
gangguan kecemasan, seperti gangguan panik, gangguan obsesiv-kompulsif,
gangguan stres pasca trauma, gangguan kecemasan umum dan fobia
(Duckworth, 2013). Sedangkan gangguan kecemasan terkait jenis kelamin
dilaporkan bahwa prevalensi gangguan kecemasan seumur hidup pada
wanita sebesar 60% lebih tinggi dibandingkan pria (NIMH dalam Donner &
Gangguan ansietas merupakan kelompok gangguan psikiatri yang
paling sering ditemukan. National comorbidity study melaporkan bahwa
satu di antara empat orang memenuhi kriteria untuk sedikitnya satu
gangguan ansietas (Kaplan, 2007). Ansietas dapat terjadi pada semua umur dengan stresor yang berbeda-beda. Gangguan ansietas merupakan gangguan
diagnosis klinis yang paling umum dialami oleh remaja (Degnan, 2010).
Gangguan ansietas mempengaruhi 6% sampai 20% anak-anak dan remaja di
negara maju (Dabkowska, 2011).
Riskesdas (2013) menyebutkan prevalensi kecemasan pada penduduk
Indonesia diperkirakan 20% dari populasi dunia dan sebanyak 47,7% remaja
merasa cemas. Saat ini lebih dari 450 juta penduduk dunia hidup dengan
gangguan jiwa. Terjadi penurunan prevalensi gangguan emosional seperti
gangguan kecemasan dari 11,6% tahun 2007 menjadi 6,0% tahun 2013 dari
populasi orang dewasa.Terkait dengan mahasiswa dilaporkan bahwa 25%
mahasiswa mengalami cemas ringan, 60% mengalami cemas sedang, dan
15% mengalami cemas berat. Berdasarkan hasil penelitian tersebut
diketahui bahwa setiap orang dapat mengalami kecemasan baik cemas
ringan, sedang atau berat (Suyamto, et al., 2009). Peserta didik termasuk di
dalamnya mahasiswa banyak mengalami peristiwa yang mungkin
menimbulkan kecemasan, misalnya dalam penyusunan OSCE (Fausiah,
2008).
medis di dunia rata-rata mencapai 80% (Lyndon, 2014).Kaplan (2006)
menyatakan bahwa faktor penyebab kecemasan (ansietas) yaitu faktor
internal (individu) dan eksternal (lingkungan). Faktor internal berkaitan
dengan individu termasuk sikap dan ciri kepribadian misalnya jenis
kelamin, usia, kurang memahami dan menguasai materi yang ditulis
sedangkan faktor eksternal dimana faktor ini berasal dari luar individu,
misalnya seperti tuntutan pekerjaan atau tugas akademik dan skill lab
(OSCE), hubungan mahasiswa dengan lingkungan, dosen pembimbing, IQ,
orang tua dan keluarga.
Self efficacy adalah keyakinan seseorang dalam kemampuannya untuk
melakukan suatu bentuk kontrol terhadap fungsi orang itu sendiri dan
kejadian dalam lingkungan. Self efficacy sebagai penentu bagaimana orang
merasa, berfikir, memotivasi diri, dan berperilaku (bandura,dalam jess feist
& feist, 2010). Self efficacy adalah keyakinan atas kemampuan diri sendiri
sehingga dalam tindakannya mahasiswa tidak terlalu cemas, merasa bebas
untuk melakukan hal-hal yang sesuai keinginan dan bertanggung jawab atas
perbuatannya, sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, serta memiliki
dorongan berprestasi sekaligus dapat mengenal kelebihan dan kekurangan
diri sendiri (Lauster, 2003).
Penelitian yang dilakukan oleh Mega (2004) didapatkan hasil analisis
data hubungan antara self efficacy dan kecemasan menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh self efficacy terhadap kecemasan. Hal tersebut
mucul ketika mahasiswa mendapat kesulitan yang hampir tidak biasa.
Kesulitan-kesulitan tersebut akan mampu diatasi jika mahasiswa memiliki
self efficacy yang tinggi. Mahasiswa yang mampu mengatasi kesulitan yang
muncul maka mahasiswa tersebut semakin tidak cemas.
Mahasiswa keperawatan merupakan seorang calon perawat
professional yang akan melaksanakan asuhan keperawatan di Pelayanan
kesehatan. Pada hasil penelitian Rizka (2009) dikatakan bahwa terdapat
hubungan antara kecemasan dengan prestasi belajar pada remaja. Sebanyak
33,3% remaja mengalami kecemasan sedang dan sebanyak 66,7%
mengalami kecemasan ringan. Remaja yang mengalami kecemasan sedang
cenderung mempunyai nilai prestasi belajar yang kurang baik dibandingkan
dengan remaja yang mengalami kecemasan ringan.
Menurut Atkinson (2001) kecemasan ditimbulkan oleh faktor
eksternal dari pada faktor internal. Faktor eksternal dapat datang dari fisik,
sosial, dan ekonomi. Sedangkan faktor internal berhubungan dengan
kondisi psikologis individu yang bersangkutan. Kecemasan bisa muncul
diakibatkan karena pengalaman yang pernah dilakukan melihat dan
merasakan bagaimana ujian atau OSCE ini berlangsung sehingga
menimbulkan kekawatiran dalam diri yang berujung pada kecemasan.
Selanjutnya beban pembelajaran laboratoruium pada mahasiswa D3
cenderung lebih tinggi dibandingkan mahasiswa keperawatan S1. Sehingga
dalam penelitian ini responden diambil dari mahasiswa keperawatan D3
D3 dari pada mahasiswa S1 mengingat OSCE lebih banyak dilakukan pada
mahasiswa D3.
Seorang yang mengalami kecemasan merasa bahwa dirinya tidak
dapat mengendalikan situasi kehidupan yang bermacam-macam sehingga
perasaan cemas hampir selalu hadir. Perasaan tidak berdaya umumnya
dialami para mahasiswa, terutama yang akan menghadapi ujian. Hal berbeda
jika mahasiswa memiliki kepercayaan diri yang tinggi, mahasiswa tidak
ragu-ragu, tidak takut dan optimis dalam menghadapi ujian. Jadi salah satu
cara untuk menggali potensi yang ada di dalam diri, mahasiswa perlu
memiliki kepercayaan diri yang tinggi agar dapat mengurangi kecemasan
yang berkaitan dengan melakukan ujian OSCE, sehingga dapat
menyelesaikan ujian OSCE dengan baik.
Hasil penelitian Rahayu (2013) menunjukkan bahwa: Terdapat
hubungan negatif yang signifikan antara self efficacy dengan kecemasan
menghadapi ujian. Mahasiswa dengan kepercayaan diri tinggi cenderung
memiliki kecemasan menghadapi ujian yang rendah. Sebaliknya mahasiswa
dengan kepercayaan diri rendah cenderung memiliki kecemasan
menghadapi ujian yang lebih tinggi. Hasil penelitian yang di lakukan oleh
Kristanto (2014) menggunakan Skala Kepercayaan Diri berdasarkan teori
Lauster dan Skala Kecemasan berdasarkan teori Bakar. Diperoleh hasil ada
hubungan negatif yang signifikan antara kepercayaan diri dan kecemasan
dalam menyusun proposal skripsi Mahasiswa Program Studi S1 Bimbingan
Satya Wacana Salatiga dengan koefisien korelasi r = - 0,274** pada p =
0,002 < 0,01.
Hasil penelitian yang dilakukan Rizka (2009) dikatakan bahwa
terdapat kecemasan menghadapi OSCE berpengaruh dalam nilai prestasi
belajar sebanyak 33,3% mahasiswa mengalami kecemasan sedang dan 66,7
% mengalami kecemasan ringan. Nilai mahasiswa yang memiliki
kecemasan sedang dalam menghadapi OSCE dibandingkan dengan
mahasiswa yang mengalami kecemasan ringan.
Hasil survey pendahuluan dengan metode wawancara dengan 10
mahasiswa D3 Keperawatan semester 4 Fikes UMP terdapat beberapa jenis
tanggapan ketika diwawancarai mengenai apakah mahasiswa merasa panik,
takut, dan cemas dalam melakukan ujian OSCE. Ada yang menjawab
cemas, khawatir, ada yang merasa kebingungan bagaimana OSCE di
laksanakan. Saat ditanya apakah yakin dengan kemampuan diri dalam
melakukan ujian OSCE jawaban mahasiswa bervariasi. Ada yang menjawab
yakin seratus persen, ada yang menjawab ragu-ragu. Selanjutnya ketika
ditanya bagaimana suasana hati dalam melakukan ujian OSCE, ada yang
merasa gelisah, panik dalam menyiapkan semuanya, dan yang merasa salah
tingkah, ada yang biasa-biasa saja.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti tertarik untuk
kecemasan menghadapi OSCE pada mahasiswa D3 keperawatan semester 4
FIKES UMP”.
B. Rumusan Masalah
Seorang yang mengalami kecemasan merasa bahwa dirinya tidak
dapat mengendalikan situasi kehidupan yang bermacam-macam sehingga
perasaan cemas hampir selalu hadir. Dengan kecemasan yang tidak dapat di
kendalikan itu perlu adanya keyakinan diri, keyakinan tersebut membuatnya
merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya.
Masalah dalam penelitian ini adalah : Adakah hubungan self efficacy
dengan tingkat kecemasan menghadapi OSCE pada mahasiswa D3
keperawatan semester 4 FIKES UMP?.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan self efficacy dengan tingkat
kecemasan menghadapi OSCE pada mahasiswa D3 keperawatan
semester 4 FIKES UMP.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan karakteristik mahasiswa D3 keperawatan semester 4
b. Mendeskripsikan tingkat self efficacy pada mahasiswa D3
keperawatan semester 4 FIKES UMP.
c. Mendeskripsikan tingkat kecemasan dalam menghadapi OSCE pada
mahasiswa D3 keperawatan semester 4 FIKES UMP.
d. Menganalisis hubungan self efficacy dengan tingkat kecemasan
menghadapi OSCE pada mahasiswa D3 keperawatan semester 4
FIKES UMP.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dalam penelitian ini yaitu untuk memberikan
landasan bagi para peneliti lain dalam melakukan penelitian lain yang
sejenis dalam rangka meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
keperawatan, dalam hal ini adalah menurunkan kecemasan pada
mahasiswa dalam menghadapi OSCE.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Tempat Penelitian
Memberikan sumbangan pemikiran bagi kampus dalam rangka
meningkatkan kualitas mahasiswa dalam pelaksanaan OSCE sehingga
mahasiswa bisa mendapatkan hasil yang memuaskan.
b. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan wawasan terutama yang berkaitan
kecemasan menghadapi OSCE pada mahasiswa D3 keperawatan
semester 4 FIKES UMP.
c. Bagi Responden
Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi responden
sebagai informasi dan gambaran tentang hubungan self efficacy
dengan tingkat kecemasan menghadapi OSCE pada mahasiswa D3
keperawatan semester 4 FIKES UMP.
d. Bagi ilmu pengetahuan
Sebagai tambahan pustaka dalam meningkatkan ilmu pengetahuan
khususnya terkait hubungan self efficacy dengan tingkat kecemasan
menghadapi OSCE pada mahasiswa. Dan sebagai acuan bagi peneliti
selanjutnya yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai kecemasan pada
mahasiswa.
e. Bagi perawat
Memperluas wawasan bagi perawat dalam upaya mengurangi
kecemasan mahasiswa dalam pelaksanaan OSCE sehingga harapannya
mahasiswa bisa melaksanakan OSCE dengan suka cita tanpa beban.
E. Penelitian Terkait
Tabel 1.1.Keaslian penelitian
No Nama Judul
Penelitian Metode Penelitian Hasil
Persamaan dan Perbedaan 1. Rahmawati
Sri Praptinings ih (2016).
Kecemasan Mahasiswa Menghadapi Objective
Penelitian ini
merupakan
penelitian deskriptif kuantitatif dengan
Kecemasan skor
dalam penelitian ini adalah sekitar 73-141, dengan rata-rata
ODONTO Dental Journal
Volume 3. Nomer 2. Desember 2016
Structural Clinicalexami nation (Osce)
cross sectional metode,. Sampel diambil dari semua siswa kelas II dan III sebanyak 135
siswa yang
berpartisipasi dalam OSCE. uji statistik dengan
menggunakan uji korelasi Product Moment Pearson
100,66
dan standar deviasi 12,55, sedangkan
nilai OSCE
menunjukkan skor terendah adalah 40 dan yang tertinggi adalah 92 dengan rata-rata 71,5; standar deviasi 10,52 dan probabilitas> 0,001 (0,396> 0,01).
dan lokasi penelitian. Dan persamaan dengan penelitian ini adalah topik penelitian yaitu membahas tentang pencegahan menghadapi osce
2. Mega Isvandiana Purnamasa ri (2014)
Hubungan Self efficacy, Dan Motivasi Berprestasi Dengan Kecemasan Mahasiswa Yang Sedang Mengerjakan Skripsi.
Metode analisis data menggunakan analisis regresi linier dengan metode stepwise dan perhitungan menggunakan program SPSS.
Hasil penelitian menunjukkan
sumbangan efektif variabel self efficacy dan motivasi berprestasi secara bersama-sama terhadap kecemasan mahasiswa
mengerjakan skripsi sebesar 20,8%.3) Hasil penelitian menunjukkan
sumbangan efektif variabel self efficacy terhadap kecemasan mahasiswa
mengerjakan skripsi sebesar 16,4%. 4). Hasil penelitian menunjukkan
sumbangan efektif variabel motivasi berprestasi terhadap kecemasan
mahasiswa
Mengerjakan skripsi sebesar 13,9%.
Adapun perbedaan dengan penelitian ini adalah judul, metode penelitian dan lokasi penelitian. Dan persamaan dengan penelitian ini adalah topik penelitian yaitu membahas tentang Self efficacy dan kecemasan.
3. Pindho Hary Kristanto (2014) Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Kecemasan Dalam Menyusun Proposal Skripsi
Subyek penelitian 90 mahasiswa Program Studi S1 Bimbingan dan Konseling
Angkatan Tahun Akademik 2010. Digunakan Skala Kepercayaan Diri berdasarkan teori Lauster dan Skala Kecemasan
berdasarkan teori Bakar
Diperoleh hasil ada hubungan negatif yang signifikan antara kepercayaan diri dan kecemasan dalam menyusun proposal skripsi Mahasiswa Program Studi S1 Bimbingan dan Konseling Angkatan Tahun Akademik 2010, FKIP - Universitas Kristen Satya
Adapun perbedaan dengan penelitian ini adalah judul, metode penelitian dan lokasi penelitian. Dan persamaan dengan penelitian ini adalah topik penelitian yaitu membahas tentang
Wacana Salatiga dengan koefisien korelasi r = - 0,274** pada p = 0,002 < 0,01.
4 Ripniatin Darmining Rahayu (2013)
Hubungan Kepercayaan Diri Dan Dukungan Sosial Dengan Kecemasan Mahasiswa Menghadapi Ujian OSCE
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa D3 Kebidanan semester II di Kampus III Politeknik
Kesehatan
Surakarta yang akan menghadapi ujian akhir semester pada bulan Juni
2013 yang
berjumlah 114 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kepercayaan diri dengan kecemasan
menghadapi ujian. (2)Terdapat
hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial dengan kecemasan
menghadapi ujian. (3) Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kepercayaan diri dan dukungan sosial dengan kecemasan menghadapi ujian.
Adapun perbedaan dengan penelitian ini adalah judul, metode penelitian dan lokasi penelitian. Dan persamaan dengan penelitian ini adalah topik penelitian yaitu membahas tentang
menurunkan kecemasan
Menghadapi Ujian OSCE
5 Che‟an Ahmad (2009). ICI9-Internation alConferen ceonInfor mation;Ku alaLumpur ,12– 13August2 009 Assessing Nursing Clinical Skills Performance Using Objective Structured Clinical Examination (OSCE) for Open Distance Learning Students in Open
University Malaysia
Metode penelitian cross sectional digunakan dalam penelitian ini. Ada 5 stasiun Objective Structured Clinical Examination. Para peneliti
menganalisis tingkat kompetensi dari keseluruhan skor distribusi dengan
menggunakan daftar periksa
Temuan
menunjukkan bahwa 43 (14%) perawat memiliki tingkat empat kompetensi, yang
mengindikasikan bahwa mereka dapat melakukan tugas dengan benar dan lengkap. Namun, 36 (12%) gagal dalam OSCE, meskipun perawat ini memiliki pengalaman lebih dari sepuluh tahun dan memiliki kualifikasi dasar. Diantaranya adalah instruktur klinis dan manajer perawat yang memberikan
implikasi serius bagi institusi dan layanan
keperawatan. Temuan menunjukkan bahwa peruntukan,
spesialisasi saat ini dan pusat OSCE memiliki hubungan dengan tingkat kompetensi
6 Michael T Brannick (2011).
Medical Education 2011: 45: 1181–1189
doi:10.11 11/j.1365-2923.201 1.04075.x Asystematicre viewoftherelia bilityofobjecti ve structured clinical examinationsc ores
Estimasi reliabilitas OSCE (koefisien koefisien alpha dan generalisability) yang dihitung baik di seberang stasiun atau di antara item
dalam stasiun.
Coder mencatat
informasi tentang masing-masing
studi secara
independen.
Meta-analisis dari
literatur yang
tersedia dihitung dan sumber varians sistematis dalam perkiraan diperiksa
Sebanyak 188 nilai alpha dari 39
penelitian dikodekan. Alfa keseluruhan (ringkasan) di seluruh stasiun adalah 0,66 (interval kepercayaan 95% [CI] 0,62-0,70); keseluruhan alpha di dalam stasiun melintasi item adalah 0,78 (95% CI 0,73-0,82). Keterampilan interpersonal dievaluasi dengan kurang andal di seluruh stasiun dan lebih andal di dalam stasiun dibandingkan dengan keterampilan klinis