• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek intervensi tempe terhadap profil lipid, superoksida dismutase, ldl teroksidasi dan malondialdehyde pada wanita menopause

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek intervensi tempe terhadap profil lipid, superoksida dismutase, ldl teroksidasi dan malondialdehyde pada wanita menopause"

Copied!
327
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK INTERVENSI TEMPE TERHADAP PROFIL LIPID,

SUPEROKSIDA DISMUTASE, LDL TEROKSIDASI DAN

MALONDIALDEHYDE PADA WANITA MENOPAUSE

DIAH MULYAWATI UTARI

I 061060051

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

2

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi “Efek Intervensi Tempe terhadap Profil Lipid, Superoksida Dismutase, LDL Teroksidasi dan Malondialdehyde pada Wanita Menopause” adalah karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Juli 2011

(3)

3

ABSTRACT

DIAH MULYAWATI UTARI. The Effect of Tempeh Intervention on Lipid Profile, Superoxide Dismutase, Ox-LDL and Malondialdehyde in Postmenopausal Women.

Under direction of RIMBAWAN, HADI RIYADI, MUHILAL,

PURWANTYASTUTI.

Menopause is physiological condition in women where the function of ovaries is declining thus causing reduction of estrogen hormone production. The reduction of estrogen production may cause the destruction of lipid metabolism hence worsening the profile of blood lipid and lipid oxidation in the body. If this problem continues, further condition that we should be aware of is coronary heart disease (CHD). Lipid in the body is very prone to oxidation, with the result lipid peroxidation and marked with increase of malondialdehyde (MDA). Lipid, especially the K-LDL is the main target of oxidation that often called as Ox-LDL. Superoxide dismutase (SOD) enzyme is an antioxidant that acts as the primary defense against the process of oxidation in the body. The urgency in understanding about the correlation between consumption of soybean and its product with heart disease in women is due to this disease is the main cause of morbidity and mortality in menopause women. Tempeh is the most popular Indonesian traditional food made of soybean through the fermentation process. The fermentation process causes the increase of amino acid, fatty acid and the total of isoflavon in tempeh is much higher in the soybean. This research is aimed to study the effect of tempeh intervention toward the changes in lipid profile (total cholesterol, K-LDL, K-HDL, TGA), the SOD activity, and MDA in menopause women. The study design is using 2x4 weeks cross-over parallel group, randomized control trial with washout and it has received approval from the Research Ethical Commission, Board of National Health Research and Development, Ministry of Health, Number LB.03.04/KE/6693/2009. The research was conducted in Bogor City, with total sample of 53 menopause women that fulfill the inclusion research criteria. The intervention used 160 gram of Tempeh that has been steamed for 10 minutes then mixed with certain spices and given to the samples daily in 4 weeks. The intervention was done in May-August 2009, while the blood serum analysis done in May-December 2009. The statistical test showed that the consumption of 160 gram of Tempeh daily for 4 weeks can improve the lipid profile by decreasing the total cholesterol for 6%, K-LDL for 5.8%, and TGA for 11.7%, but could not increase the K-HDL level. This intervention also increased the activity of SOD for 56.9%, reducing MDA for 10.4% and maintain Ox-LDL. The amino acid, unsaturated fatty acid and high isoflavon in Tempe is useful to obstruct the synthesis and absorption of cholesterol and LDL oxidation, improve antioxidant status, decrease of body fat and obstruct the uncontrollable free radical formation. It is recommended to government to improve socialization of Tempe as a food that have benefit for health. As for community, it is recommended to increase Tempeh consumption as part of their daily diets, particularly for menopause women and other groups that have high risk of CHD. To obtain the maximum effect on health, it is recommended to consume Tempeh which is cooked by steaming and avoid frying. The amount of Tempeh to be consumed daily is 150-160 gram which is equal to 3-4 middle size portion of Tempeh.

(4)

4

RINGKASAN

DIAH MULYAWATI UTARI. Efek Intervensi Tempe terhadap Profil Lipid, Superoksida Dismutase, LDL teroksidasi dan Malondialdehyde pada Wanita

Menopause. Dibimbing oleh RIMBAWAN, HADI RIYADI, MUHILAL,

PURWANTYASTUTI.

Menopause adalah kondisi fisiologis pada wanita dimana terjadi penurunan fungsi ovarium yang mengakibatkan penurunan produksi hormon estrogen. Turunnya produksi estrogen juga menyebabkan gangguan metabolisme lipid sehingga akan memperburuk profil lipid darah dan oksidasi dalam tubuh. Masalah berkelanjutan sehubungan dengan penurunan estrogen yang harus mendapatkan perhatian adalah penyakit jantung koroner (PJK).

Lipid dalam tubuh mudah teroksidasi sehingga mengakibatkan

terbentuknya peroksidasi lipid yang ditandai dengan peningkatan

malondialdehyde (MDA). Lipid khususnya dalam Kolesterol-LDL (K-LDL) merupakan target utama oksidasi sehingga disebut dengan LDL teroksidasi (Ox-LDL). Untuk mencegah terjadinya hal tersebut maka diperlukan adanya antioksidan, salah satunya adalah antioksidan endogen yaitu superoksida dismutase (SOD) yang merupakan pertahanan pertama terhadap proses oksidasi di dalam tubuh.

Adanya kebutuhan untuk memahami hubungan antara konsumsi pangan yang berasal dari kedelai dengan risiko kejadian penyakit jantung pada wanita adalah karena penyakit ini merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada wanita menopause. Dalam 10-12 tahun terakhir, penelitian tentang manfaat protein kedelai dan isoflavon semakin meningkat dan mendalam, dan membuktikan bahwa konsumsi kedelai tidak saja memperbaiki beberapa aspek kesehatan pada wanita menopause tetapi juga memperbaiki kesehatan jantung.

Tempe merupakan pangan tradisional Indonesia yang dibuat dari kedelai melalui proses fermentasi dengan penambahan Rhizopus oligosporus dan dikenal

sebagai makanan yang sangat popular di Indonesia. Proses fermentasi menyebabkan peningkatan asam amino, asam lemak dan isoflavon total tempe sehingga jauh lebih tinggi dibanding kedelai.

Beberapa penelitian tentang intervensi tempe telah dilakukan di Indonesia, namun sejauh ini belum diketahui pengaruh tempe terhadap profil lipid, SOD, Ox-LDL dan MDA pada wanita menopause yang merupakan kelompok risiko PJK. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efek intervensi tempe terhadap perubahan profil lipid (kolesterol total, K-LDL, K-HDL, TGA), aktivitas SOD, Ox-LDL dan MDA pada wanita menopause. Desain penelitian yang digunakan adalah 2x4 minggu cross-over parallel group, randomized control trial dengan washout dan telah mendapatkan persetujuan dari Komisi Etik Penelitian

Kesehatan Badan Litbang Kesehatan RI Nomor LB.03.04/KE/6693/2009.

(5)

5

yang siap santap. Terdapat berbagai variasi menu tempe yang diberikan bergantian selama penelitian. Intervensi dilakukan pada bulan Mei – Agustus 2009, sedangkan analisis serum darah dilakukan pada bulan Mei – Desember 2009.

Data yang dikumpulkan adalah data primer meliputi: karakteristik sampel (umur, lama menopause, suku), sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan, pengeluaran), aktifitas fisik, kebiasaan merokok, dan olah raga. Data dikumpulkan melalui wawancara pada awal penelitian. Data kesehatan dan IMT dikumpulkan setiap saat pengambilan darah, sedangkan data konsumsi dikumpulkan dengan metodefood record yang diambil sebanyak 1 (satu) kali per

minggu dan FFQ diambil sebanyak 1 (satu) kali per bulan.

Analisis pangan tempe menunjukkan bahwa kandungan asam amino tertinggi pada tempe adalah arginin dan asam lemak tertinggi adalah asam linoleat. Tempe juga kaya akan isoflavon dan kadarnya relatif dapat dipertahankan jika tempe diolah dengan pengukusan.

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pemberian tempe sebanyak 160 gram setiap hari selama 4 minggu dapat memperbaiki profil lipid yaitu menurunkan kadar kolesterol total sebesar 6%, K-LDL sebesar 5.8% dan TGA sebesar 11.7%, namun tidak dapat meningkatkan kadar K-HDL. Intervensi tempe juga dapat meningkatkan aktivitas SOD sebesar 56.9%, menurunkan MDA sebesar 10.4% dan mempertahankan Ox-LDL. Kandungan asam amino dan asam lemak tidak jenuh serta isoflavon yang tinggi pada tempe diperkirakan mempunyai manfaat sebagai penghambat sintesa kolesterol, penghambat absorbsi kolesterol, penghambat oksidasi LDL serta meningkatkan status antioksidan, sehingga dapat menurunkan lemak tubuh dan menghambat proses oksidasi dan pembentukan radikal bebas yang berlebihan dalam tubuh.

Disarankan pada pemerintah untuk meningkatkan sosialisasi tempe sebagai makanan yang mempunyai manfaat bagi kesehatan. Masyarakat disarankan untuk meningkatkan konsumsi tempe setiap hari secara terus menerus khususnya pada wanita menopause serta kelompok lain yang memiliki risiko tinggi PJK. Untuk mendapatkan efek maksimal bagi kesehatan maka tempe sebaiknya diolah dengan cara dikukus dan menghindari pengolahan dengan cara menggoreng. Jumlah tempe yang dikonsumsi setiap hari sekitar 150-160 gram atau setara dengan 3-4 potong tempe ukuran sedang.

(6)

6

© Hak cipta milik IPB, tahun 2011

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(7)

7

EFEK INTERVENSI TEMPE TERHADAP PROFIL LIPID,

SUPEROKSIDA DISMUTASE, LDL TEROKSIDASI DAN

MALONDIALDEHYDE PADA WANITA MENOPAUSE

DIAH MULYAWATI UTARI

I 061060051

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

8

Penguji Ujian Tertutup

1. Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, M.S 2. dr. Endang L Achadi, MPH, Dr.PH

Penguji Ujian Terbuka

(9)

9

PRAKATA

Bismillahirrahmannirrahim. Assalamu’alaiikum warahmatullahi wa barakatuh. Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah, dan karuniaNya, sehingga penulisan disertasi ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan April 2009 hingga Pebruari 2010 ini adalah intervensi makanan untuk mencegah risiko PJK dengan judul “Efek Intervensi Tempe terhadap Profil Lipid, Superoksida Dismutase, LDL Teroksidasi dan Malondialdehyde pada Wanita Menopause”

Dengan segala hormat penulis ingin menyampaikan penghargaan dan rasa terimakasih yang tulus dan mendalam kepada semua pihak yang telah membantu semua proses hingga disertasi ini dapat diselesaikan:

Terimakasih terdalam penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Rimbawan selaku ketua komisi pembimbing, serta anggota komisi pembimbing yaitu Bapak Dr.Ir. Hadi Riyadi, MS., Bapak Prof.Dr. Muhilal, APU., dan Ibu Prof.Dr.dr. Purwantyastuti, MSc,SpFK., yang dengan sabar telah membimbing dan memberikan saran mulai dari proposal, pelaksanaan hingga tulisan ini terwujud.

Terimakasih juga disampaikan kepada penguji proposal Bapak drh. M. Rizal M. Damanik, MRepSc,PhD., penguji prelim lisan dan ujian tertutup Ibu Dr.Ir. Sri Anna Marliyati, MS., penguji ujian tertutup dr. Endang L. Achadi, MPH, DrPH serta penguji ujian terbuka Ibu Dr.Ir. Evy Damayanthi, MS dan Bapak Dr. Minarto, MPS., atas saran guna memperbaiki tulisan ini. Tak lupa juga terimakasih kepada Bapak Peter Hollman, PhD dari Universitas Wageningen selaku pembimbing studi pustaka dan pembuatan protokol penelitian.

Penulis sampaikan pula rasa terimakasih kepada Kepala Dinkes Kota Bogor dan jajarannya, Kepala Lab. Patologi Klinik FK-UI, Kepala Lab. Biokimia FMIPA-Universitas Brawijaya, Kepala Lab. Terpadu IPB, Kepala Lab. Mikrobiologi LIPI dan Kepala Lab. Biokimia Puslibang Gizi dan Makanan Kemenkes yang telah membantu analisis serum dan tempe dalam penelitian ini. Terimakasih juga disampaikan kepada Kepala Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM-UI Ibu Prof.Dr.dr. Kusharisupeni, MSc dan teman-teman sejawat dari Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat-Universitas Indonesia.

Penghargaan yang tinggi penulis sampaikan pada ibu-ibu yang menjadi sampel dalam penelitian ini yang dengan setia mengikuti proses intervensi, juga pada adik-adik yang membantu proses penelitian di lapangan (Melisa Chandra SKM, Sri Mulyaningrum SKM, Shinta Devi SKM).

Ungkapan terimakasih yang tulus juga penulis sampaikan kepada Bapak dan Ibu, suami beserta seluruh keluarga atas segala doa, dukungan dan kasih sayangnya.

Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah memberikan kontribusi dan kebaikan yang tulus, penulis ucapkan terimakasih yang mendalam. Semoga Allah SWT yang Maha Kuasa dan Maha Mengasihi akan memberikan balasan berlebih kepada Bapak dan Ibu sekalian. Tak ada kesempurnaan melainkan milik Allah semata, semoga tulisan ini walau kecil dapat memberi manfaat pada pembaca.

(10)

10

RIWAYAT HIDUP

Nama : Diah Mulyawati Utari

Email : diahutari08@gmail.com

Alamat kantor : Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Gd. F lantai 2, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Kampus UI, Depok

Telepon/fax : 021 – 786 3501

Pendidikan : 1986 – 1990 S-1 GMSK Faperta IPB

1993 – 1995 S-2 Program Studi Gizi Kesmas, FKM-UI 2006 – 2011 S-3 Program GMK Keluarga, PPS-IPB Oktober 2008 – Pebruari 2009 Program Sandwich di

Departement of Human Nutrition, Wageningen University, The Netherland

Artikel yang diterbitkan selama mengikuti program S-3

1. Potensi asam amino pada tempe untuk memperbaiki profil lipid dan diabetes mellitus (Jurnal Kesmas, ISSN 1907-7505, Volume 5, Nomor 4, Pebruari 2011, hal 166-170)

(11)

11

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Menopause adalah kondisi fisiologis pada wanita dimana menstruasi berhenti secara permanen akibat penurunan fungsi ovarium yang mengakibatkan penurunan produksi hormon estrogen (Cassidy 2006). Menopause dapat terjadi secara alami atau tidak alami, misalnya karena pengangkatan sel telur. Seorang wanita disebut memasuki masa menopause jika tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan berturut-turut. Usia mulai menopause bervariasi dimulai sekitar 45 tahun hingga 55 tahun, yang dapat terjadi secara tiba-tiba atau melalui proses dimana menstruasi terjadi secara tidak teratur menjelang memasuki masa menopause.

Turunnya produksi estrogen saat menopause juga dapat menyebabkan gangguan metabolisme lipid sehingga dapat memperburuk profil lipid darah dan oksidasi dalam tubuh. Masalah selanjutnya yang perlu mendapat perhatian sehubungan dengan menurunnya estrogen pada wanita adalah kemungkinan meningkatnya risiko penyakit jantung koroner (PJK) yang merupakan penyebab kematian utama pada wanita menopause (Teedeet al. 2001; Dewellet al. 2002;

Cuevas et al. 2003; Cassidyet al 2006). Faktor risiko PJK meliputi faktor risiko

lipid (tinggi kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida dan rendah kolesterol HDL) serta faktor risiko non lipid (hipertensi, obesitas, diabetes mellitus, rokok, aktifitas fisik, konsumsi, stres, dan obat) (Schlenkeret al. 2007).

(12)

12

mempunyai dua masalah gizi sekaligus (double burden), yang tentu saja

memerlukan penanganan yang lebih spesifik tergantung pada target sasaran. Selain terjadinya transisi gizi, Indonesia juga mengalami transisi penyakit, jika dahulu didominasi oleh penyakit menular seperti ISPA dan diare, saat ini berubah menjadi penyakit tidak menular atau penyakit degeneratif, misalnya jantung koroner, diabetes mellitus, stroke, atherosklerosis. Peningkatan gizi lebih dan penyakit degeneratif menyebabkan terjadinya penurunan kualitas hidup manusia seperti penurunan produktivitas dan penurunan Usia Harapan Hidup (UHH).

Seiring dengan meningkatnya usia, proses penuaan akan terjadi, termasuk bertambahnya senyawa radikal bebas di dalam tubuh. Radikal bebas adalah suatu molekul atau atom yang memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan, sehingga sangat labil dan reaktif menyerang molekul di sekitarnya dan dapat mengakibatkan kerusakan struktur sel dan fungsinya (Marks 2000). Radikal bebas bisa terjadi karena faktor di dalam tubuh (endogen) maupun dari luar tubuh (eksogen). Faktor dari tubuh terjadi dari proses metabolisme misalnya meningkatnya aktivitas oksidasi di dalam tubuh sedangkan faktor dari luar dapat disebabkan oleh pengaruh polusi atau makanan.

Soeatmaji (1998) menyatakan bahwa lipid di dalam tubuh merupakan target utama radikal bebas. Senyawa radikal bebas dapat merusak lipid khususnya lipid pada kolesterol-low density lipoprotein (K-LDL). Terjadinya serangan radikal bebas pada K-LDL sering disebut dengan LDL teroksidasi (Ox-LDL). Kolesterol-LDL sangat mudah teroksidasi dibanding lipoprotein lain, karena komposisinya sebagian besar terdiri dari asam lemak tidak jenuh ganda atau PUFA (Gropper et al. 2005). Proses berkelanjutan dari radikal bebas khususnya

(13)

13

Tingginya radikal bebas dalam tubuh dapat disebabkan karena rendahnya aktivitas enzim antioksidan. Antioksidan merupakan senyawa yang memberikan elektron atau reduktan sehingga dapat mencegah terjadinya radikal bebas melalui pencegahan reaksi oksidasi. Antioksidan terdiri dari antioksidan endogen dan eksogen. Antioksidan endogen disintesa di dalam tubuh seperti superoksida dismutase (SOD), katalase dan glutation peroksidase. Enzim SOD merupakan pertahanan pertama terhadap proses oksidasi yang berlebihan di dalam tubuh dan aktifitasnya bergantung pada beberapa logam mineral seperti Zn, Cu, Fe dan Mn.

Kedelai adalah bahan pangan sumber protein nabati. Selain sebagai sumber protein, kedelai juga merupakan sumber isoflavon yang dapat berfungsi untuk memperbaiki profil lipid. Konsumsi matriks protein kedelai atau protein kedelai dalam bentuk utuh diketahui lebih menguntungkan dibanding dalam bentuk konsentrat isoflavon saja (Potter et al. 1998; Steinberg et al. 2003).

Meskipun peran setiap komponen yang terdapat dalam kedelai terhadap lemak belum sepenuhnya dimengerti, namun diperkirakan protein kedelai dapat mempengaruhi metabolisme hepatik dari kolesterol atau lipoprotein (Potter et al.

1998) atau pengaturan reseptor LDL (Andersonet al. 2003).

Tempe merupakan produk olahan kedelai melalui proses fermentasi dengan penambahan Rhizopus oligosporus dan dikenal sebagai makanan

tradisional yang sangat populer di Indonesia. Tempe dikonsumsi oleh lebih dari separuh penduduk di Indonesia dan menjadi lauk maupun makanan camilan yang sering dikonsumsi khususnya pada masyarakat kelas menengah ke bawah. Selain itu tempe juga mudah diproduksi, harga relatif terjangkau, tersedia di pasar, serta mudah dimasak. Sebagai pangan tradisional, tempe mempunyai komposisi gizi dan non gizi yang lebih baik dibanding kedelai.

Dasar pemikiran

(14)

14

makan, yaitu dari pola makanan tinggi serat dan karbohidrat menjadi tinggi lemak dan natrium namun rendah serat, vitamin dan mineral.

Prevalensi PJK di Indonesia meningkat dalam sepuluh tahun terakhir, dari 16.0% pada tahun 1991 menjadi 26.4% pada tahun 2001. Penyakit tersebut menjadi penyebab kematian terbesar di Indonesia. Data terbaru hasil Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa prevalensi penyakit jantung sebesar 7.2%, diabetes mellitus 1.1%, hipertensi 29.8% dan stroke 0.8%. Sementara stroke merupakan penyebab kematian tertinggi untuk penyakit tidak menular, diikuti hipertensi, diabetes mellitus dan penyakit jantung. Risiko penyakit akan semakin meningkat dengan bertambahnya usia. Secara rinci data penyakit berdasar jenis kelamin belum tersedia di Indonesia, namun berdasar teori dan data epidemiologi menunjukkan bahwa wanita akan mengalami peningkatan khususnya PJK setelah mengalami menopause.

Berkurangnya estrogen pada wanita menopause merupakan salah satu alasan penggunaan estrogen replacement therapy (ERT) yang mempunyai efek

positif pada serum lipid sehingga mampu menurunkan risiko PJK (Chiechi et al.

dkk, 2002). Namun terapi ini juga berisiko mengakibatkan terjadinya komplikasi tromboembolik dan ketidaknyamanan yang lain sehingga banyak wanita menopause beralih memilih menggunakan pendekatan alami (Glazier et al. 2001

dan Barneset al. 2003).

Protein kedelai, merupakan komponen penting dalam diet penduduk di wilayah dunia bagian timur dan diketahui merupakan salah satu faktor lingkungan yang menonjol dalam pencegahan PJK (Cuevas et al. 2003 dan Rimbach et al.

2008). Hasil penelitian di berbagai populasi di banyak negara menunjukkan bahwa protein kedelai menurunkan kolesterol plasma, triasilgliserol dan glukosa darah (Anderson et al. 1995; Griffin et al. 1999; Blairet al. 2006; Palanisamy et al. 2008) dan berperan sebagai antioksidan yang potensial (Lichtenstein et al.

1998). Konsumsi kedelai juga memperbaiki fungsi endothelial koroner (Mattan

et al. 2007). Efek hipokolesterolemia dan antioksidan tersebut setidaknya

(15)

15

Telah diketahui selama 60 tahun terakhir bahwa mengganti konsumsi

hewani dengan protein dari kacang-kacangan dapat menurunkan

hiperlipoproteinemia dan atherosklerosis. Dalam 10-12 tahun terakhir penelitian tentang hal tersebut semakin meningkat dan mendalam, dan membuktikan bahwa konsumsi protein nabati tidak saja memperbaiki beberapa aspek kesehatan pada wanita menopause tetapi juga memperbaiki kesehatan jantung (Clarkson et al.

2002).

Isoflavon merupakan sub-klas flavonoid, adalah komponen non gizi pada tanaman dan sangat mirip struktur kimia dengan estrogen (Setchell & Adlercreuts 1988; Rimbach et al. 2007). Dalam tanaman, isoflavon terdiri dari empat bentuk

isomer yaitu : 1) aglikon (unconjugates) dan glukosida (conjugates) yang terdiri

dari 2) β-glucosides (genistin, daidzin, glycitin), 3) aceytyl-β-glycosides dan 4) malonyl-β-glycosides (Wang and Murphy 1994; Xuet al. 2000).

Banyak studi tentang intervensi suplemen protein kedelai baik dalam bentuk isolat, makanan utuh maupun kombinasi keduanya terhadap serum kolesterol total (K-T), Kolesterol LDL (K-LDL), trigliserida dan Kolesterol HDL (K-HDL) yang telah dilakukan pada manusia dan hewan. Hasil meta analisis

randomized controlled trial (RCT) menunjukkan bahwa suplementasi tersebut

mampu menurunkan T, LDL dan trigliserida serta sedikit meningkatkan K-HDL (Andersonet al. 1995; Reynoldset al. 2006; Hooperet al. 2008).

Hasil meta analisis terbaru mengkonfirmasi efek berbagai kelas dalam flavonoid, dimana isolat protein kedelai signifikan menurunkan tekanan darah diastolik dan K-LDL (Hooper et al. 2008). Hasil penelitian tentang intervensi

kedelai (isolat protein kedelai, isolat isoflavon kedelai maupun matrik kedelai dalam bentuk makanan) secara sistematik menguatkan berbagai meta analisis sebelumnya bahwa terdapat efek kedelai dan isoflavon pada faktor risiko PJK, yaitu menurunkan K-LDL tetapi tidak ada efek terhadap kenaikan K-HDL. Protein kedelai dapat menurunkan K-LDL sebesar 0.2 mmol/L, dan diperkirakan dapat menurunkan 3% semua kasus kematian dan 6% penurunan kematian karena PJK (Hooperet al. 2008).

(16)

16

jauh lebih tinggi dibanding kedelai (Wang and Murphy,1994). Saat ini tempe dipertimbangkan sebagai pangan fungsional (functional food) karena kandungan

gizi dan substansi aktifnya. Selain itu tempe juga mudah diproduksi, harga relatif terjangkau, tersedia di pasar, dan mudah dimasak. Sebagai pangan tradisional, tempe mempunyai komposisi gizi yang lebih baik dibanding kedelai.

Aktivitas lipaseR. oligosporusmenyebabkan level asam lemak bebas pada

tempe lebih tinggi dibanding kedelai. Asam lemak bebas dilaporkan dapat menghambat beberapa enzim seperti: glikolitik, glikoneogenik, lipogenik proteolitik, dan menghambat sintesa asam lemak. Setelah fermentasi, kandungan vitamin B meningkat (kecuali thiamin). Vitamin A diproduksi olehR.oligosporus

dalam bentuk -carotene, sedangkan vitamin D diproduksi dalam bentuk ergosterol, dan vitamin E dalam bentuk tocopherol. Vitamin tersebut juga berperan sebagai antioksidan (Pawiroharsono 1997). Tempe mengandung asam amino bebas sekitar 3-10 kali lebih besar dibanding kedelai. Hal tersebut karena

R. oligosporus akan menghidrolisa protein menjadi asam amino dan peptida.

Asam amino seperti ornitin, lisin, arginin, dan histidin merupakan antioksidan yang kuat (Tamuraet al. 1998).

Aktivitas antioksidan tempe ada dalam bentuk tidak terikat yaitu aglikon seperti genistein, daidzein, glycetein dan faktor 2 yang lebih kuat dibanding bentuk glukosida seperti genistin dan daidzin (Pratt 1979; Kurzer et al. 1997).

Genistein dan daidzein mampu mengikat reseptor β-estrogen yang ditemukan di sistem saraf pusat, tulang, dinding vaskular dan saluran urogenital (Nahaset al.

2006). Genistein merupakan inhibitor sangat kuat terhadap produksi hidrogen peroksida dan menghambat pembentukan anion superoksida. Genistein juga menunjukkan kemampuan meningkatkan aktivitas enzim yang berperan dalam antioksidan seperti SOD, katalase, glutathione peroksidase dan glutathione reductase (Wei et al. 1995), serta memakan radikal, mengikat logam dan

menghambat tirosin kinase (Kiriakidiset al. 2005).

Banyak studi menunjukkan hasil bahwa kedelai mempunyai potensi sebagai penangkal radikal yang lebih kuat dibanding sayuran lain seperti wortel, buncis, juice buah (Ou et al. 2002 dan Wu et al. 2004). Sejalan dengan hal

(17)

17

tocopherol (Jhaet al. 1997). Efek antioksidan pada tempe tampaknya merupakan

efek sinergis dari tocopherol (terdapat dalam kedelai) dan asam amino yang dibebaskan selama fermentasi (Hoppeet al. 1997).

Penelitian Arbai (1994) menunjukkan bahwa pemberian 150 gram tempe per hari selama 2 minggu pada laki-laki hiperkolesterol ternyata dapat menurunkan Kolesterol Total (K-T) sebesar 8.3%, K-LDL sebesar 8.29%, meningkatkan K-HDL sebesar 8.47% dan menurunkan rasio K-T:K-HDL sebesar 13.38%. Sementara itu penelitian Sugyarto (1990) yang memberikan 200 gram tempe selama 2 minggu pada laki-laki dan wanita juga menunjukkan efek yang baik pada perbaikan profil lipid.

Astuti (1992) dan Kasaoka et al (1997) menguji distribusi Fe, Cu dan Zn

pada sel tikus dan ternyata mineral tersebut jauh lebih tinggi pada tikus yang diberi tempe dibanding yang diberi kasein atau kedelai. Distribusi mineral dalam sel hati mengindikasikan bahwa mineral tersebut aktif pada berbagai reaksi intraselular termasuk membantu kerja enzim antioksidan. Selanjutnya Astuti (1993) dan Kasaoka et al (1997) memberikan perlakuan diet termasuk tempe

pada tikus menyatakan bahwa MDA tikus yang diberi tempe hasilnya paling rendah dibanding yang diberi diet lain. Diperkirakan tempe mengandung substansi yang dapat meningkatkan SOD. Sejauh ini belum diketahui pengaruh tempe terhadap profil lipid, enzim antioksidan, LDL teroksidasi dan MDA pada wanita menopause.

Sulit untuk meneliti pengaruh tempe pada penyakit jantung dan penyakit degeneratif lainnya kecuali pada binatang, sehingga pada manusia pada umumnya penelitian hanya melihat pengaruhnya terhadap faktor risiko penyakit.

(18)

18

penelitian ini dapat menjawab hipotesis maka diharapkan dapat menurunkan risiko penyakit jantung dan penyakit degeneratif lain, meningkatkan usia harapan hidup (UHH), meningkatkan produktivitas kerja dan menekan biaya kesehatan yang tinggi pada golongan usia dewasa lanjut atau manula. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi salah satu upaya pencegahan penyakit sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.

Masalah Penelitian

Kebutuhan untuk memahami tentang kedelai dan PJK pada wanita adalah karena penyakit ini merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada wanita menopause (Clarkson et al. 2002). Risiko disebabkan karena penurunan

produksi estrogen yang akan mempengaruhi metabolisme lipid, sehingga akan memperburuk profil lipid. Pernyataan bahwa semua wanita menopause membutuhkan ERT adalah sesuatu yang irrasional dan tidak menguntungkan (Nahaset al. 2006). Meskipun ERT mempunyai efek positif pada serum lipid dan

mampu menurunkan risiko PJK (Chiechi et al. 2002), tetapi terapi ini juga

berisiko mengakibatkan terjadinya beberapa keluhan dan komplikasi (Hulleyet al.

2002).

Di Indonesia diperkirakan hanya 5% wanita yang menggunakan ERT, dan tidak diketahui berapa persentase pengguna yang tidak melanjutkan terapi tersebut. Data di USA menunjukkan bahwa 70% pengguna ERT menghentikan terapi ini pada tahun pertama. Alasan penghentian adalah perdarahan, mastalgia, mual, migraine, odema dan ketakutan terhadap risiko kanker payudara (Glazier et al. 2001; Barnes et al. 2003). Alasan tersebut menyebabkan banyak wanita

beralih menggunakan pendekatan alami, seperti meningkatkan frekuensi konsumsi makanan sumber fitoestrogen.

(19)

19

efek potensial bagi kesehatan wanita menopause namun juga memperbaiki kesehatan jantung (Clarksonet al. 2002).

Tempe dipilih sebagai bahan intervensi dengan beberapa pertimbangan. Pertimbangan dari sisi produsen tempe adalah: mudah mendapatkan kedelai sebagai bahan dasar, proses pengolahan sederhana, mudah dipasarkan, dan keuntungan membuat tempe tergolong cukup besar (sekitar 30%). Pertimbangan dari sisi konsumen, tempe merupakan pangan tradisional Indonesia yang harganya murah, mudah dijumpai di pasar, mudah diolah menjadi makanan. Namun demikian kuantitas konsumsi kedelai sebagai bahan dasar tempe sebenarnya masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan Jepang atau Cina. Tempe juga kaya akan zat gizi dan non gizi yaitu isoflavon sehingga sangat bermanfaat bagi wanita menopause. Kandungan gizi dan non gizi pada tempe melebihi kedelai. Salah satu efek isoflavon adalah hipokolesterolemia dan antioksidasi yang jika dikonsumsi akan mampu meningkatkan enzim antioksidan sehingga memperbaiki profil lipid darah. Namun demikian, hingga saat ini khasiat tempe untuk kesehatan belum terlalu popular di masyarakat. Mengingat harganya yang murah, tempe masih dipandang sebelah mata, status tempe sebagai makanan tergolong rendah, dan umumnya dianggap sebagai makanan bagi golongan masyarakat kelas bawah. Oleh sebab itu perlu dikaji lebih mendalam manfaat tempe bagi kesehatan khususnya terhadap profil lipid, enzim antioksidan (SOD), LDL teroksidasi dan MDA pada kelompok rentan seperti wanita menopause.

Pertanyaan Penelitian

Beberapa masalah penting berkaitan dengan pemberian tempe pada wanita menopause adalah sebagai berikut:

1. Apakah pemberian tempe pada wanita menopause akan memperbaiki profil lipid (menurunkan K-T, K-LDL dan trigliserida serta meningkatkan K-HDL)? 2. Apakah pemberian tempe pada wanita menopause akan meningkatkan enzim

SOD?

3. Apakah pemberian tempe pada wanita menopause akan menurunkan Ox-LDL?

(20)

20

Tujuan Penelitian Tujuan Umum:

Mengkaji efek pemberian tempe terhadap profil lipid, enzim SOD, Ox-LDL, dan MDA pada wanita menopause.

Tujuan Khusus:

1. Menguji kandungan asam amino tempe 2. Menguji kandungan asam lemak tempe.

3. Menguji kandungan isoflavon tempe berdasar frekuensi perebusan kedelai. 4. Menguji kandungan isoflavon tempe kukus dan membandingkan dengan

metode pemasakan lain.

5. Menguji kadar profil lipid (K-total, K-LDL, K-HDL, trigliserida) sebelum dan setelah intervensi tempe.

6. Menguji kadar enzim SOD dan Seng sebelum dan setelah intervensi tempe.

7. Menguji kadar Ox-LDL sebelum dan setelah intervensi tempe. 8. Menguji kadar MDA sebelum dan setelah intervensi tempe. 9. Menguji pada kelompok mana intervensi tempe lebih bermanfaat.

Manfaat Penelitian

1. Masyarakat: meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang manfaat tempe khususnya untuk menurunkan risiko terhadap penyakit jantung. Penurunan prevalensi kesakitan dan kematian akibat PJK akan membawa keuntungan, yaitu menghemat biaya pengobatan yang besar, meningkatkan produktivitas baik pada usia produktif maupun usia lanjut dan meningkatkan usia harapan hidup.

2. Pemerintah: menjadi acuan untuk sosialisasi dalam rangka meningkatkan gerakan makan tempe yang murah dan bergizi sebagai upaya pencegahan PJK.

(21)

21

4. Lain-lain: penelitian ini juga diharapkan mengangkat status tempe sebagai makanan tradisional khas Indonesia yang mempunyai kemampuan sebagai pangan fungsional.

Hipotesis

Ho : Tidak ada perbedaan antara perlakuan intervensi tempe dan kontrol terhadap profil lipid (kolesterol total, K-LDL, K-HDL, trigliserida), aktivitas SOD, Ox-LDL dan MDA.

(22)

KERANGKA PEMIKIRAN

Menopause adalah kondisi fisiologis pada wanita dimana terjadi penurunan fungsi ovarium yang mengakibatkan penurunan produksi hormon estrogen. Hal tersebut dapat mengakibatkan gangguan metabolisme lemak sehingga meningkatkan risiko terjadinya peroksidasi lipid yang dapat mengakibatkan risiko terjadinya PJK. Konsumsi antioksidan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya lipid peroksida. Antioksidan yang dimaksud dapat diperoleh dari luar tubuh (eksogen) seperti dari makanan (vit C, vit E, selenium, Zn, dan Cu) maupun antioksigen endogen atau yang terbentuk dari dalam tubuh (SOD, katalase dan glutation peroksidase). Antioksidan dari luar akan berpengaruh pada kerja antioksidan endogen.

Penyakit jantung koroner (PJK) secara umum dapat disebabkan karena adanya faktor risiko lipid yang terdiri dari meningkatnya kolesterol, LDL kolesterol, trigliserida dan turunnya HDL kolesterol. Faktor risiko yang kedua adalah faktor risiko non lipid yang terdiri dari merokok, hipertensi, aktifitas fisik, obesitas, diabetes mellitus, konsumsi lemak (SAFA, MUFA, PUFA), alkohol, stress dan konsumsi obat tertentu. Faktor risiko yang tidak bisa dihindari terdiri dari jenis kelamin, usia, keturunan, riwayat keluarga.

(23)

Gambar 12 Kerangka Teoriris

Diteliti

Tidak diteliti

PJK

Atherosklerosis

IMT Dislipidemia

Lipid peroksida

Kebiasaan makan

Suku

Isoflavon Vit C Vit E Zn Cu Serat Energi

KH Lemak Merokok

Aktivitas Fisik

Stress Genetik

Obat

MENOPAUSE

Alkohol

O2 H2O2 H2O2

SOD

katalase GPx MDA

(24)

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Desain penelitian adalah 2x4 minggu cross-over paralel group, RCT

(randomized control triall) dengan washout. Cross-overmerupakan suatu cara

untuk membandingkan beberapa perlakuan pada sampel yang sama di waktu yang berbeda, sehingga akan diperoleh hasil yang lebih tepat dengan jumlah sampel yang lebih sedikit dibandingkan dengan metode paralell group trials (Hills &

Armitage 1979; Garcia et al. 2004). Untuk mengurangi carryover effect maka

diterapkan satu periode washout selama 4 minggu. Dalam pelaksanaan

penelitian, peneliti tidak mengetahui jenis perlakuan yang diterima oleh setiap sampel, hanya petugas lapangan dan sampel yang mengetahui perlakuan apa yang diberikan.

Protokol pelaksanaan penelitian sudah mendapatkan Persetujuan Etik dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia No: LB.03.04/KE/6693/2009.

Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian berada di Kota Bogor. Sampel yang diambil berasal dari beberapa posbindu yang menjadi binaan Dinkes Kota Bogor. Dasar pemilihan lokasi adalah keaktifan posbindu sehingga mempermudah operasional penelitian di lapangan. Lokasi penelitian terpilih berasal dari Kelurahan Tanah Sareal, Pondok Rumput, Ciwaringin, Ciomas dan Sindang Sari.

(25)

Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Target

Target populasi pada penelitian ini adalah wanita yang telah menopause antara 1 hingga 5 tahun dan tinggal di wilayah Kota Bogor. Populasi studi adalah wanita menopause antara 1 hingga 5 tahun yang menjadi binaan posbindu terpilih. Selanjutnya populasi tersebut harus memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan.

2. Sampel

Sampel harus memenuhi kriteria penerimaan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, antropometri, dan hasil penapisan pemeriksaan darah. Berdasar hasil penapisan terpilih sampel yang selanjutnya akan dijelaskan tujuan penelitian, perlakuan penelitian yang akan dilakukan, manfaat dan kerugian menjadi sampel penelitian. Jika sampel bersedia, maka akan menandatangani formulir persetujuan tertulis terhadap tindakan media yang dilakukan.

3. Penentuan Jumlah Sampel

Penelitian ini menggunakan rumus sampel desain cross over

Sd N = 10.5 ---2

D

10.5 = 90%, P 0,05

Sd = standar deviasi kolesterol total = 34.6 mm/dL (Alrasyid 2007) D = perbedaan atau efek yang diharapkan =19.6 mm/dL (Alrasyid

2007)

N = 33

(26)

Sampel terpilih akan dibagi secara random untuk menentukan kelompok perlakuan. Random dilakukan menggunakan tabel acak. Proporsi jumlah sampel terbagi rata pada 2 kelompok perlakuan. Pengacakan dilakukan oleh personil yang tidak turut dalam kegiatan penelitian dan tidak disaksikan sampel dan peneliti (peneliti tidak mengetahui sampel terpilih untuk masing-masing perlakuan).

Kriteria Inklusi, Eksklusi dan Pengeluaran Adapun kriteria inklusi dan eksklusi sampel adalah.

Kriteria Inklusi

- Wanita menopause, masa menopause antara 1 tahun hingga 5 tahun - Menopause terjadi secara alami

- Bersedia menjadi responden dan mematuhi peraturan yang dibuat selama penelitian dengan mengisi surat pernyataan

- Salah satu profil lipid darah tidak normal (kolesterol > 200 mg/dL, kolesterol-LDL > 130 mg/dL trigliserida > 150 mg/dL, kolesterol-HDL < 40 mg/dL) atau mengalami hipertensi (sistolik > 140 mmHg dan atau diastolik > 90 mmHg)

Kriteria eksklusi

- Mempunyai riwayat atau sedang mengalami penyakit hati, ginjal,

gangguan tiroid, kanker, PJK, stroke, diabetes mellitus dan penyakit lainnya

- Rutin mengkonsumsi suplemen

- Rutin mengkonsumsi obat hipoglikemi, fitofarmaka, hipolipid. - Penganut vegetarian

- Menggunakan terapi estrogen

Kriteria Pengeluaran

- Pada saat masuk dalam fase perlakuan, sampel tidak mengonsumsi tempe

selama 3 hari berturut-turut

- Indikasi kriteria eksklusi ditemukan pada sampel sewaktu penelitian

berlangsung

(27)

Alur Penelitian

Setelah ditentukan sampel yang memenuhi kriteria inklusi maka penelitian dapat dilaksanakan. Penelitian ini di bagi menjadi empat fase, dimulai dari fase

run-in, dan selanjutnya diikuti dengan fase 1 dan fase 2 yang diselingi dengan fase washout.

Run in phase Fase 1 Washout Fase 2

2 mgg 4 mgg 4 mgg 4 mgg

Darah 1 Darah2 Darah 3 Darah 4 Darah 5

(penapisan)

Gambar 13 Alur penelitian.

Run-in phase :

- 2 minggu

- home diet(mengonsumsi makanan dari rumah seperti biasa)

- Record konsumsi (2 hari) untuk mengetahui pola konsumsi (base line). - Responden tidak diperbolehkan mengonsumsi kedelai dan hasil olahnya - Responden tidak diperkenankan konsumsi semua jenis suplemen dan obat

Treatment tempe

- 4 minggu

- Home diet+ tempe 160 g tempe/hr - Tempe diberikan 6 hr/mgg.

Kontrol

- 4 minggu

- Home diet

- Responden tidak mengonsumsi kedelai dan hasil olahnya Washout

- 4 minggu

- Home diet

- Responden tidak mengkonsumsi kedelai dan hasil olahnya

Tempe Kontrol

(28)

Responden mempersiapkan seluruh kebutuhan makannya sendiri kecuali tempe yang disiapkan oleh peneliti.

Tahap pertama penapisan adalah mendaftar semua ibu menopause dengan masa menopause 12 bln – 59 bln. Calon sampel diundang untuk mendapat penjelasan tentang penelitian meliputi tahapan penelitian serta kerugian dan keuntungan menjadi sampel. Calon sampel yang bersedia mengikuti tahapan penelitian diwajibnya mengisi form persetujuan. Form persetujuan merupakan dasar untuk dimulainya penelitian yaitu tahaprun in.

Sebelum run in, dilakukan pemeriksaan spesimen darah dan antropometri

sebagai pengukuran dasar (base line) untuk penapisan sampel. Calon sampel wajib puasa sekitar 10-12 jam sebelum dilakukan pengambilan darah. Pengambilan darah serentak dilakukan pada hari yang sama dimulai jam 6.30 WIB hingga jam 9.00 WIB, selanjutnya darah di bawa ke laboratorium untuk dipisahkan serum nya dan serum disimpan dalam suhu -200C sebelum dilakukan pemeriksaan laboratorium. Parameter yang diukur pada tahap tersebut meliputi: kolesterol total, K-LDL, K-HDL, trigliserida dan tekanan darah. Individu yang memenuhi kriteria inklusi akan dimasukkan sebagai sampel penelitian.

Sampel terpilih akan menjalani run in phase, dimana mereka mulai

menghindari konsumsi tempe, produk kedelai, maupun suplement yang biasa dikonsumsi selama minimal 2 minggu. Faserun in dilakukan selama 2 minggu

untuk membersihkan kadar isoflavon dalam darah sampel dan merupakan tahap sosialisasi sebelum masuk pada tahap intervensi.

Setelah run in selesai atau sebelum fase 1 dimulai, maka dilakukan

pengambilan darah ke 2. Selanjutnya secara random, sampel dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan (intervensi tempe) dan kelompok kontrol. Diakhir fase 1 dilakukan kembali pengambilan darah (yang ke 3), diikuti dengan

washout selama 4 minggu. Selesai washout kemudian dilakukan pengambilan

darah ke 4, setelah itu masuk fase 2 yaitu fase cross over, dimana sampel yang

(29)

Fase Intervensi diberikan selama 4 minggu berdasar hasil berbagai penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa minimal intervensi protein kedelai maupun isoflavon dilakukan selama 2 minggu, dan dalam selang waktu tersebut dapat dilihat perubahan pada parameter yang diukur. Penelitian terdahulu yang memberikan protein kedelai maupun isoflavon terhadap profil lipid juga menunjukkan hasil bahwa perubahan dapat dilihat setelah pemberian selama 2 minggu. Besarnya perubahan parameter sangat tergantung dari besarnya dosis, bentuk intervensi, lama intervensi dilakukan, serta kondisi pre test sampel perlakuan. Adapunwash out diberlakukan selama 4 minggu dengan alasan untuk

memberikan kesamaan waktu antara intervensi danwash out, dan dari penelitian

yang pernah dilakukan bahwa kadar isoflavon akan bersih dalam darah setelah 2 minggu fase wash outserta untuk menghilangkan pengaruh intervensi yang telah

diterima sampel sebelumnya. Jumlah sampel dari awal hingga akhir penelitian disajikan dalam Gambar 14.

Gambar 14 Jumlah sampel dari awal hingga akhir penelitian.

123 orang Penapisan

Sampel

Fase I

67 orang

30 orang 30 orang

Pos-test 29 orang 30 orang

29 orang 27 orang

27 orang 26 orang Pos-test

Pre-test Pre-test

Fase II

(30)

Sampel total terpilih sebanyak 67 orang, namun yang hadir pada saat pengambilan darah pre-test hanya 60 orang. Sebanyak 7 orang tidak hadir karena bekerja di tempat yang jauh sehingga tidak memungkinkan untuk diberi intervensi. Dari 60 orang yang mengikuti awal intervensi, terdapat 53 orang yang mengikuti semua prosedur penelitian secara lengkap. Terjadi drop out sebanyak 7 orang disebabkan karena 1 orang sakit (tetanus), 1 orang tidak hadir saat pengambilan darah terakhir, dan 5 orang tidak bersedia melanjutkan intervensi dengan alasan non medis.

Untuk setiap pengambilan darah ke 1 hingga ke 5 dilakukan prosedur yang sama, diawali dengan puasa selama 10-12 jam sebelumnya dan pengambilan darah dilakukan serentak pada hari yang sama dimulai pukul 6.30 hingga selesai. Darah selanjutnya dibawa ke laboratorium dan dipisahkan serumnya, dibagi ke dalam beberapa cuvet kecil dengan volume sesuai dengan jenis pemeriksaan. Serum disimpan pada suhu -200C sebelum didistribusikan ke laboratorium yang akan melakukan analisis lebih lanjut.

Intervensi

Tempe yang digunakan sebagai bahan intervensi berasal dari satu produsen tempe yang ada di Kota Bogor, hal tersebut untuk menjamin keseimbangan kandungan isoflavon yang dihasilkan karena menggunakan prosedur yang selalu sama saat pembuatannya. Kedelai sebagai bahan dasar pembuatan tempe adalah merek Americana, sedangkan ragi yang digunakan diproduksi oleh PT. Aneka Fermentasi Industri, Bandung (BPOM RI. MD 262628001051).

Teori yang ada menunjukkan bahwa kandungan isoflavon tempe akan lebih tinggi pada tempe yang mengalami 2 kali perebusan. Berdasar hal tersebut, peneliti menunjuk satu produsen dengan proses pembuatan melalui perebusan 2 kali. Sebelum ditentukan produsen tempe yang akan diambil sebagai pemasok, dilakukan analisa isoflavon pada 2 tempat pembuatan tempe, dimana kedua tempat tersebut mengerjakan pembuatan tempe dengan proses yang berbeda.

(31)

Kandungan protein dalam 160 gr tempe mentah 26.4 g yang masih dianggap aman untuk diberikan setiap harinya.

Intervensi tempe yang diberikan sebanyak 160 g per hari, 6 hari dalam seminggu selama 4 minggu. Selama fase intervensi, setiap hari jam 06.00 WIB produsen tempe mengantar tempe mentah ke peneliti. Proses pemasakan membutuhkan waktu sekitar 1 jam dan proses pengemasan membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Sekitar jam 09.00 WIB tempe matang yang telah dikemas siap didistribusikan ke sampel, dan tiba dirumah sampel sekitar pukul 09.30 WIB hingga 11.00 WIB. Tempe tidak harus dihabiskan pada satu saat tertentu, namun diminta untuk dihabiskan dalam satu hari. Untuk mengontrol kepatuhan konsumsi tempe, maka setiap hari petugas pengantar tempe menanyakan konsumsi tempe sehari sebelumnya.

Tempe diberikan sebanyak 160 g atau setara dengan 4 potong tempe ukuran sedang. Menu tempe yang diberikan diganti setiap hari dengan ragam jenis masakan :

1. Panggang rempah 2. Oseng

3. Bumbu kencur 4. Panggang opor 5. Sukiyaki 6. Semur

7. Bumbu kacang 8. Kari kemangi 9. Bacem

10. Sambal kencur 11. Botok

Instrumen Penelitian Formulir yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Formulir karakteristik sampel (usia, pendidikan, pekerjaan, pengeluaran, suku, lama menopause, kebiasaan Olah Raga dan merokok)

(32)

4. Formulir IMT

5. Formulir antropometri (BB, TB)

6. Formulir kesehatan (tekanan darah, status kesehatan saat pemeriksaan) 7. Formulir konsumsi :Food Frequency Quesioner(FFQ) danfood record.

Peralatan dan Bahan

Peralatan dan bahan yang digunakan meliputi

1. Timbangan BB merek seca dengan ketelitian 0,1 kilogram 2. Pengukur TB microtoise dengan ketelitian 0,1 centimeter

3. Pengukur tekanan darah sphygmomanometer dengan ketelitian 1,0 mmHg 4. Peralatan pengambil darah: syringe 10cc, kapas, alkohol, plester, tabung 5. Peralatan laboratorium: tube, sentrifuse, freezer, lemari es, shaker, printer,

spectrophotometer UV-1601 dengan panjang gelombang 200-800 nm (untuk pemeriksaan MDA) , ELISA reader (untuk pemeriksaan SOD dan OxLDL), Hitachi 902 analyzer (enzymatic colorimetric testuntuk pemeriksaan profil

lipid), AAS (untuk pemeriksaan Zn).

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan selama penelitian meliputi karakterisik responden yang terdiri dari: nama, tanggal lahir, menstruasi terakhir, lama menopause, suku bangsa, status pernikahan, frekuensi kehamilan, jumlah anak, keikutsertaan KB, jenis KB yang digunakan. Identitas responden dikumpulkan di awal tahap penelitian. Data sosial ekonomi meliputi : pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pengeluaran, jumlah anggota keluarga dalam satu rumah. Data aktivitas fisik meliputi aktivitas di rumah dan olah raga (lama, jenis, dan frekuensi).

Data status kesehatan yang dikumpulkan meliputi riwayat penyakit, konsumsi obat, kebiasaan konsumsi suplement. Pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh dokter yang meliputi pemeriksaan fisik, anamnesa, keluhan dan riwayat penyakit. Pemeriksaan kesehatan dilakukan setiap kali akan dilakukan pengambilan darah.

(33)

kali dilakukan pengambilan darah. Pengukuran TB menggunakan Microtoise dengan ketelitian 0.1 cm, pengukuran BB menggunakan timbangan injak merek seca ketelitian 0.1 kg, dan pengukuran tekanan darah menggunakan alat ukur tekanan darah tensimeter raksa.

Tabel 9 Variabel penelitian

Variabel Sebelum run-in

Sebelum fase 1

Setelah fase 1

Sebelum fase 2

Setelah fase 2

Karakteristik sampel 

Sosial Ekonomi 

Profil Lipid

-Total kolesterol     

-Kolesterol-HDL     

-Kolesterol-LDL     

-Trigrliserida     

SOD    

Zn    

Ox-LDL    

MDA    

Pemeriksaan Kesehatan     

Tekanan Darah

-Sistolik     

-Diastolik     

Sindrom Menopause    

BB     

TB 

Record (1x/mg)        

FFQ (1x/bl)   

Data biokimia darah meliputi: profil lipid, SOD, Zn, OxLDL, MDA. Pengambilan darah dilakukan sebanyak 5 kali. Data konsumsi meliputi : pencatatan konsumsi makanan (food record) dan FFQ. Food recorddilakukan 1

minggu sekali, sehingga total selama penelitian diperoleh 14 food record untuk

(34)

penelitian untuk melihat perubahan frekuensi konsumsi. Dari hasil food record

dianalisis konsumsi energi, karbohidrat, lemak, kolesterol, PUFA, MUFA, SAFA, protein, vitamin E, Se, Zn, Cu dan Fe serta serat. Kepatuhan konsumsi tempe ditanyakan setiap hari (pada keesokan harinya, bersamaan dengan pemberian tempe pada sampel).

Tabel 10 Indikator dan metode pengumpulan data

Variabel Indikator Kunci Metode

Karakteristik responden

Umur, lama menopause, frekuensi kehamilan, alat KB yang pernah digunakan

Wawancara berdasar kuesioner

Sosial ekonomi Pengeluaran per kapita/bulan Pekerjaan

Pendidikan

Wawancara berdasar kuesioner

Status kesehatan Pernah/tidak pernah sakit, kebiasaan minum obat, pemeriksaan fisik

kesehatan

Pemeriksaan dan Wawancara

Riwayat penyakit Jenis penyakit yang pernah diderita Wawancara berdasar kuesioner

Konsumsi Food record

FFQ

Konsumsi per hari

Frekuensi dalam 1 bulan terakhir

Pengisian formulir food record

Wawancara berdasar kuesioner

Antropometri BB, TB Pengukuran BB dan TB

Biokimia darah Kolesterol total K-LDL

Zat gizi dan non gizi pada tempe

Protein dan Asam amino Lemak dan asam lemak Zn, Fe, Cu

Isoflavon

Analisis laboratorium

(35)

Pengambilan sampel darah dilakukan 5 kali (1 kali penapisan dan 4 kali saat perlakuan). Sampel darah diambil sebanyak 8 ml dimasukkan dalam tabung tanpa koagulan dan kemudian diputar dengan sentrifuse untuk diambil serumnya. Serum di bagi menjadi 7 (5 untuk variabel dan 2 cadangan). Serum disimpan dalam freezer -200C sebelum dilakukan analisis. Kandungan gizi dan non gizi

tempe yang dianalisis adalah : protein, asam amino, lemak, asam lemak, Zn, Cu, dan isoflavon total.

Pengendalian Kualitas Data

Tim peneliti direkruit dengan seleksi sehingga memenuhi kriteria tertentu dengan tujuan agar penelitian menghasilkan data yang berkualitas. Kriteria petugas lapangan adalah sebagai berikut:

- perempuan - lulusan S-1 gizi

- mempunyai pengalaman dalam mewawancarai responden - mempunyai pengalaman di lapangan

- dapat berkomunikasi dengan baik - tertarik dengan penelitian ini - disiplin

- mempunyai komitmen untuk menyelesaikan pekerjaan

- mempunyai kapasitas untuk membuat laporan kegiatan lapangan - mampu bekerja sendiri maupun sebagai tim

Semua calon petugas lapangan/pewawancara dilatih selama 1 hari di dalam ruangan dan 1 hari di lapangan. Materi yang diberikan selama pelatihan adalah latar belakang dan tujuan penelitian survei, desain penelitian, metode pemilihan sampel, bagaimana menghadapi responden, penguasaan kuesioner, proses wawancara, teknik wawancara (pendekatan, pelaksanaan, probing), penyelesaian masalah dan simulasi (praktek di kelas). Hari kedua akan dilakukan ujicoba wawancara di lapangan dengan kriteria responden mirip dengan responden penelitian. Setelah pelatihan maka modifikasi/perbaikan manual dilakukan sesuai dengan pengalaman saat uji coba di lapangan.

(36)

jawaban yang kemungkinan belum tercantum sebagai pilihan di kuesioner. Selain itu juga untuk memastikan bahwa kuesioner telah dipahami dengan baik oleh pewawancara dan menghindari aspek sensitif.

Reliabilitas pertanyaan dikendalikan untuk menjaga konsistensi pertanyaan yang diberikan oleh pewawancara. Hal ini dilakukan terhadap sub sampel dari setiap pewawancara dengan cara wawancara ulang yang dilakukan oleh peneliti dan dibandingkan dengan jawaban responden sebelumnya.

Pertemuan rutin petugas dilakukan untuk memastikan data telah terkumpul dengan baik dan untuk mengetahui masalah serta penyelesaiannya di lapangan. Petugas lapangan secara rutin dikumpulkan bersama-sama setiap hari untuk mendiskusikan hal tersebut. Hasil wawancara akan diperiksa oleh pewawancara lain dan di periksa kembali oleh peneliti, hal tersebut untuk memastikan semua kuesioner sudah dijawab dengan lengkap oleh sampel.

Pemilihan tempat analisis serum berdasarkan kemampuan peralatan dan tenaga laboratorium yang berpengalaman mengalanisis parameter tertentu. Hal tersebut menyebabkan analisis tidak dapat dilakukan di satu laboratorium namun menyebar menjadi beberapa tempat. Tabel berikut berisi tempat analisis serum dilakukan,.

Tabel 11 Laboratorium analisis biokimia darah

No. Jenis pemeriksaan Tempat pemeriksaan

1. Profil lipid Lab. Patologi Klinik FK – UI

2. SOD Lab. Biokimia FMIPA Universitas Brawijaya

3. MDA Lab. Biokimia FMIPA Universitas Brawijaya 4. Ox-LDL Lab. Biokimia FMIPA Universitas Brawijaya 5. Zn Lab. Biokimia Puslibang Gizi dan Makanan

Kemenkes RI

6. Isoflavon tempe Lab. Bioprospeksi Bidang Mikrobiologi LIPI

(37)

Penilaian terhadap proses pengumpulan data dilakukan di lapangan oleh supervisor untuk memeriksa apakah pewawancara mengumpulkan data dengan tepat. Selain itu juga untuk mengetahui masalah yang ditemukan di lapangan. Penilaian kualitas data entry dilakukan minimal 10% dari total data. Entry ulang akan dilakukan jika terdapat inkonsistensi. Pengukuran antropometri dilakukan oleh tenaga terlatih dan alat ukur yang digunakan (timbangan, microtoise) telah dikalibrasi sebelum digunakan.

Pengambilan darah dilakukan oleh tenaga ahli sedangkan analisis sampel darah dilakukan di beberapa laboratorium yang sudah terstandarisasi. Pengambilan darah selalu dilakukan serentak mulai jam 6.30 WIB hingga 9.00 WIB. Hal tersebut dilakukan untuk meminimalkan variasi hari dan cuaca serta kondisi lain yang dikhawatir mempengaruhi spesimen darah.

Metode Pemeriksaan Laboratorium

Secara rinci prosedur kerja analisis spesimen darah dimuat dalam lampiran. Berikut secara ringkas adalah reagent yang digunakan dalam analisis tersebut.

1. Profil lipid

- Kolesterol total: diperiksa dengan metodeenzymatic colorimetric test

“cholesterol CHOD-PAP (Roche, 2007). No Katalog 11489232-216

- Trigliserida: diperiksa dengan metodeenzymatic colorimetric test

“triglycerides GPO-PAP (Roche, 2007). No Katalog 11488872-216

- Kolesterol-LDL: diperiksa dengan metodeenzymatic colorimetric test

“LDL-cholesterol CHOD-PAP (Roche, 2007).

- Kolesterol-HDL diperiksa dengan metodeenzymatic colorimetric test

“HDL-cholesterol CHOD-PAP (Roche, 2007). No Katalog 04713184-190 2. Aktifitas SOD diperiksa dengan metodeactivity assaymenggunakan reagent

merk Northwest (NWK-SOD02)

3. OxLDL diperiksa dengan metodeenzyme immunoassaymenggunakan reagent

merk Mercodia, Swedia

4. MDA diperiksa dengan spektrofotometer, bahan yang digunakan antara lain TCA, Na Thio, dan HCl

(38)

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan secara bertahap, dimulai dari data yang terkumpul di lapangan hingga data siap dianalisis. Data yang terkumpul di lapangan akan diperiksa oleh peneliti, jika terdapat kekurangan data pewawancara akan melengkapi dengan wawancara ulang kepada sampel. Jawaban pertanyaan dikoding oleh pewawancara sehingga mempermudah proses input data. Selanjutnya data diinput ke komputer. Jika proses input data telah selesai, dilakukan proses pembersihan data dengan cara melihat sebaran data setiap variabel. Data ekstrim akan dicek kembali ke kuesioner. Data yang telah dibersihkan selanjutnya dianalisis secara diskriptif dan statistik menggunakansoft ware statistik. Sebelum dilakukan uji statistik lanjut semua data disajikan dalam

bentuk statistik elementer (minimal, maksimal, rata-rata dan standar deviasi). Data kuantitatif konsumsi pangan (food record) yang diambil 1x/mgg

direkapitulasi untuk mengetahui berbagai jenis pangan dan ukuran (gram) yang dikonsumsi sampel. Untuk bahan makanan khususnya jajanan yang tidak lazim, peneliti membeli bahan makanan tersebut di warung sekitar tempat tinggal responden. Terindikasi ada sekitar 20 jenis jajanan yang dibeli dan digunakan untuk mengetahui bahan asal dan berat makanan. Daftar ini digunakan sebagai panduan dalam memasukkan jenis makanan ke dalam soft ware. Semua jenis

makanan dan berat makanan kemudian dimasukkan dalamsoft ware Nutrisurvey

untuk dihitung energi, karbohidrat, protein, lemak, kolesterol, MUFA, SAFA, PUFA, serat, vitamin E, Seng dan Cu. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan AKG (WKNPG 2004) untuk mengetahui kecukupan zat gizi setiap sampel. Data kualitatif konsumsi pangan (FFQ) merupakan data pendukung kuantitatif di ambil 1x/bln direkapitulasi dan dikonversi dalam hari atau minggu untuk menggambarkan frekuensi konsumsi responden.

(39)

Kosmogorov-Smirnov dan Uji homogenitas varian menggunakan Lavena test. Jika p>0.05 maka sebaran data tergolong terdistribusi normal dan varians data tergolong homogen. Untuk mengetahui perubahan kadar parameter biokimia darah sebelum dan setelah intervensi serta membandingkan antara kelompok perlakuan dan kontrol (K-T, K-LDL, K-HDL, trigliserida, SOD, Zn, Ox-LDL dan MDA) digunakan Anova design repeated measurement atau GLMRM (general linier model repeated measurement).

Untuk mengetahui hubungan masing-masing konsumsi zat gizi terhadap perubahan kadar setiap parameter biokimia darah dilakukan uji bivariat dengan uji pearson jika data terdistribusi normal dan uji sperman jika data tidak terdistribusi normal. Selanjutnya analisis regresi linier multivariat digunakan untuk mengetahui faktor (konsumsi zat gizi) yang paling mempengaruhi perubahan parameter darah setelah perlakuan.

Definisi Operasional

(40)

Tabel 12 Definisi operasional

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur

Usia Usia dihitung sejak lahir

hingga ulang tahun terakhir

Kuesioner Wawancara < 50 thn

51 – 55 thn >55 thn

Pendidikan Lama sekolah yang berhasil

diselesaikan responden

Kuesioner Wawancara Lulus SD

Lulus SMP Lulus SMA Lulus Akd/S-1

Pekerjaan Aktivitas di dalam atau

diluar rumah yang menghasilkan uang

Kuesioner Wawancara Bekerja

Tidak bekerja

Pengeluaran Besarnya rupiah yang dikeluarkan perkapita per bulan

Kuesioner Wawancara < rata-rata

> rata-rata

Suku Asal daerah orang tua Kuesioner Wawancara Sunda

Jawa Minang, dll Lama menopause Dihitung sejak terakhir kali

menstruasi hingga saat penelitian dimulai

Kuesioner Wawancara Lama nya

menopause dalam tahun Pengetahuan gizi Nilai yang diperoleh setelah

menjawab pertanyaan

Konsumsi Jumlah dan jenis makanan

yang dikonsumsi dalam satu hari yang disajikan dalam persentase total dari Angka Kecukupan Gizi

Form food record

Pengisian < AKG

> AKG

(41)

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Tekanan darah Hasil pengukuran sistolik dan

diastolic yang dilakukan pada posisi duduk setelah

beristirahat minimal 10 menit

Tensi meter Mengukur

tekanan darah pada lengan bagian atas

Hipertensi: sistolik >140 mmHg dan atau diastolik <90 mmHg Non hipertensi: sistolik <140 mmHg dan diastolik < 90 mmHg

Genetik Penyakit yang diturunkan dari

salah satu orang tua atau saudara yang lebih tua

Kuesioner Wawancara Ada: jika salah satu

keluarga yang lebih tua mengalami salah satu jenis pyk degeneratif Tidak ada: jika tidak ada anggota keluarga yang terkena pyk degeneratif

Merokok Kebiasaan merokok yang

dilakukan sehari-hari

Kuesioner Wawancara Ya: jika saat

penelitian sampel terbiasa merokok Tidak: jika saat penelitian sampel tidak merokok Aktivitas fisik Kegiatan olah raga yang

dilakukan secara rutin dalam satu minggu

kuesioner Wawancara Jarang (<3x/mg) Sering (>3x/mg)

K-Total Kadar kolesterol dalam serum

darah

K-LDL Kadar LDL dalam

serum darah

K-HDL Kadar HDL dalam

(42)

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Trigliserida Kadar trigliserida dalam

serum darah

Analisis laboratorium

Pengambilan darah lewat vena dan dianalisis di Lab

Rasio

SOD Kadar enzim superoksida

dismutase dalam serum darah

Analisis laboratorium

Pengambilan darah lewat vena dan dianalisis di Lab

Rasio

Zinc Kadar Zn dalam serum darah Analisis

laboratorium

Pengambilan darah lewat vena dan dianalisis di Lab

Rasio

MDA Kadar MDA dalam

serum darah

Analisis laboratorium

Pengambilan darah lewat vena dan dianalisis di Lab

Rasio

Oksidasi LDL Kadar oksidasi LDL dalam serum darah

Analisis laboratorium

Pengambilan darah lewat vena dan dianalisis di Lab

(43)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penapisan Awal

Berdasar data Dinas Kesehatan Kota Bogor diperoleh gambaran Puskesmas yang memiliki Posbindu (Pusat Pembinaan Terpadu – tempat berkumpulnya Lansia secara rutin) yang tergolong aktif. Selanjutnya nama dan lokasi Posbindu diperoleh dari data Puskesmas setempat. Setelah penetapan Pusbindu, dilakukan pendataan semua anggota Posbindu terpilih dan tercatat 440 anggota Posbindu yang kemudian terpilih 123 calon sampel yang memenuhi kriteria awal inklusi yaitu : menopause secara alami, menopause telah berlangsung selama 1 hingga 5 tahun, tidak menderita penyakit degeneratif, dan jika terpilih bersedia menjalani perlakuan penelitian selama sekitar 3 bulan. Calon sampel selanjutnya mengikuti penapisan (skrening) darah untuk dilakukan pemeriksaan : profil lipid (K-total, K-LDL, K-HDL, TGA), kadar tekanan darah, pemeriksaan kesehatan secara umum dan riwayat penyakit serta penimbangan BB dan pengukuran TB untuk menentukan IMT.

Tabel 13 menunjukkan distribusi calon sampel berdasar profil lipid penapisan darah. Persentase terbesar dari profil lipid yang tidak normal adalah kolesterol total disusul dengan trigliserida dengan jumlah lebih dari 20%, sedangkan kadar profil lipid lain yang tidak normal persentasenya kurang dari 20%.

Tabel 13 Distribusi profil lipid saat penapisan (n = 123 orang)

Variabel Standar

normal

Mean + SD Normal Tidak normal

n % n %

Profil lipid

Kolesterol total mg/dL < 200 197.1 + 33.5 70 56.9 53 43.1

Kolesterol LDL mg/dL < 130 95.6 + 30.6 103 83.7 20 16.3 Kolesterol HDL mg/dL > 40 48.8 + 10.2 102 82.9 21 17.1 Trigliserida mg/dL < 150 125.8 + 60.7 93 75.6 30 24.4 Kolesterol / K-HDL mg/dL < 5 4.2 + 0.8 99 80.5 24 19.5

K-LDL/K-HDL mg/dL < 3.5 2.0 + 0.3 118 95.9 5 4.1

(44)

Indeks Massa Tubuh (IMT) diukur untuk mengetahui sebaran status gizi sampel berdasar perbandingan BB dalam kilogram dengan TB kuadrat dalam meter. Distribusi IMT menunjukkan bahwa persentase IMT terbesar adalah “obesitas” dan “normal”, disusul “gemuk” dan terendah adalah “kurang”. Lebih dari sepertiga calon sampel mengalami obesitas dan prevalensi ini jauh di atas prevalensi nasional obesitas pada dewasa wanita yaitu 23.8% (Riskesdas 2007).

Tekanan darah diukur melalui mengukuran tekanan sistolik (tekanan darah yang dihasilkan pada saat jantung berkontraksi) dan tekanan diastolik (tekanan darah yang dihasilkan saat jantung berelaksasi). Peningkatan tekanan darah merupakan karakteristik dari hipertensi yaitu kenaikan tekanan darah sistolik dan diastolik dimana tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan atau diastolik > 90 mmHg (WHO 1999). Prevalensi hipertensi di Indonesia menurut survey INA-MONICA diperkirakan sekitar 6-15% penduduk mengalami hipertensi. Sementara itu hasil SKRT 1992, 1995 dan 2001, persentase hipertensi menunjukkan peningkatan yang cukup bermakna yaitu 16.0%, 18.9% dan 26.4% (Komnas ISH 2007) sedangkan hasil Riskesdas 2007 sebesar 29.8%. Disebutkan pula bahwa persentase wanita yang mengalami hipertensi lebih tinggi dibanding laki-laki. Hasil penapisan menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga calon sampel wanita menopause yang diukur mengalami hipertensi. Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa pada wanita yang telah memasuki masa menopause akan mengalami peningkatan risiko hipertensi.

Tabel 14 Distribusi IMT dan tekanan darah saat penapisan (n=123)

Variabel Kriteria n %

IMT (kg/m2) Kurang : <18.5 1 0.8

Mean = 27.3 + 4.9 Normal : 18.5 – 25 49 39.8 Gemuk : 25.1 – 27 24 19.5

Obesitas : >27 49 39.8

Tekanan Darah (mmHg) Normal 74 60.2

Hipertensi 49 39.8

(45)

(Kawada 2002). Hasil ini mendukung temuan Riskesdas (2007) bahwa 19.1% kasus kelebihan BB berdasar IMT pada penduduk usia diatas 15 tahun merupakan faktor risiko utama hipertensi (Depkes 2008).

Tingginya persentase obesitas dan hipertensi pada calon sampel penelitian ini dikhawatirkan dapat meningkatkan risiko PJK. Berdasar latar belakang sosial ekonomi calon sampel yang sebagian besar tergolong rendah, maka dapat dikatakan bahwa risiko PJK tidak hanya tinggi pada golongan ekonomi menengah ke atas namun juga terjadi pada masyarakat yang berlatarbelakang sosial ekonomi menengah ke bawah. Keterpaparan calon sampel terhadap pelayanan kesehatan seperti puskesmas terjadi hanya jika mereka dalam keadaan sakit, serta hampir semua calon sampel tidak mengonsumsi obat anti hipertensi secara rutin. Hal ini mendukung ternyataan Bustan (2000) bahwa hanya 4% penderita hipertensi di

Indonesia yang memeriksakan tekanan darahnya dan mengusahakan

pengobatannya (penderita hipertensi terkontrol).

Penentuan sampel terpilih untuk mengikuti intervensi ditetapkan berdasar kriteria awal penapisan ditambah dengan jika salah satu dari kadar profil lipidnya tidak normal. Berdasar kriteria tersebut terpilih 67 calon sampel, dimana 7 orang diantaranya tidak hadir saat pengambilan darah fase 1. Alasan ketidakhadiran adalah karena mereka bekerja di tempat yang jauh sehingga tidak memungkinkan untuk diberi intervensi setiap harinya. Jumlah sampel yang hadir pada pengambilan darah fase 1 sejumlah 60 orang, dan terjadi drop out sebanyak 7 orang, sehingga di akhir penelitian yang mempunyai data lengkap berjumlah 53 orang. Alasan drop out 7 orang adalah: 1 orang sakit tetanus, 1 orang tidak hadir saat pengambilan darah terakhir dan 5 orang tidak bersedia melanjutkan karena alasan non medis (pergi untuk waktu yang lama, bosan, dilarang keluarga lain).

Karakteristik Sampel

Berdasar kriteria awal penapisan, telah ditetapkan individu yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini. Sebelum masuk pada fase intervensi, sampel akan menjalani faserun inselama 2 minggu. Selama fase tersebut sampel

(46)

pada intervensi yang akan diterimanya. Setelah melewati faserun in, selanjutnya

akan diambil darah yang pertama (sebelum perlakuan).

Sampel penelitian berdasar usia, pendidikan, pekerjaan, pengeluaran, suku, lama menopause, pengetahuan gizi

Total sampel terpilih yang lengkap data intervensi dan data sosial ekonomi berjumlah 53 sampel. Tabel berikut menunjukkan karakteristik umum sampel yang meliputi usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, pengeluaran, suku bangsa, lama menopause dan pengetahuan gizi.

Tabel 15 Karakteristik sampel berdasarkan usia, pendidikan, pekerjaan, pengeluaran, suku, lama menopause, pengetahuan gizi

Variabel Kriteria n %

Usia (thn) 46 – 50 12 22.6

Mean = 54 51 – 55 24 45.3

56 – 62 17 32.1

Pendidikan Tidak lulus SD 11 20.8

Lulus SD 24 45.3

Lulus SMP 6 11.3

Lulus SMA 11 20.8

Lulus PT 1 1.9

Pekerjaan Bekerja 20 37.7

Tidak Bekerja 33 62.3

Pengeluaran per kapita

Mean = Rp 312.000,- < Mean 34 64.2

> Mean 19 35.8

Suku Sunda 47 88.7

Jawa 5 9.4

Minang 1 1.9

Lama Menopause (thn) 1 6 11.3

2 12 22.6

3 16 30.2

4 9 17.0

5 10 19.0

Pengetahuan Gizi Kurang (< 60%) 45 84.9

Sedang (60%-80%) 6 11.3

Baik (>80%) 2 3.8

(47)

tahun, diikuti 55-62 tahun dan paling sedikit 46-50 tahun. Hal tersebut sesuai dengan teori, bahwa pada umumnya wanita mulai mengalami menopause saat memasuki usia 50 tahun, meskipun kadang terjadi juga pada usia yang lebih awal.

Lebih dari separuh sampel berpendidikan rendah, bahkan tidak lulus SD, sepertiga sampel berpendidikan menengah dan hanya satu orang yang lulus perguruan tinggi. Jenis pekerjaan sampel sejajar dengan pendidikan yang telah ditamatkan, dimana lebih banyak sampel yang tidak bekerja dibandingkan yang bekerja. Jenis pekerjaan sampel umumnya tidak membutuhkan ketrampilan khusus seperti: penjual makanan, penjual kelontong, buruh cuci, serta petugas tidak tetap kantor kelurahan. Jenis pekerjaan juga sejajar dengan besarnya pengeluaran keluarga per bulan yang tergolong rendah.

Rata-rata pengeluaran per kapita per bulan adalah Rp 312.000,-, dengan kisaran Rp 60.000,- hingga Rp 935.000,-. Besarnya pengeluaran keluarga sampel tidak terdistribusi normal, lebih condong pada pengeluaran rendah, yang terbukti lebih besarnya (64,2%) responden dengan pengeluaran kurang dari mean dibandingkan pengeluaran lebih besar dari mean (35,8%). Lokasi penelitian berada di Kota Bogor, Jawa Barat, yang berpengaruh pada tingginya persentasi sampel yang bersuku Sunda (88,7%) dibandingkan suka lain. Variabel

pendidikan, pekerjaan dan pengeluaran yang hampir homogen, lebih

mempersempit variasi sampel khususnya dalam hal pemilihan konsumsi yang juga dihitung dalam penelitian ini.

Rentang lama menopause menyebar antara 1 tahun hingga 5 tahun dengan presentase terbesar ada di lama 3 tahun (30,2%) dan paling kecil lama 1 tahun (11,3%). Dibatasinya rentang lama menopause di atas 1 tahun adalah jika kurang dari 1 tahun masih dalam tahap transisi hormonal dan kemungkinan masih akan terjadi menstruasi kembali, selain itu juga untuk lebih menghomogenkan sampel dalam rentang menopause. Dikhawatirkan jika masa menopause lebih dari 5 tahun, usia sampel akan semakin tua dan risiko penyakit degeneratif semakin besar sehingga akan mempersulit mendapatkan sampel yang sesuai kriteria inklusi.

Gambar

Tabel 9 Variabel penelitian
Tabel 10 Indikator dan metode pengumpulan data
Tabel 12 Definisi operasional
Tabel 13 Distribusi profil lipid saat penapisan (n = 123 orang)
+7

Referensi

Dokumen terkait