• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hot Pepper (Capsicum Annuum. L) Online Agribussiness Consultasion System

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hot Pepper (Capsicum Annuum. L) Online Agribussiness Consultasion System"

Copied!
297
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM KONSULTASI ONLINE AGRIBISNIS CABAI

(

Capsicum annuum

. L)

SUPRIYANTO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “Sistem Konsultasi Online Agribisnis Cabai (Capsicum annuumm. L)” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di Bagian akhir tesis ini.

Bogor, September 2011

(3)

ABSTRACT

SUPRIYANTO, Hot Pepper (Capsicum Annuum. L) Online Agribussiness Consultasion System. Under supervisioning of KUDANG BORO SEMINAR, SRIANI SUJIPRIHATI, and HENDRA RAHMAWAN.

The objective of the research was to develop an online consultation system for Chili Pepper (Capsicum annuum. L) agribusiness. The method included problem identification, the search knowledge sources, knowledge acquisition, knowledge representation and online consultation system development. Knowledge from the expert and other’s materials has been captured and represented using production rules for develop the system. The system was developed using extreme programming (XP) which included the stages of analysis, design and implementation. The results of this research is on line chili pepper agribusiness consultation system consisting of consultation modules like choosing the chili pepper variety, determination of fertilizer dosage, pest and deasese handly, cultivation knolwedge, farming bussiness analysis, climate conditions, governement policies, and chili pepper price information.The prototype of the system has been implemented using PHP and MySQL and running well on the internet. User can access the system using internet browser at www.cabe.ipb.ac.id.

(4)
(5)

RINGKASAN

SUPRIYANTO, Sistem Konsultasi Online Agribisnis Cabai (Capsicum annuum. L). Dibawah bimbingan KUDANG BORO SEMINAR, SRIANI SUJIPRIHATI, dan HENDRA RAHMAWAN.

Faktor yang menyebabkan produktivitas cabai rendah di Indonesia diantaranya adalah belum banyak digunakannya varietas berdaya hasil tinggi, kurang penerapan teknologi budidaya yang sesuai, penanganan pasca panen yang belum optimal, serangan hama penyakit, dan kurangnya akses terhadap informasi dan sumber pengetahuan terkait agribisnis cabai. Secara umum informasi dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh petani adalah informasi teknologi budidaya, ketersediaan permodalan, informasi teknologi pengolahan hasil, informasi dukungan pemasaran dan metode analisis usaha tani (Tamba, 2007).

Untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan terkait dengan budidaya cabai saat ini petani bergantung kepada media informasi yang ada. Media informasi tersebut diantaranya adalah produsen benih, produsen sarana produksi pertanian, pedagang (tengkulak), dan media-media komunikasi lain. Media-media tersebut dirasa kurang cukup dalam rangka memecahkan permasalahan agribinis cabai. Untuk memecahkan permasalahan tersebut maka perlu dibangun sistem konsultasi online agribisnis cabai (Capsicum annuum.L). Sistem konsultasi ini dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan akan informasi dan pengetahuan (knowledge) yang tarkait dengan peningkatan hasil dalam kegiatan agribisnis. Sistem konsultasi yang akan dibangun diharapkan dapat menjadi media diseminasi informasi dan pengetahuan agribisnis.

(6)

dilaksanakan pada Desember 2010 sampai dengan Juli 2011 di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Departemen Ilmu Komputer, Departemen Proteksi Tanaman Institut Pertanian Bogor dan studi lapangan di Liwa, Lampung Barat.

Metode yang digunakan untuk melakukan rancang bangun sistem konsultasi dilakukan dengan menggunakan extreme programming (XP) yang meliputi tahapan analisis, desain dan implementasi. Hasil dari penelitian ini adalah sistem konsultasi online agribisnis cabai yang terdiri dari modul-modul konsultasi. Modul konsultasi yang dikembangkan adalah konsultasi pemilihan varietas unggul, penentuan dosis pupuk, pengendalian hama, pengendalian penyakit, teknologi budidaya, analisis usaha tani, iklim, kebijakan pemerintah, dan informasi harga. Sistem telah diimplementasikan dengan menggunakan bahasa pemgrograman PHP dan basis data MySQL serta diinstall di server Institut Pertanian Bogor dengan domain www.cabe.ipb.ac.id dan berjalan dengan baik pada komputer yang terkoneksi internet.

(7)

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2011

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutka sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan wajar IPB

(8)
(9)

SISTEM KONSULTASI ONLINE AGRIBISNIS CABAI

(

CAPSICUM ANNUUM

.L)

SUPRIYANTO

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister Sains

pada Program Studi Ilmu Komputer

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(10)
(11)

Judul Tesis : Sistem Konsultasi Online Agribisnis Cabai (Capsicum annuum. L)

Nama : SUPRIYANTO

NRP : G651090191

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Kudang Boro Seminar, M.Sc Ketua

(Alm). Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, M.S Hendra Rahmawan, S.Kom, M.T

Anggota Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana, Ilmu Komputer

Dr. Ir. Agus Buono, M.Si, M.Kom Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

(12)
(13)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya

penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis sebagai syarat dalam menyelesaikan

perkuliahan di Program Magister Ilmu Komputer, Institut Pertanian Bogor.

Shalawat serta salam semoga senantiasa di berikan kepada Nabi Muhammad,

SAW, keluarganya, dan umatnya sampai akhir zaman.

Penelitian yang dilaksanakan oleh penulis adalah analisis dan rancang

bangun sistem konsultasi online agribisnis cabai (Capsicum annuum.L).

Terdapat lima sub-sistem kegiatan agribisnis yang tercakup dalam sistem

konsultasi yang dibangun. Kelima subsistem tersebut adalah (1) Sub-sistem faktor input pertanian (input factor sub-system), (2) Sub-sistem produksi pertanian (production sub-system), (3) Sub-sistem pengolahan hasil pertanain (processing sub-system), (4) Sub-sistem pemasaran (marketing sub-system), dan (5) Sub-sistem kelembagaan penunjang (supporting institutin sub-system).

Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungan dari

semua pihak yang mendukung baik secara langsung maupun tidak langsung

dalam pelaksanaan kuliah maupun penelitian yang akan dilaksanakan. Secara

khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibunda Warsini dan Ayahanda Suyadi (Alm), atas dukungan materil dan non

materil selama penulis kuliah di Institut Pertanian Bogor. Wejangan dan

bimbingan ibunda yang tak pernah dapat digantikan olesh siapapun turut

menemani langkah penulis.

2. Prof. Dr. Ir. Kudang Boro Seminar, M.Sc atas bimbingan dan arahan kepada

penulis. Wejangan beliau yang selalu dinantikan dan menjadi pemicu

suksesnya penulisan tesis ini.

3. Hendra Rahmawan, S.Kom, M.T atas bimbingan dan masukan selama kuliah

dan bimbingan di Pascasarjana Ilmu Komputer IPB.

4. Almarhumah Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, M.S atas bimbingan substansi

kegiatan budidaya cabai. Penulis banyak mendapatkan pengetahuan dan

(14)

5. Dr. Ir. Widodo atas masukan dan diskusinya terkait dengan budidaya dan

proteksi tanaman cabai merah. Masukan dan arahan yang diberikan sangat

membantu dalam terselesaikannya peneliitan ini.

6. Dr. Ir. Agus Buono, M.Si, M.Kom atas dukungannya kepada seluruh

mahasiswa pascasarjana Ilmu Komputer IPB untuk segera menyelesaikan

pendidikan.

7. Yang tersayang Iin Fadhilah yang telah mendukung penulis selama

melanjutkan pendidikan di S2 Ilmu Komputer IPB.

8. Yang terasayang adik-adikku Dwi Susanto dan Dyah Tri Lestari atas

dukungan kepada penulis dalam penulisan tesis ini.

9. Rekan-rekan seperjuangan angkatan XI S2 Ilmu Komputer IPB (Alm Pak

Oke Hendrady, Pak Mukhlis, Pak Tahir, Mas Mawan, Pak Rico, Pak Iyan,

Mas Kamal, Rafi, Asyar, Aries M, Pak Yusuf, Bu Zuriati, Bu Dewi, Bu

Sinta, Bu Retno, Pak Boy, Pak Azhari) atas kebersamaan dan bantuannya

selama kuliah dan penelitian di MKOM IPB.

10.Pak Yadi dan Pak Ruhyan selaku TU di departeman Ilmu Komputer IPB

yang selalu membantu penulis dalam penyelesaian administrasi pendidikan

selama penulis menempuh S2.

11.Rekan-rekan anggota pramuka IPB (Jun Harbi, Tiara Eka Suardi, Andi

Kurniawan, Bayu Anggara, Hasriani, Bu Ratna, Suriya Adi Putra, Prastiwi

Febriana, Antoni, Megasari Kusuma, Pipin Urip Kurniasih, Arlin dan

lain-lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu) yang selalu memberikan

keceriaan dan semangat bagi penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih banyak

kekurangan. Kritik, saran dan masukan dalam penelitian ini sangat penulis

harapkan, demi sempurnanya penelitian ini di kemudian hari.

Bogor, September 2011

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis (Supriyanto) dilahirkan di Boyolali pada hari Minggu, 7 Desember 1986 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Alm. Suyadi dan Warsini. Penulis mengenyam pendidikan dasar di MIN 3 Watas, Liwa (1992-1994), SDN Keyongan 1, Boyolali (1994-1996), dan SD Negeri 1 Sebarus (1996 – 1998). Pendidikan menengah penulis didapatkan di SMP Negeri 1 Liwa (1998 – 2001) dan SMU Negeri 1 Liwa (2001-2004). Setelah lulus SMU pada tahun 2004 - 2008 penulis melanjutkan jenjang pendidikan S1 di Teknik Pertanian (TEP), Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selanjutnya tahun 2009 – sekarang, penulis melanjutkan ke Magister (S2) Ilmu Komputer (ILKOM), Institut Pertanian Bogor.

(16)
(17)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... iii

RINGKASAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... xv

DAFTAR ISI ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xxi

DAFTAR TABEL ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Ruang Lingkup ... 4

1.3. Tujuan ... 4

1.4. Manfaat ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Agribisnis ... 5

2.2. Cabai (Capsicum annuum. L) ... 7

2.2.1. Taksonomi ... 7

2.2.2. Morfologi ... 8

2.2.3. Varietas Cabai ... 8

2.2.4. Syarat Tumbuh ... 8

2.2.5. Konsumsi dan Produksi Cabai Indonesia ... 9

2.2.6. Produksi Cabai Dunia ... 10

2.3. Data, Informasi dan Pengetahuan ... 11

2.4. Sistem Informasi ... 12

2.5. Manajemen Pengetahuan ... 13

2.5.1. Sumber Pengetahuan ... 13

(18)

2.6. Knowledge Based System (KBS) ... 15

2.6.1. Sistem Pakar ... 17

2.6.2. Sistem Konsultasi ... 18

2.7. System Development Life Cycle ... 19

2.7.1. Pendekatan Prediktif (Tradisional) ... 19

2.7.2. Pendekatan Adaptif ... 21

2.8. Penelitian Terdahulu ... 27

METODOLOGI PENELITIAN ... 29

3.1. Kerangka Penelitian ... 29

3.2. Tahapan Penelitian ... 32

3.2.1. Identifikasi Masalah ... 32

3.2.2. Pencarian Sumber Pengetahuan ... 34

3.2.3. Akuisisi Pengetahuan ... 34

3.2.4. Representasi Pengetahuan ... 35

3.2.5. Analisis dan Perancangan Sistem ... 35

3.2.6. Pemeliharaan Sistem Konsultasi ... 37

3.3. Waktu dan Tempat Penelitian ... 37

PEMBAHASAN ... 39

4.1. Identifikasi Masalah ... 39

4.1.1. Tuntutan Kebutuhan Informasi dan Pengetahuan Agribisnis Cabai 39 4.1.2. Penyediaan Informasi Pertanian ... 40

4.1.3. Visi dan ruang lingkup sistem konsultasi agribisnis Cabai ... 42

4.2. Pencarian Sumber Pengetahuan ... 43

4.2.1. Pengetahuan Tacit ... 46

4.2.2. Pengetahuan Ekplisit ... 48

4.3. Akuisisi Pengetahuan ... 50

4.3.1. Tacit menjadi Tacit (Socialization) ... 50

4.3.2. Explicit menjadi Tacit (Internalization) ... 51

(19)

4.3.4. Pengetahuan Explicit menjadi Eksplisit (Combination) ... 51

4.4. Representasi Pengetahuan ... 52

4.4.1. Pengetahuan Pemilihan Varietas unggul ... 52

4.4.2. Pengetahuan Penentuan Dosis Pupuk Dasar ... 53

4.4.3. Diagnosa dan Pengendalian Penyakit ... 55

4.4.4. Identifikasi dan Penanggulangan Hama ... 57

4.4.5. Pengetahuan Teknologi Budidaya... 58

4.4.6. Pengetahuan Penanganan Pasca Panen ... 59

4.4.7. Teknik analisis usaha tani ... 59

4.4.8. Informasi Pasar... 60

4.4.9. Informasi Cuaca ... 60

4.4.10. Kebijakan, dukungan dan program-program pemerintah ... 60

4.5. Analisis Sistem ... 60

4.5.1. Analisis Kebutuhan SDM dalam Pengembangan Sistem Konsultasi ... 61

4.5.2. Pengguna dan Kebutuhan Pengguna ... 62

4.5.3. Kebutuhan Fungsional Sistem ... 64

4.5.4. Kebutuhan non Fungsional Sistem... 65

4.6. Perancangan Sistem Konsultasi ... 66

4.6.1. Use Case Diagram ... 66

4.6.2. Aktor ... 67

4.6.3. Class Diagram ... 68

4.6.4. Skenario diagram ... 69

4.6.5. Sequence Diagram ... 72

4.6.6. Aktivity Diagram ... 73

4.6.7. Desain Basis Data ... 74

4.6.8. Desain User Interface ... 75

4.7. Implementasi ... 78

4.7.1. Implementasi Basis Data ... 79

4.7.2. Implementasi Sistem Konsultasi ... 80

(20)

4.9. Perawatan Sistem Konsultasi ... 97

4.9.1. Perawatan Konten Sistem Konsultasi ... 97

4.9.2. Perawatan Jaringan dan Server ... 98

4.9.3. Usulan Kelembagaan Pengelola Sistem Konsultasi ... 99

KESIMPULAN DAN SARAN ... 101

5.1. Kesimpulan ... 101

5.2. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 103

LAMPIRAN ... 106

Lampiran 1. Dua Puluh Produsen Cabai Segara Dunia ... 107

(21)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lima Sub Sistem Kegiatan Agribisnis ... 5

Gambar 2. Trend Produksi Cabai Nasional Tahunan (BPS, 2011) ... 10

Gambar 3. Sepuluh Negara Produsen Cabai Terbesar di Dunia Tahun 2009 : Segar, (b) Kering (FOASTAT, 2011) ... 10

Gambar 4. Hubungan antara Data, Informasi dan Pengetahuan (Turban, et al., 2007) ... 11

Gambar 5. Strategi Transformasi Pengetahuan ... 14

Gambar 6. Arsitektur Knowledge Based System (KBS) ... 16

Gambar 7. Struktur Sistem Pakar (Turban, 2007)... 17

Gambar 8. Metode Waterfall (Satzinger et al., 2007) ... 21

Gambar 9. Model Pendekatan Spiral (Satzinger et al.. 2007) ... 22

Gambar 10. Diagram Proses UP (Satzinger et al., 2007)... 23

Gambar 11. Tahapan Extreme Programming (Abrahamsson, 2002) ... 25

Gambar 12. Tahapan-tahapan Penelitian ... 33

Gambar 13. Kegiatan Utama Agribisnis Cabai ... 45

Gambar 15. Skema Diagnosa dan Pengendalian Penyakit... 55

Gambar 16. Pohon Keputusan Pengendalian Penyakit Cabai (Widodo, et al., 2011) ... 56

Gambar 17. Skema Pengendalian Hama ... 57

Gambar 18. Hama Trips dan Gejala Serangannya (Berke, T, et al,. 2005) ... 58

Gambar 19. Diagram Pohon Konsultasi Teknologi Budidaya Cabai ... 58

Gambar 20. Skema Calon Pengguna Sistem Konsultasi ... 62

Gambar 21. Rancangan use case diagram untuk user umum pada sistem konsultasi agribisis cabai merah... 67

Gambar 22. Class Diagram Sistem Konsultasi Online ... 69

Gambar 23. Contoh Sequence Diagram Sistem Konsultasi ... 72

Gambar 24. Activity Diagram Sistem Konsultasi Online ... 73

Gambar 26. Desain Antarmuka Sistem ... 76

Gambar 27. Desain Halaman Konsultasi ... 77

(22)
(23)

DAFTAR TABEL

(24)
(25)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kegiatan agribisnis dapat digolongkan ke dalam dua kegiatan utama yaitu kegiatan usaha tani (on farm activities) dan kegiatan luar usaha tani (off farm activities) yang meliputi pengadaan sarana produksi, agroindustri pengolahan, pemasaran dan jasa-jasa penunjang. Terdapat lima sub sistem pada kegiatan agribisnis (Sumardjo, 2004) yaitu (1) Sub-sistem faktor input pertanian (input factor sub-system), (2) Sub-sistem produksi pertanian (production sub-system), (3) Sub-sistem pengolahan hasil pertanain (processing sub-system), (4) Sub-sistem pemasaran (marketing sub-system), dan (5) Sub-sistem kelembagaan penunjang (supporting institutoin sub-system). Kegiatan agribisnis bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup pelaku agribisnis. Salah satu komoditas agribisnis yang sangat sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia adalah cabai (Capsicum annuum. L).

Cabai dapat tumbuh secara optimal pada tanah regosol dan andosol. Kadar asam (pH) tanah yang cocok untuk penanaman cabai secara intensif adalah 6-7. Curah hujan yang ideal adalah 1.000 mm/tahun. Konsumsi cabai rata-rata penduduk Indonesia adalah 5,21 kg/kapita/tahun. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2009 adalah sebanyak 237.641.326 jiwa, yang terdiri dari 119.507.580 laki-laki dan 118.048.783 perempuan. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1,49 persen per tahun (Badan Pusat Statistik, 2011). Produksi cabai nasional tahun 2009 adalah 1.378.727 dengan luas panen 233.904 ha dan produktivitas rata-rata sebesar 5,89 ton/ha (Badan Pusat Statistik, 2011). Potensi hasil cabai merah lokal dapat mencapai 12-20 ton/ha dan potensi hasil cabai merah hibrida dapat mencapai 36 ton/ha (Prajnanta, 2007).

(26)

dan sumber pengetahuan terkait agribisnis cabai. Secara umum informasi dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh petani adalah informasi teknologi budidaya, ketersediaan permodalan, informasi teknologi pengolahan hasil, informasi dukungan pemasaran dan metode analisis usaha tani (Tamba, 2007).

Untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan terkait dengan budidaya cabai saat ini petani bergantung kepada media informasi yang ada. Media informasi tersebut diantaranya adalah produsen benih, produsen sarana produksi pertanian, pedagang (tengkulak), dan media-media komunikasi lain. Media-media tersebut dirasa kurang cukup dalam rangka memecahkan permasalahan agribinis cabai. Untuk memecahkan permasalahan tersebut maka perlu dibangun sistem konsultasi online agribisnis cabai (Capsicum annuum.L). Sistem konsultasi ini dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan akan informasi dan pengetahuan (knowledge) yang tarkait dengan peningkatan hasil dalam kegiatan agribisnis. Sistem konsultasi yang akan dibangun diharapkan dapat menjadi media diseminasi informasi dan pengetahuan agribisnis.

Penelitian terdahulu yang terkait diantaranya adalah Sistem Pakar Identifikasi penyakit yang menyerang tanaman cabai merah (Faihah, et al., 1999).

Domain pengetahuan yang tercakup dalam system pakar terdiri dari 12 jenis

penyakit tanaman cabai besar merah (Capsicum annuum L.) yang umum

menyerang. Basis pengetahuan diimplementasikan ke dalam perangkat lunak

WINEXSYS. WINEXSYS menyediakan fasilitas pemograman berbasis logika

(logic based programming) yang didukung oleh Graphical User Interface

sehingga memudahkan pemakai (user) berkomunikasi dengan sistem pakar.

Sistem pakar yang dibangun berjalan secara offline di satu komputer saja. Sistem

pakar ini memiliki 46 kaidah (rules), 17 pengkualifikasi (qualifiers) dan 24

pilihan solusi (choices). Metode identifikasi penyakit yang diterapkan dalam

sistem pakar menggunakan kaidah-kaidah baku yang biasa digunakan dalam

disiplin ilmu proteksi tanaman. Keluaran dari sistem ini adalah prediksi penyakit

yang menyerang tanaman cabai besar merah dan tindakan pengendalian

(27)

Ya-Feng, et al. (2007) melakukan penelitian pembuatan sistem pakar untuk

diagnosa kebutuhan nutrisi tanaman cabai. Pada penelitian ini basis pengetahuan

di representasikan ke dalam index. Mekanisme penalaran (reasoning) yang

digunakan adalah teknik forward. Sistem pakar yang dibangun diimplementasikan

dengan menggunakan VB dan SQL Server. Namun demikian sistem masih

dibangun untuk komputer stand alone. Gonzalez-Diaz, et al. (2009) membuat

sistem pakar untuk pengambilan keputusan dalam proteksi tanaman cabai merah.

Pengetahuan diperoleh dari literatur dan ahli. Pengetahuan selanjutnya

direpresentasikan dalam serangkaian aturan IF-THEN. Sistem ini meliputi

identifikasi gulma, 20 jenis serangga, 14 jenis penyakit, tiga faktor abiotik dan

tindakan pengendalian. Sistemini dilengkapi dengan 87 foto dan gambar yang

membantu dalam proses identifikasi.

Pada penelitian ini sistem kosultasi dibatasi pada komoditas cabai merah

untuk dataran tinggi. Sistem yang dibangun merupakan pengembangan dari

penelitian sebelumnya. Kebaruan dari peneliitan ini adalah sistem akan

diimplementasikan berbasis web (online). Modul konsultasi yang dikembangkan

dalam penelitian ini merupakan modul-modul konsultasi agribisnis cabai

(Capsicum annuum. L) yang meliputi konsultasi pemilihan varietas unggul,

penentuan dosis pupuk, pengendalian hama, pengendalian penyakit, teknologi budidaya, analisis usaha tani, iklim, kebijakan pemerintah, dan informasi harga. Modul-modul tersebut diintegrasikan sehingga dapat langsung dipergunakan oleh pelaku agribisnis. Pengetahuan-pengetahuan yang ditanam dalam sistem konsultasi diarahkan untuk spesifik lokasi dataran tinggi.

Sistem dibangun dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP dan basis

data (database) MySQL. PHP dan MySQL merupakan salah satu bahasa

pemrograman web yang cukup populer dan cukup banyak digunakan saat ini

karena kehandalannya. Pengetahuan-pengetahuan disimpan ke dalam basis

pengetahuan dengan menggunakan perangkat lunak basis data MySQL.

Keuntungan dari sistem online adalah sistem konsultasi dapat diakses dari

(28)

dan pengetahuan disediakan secara real time dan dapat melayani pengguna setiap

saat (24 jam per hari, 7 hari per minggu).

1.2. Ruang Lingkup

Sistem konsultasi online yang dibangun pada penelitian ini spesifik pada komoditas vabai merah (Capsicum annuum. L) untuk wilayah dataran tinggi dengan studi kasus di Liwa, Lampung Barat. Batasan sistem yang dibangun meliputi konsultasi :

1. Pemilihan Varietas Unggul 2. Penentuan Dosis Pupuk Dasar 3. Pengendalian Hama

4. Pengendalian Penyakit 5. Teknologi Budidaya Cabai 6. Pasca Panen

7. Analisis Usaha Tani 8. Prakiraan Cuaca, dan 9. Kebijakan Pemerintah

1.3. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Melakukan analisis dan desain sistem konsultasi online agribisnis cabai (Capsicum annuum.L).

2. Rancang bangun dan implementasi sistem konsultasi online agribisnis cabai.

1.4. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Menjadi solusi kepada pelaku agribisnis untuk dapat melakukan konsultasi terkait dengan kegiatan agribisnis cabai (Capsicum annuum. L).

2. Penyuluh pertanian dapat memanfaatkan sistem untuk kegiatan penyuluhan. 3. Menjadi terobosan baru atas kekurangan tenaga ahli di lapangan dalam

(29)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Agribisnis

Secara umum kegiatan agribisnis dapat digolongkan ke dalam dua kegiatan utama yaitu kegiatan usaha tani (on farm activities), sedangkan pengadaan sarana produksi, agroindustri pengolahan, pemasaran dan jasa-jasa penunjang dikelompokkan ke dalam kegiatan luar usaha tani (off farm activites). Setidaknya terdapat lima sub sistem pada kegiatan agribisnis (Sumardjo, 2004) yaitu (1) Sub sistem faktor input pertanian (input factor sub-system), (2) Sub-sistem produksi pertanian (production sub-system), (3) Sub-Sub-sistem pengolahan hasil pertanain (processing sub-system), (4) Sub-sistem pemasaran (marketing sub-system), dan (5) Sub-sistem kelembagaan penunjang (supporting institution sub-system).

Agribisnis

(1) Sub Sistem Faktor Input Pertanian

(2) Sub Sistem Produksi Pertanian

(3) Sub Sistem Pengolahan Hasil Pertanian (5) Sub Sistem Faktor

Kelembagaan Penunjang

(4) Sub Sistem Faktor Pemasaran

Gambar 1. Lima Sub Sistem Kegiatan Agribisnis

Faktor-faktor yang mendukung dalam kegiatan agribisnis baik pada kegiatan on-farm maupun off-farm diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Faktor ketersediaan sumber informasi (Agricultural Information Source Faktor).

(30)

pengetahuan (knowledge) dalam setiap kegiatan. Informasi yang dibutuhkan petani meliputi berbagai kegiatan agribisnis dari Hulu sampai Hilir. Kebutuhan informasi dan pengetahuan itu adalah (Margaret J et al., 2007) : a. Teknik pengolahan tanah, teknik pengolahan tanah menjadi penting bagi

petani. Pengolahan tanah yang baik menjadi faktor utama suksesnya kegiatan budidaya pertanian.

b. Benih, informasi mengenai benih meliputi benih apa yang harus digunakan untuk spesifik lokasi.

c. Cuaca dan Iklim, kondisi cuaca dan iklim yang berubah-ubah saat ini menjadikan petani sulit untuk memprediksi cuaca dan ilkim pada spesifik lokasi. Petani membutuhkan informasi yang real time terkait dengan cuaca dan iklim untuk merencanakan kegiatan budidaya.

d. Nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Informasi kebutuhan nutrisi tanaman dibutuhkan oleh petani untuk memproyeksikan kebutuhan dari tanaman. Petani saat ini hanya mengira-ngira dosis pupuk yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman. Hal ini menjadikan kegiatan pertanian tidak presisi dan terasa tidak efektif. Hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diinginkan karena nutrisi yang dibutuhkan tanaman tidak terpenuhi.

e. Informasi dan pengetahuan terkait Pest Management. Penggunaan pestisida akhir-akhir ini menjadi pilihan utama bagi petani dalam kegiatan pengendalian hama dan penyakit tanaman. Penggunaan yang berlebih akan merusak lingkungan dan akan meninggalkan residu pada tanaman yang ditanam. Hal ini akan membahayakan bagi konsumen akhir produk pertanian. Pengetahuan mengenai pengendalian hama yang ramah lingkungan dan tepat sasaran diperlukan oleh petani agar dapat mengendalikan hama dan penyakit dengan meminimalkan penggunaan pestisida.

(31)

ditentukan oleh tengkulak. Hal ini menjadikan hasil yang diperoleh kurang optimal.

g. Informasi dan pengetahuan mengenai analisis usaha tani. Analisis usaha tani diperlukan untuk menentukan biaya investasi yang dibutuhkan dan strategi penyediaannya. Kegiatan agribisnis merupakan kegiatan yang membutuhkan modal yang besar. Informasi mengenai kebutuhan pendanaan (investasi) dan sumber kredit dengan bunga ringan bagi petani dibutuhkan untuk mengembangkan kegiatan agribisnis agar dapat bersaing.

2. Faktor ketersediaan peralatan (Agricultural Equipment Factor).

Kesediaan peralatan pendukung kegiatan pertanian sangat dibutuhkan oleh petani agar kegiatan budidaya dapat berjalan dengan baik. Mekanisasi pertanian menjadi kebutuhan utama bagi petani agar kegiatan budidaya dapat berjalan dengan baik. Informasi dan pengetahuan mengenai ketersediaan peralatan pertanian mulai dari alat dan mesin pengolahan lahan, aplikator pestisida, alat dan mesin pemanenan, serta alat dan mesin pada kegiatan pasca panen pertanian.

Kebutuhan informasi dan pengetahuan pada berbagai kegiatan agrinisnis pertanian tersebut sulit didapatkan oleh petani. Petani umumnya mendapatkan informasi dari mulut ke mulut antar petani yang pernah melakukan budidaya yang sama. Hal ini tentu menjadi tidak efektif, sehingga perlu dibuat sebuah sistem konsultasi agribisnis berbasis pengetahuan berbasis web. Penyediaan akses informasi ini dilakukan seiring dengan perkemgan Teknologi Informasi (TI) yang begitu pesat akhir-akhir ini.

2.2. Cabai (Capsicum annuum. L)

2.2.1. Taksonomi

Secara taksonomis tanaman cabai merah diklasifikasikan ke dalam spesies Capsicum annuum. L. Berikut adalah penjelasan taksonomi tanaman cabai merah secara detail (Rukmana, 2001) :

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

(32)

Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua)

Ordo : Tubiflorae

Famili : Solanaceae

Genus : Capsicum

Species : Capsicum annuum. L

Dari klasifikasi di atas terlihat bahwa tanaman cabai termasuk ke dalam famili Solanecaeae.

2.2.2. Morfologi

Morfologi tanaman Capsicum annuum. L adalah berupa terna atau setengah perdu, dengan tinggi antara 45 – 100 cm, biasanya hanya semusim (Wiryanta, 2008).

2.2.3. Varietas Cabai

Tanaman cabai memiliki banyak varietas dan tipe. Tipe-tipe cabai diantaranya adalah cabai merah besar, cabai keriting, rawit, cabai paprika (sweet pepper), cabai hias yang banyak ragamnya. Namun yang umum dibudidayakan adalah Cabai merah besar, cabai keriting, cabai rawit, dan paprika (Wiryanta, 2008).

2.2.4. Syarat Tumbuh

(33)

Curah hujan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan budidaya cabai. Curah hujan yang ideal adalah 1.000 mm/tahun. Curah hujan yang rendah menyebabkan tanaman kekeringan dan membutuhkan penyiraman. Sebaliknya curah hujan tinggi bisa merusak tanaman cabai serta membuat lahan memiliki kelembaban tinggi. Kelembaban yang cocok untuk budidaya cabai berkisar antara 70 – 80 % terutama saat pembentukan bunga dan buah. Kelembaban yang melebihi 80 % memacu pertumbuhan cendawan yang berpotensi menyerang dan merusak tanaman. Sebaliknya, kelembaban yang kurang dari 70 % membuat cabai kering dan mengganggu pertumbuhan generatifnya terutama pada saat pembentukan bunga, penyerbukan dan pembentukan buah. Menurut Pitojo (2003) curah hujan yang terlalu tinggi menyebabkan kelembaban udara meningkat dan mendorong pertumbuhan penyakit tanaman.

2.2.5. Konsumsi dan Produksi Cabai Indonesia

(34)

Gambar 2. Trend Produksi Cabai Nasional Tahunan (BPS, 2011) 2.2.6. Produksi Cabai Dunia

Berdasarkan data statistik FAO Indonesia masuk ke dalam sepuluh produsen terbesar cabai segar di dunia. Total produksi yang dihasilkan adalah sebesar 1,1 juta ton pada tahun 2009, dengan proporsi hanya sebesar 4 persen dari total produksi dari 10 negara produsen terbesar di Indonesia (FAOSTAT, 2011). Cina menduduki posisi pertama dengan total produksi 14,52 juta ton, diikuti Mexico 1,94 juta ton, Turki 1,8 juta ton dan Indonesia sebesar 1,1 juta ton menduduki posisi keempat terbesar untuk cabai segar (FAOSTAT, 2011).

Gambar 3. Sepuluh Negara Produsen Cabai Terbesar di Dunia Tahun 2009 : Segar, (b) Kering (FOASTAT, 2011)

1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Produksi (Ribu Ton) 802 849 1,008 728 580 635 1,067 1,101 1,058 1,185 1,129 1,153 1,379 0

200 400 600 800 1,000 1,200 1,400 1,600

(35)

Produsen terbesar untuk cabai kering adalah India yaitu sebesar 1,3 juta ton, kemudian Cina 0,26 juta ton, Pakistan 0,19 ton, Thailand 0,17 ton, dan Peru 0,14 ton (FAOSTAT, 2011). Indonesia tidak masuk pada negara sepuluh besar produsen cabai kering dunia.

2.3. Data, Informasi dan Pengetahuan

Data, informasi, pengetahuan dan wisdom adalah bagian dari proses manusia berfikir. Terdapat perbedaan antara data, informasi dan pengetahun. Pengetahuan (Knowledge) dibangun dari data, data sendiri merupakan fakta hasil observasi atau persepsi (Turban, 2007). Data belum mempunyai arti bagi penerimanya dan masih memerlukan adanya suatu pengolahan. Data bisa berwujud suatu keadaan, gambar, suara, huruf, angka, matematika, bahasa ataupun simbol-simbol lainnya yang bisa kita gunakan sebagai bahan untuk melihat lingkungan, obyek, kejadian ataupun suatu konsep. Misalkan data jam kerja bagi karyawan perusahaan. Data ini kemudian perlu diproses dan diubah menjadi informasi. Informasi sendiri adalah data yang sudah diproses, dikumpulkan dan memiliki makna dalam suatu konteks tertentu.

Gambar 4. Hubungan antara Data, Informasi dan Pengetahuan (Turban, et al., 2007)

(36)

2.4. Sistem Informasi

Definisi sistem adalah sekumpulan komponen yang saling berhubungan dan bekerja bersama untuk mencapai suatu tujuan dengan cara menerima masukan (input) dan menghasilkan keluaran (output) di dalam suatu proses yang terorganisasi (Satzinger et al., 2007). Sistem informasi merupakan suatu kumpulan komponen yang bekerja sama untuk mengatur perolehan, penyimpanan, manipulasi dan distribusi informasi. Sistem informasi (SI) dapat didefinisikan pula sebagai sebuah sistem terintegrasi, sistem manusia-mesin, untuk menyediakan informasi untuk mendukung operasi, manajemen dan fungsi pengambilan keputusan dalam suatu organisasi. Sistem ini memanfaatkan perangkat keras dan perangkat lunak komputer, prosedur manual, model manajemen dan pengambilan keputusan dan basis data. Sistem informasi secara umum memiiki tiga fungsi utama yaitu (1) mengambil data (data capturing/input), (2) mengolah, mentransformasikan dan mengkonversi data menjadi informasi dan (3) mendistribusikan informasi (reporting/disseminating) kepada para pemakai sistem informasi.

Berikut adalah tipe-tipe sistem informasi (Satzinger et al.. 2007) :

a. Transaction processing systems (TPS) merupakan sistem informasi yang menangkap dan mengumpulkan informasi tentang segala transaksi yang pada suatu organisasi.

b. Management information systems (MIS) merupakan sistem informasi yang bertugas mengolah data yang dikumpulkan oleh TPS. Hasil yang diperoleh dari MIS adalah laporan-laporan yang berguna bagi manajemen untuk perencanaan dan kontrol bisnis,

(37)

d. Enterprise applications system adalah sistem yang terintegrasi guna melakukan operasi terhadap data yang besar. Umumnya sistem ini merupakan kombinasi dari TPS, MIS dan DSS/KBS.

e. Communication support systems merupakan sistem yang memfasilitasi komunikasi antara pelanggan dan produsen.

f. Office support systems merupakan sistem yang memungkinkan pekerja pada suatu perusahaan untuk membuat dan membagi dokumen.

g. Sistem Pakar / Sistem Konsultasi adalah sistem informasi berbasis komputer yang memanfaatkan pengetahuan dari pakar untuk melakukan pengambilan keputusan pada permasalahan khusus.

2.5. Manajemen Pengetahuan

Manajemen pengetahuan (Knowledge Management) atau KM adalah konsep yang telah muncul dalam komunitas bisnis beberapa tahun terakhir. KM merupakan suatu disiplin yang mempromosikan pendekatan integrasi untuk mengidentifikasi, menangkap, dan mengevaluasi pengambilan dan penggunaan bersama (sharing) seluruh aset informasi dari suatu organisasi. Aset tersebut mencakup database, dokumen, kebijakan, prosedur dan keahlian yang telah diperoleh dari pengalaman individu yang telah bekerja (T. Kanti, 2009).

2.5.1. Sumber Pengetahuan

Terdapat dua jenis sumber pengatahuan yang dapat digunakan suatu organisasi untuk melakukan kegiatannya yaitu :

a) Explicit: adalah pengetahuan yang diperoleh dari repositori dari berbagai media.

b) Tacit : Pengetahuan yang diperoleh dari keahlian organisasi dalam menggunakan berbagai peralatan dan metodologi. Developer knowledge mengumpulkan pengetahuan tacit dalam rangka membangun basis pengetahuan.

2.5.2. Strategi Transformasi Pengetahuan

Akhir-akhir ini asset terpenting dari suatu industri adalah knowledge.

(38)

ditentukan oleh keterampilan dankepakaranmerekadalam penciptaan pengetahuan

dalam organisasinya (organizational knowledge creation). Penciptaan knowledge

tercapai melalui pemahaman atau pengakuan terhadap hubungan synergistic dari

tacit dan explicit knowledge dalam organisasi, serta melalui desain dari proses

sosial yang menciptakan knowledge baru dengan mengalihkan tacit knowledge ke

explicit knowledge.

Knowledge adalah pengetahuan, pengalaman, informasi faktual dan

pendapat para pakar yang digunakan untuk aksi. Organisasi perlu terampil dalam

mengalihkan tasit ke eksplisit dan kemudian ke tasit kembali yang dapat

mendorong inovasi dan pengembangan produk baru. Menurut Nonaka dan

Takeuchi (1995) perusahaan Jepang mempunyai daya saing karena memahami

knowledge merupakan sumber daya.

Gambar 5. Strategi Transformasi Pengetahuan

(39)

2.6.1.1.Tacit menjadi Tacit (socialization)

Teknik yang dapat dilakukan oleh perusahaan atau organisasi adalah dengan melakukan diskusi informal seperti brainstorming secara periodik untuk mendiskusikan tentang produksi, pemasaran, pengiriman dan keuangan. Hasil dari diskusi ini masing-masing karyawan dalam satu perusahaan akan memiliki knowledge yang lebih banyak. Strategi bagi perusahaan yang memiliki banyak kantor cabang maka dapat dilakukan melalui teleconference antar cabang membahas topik tertentu.

2.6.1.2.Tacit menjadi Explicit (externalization)

Transformasi knowledge dari tacit manjadi explicit dapat dilakukan dengan merekam atau mencatat hasil diskusi. Membuat electronic blackboard sehingga pakar dibidangnya (produksi, pemasaran, pengiriman dan keuangan) dapat memposting knowledge tacit yang dimilikinya ke elektronik blackboard.

2.6.1.3.Explicit menjadi Explicit (combination)

Mentransfer laporan atau dokumen yang berbasis kertas dapat digitalisasi misalnya dalam bentuk format PDF atau file DOC dan lain-lain. File-file yang berisikan pengetahuan eksplisit dikumpulkan dalam satu server sehingga mempermudahkan manajemen pengetahuan dan dapat berbentuk website.

2.6.1.4.Explicit menjadi Tacit (internalization):

Menyediakan sistem yang mendokumentasikan semua keluhan konsumen kemudian membuat jawaban terhadap keluhan konsumen, sehingga operator bisa memberikan tanggap terhadap keluhan konsumen berdasarkan jawaban-jawaban keluhan konsumen pada masa lalu. Menyediakan ruang baca yang berisikan dokumen dan report dimana pengawai dapat menyerap knowledge dan diolah berdasarkan kondisi dan situasi.

2.6. Knowledge Based System (KBS)

(40)

pertanyaan tanpa menghabiskan waktu, dapat dilakukan dimanapun, dan kapanpun. Hal ini karena pengetehuan yang mereka miliki disimpan terlebih dahulu ke dalam Knowledge Based (Basis Pengetahuan).

KBS sendiri terdiri dari Knowledge Based (KB) dan mesin inferensi yang berfungsi sebagai mesin pencari pengetahuan. KB sendiri dapat berupa repository pengetahuan dengan berbagai bentuk. KBS dapat berupa sistem yang pengetahuannya diupdate secara otomatis (machine learning) atau diupdate secara manual (manual update). User interface berguna sebagai penghubung antara sistem dan pengguna. Gambar 4. menunjukkan arsitektur dasar dari Knowledge Based System.

Gambar 6. Arsitektur Knowledge Based System (KBS)

Kelebihan dari KBS memiliki kelebihan dibandingkan dengan sistem komputer sederhana. KBS sangat bermanfaat pada situasi sebagai berikut :

1. Saat tidak ada pakar yang tersedia di suatu lokasi.

2. Ketika pengetahuan akan disimpan untuk kepentingan dimasa yang akan datang atau ketika pengetahuan akan dibagikan atau digandakan.

3. Ketika sistem penunjang keputusan cerdas dibutuhkan dalam pengambilan keputusan suatu permasalahan yang rumit dan kompleks.

KBS sendiri dapat diklasifikasikan ke dalam 5 tipe yaitu sistem pakar (expert system), hypertext manipulation system, CASE Based reasoning, Database in conjunction with an intelligent User Interface, dan Intelligent Tutoring System (ITS).

Penjelasan / Reasoning

Basis Pengetahuan / Knowledge Based Mesin Inferensi / Inference Engine

Self Learning / Fasilitas pembelajaran

(41)

2.6.1. Sistem Pakar

Sistem pakar adalah sistem informasi berbasis komputer yang memanfaatkan pengetahuan dari pakar untuk melakukan pengambilan keputusan pada permasalahan khusus. Sementara itu expert (pakar) adalah orang yang memiliki pengetahuan khusus, pengalaman, cara-cara pengambilan keputusan, dan metode yang digunakan untuk memberikan saran dan pemecahan masalah (Turban, 2007). Sementara keahlian (expertise) adalah pengetahuan khusus yang dimiliki oleh pakar. Tujuan perancangan sistem pakar adalah untuk memudahkan pekerjaan, penggabungan ilmu dan pengalaman beberapa ahli (Marimin, 2005).

Modul pakar dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan dalam sistem konsultasi. Pada sistem konsultasi, sistem online berupa halaman website diposisikan sebagai pakar. Pengguna yang menggunakan sistem konsultasi dapat berkonsultasi layaknya berkonsultasi dengan pakar.

PENGGUNA

Antarmuka Fasilitas Penjelas

Mesin Inferensi Interpreter Scheduller Consistency Enfocer

Basis Pengetahuan Fakta : Apa yang diketahui Logika : Logical Inference

Rekayasa Pengetahuan

Pengetahuan Ahli

Penyaring Penegetahuan Blackboard

Rencana Agenda Solusi Deskripsi Aksi yang

direkomendasikan

Lingkungan Konsultasi Lingkungan Pengembangan

(42)

2.6.2. Sistem Konsultasi

Konsultasi adalah proses pertukaran pikiran untuk mendapatkan kesimpulan (nasihat, saran, dan sebagainya) yang sebaik-baiknya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2011). Konsultasi dapat dilakukan secara langsung dan dapat juga dilakukan dengan menggunakan media. Pemanfaatan media komputer atau sejenisnya lebih dikenal dengan e-konsultasi. E-Konsultasi saat ini berkembang dari mulai konsultasi dengan menggunakan komputer stand alone sampai konsultasi yang menggunakan internet (sistem online).

Sistem konsultasi adalah sebuah sistem berbasis komputer yang digunakan untuk melakukan konsultasi. Sistem konsultasi yang menggunakan basis aturan didalamnya tergolong ke dalam sistem pakar (expert system). Namun, sistem konsultasi yang dibangun dalam penelitian ini memiliki kekhasan dimana pengguna dapat pula berkomunikasi langsung dengan pakar melalui forum diskusi, chatting dan SMS. Sehingga sistem konsultasi yang dibangun menggabungkan dua sumber pengetahuan yang dapat diakses secara langsung yaitu pengetahuan dari knowledge based (explicit) dan pengetahuan dari pakar langsung (tacit).

Jika dilihat dari pandangan pengguna proses konsultasi terdiri dari tiga tahapan yaitu (Chong, 2006) :

1. Pengguna mengungkapkan keinginannya untuk berkonsultasi suatu permasalahan. Pengguna dapat membuka sebuah halaman (program), atau sistem konsultasi memberikan beberapa alternatif cara berkonsultasi.

2. Sistem konsultasi mengumpulkan informasi dari pengguna, dengan menanyakan beberapa pertanyaan. Selama proses dialog, pengguna terkadang memerlukan penjelasan terkait beberapa hal diantaranya :

(43)

menjelaskan kenapa pertanyaan-pertanyaan tersebut ditanyakan kepada pengguna.

Untuk mengumpulkan fakta dari pengguna, sebuah sistem konsultasi umumnya menggunakan basis aturan (rules) untuk mengontrol pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada pengguna. Berikut adalah contoh dari basis aturan yang digunakan oleh sistem dalam memberikan pertanyaan kepada pengguna :

IF A ya THEN tanyakan B

IF A tidak THEN tanyakan D

IF B ya THEN tanyakan C

3. Berdasarkan informasi yang dikumpulkan sistem dari pengguna, sistem memberikan penjelasan dan memberikan beberapa rekomendasi penyelesaian dari permasalahan yang ditanyakan. Ketika mendapatkan penjelasan dari sistem bisa saja pengguna tidak langsung percaya, maka sistem perlu memberikan penjelasan mengenai cara melakukan aksi dari rekomendasi yang diberikan (how-explanation). Untuk mendukung tahap ketika ini sistem perlu memiliki rule untuk memberikan penjelasan yang merukan inti dari sistem konsultasi.

2.7. System Development Life Cycle

Pendekatan yang dapat digunakan untuk melakukan pengembangan sistem informasi adalah pendekatan System Development Life Cycle (SDLC) prediktif, Pendekatan Adaptif dan Unified Proccess (UP). Selain itu berkembang paradigma baru dalam pengembangan sistem informasi yaitu Agile Methodology yang terdiri dari Extreme Programming (XP) dan Scrum (Satzinger et al., 2007). Berikut adalah penjelasan singkat dari metode-metode tersebut :

2.7.1. Pendekatan Prediktif (Tradisional)

Pendekatan Prediktif adalah sebuah SDLC dengan pendekatan yang

mengasumsikan bahwa pembangun proyek dapat merencanakan,

(44)

perencanaan. SDLC prediktif sangat baik digunakan dalam membangun sistem

yang sudah dapat diprediksi dan dapat didefiniskan dengan baik. Terdapat lima

tahapan yang sama dengan tahapan umum pemecahan masalah yang pada

pendekatan prediktif. Setiap proses dilaksanakan secara sekuensial yang

merupakan ciri utama pendekatan sistem prediktif. Berikut adalah tujuan dari

masing-masing tahapan :

1. Project Planning, tujuannya adalah untuk mengidentifikasi skup dari sistam

baru, menjamin proyek agar visible, dan membuat jadwal, perencanaan sumber

daya, dan anggaran yang dibutuhkan dalam pelaksanaan proyek.

2. Analysis, bertujuan untuk memahami dan mendokumentasikan detail dari

kebutuhan bisnis dan kebutuhan proses dari sistem baru.

3. Design, bertujuan untuk mendesain solusi sistem berbasis pada kebutuhan yang

didefinisikan dan pembuatan keputusan terhadap hasil analisis.

4. Implementation, bertujuan membangun, menguji dan menginstall sebuah

sistem informasi yang dapat dipercaya. Sistem sudah siap ditrainingkan

terhadap pengguna untuk mendapatkan keuntungan yang diharapkan dari

penggunaan sistem.

5. Support, bertujuan untuk menjaga agar sistem tetap berjalan dengan produktif

dan sistem dapat memiliki daya tahan selama bertahun-tahun.

Jika dipandang dari resiko teknis dalam pengembangan sistem dengan

pendekatan prediktif maka resikonya tidak besar, hal ini karena pada tahap

perencanaan seorang analisis dapat melakukan perencanaan dengan presisi. Salah

satu pendekatan SDLC yang digunakan dalam pendekatan prediktif ini adalah

waterfall seperti terlihat pada Gambar 8. Ciri khusus dari pendekatan ini adalah

suatu proses harus sudah selesai dilaksanakan sebelum melaksanakan proses

(45)

Gambar 8. Metode Waterfall (Satzinger et al., 2007) 2.7.2. Pendekatan Adaptif

Pendekatan adaptif adalah SDLC dengan pendekatan yang lebih fleksibel,

diasumsikan bahwa proyek tidak dapat direncanakan secara lengkap diawal

pelaksanaan proyek. Pemecahan masalah didasarkan pada progres proyek yang

telah dihasilkan. Developer dalam memberikan solusi terhadap suatu masalah

cenderung fleksibel dan adaptif terhadap hasil yang didapatkan, sehingga pada

setiap tahapan dapat dilakukan penyesuain. Artinya, seorang analis tidak dapat

membuat perencanaan di awal proyek secara tepat dikarenakan sistem yang akan

dibangun bersifat adaptif.

Lebih jauh pendekatan ini dikenal dengan spiral model. Model spiral

memiliki banyak elemen adaptif dan mengacu pada pendekatan adaptif dalam

pengembanan sistem. Daur hidup direpresentaikan dalam bentuk spiral, dimulai

dari tengah ke luar, iterasi, dan iterasi lagi, sampai proyek selesai. Proyek ini

sangat berbeda dengan pendekatan waterfall yang statik. Pendekatan spiral dapat

diimplementasikan dengan berbagai cara. Gambar 9 memperlihatkan Model

(46)

Gambar 9. Model Pendekatan Spiral (Satzinger et al.. 2007)

Pada pengembangan dengan pendekaan spiral, setelah planning awal

selesai, pekerjaan dimulai dengan membuat prototipe. Sebuah prototipe adalah

model sebagi persiapan pekerjaan suatu sistem yang lebih besar. Dalam setiap

prototipe, proses pengembangannya terdiri dari sebuah garis edar sequensial

analisis, design, konstruksi, pengujian, integrasi dengan prototipe sebelumnya,

dan daurnya berulang lagi. Ketika perencanaan pada prototipe selanjutnya telah

selesai maka iterasi aktivitas dimulai lagi sampai didapatkan sistem yang

diinginkan.

2.7.2.1.Unified Proccess

Ciri utama (Fitur) utama UP didefinisikan dalam empat fase iterasi yaitu

Inception, elaboration, construction, dan transition. UP sendiri adalah sebuah

metodologi dalam pengembangan sistem dengan pendekatan Object-Oriented

yang ditawarkan oleh IBM (Satzinger et al., 2007). Unified Modelling Language

(UML) sering digunakan dalam permodelan pada metode ini. UML adalah model

notasi standar untuk pendekatan Object-oriented (OO), UP adalah pengembangan

sistem OO yang tidak standar. UP adalah salah satu contoh penggunaan SDLC

(47)

Gambar 10. Diagram Proses UP (Satzinger et al., 2007)

2.7.2.2.Metode Agile

Metodologi pengembangan Agile adalah proses yang digunakan untuk meminimalkan jeda waktu antara analisis kebutuhan sistem dengan pekerjaan desain dan implementasi (coding). Metode ini dipopulerkan oleh Scott Ambler. Pengguna mendefinisikan kebutuhan dari sistem yang akan dibangun dalam bentuk narasi. Setelah dilakukan satu iterasi maka dilakukan pengujian terhadap sistem yang dibangun (Caserio, 2011). Metode Agile umumnya dilaksanakan dalam potongan-potongan kecil. Satu iterasi setidaknya mengandung satu aspek fungsional yang signifikan dari aplikasi. Hal ini dilakukan agar team dapat berkonsentrasi untuk mengerjakan pembangunan sistem secara optimal dan cepat.

Berikut adalah model praktek dari Agile : 1. Iteratif.

2. Teamwork. 3. Simplicity. 4. Validation.

2.7.2.3.Extreme Programming

(48)

sistem yang akan dibangun serta data dan informasi yang digunakan dalam pengembangan sistem telah tersedia. Terdapat empat nilai utama pada XP yang mendasar pada setiap tahapan proses pengembangan sistem Informasi yaitu (Satzinger et al., 2007) :

1. Komunikasi

XP mengfokuskan pada hubungan komunikasi yang baik antar anggota tim. Para anggota tim harus membangun saling pengertian, mereka juga wajib saling berbagi pengetahuan dan keterampilan dalam mengembangkan perangkat lunak. Ego dari para programmer yang biasaanya cukup tinggi harus ditekan dan mereka harus membuka diri untuk bekerjasama dengan programer lain dalam menuliskan kode program.

2. Courage

Para anggota tim dan penanggungjawab pengembangan perangkat lunak harus selalu memiliki keyakinan dan integritas dalam melakukan tugasnya. Integritas ini harus selalu dijaga bahkan dalam kondisi adanya tekanan dari situasi sekitar (misalnya oleh klien atau pemilik perusahaan). Untuk dapat melakukan sesuatu dengan penuh integritas terlebih dahulu para anggota tim harus terlebih dahulu memiliki rasa saling percaya. Rasa saling percaya inilah yang coba dibangun dan ditanamkan oleh XP pada berbagai aspeknya.

3. Simplicity

Lakukan semua dengan sederhana. Hal tersebut adalah salah satu nilai dasar dari XP. Gunakan method yang pendek dan simpel, jangan terlalu rumit dalam membuat desain, hilangkan fitur yang tidak ada gunanya dan berbagai proses penyederhanaan lain akan selalu menjadi nilai utama dari setiap aspek XP.

4. Umpan Balik (Feedback)

(49)

proses pengembangan. Dengarkan selalu pendapat rekan yang lain, dengan adanya feedback inilah seringkali kita menyadari bagian mana yang salah atau bisa ditingkatkan lagi dari perangkat lunak yang dikembangkan.

2.7.2.4.Tahapan SDLC Extreme Programming

Terdapat 5 tahapan utama dalam pengembangan sistem informasi dengan menggunakan Extreme Programming (XP) yaitu (Abrahamsson, 2002) : Eksplorasi, Planning, Iterasi Pengembangan sistem (analisis, desain, testing), produuksi, maintenance dan mengakhiri proyek dengan mengeluarkan final release. Akhir disetiap fase yang dikembangkan merupakan milestone atas fase tersebut sebelum bergerak ke fase berikutnya. Adapun tahapan-tahapan Pengembangan sistem dengan menggunakan dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 11. Tahapan Extreme Programming (Abrahamsson, 2002)

Secara rinci tahapan-tahapan Extreme Programming adalah sebagai berikut :

a. Tahapan Identifikasi Masalah

(50)

dilaksanakan dalam beberapa minggu, tergantung pada kerumitan sistem yang akan dibangun. Hasil yang diinginkan pada tahapan ini berupa : 1) Dokumentasi atas Visi dan ruang lingkup pekerjaan

2) Dokumentasi penaksiran resiko

3) Dokumentasi struktur proyek yang akan dikembangkan 4) Dokumentasi Teknologi yang akan digunakan.

b. Tahapan Planning

Pada fase planning, yang berorientasi kepada analisa dan desain sistem, yang di dalamnya berisikan kebutuhan akan analisa atas kebutuhan bisnis, kebutuhan pengguna, kebutuhan operasi, dan kebutuhan sistem. Setelah tahapan atas tahapan ini dilalui, team pengembang akan menghasilkan :

1) Spefisikasi fungsional atas suatu sistem.

2) Perencanaan manajemen resiko pada suatu sistem. 3) Perencanaan jadwal pelaksanaan proyek.

c. Iterasi Peluncuran Perangkat Lunak

Pada tahapan ini terdiri dari beberapa iterasi peluncuran dari perangkat lunak yang akan di kembangkan. Perangkat lunak dikeluarkan mulai dari rilis pertama hingga sistem dapat diterima dan dapat diimplementasikan secara penuh. Tahapan-tahapan di dalam iterasi ini terdiri dari :

1) Tahap analisis

Tahap ini merupakan tahap penting sebelum program atau sistem ditulis atau dibangun. Tahap analisis meliputi beberapa aspek dalam sistem seperti lingkungan organisasi, analisis sistem untuk memenuhi kebutuhan waktu sekarang, analisis system requirement (input, output, proses, storage, dan kontrol).

2) Tahap desain

(51)

interface. Desain interface berfokus pada interaksi sistem dengan pengguna, input dan output yang interaktif serta efisien bagi penggunanya. Konversi informasi dan data menjadi bahasa yang bisa dibaca mesin dan manusia, kualitas proses konversi informasi dan data ditentukan pada desain interface sistem. (2) Desain fisik. Desain fisik sistem adalah desain database dan file berfokus pada struktur dan data yang digunakan sistem secara rincian. Data yang diusulkan oleh pengguna akan disusun berdasarkan atributnya dan relasi yang dibutuhkan. (3) Desain logika. Desain logika adalah desain sistem bagaimana mengembangkan secara umum input, proses pengolahan informasi, output, penyimpanan database, aktivitas kontrol sesuai dengan yang direncanakan pada tahap analisis.

3) Tahap Pengujian

Pada tahapan in sistem yang akan diluncurkan di uji terlebih dahulu. Pengujian dilakukan terhadap fungsional sistem dan terkait dengan hal-hal teknis sistem. Pada setiap iterasi pekerjaan diluncurkan sebuah rilis perangkat lunak yang dikerjakan. Rilis ini selanjutnya diluncurkan untuk kemudian dievaluasi kembali untuk kemudian dilakukan perbaikan oleh tim.

d. Peluncuran Rilis Akhir Perangkat Lunak

Tahapan ini merupakan sesi akhir dalam pengembangan sistem dengan menggunakan XP. Sistem yang telah di uji kemudian diimplemenasikan sesuai dengan kebutuhan client. Perangkat lunak yang diaplikasikan merupakan rilis akhir, hasil dari iterasi dan perbaikan dari versi-versi sebelumnya.

2.8. Penelitian Terdahulu

(52)

12 jenis penyakit tanaman cabai besar merah (Capsicum annuum L.) yang umum menyerang.

Basis pengetahuan terkait dengan penyakit cabai di implementasikan ke dalam perangkat lunah WINEXSYS. WINEXSYS menyediakan fasilitas pemograman berbasis logika (logic based programming) yang didukung oleh Graphical User Interface sehingga memudahkan pemakai (user) berkomunikasi dengan sistem pakar. Sistem pakar yang dibangun berjalan secara offline di satu computer saja. Sistem pakar ini memiliki 46 kaidah (rules), 17 pengkualifikasi (qualifiers) dan 24 pilihan solusi (choices). Metode identifikasi penyakityang diterapkan dalam sistem pakar menggunakan kaidah-kaidah baku yang biasa digunakan dalam disiplin ilmu proteksi tanaman.Output dari sistem ini adalah prediksi penyakit yang menyerang tanaman cabai besar merah dan tindakan pengendalian responsifnya berdasarkan input gejala yang dimasukkan pemakai.

Ya-Feng dan kawan-kawan (2007) melakukan penelitian pembuatan sistem pakar untuk diagnosa kebutuhan nutrisi tanaman cabai. Pada penelitian ini basis pengetahuan di representasikan ke dalam index. Mekanisme penalaran (reasoning) yang digunakan adalah teknik forward. Sistem pakar yang dibangun diimplementasikan dengan menggunakan VB dan SQL Server. Namun demikian sistem masih dibangun untuk komputer stand alone.

(53)

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Penelitian

Konsumsi cabai rata-rata penduduk Indonesia adalah 5,21 kg/kapita/tahun. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah sebanyak 237.641.326 jiwa, yang terdiri dari 119.507.580 laki-laki dan 118.048.783 perempuan. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1,49 persen per tahun (BPS, 2011). Berdasarkan kondisi tersebut dapat diketahui bahwa konsumasi cabai dalam negeri pada tahun 2010 mencapai 1,237,669 ton. Produksi cabai nasional tahun 2009 adalah 1.378.727 dengan luas panen 233.904 ha dan produktivitas rata-rata sebesar 5,89 ton/ha (BPS, 2011). Produktivitas rata-rata yang hanya 5,89 ton/ha tersebut belum optimal dan masih dapat ditingkatkan dengan melakukan intensifikasi terhadap kegiatan budidaya.

Kegiatan agribisnis syarat dengan pemanfaatan informasi dan pengetahuan yang dalam. Petani sebagai pelaku agribisnis harus memiliki pengetahuan yang baik terkait kegiatan-kegiatan agribisnis. Hal-hal yang harus dimiliki oleh pelaku agribisnis adalah kemampuan merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengatasi masalah agribisnis. Tamba (2007) menyatakan bahwa informasi yang dibutuhkan petani adalah peningkatan produksi dan mutu, informasi ketersediaan sarana produksi, informasi ketersediaan permodalan, informasi teknologi pengolahan hasil, informasi dukungan pemasaran dan metode analisis usaha tani.

(54)

memandang perlu informasi ketersediaan permodalan dan informasi pengolahan hasil. Namun demikian idealnya dalam kegiatan agribisnis semua informasi yang terkait dapat diakses dengan mudah oleh petani.

(55)

Secara keseluruhan, baik petani maju maupun petani berkembang sama-sama membutuhkan informasi tentang peningkatan produksi dan mutu sayuran, ketersediaan permodalan, lokasi pemasaran sayuran, teknologi pengolahan hasil sayuran dan informasi tentang metode analisis usaha tani sayuran. Perbedaannya adalah dalam hal tingkat kebutuhan masing-masing jenis informasi. Hal ini disebabkan karena kesadaran akan pentingnya informasi dan tingkat inovasi petani maju lebih tinggi daripada petani berkembang (Tamba, 2011).

Melihat kondisi tersebut, dukungan sistem konsultasi agribisnis cabai (Capsicum anuum. L) menjadi suatu keharusan agar kegiatan agribisnis memiliki daya saing. Kondisi ini mengharuskan adanya stake holder yang menyediakan sistem konsultasi agribisnis cabai. Kendala yang dihadapi petani terkait dengan akses terhadap pengetahuan agribisnis cabai adalah belum adanya sistem konsultasi yang dibangun secara komprehensif untuk budidaya cabai saat ini. Petani masih mengandalkan media-media yang ada seperti bertanya kepada penyuluh pertanian, membaca surat kabar, dan bertanya kepada petani lain yang sudah sukses.

Sistem konsultasi dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan akan informasi dan pengetahuan (knowledge) dalam kegiatan agribisnis. Sistem konsultasi yang dibangun pada penelitian ini akan menjadi media diseminasi informasi dan pengetahuan agribisnis. Sistem dibangun spesifik untuk kegiatan agribisnis cabai merah (Capsicum annuum. L). Sistem yang dibangun diimplementasikan secara online dan berbasis web agar dapat diakses oleh petani secara real time.

(56)

3.2. Tahapan Penelitian

Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini mengacu pada metode pengembangan sistem pakar (Turban, 2007). Tahapan-tahapan yang dilakukan adalah Identifikasi permasalahan, pencarian sumber pengetahuan, akuisisi pengetahuan, representasi pengetahuan dan rancang bangun sistem konsultasi. Tahapan rancangan bangun sistem konsultasi dilakukan dengan menggunakan metode System Development Life Cycle (SDLC) Extreme Programming (XP). SDLC XP dipilih karena informasi dan pengetahuan, pakar agribisnis cabai, dan berbagai infrastruktur yang mendukung sudah tersedia sehingga sistem konsultasi dapat dilakukan dengan cepat.

Pada penelitian ini dilakukan penggunaan kembali (reuse) pengetahuan-pengetahuan ilmiah dan petunjuk lapangan (best practice) kegiatan agribisnis cabai. Penggunaan kembali pengetahuan memungkinkan pengembangan sistem konsultasi dengan cepat agar segera didapatkan hasil untuk diimplementasikan kepada calon pengguna. Pengalihan pengetahuan dari berbagai sumber dilakukan agar dapat diimplementasikan ke dalam sistem berbasis komputer yang dapat diakses secara online. Hal-hal tersebut yang menjadi alasan dipilihnya metode SDLC XP dalam rancang bangun sistem konsultasi. Tahapan-tahapan penelitian digambarkan secara grafis pada Gambar 12.

3.2.1. Identifikasi Masalah

(57)

Mulai

Identifikasi Masalah

Pencarian Sumber Pengetahuan

Akuisisi Pengetahuan

Analisis dan Perancangan Sistem Konsultasi Agribisnis Cabai (Mengadopsi Metode Extreme Programming)

Analisis Desain Implemetantasi /Pengujian

Prototipe Sesuai

Selesai

Representasi Pengetahuan

Tidak Sesuai

Sesuai

Rilis Perangkat

Lunak

Pemeliharaan

(58)

3.2.2. Pencarian Sumber Pengetahuan

Tahapan pencarian sumber pengetahuan dilakukan melalui studi literatur dan konsultasi dengan pakar Agribisnis Cabai. Studi literatur dilakukan dengan menggali pengetahuan dari buku, jurnal dan artikel-artikel ilmiah terkait dengan kegiatan agribisnis cabai. Konsultasi dilakukan dengan para pakar dari departemen Agronomi dan Hortikultura, serta Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor.

Pakar-pakar yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah pakar-pakar yang telah melakukan penelitian bertahun-tahun dan memiliki pengalaman lapangan yang cukup. Pengetahuan yang didapatkan dari penelitian ini diharapkan adalah pengetahuan-pengetahuan yang valid dan dapat digunakan dalam kegiatan agribisnis cabai (Capsicum annuum. L)

3.2.3. Akuisisi Pengetahuan

Akuisisi merupakan kegiatan penyerapan pengetahuan dari domain expert dilakukan dengan metode diskusi bebas (talk through) maupun membuat kuisioner kepada ahli (pakar) dan studi pustaka terkait. Dari hasil akusisi pengetahuan diperoleh pengetahuan tentang faktor-faktor atau parameter-parameter penting dalam kegiatan agribisnis cabai. Setelah didapatkan pengetahuan-pengetahuan yang penting dalam kegiatan agribisnis selanjutnya menggali pengetahuan-pengetahuan tersebut lebih dalam.

Pengetahuan yang digali pada tahapan akuisisi pengetahuan melingkupi

pengetahuan yang dapat menjadi dasar dalam melakukan konsultasi agribisnis

cabai (Capsicum annuum. L). Pengetahuan tersebut diantaranya adalah

pengetahuan mengenai pemilihan varietas unggul, penentuan dosis pupuk,

pengendalian hama, pengendalian penyakit, teknologi budidaya, analisis usaha

tani, iklim, kebijakan pemerintah, dan informasi harga. Pengetahuan-pengetahuan

tersebut merupakan pengetahuan yang harus dimiliki oleh petani agar dapat

melaksanakan kegaiatan pertanian dengan baik.

(59)

pakar yang dapat didapatkan dengan melakukan wawancara, analisis kasus dan observasi.

3.2.4. Representasi Pengetahuan

Representasi pengetahuan merupakan kegiatan mengonfigurasi fakta-fakta dan pengetahuan yang didapatkan dari pakar (domain expert) dan sumber-sumber pengetahuan lainnya. Pada tahapan ini dilakukan pemetaan pengetahuan (knowledge mapping) dan penentuan teknik penyimpanannya dalam basis pengetahuan (knowledge based) sehingga pengetahuan dimengerti oleh manusia dan dapat dimasukkan ke dalam program komputer.

Teknik-teknik representasi yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan modul-modul konsultasi yang akan dibangun. Berikut adalah penjelasan teknik-teknik representasi pengetahuan yang digunakan dalam penelitian ini :

1. Basis Aturan (Production rule)

Basis aturan merupakan teknik representasi pengetahuan yang sangat populer saat ini dan cukup luas digunakan. Pengetahuan direpresentasikan kedalam bentuk kondisi-aksi. Representasi jenis ini tersusun atas kasidah-kaidah yang mengikuti pola :

IF premis THEN kesimpulan IF premis THEN premis Pengecualian dengan ELSE 2. Pohon keputusan (Decission Tree)

Diagram pohon merupakan teknik yang digunakan untuk merepresentasikan pengetahuan dalam bentuk pohon dimana kesimpulan didapatkan dari link-link node pada diagram pohon. Keunggulan dari diagram pohon adalah dapa menyederhanakan kegiatan akuisisi pengetahuan. Pakar lebih suka menggunakan teknik ini karena mudah difahmi dan dapat dengan mudah dalam menuangkan pengetahuan yang mereka miliki.

3.2.5. Analisis dan Perancangan Sistem

Gambar

Gambar 2. Trend Produksi Cabai Nasional Tahunan (BPS, 2011)
Gambar 5. Strategi Transformasi Pengetahuan
Gambar 6. Arsitektur Knowledge Based System (KBS)
Gambar 7. Struktur Sistem Pakar (Turban, 2007)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sarung tangan yang kuat, tahan bahan kimia yang sesuai dengan standar yang disahkan, harus dipakai setiap saat bila menangani produk kimia, jika penilaian risiko menunjukkan,

Anda diminta untuk merancang jaringan pada salah satu sekolah yang terdiri dari 2 lab masing-masing 5 PC dan satu ruang kantor.. Diinginkan jaringan terkoneksi internet

Mahasiswa mendaftar ujian seminar proposal skripsi di SIAKAD dengan mengupload deskripsi singkat/ proposal skripsi.. Mahasiswa menyerahkan berkas persyaratan ujian seminar

Bapak I Ketut Korma masih menggunakan air yang diperoleh dari tetangga rumahnya untuk.. keperluan memasak dan

sebagai sebuah srategi oleh partai politik maupun ulama yang berpolitik dalam3. menjalankan proses

Tiap perusahaan tentu saja memiliki strategi yang berbeda untuk mencapai tujuan dari perusahaan tersebut. Untuk meningkatkan penjualan misalnya, perusahaan dapat menawarkan harga

Dari aspek signifikan parameter tersebut terhadap ketumpatan jasad anum pula, kajian ini mendapati bahawa suhu penyuntikan dan tekanan penyuntikan berada pada tahap signifikan

Model Mekanistik Efek remperatur, cahaya Dan Kompetisi Gulma Pada Pertumbuhan Tanaman.. (Mechanistic Model Effects of Temperature, Light lntensity