• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi Anggota dan Kinerja Gabungan Kelompok Tani Agropurna Mitra Mandiri di Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Partisipasi Anggota dan Kinerja Gabungan Kelompok Tani Agropurna Mitra Mandiri di Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

1

PARTISIPASI ANGGOTA DAN KINERJA GABUNGAN

KELOMPOK TANI AGROPURNA MITRA MANDIRI

DI KABUPATEN BANDUNG BARAT

PROVINSI JAWA BARAT

SKRIPSI

DENI KOSWARA H34077009

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

DENI KOSWARA. Partisipasi Anggota dan Kinerja Gabungan Kelompok Tani Agropurna Mitra Mandiri di Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan SUPREHATIN)

Jawa Barat sebagai salah satu sentra agribisnis peternakan sapi perah merupakan salah satu produsen susu terbesar tingkat nasional. Pengelolaan peternakan sapi perah masih dilakukan secara skala kecil terlihat dari sebagian besar peternak sapi perah rata-rata hanya memiliki 2-3 ekor dengan produktivitas ternak rata-rata di bawah 12 liter/ekor/hari. Peranan lembaga kelompok tani dalam pengembangan peternakan sapi perah sangat penting yaitu dalam hal peningkatan kemampuan petani, ketersediaan bibit sapi unggul, akses dan ketersediaan modal serta pemasaran hasil ternak berupa susu segar.

Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri adalah salah satu gabungan kelompok tani yang dibentuk berdasarkan keinginan anggota kelompok tani dengan tujuan meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. Pada tahun 2007, Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri telah menjalin kerjasama dengan pihak IPS (Industri Pengolah Susu), yaitu PT Indolakto. Adanya peningkatan permintaan susu dari PT Indolakto sebesar 20 ton per hari membuat Gapoktan berupaya untuk memenuhi kebutuhan para peternak anggota Gapoktan. Oleh karena itu, dengan adanya Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap anggota Gapoktan sehingga merangsang anggota untuk meningkatkan partisipasinya. Adanya peningkatan partisipasi anggota Gapoktan diharapkan berdampak positif terhadap kinerja Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri.

Berdasarkan uraian tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah 1) mengukur tingkat partisipasi anggota dan manfaat yang diperoleh anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri; 2) mengukur hubungan antara tingkat partisipasi anggota dengan manfaat yang diperoleh anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri; dan 3) menganalisis dampak partisipasi anggota terhadap kinerja Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri di bidang organisasi dan usaha. Penelitian dilakukan pada Bulan Januari sampai Februari 2011. Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif deskriptif dan analisis kuantitatif untuk melihat kinerja kelompok dari segi organisasi dan usaha. Selanjutnya, untuk mengetahui tingkat partisipasi dan manfaat yang diterima anggota kelompok digunakan analisis kuantitatif. Hubungan korelasi antara manfaat dengan tingkat partisipasi anggota digunakan analisis korelasi RankSpearman.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa manfaat yang diperoleh anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri adalah jaminan pemasaran susu segar yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan adanya kerjasama antara Gapoktan dengan PT Indolakto mengenai jaminan pemasaran susu dengan kualitas yang sudah ditentukan. Sebagian besar responden anggota Gapoktan merasakan jaminan harga yang ditetapkan Gapoktan. Harga yang ditetapkan memberikan manfaat ekonomi kepada anggota Gapoktan dalam hal peningkatan pendapatan.

(3)

3 memberikan saran dan kritik pada saat Rapat anggota termasuk ke dalam kategori sedang. Tingkat pendidikan dan rendahnya kepedulian menjadi penyebab ketidakaktifan anggota memberikan saran dalam Rapat Anggota. Partisipasi anggota Gapoktan dalam memanfaatkan usaha dinilai cukup tinggi. Hal ini dikarenakan peternak anggota Gapoktan memperoleh jaminan pemasaran dan hasil produksi susu peternak anggota Gapoktan.

Berdasarkan analisis korelasi Rank Spearman dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara manfaat ekonomi yang diperoleh anggota dengan partisipasi organisasi. Hubungan yang kuat diantara keduanya terlihat dari nilai korelasi manfaat ekonomi dengan partisipasi anggota di bidang organisasi adalah sebesar 0,592. Hal ini menunjukkan semakin tinggi manfaat ekonomi yang diperoleh anggota maka keinginan untuk berpartisipasi dalam organisasi semakin tinggi. Untuk hubungan antara variabel manfaat ekonomi dengan partisipasi di bidang usaha mempunyai nilai korelasi 0,393. Nilai korelasi ini menunjukkan bahwa ada hubungan korelasi akan tetapi hubungan antara keduanya bersifat lemah. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi manfaat ekonomi yang diperoleh anggota maka tidak secara signifikan akan meningkatkan partisipasi anggota di bidang usaha. Hubungan antara manfaat sosial dengan partisipasi di bidang organisasi dan usaha terdapat hubungan yang lemah. Hubungan yang lemah diantara keduanya terlihat dari nilai korelasi manfaat sosial dengan partisipasi dan usaha masing-masing adalah sebesar 0,453 dan 0,223.

Kinerja Gapoktan dari segi organisasi dapat dikatakan cukup baik. Hal ini terlihat dari telah disusunnya struktur organisasi sesuai dengan tujuan organisasi sehingga pengurus dalam menjalankan tugas sesuai dengan fungsinya. Perangkat organisasi Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara dan asisten manajer serta dibantu beberapa kepala unit departemen. Pertemuan/rapat dalam kelompok baik antara pengurus maupun dengan anggota semakin sering dilakukan secara berkala. Pertemuan anggota kelompok ini dilakukan untuk menyusun rencana kerja yang pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan kesepakatan bersama.

Kinerja Gapoktan dari segi usaha baik likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas diperoleh hasil bahwa Gapoktan mampu memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha anggotanya. Berdasarkan hasil dari segi likuiditas, pada tahun 2010 terjadi peningkatan rasio lancar yang sebelumnya 3,1 menjadi 4,6. Hal ini terjadi karena aktiva lancar tahun 2010 mengalami peningkatan dibandingkan dengan hutang lancar yang mengalami penurunan. Selanjutnya, kinerja rasio posisi kas pada tahun 2010 juga mengalami peningkatan dari 0,6 menjadi 1,1 yang melampaui standar rasio posisi kas (0,4). Hasil analisis solvabilitas untuk rasio total hutang baik tahun 2009 maupun tahun 2010 memiliki nilai rasio yang sama yaitu 0,6 dengan standar (0,5). Hal yang sama juga terjadi pada hasil rasio total hutang terhadap modal sendiri yang mempunyai nilai rasio berada diatas standar (1,0) yaitu 1,6. Analisis rentabilitas untuk rasio laba usaha terhadap total aktiva mengalami penurunan pada tahun 2010 (0,49), walaupun nilai rasionya di atas standar rasio tapi masih di bawah rasio dari tahun sebelumnya yaitu 0,66. Nilai rasio laba usaha terhadap modal sendiri pada tahun 2010 mengalami penurunan yaitu 1,29 dibandingkan tahun 2009 yaitu 1,72.

(4)

PARTISIPASI ANGGOTA DAN KINERJA GABUNGAN

KELOMPOK TANI AGROPURNA MITRA MANDIRI

DI KABUPATEN BANDUNG BARAT

PROVINSI JAWA BARAT

DENI KOSWARA H34077009

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

5 Judul Skripsi : Partisipasi Anggota dan Kinerja Gabungan Kelompok Tani Agropurna Mitra Mandiri di Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat

Nama : Deni Koswara

NIM : H34077009

Disetujui, Pembimbing

Suprehatin, SP, MAB NIP. 19800107 200501 1 001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ”Partisipasi Anggota dan Kinerja Gabungan Kelompok Tani Agropurna Mitra Mandiri di Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juni 2011

(7)

7 RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Deni Koswara dilahirkan di Bandung pada tanggal 09 Oktober 1987. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Ayahanda Dahri Heriadi dan Ibunda Ai Hasanah.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Partisipasi Anggota dan Kinerja Gabungan Kelompok Tani Agropurna Mitra Mandiri di Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat”. Penelitian ini bertujuan menganalisis manfaat baik manfaat ekonomi maupun sosial serta partisipasi anggota di bidang organisasi dan usaha, menganalisis hubungan antara manfaat yang diperoleh anggota dengan tingkat partisipasi anggota dan hubungannya dengan kinerja Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri dilihat dari segi organisasi dan usaha.

(9)

9 UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Suprehatin, SP, MAB selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu, kesabaran dan perhatian yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini hingga selesai.

2. Rahmat Yanuar, SP, M.Si selaku dosen evaluator pada kolokium yang telah memberikan banyak masukan, kritikan dan saran kepada penulis.

3. Etriya, SP, MM dan Yanti Nuraeni M, SP, M.Agribuss selaku dosen penguji utama dan dosen dari komisi akademik dalam sidang hasil penelitian yang telah memberikan koreksi, saran dan masukannya kepada penulis untuk menjadikan skripsi ini lebih baik.

4. Seluruh dosen serta staf Departemen Agribisnis yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama masa perkuliahan penulis.

5. Ayahanda Dahri Heriadi dan Ibunda tercinta Ai Hasanah serta adik-adikku tersayang untuk setiap doa dan dukungan yang diberikan dengan penuh kesabaran dan kasih sayang. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik.

6. Pihak Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri atas waktu, kesempatan, informasi dan dukungan yang diberikan.

7. Resty Kristina, SE dan keluarga atas segala doa dan dukungan yang diberikan selama ini.

8. Teman-teman ekstensi Agribisnis angkatan IV atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya.

(10)

DAFTAR ISI

2.3. Partisipasi dan Manfaat Anggota Kelompok ... 14

2.4. Hubungan antara Manfaat dengan Partisipasi Anggota Kelompok ... 16

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 23

IV METODE PENELITIAN ... 27

5.1. Sejarah, Visi dan Misi Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri ... 38

(11)

11 VI MANFAAT DAN PARTISIPASI ANGGOTA GAPOKTAN ...

AGROPURNA MITRA MANDIRI ... 42

6.1. Manfaat Anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri ... 42

6.2. Partisipasi Anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri ... 46

6.3. Hubungan Manfaat dan Partisipasi Anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri ... 48

VII ANALISIS KINERJA KELOMPOK TANI AGROPURNA ... MITRA MANDIRI ... 52

7.1. Kinerja Organisasi ... 52

7.1.1. Struktur Organisasi ... 52

7.1.2. Pengurus Kelompok Tani ... 58

7.1.3. Rapat Anggota Kelompok Tani ... 59

7.1.4. Rencana Kerja Kelompok Tani ... 60

7.1.5. Perkembangan Kelompok Tani ... 61

7.2. Kinerja Usaha ... 65

7.2.1. Analisis Likuiditas ... 68

7.2.2. Analisis Solvabilitas ... 69

7.2.3. Analisis Rentabilitas ... 71

VIII KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

8.1. Kesimpulan ... 73

8.2. Saran ... 74

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Populasi Sapi Perah dan Produksi Susu di Indonesia

Tahun 2004-2009 ... 1 2. Populasi Ternak di Jawa Barat Tahun 2006-2009 (ekor) ... 2 3. Jumlah Pemasok Susu Segar PT Indolakto Tahun 2009 ... 6 4. Model Pengukuran Kinerja dengan Membandingkan Antara Hasil

dan Target ... 31 5. Alat Ukur Analisis Manfaat yang Diperoleh Anggota ... 35 6. Alat Ukur Analisis Partisipasi Anggota ... 36 7. Karakteristik Responden Anggota Gapoktan Agropurna Mitra

Mandiri ... 40 8. Hasil Analisis Manfaat Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri ... 42 9. Hasil Analisis Tingkat Partisipasi Anggota Gapoktan Agropurna

Mitra Mandiri ... 46 10. Hasil Analisis RankSpearman Hubungan Antara Manfaat Ekonomi

dengan Partisipasi Organisasi dan Usaha Anggota Gapoktan

Agropurna Mitra Mandiri ... 48 11. Hasil Analisis RankSpearman Hubungan Antara Manfaat Sosial

dengan Partisipasi Organisasi dan Usaha Anggota Gapoktan

Agropurna Mitra Mandiri ... 50 12. Kepemilikan Sapi Perah Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri

Tahun 2009-2010 ... 62 13. Perkembangan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri ... 63 14. Pengukuran Kinerja Organisasi Gapoktan Agropurna Mitra

Mandiri Tahun 2010 ... 64 15. Hasil Analisis Rasio Likuiditas Gapoktan Agropurna Mitra

Mandiri ... 68 16. Hasil Analisis Rasio Solvabilitas Gapoktan Agropurna Mitra

Mandiri ... 70 17. Hasil Analisis Rasio Rentabilitas Gapoktan Agropurna Mitra

(13)

13

DAFTAR GAMBAR

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Syarat dan Peraturan Keanggotaan Kelompok Tani Agropurna Mitra Mandiri ...……….. 78 2. Hak Anggota Kelompok Tani Agropurna Mitra Mandiri ...…….. 79 3. Daftar Penetapan Harga Susu Kelompok Tani Agropurna Mitra

Mandiri Berdasarkan Kualitas Susu yang Dihasilkan ....……….. 80 4. Neraca Perbandingan Kelompok Tani Agropurna Mitra Mandiri

Tahun 2009 dan 2010 ...……….. 81 5. Hasil Output Analisis Rank Spearman SPSS 18. For Windows .…….. 82 6. Aktivitas Kelompok Tani Agropurna Mitra Mandiri ...……….. 84

(15)

1

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Subsektor peternakan merupakan salah satu subsektor pertanian yang memiliki peranan dalam pembangunan pertanian Indonesia. Berdasarkan data statistik, pertumbuhan PDB Peternakan pada tahun 2005 sebesar 7,9 persen melebihi tingkat pertumbuhan sektor pertanian (3,5%) dan pertumbuhan PDB nasional (5,5%). Tahun 2007, pemerintah memberikan anggaran pembangunan peternakan sebesar Rp 7,8 trilyun melebihi anggaran untuk tanaman pangan dan perkebunan dalam mendorong percepatan pembangunan industri peternakan (Yusdja et al. 2006).

Subsektor peternakan memiliki pertumbuhan yang cepat karena didukung oleh perkembangan industri peternakan terutama peternakan sapi perah. Usaha ternak sapi perah merupakan salah satu usaha peternakan yang mempunyai nilai strategis, mengingat produk susu yang dihasilkan sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Perkembangan populasi ternak sapi perah dan produksi susu segar nasional yang meningkat setiap tahunnya memungkinkan terjadinya perkembangan subsektor peternakan sapi perah. Disamping itu, usaha ternak sapi perah sangat membantu kehidupan masyarakat terutama dalam hal sumber ekonomi keluarga, pemasok bahan baku industri, penyediaan lapangan kerja, dan membantu menjaga kelestarian lingkungan dengan pemanfaatan pupuk organik yang dihasilkan (Mukson et al. 2009). Perkembangan populasi sapi perah, dan produksi di Indonesia ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Populasi Sapi Perah dan Produksi Susu di Indonesia Tahun 2004-2009 Tahun Populasi Sapi Perah (per ekor) Produksi Susu (per ton)

2004 364.000 549.900

2005 361.000 535.960

2006 369.000 616.550

2007 374.000 636.900

2008 458.000 647.000

2009 475.000 881.800

(16)

Berdasarkan Tabel 1, pasar produk susu di Indonesia masih cukup besar, dimana perkembangan produksi susu nasional selalu mengalami peningkatan tiap tahunnya dengan produksi rata-rata sebesar 644.685 ton per tahun. Pada tahun 2005 terjadi penurunan produksi susu sebesar 2,53 persen yang diakibatkan adanya penurunan populasi sapi perah pada tahun yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa populasi sapi perah mempengaruhi produksi susu segar nasional. Rata-rata jumlah populasi sapi perah di Indonesia meningkat setiap tahunnya setelah tahun 2005 dengan peningkatan populasi berkisar antara 2,22 persen sampai 22,46 persen.

Jawa Barat sebagai salah satu sentra agribisnis peternakan sapi perah setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan populasi ternak. Tabel 2 menunjukkan bahwa populasi ternak sapi perah pada tahun 2009 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2008 yaitu sebesar 117.839 ekor, meningkat 5,59 persen dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 111.250 ekor. Pada tahun yang sama produksi susu yang dihasilkan cukup tinggi yaitu sebesar 249.456 ton sehingga Jawa Barat merupakan salah satu produsen susu terbesar tingkat nasional (Disnak Jabar 2010).

Tabel 2. Populasi Ternak di Jawa Barat Tahun 2006-2009 (Ekor)

Jenis Ternak 2006 2007 2008 2009 Growth*

Sapi potong (Cattle Cow) 254.237 272.264 295.554 310.981 6,49

Sapi Perah (Dairy Cow) 97.367 103.489 111.250 117.839 6,16

Kerbau (Buffalo) 149.444 149.030 145.847 142.502 (1,60)

Kuda (Horse) 15.555 15.755 13.717 13.757 (4,43)

Kambing (Goat) 1.148.547 1.294.453 1.431.012 1.615.002 10,74

Domba (Sheep) 4.221.806 4.605.417 5.311.836 5.817.834 10.11

Babi (Pig) 1.247 7.043 4.773 8.146 25,38

Sumber: Disnak Jabar (2010)

*Ket : Rata-rata Pertumbuhan Tahun 2006-2009

(17)

3 Bandung Barat adalah sebesar 29.878 ekor dengan produksi susu sebesar 65.020 ton. Produksi susu yang dihasilkan peternak sapi perah di Kabupaten Bandung Barat memberikan kontribusi sekitar 48 persen untuk produksi susu Jawa Barat dan 17 persen untuk produksi susu nasional 1).

Potensi ini tentunya memberikan peluang yang lebih terbuka untuk terus mengembangkan usaha peternakan sapi perah agar populasi ternak dan produksi susu terus mengalami peningkatan sehingga mampu menempatkan Jawa Barat sebagai produsen susu terbesar di Indonesia. Disamping itu, agar terjadi peningkatan konsumsi susu di Jawa Barat yang pada tahun 2008 sebesar 5,93 kg/kapita/tahun menurun dibandingkan tahun 2009 sebesar 5,88 kg/kapita/tahun (Disnak Jabar 2010).

Namun demikian, ada beberapa kendala dalam pengembangan usaha peternakan sapi perah diantaranya lemahnya posisi tawar peternak dalam memperoleh nilai jual susu sehingga berakibat pada penurunan harga susu yang diterima dari Industri Pengolahan Susu (IPS). Selain itu, menurut Yusdja dan Winarso (2009) usaha peternakan sapi perah di Indonesia sebagian besar berada pada tingkatan skala kecil dengan kepemilikan sapi perah sebanyak 1-9 ekor. Ciri-ciri usaha peternakan sapi perah skala kecil antara lain rendahnya tingkat pendidikan peternak, memiliki pendapatan rendah, penerapan manajemen dan teknologi secara konvensional, lokasi ternak menyebar luas, skala usaha relatif kecil dan pengadaan input utama yakni hijauan makanan ternak yang masih tergantung pada musim.

Berdasarkan hal tersebut peranan lembaga kelompok tani dalam pengembangan peternakan sapi perah sangat penting yaitu dalam hal peningkatan kemampuan petani baik pengetahuan maupun keterampilan budidaya, kemudahan untuk pemanfaatan lahan, akses dan ketersediaan modal serta pemasaran hasil ternak berupa susu segar. Pemberdayaan lembaga kelompok tani merupakan serangkaian upaya yang sistematis, konsisten dan berkelanjutan untuk meningkatkan daya adaptasi dan inovasi petani guna memanfaatkan teknologi secara optimal dalam bingkai aturan main yang ada untuk mencapai tujuan bersama secara efisien (Zakaria 2008).

1

(18)

Berdasarkan Permentan nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007, pemerintah telah mencanangkan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (RPPK) sebagai wujud untuk peningkatan kesejahteraan petani melalui pemberdayaan kelompok tani. Kelompok tani diarahkan pada penerapan sistem agribisnis, peningkatan peranan, peran serta petani dengan menumbuhkembangkan kerja sama antar petani dan pihak lainnya yang terkait untuk mengembangkan usahataninya. Selain itu, dengan adanya kelompok tani ini dapat membantu menggali potensi, memecahkan masalah usahatani anggotanya secara lebih efektif, dan memudahkan dalam mengakses informasi, pasar, teknologi dan permodalan.

Kelompok tani merupakan organisasi non formal yang dikembangkan “dari, oleh dan untuk petani” dan memiliki karakteristik yaitu 1) saling mengenal dan percaya diantara sesama anggota; 2) mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam berusaha tani; 3) memiliki kesamaan dalam bahasa, budaya, jenis usaha, status ekonomi maupun sosial serta pendidikan; dan 4) adanya pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota berdasarkan kesepakatan bersama (Permentan No 273/Kpts/OT.160/4/2007). Selain itu, adanya kepentingan yang sama dan kegiatan yang dirasakan manfaatnya oleh sebagian besar anggota merupakan unsur pengikat kelompok tani sehingga akan meningkatkan fungsi kelompok tani sebagai wadah organisasi yang berhubungan langsung dengan peningkatan kesejahteraan petani.

Peranan kelompok tani dalam hal ini usaha peternakan sapi perah adalah mengelola sarana dan prasarana pengelolaan produk susu segar seperti pengadaan cooling unit, pemasaran dan distribusi susu segar ke IPS sehingga perlu adanya penggabungan kelompok tani ke dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Penggabungan ini didasari oleh tingginya biaya produksi susu segar untuk mempertahankan kualitas susu karena sifat komoditas susu segar yang mudah rusak pada suhu kamar.

(19)

5 format final dari organisasi di tingkat petani yang di dalamnya terkandung fungsi-fungsi pengelolaan antara lain unit kelembagaan keuangan, unit penyediaan sarana produksi peternakan (sapronak) dan unit pengolahan serta pemasaran hasil.

Adanya Gapoktan memberikan kemudahan kepada anggota Gapoktan dalam hal perencanaan kebutuhan peralatan produksi peternak maupun kelompok tani, penyediaan bahan baku pakan konsentrat, penyediaan informasi dan akses permodalan serta peningkatan kemampuan baik peternak maupun kelompok tani dalam mengelola usaha peternakan sapi perah. Selain itu, Gapoktan dapat berperan sebagai penghubung dan menjalin kerjasama/kemitraan usaha dengan pihak penyediaan peralatan produksi, pengolahan dan pemasaran hasil serta lembaga keuangan.

Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri adalah salah satu Gapoktan yang berada di Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat yang bergerak di bidang peternakan. Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri terdiri dari 20 kelompok tani dengan jumlah anggota sekitar 400 peternak yang tersebar di tiga kecamatan yaitu Lembang, Cisarua dan Parongpong. Pembentukan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri dimaksudkan untuk mempermudah akses peternak terhadap modal, pemanfaatan lahan, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak serta ketersediaan sapronak dan pemasaran hasil ternak berupa susu segar.

1.2. Perumusan Masalah

Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri mempunyai peranan utama dalam kegiatan perekonomian pedesaan khususnya di sektor usaha peternakan sapi perah, penyediaan sapronak, modal dan pemasaran hasil bagi para peternak. Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri dalam perkembangan usaha peternakannya telah berhasil menghimpun peternak-peternak sapi perah yang berada di daerah Bandung Barat terutama Kecamatan Parongpong, Cisarua dan Lembang.

(20)

Adanya jaminan pemasaran dari PT Indolakto memberikan kesempatan kepada Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri untuk mendapatkan bantuan kredit sapi perah dari Bank Mandiri pada tahun 2008 yaitu berupa Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E).

PT Indolakto sebagai salah satu IPS terbesar di Indonesia mendapatkan pasokan susu dari beberapa daerah di sekitar Jawa Barat dan Jakarta. Susu segar yang dipasok kepada PT Indolakto dapat mencapai 120-140 ton susu segar per hari. Akan tetapi susu segar yang dipasok belum dapat mencukupi kebutuhan PT Indokato seiring dengan permintaan konsumen yang semakin tinggi. Adapun beberapa koperasi dan kelompok tani yang memasok susu segar kepada PT Indolakto tahun 2009 ditunjukkan oleh Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Pemasok Susu Segar ke PT Indolakto Tahun 2009

No Pemasok Pabrik Jumlah Pasokan

Sumber : Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri, 2010

(21)

7 Indolakto yang mencapai 20 ton per hari. Upaya yang dilakukan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri dalam pencapaian target permintaan susu tersebut adalah dengan melakukan kerjasama bantuan kredit sapi perah dengan Bank Mandiri berupa KKP-E. Adanya penambahan populasi sapi perah diharapkan akan meningkatkan produksi susu Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri.

Perkembangan produksi susu pada Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri terus mengalami peningkatan untuk memenuhi permintaan susu dari PT Indolakto. Produksi rata-rata susu Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri adalah sebanyak 16 ton per hari. Tahun 2007, produksi susu Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri sebanyak 637.507,3 liter yang merupakan awal berdirinya usaha susu segar (raw milk). Produksi susu segar Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri mengalami peningkatan produksi yang cukup signifikan hampir 500 persen pada tahun 2008 yaitu mencapai 3.711.015 liter. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan anggota peternak dan populasi sapi perah hasil kerjasama dengan Bank Mandiri berupa kredit KKP-E.

Selanjutnya, tahun 2009 produksi susu Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri mengalami peningkatan produksi menjadi 5.969.563,75 liter. Kenaikan produksi tahun 2009 hanya meningkat sebesar 60,08 persen jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan tahun 2008 yang hampir mencapai 500 persen. Hal ini diduga ada kecenderungan penurunan kualitas pengelolaan usaha ternak anggota Gapoktan.

Peningkatan produksi susu Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri diiringi dengan peningkatan populasi sapi perah yang dimiliki anggota Gapoktan. Jumlah populasi sapi perah yang dimiliki Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri tahun 2009 terbagi menjadi sapi perah kepemilikan pribadi dan sapi perah kepemilikan KKP-E. Populasi sapi perah milik sendiri sebanyak 1.327 ekor dan milik KKP-E sebanyak 615 ekor yang terdiri dari sapi laktasi, sapi bunting, sapi kering kandang dan sapi dara.

(22)

yang diberikan kepada peternak anggota Gapoktan dimaksudkan untuk meningkatkan produksi susu dan mempertahankan kualitas susu yang dihasilkan agar mampu memenuhi permintaan susu PT Indolakto. Pemenuhan kebutuhan peternak anggota Gapoktan berupa jaminan pemasaran hasil, jaminan harga jual susu, jaminan ketersediaan sapronak dalam hal ini pakan konsentrat dan pemberian kredit sapi perah serta adanya pelayanan kesehatan hewan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007, kemampuan kelompok memenuhi kebutuhan anggota, kemampuan kelompok memberikan nilai tambah kepada anggota dan kepercayaan bahwa kelompok akan memberi manfaat dan keuntungan kepada anggota akan meningkatkan partisipasi atau peran serta anggota. Partisipasi anggota merupakan salah satu faktor kunci dalam mendukung keberhasilan atau kinerja kelompok tani. Semakin tinggi tingkat partisipasi anggota maka semakin baik pula kinerja kelompok tani tersebut.

Partisipasi anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri saat ini di bidang usaha Gapoktan dapat dikatakan tinggi dimana seluruh anggota Gapoktan memanfaatkan fasilitas yang ada di Gapoktan. Anggota Gapoktan menjual seluruh hasil susu segar yang diproduksi ternak sapi perahnya kepada Gapoktan. Hal ini menunjukkan bahwa anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri memperoleh manfaat dalam hal jaminan pemasaran hasil. Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri juga menyediakan pakan konsentrat yang diproduksi khusus untuk anggota Gapoktan tetapi hanya sebagian anggota Gapoktan yang menggunakan pakan konsentrat tersebut.

(23)

9 Pada saat sekarang ini, banyak Gapoktan yang tidak berjalan dengan baik karena kurangnya komunikasi yang terjadi antara pengurus kelompok dengan anggota kelompok. Hal ini yang menyebabkan pengurus kelompok tidak mengetahui apa yang menjadi keinginan atau kebutuhan anggota kelompok sehingga perencanaan dan pengelolaan usaha tidak berjalan dengan baik. Oleh karena itu, pengukuran tingkat partisipasi di bidang organisasi dan usaha serta manfaat yang diperoleh anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri penting untuk dilakukan. Pengukuran tingkat partisipasi dan manfaat yang diperoleh memberikan gambaran mengenai perkembangan kelompok tani dalam hal ini kinerja Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat partisipasi dan manfaat yang diperoleh anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri?

2. Bagaimana hubungan antara manfaat yang diperoleh anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri dengan tingkat partisipasi anggota?

3. Bagaimana dampak tingkat partisipasi anggota terhadap kinerja Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri dari segi organisasi dan usaha?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah seperti telah diuraikan, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengukur tingkat partisipasi anggota dan manfaat yang diperoleh anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri.

2. Mengukur hubungan antara tingkat partisipasi anggota dengan manfaat yang diperoleh anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri.

3. Menganalisis dampak partisipasi anggota terhadap kinerja Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri di bidang organisasi dan usaha.

1.4. Manfaat Penelitian

(24)

1. Bagi Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kondisi Gapoktan saat ini.

2. Bagi para peternak khususnya peternak sapi serah dapat menjadi masukan dan informasi untuk mengembangkan usaha ternaknya.

3. Menjadi pertimbangan dan masukan untuk penelitian selanjutnya dalam hal pengembangan dan penguatan kelompok tani untuk meningkatan kinerja kelompok.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Mengingat objek penelitian ini hanya difokuskan pada Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri, maka ruang lingkup penelitian ini adalah :

1. Penelitian terbatas pada Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri.

2. Penelitian hanya menganalisis manfaat yang diperoleh anggota dan partisipasi anggota di bidang organisasi dan usaha serta hubungan korelasinya.

3. Penelitian hanya menganalisis kinerja Gapoktan dari segi organisasi dan usaha.

(25)

11

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Agribisnis Sapi Perah

Agribisnis adalah seluruh kegiatan yang saling bertalian dengan kegiatan pertanian, yaitu kegiatan usahatani, kegiatan proses produksi berupa penyimpanan, pengolahan dan distribusi baik sarana produksi maupun produk pertanian dan produk-produk lain yang dihasilkan dari pertanian (Tatuh 2000). Agribisnis sapi perah merupakan semua kegiatan yang berhubungan dengan peternakan sapi perah dimana terdapat beberapa subsistem yang terkait satu sama lain.

Pambudy (2006) menyatakan bahwa suatu sistem agribisnis yang lengkap terdiri dari lima subsistem agribisnis, yaitu 1) subsistem agribisnis hulu (off-farm) yakni seluruh industri yang menghasilkan dan memperdagangkan sarana produksi, seperti industri pakan dan obat-obatan; 2) subsistem agribisnis budidaya/usahatani (on-farm) yakni kegiatan yang menggunakan sarana produksi untuk menghasilkan komoditas primer dalam hal ini adalah susu; 3) subsistem agribisnis pengolahan (off-farm) yakni industri yang mengolah industri primer menjadi produk olahan, seperti pembelian dan penjualan susu segar, industri pengolahan susu; 4) Subsistem Pemasaran (off-farm) yakni kegiatan yang berhubungan dengan perdagangan hasil pengolahan produk, seperti distribusi, promosi dan informasi pasar dan 5) subsistem jasa penunjang yakni kegiatan yang menyediakan jasa bagi keempat subsistem lainnya, seperti infrastruktur, transportasi, perkreditan, pendidikan pelatihan serta kebijakan pemerintah. Secara ringkas sistem agribisnis sapi perah dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Sistem Agribisnis Sapi Perah

(26)

2.2. Kelembagaan Petani

Menurut Pambudy (2006), secara garis besar fungsi dan peran kelembagaan dan organisasi petani dalam kerangka sistem agribisnis yaitu mencakup subsistem agribisnis hulu sampai dengan subsistem pemasaran. Masing-masing kerangka subsistem baik lembaga pertanian maupun organisasi petani mempunyai peranan yang saling terkoordinasi. Terdapat beberapa bentuk kelembagaan petani yang mempunyai peranan dalam pengembangan agribisnis. Bentuk-bentuk kelembagaan petani dari sekian banyak lembaga yang ada diantaranya adalah kelompok tani, Gabungan kelompok tani (Gapoktan) dan koperasi.

Kelompok tani sebagai organisasi di tingkat petani yang melakukan usaha agribisnis mempunyai peranan dalam meningkatkan posisi tawar dan diharapkan dapat berfungsi sebagai unit usahatani, unit usaha pengolahan, unit usaha sarana dan prasarana produksi, unit usaha pemasaran dan unit usaha keuangan mikro serta unit jasa penunjang lainnya. Menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007, kelompok tani adalah kumpulan petani yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Interaksi yang terjadi antar sesama petani dalam satu kelompok tani merupakan wujud kerjasama untuk meningkatkan partisipasi dan peranan petani dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan hidup.

Selama ini terdapat beberapa kendala dalam peningkatan peranan kelompok tani dalam meningkatkan dan mengembangkan usaha anggotnya. Menurut Pambudy (2006), kendala yang sering dihadapi kelompok tani khususnya dalam kaitan sistem agribisnis adalah:

1. Ketersediaan faktor produksi dalam hal ini usaha peternakan sapi perah berupa, bibit sapi perah, obat-obatan dan pakan ternak yang tidak terjamin waktunya serta harganya relatif tinggi.

(27)

13 3. Kualitas produk hasil yang masih relatif rendah dikarenakan belum optimalnya penanganan pasca panen yang disebabkan keterbatasan dan mahalnya peralatan dalam hal ini pengadaan cooling unit untuk mempertahankan kualitas susu hasil produksi.

4. Kurangnya pengetahuan petani mengenai informasi pasar, mengakibatkan posisi tawar petani menjadi lemah.

5. Kurangnya aksesibilitas petani untuk mendapatkan bantuan kredit dari bank serta kurangnya kesadaran petani akan fungsi dan peran kelompok tani dalam rangka meningkatkan posisi tawarnya juga menjadi masalah bagi petani dalam pengembangan usahataninya.

Dalam upaya menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh kelompok tani, Gapoktan merupakan organisasi petani yang dibentuk secara musyawarah dan mufakat untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. Penggabungan kelompok tani ke dalam Gapoktan dilakukan agar kelompok tani dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna, dalam penyediaan sarana produksi, permodalan, peningkatan atau perluasan usahatani, pemasaran serta kerjasama dalam peningkatan posisi tawar (Permentan No 273/Kpts/OT.160/4/2007).

Gapoktan dan koperasi mempunyai karakteristik kelembagaan yang hampir sama dimana baik Gapoktan maupun koperasi merupakan suatu lembaga sosial ekonomi yang memiliki peran penting dalam peningkatan kesejahteraan petani. Perbedaan antara Gapoktan dan Koperasi adalah dalam status hukum yang diperoleh dimana koperasi merupakan badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan (Undang-undang Republik Indonesia No 25 tahun 1992).

(28)

organisasinya anggota Gapoktan dan koperasi lebih mudah berinteraksi secara positif terkait dalam proses pembelajaran guna meningkatkan kualitas atau kemampuan anggota.

Akan tetapi ada perbedaan pandangan yang terjadi di kalangan petani antara Gapoktan dan Koperasi dimana petani golongan ekonomi lemah masih banyak yang belum memahami arti koperasi bagi peningkatan kesejahteraan. Petani memandang bahwa koperasi adalah suatu organisasi ekonomi yang manfaatnya hanya menguntungkan bagi golongan masyarakat tertentu saja.

Oleh karena itu, diperlukan salah satu pendekatan yang dapat diterapkan untuk memperkuat kinerja suatu kelompok sosial adalah melalui pendekatan sosial learning proses (Uphoff, 1986 dalam Syahyuti 2007). Dalam pendekatan ini, seluruh anggota kelompok belajar bersama, mengalami bersama dan menyelesaikan segala persoalan secara bersama. Tidak hanya solusi yang baik tapi yang lebih penting adalah bagaimana prosesnya sehingga suatu solusi dapat dicapai.

2.3. Partisipasi dan Manfaat Anggota Kelompok

Semua anggota baik koperasi maupun Gapoktan di tuntut untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan usaha maupun dalam pengelolaan organisasi, baik sebagai pengurus maupun sebagai anggota. Hal ini dilakukan karena dengan adanya pemahaman mengenai peran masing-masing anggota, terutama mereka yang bertindak sebagai perangkat organisasi maka diharapkan koperasi atau Gapoktan akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan tujuan pendirian.

(29)

15 rendah menyulitkan pengurus dalam menginformasikan yang berkaitan dengan kegiatan operasional kelompok.

Tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan Yusuf (2006) bahwa tingkat pendidikan yang rendah mempengaruhi anggota untuk berpartisipasi baik pada aspek perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan hasil kegiatan cenderung masuk dalam kategori sedang. Selain itu, masih rendahnya pengalaman anggota dalam usaha ternak dan hanya 16,7 persen saja anggota yang menjadi pengurus di kelompok Sinar Asih ikut mempengaruhi rendahnya partisipasi anggota.

Tingkat partisipasi anggota di bidang organisasi yang diteliti oleh Dartiana (2005), di KPS Bogor menunjukkan bahwa tingkat partisipasi dinilai tinggi untuk hadir dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT). Partisipasi keaktifan anggota terlihat dari seringnya memberikan saran dalam RAT. Selain itu, partisipasi anggota dalam memanfaatkan usaha KPS Bogor pun dinilai cukup tinggi. Hal ini dikarenakan anggota merasakan manfaat dalam jaminan pemasaran susu. Namun berbeda halnya dengan hasil penelitian Ginting (2003) yang menunjukkan bahwa partisipasi anggota di bidang organisasi dan usaha masih dirasakan kurang sedangkan di bidang permodalan menunjukkan partisipasi yang cukup baik.

(30)

2.4. Hubungan antara Manfaat dengan Partisipasi Anggota Kelompok Hasil analisis korelasi Rank Spearman pada penelitian yang dilakukan Ginting (2003) menunjukkan bahwa korelasi antara manfaat ekonomi dan manfaat sosial terhadap partisipasi di bidang permodalan dikategorikan pada hubungan yang lemah, sedangkan korelasi antara manfaat sosial dengan tingkat partisipasi anggota di bidang organisasi dikategorikan pada hubungan yang kuat. Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan Dartiana (2005), tingkat keeratan antara variabel manfaat ekonomi dengan partisipasi di bidang modal menunjukkan hubungan yang kuat. Terlihat dari semakin banyak susu yang dipasok maka baik simpanan wajib maupun simpanan lebaran akan semakin besar yang dibayarkan anggota kepada KPS Bogor. Hal ini menunjukkan dengan semakin tingginya manfaat ekonomi yang diperoleh anggota dari pelayanan KPS Bogor maka keinginan untuk berpartisipasi di bidang permodalan juga tinggi.

Tingkat keeratan yang kuat pun ditunjukkan oleh hubungan antara variabel manfaat ekonomi dengan partisipasi anggota di bidang usaha. Hal ini dikarenakan anggota akan berpartisipasi secara maksimal jika adanya peningkatan pelayanan usaha KPS Bogor terhadap anggotanya. Hal ini menunjukkan semakin tinggi manfaat ekonomi yang diperoleh anggota maka pelayanan usaha KPS Kota Bogor pun akan tinggi. Namun dalam hubungan antara variabel manfaat ekonomi dengan partisipasi anggota menunjukkan adanya hubungan yang lemah. Hal ini terlihat dari partisipasi anggota dalam menghadiri RAT dipengaruhi oleh tersedianya waktu luang untuk menghadiri RAT, sedangkan partisipasi anggota dalam memberikan saran sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan kedudukan anggota dalam kepengurusan.

2.5. Kinerja Kelembagaan Petani

Kinerja kelompok tani sangat dipengaruhi oleh partisipasi anggota dimana partisipasi anggota merupakan faktor penentu utama dalam mendukung perkembangan atau keberhasilan kelompok tani untuk mencapai tujuan bersama.

(31)

17 peningkatan pendapatan Sisa Hasil Usaha (SHU) tidak berbanding lurus dengan peningkatan usaha koperasi, dikarenakan adanya anggota yang keluar sehingga simpanan wajib dan pokok harus dikembalikan sesuai dengan setoran awal pembayaran.

Namun berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Karo-Karo (2003), bahwa pada KUD Sumber Alam tentang analisis kinerja dan partisipasi anggota menunjukkan bahwa anggota merasakan adanya peningkatan pendapatan dengan adanya usaha KUD Sumber Alam. Secara umum usaha simpan pinjam merupakan usaha yang dominan dimanfaatkan oleh anggota, sehingga menimbulkan terjadinya peningkatan usaha yang mempunyai dampak positif terhadap pendapatan anggota. Sama halnya dengan hasil penelitian Dartiana (2005), bahwa sebagian besar anggota merasakan adanya peningkatan pendapatan setelah menjadi anggota. Hal ini terlihat dari susu yang dihasilkan oleh peternak selalu dapat diserap oleh koperasi. Sebagian besar anggota merasakan adanya kemudahan dalam hal pembayaran memperoleh sapronak, akan tetapi berbanding terbalik dalam hal bantuan kredit sapi karena sebagian besar anggota memperoleh sapi dari membeli sendiri.

(32)

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam menjalankan penelitian. Kerangka pemikiran teoritis juga merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada dalam penelitian dan dapat dijadikan acuan untuk menjawab permasalahan. Teori-teori dalam penelitian ini mencakup kelembagaan, Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), kinerja Gapoktan, partisipasi anggota dan manfaat Gapoktan.

3.1.1. Kelembagaan

Menurut Syahyuti (2007), kelembagaan adalah sekumpulan jaringan dari relasi sosial yang melibatkan orang-orang tertentu, memiliki tujuan tertentu, memiliki aturan dan norma, serta memiliki struktur. Kelembagaan dapat berbentuk sebuah relasi sosial yang melembaga atau lembaga dengan struktur dan badan hukum, terdapat delapan kelembagaan, yaitu: 1) kelembagaan penyediaan input usahatani; 2) kelembagaan penyediaan permodalan; 3) kelembagaan pemenuhan tenaga kerja; 4) kelembagaan penyediaan lahan dan air irigasi; 5) kelembagaan usahatani; 6) kelembagaan pengolahan hasil pertanian; 7) kelembagaan pemasaran hasil pertanian; dan 8) kelembagaan penyediaan informasi. Tiap-tiap kelembagaan dapat dijalankan baik secara individual (perorangan) maupun secara kolektif (kelompok).

(33)

19 maupun anggotanya; 4) kemampuan manajerial keuangan; dan 5) kemampuan Gapoktan memenuhi kebutuhan anggotanya.

3.1.2. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)

Menurut Syahyuti (2007), pengembangan Gapoktan saat ini diarahkan pada peningkatan kemampuan Gapoktan dalam melaksanakan fungsinya, peningkatan kemampuan para anggota Gapoktan dalam mengembangkan usaha taninya dan penguatan Gapoktan menjadi organisasi petani yang kuat dan mandiri. Berdasarkan Permentan Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007, Gapoktan yang kuat dan mandiri dicirikan antara lain :

1. Adanya pertemuan atau rapat anggota atau pengurus yang diselenggarakan secara berkala dan berkesinambungan;

2. Disusunnya rencana kerja Gapoktan secara bersama dan dilaksanakan oleh para pelaksana sesuai dengan kesepakatan bersama dan setiap akhir pelaksanaan dilakukan evaluasi secara partisipasi;

3. Memiliki aturan atau norma tertulis yang disepakati dan ditaati bersama; 4. Memiliki pencatatan atau pengadministrasian setiap anggota organisasi yang

rapih;

5. Memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha bersama di sektor hulu dan hilir; 6. Memfasilitasi usaha tani secara komersial dan berorientasi pasar;

7. Sebagai sumber serta pelayanan informasi dan teknologi untuk usaha para petani umumnya dan anggota Gapoktan khususnya;

8. Adanya jalinan kerjasama antara Gapoktan dengan pihak lain;

9. Adanya pemupukan modal usaha baik iuran dari anggota atau penyisihan hasil usaha atau kegiatan Gapoktan.

Peranan Gapoktan berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007, terbagi menjadi lima dalam hal peningkatan kesejahteraan anggotanya, yaitu:

1. Merupakan satu kesatuan unit produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar baik kuantitas, kualitas, kontinuitas maupun harga;

(34)

3. Penyediaan modal usaha dan menyalurkan secara kredit atau pinjaman kepada para petani yang memerlukan;

4. Melakukan proses pengolahan produk para anggota yang dapat meningkatkan nilai tambah;

5. Menyelenggarakan perdagangan, memasarkan atau menjual produk petani kepada pedagang atau industri hilir.

3.1.3. Kinerja Gapoktan

Tika (2008), menyatakan bahwa kinerja adalah hasil pekerjaaan/kegiatan yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu. Unsur-unsur yang terdapat dalam kinerja antara lain, 1) hasil-hasil pekerjaan/kegiatan; 2) pencapaian tujuan/target organisasi; dan 3) periode waktu tertentu. Dalam hal ini kinerja Gapoktan merupakan prestasi yang dicapai oleh Gapoktan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat keberhasilan Gapoktan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja Gapoktan dapat diketahui melalui proses pembandingan antara hasil yang diperoleh Gapoktan dengan standar/target yang telah ditetapkan dalam periode waktu tertentu. Melalui pengukuran tersebut, akan terlihat gambaran kondisi Gapoktan dan perkembangannya.

Menurut Dharma (2004), target atau standar yang telah ditentukan kelompok berhubungan dengan sasaran dan kontribusi yang diharapkan bagi pencapaian target tersebut. Selanjutnya, Dharma (2004) juga menyatakan bahwa sasaran atau target kelompok dapat dinyatakan dengan istilah-istilah seperti; a) target yang dapat dikualifikasikan, misalkan peningkatan hasil penjualan produk; b) target yang harus diselesaikan secara memuaskan pada periode tertentu, seperti pemenuhan kebutuhan anggota kelompok; dan c) target dan aspirasi kualitatif, seperti kerjasama antar anggota kelompok. Selanjutnya, dapat dikatakan bahwa kinerja Gapoktan terbagi menjadi dua bagian yaitu kinerja organisasi dan kinerja usaha.

(35)

21 anggota serta pencapaian target Gapoktan. Kinerja usaha merupakan pengukuran kinerja usaha Gapoktan secara kuantitatif. Variabel-variabel kinerja usaha Gapoktan yang dianalisis mencakup volume usaha atau dalam hal ini volume produksi Gapoktan, rataan produksi susu Gapoktan, modal usaha Gapoktan dan laba usaha Gapoktan dengan menggunakan analisis rasio.

Analisis rasio merupakan metode analisis neraca keuangan atau laporan rugi laba untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut (Munawir 2002). Adanya analisis hubungan dari berbagai pos dalam suatu laporan keuangan merupakan dasar untuk dapat menginterpretasikan kondisi atau kinerja usaha. Keuntungan dari analisis rasio adalah dapat menjelaskan atau memberikan gambaran baik atau buruknya suatu usaha, mengidentifikasi bidang-bidang usaha yang perlu mendapat perhatian lebih dan berguna dalam membuat proyeksi dan perkiraan operasi.

Menurut Munawir (2002), analisis rasio dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan tujuannya yaitu, rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio rentabilitas. Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan Gapoktan dalam memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan Gapoktan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Rasio ini menunjukkan kemampuan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek yang telah jatuh tempo dengan harta lancar yang dimilikinya tanpa mengganggu kegiatan operasional.

Untuk mengukur kemampuan Gapoktan dalam memenuhi kewajiban keuangannya apabila Gapoktan tersebut dinyatakan gagal dalam memenuhi kewajiban keuangannya menggunakan rasio solvabilitas. Gapoktan dikatakan solvabel apabila Gapoktan mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar hutang-hutangnya, sebaliknya apabila jumlah aktiva tidak cukup atau lebih kecil daripada jumlah hutangnya, berarti Gapoktan tersebut insolvabel.

(36)

atau Laba Usaha sehingga hasil pengukuran rentabilitas merupakan tolok ukur keuntungan yang diperoleh telah sesuai dengan harta dan modal yang ditanamkan. Pengukuran kinerja organisasi maupun kinerja usaha Gapoktan didasarkan pada aspek-aspek kemampuan kelompok menurut SK Mentan No. 41/Kpts/OT.210/1992 dalam Wahyuni (2003) yang indikator-indikatornya yaitu: 1. Kemampuan merencanakan kegiatan untuk meningkatkan produktivitas

usahatani (termasuk pasca panen dan analisis usahatani) dengan menerapkan rekomendasi yang tepat dan memanfaatkan sumberdaya alam secara optimal. 2. Kemampuan melaksanakan dan mentaati perjanjian dengan pihak lain. 3. Kemampuan memupuk modal dan manfaatnya secara rasional.

4. Kemampuan meningkatkan hubungan yang melembaga antara dengan KUD. 5. Kemampuan menerapkan teknologi dan memanfaatkan informasi serta kerja

sama kelompok yang dicerminkan oleh tingkat produktivitas dari usahatani anggota kelompok.

3.1.4. Partisipasi Anggota dan Manfaat Gapoktan

Pada dasarnya Gapoktan dibentuk atas dasar kepentingan yang sama antar sesama anggota dan mempunyai kegiatan yang manfaatnya dapat dirasakan oleh para anggotanya serta adanya dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat (Syahyuti 2007). Pembentukan Gapoktan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan anggota dalam pengelolaan usaha ternaknya serta mempererat hubungan interaksi dan meningkatkan kerjasama antar anggota Gapoktan.

Gapoktan sebagai lembaga ekonomi pedesaan harus dapat memberikan manfaat baik berupa manfaat ekonomi maupun manfaat sosial sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Seperti halnya yang diungkapkan Soesilo (2000), bahwa koperasi yang dalam kegiatan operasionalnya hampir sama dengan Gapoktan harus dapat berperan dan berfungsi sebagai wadah ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan para anggotanya.

(37)

23 anggota Gapoktan berupa hubungan yang baik sesama anggota dan pengurus serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan anggota. Manfaat ekonomi dan manfaat sosial yang diperoleh anggota Gapoktan akan menentukan tingkat partisipasinya terhadap Gapoktan.

Partisipasi merupakan bentuk nyata anggota Gapoktan untuk ikut berperan serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan Gapoktan, baik kegiatan ekonomi maupun sosial. Menurut Hendar dan Kusnadi (2002) dalam Dartiana (2006), secara harfiah partisipasi diambil dari bahasa asing participation, yang artinya mengikutsertakan pihak lain dalam mencapai tujuan. Istilah partisipasi dikembangkan untuk menyatakan atau menunjukkan peran serta seseorang atau sekelompok orang dalam aktivitas tertentu.

Partisipasi anggota Gapoktan dapat berupa partisipasi di bidang organisasi dan partisipasi di bidang usaha. Partisipasi anggota di bidang organisasi terlihat dari 1) kehadiran; dan 2) keaktifannya dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT). Anggota berhak memberikan suaranya, menyatakan pendapat, saran dan kritik, memilih dan dipilih sebagai pengurus. Partisipasi di bidang usaha dapat diwujudkan dengan memanfaatkan pelayanan yang diberikan Gapoktan sesuai bidang usaha yang dikelola.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri merupakan kelompok tani yang bergerak di bidang peternakan dan hampir semua anggotanya merupakan peternak sapi perah. Dalam perkembangan usaha peternakan sapi perahnya, Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri telah menjalin kerjasama dengan pihak Industri Pengolahan Susu (IPS) yaitu PT Indolakto. Dalam perkembangannya Gapoktan Agopurna Mitra Mandiri dituntut untuk dapat meningkatkan produksi susu yang dihasilkan. Saat ini produksi susu Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri adalah sebesar 16 ton per hari dimana Gapoktan belum dapat memenuhi target permintaan susu dari PT Indolakto yang mencapai 20 ton per hari.

(38)

dimaksudkan untuk meningkatkan produksi susu dan mempertahankan kualitas susu yang dihasilkan agar mampu memenuhi permintaan susu PT Indolakto. Terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan anggota sebagai upaya pencapaian tujuan bersama diharapkan akan dapat memberikan manfaat kepada anggota yang selanjutnya akan meningkatkan partisipasi anggota Gapoktan.

Partisipasi anggota merupakan faktor penentu utama dalam mendukung keberhasilan atau kinerja Gapoktan. Partisipasi akan meningkat jika Gapoktan dapat memberikan pelayanan yang baik dan motivasi kepada anggota untuk berperan serta aktif pada Gapoktan. Peran serta aktif anggota akan timbul dengan sendirinya jika Gapoktan dapat memberikan manfaat serta keuntungan kepada anggota.

Manfaat yang diperoleh anggota berupa manfaat ekonomi dan manfaat sosial. Manfaat ekonomi yang diperoleh anggota berupa jaminan ketersediaan sarana produksi peternakan, jaminan harga beli susu, peningkatan pendapatan, jaminan pemasaran hasil produksi peternakan dan bantuan kredit. Sementara itu, dalam hal manfaat sosial yang diperoleh anggota berupa hubungan yang baik sesama anggota dan pengurus serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan anggota. Semakin besar manfaat yang diperoleh anggota maka semakin tinggi pula tingkat partisipasi anggota. Partisipasi anggota terhadap kegiatan yang dilaksanakan Gapoktan terlihat dari peran aktif anggota di bidang organisasi dan usaha.

Analisis hubungan antara manfaat yang diperoleh anggota dengan tingkat partisipasi anggota dilakukan melalui uji korelasi Rank Spearman. Dengan mengetahui hubungan antara manfaat dengan tingkat partisipasi anggota diharapkan dapat diketahui perkembangan Gapoktan sehingga akan terlihat kinerja Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri.

(39)

25 yang saling terkait satu sama lain dimana adanya kerjasama yang baik dalam organisasi dapat meningkatkan kinerja usaha Gapoktan.

(40)

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional

1. Pemenuhan Permintaan Susu PT Indolakto 2. Pemenuhan Kebutuhan Peternak Anggota

Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri

Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri

Rekomendasi Peningkatan Kinerja Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Kinerja Organisasi Kinerja Usaha

Analisis Rasio 1. Rasio Likuiditas 2. Rasio Solvabilitas 3. Rasio Rentabilitas Analisis

Deskriptif

Analisis Hubungan Rank

Spearman

Partisipasi Anggota 1. Organisasi 2. Usaha Manfaat

1. Ekonomi 2. Sosial

(41)

27

IV METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri yang terletak di Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri merupakan Gapoktan yang memiliki unit usaha di bidang peternakan sapi perah dan memiliki jumlah anggota yang tersebar di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Lembang, Cisarua dan Parongpong. Selain itu, Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri merupakan Gapoktan pemasok susu terbesar ketiga PT Indolakto dengan luas cakupan wilayah kerja Gapoktan yang berada di tiga kecamatan sehingga perlu dilakukan kajian mengenai kinerja Gapoktan .

Pengumpulan data primer dan sekunder dalam penelitian ini dilakukan selama bulan Januari sampai dengan bulan Februari 2011, berdasarkan pertimbangan bahwa pada bulan tersebut telah dilakukan rekapitulasi data Gapoktan selama tahun 2010. Kegiatan penelitian ini meliputi penyusunan rencana penelitian, pengumpulan literatur dan data, pengolahan data dan penulisan skripsi.

4.2. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode studi kasus, dimana metode ini digunakan untuk menguraikan dan menjelaskan secara komprehensif berbagai aspek individu, kelompok, suatu program, organisasi atau peristiwa secara sistematis (Yin 2003). Studi kasus adalah penelitian yang ideal yang diperlukan jika kajian yang dilakukan bersifat holistik dan mendalam. Selanjutnya, Yin (2003) menyatakan bahwa ada 6 sumber bukti yang dapat dijadikan fokus bagi pengumpulan data studi kasus adalah 1) dokumen; 2) rekaman arsip; 3) wawancara; 4) observasi langsung; 5) observasi pemeran; dan 6) perangkat fisik.

(42)

tersebut membentuk Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) yang diberi nama Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. Penelitian ini diawali dari fakta-fakta yang terjadi di Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan berbagai konsep dan teori yang sesuai dengan fakta yang ada.

Desain penelitian studi kasus ini bersifat singlecase dimana permasalahan yang diangkat adalah kebutuhan untuk mengetahui suatu program berlangsung atau tidak berlangsung. Dalam hal ini adalah mengetahui tentang bagaimana manfaat yang diperoleh dan tingkat partisipasi anggota terhadap kinerja Gapoktan dimana pembentukan Gapoktan didasari dari keinginan anggota sendiri.

Hasil dari penelitian ini adalah berupa deskriptif dari topik yang diteliti, yakni bagaimana manfaat yang diperoleh anggota terhadap pembentukan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri yang selanjutnya akan diketahui tingkat partisipasi anggota terhadap kinerja Gapoktan. Selain itu, melalui penelitian ini diharapkan hasil penelitian bermanfaat bagi Gapoktan dalam memahami manfaat yang diperoleh anggota dan tingkat partisipasi anggota terhadap kinerja Gapoktan.

4.3. Metode Penentuan Sampel

Jumlah anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri yaitu 20 kelompok tani yang terdiri dari 400 peternak yang selanjutnya disebut populasi. Tahapan pertama adalah penentuan kelompok tani secara sengaja (purposive) berdasarkan jumlah produksi susu yang dihasilkan anggota Gapoktan. Dari sebanyak 20 kelompok tani yang ada diambil tiga kelompok tani, yaitu satu kelompok tani yang memiliki jumlah produksi tertinggi dan satu kelompok tani yang memiliki jumlah produksi terendah. Selanjutnya, untuk satu kelompok tani lagi ditentukan dengan cara melihat median atau nilai tengah jumlah produksi yang dihasilkan.

(43)

29 secara purposive sampling digunakan untuk menganalisis kinerja Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. Pengurus yang terpilih menjadi responden adalah pengurus yang mengetahui dan memahami mengenai kinerja Gapoktan, sehingga dapat mempermudah dan membantu peneliti dalam memperoleh informasi yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan yaitu kinerja organisasi dan usaha.

Tahapan ketiga yaitu penentuan sampel yang terpilih yang selanjutnya menjadi responden penelitian. Dari 40 peternak anggota ketiga kelompok yang terpilih diambil 3 peternak anggota secara purposive (sengaja) yaitu ketua kelompok tani dari masing-masing kelompok. Pemilihan ketua kelompok tani ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa ketua kelompok memiliki informasi yang lebih banyak mengenai kegiatan-kegiatan kelompok yang dilakukan secara bersama-sama. Selanjutnya, 37 peternak anggota kelompok yang dipilih dengan menggunakan metode simple random sampling ini dilakukan dengan cara diundi. Pengambilan sampel diawali dengan menuliskan nama-nama anggota kelompok tani dan nomor urut di kertas kecil yang terpisah kemudian di gulung. Tahap berikutnya memasukkan gulungan kertas kecil tersebut ke dalam botol secara terpisah untuk dilakukan pengundian. Penggunaan metode ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa tiap anggota kelompok tani memiliki peluang yang sama untuk terpilih menjadi sampel.

4.4. Jenis dan Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder baik data kualitatif maupun kuantitatif seperti yang dijelaskan sebagai berikut :

a. Data Primer

Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data yang diperoleh dari anggota dan pengurus Gapoktan, yaitu mengenai kondisi organisasi Gapoktan secara keseluruhan, volume usaha Gapoktan, karakteristik anggota, partisipasi anggota dan manfaat yang diperoleh anggota.

b. Data Sekunder

(44)

dan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Selain itu, data sekunder yang diperlukan juga dapat berupa hasil dari penelusuran internet yang berhubungan dengan penelitian.

4.5. Metode Pengumpulan Data

Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan (observasi). Selain itu, dalam pengumpulan data deskriptif mengenai organisasi dan volume usaha, dilakukan wawancara langsung kepada pengurus Gapoktan. Wawancara dengan anggota Gapoktan atau peternak dilakukan untuk memperoleh data mengenai karakteristik anggota, tingkat partisipasi dan manfaat yang diperoleh dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu (kuesioner).

Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi literatur, yaitu mempelajari data-data atau bahan-bahan informasi yang berkaitan dengan objek penelitian. Informasi data dari instansi terkait seperti Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dan Badan Pusat Statistik (BPS).

4.6. Metode Pengolahan Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dipahami. Data yang terkumpul dikelompokkan menjadi data kuantitatif dan data kualitatif yang selanjutnya dianalisis lebih lanjut. Analisis kualitatif deskriptif dilakukan untuk melihat dan memberikan gambaran mengenai kinerja Gapoktan dari segi organisasi sedangkan gambaran mengenai kinerja Gapoktan dari segi usaha akan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan metode analisis rasio. Selanjutnya, untuk mengetahui tingkat partisipasi dan manfaat yang diterima anggota Gapoktan akan dilakukan dengan menggunakan analisis kuantitatif. Data yang dikumpulkan, akan diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel 2007 for Windows dan SPSS 18 for Windows.

4.6.1. Analisis Deskriptif

(45)

31 membandingkan antara hasil yang diperoleh Gapoktan dengan standar/target yang ditetapkan Gapoktan meliputi perkembangan kepemilikan sapi, jumlah produksi susu yang dihasilkan dan penjualan susu. Standar atau target yang ditetapkan Gapoktan didasarkan dari hasil evaluasi Gapoktan tahun sebelumnya agar dapat terlihat sejauh mana perkembangan Gapoktan. Secara lengkap pengukuran kinerja Gapoktan ini dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Model Pengukuran Kinerja dengan Membandingkan antara Hasil dan Target

Indikator Kinerja Hasil pada Tahun 2010 (A)

Target (B) Pencapaian (A/B x 100%) Jumlah Kepemilikan Sapi

Produksi Susu Penjualan Susu

4.6.2. Analisis Rasio

Kinerja Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri yang diukur dari segi usaha akan yang dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisis rasio. Pengukuran kinerja Gapoktan dari sisi usaha mencakup pertumbuhan dan volume usaha atau volume produksi susu, modal usaha Gapoktan dan Laba Usaha Gapoktan yang dihasilkan. Analisis rasio merupakan alat ukur kinerja Gapoktan secara kuantitatif.

Munawir (2002), mendefinisikan analisis rasio adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi laba secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. Rasio ini memberikan indikasi apakah Gapoktan memiliki jumlah kas yang cukup untuk memenuhi kewajiban finansialnya, besarnya piutang dan hutang yang cukup rasional serta struktur modal yang sehat dalam rangka melaksanakan kegiatan Gapoktan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Penggunaan analisis rasio ini juga akan sangat membantu menilai prestasi manajemen atau pengurus Gapoktan dan prospeknya di masa mendatang.

(46)

1. Rasio Likuiditas

Rasio likiuditas menunjukkan kemampuan Gapoktan mengembalikan atau membayar kewajiban jangka pendeknya, pada saat ditagih. Rasio ini sangat ditentukan oleh jumlah aktiva lancar yang dimiliki Gapoktan pada periode akuntansi tertentu, meliputi jumlah kas, piutang dan persediaan. Rasio likiuditas meliputi rasio lancar (current ratio) dan rasio posisi kas (cash ratio).

a. Rasio Lancar (current ratio) adalah perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Angka standar yang digunakan untuk rasio ini adalah 2,0. Rasio lancar dihitung dengan menggunakan rumus :

aktiva lancar Rasio lancar =

hutang lancar

b. Rasio Posisi Kas (cash ratio) adalah rasio yang mencerminkan likuiditas modal secara lebih tajam lagi sebab hanya memperhitungkan kas dan bank yang sewaktu-waktu dapat diuangkan dan digunakan untuk membayar hutang lancar Gapoktan. Nilai standar rasio ini adalah 0,4 artinya setiap Rp. 1,0 hutang lancar hendaknya diimbangi dengan saldo kas dan bank sebesar Rp. 0,4. Rasio cepat dihitung dengan menggunakan rumus :

Kas + Bank Rasio Posisi Kas =

hutang lancar 2. Rasio Solvabilitas

Rasio ini menunjukkan kemampuan Gapoktan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dan jangka panjangnya. Kondisi keuangan yang baik dalam jangka pendek tidak menjamin adanya kondisi keuangan yang baik juga dalam kondisi jangka panjang.

a. Rasio total hutang terhadap total aktiva menunjukkan kemampuan total aktiva yang dimiliki untuk menjamin seluruh hutang baik hutang jangka panjang maupun hutang lancar. Semakin kecil rasio ini semakin aman dan terjamin hutang para kreditur. Standar bagi rasio ini adalah 0,5. Rasio total hutang terhadap aktiva dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

hutang lancar + hutang jangka panjang Rasio total hutang dengan aktiva =

(47)

33 b. Rasio total hutang dengan total modal sendiri menunjukkan bagian hutang yang dijamin dengan modal sendiri dan juga mencerminkan keseimbangan pengelolaan modal sendiri dan juga mencerminkan keseimbangan pengelolaan modal sendiri dan modal luar Gapoktan. Rasio standar yang digunakan adalah 0,1 artinya semakin kecil rasio yang dimiliki suatu Gapoktan, maka semakin baik kemampuan Gapoktan dalam menjamin hutangnya. Rasio total hutang dengan modal sendiri dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

total hutang Rasio total hutang dengan total modal sendiri =

total modal sendiri 3. Rasio Rentabilitas

Rasio rentabilitas ini mengukur kemampuan Gapoktan untuk menghasilkan atau mengukur profit yang diperoleh dari modal-modal yang digunakan untuk kegiatan operasionalnya. Kemampuan berkembang Gapoktan tercermin dari keuntungan atau Laba Usaha, sehingga hasil pengukuran rentabilitas merupakan tolok ukur apakah keuntungan yang diperoleh telah sesuai dengan harta dan modal yang ditanamkan.

a. Rasio Laba Usaha dengan total aktiva merupakan kemampuan Gapoktan dalam memperoleh keuntungan dari seluruh harta yang ditanamkan usaha. Rasio ini memiliki standar 0,04. Rasio Laba Usaha dengan total aktiva dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Laba Usaha Rasio Laba Usaha dengan total aktiva =

total aktiva

b. Rasio Laba Usaha dengan modal sendiri mengukur kemampuan Gapoktan dalam memperoleh Laba Usaha yang tersedia bagi anggotanya. Standar rasio ini adalah 0,15. Rasio Laba Usaha dengan modal sendiri dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Laba Usaha Rasio Laba Usaha dengan modal sendiri =

Gambar

Tabel 1. Populasi Sapi Perah dan Produksi Susu di Indonesia Tahun 2004-2009
Tabel 2.  Populasi Ternak di Jawa Barat Tahun 2006-2009 (Ekor)
Tabel 3. Jumlah Pemasok Susu Segar ke PT Indolakto Tahun 2009
Gambar 1. Sistem Agribisnis Sapi Perah
+7

Referensi

Dokumen terkait